analisis daya saing kelapa sawit (cpo) indonesia di …repository.ub.ac.id/7333/1/fauzan djaki...

77
ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL SKRIPSI Oleh: FAUZAN DJAKI WAKID JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIAJA MALANG 2017

Upload: others

Post on 28-Dec-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI

PASAR INTERNASIONAL

SKRIPSI

Oleh:

FAUZAN DJAKI WAKID

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIAJA

MALANG

2017

Page 2: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI

PASAR INTERNASIONAL

Oleh:

FAUZAN DJAKI WAKID

105040101111166

MINAT EKONOMI PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian Strata Satu (S-1)

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

MALANG

2017

Page 3: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Daya Saing Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia

Di Pasar Internasional

Nama Mahasiswa : Fauzan Djaki Wakid

NIM : 105040101111166

Program Studi : Agribisnis

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Pembimbing Utama, Pembimbing Kedua,

Dr. Rosihan Asmara, SE., MP Nur Baladina, SP., MP

NIP. 197102162002121004 NIP. 198202142008012012

Mengetahui,

a.n. Dekan

Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Mangku Purnomo, SP., M.Si., Ph.d

NIP. 197704202005011001

Tanggal lulus : .........................................

Page 4: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

LEMBAR PERSETUJUAN

Mengesahkan

MAJELIS PENGUJI

Tanggal Lulus: ...................................................

Penguji II

Neza Fadia Rayesa, S.TP.,M.Sc

NIK. 2016098812042001

Penguji I

Ir. Heru Santoso Hadi S, SU.

NIK. 2016099004192001

Penguji III

Nur Baladina, SP., MP

NIP. 198202142008012012

Page 5: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini

merupakan hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing.

Dalam skripsi ini tidak terdapat karya pernah diajukan untuk memperoleh gelar di

perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali

yang secara tertulis dengan jelas ditujukan rujukan dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Agustus 2017

Fauzan Djaki Wakid

NIM. 105040101111166

Page 6: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 3 Juni 1992 dan diberi nama

Fauzan Djaki Wakid yang merupakan putra pertama dari tiga bersaudara keluarga

Bapak Djaki Wakid dan Nikmah Sagran. Penulis menempuh pendidikan formal di

SD Al-Hikmah Surabaya pada tahun 1998 hingga tahun 2004. Penulis kemudian

melanjutkan pendidikan di SMP Al-Hikmah Surabaya mulai tahun 2004 hingga

pertengahan tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah

atas di SMAN 18 Surabaya pada tahun 2007 hingga tahun 2010. Setelah

menyelesaikan jenjang pendidikan menengah atas, pada tahun 2010 pula penulis

memasuki jenjang perguruan tinggi. Masuk melalui jalus prestasi akademik,

penulis terdaftar sebagai mahasiswa Strata-1 Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

Page 7: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

ABSTRAK

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh

penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

bersama. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor

utama untuk meningkatkan pendapatan dan sumber devisa negara. Salah satu

akibat dari perdagangan internasional adalah timbulnya persaingan antar negara.

Masing-masing negara yang terlibat dalam perdangan internasional memunculkan

daya saing dibandingkan negara kompetitornya, tidak terkecuali Indonesia. Salah

satu produk yang dipasarkan oleh Indonesia di pasar internasional adalah kelapa

sawit. Tingkat daya saing kelapa sawit diukur berdasarkan keunggulan komparatif

dan kompetitifnya, untuk mengukur tingkat daya saing ini digunakan 3 alat

analisis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Revealead

Comparative Advantage (RCA), analisis pangsa pasar (market share) dan Indeks

Spesialisasi Perdagangan (ISP). Setelah dilakukan analisis diperoleh nilai rata-rata

masing-masing sebesar 45,08, 44,26 dan 0,997. Berdasrkan hasil perhitungan

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tingkat daya saing kelapa sawit Indonesia

berada di posisi pertama atau dapat dikatakan memiliki daya saing tertinggi

dibandingkan dengan negara lain.

Kata Kunci : Perdagangan internasional, ekspor, daya saing, kelapa sawit (CPO)

ABSTRACT

International trade is a trade made by a resident of a country with a

resident of another country on a mutual agreement. In many countries,

international trade is one of the major factors for increasing revenues and

sources of foreign exchange. One result of international trade is the emergence of

competition between countries. Each country involved in international trade

raises its competitiveness compared to its competitor countries, including

Indonesia. One of the products marketed by Indonesia in the international market

is oil palm. The level of competitiveness of oil palm is measured by its

comparative and competitive advantages, to measure the level of competitiveness

is used 3 analytical tools. Analyzer used in this research is Revealead

Comparative Advantage (RCA), market share analysis (market share) and Index

of Trade Specialization (ISP). After the analysis, the mean values were 45.08,

44.26 and 0.997, respectively. Based on these calculations, it can be concluded

that the level of Indonesia's palm oil competitiveness is in the first position or can

be said to have the highest competitiveness compared with other countries.

Key Words : International trade, exports, competitiveness, palm oil (CPO)

Page 8: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapka kepada Allah SWT yang atas segala rahmat

dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

Daya Saing Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional.”

Topik ini dipilih karena minyak sawit (CPO) sebagai komoditi ekspor

unggulan Indonesia yang diikuti dengan permintaan dunia yang tinggi atas

komoditi tersebut. Maka dari itu diperlukan strategi agar Indonesia dapat tetap

mengokohkan posisinya sebagai produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia.

Disamping itu skripsi ini juga sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertania pada Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-

pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini diantaranya :

1. Bapak Dr. Rosihan Asmara, SE., MP dan Ibu Nur Baladina, SP., MP

selaku dosen pembimbing skripsi yang karena bantuan keduanya skripsi

ini dapat terselesaikan

2. Bapak Ir. Heru Santoso Hadi S, SU. dan Ibu Neza Fadia Rayesa,

S.TP.,M.Sc selaku dosen penguji ujian skripsi yang karena bimbingan

keduanya penulis dapat menyelesaikan ujian skripsi

3. Kedua orang tua yang selalu memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan tepat waktu

4. Teman-teman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang selalu solid

membantu satu sama lain

5. Semua pihak yang terlibat dalam kelancaran pembuatan skripsi ini.

Malang, 17 Juli 2017

Fauzan Djaki W

Penulis

Page 9: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

DAFTAR ISI

Teks Halaman

RINGKASAN .................................................................................................. i

SUMMARY ..................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 6

1.4 Kegunaan Penelitian............................................................................ 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu................................................................ 8

2.2 Tinjauan Perdagangan Internasional .................................................. 10

2.2.1 Definisi Perdagangan Internasional ............................................... 10

2.2.2 Teori Perdagangan Internasional .................................................. 12

2.2.2.1. Teori Klasik .......................................................................... 13

2.2.2.2 Teori Modern ......................................................................... 17

2.3 Konsep Daya Saing ............................................................................ 18

2.4 Tinjauan Tentang Kelapa Sawit ......................................................... 20

2.4.1 Pemanfaatan Kelapa Sawit .......................................................... 21

2.4.2 Perkembangan Luas Area, Produksi, Ekspor dan Impor Kelapa

Kelapa Sawit Indonesia ........................................................... 22

2.4.3 Kebijakan Pemerintah Mengenai Ekspor Kelapa Sawit ............ 26

2.4.4 Nilai DOBI pada CPO ................................................................ 27

2.4.5 Industri Kelapa Sawit Yang Berkelanjutan ................................ 27

III. KERANGKA KONSEP PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .............................................................. 29

3.2 Hipotesis ............................................................................................ 32

3.3 Batasan Masalah ................................................................................ 32

3.4 Definisi Operasional .......................................................................... 33

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penentuan Lokasi ................................................................. 34

4.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ............................................... 34

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 34

4.3.1 Analisis Pangsar Pasar ................................................................ 35

4.3.2 Revealed Comparative Advantage (RCA) .................................. 36

4.3.3. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) ....................................... 37

Page 10: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Potensi Pengembangan Kelapa Sawit Indonesia ............................... 40

5.1.1 Luas Area, Produksi dan Produktivitas

Kelapa Sawit Indonesia .............................................................. 41

5.1.2 Kuantitas, Harga dan Nilai Ekspor Kelapa

Sawit Indonesia .......................................................................... 42

5.1.3 Kuantitas, Harga dan Nilai Impor Kelapa Sawit

Indonesia .................................................................................... 44

5.2 Daya Saing Berdasarkan Keunggulan Komparatif ............................ 45

5.2.1 Daya saing kelapa sawit Indonesia Berdasarkan

Keunggulan Komparatif (Analisis RCA) ................................... 45

5.2.2 Perbandingan RCA Kelapa sawit Indonesia

dengan Malaysia, Belanda, Papua Nugini dan Thailand ........... 47

5.3 Daya Saing Kelapa Sawit Berdasarkan Keunggulan Kompetitif ....... 52

5.3.1 Analisis Pangsa Pasar (Market Share) Kelapa

Sawit Indonesia ........................................................................... 52

5.3.2 Perbandingan Jumlah Pangsa Pasar (Market Share)

Kelapa Sawit Indonesia Terhadap Negara Malaysia, Belanda,

Papua Nugini dan Thailand ......................................................... 53

5.4 Daya Saing Berdasarkan Penawaran Dan Permintaan Domestik ..... 57

5.4.1 Analisis ISP Komoditas Kelapa sawit Indonesia ....................... 58

5.4.2 Perbandingan ISP Kelapa sawit Indonesia, Malaysia,

Belanda, Papua Nugini dan Thailand ......................................... 60

V. PENUTUP

6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 63

6.2 Saran .................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 65

LAMPIRAN ..................................................................................................... 67

Page 11: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Nilai ekspor komoditas perkebuan 2012 dan 2013 (000 US$) ................. 3

2. Ekspor Kelapa Sawit Dunia Tahun 2008-2013 ........................................... 4

3. Luas Area Kelapa Sawit Indonesia Menurut Penguasaan

Tahun 2010-2015 (ha) ............................................................................... 23

4. Produksi Minyak Sawit Indonesia Menurut Pengusahaan

Tahun 2010-2015 (ton) .............................................................................. 24

5. Perkembangan Ekspor CPO Indonesia Tahun 2010-2015 ........................ 25

6. Perkembangan Impor CPO Indonesia Tahun 2010-2015 .......................... 26

7. Produktivitas Minyak Kelapa Sawit Indonesia Menurut

Pengusahaan Tahun 2010-2015 (ton/Ha) .................................................. 42

8. Perkembangan Nilai, Volume dan Harga Ekspor Kelapa Sawit

Indonesia Tahun 2008-2013 ..................................................................... 43

9. Perkembangan Nilai, Volume dan Harga Impor Kelapa Sawit

Indonesia Tahun 2008-2013 ...................................................................... 45

10. Nilai RCA Kelapa sawit Indonesia, Malaysia, Belanda, Papua

Nugini dan Thailand Tahun 2003-2013 .................................................... 48

11. Nilai Pangsa Pasar Indonesia, Malaysia, Belanda, Papua

Nugini dan Thailand Periode 2008-2013 ................................................. 54

12. Nilai ISP Indonesia, Malaysia, Belanda, Papua Nugini dan

Thailand Tahun 2008-2013 ....................................................................... 61

Page 12: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kurva Proses Terjadinya Perdagangan Internasional ............................... 12

2. Kerangka Operasional Pemikiran ............................................................. 32

3. Perkembangan Nilai Indeks RCA Kelapa Sawit Indonesia

Tahun 2008-2013 ................................................................................... 46

4. Perkembangan Nilai RCA Negara Produsen Kelapa sawit

Tahun 2008-2013 ..................................................................................... 50

5. Hasil Perhitungan Pangsa Pasar Kelapa Sawit Indonesia

Tahun 2008-2013 ...................................................................................... 53

6. Perkembangan Nilai Pangsa Pasar Negara Produsen Kelapa sawit .......... 56

7. Nilai Rata-rata Kontribusi Negara-Negara Produsen Kelapa Sawit

Terhadap Total Ekspor Kelapa Sawit Dunia Tahun 2008-2013 .............. 57

8. Perkembangan Nilai ISP Kelapa sawit Indonesia Tahun 2008-2013 ...... 59

Page 13: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perekonomian dunia telah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan

terbentuknya GATT (General Agreement on Tarrif and Trade), NAFTA (North

America Free Trade Area), AFTA (Asia Pasific Free Trade Area), ACFTA

(ASEAN-China Free Trade Area), dan kesepakatan regional lainnya yang

bertujuan menciptakan perdagangan internasional dan regional bebas. Dampak

globalisasi perdagangan dapat meningkatkan ekspor atau pangsa pasar dunia.

Namun, globalisasi perdagangan juga dapat mengurangi pangsa pasar jika suatu

negara tidak siap menghadapi globalisasi perdagangan sebagai akibat dari

persaingan dengan negara produsen lain. Persaingan yang terjadi antar negara

produsen suatu produk menuntut negara produsen tersebut untuk meningkatkan

keunggulan atau daya bersaing dari produknya, agar tetap bertahan dalam

perdagangan dunia.

Iklim perdagangan Indonesia akan semakin ketat dalam hal persaingan

dengan berlakunya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) pada tahun 2016.

Persatuan dagang tersebut membuat arus bebas antara anggota MEA berupa

barang, jasa, tenaga kerja dan modal. Pada tahun 2016 konsentrasi persaingan

hanya pada tenaga kerja, padahal MEA juga akan berdampak pada barang

produksi dalam negeri. Indonesia mempunyai peluang yang sangat besar dalam

meningkatkan ekonomi, potensi tersebut dapat dicapai dengan syarat daya saing

produknya lebih tinggi dari anggota MEA yang lain sehingga dapat memasarkan

produk lebih luas. Hal sebaliknya juga dapat berlaku jika daya saing produknya

rendah maka akan menjadi pasar yang potensial bagi produk anggota MEA yang

lain.

Mengingat hal tersebut, Indonesia harus terus dapat meningkatkan daya

saing nasionalnya untuk tahun-tahun yang akan datang. Salah satu komponen

ekonomi yang penting untuk meningkatkan daya saing nasional untuk

menghadapi perdagangan internasional adalah kegiatan ekspor impor, karena

menurut Tambunan, (2004) kegiatan ekspor impor merupakan salah satu faktor

penentu daya saing produk suatu negara. Kegiatan ekspor impor juga berdampak

Page 14: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

2

nyata bagi perekonomian nasional Indonesia karena kegiatan ekspor impor dapat

menyumbang pendapatan nasional negara atau produk domestik bruto (PDB).

Semakin tinggi rasio PDB suatu negara menandakan semakin mengglobal

perekonomian negara tersebut.

Pertanian Indonesia masih memiliki peran cukup dominan dalam rangka

menyumbang pendapatan negara. Menurut statistik makro pertanian 2013 Kinerja

perekonomian Indonesia pada tahun 2012 kontribusi sektor pertanian terhadap

total PDB Indonesia sebesar 14,44% Salah satu sub sektor di sektor pertanian

adalah sub sektor perkebunan. Sub sektor ini semakin penting dalam

meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional, mengingat sub sektor

perkebunan menjadi urutan kedua setelah tanaman bahan makanan (Food Crop)

dalam menyumbang PDB negara dari sektor non-migas (Pusdatin, 2014).

Keunggulan komparatif sub sektor perkebunan dibandingkan dengan sub

sektor lain dalam sektor non migas lainnya disebabkan ketersediaan lahan

yang belum dimanfaatkan secara optimal, berada di kawasan dengan iklim yang

menunjang dan ketersediaan tenaga kerja, sehingga dapat digunakan untuk

meningkatkan kompetitf. Kondisi tersebut merupakan hal yang dapat

memperkuat daya saing harga produk perkebunan Indonesia di pasaran dunia.

Salah satu tanaman perkebunan bagi masyarakat Indonesia adalah kelapa

sawit. Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak

masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Kelapa sawit

merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki nilai tinggi dan

industrinya termasuk padat karya. Salah satu alternatif hasil produk olahan utama

kelapa sawit adalah minyak mentah kelapa sawit atau yang lebih dikenal dengan

nama Crude Palm Oil (CPO). Industri perkebunan dan pengolahan sawit adalah

industri kunci bagi perekonomian Indonesia, ekspor minyak kelapa sawit adalah

penghasil devisa yang penting dan industri. Komoditas kelapa sawit dalam

perkembangannya secara ekonomi dapat bersaing dengan komoditas perkebunan

lain dan menjadi bagian dari masyarakat Indonesia. Nilai ekspor komoditas

perkebunan kelapa sawit Indonesia menempati peringkat pertama diantara

komoditas perkebunan lainnya. Secara lengkap hasil perkebunan kelapa sawit

Page 15: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

3

Indonesia dan komoditas lainnya pada tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada

tabel 1.

Tabel 1. Nilai ekspor komoditas perkebunan 2012 dan 2013 (000 US$)

Komoditas 2012 2013

Kelapa sawit 19.560.136 17.677.288

Karet 7.861.378 6.906.952

Kopi 1.249.519 1.174.038

Kakao 1.053.447 1.151.485

Kelapa 1,192.334 762.413

Lada 423.477 346.976

Tembakau 159.564 199.589

Teh 156.741 157.498

Pinang 125.600 165.849

Jambu mete 89.208 89.208

Kapas 41.588 45.617

Cengkeh 24.767 25.399

Sumber: Pusdatin 2014

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor unggulan Indonesia dan

kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar. Dalam lima tahun

terakhir rata-rata share per tahun adalah 2-3 persen dan setiap tahun cenderung

terus mengalami peningkatan. Salah satu komoditas ekspor nomor satu Indonesia

yang termasuk subsektor perkebunan ialah kelapa sawit. Perkembangan ekspor

negara pengekspor kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Ekspor Kelapa Sawit Dunia Tahun 2008-2013 (ton) Negara 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Indonesia 14.290.686 16.829.207 16.291.857 16.336.750 18.845.021 20.577.977

Malaysia 14.142.447 13.924.410 14.732.721 15.783.756 15.608.661 15.224.722

Belanda 1.500.513 1.310.774 1.168.049 1.288.157 1.342.220 1.566.968

Papua Nugini 446.000 470.000 485.700 571.900 525.000 564.235

Thailand 360.342 113.842 121.328 381.847 292.830 549.213

Sumber: FAO, 2017

Kegiatan perdagangan kelapa sawit Indonesia saat ini terfokus pada CPO

untuk pasar ekspor. Berdasarkan data perdagangan FAO (2017), dalam enam

tahun terakhir yaitu tahun 2008-2013, posisi Indonesia sebagai negara eksportir

kelapa sawit menempati urutan ke pertama dunia diikuti oleh Malaysia Belanda,

Papua Nugini dan Thailand. Pertumbuhan ekspor kelapa sawit Indonesia sendiri

cenderung stabil mengalami peningkatan tiap tahunnya, tercatat hanya pada tahun

Page 16: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

4

2010 total ekspor kelapa sawit Indonesia mengalami penurunan menjadi

16.291.857 ton dari periode sebelumnya tahun 2009 yang mencapai 16.829.207

ton.

