analisa tingkat profitabilitas dan strategi...
TRANSCRIPT
ANALISA TINGKAT PROFITABILITAS DAN STRATEGI PENYALURAN
PEMBIAYAAN MIKRO PADA PT. BANK BRISYARIAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Syariah (S.E.Sy)
SUCI HANIFA
NIM 1111046100021
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
iv
ABSTRAK
SUCI HANIFA, NIM 1111046100021, Analisa Tingkat Profitabilitas dan
Strategi Penyaluran Pembiayaan Mikro pada PT.Bank BRISyariah, Strata Satu (S1),
Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.
Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank BRISyariah dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat Profitabilitas Pembiayaan Mikro dan Strategi yang dilakukan oleh
PT. Bank BRISyariah untuk menyalurkan dana Pembiayaan Mikro pada Nasabah
serta mempertahankan Jumlah Pembiayaan Mikro yang disalurkan.
Metode Penelitian yang digunakan untuk menghitung Profitabilitas
Pembiayaan Mikro adalah dengan menggunakan Economic Value Added (EVA).
Economic Value Added (EVA) tidak hanya digunakan untuk menghitung kinerja
perusahaan tapi dapat juga digunakan untuk menghitung kinerja berbagai segmen
termasuk produk. Untuk Penelitian Strategi Penyaluran Pembiayaan Mikro metode
penelitian yang digunakan menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil
Wawancara langsung dengan pihak PT. Bank BRISyariah.
Hasil Penelitian Profitabilitas Pembiayaan Mikro menggunakan EVA
menunjukkan bahwa Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah pada tahun 2014
memiliki nilai EVA yang Positif dan ini menunjukkan bahwa Pembiayaan Mikro
memiliki nilai tambah yang baik. Sedangkan untuk Strategi Penyaluran Pembiayaan
BRI Syariah memberikan 30% dari aset yang dimiliki untuk Pembiayaan Mikro.
Bank juga hanya memilih usaha yang memiliki omzet harian agar tetap stabil dan
mematuhi setiap SOP (Standard Operating Procedure) yang telah ditentukan oleh
Perusahaan.
Kata Kunci : Profitabilitas, Economic Value Added (EVA), Strategi Penyaluran,
Pembiayaan Mikro
v
ABSTRACT
SUCI HANIFA, NIM 1111046100021, Analysis of Profitability Level and
Distribution Startegy of Micro Finance on PT. Bank BRISyariah, Bachelor‟s Degree
(BA), Department of Sharia Banking, Study Program of Muamalat, Faculty of Sharia
and Law, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.
This research was done in PT. Bank BRISyariah in order to find out the level
of Microfinance Profitability and the strategy applied by PT. Bank BRISyariah in
transferring Micro Financing to costumers and maintain the ammount if Micro
Financing Transferred as well.
The Method Applied to calculate Profitability of Micro Financing was by
applying Economic Value Added (EVA), EVA is not only used to calculate the
company‟s Performance but also used to calculate the performance in several
segments including its product. The method used in the research of Distribution
Strategy of Micro Finance was by applying primer data derived from direct interview
with PT. Bank BRISyariah staffs.
The Research result of Profitability of Micro Financing using EVA shows that
the Micro Financing of PT. Bank BRISyariah in 2014 achieved Positive Value. While
the Strategy of Financing Distribution in PT. Bank BRISyariah spent 30% of their
assets on Micro Financing. The Bank also picked business which only possesing
daily turnover to keep it stable and business that obeyed the SOP (Standard Operating
Procedure) which has been determined by the Company.
Keywords: Profitability, Economic Value Added (EVA), Distribution Strategy, Micro
Financing
vi
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمحرلا هللا بسم
Puji Syukur senantiasa penulis curahkan kepada tuhan semesta alam, Allah
SWT. Berkat kehendak dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi terakhir yang juga menjadi Suri
Tauladan bagi ummatnya, Nabi Muhammad SAW.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis banyak mendapatkan hambatan dan
cobaan yang harus penulis hadapi dengan ikhtiar dan tawakal. Alhamdulillah atas
berkat do‟a orang tua, keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu memberi
motivasi dan inspirasi.
Karena itupula dari lubuk hati yang dalam penulis mengucapkan rasa
terimakasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu dan mendukung
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Diantaranya adalah:
1. Bapak Dr.Asep Saepuddin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Program Studi Muamalat, A.M. Hasan Ali, M.A dan Sekretaris
Program Studi, Bapak Abdurrauf, Lc., M.A.
3. Bapak Ah. Azharudin Lathif, M.Ag., M.H sebagai Dosen pembimbing
Akademik yang senantiasa memberikannasihat dan motivasi Penulis selama
Perkuliahan.
vii
4. Dosen Pembimbing Bapak M. Nur Rianto Al Arif, SE., M.Si yang senantiasa
memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi untuk menyelesaikan Skripsi
ini, serta terimakasih atas ilmu dan pembelajaran hidup selama ini.
5. Dosen Penguji Bapak Dr. H. Sumuran Harahap, M.Ag, MM, MH., M.Si dan
Ibu Yuke Rahmawati, M.A yang telah
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang senantiasa memberikan dan mengajarkan ilmunya selama masa
perkuliahan.
7. Segenap Staff Akademik dan Staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
dan Program Studi Muamalat (Hukum Ekonomi Islam).
8. Bapak Puji, Bapak Moko dan Bapak Irwan dari Micro Business Group
(MBG) BRI Syariah atas segala bantuannya.
9. Kedua Orang tua tercinta Jaja Wiharja dan Euis Lisnawati yang senantiasa
Mendo‟akan, memberikan nasihat dan semangat sehingga dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
10. Kakak-kakak ku tersayang Hilma Nurlatifah Fajriah, Pupun Tursina, dan Siti
Alfi Ubaidillah serta adikku tercinta Ibnu Hibban Abdul Jabbar yang selalu
mendukung penulis untuk menyelesaikan Skripsi. Keponakkanku Muhammad
Badar Solahuddin dan Aida Fakhira Syakilla yang selalu menghibur Penulis.
11. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah A 2011 yang selalu menemani
hingga menyelesaikan Skripsi, terimakasih karena telah menjadi keluarga
viii
kedua di masa perkuliahan ini. Serta sahabat-sahabatku Elis Sri Ramdani,
Hayatin Nupus, dan Fitriyani Latifah yang selalu mendukung penulis.
12. Sahabat “Jalan-Jajan” Bunga, Rina, Hasby, Wiza, Eko yang selalu menemani
dalam suka dan duka. Serta teman-teman Seminar Internasional Bunda Indah,
Kak Indra, Kak Dayat dan Kak Mara
13. Dan temen-teman ideologis C.O.I.N.S (Center for Islamic Economics Studies)
yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi selama perkuliahan.
Akhirnya penulis mengucapkan banyak terimaksih kepada temen-teman yang
tidak dapat disebutkan satu per satu atas semua bantuan dan masukan kepada
penulis. Semoga Allah SWT Mencatat dan membalas kebaikan yang dilakukan
denganbalsann yang terbaik dan senantiasa mengalir kemanfaatannya. Amiin ya
rabbal „alamiin.
Ciputat, Oktober 2014
Suci Hanifa
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK .............................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................................... 8
C. Perumusan dan Pembatasan Masalah.......................................................................... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................... 11
E. Sistematika Penulisan ................................................................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................... 14
A. Pembiayaan Mikro ...................................................................................................... 14
1. Pengertian Pembiayaan Mikro ................................................................................ 14
2. Proses Pembiayaan Mikro ....................................................................................... 18
B. Pengukuran Laba dan Profitabilitas ............................................................................ 22
1. Laba dan Profitabilitas ............................................................................................ 22
2. Pengukuran Laba dan Profitabilitas ........................................................................ 23
3. Pengertian Economic Value Added (EVA) ............................................................ 24
4. Perhitungan Economic Value Added (EVA) .......................................................... 27
C.Review Studi Terdahulu .................................................................................................. 38
D.Kerangka Konseptual ...................................................................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................................... 43
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................... 43
B. Jenis dan Sumber Data ................................................................................................ 45
x
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................... 46
D. Teknik Analisa Data ................................................................................................... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 50
A. Perhitungan EVA ........................................................................................................ 50
1. NOPAT (Net Operating Profit after Tax) ............................................................... 50
2. Capital ..................................................................................................................... 51
3. WACC (Weighted average cost of capital .............................................................. 53
B. Proses Penyaluran Pembiayaan Mikro ........................................................................ 59
C. Analisa Prosedur Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah ...................................... 78
D. Strategi Penyaluran Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah .................................. 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 92
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 92
B. Saran ........................................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 95
LAMPIRAN........................................................................................................................... 99
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel Jumlah UMKM Indonesia beserta perkembangannya dari
tahun 2009-2012.............................................................................
2
Tabel 1.2
Tabel Pembiayaan Mikro pada BUS dan UUS pada tahun 2009-
2015 dalam Miliar Rupiah.............................................................
4
Tabel 1.3 Tabel nilai NPF Pembiayaan 12 Bank Umum Syariah di
Indonesia........................................................................................
4
Tabel 1.4 Tabel kesulitan yang dihadapi Usaha Mikro.................................. 6
Tabel 4.1 Tabel Nilai NOPAT Pembiayaan Mikro Bank BRI Syariah.......... 52
Tabel 4.2 Nilai Invested Capital Pembiayaan Mikro BRI Syariah................. 54
Tabel 4.3 Tabel perhitungan Tingkat Hutang, Tingkat Modal dan Tax pada
Bank BRI Syariah........................................................................... 58
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Pemberian Pembiayaan................................................... 20
Gambar 4.1 Bagan Alur Proses Pemberian Pembiayaan Mikro.................... 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk industri UMKM
(Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).Dikarenakan jumlah penduduk yang sangat
banyak dan juga jumlah penduduk yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dari
tahun ke tahun jumlah UMKM terus meningkat pada tahun 2009 jumlah UMKM
di Indonesia sebesar 52.764.403 unit sedangkan pada tahun 2012 sebesar
56.534.592 unit. Namuntingkat pertumbuhan jumlah UMKM di Indonesia
memang tidak meningkat setiap tahunmeskipun begitu pertumbuhan jumlah
UMKM di Indonesia berdampak bagus terhadap kemakmuran penduduk
Indonesia karena Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri UMKM
meningkat.
Industri UMKM juga berpengaruh terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia.Bahkan dengan meningkatnya jumlah UMKM di Indonesia nilai
sumbangan untuk PDB UMKM Indonesia meningkat setiap tahun. Dapat dilihat
pada tabel 1.1Jumlah sumbangan PDB UMKM pada tahun 2009 sebesar 1.212
triliun rupiah sedangkan pada tahun 2012 sumbangan PDB untuk UMKM
sebesar 1.505 Triliun rupiah.
2
Tabel 1.1
Tabel Jumlah UMKM Indonesia beserta perkembangannya dari tahun 2009-
2012
No Indikator Satuan 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah UMKM Unit 52.764.603 53.823.732 55.206.444 56.534.592
2 Pertumbuhan Jumlah
UMKM Persen 2,64 2,01 2,57 2,41
3 Jumlah Tenaga Kerja
UMKM Orang 96.211.332 99.401.775 101.722.458 10. 657.509
4 Pertumbuhan Jumlah
Tenaga Kerja
UMKM
Persen 2,33 3,32 2,33 5,83
5 Sumbangan PDB
UMKM (harga
konstan)
Rp.Miliar 1.212.599,3 1.282.571,8 1.369.326 1.504.928,2
6 Pertumbuhan
sumbangan PDB
UMKM
Persen 4,02 5,77 6,76 9,90
7 Nilai Ekspor UMKM Rp.Miliar 162.254,52 175.894,89 187.441,82 208.067,00
8 Pertumbuhan Nilai
Ekspor UMKM Persen -8,85 8,41 6,56 11,00
Sumber: www.bi.go.id. diolah
Untuk mendukung industri UMKM tersebut, saat ini banyak Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) yang memberikan dana untuk membantu pertumbuhan
UMKM tersebut. Selain Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Industri Perbankan
juga membantu memberikan dana untuk peningkatan Industri UMKM dengan
adanya Pembiayaan Mikro.
3
Pembiayaan Mikro pada Industri Perbankan dilaksanakan oleh Bank
Konvensional dan Bank Syariah. Untuk Bank Syariah sendiri pembiayaan Mikro
merupakan satu hal yang penting mengingat tujuan dari Perbankan Syariah
sendiri adalah terwujudnya fungsi perbankan syariah yang kaffah dan dapat
melayani seluruh segmen masyarakat. Untuk pembiayaan mikro Bank Syariah
secara umum juga mengalami peningkatan pada tahun 2009 jumlah dana yang
dikeluarkan sebesar Rp. 35.799 Miliar sedangkan pada tahun 2012 dana
pembiayaan mikro oleh bank umum syariah sebesar Rp. 90.860 Miliar.
Peningkatan pada jumlah Pembiayaan Mikro yang disalurkan oleh Bank Syariah
dibuktikan dengan meningkatnya jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan oleh
beberapa Bank Syariah.
Bank BRI Syariah pada tahun 2013, total pembiayaan mikro yang disalurkan
meningkat drastis sebesar 51.1% dari Rp1,625 triliun menjadi Rp 2,455 triliun,
setelah sebelumnya juga mengalami peningkatan berturut-turut selama 4 tahun.
Dari sisi tingkat kesehatan aset, tingkat NPF segmen mikro berhasil dijaga di
kisaran angka 2,1%, dengan Repayment Rate (tingkat kelancaran pembayaran
angsuran) masih diangka 96,4%.1
Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah memiliki pertumbuhan yang
bagus setiap tahunnya, dimana pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 2%. Hal
ini mempengaruhi Jumlah Pembiayaan Mikro yang diberikan oleh Perbankan.
1Laporan Tahunan BRI Syariah Tahun 2013, hal 40
4
Tabel 1.2
Tabel Pembiayaan Mikro pada BUS dan UUS pada tahun 2009-2015 dalam
Miliar Rupiah
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015*
Total Pembiayaan
UMKM 35.799 52.570 71.810 90.860 110.086 59.806 57.780
Pembiayaan Tidak
Lancar 1.611 1.824 2.140 2.060 2.879 3.875 4.434
Persentase (%) 4,5 3,47 2,98 2,27 2,62 6,48 7,67
*Februari 2015
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Februari 2015, diolah
Pada tahun 2014 dan 2015 total pembiayaan menurun dikarenakan beberapa
bank memiliki tingkat pembiayaan tidak lancar yang cukup tinggi sehingga
dihentikan proses pencairan pembiayaan mikro yang disalurkan. Dari beberapa
bank tersebut yang memiliki nilai tingkat persentase pembiayaan yang stabil
adalah Bank BRI Syariah. Tabel 1.3 memperlihatkan Jumlah pembiayaan dan
nilai NPF Pembiayaan Mikro pada Bank Umum Syariah.
Tabel 1.3
Tabel nilai NPF Pembiayaan 12 Bank Umum Syariah di Indonesia
No. Nama Bank
Total
Pembiayaan
2013 (Miliar)
NPF
2013
(%)
Total
Pembiyaan
2014 (Miliar)
NPF
2014
(%)
1 Bank Syariah Mandiri 7.355 - - -
2 Bank Muamalat 3,47 1,70 - -
3 Bank BNI Syariah 878 - 950 2,21
4 Bank Mega Syariah 3.200 - 2.680 5,64
5
5 Bank BRI Syariah 3.070 2,93 3.210 2,5
6 Bank Panin Syariah - - - -
7 Bank BCA Syariah 80,6 0,1 - -
8 Bank Victoria Syariah - - - -
9 Bank Jabar Banten
Syariah
817,9 - 1.042,7 -
10 Bank Maybank Syariah
Indonesia
- - - -
11 Bank Bukopin Syariah 2.690 - 2.820 -
12 Bank BTPN Syariah - - - -
Sumber: Laporan Tahunan Bank, diolah
Pembiayaan pada Usaha Mikro merupakan satu hal penting demi menjaga
keberlanjutan Usaha Mikro. Usaha Mikro sendiri sangat membantu kestabilan
perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro berperan besar dalam pemberdayaan
ekonomi rakyat. Hal ini mengacu pada bagaimana membangun kemampuan
masyarakat memberikan ruang gerak bagi masyarakat agar berpartisipasi dengan
memilih, menentukan dan melaksanakan pilihan kegiatan riil yang mampu
membantu meningkatkan produktivitas ekonomi rakyat menjadi lebih baik.
Meskipun Usaha Mikro punya peran yang sangat penting bagi ekonomi
rakyat Indonesia saat ini banyak sekali kendala yang dihadapi oleh Usaha Mikro.
Menurut Ismawan dalam penelitiannya, Usaha Mikro secara jelas banyak
persoalan yang dihadapi oleh ekonomi usaha kecil (mikro) diantaranya2:
2Muhammad, Bank Syariah:Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, Yogyakarta:
Graha Ilmu 2005, hal. 138
6
Tabel 1.4
Tabel kesulitan yang dihadapi Usaha Mikro
No Jenis Kesulitan Indeks
1 Kesulitan Modal 34,55%
2 Pengadaan Bahan Baku 20,14%
3 Pemasaran 31,70%
4 Kesulitan Lainnya 13,6%
Sumber: Data BPS Terolah dalam Ismawan 2003
Dengan begitu ketersediaan dana sebagai bantuan modal Usaha Mikro
merupakan bantuan yang sangat berarti untuk Usaha Mikro. Kemudian Bank
Syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang membutuhkan dana
dengan pihak yang kelebihan dana merupakan lembaga yang tepat untuk
membantu persoalan permodalan yang dihadapi oleh Usaha Mikro melalui
pembiayaan mikro yang saat ini banyak dimiliki oleh Bank Umum Syariah.
Pembiayaan Mikro dimaksudkan untuk menyediakan solusi berbasis pasar
untuk salah satu masalah yang paling rumit yaitu mengintegrasikan golongan
miskin ke dalam perekonomian. Karena bank-bank Islam mempunyai moral dan
tanggung jawab sosial dalam perekonomian rakyat maka pembiayaan mikro
merupakan salah satu solusi yang diberikan oleh Bank Syariah.
Bank Umum Syariah juga mendapatkan bagi hasil dan keuntungan dari
pembiayaan yang diberikan pada Usaha Mikro. Bahkan tingkat margin pada
pembiayaan mikro sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pembiayaan lainnya.
7
Hal ini dikarenakan risiko yang ditanggung oleh bank dengan memberikan
pembiayaan mikro cukup tinggi.
Meskipun begitu untuk pembiayaan kepada usaha kecil, menengah dan
koperasi. Bank dapat memintakan jaminan dari lembaga penjamin, misalnya PT
Askrindo dan PT Jamkrindo sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi lembaga
tersebut.3 Untuk mengurangi tingkat risiko yang akan ditanggung oleh bank.
Selain penjaminan dari beberapa perusahaan tersebut masih banyak strategi lain
yang dilakukan oleh bank untuk meminimalisir risiko pembiayaan mikro.
Selain membantu kelangsungan Usaha Mikro bank sebagai perusahaan jasa,
mengharapkan laba dari setiap produk yang diberikan. Tidak hanya bank
konvensional yang dapat memberikan pembiayaan mikro saat ini Perbankan
Syariah sudah dapat bersaing dengan pasar konvensional namun belum cukup
kuat. Masih banyak masyarakat yang melihat sebuah bank dan menggunakan
produk sebuah bank dari kinerja perbankan dan kenyamanan pelayanan.
