ahmad sopyan-fsh.pdf

129
DAMPAK PENERAPAN PSAK 108 TERHADAP TINGKAT SOLVABILITAS MINIMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: AHMAD SOPYAN NIM. 106046201719 KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Upload: muhammad-rizqi-andriyanto

Post on 19-Jan-2016

187 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

DAMPAK PENERAPAN PSAK 108 TERHADAP TINGKAT SOLVABILITAS

MINIMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH

(Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh: AHMAD SOPYAN

NIM. 106046201719

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H/2010 M

Page 2: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

DAMPAK PENERAPAN PSAK 108 TERHADAP TINGKAT SOLVABILITAS

MINIMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH

(Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

AHMAD SOPYAN

NIM. 1060 4620 1719

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. ZAINUL ARIFIN YUSUF, M.Pd H. M. DAWUD ARIF KHAN, S.E., M.Si., AK., CPA NIP. 195607121981031003

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 3: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Dampak Penerapan PSAK 108 Terhadap Tingkat Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi Syariah (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 24 September 2010 Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (...................................) NIP. 197107011998032002 Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (...................................) NIP. 197407252001121001 Pembimbing I : Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd (...................................) NIP. 195607121981031003 Pembimbing I : H. M. Dawud Arif Khan, S.E., M.Si., Ak., CPA (..................................) Penguji I : Erika Amelia, SE, M.Si (...................................)

Penguji II : A. M. Hasan Ali. MA (...................................) NIP. 197512012005011005

Page 4: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah..... Seiring Rasa Syukur dan Kerendahan Hati, Karya

Sederhana ini Kupersembahkan Dengan Setulus Hati Untuk Orang-

orang yang Paling Kucinta & Kusayang :……

♥ Bapak dan ibu tercinta (Damilih dan Sadiyah) yang telah

membimbingku dari ketidaktauhanku menjadi

tahu,memanduku saat aku tidak kuat berdiri,menuntunku

saat aku tertatih dan selalu mendoakanku sehingga masih

tetap tegar menghadapi cobaan hidup..

♥ Saudara-saudara tersayang (Bang Iyus, Bang Aris, Mpo

Maria, Anti, Novi), yang selalu memberikan perhatian

penuh dalam susah maupun senang..

♥ Sahabat karibku yang tidak kenal lelah memberi motivasi

dan mendengarkan keluh kesahku.. (Vyan Hadi, Zarkasih,

Dimas, Aip, Mukhlasin, Bunyati, Novi Rosini, Eva, Nita,

Lina, Adah, etc.),, Thank you so much..

♥ Ida Rosita, My Beloved one who always give me a smile in

her happiness or sadness…

Page 5: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, September 2010 M

AHMAD SOPYAN

Page 6: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

ABSTRAK

Ahmad Sopyan. NIM : 106046201719. Dampak Penerapan PSAK 108 Terhadap Tingkat Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi Syariah (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967). Skripsi. Konsentrasi Asuransi Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syariaf Hidayatullah Jakarta, 2010. Xvii + 113 + Lampiran.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menentukan seberapa besar tingkat solvabilitas minimum dengan menggunakan metode RBC sesuai peraturan Ketua BAPEPAM-LK no. PER-2/BL/2009 pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010 sebelum dan sesudah menerapkan PSAK 108; (2) Menjelaskan apakah parameter Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) sebesar 120 % dapat dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda jika menerapkan PSAK 108; (3) Menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan Ketua BAPEPAM –LK no. PER-2/BL/2009 jika menerapkan PSAK 108.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data primer yang digunakan dalam bentuk Laporan Keuangan Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 – triwulan IV 2009 sebelum penerapan PSAK 108 dan periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010 dalam format PSAK 108, company profile, serta hasil wawancara pribadi. Data sekunder bersumber dari buku-buku, koran, majalah, website, penelitian terdahulu, dan sumber-sumber tertulis lainnya.

Kesimpulan penelitian ini secara singkat adalah sebagai berikut: (1) Tingkat solvabilitas minimum yang dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 sebelum penerapan PSAK 108 dari triwulan I 2009 – triwulan IV 2009 sebesar 734,65%, 609,08%, 464,21%, dan 597,59%, sedangkan RBC yang dicapai sesuai peraturan BAPEPAM –LK no. PER-2/BL/2009 dan format PSAK 108 dari triwulan I 2009 – triwulan I 2010 sebesar 62,55%, 46,53%, 47,41%, 10,82%, dan 52,84%. (2) Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 tidak mencapai parameter RBC 120% jika menerapkan format PSAK 108. (3) Kendala yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 jika menerapkan PSAK 108, yaitu adanya kecenderungan menurunnya nilai RBC yang dikarenakan penghitungan Solvabilitas tersebut berbasiskan Dana Peserta.

Kata kunci : PSAK 108, Tingkat Solvabilitas Minimum, Unit Syariah PT.

Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967. Pembimbing : 1. Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd

2. H. M. Dawud Arif Khan, S.E., M.Si., Ak., CPA Buku Rujukan : Tahun 1993 s.d Tahun 2009.

Page 7: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah

memberikan nikmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul ”Dampak Penerapan PSAK 108

Terhadap Tingkat Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi Syariah (Studi

Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)”. Shalawat dan

salam semoga tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW, beserta para keluarga

dan sahabatnya, dan semoga dapat menjadi suri tauladan bagi kita semua.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak akan mendekati

kesempurnaan tanpa bantuannya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Program Studi Muamalat. Bapak Ah.

Azharuddin Lathif, M.Ag., MH., Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd dan H. M. Dawud Arif Khan, S.E.,

M.Si., Ak., CPA, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya,

viii

Page 8: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya dalam mengarahkan dan

membimbing penulis hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Fahmi Basyah, ST., AAIK., AIIS., QIP dan Drs. Saiful Hadi, selaku pihak

Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 yang telah bersedia

meluangkan waktu, memberikan segala ilmu pengetahuan, arahan, koreksi, saran,

dan pengalamannya, baik terkait pembahasan dalam skripsi ini maupun tidak,

serta telah bersedia memberikan data-data yang penulis butuhkan, sehingga

penelitian ini terselesaikan.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga selama

masa perkuliahan.

6. Seluruh keluarga besar, khususnya Orang tua (Damilih dan Sadiyah), Kakak, dan

Adik yang senantiasa memberikan perhatian penuh kepada penulis baik materil

maupun moril.

7. Sahabat-sahabatku se-almamater angkatan 2006 khususnya jurusan Asuransi

Syariah (Lina, Moyo, iis, Atul. Ichal, Adhi, Lingga, Kalim, dll.), terima kasih atas

doa, bantuan, semangat dan persahabatan yang telah terjalin selama ini.

8. Sahabat seperjuangan di M2B (Eva Syariefah, M. Hadzami, Anita Aulia, dan

Edvan), terus berjuang friends.

9. Tim KKN 24, untuk Feri, Dimas, Eti, Eli, V3, kak Eva, Nana, Adi, Dodi, Robbi,

Randi, Kukuh, Agus T, Agus K, Hambali, Aida, dan Wido, semoga silaturrahmi

kita tetap terjaga.

ix

Page 9: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

10. Anak-anak AMC (Vyan, Ubay, Ipul, Pedro, Aji, Marcha, Charles, Paul, Beler,

Baput, Suci, Zia, Peni, Nunung, dan Sri), thanks for your support.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan dorongan, semangat dan motivasi dalam kehidupan penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Demikianlah, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah

diberikan dan memberkahi hidup kita sehingga dapat memberikan manfaat bagi

kehidupan ini.

Akhir kata, semoga sekecil apapun kebaikan yang telah kita lakukan, akan

menjadi investasi kekal di akhirat nanti. Amiin...

Jakarta, 03 September 2010

Penulis

x

Page 10: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN MUNAQASYAH ................................................. iii

HALAMAN MOTTO............................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................. v

ABSTRAK.............................................................................................................. vi

LEMBAR PERNYATAAN................................................................................... vii

KATA PENGANTAR............................................................................................ viii

DAFTAR ISI........................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL.................................................................................................. xv

DAFTAR ILUSTRASI.......................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah.............................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan masalah......................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat penelitian................................................... 8

D. Review Penelitian Terdahulu...................................................... 10

E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep...................................... 13

F. Metode penelitian....................................................................... 16

G. Sistematika penulisan................................................................. 19

xi

Page 11: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Asuransi Syariah.............................................. 22

1. Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah.......................... 22

2. Landasan Hukum Asuransi Syariah..................................... 26

3. Implementasi Akad Tabarru’ dan Wakalah bil Ujrah Pada

Asuransi Umum Syariah...................................................... 29

B. Akuntansi Asuransi Syariah...................................................... 33

C. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108............. 37

D. Risk Based Capital (RBC)......................................................... 44

1. Metode Penghitungan Tingkat Solvabilitas......................... 46

2. Metode Penghitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum

(BTSM)................................................................................ 49

BAB III GAMBARAN UMUM UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM

BUMIPUTERA MUDA 1967

A. Sejarah Singkat Perusahaan...................................................... 60

B. Visi, Misi, Falsafah Dasar, Nilai Dasar, dan Budaya

Perusahaan................................................................................. 62

C. Struktur Organisasi Perusahaan................................................. 64

D. Struktur Kepemilikan/Permodalan............................................ 66

xii

Page 12: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

E. Penghargaan Perusahaan........................................................... 67

F. Produk-produk PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967.. 68

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

A. Identifikasi Kekayaan Yang Diperkenankan Unit Syariah PT.

Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Sebelum dan Setelah

Penerapan PSAK 108................................................................... 79

B. Identifikasi Kewajiban Unit Syariah PT. Asuransi Umum

Bumiputera Muda 1967 Sebelum dan Setelah Penerapan PSAK

108............................................................................................... 87

C. Identifikasi BTSM Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera

Muda 1967 Sebelum dan Setelah Penerapan PSAK 108............. 90

D. Rasio Pencapaian Solvabilitas Minimum Metode Risk Based

Capital (RBC) Unit Syariah PT. Asurasni Umum Bumiputera

Muda 1967.................................................................................... 94

E. Analisis Kendala Dalam Pencapaian Solvabilitas Minimum Dana

Peserta dan Parameter BTSM 120%........................................... 103

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................ 108

B. Saran.......................................................................................... 109

xiii

Page 13: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 111

LAMPIRAN.......................................................................................................... 114

xiv

Page 14: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Asuransi Syariah di Indonesia......................................................... 2

Tabel 2.1 : Perbedaan antara Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah... 26

Tabel 2.2 : Daftar Kekayaan Yang Diperkenankan………………………….. 47

Tabel 2.3 : Faktor Risiko Untuk Setiap Jenis Kekayaan Yang

Diperkenankan............................................................................... 50

Tabel 2.4 : Jumlah Dana Yang Dibutuhkan Untuk Schedule B…………...... 53

Tabel 2.5 : Komponen Morbidita Asuransi Kesehatan.................................... 55

Tabel 2.6 : Faktor Risiko Untuk Setiap Cabang Asuransi (Komponen

Klaim Masa Depan)........................................................................ 56

Tabel 2.7 : Faktor Risiko Untuk Setiap Cabang Asuransi (Komponen

Klaim Masa Lalu).......................................................................... 57

Tabel 2.8 : Faktor Risiko Bagi Komponen Risiko Reasuransi........................ 58

Tabel 4.1 : Kekayaan Yang Diperkenankan Sebelum Penerapan PSAK

108 (Saldo SAP)............................................................................ 80

Tabel 4.2 : Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Peserta Setelah Penerapan

PSAK 108 (Saldo SAP).................................................................. 82

Tabel 4.3 : Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Pengelola Setelah

Penerapan PSAK 108 (Saldo SAP)............................................... 84

Tabel 4.4 : Kewajiban SAP Sebelum Penerapan PSAK 108........................... 87

Tabel 4.5 : Kewajiban SAP Dana Peserta Setelah Penerapan PSAK 108....... 88

xv

Page 15: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

Tabel 4.6 : Kewajiban SAP Dana Pengelola Setelah Penerapan PSAK 108... 90

Tabel 4.7 : Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Sebelum Penerapan

PSAK 108........................................................................................ 91

Tabel 4.8 : Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Dana Peserta

Setelah Penerapan PSAK 108........................................................ 92

Tabel 4.9 : Cabang Asuransi Kerugian Syariah Batas Tingkat Solvabilitas

(Sebelum Penerapan PSAK 108) Triwulan I Tahun 2009 s.d

Triwulan IV Tahun 2009................................................................ 95

Tabel 4.10 : Cabang Asuransi Kerugian Syariah Batas Tingka Solvabilitas

Dana Peserta (Setelah Penerapan PSAK 108) Triwulan I

Tahun 2009 s.d Triwulan I Tahun 2010......................................... 97

Tabel 4.11 : Rasio Pencapaian Solvabilitas Dana Peserta Setelah Ditambahkan

Qard.............................................................................................. 103

xvi

Page 16: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

xvii

DAFTAR ILUSTRASI

Ilustrasi 2.1 : Syariah Busines Process.................................................................. 32

Ilustrasi 2.2 : Proses Siklus Akuntansi.................................................................. 33

Ilustrasi 3.1 : Struktur Organisasi PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda

1967................................................................................................. 65

Ilustrasi 4.1 : Trend Line Perkembangan Kekayaan Yang Diperkenankan

Untuk Dana Peserta dan Dana Pengelola (Setelah Penerapan

PSAK 108)...................................................................................... 86

Ilustrasi 4.2 : Perkembangan Rasio RBC Sebelum dan Setelah Penerapan

PSAK 108....................................................................................... 98

Page 17: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan perekonomian sebuah negara tidak lepas dari adanya peran

penting sebuah lembaga keuangan. Lembaga keuangan memiliki peranan sebagai

pembangun tatanan perekonomian dengan tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Secara umum lembaga keuangan terbagi menjadi 2

(dua), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank.

Keberadaan sistem ekonomi Islam di Indonesia ini tampaknya mulai

diakui oleh sebagian besar masyarakat. K.H. Ma’ruf Amin mengatakan bahwa

sebagai sebuah bangsa muslim terbesar dengan jumlah penduduk kurang lebih

90% beragama Islam, tuntunan atau kiat Islam dalam segala aspek yang berkaitan

dengan ekonomi Islam menjadi sangat relevan.1

Seiring dengan perkembangan perekonomian Islam tersebut, institusi–

institusi syariah, termasuk di dalamnya industri asuransi syariah, mengalami

perkembangan pula. Data terakhir perkembangan industri asuransi syariah yang

penulis dapatkan dalam sebuah Seminar Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa

Jurusan (BEMJ) Asuransi Syariah UIN syarif Hidayatullah Jakarta dengan

narasumber Fahmi Basyah, ST., AAIK., AIIS., QIP. (Head Of Sharia Division

1 Ma’ruf Amin, Kata Pengantar, dalam Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life

and General): konsep dan sistem operasional, Cet.I, (Jakarta:Gema Insani Pers,2004), h. xxiii

Page 18: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

2

PT. Asuransi Umum Bumiputeramuda 1967) menunjukkan bahwa jumlah

perusahaan perasuransian syariah, dalam hal ini perusahaan Asuransi Jiwa

Syariah, Asuransi Umum Syariah, Unit Asuransi Syariah maupun Unit

Reasuransi Syariah mengalami peningkatan dari 11 perusahaan pada tahun 2003

menjadi 42 perusahaan pada tahun 2009. (Lihat Tabel 1.1)

Tabel 1.1

Asuransi Syariah di Indonesia

No Company 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1. Sharia Life Insurance 2 2 2 2 2 2 2

2. Sharia General Insurance 1 1 1 1 1 1 1

3. Sharia Unit Of Life Insurance 2 3 8 9 13 13 17

4. Sharia Unit Of General Insurance 6 11 13 15 19 19 19

5. Sharia Unit Of Reinsurance - 1 2 3 3 3 3

TOTAL 11 18 26 30 37 38 42

Sumber : Seminar Pengembangan SDM Asuransi Syariah, 2009

Asuransi syariah mendasarkan legalitasnya pada hukum positif UU No. 2

Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan KUHD pasal 246. Tetapi, hal

tersebut tidak dapat dijadikan landasan hukum yang kuat bagi asuransi syariah.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI) terpanggil untuk membuatkan sebuah fatwa yang

berkaitan dengan kegiatan asuransi syariah, selaku lembaga keuangan syariah

non-bank. Dalam fatwanya, DSN-MUI menyatakan bahwa Asuransi Syariah

(Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-

Page 19: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

3

menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset

dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko

tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.2

Dalam membentuk fondasi yang kokoh agar tidak menyebabkan struktur

industri asuransi syariah menjadi rapuh, perlu adanya sebuah standar akuntansi

asuransi syariah. Bagi asuransi syariah, standar akuntansi merupakan sarana bagi

perusahaan untuk membuat pelaporan dan penyajian laporan keuangan yang

sesuai dengan karakteristik perusahaannya untuk dapat menyajikan informasi

yang cukup, akurat, relevan, tepat waktu, dapat dipercaya dan sebagai alat

transparansi dan akuntabilitas baik bagi nasabah, regulator dan juga manajemen.3

Selama ini standar akuntansi yang menjadi acuan pada industri asuransi

adalah standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia

(IAI), yaitu PSAK no. 28 tentang Akuntansi Asuransi Kerugian dan PSAK no. 36

tentang Akuntansi Asuransi Jiwa. Namun standar tersebut masih belum

memenuhi ketentuan untuk perlakuan-perlakuan bisnis pada lembaga asuransi

syariah, karena itu perlu acuan tambahan.4

AAOIFI (Accounting and Auditing Organization For Islamic Financial

Institutions) yang merupakan acuan utama bagi lembaga keuangan syariah di

2 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001. Tentang Pedoman Umum

Asuransi Syariah. 3 Sofyan Safri Harahap, Kata Sambutan, dalam Abdul Ghoni dan Erny Arianty.

Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan Praktek, (Jakarta: Insco Consulting.2007), h.v 4 Ibid., h. 13

Page 20: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

4

dunia, secara khusus belum membuat conceptual frame work asuransi syariah,

padahal di Financial Accounting Standars (FAS) AAOIFI no. 12 secara jelas

menganut sistem 2 entitas, tapi tidak dijelaskan karakteristik asuransi syariah.

Sehingga FAS no. 12 mengacu pada AAOIFI no. 1 dan 2 yang mengatur secara

umum tentang lembaga keuangan syariah dan secara khusus tentang perbankan

syariah.5

Melihat hal tersebut, para pakar syariah dan akuntansi harus mencari dasar

bagi penerapan standar akuntansi untuk asuransi syariah yang berbeda dengan

perbankan syariah dan asuransi konvensional yang menganut sistem 1 entitas,

sedangkan asuransi syariah menganut 2 entitas yaitu dana peserta (tabarru’) dan

dana pengelola.

Upaya para pakar syariah dan akuntansi tersebut akhirnya terwujud

dengan disyahkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (untuk

selanjutnya disingkat dengan PSAK) No. 108 pada bulan April 2009 untuk

Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah yang bertujuan mengatur pengakuan,

pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi asuransi syariah. PSAK 108

tersebut oleh DSN-MUI juga telah dinyatakan tidak bertentangan dengan prinsip

syariah dan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI yaitu pada tanggal 5

Mei 2009 dalam surat pernyataan kesesuaian syariah nomor U-153/DSN-

MUI/V/2009. PSAK 108 mengharuskan adanya pemisahan dana tabarru’ dan

dana pengelola, penghitungan risk based capital (RBC) juga didasari dari jumlah

5 Ibid., h. 17

Page 21: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

5

dana tabarru’ atau dana peserta. Hal tersebut membuat asuransi syariah harus

mengantisipasi adanya penguatan modal.

Dalam industri asuransi syariah, tingkat Risk Based Capital (untuk

selanjutnya disingkat dengan RBC), merupakan sebuah indikasi yang

menunjukkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan asuransi. Dalam Keputusan

Menteri Keuangan RI no. 424/KMK.06.2003 pasal 2 dinyatakan bahwa

perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi setiap saat wajib memenuhi

tingkat solvabilitas paling sedikit 120% (seratus dua puluh per seratus) dari risiko

kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan

kekayaan dan kewajiban.6

Penghitungan tingkat solvabilitas dengan menggunakan metode RBC

(Risk Based Capital) pada dasarnya adalah rasio dari nilai kekayaan bersih atau

“net worth” perusahaan bersangkutan, yang dihitung berdasarkan peraturan

akuntasi standar (PSAK 108), dibagi dengan nilai kekayaan bersih, yang dihitung

kembali dengan mengikutsertakan risiko-risiko pemburukan yang mungkin

terjadi.