Dapat dilihat bahwa prospek pertumbuhan industri kelapa sawit sangat

cerah mengingat permintaannya yang terus meningkat. Hal ini akibat dari

pertambahan alami seperti kenaikan jumlah penduduk yang otomatis akan

meningkatkan permintaan minyak goreng serta hasil olahan kelapa sawit lainnya,

berkembangnya industri hilir, dan yang cukup mempengaruhi kenaikan

permintaan CPO dunia secara signifikan yaitu pengembangan energi alternatif

pengganti minyak bumi.

1.2 Rumusan Masalah

Jika komoditas suatu negara berdaya saing yang tinggi, maka secara

langsung akan meningkatkan nilai ekspornya sehingga akan dapat meningkatkan

pendapatan riil masyarakat dalam jangka panjang. Seiring dengan semakin

berkembangnya industri hilir dan energi alternatif (bio diesel) akan membuat

permintaan CPO selalu meningkat. Indonesia sebagai produsen dan pengekspor

terbesar di dunia harus melakukan sesuatu untuk mempertahankan posisi tersebut

mengingat persaingan yang ketat antara Indonesia dan Malaysia khususnya.

Namun dalam mencapai hal tersebut Indonesia menghadapi berbagai

kendala dalam pengembangan kelapa sawit. Pertama, Indonesia memiliki area

kebun kelapa sawit terluas di dunia namun produktivitasnya rendah, produktivitas

rata-rata nasional perkebunan kelapa sawit Indonesia masih sekitar 3 ton

CPO/ha/tahun, lebih kecil bila dibandingkan produktivitas yang dicapai

perkebunan kelapa sawit Malaysia, yaitu antara 5-6 CPO/ha/tahun. Kedua,

minyak kelapa sawit Malaysia lebih kompetitif daripada Indonesia karena mutu

yang lebih baik, apabila keadaan ini terus berlanjut, maka hal ini tidak menutup

kemungkinan pasar yang telah dikuasai Indonesia selama ini akan direbut oleh

Malaysia.

Ketiga, penerapan deregulasi pemasaran minyak kelapa sawit yang

ditetapkan oleh pemerintah berupa pajak ekspor yang bertujuan untuk membatasi

ekspor guna mengendalikan harga jual minyak dalam negeri yang selalu berubah-

Page 17: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

5

ubah, akibatnya volume ekspor kelapa sawit tidak stabil dan malah membuat

harga minyak dalam negeri juga menjadi tidak stabil. Pajak ekspor yang tinggi

yang membuat ekspor kelapa sawit tidak maksimal dan keuntungan petani

berkurang, karena ekspor menurun, maka pendapatan negara dari ekspor pun ikut

turun. Dari luar negeri (pengimpor) juga mengeluarkan kebijakan yang

menghambat ekspor Indonesia, seperti tingginya bea masuk ekspor dan

standarisasi. Keempat, isu-isu lingkungan yang menyebutkan bahwa usaha

pembukaan lahan kelapa sawit telah menimbulkan kerusakan alam. Praktik-

praktik tidak ramah lingkungan seperti pembukaan lahan dengan pembakaran

hutan, dengan alasan utama meminimalkan resiko terserang hama dan

mengurangi biaya awal pembukaan lahan, telah menimbulkan citra buruk bagi

industri kelapa sawit di Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat daya saing ekspor minyak sawit Indonesia di perdagangan

internasional jika dilihat keunggulan komparatifnya?

2. Seberapa besar pangsa pasar kelapa sawit Indonesia dibandingkan dengan

negara-negara pengekspor lainnya

3. Apakah peran yang dimiliki Indonesia dalam perdangangan kelapa sawit

internasional berdasarkan konsep spesalisasi perdagangan di pasar

internasional?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis tingkat daya saing ekspor minyak kelapa sawit Indonesia di

perdagangan Internasional dilihat keunggulan komparatifnya

2. Mengetahui pangsa pasar kelapa sawit Indonesia dibandingkan dengan

negara-negara pengekspor lainnya

3. Mengetahui peran yang dimiliki Indonesia dalam perdagangan kelapa sawit

internasional berdasarkan spesialisasi perdagangan di pasar internasional

Page 18: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

6

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam pengambilan

keputusan kebijakan untuk mendukung komoditi kelapa sawit Indonesia di

pasar internasional.

2. Bagi pelaku bisnis kelapa sawit, penelitian ini dapat dijadikan sumber

informasi untuk mengembangkan komoditi kelapa sawit Indonesia yang

memiliki kuantitas serta kualitas yang berdaya saing.

3. Bagi masyarakat akademik, penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk

meneliti lebih lanjut mengenai kondisi perdagangan kelapa sawit di

Indonesia.

Page 19: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai perdagangan

internasional sebagian besar membahas masalah prospek perdagangan dilihat dari

elastisitas permintaan ekspor dan impor. Penelitian tersebut diantaranya dilakukan

olehMuslim (2006) Meryana (2007), Anggit (2012) dan Febriyanthi (2014).

Penelitian-penelitian tersebut berfokus mengenai daya saing ekspor indonesia di

pasar internasional menggunakan berbagai metode analisis seperti Indeks

Spesialisasi Perdagangan (ISP), Revealed Comparatif Advantage (RCA),

Acceleration Ratio (AR) dan Trade Specialization Index (TSI).

Muslim (2006) melakukan penelitian yang merupakan bagian dari hasil

penelitian Malian, dkk (2005). Penelitian Muslim bertujuan untuk mengetahui

daya saing produk ekspor berbasis kelapa dengan mengukur tingkat keunggulan

komparatif dari produk-produk di pasar dunia, sebagai awal untuk

mengidentifikasi produk ekspor berbasis kelapa digunakan pohon industri kelapa.

Metode analisis yang digunakan adalah Revealed Comparatif Advantage (RCA),

Acceleration Ratio (AR) dan Trade Specialization Index (TSI). Berdasarkan

analisis RCA bahwa Indonesia memiliki nilai RCA disetiap pasar tujuan ekspor,

dengan nilai RCA>1 yang artinya Indonesia terspesialisasi pada produk

agroindustri kelapa tersebut. Sedangkan nilai AR Indonesia memiliki daya saing

dan dapat merebut pasar kelapa (AR>1), sedangkan hasil dari analisis TSI

Indonesia memberikan nilai positif yang berarti terjadi spesialisasi ekspor.

Meryana (2007) melakukan penelitian tentang daya saing ekspor kopi

robusta Indonesia di pasar internasional menggunakan analisi Revealed

Comparative Advantage (RCA). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : (1)

struktur kopi internasional menunjuk ke arah pasar persaingan dengan bentuk

oligopolis, kondisi tersebut ditunjukkan dengan rata-rata Herfindahl Index (HI)

sebesar 0,2 dari tahun 1996 hingga 2006. Sedangkan pasar oligopoli ditunjukkan

dengan nilai CR4 sebesar 75%, (2) industri kopi robusta Indonesia memiliki

keunggulan komparatif ditunjukkan dengan nilai RCA lebih dari 1 pada tahun

2006 yaitu sebesar 9,7. Walaupun demikian, daya saingnya masih rendah jika

Page 20: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

8

dibandingkan dengan negara Pantai Gading dan Uganda yang merukpakan

produsen dan eksportir kopi robusta utama di dunia, (3) industri kopi robusta

mempunyai keunggulan kompetitif, hal ini dapat dilihat dari kondisi faktor

sumber daya yang keseluruhan mendukung.

Penelitian yang dilakukan Anggit (2012) tentang daya saing CPO Indonesia

di pasar internasional menganalisis tentang posisi daya saing CPO Indonesia di

pangsa pasar dunia (alat analisis RCA) dan untuk mengetahui spesalisasi

perdagangangan CPO Indonesia (alat analisis ISP). Berdasarkan nilai rata-rata

RCA rentan tahun 2001 sampai dengan 2010 yang nilainya (0,85) yang berarti

Indonesia memiliki keunggulan komperatif rendah (RCA < 1). Nilai ISP dari CPO

Indonesia menunjukkan spesalisasi dagang CPO Indonesia yang nilainya 0,95

mendekati satu berarti posisi Indonesia pada tahap pematangan. Nilai rata-rata

RCA rendah menurut peneliti disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah

tentang bea keluar CPO yang berdampak negatif pada daya saing.

Febriyanthi (2014) melakukan penelitian tentang daya saing teh Indonesia

di pasar internasional dengan menggunakan metode RCA. Hasil penelitian

tersebut adalah sebagai berikut : (1) struktur pasar yang dihadapi Indonesia terdiri

dari pasar persaingan oligopoli dan monopoli, (2) komoditi teh Indonesia

memiliki daya saing yang kuat berdasarkan analisis keunggulan komparatifnya.

Namun , walaupun memiliki daya saing yang kuat, beberapa tahun belakangan

pangsa pasar teh Indonesia untuk HS 090220 dan HS 099240 di pasar dunia

cenderung menurun, (3) diliha dari keunggulan kompetitif, walaupun kondisi fisik

Indonesia mendukung peningkatan daya saing komoditi teh tetapi daya saingnya

menurun kareng berbagai faktor dan kendala yang dihadapi industri budidaya teh

nasional di dalam negeri

Page 21: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

9

2.2. Tinjauan Perdagangan Internasional

2.2.1. Definisi Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional menurut Boediono (2001) adalah suatu proses

pertukaran barang (perdagangan) yang timbul antar negara untuk mendapatkan

manfaat atau keuntungan dari pertukaran barang tersebut. Selanjutnya Sukirno

(2006) menjelaskan bahwa ada beberapa keuntungan dari perdagangan

Internasional tersebut, yaitu: (a) Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi

di dalam negeri, karena tidak semua negara mampu memproduksi barang yang

dibutuhkannya. (b) Memperoleh keuntungan dari spesialisasi, karena meskipun

suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama dengan yang diproduksi

negara lain, tetapi ada kalanya lebih baik negara tersebut mengimpor barang

tersebut dari luar negeri. Hal ini karena melakukan impor lebih dianggap efisien

daripada memproduksi di dalam negeri dengan mempertimbangkan faktor-faktor

produksi. (c) Memperluas pasar industri-industri dalam negeri. (d) Menggunakan

teknologi modern dan meningkatkan produktivitas, karena perdagangan

Internasional memungkinkan suatu negara untuk mengimpor mesin-mesin atau

alat-alat yang lebih modern untuk melaksanakan teknik produksi dan cara

produksi yang baik.

Halwani (2005) menyebutkan bahwa perdagangan internasional dapat

terjadi karena setiap negara dengan negara mitra dagangnya mempunyai beberapa

perbedaan, misalnya perbedaan kandungan sumber daya alam, iklim, penduduk,

sumber daya manusia, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi,

tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan politik, dan lain sebagainya.

Perbedaantersebut berkaitan dengan perbedaan dalam tingkat kapasitas produksi

secara kuantitas,kualitas, dan jenis produksinya. Dari perbedaan tersebut, maka

atas dasar kebutuhan yang saling menguntungkan terjadilah perdagangan

internasional. Perdagangan internasional dapat meningkatkan output dunia karena

memungkinkan setiap negara memproduksi sesuatu yang keunggulan

komparatifnya ia kuasai. Suatu negara memiliki keunggulan komparatif

(comparative advantange) dalam memproduksi suatu barang apabila biaya

pengorbanannya dalam memproduksi barang tersebut (dalam satuan barang lain)

lebih rendah daripada negara-negara lainnya. Perdagangan antara dua Negara

Page 22: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

10

akan menguntungkan kedua belah pihak jika masing-masing Negara

memproduksi dan mengekspor produk yang keunggulan komparatifnya ia kuasai

(Krugman dan Obstfeld, 2004).

Perdagangan internasional dianggap sebagai suatu akibat dari adanya

interaksi antara permintaan dan penawaran yang bersaing. Permintaan (demand)

dan penawaran (supply) akan tampak dalam bentuk yang sudah dikenal serta

merupakan suatu interaksi dari kemungkinan produksi dan preferensi konsumen.

Suatu negara akan mengekspor komoditas yang dihasilkan lebih murah dan

mengimpor komoditas yang dihasilkan lebih mahal dalam penggunaan sumber

daya (Lindert dan Kindleberger, 1995). Perdagangan internasional semacam itu

akan mendorong peningkatan konsumsi dan keuntungan. Sebaliknya kebijakan

pembatasan perdagangan oleh pemerintah justru memberikan kerugian yang lebih

besar bagi masyarakat dalam negeri dibandingkan manfaat yang diperoleh

(Nopirin, 1997).

Volume ekspor suatu komoditi dari negara tertentu ke negara lain

merupakan selisih antara penawaran domestik dan permintaan domestik yang

disebut sebagai negara tersebut merupakan permintaan impor bagi negara lain

atau merupakan kelebihan permintaan (excess demand). Selain dipengaruhi oleh

permintaan dan penawaran domestik, ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

pasar dunia seperti harga komoditas itu sendiri, jumlah komoditas itu sendiri dan

komoditas substitusinya di pasar internasional serta hal-hal yang dapat

mempengaruhi harga baik secara langsung maupun tidak langsung (Salvatore,

1997).

Pada gambar 1 dijelaskan bahwa pada panel A, Px/Py (jumlah komoditi Y

yang harus dikorbankan oleh suatu negara untuk memproduksi satu unit tambahan

X) lebih besar dari P1 yang berarti bahwa negara 1 nengalami kelebihan

penawaran CPO, sehingga kurva penawaran ekspornya mengalami kenaikan

(panel B). di lain pihak pada panel C, karena Px/Py lebih rendah dari P3 maka

negara 2 mengalami kelebihan permintaan untuk CPO dan ini mengakibatkan

permintaan impor CPO negara 2 juga mengalami peningkatan (panel B). Pada

panel B juga menunjukkan bahwa hanya pada tingkat harga P2 maka jumlah

impor CPO yang diminta oleh negara 2 akan sama persis dengan jumlah ekspor

Page 23: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

11

yang ditawarkan oleh negara 1. Dengan demikian P2 merupakan Px/Py atau harga

relatif ekuilibrium setelah berlangsungnya perdagangan antara kedua negara

tersebut. Harga yang pada negara 1 awalnya P1 kemudian akan mengalami

peningkatan menjadi P2, sedangkan pada negara 2 yang harga awalnya P3

kemudian akan turun menjadi P2.

Maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya perdagangan maka kedua

negara masing-masing akan diuntungkan, negara 1 mendapat keuntungan karena

dapat menjual kelebihan produksinya tersebut dengan harga yang lebih tinggi,

sedangkan negara 2 mendapat keuntungan karena dapat memenuhi kebutuhan

domestiknya dengan membeli CPO dari negara 1 dengan harga yang murah

Px/Py Px/Py Px/Py

Sx

P3 Sx A’’ P3 A’

E* S

B’ E’

P2 B E B* D P1 A* Dx

A

Dx

0 X 0 X 0 X

Gambar 1. Kurva Proses Terjadinya Perdagangan Internasional

2.2.2 Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional merupakan teori-teori yang menganalisis

dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional dan keuntungan yang didapat

dari adanya perdagangan tersebut (Salvatore, 1997). Pendorong terjadinya

hubungan perdagangan di antara dua negara adalah karena adanya perbedaan

harga relative komoditi yang berlaku di masing-masing negara (keunggulan

komparatif).Penyebab perbedaan tersebut adalah karena adanya perbedaan

Pasar di Negara 1

Untuk komoditi X

Hubungan

Perdagangan

Internasional dalam

komoditi X

Pasar di Negara 2

Untuk komoditi X

Page 24: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

12

karunia sumber daya anter negara atau variasi kelimpahan (abundance) relatif

atas faktor-faktor produksi dan teknologi produksi yang mempengaruhi intensitas

relatif penggunaan faktor-faktor produksi tersebut dalam menghasilkan berbagai

macam barang.

Sebelum adanya perdagangan, harga-harga relatif dari berbagai komoditi

di masing-masing negara merupakan refleksi dari keunggulan komparatif yang

dimilikinya. Setelah adanya perdagangan, harga-harga relatif tersebut kemudia

akan saling menyesuaikan sehingga terbentuk suatu harga keseimbangan.

Misalkan suatu negara (negara 1) mengekspor suatu komoditi (misal CPO) ke

negara lain (negara 2). Harga CPO rendah pada negara 1 sebelum adanya

perdagangan, ini dikarenakan adanya kelebihan penawaran (excess supply) di

negara tersebut akibat produksi yang melebihi konsumsi domestik.Kebalikannya

pada negara 2, harga CPO lebih tinggi karena kelebihan permintaan (excess

demand) akibat konsumsi domestic yang melebihi kapasitas produksi. Maka dari

itu negara 1 kemudian menjual kelebihan produkstinya tersebut ke negara 2 yang

kekurangan suplai.

Teori perdagangan internasional dalam Tambunan (2001) digolongkan

menjadi teori klasik dan teori modern. Teori Keunggulan Absolut dari Adam

Smith, Teori Biaya Relatif atau keunggulan komparatif dari J.S Mill, dan Teori

Biaya Relatif dari David Ricardo merupakan kelompok teori klasik. Sedangkan

yang termasuk teori modern adalah Teori Faktor Proporsi dari Hecksker dan

Ohlin.

2.2.2.1. Teori Klasik

1. Teori Biaya Relatif atau Keunggulan Absolut

Ekonomi klasik resmi berdiri ketika Adam Smith mengeluarkan bukunya

yang berjudul An Inquiry into Nature and Causes of the Wealth of Nations, yang

biasa disingkat dengan Wealth of Nations. Dalam bukunya, Adam Smith ingin

menjelaskan bagaimana meningkatkan kekayaan/kemakmuran suatu Negara dan

bagaimana kekayaan tersebut didistribusikan. Dalam hal ini, kekayaan suatu

Negara akan bertambah searah dengan peningkatan keterampilan dan efisiensi

para tenaga kerja, yang sejalan dengan persentase penduduk yang terlibat dalam

Page 25: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

13

proses produksi. Kesejahteraan ekonomi setiap individu tergantung pada

perbandingan antara produksi total dengan jumlah penduduk.

Adam Smith juga menganjurkan adanya spesialisasi kerja dan penggunaan

mesin-mesin sebagai sarana utama untuk peningkatan produksi. Ia juga

memperkenalkan konsep invisible hand-nya di mana setiap orang yang melakukan

kegiatan di dalam perekonomian dituntun oleh sebuah tangan yang tidak terlihat.

Sehingga dengan mengejar kepentingannya sendiri seringkali justru lebih efektif

memajukan kepentingan masyarakat terlebih dahulu. Menurut Adam Smith,

perdagangan antara dua Negara didasarkan pada keunggulan absolut. Jika suatu

Negara menghendaki adanya persaingan, perdagangan bebas dan spesialisasi di

dalam negeri, maka hal yang sama juga dikehendaki dalam hubungan antar

bangsa. Sebuah Negara lebih efisien daripada (atau memiliki keunggulan absolut

terhadap) Negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang

efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) Negara lain dalam

memproduksi komoditi lainnya, maka kedua Negara tersebut dapat memperoleh

keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam

memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkannya

dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut. Melalui proses ini, sumber

daya di kedua Negara dapat digunakan dalam cara yang paling efisien. Output

kedua komoditi yang diproduksi pun akan meningkat. Peningkatan dalam output

ini akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua Negara

yang melakukan perdagangan.