Tugas sebuah Bank Syariah untuk menjaga kinerja perbankan salah satunya
Profitabilitas. Oleh karena itu perlu diketahui tingkat profitabilitas sebuah produk
pada Bank agar tingkat kesehatan dan Profitabilitas Bank tetap terjaga.
Profitabilitas dihitung dengan menghitung laba yang dihasilkan baik oleh sebuah
produk maupun sebuah perusahaan.
3A. Wangsawidjaya, Z, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2012 h. 79
8
Untuk mencapai tingkat Profitabilitas yang baik, bank harus melakukan
beberapa langkah salah satunya adalah menggunakan strategi yang baik dalam
pemberian pembiayaan mikro. Setiap Bank akan memiliki strategi yang berbeda
untuk mempertahankan tingkat profitabilitas dari pembiayaan mikro.
Dengan demikian, berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis
bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Pembiayaan Mikro dengan
Judul “Analisa Tingkat Profitabilitas dan Strategi Penyaluran Pembiayaan Mikro
padaPT. Bank BRISyariah.”
B. Identifikasi Masalah
Dalam Latar Belakang diatas disebutkan bahwa Jumlah Pembiayaan Mikro
yang disalurkan oleh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah meningkat
setiap tahun kecuali pada tahun 2014 dan tahun 2015. Jumlah Pembiayaan yang
disalurkan mengalami penurunanyang drastis dari 110.086 miliar rupiah pada
tahun 2013 menjadi 59.806 miliar pada tahun 2014.
Pembiayaan tidak lancar pada tahun 2013 berjumlah 2.879 miliar rupiah
kemudian dengan jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan menurun, jumlah
pembiayaan tidak lancar pada tahun yang sama mengalami peningkatan menjadi
3.875 miliar rupiah.
Hal ini menjadi sebuah pertanyaan besar mengapa Pembiayaan tidak lancar
meningkat pada saat jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan menurun. Secara
teori bahwa ketika jumlah pembiayaan yang disalurkan meningkat maka tingkat
9
keuntungan juga akan meningkat. Dan sebaliknya ketika jumlah pembiayaan
yang disalurkan menurun maka tingkat keuntungan juga akan menurun.
Jumlah Pembiayaan yang disalurkan secara umum akan mempengaruhi
jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank-bank umum syariah secara
parsial. Maka, ketika jumlah pembiayaan yang disalurkan menurun secara
agregat akan menyebabkan penurunan pada jumlah pembiayaan yang disalurkan
secara parsial. Hal ini dikarenakan jumlah profit yang dihasilkan akan menurun
sejalan dengan penurunan jumlah pembiayaan yang disalurkan.
Pada tahun 2014 tersebut terdapat beberapa Bank Umum Syariah yang tetap
menyalurkan pembiayaan mikro bahkan cenderung meningkatkan jumlah
pembiayaan mikro yang disalurkan meskipun jumlah pembiayaan yang
disalurkan secara agregat menurun. Banyak faktor yang mengakibatkan
terjadinya penurunan jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan oleh bank
umum syariah di Indonesia, dan juga akibat yang ditimbulkan oleh penurunan
jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan oleh Bank Umum Syariah.
Salah satu alasan bank-bank umum syariah mengalami penurunan jumlah
pembiayaan mikro yang disalurkan adalah karena penurunan jumlah pembiayaan
mikro tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa bank umum syariah yang
memiliki nilai NPF tinggi untuk pembiayaan mikro sehingga Penyaluran
Pembiayaan Mikro pada Bank Umum Syariah tersebut ditahan sampai dengan
stabilnya nilai NPF untuk pembiayaan mikro. Akibat dari terjadinya penurunan
jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan adalah berkurangnya profit dari
10
pembiayaan mikro yang disalurkan. Sementara beberapa bank tetap memiliki
performa yang baik disaat jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan menurun.
C. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Tingkat Profitabilitas Pembiayaan Mikro pada Bank BRI Syariah
menggunakan Economic Value Added (EVA)?
2. Bagaimana Strategi Penyaluran Pembiayaan Mikro yang dilakukan oleh PT.
Bank BRISyariah?
Untuk membatasi masalah, peneliti hanya meneliti mengenai bagaimana
tingkat profitabilitas bank yang tetap menyalurkan pembiayaan mikro meskipun
jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan saat ini mengalami penurunan dan
bagaimana strategi bank tersebut tetap mempertahankan performanya dalam
penyaluran pembiayaan mikro.
Bank Umum Syariah yang tetap stabil memberikan Pembiayaan Mikro disaat
Jumlah Pembiayaan Mikro secara agregat menurun salah satunya adalah Bank
BRISyariah. Bank BRISyariah merupakan Bank yang tetap konsisten memberikan
Pembiayaan Mikro oleh karena itu Bank BRISyariah peneliti pilih sebagai objek
penelitian.
11
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas maka, tujuan dari penelitian ini
adalah:
a. Untuk menganalisa tingkat Profitabilitas Pembiayaan Mikro pada PT.
Bank BRISyariah dengan menggunakan Economic Value Added (EVA).
b. Untuk menganalisa perbedaan Strategi yang digunakan pada Penyaluran
Pembiayaan Mikro pada PT. Bank BRISyariah.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Sebagai Tolak ukur akan kemampuan diri dalam menerapkan ilmuyang
telah didapatkan mengenai Bank Syariah selama di Universitas.
b. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan mengenai
Pembiayaan mikro pada Bank Syariah yang diterima selama masa
perkuliahan agar dapat diterapkan saat terjun pada dunia kerja.
c. Bagi Akademisi
Sebagai bahan pertimbangan sejauh mana kurikulum atau program yang
telah diterapkan pada pembiayaan mikro pada Bank Syariah mempunyai
relevansi dengan kebutuhan nantinya.
12
d. Bagi Perusahaan
Memberikan informasi tentang tingkat Profitabilitas pembiayaan mikro
pada Bank Syariah dan dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan
kebijakan pembiayaan mikro selanjutnya.
e. Bagi Masyarakat
Membantu masyarakat untuk lebih memahami bagaimana tingkat
keuntungan pada Pembiayaan Mikro dihasilkan, serta memberikan
gambaran dan wawasan tentang fakta yang terjadi di lapangan tentang
penghitungan profitabilitas pada Pembiayaan Mikro.
E. Sistematika Penulisan
Secara garis besar penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub
bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal tertulis, berikut
ini sistematika penulisannya secara lengkap:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi
masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian,
penelitian terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tinjauan pustaka terhadap hal-hal yang akan dibahas,
yang berisikan teori-teori mengenai konsep pemberian Pembiayaan
13
Mikro dan karakteristik pembiayaan Mikro pada bank Umum Syariah
dan konsep pengelolaannya serta Pengukuran Laba/Profitabilitas
menggunakan Economic Value Added (EVA) untuk menghitung
tingkat Profitabilitas Pembiayaan Mikro.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang sumber-sumber data dan analisisnya
untuk menjawab permasalahan yang ada menggunakan metode
penelitian yang sesuai
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi perhitungan data-data yang diperoleh dalam penelitian
sehingga didapat hasilnya, yang kemudian dilakukan pembahasan
terhadap hasil yang didapat guna mendapatkan kesimpulan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil
penelitian serta menghasilkan saran dan rekomendasi yang sesuai
dengan permasalahan yang diteliti
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan Mikro
1. Pengertian Pembiayaan Mikro
Secara etimologi pembiayaan berasal dari kata biaya, yaitu membiayai
kebutuhan usaha.4 Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah No. 06/per/M.KUKM/I/2007 tentang petunjuk
teknis program pembiayaan produktif koperasi dan Usaha Mikro pola syariah
bahwa pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau
kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota, calon anggota, koperasi
lain dan atau anggotanya yang mewajibkan penerimaan pembiayaan itu untuk
melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad
dengan pembayaran sejumlah bagian hasil dari pendapatan atau laba dari
kegiatan yang dibiayai atau penggunaan dana pembiayaan tersebut.
Menurut Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) Usaha Mikro adalah usaha
yang memiliki kurang dari 5 orang tenaga kerja. Tujuan Usaha
Mikro Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah dalam pasal 3 disebutkan bahwa Usaha Mikro
bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka
membangun perekonomian nasional berdasarkan ekonomi yang berkeadilan.
4Nugraha Ridha, Manajemen Pembiayaan Panduan Untuk Koperasi Syariah SDM
Kementerian Koperasi, artikel diakses pada 2 Februari 2015
dari http://hasbullah.multiply.multiplycontent.com
15
Pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) merupakan upaya yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah
pengangguran dan kemiskinan. Menurut Rudjito Usaha Mikro adalah usaha yang
dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin.5 Usaha
Mikro sering disebut dengan usaha rumah tangga. Besarnya Pembiayaan yang
dapat diterima oleh usaha adalah Rp 50 juta. Usaha Mikro adalah usaha produktif
secara individu atau tergabung dalam koperasi dengan hasil penjualan Rp 100
juta. Maka Pembiayaan Mikro adalah pembiayaan yang diberikan untuk
pengembangan Usaha Mikro.
Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah didefinisikan sebagai penyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persutujuan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.6Menurut Muhammad, terdapat
beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah kepada
Masyarakat, diantaranya untuk:
1. Meningkatkan daya guna uang, artinya dengan adanya para penabung
yang menempatkan dananya di bank yang kemudian disalurkan kembali
5Pengertian UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), artikel diakses pada 3 maret 2015
dari http://abstraksiekonomi.blogspot.com/ 6Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisa Fiqh danKeuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2001), h.46
16
oleh bank untuk pembiayaan nasabah, maka hal ini meningkatkan daya
produktivitas uang.
2. Meningkatkan peredaran uang, artinya pembiayaan yang disalurkan
melalui rekening koran pengusaha menciptakan peredaran uang giral dan
sejenisnya.
3. Stabilitas ekonomi, dalam arti untuk menjaga kestabilan ekonomi
pembiayaan diberikan agar usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengendalikan inflasi, peningktan ekspor, rehabilitasi prasarana dan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.7
Pembiayaan Mikro pada Bank Syariah dapat dilakukan dengan beberapa
akad diantaranya:8
1. Pembiayaan atas transaksi bagi Hasil (Profit Sharing)
a. Pembiayaan atas dasar akad Al-Musyarakah adalah transaksi
penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana dan atau barang
untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian
hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang
disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan proporsi modal
masing-masing.
7Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP)
AMP YKPN, 2005), hal. 17 8Saefuddin Arif, Azharuddin Lathif. Diktat Kontrak Bisnis Syariah. (Jakarta: Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2011), hal.B.1-B.17
17
b. Pembiayaan atas dasar akad Al-Mudharabah adalah transaksi
penanaman dana dari Shahibul Maal (Pemilik dana) kepada Mudharib
(Pengelola dana) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu dengan
pembagian hasil usaha berdasarkan pada nisbah bagi hasil yang telah
disepakati sebelumnya.
2. Transaksi Jual Beli (Sale and Purchase)
a. Pembiayaan atas dasar Al-Murabahah adalah transaksi jual beli suatu
barang sebesar harga perolehan barang ditambah dengan Margin yang
disepakati oleh kedua belah pihak, dimana penjual memberitahukan
harga perolehan barang.
b. Pembiayaan atas dasar akad Bai As-Salam adalah Transaksi jual beli
barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dengan
pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
c. Pembiayaan atas dasar akad Istishna adalah transaksi jual beli dalam
bentuk pemesanan barang dengan kriteria tertentu yang disepakati
dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan.
3. Pembiayaan atas transaksi sewa-menyewa
a. Pembiayaan atas dasar akad Al-Ijarah adalah transaksi sewa menyewa
atas suatu barang dan jasa antara pemilik objek sewa termasuk
kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk
mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.
18
b. Pembiayaan atas dasar akad Al- Ijarah Muntahiya Bit Tamlik adalah
transaksi akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa
untuk mendapatkan imbalan atas apa yang disewakan dengan opsi
perpindahan kepemilikan objek sewa.
4. Pembiayaan atas dasar akad Al-Qardh adalah transaksi pinjam meminjam
dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan
pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu
tertentu.
2. Proses Pembiayaan Mikro
Dalam Proses Pembiayaan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Strategi Pemasaran
Pemasaran menurut Kotler dan AB Susanto adalah suatu proses sosial dan
manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu
yang bernilai satu sama lain.9 Sedangkan menurut Nurrianto Al-
ArifPemasaran adalah suatu proses sosial yang merancang danmenawarkan
sesuatu yang menjadi kebutuhan dan keinginan dari pelanggan dalam rangka
memberikan kepuasan optimal kepada pelanggan.10
Dalam Pemasaran perlu
dibuat sebuah perencanaan strategik untuk mempermudah aktivitas
9 Philip Kotler, Marketing Mangement, (New Jersey: Prentince Hall, 2000) h. 8
10 M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, (Jakarta: Alfabeta, 2010)
h. 6
19
pemasaran yang dilakukan. Untuk melaksanakan perencanaan strategik
diperlukan beberapa langkah yang harus dilakukan, diantaranya:
1. Menetapkan Visi dan Misi
2. Menetapkan Tujuan dan Sasaran Perusahaan
3. Merancang Portofolio Bisnis11
Sedangkan untuk Strategi Pemasaran Bank, setidaknya ada lima strategi
pemasaran yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Strategi Penetrasi Pasar
b. Strategi Pengembangan Produk
c. Strategi Pengembangan Pasar
d. Strategi Integrasi12
Setelah menentukan Strategi yang akan digunakan oleh Bank maka perlu
dilakukan perumusan Strategi Pemasaran dengan menentukan hal-hal
berikut:
a. Segmentasi Pasar
b. Penentuan Pasar Sasaran
c. Penentuan Posisi Pasar
Kemudian perlu juga dibuat Bauran Pemasaran (Marketing Mix) yang akan
mengkombinasikan 4P yaitu Produk (Product), tempat yang dalam hal ini
11
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, h.64 12
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, h.78-81
20
lebih difokuskan pada distribusinya (Place), promosi (Promotion), dan
penentuan harga (Price).13
2. Proses Pemberian Pembiayaan
Secara Sederhana Proses Pemberian Pembiayaan dapat dilihat pada bagan
berikut:
a. Proses Pengumpulan Informasi dan Verifikasi
Fasilitas Pembiayaan dimulai dengan pengajuan permohonan dari
nasabah, kemudian Bank mengumpulkan informasi dan dokumentasi
mengenai nasabah dan melakukanverifikasi data, untuk
memastikannya bank dapat menggunakanOn the Spot Checking
(OTS), Bank Checking, dan Trade Checking atau personal checking.
b. Analisa Persetujuan Pembiayaan
Pada Analisa Persetujuan Pembiayaan dapat dilakukan dengan
melakukan Analisa Kualitatif, Analisa Kuantitatif, dan Analisa
Jaminan untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai nasabah dan
13
Charles, W Lamb, Jr., dkk, Pemasaran, (Jakarta: Salemba Empat, 2001) Edisi Ke-1 Jilid
I, h. 55
- Permohonan Pembiayaan
- Pengumpulan data/ dokumen
- Verifikasi Data
- Analisa Pembiayaan
- Persetujuan Pembiayaan
- Pemenuhan dokumen SPP, Agunan, Perjanjian Pembiayaan, Pengikatan Agunan
- Secara On The Spot , On The Desk, Antisipasi dini, annual review, dll
- Pelunasan
- Penyelamatan Pembiayaan
Gambar 2.1
Proses Pemberian Pembiayaan
Pelunasan dan Penyelamatan Pembiayaan
Pemantauan Pembiayaan
Administrasi dan Pembukuan Pembiayaan
Analisa Persetujuan Pembiayaan
Pengumpulan Informasi dan Verifikasi
21
aktivitas usahanya.Pada Analisa Kualitatif ada beberapa aspek yang
dianalisis yaitu: aspek manajemen, aspek produksi, aspek pemasaran,
aspek legal, dan kondisi perekonomian Negara.
Sedangkan untuk Analisa Kuantitatif aspek yang dianalisis adalah
Neraca, Laporan Laba/Rugi, Laporan Sumber dan Penggunaan
Dana.Dan untuk analisa jaminan dilakukan pada jaminan yang
dimiliki oleh nasabah dengan pertimbangan-pertimbangan khusus.
c. Administrasi dan Pembukuan Pembiayaan
Administrasi dan Pembukuan Pembiayaan dilakukan ketika
pembiayaan telah disetujui, dengan melakukan beberapa proses yaitu:
Surat Pemberitahuan Keputusan Pembiayaan, Perjanjian Pembiayaan,
Pengikatan Agunan, Penutupan Asuransi, dan Disbursement.
d. Pemantauan Pembiayaan
Pemantauan pembiayaan merupakan satu hal yang sangat penting agar
pembiayaan yang diberikan tetap lancar. Pemantauan pembiayaan ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: On desk, On Site,
Antisipasi Dini (early warning signal), dan annual Review
Pembiayaan.
e. Pelunasan dan Penyelamatan Pembiayaan
Tahap akhir dari sebuah pembiayaan adalah pelunasan pembiayaan.
Namun adakalanya pada saat jatuh tempo nasabah tidak dapat
memenuhi pelunasan pembiayaan. Maka perlu dilakukan
22
penyelamatan pembiayaan, penyelamatan pembiayaan adalah upaya
bank yang dilakukan terhadap nasabah pembiayaan bermasalah yang
masih mempunyai prospek dan kinerja usaha serta kemampuan
membayar untuk meminimalkan kemungkinan timbulnya kerugian
bank dan menyelamatkan kembali pembiayaan yang telah diberikan.
Penyelamatan pembiayaan dapat dilakukan dengan melakukan
Restrukturisasi Pembiayaan dan Pengambilan Aset/Agunan yang
diambil alih (AYDA).
B. Pengukuran Laba dan Profitabilitas
1. Laba dan Profitabilitas
Definisi Laba sendiri adalah perbedaan antara pendapatan dan biaya.14
Laba juga merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan
masukkan untuk membuat dan menjual sebuah produk dengan apa yang
diterimanya.Laba menurut Kam (1990) dalam Triyuwono dan As‟udi (2001)
menyatakan bahwa:
“Income is the change in the capital oh an entity between two points
in time, excluding changes due to investments by and distribution to owners,
where capital is expressed in term of value and based on given scale”
Maka laba mengandung 3 komponen utama yaitu nilai (value), modal
(Capital), dan skala (scale). Nilai tidak dapat dihitung dengan jelas karena
menyangkut preferensi masing-masing. Sedangkan modal adalah aktiva
14
Don. R Hansen dan Maryanne M. Mowen, Manajemen Biaya Akuntansi dan Pengendalia
Buku 2, (Jakarta: PT Salemba Empat patria, 2001) h. 663
23
bersih yang merupakan selisih antara seluruh aktiva dengan kewajiban. Dan
skala diperlukan untuk proses pengukuran.
2. Pengukuran Laba dan Profitabilitas
Untuk mengukur laba sebuah perusahaan dapat menggunakan dua
pendekatan yaitu: pendekatan biaya serapan dan pendekatan biaya variabel.
Namun selain untuk mengukur tingkat laba perusahaan atau tingkat
profitabilitas sebuah perusahaan, mengukur tingkat profibilitas segmen
perusahaan menjadi hal yang penting.Beberapa segmen yang dapat dihitung
profitabilitasnya adalah produk, divisi, wilayah penjualan atau kelompok
pelanggan.
Menghitung profitabilitas produk merupakan sebuah hal yang
diwajarkan oleh sebuah perusahaan karena sebagai sebuah perusahaan jasa
yang mencari laba menilai produk merupakan hal yang sangat penting.
Karena sebuah produk yang terus-menerus merugi dan tidak berpotensi untuk
menghasilkan laba dapat disingkirkan dan akan memberikan peluang pada
produk-produk yang memberikan laba yang baik.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk menghitung laba dari setiap
produk perbankan. Salah satunya dengan menggunakan Economic Value
Added (EVA) yang merupakan konsep pengukuran kerja keuangan yang
diperkenalkan oleh Stern Stewart & Co., sebuah lembaga konsultan
manajemen.EVA dianggap sebagai ukuran kinerja yang paling dapat
24
mencerminkan profit ekonomis perusahaan yang sebenarnya dan dapat
mengkaitkannya dengan penciptaan nilai tambah terhadap kekayaan pemilik
modal (Stewart, 2005).15
3. Pengertian Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA)menurut Stewart merupakan”A residual
income measure that substract the cost of capital (C*) from the operating
profits generated in the bussiness”16
sedangkan menurut Hansen dan Mowen
”Resdiual income is the difference between operting income and the minimum
dollar return required on a company’s operating assets.”17
Dari definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa Economic Value Added (EVA) merupakan nilai
tambah ekonomis yang dihasilkan dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan selama periode tertentu.
Secara sederhana Economic Value Added (EVA) adalah suatu
pendapatan unit bisnis setelah pajak dan setelah mengurangi biaya
modal.18
Biaya modal biasanya diperoleh dengan memperhitungkan suatu rata-
rata tertimbang dari biaya dua sumber dana perusahaan peminjaman dan
penjualan saham. EVA digunakan untuk memfokuskan perhatian manajer
15
Taufikurrahman, “Model Analisis profitabilitas produk pembiayaan pada Bank Syariah
dengan menggunakan integrasi konsep Activity-Based Costing (ABC) dan Economic Value Added
(EVA)”, (Tesis S2 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia,2005) h. 36 16
Dwi Rosita, “Pengaruh Economic Value Added (EVA terhadap Return On Aquity (ROE)
pada PT. Aqua Golden Mississipi, Tbk”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta, 2009, hal 8 17
Dwi Rosita, “Pengaruh Economic Value Added (EVA terhadap Return On Aquity (ROE)
pada PT. Aqua Golden Mississipi, Tbk”, hal 8 18
G. Bennet Stewart III, “EVA works- buat Not if You make these common Mistake,”
(Fortune, 1 Mei 1995) h. 117-118
25
pada penciptaan nilai bagi pemegang saham. Dengan memperoleh laba yang
lebih besar daripada biaya modal perusahaan, perusahaan meningkatkan
sumber daya di dalam perusahaan yang tersedia untuk dividen dan/atau untuk
membiayai pertumbuhan perusahan yang berkelanjutan. Dividen dan
pertumbuhan melonjakkan harga saham dan menambah nilai pemegang
saham.19
Sedangkan menurut Stewart rumus dasar dalam Perhitungan EVA
adalah pendapatan setelah pajak dikurangi total cost of capital (Biaya Modal).
Pada dasarnya EVA merupakan pengembangan dari pengukuran kinerja
dengan menggunakan Net Present Value (NPV) yang melihat nilai intrinsik
perusahaan saat ini dan memprediksi expected arus kas dimasa sekarang.
EVA = NOPAT (Net Operating Profit after taxes) – Cost of Capital
Menurut Bannet Stewart yang dikutip oleh Taufikurrahman dalam
tesisnya menyebutkan bahwa EVA merupakan suatu estimasi dari profit
ekonomis yang sebenarnya. NOPAT (Net Operating Prodit after Tax) adalah
laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi dengan pajak
penghasilan namun tidak termasuk biaya keuangan (financial cost).
Sedangkan Cost of Capital dapat ditentukan dengan konsep WACC (Weight
Average of Cost of Capital), yaitu jumlah seluruh biaya modal (biaya hutang
atau cost of debt + biaya modal ekuitas atau cost equity) setelah sebelumnya
19
Edward J. Blocher, Kung H. chen &Thomas W. lin, Manajemen Biaya dengan tekanan
stratejik, Jilid 2, (Jakara: Penerbit Salemba Empat, 2001) hal. 1009
26
dibobotkan dengan proporsi hutang dan ekuitas dalam struktur neraca
perusahaan.
Atau dalam rumus lain EVA dapat dihitung dengan cara berikut:20
Economic
Value
Added
(EVA)
=
Investment
center’s after
tax operating
profit
-
(Investment
center’s total
asset –
Investment
center’s
Current
Liabilities)
x
Weight
Average
cost of
Capital
Dan untuk menghitung Weighted average cost of capital dapat
menggunakan rumus berikut:
(
)
(
)(
) (
) (
)
(
) (
)
Economic Value Added (EVA) memiliki beberapa kelemahan dalam
proses penghitunganya. berikut beberapa kelemahan Economic Value Added
(EVA):
1) Sulitnya menentukan estimasi atas nilai tingkat modal yang bebar-
benar akurat terutama pada peusahaan yang belum Go Public,
perhitungan tingkat modal dilakukan secara sederhana tanpa
mempertimbangkan nilai saham.
2) Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada periode tertentu.
20
Ronald W Hilton, Michael W. Maher, dan Frank H. Selto, Cost Management: Strategic for
Business Decision, North America: Brent Gordon (Mc Gaw Hill), 2003 h. 773
27
3) Analisis EVA hanya mengukur aspek kuantitatif saja sedangkan
untuk mengukur kinerja harus diukur dari sisi kuantitatif dan sisi
kualitatif.
4) Analisis EVA terlalu menekan pada sisi modal dan hutang yang agak
sulit dilakukan untuk menentukan kinerja produk.
5) Analisis EVA juga hanya menghitung hasil akhir dari sebuah
kegiatan tanpa mempertimbangkan aktivitas aktivitas lainnya selama
periode tertentu.
4. Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Angka EVA mencerminkan angka keuntungan yang sebenarnya dari
perusahaan (true economic profit). Hal ini akan memudahkan pemegang
saham atau pemodal menilai perusahaan dari kegiatan bisnis dan
investasinya. Jadi bila nilai EVA tinggi maka pemegang saham ataupun
pemodal bisa percaya bahwa investasinya telah dikelola dengan baik.
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahapan untuk menghitung
nilai EVA adalah sebagai berikut:21
1. Menghitung Cost of Capital Perusahaan yang terdiri dari Cost of Debt,
Cost of Equity, dan kemudian dihitung rata-rata tertimbang (Weighted-
average Cost of Capital)
2. Menghitung Net Operating Profit after Tax (NOPAT)
21
Ronald W Hilton, Michael W. Maher, dan Frank H. Selto, Cost Management: Strategic for
Business Decision, h. 774
28
3. Menghitung tingkat pengembalian (return)
4. Menghitung Nilai EVA
Dalam Economic Value Added (EVA) interpretasi nilai EVA
diungkapkan sebagai berikut:
1. Nilai EVA >0, menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang
dihasilkan melebihi tingkat biaya modal atau tingkat pengembalian
yang diminta investor atas investasi yang dilakukan.
2. Nilai EVA =0. Menunjukkan bahwa dalam kurun waktu yang
bersangkutan perusahaan tidak menghasilkan nilai. Pengembalian
yang dihasilkan sama dengan tingkat biaya modal yang harus
ditanggung perusahaan.
3. Nilai EVA <0, menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tertentu
perusahaan tidak berhasil menciptakan nilai bahkan justru mengurangi
nilainya, sebagai akibat dari tingkat pengembalian yang dihasilkan
lebih rendah dari tingkat pengembalian yang diminta oleh investor.
Untuk memenuhi tahapan-tahapan dalam Perhitungan EVA perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
1. Modal
Sumber Modal dalam Perusahaan untuk memenuhi dana menurut Bambang
Riyanto terdapat dua sumber modal berdasarkan resiko yang mungkin
ditanggung perusahaan sebagai sumber pemilik modal yang dilakukan. Yaitu
29
modal sendiri dan modal pinjaman.22
Sehubungan dengan konsep EVA maka
modal adalah:
“Capital is measure of all the cash that has been deposited into a company
over its life without regard to the financing resource, acoounting name, or
bussiness pupose, much as if the company were just asavings account. It
doesn’t matter whether the investment is financed wuth dbt or equity, it
doesn’t matter whether is employed in working capital or fixed assets. Cash in
cash, ang question is how well does management manage it (The quest for
value, 1990)”
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (berupa
cadangan laba), atau yang berasal dari pengambilan bagian, peserta atau
pemilik (modal saham, modal preferen). Sedangkan modal pinjaman itu
sendiri adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya
sementara bekerja di dalam perusahaan tersebut merupakan kewajiban yang
pada saatnya harus dibayar kembali. Selanjutnya modal pinjaman ini
dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu: modal pinjaman jangka pendek
dan modal pinjaman jangka panjang.
Capital yang digunakan untuk menghitung nilai EVA dapat diestimasikan
dengan mengambil nilai buku aktiva bersih suatu perusahaan.
2. Net Operating Profit after Tax (NOPAT)
Net Operating Profit After Tax (NOPAT) menurut Stern Stewart dalam
bukunya “The Quest for Value” : NOPAT is the total pool of Profits available
to provide a cash return to all financial providerof capital to the firm.”23
22
Nani Sutianingsih, “Pengaruh Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Economic Value
Added (EVA) terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan di Industri Semen”, (Tesis S2
Universitas Widyatama, 2008) hal.17
30
Jadi NOPAT adalah laba yang didapat dari operasi-operasi perusahaan setelah
dikurangi pajak tapi sebelum membiayai biaya-biaya (costs) dan masukan-
masukan pembukuan yang bukan tunai. Dengan demikian NOPAT adalah
jumlah laba yang tersedia untuk memberikan pengembalian (return) tunai
kepada semua penyedia dana untuk modal perusahaan.
Dalam Perhitungan sederhana Nopat diketahui dengan:
Penjualan bersih xxx
Biaya Operasi xxx-
Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) xxx
Pajak xxx-
Laba Operasi bersih setelah Pajak (NOPAT) xxx
NOPAT= EBIT –Beban Pajak
3. Biaya Modal (Cost of Capital)
Biaya Modal secara teoritis dapat diartikan sebagai tingkat pengembalian
minimum yang harus didapatkan oleh perusahaan dari modal yang
diinvestasikan. Ada beberapa pandangan mengenai konsep biaya modal itu
sendiri yang mengacu pada konsep yang sama. Dalam hal ini Stewart
membedakan biaya modal ke dalam empat kelompok. Yaitu:24
23
Nani Sutianingsih, “Pengaruh Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Economic Value
Added (EVA) terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan di Industri Semen”, h. 18 24
Nani Sutianingsih, “Pengaruh Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Economic Value
Added (EVA) terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan di Industri Semen”, hal 22
31
1. Biaya modal atas risiko bisnis (The cost of capital for bussiness risk) atau
ditulis dengan simbol “c”, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan
investor sebagai kompensasi atas berubah-rubahnya nilai NOPAT (Net
Operating Profit after Tax)
2. Biaya modal pinjaman (cost of borrowing), yaitu tingkat pengembalian
yang diharapkan atas risiko kredit.
3. Biaya modal saham (cost of equity), yaitu tingkat pengembalian yang
diharapkan investor sebagai kompensasi atas nilai dari bottom-line Profit
(laba terbawah dalam struktur perhitungan rugi laba) yang berubah-ubah
atau dengan kata lain terhadap adanya risiko.
4. Rata-rata tertimbang biaya modal atau Weighted average cost of capital
(c*), yaitu merupakan penjumlahan dari biaya modal pinjaman (hutang)
dan biaya modal saham.
Cost of Capital dapat dihitung dengan menentukan komponen-komponen
berikut terlebih dahulu.
4. Biaya Hutang (Cost of Debt)
Beban bunga (Kd) diasumsikan sebesar tingkat bunga pinjaman untuk
investasi dengan ukuran satuan adalah persentase.
32
Karena bunga bersifat mengurangi pajak (tax deductable), maka dibutuhkan
penyesuaian pajak (tax adjusment), sehingga Kd dikonversikan menjadi biaya
hutang setelah pajak untuk menghitug besarnya biaya modal hutang ini dapat
digunakan rumus berikut:
Kd = Kd*(1-T)
T = Tarif Pajak
Biaya hutang dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus berikut:25
5. Biaya Modal Ekuitas (Cost of Equity)
Diantara biaya modal yang lain, tingkat biaya modal ekuitas merupakan salah
satu biaya modal yang lebih sulit untuk ditentukan secara pasti. Oleh karena
itu terdapat berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk
memperhitungkan biaya modal ekuitas, dengan rumus:
1. Constant Growth Valuation (Gordon Model)
Expected rate of return dari satu saham tergantung pada deviden dari
saham yang dibayarkan. Pada tingkat keseimbangan, rate of return yang
25
Ronald W. Hilton, Managerial Accounting: Creating Value in a Dynamic Business
Environment Sevent Edition, Kuala Lumpur:McGraw Hill Irwin, 2008 hal.778
33
diinginkan oleh pemegang saham adalah sama dengan rate of return dari
investasi baru. Jika diperkirakan deviden tumbuh dengan rate yang
konstan, kita dapat menggunakan Gordon model, yaitu:
Dimana:
Po = Harga jual saham
D1 = Deviden yang diperkirakan dibayar pada akhir periode 1
Ks = Tingkat pengembalian yang diharapkan
g = tingkat pertumbuhan deviden
persamaan diatas dapat diubah menjadi:
Dari persamaan diatas menyatakan bahwa investor mengharapkan akan
menerima deviden sebesar D/P0(percent) dan capital gain sebesar g
dengan expected return sebesar Ks
2. Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Pendekatan ini dapat digunakan untuk mengestimasi cost of equity
perusahaan bila perusahaan tersebut belum melakukan Go Public, dimana
saham-saham perusahaan tersebut belum diperdagangkan di lantai bursa.
PER ini dihitung dengan cara membagi harga pasar dari saham biasa
34
dengan pendapatan per lembar saham (EPS). Sehingga untuk menghitung
cost of common stock digunakan rumus:
Dimana:
Ks = Biaya Modal Saham
PER = Price Earning Ratio
Pada dasarnya konsep ini sama dengan cost of retained earning. Konsep
ini didasarkan pada argumen bahwa perusahaan menginvestasikan
kembali earning yang diperolehnya pada hasil yang sama.
3. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Model ini menggambarkan hubungan antara required rate of return atau
cost of common stock (Ks) dengan resiko non diversible dari perusahaan,
yang dinyatakan dengan koefisien beta (β).
Dengan rumus:
Ks = Rf+{βx[Rm-Rf]}
Dimana:
Ke = Tingkat hasil minimum para pemegang saham
Rf = Tingkat bebas risiko (Risk free rate of return)
Β = Beta coefficient for the market portofolio
Berdasarkan rumus untuk menghitung tingkat pengembalian saham biasa
tersebut, maka variabel yang diamati adalah
35
∑ ∑ ∑
∑ ∑
Dimana:
n = Banyakya periode pengamatan
x = Tingkat keuntungan portofolio pasar (Rm)
y = Tingkat keuntungan suatu saham (Ri)
Tingkat keuntungan portofolio atau return pasar (Rm)
Return pasar diperoleh dari besarnya keuntungan seluruh saham
yang beredar di bursa efek. Perhitungan return pasar didasarkan
atas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Pasar Modal, dan
perhitungan return pasar ini dapat dilakukan dengan rumus:
Dimana:
Rm = Tingkat penegembalian pasar bulan ke-t
IHSGt = IHSG bulan k t
IHSG t-1 = IHSG bulan ke t-1
Tingkat Keuntungan suatu saham atau return individual (Ri)
Return Individual dihitung berdasarkan data perkembangan harga
saham individual dan jumlah deviden yang dibagikan. Perhitungan
return individual dapat dilakukan dengan rumus:
36
Dimana:
PT = Harga saham atau lembar pada periode t
PT-1 = Harga saham atau lembar pada periode t-1
Kelemahan dalam metode ini adalah:
a. Menghitung besarnya cost common stock model ini sangat bergantung
pada nilai historis. Tingkat pengembalian saham dan tingkat pasar
merupakan perhitungan model CAPM menggunakan nilai historis,
sedangkan nilai historis tidak merefleksikan future.
b. Sensitivitas stock return dapan berubah-rubah sewaktu-waktu.
Jika saham perusahaan tidak diperdagangkan secara umum maka tidak ada
sumber informasi untuk menghitung biaya modalnya.
4. Biaya Modal
Perhitungan ini dapat digunakan untuk menghitung Biaya Modal
selain menggunakan beberapa cara sebelumnya. Perhitungan ini tidak
mempertimbangkan saham sebagai salah satu faktor penghitungan
sehingga dapat digunakan untuk perhitungan Biaya Modal pada
Perusahaan yang belum Go Public atau menjual saham secara terbuka.
37
6. Biaya Modal rata-rata tertimbang (Weighted-Average Cost of Capital)
Menurut Hampton dalam Tesis Nani Sutianingsih mengenai Biaya Modal
rata-rata tertimbang adalah:26
“The WACC is technique that measure required rate of return in term of the
individual components of the firm’s capital structure. The cost of each debt
component and the return of each equity component are separately identified
with a weighted value. By adding together each weighted componen, we can
determine on overall required return.”
Investor dan debitur menginginkan oportunity cost yang minimal sama
dengan yang mereka terima dari investasi lain saat mereka berinvestasi pada
sebuah perusahaan. Oportunity cost merupakan biaya modal perusahaan yang
juga merupakan tingkat pengembalian yang minimum yang dapat dihasilkan
perusahaan dengan aset yang ada dan tetap memenuhi harapan dari para
pemberi modal.
Weighted average cost of capital dihitung dengan mengalikan masing-masing
komponen modal dengan biaya masing-masing komponennya. Adapun rumus
menghitung WACC adalah sebagai berikut:
WACC = (Kd x Wd) + (Ke x We)
Dimana:
Kd = Cost of Debt setelah pajak (%)
Wd = Persentase total hutang jangka panjang terhadap struktur modal
Ke = Cost of Equity (%)
26
Nani Sutianingsih, “Pengaruh Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Economic Value
Added (EVA) terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan di Industri Semen”, (Tesis S2
Universitas Widyatama, 2008) hal.28
38
We = Persentase saham biasa dalam struktur modal
Terdapat juga rumus lain untuk menghitung Weighted average Cost of Capital
(WACC). Berikut cara penghitungannya:27
Dimana:
D = Tingkat Hutang
Rd = Biaya Hutang (Cost of Debt)
Tax = Tingkat Pajak
E = Tingkat Modal
Re = Biaya Modal (Cost of Capital)
C.Review Studi Terdahulu
1. Taufikurrahman (2005) melakukan penelitian pada tesisnya dengan judul
Model Analisis Profitabilitas Pembiayaan pada Bank Umum Syariah di
Indonesia menggunakan intergrasi konsep Activity Based Costing (ABC) dan
Economic Value Added (EVA). Pada penelitian ini digunakan 2 metode yang
diintegrasikan menjadi satu dimana ABC dan EVA digunakan untuk
menghitung tingkat profitabilitas produk pembiayaan pada Bank Umum
Syariah di Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada Bank Syariah “X” metode
27
Ronald W. Hilton, Managerial Accounting: Creating Value in a Dynamic Business
Environment Sevent Edition, Kuala Lumpur:McGraw Hill Irwin, 2008 hal.
39
ABC digunakan karena dapat menelusuri biaya overhead untuk mengukur
profitabilitas secara lebih akurat, namun ABC tidak mempertimbangkan
biaya modal (capital costing) dan hanya fokus pada biaya perusahaan. Oleh
karena itu diintegrasikan dengan metode EVA dimana metode ini merupakan
ukuran kinerja yang paling akurat dan dapat mencerminkan keadaan
perusahaan yang sebenarnya dan dapat mengkaitkannya dengan penciptaan
nilai tambah terhadap kekayaan pemilik modal. Integrasi dari dua metode ini
akan menghasilkan penilaian profitabilitas yang akurat. Penelitian ini
dilakukan agar metode ini dapat menjadi model alternatif dalam melakukan
analisa profitabilitas produk pembiayaan untuk suatu Bank Syariah. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa produk pembiayaan Bank Umum
Syariah yang paling profitable dan memberikan nilai tambah (EVA) yang
terbesar adalah BBA (Ba’i Bitsamanin Ajil) karena memberikan keuntungan
yang lebih besar dibandingkan dengan biaya operasi yang relatif rendah.
2. Ali Usman (2007), Analisa Komparasi tingkat profitabilitas produk
Penyaluran danaantara PT. Bank Syariah Mandiri dengan Baitul Mal Al-
Falaah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan tingkat
profitabilitas pembiayaan murabahah, mudharabah, dan musyarakah antara
PT Bank Syariah Mandiri dan BMT Al-Falaah. Penelitian ini menggunakan
Independent sample T-test untuk mengetahui apakah komparasi pembiayaan
pada PT Bank Syariah Mandiri dan BMT Al-Falaah berbeda secara
signifikan. Hasil dari Penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang
40
signifikan pada tingkat profitabilitas pada tiga pembiayaan pada PT Bank
Syariah Mandiri dan BMT Al-Falaah selama periode April 2005 sampai
dengan November 2006.
3. Hilman Fathoni (2011), Penilaian Kinerja Bank Syariah dengan
Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA). Penelitian ini
dilakukan pada Bank Syariah Mega Indonesia, Peneliti mencoba meneliti
suatu perusahaan meningkatkan kinerjanya dengan menggunakan metode
EVA dan strategi-strategi apa yang akan diterapkan untuk meningkatkan
kinerja berdasarkan keuangan dari tahun-tahun sebelumnya. Hasil kinerja
Bank Syariah Mega Indonesia dapat dikatakan semakin baik setiap
tahunnya, karena terjadi peningkatan nilai EVA secara terus menerus dari
tahun 2006-2010.Untuk meningkatkan kinerja perusahaan, Bank Syariah
Mega Indonesia mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential banking),
sektor usaha mikro dan gadai syariah akan menjadi sektor utama. Namun
untuk mengurangi ketergantungan terhadap sektor tersebut Bank
meningkatkan pembiayaan melalui Joint Financing.
4. Muhammad Ilham Khairuddin (2007), Strategi Pembiayaan Murabahah
dalam rangka meningkatkan jumlah pendapatan di BPRS Harta Insan
Karimah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan
pengamatan langsung di BPRS Harta Insan Karimah melalui wawancara dan
studi dokumen bank. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa BPRS Harta
Insan Karimah melakukan beberapa Strategi dalam pemberian pembiayaan
41
murabahah, diantaranya: Strategi pemasaran, Prosedur Pembiayaan
Murabahah, Proses Pembiayaan Murabahah, Pengawasan Pembiayaan
Murabahah. Dengan melakukan strategi-strategi tersebut BPRS Harta Insan
Karimah mengalami peningkatan pendapatan sebanyak 80% dari pendapatan
tahun sebelumnya.
5. Farida Ayu Avisena Nusantari (2011), Strategi BRI Syariah dalam
Menganalisis Kelayakan Pembiayaan Mikro (Studi Kasus BRI Syariah
Cabang Pembantu Cipulir). Penelitian ini dilakukan pada BRI Syariah
Cabang Pembantu Cipulir dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil dari
penelitian ini adalah BRI Syaraih lebiih menekankan pada aspek Character,
Capacity, dan Syariah. Namun aspek pendukung lainnya seperti Capital,
Condition of Economy dan Collateral tetap dipertimbangkan. Untuk
mengukur Character BRI Syariah melakukan BI Checking, Trade Checking
dan pencarian informasi ke rekan kerja, pesaing atau pemilik usaha sejenis.
Untuk mengukur Capacity BRI Syariah meneliti mengenai pendidikan dan
penglaman usahanya. Dan untuk aspek syariah BRI Syariah menilai melalui
usaha yang akan dibiayai berada dalam koridor syariah.
42
D.Kerangka Konseptual
Bank
Penghimpunan
Dana
Penyaluran
Dana
Pembiayaan
Mikro
Profitabilitas Pembiayaan Mikro
Pembiayaan
Korporasi
Keuntungan
Perbandingan Tingkat Profitabilitas
Pembiayaan Mikro
Strategi Pembiayaan Mikro
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif Deskriptif dan Penelitian
Kualitatif. Menurut Nawawi metode deskriptif yaitu metode-metode penelitian
yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat
aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta
tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi
yang rasional dan akurat. Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan
fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-
fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta
yang ada dan mencoba menganalisis kebenarannya berdasarkan data yang
diperoleh.
Sedangkan Penelitian Kualitatif adalah Penelitian yang mencoba memahami
fenomena dalam setting dan konteks naturalnya (bukan dalam laboratorium)
dimana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati.28
Penelitian Kualitatif juga merupakan Jenis pendekatan penelitian yang
menghasilkan deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari fenomena yang
dikaji. Pada Skripsi ini digunakan 2 jenis penelitian yaitu Penelitian Kuantitatif
28
(Leedy & Ormrod 2005; Pattorn 2001; Saunders, Lewis & Thornhill 2007)Samiaji Sarosa,
Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2012) h.7
44
Deskripif dan Penelitian Kualitatif karena ada 2 penelitian yang berbeda yang
saling berkaitan.
Penelitian Deskriptif digunakan untuk menganalisa Tingkat Profitabilitas
Pembiayaan Mikro dengan menggunakan Kajian Pustaka mengenai Economic
Value Added (EVA) sebagai indikator nilai Profitabilitas sebuah Produk yang
bersumber dari Manajemen Biaya. Selanjutnya untuk menghitung tingkat
profitabilitas Pembiayaan Mikro akan menggunakan Rumus EVA. Setelah
Diketahui Nilai EVA dari masing-masing produk maka hasil perbandingannya
digunakan sebagai dasar untuk mengetahui strategi yang digunakan masing-
masing Bank untuk meningkatkan Profitabilitas Pembiayaan Mikro.
Kemudian Penelitian Kualitatif digunakan untuk menganalisa Strategi yang
dilakukan oleh masing-masing Bank untuk meningkatkan Tingkat Profitabilitas
Pembiayaan Mikro. Jenis yang digunakan adalah Deskriptif Analitis yakni
penelitian yang menggambarkan suatu gejala data-data dan informasi yang
berdasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh di lapangan.29
Objek Penelitian ini adalah Pembiayaan Mikro Pada PT Bank BRISyariah
tahun 2014. Objek dipilih berdasarkan Kinerja Pembiayaan Mikro PT. Bank
BRISyariah yang tetap stabil meskipun Jumlah Pembiayaan Mikro pada BUS dan
UUS di Indonesia menurun.
29
Suharsini Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h. 309
45
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis Data yang digunakan adalah Data Kuantitatif dan Data Kualitatif. Data
Kuantitatif digunakan untuk menganalisa fenomena yang terjadi pada objek
penelitian dengan menggunakan metode tertentu. Dan Data Kualitatif yang
menghasilkan Deskriptif dengan informasi dari orang yang terlibat langsung
dalam objek penelitian.30
Dan juga Kajian Kepustakaan lainnya.
Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Sekunder dan
Data Primer. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti dari sumber-sumber yang telah ada.31
Sedangkan Data Primer adalah
data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari orang yang terlibat
secara langsung dalam objek penelitian.
Data Sekunder didapatkan dari Data-data Pembiayaan Mikro yang dimiliki
oleh Unit Mikro Bank berupa:
a. Laporan Keuangan Pembiayaan Mikro
b. Jumlah Pembiayaan yang disalurkan
c. Pendapatan Setelah pajak
d. Biaya Modal untuk Pembiayaan Mikro
Sedangkan Data Primer didapatkan dari manajer Unit Mikro Syariah Head
yang dianggap dapat memberikan informasi Prosedur, aspek-aspek penilaian
pembiayaan mikro oleh Bank dengan menggunakan Teknik Wawancara.
30
Lexy. J, Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet II, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998) h. 3 31
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakata:Bumi Aksara, 2006) h.19
46
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Studi Pustaka
Studi Pustaka yaitu pengumpulan data melalui Studi dari buku-buku literatur,
catatan, atau informasi dari pihak lain sehubungan dengan masalah yang
dibahas. Teknik dilakukan dengan mengumpulkan data-data kuantitatif yang
akan diolah dan kemudian dilakukan penghitungan EVA produk dengan
melakukan penyesuaian dengan angka-angka akuntansi dalam laporan.
Penghitungan dimulai dengan menghitung nilai NOPAT, WACC, biaya modal
dan nilai akhir EVA.Kemudian menganalisa nilai akhir EVA dari objek
penelitian.
2. Dokumenter
Dokumenter adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan data-data
dokumentasi yang dimiliki PT. Bank BRISyariah. Baik berupa Laporan
Keuangan maupun prospektus lembaga subjek penelitian.
3. Wawancara
Wawancara adalah diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan
tertentu.32
Teknik wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan kepada pihak-pihak yang terkait. Teknik
pengumpulan data dengan wawancara ini dilakukan kepada Manajer Unit
Mikro Objek Penelitian untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh Bank
dalam rangka meningkatkan profitabilitas pembiayaan mikro.
32
Samiaji Sarosa. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar.(Jakarta: Indeks, 2012) h. 45
47
D. Teknik Analisa Data
Metode Penelitian yang digunakan pada Penelitian ini terdapat 2 metode,
yaitu Metode Deskriptif Kuantitatif dan Metode Deskriptif Kualitatif. Untuk
metode deskriptif kuantitatif menggunakan teknik Studi Pustaka untuk
menemukan rumus Economic Value Added (EVA) sebagai salah satu cara untuk
menganalisa profitabilitas produk. Economic Value Added (EVA) digunakan untuk
mengetahui tingkat profitabilitas yang dimiliki oleh bank.
Economic Value Added (EVA) adalah salah satu rumus dalam Manajemen
Biaya untuk menentukan tingkat profitabiltas pada produk sebuah perusahaan.
Cara menghitung EVA dengan menggunakan rumus berikut:
Economic
Value Added
(EVA)
=
Investment
center’s
after tax
operating
profit
-
(Investment
center’s total
asset –
Investment
center’s
Current
Liabilities)
x
Weight
Average
cost of
Capital
Investment center’s after tax operating profit bisa disebut juga dengan
NOPAT (Net Operating Profit after Tax). Nilai NOPAT didapatkan dengan
menggunakan rumus berikut:
Penjualan bersih xxx
Biaya Operasi xxx-
Laba sebelum bungan dan pajak (EBIT) xxx
Pajak xxx-
Laba Operasi bersih setelah Pajak (NOPAT) xxx
48
Untuk menghitung Cost of Capital digunakan WACC (Weighted average cost
of capital). WACC adalah jumlah seluruh biaya modal (biaya hutang atau cost of
debt + biaya modal ekuitas atau cost of equity) setelah sebelumnya dibobotkan
dengan proporsi hutang dan ekuitas dalam struktur neraca perusahaan. Biaya
modal bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan minimum yang harus
dicapai suatu investasi.
Nilai EVA yang dihasilkan akan berupa nilai rupiah yang menunjukkan
jumlah keuntungan asli Bank. Jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank
mempengaruhi nilai EVA yang dihasilkan, oleh karena itu nilai EVA yang
dihasilkan selanjutnya akan dibuat persentase dengan jumlah pembiayaan yang
disalurkan sehingga perubahan nilai tambah pada pembiayaan akan terlihat.
Setelah nilai EVA yang dipersentasekan telah diketahui, maka langkah
selanjutnya adalah penelitian mengenai strategi apa yang dilakukan oleh bank
untuk mempertahankan nilai profitabilitas pembiayaan mikro yang dimiliki. Untuk
itu, digunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik analisa
wawancara. Wawancara akan dilakukan dengan Unit Micro Head Bank, sehingga
wawancara akan menghasilkan strategi yang dilakukan oleh bank.
Teknik wawancara yang dilakukan merupakan wawancara personal.
wawancara personal diartikan sebagai wawancara langsung antar orang, yaitu
49
antara peneliti (pewanwancara) dengan responden (yang diwawancarai), yang
diarahkan oleh pewawancara untuk tujuan memperoleh informasi yang relevan.33
Langkah yang dilakukan dalam teknik wawancara adalah dengan menyajikan
data berupa gambaran secara keseluruhan tentang analisa pembiayaan mikro
didukung dengan data-data dan literatur yang berkaitan. Setelah itu
menggabungkan informasi yang diperoleh dari pihak divisi mikro dan menarik
kesimpulan dan mengkaji tiap aspek penilaian. Dan hasil dari penguraian data
serta informasi dari pihak internal kemudian diolah, diteliti dan dianalisa sehingga
menjadi sebuah kesimpulan dengan teknik menguraikan pengertian dan
penggunaanya dalam penelitianyang dilakukan.
Sedangkan untuk teknik penulisan, penulis berpedoman pada buku pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2012.
33
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi- Bagaimana meneliti & menulis
Tesis Edisi 3, (Jakarta:Penerbit Erlangga, 2009) h. 160
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perhitungan EVA
Perhitungan EVA untuk Pembiayaan Mikro pada PT. Bank BRISyariah
merupakan sesuatu yang jarang dilakukan karena perhitungan EVA cenderung
digunakan untuk menilai kinerja Perusahaan bukan untuk menghitung Kinerja
Produk. Namun perhitungan EVA merupakan perhitungan kinerja yang
memungkinkan untuk berbagai segmen termasuk dengan kinerja produk.
Dalam perhitungan kinerja produk menggunakan EVA terdapat beberapa
penyesuaian dari perhitungan EVA untuk kinerja Perusahaan. Dalam rangkaian
perhitungan EVA komponen yang harus diketahui adalah NOPAT, Capital,
WACC (Weighted average Cost of Capital). Berikut perhitungan dari:
1. NOPAT (Net Operating Profit after Tax)
Net Operating Profit after Tax (NOPAT) atau nilai laba bersih setelah
Pajak dapat dilihat pada Laporan Laba Rugi Perusahaan, tapi karena
NOPAT yang digunakan untuk penelitian ini merupakan NOPAT untuk
Pembiayaan Mikro pada NOPAT dilihat dari laporan LOB Pembiayaan
Mikro PT. Bank BRISyariah. Hasil Perhitungan NOPAT Pembiayaan
Mikro pada Bank BRI Syariah sebesar Rp.519.191.805.235,- atau jika
dalan jutaan rupiah sebesar 519.191. Perhitungan selanjutnya akan
51
menggunakan satuan jutaan rupiah untuk mempermudah penghitungan.
Tabel berikut berisi perhitungan nilai NOPAT:
Tabel 4.1
Tabel Nilai NOPAT Pembiayaan Mikro Bank BRI Syariah
BRI Syariah
NOPAT 519.191.805.235
Nilai NOPAT yang dihasilkan oleh PT. Bank BRISyariah sangat
tergantung dengan nilai Jumlah Pembiayaan yang disalurkan. Karena
Keuntungan Pembiayaan Mikro pada PT. Bank BRISyariah merupakan
Margin Flat dari Pembiayaan Mikro yang menggunakan akad Murabahah.
Nilai NOPAT menggambarkan Keuntungan yang didapatkan dari Produk
Pembiayaan Mikro Bank. Namun nilai ini belum menunjukkan tingkat
profitabilitas karena tidak mempertimbangkan Modal yang digunakan
untuk menjalankan produk tersebut.
2. Capital
Perhitungan EVA setelah menemukan nilai NOPAT untukPembiayaan
Mikro PT. Bank BRISyariah sudah diketahui, langkah selanjutnya adalah
perhitungan Modal untuk mempermudah perhitungan Weighted average
Cost of Capital (WACC). Invested Capital merupakan perhitungan
selanjutnya, berikut perhitungan Invested Capital Bank BRI Syariah
(Perhitungan dalam jutaan Rupiah):
52
Invested Capital = (Total Hutang + Ekuitas) – Hutang Jangka Pendek
= (Rp.18.635.406 +Rp.1.707.843) –Rp.1.594.018
= Rp.20.343.249 – Rp. 1.594.018
= Rp. 18.749.231
Nilai Invested Capital Bank merupakan nilai modal keseluruhan
Perusahaan. Nilai Invested Capital ini merupakan modal yang digunakan
oleh Bank untuk mengoperasikan beberapa produk dalam Bank tersebut,
seperti Pendanaan dan Pembiayaan lainnya. Maka, nilai ini belum
mewakilkan nilai Modal yang digunakan oleh Bank untuk Produk
Pembiayaan Mikro. Sedangkan dalam Laporan Keuangan Pembiayaan
Mikro sendiri tidak diketahui seberapa besar Modal yang digunakan oleh
Perusahaan untuk Pembiayaan Mikro.
Besar Modal yang digunakan oleh perusahaan untuk Pembiayaan
Mikro perlu diketahui agar perhitungan EVA Pembiayaan Mikro dapat
dengan baik dihitung, maka untuk menentukan besar Modal yang
digunakan oleh Perusahaan untuk Pembiayaan Mikro digunakan asumsi
bahwa modal yang digunakan oleh perusahaan memiliki porsi yang sama
untuk setiap produk sesuai dengan jumlah aset yang digunakan. Aset
Perusahaan yang digunakan untuk Pembiayaan Mikro adalah sekitar 30%.
Tidak ada angka pasti jumlah Modal yang dikeluarkan untuk Pembiayaan
mikro karena perusahaan akan tetap mendukung segala kegiatan
53
Pembiayaan Mikro yang dilakukan,34
oleh karena itu menggunakan asumsi
biaya modal yang setara dengan jumla aset pembiayaan mikro merupakan
cara yang tepat.
Berikut Nilai Invested Capital setelah dipersentasekan dengan Produk
yang lain:
Bank BRI Syariah (Perhitungan dalam Jutaan Rupiah):
Invested Capital = (Total Hutang + Ekuitas) – Hutang Jangka Pendek
= (Rp. 3.812.249 + Rp. 349.373) – Rp. 326.088
= Rp. 4.161.622 – Rp. 326.088
= Rp. 3.835.534
Tabel 4.2
Nilai Invested Capital Pembiayaan Mikro BRI Syariah
Perusahaan Pembiayaan Mikro
Invested Capital 18.749.231.000.000 3.835.534.000.000
Nilai Invested Capital Pembiayaan Mikro mewakili biaya modalyang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk Pembiayaan Mikro. Nilai Invested
Capital pada Bank BRI Syariah sebesar Rp. 3.855.340.000.000,-
3. WACC (Weighted average cost of capital)
NOPAT dan Invested CapitalPT. Bank BRISyariah telah diketahui maka
langkah selanjutnya untuk menentukan nilai EVA adalah Weighted
34
Wawancara Pribadi dengan Bapak Gus Dwi Atmoko selaku Keuangan Micro Business Group
(MBG) PT. Bank BRISyariah, Jakarta 8 September 2015
54
Average Capital (WACC). Dalam perhitungan WACC diperlukan
beberapa langkah yaitu menghitung:
1. Tingkat Hutang
Dalam perhitungan tingkat hutang dalam WACC diperlukan juga
perhitungan biaya hutang (Cost of Debt) sebagai proporsi dari biaya
modal yang dimiliki oleh bank. Nilai tingkat hutang juga akan
dipersentasekan dengan jumlah pembiayaan yang dikeluarkan oleh
bank karena nilai tingkat hutang masih berupa tingkat hutang untuk
seluruh perusahaan dan tidak ada nilai pasti hutang yang diberikan
olehBank untuk Pembiayaan Mikro. Berikut perhitungan tingkat
hutang Pembiayaan Mikro:
Tingkat Hutang Pembiayaan Mikro Bank BRI Syariah:
= 91,60%
= 6,27%
Tingkat Hutang (D) untuk Pembiayaan Mikro dari Bank BRI Syariah
sebesar91,6% kemudian untuk Cost of Debt(rd) Pembiayaan Mikro
55
pada Bank BRI Syariah sebesar 6,27%. Nilai ini menunjukkan
tingkat hutang yang digunakan oleh PT. Bank BRISyariah untuk
produk Pembiayaan Mikro. Nilai ini memang tidak menunjukkan
nilai asli tingkat hutang yang digunakan oleh bank karena nilai
tingkat hutang ini merupakan asumsi besar nilai yang digunakan oleh
kedua bank untuk pembiayaan mikro dari nilai tingkat hutang yang
digunakan oleh Perusahaan.
2. Tingkat Modal
Perhitungan tingkat modal dilakukan untuk menghitung tingkat
Modal dan biaya modal yang dimiliki oleh bank sebagai langkah
untuk menghitung Weighted average Cost of Capital (WACC).
Terdapat beberapa pilihan penghitungan untuk mengukur tingkat
Modal yang digunakan oleh perusahaan diantaranya menggunakan
CAPM (Capital Asset Pricing Model), PER (Price Earning Ratio),
dan Constant Growth Valuation (Gordon Model). Namun ketiga
Perhitungan tersebut mempertimbangkan Saham yang diterbitkan
oleh Perusahaan PT. Bank BRI Syariah belum melakukan Go Public
dalam penjualan saham sehingga ketiga perhitungan tersebut tidak
dapat digunakan. Maka perhitungan Tingkat Modal dan Biaya Modal
yang digunakan adalah:
56
Tingkat Modal Pembiayaan Mikro Bank BRI Syariah
= 8,4%
= 30,4%
Tingkat Modal (E) untuk Pembiayaan Mikro dari Bank BRI Syariah
sebesar 8,4% kemudian untuk Cost of equity (re) Pembiayaan Mikro
pada Bank BRI Syariah sebesar 30,4%. Sama dengan tingkat hutang,
Nilai ini menunjukkan tingkat Modal yang digunakan oleh Bank
untuk produk Pembiayaan Mikro. Nilai ini memang tidak
menunjukkan nilai asli tingkat modal yang digunakan oleh bank
karena nilai tingkat modal ini merupakan asumsi besar nilai yang
digunakan oleh bank untuk pembiayaan mikro dari nilai tingkat
modal yang digunakan oleh Perusahaan.
3. Nilai Tax
Nilai tax dalam perhitungan Weighted average cost of Capital
(WACC) merupakan salah satu yang perlu diketahui besarannya
57
karena nilai pajak sangat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan oleh
bank.
Nilai Tax Pembiayaan Mikro Bank BRI Syariah
=57%
Tabel 4.3
Tabel perhitungan Tingkat Hutang, Tingkat Modal dan Tax untuk Pembiayaan
Mikro pada Bank BRI Syariah
BRI Syariah
Tingkat Hutang (D) 91,60%
Biaya Hutang (rd) 6,27%
Tingkat Modal (E) 8,40%
Biaya Modal (re) 30,4%
Tax 57%
Nilai Tingkat Hutang, Tingkat Modal dan Tax sudah diketahui maka
perhitungan WACC dapat dilakukan dengan menggunakan rumus yang
telah dijelaskan sebelumnya. Berikut perhitungannya:
WACC BRI Syariah = [(D x rd)(1-tax) + (E x re)]
= [(0,916 x 0,0627 )(1-0,57) + (0,084 x 0,304 )
58
= 0,0246 + 0.0285
= 0,0501
Nilai WACC yang dihasilkan oleh Bank BRI Syariah sebesar 0,0501. Nilai
WACC merupakan nilai gabungan dain tingkat hutang (rd) dan tingkat
biaya modal (re) sesuai dengan porsinya terhadap struktur modal.
4. Nilai EVA (Economic Value Added)
Dari Perhitungan setiap komponen yang akan digunakan untuk
mengetahui nilai EVA Pembiayaan Mikro dari Bank BRI Syariah
menggunakan NOPAT yang kemudian dikurangi dengan CapitalCharges.
Nilai EVA Pembiayaan Mikro pada Bank BRI Syariah
Capital Charges = Invested Capital x WACC
= 3.835.534 x 0,0501
= 192.160,2534
EVA = NOPAT – Capital Charges
= 519.191 – 192.160,2534
= 327.030,7466 (Rp. 327.030.746.600,-)
Nilai EVA menggambarkan kinerja Pembiayaan Mikro pada periode
tertentu dan menunjukkan seberapa besar manajemen telah menciptakan
nilai tambah dari suatu produk. Semakin besar nilai EVA yang dihasilkan
menunjukkan semakin baiknya kinerja manajemen perusahaan. Nilai EVA
Pembiayaan Mikro pada tahun 2014 menunjukkan nilai sebesarRp.
327.030.746.600,-. Jika nilai EVAdiproporsikan dengan
59
JumlahPembiayaan maka nilai EVA adalah 10,48% dari jumlah
Pembiayaan yang diberikan.Dalam perhitungan EVA untuk menciptakan
nilai tambah yang positif perusahaan harus memiliki NOPAT yang lebih
besar dari Capital Charges Peusahaan. Nilai EVA ini menggambarkan
nilai tambah yang dimiliki oleh Pembiayaan Mikro PT. Bank BRI Syariah
pada tahun 2014. Nilai tambah yang dimiliki oleh Pembiayaan Mikro PT.
Bank BRISyariah cukup besar maka hal ini yang menjadikan alasan untuk
PT. Bank BRI Syariah mempertahankan Jumlah Pembiayaan Mikro yang
disalurkan disamping prinsip dasar perusahaan yang menitik beratkan pada
SME (Small Medium Enterprise) atau UMKM (Usaha Mikro Kecil
Menengah).
Economic Value Added (EVA) menunjukkan nilai yang dapat
dijadikan sebagai acuan bagi pemegang saham, Pimpinan Perusahaan dan
Divisi Mikro sendiri untuk mempertimbangkan keputusan selanjutnya,
jika nilai tambah yang dihasilkan negatif maka Perusahaan mempunyai
beban yang besar untuk memperbaiki strategi manajemen perusaahan
terutama untuk Divisi Mikro, sedangkan jika nilai EVA benilai positif
maka Perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan atau tetap
mempertahankan Strategi manajemen perusahaan yang telah dilaksanakan.
B.Proses Penyaluran Pembiayaan Mikro
PT. Bank BRISyariah memiliki berbagai jenis Produk Pembiayaan yaitu
Pembiayaan Komersil, Pembiayaan Konsumer dan Pembiayaan Mikro atau SME
60
(Small Medium Enterprise). Pembiayaan Mikro pada PT. Bank BRISyariah
memiliki 3 produk utama yaitu Mikro 25 iB, Mikro 75 iB dan Mikro 500 iB.
Setiap Produk memiliki karakteristik yang berbeda. Berikut karakter
Pembiayaan pada PT. Bank BRISyariah:35
1. Mikro 25 iB merupakan Pembiayaan mikro dengan Plafond 5-25
juta dan merupakan KTA (Kredit Tanpa Agunan) untuk Mikro 25 iB
memiliki jangka waktu 6-24 bulan. Margin sekitar 2-2,5% flat
2. Mikro 75 iB merupakan Pembiayaan Mikro dengan Plafond 5-75
juta dan bukan KTA (kredit tanpa Agunan) sehingga untuk
mendapatkan Pembiayaan ini nasabah harus memiliki jaminan,
jangka waktu untuk Pembiayaan adalah 6-24 bulan. Margin sekitar
1,5-1,8% flat
3. Mikro 500 iB merupakan Pembiayaan dengan Plafond 76-500 juta
dan bukan KTA (Kredit Tanpa Agunan) sehingga memerlukan
Jaminan, jangka waktu untuk pembiayaan ini selama 6-60 bulan atau
6 bulan sampai dengan 5 tahun. Margin sekitar 0,9-1,5% flat
Perbedaan tingkat margin pada setiap produk disebabkan 2 hal, yaitu
perbedaan resiko yang dimiliki setiap pembiayaan, semakin tinggi resiko yang
dimiliki maka semakin tinggi nilai margin yang ditetapkan. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi resiko yang dimiliki. Alasan kedua yaitu karena secara
35
Wawancara pribadi dengan Bapak Irwan selaku Unit Micro Syariah Head, Jakarta 8
September 2015
61
volume margin kecil untuk Plafond Pembiayaan yang besar akan bernilai lebih
besar dibandingkan dengan margin besar pada Plafond Pembiayaan yang kecil.
Produk Pembiayaan Mikro pada PT. Bank BRISyariah memiliki tim
Khusus yang menangani Pembiayaan Mikro. Satu tim disebut dengan Unit
Mikro Syariah (UMS). Dalam satu tim UMS terdapat Formasi khusus yaitu Unit
Head (UH), Unit Financing Officer (UFO), Sales Officer (SO) dan Relationship
Officer (RO). Dalam satu Kantor Cabang bisa terdiri dari beberapa Unit Mikro
Syariah (UMS) bergantung pada kebutuhan dan Potensi Pembiayaan Mikro di
daerah kantor cabang.
Berdasarkan Wawancara yang dilakukan dengan Bapak Irwan Selaku
Unit Mikro Syariah Head Cabang Pondok Gede, maka Prosedur Pemberian
Pembiayaan Mikro harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan, diantaranya:
1. Tahap Pencarian Nasabah.
Pada tahap ini pihak Bank melalukan Canvasing sebagai salah
satu langkah untuk mencari nasabah. Tahap Canvasing ini dilakukan
oleh Sales Officer (SO) yang akan memberikan perkenalan
mengenai Produk Pembiayaan Mikro yang dimiliki oleh PT. Bank
BRISyariah, melakukan penawaran Harga, Margin dan Plafond
Pembiayaan yang mungkin diberikan.
62
2. Tahap Permohonan Pembiayaan
Tahap ini dilakukan setelah proses canvasing dilakukan dan
nasabah menyutujui tawaran yang diberikan oleh Sales Officer (SO).
Proses pengajuan Pembiayaan ini dilakukan dengan pemenuhan
syarat-syarat awal dalam Pembiayaan yaitu36
:
Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia
Usia minimal 21 tahun/telah menikah untuk usia diatas
>18 tahun
Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah
Lama usaha calon nasabah :
o Untuk Mikro 75iB dan Mikro 500iB, lama usaha
minimal 2 tahun
o Untuk Mikro 25iB, lama usaha minimal 3 tahun
Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau
investasi
Memiliki usaha tetap
Jaminan atas nama milik sendiri atau pasangan atau orang
tua atau anak kandung
Biaya administrasi mengikuti syarat dan ketentuan yang
berlaku
36
Persyaratan Pembiayaan Mikro, diakses pada 12 September 2015 dari
http://www.brisyariah.co.id/
63
Memenuhi Persyaratan Dokumen berikut:
Produk Mikro 25 iB Mikro 75 iB Mikro 500 iB
FC KTP Calon Nasabah &
Pasangan √ √ √
Kartu Keluarga & akta Nikah √ √ √
Akta Cerai/ Surat Kematian
Pasangan √ √ √
Surat Izin Usaha/Surat
Keterangan Usaha √ √ √
Jaminan* X √ √
NPWP** X √ √
*tanah dan Bangunan, Tanah Kosong, Kendaraan, Kios, atau Deposito
**Untuk Pembiayaan diatas 50 Juta
Setelah Nasabah melengkapi Persyaratan maka dilakukan
Verifikasi Data Nasabah dimulai dengan menilai Karakter nasabah
yang dilakukan dengan cara:
a. BI Checking
BI Checking dilakukan untuk mengetahui karakter nasabah
melalui Bank Checking dimana bank dapat mengecek informasi
kredit yang pernah diperoleh debitur sebelumnya beserta
kolektibilitasnya. Metode credit checking dapat dilakukan
melalui sistem internal bank dan Informasi Debitur Individual
(IDI) kepada Bank Indonesia. IDI BI adalah informasi mengenai
individu atau suatu perusahaan dalam berhubungan dengan
64
bank, fasilitas kredit yang diperoleh, kolektibilitas, dan
informasi kredit lainnya.37
Jika hasil BI checking menunjukkan
Pembiayaan sebelumnya lancar (Kolektibilitas 1) atau Dalam
Perhatian Khusus (Kolektibilitas 2) maka Proses Pembiayaan
dapat dilanjutkan sedangkan jika dalam posisi kolektibilitas 3,4
dan 5 maka Proses Pembiayaan akan dihentikan karena
memiliki resiko yang tinggi.
b. Interview
Interview dilakukanpada saat Sales Officer (SO) melakukan
survey kepada nasabah. Pada saat survey SO dapat melalukan
Verifikasi data secara On The Spot dan Trade Checking. On The
Spot atau kunjungan langsung ke tempat usaha/domisili nasabah
dimaksudkan untuk mengecek kebenaran data dengan melihat
secara fisik tempat usaha/domisili agunan, serta menggali
aktivitas usaha debitur. Sedangkan Trade Checking
dimaksudkan untuk menilai nasabah dalam menjalankan
usahanya dan bagaimana manajemen perusahaan dalam
menjalankan usahanya. Trade Checking dilakukan kepada
sejumlah Supplier, pelanggan, distributor, dan rekan bisnis
lainya yang terkait dengan nasabah.Pada tahap ini Survey
37
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2014) hal.128
65
dilakukan oleh Unit Financing Officer (UFO) dan Unit Head
(UH). Jika Pembiayaan diatas 50 juta maka dokumen kemudian
akan diberikan kepada Analys Financing Officer (AFO)
sedangkan jika pembiayaan di atas 100 juta maka Pimpinan
Cabang akan ikut serta dalam survey.
3. Tahap Analisa Pembiayaan
Pada tahap ini dilakukan Analisa Pembiayaan yang dilakukan
oleh Komite. Komite terdiri dari Unit Head (UH),Unit Fianncing
Officer (UFO), Analys Financing Officer (AFO), Sales Officer (SO)
dan pihak bisnis.38
Komite bertugas untuk menentukan Jumlah
Pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabah melalui beberapa
Analisa, diantaranya:
Analisa Kualitatif
Analisa Kualitatif merupakan penilaian atas prinsip dasar 5C
(Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of
Economic). Beberapa Analisa yang dilakukan pada beberapa
aspek yaitu Aspek Manajemen, Aspek Produksi, Aspek
Pemasaran. Ketiga aspek tersebut dianalisa secara sederhana
sesuai dengan hasil yang telah didapat pada saat survey. Dalam
Analisa Kualitatif 5C merupakan tujuan utama namun dalam
38
Wawancara pribadi dengan Bapak Irwan selaku Unit Micro Syariah Head, Jakarta 8
September 2015
66
Analisa Pembiayaan Mikro pada PT. Bank BRISyariah
Condition of Economic seringkali tidak digunakan karena Bank
akan mencari usaha yang memiliki omzet harian sehingga tidak
terlalu terpengaruh dengan kondisi ekonomi yang terjadi. Bank
juga seringkali menghindari usaha-usaha yang terpengaruh oleh
BI rate untuk mengurangi resiko kredit macet.
Analisa Kuantitatif
Pada Analisa Kuantitatif, bank melakukan analisa pada
aspekCapital dan Keuangan Debitur. Analisa Kualitatif
biasanya dilakukan pada Neraca, Laporan Laba/Rugi, dan
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana. Analisa
Kuantitatifdengan menggunakan Neraca, Laporan Laba/Rugi
dan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Hanya digunakan
pada Pembiayaan Mikro 500 iB, sedangkan untuk Mikro 25 iB
dan Mikro 75 iB. Laporan tersebut tidak diwajibkan
penggunaannya kecuali perusahaan memilikinya.39
Analisa Jaminan
Pada tahap ini Bank melakukan Evaluasi pada Jaminan yang
diberikan oleh Nasabah. Analisa Jaminan ini Hanya terjadi pada
Pembiayaan Mikro 75 iB dan Mikro 500 iB karena Mikro 25 iB
39
Wawancara pribadi dengan Bapak Irwan selaku Unit Micro Syariah Head, Jakarta 8
September 2015
67
merupakan Kredit Tanpa Agunan (KTA). Analisa Jaminan
didasarkan pada pertimbangan berikut:
Keyakinan bank bahwa debitur dapat menyelesaikan
kewajiban berdasarkan kelayakan dan kemampuan
keuangan debitur
Agunan yang disyaratkan agar memperhatikan struktur
kredit, kompetisi, jenis agunan, dan riwayat
pembayaran.
Agunan yang diserahkan debitur dipertimbangkan dapat
mencukupi pelunasan kewajiban debitur dalam hal
debitur tidak mampu memenuhi kewajiban
Kriteria Agunan pembiayaan:
Mempunyai nilai ekonomis, dalam arti dapat dinilai
dengan uang dan dapat dijadikan uang
Kepemilikan dapat dipindahtangankan dari pemilik
semua kepada pihak lain (marketable)
Mempunyai nilai yuridis, dalam arti dapat diikat
secara sempurna berdasarkan ketentuan dan
perundang-undangan yang berlaku.
68
4. Tahap Pemberian Putusan Pembiayaan
Tahap ini terjadi setelah tahap analisa pembiayaan selesai maka
akan keluar Surat Permohonan Pengajuan Pembiayaan (SP3) yang
mencantumkan dengan jelas Jumlah Pembiayaan besrta Syarat-
syarat pembiayaan sesuai dengan usulan/persyaratan yang telah
dipenuhi dan ditetapkan oleh pemegang kewenangan termasuk
jumlah jaminan yang harus dipenuhi oleh debitur. Surat ini bertujuan
untuk memastikan:
Syarat pembiayaan sesuai usulan/persyaratan yang
disetujui dan ditetapkan, termasuk persyaratan jaminan
yang harus dipenuhi calon nasabah pembiayaan.
Bersifat tidak mengikat secara legal, pemberian fasilitas
tergantung dari dipenuhinya ketentuan /kondisi dan
dokumentasi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan
prosedur persetujuan pembiayaan.
Konfirmasi persetujuan nasabah pembiayaan selanjutnya
jadi dasar untuk menandatangani perjanijan pembiayaan
dan pengikatan agunan serta pengikatan lainnya yang
terkait.
69
5. Tahap Pencairan Pembiayaan
Tahap Pencairan Pembiayaan dilaksanakan setelah Nasabah dan
pihak Bank sepakat dengan Jumlah Pembiayaan yang ditawarkan.
Pada tahap ini terjadi Pengikatan Akad dan Pencairan Pembiayaan.
Akad yang digunakan dalam Pengikatan Akad adalah Akad
Murabahah dimana Nasabah dapat memutuskan akan tetap
melanjutkan Pembiayaan atau tidak dengan Jumlah yang ditawarkan
oleh Bank. Jika nasabah menyetujui Jumlah Pembiayaan yang
ditawarkan oleh Bank maka tahap selanjutnya yaitu Pencairan dapat
dilakukan.
Pengikatan Akad Pembiayaan Mikro terdiri dari Pengikatan
Pembiayaan dan Pengikatan Jaminan. Secara garis besar, terdapat
dua macam Pengikatan yaitu:
a. Pengikatan di bawah tangan
Pengikatan dibawah tangan adalah Proses
penandatanganan akad yang dilakukan oleh Bank Syariah
dan Nasabah.
b. Pengikatan Notariel
Pengikatan Notariel adalah proses penandatanganan akad
yang disaksikan oleh Notaris.
Perbedaan antara keduanya adalah pada saat terjadi penyangkalan
terhadap akad transaksi dimaksud. Pada pengikatan dibawah tangan,
70
maka pada saat terjadi penyangkalan, bank harus membuktikan
bahwa nasabah yang bersangkutan benar-benar telah
menandatangani sedangkan pada notariel, nasabah harus yang harus
membuktikannya. Setelah dilakukan pengikatan terhadap
pembiayaan, selanjutnya pengikatan terhadap jaminan. Terkait
dengan jaminan, maka jenis pengikatan terdiri dari:
1. Hak Tanggungan, untuk jaminan berupa tanah. Dasar
hukumnya adalah UU No. 4 tahun 1996 tanggal 9 April 1996
tentang Hak Tanggungan.
2. Hipotik, untuk jaminan berupa barang tidak bergerak selain
tanah dan kapal berukuran 20 m3 ke atas. Dasar hukumnya
adalah Kitab undangUndang Hukum Perdata pasal 1162. 41
3. FEO (Fiducia Eigendoms Overdracht) atau Fidusia, untuk
jaminan berupa barang bergerak. Dasar hukumnya adalah UU
No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
4. Gadai, untuk jaminan berupa barang perniagaa, surat berharga
dan logam mulia yang penguasaannya ada di tangan bank.
Pengikatan gadai ini biasanya disertai dengan Surat Kuasa
Mencairkan. Dasar hukumnya adalah Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata pasal 1152. 42
5. Cessie, untuk jaminan berupa piutang. Dasar hukumnya
adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 613. 43
71
6. Borght, untuk jaminan berupa personal guarantee (jaminan
pribadi).
Proses selanjutnya adalah pencairan fasilitas pembiayaan kepada
nasabah. Sebelum melakukan proses pencairan, maka harus
dilakukanpemeriksaan kembali semua kelengkapan yang harus
dipenuhi sesuai disposisi Komite Pembiayaan pada proposal
pembiayaan. Apabila semua persyaratan telah dilengkapi oleh
nasabah, maka proses pencairan fasilitas dapat diberikan.40
Untuk
pencairan fasilitas sebelumnya telah ada, maka proses yang perlu
dilakukan adalah memeriksa kelonggaran tarik fasilitas. Jika
pencairan masih dalam batas kelonggaran tarik, maka pencairan
dapat dilakukan, namun jika melebihi kelonggaran tarik maka
pencairan harus dihentikan hingga ada persetujuan dari Komite
Pembiayaan.Persetujuan lanjutan ini disebutkan sebagai
penyimpangan.Penyimpangan ini dapat dilakukan jika telah
mendapat persetujuan kembali dari Komite Pembiayaan.
6. Tahap Monitoring
Setelah semua tahapan dilakukan dan dipenuhi maka proses yang
terakhir dari pembiayaan adalah proses monitoring atau proses
pemantauan. Bagi officer bank syariah, pada saat memasuki tahap ini
40
Sunarto Zulkifili, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim,
2006) h. 154
72
maka sebenarnya risiko pembiayaan baru saja dimulai saat pencairan
dilakukan. Proses pemantauan dapat dilakukan dengan memantau
realisasi pencapaian target usaha dengan business plan yang telah
dibuat sebelumnya. Apabila terjadi tidak tercapainya target, maka
officer bank harus segera melakukan tindakan seperti turun langsung
ke lapangan menemuinasabah untuk mengetahui permasalahan yang
dialami nasabah, kemudian memberikan solusi penyelesaian masalah
kepada nasabah.Tugas ini dilakukan oleh Relationshif Officer (RO)
yang tugas dan tanggung jawab utamanya adalah Maintenance
Nasabah. Beberapa langkah monitoring yang harus dilakukan antara
lain:
Memantau mutasi rekening koran nasabah.
Memantau pelunasan angsuran
Melakukan kunjungan rutin ke lokasi usaha nasabah untuk
memantau langsung operasional usaha dan perkembangan usaha.
Melakukan pemantauan terhadap perkembangan usaha sejenis
melalui media massa atau media lainnya.
Dalam memberikan pembiayaan, bank wajib mempunyai
keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas kemampuan dan
kesanggupan nasabah debitur untuk melaksanakan kewajibannya
yaitu melunasi pembiayaan sesuai dengan perjanjian.
73
1 SO
Melakukan Prospek terhadap Calon
Nasabah Baru
2 SO
Melakukan Verifikasi karakter dan
analisa usaha terhadap calon nasabah
3 SO
Memberikan aplikasi peermohonan
pembiayaan untukdiisi lengkap oleh
calon nasabah dan ditandatangani
berikut menginformasikan persyaratan
dokumen pembiayaan yang harus
dilengkapi
4 SO
Menerima aplikasi permohonan
pembiayaan dari calon nasabah yang
telah diisi lengkap dan ditandatangani,
copy dokumenpembiayaan dan
menyiapkan DCL kemudian checklist
status dokumen yang telah lengkap,
bubuhkan paraf pada sisi checklist
Tidak ya 5a UFO
Meregistrasi aplikasi permohonan
pembiayaan pada registrasi dan
memverifikasi nomor registrasi pada
aplikasi tersebut
1b SO
Menerima Walk in Costumer baru
yang mengajukan Pembiayaan
1c SO
Menerima Form aplikasi Top
Up/Penambahan Fasilitas yang telah
diisi lengkap oleh nasabah
Mulai
A
Ke Proses 2
Tolak/Selesai
Ketentuan Top
Up/Penambahan
Fasilitas
Pastikan apakah tempat
calon nasabah usaha
masuk dalam radius
area 5 km dari UMS
UFO memastikan
kelengkapan dokumen
proposal pembiayaan,
dan melakukan dedupe
calon nasabah pada
register pembiayaan
74
6 UFO
Mengajukan permohonan BI Checking
ke Financing Support dan setelah
mendapatkan hasil dilengkapi pada
berkas aplikasi permohonan
pembiayaan
7 UFO
Melalukan verifikasi atas keabsahan
dokumen persyaratan, verifikasi hasil
BI Checking dan daftar hitam BI
UFO
Melakukan survei ke calon nasabah
untuk Check Character,trade
Checking dan atau penilaian jaminan
9 UFO
Membuat LKN, MUP dan atau LPBJ
serta menandatanganinya
10 UH/Pincapem
Melakukan verifikasi terhadap
karakter dan kondisi usaha
11 UH/Pincapem
Membuat LKN UH, menandatangani
LKN UFO, MUP dan LPBJ
5a UFO
Registrasi suatu aplikasi Reject dan
aplikasi disimpan di tempat yang aman
5b UFO
Menerima status aplikasi yangditolak
dan diinformasikan pada calon
nasabah
A
Dokumen absah BI
Checking & Daftar
Hitam BI Clear
Hasil Survai OK?
Hasil Verifikasi OK?
B
Selesai
75
Tidak
ya 14 UFO
Registrasi status proposal yang
disetujui, membuat SP3 dan
memberikan kepada SO
Ya 15 SO
Menginformasikan ke calon nasabah
bahwa status permohonan telah
disetujui dan memberikan SP3 ntuk
ditandatangani oleh calon nasabah
16 UFO
Membuat Akad Pembiayaan
Pengikatan Jaminan (Jika
Menggunakan Jaminan) dan Surat
Bukti Serah Terima Jaminan Asli
17 Nasabah
Menyerahkan dokumen asli,jaminan
(jika ada jaminana) dan menerima
Surat Bukti Serah Terima Jaminan)
dan Surat Bukti Serah Terima
Dokumen/Jaminan Asli (BSTJ)
18 UFO
Menerima, memverifikasi dokumen
pembiayaan dan jaminan asli untuk
memastikan dokumen yang diberikan
sesuai dengan kondisi saat verifikasi
awal, kemudian dilengkapi dengan
DCL sesuai kelengkapan fisik
dokumen dan menandatanganinya
serta menandatanganinya BSTJ
bersama UH
19 Nasabah, UFO, UH
Menandatangani akad pembiayaan dan
atau pengikatan Jaminan
12 AFO
Melakukan survei ke calon nasabah
untuk Check Character, Trade
Checking dan atau penialaian jaminan
13 Pincapem/MMM/Pinca
Review dan menandatangani MUP
sesuai limit BWPP
19b Nasabah
Nasabah didampingi
SO/UFOmembuka rekening tabungan
di cabang dan menyetorkannya
19c Nasabah
Menerima Salinan Akad Pembiayaan
Pengikatan Jaminan, Bukti Serah
Terima Jaminan yang telah
ditandatangani oleh kedua belah pihak
19d Cabang
Create CIF dan membuka rekening
tabungan mikro untuk hasil realisasi,
pendebetan biaya-biaya dan
pembayaran angsuran
B
Persetujuan sesuai
limit BWPP UMS
Persetujuan sesuai
limit BWPP UMS
Ke Proses 5b
dan 5c
B
Tidak
Ya
Tidak
76
20 UFO
Membuat IRP sesuai kondisi yang ada pada
MUP dan menandatanganinya
21 UFO
Menerima IRP, DCL, dokumen pembiayaan
dan jaminan asli serta BSTJ dll
22 UFO
Check kelengkapan dokumen asli sesuai dengan
DCL serta menandatanganinya dan menyusun
pembiayaan sesuai ketentuan
23 UH
Memastikan isi IRP sudah sesuai dengan MUP,
kelengkapan dokumen asli (dokumen
pembiayaan dan jaminan) sesuai dengan
ketentuan dan menandatangani IRP tersebut
24 Pincapem/MMM
Memastikan IRP telah sesuai dengan MUP
serta telah ditandatangani oleh UFO dan UH
kemudian menandatanganinya
25 UH
Menyampaikan berita IRP yangtelah
ditandatangani oleh UFO, UH dan
Pincapem/MMM ke Financing Support
26 Financing Support
Check kelengkapan pengisian IRP, verifikasi
tandatangan pejabat berwenang yang ada pada
IRP dibandingkan dengan speciment
C
D
77
Tidak
Ya
27 a Operasi Pembiayaan
Melakukan Create Financing Account dan
membukukan realisasi Pembiayaan
28 Operasi Pembiayaan
Menginformasikan hasil realisasi setiap akhir
hari sesuai berita realisasi dari UMS sebagai
konfirmasi bahwa URP telah dijalankan
29 UFO
Membuat rekap hasil realisasi per hari dan
wajib melakukan rekonsiliasi hasil realisasi
setiap akhir hari berdasarkan informasi dari
financing support
30 UH
Melakukan pencocokan hasil realisasi antara
rekap realisasi dengan report realisasi dari
Financing Support
Sumber: Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro PT.Bank BRISyariah
Keterangan:
MMM: Micro Marketing Manager
MM : Marketing Manager
DCL : Document Check List
D
IRP Ok?
Selesai
Ke Proses 22
Gambar 4.1
Bagan Alur Proses Pemberian Pembiayaan Mikro
78
LKN : Laporan Kunjungan Nasabah
LPBJ : Laporan Penilaian Barang Jaminan
MUP : Memorandum Usulan Pembiayaan
BWPP: Batas Wewenang Persetujuan
IRP : Intruksi Realisasi Pembiayaan
BSTJ : Bukti Serah Terima Jaminan
C. Analisa Prosedur Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah
Proses Prosedur Pembiayaan pada PT. Bank BRISyariah memiliki
prosedur yang baik dimana setiap pihak memiliki kewenangan dan tanggung
jawab masing-masing. Pada tahap pencarian nasabah, tanggung jawab terbesar
berada di Sales Officer (SO) karena Sales Officer bertanggung jawab untuk
menawarkan dan menjelaskan produk pembiayaan mikro pada calon nasabah
sehingga calon nasabah mengerti dan tertarik untuk menggunakan Pembiayaan
mikro pada PT. Bank BRI Syariah.
Terdapat 3 cara pada tahap pencarian nasabah. Pertama, SO melakukan
pencarian nasabah (canvasing). Kedua, Walk in Costumer atau calon nasabah
datang langsung dan mengajukan pembiayaan ke bank dengan syarat memiliki
radius 5 km dari Kantor Unit Mikro Syariah atau jarak disesuaikan dengan
deviasi Pimpinan Cabang. Ketiga, Menerima Top Up atau Penambahan Fasilitas
oleh nasabah.41
41
Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah Edisi Desember 2009, hal 26
79
Namun pada proses ini karena Bank hanya membatasi pada radius 5 km
dari Kantor Unit Mikro Syariah (UMS) maka beberapa pengusaha lain yang
diluar radius kantor Unit Mikro Syariah tidak akan mendapatkan pengetahuan
mengenai Pembiayaan Mikro yang dimiliki oleh Bank Syariah.
Tahap Permohonan Pembiayaan dilakukan setelah tahap pencarian
nasabah selesai, pada tahap ini Sales Officerdan Unit Financing
Officermembantu calon nasabah yang sudah layak diberikan pinjaman untuk
mempersiapkan berkas permohonan pengajuan pembiayaan. Dokumen yang
disyaratkan oleh bank akan membantu bank untuk menerapkan prosedur baku
yang telah ditetapkan oleh pihak eksternal seperti Bank Indonesia dan Otoritas
Jasa Keuangan dan juga mengurangi resiko awal pada pembiayaan. Selain
mempersiapkan berkas permohonan Pembiayaan SO dan UFO juga melakukan
verifikasi data setelah mengajukan permohonan pembiayaan, hasil dari verifikasi
harus clear sehingga dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya, namun jika hasil
verifikasi tidak clear maka permohonan pembiayaan akan dimasukkan ke dalam
data reject dan disimpan dengan baik.
Tahap Permohonan Pembiayaan terjadi pada proses 3, proses 4, proses
5a, proses 6, proses 7, dan proses 8. Pada semua proses ini dilakukan Check
Character dan Trade Checking dengan BI Checking, Interview dan Survai pada
nasabah dan usaha nasabah. Proses ini merupakan tahap awal verifikasi yang
akan menentukan keberlanjutan proses pembiayaan berdasarkan hasil verifikasi
yang ada.
80
Tahap Analisa Pembiayaan merupakan tahap yang paling penting pada
tahap pemberian pembiayaan karena pada tahap ini bank akan menentukan
kelayakan usaha untuk diberikan pembiayaan. Tahap Analisa Pembiayaan
terjadi pada Proses 9, proses 10, proses 11, proses 12, dan proses 18. Pada
Proses pemberian Pemberian Pembiayaan Mikro di PT. Bank BRISyariah
analisa dilakukan melalui verifikasi usaha dan kelengkapan dokumen diataranya
adalah dokumen LKN (Laporan Kunjungan Nasabah), MUP (Memorandum
Usulan Pembiayaan), LPBJ (Laporan Penilaian Barang Jaminan), dan DCL
(Document Check List). Dokumen-dokumen tersebut mewakili 3 analisa yang
dilakukan, setiap analisa memiliki peranan masing-masing dalam proses analisa
pembiayaan.
Analisa Kualitatif menggambarkan Karakter Calon Nasabah dan Usaha
yang dijalankan. Ketika Analisa ini tidak dijalankan dengan baik maka
kemungkinan kredit macet lebih besar. Namun pada tahapini Bank
mengesampingkan analisa kondisi ekonomi negara. Sedangkan ekonomi negara
sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha nasabah. Pengaruh besar
atau kecil dari kondisi ekonomi negara terhadap usaha yang dijalankan, analisa
ini tetap harus dilakukan untuk membantu proses analisis.
Tahap Pemberian Putusan Pembiayaan terjadi setelah Analisa
Pembiayaan selesai dan dikeluarkannya Surat Persetujuan Permohonan
Pembiayaan (SP3). Tahap ini terjadi pada proses 14, proses 15, dan proses 13,
tahap ini merupakan keputusan awal dari disetujuinya fasilitas pembiayaan
81
untuk nasabah melalui keputusan komite pembiayaan yang akan menentukan
fasilitas pembiayaan yang akan diberikan.42
Komite pembiayaan membatasi
pihak lain di luar komite untuk memutuskan fasilitas pembiayaan yang akan
diberikan. Dan ini cukup membantu untuk menghindari adanya pihak yang turut
ikut campur dalam penetapan keputusan. Meskipun begitu tahap ini merupakan
tahap yang akan memberikan pilihan kepada nasabah untuk menandatangani
Surat persetujuan permohonan pembiayaan atau tidak.
Tahap Pencairan Pembiayaan dilakukan setelah tahap pemberian putusan
pembiayaan dilakukan. Pada tahap ini terjadi pengikatan akad dan pencairan
jaminan, tahap ini merupakan awal dari fasilitas pembiayaan yang akan
berdampak pada kelancaran fasilitas pembiayaaan. Tahap ini fokus pada
legalisasi kelengkapan fasilitas Pembiayaan. Sehingga tahap ini akan mengikat
nasabah dan bank secara legal atas fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh
bank. Adanya pengikatan dibawah tangan dan pengikatan notariel membantu
proses pelegalan pembiayaan. Namun pengikatan dibawah tangan memiliki
resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikatan notariel karena
pengikatan dibawah tangan hanya melibatkan nasabah dan bank pada proses
pengikatannya.
Selain Pengikatan proses ini juga melalui verifikasi dokumen agar tahap
pengikatan tidak dilakukan dengan tanpa pertimbangan, dokumen yang melalui
42
Wawancara pribadi dengan Bapak Irwan selaku Unit Micro Syariah Head, Jakarta 8
September 2015
82
verifikasi adalah dokumen BSTJ (Bukti Serah Terima Jaminan) dan Akad
Pembiayaan. Setelah hasil kedua dokumen baik maka akan ada IRP (Intruksi
Realisasi Pembiayaan), MUP (Memorandum Usulan Pembiayaan). Semua
dokumen tersebut akan diverifikasi dan disetujui secara bertahap dari UFO
kemudian ke UH dan selanjutnya menuju Pincapem, setelah disetujui oleh
Pincapem maka tahap selanjutnya ke Financing Support untuk proses
Pembiayaan. Sedangkan untuk Pencairan Dana Pembiayaandilakukan oleh
Operasi Pembiayaan seperti ketentuan Pencairan Pembiayaan lainnya.43
Tahap Monitoring dilakukan oleh Relationship Officer (RO) wewenang
dan tanggung jawab RO yang paling penting adalah maintenance nasabah.
Untuk monitoring, Relationship Officer melakukan kunjungan rutin kepada
nasabah dan memantau langsung operasional usaha dan perkembangannya.
Namun Relationship Officer tidak ikut membantu dalam proses pengembangan
usaha yang dilakukan nasabah. Untuk memaksimalkan usaha yang dijalankan
oleh nasabah bank memiliki potensi untuk mendampingi usaha yang diberikan
fasilitas pembiayaan, agar usaha nasabh tidak hanya terbantu secara finansial
namun juga terbantu untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan melalui
fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank.
43
Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah Edisi Desember 2009, hal 29-
30
83
D. Strategi Penyaluran Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah
Strategi Penyaluran Pembiayaan Mikro PT. Bank BRI Syariah dilakukan
dengan beberapa hal yang seringkali dilakukan oleh semua pihak di Unit Mikro
Syariah (UMS). Setiap bagian memiliki tugas yang berbeda dan memaksimalkan
beban kerja yang dimiliki. Berikut Strategi yang dilakukan oleh Bank:
1. Bank Memiliki Standard Operating Procedure (SOP) yang wajib dipatuhi
oleh seluruh Staff sesuai dengan beban kerja masing-masing.44
Setiap Staff
memiliki tugas masing-masing yang akan saling berkaitan dan saling
melengkapi satu sama lain. Berikut tugas setiap Staff dalam satu Unit Mikro
Syariah (UMS):
a. Unit Head
Melakukan Cek Karakter dan usaha calon Nasabah
Memberikan Keputusan Pembiayaan sesuai batas wewenang
Menandatangani Perjanjian Pembiayaan dan Pengikatan Jaminan
Menandatangani Perintah Realisasi Pembiayaan
b. Unit Financing Officer
Membuat Registrasi aplikasi Pembiayaan. jumlah aplikasi
disetujui dan jumlah aplikasi yang ditolak
Mengajukan permohonan BI Checking
Memastikan Kelengkapan dokumen Pembiayaan
44
Wawancara Pribadi dengan Bapak Irwan selaku Unit Micro Syariah Head, Jakarta 8
September 2015
84
Melakukan Verifikasi dan memastikan Keabsahan dokumen
Pembiayaan
Melakukan cek karakter calon nasabah, analisa usaha dan
penilaian jaminan.
Memberikan rekomendasi keputusan pembiayaan
Menyerahkan seluruh dokumen pembiayaan dan jaminan dan
perintah realisasi pembiayaan
c. Sales Officer
Melakukan prospek ke calon nasabah yang tempat usahanya
masuk dalam radius 5 km dari kantor Unit Mikro Syariah (UMS).
Melakukan verifikasi karakter dan analisa usaha terhadap calon
nasabah
Memberikan aplikasi permohonan pembiayaan yang diisi lengkap
oleh calon nasabah dan ditandatangani berikut menginformasikan
persyaratan copy dokumen pembiayaan yang harus dilengkapi.
Melengkapi persyaratan pembiayaan calon nasabah
Membuat prescreening (cek karakter minimal 3 responden, cek
kemampuan usaha on the spot)
Menyampaikan persetujuan/penolakan keputusan pembiayaan ke
calon nasabah
85
d. Relationship Officer
Melakukan kunjungan intensif kepada nasabah pembiayaan untuk
mengecek keadaan nasabah, stabilitas usaha, dan kelancaran
Pembiayaan.
Mendampingi nasabah dalam pemanfaatan Pembiayaan yang
telah diberikan oleh pihak Bank.
Mengingatkan nasabah atas kewajiban yang dimiliki nasabah
terhadap Bank
Proses Pembiayaan yang dilakukan oleh PT. Bank BRISyariah memilki
Prosedur yang cukup baik dan semua pihak telah memiliki beban kerja
masing-masing yang harus dilakukan pada proses pembiayaan. Dalam
konteks manajeman modern, proses pembiayaan yang baik merupakan suatu
proses yang tercatat dan teradministrasikan dengan baik.45
Proses pembiayaan harus berjalan sesuai dengan ketentuan internal dan
eksternal yang berkaitan dengan pembiayaan. Hal tersebut perlu dilakukan
karena pembiayaan melibatkan 2 pihak yaitu nasabah dan Bank dimana
proses pembiayaan harus memberikan manfaat untuk keduanya. Karena
melibatkan berbagai kepentingan itulah maka, proses dan pengelolaan
pembiayaan harus dilakukan secara patut dan bertanggung jawab. Proses
pembiayaan yang ketat dinilai penting untuk menghasilkan pembiayaan
45
Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syaraih, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2015) hal. 104
86
yang sehat, berkualitas, dan memberikan pendapatan bagi bank. Semua
proses tersebut akan berjalan dengan baik apabila sumber daya manusia
yang mengelola pembiayaan menjaga amanah yang diberikan oleh
perusahaan untuk bekerja sesuai dengan ketentuan.
2. Melakukan Analisa Pembiayaan, analisa pembiayaan yang dilakukan oleh
bank untuk Pembiayaan Mikro dilakukan dengan melakukan Analisa
Kualitatif, Analisa Kuantitatif, dan Analisa Jaminan. Berikut Analisa yang
dilakukan oleh Bank:
1. Analisa Kualitatif digunakan untuk menilai karakter Nasabah yang akan
dilakukan pada Proses Awal Pembiayaan dengan Proses On the Spot,
Bank Checking, dan Trade Checking. Analisa ini menghasilkan data
berisi deskripsi karakter nasabah yang membantu komite untuk
menentukan kelayakan Nasabah untuk diberikan Pembiayaan.
2. Analisa Kuantitatif dilakukan dengan mengecek Laporan keuangan
Perusahaan untuk Pembiayaan Mikro 500 iB sedangkan untuk Mikro 25
iB dan Mikro 75 iB analisa Kuantitatif dilakukan dengan Survey
langsung ke tempat Usaha karena untuk nasabah Mikro 25 iB dan
Mikro 75 iB tidak memiliki Laporan Keuangan yang baik.
3. Analisa Jaminan dilakukan pada Pembiayaan Mikro 75 iB dan Mikro
500 iB karena kedua Produk Pembiayaan ini mensyaratkan Jaminan
untuk pemberian pembiayaan. Jaminan yang diberikan akan
87
diasuransikan oleh Bank untuk mengurangi resiko kerusakan,
kecelakaan, dan kejadian tidak terduga lainnya pada jaminan.
Analisa Pembiayaan dilakukan untuk mengurangi resiko penyalahgunaan
pembiayaan oleh nasabah. Dengan melakukan Analisa Pembiayaan yang baik
maka resiko kredit macet yang akan dialami oleh Bank berkurang.46
Selain
melakukan Analisa Pembiayaan, Bank juga mengasuransikan Pembiayaan
Mikro yang disalurkan kepada Nasabah untuk mengurangi resiko yang akan
dihadapi setelah semua Prosedur dilakukan. Asuransi berguna ketika Nasabah
mengalami keadaan yang tidak terduga seperti Kecelakaan, Kebakaran,
Penipuan, atau bahkan Kematian. Beberapa Perusahaan Asuransi yang
digunakan oleh PT. Bank BRI Syariah adalah Asuransi Askrindo Syariah,
Jamkrindo Syariah, Sinar Mas Syariah, BNI Syariah dan Bringin Sejahtera
Arta Makmur (BSAM). Asuransi BSAM digunakan oleh PT. Bank
BRISyariah untuk mengasuransikan Jaminan yang diberikan oleh nasabah.
3. Memilih Target Marketing yang tepat.Target Marketing untuk Pembiayaan
Mikro adalah seluruh UMKM (Usaha Kecil Mikro Menengah) yang berada di
sekitar Unit Mikro Syariah (UMS) untuk memilih target marketing yang tepat
PT. Bank BRI Syariah melakukan beberapa hal, diantaranya:
2. Melakukan Analisa Pasar, Analisa Pasar dilakukan dengan 2
sasaran yaitu Target Market dan Target Jaminan.
46
Wawancara Pribadi dengan Bapak Irwan Selaku Unit Micro Syariah Head, Jakarta 8
September 2015
88
Target Market
Target Market dilakukan melalui Analisa Pasar yang dilakukan
untuk menentukan target marketing selanjutnya sehingga
analisa pasar yang dilakukan fokus pada usaha yang dijalankan
oleh nasabah
Target Jaminan
Target Jaminan merupakan Analisa Pasar yang tidak hanya
mempertimbangkan usaha yang ada sehingga layak untuk
dijadikan target marketing, tapi juga mempertimbangkan
Jaminan yang dimiliki oleh nasabah. Seperti kios-kios yang
dimiliki oleh nasabah di pasar induk, sehingga kios dpat
dijadikan jaminan untuk Pembiayaan.
3. Memilih Segmen Khusus untuk usaha yang akan dibiayai,
merupakan salah satu cara yang tepat untuk mengurangi resiko
yang dimiliki oleh Pembiayaan Mikro. Saat ini Bisnis Mikro yang
dilakukan oleh PT. Bank BRISyariah konsisten pada aspek
pembiayaan Produktif. Sasaran nasabahpembiayaan adalah
pedagang kebutuhan pokokdan pakaian serta barang dagangan
lainnya,dengan program “Serbu Pasar &Open Table”,yang masing-
masing telah menyerap sekitar75% dan 25% dari total pembiayaan
89
mikro yangdisalurkan.47
Hal ini juga selaras dengan apa yang
diungkapkan oleh Bapak Irwan bahwa Bisnis Mikro PT. Bank BRI
Syariah fokus pada usaha dengan Omzet Harian untuk menghindari
usaha-usaha yang terpengaruh oleh kondisi ekonomi negara yang
memiliki resiko tinggi karena perubahan BI Rate, Valuta Asing dan
kondisi ekonomi negara lainnya.48
Memilih Target Marketyang tepat merupakan strategi PT. Bank
BRISyariah yang tidak hanya mempertimbangkan potensi usaha mikro
namun juga menentukan posisi Bank di Pasar Pembiayaan Mikro.
Memilih target yang tepat merupakan strategi Targeting dan Positioning
yang dilakukan bersamaan dengan satu tujuan yaitu produk memiliki
posisi di masyarakat.
Menentukkan target pasar merupakan hal yang paling pokok yang
dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan akan lebih mudah menentukan
produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen apabila
terget pasar ditetapkan dengan jelas, ada tiga strategi penetapan target
pasar di Dunia pemasaran, yaitu:49
47
Laporan Tahunan Bank BRI Syariah tahun 2014, hal 46 48
Wawancara Pribadi dengan Bapak Irwan Selaku Unit Micro Syariah Head, Jakarta 8
September 2015. 49
Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Uatama, 2015) hal. 228
90
1) Strategi pemasaran tanpa pembeda (undifferentiated marketing)
dimana perusahaan tidak membedakan target pasar tertentu untuk
menawarkan produk.
2) Strategi pemasaran dengan pembeda (differentiated marketing)
dimana perusahaan memutuskan untuk memilih beberapa segmen
pasar sesuai dengan kebutuhan konsumen.
3) Strategi Pemasaran Terkonsentrasi (Concentrated marketing) dimana
perusahaan lebih berfokus memasarkan produknya kepada satu atau
beberapa kelompok pembeli saja.
DalamHal ini Bank melakukan Strategi Differentiated marketing
yang memfokuskan pada beberapa segmen pasar sesuai kebutuhan
konsumen. Bank memosisikan produk pembiayaan dalam pasar bertujuan
agar produk memiliki tempat yang jelas, berbeda dan diartikan dengan
baik oleh debitur. Hal ini selaras dengan teori positioning yang dilakukan
oleh marketing bank. Menurut Rheinald Kasali dalam buku Mengelola
Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, penentuan posisi (Positioning) adalah
strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen agar
produk/merek/nama anda mengandung arti tertentu yang dalam beberapa
segi mencerminkan keunggulan terhadap produk dalam bentuk hubungan
asosiatif. Menurut Kotler, positioning adalah tindakan yang dilakukan
oleh marketer untuk membuat citra produk dan hal-hal yang ingin
ditawarkan kepada pasarnya, berhasil memperoleh posisi yang jelas
91
mengandung arti dan terbedakan (diantara pesaing) dalam benak sasaran
konsumennya.50
Pada posisi ini bank dituntut agar dapat memosisikan produknya
diantara banyak pesaing (Competitor) sehingga bank dapat melakukan
inovasi terhadap produk pembiayaan yang ditawarkan dan mempunyai
posisi yang kuat di pasar. Karena itu, dalam memosisikan produknya
bank perlu melakukan pengembangan dalam bauran pemasaran untuk
mengurangi keseluruhan persepsi nasabah potensial terhadap setiap jenis
pembiayaan. Saat ini persaingan perbankan sangat ketat sehingga divisi
marketing bank harus pandai menentukan strategi komunikasi untuk
memasuki pikiran danmenguasai hati nasabah agar produk menganduk
arti tertentu dan mempunyai kesan yang baik di masyarakat.
50
Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, hal.227
92
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Penelitian Profitabilitas Pembiayaan Mikro pada PT. Bank
BRISyariah tahun 2014 menunjukkan bahwa Pembiayaan Mikro pada PT Bank
BRISyariah memiliki nilai Economic Value Added (EVA) yang baik yaitu sebesar
Rp. 327.030.746.600,- atau jika dipersentasekan dengan jumlah Pembiayaan yang
disalurkan adalah sebesar 10,48%.
Nilai EVA yang dihasilkan menunjukkan bahwa PT. Bank BRI Syariah telah
menyalurkan Pembiayaan dengan Baik sehingga keuntungan yang dihasilkan
menunjukkan nilai yang cukup besar dengan nilai tambah sebesar 10.48%. hal ini
tidak terlepas dari Strategi yang dilakukan oleh Bank dalam Proses Penyaluran Dana
Pembiayaan Mikro.
Strategi yang dilakukan oleh Pembiayaan Mikro adalah:
1) Bank Memiliki Standard Operating Procedure (SOP) yang wajib dipatuhi oleh
seluruh Staff sesuai dengan beban kerja masing-masing. SOP terdiri dari
Prosedur Pemberian Pembiayaan dan juga tugas setiap pihak dalam Unit Mikro
Syariah.
2) Melakukan Analisa Pembiayaan sesuai Prosedur untuk mengurangi resiko
kredit macet dan mengasuransikan Pembiayaan serta Jaminan agar Asuransi
dapat tetap memenui kewajiban Nasabah kepada Bank ketika kejadian tidak
terduga dialami oleh nasabah pembiayaan.
93
3) Memilih Target Marketing yang tepat. Bank melakukan pemilihan target yang
tepat dengan Analisa Pasar untuk menentukan Target Market dan Target
Jaminan. Kemudian juga lonsisten dengan memberikan Pembiayaan Produktif
pada Pedagang yang memiliki Omzet Harian untuk menghindari resiko
pengaruh ekonomi negara.
B. Saran
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan, beberapa saran yang penulis berikan
adalah:
1. PT. Bank BRISyariah agar menentukan nilai Modal dan Hutang yang tepat
untuk Pembiayaan Mikro agar lebih mudah dalam Pengukuran lainnya karena
Perhitungan Profitabilitas Pembiayaan Mikro menggunakan Economic Value
Added (EVA) sangat bergantung pada Tingkat Modal dan Tingkat Hutang yang
dikeluarkan bank untuk Produk Pembiayaan Mikro. Namun dalam Struktur
Laporan Keuangan Pembiayaan Mikro tidak ada nilai modal dan hutang yang
tepat.
2. PT. Bank BRI Syariah agar melakukan Ekspansi Pembiayaan kepada sektor
lain selain usaha produktif harian seperti Pedagang Makanan dan Pakaian agar
penyaluran Pembiayaan dapat dirasakan oleh seluruh sektor mikro. Meskipun
pemilihan beberapa segmen merupakan Strategi marketing dan positioning
bank.
94
3. Peneliti Selanjutnya agar menambahkan data penelitian sehingga perubahan
nilai EVA pada Pembiayaan Mikro di setiap tahun dapat diketahui dan
kemungkinan penerapan Economic Value Added (EVA) untuk perhitungan
Profitabilitas Pembiayaan Mikro dapat diketahui.
4. Peneliti selanjutnya dapat mencari cara perhitungan lain selain menggunakan
Economic Value Added (EVA) untuk meneliti tingkat Profitabilitas Produk
pada Bank dimana pencarian data lebih mudah dan akurat.
95
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
A, Wangsawidjaya, Z, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2012
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisi Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2001
Al-arif, M. Nur Rianto,Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Jakarta: Alfabeta, 2010
Charles, W Lamb, Jr., dkk, Pemasaran, Jakarta: Salemba Empat, Edisi Ke-1 Jilid I,
2001
Don. R Hansen dan Maryanne M. Mowen, Manajemen Biaya Akuntansi dan
Pengendalia Buku 2, Jakarta: PT Salemba Empat patria, 200
Edward J. Blocher, Kung H. chen &Thomas W. lin, Manajemen Biaya dengan tekanan
stratejik, Jilid 2, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2001
Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen, Manajemen Biaya: Akuntansi dan
Pengendalian Buku 2, Jakarta: PT Salemba Empat Patria, 2001
Husein, Umar. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi Kedua, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada,2009
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bank Syariah, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama,
2014
Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta,
Gramedia Pustka Utama, 2015
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakata:Bumi Aksara, 2006
Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori menuju Aplikasi, Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2010
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, edisi keenam, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada 2012
96
Moeloeng, Lexy J,Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Karya, 1998
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi- Bagaimana meneliti &
menulis Tesis Edisi 3, Jakarta:Penerbit Erlangga, 2009
Muhammad, Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan
(UPP) AMP YKPN, 2005
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005
Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah Edisi Desember 2009
Philip Kotler, Marketing Mangement, New Jersey: Prentince Hall, 2000
Rivai, Veithzal, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan
Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2010
Ronald W Hilton, Michael W. Maher, dan Frank H. Selto, Cost Management: Strategic
for Business Decision, North America: Brent Gordon (Mc Gaw Hill), 2003
Ronald W. Hilton, Managerial Accounting: Creating Value in a Dynamic Business
Environment Sevent Edition, Kuala Lumpur:McGraw Hill Irwin, 2008 hal.
Saefuddin Arif, Azharuddin Lathif. Diktat Kontrak Bisnis Syariah. Jakarta: Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2011
Samiaji Sarosa. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks, 2012
Suharsini Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Sunarto Zulkifili, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul
Hakim, 2006
Wangsawidjaya, A. Z. Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2012
97
Warde, Ibrahim, Islamic Finance: Islam dalam Perekonomian Global, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009
JURNAL DAN SKRIPSI
Ali Usman, “Analisa Komparasi tingkat profitabilitas produk Penyaluran dana antara
PT Bank Syariah Mandiri dengan Baitul Mal Al-Falaah”, (Skripsi S1 Fakultas
Syariah, Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2007)
Dwi Rosita, “Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Return On
Equity (ROE) pada PT. Aqua Golden Mississipi, Tbk” (Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, 2009)
Farida Ayu Avisena Nusantari, “Strategi BRI Syariah dalam Menganalisis Kelayakan
Pembiayaan Mikro (Studi Kasus BRI Syariah Cabang Pembantu Cipulir)”(Skripsi
S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2011)
G. Bennet Stewart III, “EVA works- buat Not if You make these common Mistake,”
Fortune, 1 Mei 1995
Hilman Fathoni, “Penilaian Kinerja Bank Syariah Menggunakan Economic Value
Added (EVA)”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011)
Muhammad Ilham Khairuddin, “Strategi Pembiayaan Murabahah dalam rangka
meningkatkan jumlah pendapatan di BPRS Harta Insan Karimah.” (Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2007)
Nani Sutianingsih, “Pengaruh Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Economic Value
Added (EVA) terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan di Industri
Semen”, (Tesis S2 Universitas Widyatama, 2008)
Taufikurrahman, “Model Analisis profitabilitas produk pembiayaan pada bank Syariah
dengan menggunakan integrasi konsep Activity-Based Costing (ABC) dan
Economic Value Added (EVA)”, (Tesis S2 Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia,2005)
98
Teddy Sumirat Bassar ,“Analisa Perbandingan Kinerja Penghimpunan dana dan
Penyaluran Dana Masyarakat pada PT. Bank Muamalat Indonesia sebelum dan
sesudah Kebijakan Perbankan 1998.” (Tesis S2 Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia, 2004)
WEBSITE
Laporan Tahunan BRI Syariah Tahun 2013
Laporan Tahunan BRI Syariah Tahun 2014
Metadata Kredit UMKM Indonesia, diakses pada 29 Januari 2014 dari
http://www.bi.go.id/id/statistik/metadata/kredit-umkm/Contents/Default.aspx
Nugraha Ridha, Manajemen Pembiayaan Panduan Untuk Koperasi Syariah SDM
Kementerian Koperasi, artikel diakses pada 2 Februari 2015
dari http://hasbullah.multiply.multiplycontent.com
Pengertian UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), artikel diakses pada 3 maret
2015 dari http://abstraksiekonomi.blogspot.com/
Persyaratan Pembiayaan Mikro, diakses pada 12 September 2015 dari
http://www.brisyariah.co.id/?q=pembiayaan-mikro
99
LAMPIRAN
100
Hasil Wawancara Mengenai Pembiayaan Mikro
Narasumber:
1. Nama : Irwan
Jabatan : Unit Micro Syariah Head Pondok Gede
2. Nama : Gus Dwi Atmoko
Jabatan : Keuangan Micro Banking Group (MBC)
Waktu : Selasa, 8 September 2015
Tempat : Kantor Pusat BRI Syariah, Divisi Pembiayaan Mikro
1. Mohon dijelaskan mengenai Produk Pembiayaan Mikro yang ada di Bank
Untuk sekarang prosuk Pembiayaan Mikro di BRI Syariah ada 3
Produk.Pertama, Mikro 25 itu jumlah pembiayaan yang diberikan berkisar 5-25
juta tapi merupakan pembiayaan KTA (Kredit Tanpa Agunan). Kedua, mikro 75
itu jumlah pembiayaan yang diberikan berkisar 5-75 juta tapi bukan
Pembiayaan KTA (Kredit tanpa Agunan) dan kemudian yang terakhir. Ketiga,
Mikro 500 ini merupakan pembiayaan yang diberikan besarnya berkisar 76-500
juta. Untuk jangka waktu pada mikro 25 itu hanya 6 bulan-2 tahun atau 6 -24
bulan, sedangkan untuk mikro 75 dan mikro 500 itu jangka waktunya 6 bulan-5
tahun atau 6-60 bulan. Pembiayaan Mikro memberikan pembiayaan untuk modal
kerja, investasi dan konsumtif. Namun khusus untuk pembiayaan konsumtif itu
tidak diberikan secara 100% namun hanya 50:50, maksudnya untuk pembiayaan
produktif 50% dan untuk pembiayaan konsumtif 50%.
101
2. Bagaimana Kriteria usaha mikro yang layak diberikan Pembiayaan?
Pada umumnya kami melihat yang perputaran usahanya harian, kalo perputaran
usahanya mingguan itu kita hindari, meskipun ada beberapa usaha yang
perputarannya mingguan kita berikan pembiayaan. Kita pilih usaha yang
perputarannya harian karena omsetnya akan terlihat pada harian. Kedua, tidak
memiliki masalah dengan bank ini dibuktikan dengan BI Checking yang
bagus.Ketiga, jika menggunakan jaminan maka jaminan yang dimiliki meng-
cover pembiayaan yang diberikan dan jaminannya bagus.Untuk bentuk jaminan
yang diberikan dapat berupa AJB (Akta Jual Beli), BPKB (Bukti Pemilikan
Kendaraan Bermotor), Sertifikat dan lain-lain tergantung jumlah pembiayaan
yang diberikan.
3. Apa Keunggulan Pembiayaan Mikro pada Bank BRI Syariah dibandingkan
dengan Bank lain?
Keunggulan yang dimiliki pembiayaa mikro pada Bank BRI Syariah tentu saja
karena kami memberikan Pembiayaan Mikro yang bergerak di bidang Syariah
dan menggunakan sistem Murabahah sehingga segala sesuatu menggunakan
akad jual-beli. Dan pada sistem Murabahah menggunakan margin yang flat
sehingga tidak akan terpengaruh dengan BI rate.
4. Bagaimana perkembangan Pembiayaan di sektor UMKM dan non UMKM?
Kami hanya memberikan Pembiayaan pada sektor UMKM dan tidak pernah
bermain pada perusahaan besar, maksimal jenis usaha yang kita berikan
102
pembiayaan adalah CV, itupun CV perorangan atau keluarga jika merupakan
CV berkelompok maka akan kami tolak.
5. Bagaimana Prosedur Permohonan Pembiayaan Bank untuk sektor UMKM?
Langkah awal yang biasanya dilakukan adalah SO (Sales Officer) melakukan
canvasing atau mencari nasabah. SO (Sales Officer) akan memberikan
perkenalan, penawaran harga, margin, dan Plafond yang sesuai, kemudian jika
nasabah setuju atau cocok dengan tawaran dari SO (Sales Officer) maka
selanjutnya akan dilakukan pengajuan pembiayaan. Pada saat ini akan ada
syarat-syarat awal pada proses pengajuan pinjaman seperti fotocopy KTP,
fotocopy KK, NPWP dan lain-lain. Kemudian pihak bank akan menyiapkan
berkas, yang pertama dilakukan adalah BI Checking stelah hasil BI Checking
keluar dan menunjukan Clear atau kol 2 maka akan dilanjutkan dengan survey
yang dilakukan oleh UFO (Unit Financing Officer) dan UH (Unit Head). Jika
Pembiayaan diatas 50 juta maka akan ditarik ke AFO (Analys Financing
Officer). Kemudian jika pembiayaan diatas 100 juta maka akan ditemani oleh
Pincapem (Pimpinan Cabang Pembantu) dan harus ada pada saat survey bahkan
pada foto Survey. Setelah survey selesai maka komite (UFO, AFO, SO, pihak
bisnis) akan menentukan jumlah pembiayaan yang layak diberikan berdasarkan
berkas usaha, karakter, dan jaminan. Misalnya jika nasabah mengajukan
pembiayaan sebesar 300 juta namun berdasarkan komite hanya layak diberikan
pembiayaan sebesar 200 juta, maka hal ini akan disampaikan kepada nasabah.
Nah pada saat pnawaran jumlah pembiayaan ini lah terjadi murabahah dimana
103
ada penjual dan pembeli yang menawarkan. Jika margin sesuai maka nasabah
akan lanjut namun jika tidak sesuai maka nasabah berhak untuk menolak. Jika
nasabah sudah cocok maka selanjutnya akan dilakukan proses akad yang dimulai
dengan keluarnya SP3 (Surat Persetujuan Permohonan Pembiayaan) dari komite
yang akan ditandatangani oleh nasabah, setelah itu maka akan ada proses
pengikatan akad dan Pencairan Pembiayaan.
6. Seberapa besar keuntungan dari pembiayaan mikro?
Dalam pembiayaan mikro syariah yang digunakan adalah margin, nah margin itu
tergantung plafond pembiayaan yang diberikan. Untuk mikro 25 margin
perbulan itu ratenya 2-2,5 dan itu flat. Tapi ini tidak tergantung wewenang siapa
yah? Karena kalo membahas itu akan panjang jadinya. Sedangkan untuk mikro
75 itu ratenya 1,5 sampai 1,68 eh 1,5-1,8. Untuk mikro 500 itu 0,94-1,5.
7. Apa yang dilakukan untuk menghindari kredit macet?
Nah tadi ada analisa survey, analisa kredit dan lain-lain merupakan langkah awal
untuk menghindari kredit macet yang kedua untuk saat ini ada RO (Relationsgip
Officer) yang bertugas untuk maintenance nasabah disamping SO (Sales Officer)
itu sendiri.Caranya dengan sering datang mengunjungi nasabah baik pada saat
pembiayaan ataupun setelah Pembiayaan.RO (Relationsgip Officer) ini tidak
bertugas sebagai kolektor melainkan sebagai penghubung antara pihak bank
dengan nasabah. Dan untuk menjaga kestabilan itu RO, SO, UH dan yang
lainnya akan tetap menjaga komunikasi dengan nasabah. Ini merupakan sistem
yang digunakan di tahun 2014 tahun ini sistemnya akan berubah. Tapi jika
104
terjadi kredit macet maka ada collection supervisor dari kantor pusat dan itu
sudah beda lagi, biasanya dari pihak unit dulu baru ke pusat
8. Jumlah Pembiayaan yang paling sering dikeluarkan berapa dan jangka waktunya
berapa lama?
Yang paling banyak diberikan rata-rata adalah mikro 25 dan mikro 75. Ini
karena jumlah orang yang diberikan pembiayaan mikro 25 dan mikro 75 lebih
banyak dibandingkan dengan mikro 500.Tapi kalo nominal tentu saja mikro 500
karena sekali mengeluarkan pembiayaan nominal yang dikeluarkan besar.
9. Jika dilihat dari golongan pembiayaan berapa besar porsi pembiayaan yang
disalurkan ke sektor UMKM?
Kalo secara nilai tidak terlalu besar paling sekitar 3,7 triliun atau 3,3 triliun.
Beda dengan pembiayaan yang lain yang bisa 100 miliar untuk satu pembiayaan.
Mungkin sekitar 30-40%. Pembiayaan kan ada Komersil, SME (Small Medium
Enterprise) dan Konsumer. Nah mungkin pembiayaan mikro sebesar 30% dan
yang lainnya sekitar 70%.
10. Bagaimana Strategi Bank dalam menganalisa kelayakan Pembiayaan mikro yang
diajukan nasabah?
Iya biasanya dilakukan dengan survey, tanya jawab dengan perusahaan
kemudian bertanya ke tetangga atau kadang juga verifikasi ke supplier atau
pelanggannya. Selain 5C tidak ada tambahan lain. Namun biasanya C terakhir
Condition of Economic jarang digunakan tapi untuk yang lainnya pasti
digunakan.Condition of Economic jika digunakan akan sulit karena
105
parameternya susah dan kalaupun digunakan maka perusahaan akan kesulitan
dan oleh karena itu kita menggunakan usaha harian karena tidak akan terlalu
berpengaruh. Karena usaha harian tidak akan terlalu terpengaruh dengan BI rate
kalau perusahaan yang terpengaruh dengan BI rate itu yang kita hindari.
11. Berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga pembiayaan disetujui?
Jika berdasarkan SOP (Standard Operating Procedure) maka untuk mikro 25
dan mikro 75 itu 3 hari sedangkan untuk mikro 500 itu bisa 5 hari. Namun ini
bisa saja lebih lama karena berkas yang tidak lengkap. Biasanya perusahaan
akan kesulitan untuk melengkapi kelengkapan berkas pembiayaan itu yang
kibatkan proses pembiayaan lebih lama. Namun jika berkas sudah lengkap maka
pembiayaan bisa lebih cepat dilakukan. Kemudian jika berkas sudah lengkap
hasil BI Checking bagus, jaminan meng-cover maka pembiayaan akan lebih
cepat dilaksanakan.
12. Jelaskan mengenai istilah-istilah dalam alur proses pembiayaan!
Untuk istilah dalam alur proses Pembiayaan itu mungkin ada Canvasing, yaitu
proses SO (Sales Officer) untuk mencari nasabah kemudian jika ada kendala
maka akan dibantu oleh UH (Unit Head) sampai dengan closing. Setelah closing
makan akan ada pelengkapan berkas, jika berkas sudang lengkap akan ada BI
Checking, jika BI Checking sudah lengkap maka akan dilakukan survey oleh
UFO (Unit Financing Officer). Setelah selesai dan jumlah pembiayaan diatas 50
juta maka akan ada area dan pincapem turun langsung untuk mempercepat
proses pencairan. Setelah proses ini selesai makan akan naik ke komite, setelah
106
dari komite maka akan ada persetujuan yang keluar dalam bentuk SP3 (surat
permohonan pengajuan pembiayaan).
13. Bagaimana cara untuk menilai karakter calon nasabah?
Untuk yang pertama adalah menilai karakter nasabah menggunakan BI Checking
kemudian yang kedua pada saat interview, biasanya kita sudah tahu untuk usaha
tertentu biasanya omset seberapa besar dan ketika nasabah bohong maka akan
ketahuan bahwa nasabah memiliki karakter yang kurang baik. Setelah itu juga
akan bertanya pada tetangga mengenai karakter nasabah, atau misalnya ada
tukang tagih yang pernah datang sebelumnya.biasanya semua terjadi dalam
survey. Namun semua ini tergantung BI Checking, jika BI Checking buru maka
tidak akan dilanjutkan sedangkan jika BI Checking hasilnya bagus maka akan
dilanjutkan ke survey.
14. Bagaimana mengenai analisa pasar?
Analisa Pasar ada 2 Jenis. Pertama, Target Marketing untuk target marketing ini
dapat di proses namun jaminan dalam pasar itu tidak bisa digunakan contohnya
kios yang memiliki BOP (Balance of Payment) dan surat kepemilikan lainnya
tapi kiosnya kita tidak bisa berikan pembiayaan tapi hanya usaha yang
dijalankan saja. Kedua, Target Jaminan. Target jaminan yang dimaksud adalah
jaminan yang meerupakan target pasar, jadi yang dapat diberikan pembiayaan
tidak hanya usaha tapi juga kios yang digunakan sebagai contoh kios-kios di
jatinegara itu bisa mencapai harga 700 juta maka kios di pasar tersebut dapat
dijadikan terget jaminan. Setiap unit biasanya memiliki target jaminan.
107
Kemudian jika hanya dijadikan target pasar maka itu hanya terjadi pada tingkat
cabang namun jika sudah sampai target jaminan maka harus sampai ke FRM
(Financing Risk Management) dan itu harus dengan persetujuan dari FRM
(Financing Risk Management), jika disetujui oleh FRM (Financing Risk
Management) maka dapat dijadikan jaminan.
15. Apa tujuan dari BI Checking?
Tujuan BI Checking yang pertama adalah untuk mengetahui karakter nasabah
kemudian yang kedua untuk mengetahui kemampuan nasabah maksudnya
kemampuan bayar atau kemampuan cicilan. Jika nasabah sudah memiliki
banyak cicilan ya jangan ditambah lagi nanti bisa macet.
16. Pembiayaan Mikro memiliki resiko yang tinggi, maka cara apa yang ditempuh
untuk meminimalisir resiko?
Untuk meminimalisir resiko itu semua harus dilakukan sesuai dengan prosedur
yang ada.Semua SOP (Standard Operating Procedure) harus dilakukan dengan
baik. Contoh dari BI Checking itu agar tidak ada penyalahgunaan tujuan oleh
nasabah
17. Apakah Pembiayaan Mikro memiliki manajemen keuangan sendir yang terpisah
dari peusahaan?
Ya Pembiayaan Mikro memiliki Laporan keuangan sendiri yang terpisah dari
Perusahaan.
18. Berapa besar Modal dan besar hutang yang digunakan perusahaan untuk
pembiayaan Mikro?
108
Tergantung Produktivitasnya karena perusahaan selalu support untuk
Pembiayaan Mikro jadi tidak ada pembatasan, tapi berdasarkan jumlah
pembiayaan jika dipersentasekan yang mungkin 30% tapi perusahaan tidak
pernah membatasi. Jika hari ini ternyata pencairan sangat besar perusahaan pasti
support tapi kan Pembiayaan Mikro itu nominalnya kecil maka untuk
pembiayaan 1 triliun rupiah mungkin ada ratusan nasabah yang diberikan
pembiayaan. Perusahaan tidak pernah membatasi untuk Pembiayaan Mikro
karena Core Base dari perusahaan induk kita adalah mikro. Tapi tetap harus
dijaga jangan sampai banyak kredit macet
19. Berapa besar aset perusahaan yang digunakan untuk Pembiayaan Mikro?
Sekitar 30%
20. Akad apa yang digunakan oleh Bank untuk Pembiayaan Mikro?
Untuk akad prosuk memang hanya murabahah tapi dalam pelaksanaan ada 3
akad yang digunakan yaitu akad Murabahah, Wakalah dan Qardh. Murabahah
digunakan saat jual beli antara nasabah dan bank, kemudian wakalah digunkan
pada saat nasabah mewakili bank untuk membeli barang yang dibutuhkan oleh
nasabah yang kemudian akan dijual kepada nasabah dengan menggunkaan akad
murabahah. Sedangkan untuk Qardh digunakan pada saat take over. Pada saat
Take over akad yang digunakan adalah Qardh kemudian wakalah baru dilakukan
akad murabahah. Dan semua akad wajib dilakukan kecuali Qardh yang hanya
digunkan pada saat take over.
109
21. Bagaimana cara bank mempertahankan tingkat pembiayaan mikro hingga
sekarang?
Yang terpenting adalah menjalankan sesuai SOP (Standard Operating
Procedure) jika sudah sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure)
maka resiko kredit macet hampir tipis.Kecuali ada kejadian tidak terduga seperti
kecelakaan, kebakaran, nasabah meninggal dunia.
22. Untuk mengatasi hal tidak terduga tersebut apa yang dilakukan oleh bank?
Untuk mengatasi hal tersebut semua pembiayaan akan diasuransikan sehingga
ketika kejadian tidak terduga terjadi akan ada asuransi yang membantu. Asuransi
yang digunakan oleh kami saat ini ada BSAM (Bringin Sejahtera Arta Makmur),
Askrindo Syariah, Jamkrindo Syariah, Sinar Mas Syariah, BNI Syariah dan satu
asuransi lain yang sering digunakan untuk asuransi Pembiayaan Mikro 25 dan
Mikro 75. Karena BSAM (Bringin Sejahtera Arta Makmur) lebih sering
digunakan untuk asuransi Jaminan.
110
Hasil Wawancara
Narasumber : Irwan
Jabatan : Unit Micro Head
Waktu : Kamis, 8 Oktober 2015
Tempat : Kantor Pusat BRI Syariah – Menara Jamsostek Lt.21
4. Kenapa Margin yang digunkan untuk Plafond pembiayaan yang lebih Kecil lebih
besar dibandingkan dengan Margin untuk Plafond Pembiayaan yang lebih besar?
Karena Plafond Pembiayaan yang lebih kecil seperti Mikro 25 iB memiliki resiko
yang lebih besar dibandingkan dengan Plafond Pembiayaan Mikro 75 iB dan Mikro
500 iB. Hal ini disebabkan karena tidak adanya jaminan pada produk mikro 25 iB.
Alasan kedua karena meskipun secara nilai margin lebih besar Mikro 25iB dan
Mikro 75iB dibandingkan dengan Mikro 500 iB namun secara nominal akan lebih
besar margin Mikro500 iB karena volume pembiayaan yang berbeda.