Dalam mengantisipasi dampak dari kondisi krisis keuangan global dan

untuk merespon perkembangan kondisi industri asuransi saat ini, serta untuk

melindungi masyarakat yang menjadi pemegang polis, yaitu dibayarkannya

manfaat asuransi pada saat terjadinya risiko kerugian atau kematian, pemerintah

sebagai regulator yang melakukan pengawasan dan pembinaan kepada industri

6 Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003, pasal 2 ayat (1).

Page 22: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

6

asuransi di Indonesia telah mengeluarkan peraturan yang terkait dengan peraturan

no. 424/KMK.06.2003, yaitu peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan

nomor PER-2/BL/2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas

Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Dalam

peraturan tersebut, dinyatakan bahwa perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas

Minimum (untuk selanjutnya disingkat dengan BTSM) untuk usaha asuransi dan

reasuransi dengan prinsip konvensional harus dilakukan terpisah dengan usaha

asuransi dan reasuransi yang berprinsip syariah. Bagi perusahaan asuransi atau

perusahaan reasuransi yang memiliki Unit Syariah, BTSM total perusahaan

asuransi atau perusahaan reasuransi tersebut merupakan hasil penjumlahan BTSM

untuk usaha asuransi atau usaha reasuransi dengan prinsip konvensional dan

BTSM untuk usaha asuransi atau usaha reasuransi dengan prinsip syariah.7

Yang menjadi permasalahan di sini adalah PSAK 108 mewajibkan

penghitungan RBC didasarkan atas dana rekening tabarru’ atau dana peserta,

karena sistem pencatatan antara dana peserta/tabarru’ dan dana pengelola

dilakukan secara terpisah. Selama ini, industri menggunakan dana peserta dan

dana pengelola sebagai dasar perhitungan. Selain itu, parameter batas tingkat

solvabilitas minimum yang telah ditetapkan untuk entitas asuransi syariah

disamakan dengan usaha asuransi dan reasuransi konvensional, yaitu sebesar

7 Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 tentang

Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

Page 23: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

7

120%. Dengan demikian, penyusutan tingkat RBC pada entitas asuransi syariah

sangat mungkin terjadi.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis sangat

tertarik untuk membuat skripsi, dengan judul ”DAMPAK PENERAPAN PSAK

108 TERHADAP TINGKAT SOLVABILITAS MINIMUM PERUSAHAAN

ASURANSI SYARIAH (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum

Bumiputera Muda 1967).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pokok permasalahan yang ada dalam penelitian ini penulis batasi pada

tingkat solvabilitas minimum dengan menggunakan metode RBC (Risk Based

Capital) perusahaan Asuransi Syariah sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan

Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009, yang merupakan dampak dari

penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108 tentang

Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah, khususnya pada Unit Syariah PT.

Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 - triwulan I

2010.

2. Perumusan Masalah

Dari batasan masalah yang telah disebutkan, kemudian dijabarkan lebih

lanjut dalam beberapa rumusan masalah yang meliputi :

Page 24: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

8

1. Seberapa besar tingkat solvabilitas minimum dengan mengggunakan

metode RBC sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan

nomor PER-2/BL/2009 pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum

Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 - triwulan I 2010

sebelum dan sesudah menerapkan PSAK 108?

2. Dapatkah parameter Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)

sebesar 120 % dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera

Muda jika menerapkan PSAK 108?

3. Kendala-kendala apa yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi Umum

Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan Ketua

BAPEPAM dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 jika

menerapkan PSAK 108?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana diuraikan sebelumnya,

maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Menentukan seberapa besar tingkat solvabilitas minimum dengan

menggunakan metode RBC sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan

Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 pada Unit Syariah PT.

Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 –

triwulan I 2010 sebelum dan sesudah menerapkan PSAK 108.

Page 25: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

9

b. Menjelaskan apakah parameter Batas Tingkat Solvabilitas Minimum

(BTSM) sebesar 120 % dapat dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi

Umum Bumiputera Muda jika menerapkan PSAK 108.

c. Menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi

Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan

Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 jika

menerapkan PSAK 108.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini antara lain :

a. Manfaat Akademis

1) Bagi penulis yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai masalah yang diteliti dan sebagai pembanding antara teori

yang didapatkan dalam perkuliahan dengan praktik di lapangan.

2) Dapat menambah khasanah pengetahuan dan referensi sebagai bahan

kajian lebih lanjut, khususnya bagi mahasiswa dan mahasiswi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menghasilkan manfaat sebagai berikut :

1) Bagi pihak perusahaan, yaitu Unit Syariah PT. Asuransi Umum

Bumiputera Muda 1967, diharapkan hasil penelitian ini berfungsi

sebagai bahan pertimbangan dalam mengoptimalkan tingkat

Page 26: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

10

solvabilitas perusahaan dan hal-hal yang terkait dengan akuntansi

asuransi syariah.

2) Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

informasi agar lebih berpartisipasi secara aktif dalam memajukan

pertumbuhan ekonomi Islam di Indonesia.

D. Review Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan pada

penelitian ini antara lain :

1. Penelitian terdahulu yang berjudul ”Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan

PT. Asuransi Takaful Umum periode 2005-2007 (RBC)”, oleh Omi Dauna

Yanti pada tahun 2008. Dengan hasil Penelitian menunjukkan tingkat

solvabilitas PT. Asuransi Takaful Umum terus mengalami kenaikan dari tahun

2005-2007, masing-masing Rp. 21.560,81 miliar, Rp. 30.387,41 miliar, Rp.

34.942,08 miliar. Begitu juga dengan jumlah BTSM terus mengalami

kenaikan dari tahun 2005-2007, masing-masing Rp. 12.190,62 miliar, Rp.

13.429,31 miliar, Rp. 18.290,66 miliar. Dengan kata lain batas tingkat

sovabilitas PT. Asuransi Takaful Umum sebesar dari tahun 2005-2007

masing-masing yaitu 176,86%, 226,28%, dan 191,04 %. Sehingga PT.

Asuransi Takaful Umum pada tahun 2005-2007 dapat dikategorikan ”sehat”.

2. Penelitian terdahulu yang berjudul ”Dampak Penerapan Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108 Pada Strategi Investasi PT.

Page 27: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

11

Asuransi Takaful Umum”, oleh Dara Dewisinta Anggraeni, mahasiswi

pascasarjana Universitas Indonesia (UI), Program Studi Timur Tengah dan

Islam, Kekhususan Ekonomi dan Keuangan Syariah, pada Juli 2009. Dalam

penelelitian tersebut dilakukan pengujian apakah ada perbedaan yang berarti

antara return investasi portofolio yang belum dipisahkan dengan return

portofolio yang sudah dipisahkan menjadi portofolio investasi dana tabarru

dan portofolio investasi dana pengelola, serta apakah ada perbedaan yang

berarti antara return investasi portofolio dana tabarru dan return portofolio

dana pengelola. Data yang digunakan adalah data imbal hasil dari masing-

masing instrumen yang digunakan dari tahun 2007 sampai dengan bulan Mei

2009. Metode penelitian yang digunakan yaitu uji hipotesis dengan metode

statistik uji t berpasangan (Paired Sample t Test) dengan dua uji hipotesis dua

sisi (Two Tailed Test). Hasil uji hipotesis ditemukan bahwa terdapat

perbedaan yang berarti antara return portofolio investasi yang belum

dipisahkan dengan return portofolio investasi yang sudah dipisahkan dengan

hasil akhir lebih baik dipisahkan dengan strategi optimalisasi return.

Sedangkan return investasi portofolio dana tabarru dan dana pengelola tidak

terdapat perbedaan yang berarti.

3. Penelitian terdahulu yang berjudul ”Analisis Kesehatan PT. Bank

Muamalat Indonesia Berdasarkan Tingkat Likuiditas, Solvabilitas, dan

Profitabilitas” oleh Aditya Alham pada tahun 2006. Dengan hasil penelitian

bahwa bank Muamalat Indonesia tahun 2002-2005 dalam keadaan illikuid,

Page 28: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

12

namun dari sisi solvabilitas, dari periode 2002-2005 telah dapat memenuhi

syarat kecukupan modal minimum yang telah ditetapkan BI, namun modal

yang ada belum dapat meng-cover kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh

penurunan aktiva, tetapi telah dapat mengatasi 50% akan kewajiban jangka

panjangnya. Dan berdasarkan analisis profitabilitas menunjukkan bahwa

selama periode 2002-2005, BMI telah dapat mendapat profit yang cukup

besar hampir mendekati angka 100%. Kebijakan untuk memperbesar jumlah

pembiayaan yang diberikan telah berdampak positif terhadap tingkat

pendapatan yang sebagian besar berasal dari pendapatan bagi hasil dan

pendapatan jual beli.

Hal yang membedakan penelitian - penelitian tersebut dengan penelitian

yang dilakukan penulis adalah bahwa penulis lebih memfokuskan pada tingkat

RBC Perusahaan Asuransi Umum Syariah atas penerapan PSAK 108. Hal

tersebut berbeda dengan penelitian nomor ke-1 di atas yang menggunakan metode

RBC atas laporan keuangan sebelum adanya penerapan regulasi PSAK 108. Hal

tersebut juga berbeda dengan penelitian nomor ke-2 di atas yaitu, lebih

memfokuskan pada strategi investasi perusahaan Asuransi Syariah sebagai

dampak dari penerapan PSAK 108. Hal tersebut juga berbeda dengan penelitian

nomor ke-3 terkait dengan analisis rasio pada industri perbankan syariah.

Page 29: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

13

E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

1. Kerangka Teori

Tinjauan teoritis yang terkait pada penelitian ini diantaranya mengenai

ruang lingkup akuntansi syariah dan PSAK 108, asuransi syariah itu sendiri, serta

mengenai Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) perusahaan asuransi

syariah.

Menurut American Accounting Association dalam buku ”A Statement of

Basic Accounting Theory”, pengertian akuntansi adalah proses

mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk

memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka

yang menggunakan informasi tersebut.8

Sedangkan pengertian akuntansi syariah yaitu suatu kegiatan identifikasi,

klarifikasi, pendataan, dan pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait

dengan transaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan

ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum,

riba, maisir, gharar, barang yang diharamkan, dan membahayakan.9 Landasan

syar’i terkait akuntansi syariah tersebut yaitu terdapat dalam firman Allah SWT

QS. Al-Baqarah ayat 282.

8 Muhammad, Prinsp – Prinsip Akuntansi Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: UII Press, 2000),

h. 34 9 Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syariah, (Jakarta: Renaisan,2005), h. 13-14

Page 30: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

14

Landasan syar’i tersebut memberikan isyarat bahwa keberadaan akuntansi

dalam sebuah lembaga keuangan syariah menjadi wajib adanya, tak terkecuali

pada industri asuransi syariah. Sistem akuntansi bertujuan menghasilkan laporan

keuangan sebagai informasi bagi para pemakainya. Dalam proses akuntansi

tersebut terdapat sebuah standar akuntansi yang mengaturnya. PSAK 108

merupakan standar akuntansi keuangan yang bertujuan untuk mengatur

pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi asuransi syariah

yaitu yang terkait dengan kontribusi peserta, alokasi surplus atau defisit

underwriting, penyisihan teknis, dan cadangan dana tabarru’.10 Dengan

demikian, adanya sebuah pemisahan antara dana tabarru’ dan dana pengelola

adalah keharusan dalam pelaporan keuangan Asuransi Syariah.

Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan nomor 424/KMK.06/2003

bahwa tingkat kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi salah

satunya diukur dengan rasio solvabilitas (RBC) sebesar 120%. Ada 6 variabel

terkait penghitungan rasio tersebut bagi asuransi umum syariah, antara lain:

a. Tingkat Solvabilitas :

1) Kekayaan yang dimiliki perusahaan.

2) kewajiban perusahaan.

10 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, IAI. PSAK 108.

Page 31: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

15

b. Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) :11

1) kegagalan pengelolaan kekayaan;

2) ketidak-seimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam

setiap jenis mata uang;

3) perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang

diperkirakan;

4) ketidak-mampuan reasuradur untuk memenuhi kewajiban

membayar klaim.

2. Kerangka Konsep

PSAK 108 Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967

Laporan Keuangan Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Periode Triwulan I 2009 – Triwulan I 2010

Tingkat solvabilitas

Tingkat Solvabilitas Minimum, Metode RBC Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda

1967 Periode Triwulan I 2009 – Triwulan I 2010

BTSM

11 Peraturan Ketua Bapepam dan LK nomor PER-2/BL/2009 tentang Pedoman

Perhitungan BTSM.

Page 32: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

16

F. Metode Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Unit Syariah PT. Asuransi

Umum Bumiputera Muda 1967 yang berlokasi di Jl. Wolter Mongonsidi No.

43 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12180, terhitung dari tanggal 22 Maret

2010 – 20 Agustus 2010.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu sebagai

kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab pertanyaan

yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu

penelitian.12 Penelitian dekriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau

menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya, sehingga memberikan gambaran

yang jelas tentang situasi-situasi di lapangan apa adanya.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Kuantitatif karena data-data yang

diperoleh dalam bentuk angka-angka pada sebuah laporan keuangan

perusahaan asuransi syariah. Kualitatif karena data-data yang dipeoleh

berdasarkan buku-buku, majalah, koran, kajian pustaka terdahulu, serta artikel

12 Consuelo G. Sevila, Pengantar Metode Pneletian (Jakarta : UI-PRESS, 1993). H. 71

Page 33: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

17

yang dikumpulkan penulis dan berhubungan dengan permasalahan dalam

pembahasan skripsi ini.

4. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dalam bentuk

laporan keuangan perusahaan asuransi syariah dan data kualitatif berupa

literature-literatur kepustakaan, koran, artikel, dan sebagainya.

b. Sumber Data

1) Data primer, bersumber dari observasi langsung pada Unit Syariah

PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, berupa :

a) Company profile Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera

Muda 1967.

b) Laporan Keuangan periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010 Unit

Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967.

2) Data sekunder, bersumber dari buku-buku, koran, majalah, website,

penelitian terdahulu, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang

mengandung informasi yang berhubungan dengan masalah yang

dibahas.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu penulis mengadakan

penelitian terhadap literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian

Page 34: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

18

skripsi ini, berupa skripsi terdahulu, buku-buku, majalah, surat kabar,

artikel, buletin, brosur, internet, dan sebagainya

b. Penelitian lapangan (field research), yakni penulis mengumpulkan data

secara langsung ke tempat objek penelitian. Teknik pengumpulan data

dengan melalui dua cara , yaitu :

2) Observasi, yaitu dengan observasi ke Unit Syariah PT. Asuransi

Umum Bumiputera Muda 1967 untuk mendapatkan data yang valid

bagi penelitian ini.

2) Wawancara (interview), yaitu pengumpulan informasi dengan

mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak yang terlibat dengan

penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

6. Teknik Analisis Data

Data-data yang telah terkumpul, kemudian diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif berupa

kata-kata atau simbol, untuk selanjutnya dilakukan content analysis (riset

dokumen), karena pengumpulan data dan informasi akan dilakukan melalui

pengujian arsip dan dokumen.

Setelah semua data terkumpul dan telah dilakukan content analysis, maka

penulis melanjutkan tahap analisis dengan menggunakan metode deskriptif

analysis. Pada tahap ini, data dideskripsikan dan dianalisis sedemikian rupa

Page 35: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

19

sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat digunakan

untuk menjawab persoalan dalam penelitian ini. Dalam penghitungan tingkat

solvabilitas minimum dengan menggunakan metode RBC, data yang

digunakan adalah Laporan Keuangan Unit Syariah PT. Asuransi Umum

Bumiputera Muda periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010.

7. Pedoman Penulisan Skripsi

Adapan teknik penulisannya, penulis menggunakan buku “Pedoman

Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

Penulis membagi penulisan skripsi ini menjadi ke dalam 5 (lima) bab dan

terdiri atas beberapa sub bab. Susunan Bab tersebut secara sistematis adalah

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang permasalahan, pembatasan dan

perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, kajian

pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep, metode penelitian serta

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Tinjauan teoritis ini memuat deskripsi mengenai teori – teori yang

digunakan dalam proses penelitian dan pembahasan. Dalam hal ini,

Page 36: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

20

teori – teori yang diuraikan antara lain pengertian asuransi syariah,

ruang lingkup akuntansi syariah dan akuntansi asuransi umum syariah,

gambaran umun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108

serta RBC dan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM).

BAB III GAMBARAN UMUM UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM

BUMIPUTERA MUDA 1967

Dalam bab ini dibahas mengenai gambaran umum Unit Syariah PT.

Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967. Terdiri dari profil Unit

Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, visi dan misi,

struktur organisasi, tujuan, produk – produk asuransi, dan sebagainya.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

Dalam bab ini akan dibahas antara lain analisa Tingkat solvabilitas

minimum metode RBC Unit Syariah PT Asuransi Umum Bumiputera

Muda 1967 Periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010, manganalisa

parameter tingkat solvabilatas minimum yang cocok bagi entitas

asuransi syariah, serta deskripsi kendala-kendala Unit Syariah PT.

Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian rasio

Solvabilitas Minimum sesuai peraturan Bapepam-LK no. PER-

2/BL/2009, jika menerapkan PSAK 108.

Page 37: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

21

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisa dan pembahasan yang

telah dilakukan dan berdasarkan kesimpulan tersebut akan diberikan

saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi perusahaan yang diteliti.

Page 38: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

22

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Asuransi Syariah

1. Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah

Secara bahasa, kata asuransi berasal dari bahasa Belanda yaitu assurantie,

yang dalam hukum belanda disebut Verzekering, yang artinya pertanggungan.13

Sementara pangertian asuransi (konvensional) secara istilah telah banyak

diungkapkan oleh para tokoh, antara lain :

Mark R. Greene mendefinisikan asuransi sebagai institusi ekonomi yang

mengurangi risiko dengan menggabungkan di bawah satu manajemen dan

kelompok objek dalam suatu kondisi sehingga kerugian besar yang terjadi yang

diderita oleh suatu kelompok yang tadi dapat diprediksi dalam lingkup yang lebih

kecil.14

Menurut Drs. H. Abbas Salim, M.A, yang dimaksud dengan asuransi

adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang

sudah pasti sebagai pengganti (subtitusi) kerugian-kerugian besar yang belum

pasti.15

13 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (life and general), (Jakarta: Gema Insani

Pers, 2004) h.26 14 Ibid., h. 26-27 15 Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2005), h.1

Page 39: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

23

Jadi dalam asuransi konvensional, asuransi adalah sebuah mekanisme

perpindahan risiko yang oleh suatu organisasi dapat diubah dari tidak pasti

menjadi pasti. Ketidakpastian mencakup faktor-faktor antara lain, apakah

kerugian akan muncul, kapan terjadinya, dan seberapa besar dampaknya dan

berapa kali kemungkinan terjadi dalam satu tahun. Asuransi memberikan peluang

untuk menukar kerugian yang tidak pasti ini menjadi suatu kerugian yang pasti

yakni premi asuransi.16

Selain definisi-definisi di atas, pemerintah secara formal dalam

regulasinya, UU no. 2 tahun 1992 mendefinisikan bahwa asuransi atau

pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak

penanggung mengikatkan diri dengan tertanggung, dengan menerima premi

asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,

kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab

hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul

dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran

yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang

dipertanggungkan.17

16 Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik, (Jakarta : Gema Insani Pers,

2005), h. 4 17 Undang - undang no. 9 tahun 1992, tentang Usaha Perasuransian.

Page 40: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

24

Dari definisi tersebut ada 3 (tiga) unsur terkait asuransi konvensional,

antara lain18 :

Unsur 1 : Pihak tertanggung berjanji membayar uang premi kepada

pihak penanggung, sekaligus/berangsur-angsur.

Unsur 2 : Pihak penanggung berjanji akan membayar sejumlah uang

kepada pihak tertanggung sekaligus atau berangsur-angsur,

apabila terlaksana unsur ke-tiga.

Unsur 3 : Suatu peristiwa yang semula belum jelas akan terjadi.