Keunggulan absolut tersebut dapat diilustrasikan, jika Negara A dapat

memproduksi kentang untuk 8 unit per tenaga kerja sedangkan Negara B untuk

komoditi yang sama hanya dapat memproduksi 4 unit per tenaga kerja. Sedangkan

untuk komoditi lain misalnya gandum, Negara A hanya dapat memproduksi 6 unit

per tenaga kerja sedangkan untuk Negara B dapat memproduksi 12 unit per tenaga

kerja, maka dapat disimpulkan bahwa Negara A mempunyai keunggulan absolut

dalam produksi kentang dibandingkan dengan Negara B, sedangkan Negara B

dapat dikatakan mempunyai keunggulan absolut dalam produksi gandum

dibandingkan Negara A. Perdagangan internasional yang saling menguntungkan

antara kedua Negara tersebut jika Negara A mengekspor kentang dan mengimpor

Page 26: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

14

gandum dari Negara B, dan sebaliknya Negara B mengekspor gandum dan

mengimpor kentang dari Negara A.

2. Konsep Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif dijelaskan pertama kali dalam buku yang

diterbitkan oleh David Ricardo yang berujudul Principles of Political Economy

and Taxation pada tahun 1817. Menurut hukum keunggulan komparatif tersebut,

meskipun sebuah negara memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam

memproduksi suatu komoditi, namun perdagangan yang mengutungkan kedua

belah pihak masih dapat berlangsung. Hal ini dapat terjadi jika salah satu negara

melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang

memiliki kerugian absolut (memiliki keunggulan komparatif) lebih kecil dan

mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolute lebih besar (memiliki

kerugian komparatif).

Model Ricardian ini mengasumsikan bahwa tenaga kerja merupakan satu

satunya faktor produksi. Teori nilai kerja ini menyatakan bahwa nilai atau harga

dari suatu komoditas sama dengan atau dapat diperoleh dari jumlah waktu tenaga

kerja yang dipakai memproduksi komoditas. Hal ini secara tidak langsung

menyatakan (1) faktor produksi yang digunakan hanyalah tenaga kerja untuk

memproduksi barang, dan (2) tenaga kerja homogen. Teori ini disebut juga

sebagai teori keunggulan komparatif berdasarkan keberlimpahan faktor (factor

endowment theory of comparatife advantage) yang mengansumsikan bahwa tiap

Negara memiliki kesamaan fungsi produksi, sehingga faktor produksi yang sama

menghasilkan keluaran yang sama namun dibedakan oleh harga-harga relatif

faktor produksi tiap Negara.

Hukum komparatif David Ricardo tersebut berlaku dengan beberapa

asumsi, yaitu (1) hanya terdapat dua negara dan dua komoditi, (2) perdagangan

bersifat bebas, (3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara

namun tidak ada mobilitas antara dua negara, (4) biaya produksi konstan, (5)

tidak terdapat biaya transportasi, (6) tidak ada perubahan tekonologi, dan (7)

menggunakan teori nilai tenaga kerja. Asumsi satu hingga enam dapat diterima,

namun asumsi tujuh tidak dapat berlaku dan seharusnya tidak digunakan untuk

menjelaskan keunggulan komparatif (Salvatore, 1997).

Page 27: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

15

Berbeda dengan teori keunggulan absolut yang mengutamakankeunggulan

absolut dalam produksi tertentu yang dimiliki oleh suatu Negara dibandingkan

dengan Negara lain, teori ini berpendapat bahwa perdagangan internasional dapat

terjadi walaupun satu Negara tidak mempunyai keunggulan absolut, asalkan harga

komparatif di kedua Negara berbeda. Ricardo berpendapat sebaiknya semua

Negara lebih baik berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia

mempunyai keunggulan komparatif dan mengimpor saja komoditi-komoditi

lainnya.

Penjelasan mengenai terbentuknya keunggulan komparatif David Ricardo

kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Heckscher dan Ohlin dalam teorema H-O.

Teorema ini menekankan bahwa perbedaan tarif faktor pemberian alam

(endowment) dan harga-harga faktor produksi antar negara sebagai determinann

perdagangan yang paling penting. Teori H-O beranggapan suatu negara akan

melakukan spesialisasi dan mengekspor komoditi yang secara relatif mempunyai

faktor produksi yang berlimpah dan murah di negara tersebut, serta mengimpor

komoditi yang faktor produksinya relatif langka dan mahal.

3. Konsep Keunggulan Kompetitif

Daya saing suatu negara dalam keunggulan kompetitif, dipengaruhi oleh

faktor kebetulan (penemuan baru, meningkatnya harga, perubahan kurs, dan

konflik keamanan antar negara) dan tindakan-tindakan atau kebijakan pemerintah.

Semakin tinggi tingkat persaingan perusahaan di suatu negara maka semakin

tinggi tingkat daya saing internasional negara bersangkutan. Lebih lanjut Porter

menjelaskan, semakin kaya atau banyak sumber daya alam suatu negara, semakin

besar permintaan domestik serta semakin banyak industri pendukung atau

pelengkap di suatu negara, maka semakin kuat daya saing negara tersebut di

tingkat internasional (Halwani, 2005).

Sedangkan menurut Sutawi (2002) keunggulan kompetitif merupakan

ukuran aktual, yaitu mengukur daya saing pada kondisi pasar yang berlaku tanpa

mempermasalahkan ada tidaknya distorsi pasar. Salah satu indikator keunggulan

kompetitif yang paling sederhana adalah rasio harga produk produksi dalam

negeri dengan harga produk yang sama di luar negeri. Suatu produk yang

memiliki keunggulan komparatif bisa terjadi tidak memiliki keunggulan

Page 28: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

16

kompetitif apabila ada hambatan hambatan yang bersifat disinsentif. Sebaliknya

suatu produk yang tidak memiliki keunggulan komparatif kemungkinan memiliki

keunggulan kompetitif apabila pemerintah memberikan proteksi terhadap produk

yang bersangkutan. Proteksi perdagangan mencakup semua insentif perdagangan

baik itu kuota, tarif, maupun subsidi. Semua bentuk proteksi perdagangan ini

dapat menimbulkan distorsi pasar yaitu mencegah terjadinya pasar persaingan

bebas.

2.2.2.2 Teori Modern

Salah satu contoh terori modern adalah Teori Hecksher-Ohlin, teori

Hecksher-Ohlin pertama kali digagas pada tahun 1920an oleh dua ekonom

Swedia, Eli Hecksher dan muridnya Bertil Ohlin. Dalam Salvatore (1992), teori

ini mengajukan suatu premis bahwa suatu Negara akan mengekspor barang yang

memiliki faktor produksi yang berlimpah secara intensif. Suatu negara dikatakan

memiliki faktor produksi berlimpah untuk tenaga kerja misalnya jika rasio dari

tenaga kerja terhadap faktor lainnya lebih besar dibandingkan rasio Negara lain

mitranya. Sedangkan suatu barang disebut bersifat padat tenaga kerja merupakan

bagian terbesar dari nilai barang tersebut dibandingkan biaya faktor produksi

lainnya.

Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan

dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang

menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut

Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain

disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan

dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan

komparatif adalah:

1. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu

negara.

2. Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi,

apakah labor intensity atau capital intensity.

Page 29: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

17

Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva

pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya

produksi yang sama. Dan kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total

kuantitas produk yang sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan

bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya

tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan

diperoleh sejumlah produk tertentu. Analisis hipotesis H-O dikatakan berikut:

a. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau

proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.

b. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing

negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang

dimilikinya.

c. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan

mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi

yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.

d. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu

karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal

untuk memproduksinya.

Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi

yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis

akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.

2.3 Konsep Daya Saing

Porter (1990) menyebutkan bahwa “istilah daya saing sama dengan

competitiveness atau competitive. Sedangkan istilah keunggulan bersaing sama

dengan competitive advantage”. Dan hal ini pun saling berhubungan dan terikat

antara faktor yang satu dengan yang lain. World Economic Forum (WEF)

mendefinisikan daya saing nasional sebagai “kemampuan perekonomian nasional

untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan”. Fokusnya

kemudian adalah pada kebijakan-kebijakan yang tepat. Institusi-institusi yang

sesuai dengan karakteristik ekonomi lain yang mendukung terwujudnya

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan (Tambunan, 2003).

Page 30: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

18

Sedangkan menurutInstitute of Management and Development (IMD)

dalam Hady, 2004 mendefinisikan daya saing sebagai kemampuan suatu negara

dalam menciptakan nilai tambahan dalam rangka menambahkan kekayaan

nasional dengan cara mengelola asset dan proses, daya tarik dan agresivitas,

globalilsasi dan proksimitas, serta dengan mengintegrasikan hubungan-hubungan

tersebut kedalam suatu model ekonomi dan sosial. Tingkat daya saing suatu

negara di kancah perdagangan internasional, pada dasarnya ditentukan oleh dua

faktor, yaitu: faktor keunggulan komparatif (comparative advantage) dan faktor

keunggulan kompetitif (competitive advantage) (Apridar, 2009)

Faktor keunggulan komparatif dapat dianggap sebagai faktor yang bersifat

alamiah dan faktor keunggulan kompetitif dianggap sebagai faktor yang bersifat

acquired atau dapat dikembangkan/diciptakan. Tingkat daya saing suatu negara

sesungguhnya juga dipengaruhi oleh apa yang disebut Sustainable Competitive

Advantage (SCA) atau keunggulan daya saing berkelanjutan. Ini terutama dalam

kerangka menghadapi tingkat persaingan global yang sedemikian lama menjadi

sedemikian ketat/keras atau Hyper Competitive (Budiman, 2004).

Analisis Hyper Competitive (persaingan yang super ketat) berasal dari

D’Aveni merupakan analisis menunjukkan bahwa pada akhirnya setiap negara

akan dipaksa memikirkan atau menemukan suatu stratesgi yang tepat, agar

negara/perusahaan tersebut dapat tetap bertahan pada kondisi persaingan global

yang sangat sulit. Strategi yang tepat adalah strategi SCA atau strategi yang

berintikan upaya perencanaan dan kegiatan operasional yang terpadu, yang

mengkaitkan 5 lingkungan eksternal dan internal demi pencapaian tujuan jangka

pendek maupun jangka panjang, dengan disertai keberhasilan dalam

mempertahankan/meningkatkan sustainable real income secara efektif dan efisien

(Budiman, 2004).

Porter (1990) menyatakan bahwa daya saing identik dengan produktivitas,

yakni tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Peningkatan produktivitas ini dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah input

fisik modal maupun tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang digunakan, dan

peningkatan teknologi. Pendefinisian daya saing juga dikemukakan oleh World

Economic Forum (2013) yang mendefinisikan daya saing sebagai kemampuan

Page 31: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

19

suatu Negara untuk menghasilkan barang dan jasa yang berskala internasional

melalui mekanisme perdagangan yang adil dan bebas, sekaligus menjaga dan

meningkatkan pendapatan riil masyarakat dalam jangka panjang sehingga dapat

mencapai pertumbuhan PDB perkapita yang tinggi secara terus menerus.Dalam

Febriyanthi (2009) daya saing merupakan kemampuan suatu produsen untuk

memproduksi suatu komoditi dengan biaya yang cukup rendah sehingga pada

harga-harga yang terjadi di pasar internasional kegiatan produksi tersebut

menguntungkan. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur daya saing

suatu komoditi adalah tingkat keuntungan yang dihasilkan dan efisiensi dari

pengusahaan komoditi tersebut.

Daya saing suatu negara merupakan konsep komparatif dari kemampuan

dan kinerja dari sebuah negara untuk menjual dan menawarkan barang dan/atau

jasa di sebuah pasar permintaan. Daya saing dibatasi oleh keterbatasan dan

peluang dalam kompetisi global, disaat kinerja efektif pemerintah dihambat oleh

permasalahan biaya dan sector privat yang menghadapi rintangan untuk bersaing

dalam pasar domestik dan internasional. Dalam sebuah Global Competitiveness

Report 2016-2017, peringkat daya saing Indonesia berada pada urutan 41 dari 138

negara. Peringkat pertama diduduki oleh Swiss dan posisi terakhir duduki oleh

negara Yaman.

2.4 Tinjauan Tentang Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman keras (tahunan)

berasal dari Afrika yang bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian tempat 500

meter di atas permukaan laut. Kelapa sawit mulai menghasilkan pada umur 3

tahun dengan usia produktif hingga 25 – 30 tahun dan tingginya dapat mencapai

24 meter. (Pahan 2011). Tetapi untuk perkebunan, umur ekonomis kelapa sawit

adalah 25 –35 tahun, dengan tinggi pohon berkisar antara 10 - 11 m.2 Bagian

tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis tinggi adalah buahnya yang

tersusun dalam sebuah tandan, biasa disebut dengan TBS (tandan buah segar).

Buah sawit dibagian sabut (daging buah) menghasilkan minyak sawit kasar

(Crude Palm Oil atau CPO) sebanyak 20-24 persen. Sementara itu, bagian inti

Page 32: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

20

kelapa sawit menghasilkan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil atau PKO)

sebanyak 3-4 persen (Sunarko 2008).

2.4.1 Pemanfaatan Kelapa Sawit

Minyak sawit dan minyak inti sawit umumnya digunakan untuk pangan

dan nonpangan. Dalam produksi pangan, minyak sawit dan minyak inti sawit

digunakan sebagai bahan untuk membuat minyak goreng, lemak pangan,

margarin, lemak khusus (substitusi cacao butter), kue, biskuit, dan es krim. Dalam

produksi nonpangan, minyak sawit dan minyak inti sawit digunakan sebagai

bahan untuk membuat sabun, detergen, surfakat, pelunak (plasticizer), pelapis

(surface coating), pelunas, sabun metalik, bahan bakar mesin diesel, dan

kosmetika (Sunarko 2008). Hingga saat ini terdapat sekitar 23 jenis produk

turunan CPO yang telah diproduksi di Indonesia. Dengan pengolahan CPO ini

menjadi berbagai produk turunan, maka akan memberikan nilai tambah lebih

besar lagi bagi negara karena harga relatif mahal dan stabil. Penggunaan CPO

untuk industri hilirnya di Indonesia saat ini masih relatif rendah yaitu baru sekitar

35% dari total produksi (Kementerian Perindustrian 2012).

Dari segi pemanfaatannya, kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai

produk, mulai dari daging buah, biji, tandan kosong dan batangnya dapat

dimanfaatkan.Komoditas minyak sawit memiliki berbagai kegunaan baik untuk

industri pangan maupun non pangan. Namun demikian, perkembangan

diversifikasi produk kelapa sawit dominan kearah pengembangan produk pangan

(sekitar 90 persen) dan sisanya produk-produk non pangan berupa produk sabun

dan oleokimia (sekitar 10 persen).Dalam hal pangan, sebagian besar minyak sawit

digunakan untuk pembuatan minyak goreng, dan sebagian untuk pembuatan

margarin (Hariyadi, 2003).

Kelapa sawit yang dikenal saat ini memiliki berbagai macam manfaat dan

keuntungan bagi masyarakat, beberapa manfaat kelapa sawit yaitu (Dewan

Minyak Sawit Indonesia 2010):

1. Pendapatan petani sawit dengan kepemilikan lahan 2 ha adalah antara 2-4

juta/bulan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder

Page 33: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

21

2. Kelapa sawit mengandung berbagai nutrisi yang berguna di dalam tubuh,

diantaranya adalah a-karoten, b-karoten, vitamin E, likopen, lutein, sterol,

asam lemak tidak jenuh, ubiquinone-10

3. Kelapa sawit dapat menjadi suplementasi RPO untuk ibu hamil dan menyusui,

potensi untuk mengatasi defisiensi vitamin A, dan merupakan bahan baku

produk turunan seperti minyak makan dan margarine

4. Minyak sawit merupakan sumber alami vitamin E yang merupakan

antioksidan, yang berfungsi sebagai penangkal radikal bebas, sehingga

mencegah penuaan dini dan kanker

5. Minyak sawit tidak mengandung kolestrol. 6. Minyak sawit mentah

merupakan minyak nabati dengan kandungan karetonoid (pro-vitamin A)

yang sangat tinggi

6. Minyak sawit dapat mengurangi risiko jantung koroner

7. Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh yang baik untuk kesehatan

2.4.2 Perkembangan Luas Area, Produksi, Ekspor dan Impor Kelapa Sawit

Indonesia

Pada tahun 1916 luas area kelapa sawit Indonesia tercatat hanya 1.272

ha.Luas area kelapa sawit terus bertambah sehingga pada tahun 1940 luas

perkebunan kelapa sawit Indonesia telah mencapai 109.600 ha. Sejak tahun 1967,

luas area kelapa sawit tumbuh dengan cepat terutama pada akhir tahun 70-an

sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengembangkan tanaman perkebunan

sebagai komoditi ekspor.

Perkebunan kelapa sawit menurut penguasaha dibagi menjadi tiga yaitu,

Perkebunan Besar Negara (PBN), Perkebunan Besar Swasta (PBS), dan

Perkebunan Rakyat (PR). Dari data Direktorat Jenderal Perkebunan,

menunjukkan bahwa Perkebunan Rakyat baru ada sejak 1979, lalu sampai dengan

tahun 1983 perkebunan kelapa sawit didominasi oleh PBN, kemudian digantikan

oleh PBS hingga saat ini. Menurut pendistribusian lahannya, Riau memiliki lahan

yang paling luas kemudian diikuti oleh Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan

Jambi.

Menurut status pengusahaannya, sebagian besar perkebunan kelapa sawit

pada tahun 2014 diusahakan oleh perkebunan besar swasta yaitu sebesar 5,60 juta

Page 34: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

22

hektar (52,10 %), sementara perkebunan rakyat mengusahakan 4,42 juta hektar

(41,12 %) dan perkebunan besar negara hanya sebesar 0,73 juta hektar (6,78 %).

