analisa tsunami1

34
BAB II ANALISA KONDISI TSUNAMI ACEH TAHUN 2004 TAHAP PENCEGAHAN FAKTA ANALISA INTERVENSI Pemetaan Bencana Kejadian bencana gempa yang diikuti tsunami di Aceh banyak mengejutkan bannyak pihak, tak terkecuali pihak pemerintah. Pasca bencana dapat dilihat dampak bencana yang begitu besar mulai dari jumlah korban jiwa, kerusakan lingkungn dan infrastruktur. Sehingga Aceh pun lumpuh untuk waktu yang tidak sebentar. Kurangnya kesiapan akan adanya bencana dalam kalangan pemerintah juga masyarakat masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut. Indonesia telah melakukan berbagai upaya mitigasi guna mengantisipasi ancaman serupa. Sistem peringatan dini disejumlah daerah disiagakan, meski belakangan dilaporkan banyak yang hilang dicuri dan rusak. Aceh sendiri memiliki TDMRC (Tsunami & Disaster Mitigation Research Centre) yang berguna untuk mengkaji langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan ditiap daerah dalam hal penanggulangan bencana di Penilaian Resiko Tidak adanya peringatan Penilaian resiko yang

Upload: yayah-agung-fadilah

Post on 09-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TSUNAMI

TRANSCRIPT

ANALISA KONDISI TSUNAMI ACEH TAHUN 2004

BAB II

ANALISA KONDISI TSUNAMI ACEH TAHUN 2004

TAHAP PENCEGAHANFAKTAANALISAINTERVENSI

Pemetaan BencanaKejadian bencana gempa yang diikuti tsunami di Aceh banyak mengejutkan bannyak pihak, tak terkecuali pihak pemerintah. Pasca bencana dapat dilihat dampak bencana yang begitu besar mulai dari jumlah korban jiwa, kerusakan lingkungn dan infrastruktur. Sehingga Aceh pun lumpuh untuk waktu yang tidak sebentar.Kurangnya kesiapan akan adanya bencana dalam kalangan pemerintah juga masyarakat masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut.

Indonesia telah melakukan berbagai upaya mitigasi guna mengantisipasi ancaman serupa. Sistem peringatan dini disejumlah daerah disiagakan, meski belakangan dilaporkan banyak yang hilang dicuri dan rusak.

Aceh sendiri memiliki TDMRC (Tsunami & Disaster Mitigation Research Centre) yang berguna untuk mengkaji langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan ditiap daerah dalam hal penanggulangan bencana di daerah masing-masing. TDMRC memiliki alat yang dinamakan ATDR (Aceh Tsunami Digital Repository) yang merupakan sistem pengelolaan dokumentasi elektronik seputar tsunami dan penanggulangannya. ATDR ini berisi tentang:

1. Karya sastra dan seni

2. Laporan kegiatan dan hasil kajian

3. Literatur

4. Penelitian dan studi literatur

5. Peta

6. Produk Hukum dan Kebijakan

7. Publikasi dan Media Promosi

8. Sejarah dan Dokumentasi Tsunami

BNPB pun dibentuk oleh pemerintah setelah adanya bencana super dahsyat di Aceh.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh, akan bekerjasama dengan International Organization for Migration (IOM) dalam bidang penguatan kapasitas pengurangan risiko bencana dan peningkatan ketahanan masyarakat.

Penilaian ResikoTidak adanya peringatan resiko akan bahaya tsunami juga tidak ada untuk masyarakat awam sehingga dampak makin bisa dirasakan.Penilaian resiko yang dilakukan oleh pemerintah yang tidak tepat dan cepat mengakibatkan dampak bencana semakin besar.

PenyuluhanSesaat setelah gempa, air pantai menjadi surut dan banyak orang-orang yang mengambil ikan di pinggir pantai. Sehingga begitu tsunami datang terlihat dari mereka banyak yang tidak siap. Informasi-informasi tentang kebencanaan ternyata belum banyak diketahui oleh khalayak ramai. Masyarakat kebanyakan, belum banyak yang paham tentang bagaimana mengenali tanda-tanda akan munculnya bencana, bagaimana harus menyelamatkan diri jika ada bencana, apa yang bisa dilakukn saat bencana datang, saat di lokasi pengungsian. Bagaimana setelah bencana berlalu, apa yang harus dikerjakan dan bagaimana upaya pencegahan atau mensedikitkan kerugian akibat bencana serta permasalahan ikutan lain yang selalu muncul saat bencana, kiranya perlu diketahui oleh masyarakat.Diadakannya penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh para relawan kepada masyarakat umun untuk menambah pengetahuan merekan tentang manajemen bencana. Di daerah yang rawan potensi tsunami juga digelar simulasi penanganan bencana tsunami. Warga aceh yang pernah mengalami sendiri bencana besar itu, kali tampak lebih siap dan bersiaga. Faktanya begitu gempa besar mengguncang, sebagian besar warga aceh langsung menyelamatkan diri ketempat-tempat aman.

Manajemen Resiko Berbasis MasyarakatSetelah kejadian bencana tsunami di Aceh, banyak korban luka-luka ataupun korban yang selamat dilarikan ke luar Aceh. Banyak warga-warga Asing yang tampaknya lebih mendominasi di Aceh daripada warganya sendiri.Kurangnya peran serta masyarakat dalam penanganan bencana membuat penanganan bencana lambat karena tidak banyak dari para relawan yang mengerti seluk beluk Aceh.Pemerintah Aceh mulai melibatkan warganya dalam acara-acara penyuluhan tentang program penanganan bencana dan sosialisasi pun diusahakan merata kesemua warga untuk menumbuhkan rasa kebersamaan pada setiap diri warga.

Kesiagaan Bencana Untuk Tenaga KesehatanSetelah terjadinya bencana gempa dan tsunami, infrastruktur kesehatan banyak yang hancur padahal banyak korban yang membutuhkan pertolongan. Banyak tenaga kesehatan Aceh yang kewalahan dalam menangani korban jiwa, bahkan ada diantara mereka yang tidak makan, tidak tidur berhari-hari atau hanya ala kadarnya. Kepanikan yang tidak teratasi pada tenaga kesehatan akan banyaknya korban juga membuat pengatasan korban bencana memakan waktu yang tidak sebentar. Tapi fasilitas untuk merujuk korban bencana sudah cukup baik. Banyak tenaga kesehatn dari luar masuk ke Indonesia.Tenaga kesehatan adalah ujung tombak pelayanan yang dilakukan paska bencana. Namun tidak adanya persiapan yang baik akan hal itu akan menyebabkan terjadinya pelayanan kesehatan yang tidak maksimal pada korban. Ketidaksiapan tenaga kesehatan juga mengakibatkan pelayanan kesehatan menjadi terganggu.Tenaga kesehatan yang berlisensi untuk menangani bencana memang perlu dipersiapkan agar dapat menagani korban secara tepat dan cepat, sehingga korban terselamatkan makin banyak.

Hospital Disaster Plan juga harus dibuat oleh tiap rumah sakit sebagai langkah persiapan dan pencegahan dampak bencana lebih besar.

Tenaga kesehatan juga perlu diikutsertakan dalam acara penyuluhan dan pelatihan bencana.

Alat Perlindungan DiriFokus bantuan pada saat itu lebih cenderung mengarah pada bantuan logistik, jadi sedikit sekali bantuan yang berupa alat perlindungan diri. Sehingga para relawan dan masyarakat yang selamat harus menghemat pemakaan alat perlindungan diri yang tersedia secara minim.Kurangnya alat perlindungan diri sedikit banyaknya mengganggu kinerja dari para relawan dalam melakukan aktivitas pertolongan pada korban.Sudah diupayakan disusunnya kooordinasi yang baik dan teratur koordinasi guna mengcover semua kebutuhan pasca bencana.

Perlengkapan Dasar KesehatanPerlengkapan yang tersedia pasca bencaan tidak bisa mengcover kebutuhan yang sangat tinggi sesaat setelah bencana. Alhasil tenaga kesehatan menggunakan peralatan seadanya guna menolong para korban.Perlengkapan dasar kesehatan yang minim tentu saja tidak memberikan pelayanan yang maksimal. Seharusnya dengan adanya peta resiko bencana maka pemerintah pada umumnya dan departemen kesehatan pada khususnya dapat memprediksi kebutuhan dasar kesehatan apa saja yang dibutuhkan dan kemudian dapat disimpan di Departemen Kesehatan layaknya obat-obatan.

Peralatan Kelangsungan Hidup Komunikasi dan Transportasi

Sesaat setelah bencana sistem komunikasi tidak ada yang tersisa. Masyarakat Aceh tidak bisa menghubungi keluarganya yang berada diluar Aceh dan begitu juga sebaliknya.

Koordinasi antar tim penolongpun agak sedikit terganggu karena rusaknya semua server komunikasi.

Sama halnya dengan sistem komunikasi, sistem transportasi saat bencana tsunami pun terganggu. Jalan-jalan banyak yang rusak dan alat transportasi pun banyak yang hilang dan rusak saat bencana.Terganggunya jaringan komunikasi dan sistem transportasi dapat mengganggu jalannya proses evakuasi dan pertolongan pada korban.

Sistem trasnportasi yang buruk pun memperlambat penanganan korban bencana.Menristek sudah menyarankan sekaligus menyiapkan alat komunikasi berupa radio komunikasi yang dapat digunakan dalam kondisi bencana, dengan catatan harus dengan sistem koordinasi yang bagus pula guna mendapatkan hasil yang baik. Selain itu menristek juga sudah melakukan simulasi/ tsunami drill guna melihat keefektifan rancangan tersebut. Dilakukan perbaikan pada sistem jalan dan pemerintah juga mengirimkan alat bantu transportasi yang memang bisa dikirimkan ke daerah bencana.

Contingency Plan untuk fasilitas kesehatan (RS)Banyak RS yang hancur sementara banyak pasien yang butuh pertolongan. Banyak kepanikan dan kerepotan yang luar biasa terjadi di lingkungan kesehatan dan banyak juga korban jiwa yang berasal dari pasien RS karena pertolongan yang kurang maksimal.Tidak ada kesiapan yang optimal dari pihak RS dan tenaga kesehatan menyebabkan jatuh banyak korban jiwa. Mulai sekarang Aceh mulai mengembangkan contingency plan di RS yang ada di Aceh. Hal ini dibuktikan oleh:

1. DINKES /PMI/RSUa. Menyediakan transportasi bagi tim medis. ( hari 1 bencana )

b. Adanya tim health rapid assessment ( hari 1 bencana)

c. Menyediakan obat-obatan, bahan disposible dan peralatan medis ( hari 1 bencana )

d. Mendirikan fasilitas perawatan medis ( hari ke 2 dan ke 3 bencana)

e. Untuk melanjutkan korban puskesmas dan rumah sakit dalam 24 jam (11 unit)

f. Untuk menyediakan ambulans dalam posisi standby ( hari 1 bencana)

g. Rujukan pelayanan ( hari 1 bencana)

Disetiap rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain juga sudah disiapkan alur-alur dan rute penyelamatan yang bisa dipakai saat terjadi bencana. Dan pihak RS serta fasilitas kesehatan yang lain juga telah menyiapkan obat-obatan yang bisa digunakan saat dan pasca bencana.

TAHAP RESPONFAKTAANALISAINTERVENSI

SPGDT

a. Basic Life Support

b. First AidPada dasarnya bencana sangat membuat panik warga Aceh. Hal ini mengakibatkan tidak ada upaya basic life support dan first aid sesaat setelah bencana. Pemerintah lokal pun sempat kewalahan merespon kejadian bencana ini. Korban luka-luka banyak yang meninggal akibat keterlambatan penanganan dan kurangnya tenaga kesehatan yang berkompeten baik saat PRA RS dan Perawatan di RS. Tapi dalam hal ini pengiriman pasien ke antar RS sudah berjalan cukup baik.Kurangnya persiapan baik dari pemerintah lokal dan pemerintah pusat dalam melakukan persiapan basic life support dan first aid mangakibatkan banyak manusia yang menjadi korban sesaat setelah bencana.Pemerintah lokal sudah mulai berupaya melakukan pelatihan-pelatihan SPGDT pada masyarakat awam di Aceh termasuk mahasiswa-mahasiswa kesehatan. Sama halnya dengan pemerintah lokal, pemerintah pusat juga melakukan hal yang sama dan mempersiapkan relawan-relawan yang telah terdidik guna terjun ke daerah bencana.

Manajemen Bencana:

Rapid Health Assessment dan Rapid ResponSesaat setelah bencana, wakil presiden Bapak Jusuf Kalla, langsung meninjau tempat kejadian dan seketika memerintahkan untuk mengirimkan bantuan logistik ke Aceh, baik berupa roti, biskuit, dll yang itupun beliau harus menelpon ke beberapa tempat dulu dan mengambil barang dagangan pedagang di daerah lain. Dan pemerintah pusat juga langsung mengirim relawan dari pihak militer, kesehatan, dan sipil untuk membantu kondisi di Aceh. Dan tak lama kemudian pihak bantuan dari luar pun berbondong-bondong datang ke Aceh guna memberi bantuan baik secara tenaga ataupun finansial.Dalam melakukan rapid respon oleh pihak berwenang pada saat itu mengalami waktu yang tidak sebentar. Hal ini disebabkan karena belum terdeteksinya bahaya tsunami dan ketidaksiapan dari pihak pemerintah. Aceh dan pemerintah terus berupaya menciptakan sumber daya manusia yang handal dalam menangani bencana. Mereka juga menyiapkan bahan-bahan logistik dan barang lainnnya yang sekiranya diperlukan pada tahap awal respon bencana. Kerjasama juga tak segan-segan dijalin guna kelancaran program.

Clinical Manajemen:

a. Prinsip-prinsip triage lapangan dan hospital.

b. Prinsip evakuasi dan transportasiPada dasarnya prinsip traige yang dilakukan sudah benar dan transportasi pasien, korban luka-luka pun sudah cukup baik dengan bantuan para relawan dalam dan luar negeri.

Hanya saja pada saat evakuasi setelah bencana agak terjadi kesulitan karena banyak warga yang ingin cepat dievakuasi sejauh mungkin dari Aceh. Dan banyak dari mereka yang berpergian sendiri untuk evakuasi ke dataran sehingga jalan-jalan macet dan keadaan makin panik.Prinsip triage di lapangan dapat dikatakan sudah cukup baik akibat bantuan dari relawan lokal dan asing. Jalur evakuasi yang kurang dan jauh menimbulkan kepanikan yang cukup besar pada warga. Sebelumnya Aceh sudah membuat jalur evakuasi bencana namun begitu di uji coba mengalami ketiadakmampuan. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif mengimbau Pemerintah Provinsi Aceh untuk merencanakan alternatif gedung evakuasi atau selter di beberapa tempat. Syamsul Maarif juga menyatakan jalur evakuasi tsunami di wilayah Aceh perlu ditambah untuk mengurangi kemacetan kendaraan saat bencana itu terjadi. Hal ini bertujuan untuk mempermudah menyelamatkan banyak korban jiwa.

Health Community Response:

a. Prinsip menangani komunitas saat bencana.

b. Masyarakat umum.

c. Vulnerable grup dan masyarakat dengan penyakit tertentu.Pada dasarnya penanganan bencana pada komunitas sudah cukup baik. Penanganan pada kasus rentan juga sudah dipisahkan dan terorganisir dengan cukup baik. Terdapat posko-posko yang menyediakan pelayanan kesehatan untuk mangatasi masalah kesehatan pada kasus-kasus rentan. Hanya saja pada tahap awal respon terdapat kerepotan yang cukup besar dan ketidakcukupan pasokan obat-obatan dan alat-alat kesehatan. Penanganan korban luka dan pun ditangani sebisannya dan semampunya. Posko pelayanan kesehatan pun didirikan seadanya. Saat bencana petugas kesehatan juga bebas masuk dan merawat pasien tanpa adanya lisensi. Sehingga dengan situasi crowded banyak pasien yang telat dalam penyelamatan dan penanganannya.Karena bencana Aceh sangat besar maka terjadi kepanikan sesaat adn kooordinasi yang tidak baik diawal. Tapi begitu relawan datang semua sedikit demi sedikit mulai teratasi. Petugas kesehatan yang tidak berlisensi tidak memberi jaminan penanganan yang baik terhadap pasien. Hal ini dibuktikan dengan beberapa kasus terlambatnya penanganan pasien.Pemerintah sedang mulai memperbaiki persiapan tenaga kesehatan yang nantinya akan bergabung membantu atau menangani bencana. Pemerintah berusaha menciptakan tenaga kesehatan yang siap dalam fisik, mental, juga skill. Pemerintah juga melakukan pelatihan-pelatihan yang berguna meningkatkan itu semua baik mandiri ataupun dibantu oleh organisasi-organisasi resmi yang berkecimpung dalam penanganan bencana.

TAHAP REHABILITASIFAKTAANALISAINTERVENSI

Aspek promotif dan preventif pada penanganan penyakit menular pada pengungsi

a. Kurangnya air minum dan air bersih, baik ditempat pengungsian dan posko, unit pelayanan kesehatan dan masyarakat secara umum.b. Lingkungan yang masih penuh kotoran, lumpur, kayu-kayu, barang-barang yang terbawa tsunami dan banyaknya mayat yang masih ada dalam timbunan rumah maupun timbunan lumpur, berpotensi menjadi masalah serius terhadap lingkungan kesehatan masyarakat dan sarang nyamuk.

c. Tak adanya jamban yang cukup dan air, berpotensi menimbulkan KLB penyakit diare.

d. Rujukan penderita yang masih sulit terkait koordinasi yang masih belum optimal, transportasi yang nyaris kolaps, dan infrastruktur yang rusak.

e. Jenis dan distribusi obat-obatan dan logistic yang tidak sesuai dengan keadaan dan jenis penyakit pada setiap posko kesehatan. Karena mekanisme distribusi yang kurang sistematis. f. Gudang2 farmasi di kebupaten rusak sehingga obat-obatan & alat kesehatan rusak &/ hilangMeningktanya kebutihsn akan air bersih dan kurangnya pasokan air putih oleh pemerintah menyebabkan kurangnya air minum dan air bersih. Keadaan ini diperparah dengan tidak dapat dimanfaatkanny air di Aceh karena penuh akan lumpur. Lumpu juga membuat lingkungan kotor. Dan juga keadaan masyarakat yang melemah berpotensi penularan penyakit yang tinggi. a. Strategi :

Peningkatan kualitas lingkungan dan pemeriksaan kualitas air.

Pemantapan sistem surveilans pasca bencana, penyakit potensial wabah, dan survey epidemiologi faktor risiko bersama WHO dan NGO.

Penigkatan kampanye campak pada kelompok rentan bersama NGO berintegrasi dengan kampanye program gizi.

b. Jenis Kegiatan :

Surveilans penyakit menular dan faktor resiko lingkungan.

Penyuluhan

Pemeriksaan kimia mikroorganisme air dan kaporasi.

Fogging focus dengan penyemprotan terhadap serangga (lalat dan nyamuk).

Desifeksi pada bekas tempat penimbunan sementara jenazah sebelum dimakamkan.

Desifeksi pada sarana pembuangan kotoran.

Perbaikan kualitas air bersih (akuatab) dan Kaporasi.

Perbaikan pembuangan sampah dengan membagikan kantong sampah.

Immunisasi balita, terutama untuk pencegahan campak.

Pemberantasan penyakit menular potensial wabah (Diare, ISPA, CAmpak, Malaria, DBD) dan dapat diteruskan terhadap penyakit menular lain, sperti TB pAru, PSM dan lain-lain.

c. Prioritas Lokasi Kegiatan.

Tempat umum, seperti masjid dan pasar.

Tempat penimbunan jenasah sementara sebelum dikebumikan.

Tempat pengungsi.

Fasilitas kesehatan (kantor dinas kesehatan, puskesmas dan RS).

d. Kegiatan dilakukan secara berkala, setidaknya seminggu sekali.

e. Jangkauan awal dilakukan pada lokasi yang dapat dijangkau dengan kendaraan, yaitu Kota Banda Aceh dan Aceh Besar, selanjutnya daerah lain yang sudah memungkinkan sesuai dengan besaran masalah yang dihadapi.

Penanganan kebutuhan kesehatan dan sanitasi di daerah bencana

a. Bangunan Dinas Kesehatan NAD masih dapat digunakan, halaman dan gedung penuh lumpur, sampah dan beberapa mayat yang perlu segera dibersihkan. Sarana dan prasaran Dinkes di Kab. Aceh Besar tidak ada kerusakan. Tenaga dari Dinkes banyak yang hilang dan meninggal, sehingga perlu penggantian dan penambahan.

b. Puskesmas diantaranya rusak berat dan masih ada puskesmas dengan kerusakan sedang sampai ringan yang dapat difungsikan dengan tenaga setempat dan tenaga bantuan . tenaga kesehatan puskesmas pun banyak yang belum aktif dan hilang.c. Rumah Sakit yang masih dapat berfungsi RS. Kesdam, RS.Fakinah, RS Harapan Bunda merupakan RS yang terhindar dari bencana, jumlah pasien meningkat dan tidak sesuai dan lebih dari jumlah TT yang tresedia. RS Kesdam juga dihunakan sebagai gudang distribusi obat Poskodal Kesehatan. Di RS ini juga tinggal Tim Kesehatan bantuan baik dari luar maupun dalam negeri. d. RS jiwa Daerah relative utuh. Walaupun banyak bagian RS yang mengalami kerusakan, lantai penuh lumpur. Tanggal ^ Januari 2005, RS ini digunakan sebagai posko kesehatan.e. RS lapangan diselenggarakan oleh berbagai Negara, misalnya Australia dibelakang RS Kesdam, Spanyol di belakang RS Zainal Abidin. Jerman mendatangkan Floating Hospital. Juga Negara-negara lain seperti Malaysia, Cina (di Jantho) dan lainnya.Bencana tsunami yang sedemikian dahsyat ditambah dengan kesiapan yang kurang dari masyarakat dan pemerintah mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan pemenuhan kesehatan dan sanitasi. Dimana kedua kondisi ini sangat rentan pada waktu pasca bencana. a. Memperkuat sistem penyelenggaraan PPM dan PL.

b. Perbaikan/pembangunan sarana dan prasarana.

Perbaikan gedung dan melengkapi sarana dan prasarana penyelenggaraan program PPM & PL, seperti lemari es, vaksin karier, generator, peralatan Laboratorium, sanitasi lingkungan dan lain-lain.

Perbaikan bangunan Puskesmas yang rusak dan melengkapi sarana dan prasarana penyelenggaraan program PPM & PL.

Gedung peralatan KKP Banda Aceh, wilker Ulee dan wilker Lhoknga perlu dibangun kembali sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

c. Perlu dilakukan penggantian obat-obatan dan peralatan kesehatan yang rusak akibat bencana, dengan memprioritaskan obat dan alat yang diperlukan untuk operasional lapangan.

d. Penambahan personil spesifik PPM & PL di Dinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota serta di Puskesmas. Dan diperlukan Pelatihan teknis dan manajerial bagi tenaga pengelola program PPM & PL.

e. Sumber dana operasional untuk mendukung berjalannya kegiatan lapangan yang sangat diperlukan berasal dari Ditjen PPM & PL serta sumber-sumber lain.

Promosi dan preventif bagi kesehatan jiwa

Fase akut bencana

Fase kronik bencana

a. Fase akut bencana Permasalahan pada korban yang selamat:

Rasa ketakutan dan panic yang berlebihan akan adanya issue bencana tsunami susulan.

Depresi karena kehilangan anggota keluarga yang dicintai.

Disorientasi dan emosi yang berlebih dan tidak terkontrol.

Rasa bersalah karena tidak dapat memberikan perlindungan terhadap keluarga yang menjadi korban.

Sifat anti social karena hilangnya kepedulian social (misalnya rebutan jatah)Kehilangan keluarga, harta, dan terkena musibah yang sangat besar dengan korban jiwa yang sangat banyak menyebabkan goncangan jiwa yang hebat bagi korban-korban yang selamat. Maka dibutuhkan penanganan kejiwaaan yang baik pasca bencana, baik pada fase akut ataupun kronik.Hal-hal yang perlu dilakukan untuk

menangani masalah tersebut :

Informasi dan komunikasi yang valid kepada korban bencana tsunami, untuk menenangkan kondisi.

Menyediakan tempat untuk berlindung.

Mengorganisasi pelacakan anggota keluarga yang hilang, untuk anak yang sendirian, lansia dan kelompok rentan lain.

Menyediakan akses komunikasi dengan kerabat yang ada ditempat yang jauh.

Mengorganisasi penampungan dengan tujuan agar anggota keluarga dan masyarakat tetap berkumpul bersama;

Menyediakan ruang untuk kegiatan agama, rekreasi dan kebudayaan dalam desain kamp;

Mendorong kembali dilakukannya aktifitas budaya dan keagamaan yang normal (termasuk upacara berkabung dalam kerja sama dengan praktisi spiritual dan agama);

Menyebarkan secara luas informasi yang sederhana, pertemuan dengan pers, siaran radio, poster dan selebaran yang singkat dan tidak bersifat sensasional akan berguna untuk menenteramkan masyarakat.

b. Fase kronik bencana

Permasalahan yang muncul pada fase ini adalah efek pasca traumatic yang berkepanjangan, dan berdampak menjadi masalah serius kejiwaan pada korban tsunami di NAD, akibat dari menayksikan anggota keluarga yang meninggal secara mengenaskan, dan kehilangan harta benda serta kehilangan orang yang dicintai.

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk

menangani masalah tersebut :

Perlu adanya women trauma center dan children center, Untuk mengatasi trauma psikologis pada anak dan perempuan telah dan akan dilanjutkan pelayanan trauma konseling.

Dibentuknya Gugus Tugas Anti-trafficking untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan dan perdagangan anak, dengan dan Pencegahan Tindak Kekerasan.

Di samping itu, juga perlu terus dilakukan upaya untuk mempertemukan kembali anak-anak dengan keluarganya dilakukan melalui kegiatan reunifikasi keluarga,

Upaya pemulihan spiritual (spiritual healing), pemulihan emosional (emotional healing) terhadap kejadian traumatik yang dihadapi dengan memberikan semangat hidup dan bangkit kembali menjadi sangat penting.

Penyembuhan fisik (physical healing); dan penyembuhan terhadap kemampuan otak manusia (intelligential healing).

BAB III

PENUTUPA. Kesimpulan

Bencana datang tidak terduga, kerena hal tersebutlah harus lebih sigab dalam manghadapi bencana. Bencana membuat tanggap, mencari solusi untuk meminimalisir dampak buruk akibat dari bencana, mempelajari bencana dan membangun sistem peringatan dini akan bencana.Tsunami merupakan salah satu contoh bencana yang pernah terjadi sehingga dapat dipelajari, cara penanggulangannya adalah dengan membangun system peringatan dini (early warning sistem), relokasi penduduk yang terancam bencana Tsunami (population of park), membuat jalur evakuasi dan persedian lahan (evacuation of route and emergency shelter) dan membentuk tim penanganan bencana Tsunami (disaster management and disaster assessment), memahami penanggulangan bencana sesuai tahapannya dan juga memahami penggulnagan dampak bencana pada tenaga kesehatan.

B. Saran

Masyarakat hendaknya bisa memperhatikan tanda-tanda akan terjadinya bencana tsunami sehingga mengetahui mengantisipasi bahaya bencana tersebut. Pada saat bencana diharapkan tidak ada kepanikan dan kecemasan yang berlebihan karena umumnya bahaya bencana dapat terjadi di mana saja dengan sedikit atau tanpa peringatan, maka sangat penting bersiaga terhadap bahaya bencana untuk mengurangi risiko dampaknya. Melalui pendidikan masyarakat, dapat dilakukan beberapa hal untuk mengurangi risiko bencana. Selain itu, agar masyarakat mengetahui langkah-langkah penanggulangan bencana sehingga dapat mengurangi ancaman, mengurangi dampak, menyiapkan diri secara tepat bila terjadi ancaman, menyelamatkan diri, memulihkan diri, dan memperbaiki kerusakan yang terjadi agar menjadi masyarakat yang aman, mandiri dan berdaya tahan terhadap bencana.

MATA AJAR MANAJEMEN BENCANA

ANALISA TAHAP PENCEGAHAN DALAM BENCANA TSUNAMI ACEH 2004

DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA AJAR PENGELOLAAN BENCANA

MILDA WIRAWATI

1206322833

EKSTENSI UI 2012 Kelas A

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

2012

REFERENSI

http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/radio/onairhighlights/penanganan-bencana-gempa-dan-tsunami-di-aceh

http://www.rapiaceh.com/berita_detail.php?id=224http://www.ksg-sac.org/2013/03/penggunaan-alat-komunikasi-yang-ideal.htmlhttp://www.tempo.co/read/news/2013/03/27/173469603/Jusuf-Kalla-Buka-Rahasianya-Saat-Tsunami-Acehhttp://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/download/1144/461Suwandono,Agusdkk, di unggah tanggal 17 Maret 2013.

http://fpk.unair.ac.id/webo/iad/08.Pengantar_Bencana.ppt di unggah tanggal 17 Maret 2013.

http://www.docstoc.com/docs/22446508/PROMOSI-KESEHATAN-PADA-SITUASI-EMERGENSI di unggah tanggal 19 Maret 2013.

Paturusi, Idrus A, dkk, 2006, Penatalaksanaan Korban Bencana Massal, Edisi III, Depkes RI

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis kesehatan Akibat Bencana (mengacu pada Standar International).DepkesRI

http://ino.searo.who.int/LinkFiles/Emergency_and_humanitarian_action_Technical_quide_for_Health_Crisis_Response_in_Disaster.pdf. di unggah tanggal 19 Maret 2013.

http://www.tdmrc.org. diakses pada tanggal 31 Maret 2013

Renas Penanggulanagn Bencana 2010-2014