Asuransi syariah sebagai lembaga keuangan non-bank merupakan bentuk

adanya pengembangan pada praktik mu’amalah. Dalam kajian fiqh mu’amalah,

terdapat sebuah kaidah fiqh : :

Artinya : “Hukum asal transaksi dan muamalah adalah boleh sampai ada dalil yang mengharamkannya”19

Kaidah fiqih dalam muamalah di atas memberikan arti bahwa dalam

kegiatan muamalah yang notabene urusan ke-dunia-an, manusia diberikan

kebebasan sebebas-bebasnya untuk melakukan apa saja yang bisa memberikan

manfaat kepada dirinya sendiri, sesamanya dan lingkungannya, selama hal

tersebut tidak ada ketentuan yang melarangnya.20

18 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, Keberadaan dan Kelebihannya ditengah Asuransi

Konvensional, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2006),h. 7 19 Jalal al-Din, al-Suyuti, al-Asybah wa al-Nazhair, (Beirut : Dar al-Fikr, tth) h. 64 20 Hadypradipta, ”Fiqih Muamalah”, artikel diakses pada 11 Februari 2010 dari

http://hadypradipta.blog.ekonomisyariah.net/2009/01/06/fiqih-muamalah/.

Page 41: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

25

Dalam bahasa Arab, kata asuransi disebut at-ta’min, takaful, dan at-

tadhamun yang bermakna saling melindungi, saling tolong-menolong, dan saling

menanggung. DSN-MUI dalam fatwanya menyatakan bahwa Asuransi Syariah

(Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-

menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan

/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko

tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.21

Dari definisi tersebut jelas bahwa dalam menanggung kemungkinan

terjadinya risiko, para peserta asuransi bersama-sama mendermakan hartanya

dalam bentuk dana tabarru’ dan menggunakannya untuk membantu salah satu

peserta yang tertimpa musibah atau risiko. Sehingga letak perbedaan antara

asuransi syariah dan asuransi konvensional adalah pada bagaimana risiko itu

dikelola dan ditanggung dan bagaimana dana asuransi syariah dikelola. Perbedaan

lain terletak pada hubungan antara operator (penanggung) dengan peserta

(tertanggung), dimana asuransi syariah pengaturan pengelolaan risikonya

memenuhi ketentuan syariah, tolong menolong secara mutual yang melibatkan

peserta dan operator.22 Lebih Jauh Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS

membedakan asuransi konvensional dengan asuransi syariah, yaitu :23

21 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001. Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.

22 Muhaiman Iqbal, Op., Cit., h. 2 23 Sula, Op., cit., h. 326

Page 42: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

26

Tabel 2.1

Perbedaan antara Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah

No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah 1 Aspek Syar’i Tidak selaras dengan syariah

Islam karena adanya Maisir, Gharar, dan Riba; hal yang diharamkan dalam mu’amalah

Bersih dari adanya praktik Gharar, Maisir, dan Riba.

2 Akad Akad jual beli (akad mu’awadah, akad idz’aan, akad gharar, dan akad mulzim)

Akad tabarru dan akad tijarah (mudharabah, mudharabah mustarakah, wakalah bil ujrah, dan sebagainya).

3 Management of Risk

Transfer of Risk, dimana terjadi transfer risiko dari tertanggung kepada penanggung.

Sharing of Risk, dimana terjadi proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya (ta’awun)

4 DPS (Dewan Pengawas Syariah)

Tidak ada, sehingga dalam banyak praktiknya bertentangan dengan kaidah syara’.

Ada, yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan operasional perusahaan agar terbebas dari praktik-praktik muamalah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

Sumber : Muhammad Syakir Sula. Asuransi Syariah (Life and General). ,h. 326

2. Landasan Hukum Asuransi Syariah

Seperti telah diketahui bersama, asuransi syariah belum memiliki fondasi

hukum yang kuat, karena hanya diatur oleh regulasi dalam bentuk Keputusan

Menteri Keuangan (KMK). Hal ini turut mempengaruhi kinerja perusahaan

Page 43: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

27

asuransi syariah yang masih terpaku dan tunduk pada peraturan (hukum positif).24

Kerangka acuan asuransi syariah dalam operasionalnya antara lain :

a) Fatwa DSN-MUI no. 21/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman

Pelaksanaan Operasional Asuransi Syariah.

b) Fatwa DSN-MUI no. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah

Musytarakah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah

c) Fatwa DSN-MUI no. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil

Ujrah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah

d) Fatwa DSN-MUI no. 53/DSN-MUI/IV/2006 tentang Akad Tabarru Pada

Asuransi dan Reasuransi Syariah

e) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 18/PMK.010/2010 tentang

Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha

Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.

Peraturan-peraturan tersebutlah yang selama ini menjadi acuan perusahaan

asuransi syariah dalam menjalankan operasionalnya. Selain itu, landasan hukum

normatif yang menjadi acuan perusahaan asuransi syariah dalam menjalankan

usahanya secara syariah yaitu :

a) Al-Qur’an

Pada dasarnya al-Qur’an tidak menyebutkan secara tegas praktik asuransi

syariah, terindikasi dari tidak munculnya istilah al-ta’min secara nyata dalam al-

24 Abdul Ghoni dan Erny Arianty. Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan

Praktek, (Jakarta: Insco Consulting.2007)., h.13

Page 44: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

28

Qur’an. Walaupun demikian, al-Qur’an masih mengakomodir ayat-ayat yang

memiliki nilai-nilai dasar dalam praktik asuransi syariah, seperti nilai dasar

tolong-menolong, kerja sama, atau semangat untuk melakukan proteksi terhadap

peristiwa kerugian di masa mendatang.25

Nilai dasar tolong-menolong dan bekerja sama (Q.S. al-Maidah ayat 2)

⌧ Artinya : ”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”

Nilai dasar semangat untuk melakukan proteksi terhadap kerugian di masa

mendatang (Q.S. al-Hasyr ayat 18)

☺ ☺

Artniya : ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

b) Sunnah Nabi

Rasulullah SAW, sangat memperhatikan kehidupan yang akan terjadi di

masa mendatang. Meninggalkan ahli waris (keluarga) yang berkecukupan materi,

25 AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam ; Suatu Tinjauan Analisis

Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 105

Page 45: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

29

dalam pandangan Rasulullah sangatlah baik daripada meninggalkan mereka

dalam keadaan terlantar. Seperti dalam sabdanya :

Artinya : ” Diriwayatkan dari Amr bin Sa’ad bin Abi Waqasy, telah bersabda Rasulullah SAW.: Lebih baik jika engkau meninggalkan anak-anakmu (ahli waris) dalam keadaan kaya raya daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin (kelaparan) yang meminta-minta kepada manusia lainnya.”

3. Implementasi Akad Tabarru’ dan Wakalah bil Ujrah Pada Asuransi

Umum Syariah

Perusahaan asuransi kerugian (umum) adalah perusahaan yang

memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan

manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari

peristiwa yang tidak pasti.26 Dalam polis asuransi dan perjanjian reasuransi

dengan prinsip syariah wajib mengandung akad tabarru’ dan akad tijarah.27

Akad yang menjadi fokus utama dalam business process Asuransi Umum

Syariah adalah akad tabarru’ dan akad wakalah bil Ujrah. Adapun mengenai

akad mudharabah, mudharabah musytarakah merupakan akad yang

diimplementasikan dalam kegiatan investasi saja. Lain halnya dengan perusahaan

asuransi jiwa yang memang dalam produk asuransinya ada yang mengandung

unsur saving dan ada yang tidak.

26 Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 1992, Tentang Usaha Perasuransian, Pasal 1 Ayat

(5) 27 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010, Tentang Dasar

Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah, Pasal 7.

Page 46: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

30

a) Akad Tabarru’ Pada Asuransi Umum Syariah

Tabarru’ berasal dari kata tabarra’a, yatabarra’u, tabarru’an artinya

sumbangan, hibah, dana kebajikan, atau derma. Orang yang memberi sumbangan

disebut mutabarri’ (dermawan). Niat tabarru’ (dana kebajikan/hibah) dalam akad

asuransi syariah adalah alternatif uang sah yang dibenarkan oleh syara dalam

melepaskan diri dari praktik gharar yang diharamkan oleh Allah Swt. Dalam

konteks akad pada asuransi syariah, tabarru’ bermaksud memberikan dana

kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu diantara peserta jika

ada yang mendapat musibah, dan dana tersebut ditempatkan secara terpisah pada

rekening sekaligus pencatatannya dari dana pengelola (perusahaan asuransi

syariah).28

Jadi, dana tabarru’ merupakan dana kolektif di antara peserta yang hanya

boleh digunakan untuk kepentingan peserta saja seperti klaim, cadangan tabarru’

dan reasuransi syariah. Dana tabarru ini dapat diinvestasikan oleh perusahaan

sebagai pihak pengelola, dan jika terdapat surplus dari investasi dana tabarru’ ini

akan dimasukkan ke rekening dana tabarru’ peserta dan pihak pengelola

mendapatkan upah/ bagi hasil sesuai dengan akad yang disepakati (wakalah bil

ujrah, mudharabah, atau mudaharabah musytarakah).29 Selain itu, jika terdapat

28 Sula, Op., Cit., h. 35-36 29 Fatwa DSN-MUI No. 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru’ Pada Asuransi

Syariah.

Page 47: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

31

surplus dari dana tabarru’, penetapan besaran pembagiannya tergantung kepada

peserta kolektif, regulator atau kebijakan manajemen :30

1) seluruh surplus sebagai cadangan dana tabarru’,

2) sebagian sebagai cadangan dana tabarru’, dan sebagian lainnya

didistribusikan kepada peserta; atau,

3) sebagian sebagai cadangan tabarru’, sebagian didistribusikan kepada

peserta, dan sebagian lainnya didistribusikan kepada entitas pengelola.

b) Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Umum Syariah

Dalam konteks asuransi syariah akad wakalah bil ujrah adalah pemberian

kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dan

atau melakukan kegiatan lain seperti, administrasi, pengelolaan dana, pembayaran

klaim, underwriting pengelolaan portofolio risiko, pemasaran, dan investasi,

dimana perusahaan mendapatkan imbalan dalam bentuk ujrah/fee karena jasanya

tersebut.31

Alur dari akad wakalah bil ujrah ini diawali dari kontribusi peserta yang

diterima oleh perusahaan asuransi syariah, lalu dipisah menjadi 2, yaitu ke dana

peserta (tabarru’) dan dana pengelola sebagai ujrah. Dana tabarru yang

terkumpul selanjutkan digunakan untuk hal-hal seperti yang telah disebutkan pada

pembahasan akad tabarru diatas. Jika terdapat defisit pada dana tabarru, maka

30 Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK 108 tentang Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah. 31 Fatwa DSN-MUI No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Wakalah bil Ujrah Pada

Asuransi Syariah.

Page 48: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

32

perusahaan memberikan pinjaman dari dana pengelola dengan akad qardh. Dalam

hal ini, akad wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) sehingga perusahaan

sebagai wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan

mengurangi fee yang telah diterimanya kecuali karena kecerobohannya atau

wanprestasi. ( lihat kembali Fatwa DSN-MUI No. 52/DSN-MUI/iii/2006). Untuk

lebih jelasnya mengenai alur/ business process pada asuransi syariah lihatlah

ilustrasi 2.1 dibawah ini.

Ilustrasi 2.1

Syariah Business Process

Sumber : PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967

Biaya Operasional, Marketing, Gaji Karyawan, dsb 

Kontribusi

Premi

* Implementasi Fatwa DSN MUI   No.52/DSN‐MUI/III/2006: Akad Wakalah bil Ujrah PSAK 108 dan PMK 18/2010 

x%  of Premi 

Dana 

Tabarru

(+) Bagian Pendapatan Operator (Perusahaan) 

Ujrah 

Investasi 

Hasil Investasi

x% of  DanaTabarru 

Mudharabah (1‐x)% of HI 

Beban Tabarru

Surplus Tabarru 

Alokasi  67,5% of Surplus 

Alokasi  30% of Surplus 

Bagian  Peserta 

(+) 

(‐) 

(‐) Klaim (‐) Tabarru R/A (+) Alokasi Waad  R/A (‐) Penyisihan Teknis 

(1‐x)%  of Premi 

SYARIAH BUSINESS PROCESS*BUMIDA SYARIAH 

Mudharabah x% of HI 

Alokasi  2,5% of Surplus 

Cad. DanaTabarru 

Page 49: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

33

B. Akuntansi Asuransi Syariah

AICPA (American Institute of Certified Public Accountant)32

mendifinisikan bahwa akuntansi (konvensional) adalah seni pencatatan,

penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran

moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan

termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.

Akuntansi syariah secara umum tidak jauh berbeda dengan konvensional

dalam hal siklus (proses) akuntansinya. Yaitu diawali dari pencatatan transaksi

ke dalam jurnal, kemudian masing-masing akun dalam jurnal diposting ke buku

besar hingga terbentuk saldo dari masing-masing akun tersebut yang kemudian

disesuaikan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Meskipun secara

teknis tidak jauh berbeda namun secara konsep akuntansi syariah berbeda dengan

akuntansi konvensional. (Lihat ilustrasi 2.2)

Ilustrasi 2.2

Proses Siklus Akuntansi33

Bukti Transaksi

Buku Besar

Neraca Lajur

Laporan Keuangan Jurnal

32 Muhammad, Op., Cit. h. 34 33 Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), h. 26

Page 50: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

34

Dalam bahasa Arab, akuntansi disebut muhasabah34 yang berasal dari

kata hasaba, hasibah, muhasabah yang artinya menimbang, memperhitungkan,

mengkalkulasi, mendata, atau menghisab. Sedangkan secara terminologi

akuntansi syariah yaitu suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi, pendataan, dan

pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait dengan transaksi keuangan

sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan ekonomi berdasarkan

prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum, riba, maisir, gharar,

barang yang diharamkan, dan membahayakan.35

Landasan Syar’i mengenai akuntansi syariah terdapat dalam al-Qur’an

surat al-Baqarah ayat 282 :

Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah

34 Hasbi Ramli, Op., Cit., h. 12 35 Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syariah, h. 13-14

Page 51: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

35

mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”(Q.S. al-Baqarah : 282)

Berdasarkan ayat tersebut di atas, terkandung tiga prinsip umum bagi

akuntansi syariah, antara lain :36

1. Prinsip pertanggungjawaban.

Di kalangan masyarakat muslim, pertanggungjawaban selalu berkaitan

dengan konsep amanah. Banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang

proses pertanggungjawaban manusia sebagai pelaku amanah Allah di muka

bumi. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang

terlibat dalam praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban

mengenai apa yang telah diperbuat kepada pihak-pihak terkait. Wujud

pertanggungjawabannya biasanya dalam bentuk laporan akuntansi.

2. Prinsip keadilan

Dalam konteks akuntansi, menegaskan kata adil dalam ayat 282 surat al-

Baqarah secara sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan

oleh perusahaan dicatat dengan benar.

36 Muhammad, Pengantar Akuntansi Syari;ah, (Jakarta : Salemba Empat, 2002), h. 11

Page 52: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

36

3. Prinsip kebenaran

Prinsip ini tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. Kebenaran di

dalam al-Qur’an tidak diperbolehkan untuk dicampuradukkan dengan

kebathilan. Sebab al-Qur’an telah mengggariskan bahwa ukuran, alat atau

instrumen untuk menetapkan kebenaran tidaklah didasarkan pada nafsu.

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa proses akuntansi baik

akuntansi syariah maupun konvensional secara umum tidak ada perbedaan,

diawali dengan proses pencatatan transaksi ke dalam jurnal sampai akhirnya

tercipta sebuah laporan keuangan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)37

yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari

posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas. Laporan keuangan

tersebut menurut SAK yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.38

Dalam entitas asuransi syariah, laporan keuangan yang harus disajikan

cakupannya lebih luas dibandingkan asuransi konvensional, meliputi :

1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

2. Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’

37 Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan; Penyajian Laporan

Keuangan Syariah, (Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI, 2006), Ed. PSAK no. 101, h. 101.2 38 Http ://id.wikipedia.org/wiki/2008/02/laporan-keuangan.html diakses pada 24 Mei

2010.

Page 53: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

37

3. Laporan Laba Rugi Dana Pengelola

4. Laporan Perubahan Ekuitas

5. Laporan Perubahan Dana Tabarru’

6. Laporan Arus Kas

7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat

8. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

C. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 10839

Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang bertujuan untuk

memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai kekayaan,

kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban,

serta informasi lainnya yang relevan dibutuhkan adanya sebuah standar penyajian

keuangan tersebut. Di Amerika standar tersebut yaitu General Accepted

Accounting Principle (GAAP), sedangkan di Indonesia sendiri yaitu Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia

(IAI).40

Standar Akuntansi Keuangan merupakan sebuah acuan yang sangat vital

dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, karena pada sebuah industri,

khususnya asuransi syariah, membangun kepercayaan bagi nasabah (peserta)

menjadi kunci sukses dalam pengembangan ke depan. Asuransi syariah harus

39 Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, PSAK 108. 40 Sofyan Syafri Harahap, Op., Cit., h. 57

Page 54: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

38

dapat menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan serta

transparansi laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.41

PSAK 108 yang berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup

periode laporan yang dimulai atau setelah tanggal 1 Januari 2010 adalah Standar

Akuntansi Keuangan yang bertujuan mengatur pengakuan, pengukuran,

penyajian, dan pengungkapan transaksi asuransi syariah. Transaksi asuransi

syariah yang dimaksud adalah transaksi yang terkait dengan kontribusi pesrta,

alokasi surplus atau defisit underwriting, penyisihan teknis, dan cadangan dana

tabarru’.

Transaksi asuransi syariah lazimnya dilakukan oleh entitas asuransi

syariah. Entitas Asuransi Syariah yang dimaksud antara lain terdiri dari Asuransi

Umum Syariah, Asuransi Jiwa Syariah, Reasuransi Syariah, dan Unit Usaha

Syariah dari entitas asuransi dan reasuransi konvensional. Sebagaimana telah

diketahui bahwa asuransi syariah merupakan perusahaan dengan sistem 2 entitas,

yaitu entitas dana peserta dan dana pengelola.

PSAK 108 mendefinisikan asuransi syariah yaitu sistem menyeluruh yang

pesertanya mendonasikan (men-tabarru’-kan) sebagian atau seluruh

kontribusinya untuk membayar klaim atas risiko tertentu akibat musibah pada

jiwa, badan, atau benda yang dialami oleh peserta yang berhak. Donasi tersebut

41 Abdul Ghoni dan Erny Arianty. Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan

Praktek, h. 12

Page 55: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

39

merupakan donasi dengan syarat tertentu dan merupakan milik peserta secara

kolektif, bukan merupakan pendapatan entitas pengelola.

Beberapa hal yang diatur PSAK 108 terkait transaksi asuransi syariah,

antara lain :

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN:

2. Pengakuan Awal

a) Kontribusi42 dari peserta diakui sebagai bagian dari dana tabarru’ dalam

dana peserta.43

b) Bagian pembayaran dari peserta untuk investasi diakui sebagai :

1) dana syirkah temporer jika menggunakan akad mudharabah atau

mudharabah musytarakah; dan atau

2) kewajiban jika menggunakan akad wakalah

c) Pada saat entitas asuransi menyalurkan dana investasi yang menggunakan

akad wakalah bil ujrah, entitas mengurangi kewajiban dan melaporkan

penyaluran tersebut dalam laporan perubahan dana investasi terikat.

d) Bagian kontribusi untuk ujrah/fee diakui sebagai pendapatan dalam

laporan laba rugi dan menjadi beban dalam laporan surplus defisit

underwriting dana tabarru’.

42 Kontribusi adalah jumlah bruto yang menjadi kewajiban peserta untuk porsi risiko dan

ujrah. 43 Dana peserta adalah semua dana baik berupa dana tabarru’ maupun dana investasi.

Page 56: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

40

3. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal

Surplus dan Defisit Underwriting Dana Tabarru’

a) Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada

peserta dan bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan

kepada entitas pengelola diakui sebagai pengurang surplus dalam laporan

perubahan dana tabarru’.

b) Surplus underwriting dana tabarru’ yang diterima entitas pengelola diakui

sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi, dan surplus underwriting

dana tabarru yang didistribusikan kepada peserta diakui sebagai kewajiban

dalam neraca.

c) Pinjaman qard dalam neraca dan pendapatan dalam laporan surplus defisit

underwriting dana tabarru diakui pada saat entitas asuransi menyalurkan

dana talangan sebesar jumlah yang disalurkan.

Penyisihan Teknis (Technical Provision)

a) Penyisihan teknis diakui pada saat akhir periode pelaporan sebagai beban

dalam laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’

b) Penyisihan teknis diukur sebagai berikut :

1) penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak dihitung menggunakan

metode yang berlaku dalam industri perasuransian.