Pada tahun 2015 perkebunan kelapa sawit yang diusahakan oleh perkebunan

besar swasta diperkiraan sebesar 5,98 juta hektar (52,88 %), sementara

perkebunan rakyat mengusahakan 4,58 juta hektar (40,49 %) dan perkebunan

besar negara hanya mengusahakan 0,75 juta hektar. Luas areal perkebunan kelapa

sawit di Indonesia selama enam tahun terakhir cenderung menunjukkan

peningkatan, naik sekitar 2,77 sampai dengan. 11,33 persen per tahun. Pada tahun

2010 lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia tercatat seluas 8,55 juta hektar,

meningkat menjadi 10,75 juta hektar pada tahun 2014 atau terjadi peningkatan

25,80 persen. Pada tahun 2015 diperkirakan luas areal perkebunan kelapa sawit

meningkat sebesar 5,07 persen dari tahun 2014 menjadi 11,30 juta hektar

Tabel 3. Luas Area Kelapa Sawit Indonesia Menurut Penguasaan Tahun 2010-

2015 (ha)

Tahun Rakyat Negara Swasta Total

2010 3.387.258 658.492 4.503.078 8.546.826

2011 3.782.480 692.065 4.657.751 9.102.296

2012 4.137.621 734.077 5.261.624 10.133.322

2013 4.356.087 727.767 5.381.186 10.465.020

2014 4.422.365 729.022 5.603.414 10.754.801

2015* 4.575.101 750.160 5.975.109 11.300.370

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016

Keterangan : *) angka sementara

Demikian halnya dengan luas areal kelapa sawit, perkembangan produksi

minyak sawit (CPO) dari tahun 2010 sampai dengan 2015 meningkat sekitar 5,39

sampai dengan 8,42 persen per tahun. Pada tahun 2010 produksi minyak sawit

(CPO) sebesar 22,50 juta ton, meningkat menjadi 29,28 juta ton pada tahun 2014

atau terjadi peningkatan 30,14 persen. Tahun 2015 diperkirakan produksi minyak

sawit (CPO) akan meningkat menjadi 31,28 juta ton atau sebesar 6,85 persen.

Produksi minyak sawit (CPO) terbesar pada tahun 2014 berasal dari Provinsi Riau

sebesar 6,99 juta ton atau sekitar 23,89 persen dari total produksi Indonesia. Pada

tahun 2015 Provinsi Riau diperkirakan tetap menjadi produsen CPO terbesar

Indonesia dengan produksi sekitar 23,44 persen dari total produksi Indonesia.

Berdasarkan status pengusahaannya, pada tahun 2014 sebesar 57,53 persen dari

Page 35: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

23

produksi minyak sawit (CPO) atau 16,84 juta ton minyak sawit (CPO) berasal

dari perkebunan besar swasta, 34,86 persen atau 10,20 juta ton dari perkebunan

rakyat dan 7,61 persen atau 2,23 juta ton berasal dari perkebunan besar negara.

Pada tahun 2015 diperkiraan sebesar 18,33 juta ton CPO (58,59 %) berasal dari

perkebunan swasta, 10,67 juta ton (34,10 %) dari perkebunan rakyat dan 2,29 juta

ton (7,31 %) berasal dari perkebunan besar Negara.

Sejalan dengan perkembangan areal yang telah mencapai 11.3 juta ha pada

tahun 2015 sehingga Indonesia memiliki area kebun kelapa sawit terluas di dunia.

Produksi CPO indonesia tercatat terus mengalami penigkatan setiap tahunnya.

Produksi minyak kelapa sawit tercatat mengalami perkembangan pesat pada

periode 1995-2004, dimana terjadi pertumbuhan sebesar 2.7 kali dari 4,2 juta ton

pada 1995 menjadi 11,4 juta ton pada 2004 (PPKS, 2006).

Tabel 4. Produksi Minyak Sawit Indonesia Menurut Pengusahaan Tahun 2010-

2015 (ton)

Tahun Rakyat Negara Swasta Total

2010 8.458.709 1.921.660 12.116.488 22.496.857

2011 8.797.925 2.154.218 13.043.830 23.995.973

2012 9.197.729 2.133.007 14.684.783 26.015.519

2013 10.010.728 2.144.651 15.626.625 27.782.004

2014 10.205.395 2.229.336 16.843.458 29.278.189

2015* 10.668.425 2.287.077 18.328.804 31.284.306

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016

Keterangan : *) angka sementara

Ekspor minyak sawit Indonesia terdiri dari minyak sawit mentah (CPO)

dan minyak sawit olahan. Total ekspor minyak kelapa sawit enam tahun terakhir

cenderung mengalami peningkatan berkisar antara 0,08 sampai dengan 16,06

persen per tahun. Pada tahun 2010 total volume ekspor mencapai 17,86 juta ton

dengan total nilai sebesar US$ 15,20 milyar, meningkat menjadi 28,29 juta ton

pada tahun 2015 dengan total nilai sebesar US$ 16,95 Total ekspor CPO

Indonesia pada tahun 2015 mencapai 26.467.564 ton atau meningkat sebesar 13

persen dari tahun 2014, yang mencapai 22.892.224 ton.Produksi minyak kelapa

sawit Indonesia sebagian besar diekspor ke mancanegara dan sisanya dipasarkan

di dalam negeri. Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia menjangkau lima benua

yaitu Asia, Afrika, Australia, Amerika, dan Eropa dengan pangsa utama di Asia.

Pada tahun 2015, lima besar negara pengimpor CPO Indonesia adalah India,

Page 36: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

24

Belanda, Malaysia, Singapura, dan Spanyol. Volume ekspor ke India mencapai

3,82 juta ton atau 49,06 persen dari total volume ekspor CPO Indonesia dengan

nilai US$ 2,11 milyar. Peringkat kedua adalah Belanda, dengan volume ekspor

sebesar 1,04 juta ton atau 13,41 persen dari total volume CPO Indonesia dengan

nilai US$ 0,60 milyar. Peringkat ketiga adalah Malaysia, dengan volume ekspor

sebesar 0,62 juta ton atau 7,98 persen dari total volume ekspor CPO Indonesia

dengan nilai US$ 347,0 juta. Peringkat keempat adalah Singapura dengan volume

ekspor 0,60 juta ton atau sekitar 7,76 persen dari total volume ekspor CPO

Indonesia dengan nilai US$ 332,9 juta. Peringkat kelima adalah Spanyol dengan

volume ekspor 0,58 juta ton atau 7,46 persen dari total volume ekspor CPO

dengan nilai US$ 338,5 juta (Badan Pusat Statistik, 2017).

Tabel 5. Perkembangan Ekspor CPO Indonesia Tahun 2010-2015

Tahun Berat Bersih (Ton) Nilai FOB (000 US$)

2010 16.291.856 13.468.966

2011 16.436.202 17.261.248

2012 18.845.020 17.602.168

2013 20.577.976 15.838.850

2014 22.892.224 17.464.754

2015 26.467.564 15.385.275

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016

Negara pengimpor CPO terbesar di dunia adalah India. Pada tahun 2015

dengan volum impor 10.920.000 CPO sebesar atau sebesar 42 persen dari total

ekspor CPO indonesia. Tetapi adanya kebijakan India tentang standar minimal

betakaroten minyak sawit 500 ppm dan tarif bea masuk yang tinggi, menjadikan

ekspor minyak sawit Indonesia tidak maksimal.Indonesia meskipun sebagai

produsen dan pengekspor CPO terbesar di dunia namun masih tetap melakukan

impor. Hal ini dikarenakan CPO yang diimpor dari luar negeri memiliki kualitas

yang lebih baik dibandingkan dari kualitas produksi dalam negeri. Total volume

impor minyak kelapa sawit selama enam tahun terakhir sangat berfluktuasi. Total

volume impor minyak kelapa sawit pada tahun 2010 tercatat sebesar 48,08 ribu

ton dengan nilai US$ 40,01 juta. Pada tahun 2011 dan 2012 impor kelapa sawit

berturut-turut mengalami penurunan sebesar 48,61 persen dan 94,92 persen.

Sementara tahun 2013 terjadi peningkatan impor minyak kelapa sawit yang sangat

Page 37: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

25

drastis sebesar 5145,78 persen dan tahun 2014 mengalami penurunan kembali

sebesar 99,55 persen dari tahun 2013. Pada tahun 2015 impor minyak kelapa

sawit tercatat sebesar 7,53 ribu ton dengan nilai US$ 4,66 juta atau terjadi

kenaikan 2436,12 persen dari tahun 2014 (Badan Pusat Stastistik, 2016).

Tabel 6. Perkembangan Impor CPO Indonesia Tahun 2010-2015

Tahun Berat Bersih (Ton) Nilai FOB (000 US$)

2010 48.081 33.235

2011 23.559 19.285

2012 2.405 1992

2013 67.521 58.553

2014 750 212

2015 8.201 6.723

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016

2.4.3 Kebijakan Pemerintah Mengenai Ekspor Kelapa Sawit

Kebijakan tarif ekspor dilakukan pemerintah untuk membatasi ekspor

sehingga pasokan minyak sawit dalam negeri terpenuhi untuk menjaga kestabilan

harga minyak goreng yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia.

Peraturan ini telah diberlakukan sejak tahun 1978 dan selalu berubah ubah seiring

berjalannya waktu. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.

13/PMK.010/2017, besar Pungutan Pajak (PE) yang berlaku mulai bulan Juli

2017 adalah 20 persen. HPE ditetapkan setiap bukang Oleh Menteri Perdagangan.

Berdasarkan harga rata-rata internasional. HPE yang berlaku dari tanggal 1 Juli

2017-31 Juli 2017 adalah sebesar US$ 723.37 /MT. Sedangkan besar PE

ditetapkan sebagai berikut :

PE = Tarif PE(%) x HPE x Jumlah satuan barang x Nilai Kurs

Keterangan

PE = Pungutan Pajak

HPE = Harga Patokan Ekspor

Page 38: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

26

2.4.4 Nilai DOBI pada CPO

Nilai DOBI (Deotoriation of Bleachability Index) atau indeks daya

pemucatan, merupakan rasio dari kandungan karoten dan produk oksidasi

sekunder pada CPO.Nilai DOBI yang rendah mengindikasikan meningkatnya

kandungan produk oksidasi sekunder (produk oksidasi dari karotenoid yang dapat

terjadi dari efek rantai asam lemak teroksidasi) Nilai DOBI yang rendah

berkorelasi dengan daya pemucatan yang rendah pula karena produk-produk

karotenoid teroksidasi sulit dipucatkan dengan tanah pemucat dan di deodorisasi.

Batas bawah nilai DOBI yang dapat diterima sebagai indikasi CPO baik adalah

2,3 (PPKS,2006).

2.4.5 Industri Kelapa Sawit Yang Berkelanjutan

Menurut PPKS (2006) pertanian yang berkelanjutan adalah pertanian yang

produktif, kompetitif, dan efisien serta pada saat yang sama dapat melindungi dan

memperbaiki kondisi lingkungan alam dan masyarakat lokal. Dari definisi

tersebut, maka ada tiga prinsip utama yang setidaknya harus dipenuhi oleh suatu

industri kelapa sawit yang berkelanjutan yaitu :

1. Melindungi dan memperbaiki lingkungan alam (Enviromentally sound)

Pengembangan kelapa sawit yang berorientasi pada lingkungan, serta

mampu menjaga dan melesatarikan lingkungan sekitar pada keseleruhan proses

produksi. Contohnya pada pabrik pengolahan CPO, limbah hasil pengolahan

dapat diminimalkan atau diolah kembali

2. Baik secara ekonomi (Economically viable)

pembangunan ekonomi yang dinamis, terus hidup dan secara ekonomi

menguntungkan dan dapat dipertanggung jawabkan. Contohnya pada tingkat

penggarap kebun mampu menghasilkan keuntungan dalam tingkat produksi yang

cukup dan stabil, pada tingkat resiko yang bisa ditolerir/diterima.

3. Diterima secara social (Socially Accepted)

Pembangunan yang secara sosial politis dapat diterima serta peka terhadap

aspek-aspek budaya, pembangunan industri kelapa sawit yang berkelanjutan jika

dilakukan dengan benar akan dapat meredam isu-isu yang mengatakan

pengembangan kelapa sawit menyebabkan kerusakan lingkungan. Kerusakan

Page 39: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

27

lingkungan tersebut meliputi penurunan kualitas udara, air dan tanah sampai ke

tingkat isu pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim (climate

change).

Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO) merupakan sala satu prakarsa

untuk mewujudkan industri kelapa sawit yang berkelanjutan tersebut. Asosiasi

tersbut beranggkotakan produsen, profesor, pedagang, perbankan, hingga lembaga

swadaya masyarakat yang bergerak di bidang linkungan dan sosial. Mereka

berupaya merumuskan konsep kebun/industri kelapa sawit ramah lingkungan

(berkelanjutan) itu dengan suatu ketentuan yang dikenal dengan konsep minyak

sawit lestari.

Page 40: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

28

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Globalisasi dalam perdagangan merupakan hal yang mutlak diterima oleh

Indonesia. Globalisasi perdagangan dapat meningkatkan ekspor atau pangsa pasar

dunia. Namun, globalisasi perdagangan juga dapat mengurangi pangsa pasar jika

suatu negara tidak siap menghadapi globalisasi perdagangan sebagai akibat dari

persaingan dengan negara produsen lain. Perdagangan Internasional merupakan

syarat mutlak guna menjalin hubungan multinasional. Untuk menghadapi hal

tersebut Indonesia harus mempunyai produk unggulan sehingga Indonesia tidak

hanya sebagai target pasar produk negara lain.

Berdasarkan model ricardian dalam Salvatore (1997) negara yang ikut

serta dalam perdagangan internasional hendaknya memproduksi produk dengan

biaya input paling rendah sehingga dapat menghasilkan produk dengan harga

rendah. apabila negara dapat menghasilkan produk dengan biaya produksi relatif

rendah dari negara lain, produk tersebut tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan

domestik tetapi juga menyumbang pendapatan negara melalui perdagangan

Internasional (ekspor), karena produk dengan harga yang relatif rendah

mempunyai keunggulan kompetitif untuk memperoleh pasar lebih banyak.

Daya saing kelapa sawit internasional berangkat adanya kemampuan untuk

menghasilkan potensi untuk menguasai perdagangan kelapa sawit internsional

disertai dengan tantangan yang perlu diatasi untuk meraih potensi tersebut.

Informasi daya saing dapat menjadikan wacana apakah kelapa sawit memang

sesuai untuk menghadapi persaingan gobal di perdagangan internasional.. Untuk

mencapai hal tersebut untuk mengetahui daya saing kelapa sawit Indonesia di

pasar internasional dilihat dari dua sisi yaitu keunggulan komparatif dan

keunggulan kompetitif.

Untuk mengetahui keunggulan komparatif digunakan Revealed

Comparative Advantage (RCA) untuk menjelaskan kekuatan daya saing

komoditas kelapa sawit Indonesia terhadap produk sejenis dari negara lain (dunia)

berdasarkan keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif dalam RCA berarti

mencerminan keunggulan ekspor kelapa sawit relatif atas kegiatan ekspor yang

Page 41: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

29

dilakukan suatu negara dibandingkan dengan perdagangan kelapa sawit dunia atas

perdagangan total dunia. Tujuan RCA digunakan dalam penelitian ini adalah

untuk mengukur keunggulan komparatif sehingga kita dapat melihat dan

membandingkan daya saing CPO Indonesia diantara produsen CPO lainnya di

dunia

Langkah berikutnya ialah pengukuran keunggulan kompetitif dengan

menggunakan alat Analisis Daya Saing (Market Share). Analisis daya saing

menunjukkan rasio pangsa ekspor suatu negara di pasar dunia untuk suatu

komoditas kelapa sawit (CPO) pada periode tertentu dengan rasio pangsa ekspor

komoditi tersebut dengan ekspor komoditas total negara lain di dunia. Pengukuran

mengunakan analisis pangsa pasar ini bertujuan untuk melihat jumlah pasar yang

dikuasai Indonesia dalam perdagangan kelapa sawit (CPO) internasional,

kemudian akan digolongkan sesuai jumlah masing-masing pasar yang dikuasai

tiap negara. Suatu komoditas dikatakan menghadapi trend daya saing yang kuat

apabila nilai pangsa pasar yang dimiliki komoditas tersebut lebih besar atau

dominan dibandingkan negara-negara pengekspor lainnya. Indeks tersebut

merupakan pencerminan keunggulan kompetitif suatu negara dilihat dari

pengembangan komuditas tertentu untuk jangka waktu yang telah ditentukan.

Alat analisis Indeks Spesalisasi Perdagangan (ISP) digunakan akan

menghasilkan nilai dari perbandingan nilai ekspor dan nilai Impor suatu negara

untuk komoditas kelapa sawit. Indeks ini dapat digunakan untuk mengetahui

apakah produk kelapa sawit yang dimiliki Indonesia cenderung menjadi negara

eksportir atau importir Indeks spesalisasi perdagangan digunakan untuk

melengkapi RCA yang menyampingkan permintaan dan penawaran domestik

dalam penentuan keunggulan komparatif. Hasil dari indeks spesalisasi

perdagangan juga akan menghasilkan kesimpulan peran dominan pada pasar

komoditas kelapa sawit internasional sebagai eksportir atau importir. Ketiga

langkah tersebut diatas yaitu mengetahui keunggulan komparatif dan keunggulan

kompetitif dapat memberikan informasi perkembangan posisi perdagangan kelapa

sawit Indonesia di pasar Internasional. Setelah mengetahui posisi kelapa sawit

Indonesia di pasar Internasional dapat dijadikan pertimbangan bahwa kelapa sawit

penting atau tidak untuk dijadikan komuditas ekspor. Informasi daya saing kelapa

Page 42: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

30

sawit internasional juga dapat sebagai patokan yang mengarah pada kebijakan

tentang perbaikan kelapa sawit Indonesia.

Untuk mempermudah penyelesaian dan pemahaman, secara sistematik

kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2. Kerangka Operasional Pemikiran

Produksi CPO

Indonesia

Kebutuhan luar

negeri

Kebutuahn dalam

negeri

Peluang

Produsen terbesar di

dunia

Meningkatnya

permintaan dunia

Penghasil devisa yang

cukup besar

Potensi lahan yang luas

Jumlah tenaga kerja

yang banyak

Kendala

Kualitas yang masih

tertinggal oleh

negara lain

Regulasi pemerintah

yang tidak

mendukung

Adanya hambatan

perdagangan dari

negara lain

Isu lingkungan

Ekspor

Posisi daya

saing

Analisis

Pangsa

Pasar

Analisis Keunggulan

Komparatif (RCA)

Indeks Spesialisasi

Perdagangan(1SP)

Pengembangan Daya

Saing Ekspor CPO

Indonesia di Pasar

Internasional

Page 43: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

31

3.2 Hipotesis

Berdasarkan data yang sementara dipeoleh, penelitian-penelitian

terdahulu, dan hasil kerangka pemikiran mengenai analisi daya saing kelapa sawit

Indonesia di pasar internasional, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:

1. Indonesia diduga memiliki pangsa pasar yang terbesar dibandingkan dengan

negara-negara pengekspor lainnya

2. Posisi daya saing ekspor minyak kelapa sawit Indonesia di perdagangan

Internasional dilihat dari keunggulan komparatif diduga berada di peringkat

teratas

3. Indonesia diduga memiliki indeks spesialisasi perdagangan kelapa sawit

(CPO) yang positif sehingga Indonesia berpeluang menjadi negara eksportir

di pasar internasional.

3.3 Batasan Masalah

Mengacu pada latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian,

maka batasan masalah penelitian adalah menganalisis bagaimana daya saing

ekspor CPO Indonesia dilihat dari pangsa pasar dan keunggulan komparatifnya

dibandingkan dengan 5 negara pengekspor CPO terbesar dunia seperti Malaysia,

Belanda, Papua Nugini, dan Thailand. Penentuan tahun analisis periode tahun

2008 hingga 2013 didasarkan pada pertimbangan bahwa selama jangka waktu 5

tahun dapat menunjukkan perkembangan daya saing dalam perdagangan

internasional

Penelitian ini tidak meneliti pemasaran CPO di dalam negeri, tetapi

pemasarannya di luar negeri yaitu ekspor. Adapun bentuk dari komoditi minyak

kelapa sawit yang diteliti adalah jenis Crude Palm Oil ( CPO) dengan kode HS

15111000. Kemudian kendala yang menghambat CPO Indonesia dalam produksi

dan pemasaran ekspornya hanya dibahas secara umum.

Page 44: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

32

3.4 Definisi Operasional

Beberapa definisi operasional dan pengukuran variabel dari penelitian ini

adalah :

1. Nilai ekspor merupakan nilai dari volume ekspor kelapa sawit yang

dihasilkan oleh suatu negara dalam satuan Dolar Amerika (US$).

2. Nilai total ekspor merupakan nilai keseluruhan ekspor yang dihasilkan oleh

suatu negara dalam satuan Dolar Amerika (US$).

3. Nilai ekspor dunia merupakan nilai dari volume ekspor kelapa sawit yang

dihasilkan oleh dunia dalam satuan Dolar Amerika (US$).

4. Nilai total ekspor dunia merupakan nilai keseluruhan volume ekspor kelapa

sawit yang dihasilkan dunia dalam satuan Dolar Amerika (US$).

5. Nilai Impor merupakan nilai dari volume Impor kelapa sawit yang dihasilkan

oleh suatu negara dalam satuan Dolar Amerika (US$).

6. Nilai Impor dunia merupakan nilai keseluruhan volume impor kelapa sawit

yang dihasilkan dunia dalam satuan Dolar Amerika (US$).

Page 45: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

33

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive pada tingkal

nasional dan internasional. Adapun yang menjadi objek penelitian yaitu daya

saing kelapa sawit, spesialisasi perdagangan kelapa sawit Indonesia di pasar

internasional pada tahun 2008-2013. Negara pembanding dalam penelitian daya

saing kelapa sawit Indonesia di pasar internasional adalah Malaysia, Belanda,

Papua Nugini, dan Thailand.

4.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang berupa data berdasarkan waktu (time series). Data yang diambil merupakan

data yang terkait dengan kebutuhan analisis daya saing (nilai ekspor, volume

ekspor, dan nilai impor) dari negara produsen kelapa sawit dunia yaitu Indonesia,

Malaysia, Belanda, Papua Nugini, dan Thailand. Kelima negara dengan sengaja

dipilih dilihat dari peringkat negara eksportir kelapa sawit terbesar dan pesaing

terdekat berdasarkan UN Comtrade dengan kode HS15111000, serta informasi

yang berkaintan dengan pasar kelapa sawit secara internasional, dalam kisaran

waktu 5 tahun yaitu tahun 2008 sampai dengan tahun 2013.

Sumber-sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Direktorat

Jenderal Perkebunan, Food and Agricultural Organization (FAO), United Nations

Commodity Trade Statictics Database (UN Comtrade), serta informasi-informasi

lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari buku-buku literatur,

dan media elektronik (internet). Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni

hingga Juli 2017.

4.3 Metode Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif. Analisis kuantitatif

dilakukan dengan menggunakan Analisis Pangsa Pasar (Market Share), Revealed

Comparative Advantage (RCA) dan Indeks Spesialisasi Harga (ISP). Pengolahan

data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007

Page 46: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

34

4.3.1 Analisis Pangsa Pasar

Pangsa pasar (Market Share) dapat diartikan sebagai bagian pasar yang

dikuasai oleh suatu perusahaan, atau prosentasi penjualan suatu perusahaan

terhadap total penjualan para pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu

(William J.S, 1984). Jika suatu perusahaan dengan produk tertentu mempunyai

pangsa pasar 35%, maka dapat diartikan bahwa jika penjualan total produk-

produk sejenis dalam periode tertentu adalah sebesar 1000 unit, maka perusahaan

tersebut melalui produknya akan memperoleh penjualan sebesar 350 unit.

Besarnya pangsa pasar setiap saat akan berubah sesuai dengan perubahan selera

konsumen, atau berpindahnya minat konsumen dari suatu produk ke produk lain

(Charles W. Lamb, 2001).

Menurut Jaya (2001) pasar didefinisikan sebagai salah satu kelompok

penjual dan pembeli yang mempertukarkan barang yang dapat

disubstitusikan.Barang atau produk tersebut dalam kenyataannya dijual di daerah

yang terpisah secara geografis dan pasar dalam hal ini membatasi daerah

penjualannya dalam satu zona penjualan. Batas-batas dalam zona penjualan itulah

yang disebut pangsa pasar.Menurut Jaya (2001), untuk menghitung pangsa pasar

maka harus diketahui terlebih dahulu besarnya nilai ekspor CPO tiap negara

pengekspor CPO dan total nilai ekspor CPO di seluruh negara produsen CPO di

pasar internasional. Perhitungan pangsa pasar tersebut adalah sebagai berikut:

𝐒𝐢𝐣 = 𝐗𝐢𝐣/𝐓𝐗𝐣

dimana:

Sij = Pangsa pasar kelapa sawit Indonesia di pasar internasional

j = produk kelapa sawit

Xij = Nilai ekspor kelapa sawit negara i di pasar internasional

TXj = Total nilai ekspor kelapa sawit di pasar internasional

i = Negara 1,2,3,4,5

1 = Negara Indonesia

2 = Negara Malaysia

3 = Negara Belanda

Page 47: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

35

4 = Negara Papua Nugini

5 = Negara Thailand

4.3.2 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Menurut Tambunan (2003), tingkat daya saing komoditi ekspor suatu

negara dapat dianalisis dengan berbagai macam metode atau diukur dengan

sejumlah indicator, salah satunya adalah Revealed Comparative Advantage

(RCA). Tujuan RCA digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur

keunggulan komparatif sehingga kita dapat melihat dan membandingkan daya

saing CPO Indonesia diantara produsen CPO lainnya di dunia. Jika pangsa ekspor

dari CPO Indonesia dalam total ekspor Indonesia lebih besar dibangdingkan

pangsa ekspor dari CPO dalam total ekspor CPO dunia, maka Indonesia dapat

dikatakan memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor CPO.

Rumus matematis indeks Reveealed Comparative Advance (RCA) adalah

sebagai berikut :

Indeks 𝐑𝐂𝐀𝐢𝐉= 𝐗𝐢𝐣/𝐗𝐢𝐭

𝐖𝐣/𝐖𝐭

dimana :

𝑋𝑖𝑗 = Nilai ekspor komoditas j dari negara i

j = Produk kelapa sawit

t = Total keseluruhan dunia

𝑋𝑖𝑡 = Nilai ekspor total (produk j dan lainnya) negara i

𝑊𝑗 = Nilai ekspor komoditas j di dunia

𝑊𝑡 = Nilai total ekspor dunia

i = Negara 1,2,3,4,5

1 = Negara Indonesia

2 = Negara Malaysia

3 = Negara Belanda

4 = Negara Papua Nugini

5 = Negara Thailand

Nilai indeks RCA lebih besar dari satu maka berarti negara tersebut

memiliki keunggulan komparatif yang kuat dibandingkan rata-rata dunia.

Page 48: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

36

Sebaliknya jika lebih kecil dari satu berarti keunggulan komparatifnya rendah

dibandingkan rata-rata dunia. Semakin besar nilai RCA maka semakin kuat daya

saing yang dimiliki negara tersebut. Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa

Indonesia untuk komoditas kelapa sawit memiliki daya saing secara komparatif.

Posisi daya saing dibuktikan melalui hasil perhitungan Revealed Comparative

Advantage (RCA) yang menunjukkan tingkat daya saing. Adapun cara pengujian

hipotesis pertama yang ditunjukkan oleh persamaan berikut ini.

H0 = RCA < 1 menunjukkan secara komparatif daya saing rendah

H1 = RCA ≥ 1 menunjukkan secara komparatif daya saing kuat

Namun metode RCA ini memiliki kelemahan yaitu karena salah satu

pembandingnya adalah pangsa pasar dunia dari komoditi yang diteliti dari negara

yang bersangkutan. Pangsa pasar dunia yang besar belum tentu menjamin apakah

komoditi di negara tersebut mempunyai daya saing yang tinggi (Tambunan 2003).

4.3.3. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Indeks ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah untuk suatu jenis

produk, Indonesia cenderung menjadi negara eksportir atau importir. Nilai indeks

ini adalah antara -1 dan +1. Jika nilainya positif (diantara 0 sampai dengan 1),

maka komoditi produk kelapa sawit dikatakan mempunyai daya saing yang kuat

atau Indonesia cenderung sebagai pengekspor dari produk kelapa sawit tersebut

(suplai domestik > permintaan domestik). Sebaliknya daya saing rendah atau

cenderung sebagi pengimpor (suplai domestik < permintaan domestik) jika

nilainya negatif (dibawah 0 sampai dengan -1). Perubahan atau pergeseran

keunggulan komparatif untuk setiap produk mana yang sedang berkembang dan

mana yang mulai atau telah menurun. Secara matematis ISP dijelaskan sebagai

berikut

ISP = 𝑿𝒂𝒊−𝑴𝒂𝒊

𝑿𝒂𝒊+𝑴𝒂𝒊

Keterangan:

ISP = Indek Spesialisasi Perdagangan Negara

a = Produk kelapa sawit

Xai = Nilai ekspor produk a dari negara i (US$)

Page 49: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

37

Mai = Nilai impor produk a ke negara i (US$)

i = Negara 1, 2, 3, 4, 5

1 = Negara Indonesia

2 = Negara Malaysia

3 = Negara Belanda

4 = Negara Papua Nugini

5 = Negara Thailand

Pengujian hipotesis kedua yang menyatakan Indonesia memiliki indeks

spesialisasi perdagangan kelapa sawit yang positif sehingga Indonesia berpeluang

menjadi negara eksportir kelapa sawit di pasar internasional. Nilai spesialisasi

perdagangan dibuktikan melalui hasil perhitungan Indeks Spesialisasi

perdagangan (ISP) yang menunjukkan kecenderungan suatu negara sebagai

eksportir atau importer terhadap komoditas kelapa sawit. Adapun cara pengujian

hipotesis kedua ditunjukkan melalui persamaan berikut ini.

H0 = ISP < 0 menunjukkan kecenderungan sebagai negara importir

H1 = ISP > 0 menunjukkan kecenderungan sebagai negara eksportir

Nilai positif (nilai 0 sampai dengan 1) dari indeks ISP dalam

perhitungannya akan menafsirkan bahwa komuditi terkait mempunyai daya saing

kuat dengan kecenderungan negara produsen sebagai pengekspor dari komuditi

terkait (suplai domestik > permintaan). Nilai negatif (dibawah 0 sampai dengan -

1) mempunyai arti tidak mempunyai daya saing yang kuat (suplay domestik <

permintaan domestik ) berarti juga negara lebih cenderung menjadi pengimpor

daripada pengekspor komuditi terkait.

Nilai indeks ISP juga dapat digunakan untuk mengukur daya saing produk

atau industri bersangkutan. Prinsipnya adalah, apabila suatu negara mempunyai

daya saing yang lebih baik dari pada negara lain untuk jenis komoditas yang

sama, maka suatu negara tersebut cenderung menjadi pengimpor jika daya saing

yang diiliki atas suatu komoditas rendah.

Kementerian Perdagangan (2013) menjelaskan bahwa indeks ISP dapat

digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan suatu komoditi dalam

perdagangan yang terbagi ke dalam 5 tahap sebagai berikut :

1. Tahap Pengenalan

Page 50: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

38

Ketika suatu industri disuatu Negara A mengekspor produk-produk baru

(forerunner) dan industri pendatang belakangan (latercomer) di Negara B

impor produk-produk tersebut. Dalam tahap ini, nilai indeks ISP dari ini

adalah -1,00 sampai -0,50.

2. Tahap Subtitusi Impor

Nilai indeks ISP naik antara – 0,51 sampai 0,00. Pada tahap ini, industri di

Negara B menunjukkan daya saing yang sangat rendah, dikarenakan tingkat

produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala ekonominya. Industri

tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang kurang bagus dan

produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan dalam negeri.

Dengan kata lain, untuk komoditi tersebut, pada tahap ini Negara B lebih

banyak mengimpor daripada mengekspor

3. Tahap Pertumbuhan

Nilai indeks ISP naik antara 0,01 sampai 0,80, dan industri di Negara B

melakukan produksi dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya.

Di pasar domestik, penawaran untuk komoditi tersebut lebih besar daripada

permintaan.

4. Tahap Kematangan

Nilai indeks berada pada kisaran 0,81 sampai 1,00. Pada tahap ini produk

yang bersangkutan sudah pada tahap standardisasi menyangkut teknologi

yang dikandungnya. Pada tahap ini Negara B merupakan Negara net exporter.

5. Tahap kembali mengimpor

Nilai indeks ISP kembali menurun antara 1,00 sampai 0,00. Pada tahap ini

industri di Negara B kalah bersaing di pasar domestiknya dengan industri dari

Negara A, dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari permintaan dalam

negeri.

Page 51: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Potensi Pengembangan Kelapa Sawit Indonesia

Industri kelapa sawit memiliki prospek yang baik karena memiliki daya

saing sebagai industri minyak nabati. Sawit adalah salah satu sumber yang paling

kompetitif di dunia untuk biofuels, dan aplikasi teknis dan yang paling penting

adalah sebagai sumber makanan. Pengembangan produk kelapa sawit diperoleh

dari produk utama, yaitu minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, dan produk

sampingan yang berasal dari limbah. Beberapa produk yang dihasilkan dari

pengembangan minyak sawit diantaranya adalah minyak goreng, produk-produk

oleokimia, seperti fatty acid, fatty alkohol, glycerine, metalic soap, stearic acid,

methyl ester, dan stearin. Perkembangan industri oleokimia dasar merangsang

pertumbuhan industri barang konsumen seperti deterjen, sabun dan kosmetika.

Kebijakan utama pemerintah Indonesia dalam mengembangkan kelapa

sawit adalah mengembangkan industri hilir. Kebijakan ini dilakukan dengan

mengembangkan klaster industri di Zona Ekonomi Khusus (ZEK) yang diatur

dengan UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yang

saat ini difokuskan di KEK Sei Mangke-Sumut, Maloy-Kaltim, dan Dumai-Riau.

Kebijakan tersebut mengatur pengenaan tarif yang lebih rendah pada produk hasil

olahan dari kelapa sawit, CPO dan turunannya. Hal itu bertujuan untuk

meningkatkan nilai tambah serta daya saing industri hilir sawit di dalam negeri.

Berdasarkan hal tersebut, penerimaan bea keluar atas CPO dan turunannya

diperkirakan mengalami penurunan.

Untuk meningkatkan perkembangan di industri hilir sektor kelapa sawit,

pajak ekspor untuk produk minyak sawit yang telah disuling telah dipotong dalam

beberapa tahun belakangan ini. Sementara itu, pajak ekspor minyak sawit mentah

(CPO) berada di antara 0%-22,5% tergantung pada harga minyak sawit

internasional. Indonesia memiliki 'mekanisme otomatis' sehingga ketika harga

CPO acuan pemerintah (berdasarkan harga CPO lokal dan internasional) jatuh di

bawah US$ 750, pajak ekspor dipotong menjadi 0%. Ini terjadi di antara Oktober

2014 dan Mei 2016 waktu harga acuan ini jatuh di bawah US$ 750 per ton nya.

Page 52: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

40

5.1.1 Luas Area, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit Indonesia

Berdasarkan status pengusahaan, lahan perkebunan kelapa sawit dibagi

menjadi tiga, yakni perkebunan rakyat, perkebunan swasta, dan perkebunan

negara. Lahan paling besar digarap oleh perusahaan swasta, perkebunan rakyat

sekitar dan sisanya dimiliki oleh perusahaan negara. Penyebaran areal yang

berpotensi untuk pengembangan kelapa sawit umumnya terdapat di provinsi Riau,

Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Irian Jaya, Sumatera

Utara, Bengkulu, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.

Berdasarkan data pada tabel 4, menurut status pengusahaannya, sebagian

besar perkebunan kelapa sawit pada tahun 2014 diusahakan oleh perkebunan

besar swasta yaitu sebesar 5,60 juta hektar (52,10 %), sementara perkebunan

rakyat mengusahakan 4,42 juta hektar (41,12 %) dan perkebunan besar negara

hanya sebesar 0,73 juta hektar (6,78 %). Pada tahun 2015 perkebunan kelapa

sawit yang diusahakan oleh perkebunan besar swasta diperkiraan sebesar 5,98

juta hektar (52,88 %), sementara perkebunan rakyat mengusahakan 4,58 juta

hektar (40,49 %) dan perkebunan besar negara hanya mengusahakan 0,75 juta

hektar. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama enam tahun

terakhir cenderung menunjukkan peningkatan, naik sekitar 2,77 sampai dengan.

11,33 persen per tahun.

Demikian halnya dengan produksi kelapa sawit, pada tabel 4

perkembangan produksi minyak sawit (CPO) dari tahun 2010 sampai dengan

2015 meningkat sekitar 5,39 sampai dengan 8,42 persen per tahun. Pada tahun

2010 produksi minyak sawit (CPO) sebesar 22,50 juta ton, meningkat menjadi

29,28 juta ton pada tahun 2014 atau terjadi peningkatan 30,14 persen. Tahun 2015

diperkirakan produksi minyak sawit (CPO) akan meningkat menjadi 31,28 juta

ton atau sebesar 6,85 persen.

Page 53: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

41

Tabel 7. Produktivitas Minyak Kelapa Sawit Indonesia Menurut Pengusahaan

Tahun 2010-2015 (ton/Ha)

Tahun Rakyat Negara Swasta

2010 2.5 2,92 2,69

2011 2,33 3,11 2,80

2012 2,22 2,91 2,79

2013 2,3 2,95 2,9

2014 2,31 3,06 3,01

2015* 2,33 3,05 3,07

Rata-Rata 2,33 3 2,88

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017 (Diolah)

Keterangan : *) angka sementara

Meskipun mengalami peningkatan luas area dan produksi, dari segi

produktivitas kelapa sawit Indonesia cenderung tidak banyak mengalami

peningkatan. Berdasarkan data pada tabel 7, produktivitas kelapa sawit Indonesia

pada tahun 2010-2015 berada di kisaran 2,22 hingga 3,11 ton per hektarnya.

Berdasarkan status pengusahaannya, pada tahun 2010-2015 rata-rata produktivitas

CPO tertinngi dicapai oleh perkebunan besar negara dengan nilai sebesar 3

ton/ha, meskipun dengan luas lahan dan tingkat produksi yang berada di bawah

perkebunan besar swasta dan perkebunan besar rakyat dari segi produktivitas

perkebunan besar negar lebih umggul. Sementara perkebunan besar swasta dan

perkebunan besar rakyat hanya mencapai tingkat produktivitas sebesar 2,88 dan

2,33 ton kelapa sawit per hektarnya.