Page 57: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

41

2) Klaim yang masih dalam proses44 diukur sebesar jumlah estimasi

klaim yang masih dalam proses oleh entitas pengelola. Jumlah

estimasi tersebut harus mencukupi untuk mampu memenuhi klaim

yang terjadi dan dilaporkan sampai dengan akhir periode pelaporan,

setelah mengurangkan bagian reasuransi dan bagian klaim yang telah

dibayarkan.

3) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan45 diukur sebesar jumlah

estimasi klaim yang diekspektasikan akan dibayarkan pada tanggal

neraca berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang terkait dengan

klaim yang paling kini yang dilaporkan dan metode statistik.

Cadangan Dana Tabarru’46

a) Cadangan dana tabarru’ diakui pada saat dibentuk sebesar jumlah yang

dianggap mencerminkan kehati-hatian (deemed prudent) agar mencapai

tujuan pembentukannya yang bersumber dari surplus underwriting dana

tabarru’.

44 Klaim yang masih dalam proses (Outstanding claims) adalah jumlah beban penyisihan

untuk klaim yang terjadi dan dilaporkan sampai akhir periode berjalan yang diperkirakan akan dibayar pada periode mendatang.

45 Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan adalah jumlah penyisihan untuk klaim

yang terjadi, tetapi belum dilaporkan sampai akhir periode berjalan. 46 Cadangan dana tabarru’ adalah cadangan yang dibentuk dari surplus underwriting

yang tidak dibagikan kepada peserta dan kepada entitas pengelola.

Page 58: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

42

b) Pada akhir periode pelaporan, jumlah yang diperlukan untuk mencapai

saldo cadangan dana tabarru’ yang dibutuhkan diperlakukan sebagai

penyesuaian atas surplus underwriting dana tabarru’.

PENYAJIAN

1) Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada

peserta disajikan secara terpisah pada pos “bagian surplus underwriting dana

tabarru’ yang didistribusikan kepada peserta” dana bagian surplus yang

didistribusikan kepada entitas pengelola disajikan secara terpisah pada pos

”bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada

pengelola” dalam laporan perubahan dana tabarru’.

2) Penyisihan teknis disajikan secara terpisah pada kewajiban dalam neraca.

3) Dana tabarru’ disajikan sebagai dana peserta yang terpisah dari kewajiban dan

ekuitas dalam neraca (laporan posisi keuangan).

4) Cadangan dana tabarru’ disajikan secara terpisah pada laporan dana tabarru’.

PENGUNGKAPAN

1) Entitas pengelola mengungkapkan terkait kontribusi, mencakup tetapi tidak

terbatas pada :

a) Kebijakan akuntansi untuk :

(i) kontribusi yang diterima dan perubahannya;

(ii) pembatasan polis asuransi dan konsekuensinya

b) piutang kontribusi dari peserta, entitas asuransi, dan reasuransi

c) Rincian kontribusi berdasarkan jenis asuransi

Page 59: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

43

d) Jumlah dan persentase komponen kontribusi untuk bagian risiko dan ujrah

dari total kontribusi per jenis asuransi

e) Kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana tabarru’, dan

f) Jumlah pinjaman (qardh) untuk menutup defisit underwriting (jika ada).

2) Entitas pengelola mengungkapkan terkait dengan dana investasi, mencakup

tetapi tidak terbatas pada :

a) Kebijakan akuntansi untuk pengelolaan dana investasi yang berasal dari

peserta; dan

b) Rincian jumlah dana investasi berdasarkan akad yang digunakan dalam

pengumpulan dan pengelolaan dana investasi.

3) Entitas pengelola mengungkapkan terkait penyisihan teknis, mencakup tetapi

tidak terbatas pada :

a) Jenis penyisihan teknis (saldo awal, jumlah yang ditambahkan dan

digunakan selama periode berjalan, dan saldo akhir); dan

b) Dasar yang digunakan dalam penentuan jumlah untuk setiap penyisihan

teknis dan perubahan basis yang digunakan.

4) Entitas asuransi syariah mengungkapkan terkait cadangan dana tabarru’,

mencakup tetapi tidak terbatas pada :

a) Dasar yang digunakan dalam penentuan dan pengukuran cadangan dana

tabarru’

Page 60: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

44

b) Perubahan cadangan dana tabarru’ per jenis tujuan pencadangannya (saldo

awal, jumlah yang ditambahkan dan digunakan selama periode berjalan,

dan saldo akhir

c) Pihak yang menerima pengalihan saldo cadangan dana tabarru’ jika terjadi

likuidasi atau produk atau entitas; dan

d) Jumlah yang dijadikan sebagai dasar penentuan distribusi surplus

underwriting.

5) Entitas pengelola mengungkapkan aset dan kewajiban yang menjadi milik

dana tabarru’.

D. Risk Based Capital (RBC)

Asuransi syariah sebagai lembaga keuangan non-bank yang berhubungan

langsung dengan masyarakat, pengawasan terhadap penyelenggaraan usahanya

menjadi penting bagi pemerintah untuk melindungi kepentingan masyarakat

tersebut, yaitu kemampuan kekayaan perusahaan asuransi syariah dalam menutupi

kewajiban-kewajibannya (baik jangka pendek maupun jangka panjang), apabila

perusahaan tersebut dilikuidasi (rasio solvabilitas).47 Dalam menanggapi hal

tersebut, pemerintah sebagai regulator telah mengeluarkan aturan bahwa

47 Budi Rahardjo, Laporan Keuangan Perusahaan; Memahami dan Menganalisis.

(Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2003), h. 121

Page 61: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

45

perusahaan asuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit

120%,48 dengan menggunakan metode RBC.

Metode RBC pada dasarnya adalah nilai kekayaan bersih perusahaan

asuransi yang bersangkutan dihitung berdasarkan peraturan standar akuntansi

dibagi dengan nilai kekayaan bersih yang dihitung dengan mengikutsertakan

risiko-risiko pemburukan yang mungkin terjadi.49 Dengan kata lain, pemerintah

mewajibkan setiap perusahaan asuransi untuk menyampaikan informasi mengenai

tingkat solvabilitasnya. Perhitungan RBC tersebut digunakan oleh pemerintah

sebagai tolak ukur dalam membuat peraturan mengenai tingkat solvabilitas,

dengan menggunakan laporan triwulanan dan tahunan yang disampaikan kepada

Direktorat Asuransi dalam format Statutory Accounting Practice (SAP)

disamping digunakan pula format SAK.

Perhitungan tingkat sovabilitas menggunakan metode RBC memang

memiliki tehnik yang rumit tetapi memiliki beberapa keunggulan antara lain :

1. Mempertimbangkan banyak aspek risiko seperti aspek manajemen,

investasi, keuangan, aktuaria, dan aspek eksternal.

2. Mempertimbangkan kepentingan para pemegang polis dari risiko

kesalahan dalam pengelolaan usaha asuransi.

48 Surat Keputusan Menteri keuangan Nomor 424/KMK.06/2003, pasal 2 ayat (1). 49 http://allianz.co.id/AZLIFE/Indonesian/About+Us/Financials/Allianz+ RBC.htm#top,

diakses pada 24 Januari 2010.

Page 62: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

46

3. Mengarahkan pengelolaan perusahaan asuransi yang sehat dan aman

sehingga lebih menuntut kualitas SDM dan profesionalisme di dalam

pengelolaan usaha asuransi.

4. Keamanan, fleksibilitas maupun stabilitas dapat lebih terjamin.

5. Lebih relevan jika diterapkan disaat krisis ekonomi yang dialami oleh

suatu negara atau perusahaan asuransi untuk melindungi para pemegang

polis.50

1. Metode Penghitungan Tingkat Solvabilitas

Pelaporan informasi terkait tingkat solvabilitas minimum sebuah

perusahaan asuransi harus mengikuti format yang telah ditentukan oleh SAP.

Salah satu ciri-ciri dari SAP dan yang membedakannya dengan SAK yaitu dari

segi asset (kekayaan), SAP membagi kekayaan menjadi 2 (dua), yaitu kekayaan

yang diperkenankan (admitted asset) dan kekayaan yang tidak diperkenankan

(non-admitted asset), sedangkan SAK tidak mengenal adanya pembagian

kekayaan tersebut.51

Penghitungan tingkat solvabilitas yaitu tingkat kekayaan yang

diperkenankan dikurangi dengan kewajiban (kecuali pinjaman subordinasi).

Berdasarkan peraturan KMK No. 424/KMK.06/2003, pasal 10 dinyatakan bahwa

50 Ludovicus Sensi, Memahami Akuntansi Asuransi Kerugian; Accounting for General

Insurance, (Jakarta : PT. Prima Mitra Edukarya, 2006), h. 159

51 Ibid., h. 57

Page 63: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

47

Kekayaan yang harus dimiliki perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi,

dalam bentuk investasi dan bukan investasi. Adapun lebih rincinya sebagai

berikut :

Tabel 2.2

Daftar Kekayaan Yang Diperkenankan

Jenis Kekayaan Dasar Penilaian Pembatasan Kekayaan Yang Diperkenankan

INVESTASI Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito Pada Bank

Nilai Nominal Tidak lebih dari 20% dari jumlah investasi, per bank.

Saham yang tercatat di Bursa Efek a. Dalam negeri b. Luar Negeri

Nilai Pasar a. Emitennya badan hukum Indonesia, per emitten tidak melebihi 20% dari jumlah investasi.

b. Per emitten tidak melebihi 10%

Obligasi dan Medium Term Notes a. Dalam negeri b. Luar negeri

Nilai Pasar, atau Nilai Nominal jika Nilai Pasar tidak tersedia

a. Penerbitnya adalah badan hukum Indonesia, per emitten tidak melebihi 20% dari jumlah investasi.

b. Per emitten tidek melebihi 10%

Surat Berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia

Nilai Pasar, atau Nilai Nominal jika Nilai Pasar tidak tersedia

Tidak ada pembatasan

Unit Penyertaan Reksadana

Nilai Aktiva Bersih

Setiap penerbit tidak melebihi 20% dari jumlah investasi

Penyertaan Langsung Nilai Ekuitas Seluruhnya tidak melebihi 10% dari jumlah investasi

Bangunan, atau tanah dan Bangunan untuk investasi

NJOP (Nilai Jual Objek

Pajak)

Seluruhnya tidak melebihi 20% dari jumlah investasi

Pinjaman polis Nilai Sisa Pinjaman

Tidak melebihi 80% dari nilai tunai polis yang bersangkutan

Page 64: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

48

Pembiayaan Murabahah Nilai Sisa Pinjaman

Seluruhnya tidak melebihi 30% dari jumlah investasi, dan masing-masing unit tidak melebihi dari 1% dari jumlah investasi

Pembiayaan Mudharabah Nilai Sisa Pinjaman

Seluruhnya tidak melebihi 30% dari jumlah investasi dengan ketentuan besarnya pinjaman tidak melebihi 75% dari nilai jaminan terkecil diantara nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang berwenang atau NJOP.

BUKAN INVESTASI Kas dan Bank Nilai Nominal Tidak termasuk deposit on call

atau Deposito kurang dari atau sama dengan 1 bulan

Piutang Premi Penutupan Langsung

Nilai Sisa Tagihan

Umurnya tidak melebihi 1 bulan, terhitung sejak Pertanggungan dimulai bagi

polis dengan pembayaran premi tunggal

Jatuh tempo pembayaran premi bagi polis dengan pembayaran premi cicilan

Tagihan Reasuransi Nilai Sisa Tagihan

Tidak melebihi 1 bulan sejak tanggal jatuh tempo pembayaran

Tagihan Hasil Investasi Nilai Sisa Tagihan

Tidak lebih 1 bulan sejak tanggal hasil investasi menjadi hak perusahaan

Bangunan, atau Tanah dan bangunan yang dipakai sendiri

NJOP (Nilai Jual Objek

Pajak)

Tidak melebihi 20% bagi perusahaan asuransi kerugian dan reasuransi, atau 30% bagi perusahaan asuransi jiwa, masing-masing dari Modal Sendiri berjalan

Perangkat Keras Komputer

Nilai Buku Seluruhnya tidak melebihi 20% dari Modal Sendiri berjalan

Sumber : Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003, pasal 16,17, dan 18

Selain variabel Kekayaan Yang Diperkenankan, dalam penghitungan

tingkat solvabilitas variabel Kewajiban juga dihitung jumlahnya, dan hasilnya

Page 65: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

49

akan mengurangi total kekayaan yang diperkenankan seperti yang telah

dipaparkan di atas.

Untuk Kewajiban yang dihitung dalam penentuan tingkat solvabilitas

meliputi semua jenis kewajiban kepada pemegang polis dan kepada pihak lain

yang menjadi kewajiban perusahaan asuransi kecuali Pinjaman Subordinasi.52

Diantara unsur-unsur kewajiban yang harus dihitung dalam asuransi kerugian

yaitu :

a) Seluruh Utang yang dimiliki perusahaan seperti; Utang Klaim, Utang

Reasuransi, Utang Komisi, Utang Pajak, Biaya Yang Masih Harus

Dibayar, Utang Bagi Hasil, Utang Zakat, Utang lain, dan sebagainya.

b) Cadangan Teknis, meliputi :

1) Cadangan atas premi tabarru’ yang belum merupakan pendapatan,

paling sedikit sebesar 10% dari premi neto untuk polis dengan masa

pertanggungan kurang dari 1 bulan, dan 40% dari premi neto untuk

polis dengan masa pertanggungan lebih dari 1 bulan

2) Cadangan Klaim.

2. Metode Penghitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)

Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) adalah jumlah minimum

tingkat solvabilitas yang harus dimiliki perusahaan asuransi atau perusahaan

reasuransi, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup risiko

52 Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK.06/2003, pasal 27 dan 31.

Page 66: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

50

kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan

kekayaan dan kewajiban.53 Macam-macam risiko kerugian tersebut bagi jenis

asuransi kerugian ada 4 (empat) komponen, antara lain :

a) Kegagalan pengelolaan kekayaan (Schedule A)

Risiko ini timbul dari kemungkinan adanya kehilangan atau penurunan

nilai kekayaan; dan kehilangan atau penurunan hasil pengembangan kekayaan.

Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan

tiap-tiap jenis kekayaan yang diperkenankan ditentukan dengan mengalikan

faktor risiko untuk jenis kekayaan tersebut dengan nilai kekayaannya. (Lihat tabel

2.3)

Tabel 2.3

Faktor Risiko Untuk Setiap Jenis Kekayaan Yang Diperkenankan

Jenis Kekayaan

Kategori Faktor

INVESTASI Deposito Berjangka dan Sertifikat Depoito

Kategori Khusus 0,00% Kategori Lain

CAR ≥ 8% 2,00% 8% > CAR ≥ 5% 4,00% CAR < 5% 16,00%

Saham yang tercatat di Bursa Efek

LQ 45 di BEI, atau yang setara di bursa efek lainnya

10,00%

Di luar LQ 45, atau yang setara

15,00%

Obligasi dan MTN

Peringkat penerbitnya AAA, atau yang setara 0,25% AA, atau yang setara 0,50%

53 Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009.

Page 67: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

51

A, atau yang setara 1,00% BBB, atau yang setara 2,00% BB, atau yang setara 4,00% B, atau yang setara 8,00% Kurang dari B atau

yang setara atau yang tidak diperingkat

16,00%

Surat Berharga yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank Indonesia 0,00%

Unit Penyertaan Reksadana

Portofolio efek Reksadana : Sepenuhnya berupa

surat utang pemerintah 0,00%

Sepenuhnya berupa surat utang swasta dan atau surat berharga pasar uang

2,00%

Sepeneuhnya berupa surat berharga ekuitas 10,00%

Campuran Rata-rata tertimbang berdasarkan komposisi portofolio efek reksadana yaitu 2,8%

Penyertaan Langsung 16,00%Bangunan dengan hak strata atau tanah dengan bangunan untuk investasi

Hasil Investasi bersih per tahun 4% atau lebih 7,00% Kurang dari 4%

15,00%

Pinjaman Polis 0,00%Pembiayaan Murabahah 5,00%Pembiayaan Mudharabah 16,00%BUKAN INVESTASI Kas dan Bank 0,00%Tagihan Premi 8,00%Tagihan Reasuransi

Perusahaan dalam negeri

4,00%

Perusahaan luar negeri Peringkat BBB,

atau yang lebih tinggi

4,00%

Page 68: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

52

Peringkat kurang dari BBB 8,00%

Tidak punya peringkat 24,00%

Tagihan hasil investasi 2,00%Bangunan dengan hak strata atau tanah dengan bangunan untuk dipakai sendiri

4,00%

Perangkat keras komputer 8,00%INVESTASI PADA SATU PIHAK

10,00% x rata-rata tertimbang faktor risiko.

Pihak adalah satu perusahaan atau sekelompok perusahaan yang memiliki hubungan afiliasi satu dengan yang lain

Faktor ini dikenakan sebagai tambahan atas faktor dasar yang telah dikenakan sesuai dengan jenis investasinya.

INVESTASI YANG DIRESTRUKTURISASI

25,00% dari nilai investasi yang direstrukturisasi

Suatu investasi dikategorikan sebagai investasi yang direstrukrurisasi apabila telah dilakukan penjadwalan ulang atas pembayaran pokok dan atau hasil investasinya. Jika pembayaran untuk periode sekurang-kurangnya satu tahun telah diterima sesuai dengan persyaratan restrukturisasi, maka faktor yang digunakan kembali ke faktor dasar sesuai dengan jenis investasinya.

INVESTASI YANG DIRAGUKAN (impaired investment)

12,50%

Impaired investment adalah investasi yang diragukan pemenuhan jadwal pembayaran pokok investasi dan atau hasil investasinya Suatu investasi dikategorikan sebagai impaired investment apabila investasi dimaksud mengalami sekurang-kurangnya salah satu dari hal-hal sebagai

Page 69: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

53

berikut: Keragu-raguan terhadap

pemenuhan jadwal pembayaran atas pokok investasi dan atau hasil investasinya, atau

Penangguhan pembayaran pokok investasi dan atau hasil investasinya lebih dari 30 hari.

Faktor ini dikenakan sebagai tambahan atas factor dasar yang telah dikenakan sesuai dengan jenis investasinya.

Sumber : Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009

b) Ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap

jenis mata uang asing (Schedule B)

Risiko ini terjadi karena adanya perbedaan nilai kekayaan dan nilai

kewajiban dalam setiap mata uang asing, serta fluktuasi nilai tukar mata uang

asing terhadap rupiah. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko

tersebut ditentukan sebagai berikut :

Tabel 2.4

Jumlah Dana Yang Dibutuhkan Untuk Schedule B

Jumlah kekayaan yang diperkenankan dikurangi

jumlah kewajiban Faktor risiko Jumlah dana yang dibutuhkan

Kurang dari atau sama dengan nol 30% 30% x (Kewajiban – Kekayaan

Yang Diperkenankan) Lebih dari nol namun tidak melebihi 20% dari jumlah kewajiban

0% Nol

Melebihi 20% dari jumlah Kewajiban 10%

10% x (kekayaan yang diperkenankan – 120% x kewajiban)

Sumber : Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009

Page 70: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

54

c) Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang

diperkirakan (Schedule C)

Risiko ini muncul dari kemungkinan pengalaman klaim yang terjadi lebih

buruk daripada klaim yang diperkirakan. Jumlah dana yang diperhitungkan dalam

BTSM untuk risiko ini ditentukan sebagai berikut.

1) Komponen mortalita

a. Asuransi Jiwa, faktor komponennya terbagi dua, yaitu sebesar 1‰

dari NAR beban sendiri, untuk polis asuransi jiwa yang

menjanjikan pembayaran dividen, dan 2‰ dari NAR beban

sendiri, untuk polis asuransi jiwa lainnya. NAR (Net Amount of

Risk) adalah selisih antara Uang Pertanggungan dengan Cadangan

premi tabarru’ yang bersangkutan.

b. Anuitas, faktor komponen sebesar 1% dari cadangan premi

tabarru’ polis-polis anuitas beban sendiri.

c. Asuransi kecelakaan diri, 0.15‰ dari jumlah uang pertanggungan

polis asuransi kecelakaan diri beban sendiri.