5.1.2 Nilai, Volume dan Harga Ekspor Kelapa Sawit Indonesia

Produksi minyak sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia.

Kedua negara ini secara total menghasilkan sekitar 85-90% dari total produksi

minyak sawit dunia. Indonesia sendiri adalah produsen dan eksportir minyak

sawit yang terbesar di dunia. Dalam jangka panjang, permintaan dunia akan

minyak sawit menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan sejalan dengan

jumlah populasi dunia yang bertumbuh dan karenanya meningkatkan konsumsi

produk-produk dengan bahan baku minyak sawit seperti produk makanan dan

kosmetik. Sementara itu, pemerintah di berbagai negara juga sedang mendukung

penerapan biofuel dan biodiesel sebagai alternatif bahan bakar minyak Hanya

Page 54: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

42

beberapa industri di Indonesia yang menunjukkan perkembangan secepat industri

minyak kelapa sawit selama 20 tahun terakhir. Pertumbuhan ini tampak dalam

jumlah produksi dan ekspor dari Indonesia dan juga dari pertumbuhan luas area

perkebunan sawit. Didorong oleh permintaan global yang terus meningkat dan

keuntungan yang juga naik, budidaya kelapa sawit telah ditingkatkan secara

signifikan baik oleh petani kecil maupun para pengusaha besar di Indonesia

(dengan imbas negatif pada lingkungan hidup dan penurunan jumlah produksi

hasil-hasil pertanian lain karena banyak petani beralih ke budidaya kelapa sawit)

Mayoritas hasil produksi minyak kelapa sawit Indonesia diekspor. Negara-

negara tujuan ekspor yang paling penting adalah China, India, Pakistan, Malaysia,

dan Belanda. Walaupun angkanya sangat tidak signifikan, Indonesia juga

mengimpor minyak sawit. Memang mayoritas dari minyak sawit yang diproduksi

di Indonesia diekspor, namun karena populasi Indonesia terus bertumbuh (disertai

kelas menengah yang berkembang pesat) dan dukungan pemerintah untuk

program biodiesel, permintaan minyak sawit domestik di Indonesia juga terus

berkembang. Meningkatnya permintaan minyak sawit dalam negeri sebenarnya

bisa berarti bahwa pengiriman minyak sawit mentah dari Indonesia akan

terhambat di tahun-tahun mendatang jika pemerintah Indonesia tidak

meningkatkan intensitas produksinya.

Tabel 8. Perkembangan Nilai, Volume dan Harga Ekspor Kelapa Sawit Indonesia

Tahun 2008-2013

Tahun

Kelapa Sawit Indonesia

Nilai Ekspor

(000 US$)

Volume Ekspor

(Ton)

Harga Ekspor

(US$/Ton)

2008 12.375.570 14.290.686 866

2009 10.367.622 16.829.207 616

2010 13.468.967 16.291.857 827

2011 17.261.248 16.336.750 1.057

2012 17.602.169 18.845.021 934

2013 15.838.851 20.577.977 770

Rata-Rata 14.485.738 17.195.250 845

Sumber : FAO, 2017 (Diolah)

Seiring dengan peningkatan luas lahan dan produksi, pertumbuhan ekspor

kelapa sawit di Indonesia selama periode 2008-2013 terus mengalami peningkatan

tiap tahunnya, khususnya dari sisi volume. Pada Tabel 8, tahun 2008 volume

Page 55: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

43

ekspor kelapa sawit Indonesia sebesar 14.290.686 ton hingga tahun 2013

mencapai 20.577.977 ton dengan rata-rata tingkat pertumbuhan ekspor tiap

tahunnya adalah 8%.

Meskipun volume ekspor kelapa sawit Indonesia pada tahun 2008-2013

terus meningkat namun nilai ekspor kelapa Indonesia cenderung berfluktuatif

dengan tren meningkat dengan rata-rata peningkatan tiap tahunnya sebesar 6,8%.

Penurunan paling drastis terjadi pada tahun 2009 pada sisi nilai ekspor kelapa

sawit sebesar 16% dengan nilai ekspor sebesar US$ 10.367.622.000 dari tahun

sebelumnya yaitu sebesar US$ 12.375.570.000. Nilai ekspor tertinggi dicapai

pada tahun 2012 yaitu sebesar US$ 17.602.169.000.

Harga ekspor kelapa sawit Indonesia juga mengalami fluktuasi, hal ini

diperngaruhi oleh berbagai faktor seperti kualitas minyak sawit, bea ekspor, naik

turunnya permintaan kelapa sawit dunia dan fluktuasi nilai dolar Amerika. Rata-

rata harga kelapa sawit yang diekspor adalah US$ 845 per tonnya. Harga ekspor

tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan nilai US$ 1.057, total nilai ekspor pada

periode tersebut sebesar US$ 17.261.248.000 dan volume ekspor sebesar

16.336.750 ton. Harga ekspor kelapa sawit terrendah terjadi pada tahun 2009

sebesar US$ 616/ton.

5.1.3 Nilai, Volume dan Harga Impor Kelapa Sawit Indonesia

Meskipun terjadi peningkatan pada luas lahan dan produksi, namun

Indonesia tetap mengimpor kelapa sawit. Pertumbuhan impor kelapa sawit di

Indonesia selama periode 2008-2013 sangat berfluktuatif, namun menunjukkan

tren peningkatan dari tahun ke tahunnya. Pada Tabel 9, tahun 2008 volume impor

kelapa sawit Indonesia sebesar 8.822 ton hingga tahun 2013 mencapai 65.561 ton.

Seiring dengan volume, nilai impor kelapa sawit Indonesia pada tahun 2008-2013

juga mengalami tren peningkatan. Pada tahun 2008 nilai impor kelapa sawit

Indonesia sebesar US$ 5.014.000 hingga tahun 2013 mencapai nilai US$

46.979.000. Pada tahun 2012 nilai dan volume impor mengalami penurunan

sebesar 97% dari periode sebelumnya. Nilai dan volume impor yang awalnya

pada tahun 2011 sebesar US$ 24.933.000 dan 23.344 ton turun menjadi US$

831.000 dan ton 616 ton. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2013 terjadi lonjakan

Page 56: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

44

yang sangat tinggi, nilai impor meningkat hingga 50 kali lipat (5553%) dan

volume impor meningkat hingga 100 kali lipat (10643%) menjadi US$

46.979.000 dan 65.561 ton.

Tabel 9. Perkembangan Nilai, Volume dan Harga Impor Kelapa Sawit Indonesia

Tahun 2008-2013

Tahun

Kelapa Sawit Indonesia

Nilai Impor

(000 US$)

Volume Impor

(Ton)

Harga Impor

(US$/Ton)

2008 5.014 8.822 568

2009 13.127 21.138 621

2010 37.801 46.720 809

2011 24.993 23.344 1.071

2012 831 616 1.349

2013 46.979 65.561 717

Rata-Rata 21.457 27.700 856

Sumber : FAO, 2017 (Diolah)

Harga kelapa sawit yang diimpor Indonesia cenderung mengalami

peningkatan tiap tahunnya. Rata-rata harga impor kelapa sawit adalah US$ 856

per tonnya. Harga impor tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan nilai US$

1.349, pada tahun tersebut nilai dan volume total impor tercatat berada pada titik

terrendah sebesar US$ 831.000 dan volume impor sebesar 616 ton. Harga ekspor

kelapa sawit terrendah terjadi pada tahun 2008 sebesar US$ 568/ton. Detail lain

mengenai volume, nilai dan impor kelapa sawit Indonesia bisa terdapat di tabel 9.

5.2 Daya Saing Berdasarkan Keunggulan Komparatif

5.2.1 Daya Saing Kelapa Sawit Indonesia Berdasarkan Keunggulan

Komparatif (Analisis RCA)

Suatu produk dapat dikatagorikan mempunyai daya saing jika produsen

mampu memproduksi produk dengan input yang efisien, sehingga produk tersebut

dapat meraup pasar sebanyak-banyaknya, dengan kata lain penguasaan pasar

dapat dijadikan acuan suatu produk mempunyai daya saing kuat atau lemah.

Pengukuran daya saing berdasarkan pangsa pasar terdapat pada analisis RCA.

Konsep analisis RCA membandingkan tentang pangsa nilai ekspor komoditas

terkait terhadapap total ekspor negara produsen dengan pangsa nilai ekspor

komoditas terkait dalam perdagangan dunia.

Page 57: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

45

Tingkat daya saing kelapa sawit Indonesia berdasarkan indeks RCA

memiliki daya saing tinggi atau diatas rata-rata dunia dengan nilai positif atau

RCA ≥ 1 di pasar Internasional. Hasil analisis RCA membuktikan Kelapa sawit

Indonesia selama Periode 2008-2013 menunjukkan rata-rata indeks RCA sebesar

45,08. Nilai tersebut menunjukkan komoditas kelapa sawit Indonesia memiliki

daya saing tinggi di pasar Internasional. Laju perkembangan RCA pertahun

kelapa sawit Indonesia rata-rata meningkat setiap tahunnya sebesar 0,066 per

tahun.

Indeks RCA kelapa sawit Indonesia nilai tertinggi terdapat pada tahun

2013 dengan nilai 48,37. Indeks RCA kelapa sawit Indonesia terendah dalam

periode 2008-2013 terjadi pada tahun 2011 yaitu 38,32. Hal ini disebabkan karena

tingginya total ekspor Indonesia pada periode tersebut yaitu sebesar

203.496.620.000 US$ Berdasarkan Gambar 3 tersebut laju perkembangan indeks

RCA kelapa sawit Indonesia mengalami fluktuatif pada rentan waktu 2008-2013.

Pada periode tahun 2008-2011 nilai indeks RCA kelapa sawit Indonesia

mengalami penurunan, nilai RCA kelapa sawit menurun pada tahun 2008 sebesar

48,08 menjadi 47,71 pada tahun 2009, indeks RCA kelapa sawit kembali menurun

pada tahun 2010 yaitu sebesar 43,58 sampai menyentuh nilai indeks RCA 38,32

pada tahun 2011.Pada tahun 2012-2013 Indeks RCA kelapa sawit Indonesia

mengalami kenaikan kembali menjadi 44,44 dan menyentuh angka tertinggi 48,37

pada tahun 2013.

Sumber: FAO, 2017 (Diolah)

Gambar 3. Perkembangan Nilai Indeks RCA Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2008-

2013

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Nil

ai R

CA

Tahun

Perkembangan RCA Indonesia

Page 58: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

46

Penyebab fluktuatifnya nlai indeks RCA kelapa sawit Indonesia adalah

nilai ekspor total yang cenderung naik. Kenaikan rata-rata nilai ekspor total

Indonesia dalam periode 2008-2013 yakni 7.6 % pertahun. Perubahan yang tidak

signifikan tersebut menjadikan nilai RCA cenderung menjadi negatif dikarenakan

peningkatan ekspor total Indonesia masih lebih tinggi dari peningkatan ekspor

kelapa sawit yang rata-rata pertahun dalam 2008-2013 bernilai 6.8%. Daya saing

suatu negara juga mempertimbangkan nilai ekspor total negara bersangkutan

(Sayogo, 2006 dalam firmansyah, 2008). Peningkatan nilai ekspor total dapat

menurunkan daya saing suatu negara jika tidak diimbangi dengan peningkatan

nilai ekspor komoditas tertentudari negara bersangkutan, dan berlaku sebaliknya,

peningkatan nilai ekspor komoditas dengan pertumbuhan nilai ekspor total suatu

negara yang kecil akan meningkatkan daya saing komoditas tersebut.

5.2.2 Perbandingan RCA Kelapa sawit Indonesia dengan Malaysia, Belanda

Papua Nugini dan Thailand

Posisi daya saing kelapa sawit negara penghasil kelapa sawit dunia dilihat

dari nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) selama kurun waktu tertentu.

Konsep RCA yang didasarkan pada kondisi bahwa keuntungan komparatif suatu

negara akan tercapai apabila negara tersebut melakukan perdagangan dengan

negara lain, sehingga keunggulan komparatif diukur dengan cara membandingkan

bagian relatif (market share) dari ekspor suatu negara dan menunjukkan

perubahan bagian relatif sepanjang waktu (Anindita, 2008).

Berdasasrkan perhitungan RCA, hasil perhitungan RCA kelapa sawit dari

kelima negara tersebut, semua negara eksportir mempunyai nilai RCA lebih dari

satu,.Menurut Tambunan (2004) apabila nilai RCA lebih besar dari satu, maka

negara tersebut memiliki keunggulan komparatif untuk komoditas tertentu.

Sebaliknya jika nilai RCA lebih kecil dari satu berarti negara tersebut tidak

memiliki keunggulan komparatif.

Page 59: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

47

Tabel 10. Nilai RCA Kelapa sawit Indonesia, Malaysia, Belanda, Papua Nugini

dan Thailand Tahun 2003-2013

Sumber : FAO, 2017 (Diolah)

Papua Nugini mempunyai nilai RCA rata-rata tertinggi kedua setelah

Indonesia pada tahun 2008-2013 yaitu 44,02. Hal tersebut diartikan peranan relatif

nilai ekspor kelapa sawit Papua Nugnini dalam nilai total ekspor vietnam 44,02

dari peranan relatif nilai ekspor dunia dalam nilai ekpor total dunia. Nilai rata-rata

RCA Papua Nugini dalam periode enam tahun memiliki nilai yang tidak jauh

berbeda dari nilai rata-rata RCA kelapa sawit Indonesia. Akan tetapi dilihat dari

laju perkembangan RCA dalam 6 tahun terakhir, nilai RCA kelapa sawit Papua

Nugini mengungguli Indonesia dengan pertambahan rata-rata nilai RCA sebesar

5,04 per tahun. Hal ini disebabkan oleh terjadi lonjakan angka Nilai RCA Papua

Nugini pada tahun 2013 yang sebelumnya hanya 40,89 pada tahun 2012 menjadi

63,54 pada periode setelahnya. Kondisi ini terjadi karena pada tahun tersebut

kontribusi ekspor kelapa sawit Papua Nugini mencapai US$ 456.777.000 dari

total nilai ekspor Papua Nugini sebesar US$ 4.007.308.000 yang merupakan

pencapaian tertinggi untuk periode 2008-2013 dalam kontribusi ekspor Papua

Nugini.

Malaysia mempunyai nilai RCA rata-rata ketiga setelah Indonesia dan

Papua Nugini yaitu sebesar 32,48. Nilai tersebut berarti peranan relatif nilai

ekspor kelapa sawit Malaysia dalam nilai total ekspor 32,48 dari peranan relatif

nilai ekspor dunia dalam nilai ekpor total dunia. Selama periode 2008-2013 kelapa

sawit Malaysia mencapai posisi tertinggi pada tahun 2011, Kondisi ini terjadi

karena pada tahun tersebut kontribusi ekspor kelapa sawit Malaysia mencapai

US$17.452.177.000 dari nilai total ekspor Malaysia sebesar US$226.992.681.000

Tahun

Nilai RCA

Indonesia Malaysia Belanda Papua

Nugini Thailand

2008 48,04 34,18 1,57 38,36 1,06

2009 47,71 31,57 1,45 46,25 0,31

2010 43,58 31,84 1,2 42,22 0,3

2011 38,32 14,73 1,47 32,86 0,79

2012 44,44 32,52 1,42 40,89 0,64

2013 48,37 30,05 1,62 63,54 1,06

Rata-Rata 45,08 32,48 1,46 44,02 0,69

Page 60: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

48

yang merupakan pencapaian tertinggi untuk periode 2008-2013 dalam kontribusi

nilai ekspor Malaysia. Laju perkembangan RCA pertahun kelapa sawit

Malaysiarata-rata menurun setiap tahunnya sebesar 0,82 per tahun.

Pada urutan keempat kelapa sawit Belanda yang memiliki rata-rata RCA

1,46. Nilai sebesar 1,46 tersebut berarti peranan relatif nilai ekspor kelapa sawit

dalam ekspor Belanda lebih besar 1,46 dari peranan relatif nilai ekspor kelapa

sawit dunia dalam nilai ekspor dunia. Selama periode 2008-2013 nilai RCA

kelapa sawit Belanda mencapai posisi tertinggi pada tahun 2013 yaitu sebesar

1,62. Kondisi ini terjadi karena pada tahun tersebut kontribusi ekspor kelapa sawit

Belanda bernilai sebesar US$1.657.294.000 dari nilai total ekspor Belanda sebesar

US$571.246.854.000 yang merupakan pencapaian tertinggi untuk periode 2008-

2013 dalam kontribusi nilai ekspor. Dilihat dari laju perkembangan RCA, Belanda

mengalami peningkatan sebesar 0,008 pertahun.

Thailand ada pada urutan kelima, nilai rata-rata RCA kelapa sawit

Thailand sebesar 0,69. Nilai tersebut berarti peranan relatif nilai ekspor kelapa

sawit dalam nilai ekspor total Thailand lebih besar 0,69 dari peranan relatif nilai

ekspor kelapa sawit dalam nilai ekspor total dunia. Selama periode 2008-2013

kelapa sawit Thailand mencapai posisi tertinggi pada tahun 2008 dan 2013.

Kondisi ini terjadi karena pada tahun tersebut kontribusi ekspor kelapa sawit

Thailand pada tahun 2008 bernilai sebesar US$ 350.898.000 dari nilai total ekspor

Thailand sebesar US$ 175.907.915.000 dan kontribusi ekspor kelapa sawit

Thailand pada tahun 2013 bernilai US$ 433.744.000 dari total nilai eskpor

Thailand sebesar US$ 228.527.440.000 yang merupakan pencapaian tertinggi

untuk periode 2008-2013 dalam kontribusi nilai ekspor. Dilihat dari rata-rata laju

pertumbuhan RCA, kelapa sawit Thailand cenderung stabil setiap tahunya dalam

kurun waktu enam tahun terakhir. Tercatat laju RCA hanya mengalami sedikit

penurunan yaitu sebesar 0,0006.

Hasil perhitungan nilai RCA Indonesia rata-rata dalam enam tahun periode

2008-2013 sebesar 45,08. Jika dibandingkan nilai rata-rata RCA Indonesia

menempati posisi pertama jika dibandingkan dengan Malaysia, Belanda, Papua

Nugini dan Thailand yang rata-rata nilai RCA dalam periode 2008-2013 yaitu

masing-masing sebesar 32,48, 1,46, 44,02 dan 0,69. Hal tersebut disebabkan oleh

Page 61: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

49

besarnya perbandingan nilai ekspor kelapa sawit dan total ekspor negara

Malaysia, Belanda, Papua Nugini dan Thailand lebih rendah daripada

perbandingan nilai rata-rata nilai ekspor kelapa sawit dan total ekspor Indonesia.

Kondisi laju pertumbuhan nilai RCA negara ekspor kelapa sawit dunia,

Indonesia menempati posisi kedua setelah Papua Nugini sebesar 0,066 poin

pertahun. Laju pertumbuhan rata-rata tiap tahun RCA yang mengalami kenaikan

adalah Papua Nugini sebesar 5,04 pertahun, Indonesia sebesar 0,066 pertahun dan

Belanda sebesar 0,008 pertahun. Laju pertumbuhan nilai RCA Thailand sendiri

selama periode 2008-2013 cenderung sama, hanya mengalami sedikit penurunan

sebesar 0,0006. Sedangkan untuk Malaysia laju pertumbuhan nilai RCA nya

menurun sebesar 0,8 pertahun. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 4

laju perkembangan nilai RCA negara eksportir kelapa sawit.

Sumber: FAO, 2017 (Diolah)

Gambar 4. Perkembangan Nilai RCA Negara Produsen Kelapa sawit Tahun 2008

2013

Gambar 4 menunjukkan laju perkembangan nilai RCA negara produsen

kelapa sawit.Papua Nugini merupakan negara yang memiliki nilai RCA tertinggi,

tercatat pada tahun 2013 nilai RCA Papua Nugini mencapai 63,54 namun masih

dibawah Indonesia dalam hal nilai RCA rata-rata dalam kurun waktu 2008-2013.

Dibandingkan dengan negara produsen lainnya, posisi Indonesia tergolong

memiliki daya saing yang sangat tinggi. Perkembangan nilai RCA Indonesia

menempati posisi pertama dunia dibandingkan negara-negara eksportir lainnya.

0

10

20

30

40

50

60

70

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Nila

i RC

A

Tahun

Indonesia

Malaysia

Belanda

Papua Nugini

Thailand

Page 62: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

50

Negara Malaysia meskipun memiliki jumlah produksi dan ekspor kelapa sawit

tertinggi kedua setelah Indonesia, nilai RCA nya masih berada di bawah Papua

Nugini yang hanya menempati posisi keempat dalam hal ekspor kelapa sawit

setelah Belanda.

Kondisi daya saing rata-rata Indonesia atau posisi Indonesia terhadap

negara eksportir kelapa sawit memang terlampau tidak jauh selama tahun 2008-

2013. Indonesia mempunyai rata-rata nilai RCA Indonesia sebesar 45,08 (RCA ≥

1) yang berarti komoditas kelapa sawit Indonesia memiliki keunggulan

komparatif untuk dapat bersaing di pasar internasional, hasil ini diperoleh karena

tingginya kenaikan ekspor kelapa sawit Indonesia yang diikuti juga dengan

kenaikan ekspor total. Kenaikan rata-rata nilai ekspor total Indonesia dalam

periode 2008-2013 yakni 7.6 % pertahun dan kenaikan eskpor rata-rata kelapa

sawit Indonesia tiap tahunnya yang mengalami peningkatan 6.8% pertahun selama

periode 2008-2013. Dalam penelitian ini, negara pembanding yang digunakan

untuk menganalisa daya saing Indonesia di pasar inernasional diambil dari 5 besar

eksportir kelapa sawit terbesar dunia, namun tercatat tidak semua dari 5 besar

negara pengekspor kelapa sawit tersebut memiliki Nilai RCA ≥ 1. Dalam periode

2008-2013, Thailand hanya mampu mencapai nilai RCA 0,69 (RCA ≤1) yang

berarti komoditas kelapa sawit Thailand tidak memiliki keunggulan komparatif

untuk dapat bersaing di pasar internasional meskipun berada di posisi 5 besar

eksportir terbesar dunia, hal ini dikarenakan rendahnya kontribusi ekspor kelapa

sawit Thailand terhadap total ekspor Thailand secara keseluruhan, dibandingkan

dengan negara-negara pengekspor lain yang kontribusi ekspor kelapa sawit nya

lebih tinggi. Diperlukan implikasi kebijakan yang sesuai untuk meningkatkan dan

menjaga stabilitas nilai ekspor kelapa sawit pada tahun-tahun berikutnya,

sehingga kelapa sawit Indonesia dapat mempertahankan posisi daya saing yang

tinggi di pasar internasional.

Page 63: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

51

5.3. Daya Saing Kelapa Sawit Berdasarkan Keunggulan Kompetitif

5.3.1. Analisis Pangsa Pasar (Market Share) Kelapa Sawit Indonesia

Analisis pangsa pasardalam penelitian ini digunakan untuk melihat trend

kemampuan daya saing yang dihadapi suatu negara terhadap komoditas kelapa

sawit. Dengan kata lain apakah suatu produk yang dimaksud memiliki keunggulan

kompetitif untuk bersaing dengan negara lain yang merupakan negara pesaingnya.

Strategi pemasaran bisa digolongkan atas dasar pangsa pasar yang

diperoleh suatu perusahaan, maka terbagi atas 4 kelompok, yaitu :

1. Market Leader, disebut pimpinan pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai

berada pada kisaran 40% atau lebih.

2. Market Chalengger, disebut penantang pasar apabila pangsa pasar yang

dikuasai berada pada kisaran 21%-39%

3. Market Follower, disebut pengikut pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai

berada pada kisaran 11%-20%.

4. Market Nicher, disebut juga penggarap relung pasar apabila pangsa pasar

yang dikuasai berada pada kisaran 10% atau kurang.

Analisis ini juga dapat dilihat sebagai rasio pertumbuhan suatu negara

untuk komoditas kelapa sawit terhadap rata-rata pertumbuhan komoditas tersebut

pada pasar dunia. Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

untuk dapat bersaing dan bertahan di jajaran pasar internasional, maka suatu

produk hendaknya memiliki pangsa pasar yang lebih dominan dibanding negara-

negara pesaingnya

Selama periode penelitian, nilai pangsa pasar (market share) kelapa sawit

Indonesia hampir tidak mengalami perubahan, perkembangan nilai market share

kelapa sawit Indonesia selalu berada di kisaran zona Market Leader (40% atau

lebih) tiap tahunnya. Tercatat perkembangan nilai pangsa pasar Indonesia dari

tahun 2008-2013 41%, 44%, 45%, 43%, 46% dan 47%. Nilai market share kelapa

sawit Indonesia mencapai angka tertinggi yaitu 47% pada tahun 2013, jumlah

pangsa pasar tertinggi terjadi pada tahun tersebut disebabkan nilai ekspor kelapa

sawit dunia mengalami penurunan 8,3% sebesar US$ 4.602.993.000 dibandingkan

dengan penurunan total ekspor kelapa sawit Indonesia periode 2013 yang hanya

Page 64: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

52

sebesar US$ 1.763.318.000, sedangkan nilai terendah dialami Indonesia pada

tahun 2008 yakni 41%.

Sumber: FAO, 2017 (Diolah)

Gambar 5. Hasil Perhitungan Pangsa Pasar Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2008-

2013

Stabil dan tingginya tingkat pangsa pasar yang dikuasai dalam

perdagangan kelapa sawit Indonesia disebabkan karena posisinya sebagai

eksportir terbesar dunia, Rata-rata jumlah ekspor kelapa sawit Indonesia pada

tahun 2008-2013 sebesar US$ 14.485.737.000. Jumlah pasar yang dikuasai selalu

bernilai lebih dari 40% pada tahun 2008 sampai 2013 hal ini dikarenakan oleh

tingginya nilai ekspor kelapa sawit Indonesia yang berbanding lurus dengan

tingginya nilai total ekspor kelapa sawit dunia. Jika dilihat nilai rata-rata pangsa

pasar dalam kurun waktu 2008-2013, Indonesia memiliki nilai rata-rata share

sebesar 44%. Dapat dikatakan rata-rata dalam enam tahun periode penelitian,

kemampuan daya saing kelapa sawit Indonesia di pasar Internasional megalami

trend kemampuan daya saing yang tinggi karena selama periode tersebut berada

dalam kelompok Market Leader atau pemimpin pasar (menguasai 40% atau lebih

pangsa pasar).

5.3.2. Perbandingan Jumlah Pangsa Pasar (Market Share) Kelapa Sawit

Indonesia Terhadap Negara Malaysia, Belanda, Papua Nugini dan

Thailand

Dalam perdagangan kelapa sawit Indonesia di pasar Internasional,

Indonesia bersaing dengan negara-negara lainnya seperti Malaysia, Belanda,

0

20

40

60

80

100

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Nila

i Sh

are

Tahun

Perkembangan Pangsa Pasar Indonesia

Page 65: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

53

Papua Nugini dan Thailand. Tabel 8 merupakan nilai pangsa pasar dari negara-

negara pesaing Indonesia dalam mengekspor kelapa sawit di pasar Internasional,

yaitu Malaysia, Belanda, Papua Nugini dan Thailand. Berdasarkan perhitungan

yang dilakukan terhadap komoditi kelapa sawit negara tersebut, diperoleh bahwa

pada periode 2008-2013, nilai pangsa pasar rata-rata negara Indonesia, Malaysia,

Belanda, Papua Nugini dan Thailand sebesar 44,26%, 40,48%, 4,6%, 1,12% dan

0,89%. Negara Indonesia dan Malaysia mengusai sebagian besar pangsa pasar

kelapa sawit dunia dan berperan sebagai pemimpin pasar (Market Leader).

Sedangkan negara Belanda, Papua Nugini dan Thailand berada di kategori Market

Nicherdengan penguasaan pasar yang kurang dari 10%.

Tabel 11. Nilai Pangsa Pasar Indonesia, Malaysia, Belanda, Papua Nugini dan

Thailand Periode 2008-2013

Sumber: FAO, 2017 (Diolah).

Berdasarkan Tabel 11 dalam kurun waktu tahun 2008-2013, rata-rata nilai

pangsa pasar Malaysia mempunyai nilai yang tertinggi kedua setelah Indonesia

dari negara lainnya yaitu sebesar 40,48, yang berarti Malaysia memiliki tingkat

penguasaan pasarkelapa sawit yang besar di pasar Internasional. Dilihat dari segi

nilai ekspor kelapa sawit Malaysia memang berada di bawah Indonesia selaku

eksportir terbesar. Peningkatan nilai pangsa pasar ekspor kelapa sawit Malaysia

tertinggi terdapat pada tahun 2008 yaitu 42% dari total ekspor kelapa sawit dunia.

Hal ini disebabkan oleh nilai ekspor US$ 12.768.620.000 di tahun 2008.

Penurunan nilai ekspor kelapa sawit Malaysia terjadi tiga kali yaitu pada tahun

2009 sebesar 2,46%, tahun 2012 sebanyak 2,9% dan tahun 2013 sebanyak 3,73%.

Nilai rata-rata penguasaan pangsa pasar kelapa sawit Malaysia menunjukkan

Tahun

Nilai Pangsa Pasar

Indonesia Malaysia Belanda Papua

Nugini Thailand

2008 40,77 42,06 5,32 0,96 1,16

2009 44,35 39,6 5,01 1,3 0,38

2010 45,03 41,46 3,88 1,14 0,38

2011 42,62 43,09 4,25 0,99 0,8

2012 45,89 40,19 4,26 1 0,8

2013 46,92 36,46 4,91 1,35 1,26

Rata-Rata 44,26 40,48 4,6 1,12 0,89

Page 66: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

54

Malaysia berperan sebagai tersebut pemimpin pasar dalam ekspor kelapa sawit

dunia

Nilai rata-rata pangsa pasar tertinggi setelah Malaysia ialah Belanda. Rata-

rata nialai pangsa pasar kelapa sawit Belanda dalam kurun waktu sepuluh tahun

yakni 2008-2013 yakni 4,6, yang berarti Belanda rata-rata mengalami trend daya

saing kelapa sawit yang lemah. Belanda merupakan negara eksportir terbesar

kelapa sawit untuk negara eropa. Pada periode 2008-2013 kelapa sawit

mengalami pertumbuhan nilai ekspor fluktiatif dan sempat mengalami trend daya

saing menurun. Trend penurunan nilai ekspor atau nilai pangsa pasar terjadi pada

tahun 2009 sebesar 0,31% dan pada tahun 2010 sebesar 1,13%. Pada tahun yang

lain mengalami trend positif atau nilai pangsa pasar yang meningkat. Nilai rata-

rata penguasaan pangsa pasar kelapa sawit Belanda menunjukkan Belanda

berperan sebagai tersebut Market Nicher atau penggarap relung pasar dalam

ekspor kelapa sawit dunia (nilai pangsa pasar sebesar 10% atau kurang)

Papua Nugini merupakan negara ekspor kelapa sawit dengan nilai pangsa

pasar rata-rata setelah Belanda yaitu 1,13. Hal tersebut berarti rata-rata ekspor

Papua Nugini mengalami trend daya saing yang lemah. Ekspor kelapa sawit

Papua Nugini tahun 2013 sebesar US$ 456.777.000 mengakibatkan nilai

penguasaan pangsa pasar mencapai titik tertinggi pada periode tersebut sebesar

1,35% dari total pasar kelapa sawit dunia. Nilai rata-rata penguasaan pangsa

pasar kelapa sawit Papua Nugini menunjukkan Papua Nugini berperan sebagai

tersebut Market Nicher atau penggarap relung pasar dalam ekspor kelapa sawit

dunia (nilai pangsa pasar sebesar 10% atau kurang)

Thailand merupakan negara ekspor kelapa sawit dengan rata-rata nilai

pangsa pasar ke-5 dan terakhir dengan nilai yang tidak mencapai 1% satu yaitu

0,89. Dapat dikatakan bahwa dari segi penguasaan pasar, kelapa sawit Thailand

pada periode 2008-2013 mengalami trend daya saing yang lemah. Ekspor kelapa

sawit Thailand tahun 2013 sebesar US$ 433.744.000 mengakibatkan nilai

penguasaan pangsa pasar mencapai titik tertinggi pada periode tersebut sebesar

1,28% dari total pasar kelapa sawit dunia. Nilai rata-rata penguasaan pangsa

pasar kelapa sawit Thailand menunjukkan Thailand berperan sebagai tersebut

Page 67: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

55

Market Nicher atau penggarap relung pasar dalam ekspor kelapa sawit dunia (nilai

pangsa pasar sebesar 10% atau kurang).

Hasil perhitungan nilai pangsa pasar Indonesia rata-rata dalam enam tahun

periode 2008-2013 sebesar 44,26%. Jika dibandingkan nilai rata-rata penguasaan

pangsa pasar kelapa sawit Indonesia menempati posisi pertama jika dibandingkan

dengan Malaysia, Belanda, Papua Nugini dan Thailand yang rata-rata nilai market

share dalam periode 2008-2013 yaitu masing-masing sebesar 44,26%, 40,48%,

4,6%, 1,12% dan 0,89%. Hal tersebut disebabkan oleh besar perbandingan nilai

ekspor kelapa sawit negara-negara tersebut dengan nilai total ekspor dunia lebih

rendah daripada perbandingan nilai rata-rata nilai ekspor kelapa sawit Indonesia

dan total ekspor dunia. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 6 dan 7 laju

perkembangan nilai pangsa pasar negara eksportir kelapa sawit

Sumber: FAO, 2017 (Diolah)

Gambar 6. Perkembangan Nilai Pangsa Pasar Negara Produsen Kelapa sawit

Tahun 2008-2013

Gambar 6 dan 7 menunjukkan laju perkembangan nilai RCA negara

produsen kelapa sawit.Pada tahun 2013 Indonesia mencatatkan nilai share

tertinggi pada tahun 2013 sebesar 46,92%, angka tersebut merupakan angka

penguasaan pangsa pasar tertinggi yang pernah dicapai oleh negara-negara

pengeskpor kelapa sawit dunia pada tahun 2008-2013. Dibandingkan dengan

negara produsen lainnya, posisi Indonesia tergolong memiliki daya saing yang

sangat tinggi.Perkembangan nilai penguasaan pangsa pasar Indonesia menempati

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Nila

i Pa

ngs

a P

asa

r

Tahun

Indonesia

Malaysia

Belanda

Papua Nugini

Thailand

Page 68: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

56

posisi pertama dunia dibandingkan negara-negara eksportir lainnya diikuti oleh

Negara Malaysia.

Sumber: FAO, 2017 (Diolah)

Gambar 7. Nilai Rata-rata Kontribusi Negara-Negara Produsen Kelapa Sawit

Terhadap Total Ekspor Kelapa Sawit Dunia Tahun 2008-2013

Dalam penelitian ini, negara pembading yang digunakan untuk

menganalisa daya saing Indonesia di pasar inernasional diambil dari 5 besar

eksportir kelapa sawit terbesar dunia, namun bagaimanapun tercatat tidak semua

dari 5 besar negara pengekspor kelapa sawit tersebut menguasai pangsa pasar

kelapa sawit dunia. Dalam periode 2008-2013 Papua Nugini, Belanda dan

Thailand hanya mampu mencapai nilai pangsa pasar sebesar 4,6% 1,12% dan

0,89% (Share≤ 10%) yang berarti komoditas kelapa sawit Papua Nugini, Belanda

dan Thailand hanya bersaing sebagai Market Nicher atau penggarap relung pasar

untuk bersaing di pasar internasional meskipun statusnya berada di posisi 5 besar

eksportir terbesar dunia.Kondisi penguasaan rata-rata Indonesia atau posisi

Indonesia terhadap negara eksportir kelapa sawitsendiri memang terlampau tidak

jauh selama tahun 2008-2013 dibandingkan oleh negara yang menempati posisi

kedua yaitu Malaysia. Indonesia dan Malaysia mempunyai rata-rata nilai pangsa

pasar sebesar 44,26% dan40,28% yang berarti komoditas kelap sawit kedua

negara tersebut menguasai mayoritas pangsa pasar untuk dapat bersaing di pasar

internasional.

44.26

40.48

4.61.12

0.89

8.65

Penguasaan Pangsa Pasar Sawit Dunia

Indonesia

Malaysia

Belanda

Papua Nugini

Thailand

Lainnya

Page 69: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

57

5.4. Daya Saing Berdasarkan Penawaran Dan Permintaan Domestik

Indeks Spesalisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menganalisis

posisi atau tahapan perkembangan suatu produk. Nilai ISP akan menggambarkan

apakah untuk suatu komuditas tersebut, negara produsen menjadi negara eksportir

atau importir. Indeks ISP yang dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran suatu

komoditas, dimana ekspor mencerminkan suplai domestik dan impor adalah

permintaan domestik, dapat disimpulkan sesuai dengan teori perdagangan

internasional net of surplus, ekpor akan terjadi terhadap negara produsen apabila

terdapat kelebihan atas barang tersebut dipasar domestik. Hubungan Indeks

ekspor dan impor dengan daya saing menurut Tambunan (2001) apabila suatu

negara mempunyai daya saing yang lebih tinggi daripada negara lain untuk jenis

komoditas atau produk yang sama, maka suatu negara cenderung menjadi

pengekspor komoditas atau produk yang bersangkutan, namun apabila suatu

negara cenderung menjadi pengimpor maka daya saingnya akan rendah.

Nilai ISP mempunyai kisaran antara -1 sampai dengan +1, jika nilainya

positif (0 sampai dengan 1) dapat diartikan bahwa komoditas tersebut mempunyai

daya saing kuat atau negara produsen komoditas tersebut cenderung sebagai

pengekspor (suplai domestik lebih besar daripada permintaan domestik).