Page 71: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

55

2) Komponen Morbidita Asuransi Kesehatan

Tabel 2.5

Komponen Morbidita Asuransi Kesehatan

Komponen Jumlah Dana Untuk Menanggulangi Risiko

Keterangan

Morbidita klaim-klaim baru

10% dari pendapatan premi satu tahun terakhir atas polis-polis dimaksud, setelah dikurangi dengan beban reasuransi

Untuk polis-polis yang belum pernah klaim sampai pada tanggal neraca

Morbidita klaim-klaim lanjutan

10% dari cadangan teknis polis-polis dimaksud, setelah dikurangi dengan beban reasuransi.

Untuk polis-polis yang sudah pernah klaim sebelum tanggal neraca. Dalam cadangan teknis termasuk klaim yang sudah terjadi namun belum dilaporkan (Incured But Not Reported/IBNR)

Sumber : Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009

3) Komponen Klaim Asuransi Kerugian

a. Komponen klaim masa depan

Perhitungan jumlah dana yang dibutuhkan untuk komponen klaim

masa depan dilakukan berdasarkan rumusan sebagai berikut :

Sumber : Peraturan Ketua Bapepam-LK no. PER-2/BL/2009

Dimana :A = jumlah dana yang dibutuhkan untuk komponen

klaim masa depan

P = pendapatan premi neto

A = P fp + PK fk

Page 72: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

56

Fp = faktor risiko untuk pendapatan premi neto

PK = proyeksi beban klaim neto

Fk = faktor risiko untuk beban klaim neto

Tabel 2.6

Faktor Risiko Untuk Setiap Cabang Asuransi

(Komponen Klaim Masa Depan)

Cabang Asuransi

Faktor Pengali Terhadap Pendapatan Premi Neto

(fp)

Proyeksi Klaim

(fk) Harta Benda (property) 10% 10% Kendaraan Bermotor 10% 15% Pengangkutan (marine cargo) 10% 20% Rangka Kapal (marine hull) 10% 20% Rangka Pesawat (aviation hull) 10% 20% Satelite 10% 20% Energi Onshore (oil and gas) 10% 20% Energi Offshore (oil and gas) 10% 20% Rekayasa (engineering) 10% 20% Tanggung-gugat (liability) 10% 20% Kredit (Credit) 10% 20% Suretyship 10% 20% Aneka 10% 20%

Sumber : Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009

b. Komponen Klaim Masa Lalu

Perhitungannya menggunakan rumusan sebagai berikut :

Sumber : Peraturan Ketua Bapepam-LK no. PER-2/BL/2009

Dimana :

B = (CKDPP x f CKDPP) + (IBNR x f IBNR

Page 73: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

57

B = dana yang dibutuhkan untuk komponen klaim masa

lalu

CKDPP = cadangan klaim dalam proses penyelesaian yang

menjadi beban sendiri

f CKDPP = faktor risiko untuk cadangan klaim dalam proses

penyelesaian yang menjadi beban sendiri

IBNR = cadangan klaim yang sudah terjadi tetapi belum

dilaporkan yang menjadi beban sendiri

f IBNR = faktor risiko untuk cadangan klaim yang sudah terjadi

tetapi belum dilaporkan yang menjadi beban sendiri.

Dengan ketentuan: Besar CKDPP dan IBNR, masing-masing ≥

25% dari CKDPP dan IBNR sebelum reasuransi.

Tabel 2.7

Faktor Risiko Untuk Setiap Cabang Asuransi

(Komponen Klaim Masa Lalu)

Cabang Asuransi

Faktor Pengali Terhadap Pendapatan Premi Neto

(fp)

Proyeksi Klaim

(fk) Harta Benda (property) 10% 15% Kendaraan Bermotor 15% 20% Pengangkutan (marine cargo) 15% 20% Rangka Kapal (marine hull) 15% 20% Rangka Pesawat (aviation hull) 15% 20% Satelite 15% 20% Energi Onshore (oil and gas) 15% 20% Energi Offshore (oil and gas) 15% 20%

Page 74: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

58

Rekayasa (engineering) 15% 20% Tanggung-gugat (liability) 15% 20% Kredit (Credit) 10% 20% Suretyship 10% 20% Aneka 10% 20%

Sumber : Peraturan Ketua Bapepam-LK no. PER-2/BL/2009

d) Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban membayar

klaim (Schedule D)

Jumlah dana yang diperhitungkan dalam BTSM untuk menanggulangi

risiko reasuransi ditentukan dengan cara mengalikan cadangan teknis beban

penanggung ulang dengan faktor risiko. Faktor risiko yang digunakan adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.8

Faktor Risiko Bagi Komponen Risiko Reasuransi

Penanggung Ulang Faktor Keterangan Dalam Negeri Menyimpan deposit 4% x (1- (deposit/cadangan

teknis beban penanggung ulang))

Deposit adalah segala bentuk simpanan yang ditempatkan oleh reasuradur pada asuradur, termasuk premi yang ditahan oleh asuradur dimana asuradur memiliki otoritas penuh untuk menggunakan simpanan tersebut

Tidak menyimpan deposit

4%

Luar negeri dengan peringkat sekurang-kurangnya BBB : Menyimpan deposit 4% x (1- (deposit/cadangan

teknis beban penanggung ulang))

Tidak menyimpan deposit

4%

Luar negeri dengan peringkat kurang dari BBB Menyimpan deposit 8% x (1- (deposit/cadangan

teknis beban penanggung ulang))

Page 75: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

59

Tidak menyimpan deposit

8%

Tidak mempunyai peringkat Menyimpan deposit 24% x (1- (deposit/cadangan

teknis beban penanggung ulang))

Tidak menyimpan deposit

24%

Sumber : Peraturan Ketua Bapepam-LK no. PER-2/BL/2009

Page 76: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

60

BAB III

GAMBARAN UMUM

UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967

A. Sejarah Singkat Perusahaan54

PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 didirikan atas ide pengurus

AJB Bumiputera 1912 sebagai induk perusahaan yang diwakili oleh Drs. H.I.K.

Suprakto dan Mohamad S. Hasyim, MA sesuai dengan akte No. 7 tanggal 8

Desember 1967 dari Notaris Raden Soerojo Wongsowidjojo, SH yang

berkedudukan di Jakarta dan diumumkan dalam tambahan Berita Negara

Republik Indonesia No. 15 tanggal 20 Pebruari 1970.

Kemudian memperoleh ijin operasi dari Direktorat Lembaga Keuangan,

Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri, Departemen Keuangan Republik

Indonesia No. KEP. 350/ DJM / 111.3/ 7 / 1973 tanggal 24 Juli 1973 dan

diperpanjang sesuai Keputusan Menteri Keuangan Tahun 1986.

PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, selanjutnya disebut

BUMIDA Bumiputera menuju cita-cita menjadi "The Big Ten" perusahaan

asuransi umum, menguasai pasar retail di Indonesia, dan menjadi perusahaan

yang berkualitas, dipercaya dan menguntungkan bagi semua pihak yang

berkepentingan (stakeholder). Rapat Umum Pemegang Saham pada tanggal 30

54 PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Laporan Tahunan 2009 (Annual

Report), 2009.

Page 77: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

61

April 2004 memutuskan untuk menambah dan meningkatkan Modal Statutair

menjadi Rp. 100 M. Pada tanggal 23 Maret 2007, AJB Bumiputera 1912

menambah Modal Setor sebesar Rp. 30 M. Dengan demikian, modal setor

Bumida yang sebelumnya hanya Rp. 70 M, saat ini telah genap mencapai Rp. 100

M. Hal ini berarti Bumida telah memenuhi regulasi pemerintah yang tertuang

melalui PP No. 63 tahun 1999 yang mewajibkan setiap perusahaan asuransi

memiliki modal setor minimal Rp. 100 M. Dengan modal setor yang telah

mencapai Rp. 100 M, tentunya makin menambah keyakinan manajemen

bahwa cita-cita perseroan menjadi "THE BIG TEN" dapat segera terwujud.

Selanjutnya pada 19 Februari 2004, sesuai dengan surat keputusan

Menteri Keuangan RI No. Kep-075/KM.6/2004, perusahaan memperoleh izin

membuka Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda (disingkat

Bumida Syariah), yang secara resmi beroperasi sejak bulan April 2004.

BUMIDA SYARIAH merupakan bagian kelompok bisnis AJB

Bumiputera 1912, yang secara khusus bergerak di bidang asuransi

umum/kerugian syariah. Dan induknya sendiri merupakan perusahaan yang

mempelopori industri asuransi di Indonesia.

Page 78: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

62

B. Visi, Misi, Falsafah Dasar, Nilai Dasar dan Budaya Perusahaan55

VISI

Tumbuh dan Berkembang Menjadi Perusahaan yang Lebih Sehat dan 10 Besar

Asuransi Umum.

MISI

Mewujudkan Organisasi yang Prima, Bisnis yang Berkualitas, dan Sinergi yang

Terpadu dengan Bumiputera Group.

Falsafah Dasar

1. Idealisme

BUMIDA Bumiputera senantiasa memelihara semangat dan nilai–nilai

kejuangan bangsa dalam upaya meningkatkan kemartabatan dan

kesejahteraan bangsa melalui asuransi.

2. Kebersamaan

BUMIDA Bumiputera senantiasa memelihara dan meningkatkan nilai-nilai

nasionalisme dan kejuangan dengan semangat kebersamaan untuk

menghadapi era globalisasi melalui upaya sinergi dan optimalisasi manfaat

bagi semua pihak yang berkepentingan.

3. Profesionalisme

BUMIDA Bumiputera mampu mengelola bisnis asuransi umum secara

professional, memiliki sumber daya manusia yang berwawasan,

55 PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Laporan Tahunan 2009 (Annual

Report), 2009.

Page 79: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

63

berpengetahuan luas dan ketrampilan tinggi yang senantiasa siap memberikan

pelayanan prima bagi pelanggan.

Nilai Dasar

1. Berkualitas

Membangun SDM merupakan kunci pokok eksistensi dan kelanjutan

perkembangan Perusahaan kedepan. Dengan SDM yang berkualitas; (Skill,

Managerial, Knowledge dan sejahtera) perusahaan mampu menghadirkan

kualitas produk dan kualitas layanan serta komitmen tinggi untuk menjaga

integritas dan moralitas usaha kearah Good Corporate Governance.

2. Dipercaya

Komitmen yang tinggi untuk membangun kualitas SDM, inovasi dan

differensiasi produk, pelayanan yang optimal dan didukung teknologi

informasi yang handal, maka diharapkan akan meningkatkan kepercayaan dan

loyalitas stake holder terhadap perusahaan.

3. Menguntungkan

Kepercayaan dan loyalitas stake holder terhadap Perusahaan akan

menghasilkan manfaat yang saling menguntungkan, bukan hanya dinikmati

Share Holder, tetapi juga oleh pemegang polis, karyawan dan semua pihak

yang berkepentingan terhadap perusahaan.

Page 80: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

64

Budaya Perusahaan

Berani Berubah dan Berbeda

Ulet dan Pantang Menyerah

Menghargai Nasabeh Kecil

Inovatif dan Aktif

Disiplin dan Taat Prosedur

Amanah dan Tidak Ingkar Janji

Kebanggaan dan Kebersamaan

Orientasi pada Target dan Waktu

Efektif dan Efisien

C. Struktur Organisasi Perusahaan56

Dewan Pengawas Syariah

Sesuai surat rekomendasi Dewan Syariah Nasional Ulama Indonesia (DSN-

DMUI) tanggal 4 September 2003 melalui surat No U-167/DSN-MUI/IX/2003,

susunan Dewan Pengawas Syariah Bumida Bumiputera Syariah adalah

Ketua : H. Endy M. Astiwara, MA,AAAI-J,FIIS,CPLIH

Anggota : DR. KH. Surahman Hidayat, MA

DR. KH. Ahzami Samiun Jazuli, MA

56 PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Laporan Tahunan 2009 (Annual

Report), 2009.

Page 81: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

65

Ilustrasi 3.1

Struktur Organisasi PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967

Sumber : PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Laporan Tahunan 2009 (Annual Report),2009.

Page 82: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

66

Kantor Pusat

Divisi syariah :

Gedung B Lantai 4

Jl. Wolter Monginsidi No.43 Kebayoran Baru

Jakarta Selatan 12180

Telp. : 021-7234847, 7234849

Fax. : 021-72787952

Email : [email protected]

Website : http://www.bumida.co.id

Kepala Divisi Syariah : Fahmi basyah, ST, AAI-K, AIIS

Kabag Keuangan & SDM Syariah : Drs. Saiful Hadi

Kabag Pemasaran Syariah : Drs. M. Nasyubun, AAAI-K, AIIS

D. Struktur Kepemilikan/Permodalan

Kepemilikan perusahaan sesuai dengan UU No.40 Tahun 2007 tentang

perseroan terbatas dimiliki oleh AJB Bumiputera 1912 sebesar 99,20% dan PT

Eurasia Wisata 0,80%.

Struktur permodalan perusahaan telah dipenuhi, sesuai ketentuan modal

setor minimum yang dipersyaratkan dalam UU No.2 Tahun 1992, dari Rp 25M

menjadi Rp. 100M.

Page 83: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

67

Untuk Bumida Syariah, sejak awal tahun 2009 modal disetor yang

dipisahkan dari modal induknya telah mencapai Rp. 12,5M, dan akan terus

bertambah seiring dengan perkembangan bisnis serta ketentuan regulator.

E. Penghargaan Perusahaan

1. Tahun 2002

1) The Big Five Trusted untuk produk Asuransi Kesehatan Tahun 2002

(Majalah Kapital).

2) The Big Five Trusted untuk produk Asuransi Kebakaran Tahun 2002

(Majalah Kapital).

3) The Big Five Trusted untuk produk Asuransi Kendaraan Bermotor tahun

2002 ( Majalah Kapital).

2. Tahun 2003

1) The most Valuable Brand untuk produk Asuransi Kebakaran Tahun 2003

(Majalah SWA Sembada).

3. Tahun 2005

1) Sertifikasi ISO 9001 : 2000 Sejak Maret 2005

2) Asuransi Umum Terbaik Tahun 2005 (Majalah Investor)

3) Asuransi Umum sangat Bagus Tahun 2005 (Majalah Info Bank).

4. Tahun 2008

1) Sertifikasi PEFINDO Peringkat BBB+.

2) Asuransi Umum Syariah Terbaik 2008 (Majalah Investor).

Page 84: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

68

3) Asuransi Umum Syariah Terbaik ke-2 2008 (KARIM Business

Consulting)

F. Produk-produk PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 196757

1. Produk PaketKoe Syariah

a. RumahKoe

1) Ketentuan RumahKoe Lux

a) Bangunan bersifat permanen, dinding beton/tembok (tidak mudah

terbakar atau atap genteng/asbes/seng)

b) Bangunan hanya digunakan untuk tempat tinggal (tidak ada usaha

lain) dengan kanan, kiri, belakang adalah rumah tinggal permanen

(seperti poin 1) atau kanan, kiri, belakang bukan rumah tinggal dengan

jarak minimal 7,5 meter.

c) Untuk santunan sewa diberikan bila rumah tinggal tidak dapat

dipergunakan sama sekali karena habis terbakar.

d) Depan rumah terdapat jalan yang dilalui kendaraan roda

empat/kendaraan pemadam kebakaran.

e) Nilai santunan yang diberikan (poin 2-6) merupakan nilai maksimal

yang diterima nasabah selama 1 tahun periode asuransi.

57 http://www.bumida.co.id/index.php/main_ind/product, diakses pada tanggal 14 April

2010.

Page 85: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

69

f) Untuk bangunan tingkat, maka luas bangunan merupakan jumlah dari

luas bangunan masing-masing lantai.

g) Untuk penggantian kerugian yang disebabkan karena risiko banjir

harus disertai dengan surat keterangan dari kelurahan setempat.

2) Yang tidak dijamin RumahKoe Lux

a) Bangunan yang tidak digunakan sebagai rumah tinggal.

b) Rumah yang berada di daerah/provinsi Maluku.

c) Pemilik/pengguna rumah tinggal sudah memiliki polis kebakaran atas

bangunan yang akan diasuransikan.

b. MobilKoe

1) Pengecualian MobilKoe (yang tidak dijamin)

a) Premi belum terbayar.

b) Pemakaian untuk disewakan/komersil.

c) Pencurian yang dilakukan oleh orang yang berada dalam pengawasan

tertanggung (keluarga, sopir, orang yang bekerja pada tertanggung).

d) Pengecualian-pengecualian yang tercantum dalam polis, kecuali yang

ditegaskan kembali untuk dijamin dan tertera dalam klausa.

e) Kerugian akibat risiko bencana alam, RSCC, TS (jika tidak

mengambil manfaat perluasan).

f) Mobil yang dipergunakan didaerah/propinsi Maluku.

g) Pengemudi yang tidak memiliki SIM/Masa berlaku SIM telah habis.

Page 86: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

70

2) Hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi suatu kecelakaan/kerugian

a) Segera melaporkan kepada PT. Immediately reported to the PT.

Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 terdekat selambat-lambatnya

3x24 jam kerja.

b) Mengisi formulir klaim.

c) Melengkapi surat maupun dokumen pendukung klaim.

d) Foto copy : Polis, Kwitansi, STNK, dan SIM pengemudi saat terjadi

kecelakaan

e) Klaim dianggap kadaluarsa jika selama 6 bulan pemegang polis atau

keluarganya tidak melengkapi dokumen persyaratan klaim.

c. MotorKoe

Produk Paket Motorkoe Syariah Adalah suatu produk dari asuransi kendaraan

bermotor selain mobil. Karena dalam asuransi kendaraan bermotor terdiri dari

mobil dan sepeda motor.

1) Ketentuan Paket MotorKoe

a) Ketentuan Max. berusia 8 tahun dan untuk perpanjangan dapat

dilakukan 1 kali bila lebih dari 8 tahun (jadi maksimal usia kendaraan

9 tahun)

b) Kendaraan tidak dipakai untuk ojek/komersial

c) Harga sesuai harga pasar kendaraan roda dua

d) Kendaraan yang akan diasuransikan harus menyertakan bukti gesekan

nomor rangka/mesin kendaraan

Page 87: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

71

e) Kendaraan belum diasuransikan

f) Jaminan/santunan hanya berlaku jika kendaraan tersebut memiliki

STNK yang sah dan masih berlaku saat mengendarai kendaraan yang

dijamin dalam polis.

2) Yang tidak dijamin dalam Paket MotorKoe

a) Pemakaian untuk komersil/disewakan

b) Motor gede

c) Kendaraan dipergunakan di wilayah Maluku

3) Pengajuan Klaim Polis MotorKoe

Hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi suatu kecelakaan/kerugian

a) Segera melaporkan kepada PT Asuransi Umum Bumiputera Muda

1967 terdekat selambat-lambatnya 3 x 24 jam kerja.

b) Mengisi formulir klaim

c) Melengkapi surat maupun dokumen pendukung klaim

d. SehatKoe

1) Peserta Asuransi SehatKoe

a) Individu : Usia dewasa = 18-55 tahun

b) K.0 : Pasangan suami istri tetapi belum memiliki anak

c) K.1 : Pasangan suami istri dengan 1 anak

d) K.2 : Pasangan suami istri dengan 2 anak

e) K.3 : Pasangan suami istri dengan 3 anak

Page 88: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

72

2) Ketentuan paket SehatKoe

a) Pemberian manfaat sesuai kwintasi setinggi-tingginya sesuai dengan

benefit.

b) Pilihan paket pada satu keluarga tidak dapat berlainan (harus sama).

c) Adanya masa tunggu 14(empat belas) hari untuk seluruh penyakit

sejak berlakunya periode jaminan asuransi, kecuali akibat dari suatu

kecelakaan berlaku mulai hari pertama.

d) Usia :

Anak = 1 tahun-17 tahun (usia=18 tahun memakai premi individu)

Dewasa = maksimum 55 tahun

e) Single parent : punya anak 1 = K.0, punya anak 2 = K.1, punya anak 3

= K.2 (maksimum).

e. SiswaKoe

1) Ketentuan paket SiswaKoe

a) Peserta adalah anggota pendidikan dengan usia 3 s/d 18 tahun dengan

melampirkan kelas/jurusan/angkatan dan No.Induk Siswa.

b) Pemberian manfaat rawat inap sesuai dengan paket dan tidak melihat

besar kecilnya perawatan per hari.

c) Manfaat rawat inap diberlakukan masa tunggu 7 hari untuk seluruh

jenis penyakit sejak berlakunya periode jaminan asuransi, kecuali

akibat dari suatu kecelakaan berlaku mulai hari pertama.

Page 89: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

73

d) Santunan biaya pemakaman hanya berlaku bagi risiko meninggal

dunia karena kecelakaan.

e) Formulir klaim dapat ditandatanganin oleh Kepala Sekolah dan

kuitansi pengobatan dapat berupa copy yang dilegalisir oleh kepala

Sekolah untuk klaim sampai dengan Rp. 100.000,-.

f) Batas waktu kelengkapan dokumen klaim maksimum 30 hari sejak

tanggal kejadian.

f. MahasiswaKoe

Produk MahasiswaKoe ini adalah untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakat

khususnya pada tingkat mahasiswa (diatas SMA atau sederajat). Nama

program ini adalah Asuransi MahasiswaKoe, yang terbagi menjadi 5 paket

yaitu paket biasa, paket standat, paket pintar, paket prestasi, dan paket juara.

1) Kemudahan program MahasiswaKoe

Perhitungan premi sangat sederhana.

2) Sasaran Pasar

Pasar yang ingin dituju untuk program MahasiswaKoe adalah

a) Peserta pendidikan perguruan tinggi formal atau sekolah tinggi

b) Peserta pendidikan non formal (lembaga kursus) minimal berstatus

mahasiswa atau umum.

3) Prosedur penutupan

a) Setiap permintaan penutupan program MahasiswaKoe harus mengisi

surat permintaan MahasiswaKoe yang mengatasnamakan peserta.

Page 90: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

74

b) SPPA dilampiri dengan data peserta yang meliputi:

Nama peserta, Tanggal lahir, Semester/Jurusan/Angkatan/No. Induk

Mahasiswa.

c) Usia yang dapat dijamin dibatasi umur 18 thun sampai dengan 65

tahun

4) Polis peserta untuk setiap kampus/lembaga pendidikan

Untuk setiap satu lembaga pendidikan dibuat 1 (satu) polis. Apabila

terdapat perbedaan periode pertanggungan antara kelas/tingkat pada

lembaga tersebut, maka polis dapat dibuat lebih dari 1(satu). Dengan

catatan bahwa penerbitan polis lebih dari 1(satu) untuk nama lembaga

yang sama hanya diperkenankan untuk mengakomodir adanya perbedaan

periode pertanggungan.

5) Besarnya penggantian dan santunan

Ketentuan besarnya penggantian maupun santunan untuk:

a) Besarnya penggantian meninggal dunia akibat kecelakaan dan cacat

tetap (sesuai presentase kecacatan) diberikan sesuai paket yang

diambil.

b) Penggantian biaya pengobatan/perawatan di RS bersifat total sesuai

dengan paket yang diambil dan menunjukkan bukti-bukti

pengobatan/perawatan yang sah/asli atau legalisir bila yang asli

dipergunakan untuk pengajuan lainnya.

Page 91: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

75

c) Santunan meninggal dunia dan santunan biaya pemakaman diberikan

secara total sesuai paket.

d) Penggantian yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas dimana

tertanggung mengendarai kendaraan tanpa memiliki SIM diberikan

sebesar 50% dari nilai klaim.

6) Pembuatan kartu ID CARD

Kartu peserta asuransi dapat dibuat di Kantor Operasional atas persetujuan

kantor Pusat.

g. SiagaKoe

Untuk menjangkau nasabah-nasabah individu dan keluarga (nasabah sinergi

asper) yang menginginkan perlindungan yang comprehensive atas segala

risiko kecelakaan terhadap diri dan keluarganya.

1) Kemudahan program SiagaKoe

Perhitungan premi sangat sederhana.

2) Sasaran pasar

Pasar yang ingin dituju untuk program SiagaKoe adalah:

a) Nasabah AJB Bumiputera 1912 Divisi Asper

b) Nasabah individu/keluarga non Asper Bumiputera.

3) Prosedur penutupan

a) Setiap permintaan penutupan program SiagaKoe harus mengisi Surat

Permintaan Penutupan SiagaKoe yang mengatasnamakan peserta.

Page 92: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

76

b) SPPA dilampiri dengan data peserta yang meliputi : Nama

tertanggung, tanggal lahir, pekerjaan, dan data ahli waris.

c) Usia yang dapat dijamin dibatasi mulai umur 1 tahun sampai dengan

60 tahun.

h. Produk Standar Syariah58

1) Asuransi kebakaran.

2) Asuransi kendaraan.

3) Asuransi kesehatan.

4) Asuransi kecelakaan diri.

5) Asuransi pengangkutan.

6) Asuransi engineering.

7) Asuransi kebongkaran.

8) Asuransi cash in safe dan transit.

9) Asuransi aneka (Billboard, public liability).

10) Tanggung gugat profesi dokter.

11) Asuransi yang bersifat tailor made (sesuai kebutuhan).

58 http://www.bumida.co.id/index.php/main_ind/product, diakses pada tanggal 14 April

2010.

Page 93: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

77

BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

Penghitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum menggunakan metode

RBC (Risk Based Capital) pada perusahaan Asuransi Syariah berpedoman pada

peraturan BAPEPAM-LK no. PER-02/BL/2009. Metode RBC tersebut seperti

diuraikan dalam bab sebelumnya, adalah nilai kekayaan bersih perusahaan yang

bersangkutan (Asuransi Syariah), yang dihitung dengan mengikutsertakan risiko-

risiko pemburukan yang mungkin terjadi.

Berdasarkan PSAK 108, dimana harus ada pemisahan pencatatan antara

rekening dana pihak peserta dan pengelola, maka hal tersebut berimplikasi pada

penghitungan Solvabilitas Minimum perusahaan dari sebelumnya, yaitu dari tidak

adanya pemisahan antara rekening dana pengelola dan peserta dalam

penghitungannya, berubah menjadi berbasiskan dana tabarru’/peserta dalam

penghitungannya.

Ada 6 (enam) variabel yang digunakan dalam penghitungan solvabilitas

minimum menggunakan metode RBC pada perusahaan Asuransi Umum Syariah,

antara lain :

1. Dalam Mengukur Tingkat Solvabilitas

a) Kekayaan yang diperkenankan dari dana peserta;

b) Kewajiban perusahaan dari dana peserta (kecuali Pinjaman

Subordinasi).

Page 94: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

78

2. Dalam Mengukur BTSM

a) Kegagalan pengelolaan kekayaan dana peserta (Schedule A);

b) Ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap

jenis mata uang asing (Schedule B);

c) Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang

diperkirakan (Schedule C);

d) Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban

dengan membayar klaim (Schedule D).

Setelah semua variabel di atas dapat diidentifikasi berapa jumlahnya,

maka penilaian rasio RBC-pun dapat dilakukkan dengan menggunakan rumus :

Rasio RBC (%)59 = Kekayaan yang diperkenankan - Kewajiban

Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)

Dalam bab ini dideskripsikan dan dilakukan penganalisisan tingkat rasio

RBC Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode Triwulan I,

Triwulan II, Triwulan III, Triwulan IV tahun 2009 (sebelum menerapkan PSAK 108),

dan periode Triwulan I tahun 2009 s.d. Triwulan I tahun 2010 (setelah menerapkan

PSAK 108).

59 Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009.

Page 95: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

79

A. IDENTIFIKASI KEKAYAAN YANG DIPERKENANKAN UNIT

SYARIAH PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967

SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN PSAK 108

Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab 2 sebelumnya, bahwa pelaporan

tingkat solvabilitas minimum perusahaan asuransi syariah selain menggunakan

format SAK juga menggunakan format SAP. Ada hal yang membedakan antara SAK

dan SAP, salah satunya adalah dalam hal kekayaan peruasahaan. SAP mengenal

adanya pemisahan kekayaan menjadi dua, yaitu kekayaan yang diperkenankan

(admitted asset) dan kekayaan yang tidak diperkenankan (non-admiteed asset),

sedangkan SAK tidak mengenal adanya pemisahan tersebut.

Kekayaan yang diperkenankan (Admitted Asset) adalah kekayaan yang

dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan sesuai ketentuan perundangan di bidang usaha

perasuransian dan dapat diperhitungkan dalam penentuan tingkat solvabilitas.60

60 Ludovicus Sensi, Op., Cit., h. 160.

Page 96: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

80

Tabel 4.1

Kekayaan Yang Diperkenankan

Sebelum Penerapan PSAK 108 (Saldo SAP) (dalam jutaan rupiah)

No. URAIAN PERIODE

TRW I 2009

TRW II 2009

TRW III 2009

TRW IV 2009

I Investasi 1 Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito 7.794,24 9.016,06 9.806,24 11.864,65 2 Saham 2.208,31 2.771,29 2.738,01 2.596,98 3 Obligasi dan Medium Term Notes 2.016,59 2.014,81 2.040,00 0,00 4 Surat Berharga yang diterbitkan atau dijamin

oleh Pemerintah atau Bank Indonesia 0,00 0,00 0,00 2.040,00 5 Unit Penyertaan Reksadana 961,29 972,06 2.263,51 2.756,78 6 Penyertaan Langsung 0,00 0,00 0,00 0,00 7 Bangunan dengan hak strata atau Tanah dengan

Bangunan untuk investasi 0,00 0,00 0,00 0,00 8 Pembiayaan Murabahah 0,00 0,00 0,00 0,00 9 Pembiayaan Mudharabah 0,00 0,00 0,00 0,00

10 Investasi Lain Jumlah Investasi 12.980,43 14.774,21 16.847,76 19.258,41

II Bukan Investasi 1 Kas dan Bank 2.121,02 2.856,10 3.878,26 3.460,88 2 Tagihan Premi Penutupan Langsung 844,34 1.281,38 757,29 1.337,41 3 Tagihan Reasuransi 130,48 55,23 0,00 42,52 4 Tagihan Hasil Investasi 87,55 60,19 64,70 70,11 5 Bangunan dengan hak strata, atau Tanah

dengan Bangunan untuk dipakai sendiri 0,00 0,00 0,00 0,00 6 Perangkat Keras Komputer 154,48 160,30 110,56 94,90 7 Aktiva Tetap Lain 8 Aktiva Lain Jumlah Bukan Investasi 3.337,87 4.413,19 4.810,82 5.005,82 JUMLAH KEKAYAAN (I +II) 16.318,31 19.187,41 21.658,58 24.264,23

Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Desember 2009.

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, saldo SAP Kekayaan Yang Diperkenankan

Sebelum penerapan PSAK 108 menunjukkan masih bercampurnya sistem pencatatan

antara kekayaan peserta dan kekayaan pengelola. Dari triwulan I 2009 – triwulan IV

2009, total kekayaan SAP Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967

Page 97: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

81

mengalami peningkatan secara terus menerus, masing-masing sebesar Rp. 16.318,31

juta, Rp. 19.187,41 juta, Rp. 21.658,58 juta, dan Rp. 24.264,23 juta. Peningkatan

jumlah kekayaan SAP tersebut secara signifikan terjadi pada pelaporan triwulan ke-

II, yaitu sebesar 17, 58 % dari saldo pada triwulan ke-I.

Berbeda dengan format pelaporan Kekayaan Yang Diperkenankan (Saldo

SAP) untuk sebelum Penerapan PSAK 108 , yaitu dengan bercampurnya kekayaan

pihak pengelola dan peserta, pada format pelaporan Kekayaan Yang Diperkenankan

setelah penerapan PSAK 108 dilakukan pemisahan menjadi 2 (dua) yaitu Kekayaan

Yang Diperkenankan Dana Peserta dan Kekayaan Yang Diperkenankan Dana

Pengelola. (Lihat tabel 4.2 dan 4.3)

Page 98: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

82

Tabel 4.2

Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Peserta

Setelah Penerapan PSAK 108 (Saldo SAP) (dalam jutaan rupiah)

No. URAIAN PERIODE

TRW I 2009

TRW II 2009

TRW III 2009

TRW IV 2009

TRW I 2010

I Investasi 1 Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito 1.150,00 1.150,00 1.150,00 1.150,00 1.150,00 2 Saham 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Obligasi dan Medium Term Notes 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 Surat Berharga yang diterbitkan atau dijamin

oleh Pemerintah atau Bank Indonesia 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Unit Penyertaan Reksadana 589,13 702,08 784,46 836,61 836,61 6 Penyertaan Langsung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7 Bangunan dengan hak strata atau Tanah

dengan Bangunan untuk investasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8 Pembiayaan Murabahah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 9 Pembiayaan Mudharabah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

10 Investasi Lain Jumlah Investasi 1.739,13 1.852,08 1.934,46 1.986,61 3.083,47

II Bukan Investasi 1 Kas dan Bank 1.230,19 1.007,84 2.753,57 2.621,86 4.154,79 2 Tagihan Tabarru’ Penutupan Langsung 509,50 1.007,84 966,16 905,41 641,10 3 Tagihan Reasuransi 334,29 132,79 132,79 47,42 0,00 4 Tagihan Hasil Investasi 50,78 36,11 45,94 41,37 6,05 5 Aktiva Lain 444,56 1.377,50 Jumlah Bukan Investasi 2.569,33 3.562,09 3.898,46 3.616,52 4.801,94 JUMLAH KEKAYAAN (I +II) 4.308,46 5.414,18 5.832,92 5.602,66 7.885,40

Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Maret 2010.

Tabel 4.2 di atas menunjukkan, bahwa Saldo SAP Admitted Asset dana

peserta tidak menunjukkan peningkatan secara terus-menerus dari triwulan I 2009 –

triwulan I 2010. Saldo kekayaan dana peserta mengalami peningkatan, yaitu menjadi

Rp. 4.308,46 juta di triwulan ke-I 2009, Rp.5.414,18 juta di triwulan ke-II 2009, dan

di triwulan ke-III 2009 sebesar Rp.5.832,92 juta. Pada triwulan ke-IV justru

sebaliknya, terjadi penurunan saldo kekayaan dana peserta sebesar 3,95 % menjadi

Page 99: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

83

Rp. 5.602,66 juta, namun pada triwulan ke-I tahun 2010, kekayaan dana peserta Unit

Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 mengalami penguatan kembali,

yaitu sebesar Rp.7.885,40 juta. Penguatan tersebut terlihat pada akun Kas dan Bank

Dana Peserta. Pada triwulan ke-IV 2009 saldo Kas dan Bank sebesar Rp. 2.621,86

juta, meningkat menjadi Rp. 4.154,79 juta di triwulan I tahun 2010, sehingga, untuk

saldo Kas dan Bank bagi dana peserta telah terjadi peningkatan di triwulan I 2010

sebesar 58,47 % atau lebih 8, 47% dari setengah saldo Kas dan Bank di triwulan ke

IV 2009.

Page 100: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

84

Tabel 4.3

Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Pengelola

Setelah Penerapan PSAK 108 (Saldo SAP) (dalam jutaan rupiah)

No. URAIAN PERIODE

TRW I 2009

TRW II 2009

TRW III 2009

TRW IV 2009

TRW I 2010

I Investasi 1 Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito 8.010,00 9.110,00 9.464,65 9.714,65 9.814,00 2 Saham 2.208,31 2.771,29 2.738,01 2.596,98 1.488,62 3 Obligasi dan Medium Term Notes 2.016,59 2.014,81 2.040,00 0,00 0,00 4 Surat Berharga yang diterbitkan atau dijamin

oleh Pemerintah atau Bank Indonesia 0,00 0,00 0,00 2.118,50 2.171,00 5 Unit Penyertaan Reksadana 372,16 269,98 1.479,05 1.906,62 2.096,74 6 Penyertaan Langsung 0,00 0,00 0,00 0,00 7 Bangunan dengan hak strata atau Tanah

dengan Bangunan untuk investasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8 Pembiayaan Murabahah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 9 Pembiayaan Mudharabah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

10 Investasi Lain Jumlah Investasi 12.607,06 14.166,07 15.721,72 16.336,75 15.571,06

II Bukan Investasi 1 Kas dan Bank 890,83 1.142,44 1.124,70 450,35 277,85 2 Tagihan Ujrah Penutupan Langsung 368,95 671,90 394,63 432,00 141,70 4 Tagihan Hasil Investasi 36,77 24,08 18,76 19,23 0,00 5 Bangunan dengan hak strata, atau Tanah

dengan Bangunan untuk dipakai sendiri 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 Perangkat Keras Komputer 154,48 160,30 110,56 94,90 92,92 7 Aktiva Tetap Lain 120,37 339,87 208,30 8 Aktiva Lain 992,15 474,04 880,68 Jumlah Bukan Investasi 2.563,55 2.812,62 2.737,63 996,48 512,47 JUMLAH KEKAYAAN (I +II) 15.170,61 16.978,69 18.459,35 17.333,23 16.083,53

Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Maret 2010.

Tabel 4.3 di atas merupakan tabel yang menjelaskan saldo SAP Kekayaan

Yang Diperkenankan (Admitted Asset) bagi dana pihak pengelola. Peraturan Menteri

Keuangan nomor 18/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar

Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah

menetapkan bahwa, kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut wajib memiliki

Page 101: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

85

kemampuan untuk memberikan pinjaman dalam bentuk Qardh kepada dana tabarru’

dalam hal :61

1. Tingkat solvabilitas dana tabarru’ kurang dari jumlah minimum yang

dipersyaratkan.

2. Jumlah investasi dalam kekayaan yang dapat diperhitungkan dalam

perhitungan tingkat kesehatan keuangan dana tabarru’ , lebih kecil dari

jumlah penyisihan/cadangan teknis dan kewajiban pembayaran

santunan/klaim retensi sendiri dari dana tabarru’.

3. Terjadi selisih kurang atau defisit underwriting dana tabarru’.

4. Dana tabarru’ tidak cukup untuk membayar santunan/klaim kepada

peserta.

Berdasarkan tabel 4.3 tersebut, Jumlah kekayaan dana pengelola

mengalami pertumbuhan mulai dari triwulan ke-I tahun 2009 – triwulan ke-IV tahun

2009, menjadi sebesar Rp. 15.170,61 juta, Rp. 16.978,69 juta, Rp. 18.459,35 juta dan

Rp.17.333,23 juta. Hal tersebut terlihat pada penempatan investasi perusahaan di

Deposito Berjangka dan Sertifikat deposito yang meningkat di tiap-tiap triwulan,

bahkan sampai di triwulan ke-I tahun 2010 dengan tingkat pertumbuhan sebesar

22,52 % dari triwulan I 2009 sebesar Rp. 8.010,00 juta, menjadi Rp. 9.814,00 juta

pada triwulan I 2010. Selain faktor tersebut, peningkatan kekayaan dana pengelola

sampai triwulan ke-IV juga dipengaruhi oleh penempatan investasi pada Unit

Penyertaan Reksadana. Peningkatan yang sangat signifikan dari penempatan investasi

61 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 pasal 15 ayat 1.

Page 102: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

86

tersebut, terlihat di triwulan ke-III 2009 sebesar Rp. 1.209,07 juta ( 447,84 %) atau 4

(empat) kali lipat dari saldo periode sebelumnya (triwulan II 2009), yaitu sebesar

Rp.269,98 juta menjadi Rp. 1.479,05 di triwulan ke-III tahun 2009. Untuk

mengetahui bagaimana trend line perkembangan Kekayaan Yang Diperkenankan,

baik bagi dana peserta maupun dana pengelola, perhatikanlah ilustrasi 4.1 di bawah

ini.

Ilustrasi 4.1

Trend Line Perkembangan Kekayaan Yang Diperkenankan

Untuk Dana Peserta dan Dana Pengelola (Setelah Penerapan PSAK 108)

4.308,46 5.414,18 5.832,92 5.602,667.885,40

15.170,6116.978,69 18.459,35 17.333,23 16.083,53

I '09 II '09 III '09 IV '09 I '10Periode Triwulanan

(dal

am ju

taan

rupi

ah)

Admitted Asset (SAP) Dana PengelolaAdmitted Asset (SAP) Dana Peserta

Sumber : Data yang diolah.

Page 103: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

87

B. IDENTIFIKASI KEWAJIBAN UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM

BUMIPUTERA MUDA 1967 SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN

PSAK 108

Keputusan Menteri Keuangan nomor 424/KMK.06/2003 tentang

Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, Pasal 27 dan

31, bahwa jenis kewajiban yang harus diperhitungkan dalam penetapan tingkat

solvabilitas meliputi semua jenis kewajiban kepada pemegang polis atau tertanggung

dan kepada pihak lain yang menjadi kewajiban Perusahaan Asuransi dan Reasuransi

kecuali Pinjaman Subordinasi. (Lihat kembali bab II)

Tabel 4.4

Kewajiban SAP

Sebelum Penerapan PSAK 108

(dalam jutaan rupiah)

No. URAIAN PERIODE

TRW I 2009

TRW II 2009

TRW III 2009

TRW IV 2009

1 Utang 6.175,29 5.074,72 10.261,49 9.999,36 2 Cadangan Atas Premi Yang Belum

Merupakan Pendapatan 2.579,68 2.567,28 1.765,98 2.080,00 3 Cadangan Klaim 650,15 778,23 571,63 644,02 JUMLAH KEWAJIBAN (1 + 2 + 3) 9.405,12 8.420,23 12.599,11 12.723,38

Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Desember 2009.

Kewajiban SAP Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda

1967 sebelum penerapan PSAK 108 terdiri dari tiga unsur, antara lain Utang,

Cadangan Atas Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan, dan Cadangan Klaim.

Tabel 4.4 membuktikan bahwa jumlah Kewajiban SAP Unit Syariah PT. Asuransi

Page 104: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

88

Umum Bumiputera Muda 1967 pada Triwulan I tahun 2009 sebesar Rp. 9.405,12

juta, Triwulan II tahun 2009 sebesar Rp. 8.420,23 juta, Triwulan III tahun 2009

sebesar Rp. 12.599,11 juta, dan pada Triwulan IV tahun 2009 sebesar Rp. 12.723,38

juta. Jumlah kewajiban pada triwulan ke IV tahun 2009 menjadi yang tertinggi

dikarenakan besarnya jumlah Utang dan Cadangan Atas Premi Yang Belum

Merupakan Pendapatan, masing-masing sebesar Rp. 9.999,36 juta dan Rp. 2.080,00

juta. Jumlah kewajiban SAP triwulanan pada tabel 4.4 di atas terlihat sangat besar

dikarenakan masih bercampurnya pencatatan kewajiban-kewajiban yang menjadi

tanggung jawab dana pihak perusahaan dengan kewajiban-kewajiban yang menjadi

tanggung jawab dana pihak peserta (dana tabarru’). Setelah diterapkannya PSAK

108, maka kewajiban-kewajiban pihak peserta dan pihak pengelola terjadi pemisahan

pencatatan, seperti terlihat pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 di bawah.

Tabel 4.5

Kewajiban SAP Dana Peserta

Setelah Penerapan PSAK 108

(dalam jutaan rupiah)

No. URAIAN PERIODE

TRW I 2009

TRW II 2009

TRW III 2009

TRW IV 2009

TRW I 2010

1 Utang 467,02 604,93 828,22 773,93 696,30 2 Cadangan Tabarru’ Yang Belum

Merupakan Pendapatan 2.579,68 2.567,28 2.649,76 2.065,80 2.403,17 3 Estimasi Klaim Retensi Sendiri 650,15 778,23 571,63 644,02 604,08 4 Utang lain-lain 0,00 841,05 1.148,81 1.974,11 3.408,38 JUMLAH KEWAJIBAN (1 + 2 + 3) 3.696,84 4.791,50 5.198,41 5.457,86 7.111,92

Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Maret 2010.

Page 105: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

89

Tabel 4.5 di atas menggambarkan posisi Kewajiban SAP triwulanan bagi

Dana Peserta pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 setelah

diterapkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108 tentang

Transaksi Asuransi Syariah, dari Triwulan I tahun 2009 s.d Triwulan I tahun 2010.

Tabel 4.5 tersebut membuktikan, bahwa telah terjadi peningkatan jumlah kewajiban

dana peserta secara terus-menerus dari triwulan I tahun 2009 s.d triwulan I tahun

2010. Dari triwulan I 2009 ke triwulan II 2009 jumlah kewajiban naik sebesar

Rp.1.094,66 juta (29,61 %), selanjutanya naik sebesar Rp. 406,91 juta (8,49 %) di

triwulan III tahun 2009, meningkat lagi di triwulan ke IV tahun 2009 sebesar

Rp.259,45 juta (4,99 %), dan pada triwulan I tahun 2010 juga mengalami peningkatan

jumlah kewajiban SAP dana peserta sebesar Rp.1.654,06 juta (30,31 %). Berdasarkan

hal tersebut peningkatan jumlah kewajiban SAP dana peserta secara signifikan terjadi

pada triwulan I tahun 2010 sebesar 30,31 %, dan jumlah kewajiban pada triwulan

tersebut menjadi Rp. 7.111,92 juta. Peningkatan tersebut dikarenakan naik pada pos

Utang Lain-lain sebesar Rp. 1.434,27 juta (72,65 % atau lebih 22,65 % dari setengah

saldo Utang Lain-lain pada triwulan IV tahun 2009).

Page 106: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

90

Tabel 4.6

Kewajiban SAP Dana Pengelola

Setelah Penerapan PSAK 108

(dalam jutaan rupiah)

No URAIAN PERIODE

TRW I 2009

TRW II 2009

TRW III 2009

TRW IV 2009

TRW I 2010

1 Utang Komisi 48,09 144,22 110,04 280,14 159,84 2 Utang Pajak 324,71 176,53 213,69 253,51 274,96 3 Utang lain-lain 6.199,47 1.419,01 6.149,66 5.805,10 4.286,42 JUMLAH KEWAJIBAN (1 + 2 + 3) 6.572,27 1.739,76 6.473,38 6.338,75 4.721,22

Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Maret 2010.

Unsur-unsur Kewajiban SAP Dana Pengelola terbagi menjadi 3 (tiga),

yaitu Utang Komisi, Utang Pajak, dan Utang Lain-lain. Jumlah Kewajiban SAP Dana

Pengelola tersebut sebesar Rp. 6.572,27 juta (triwulan I 2009), Rp. 1.739,76 juta

(triwulan II 2009), Rp. 6.473,38 juta (triwulan III 2009), Rp. 6.338,75 (triwulan IV

2009), dan Rp. 4.721,22 (triwulan I 2010).

C. IDENTIFIKASI BTSM UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM

BUMIPUTERA MUDA 1967 SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN

PSAK 108

Pengertian Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) menurut

Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER- 02/BL/2009 adalah

jumlah minimum tingkat solvabilitas yang harus dimiliki perusahaan asuransi atau

perusahaan reasuransi, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup

risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan

Page 107: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

91

kekayaan dan kewajiban. Dalam penghitungan analisis rasio metode RBC, BTSM

adalah pembanding dari selisih antara kekayaan yang diperkenankan dengan

kewajiban, dimana setelah penerapan PSAK 108, penghitungan BTSM tersebut harus

berbasiskan dana tabarru’ atau peserta.

Bagi Usaha Asuransi Kerugian atau Umum ada 4 komponen (schedule)

yang diperhitungkan dalam menentukan nilai BTSM. Masing-masing indikator yang

terdapat dalam schedule tersebut dihitung dengan mengalikannya bersama faktor-

faktor risiko seperti yang telah diatur dalam Pedoman Perhitungan Batas Tingkat

Solvabilitas Minimum (PER-02/BL/2009). (Lihat kembali bab II)

Tabel 4.7

Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)

Sebelum Penerapan PSAK 108

(dalam jutaan rupiah)

KETERANGAN PERIODE

TRW I 2009

TRW II 2009

TRW III 2009

TRW IV 2009

Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Schedule A) 281,69 364,39 364,39 471,42 Ketidakseimbangan Antara Nilai Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang Asing (Schedule B) 7,81 6,47 6,47 5,46 Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan (Schedule C) 625,83 1.333,77 1.517,57 1.304,41 Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban dengan membayar klaim (Schedule D) 25,69 63,15 63,15 149,94

JUMLAH BTSM 941,02 1.767,78 1.951,58 1.931,22 Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera

Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Desember 2009.

Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Unit Syariah PT. Asuransi

Umum Bumiputera Muda 1967 Sebelum Penerapan PSAK 108, yang mungkin timbul

Page 108: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

92

sebagai akibat dari deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban sebesar Rp. 941,02

juta di triwulan I tahun 2009, Rp. 1.767,78 juta di triwulan II tahun 2009,

Rp.1.951,58 juta di triwulan III tahun 2009, dan Rp. 1.931,22 juta di triwulan IV

tahun 2009.

Peningkatan deviasi kemungkinan terjadinya risiko kerugian terlihat

signifikan pada komponen Ketidakmampuan Pihak Reasuradur Untuk Memenuhi

Kewajiban Dengan Membayar Klaim (Schedule D), yaitu pada triwulan ke-IV tahun

2009 sebesar 137,43 % menjadi Rp. 149,94 juta. Hal tersebut disebabkan karena

adanya Cadangan Teknis Beban Reasuradur untuk Reasuradur Dalam Negeri

Gabungan sebesar Rp. 3.748,62 juta dikalikan dengan faktor risiko 4%.

Tabel 4.8

Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Dana Peserta

Setelah Penerapan PSAK 108

(dalam jutaan rupiah)

KETERANGAN PERIODE

TRW I 2009

TRW II 2009

TRW III 2009

TRW IV 2009

TRW I 2010

Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Schedule A) 86,17 81,15 81,15 81,15 146,15 Ketidakseimbangan Antara Nilai Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang Asing (Schedule B) 6,47 6,47 6,49 6,47 5,46 Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan (Schedule C) 681,27 1.201,67 1.201,67 1.201,67 1.162,23 Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban dengan membayar klaim (Schedule D) 203,95 49,01 49,01 49,01 149,94

JUMLAH BTSM 977,86 1.338,31 1.338,33 1.338,30 1.463,78 Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera

Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Desember 2009.

Page 109: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

93

Tabel 4.8 di atas merupakan data Batas Tingkat Solvabilitas Minimum

(BTSM) yang perhitungannya sesuai dengan Pedoman Perhitungan Tingkat

Solvabilitas Minimum, peraturan Bapepam-LK no. PER-02/BL/2009. BTSM tersebut

berbasiskan dana tabarru’ atau peserta, karena seperti diketahui harus adanya

pemisahan pencatatan antara dana tabarru’ dan dana pengelola. Dalam PMK no.

18/PMK.010/2010 pasal 3 ayat 3 dinyatakan, bahwa perusahaan wajib membuat

catatan terpisah untuk kekayaan dan kewajiban Perusahaan, Dana Tabarru’, dan

Dana Investasi Peserta.

Berdasarkan tabel 4.8 tersebut dapat dideskripsikan bahwa Jumlah BTSM

Dana Peserta dari Triwulan I tahun 2009 s.d Triwulan I tahun 2010 masing-masing

sebesar Rp. 977,86 juta, Rp. 1.338,31 juta, Rp. 1.338,33 juta, Rp. 1.338,30 juta,

1.463, 78 juta. Jumlah BTSM mengalami posisi tertinggi pada Triwulan I tahun 2010.

Hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh komponen Kegagalan Pengelolaan

Kekayaan (Schedule A) sebesar Rp. 146,15 juta. Angka tersebut berasal dari Total

jumlah deviasi dalam pengelolaan kekayaan (Investasi, Bukan Investasi, Investasi

Yang Diretrukturisasi, Investasi Yang Diragukan, Investasi Pada Satu Pihak

(Perusahaan), Investasi Pada Satu Pihak (Group/Afiliasi)), sebesar Rp. 182,69 juta.

Kemudian sesuai peraturan Bapepam-LK no. PER-02/BL/2009, bahwa jumlah dana

yang diperhitungkan dalam perhitungan BTSM adalah 80% dari jumlah dana yang

dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan seluruh kekayaan

yang diperkenankan (80% x 182,69 juta), maka didapatkan hasil untuk Schedule A

triwulan I tahun 2010 sebesar Rp. 146,15 juta. (Lihat Lampiran 4)

Page 110: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

94

Pengaruh lainnya yaitu pada jumlah deviasi komonen Risiko Reasuradur

(Schedule D) sebesar Rp. 194,94 juta. Angka tersebut berasal dari Cadangan Teknis

Beban Reasuradur untu Reasuradur Dalam Negeri Gabungan sebesar Rp. 3.748,62

juta, kemudian dikalikan dengan faktor risiko kerugian sebesar 4 %, didapatkan hasil

untuk schedule D triwulan I tahun 2010 sebesar Rp. 194,94 juta.

D. RASIO PENCAPAIAN SOLVABILITAS MINIMUM METODE RISK

BASED CAPITAL (RBC) UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM

BUMIPUTERA MUDA 1967

Analisis Rasio Solvabilitas metode RBC bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana kemampuan sebuah perusahaan dalam menutupi kewajiban-

kewajibannya. Dalam perusahaan asuransi syariah berarti sejauh mana perusahaan

asuransi syariah tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar klaim kepada peserta

jika seluruh peserta mengalami klaim. Dari penghitungan analisis rasio RBC tersebut

dapat diketahui apakah perusahaan asuransi syariah tersebut ”sehat/solvent (>120%)”

atau ”tidak sehat/insolvent (<120%)”. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan no.

424/KMK.06/2003, bahwa perusahaan Asuransi dan Reasuransi setiap saat wajib

memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120%.

Berdasarkan identifikasi terhadap Tingkat solvabilitas dan BTSM Unit

Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 pada sub bab sebelumnya,

maka Tingkat RBC Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dapat

dihitung seperti pada tabel 4.9 dan tabel 4.10 di bawah ini :

Page 111: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

95

Tabel 4.9

Cabang Asuransi Kerugian Syariah

Batas Tingkat Solvabilitas (Sebelum Penerapan PSAK 108)

Triwulan I Tahun 2009 s.d Triwulan IV Tahun 2009

(dalam jutaan rupiah) Keterangan TRW I

2009 TRW II

2009 TRW III

2009 TRW IV

2009 A Tingkat Solvabilitas Kekayaan Yang Diperkenankan 16.318,31 19.187,41 21.658,58 24.264,23 Kewajiban (kecuali Pinjaman Subordinasi) 9.405,12 8.420,23 12.599,11 12.723,38 Jumlah Tingkat Solvabilitas 6.913,19 10.767,18 9.059,47 11.540,85

B Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)

Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Schedule A) 281,69 364,39 364,39 471,42

Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang (Schedule B) 7,81 6,47 6,47 5,46

Beban Klaim Yang Terjadi dan Beban Klaim Yang Diperkirakan (Schedule C) 625,83 1.333,77 1.517,57 1.304,41

Risiko Reasuradur (Schedule D) 25,69 63,15 63,15 149,94 Jumlah BTSM 941,02 1.767,78 1.951,58 1.931,22

C Kelebihan (Kekurangan) Batas Tingkat Solvabilitas 5.972,17 8.999,4 7.107,89 9.609,63

D Rasio Pencapaian Solvabilitas (dalam %) 734,65% 609,08% 464,21% 597,59%

Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Desember 2009

.

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa prosentase rasio RBC yang dicapai Unit

Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 sebelum diterapkannya PSAK

108 sebesar 734,65% di triwulan I tahun 2009 dengan kelebihan Batas Tingkat

Solvabilitas sebesar Rp. 5.972,17 juta, 609,08% di triwulan II tahun 2009 dengan

kelebihan Batas Tingkat Solvabilitas sebesar Rp. 8.999,4 juta, 464,21% di triwulan

III tahun 2009 dengan kelebihan Batas Tingkat Solvabilitas sebesar Rp.7.107,89 juta,

Page 112: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

96

dan 597,59% di triwulan IV pada tahun tersebut dengan kelebihan Batas Tingkat

Solvabilitas sebesar Rp.9.609,63 juta.

Sedangkan tingkat prosentase rasio RBC Dana Tabarru’ yang dicapai

Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 setelah diterapkannya

PSAK 108 pada tabel 4.10 di bawah menunjukkan 62,55% di triwulan I tahun 2009,

46,53% di triwulan II tahun 2009, 47,41% di triwulan III tahun 2009, 10,82% di

triwulan IV tahun 2009, dan sebesar 52,84% di triwulan I tahun 2010. Pencapaian

tersebut dapat terindikasi dari adanya kekurangan Batas Tingkat Solvabilitas setiap

triwulannya, yaitu mulai triwulan I tahun 2009 s.d triwulan I tahun 2010, masing-

masing sebesar Rp. 366,24 juta, Rp. 715,63 juta, Rp. 703,81 juta, Rp. 1.193,50 juta,

dan Rp. 690,30 juta.

Page 113: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

97

Tabel 4.10

Cabang Asuransi Kerugian Syariah

Batas Tingkat Solvabilitas Dana Peserta (Setelah Penerapan PSAK 108)

Triwulan I Tahun 2009 s.d Triwulan I Tahun 2010

(dalam jutaan rupiah) Keterangan TRW I

2009 TRW II

2009 TRW III

2009 TRW IV

2009 TRW I

2010 A Tingkat Solvabilitas Kekayaan Yang Diperkenankan 4.308,46 5.414,18 5.832,92 5.602,66 7.885,40 Kewajiban (kecuali Pinjaman Subordinasi) 3.696,84 4.791,50 5.198,41 5.457,86 7.111,92 Jumlah Tingkat Solvabilitas 611,62 622,68 634,51 144,80 773,48

B Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)

Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Schedule A) 86,17 81,15 81,15 81,15 146,15

Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang (Schedule B) 6,47 6,47 6,49 6,47 5,46

Beban Klaim Yang Terjadi dan Beban Klaim Yang Diperkirakan (Schedule C) 681,27 1.201,67 1.201,67 1.201,67 1.162,23

Risiko Reasuradur (Schedule D) 203,95 49,01 49,01 49,01 149,94 Jumlah BTSM 977,86 1.338,31 1.338,33 1.338,30 1.463,78

C Kelebihan (Kekurangan) Batas Tingkat Solvabilitas (366,24) (715,63) (703,81) (1.193,50) (690,30)

D Rasio Pencapaian Solvabilitas (dalam %) 62,55% 46,53% 47,41% 10,82% 52,84%

Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Maret 2010.

Page 114: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

98

Ilustrasi 4.2

Perkembangan Rasio RBC

Sebelum dan Setelah Penerapan PSAK 108

734,65%609,08%

464,21%597,59%

62,55% 46,53% 47,41% 10,82% 52,84%0%200%400%600%800%

TRW I '09 TRW II'09 TRW III '09 TRW IV '09 TRW I '10PERIODE LAPORAN KEUANGAN

RB

C (%

)

RBC Sebelum Penerapan PSAK 108 RBC Setelah Penerapan PSAK 108

Sumber : Data Yang Diolah

Ilustrasi 4.2 menggambarkan bagaimana perbandingan pergerakan tingkat

pencapaian solvabilitas RBC sebelum diterapkannya PSAK 108 dan setelah

diterapkannya PSAK 108 pada Unit Syariah . Pertumbuhan prosentase RBC sebelum

diterapkannya PSAK 108 pada triwulan II tahun 2009 mengalami penurunan dari

triwulan sebelumnya sebesar 17,09%, lalu pada triwulan III tahun 2009 mengalami

penurunan kembali dari triwulan sebelumnya sebesar 23,79%, namun pada triwulan

IV di tahun yang sama rasio pencapaian solvabilitas menguat kembali dengan jumlah

peningkatan sebesar 28,73%, walaupun jumlah RBC triwulan tersebut belum dapat

melampaui triwulan II tahun 2009 sebesar 609,08%. Sedangkan angka prosentase

pertumbuhan RBC setelah diterapkannya PSAK 108 pada triwulan II tahun 2009

mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 25,61%, di triwulan III

tahun 2009 mengalami peningkatan RBC dari triwulan sebelumnya, yaitu hanya

sebesar 1,89%, namun penurunan secara signifikan terjadi pada triwulan IV tahun

Page 115: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

99

2009 sebsesar 77,18%, dan dapat diimbangi pada triwulan I tahun 2010 dengan

peningkatan RBC secara signifikan sebesar 388,35% dari triwulan IV tahun 2009.

Berdasarkan deskripsi dari rasio pencapaian solvabilitas di atas, dapat

dibandingkan bahwa angka rasio RBC sebelum penerapan PSAK 108 dengan rasio

RBC setelah penerapan PSAK 108 memiliki perbedaan yang sangat signifikan.

Sebelum penerapan PSAK 108, dimana penghitungannya tidak ada pemisahan antara

dana pengelola dan dana peserta, angka prosentase RBC selalu berada di atas 400%,

sedangkan setelah penerapan PSAK 108, dimana diharuskan adanya pemisahan

antara dana pengelola dan dana peserta yang menyebabkan penghitungan BTSM

berbasiskan dana peserta, prosentasi rasio RBC dari triwulan I tahun 2009 s.d

triwulan I tahun 2010 menurun drastis dibandingkan sebelum penerapan PSAK 108

yaitu selalu dibawah angka 100%. Dengan demikian Unit Syariah PT. Asuransi

Umum Bumiputera Muda 1967 dapat dikatakan ”solvent/sehat” karena angka rasio

RBC sebelum penerapan PSAK 108 dari triwulan I tahun 2009 s.d triwulan IV tahun

2009 selalu jauh melebihi parameter BTSM standar dari pemerintah yaitu 120%.

Sedangkan angka rasio RBC Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda

1967 setelah penerapan PSAK 108 dari triwulan I tahun 2009 s.d triwulan I tahun

2010 tidak mencapai parameter minimal BTSM yang telah ditentukan oleh regulator

yaitu sebesar 120%, bahkan 100% pun tidak dapat dicapai. Dengan demikian Unit

Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, pada periode tersebut dapat

dikatakan ”insolvent/tidak sehat”, namun keadaan tersebut (insolvent/tidak sehat)

tidak mutlak dapat diberikan kepada Unit Syariah PT. Asuransi Bumida 1967

Page 116: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

100

dikarenakan penghitungan BTSM-nya berpedoman pada peraturan Bapepam-LK no.

PER-2/BL/2009 dan dengan pelaporan format PSAK 108, sehingga basis

perhitungannya berbeda dengan kondisi kesehatan Perusahaan sebelum diterapkannya

peraturan-peraturan tersebut, yaitu berbasis dana tabarru’. Selain hal tersebut, alasan

kenapa kata ”insolvent/tidak sehat” tidak dapat diberikan secara mutlak, karena jika

ditinjau dari kecukupan dana tabarru’, dalam peraturan Bapepam-LK no. PER-

2/BL/2009 terdapat qard yang dipinjam dari Dana Pengelola sebagai penambah asset

Dana Peserta, agar mencapai rasio RBC 120%.

Keputusan Menteri Keuangan no. 424 pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa

perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi yang tidak memenuhi ketentuan

tingkat solvabilitas (120%), wajib menyampaikan rencana penyehatan keuangan yang

disetujui oleh pemegang saham atau yang setara dengan itu dalam rangka memenuhi

ketentuan tingkat solvabilitas. Selain itu dalam peraturan BAPEPAM-LK Nomor

PER-02/BL/2009 tentang Pedoman Perhitungan BTSM Bagi Perusahaan Asuransi

dan Perusahaan Reasuransi, menyebutkan bahwa apabila tingkat RBC minimum

kelompok rekening tabarru’ kurang dari 120%, kelebihan jumlah kekayaan yang

diperkenankan di atas jumlah kewajiban dan modal sendiri atau modal kerja

minimum dalam kelompok rekening dana perusahaan harus cukup untuk setiap saat

menyalurkan pinjaman qard guna menutup kekurangan tingkat minimum RBC

tabarru’ tersebut.

Seperti halnya yang diungkapkan oleh Drs. Saiful Hadi selaku Kabag

Keuangan dan SDM Syariah di Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda

Page 117: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

101

1967, bahwa qard dalam Asuransi Syariah diartikan sebagai dana talangan yang

diperlukan untuk mengatasi defisit underwriting dana peserta yang berasal dari dana

perusahaan yang harus dikembalikan setelah dana peserta mengalami surplus. Qard

dikaitkan dengan RBC, dalam PMK no. 18/PMK.010/2010 qard diartikan sebagai

dana talangan yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan solvabilitas dana

tabarru’, untuk memenuhi ratio sebesar 120%, jadi pinjaman diperlukan untuk

meningkatkan asset Dana Tabarru’ dalam mencapai rasio solvabilitas yang

ditentukan.

Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba membuat simulasi fungsi qard

pada rasio Pencapaian Solvabilitas Dana Peserta Unit Syariah PT. Asuransi Umum

Bumiputera Muda 1967, triwulan I tahun 2009 s.d triwulan I tahun 2010. Lihat

kembali tabel 4.3 (Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Pengelola). Dalam tabel

tersebut membuktikan bahwa sangat besarnya jumlah kekayaan pada rekening Dana

Pengelola. Disinilah salah satu peran dari kekayaan Dana Pengelola dalam

memberikan pinjaman (qard) kepada kekayaan Dana Peserta untuk meningkatkan

rasio pencapaian solvabilitas menjadi ≥ 120%.

Untuk memenuhi tingkat solvabilitas tersebut, pada triwulan I tahun 2009

s.d triwulan I tahun 2010 disuntikan dana qard dari kekayaan Dana Pengelola

masing-masing sebesar Rp. 675 juta di triwulan I tahun 2009, Rp. 1 miliar di triwulan

II tahun 2009, Rp. 1 miliar di triwulan III tahun 2009, Rp. 1.500 juta di triwulan IV

tahun 2009, dan Rp. 1.500 juta di triwulan I tahun 2010. Dengan demikian , jumlah

Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Peserta bertambah menjadi Rp. 4.983,46 di

Page 118: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

102

triwulan I tahun 2009, Rp. 6.414,18 juta di triwulan II tahun 2009, Rp. 6.832,92 juta

di triwulan III tahun 2009, Rp. 7.102,66 juta di triwulan IV tahun 2009, dan Rp.

9.385,40 juta di triwulan I tahun 2010. Kekayaan Dana Peserta setelah ditambahkan

qard tersebut selanjutnya dikurangi dengan kewajiban Dana Peserta seperti yang

tertera pada tabel 4.5, maka tingkat solvabilitas Dana Peserta menjadi Rp. 1.286,62

juta di triwulan I tahun 2009, Rp. 1.622,68 di triwulan II tahun 2009, Rp. 1.634,51 di

triwulan III tahun 2009, Rp. 1.644,80 di triwulan tahun IV tahun 2009, dan

Rp.2.273,48 di triwulan I tahun 2010. Angka tingkat solvabilitas tersebut kemudian

dibandingkan dengan jumlah BTSM masing-masing triwulan seperti pada tabel 4.6 di

atas, Rasio Pencapaian Solvabilitas Dana Peserta metode RBC dari triwulan I tahun

2009 s.d triwulan I tahun 2010, masing-masing menjadi sebesar 131,57%, 121,84%,

122,73%, 122,90%, dan 155,32%. (Lihat Tabel 4.11)

Page 119: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

103

Tabel 4.11

Rasio Pencapaian Solvabilitas Dana Peserta Setelah Ditambahkan Qard

Keterangan TRW I 2009

TRW II 2009

TRW III 2009

TRW IV 2009

TRW I 2010

A Tingkat Solvabilitas Kekayaan Yang Diperkenankan 4.983,46 6.414,18 6.832,92 7.102,66 9.385,40 Kewajiban (kecuali Pinjaman

Subordinasi) 3.696,84 4.791,50 5.198,41 5.457,86 7.111,92 Jumlah Tingkat Solvabilitas 1.286,62 1.622,68 1.634,51 1.644,80 2.273,48

B Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)

Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Schedule A) 86,17 81,15 81,15 81,15 146,15

Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang (Schedule B) 6,47 6,47 6,49 6,47 5,46

Beban Klaim Yang Terjadi dan Beban Klaim Yang Diperkirakan (Schedule C) 681,27 1.201,67 1.201,67 1.201,67 1.162,23

Risiko Reasuradur (Schedule D) 203,95 49,01 49,01 49,01 149,94 Jumlah BTSM 977,86 1.338,31 1.338,33 1.338,30 1.463,78

C Kelebihan (Kekurangan) Batas Tingkat Solvabilitas 308,76 290,84 302,68 306,50 809,70

D Rasio Pencapaian Solvabilitas (dalam %) 131,57% 121,84% 122,73% 122,90% 155,32%

Sumber : Data Yang Diolah

E. ANALISIS KENDALA DALAM PENCAPAIAN SOLVABILITAS

MINIMUM DANA PESERTA DAN PARAMETER BTSM 120%

Sub pembahasan sebelumnya dapat memperlihatkan dengan jelas

performance Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dari triwulan

I tahun 2009 s.d triwulan IV tahun 2009 untuk format perhitungan RBC sebelum

diterapkannya PSAK 108, dan dari triwulan I tahun 2009 s.d triwulan I tahun 2010

untuk format perhitungan RBC setelah diterapkannya PSAK 108.

Page 120: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

104

Hasil penghitungan dari masing-masing format di atas, membuktikan

bahwa Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 berada dalam

keadaan good performance dari triwulan I tahun 2009 s.d triwulan IV tahun 2009

untuk format sebelum penerapan PSAK 108, dan dalam keadaan bad performance

dari triwulan I tahun 2009 s.d triwulan I tahun 2010 untuk format setelah penerapan

PSAK 108. Berdasarkan hal tersebut, maka disinilah terlihat kendala sebuah industri

Asuransi Syariah, khususnya Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda

1967. kendala tersebut yaitu62 industri Asuransi Syariah dihadapkan pada

kecenderungan menurunnya rasio solvabilitas yang selama ini di patok dengan

persentase 120%, dan hal ini terjadi khususnya pada perusahaan yang masih baru

beroperasi seperti Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 yang

notebene-nya baru dibentuk pada tanggal 19 Februari 2004.

Kita telah ketahui bersama bahwa ketentuan regulator yang mengatur

mengenai perhitungan tingkat solvabilitas asuransi syariah diatur dalam Peraturan

Bapepam-LK No.PER-02/BL/2009, dan dengan munculnya PSAK 108 yang

mengatur pemisahan dalam pencatatan antara dana entitas pengelola dan dana entitas

peserta di industri Asuransi Syariah, maka penghitungan tingkat solvabilitas yang

diatur oleh Bapepam-LK tersebut harus berbasiskan dana tabarru’/peserta. Sehingga

untuk mencapai rasio solvabilitas 120% pada industri Asuransi Syariah, kekayaan

Dana Peserta/tabarru’ harus memiliki jumlah yang sangat tinggi, dan mampu

62 Drs. Saiful Hadi, Kabag Keuangan dan SDM Unit Syariah PT. Asuransi Umum

Bumiputera Muda 1967, Wawancara Pribadi Mengenai Rasio Pencapaian RBC. Jl. Wolter Mongonsidi, Jakarta.

Page 121: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

105

menutupi seluruh kewajiban perusahaan kepada pihak peserta. Inilah alasan mengapa

kecenderungan munurunnya rasio solvabilitas RBC pada industri-industri Asuransi

Syariah yang masih dapat dikatakan baru menjadi kendala mereka dalam pencapaian

solvabilitas yang telah dipatok oleh pemerintah yaitu sebesar 120%. Walaupun

demikian, Drs. Saiful Hadi, selaku Kabag Keuangan dan SDM syariah

mengungkapkan bahwa pemenuhan RBC 120% tersebut bukanlah sebuah hal yang

sulit untuk dicapai oleh industri Asuransi Syariah, namun pemenuhan 120% tersebut

diperlukan waktu minimal 5 (lima) tahun, itupun dengan asumsi menerapkan akad

wakalah bil ujrah dan alokasi atas hasil surplus underwriting dana peserta

memberikan porsi yang cukup bagi cadangan dana peserta, serta pengelolaan risiko

dengan kualitas yang baik atau prudent, sehingga kekayaan Dana Peserta memiliki

jumlah yang tinggi untuk menutupi seluruh kewajibannya.

Dengan demikian, yang menjadi fokus perhatian dari permasalahan ini,

yaitu pada parameter yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dimana parameter

tersebut untuk industri Asuransi Syariah yang dalam perhitungan rasio

solvabilitasnya berbasiskan hanya pada dana tabarru’, disamakan dengan industri

Asuransi Konvensional yang tidak ada pemisahan dana dalam pengelolaannya, yaitu

sebesar 120%.

Pertanyaannya adalah apakah parameter 120% tersebut cocok/tepat untuk

industri asuransi syariah. Jika parameter tersebut tidak cocok, maka berapakah

prosentase parameter yang cocok untuk industri Asuransi Syariah. Selanjutnya, jika

parameter tersebut dapat dikatakan tepat untuk industri Asuransi Syariah, maka

Page 122: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

106

langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh oleh perusahaan Asuransi Syariah

dalam pemenuhan parameter 120% tersebut, seperti telah diungkapkan pada paragraf

sebelumnya, bahwa meskipun parameter tersebut bisa dicapai, dibutuhkan waktu

yang lama, yaitu minimal 5 (lima) tahun untuk mencapainya.

Salah satu hasil wawancara penulis dengan Kabag Keuangan dan SDM

Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Drs. Saiful Hadi, menurut

beliau, karena parameter industri Asuransi Syariah dalam penghitungan RBC

berbeda, seharusnya persentase rasio RBC tersebut harus dibedakan juga.

Gambarannya seperti ini, dari istilah RBC itu sendiri saja sudah mengarah kepada

capital atau modal yang notabene merupakan domainnya pengelola, sementara di

syariah dasar perhitungannya menggunakan kekayaan peserta, untuk itu menurut Drs.

Saiful Hadi dalam wawancara pribadi dengan penulis, angka persentase rasio

solvabilitas syariah yang dirasakan cukup wajar adalah 75%.

Walaupun prosentase-nya tidak dibedakan yaitu sebesar 120%, industri

Asuransi Syariah harus melihat faktor-faktor yang memiliki pengaruh yang cukup

signifikan dalam pertumbuhan asset Dana Peserta agar mampu menutupi

kewajibannya kepada pihak pengelola sekaligus mampu memenuhi parameter 120%.

Diantara faktor-faktor tersebut antara lain :63

a. Memiliki produk asuransi yang menguntungkan.

b. Pemilihan akad yang tepat antara peserta dan pengelola.

63 Drs. Saiful Hadi, Kabag Keuangan dan SDM Unit Syariah PT. Asuransi Umum

Bumiputera Muda 1967, Wawancara Pribadi Mengenai Rasio Pencapaian RBC, Jl. Wolter Mongonsidi, Jakarta.

Page 123: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

107

c. Pemilihan instrumentasi investasi yang menguntungkan.

d. Pengelolaan risiko dengan baik (Prudent).

Page 124: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

108

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Tingkat solvabilitas minimum yang dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi

Umum Bumiputera Muda 1967 dengan menggunakan metode RBC sesuai

peraturan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009

pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode

triwulan I 2009 - triwulan I 2010, jika menerapkan PSAK 108 masing-

masing sebesar 62,55%, 46,53%, 47,41%, 10,82%, dan 52,84%. Sedangkan

sebelum diterapkannya PSAK 108, tingkat solvabilitas minimum yang dicapai

oleh Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dari triwulan I

2009 – triwulan IV 2009 masing-masing sebesar 734,65%, 609,08%,

464,21%, dan 597,59%.

2. Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 tidak dapat

mencapai/memenuhi parameter BTSM yang telah ditentukan oleh pemerintah,

sebesar 120% dari triwulan I 2009 – triwulan I 2010 jika menggunakan

penghitungan solvabilitas sesuai peraturan Bapepam-LK nomor PER-

2/BL/2009 dan dengan pelaporan sesuai format PSAK 108, sehingga dapat

dikatakan pada masing-masing triwulan tersebut Unit Syariah PT. Asuransi

Page 125: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

109

Umum Bumiputera Muda 1967 dalam keadaan ”insolvent/tidak sehat”, namun

tidak mutlak karena masih ada dana qard dari dana pengelola, sehingga

parameter rasio RBC 120% dapat tercapai.

3. Kendala yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda

1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan

Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 jika menerapkan PSAK 108,

yaitu adanya kecenderungan menurunnya nilai RBC yang dikarenakan

penghitungan Solvabilitas tersebut berbasiskan Dana Peserta, serta dibutuhkan

waktu yang lama, yaitu minimal 5 (tahun) untuk dapat mencapai parameter

RBC 120%.

B. SARAN

1. Diberlakukannya PSAK 108 tentang Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah

dan peraturan Bapepam-LK No. PER-02/BL/2009 tentang Pedoman

Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahan Asuransi

dan Reasuransi yang menyebabkan menurunnya angka Rasio Pencapaian

Solvabilitas (Metode RBC) syariah pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum

Bumiputera Muda (Bumida) 1967, maka pihak manajemen perusahaan

Bumida khususnya dan industri Asuransi Syariah pada umumnya, perlu

melakukan strategi investasi yang efektif dan efisien, dengan memilih

instrumen investasi yang tidak hanya sesuai dengan garis ketentuan syariah,

tetapi juga diharapkan mampu menghasilkan return (bagi hasil) yang

Page 126: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

110

maksimal. Selain itu, pihak manajemen perlu melakukan strategi pemasaran

sebuah produk yang memiliki tingkat pengumpulan kontribusi tinggi serta

memiliki tingkat risiko yang kecil, sehingga percepatan pertumbuhan asset

Dana Peserta dapat tercapai dengan baik.

2. Manajemen Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 pada

khususnya dan industri Asuransi Syariah pada umumnya, diharapkan

melakukan kebijakan-kebijakan efektif yang terfokus pada percepatan

pertumbuhan Kekayaan Dana Tabarru’/Peserta, agar rasio solvabilitas

minimum 120% dapat dipenuhi dan perusahaan asuransi dapat berkembang

dan berlomba-lomba memberikan pelayanan yang baik kepada peserta

Asuransi Syariah, sehingga dapat bersaing secara sehat baik dengan asuransi

konvensional maupun asuransi syariah.

3. Pemerintah sebagai pihak regulator yang mengawasi perkembangan

perusahaan Asuransi Syariah sebaiknya perlu meninjau ulang mengenai

parameter rasio solvabilitas minimum (RBC) syariah yang disamakan dengan

konvensional, yaitu 120%. Karena dasar perhitungan BTSM untuk asuransi

konvensional dan asuransi syariah memiliki parameter yang berbeda.

Page 127: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

111

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim.

Ali, AM. Hasan. Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam ; Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2004.

Amrin, Abdullah. Asuransi Syariah ; Keberadaan dan Kelebihannya Di Tengah Asuransi Konvensional. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2006.

Dewan Syariah Nasional MUI. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI. Ed. Revisi Tahun 2006. Jakarta : CV. Gaung Persada. 2006.

Ghoni, Abdul dan Erny Arianty. Akuntansi Asuransi Syariah: Antara Teori dan Praktek. Jakarta: Insco Consulting. 2007.

Hadypradipta. ”Fiqih Muamalah”. Artikel diakses pada 11 Februari 2010 dari http://hadypradipta.blog.ekonomisyariah.net/2009/01/06/fiqih-muamalah/.

Http://id.wikipedia.org/wiki/2008/02/laporan-keuangan.html diakses pada 24 Mei 2010.

Http://allianz.co.id/AZLIFE/Indonesian/About+Us/Financials/Allianz+ RBC.htm#top, diakses pada 24 Januari 2010.

Http://bumida.co.id/index.php/main_ind/product, diakses pada tanggal 14 April 2010.

Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. 2009.

Page 128: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

112

. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 108) tentang Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah.

. Standar Akuntansi Keuangan; Penyajian Laporan Keuangan Syariah, (Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI, 2006), Ed. PSAK no. 101, h. 101.2

Iqbal, Muhammad. Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik. Jakarta : Gema Insani. 2005.

Keputusan Menteri Keuangan nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi.

Muhammad. Pengantar Akuntansi Syari;ah. Jakarta : Salemba Empat, 2002.

. Prinsip – Prinsip Akuntansi Dalam Al-Qur’an. Jakarta : UII Press, 2000.

Peraturan Bapepam-LK nomor PER-2/BL/2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010, Tentang Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.

PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Laporan Tahunan 2009 (Annual Report), 2009.

Rahardjo, Budi. Laporan Keuangan Perusahaan; Memahami dan Menganalisis. Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2003.

Ramli, Hasbi. Teori Dasar Akuntansi Syariah. Jakarta : Renaisan, 2005.

Page 129: AHMAD SOPYAN-FSH.pdf

113

Salim, Abbas. Asuransi dan Manajemen Risiko. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Sensi, Ludovicus. Memahami Akuntansi Asuransi Kerugian (Accounting For General Insurance). Jakarta : PT. Prima Mitra Edukarya, 2006.

Sevila, Consuelo G., Pengantar Metode Penelitian, Jakarta : UI-PRESS, 1993.

Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (Life and General); Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta : Gema Insani Pers, 2004.

Suyuti, Jalal al-Din.. Al-Asybah wa Al-Nazhir. Beirut : Dar al-Fikr, tth.

Undang – Undang RI nomor 2 tahun 1992, tentang Usaha Perasuransian.

Wawancara Pribadi dengan Saiful Hadi. Jakarta. 18 Agustus 2010.