Sebaliknya suatu komoditas dikatakan mempunyai daya saing rendah atau negara

produsen cenderung bertindak sebagai pengimpor (suplai domestik lebih kecil

dari permintaan domestik) jika nilai indeks negatif (dibawah 0 hingga -1). ISP

digunakan juga untuk mengidentifikasi perkembangan perdagangan suatu

komoditi, menurut kementrian perdagangan (2013), tahap pengenalan (-1.00

sampai -0.50), subtitusi impor (antara -0.51 sampai 0.00), pertumbuhan (antara

0.01 hingga 0.80), kematangan (antara 0.81 sampai 1.00), dan kembali

mengimpor (antara 1.00 hingga 0.00).

5.4.1. Analisis ISP Komoditas Kelapa sawit Indonesia

Kelapa sawit Indonesia berpeluang menjadi eksportir kelapa sawit di pasar

Internasional jika dilihat dari indeks spesalisasi perdagangan. Nilai indeks

spesalisasi perdagangan kelapa sawit Indonesia selama periode 2008-2013

menunjukkan nilai positif rata-rata sebesar 0,997. Nilai tersebut dapat diartikan

Page 70: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

58

suplai domestik lebih tinggi daripada permintaan domestik sehingga Indonesia

cenderung berperan sebagai eksportir untuk komoditas kelapa sawit.

Perkembangan indeks spesalisasi perdagangan kelapa sawit indonesia

tercatat stabil, dalam periode 2008-2013 perubahan indeks spesalisasi

perdagangan kelapa sawit tidak mengalami perubahan yang jauh, nilai tertinggi

terdapat pada tahun 2012 yakni 1. kegiatan impor akan mempengaruhi nilai

indeks spesalisasi perdagangan, hubangan nilai impor barbanding terbalik dengan

nilai indeks spesalisasi perdagangan. Berikut bentu grafik perkembangan indeks

spesalisasi perdagangan kelapa sawit Indonesia periode 2008-2013 pada gambar

8.

Sumber: FAO, 2017 (Diolah)

Gambar 8. Perkembangan Nilai ISP Kelapa sawit Indonesia Tahun 2008-2013

Selama periode penelitian, nilai indeks spesalisasi perdagangan (ISP)

Indonesia hampir tidak mengalami perubahan. Perkembangan nilai ISP kelapa

sawit Indonesia selalu berada di kisaran zona nilai kematangan (antara 0.81

sampai 1.00) tiap tahunnya. Tercatat perkembangan nilai ISP Indonesia dari tahun

2008-2013 yaitu 0,9992, 0,9975, 0,9972, 0,9944, 1, dan 0,9941.Nilai ISP kelapa

sawit Indonesia mencapai angka tertinggi yaitu 1 pada tahun 2012, nilai indeks

spesalisasi perdagangan tertinggi terjadi pada tahun tersebut disebabkan nilai

impor kelapa sawit berada di titik paling kecil yaitu sebesar US$ 831.000

dibandingkan dengan nilai impor lain dalam periode 2008-2013. Pada tahun 2012

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Nila

i ISP

Tahun

Perkembangan ISP Indonesia

Page 71: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

59

juga, nilai ekspor ekspor kelapa sawit mengalami puncak nilai ekspor tertinggi

yaitu sebesar US$ 17.602.169.000 dibandingkan dengan tahun-tahun lain dalam

periode penelitian, sedangkan nilai terendah dialami Indonesia pada tahun 2013

yakni 0,9941.

Stabil dan tingginya nilai Indeks spesialisasi perdagangan kelapa sawit

Indonesia disebabkan karena posisinya sebagai eksportir terbesar dunia dan

jumlah impor kelapa sawit Indonesia yang hanya sedikit tiap tahunnya, Indonesia

tidak banyak mengimpor kelapa sawit karena sudah melimpahnya jumlah kelapa

sawit untuk konsumsi dalam negeri (excess supply). Rata-rata jumlah ekspor

kelapa sawit Indonesia pada tahun 2008-2013 sebesar US$ 14.485.737.000 dan

rata-rata impor sebesar US$ 21.457.000.

5.4.2. Perbandingan ISP Kelapa sawit Indonesia, Malaysia, Belanda, Papua

Nugini dan Thailand

Hasil analisis ISP dari masing-masing negara produsen kelapa sawit

selama periode 2008-2013 menunjukkan perbedaan yang signifikan. Nilai

perbandingan Indeks Spesialisasi Perdagangan lima negara produsen kelapa sawit

dapat dilihat pada Tabel 12. Indonesia mempunyai rata-rata nilai ISP bernilai

positif sebesar 0,998 selama periode 2008-2013 (tabel 12). Nilai tersebut

menunjukkan bahwa penawaran domestik lebih besar dari permintaan domestik

sehingga Indonesia cenderung sebagai eksportir kelapa sawit. Negara produsen

kelapa sawit lainya seperti Malaysia, Belanda, Papaua Nugini, dan Thailand nilai

indeks spesalisasi perdagangan kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 12.

Negara eksportir kelapa sawit pada periode 2008-2013 dengan nilai rata-

rata indeks spesalisasi perdagangan tertinggi ialah Indonesia dengan nilai 0,997.

Nilai tersebut dalam kategori tahap pematangan, dimana permintaan domestik

lebih kecil dari penawaran sehingga Indonesia untuk komuditas kelapa sawit

bertindak sebagai eksportir. Nilai Indeks spesalisasi perdagangan kelapa sawit

Indonesia nilainya seluruhnya positif dengan nilai 1 untuk tahun 2008-2013. Nilai

tersebut terjadi karena kegiatan impor yang hanya sedikit menjadikan Indonesia

hanya bertindak sebagai eksportir. Meskipun tren impor kelapa sawit Indonesia

cenderung naik, namun rata-rata nilai indeks spesialisasi perdagangan Indonesia

Page 72: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

60

tetap bernilai 1, hal ini dikarenakan tingginya nilai ekspor kelapa sawit Indonesia

sehingga yang melampaui tingkat impor kelapa sawit Indonesia.

Jika dibandingkan nilai rata-rata ISP Indonesia menempati posisi pertama

jika dibandingkan dengan Malaysia, Belanda, Papua Nugini dan Thailand yang

rata-rata nilai RCA dalam periode 2008-2013 yaitu masing-masing sebesar 0,86,

-0,12, 0,96 dan 0,86. Hal tersebut disebabkan oleh perbandingan nilai ekspor

dengan impor kelapa sawit negara Malaysia, Belanda, Papua Nugini dan Thailand

lebih rendah dari perbadingan nilai eskpor dengan impor kelapa sawit Indonesia

Tabel 12. Nilai ISP Indonesia, Malaysia, Belanda, Papua Nugini dan Thailand

Tahun 2008-2013

Sumber: FAO, 2017 (Diolah)

Papua Nugini merupkan produsen kelapa sawit yang mempunyai nilai

rata-rata tertinngi kedua yakni 0,96. Nilai tersebut masuk kedalam katagori

pematangan, dan berarti penawaran domestik kelapa sawit Papua Nugini lebih

besar dari permintaan domestik sehingga Papua Nugini untuk komuditas kelapa

sawit bertindak sebagai eksportir. Nilai indeks spesalisai perdagangan kelapa

sawit Papua Nugini stabil dikarenakan sedikitnya impor kelapa sawit dengan nilai

ekspor yang tinggi. Nilai tertinggi impor kelapa sawit Papua Nugini pada tahun

2012 hanya bernilai US$ 18.500.000 dengan rata-rata periode 2008-2013 US$

8.462.000 pertahunya.

Malaysia menempati urutan ketiga setelah Papua Nugini, nilai indeks

spesalisasi perdagangan kelapa sawit tanzania rata-rata dalam periode kurun

waktu 2008-2013 yaitu 0,86. Nilai tersebut masuk ke kategori pematangan, hal

tersebut terjadi karena penawaran domestik kelapa sawit Malaysia lebih besar

daripada permintaan domestik sehingga Malaysia untuk komuditas kelapa sawit

Tahun

Nilai ISP

Indonesia Malaysia Belanda Papua

Nugini Thailand

2008 0,99 0,91 -0,02 0,98 0,83

2009 0,99 0,86 -0,06 0,97 0,98

2010 0,99 0,84 -0,12 0,99 0,98

2011 0,99 0,80 -0,08 0,98 0,65

2012 1 0,80 -0,26 0,91 0,75

2013 0,99 0,95 -0,21 0,96 1

Rata-Rata 0,99 0,86 -0,12 0,96 0,86

Page 73: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

61

bertindak sebagai eksportir. Nilai indeks spesalisasi perdagangan kelapa sawit

Malaysia berada di titik terrendah pada tahun 2011 dan 2012 sebesar 0,80, hal

tersebut terjadi karena pada tahun tersebut Malaysia melakukan impor kelapa

sawit senilai US$ 1.938.524.000 dan US$ 1.701.803.000 yang merupakan nilai

impor tertinggi selama periode 2008-2013.

Negara eksportir kelapa sawit selanjutnya ialah Thailand, walaupun dalam

segi nilai ekspor kelapa sawit Thailand menempati posisi terakhir dalam 5 negara

eksportir kelapa sawit setelah Papua Nugini, namun nilai rata-rata indeks

spesalisasi perdagangan kelapa sawit Thailand berada pada urutan ke empat yakni

0,86, hanya berbeda tipis dengan Malaysia. Nilai tersebut masuk ke kategori

pematangan, hal tersebut terjadi karena penawaran domestik kelapa sawit

Thailand lebih besar daripada permintaan domestik, sehingga Thailand untuk

komoditas kelapa sawit bertindak sebagai eksportir. Fluktuasi nilai indeks

spesalisasi perdagangan kelapa sawit Thailand disebabkan kegiatan impor kelapa

sawit yang cukup tinggi dengan rata-rata US$ 27.197.000 dalam periode 2008-

2013. Nilai terendah indeks spesalisasi perdagangan kelapa sawit India terdapat

pada tahun 2011 yakni 0,65, hal tersebut terjadi karena pada tahun tersebut

Thailand melakukan impor kelapa sawit senilai US$ 84.338.000 merupakan nilai

impor tertinggi selama periode 2008-2013.

Belanda meskipun merupakan salah satu negara eksportir kelapa sawit

tertinggi, namun nilai rata-rata indeks spesalisasi perdagangan Belanda tercatat

negatif sebesar -0,12. Nilai negatif dalam indeks spesalisasi perdagangan berarti

peran Belanda untuk komoditas kelapa sawit sebagai importir, dikarenakan

permintaan domestik kelapa sawit lebih besar daripada penawaran domestik.

Belanda merupakan produsen kelapa sawit, namun keberadaan kelapa sawit

Belanda masih lebih banyak berasal dari kegiatan impor yang dilakukan.

Meskipun Belanda merupakan tujuan impor bagi produsen kelapa sawit, pasokan

kelapa sawit Belanda sangat cukup dengan nilai ekspor rata-rata dalam periode

2008-2013 yakni US$1.493.014.000 dan rata-rata impor kelapa sawit sebesar US$

1.965.783.000.

Page 74: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

63

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dihasilkan dari hasil penelitian daya saing kelapa

sawit Indonesia di pasar Internasional sebagai berikut :

1. Kelapa sawit Indonesia dalam perdagangan Internasional mempunyai daya

saing, hal tersebut ditunjukkan oleh hasil analisis RCA kelapa sawit

Indonesia menunjukkan rata-rata RCA > 1 yakni 45,08. Jika dibandingkan

negara pesaing nilai rata-rata RCA Indonesia menempati posisi teratas, diikuti

Papua Nugini, Malaysia, Belanda dan Thailand yang rata-rata nilai RCA

dalam periode 2008-2013 yaitu masing-masing sebesar 44,02, 32,48, 1,46 dan

0,69.

2. Perhitungan pangsa pasar (Market Share) menunjukkan pertumbuhan trend

kemampuan daya saing yang dihadapi suatu Negara terhadap komoditas

kelapa sawit. Indonesia memiliki nilai rata-rata pangsa pasar yang sangat

tinggi, yaitu 44,26 dari total pasar ekspor kelapa sawit dunia dan berperan

sebagai pemimpin pasar. Dapat dikatakan rata-rata dalam enam tahun

kemampuan daya saing kelapa sawit Indonesia di pasar Internasional

megalami trend kemampuan daya saing yang kuat. Jika dibandingkan dangan

nilai rata-rata pangsa pasar negara pesaing Malaysia sama-sama memiliki

posisi sebagai pemimpin pasar. Namun untuk kelapa sawit Belanda, Papua

Nugini dan Thailand mengalami trend daya saing yang rendah dan hanya

berperan sebagai penggarap relung pasar

3. Indonesia dalam spesalisasi perdagangan kelapa sawit internasional

cenderung memiliki peran eksportir. Hal tersebut berdasarkan analisis ISP

selama periode 2008-2013 yang menunjukkan nilai positif rata-rata sebesar

0,997. Nilai positif ISP juga terjadi pada kelapa sawit Papua Nugini, Malaysia

dan Thailand yaitu masing-masing sebesar 0,96, 0,86 dan 0,86 Hal berbeda

terjadi pada kelapa sawit Belanda, nilai ISP rata-rata periode 2008-2013

bernilai negatif yakni -0,12, atau peran Belanda untuk komoditas kelapa sawit

cenderung menjadi importir.

Page 75: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

64

6.2. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan dari hasil analisis daya saing kelapa

sawit Indonesia di pasar internasional yaitu

1. Pemerintah diharapkan menjalin kerjasama dengan pihak perbankan untuk

menggeliatkan program pengolahan kelapa sawit beserta bantuan modal

dikarenakan komoditas kelapa sawit termasuk perkebunan rakyat dalam

wilayah marginal. Nilai tambah dari kegiatan pengolahan harus ditunjang

pemerintah dari segi teknologi, modal dan infrastruktur.

2. Untuk meningkatkan daya saing, pelaku bisnis kelapa sawit hendaknya

meningkatkan secara kualitas dan kuantitas produksi tanaman kelapa sawit.

Tanaman kelapa sawit yang awalnya sebagai tanaman perbaikan lahan kritis

harus ditingkatkan produksinya berdasarkan teknologi untuk mengoptimalkan

hasil panen dan produksi, yang berpengaruh langsung pada tingkat daya saing

kelapa sawit Indonesia di pasar internasional.

3. Penelitian ini hanya membahas tentang posisi daya saing kelapa sawit

Indonesia di pasar internasional berdasarkan keunggulan kompetitif dan

komparatif, tanpa adanya saran dan tindak lanjut untuk mempertahankan atau

meningkatkan keungulan-keunggulan tersebut, oleh karena itu untuk

penelitian selanjutnya diharapkan agar bisa merumuskan strategi-strategi

pengembangan ekspor kelapa sawit Indonesia di pasar internasional

berdasarkan data-data yang telah diolah dan diteliti sebelumnya, karena

tingginya keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki komoditas ini.

Page 76: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

65

DAFTAR PUSTAKA

Anindita, Ratya. dan R. Reed, Michael. 2008. Bisnis dan Perdagangan

Internasional. Andi Publisher. Jakarta.

Anggit R.Y, Suyartiri Made dan Suprihanti A. 2012. Analisis daya saing CPO di

Pasar Internasional. Journal. Fakultas Pertanian UPN. Yogjakarta.

Apridar. 2009. Ekonomi Internasional Sejarah, Teori, konsep, dan Permasalahan

Dalam Aplikasinya. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Budiman, A. F. S. 2004. The Global NR Industry: Corrent Development and

Future Prospects. Jakarta.

Charles W. Lamb, Joseph F. Hair, Carl Mcdaniel. 2001. Pemasaran. Edisi

Pertama, Salemba Empat. Jakarta.

Dewan Minyak Sawit Indonesia. 2010. Fakta Kelapa Sawit Indonesia. DMSI.

Jakarta.

Febritanthi, Sri Ana. 2014. Analisis Daya Saing Ekspor Teh Hitam Indonesia di

Pasar Internasional. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Malang.

Firmansyah, Lukman. 2008. Posisi Daya Saing dan Spesalisasi Perdagangan Teh

Indonesia Dalam Menghadapi Globalisasi. Skripsi. Fakultas pertanian

Universitas Brawijaya. Malang.

Food Agricultural Organization Statistic. 2017. Ekspor Impor Negara di Dunia.

Available at. http://www.fao.org/faostat/en/#data/TP/visualize. Diakses

tanggal 17 Juli 2017.

Halwani, H. 2005. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi (Edisi

Kedua). Ghalia Indonesia. Bogor.

Hady, H. 2004. Ekonomi Internasional: Teori Kebijakan Perdagangan

Internasional. Jilid Satu. Edisi Revisi. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Hariyadi, Purwiyanto dkk. 2003. Kumpulan Abstrak Hasil Riset Industri Hilir

Kelapa Sawit. Menristek dan Maksi. Jakarta.

Kementrian Perdagangan. 2012. Informasi Khusus Produk Kelapa Sawit.

Available at http://inatrims.kemendag.go.id/id/product/detail/palmoil-

andcpo-preparations. Diakses tanggal 17 Juli 2017.

Page 77: ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI …repository.ub.ac.id/7333/1/FAUZAN DJAKI WAKID.pdf · 2020. 4. 26. · ANALISIS DAYA SAING KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR

66

Kementerian Perdagangan. 2012. Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Indonesia Tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor atas Barang Ekspor

yang Dikenakan Bea Keluar. Kemendag. Jakarta.

Meryana, Ester. 2007. Analisis Daya Saing Kopi Robusta Indonesia di Pasar

Internaional. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Muslim. C. 2006. Analisis Daya Saing Produk Ekspor Agroindustri Komoditas

Berbasis Kelapa di Indonesia. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Pertanian. Jakarta.

Pahan I. 2011. Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Porter, Micheal E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. Free Press. New

York.

Pusat Data dan Informasi Pertanian (Pusdatin). 2014. Buku Statistik Makro

Pertanian. Kementrian Pertanian. Jakarta.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Potensi dan Peluang Investasi Industri

Kelapa Sawit Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Robbins, S.P. dan M. Coulter. 1999. Manajemen. T. Hermaya [penerjemah]. Jilid

Satu. Edisi ke-enam. PT. Prenhalindo. Jakarta.

Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Erlangga. Jakarta.

Sunarko. 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.

Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sutawi. 2002. Manajemen Agribisnis. Bayumedia. Malang.

Tambunan, Tulus. 2001. Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran.

PT. Pustaka LP3S. Jakarta.

Tambunan, Tulus. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia: Beberapa

Isu Penting. Ghalia. Jakarta.

Tambunan, Tulus. 2004. Globalisasi dan Perdagangan Internasional. PT. Pustaka

LP3S. Jakarta.

UN Comtrade. 2017. Ekspor Impor Negara di Dunia. Available at.

http://comtrade.un.org. Diakses tanggal 17 Juli 2017.

William J. Stanton. 1984. Prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta.