analisis kerjasama jepang - malaysia dalam...
TRANSCRIPT
ANALISIS KERJASAMA JEPANG-MALAYSIA
DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA
HALAL TAHUN 2018
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Amalia Hanifa Unsi
11151130000099
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
v
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis alasan Jepang melakukan
kerjasama dengan Malaysia dalam pengembangan industri pariwisata halal tahun
2018. Masalah penelitian dalam skripsi ini bermula dari momen kerjasama
pengembangan industri pariwisata halal yang telah disepakati oleh kedua negara
melalui penandatanganan Memorandum of Cooperation (MoC) mengenai industri
halal. Sebagai sebuah negara minoritas muslim tentu menarik melihat fenomena
kerjasama yang dilakukan oleh Jepang dan Malaysia yang merupakan negara
mayoritas muslim. Kerjasama yang dilakukan juga merupakan kerjasama yang
memiliki nilai Islam (mengenai pariwisata halal).
Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan deskriptif analisis
mengenai topik yang dibahas, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
melakukan studi pustaka. Melalui bantuan dua kerangka konseptual yakni Konsep
Kerjasama Internasional dan Kepentingan Nasional setidaknya telah ditemukan
alasan mengapa Jepang melakukan kerjasama dengan Malaysia. Alasan hasil
analisis dari Konsep Kerjasama Internasional memunculkan hasil mengenai adanya
kesamaan kepentingan, prospek di masa depan serta timbal balik untuk kedua
negara. Konsep Kepentingan Nasional memberikan hasil analisis mengenai
kepentingan Jepang secara ekonomi untuk masuk ke dalam Pasar Pariwisata Halal
Global kemudian dari segi kepentingan budaya, Jepang untuk melakukan nation
branding sebagai negara Muslim Friendly Travel (MFT) dan dalam kepentingan
politik Jepang ingin meningkatkan hubungan baik dengan Malaysia dalam bidang
lain seperti pariwisata halal.
Kata kunci: Jepang, Malaysia, MoC, kerjasama internasional, kepentingan
nasional, pariwisata halal.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrrahim, puji serta syukur penulis ucapkan kepada Allah
SWT atas segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kerjasama Jepang-Malaysia
dalam Pengembangan Industri Pariwisata Halal Tahun 2018". Shalawat serta
salam tak lupa diucapkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW selaku tauladan
bagi seluruh umat manusia.
Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan program S1 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis kemudian
menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya
kepada:
1. Allah SWT, terimakasih atas limpahan rahmat dan karunia atas
kelancaran dalam mengerjakan skripsi ini,
2. Kedua orangtua penulis, Drs. H. Mahyudin dan Hj. Dini Agus
Susilowati yang selalu memberikan dukungan serta doa yang tiada
henti. Kemudian adik penulis, Annida Fathiya Unsi yang juga selalu
memberi dukungan dan doa untuk penulis,
3. Mbah Kakung, Om, Tante, dan Sepupu penulis.
vii
4. Bapak Febri Dirgantara Hasibuan, MM selaku Dosen
Pembimbing penulis yang telah membimbing, membantu, dan
memberi dukungan tiada henti dalam menyelesaikan skripsi ini,
5. Bapak Ahmad Alfajri, MAIR selaku Kepala Program Studi Hubungan
Internasional yang telah membimbing dan membantu penulis selama
proses perkuliahan berlangsung.
6. Segenap jajaran staff dan dosen Prodi HI UIN Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan wawasan yang bermanfaat bagi penulis dan
mahasiswa HI lainnya,
7. Teman-teman seperjuangan di HI, yaitu Fira Sintia, Anita Chania,
Nisaul Adla, Nabila Febrina, Dwisyifa Febriyanti, Mohammad Ilham,
Muthia Al-Jufri, Annisa Asti, Putri Sarah Balqis, Renni Damayanti,
Diaz Lutfika, Musyfiq Amrullah dan seluruh temah-teman HI-C lain,
8. Teman-Teman ISC,
9. Teman-teman KKN 182 2018,
10. Teman-teman Winter Project di Republik Ceko 2019, Shifa Veronica,
Farah Auliya, Bryan Bennaldi, Mahdy Al-Muhdhor, Bella Sugiarto,
11. Keluarga di Ostrava, Lenca Lazarova, Nina Katrusak, Kristyna
Tomsu, Gabca Macudova, Johanka Vitaskova,
12. Teman-teman di Deputi 4 INAPGOC,
13. Senior di HI UIN, Yaqub Al-Abror, Karizabella Putri, Diah Andam
Suri, Widya Astri, Allyn Phita, Zsahwa Maula, Jaka Haritstyo,
viii
14. Teman-teman penulis Titiana Rahma, Karina Adadiyah, Iftarry
Nurrafida, Annada Mufida, Bella Amanda, Alia Satia, Shabrina
Chaalishah, Aida Salsabila, Suha Yumna, Shabrina Hanum, Fahmaiar
Nur Oktavena, Naufal Aji.
Jakarta, 06 Oktober 2019
Amalia Hanifa Unsi
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ................................................................. 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................... 6
1.4 Tinjauan Pustaka ........................................................................ 7
1.5 Kerangka Konseptual ................................................................. 11
1.5.1 Konsep Kerjasama Internasional ....................................... 11
1.5.2 Konsep Kepentingan Nasional .......................................... 16
1.6 Metode Penelitian ....................................................................... 18
1.7 Sistematika Penulisan ................................................................. 19
BAB II HUBUNGAN BILATERAL JEPANG DENGAN MALAYSIA
2.1 Sejarah Hubungan Bilateral Jepang dan Malaysia ..................... 21
2.2 Peningkatan Hubungan Kerjasama Bilateral Jepang dan
Malaysia ..................................................................................... 24
2.3 Hubungan Kemitraan Strategis Jepang dan Malaysia ................ 26
2.4 Hubungan Pariwisata Jepang dan Malaysia ............................... 28
BAB III INDUSTRI PARIWISATA HALAL DI JEPANG 3.1 Industri Pariwisata Halal ............................................................ 30
3.2 Industri Halal di Jepang .............................................................. 34
3.3 Industri Pariwisata Halal di Jepang ............................................ 35
BAB IV ANALISIS KERJASAMA JEPANG-MALAYSIA DALAM
INDUSTRI PARIWISATA HALAL TAHUN 2018
4.1 Kerjasama Industri Pariwisata Halal Jepang dan Malaysia........ 44
4.1.1 Kesamaan Kepentingan Jepang dan Malaysia .................. 45 4.1.2 Prospek Masa Depan jepang dan Malaysia ....................... 46
4.1.3 Aktor Kerjasama Jepang dan Malaysia.............................. 46
4.1.4 Resiprokal antara Jepang dan Malaysia ............................. 48
4.1.5 Institusi Kerjasama Jepang dan Malaysia .......................... 49
x
4.2 Kepentingan Nasional ................................................................ 50
4.2.1 Kepentingan Ekonomi dalam Kerjasama Pariwisata
Halal ........................................................................................... 50
4.2.2 Kepentingan Budaya dalam Kerjasama Pariwisata
Halal ........................................................................................... 54
4.2.3 Kepentingan Politik dalam Kerjasama Pariwisata
Halal ........................................................................................... 66
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 68
5.2 Saran ........................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... xv
Lampiran
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel IV.1 Kedatangan Wisatawan Muslim Periode 2010 sampai 2020...............55
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar III.1Permintaan serta Penawaran Industri Pariwisata Halal .....................31
Gambar IV.1 Momen Penandatanganan MoU antara Jepang dan Malaysia .........42
Gambar IV.2 Diagram Global Halal Industry, 2016/17 .........................................51
Gambar IV.3 Rumah Makan Halal di Jepang, Hanasakaji-san ..............................61
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 MoCJepangMalaysiadalamBidangIndustriHalalTahun2018
xiv
DAFTAR SINGKATAN
ASEAN Association of Southeast Asian Nations
COMCEC Committee for Economic and Trade Cooperation
EAEC East Asian Economic Caucus
GMTI Global Muslim Travel Index
HJC Halal Japan Corporation
ICJ Islamic Center Japan
JAKIM Jabatan Kemajuan Islam Malaysia
JHA Japan Halal Association
JIT Japan Islamic Trust
JMEPA Japan-Malaysia Economic Partnership Agreement
LEP Look East Policy
LNG Liquified Natural Gas
METI Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri
MFT Muslim Friendly Travel
MHC Malaysia Halal Association
MIHA Malaysia's International Halal Educational Organization
MNC Multinational Corporation
MoC Memorandum of Cooperation
NAHA Nippon Asia Halal Association
NGO Non-Government Organization
OIC Organization of Islamic Cooperation
SLOC Sea Lanes of Communication
UN United Nations
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan setiap negara di dunia ini pastinya memiliki perbedaan. Kemampuan
yang dimiliki sebuah negara juga pasti berbeda satu dengan lainnya, hal tersebut
dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Keterbatasan yang dimiliki oleh setiap negara
akan berpengaruh terhadap langkah yang akan diambil untuk memenuhi tujuan
negara tersebut. Adanya perbedaan keadaan dan batasan kemampuan sebuah negara
memunculkan kerjasama internasional untuk melengkapi negara tersebut dalam
pemenuhan tujuannya. Pentingnya menjaga kerjasama internasional antar negara
akan membuat masing-masing negara merasakan manfaat yang akan berpengaruh
terhadap keadaan negaranya masing-masing.1
Jepang merupakan sebuah negara kepulauan di pesisisr timur Benua Eurasia
di belahan bumi bagian utara. Kepulauannya membentang dari timur laut ke barat
daya sejajar dengan garis pantai. Ketinggian tanah berada sekitar 20 hingga 45
derajat lintang utara dan antara sekitar 123 hingga 154 derajat bujur timur. Terdiri
dari pulau Hokkaido, Honshu, Shikoku, Kyushu, Okinawa dan masih banyak lagi.
Total populasi di Jepang tahun 2017 adalah 126,71 juta jiwa. Populasi tersebut
1 Zulkifli, “Kerjasama Internasional Sebagai Solusi Pengelolaan Kawasan
Perbatasan Negara,” (Studi Kasus Indonesia) (Jakarta: Universitas Indonesia, 2012), 18.
2
berada di peringkat ke sebelas di dunia dan mengambil 1,7 persen dari total manusia
di dunia.2
Malaysia merupakan salah satu negara yang terletak di kawasan Asia
Tenggara. Negara ini terdiri dari dua wilayah, yaitu Semenanjung Malaysia di barat
yang terletak antara Thailand dan Singapura dan negara bagian Sabah dan Serawak
yang terletak di sebelah timur Thailand di sebuah pulau yang dibagi dengan
Indonesia. Kedua wilayah negara ini dipisahkan oleh Laut Cina Selatan. Malaysia
merupakan negara federal yang terdiri dari 13 negara bagian dalam satu federal
wilayah (wilayah persekutuan), yang meliputi kota Kuala Lumpur sebagai ibukota
Malaysia, Labuan serta Putrajaya.3
Hubungan Jepang dan Malaysia dapat tergolong stabil dan bersahabat
dengan baik. Selama bertahun-tahun kedua negara ini fokus kepada hubungan
mengenai kerjasama ekonomi antar kedua negara. Hubungan khusus antar Jepang
dan Malaysia adalah pada sektor manufaktur. Perkembangan hubungan terjadi
seieing berjalannya waktu. Saat ini hubungan yang dijalin antar kedua negara tidak
hanya pada sektor ekonomi namun meluas ke sektor budaya, pariwisata, pendidikan
serta keamanan. Selama tiga dekade ke belakang, Jepang merupakan salah satu
mitra ekonomi Malaysia yang pada tahun 2014 mencapai RM 137,45 miliar atau
USD 42 miliar. Terdapat 1.400 perusahaan jepang yang beroperasi di Malaysia.4
2 Statistics Bureau, “Statictical Handbook of Japan,” (Tokyo: Ministry of Internal
Affairs and Communications, 2018), 2.
3 FAO AQUASTAT Reports, “Coutry Profile-Malaysia,” (Rome: Food and
Agriculture Organization of the United Nations (FAO), 2011), 1.
4 Zarina Zainuddin, "Malaysia-Japan Relations: Heading Towards Stronger Ties?,"
ISIS Journal hal. 13 [jurnal online] tersedia di https://isis.org.my/wp-
content/uploads/2015/10/files_IF_2015_IF9_ISIS_Focus_9_-_2015_Index_3.pdf;
Internet; diunduh pada Senin, 09 September 2019 pukul 20.51 WIB.
3
Investasi Jepang telah meluas masuk ke dalam sektor industri pariwisata
halal, teknologi hijau, properti, perhotelan serta logistik. Turis-turis asal Malaysia
memiliki jumlah yang stabil di Jepang. Melihat banyaknya turis Malaysia yang
merupakan umat muslim membuat Jepang yang sedang melakukan perluasan
investasi ke industri pariwisata halal lebih ingin mengembangkan potensi
negaranya tersebut.5
Peningkatan jumlah wisatawan muslim ke Jepang tidak sebanding dengan
para pelaku pariwisata di Jepang yang mengerti mengenai industri pariwisata halal.
Hal tersebut karena Jepang bukan merupakan negara mayoritas muslim.
Masyarakat Jepang sebanyak 51,2% menganut agama Shinto yang menjadi
populasi agama terbesar kemudian Budha sebanyak 43% serta Kristen 1%. Letak
geografis Jepang pun terletak jauh dari negara-negara mayoritas muslim.
Pemerintah Jepang berupaya secara maksimal untuk meningkatkan industri
pariwisata halal karena melihat antusiasme wisatawan muslim yang berdatangan ke
Jepang. Jepang mengupayakan faslitias yang semakin membaik untuk menjamu
para wisatawan muslim sehingga merasa nyaman ketika sedang berlibur di negara
sakura tersebut.6
Industri pariwisata halal sendiri jika diartikan merupakan industri yang
menganut konsep halal. Halal merupakan istilah bagi sesuatu yang tidak dilarang
oleh Islam yang terdapat dalam Al-Qur'an, perkataan nabi ataupun ijma dari ulama-
5 Zainuddin, "Malaysia-Japan Relations: Heading Towards Stronger Ties?", 13.
6 Eka D. Satriana dan Hayyun D. Faridah, "Wisata Halal: Perkembangan, Peluang,
dan Tantangan," Journal of Halal Product and Research (JHPR) Vol. 01 No. 02, Mei-
November 2018 hal. 37 [jurnal online]; tersedia di
https://e-journal.unair.ac.id/JHPR/article/download/10509/5804; Internet; diunduh pada
Senin, 22 April 2019 pukul 22.02 WIB.
4
ulama.7 Arti dari kata halal adalah diizinkan, disahkan, disetujui, sah atau berlisensi.
Halal melingkupi banyak aspek dalam Islam. Aspek-aspek yang dapat
dikategorikan apakah hal tersebut halal atau haram, diantaranya adalah mengenai
makanan, minuman, produk-produk pertanian, kosmetik, perbankan dan banyak
industri lain.8
Pada tanggal 26 November 2018, Jepang dan Malaysia menandatangani
Memorandum of Cooperation (MoC) Kerjasama Industri Halal. Penandatanganan
ini dilakukan oleh Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang,
Hiroshige Seko dan Menteri Pengembangan Wirausaha Malaysia, H.E. Mohd.
Redzuan Md Yusof. Penandatanganan ini terjadi di kantor perdana menteri di
Tokyo.9
Pemilihan Jepang atas Malaysia sebagai mitra dalam kerjasama industri
pariwisata halal melalui beberapa alasan penting. Terdapat banyak negara yang
memiliki kapabilitas dalam pengembangan industri pariwisata halal, diantaranya
7 Imam Salehudin, "Halal Literacy: A Concept Exploration and Measurement
Validation," ASEAN MARKETING JOURNAL Vol. II No. 1, Juni 2010 hal. 2 [jurnal
online]; tersedia di http://journal.ui.ac.id/index.php/amj/article/view/1987; Internet;
diunduh pada Senin, 22 April 2019 pukul 20.33 WIB.
8 Jusmaliani dan Hanny Nasution, "Religiosity Aspect in Consumer Behaviour:
Determinants of Halal Meat Consumption," ASEAN MARKETING JOURNAL Vol. I No.
2, Desember 2009 hal. 2 [jurnal online]; tersedia di
http://journal.ui.ac.id/index.php/amj/article/view/1977; Internet; diunduh pada Senin, 22
April 2019 pukul 20.35 WIB.
9 Ministry of Economic, Trade and Industry Japan, "Japan and Malaysia Sign
Memorandum of Cooperation on Halal," [situs resmi]; tersedia di
https://www.meti.go.jp/english/press/2018/1127_002.html; Internet; diakses pada Senin,
09 September 2019 pukul 13.35 WIB.
5
United Emirates Arab dan Indonesia dan yang menjadi saingan Malaysia dalam
peringkat teratas Global Muslim Travel Index 2017.10
Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya mayoritas muslim.
Masyarakat muslim Indonesia mencapai 87,18%. Kondisi geografis Indonesia juga
strategis yang menjadikan negara ini memiliki begitu banyak kekayaan alam.
Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia merupakan potensi besar bagi Indonesia
dalam pengembangan industri pariwisata. Indonesia juga memiliki Majelis Ulama
Indonesia (MUI) sebagai sertifikasi halal yang membuat makanan serta minuman
di Indonesia terjamin halal dan aman bagi wisatawan muslim. Indonesia juga
mendapat penghargaan dalam World Halal Tourism di Abu Dhabi tahun 2016.11
Negara lain yang memiliki potensi dalam pengembangan pariwisata halal
adalah Uni Emirat Arab (UEA). UEA mengakui bahwa Islam merupakan agama
utama. Sejak 2017 UEA mulai fokus terhadap perkembangan pariwisata halal
sebagai salah satu pendapatan negara. Tahun 2013, UEA memperkuat eksistensinya
sebagai negara muslim dengan memperkenalkan bahwa negara tersebut merupakan
"Ibukota Ekonomi Islam".12
10 Crescent Rating, Global Muslim Travel Index 2017," [situs resmi]; tersedia di
https://www.crescentrating.com/reports/mastercard-crescentrating-global-muslim-travel-
index-gmti-2017.html; Internet; diakses pada Sabtu, 02 November 2019 pukul 22.10 WIB. 11 Eka D. Satriana dan Hayyun D. Faridah, "Wisata Halal: Perkembangan, Peluang,
dan Tantangan", 35. 12 Abdulla Alhammadi, Samer Ali, Abulhadi dan Nuruliza, "Halal Tourism
Destination in UAE: The Opportunities, Threats and Future Research," [International
Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering Vol. 8, April 2019 [jurnal
online] hal. 789; tersedia di laman https://www.ijitee.org/wp-
content/uploads/papers/v8i6s4/F11580486S419.pdf; Internet; diakses pada Senin, 11
November 2019 pukul 18.47 WIB.
6
Peningkatan industri pariwisata halal yang dilakukan oleh Jepang serta
pemilihan Malaysia sebagai mitra kerjasama industri pariwisata halal tahun 2018
menarik untuk dibahas meliat bahwa terdapat dua negara lain yang memiliki
potensi kuat, yaitu Indonesia dengan populasi muslim yang lebih banyak daripada
Malaysia dan UEA yang memang menjadikan Islam sebagai agama utama di
negaranya. Skripsi ini akan menganalisis alasan mengapa Jepang melakukan
kerjasama dengan Malaysia untuk dapat mengembangkan industri pariwisata halal
di Jepang.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Mengingat Jepang bukan merupakan negara mayoritas muslim namun
memiliki keinginan untuk mengembangkan industri pariwisata halal maka salah
satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan kerjasama
pariwisata halal dengan Malaysia. Poin-poin yang ada dalam perjanjian tersebut
merupakan poin-poin yang dapat mengembangkan pariwisata halal di Jepang.
Sesuai dengan pernyataan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya,
muncul hal yang menarik penulis. Berikut adalah pertanyaan penelitian yang
menjadi pokok bahasan dalam penulisan skripsi ini:
Mengapa Jepang melakukan kerjasama dengan Malaysia dalam
pengembangan industri pariwisata halal tahun 2018?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis alasan mengapa Jepang melakukan kerjasama dengan
Malaysia dalam pengembangan industri pariwisata halal tahun 2018
7
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mempeluas serta memperkaya wawasan keilmuan bagi mahasiswa
hubungan internasional, khususnya dalam bidang kajian kerjasama
internasional di Asia
2. Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah bahan dan
informasi mata kuliah.
1.4 Tinjauan Pustaka
Jurnal pertama yang dijadikan tinjauan pustaka oleh penulis adalah "The
Development of Halal Market in Japan: An Exploratory Study" yang ditulis oleh
Shazlinda Md Yusof yang berasal dari Fakultas Ekonomi dan Manejemen
Universiti Kebangsaan Malaysia dan Noriyuki Shutto yang berasal dari Sekolah
Bisnis Universitas Kyushu.13 Jurnal tersebut menerangkan mengenai apa itu konsep
halal dalam Islam. Pembahasan mengenai konsep halal lebih difokuskan kepada
makanan serta minuman yang dikonsumsi seorang muslim. Jepang sebagai negara
yang bukan mayoritas muslim dan awalnya tidak memperhatikan hal tersebut,
setelah terjadi kenaikan wisatawan muslim yang berkunjung ke Jepang menjadikan
perusahaan-perusahaan pelaku usaha pariwisata di negara tersebut tertarik untuk
ikut serta dalam mengadakan makanan serta minuman halal. Industri pariwisata
halal dianggap sebagai suatu pasar baru yang sangat strategis bagi negara Jepang.14
13 Shazlinda Md Yusof dan Noriyuki Shutto, "The Development of Halal Food
Market in Japan: An Exploratory Study," Procedia - Social and Behavioral Sciences 121:
253-261, September 2012 hal. 253 [jurnal online]; tersedia di
https://www.sciencedirect.com/science/.../S18770428140114; Internet; diunduh pada
Senin, 22 April 2019 pukul 23.15 WIB.
14 Shazlinda Md Yusof dan Noriyuki Shutto, “The Development of Halal Food
Market in Japan: An Exploratory Study”, 254.
8
Dijelaskan pula di dalam jurnal mengenai bagaimana Islam pertama kali
masuk ke dalam negara tersebut. Awal mula ketika Islam masuk hanya dikenal
sebagai sebuah pengetahuan serta sejarah. Beberapa saat setelah itu Turki Utsmani
mengirim kapal angkatan laut ke Jepang untuk mengadakan hubungan diplomatik.
Seiring berjalannya waktu, terbentuklah komunitas muslim di Jepang dan adanya
pembangunan Masjid Kobe sebagai masjid pertama di Jepang yang kemudian
diikuti pembangunan-pembangunan masjid lain.15
Jurnal tersebut juga menggambarkan bagaimana pasar makanan halal di
Jepang. Jumlah penduduk muslim Jepang yang tergolong ke dalam kategori
minoritas membuat jumlah toko makanan halal, tempat ibadah serta fasilitas lain
untuk aktivitas umat muslim terbatas. Keterbatasan mengenai makanan halal pun
sangat dirasakan oleh muslim yang tinggal jauh dari kota besar, mereka harus
memesan bahan makanan dari kota-kota besar untuk mendapatkan bahan makanan
halal. Sertifikasi halal yang ada pada bahan makanan pun saat itu bukan merupakan
sertifikasi resmi dari pemerintah atau badan sertifikasi halal Jepang melainkan dari
negara asal bahan makanan tersebut. Sampai tahun 2012 tidak ada sertifikasi halal
yang resmi dari pemerintah atau instansi di Jepang.16
Perbedaan jurnal tersebut dengan fokus penelitian dalam skripsi ini adalah
tidak adanya pembahasan mengenai kerjasama Jepang dengan Malaysia dalam
mengembangkan industri pariwisata halal Jepang tahun 2018, namun adanya
15 Shazlinda Md Yusof dan Noriyuki Shutto, "The Development of Halal Food
Market in Japan: An Exploratory Study", 254.
16 Shazlinda Md Yusof dan Noriyuki Shutto, "The Development of Halal Food
Market in Japan: An Exploratory Study", 255.
9
pembahasan mengenai bagaimana awal mula Islam dapat masuk ke Jepang serta
kesadaran masyarakat Jepang terkait industri halal menjadikan jurnal ini dapat
dijadikan salah satu referensi untuk penulisan skripsi ini.
Tinjauan pustaka selanjutnya adalah jurnal milik Khadija Md Khalid, Jason
Loh Seong Wei, Ayame Suzuki yang berjudul "Three Decades of Malaysia-Japan
Relations (1981-2011): Crossed Interests and Missed Opportunities". Jurnal
tersebut menerangkan bahwa hubungan Malaysia dan Jepang sejak tahun 1981
memiliki banyak peluang kerjasama yang hilang atau hubungan bilateral kedua
negara tersebut dapat dinilai tidak mencapai potensi yang optimal bahkan pada
masa Look East Policy (LEP). Perbaikan-perbaikan kebijakan antara kedua negara
mengenai LEP terjadi pada masa pemerintahan Najib Razak (2009). Hal tersebut
menjadi penanda bahwa Malaysia dan Jepang akan memperkuat kemitraan
mereka.17
Hal tersebut menjadikan awal baru kembali bagi kedua negara untuk dapat
menyelaraskan kepentingan nasional mereka serta memanfaatkan peluang-peluang
yang ada. Jurnal ini mengatakan bahwa LEP tidak secara resmi mengubah
hubungan bilateral antara Malaysia dan Jepang. Keuntungan yang didapat oleh
kedua pihak dinilai terbatas dan terkendala. Malaysia selalu memperbaharui LEP
secara berkala namun tidak ada perubahan yang dilakukan oleh Jepang. Jurnal ini
menjelaskan bagaimana LEP di mata Malaysia dan Jepang.18
17 Khadija Md Khalid, Jason Loh Seong Wei, Ayame Suzuki, "Three Decades of
Malaysia-Japan Relations," Journal of Asia Pacific Studies Vol. 4 No. 1, 73-100 hal. 73
[jurnal online]; tersedia di https://www.japss.org/upload/6. JAPS - IASS.pdf; Internet;
diunduh pada Selasa, 10 September 2019 pukul 13.25 WIB.
18 Khadija Md Khalid, Jason Loh Seong Wei, Ayame Suzuki, "Three Decades of
Malaysia-Japan Relations", 73.
10
Penulis menganggap terdapat kesamaan pada bagaimana sejarah hubungan
bilateral Malaysia dan Jepang namun skripsi ini berbeda dengan jurnal tersebut
karena jurnal tersebut tidak membahas mengenai kerjasama industri pariwisata
halal Malaysia dan Jepang tahun 2018 melainkan lebih kepada dasar hubungan
bilateral Malaysia dan Jepang.
Jurnal selanjutnya adalah "The Global Development of Halal Food Industry:
A Survey" karya Rininta Nurrachmi. Jurnal ini memiliki tujuan untuk mengamati
adanya industri makanan halal di negara-negara maju dan berkembang serta
bagaimana masyarakat non-muslim dapat menerima pemahaman mengenai
makanan halal. Menurut jurnal ini, negara-negara maju seperti Jepang, Australia
dan Inggris memiliki permintaan yang tinggi untuk produk halal karena faktor
kenyamanan konsumsi. Mayoritas agama di negara-negara tersebut adalah non-
Islam tetapi mereka menganggap bahwa makanan halal lebih aman untuk
dikonsumsi. Terlebih untuk daging halal yang memiliki banyak permintaan di
Inggris.19
Malaysia dengan populasi masyarakat muslim sebanyak 29,8 juta jiwa
merupakan konsumen makanan halal tertinggi. Malaysia mendalami fokus kepada
industri halal dengan bergerak cepat untuk maju dalam industri ini. Malaysia
memiliki kekayaan sumber daya alam serta kemampuan menghasilkan produk halal
karena permintaan di kedua negara tersebut sangat tinggi. Industri halal dapat
19 Rininta Nurrachmi, "The Global Development of Halal Food Industry: A
Survey," Tazkia Islamic Finance and Business Review Vol. 11 No 1, 2017 hal. 42 [jurnal
online]; tersedia di https://media.neliti.com/media/publications/271324-the-global-
development-of-halal-food-ind-17b89c7a.pdf; Internet; diunduh pada Selasa, 10
September 2019 pukul 14.52 WIB.
11
dijadikan sebagai sumber pendapatan alternatif sebuah negara. Industri halal dinilai
dapat mengembangkan industri lain20
Jurnal ini dapat menjadi referensi bagaimana ketika sebuah negara non-
muslim ingin meningkatkan potensi negaranya namun tidak dapat bergerak sendiri
karena keadaan negaranya sehingga diharuskan untuk melakukan kerjasama
dengan negara lain yang memiliki potensi yang diinginkan. Perbedaannya adalah
tidak adanya pembahasan mengenai kerjasama industri pariwisata halal Malaysia
dan Jepang pada tahun 2018.
1.5 Kerangka Konseptual
1.5.1 Konsep Kerjasama Internasional
Kerjasama internasional menurut Keohane dapat dilihat sebagai upaya
negara untuk memenuhi kebutuhanya dalam sistem internasional. Pada dasarnya
kerjasama seharusnya mengarah pada keuntungan yang akan diperoleh negara-
negara yang melakukanya. Serupa dengan konflik, kerjasama juga harus
melibatkan dua negara atau lebih. Kerjasama internasional kuat kaitanya dengan
pemikiran liberalisme yang memandang positif tentang hubungan internasional.
Hal ini dikarenkan adnaya bentuk hubungan antara masyarakat selain dari
pemerintah.21
Terdapat beberapa bentuk kerjasama internasional. Pertama, kerjasama
bilateral, kerjasama ini dilakukan antara dua negara. Kedua, kerjasama multilateral,
20 Rininta Nurrachmi, "The Global Development of Halal Food Industry: A
Survey", 49.
21 Jackson dan Sorensen, “Introduction to International Relation: Theories and
Approaches”, (London: Oxford University Press, 2013), 63-65.
12
kerjasama ini dilakukan antara beberapa negara yang saling membantu tanpa
dibatasi wilayah tertentu sehingga negara di luar sebuah kawasan dapat tergabung
dalam kerjasama ini. Ketiga, kerjasama regional, kerjasama ini terdiri dari negara
di kawasan tertentu yang mementingkan keadaan negara dalam kawasan tersebut.
Negara dilihat bukanlah satu-satunya aktor dalam hubungan internasional
namun institusi dianggap sangat penting sebagai penghubung antara aktor satu dan
aktor yang lainya. Dalam kajian mengenai kerjasama internasional fokus utama dari
paham ini ialah mengenai ekonomi politik internasional. Kerjasama internasional
secara umum dapat terjadi ketika terdapat kesamaan kepentingan ataupun masalah
antar negara. Selain itu terdapat kesamaan tujuan dan usaha yang pada akhirnya
membentuk suatu kelompok atau wadah untuk melakukan kerjasama. Cakupannya
pun dapat berupa bilateral, multilateral, regional.22
Lebih jauh lagi, menurut Keohane dalam kerjasama internasional terdapat
aspek-aspek penting yang dapat dilihat. Untuk itu diperlukan berbagai aktor tidak
hanya negara dalam melakukanya. Adanya interdependensi antar negara membuat
kerjasama merupakan pilihan rasional negara untuk dapat bertahan dan maju.23
Terdapat tiga aspek penting dalam kerjasama internasional, diantaranya
adalah:
22 Jackson dan Sorensen, "Introduction to International Relation: Theories and
Approaches", 67.
23 Robert O. Keohane, "Power and Governance in Partially Globalized World",
(London: Routledge, 2002), 3-5.
13
Kesamaan Kepentingan (Mutuality of Interest)
Keohane melihat pada dasarnya tidak ada kepentingan yang sama natar
negara meskipun negara-negara tersebut memiliki karakteristik yang sama.
Namun, tidak berarti kerjasama tidak bisa dicapai. Dalam konteks ini
Keohane melihat kesamaan kepentingan merujuk pada adanya kebutuhan
antar negara yang saling komplementer.24
Prospek di Masa Depan (Shadow of The Future)
Keohane melihat aspek adanya ketidakstabilan internasional merupakan
faktor pendorong adanya kerjasamaa. Negara-negara yang terlibat dalam
kerjasama tersebut perlu memandang ke depan mengenai kepentingan
masing-masing yang akan mudah dicapai apabila saling bekerjasama.
Aspek ini lah yang membedakan kerjasama antara ekonomi dan sosial
dengan kerjasma militer, dimana isu politik dan ekonomi lebih mudah
dilakukan kerjasama dibandingkan dengan isu keaamanan internasional.25
Aktor dalam Kerjasama (Numbers and Character of Player)
Keohane berpandangan dalam membentuk sebuah kerjasama, selain
memperhatikan aspek kepentingan dan struktur kerjasama, negara juga
melihat aspek siapa yang akan melakukan kerjasama. Negara
memperhatikan karateristik dan kepentingan mitra dalam kerjasama. Dalam
24 Robert Axelrod dan Robert O. Keohane, "Achieving Cooperation under
Anarchy: Strategies and Institutions, World Politics Vol. 38 No. 1, Oktober 1985 hal. 228
[jurnal online]; tersedia di https://www.jstor.org/stable/2010357?seq=1 -
page_scan_tab_contents; Internet; diunduh pada Rabu, 02 Oktober 2019 pukul 13.35 WIB
25 Robert Axelrod dan Robert O. Keohane, "Achieving Cooperation under
Anarchy: Strategies and Institutions”, 232.
14
aspek ini karakteristik yang dipertimbangkan antara lain, sejauh mana
negara dapat terjadi peluang kerjasama, baik adanya kesamaan karakteristik
negara serta keuntungan material dan kapabilitas negara yang akan menjadi
mitra kerjasama.26
Reciprocity atau asas resiprokal antar negara.
Walaupun negara memiliki karakter yang egoistik namun asas ini menurut
Keohane sangat krusial dalam mendukung adanya kerjasama. Resiprokal
atau asas timbal balik berupa keuntungan dan dukungan yang diberikan
antar negara dalam kerjasama yang di dalamnya terdapat ketentuan yang
berlaku.27
Keohane dalam melihat kerjasama haruslah didukung oleh adanya institusi
sebagai jembatan kepentingan, Keohane membaginya ke dalam tiga bentuk yaitu:
28
Institusi formal
Intitusi formal merujuk pada organisasi formal baik dalam bentuk
pemerintah maupun non-pemerintah seperti United Nation (UN) atau
Association of Southeast Asian Nation (ASEAN), namun juga termasuk
26 Robert Axelrod dan Robert O. Keohane, "Achieving Cooperation under
Anarchy: Strategies and Institutions”, 234.
27 Robert Axelrod dan Robert O. Keohane, "Achieving Cooperation under
Anarchy: Strategies and Institutions”, 244.
28 Robert O. Keohane, "International Institutions: Two Approaches," International
Studies Quarterly Vol. 32 No. 4, Desember 1988 hal. 382 [jurnal online]; tersedia di
https://edisciplinas.usp.br/pluginfile.php/161137/mod_resource/content/1/Keohane 1988 -
International Institutions - two approaches.pdf; Internet; diunduh pada Rabu, 02 Oktober
2019 pukul 13.40 WIB.
15
aktor transnasional seperti Non-Government Organization (NGO) dan
Multinational Corporation (MNC).
Rezim
Rezim merupakan wujud dari upaya sekelompok negara untuk secara
bersama menyelesaikan suatu masalah yang spesifik dalam kondisi
internasional, seperti proliferasi nuklir, perdagangan internasional, dan
perubahan iklim.
Konvensi/perjanjian
Konvensi atau perjanjian merupakan seperangkat aturan untuk melakukan
suatu tindakan oleh yang terikat dalam konvensi tersebut. Menurut
Keohane, Konvensi merupakan bentuk wadah interaksi timbal balik
mengenai urusan internasional. Keohane berpendapat bahwa konvensi
memiliki kualitas dan kemampuan seperti institusi dalam mengontrol aktor-
aktor yang terlibat.
Konsep kerjasama internasional menurut Keohane dipilih penulis
karena penulis merasa poin-poin yang ada dapat menganalisis kerjasama
antara Jepang dan Malaysia dalam kerjasama industri pariwisata halal tahun
2018. Alasan kerjasama antara kedua negara ini dapat dilihat dari kesamaan
kepentingan, prospek di masa depan, pemilihan mitra kerjasama serta
institusi yang digunakan dalam proses kerjasama. Penulis menganggap
konsep ini dapat menganalisis bahasan yang diteliti dalam skripsi ini.
16
1.5.2 Konsep Kepentingan Nasional
Scott Burchill menjabarkan mengenai konsep kepentingan nasional
memiliki pandangan yang optimis dan positif terhadap politik internasional dan
kepentingan suatu negara.29 Burchill tidak menyangkal adanya aspek kompetisi
dalam aspek hubungan internasional namun intensitas yang muncul bukanlah
konfik namun ialah kolaborasi dan kerjasama. Burchill melihat terdapat tiga aspek
penting dalam kepentingan nasional:
Kepentingan Ekonomi
Kepentingan nasional mengedepankan aspek pengejaran keuntungan
material pribadi suatu negara. Hal ini dapat dilakukan dengan mendukung adanya
insdustrialisasi dan pergadangan internasional negara. Kepentingan ekonomi
dilihat sebagai salah satu kepentingan dasar suatu negara. Negara berkepentingan
untuk masuk dan bersaing dalam pasar internasional untuk mendukung tujuan-
tujuan negara tersebut.30
Kepentingan Budaya
Suatu negara memiliki kepentingan untuk melakukan penyebaran
demokrasi di seluruh dunia. Hal tersebut dapat dicapai dengan adanya upaya
meningkatkan kerjasama dan pemahaman antara masyarakat dunia dan mendorong
persahabatan internasional, pemikiran dan pemahaman kosmopolitan.31 Iklim
politik internasional yang damai akan mendukung adanya kepentingan negara-
29 Scott Burchill, “The National Interest in International Relations Theory”, (New
York: Pal-grave Macmillan, 2005), 104.
30 Scott Burchill, "The National Interest in International Relations Theory", 119.
31 Scott Burchill, "The National Interest in International Relations Theory", 112.
17
negara untuk dapat bekerjasama dan memajukan negaranya. Negara tidak hanya
berkepentingan dalam mendukung perdamaian antar negara tetapi juga bagi
kelompok masyarakat, bisnis dan semua aspek kehidupan. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan ialah dengan lebih mengedepankan pada aspek soft power seperti
nation branding.32
Kepentingan Politik
Globalisasi membuat segala aspek politik internasional semakin
multidimensional dan interdepnden. Negara memiliki kepentingan untuk semakin
melakukan kerjasama baik secara formal maupun informal melalui institusi dan
penguatan aktor non-negara. Hal tersebut dikarenakan negara memiliki
kepentingan untuk menciptakan iklim internasional yang damai dan bebas dari
konflik. Kooperasi merupakan instrumen penting dalam kepentingan negara. Hal
ini membuat negara berkepentingan untuk semakin mendukung adanya aktor-aktor
non-negara dan penghilangan batas antar negara baik dalam aspek politik, ekonomi,
sosial, dan sebagainya.33
Dari pemaparan diatas dapat dilihat bahwasanya kepentingan nasional
menurut Burchill melihat adanya pandangan mengenai iklim internasional yang
kooperatif dan multidimensional membuat negara memiliki kepentingan nasional
yang menitikberatkan pada aspek perdamanain, ekonomi dan kerjasama
internasional. Penelitian mengenai hubungan kerjasama antara Jepang dan
Malaysia dapat diamati dengan aspek kepentingan nasional yang mengedepankan
32 Scott Burchill, "The National Interest in International Relations Theory", 114.
33 Scott Burchill, "The National Interest in International Relations Theory", 123.
18
aspek kerjasama. Terdapat karakter-karakter kepentingan nasional kedua negara
yang dapat dianalisis melalui konsep ini. Adanya kondisi globalisasi membuat
kedua negara khususnya Jepang melaukan kejasama untuk medukung kepentingan
ekonomi, perdamanian dan kerjasama internasional.
Pemilihan konsep ini menurut penulis dapat menjadi alat untuk
menganalisis bahasan skripsi ini. Alasan mengapa Jepang melakukan kerjasama
dengan Malaysia dalam industri pariwisata halal tahun 2018 dapat dilihat dari
kepentingan ekonomi, budaya serta politik Jepang.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian jika diartikan secara luas merupakan proses pengumpulan data,
informasi atau fakta untuk menambah pengetahuan. Penelitian juga dapat diartikan
sebagai suatu penyelidikan atau penemuan yang dilakukan secara kritis dalam
mencari suatu fakta yang sebelumnya belum didapatkan. Penelitian juga adalah
penyelidikan yang bersifat empiris, sistematis serta terkontrol dalam prosesnya.
Penelitian bersifat objektif.34 Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif dalam meneliti alasan mengapa Jepang melakukan kerjasama
dengan Malaysia dalam mengembangkan industri pariwisata halal Jepang tahun
2018.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mencari makna atau
pemahaman mengenai suatu fenomena. Penelitian ini bersifat naratif dan penulis
34 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Kencana, 2017), 25-26
19
akan mengumpulkan data secara bertahap yang kemudian akan disimpulkan.35 Cara
yang akan penulis lakukan untuk dapat menyusun skripsi ini adalah dengan
deskriptif analisis mengenai topik yang dibahas kemudian dilakukan studi pustaka
melalui sumber sekunder yang berasal dari buku, jurnal, berita resmi pemerintahan
dan berita online.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini akan membahas mengenai latar belakang masalah yang
mencakup fokus masalah serta proses bagaimana masalah tersebut muncul.
Terdapat pula pertanyaan penelitian yang dilanjutkan dengan tujuan serta manfaat,
tinjauan pustaka, kerangka konseptual, metode penelitian dan yang terakhir
sistematika penulisan.
BAB II KERJASAMA JEPANG-MALAYSIA
Bagian ini akan membahas bagaimana sejarah umum hubungan antara
kedua negara, Jepang dan Malaysia. Bahasan berikutnya akan fokus kepada
peningkatan hubungan kerjasama bilateral Jepang dan Malaysia.
BAB III INDUSTRI HALAL DI JEPANG
Bagian ini akan membahas mengenai bagaimana konsep halal menurut
ajaran Islam secara umum yang bahasan pertama akan menjelaskan sejarah secara
singkat serta perkembangan Islam di Jepang. Bahasan selanjutnya adalah mengenai
institusi sertifikasi halal di Jepang.
35 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan,
328
20
BAB IV ANALISIS KERJASAMA JEPANG-MALAYSIA DALAM
PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA HALAL TAHUN 2018
Bagian ini berisi analisis alasan Jepang bekerjasama dengan Malaysia
dalam pengembangan industri pariwisata halal tahun 2018. Analisis dalam bab ini
juga akan diperkuat dengan konsep yang telah dijabarkan dalam kerangka
konseptual.
BAB V PENUTUP
Bagian akhir dari skripsi ini akan menjelaskan jawaban penulis mengenai
pertanyaan penelitian yang ada. Jawaban penelitian tersebut didapat dari analisis
yang terdapat pada bab sebelumnya.
21
BAB II
HUBUNGAN BILATERAL JEPANG DENGAN MALAYSIA
2.1 Sejarah Hubungan Bilateral Jepang dan Malaysia
Malaysia berhasil merdeka dari Inggris pada tahun 1957 kemudian negara
tersebut langsung memperkuat ekonomi serta melakukan hubungan diplomatik
dengan Jepang. Hubungan kedua negara tersebut kemudian lebih diperkuat dengan
adanya Look East Policy (LEP) yang dicetuskan oleh Perdana Menteri Malaysia
Datuk Seri Dr. Mahathir bin Mohamad awal tahun 1980. Menurut Malaysia bukan
hanya negara-negara di Barat yang menjadi panutan tetapi juga belajar dari East
Asian Develompment Model yang telah dibentuk untuk kemajuan ekonomi negara-
negara di Asia Timur seperti Jepang dan Korea Selatan.36
Sejak pengenalan LEP terjalin hubungan melalui pertukaran budaya melalui
pengiriman pemuda Malaysia untuk dapat belajar serta mendapatkan gelar sarjana
di Lembaga Pendidikan Jepang. Tahun 1990-an, Dr. Mahathir mencetuskan
gagasan mengenai pembentukan daerah kawasan yang baru bernama East Asian
Economic Caucus (EAEC). Tujuan dari adanya EAEC adalah untuk memperkuat
ekonomi serta hubungan diplomatik antara negara-negara yang berada di dalam
kawasan tersebut.37
36 Fumitaka Furuoka, "Economic Relations between Malaysia and Japan from
Look East Policy to The New Miyazawa Initiative," hal, 753 [jurnal online]; tersedia di
tersedia di laman
https://www.ums.edu.my/fpep/files/75_OTHERS_2003.pdf; Internet; diunduh pada
Selasa, 17 September 2019 pukul 23.41 WIB
37 Fumitaka Furuoka, "Economic Relations between Malaysia and Japan from
Look East Policy to The New Miyazawa Initiative", 753.
22
LEP diperkenalkan pada awal 1980 yang merupakan serangan politik untuk
melawan Barat. pengenalan dari LEP kemudian diikuti dengan adanya kampanye
Buy British Lash. Kampanye tersebut dapat diartikan sebagai pembalasan
pemerintah Malaysia kepada putusan dari pemerintah Inggris. Kebijakan LEP
merupakan landasan hubungan Malaysia dengan Jepang. Malaysia percaya bahwa
Jepang dan Korea Selatan merupakan dua negara di Asia Timur yang telah
mencapai kesuksesan dalam sektor ekonomi.38
LEP diperkenalkan sebagai upaya untuk lebih fokus pada peningkatan
hubungan Malaysia dengan Jepang. Pemerintah saat itu mendorong warga Malaysia
untuk belajar etika serta nilai-nilai kerja Jepang. Pemerintah kemudian memberikan
program berupa beasiswa untuk pemuda Malaysia agar dapat bersekolah di Jepang.
LEP juga memberikan promosi mengenai etika serta nilai kerja Jepang terhadap
masyarakat Malaysia.39
Inisisatif selanjutnya terkait hubungan Jepang dengan Malaysia adalah
dengan adanya EAEC. Kawasan ini didirikan untuk melindungi kawasan Asia dari
kepentingan-kepentingan Barat. Jepang didorong untuk dapat memimpin EAEC
namun pemerintah Jepang enggan untuk melakukannya karena ingin menjaga
hubungan baik, baik dengan kawasan Asia maupun dengan negara-negara Barat.40
38 Fumita Furuoka, "Malaysia-Japan Relations under The Mahathir
Administration: Case Studies of The Look East Policy and Japanese Investment in
Malaysia," Asian Survey Vol. 47 No. 3, Mei/Juni 2007, hal. 508; tersedia di
https://www.jstor.org/stable/10.1525/as.2007.47.3.505?seq=1 - page_scan_tab_contents;
Internet; diunduh pada Rabu, 18 September 2019 pukul 14.15 WIB.
39 Fumita Furuoka, "Malaysia-Japan Relations under The Mahathir
Administration: Case Studies of The Look East Policy and Japanese Investment in
Malaysia", 509.
40 Fumitaka Furuoka, "Economic Relations between Malaysia and Japan from
Look East Policy to The New Miyazawa Initiative", 757.
23
Malaysia dan Jepang mempertahankan hubungan ekonomi antar kedua
negara tersebut. Jepang merupakan salah satu mitra perdagangan utama Malaysia.
Malaysia merupakan penyedia bahan baku yang kemudian diekspor ke Jepang.
Bahan baku yang diekspor berupa bahan-bahan dasar seperti karet, timah, kelapa
sawit dan kayu. Tahun 1980 juga bahan ekspor Malaysia ke Jepang bertambah
dengan adanya Liquified Natural Gas (LNG). Jepang sangat membutuhkan LNG
untuk digunakan sebagai sumber energi alternatif minyak bumi. Hingga saat ini
LNG merupakan ekspor utama Malaysia ke Jepang.41
Malaysia juga merupakan pasar yang penting untuk pemasaran barang-
barang manufaktur dari Jepang. Saat ini perusahaan, kantor serta pabrik Jepang
dapat ditemukan di hampir setiap bagian di Malaysia seperti Kelantan, Terengganu,
Perlis, Sabah dan Serawak. Terdapat 1.400 perusahaan Jepang di Malaysia, 850
diantaranya merupakan perusahaan manufaktur. Perusahaan seperti Sony dan
Panasonic telah beroperasi di Malaysia selama lebih dari 20 tahun. Perusahaan
tersebut memberikan lapangan pekerjaan bagi karyawannya yang merupakan warga
Malaysia serta menjadi media untuk transfer teknologi.42
Sektor ekonomi merupakan fokus hubungan antara Jepang dan Malaysia.
Terjadi pula perkembangan bahwa kedua negara tidak hanya ingin fokus terhadap
kerjasama ekonomi namun hubungan bilateral tersebut diperluas. Seperti kerjasama
lingkungan, budaya serta pertahanan dan keamanan. Tahun 2006 Jepang dan
41 Fumitaka Furuoka, "Economic Relations between Malaysia and Japan from
Look East Policy to The New Miyazawa Initiative", 754.
42 Fumitaka Furuoka, "Economic Relations between Malaysia and Japan from
Look East Policy to The New Miyazawa Initiative", 755.
24
Malaysia kemudian membuat sebuah perjanjian. Pejanjian tersebut adalah Japan-
Malaysia Economic Partnership Agreement (JMEPA). Perjanjian ini memiliki
jangka waktu selama 10 tahun. Tujuan dari perjanjian ini adalah untuk memberikan
fasilitas perdagangan barang serta jasa antara Jepang dan Malaysia.43
Setelah perjanjian tersebut dilaksanakan terdapat manfaat yang dapat
dirasakan oleh kedua negara. Adanya peningkatan perdagangan dua arah, investasi
serta akses pasar yang lebih baik. JMEPA merupakan kelanjutan dari hubungan
baik ekonomi antar kedua negara tersebut yang telah terjalin sejak tahun 1970.44
2.2 Peningkatan Hubungan Kerjasama Bilateral Jepang dan Malaysia
Pada bulan April tahun 2010 Perdana Menteri Malaysia, Najib Tun Razak
berkunjung ke Jepang untuk membahas mengenai Echanched Partnership for A
New Frontier yang merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan, revitalisasi
serta menegaskan kembali hubungan antara Jepang dan Malaysia.45 Pertemuan
tersebut juga bertujuan untuk membahas mengenai eksplorasi kerjasama baru.
Kerjasama tersebut memperlihatkan perkembangan hubungan Jepang dan
Malaysia yang semula seperti hubungan mentor menjadi hubungan kemitraan.
Pernyataan bersama antara Perdana Menteri Jepang dan Malaysia fokus pada 4
bidang, yaitu:46
43 Zarina Zainuddin, "Malaysia-Japan Relations: Heading Towards Stronger
Ties?", 13-14.
44 Zarina Zainuddin, "Malaysia-Japan Relations: Heading Towards Stronger
Ties?", 14.
45 Zarina Zainuddin, Malaysia-Japan Relations: Heading Towards Stronger Ties?",
14.
46 Zarina Zainuddin, Malaysia-Japan Relations: Heading Towards Stronger Ties",
14.
25
1. Kerjasama perdamaian dan keamanan, kedua negara sepakat untuk
melakukan kerjasama yang berkelanjutan serta komitmen untuk menjaga
keamanan di berbagai daerah seperti Filipina Selatan, Semenanjung Korea
dan Timur Tengah. Pembangunan perdamaian, navigasi kelautan serta
kerjasama untuk melawan terorisme.
2. Kerjasama perdamaian dan keamanan, kedua negara sepakat untuk
melakukan kerjasama yang berkelanjutan serta komitmen untuk menjaga
keamanan di berbagai daerah seperti Filipina Selatan, Semenanjung Korea
dan Timur Tengah. Pembangunan perdamaian, navigasi kelautan serta
kerjasama untuk melawan terorisme.
3. Kerjasama untuk memperkuat daya saing perkembangan yang
berkelanjutan, kemitraan terjalin antara sektor swasta kedua negara yang
meliputi perluasan investasi di Malaysia oleh perusahaan Jepang di
Malaysia dalam bidang keuangan Islam dan promosi industri halal.
Kerjasama baru untuk sektor teknologi lingkungan, teknologi energi yang
diperbarui, bioteknologi serta teknologi informasi dan komunikasi.
4. Kerjasama dalam bidang lingkungan dan energi, Perdana Menteri Jepang
dan Malaysia mengumumkan inisiatif kerjasama antara kedua negara dalam
bidang lingkungan serta energi dan sepakat untuk pengelolaan hutan secara
berkelanjutan juga konservasi serta pemanfaatan keanekaragaman hayati
secara berkelanjutan.
5. Kerjasama pengembangan sumber daya manusia dan promosi pertukaran
people to people. Dalam hal ini kebijakan LEP memiliki peran untuk
26
pengembangan sumber daya manusia di Malaysia melakui pertukaran
pendidikan. Kedua negara juga melakukan promosi people to people di
semua lapisan masyarakat.
2.3 Hubungan Kemitraan Strategis Jepang dan Malaysia
Pertemuan Bilateral Tingkat Tinggi ini terjadi pada 25 Mei 2015 antara
Jepang dan Malaysia untuk meningkatkan kerjasama mereka menjadi kemitraan
yang strategis. Terdapat 5 bidang yang menjadi fokus dalam pernyataan bersama
antara Perdana Menteri Shinzo Abe dan Perdana Menteri Najib Razak, yaitu:47
1. Kerjasama untuk perdamaian serta stabilitas kedua negara. Kedua perdama
menteri menegaskan kembali mengenai komitmen mereka dalam kerjasama
keamaan untuk memastikan perdamaian serta stabilitas kawasan. Bahasan
selanjutnya adalah mengenai bantuan kemanusiaan dan upaya bantuan jika
terjadi bencana juga negosiasi mengenai kerjasama dalam pengiriman
peralatan dan teknologi untuk pertahanan
2. Kerjasama untuk keamanan laut yang sebelumnya ada dalam kerjasama
untuk perdamaian dan keamanan namun pada pertemuan ini menjadi salah
satu fokus penting karena menjadi respon terhadap ketegangan yang terjadi
di Laut Cina Selatan. Penekanan pentingnya Sea Lanes of Communication
(SLOC) dalam sebuah kawasan. Jepang dalam hal ini mengingatkan
Malaysia untuk selalu memastikan keamanan zona maritim Malaysia
terutama SLOC di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.
47 Zarina Zainuddin, Malaysia-Japan Relations: Heading Towards Stronger Ties?",
16.
27
3. Investasi masa depan melalui LEP 2.0 dan kerjasama ekonomi. LEP telah
berhasil melakukan transfer teknologi lewat pertukaran mahasiswa
Malaysia yang menempuh studi di Jepang. Malaysia berharap LEP 2.0 akan
mengarah pada transfer teknologi yang lebih efektif dalam penelitian serta
pengembangan. Hal lain yang dibahas adalah mengenai Shinkansen Jepang
dalam High Speed Railway Project antara Kuala Lumpur dan Singapura.
Bahasan lain adalah tentang perubahan iklim dan berbagai kemitraan
ekonomi multilateral
4. Perluasan kerjasama dalam bidang pertukaran budaya dan people to people.
Bidang kerjasama baru tersebut adalah kesehatan, ilmu pengetahuan,
teknologi dan inovasi, informasi dan komunikasi. Hubungan baik antara
masyarakat kedua negara tersebut akan menjadi fondasi yang kuat untuk
hubungan bilateral Jepang dan Malaysia. Pertukaran budaya dan people to
people akan dipromosikan melalui program pariwisata, pertukaran
pendidikan termasuk JENESYS serta bantuan pendidikan bahasa Jepang
dan kerjasama dalam program Sport for Tomorrow
5. Kontribusi terhadap kawasan dan global. Kedua perdana menteri
menegaskan pentingnya sentralitas Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN) serta perkembangan kawasan. Mengatasi berbagai masalah-
masalah yang ada seperti masalah Laut Cina Selatan, reformasi United
Nations (UN) dengan melihat keadaan geopolitik dari abad ke-21,
perlucutan senjata, non-proliferasi serta energi nuklir
Hubungan bilateral antara Jepang dan Malaysia menurut penulis merupakan
28
hubungan yang tidak hanya fokus pada satu sektor saja melainkan ke berbagai
sektor hingga sektor seperti lingkungan, pariwisata, industri halal, energi juga
masuk ke dalam kerjasama bilateral antara kedua negara tersebut.
2.4 Hubungan Pariwisata Jepang dan Malaysia
Jepang merupakan pasar penting bagi Malaysia dalam bidang pariwisata.
Wisatawan Jepang ke Malaysia mencapau 392.277 jiwa pada tahun 2017. Halm
tersebut menjadikan Jepang sebagai negara dalam peringkat 10 terbanyak dalam
menyumbang kunjungan wisatawan ke Malaysia. Program yang diberikan
Malaysia untuk dapat menarik wisatawan Jepang yang menyukai pantai-pantai
serta pulau-pulau di Malaysia adalah Malaysia Homestay, Malaysia Second Home
serta tempat-tempat bersejarah di Malaysia.48
Program Malaysia Homestay lebih menekankan pada pengalaman hidup
yang akan didapat bila tinggal langsung dengan penduduk lokal. Mempelajari
bagaimana penduduk Malaysia menjalani kehidupan sehari-hari, gaya hidup
masyarakat yang fokus pada kegiatan budaya serta ekonomi.49
Program lain adalah Malaysia My Second Home yang merupakan cara
pemerintah mempromosikan Malaysia yang memungkinkan orang asing yang
memenuhi kriteria untuk dapat tinggal di Malaysia selama mungkin dengan izin
kunjungan yang banyak. Jangka waktu yang diberikan adalah 10 tahun namun dapat
48 Tourism Malaysia, "Malaysia Promotes Sustainable and Inclusive Tourism at
Tourism Expo Japan 2018" [situs resmi]; tersedia di
https://www.tourism.gov.my/media/view/malaysia-promotes-sustainable-and-inclusive-
tourism-at-tourism-expo-japan-2018; Internet; diakses pada Rabu, 06 November 2019
pukul 13.34 WIB.
49 Ministry of Tourism, Arts and Culture Malaysia, "Malaysia Homestay
Programme" [situs resmi]; tersedia di laman http://www.motac.gov.my/en/faqs/malaysian-
homestay-programme; Internet; diakses pada Rabu, 06 November 2019 pukul 13.44 WIB.
29
diperbarui jika telah habis masa tinggalnya.50
Hubungan pariwisata kedua negara ini juga meningkat karena kedua negara
terhubung dengan baik melalui penerbangan langsung dari bandara-bandara besar
di Tokyo, Osaka dan Spporo ke Malaysia dengan total 62 penerbangan langsung
mingguan berisi 18.373 kursi melalui Malaysia Airlines, AirAsia, Japan Airlines
dan All Nippon Airways.51 Kedutaan Besar serta Konsuler Jepang yang berada di
Malaysia terus berupaya mempromosikan Jepang sebagai tujuan pariwisata yang
baik untuk wisatawan Malaysia. Kedutaan Besar Jepang di Malaysia juga
memberikan penghargaan kepada agen perjalanan yang berkontribusi dalam
mencapai rekor kedatangan wisatawan tertinggi ke Jepang tahun 2014.52
50 Official Portal Malaysia My Second Home Program, "About MM2H
Programme" [situs resmi]; tersedia di laman
http://www.mm2h.gov.my/index.php/en/home/programme/about-mm2h-programme;
Internet; diakses pada Rabu, 06 November 2019 pukul 13.51 WIB.
51 Tourism Malaysia, “Malaysia Promotes Sustainable and Inclusive Tourism at
Tourism Expo Japan 2018.”
52 Chok Sim Yee, Malaysian Visitors in Japan Rank Second [berita online];
tersedia di laman https://www.theborneopost.com/2015/03/19/malaysian-visitors-in-
japan-rank-second/; Internet; diakses pada Rabu, 06 November 2019 pukul 14.02 WIB.
30
BAB III
INDUSTRI PARIWISATA HALAL DI JEPANG
3.1 Industri Pariwisata Halal
Industri pariwisata halal merupakan sebuah industri yang menyediakan
permintaan serta pelayanan yang berlandas kepada konsep halal dalam Islam.
Industri tersebut berisi produk serta jasa yang tidak bertentangan dengan syariat
Islam. Terdapat banyak pengertian mengenai pariwisata halal. Pariwisata halal
merupakan sebuag kegiatan umat Islam bepergian serta tinggal di tempat yang
berada di luar lingkungan mereka yang tidak lebih dari datu tahun untuk
menjalankan kegiatan-kegiatan yang berlandas kepada Islam. Pengertian lain dari
pariwisata halal adalah paket pariwisata yang dirancang khusus untuk memenuhi
kebutuhan muslim. Pariwisata halal juga didefinisikan sebagai pariwisata yang
berlandas kepada ajaran Islam yang perjalanan tersebut dilakukan secara individu
atau dengan yang memiliki hubungan darah untuk memberikan kemanan. Salah
satu indikator pariwisata dikatakan halal adalah dengan adanya penyediaan
makanan halal di tempat pariwisata.53
Konsep dari pariwisata halal terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:54
1. Kebutuhan utama yang berdasar pada agama. Pariwisata halal harus
berlandas pada konsep halal menurut Islam sehingga wisatawan muslim dapat
menjalankan kewajibannya dalam beribadah.
53 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 17.
54 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 18.
31
2. Adanya permintaan (alasan dan motivasi) dari seorang muslim. Terdapat
permintaan dari masyarakat muslim sehingga tercipta pariwisata halal.
3, Adanya penawaran (layanan serta fasilitas perjalanan) untuk seorang
muslim. Para pelaku pariwisata menyediakan layanan serta fasilitas yang dapat
menjamu para wisatawan muslim sehingga para wisatawan merasa nyaman dalam
perjalanan pariwisata.
Gambar III.1Permintaan serta Penawaran Industri Pariwisata Halal
Sumber: COMCEC, 201655
Gambar tersebut menjelaskan bahwa terdapat permintaan serta penawaran
yang ada dalam sebuah pariwisata yang didasarkan pada kebutuhan dasar dari
sebuah pariwisata halal. Kebutuhan dasar tersebut adalah 6 faith based needs yang
dibuat oleh Committee for Economic and Trade Cooperation (COMCEC), untuk
pariwisata halal:56
55 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 18.
56 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 2.
32
1. Makanan halal
2. Tempat ibadah yang layak
3. Toilet yang memadai terdapat air untuk bersuci
4. Layanan serta fasilitas selama bulan Ramadhan
5. Fasilitas pariwisata yang bebas dari kegiatan non-halal
6. Tersedia fasilitas pariwisata privat
Kebutuhan pertama dari pariwisata halal adalah tersedianya makanan halal.
Makanan merupakan hal terpenting yang merupakan kebutuhan sehari-hari
manusia. Jenis makanan halal sendiri di berbagai negara berbeda-beda. Terdapat
beberapa jenis standarisasi halal di antaranya adalah rumah makan yang memiliki
sertifikat halal yang diberikan oleh sebuah lembaga sertifikasi halal. Sertifikasi
halal diberikan bagi rumah makan yang tidak menyediakan serta mengolah
makanan dengan bahan-bahan haram. Terdapat pula rumah makan yang hanya
memiliki sertifikasi halal untuk dapur saja. Dapur rumah makan sudah bebas dari
sesuatu yang haram namun dalam penyajiannya masing terdapat hal-hal yang tidak
sesuai seperti penyediaan minuman beralkohol. Jenis sertifikasi ini tidak dapat
diterima oleh semua kalangan muslim.57
Penerimaah seorang muslim atas sertifikasi yang ada di rumah makan
beragam tergantung daimana asal muslim tersebut. Muslim dari Asia Tenggara dan
Eropa Barat sangat mencari tumah makan yang memang memiliki sertifikasi halal
yang lengkap tanpa adanya penyajian sesuatu yang haram. Sertifikasi halal untuk
57 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 20.
33
makanan umumnya diberikan oleh badan sertifikasi lokal yang telah diizinkan
melakukan sertifikasi di negara tersebut.58
Kebutuhan kedua adalah tempat untuk shalat. Shalat merupakan kewajiban
setiap muslim dalam keadaan apapun. Saat bepergian dimungkinkan bagi seorang
muslim untuk menggabungkan shalat dengan syarat-syarat tertentu. Kewajiban
tersebut yang mengharuskan sebuah tempat pariwisata memiliki ruang untuk shalat.
Tempat shalat idealnya dipisah antara pria dan wanita dan terdapat tempat untuk
berwudhu. Kebutuhan selanjutnya adalah layanan untuk bulan Ramadhan.
Meskipun tidak cukup banyak yang melakukan perjalanan selama Ramadhan, tetapi
tidak menutup kemungkinan adanya wisatawan saat bulan tersebut. Kebutuhan
yang sangat perlu disediakan adalah layanan untuk sahur.59
Layanan ketiga adalah toilet yang memadai untuk bersuci. Air sangat
dibutuhkan untuk bersuci sehingga hal tersebut sangat penting ada di dalam toilet.
Kebersihan dari toilet juga sangat diperhatikan karena hal tersebut akan
berpengaruh pada kesucian wisatawan muslim untuk melakukan ibadah.
Tersedianya fasilitas toilet yang lengkap merupakan sebuah kemudahan bagi
wisatawan muslim yang harus tersedia dalam sebuah tempat pariwisata. Layanan
selanjutnya adalah tidak adanya kegiatan non-halal. Hal tersebut sangat diperlukan,
wisatawan muslim pasti menghindari kegiatan-kegiatan yang dapat menjerumus
kepada dosa seperti diskotik dan kasino.60
58 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 20.
59 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 21.
60 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 22.
34
Layanan yang terakhir adalah tersedianya fasilitas dengan ruang privasi.
Ruang privasi merupakan pemisahan ruang antara pria dan wanita dalam sebuah
tempat pariwisata sehingga tidak menimbulkan kerancuan. Contoh ruang privasi
tersebut adalah tersedia kolam renang dan pusat kebugaran yang memisahkan
antara area pria dan wanita. Contoh lain adalah pantai yang menyediakan area
terpisah antara pria dan wanita sehingga masing-masing memiliki ruang privasi.61
3.2 Industri Halal di Jepang
industri halal mulai masuk ke Jepang jauh sebelum adanya peningkatan
jumlah wisatawan yang berkunjung ke Jepang. Industri halal di Jepang mulai
berkembang karena adanya peningkatan jumlah imigran muslim di masyarakat
Jepang tahun 1980-an. Tahun 1985, makanan halal mulai muncul eksistensinya.
Munculnya toko makanan halal di Jepang adalah pada tahun 1992.62
Muncul pula toko bahan makanan halal. Tokto memiliki 20 toko halal,
prefektur Gunma 18 toko halal, prefektur Kanagawa 10 toko halal, prefektir Aichi
dan Saitama 8 toko halal, prefektur Chiba 5 toko halal, prefektur Ibaraki 4 toko
halal, prefektir Tochigi 3 toko halal dan di prefektir Toyama, Shizuoka, Hyogo,
Fukuoka masing-masing 1 toko halal.63
Pemaparan di atas menjelaskan bahwa bisnis mengenai halal pertama kali
muncul konsep mengenai halal adalah tahun 1980-an karena peningkatan jumlah
61 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 22.
62 Yoza Achmad Adidaya, "Halal in Japan: History, Issues and Problems,"
University of Oslo, Juni 2016, hal. 17 [tesis]; tersedia di laman
https://www.duo.uio.no/handle/10852/52149; Internet; diunduh pada Selasa, 17 September
2019 pukul 22.39 WIB
63 Yoza Achmad Adidaya, "Halal in Japan: History, Issues and Problems", 17.
35
migran muslim ke Jepang namun belum ada mengenai pariwisata halal seperti saat
ini. Kemunculan halal di Jepang tidak lepas karena adanya Halal boom yang
merupakan maraknya kemunculan produk-produk halal. Halal boom kemudian
diketahui oleh masyarakat jepang lewat penyebaran media dengan tujuan agar
masyarakat Jepang lebih terbiasa dengan konsep halal.64
Penyebaran halal di Jepang menurut penulis tidak terlepas dari upaya
pemerintah untuk meingkatkan ekonomi. Adanya halal di Jepang menguntungkan
pihak masyarakat muslim yang dapat dengan mudah mendapatkan produk serta jasa
halal dan para pelaku bisnis yang dapat mengembangkan industri mereka.
3.3 Industri Pariwisata Halal di Jepang
Industri pariwisata halal telah berkembang secara pesat di Jepang dalam
beberapa tahun terakhir. Pengembangan industri pariwisata tersebut ditujukan
untuk menarik wisatawan muslim dari berbagai negara. Munculnya industri
pariwisata halal di Jepang bermula ketika mulai terbentuk komunitas-komunitas
muslim dalam skala yang kecil dan terdapat permintaan makanan halal. Perusahaan
maupun pemerintah saat itu belum merasa perlu untuk mengembangkan sektor
tersebut karena perkembangannya bukan dalam skala yang besar, hanya sebatas di
kalangan imigran saja.65
Memasuki tahun 2000 kedatangan wisatawan asing termasuk dari negara-
negara muslim terus meningkat. Hal tersebut juga meningkatkan industri halal yang
ada di Jepang karena permintaan mengenai produk serta jasa halal meningkat.
64 Yoza Achmad Adidaya, "Halal in Japan: History, Issues and Problems", 18.
65 Yoza Achmad Adidaya, "Halal in Japan: History, Issues and Problems", 2.
36
Perkembangan industri pariwisata halal di Jepang dipicu oleh meningkatnya
kunjungan wisatawan muslim ke Jepang dan upaya Jepang untuk dapat menjadi
produsen produk halal ke negara-negara Islam.66
Olimpiade yang akan dilaksanakan di Tokyo pada tahun 2020 juga menjadi
sebuah tujuan yang ingin dicapai oleh Jepang dalam pengembangan industri
pariwisata halal. Wisatawan muslim yang akan datang khususnya pada sata
Olimpiade akan cukup besar jumlahnya sehingga pemerintah Jepang mendukung
para pelaku usaha pariwisata lokal untuk dapat memberikan pelayanan terkait
fasilitas yang dibutuhkan oleh seorang wisatawan muslim. Meningkatnya jumlah
wisatawan muslim yang umumnya berasal dari Asia Tenggara masuk ke Jepang
dikarenakan peraturan mengenai pembebasan visa untuk sebagian besar warga
ASEAN. 67
Ketertarikan perusahaan Jepang untuk dapat masuk ke dalam industri halal
dengan melakukan ekspor produk halal buatan Jepang. Kebutuhan dari produk halal
kemudian memunculkan lembaga sertifikasi halal di Jepang. Peningkatan industri
halal, sertifikasi halal serta pariwisata halal membuat Jepang mulai memperhatikan
industri tersebut. Fenomena tersebut tidak hanya memberikan manfaat fasilitas
66 Yoza Achmad Adidaya, "Halal in Japan: History, Issues and Problems", 2.
67 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Developing and
Marketing MFT Products and Services in The OIC Member Countries," hal. 77 [situs
resmi]; tersedia di
http://www.sbb.gov.tr/wp-
content/uploads/2018/11/Muslim_Friendly_Tourism_MFT_Developing_and_Ma
rketi ng_MFT_Products_and_Services_in_the_OIC_Member_States.pdf; Internet;
diakses pada Senin, 11 November 2019 pukul 20.57 WIB.
37
untuk wisatawan yang berkunjung ke Jepang tetapi juga kepada masyarakat muslim
lokal yang tinggal di Jepang.68
Contoh dari dukungan pemerintah atas pelaku pariwisata lokal adalah
pemerintah daerah kota Aichi menerbitkan buku panduan untuk para pelaku
pariwisata dalam bahasa Jepang mengenai bagaimana cara melayani wisatawan
muslim untuk dapat mengembangkan industri pariwisata mereka ke dalam industri
pariwisata halal. Buku tersebut berisi mengenai kesulitan apa saja yang dihadapi
oleh wisatawan muslim yang berkunjung ke Jepang sehingga para pelaku usaha
pariwisata dapat mengerti hal apa yang harus lebih dikembangkan dalam upaya
memberikan pelayanan barang serta jasa untuk wisatawan muslim.69
Pengembangan industri pariwisata halal Jepang memang belum dalam
tahap sempurna tetapi telah terjadi perkembangan. Perkembangan-perkembangan
tersebut selaras dengan 6 faith based yang telah disebutkan dalam sub-bab
sebelumnya. Jepang mulai menmbangun ruang untuk shalat di area-area publik
seperti bandara. Terdapat pula hotel yang ramah terhadap wisatawan muslim karena
hotel tersebut memisahkan antara pria dan wanita yang bukan keluarga. Hotel
tersebut juga menyajikan fasilitas untuk sahur pada bulan Ramadhan. 70
Rumah makan di Jepang juga telah sadar untuk ikut melakukan standarisasi
halal agar para wisatawan muslim tidak ragu untuk datang ke rumah makan
tersebut. Sertifikasi halal di Jepang dilakukan oleh berbagai lembaga seperti Japan
68 Yoza Achmad Adidaya, "Halal in Japan: History, Issues and Problems", 3.
69 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Developing and
Marketing MFT Products and Services in The OIC Member Countries", 78.
70 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Developing and
Marketing MFT Products and Services in The OIC Member Countries", 78.
38
Islamic Trust (JIT), Islamic Center Japan (ICJ), Nippon Asia Halal Association
(NAHA), Japan Halal Association (JHA) dan Malayasia Halal Corporation (MHC).
Tempat hiburan serta perbelanjaan di Jepang juga mulai menyediakan ruang untuk
shalat dan tidak menyediakan minuman beralkohol dalam tempat hiburan. Terdapat
pula agen perjalanan pariwisata halal dan aplikasi untuk memberikan petunjuk
rumah makan, hotel serta pariwisata yang menyediakan fasilitas untuk wisatawan
muslim.71
Industri pariwisata yang ada di Jepang menggambarkan bahwa pemerintah
turut mendukung pengembangan industri pariwisata halal untuk dapat melayani
para wisatawan muslim. Adanya permintaan dari wisatawan muslim yang
berkunjung ke Jepang memicu kesadaran pemerintah serta para pelaku industri
pariwisata halal untuk lebih mengembangkan industri ini.72 Promosi pemerintah
Jepang dalam mengembangkan industri pariwisata halal dilakukan dengan cara
membuat Japan National Tourism Organization (JNTO). JNTO dalam perannya
melakukan penyediaan fasilitas mengenai informasi pariwisata secara umum dan
juga pariwisata halal. Terdapat daftar rumah makan halal di Jepang dalam panduan
perjalanan tersebut.73
Perkembangan industri pariwisata halal di Jepang tidak serta
menghilangkan keaslian kebudayaan Jepang. Rumah makan di Jepang, salah
71 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Developing and
Marketing MFT Products and Services in The OIC Member Countries", 78.
72 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Developing and
Marketing MFT Products and Services in The OIC Member Countries", 81.
73 Takumi Asatsuma, "Halal Industry Activates Japanese Tourism Market", hal. 28
[jurnal online]; tersedia di
http://human.kanagawa-u.ac.jp/gakkai/student/pdf/i11/110320.pdf; Internet; diakses pada
Senin, 11 November 2019 pukul 22.15 WIB.
39
satunya yang berada di Tokyo, yaitu rumah makan Yakuniku, menyediakan
hidangan Jepang yang otentik namun memiliki sertifikasi halal, sehingga para
wisatawan muslim tidak perlu ragu untuk dapat merasakan hidangan asli Jepang
yang terlah berinovasi sehingga aman untuk dikonsumsi muslim.74
Perusahaan penyedia makanan di Jepang, seperti Ajinomoto, Asahi, Kewpie
dan Umakane telah mengembangkan produknya menjadi produk yang memiliki
standarisasi halal sehingga dapat dikonsumsi oleh para wisatawan muslim yang
sedang berkunjung ke Jepang ataupun para penduduk lokal yang beragama Islam.
Adanya industri pariwisata halal ini mendorong Jepang untuk menjadi negara yang
ramah terhadap muslim baik itu penduduk lokal ataupun wisatawan yang sedang
berkunjung ke Jepang.75
Rumah makan yang memiliki logo standarisasi halal di depan pintunya lebih
diminati oleh para muslim dibandingkan yang tidak ada. Ruang-ruang shalat yang
ada juga telah mulai dilengkapi dengan penunjuk arah shalat atau kiblat sehingga
para muslim dapat dengan mudah melakukan ibadah. Toilet yang ada di ruang
shalat juga telah dilengkapi dengan fasilitas yang memadai sehingga para muslim
dapat bersuci dengan baik dan sempurna.76
Pemerintah Kyoto juga turut mengembangkan industri pariwisata halal
dengan menyelenggarakan seminar mengenai halal dan ramah muslim sebagai
topik bahasannya. Seminar tersebut diadakan setiap bulan pada tahun 2015 untuk
memberikan pemahaman mengenai Islam dan pariwisata halal. Peserta yang
74 Takumi Asatsuma, "Halal Industry Activates Japanese Tourism Market", 29.
75 Takumi Asatsuma, "Halal Industry Activates Japanese Tourism Market", 29.
76 Takumi Asatsuma, "Halal Industry Activates Japanese Tourism Market", 29.
40
mengikuti seminar tersebut adalah para pelaku usaha pariwisata seperti manajer
hotel, pemilik rumah makan dan pengusaha lain yang ada dalam bidang
pariwisata.77
Saat ini terdapat lebih dari 90 konsultan halal yang aktif di Jepang. Latar
belakang mereka adalah penduduk muslim serta akademisi muslim yang memiliki
keahlian dalam bidang pangan. Beberapa konsultan sudang mulai fokus terhadap
kebutuhan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan serta pengalaman
dalam bidang pariwisata halal dan penanganan wisatawan muslim di Jepang.
Konsultan-konsultan tersebut kemudian mulai mengadakan pelatihan mengenai
pariwisata halal yang di dalamnya mengajarkan tentang pariwisata halal melalui
kursus, pelatihan, pameran internasional, seminar dan konferensi.78
Tidak ada peraturan yang mengatur mengenai standarisasi halal untuk
produk serta jasa di Jepang. Standar halal beragam tergantung lembaga yang
mengeluarkan sertifikat halal tersebut. Standar halal secara dasar adalah tidak
tersedianya produk yang mengandung kadungan haram yang dapat mengganggu
kegiatan muslim. Lembaga sertifikasi halal di Jepang pada dasarnya merupakan
lembaga swasta dan siapapun dapat menerbitkan sertifikasi halal di Jepang. Hal
77 Yoza Achmad Adidaya, "Halal in Japan: History, Issues and Problems", 33.
78 Shin Yasuda, “Managing Halal Knowledge in Japan: Developing
Knoeledge Platforms for Halal Tourism in Japan,” Asian Journal of Tourism
Research Vol. 2, No. 2, September 2017, hal, 72 [jurnal online]; tersedia di
https://pdfs.semanticscholar.org/9d6f/9fcc3e23e3e8f647f68f521f664bb10b95b6.p
df; Internet; diakses pada Senin, 11 November 2019 pukul 23.54 WIB.
41
tersebut membuat pemerintah sulit utuk mengidentifikasi jumlah perusahaan yang
memiliki sertifikat halal di Jepang.79
79 Su Aziz, "Halal Influence's Japan Tourism," 04 Januari 2019 [berita online];
tersedia di https://infocus.wief.org/halal-influences-japans-tourism/; Internet; diakses pada
Selasa, 12 November 2019 pukul 00.10 WIB.
42
BAB IV
ANALISIS KERJASAMA JEPANG-MALAYSIA DALAM
PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA HALAL TAHUN 2018
Sesuai dengan penjabaran penulis pada bab-bab sebelum bab ini maka
terangkum mengenai alur berpikir yang ada di dalam skripsi ini. Telah dituliskan
pada Bab I bahwa tanggal 26 November 2018 telah terjadi penandatanganan MoC
di kantor perdana menteri di Tokyo mengenai kerjasama industri halal oleh Menteri
Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang, Hiroshige Seko dan Menteri
Pengembangan Wirausaha Malaysia, H.E. Mohd. Redzuan Md Yusof.
Gambar IV.1 Momen Penandatanganan MoU antara Jepang dan Malaysia
Sumber: Ministry of Economic, Trade and Industry Japan, 201880
Kerjasama mengenai industri halal oleh kedua negara tersebut menurut
penulis menarik untuk dibahas dalam skripsi ini. Alasan penulis menganggap
bahwa kerjasama industri pariwisata halal ini menarik dibahas dapat dilihat pada
80 Ministry of Economic, Trade and Industry Japan, "Japan and Malaysia Sign
Memorandum of Cooperation on Halal," [situs resmi]; tersedia di
https://www.meti.go.jp/english/press/2018/1127_002.html; Internet; diakses pada Senin,
09 September 2019 pukul 23.16 WIB.
43
pernyataan masalah. Penulis telah menyebutkan bahwa Jepang adalah negara
minoritas muslim sedangkan Malaysia merupakan negara mayoritas muslim.
Jepang ingin meningkatkan industri pariwisata halalnya dikarenakan persaingan
global saat ini namun terhalang kurangnya informasi mengenai industri halal
sehingga mengharuskan Jepang mencari informasi dengan melakukan kerjasama
dengan Malaysia dalam bidang industri halal sehingga hal tersebut dapat menjadi
faktor pendorong pengembangan pariwisata halal Jepang.
Hal tersebut memicu pertanyaan mengenai hal yang menjadi latar belakang
mengapa kedua negara tersebut melakukan kerjasama bilateral. Pembahasan
mengenai kerjasama bilateral antara kedua negara telah penulis jabarkan pada Bab
II. Sesuai dengan penjabaran tersebut, selama ini kedua negara belum pernah
melakukan kerjasama dalam isu ini, yaitu mengenai kerjasama industri pariwisata
halal. Jepang dan malaysia awalnya melakukan kerjasama lebih kepada isu-isu
ekonomi.
Permasalahan mengenai industri pariwisata halal yang telah disebutkan di
dalam Bab III bahwa sebuah pariwisata halal merupakan pariwisata yang tidak
mengandung unsur keburukan bagi wisatawan yang berkunjung ke tempat tersebut.
Penulis menganggap bahwa pariwisata halal merupakan suatu hal yang memiliki
hubungan dengan nilai-nilai yang terdapat di dalam ajaran agama Islam.
Pertanyaan besar yang kemudian muncul bagi penulis adalah "mengapa
Jepang melakukan kerjasama dengan Malaysia dalam pengembangan industri
pariwisata halal tahun 2018?". Konsep-konsep yang telah penulis jabarkan di pada
Bab I akan menjadi pisau analisis penulis dalam menjawab pertanyaan besar
44
tersebut. Berikut merupakan penjelasan mengenai jawaban penulis sesuai dengan
teori yang telah penulis jabarkan sebelumnya.
4.1 Kerjasama Industri Pariwisata Halal Jepang dan Malaysia
Analisis pembuka penulis mulai dari adanya penandatanganan MoC
kerjasama antara Jepang dan Malaysia yang merupakan kerjasama bilateral karena
terjadi antara dua negara dalam bidang pengembangan industri pariwisata halal
tahun 2018. Pertama penulis mulai dari definisi kerjasama internasional. menurut
Robert Keohane, Kerjasama internasional dapat dilihat sebagai upaya negara untuk
memenuhi kebutuhanya dalam sistem internasional. Pada dasarnya kerjasama
seharusnya mengarah pada keuntungan yang akan diperoleh negara-negara yang
melakukanya.81
Kerjasama internasional dapat terjadi karena faktor kemampuan setiap
negara berbeda satu dengan yang lainnya sehingga keadaan di setiap negara juga
akan berbeda. Perbedaan faktor di setiap negara tersebut yang kemudian
menjadikan suatu negara melakukan sebuah kerjasama internasional. Keadaan
antara satu negara dan negara lain yang melakukan kerjasama cenderung tidak sama
untuk melengkapi keadaan satu sama lain. Hal tersebut yang membuat suatu negara
mencari kelengkapan untuk negaranya dengan cara melakukan kerjasama dengan
negara lain yang dianggap mampu untuk melengkapi hal tersebut.82
81 Jackson dan Sorensen, "Introduction to International Relation: Theories and
Approaches", 63-65.
82 Zulkifli, "Kerjasama Internasional sebagai Solusi Pengelolaan Kawasan
Perbatasan Negara (Studi Kasus Indonesia)", 18.
45
Keterkaitan penjelasan mengenai kerjasama internasional tersebut dengan
kerjasama antara Jepang dan Malaysia dalam bidang industri halal yang merupakan
penunjang dari pengembangan pariwisata halal sesuai dengan poin-poin dari
kerjasama tersebut maka dapat kita lihat Jepang, sebagai sebuah negara minoritas
muslim tidak memiliki cukup informasi untuk dapat mengembangkan industri
pariwisata halal karena halal merupakan sebuah konsep yang berasal dari Islam.
Keadaan tersebut membuat Jepang melakukan kerjasama dengan negara lain untuk
dapat memenuhi kekurangannya tersebut.
Poin yang ada dalam MoC kerjasama tersebut adalah keahlian mengenai
halal, promosi perdagangan dan investasi untuk produk serta layanan antar negara,
pengembangan sertifikat halal, pengembangan pariwisata ramah muslim di Jepang
dan pengembangan makanan halal di Jepang. 83
4.1.1 Kesamaan Kepentingan Jepang dan Malaysia
Merujuk kepada tiga aspek penting dalam sebuah kerjasama internasional
menurut Keohane maka sebuah kerjasama harus memiliki kesamaan kepentingan.
Pada dasarnya tidak ada kepentingan yang sama natar negara meskipun negara-
negara tersebut memiliki karakteristik yang sama. Namun, tidak berarti kerjasama
tidak bisa dicapai. Dalam konteks ini Keohane melihat kesamaan kepentingan
merujuk pada adanya kebutuhan antar negara yang saling komplementer. 84
83 Ministry of Economic, Trade and Industry Japan, "Japan and Malaysia Sign
Memorandum of Cooperation on Halal".
84 Robert Axelrod dan Robert O. Keohane, "Achieving Cooperation under
Anarchy: Strategies and Institutions", 226-254.
46
Malaysia dan Jepang dalam kerjasama industri halal tahun 2018 memiliki
kesamaan kepentingan yaitu Jepang ingin meningkatkan industri pariwisata halal
dan Malaysia ingin meningkatkan ekspor makanan halal ke Jepang.
4.1.2 Prospek Masa Depan Jepang dan Malaysia
Prospek masa depan yang menjadi poin selanjutnya merupakan faktor
pendorong adanya kerjasamaa. Negara-negara yang terlibat dalam kerjasama
tersebut perlu memandang ke depan mengenai kepentingan masing-masing yang
akan mudah dicapai apabila saling bekerjasama. Aspek ini lah yang membedakan
kerjasama ekonomi dan sosial dengan kerjasma militer, dimana isu politik dan
ekonomi lebih mudah dilakukan kerjasama dibandingkan dengan isu keaamanan
internasional. 85
Jika dikaitkan dengan kerjasama antara Jepang dan Malaysia dalam
pengembangan industri pariwisata halal maka hal tersebut masih memiliki
hubungan dengan kesamaan kepentingan yang telah penulis jabarkan sebelumnya.
Adanya kerjasama ini yang berlandas kepada kesamaan kepentingan kedua negara
akan menjadikan kedua negara mendapatkan keuntungan dari kerjasama tersebut
dan akan membuat kedua negara berkembang untuk masa depan keduanya.
4.1.3 Aktor Kerjasama Jepang dan Malaysia
Poin ketiga adalah mengenai aktor kerjasama dalam kerjasama
internasional. Sebuah negara melihat aspek siapa yang akan bekerjasma. Negara
memperhatikan karakteristik dan kepentingan mitra dalam kerjasamanya. Dalam
85 Robert Axelrod dan Robert O. Keohane, "Achieving Cooperation under
Anarchy: Strategies and Institutions", 226-254.
47
aspek ini karakteristik yang dipertimbangkan antara lain, sejauh mana antara negara
tersebut dapat terjadi peluang kerjasama, baik adanya kesamaan karakteristik
negara serta keuntungan material dan kapabilitas negara yang akan dijadikan mitra
kerjasama.86
Pemilihan Malaysia sebagai mitra kerjasama Jepang dalam kerjasama
industri pariwisata halal tahun 2018 memiliki pertimbangan yang matang yang
menimbang kepada kapabilitas yang dimiliki oleh Malaysia. Berikut alasan Jepang
memilih Malaysia sebagai mitra pengembangan industri pariwisata halal:
1. Malaysia merupakan sebuah negara muslim yang memiliki agama resmi
Islam. Populasi muslim di Malaysia mencapai 60% dari keseluruhan
masyarakat negara tersebut.87
2. Malaysia merupakan satu-satunya di dunia yang telah memiliki standar
halal yang dikelola dengan baik dan sangat ketat.88
3. Malaysia menempati peringkat pertama dalam Global Muslim Travel
Index.89
86 Robert Axelrod dan Robert O. Keohane, "Achieving Cooperation under
Anarchy: Strategies and Institutions", 226-254.
87 Halal Japan Corporation Collaboration with JAKIM, "Rapidly Growing Halal
Market," [situs resmi]; tersedia di https://www.jp-halal.com/english-top; Internet; diakses
pada Rabu, 11 September 2019 pukul 14.49 WIB.
88 Halal Japan Corporation Collaboration with JAKIM, "Rapidly Growing Halal
Market".
89 Crescent Rating, Global Muslim Travel Index 2016," [situs resmi], tersedia di
https://www.crescentrating.com/reports/mastercard-crescentrating-global-muslim-travel-
index-gmti-2016.html; Internet; diakses pada Sabtu, 19 Oktober 2019 pukul 12.22 WIB.
48
4.1.4 Resiprokal antara Jepang dan Malaysia
Faktor lain yang ada dalam kerjasama internasional di samping ketiga poin
yang telah penulis jabarkan adalah harus terdapat resiprokal atau asas resiprokal
antar negara. Walaupun negara memiliki karakter yang egoistik namun asas ini
menurut Keohane sangat krusial dalam mendukung adnaya kerjasma. Resiprokal
atau asal timbal balik balik berupa keuntungan dan dukungan yang diberikan antar
negara dalam kerjasama.
Kerjasama yang dilakukan oleh Jepang dan Malaysia dalam industri
pariwisata halal tahun 2018 memberikan keuntungan bagi kedua negara. Jepang
yang dalam hal ini ingin mengebangkan potensi pariwisata halal mendapatkan
keuntungan sesuai dengan poin-poin yang ada di dalam MoC, yaitu keahlian
mengenai halal untuk persiapan Olimpiade 2020 serta Paralimpiade 2020, promosi
perdagangan dan investasi untuk produk serta layanan antar negara, pengembangan
sertifikat halal, pengembangan pariwisata ramah muslim di Jepang dan
pengembangan makanan halal di Jepang. 90
Malaysia dalam hal ini juga mendapatkan keuntungan dari kerjasama
tersebut. Keuntungan yang di dapat oleh Malaysia adalah peningkatan ekspor
makanan halal ke Jepang. Hal tersebut dilakukan mengingat pada tahun 2020 akan
ada Olimpiade di Jepang sehingga Malaysia ingin menjadi pemasok makanan halal
90 Ministry of Economic, Trade and Industry Japan, "Japan and Malaysia Sign
Memorandum of Cooperation on Halal".
49
di Jepang untuk membantu ketersediaan pangan serta kebutuhan sehari-hari karena
jumlah wisatawan yang meningkat.91
Ekspor produk halal Malaysia ke Jepang tahun 2016 naik sebanyak 2,67
persen dari tahun sebelumnya mencapai 2,67 miliar ringgit ($690 juta). Kenaikan
tersebut akan terus terjadi terlebih saat Olimpiade di Jepang tahun 2020. Produk
yang diekspor Malaysia ke Jepang semakin luas dengan adanya pengiriman
Brahim's Food Japan Co, Bunga Raya dan Manhattan Fish Market yaitu rumah
makan halal yang beroperasi secara global.92
Tahun 2016 kategori produk halal yang diekspor Malaysia ke Jepang
menempatkan bahan-bahan makanan dalam urutan pertama diikuti oleh makanan
dan minuman selanjutnya hasil olahan sawit serta produk farmasi.93
4.1.5 Institusi dalam Kerjasama Industri Pariwisata Jepang dan
Malaysia Tahun 2018
Faktor lain yang dilihat dalam sebuah kerjasama internasional adalah
institusi yang menjadi penyambung antara kerjasama tersebut. Kerjasama antara
Jepang dan Malaysia dalam pengembangan industri pariwisata halal termasuk
kepada konvensi/perjanjian yang dalam hal ini institusi yang melakukan kerjasama
91 Teo Boon Kiat, "Malaysia to Expand Halal Exports to Japan Ahead of 2020
Tokyo Games", [artikel online]; tersedia di
https://www.japantimes.co.jp/news/2018/04/04/business/malaysia-expand-halal-exports-
japan-ahead-2020-tokyo-games/ - .XZRamKeB00o; Internet; diakses pada Minggu, 29
September 2019 pukul 14.12 WIB.
92 Teo Boon Kiat, "Malaysia to Expand Halal Exports to Japan Ahead of 2020
Tokyo Games".
93 Teo Boon Kiat, "Malaysia to Expand Halal Exports to Japan Ahead of 2020
Tokyo Games".
50
adalah antara Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang,
dan Kementerian Pengembangan Wirausaha Malaysia.94
` Berdasarkan MoC yang ada mengenai kerjasama industri pariwisata halal
tahun 2018 maka point-poin yang akan dikembangkan adalah keahlian dalam
persiapan Olimpiade 2020, promosi perdagangan serta investasi untuk produk serta
jasa halal antar negara, pengembangan sertifikasi halal, pengembangan pariwisata
ramah muslim di Jepang serta pengembangan pasokan produk halal di Jepang.
Metode yang akan dipakai adalah people to people, bantuan teknis, dukungan
dalam perdagangan dan investasi serta pengadaan seminar.95
4.2 Kepentingan Nasional
Tiga aspek penting menurut Burchill dalam kepentingan nasional sebuah
negara adalah Kepentingan Ekonomi, Kepentingan Budaya serta Kepentingan
Politik.96
4.2.1 Kepentingan Ekonomi Jepang dalam Kerjasama Pariwisata Halal
Kepentingan nasional tidak terlepas dari keuntungan yang didapat oleh
sebuah negara. Hal ini dapat bersumber dari pengembangan industri pariwisata
halal yang dilakukan oleh Jepang. Kerjasama yang dilakukan oleh Jepang dan
Malaysia akan memberikan keuntungan untuk kedua negara. Dalam hal ini Jepang
ingin masuk ke dalam Pasar Pariwisata Halal Global yang hal tersebut dapat dicapai
dengan cara mengembangkan industri pariwisata halal Jepang. Industri halal
94 Ministry of Economic, Trade and Industry Japan, "Japan and Malaysia Sign
Memorandum of Cooperation on Halal".
95 Ministry of Economic, Trade and Industry Japan, "Japan and Malaysia Sign
Memorandum of Cooperation on Halal,"
96 Scott Burchill, "The National Interest in International Relations Theory", 104.
51
merupakan tren terbaru yang terdapat dalam pasar dunia. Populasi muslim yang
mencapai 3 miliar jiwa menjadikan industri ini menjadi bisnis yang memiliki
perkembangan yang cukup pesat di pasar global. Sektor-sektor yang ada dalam
industri halal ini adalah sektor keuangan, pariwisata, transportasi dan makanan.
Jepang sebagai negara dengan masyarakat minoritas muslim yang mengandalkan
elektronik serta otomotif dalam pergerakan ekonominya merasa tertarik dengan
tren pariwisata halal yang dianggap dapat menjadi alternatif pemasukan ekonomi
negara.97
Pariwisata merupakan salah satu sektor penting yang melibatkan hampir
seluruh masyarakat dunia. Sektor pariwisata dapat menggerakan perekonomian
suatu negara. Sektor ini juga dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat di
sekitar objek pariwisata.98
Gambar IV.2 Diagram Global Halal Industry, 2016
Sumber: State of The Global Islamic Report 2016/1799
97 Rininta Nurrachmi, "The Global Development of Halal Food Industry: A
Survey", 42.
98 Alfian Nurdiansyah, “Halal Certification and Its Impact on Tourism in Southeast
Asia: A Case Study Halal Tourism in Thailand”, [Artikel Online] tersedia di
file:///Users/amaliahnf/Downloads/2323-Article%20Text-12082-2-10-20180529.pdf;
Internet; diakses pada Jum'at 13 September 2019 pukul 22.50 WIB.
99 State of The Global Islamic Report 2016/17, [berita resmi]; tersedia di
https://ceif.iba.edu.pk/pdf/ThomsonReuters-
52
Berdasarkan pada laporan The Global Islamic Report tahun 2016, sebesar
43% dari pasar halal global didominasi oleh produk makanan, 23% oleh media,
23% oleh produk pakaian, 8% oleh pariwisata, 7% oleh farmasi dan 5% oleh
kosmetik.100
Pertumbuhan wisatawan muslim merupakan hal yang sangat berpengaruh
terhadap industri pariwisata global. Populasi muslim dapat meningkat hingga 2,2
miliar jiwa pada tahun 2030. Kedatangan wisatawan muslim sebanyak 116 juta jiwa
pada tahun 2014 dan diperkirakan akan naik menjadi 178 juta jiwa pada tahun 2020
yang merupakan 11,4% dari total kedatangan wisatawan. Kenaikan jumlah populasi
muslim membuat para pelaku sektor pariwisata juga meningkatkan kualitasnya.101
Jepang merupakan negara pengekspor ke 4 terbesar di dunia. Pada tahun
2017, nilai ekspor Jepang mencapai $694 miliar dan nilai impor Jepang $632
miliar.102 Data tersebut menunjukkan bahwa Jepang memiliki kekuatan ekonomi
yang tidak main-main. Hal tersebut juga dapat menunjukan bahwa Jepang telah siap
untuk bersaing dengan negara lain dalam pasar pariwisata halal global. Kekurangan
yang dimiliki Jepang adalah informasi mengenai Islam dan halal. Kurangnya ilmu
pengetahuan mengenai Islam dan halal di Jepang yang kemudian melakukan
stateoftheGlobalIslamicEconomyReport201617.pdf; Internet; diakses pada Jum'at 13
September 2019 pukul 23.05 WIB.
100 State of The Global Islamic Report 2016/17.
101 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries," [situs resmi]; tersedia di
http://www.sbb.gov.tr/wp-
content/uploads/2018/11/Muslim_Friendly_Tourism_Understanding_the_Demand_and_
Supply_Sides_in_the_OIC_Member_Countries.pdf; Internet; diakses pada Sabtu 14
September 2019 pukul 00.07 WIB.
102 The Observatory of Economic Complexity, "Japan," [situs resmi]; tersedia di
https://oec.world/en/profile/country/jpn/ - Exports; Internet; diakses pada Senin, 16
September 2019 pukul 12.54 WIB.
53
kerjasama dengan Malaysia. Alasan mengapa Jepang memilih Malaysia sebagai
mitra pengembangan industri pariwisata halal karena Malaysia telah maju lebih
dahulu dalam pengembangan industri halal.103
Malaysia juga merupakan salah satu tujuan favorit bagi pengunjung muslim
dari seluruh dunia. Malaysia memiliki potensi dalam hal transportasi, infrastruktur
akomodasi, perhotelah, makanan dan minuman yang fokus pada layanan pariwisata
halal.104 Terdapat 366 hotel serta resor di Malaysia yang telah memperoleh
sertifikat halal untuk makanan yang disajikan dan 20 hotel bersertifikat halal dari
seluruh hotel yang ada di malaysia sebanyak 1574 hotel.105
Malaysia dipilih sebagai mitra untuk pengembangan industri pariwisata
halal Jepang juga karena memiliki Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM)
yang merupakan satu-satunya departemen untuk menetapkan standar halal di
Malaysia yang telah diakui negara-negara lain di dunia. JAKIM dikelola secara
ketat oleh pemerintah Malaysia.106
Pada tahun 2017 kedatangan turis di Malaysia memberikan kontribusi
sebanyak RM 82,1 miliar pada pendapatan sektor pariwisata. Malaysia merupakan
103 Rininta Nurrachmi, "The Global Development of Halal Food Industry: A
Survey", 49.
104 Azren Hamiza, "Muslim Friendly Tourism: Concept, Practices and Challenges
in Malaysia," International Journal of Academic Reseacrh in Business and Social Sciences
Vol. 8 No. 11, November 2018, hal. 360 [jurnal online]; tersedia di
http://hrmars.com/hrmars_papers/Muslim_Friendly_Tourism_Concept,_Practices_and_C
hallenges_in_Malaysia.pdf; Internet; diunduh pada Senin, 16 September 2019 pukul 13.38
WIB.
105 Lee Shi Yan dkk, Halal Tourism, "A New World for Tourism
Industry,"International Journal of Asian Science Vol. 7 No. 8, 2017, hal. 645 [jurnal
online]; tersedia di
https://pdfs.semanticscholar.org/215b/ecc1ac8bc6e05e7bfdd2846a11115ce350b5.pdf
diakses pada Senin, 16 September 2019 pukul 13.54 WIB.
106 Halal Japan Corporation Collaboration with JAKIM, "Why Malaysia".
54
salah satu negara yang mengembangkan ekosistem terbaik untuk perjalanan halal.
Perkembangan populasi muslim dunia akan mempengaruhi perkembangan
pariwisata halal. Perkiraan pasar pariwisata halal akan mencapai $ 220 miliar dan
meningkat hingga $ 300 miliar pada tahun 2036.107
Melihat keadaan Jepang dan Malaysia sesuai dengan yang telah dijabarkan,
penulis menganggap bahwa alasan Jepang melakukan kerjasama dengan Malaysia
dalam bidang industri pariwisata halal karena ingin masuk ke dalam Pasar
Pariwisata Halal Global yang dapat dicapai dengan cara melakukan kerjasama
dalam pemberian informasi mengenai halal dan Islam dari negara yang memiliki
kemampuan akan hal tersebut sehingga Jepang dapat ikut serta bersaing dalam
Pasar Pariwisata Halal Global.
4.2.2 Kepentingan Budaya Jepang dalam Kerjasama Pariwisata Halal
Sebuah perdamaian dapat dicapai dengan cara kerjasama antar negara.
Keadaan hubungan internasional yang damai akan membuat negara-negara yang
masing-masing memiliki kepentingan tersendiri melakukan kerjasama dalam
mencapai kepentingan tersebut. Salah satu cara yang ditempuh oleh Jepang dalam
menciptakan prospect for peace adalah dengan melakukan kerjasama dengan
Malaysia. Tujuan Jepang melakukan pengembangan industri pariwisata halal tidak
terlepas dari persiapan Jepang dalam menyambut Olimpiade tahun 2020. Jepang
kemudian melakukan beberapa nation branding yang terdapat pula dalam prospect
for peace untuk dapat mencapai kepentingan nasionalnya.108
107 Azren Hamiza, "Muslim Friendly Tourism: Concept, Practices and Challenges
in Malaysia", 359.
108 Scott Burchill, "The National Interest in International Relations Theory", 107.
55
Tabel IV.1 Kedatangan Wisatawan Muslim Periode 2010 sampai 2020.
Sumber: COMCEC, 2016109
Sesuai data yang tersedia di tabel tersebut, tahun 2014 jumlah wisatawan
muslim secara keseluruhan mencapai 116 juta jiwa. Jumlah tersebut akan terus
bertambah hingga tahun 2020 akan mencaoai 180 juta jiwa. Meningkatnya jumlah
wisatawan muslim setip tahunnya tentu membuat negara-negara tertarik untuk
mengembangkan pariwisata halal yang dapat melayani secara baik para wisatawan
muslim.110
Bertambahnya jumlah wisatawan muslim memunculkan banyak istilah baru
untuk sektor pariwisata halal. Istilah yang cukup dikenal saat ini adalah Muslim
Friendly Travel (MFT) yang berarti keadaan dimana wisatawan sadar akan halalnya
sesuatu yang akan dikonsumsi baik barang maupun jasa saat melakukan pariwisata
ke suatu tempat.111
Ketertarikan Jepang yang merupakan negara minoritas Islam terhadap
industri pariwisata halal membuat negara tersebut mengintensifkan upaya untuk
mengembangkan hal-hal yang dapat membantu terwujudnya Jepang sebagai negara
MFT. Hal-hal mengenai MFT berkembang dengan pesat di Jepang. Upaya tersebut
109 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: UnderstandingThe
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 1.
110 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 1.
111 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 2.
56
dilakukan untuk menarik minat wisatawan muslim dari Asia Tenggara khususnya.
Pemerintah Jepang terus mendukung para pelaku bisnis pariwisata lokal sehingga
dapat menyediakan barang serta jasa yang MFT.112
Faktor utama yang menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi
Jepang menurut penulis karena perubahan secara bertahap dari masyarakat Jepang
yang homogen menjadi lebih multikultural karena peningkatan jumlah imigran.
Adanya layanan yang menggunakan istilah halal di Jepang untuk menarik perhatian
wisatawan muslim disebut Halal Boom. Halal Boom tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah daerah namun juga para pelaku pariwisata untuk mulai menyediakan
kebutuhan muslim yang berlandas kepada aspek halal.113
Sebagai contoh, salah satu lembaga Pariwisata Kyoto mengadakan seminar
dengan topik halal dan pelayanan untuk muslim (Omotenashi Mirai Juku). Seminar
tersebut diadakan setiap bulannya di tahun 2015 yang bertujuan untuk memberikan
pemahaman mengenai Islam serta pariwisata halal kepada orang-orang yang
bekerja dalam bidang pariwisata, seperti manajer hotel, pemilik rumah makan dan
para pelaku usaha lain yang berkaitan dengan pelayanan wisatawan. Bermunculan
pula agen-agen yang menawarkan paket pariwisata halal untuk pelanggan. Seperti
salah satu agen wisata halal pertama di Jepang yaitu Miyako International Tourists.
Pada saat didirikan tahun 1989 perusahaan ini merupakan perusahaan pariwisata
biasa. Pengenalan mengenai pariwisata halal terjadi tahun 2011 ketika saat itu
112 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 77.
113 Yoza Achmad Adidaya, "Halal in Japan: History, Issues and Problems,"
University of Oslo, Juni 2016, hal. 33. [tesis]; tersedia di laman
https://www.duo.uio.no/handle/10852/52149; Internet; diunduh pada Selasa, 17 September
2019 pukul 18.24 WIB.
57
direktur Miyako yang juga merupakan wakil ketua JHA, Matsui Hideshi masuk
Islam.114
Layanan ramah muslim tersebut disambut baik oleh wisatawan muslim
yang umumnya berasal dari Asia Tenggara. Tercatat pada tahun 2014 sebanyak
13,4 juta wisatawan muslim, wisatawan Asia Tenggara merupakan yang jumlahnya
paling banyak di antara yang lain. Wisatawan dari negara-negara Islam lain juga
terus meningkat. Miyako International Tourists awalnya mempekerjakan 4 orang
staf muslim dari Jepang serta warga negara lain yang memiliki spesialisasi dalam
hal pelayanan terhadap tamu muslim. Dua faktor penting untuk dapat melayani
wisatawan muslim adalah ruang makan serta ibadah.115
Langkah awal yang ditempuh untuk memberikan kenyamanan kepada
wisatawan muslim adalah dengan menyediakan makanan halal, memberikan tanda
arah kiblat di setiap kamar hotel serta menyediakan sajadah. Ketersediaan rumah
makan halal di tempat-tempat publik juga merupakan salah satu indikator yang
dapat menjadi tolak ukur bahwa peminatan terhadap makanan halal untuk
menunjang pariwisata halal meningkat.116
Melalui penjabaran mengenai Miyako International Tourists terlihat
bagaimana perusahaan Jepang peduli terhadap pentingnya produk serta jasa halal
yang mendukung industri pariwisata halal. Meningkatnya jumlah wisatawan
muslim di Jepang juga membuat para pelaku pariwisata Jepang yang berada di desa
114 Yoza Achmad Adidaya, "Halal in Japan: History, Issues and Problems", 34.
115 Yoza Achmad Adidaya, "Halal in Japan: History, Issues and Problems", 34.
116 Yoza Achmad Adidaya, "Halal in Japan: History, Issues and Problems", 34.
58
ingin melakukan inovasi sehingga kemajuan akan perhatian terhadap pariwisata
halal tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja.117
Para pelaku bisnis pariwisata diminta untuk secara aktif mengembangkan
bisnis mereka ke sektor industri pariwisata halal sehingga bisnis tersebut dapat
bergerak cepat dan ikut bersaing di pasar travel secara global. Pemerintah kemudian
melakukan pameran berupa Halal Expo Japan yang bertujuan untuk menyebarkan
pemahaman mengenai Islam dan halal serta menyebarkan produk-produk dan
layanan yang terkait dengan halal yang memiliki target wisatawan muslim seluruh
dunia.118
Halal Expo Japan merupakan ajang untuk bertukar informasi juga
pengembangan industry untuk memberikan peningkatan fasilitas terhadap
wisatawan muslim di Jepang. Produk-produk buatan Jepang yang dapat mendorong
peningkatan fasilitas tersebut juga dipamerkan di dalam ajang ini. Tujuan dari ajang
ini adalah untuk menciptakan keadaan masyarakat yang tidak diskriminasi oleh
perbedaan agama, suku dan ras.119
Upaya Jepang untuk meningkatkan MFT yang lain juga sesuai dengan 6
faith based needs yang dibuat oleh COMCEC guna mengembangkan industri
pariwisata halal.120 Poin-poin yang ada dalam kerjasama antara Jepang dengan
117 Halal Expo Japan, "Encourage Inbound Tourism of Muslim," [situs resmi]
tersedia di laman https://halalexpo.jp/en/ diakses; Internet; diakses pada Selasa, 17
September 2019 pukul 11.30 WIB.
118 Halal Expo Japan, "Encourage Inbound Tourism of Muslim". 119 Halal Expo Japan Achievement Report, “Purpose” [situs resmi] tersedia di
laman https://halalexpo.jp/wp-content/uploads/2017/12/report_2017en.pdf; Internet;
diakses pada Rabu, 06 Desember 2019 oukul 22.42 WIB.
120 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 78.
59
Malaysia terkait industri halal tahun 2018 juga merupakan poin yang dapat
mendukung pengembangan industri pariwisata Jepang untuk menjadi negara yang
MFT.
1. Fasilitas Bandara yang Ramah Muslim
Bandara-bandara yang ada di Jepang telah berusaha untuk menjadi tempat
yang ramah terhadap wisatawan muslim. Terlihat dari adanya tempat makanan
halal di samping mushala agar wisatawan muslim tidak kesusahan untuk beribadah
serta mencari makanan halal. Sebagai contoh, didirikan mushala pada tahun 2006
di Bandara Kansai serta menambahkan lagi 2 buah mushala pada tahun 2014.121
Penambahan rumah makan halal menjadi 16 toko yang bebas dari babi serta
alkohol. Contoh lain adalah Bandara Narita di Tokyo yang menyediakan mushala
di Terminal 1 serta Terminal 2. Mushala dibangun secara layak menggunakan
karpet dan terdapat arah penunjuk kiblat di langit-langit. Awalnya mushala yang
terdapat di bandara disebut dengan silence room tetapi berubah menjadi mushala
dengan diberikan tanda bahwa ruang tersebut dipergunakan untuk shalat.
Bandara Haneda di Tokyo juga membangun mushala pada tahun 2014 dan
Bandara Osaka membuka banyak rumah makan halal agar wisatawan mudah
mencari makanan.122
121 MV Media, "Airports in Japan Becoming Muslim Friendly," 27 Desember 2013
[berita online]; tersedia di laman https://muslimvillage.com/2013/12/27/47845/airports-in-
japan-becoming-muslim-friendly/; Internet; diakses pada Selasa, 17 September 2019 pukul
19.41 WIB.
122 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 78.
60
2. Fasilitas Hotel yang Ramah Muslim
Hotel-hotel di Jepang saat ini telah meningkatkan pelayanannya kepada
wisatawan muslim. Hal mendasar dari pelayanannya adalah tersedianya makanan
halal di hotel. Ryokan, yang merupakan penginapan tradisional Jepang yang
awalnya menyediakan makanan bergaya Jepang mulai memberikan pilihan
makanan halal dalam penyajiannya.123 Hotel-hotel di Tokyo, seperti Park Hyatt dan
Hotel Sakura menawarkan pilihan makanan halal serta menghilangkan alkohol dari
kamar-kamar yang diisi oleh wisatawan muslim untuk kenyamanan wisatawan
muslim itu sendiri. Park Hyatt juga telah menyediakan fasilitas toilet yang ramah
muslim dengan sprayer/shower genggam untuk dapat memudahkan wisatawan
muslim. Hotel Sakura mempekerjakan staf muslim juga memberikan penunjuk
kiblat dan menawarkan sajadah untuk wisatawan muslim.
Hotel Granvia di Kyoto memberikan sajian makanan yang telah memiliki
sertifikasi halal oleh Malaysia Halal Corporation yang terbuat dari bumbu-bumbu
halal. Hotel ini menggunakan peralatan terpisah antara makanan halal dengan non-
halal agar menghindari tercampurnya makanan halal dengan non-halal. Hotel ini
juga memberikan arah kiblat di kamar dan menawarkan sajadah. Terdapat pula
ruangan untuk shalat berjamaah di hotel ini.124
123 Mariko Takemura, "Doing Business inThe Halal Market" (London:
Euromonitor International, 2015), 36.
124 Hotel Gravia Kyoto, "A Commitment to Being a Muslim friendly Hotel," [situs
resmi]; tersedia di https://www.granviakyoto.com/dining/MuslimFriendly(Hotel Granvia
Kyoto).pdf; Internet; diakses pada Selasa, 17 September 2017 pukul 19.34 WIB.
61
3. Fasilitas Rumah Makan yang Ramah Muslim
Upaya untuk membuat wisatawan muslim dapat menikmati makanan khas
Jepang dengan tetap berdasar kepada agama Islam yang mewajibkan memakan
makanan yang halal maka semakin banyak rumah makan yang menyajikan
makanan Jepang halal. Salah satu rumah makan di Shibuya, Hanasakaji-san,
menyajikan makanan khas Jepang dengan menyediakan shabu-shabu halal yang
berisi daging sapi yang diiris tipis-tipis. Hidangan lain yang disajikan yaitu ramen
serta kari yang umumnya menggunakan ekstrak daging babi diubah menjadi
makanan yang memiliki sertifikasi halal agar dapat disantap oleh wisatawan
muslim.125
Gambar IV.3 Rumah Makan Halal di Jepang, Hanasakaji-san
Sumber: Matcha, 2016126
Salah satu daerah di Tokyo, yaitu Taito didukung oleh pemerintah untuk
lebih MFT. Terdapat 17 rumah makan MFT dengan sertifikasi halal yang semula
hanya terdapat rumah makan India yang menyediakan menu halal. Sushi Ken juga
125 Mariko Takemura, "Doing Business inThe Halal Market", 37.
126 Yoshihito Oshima, "The First Halal Hot Pot Restaurant, "Hanaka Ji-san" in
Shibuya,", 23 Juni 2016 [berita online]; tersedia di https://matcha-jp.com/en/911; Internet;
diakses pada Selasa, 17 September 2019 pukul 22.43 WIB.
62
membuat bumbu sendiri untuk makanannya agar dapat dipastikan bahwa bahan-
bahan pembuatan makanan memakai bahan yang halal. Rumah makan yang
menyediakan menu daging panggang juga ikut untuk melakukan inovasi untuk
dapat menjadi MFT dengan tidak hanya mengganti bahan makanannya saja yang
memiliki sertifikasi halal tetapi juga membuat dapur baru yang berbeda agar tidak
tercampur dengan makanan non-halal.127
4. Fasilitas Tempat Hiburan serta Tempat Belanja yang Ramah Muslim
Tempat karaoke serta bar di Jepang secara tradisional memang menyajikan
makanan dan minuman yang mengandung alkohol tanpa adanya menu makanan
halal. Sebagai upaya untuk mewujudkan MFT agar wisatawan muslim tertarik
untuk berkunjung adalah dengan memberikan pelayanan yang sesuai dengan
syari'at Islam. Salah satu contoh Karaoke Honpo Maneki di Tokyo mulai
menawarkan pilihan makanan halal dan menyediakan ruang shalat bagi pengunjung
muslim.128
Takashimaya yang merupakan salah satu department store terkenal di
Tokyo menyediakan ruangan untuk shalat untuk dapat memberikan ruang ibadah
kepada wisatawan muslim yang jumlahnya semakin meningkat terlebih
pengunjung Asia Tenggara yang menanyakan mengenai tempat shalat. Ruangaan
127 Miciyo Ishida, "Japan's Restaurant Look to Cater to The Halal Food Industry,",
03 Januari 2016 [berita online]; tersedia di
https://www.todayonline.com/world/asia/japans-restaurants-look-cater-halal-food-
industry; Internet; diakses pada Selasa, 17 September 2019 pukul 19.58 WIB.
128 Mariko Takemura, "Doing Business inThe Halal Market", 38.
63
untuk shalat tersebut dilengkapi dengan fasilitas tempat untuk berwudhu dan
penunjuk arah kiblat.129
5. Fasilitas Agen Pariwisata yang Ramah Muslim
Seperti contoh yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Miyako
International Tourists memberikan penyesuaian layanan mereka terhadap
wisatawan muslim. Agen pariwisata ini memiliki penduan untuk wisatawan muslim
dan memberikan rancangan perjalanan yang dapat memberikan fasilitas yang sesuai
dengan kebutuhan muslim terlebih dalam menemukan makanan halal dan ruang
untuk shalat. Terdapat pula pilihan untuk mengunjungi masjid-masjid serta situs-
situs yang berkaitan dengan Islam di Jepang.130
Agen Pariwisata selanjutnya adalah Travelience. Agen ini mengembangkan
paket khusus yang terdiri dari Pariwisata satu hari di Kota Tokyo untuk muslim
yang bergabung dengan paket pariwisata lain. Perbedaannya adalah tempat makan
yang mereka kunjungi akan berbeda. Agen pariwisata ini kemudian melakukan
kerjasama dengan pemilik rumah makan lokal yang memiliki sertifikasi halal di
Tokyo. Travelience juga menyediakan paket khusus muslim yang mencakup wisata
standar tetapi makan di rumah makan halal dan berkunjung ke masjid
melaksanakan shalat.131
129 Haruka Nuga, "Japan Tries to Tap Growing Muslim Tourist Market", 12
November 2014 [artikel online]; tersedia di
https://www.japantimes.co.jp/news/2014/11/12/national/japan-tries-to-tap-growing-
muslim-tourist-market/ - .XYDaKKeB2u4; Internet; diakses pada Selasa, 17 September
2019 pukul 20.06 WIB.
130 Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 79.
131 Michael Penn, "Japan Embraces Muslim Visitors to Bolster Tourism", 17
Desember 2015 [berita online]; tersedia di
64
Agen pariwisata lain yaitu Feel Japan with K juga menyediakan paket untuk
wisatawan muslim terlebih dalam hal ruangan untuk shalat dan makanan halal.
Terdapat pula paket untuk mengunjungi rumah makan halal di tokyo, hiroshima
dan kota-kota lain di Jepang.132
6. Fasilitas Aplikasi serta Situs Web Pariwisata yang Ramah Muslim
Terdapat sebuah aplikasi yang bernama "HalalMinds" untuk membantu
warga muslim lokal serta wisatawan yang ada di Jepang. Aplikasi ini membantu
untuk menemukan produk-produk halal di Jepang. Aplikasi ini juga menyediakan
pilihan-pilihan rumah makan halal di Jepang serta dapat memberikan petunjuk
kiblat dan terdapat juga Al-Qur'an di dalamnya.133
Situs web Japan Travel Guide juga memberikan daftar hotel serta rumah
makan yang MFT di berbagai kota yang ada di Jepang. Panduan hotel mencakup
arah kiblat di dalam ruangan, pengiriman makanan halal ke hotel serta daftar rumah
makan halal dan masjid di suatu daerah yang sedang kita tempati. Situs ini juga
memberi tahu wisatawan apakah di hotel tersebut terdapat staf muslim atau tidak
serta toilet dilengkapi dengan sprayer/shower.134
https://www.aljazeera.com/indepth/features/2015/12/japan-embraces-muslim-visitors-
bolster-tourism-151215112245391.html; Internet; diakses pada Selasa, 17 September 2019
pukul 20.22 WIB.
132 Feel Japan with K, "About Us," [situs resmi]; tersedia di
http://www.feeljapank.com/about.html; Internet; diakses pada Selasa, 17 September 2019
pukul 20.26 WIB.
133 Quigley, "Hold The Pork-This Apps Helps Muslims in Japan Find Halal
Products," 21 Mei 2014 [berita online]; tersedia di https://www.techinasia.com/hold-pork-
app-helps-muslims-japan-find-elusive-halal-products; Internet; diakses pada Selasa, 17
September 2019 pukul 20.44 WIB.
134 Japan Muslim Guide, "Muslim Friendly Hotels," [situs resmi]; tersedia di
https://muslim-guide.jp/hotel/; Internet; diakses pada Selasa, 17 September 2019 pukul
20.49 WIB.
65
Nation branding yang dilakukan oleh Jepang merupakan salah satu cara
untuk mencapai kepentingannya yaitu dengan melakukan kerjasama dengan
Malaysia untuk pengembangan industri pariwisata halal tahun 2018. Jepang
menjadikan Malaysia sebagai mitra kerjasama menurut penulis karena Malaysia
telah lebih dulu mendalami pariwisata halal sehingga Jepang dengan kerjasama
tersebut mendapatkan informasi mengenai bagaimana pengelolaan MFT. Nation
branding yang dilakukan Jepang juga tidak terlepas dengan peran MHC sebagai
salah satu sertifikasi halal yang diakui di Jepang.
Nation branding yang dilakukan Jepang dengan melakukan kerjasama
bersama Malaysia dapat menciptakan sebuah citra bahwa Jepang merupakan negara
yang ramah bagi wisatawan muslim. Hal tersebut akan menciptakan keamanan
serta kedamaian bagi wisatawan muslim yang berkunjung ke Jepang terlebih nanti
pasa saat Olimpiade dan Paralimpiade 2020 yang pasti akan mendatangkan banyak
wisatawan muslim dari berbagai negara ke Jepang. Kepentingan Jepang dalam hal
budaya ini juga ingin meningkatkan citra produk serta jasa pariwisata Jepang.
Pemilihan Malaysia sebagai mitra Jepang dalam melakukan nation
branding dibanding dengan Indonesia yang memiliki jumlah penduduk muslim
lebih banyak adalah karena jumlah wisatawan dari Malaysia jumlahnya lebih
banyak dibanding dengan Indonesia. Kemampuan masyarakat Malaysia untuk
dapat berkunjung ke Jepang lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Pada tahun 2014
jumlah wisatawan Indonesia hanya 158,688 sedangkan Malaysia sebanyak
66
249,534.135 Jumlah kunjungan wisatawan Malaysia selalu lebih unggul jika
dibandingkan dengan Indonesia maka dari itu menurut penulis Malaysia dipilih
sebagai mitra karena memang kemampuan wisatawan Malaysia lebih tinggi untuk
dapat berkunjung ke Jepang walaupun jumlah muslim Indonesia jauh lebih banyak
daripada Malaysia.
4.2.3 Kepentingan Politik Jepang dalam Kerjasama Pariwisata Halal
Kepentingan politik Jepang dalam kerjasama industri pariwisata
halal tahun 2018 tidak terlepas dari politik luar negeri Jepang. Politik luar negeri
Jepang yang menganut Doktrin Fukuoda sejak berakhirnya Perang Dunia II
menjadi simbol persahabatan serta kerjasama antara Jepang dan negara-negara lain.
Jepang memiliki komitmen untuk menciptakan perdamaian dan menolak peran
kekuatan militer, meningkatkan hubungan kepercayaan dengan cara heart to
heart.136
Perkembangan politik Jepang mengalami perkembangan antara lain
menjadi Free rider's, yaitu masa dimana Jepang memberikan perhatian penuh
untuk meningkatkan ekonominya.137 Kerjasama yang dilakukan oleh Jepang
135 Nor Zafir, "Developing The Non-Muslim Tourist Destination for Muslim
Tourist: A Case Study of Akita Prefecture Japan" hal. 2 [jurnal online]; tersedia di
http://web.aiu.ac.jp/iasrc/wp-content/uploads/2015/03/final-report-Muslim-tourist-in-
Akita.pdf; Internet; diakses pada Selasa, 12 November 2019 pukul 00.33 WIB.
136 Kei Koga, "Trascending The Fukuoda Doctrine," Center for Strategic &
International Studies, hal. 1 [jurnal online]; tersedia di
file:///Users/amaliahnf/Downloads/170401_Japan_SEAsia%20(1).pdf; Internet; diunduh
pada Sabtu, 19 Oktober 2019 pukul 12.05 WIB.
137 Inoguchi Takashi, "Japan Images and Options: Not a Challenger, but a
Supporter," The Journal of Japanese Studies Vol. 12 No. 1, Winter 1986, hal. 95 [jurnal
online]; internet; tersedia di
https://www.jstor.org/stable/132448?seq=1#page_scan_tab_contents; Internet; diunduh
pada Sabtu, 19 Oktober 2019 pukul 12.35 WIB.
67
dengan Malaysia jika dilihat dari kepentingan politik Jepang merupakan hasil dari
Politik Luar Negeri Jepang yang ingin meningkatkan sektor ekonomi sehingga
Jepang menjalin kerjasama dengan Malaysia dalam pengembangan industri
pariwisata halal 2018.
Kerjasama kedua negara ini tidak benar-benar negara berperan sebagai
aktor utama di kerjasama pengembangan pariwisata halal tahun 2018.
Penandatanganan memang dilakukan oleh METI Jepang, dan Kementerian
Pengembangan Wirausaha Malaysia.138 Kedua negara dalam pengaplikasian
mengajak Halal Japan Corporation (HJC) sebagai aktor non-negara dan JAKIM
sebagai aktor negara untuk mendukung kerjasama tersebut dalam memberikan
standar halal di Jepang. Peran aktor non-negara dalam hal ini cukup dilihat
eksistensinya namun tetap peran negara memegang kendali terbesar dalam
kerjasama internasional yang terjadi.139
Peningkatan hubungan yang selalu terjalin antara Jepang dan Malaysia yang
telah penulis jabarkan di bab II akan terus meluas ke sektor-sektor yang dapat
menjadi pendukung hubungan baik antara kedua negara. Dalam hal ini kepentingan
politik Jepang dalam kerjasama industri pariwisata halal adalah untuk lebih
meningkatkan hubungan kemitraan strategis Jepang dan Malaysia sesuai dengan
poin dalam Politik Luar Negeri Jepang untuk melakukan kerjasama yang tidak
menggunakan kekuatan militer tetapi lebih kepada untuk meningkatkan hubungan
sosial, budaya dan ekonomi. Adanya aktor-aktor non-negara seperti HJC yang
138 Ministry of Economic, Trade and Industry Japan, "Japan and Malaysia Sign
Memorandum of Cooperation on Halal".
139 Halal Japan Corporation with JAKIM, "About HJC".
68
berperan dalam mendukung kerjasama ini sesuai dengan pengertian kepentingan
politik menurut Keohane yang menerangkan bahwa aktor-aktor non-negara mulai
muncul untuk dapat mendukung negara.
69
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pertama sebagai dari kesimpulan skripsi ini penulis ingin membuka dengan
sejarah hubungan bilateral antara Jepang dan Malaysia. Dimulai dari kemerdekaan
Malaysia pada tahun 1957 yang kemudian mempererat hubungan diplomatik
dengan Jepang dalam bidang ekonomi. Perkembangan kerjasama antar kedua
negara kemudian menghasilkan LEP, EAEC, Enchanched Partnership for A New
Frontier serta peningkatan hubungan kemitraan strategis antara Jepang dan
Malaysia. Kerjasama yang terjalin antar kedua negara tidak hanya sebatas
kerjasama ekonomi dan keamanan melainkan meluas hingga tahun 2018 Jepang
dan Malaysia menandatangani kerjasama industri halal.
Penulis melihat, Jepang sebagai sebuah negara minoritas muslim yang
kemudian menjalin kerjasama dengan Malaysia yang merupakan negara muslim
merupakan langkah yang berani. Pertanyaan besar dalam hal ini adalah mengapa
Jepang melakukan kerjasama dengan Malaysia dalam hal pengembangan industri
pariwisata halal? karena kerjasama tersebut merupakan kerjasama yang
berlandaskan Islam, yaitu pariwisata halal.
Menurut penulis terdapat 2 konsep yang dapat menjawab pertanyaan ini.
Konsep pertama adalah kerjasama internasional yang di dalamnya terdapat faktor
kesamanan kepentingan antara Jepang dan Malaysia. Faktor selanjutnya adalah
mengenai prospek masa depan Jepang dan Malaysia lalu aktor yang terlibat dalam
70
kerjasama antara Jepang dan Malaysia. Terdapat timbal balik antara kedua negara
sehingga terjalin kerjasama antar keduanya.
Konsep kedua untuk menganalisis alasan Jepang melakukan kerjasama
pariwisata halal dengan Malaysia pada tahun 2018 adalah dengan menggunakan
Kepentingan Nasional. Tiga aspek yang memperngaruhi Jepang adalah
kepentingan ekonomi, budaya dan politik.
5.2 Saran
Jika melihat usaha Jepang dalam upaya mengembangkan industri pariwisata
halal dengan melakukan kerjasama dengan Malaysia tentu menjadi sebuah
peringatan bagi Indonesia yang merupakan negara mayoritas muslim terbesar di
dunia. Hal tersebut karena jepang lebih memilih melakukan kerjasama dengan
malaysia daripada dengan Indonesia. Indonesia seharusnya lebih fokus lagi dalam
pengembangan industri pariwisata halal sehingga lebih dikenal dan diakui oleh
negara-negara lain di dunia.
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai mahasiswa dari
universitas yang berlandaskan ajaran Islam terutama Program Studi Hubungan
Internasional mau untuk lebih memperhatikan perkembangan dari industri
pariwisata halal Indonesia. Semoga ide tersebut dapat diterima dan dijalankan.
xv
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Burchill, Scott. 2005. The National Interest in International Relations Theory. New York: Pal-
grave Macmillan.
Bureau, Statistics.2018. Statictical Handbook of Japan. Tokyo: Ministry of Internal Affairs
and Communications.
Jackson dan Sorensen. 2013. Introduction to International Relation: Theories and
Approaches. London: Oxford University Press.
Keohane, Robert O. 2002. Power and Governance in Partially Globalized World. London:
Routledge.
Reports, FAO AQUASTAT. 2011. Coutry Profile-Malaysia. Rome: Food and Agriculture
Organization of the United Nations (FAO).
Takemura, Mariko. 2015. Doing Business in The Halal Market. London: Euromonitor
International.
Zulkifli. 2012. Kerjasama Internasional Sebagai Solusi Pengelolaan Kawasan Perbatasan
Negara (Studi Kasus Indonesia). Jakarta: Universitas Indonesia.
Tim Penyusun, 2015. Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jurnal
Adinugraha, Hendri Hermawan, Mila Sartika, dan Ana Kadarningsih, "Desa Wisata Halal:
Konsep Dan Implementasinya di Indonesia," Human Falah Vol. 5 No. 1, Januari-Juni
2018, [jurnal online]; Internet: tersedia di file:///Users/amaliahnf/Downloads/1336-
4187-1-PB.pdf; diunduh pada Rabu, 24 Juli 2019.
Asatsuma, Takumi, "Halal Industry Activates Japanese Tourism Market", [jurnal online];
tersedia di %20http:/human.kanagawa-u.ac.jp/gakkai/student/pdf/i11/110320.pdf;
Internet; diakses pada Senin, 11 November 2019.
Axelrod, Robert dan Robert O. Keohane, "Achieving Cooperation under Anarchy:
Strategies and Institutions," World Politics Vol. 38 No. 1, Oktober 1985 [jurnal
online]; tersedia di https://www.jstor.org/stable/2010357?seq=1 -
page_scan_tab_contents; Internet; diunduh pada Rabu, 02 Oktober 2019.
Destiawan, Farhan Azhar, "Islam in Japan," Faculty of Tarbiyah and Teaching Training State
Islamic University of North Sumatra, 2019, hal. 8 [jurnal online]; Internet; tersedia di
https://www.academia.edu/38737237/Islam_in_Japan; diakses pada Rabu, 11
September 2019.
xvi
Furuoka, Fumitaka, "Economic Relations between Malaysia and Japan from Look East Policy
to The New Miyazawa Initiative," [jurnal online]; tersedia di tersedia di laman
https://www.ums.edu.my/fpep/files/75_OTHERS_2003.pdf; Internet; diunduh pada
Selasa, 17 September 2019.
Furuoka, Fumitaka, "Malaysia-Japan Relations under The Mahathir Administration: Case
Studies of The Look East Policy and Japanese Investment in Malaysia," Asian Survey
Vol. 47 No. 3, Mei/Juni 2007 [jurnal online]; Internet; tersedia di laman
https://www.jstor.org/stable/10.1525/as.2007.47.3.505?seq=1 -
page_scan_tab_contents; diunduh pada Rabu, 18 September 2019.
Hamiza, Azren, "Muslim Friendly Tourism: Concept, Practices and Challenges in Malaysia,"
International Journal of Academic Reseacrh in Business and Social Sciences Vol. 8
No. 11, November 2018 [jurnal online]; tersedia di
http://hrmars.com/hrmars_papers/Muslim_Friendly_Tourism_Concept,_Practices_an
d_Challenges_in_Malaysia.pdf; Internet; diunduh pada Senin, 16 September 2019.
Hasanah, Syarifah, "Significant Overview of Japan Tourism: Muslim Friendly Destination and
Social Media" [jurnal online]; tersedia di laman https://www.atlantis-
press.com/proceedings/ebic-17/25891521; Internet; diunduh pada Rabu, 06 November
2019 pukul 14.28 WIB.
Jaelani, Aan, "Halal Tourissm Industry in Indonesia: Potential and Prospects," International
Review of Management and Marketing Vol. 7 No. 3, 2017 [jurnal online]; Internet;
tersedia di https://econjournals.com/index.php/irmm/article/view/4352/pdf;
diunduh pada Rabu, 24 Juli 2019.
Jusmaliani dan Hanny Nasution, "Religiosity Aspect in Consumer Behaviour: Determinants of
Halal Meat Consumption," ASEAN MARKETING JOURNAL Vol. I No. 2, Desember
2009 [jurnal online]; tersedia di
http://journal.ui.ac.id/index.php/amj/article/view/1977; Internet; diunduh pada
Senin, 22 April 2019.
Keohane, Robert O., "International Institutions: Two Approaches," International Studies
Quarterly Vol. 32 No. 4, Desember 1988 [jurnal onlie]; tersedia di
https://edisciplinas.usp.br/pluginfile.php/161137/mod_resource/content/1/Keohan e
1988 - International Institutions - two approaches.pdf; Internet; diunduh pada
Rabu, 02 Oktober 2019.
Khalid, Khadija Md, Jason Loh Seong Wei dan Ayame Suzuki, "Three Decades of Malaysia-
Japan Relations," Journal of Asia Pacific Studies Vol. 4 No. 1, 73-100 [jurnal
online] tersedia di https://www.japss.org/upload/6. JAPS - IASS.pdf; Internet;
diunduh pada Selasa, 10 September 2019.
Koga, Kei, "Trascending The Fukuoda Doctrine," Center for Strategic & International Studies,
[jurnal online]; tersedia di
file:///Users/amaliahnf/Downloads/170401_Japan_SEAsia%20(1).pdf; Internet;
diunduh pada Sabtu, 19 Oktober 2019.
xvii
Nouh, Abdel Hamid, "Understanding Islam in Japan," The International Conference on Islam
in Asia and Oceania, Oktober 2012 [jurnal onlie]; Internet; tersedia
https://www.academia.edu/24228217/Understanding_Islam_in_Japan_-
_a_historical_perspective; diunduh pada Rabu, 11 September 2019.
Nurrachmi, Rininta, "The Global Development of Halal Food Industry: A Survey," Tazkia
Islamic Finance and Business Review Vol. 11 No 1, 2017 [jurnal online] tersedia di
https://media.neliti.com/media/publications/271324-the-global- development-of-
halal-food-ind-17b89c7a.pdf; Internet; diunduh pada Selasa, 10 September 2019.
Salehudin, Imam, "Halal Literacy: A Concept Exploration and Measurement Validation,"
ASEAN MARKETING JOURNAL Vol. II No. 1, Juni 2010 [jurnal online]; tersedia di
http://journal.ui.ac.id/index.php/amj/article/view/1987; Internet; diunduh pada
Senin, 22 April 2019.
Salehudin dan Mukhlis, "Pemasaran Halal: Konsep, Implikasi dan Temuan di Lapangan,"
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2012 [jurnal online]; Internet; tersedia di
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/imams/material/pemasaran_halal.pdf; diunduh
pada Rabu, 24 Juli 2019.
Satriana, Eka D. dan Hayyun D. Faridah, "Wisata Halal: Perkembangan, Peluang, dan
Tantangan," Journal of Halal Product and Research (JHPR) Vol. 01 No. 02, Mei-
November 2018 [jurnal online]; tersedia di
https://e-journal.unair.ac.id/JHPR/article/download/10509/5804; Internet; diunduh
pada Senin, 22 April 2019.
Shazlinda Md Yusof dan Noriyuki Shutto, "The Development of Halal Food Market in Japan:
An Exploratory Study," Procedia - Social and Behavioral Sciences 121: 253-261,
September 2012 [jurnal online]; tersedia di
https://www.sciencedirect.com/science/.../S18770428140114; Internet; diunduh
pada Senin, 22 April 2019.
Syahraeni, Andi, "Islam di Jepang", Jurnal Rihlah Vol. 5 No. 2, 2017 [jurnal online];
Internet; tersedia di
http://journal.uin- alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/view/4163/3863;
diunduh pada Rabu, 24 Juli 2019.
Takashi, Inoguchi, "Japan Images and Options: Not a Challenger, but a Supporter," The Journal
of Japanese Studies Vol. 12 No. 1, Winter 1986, hal. 95 [jurnal online]; internet;
tersedia di https://www.jstor.org/stable/132448?seq=1#page_scan_tab_contents;
Internet; diunduh pada Sabtu, 19 Oktober 2019.
Yan, Lee Shi dkk, "Halal Tourism, A New World for Tourism Industry," International Journal
of Asian Science Vol. 7 No. 8, 2017 [jurnal online]; tersedia di
https://pdfs.semanticscholar.org/215b/ecc1ac8bc6e05e7bfdd2846a11115ce350b5.pdf
diakses pada Senin, 16 September 2019.
Yasuda, Shin, "Managing Halal Knowledge in Japan: Developing Knowledge Platforms for
xviii
Halal Tourism in Japan," Asian Journal of Tourism Research Vol. 2, No. 2, September
2017, [jurnal online]; tersedia di
https://pdfs.semanticscholar.org/9d6f/9fcc3e23e3e8f647f68f521f664bb10b95b6.pdf;
Internet; diakses pada Senin, 11 November 2019.
Nor Zafir, "Developing The Non-Muslim Tourist Destination for Muslim Tourist: A Case
Study of Akita Prefecture Japan" [jurnal online]; tersedia di
http://web.aiu.ac.jp/iasrc/wp-content/uploads/2015/03/final-report-Muslim-
tourist-in-Akita.pdf; Internet; diakses pada Selasa, 12 November 2019.
Zainuddin, Zarina, "Malaysia-Japan Relations: Heading Towards Stronger Ties?," ISIS
Journal, September 2015 [jurnal on-line]; tersedia di https://isis.org.my/wp-
content/uploads/2015/10/files_IF_2015_IF9_ISIS_Focus_9_-_2015_Index_3.pdf;
Internet; diunduh pada Senin, 09 September 2019.
Berita
Aziz, Su, "Halal Influence's Japan Tourism," 04 Januari 2019 [berita online]; tersedia di
https://infocus.wief.org/halal-influences-japans-tourism/; Internet; diakses pada
Selasa, 12 November 2019.
Benner, Tom, "Halal Product Draw More Muslims to Japan," Juli 2015 [berita online];
tersedia di https://journal.accj.or.jp/faith-in-numbers/; Internet; diakses pada
Minggu, 06 Oktober 2019.
Foster, Katie, "New Fukoka-born App HalalMinds Helps Muslims Find Halal Food in Japan,"
28 Mei 2014 [berita online]; tersedia di https://www.fukuoka-
now.com/en/halalminds/; Internet; diakses pada Selasa, 17 September 2019.
Fujisaki, "Tersedia Tempat Shalat di Bandara Internasional Narita," 16 Januari 2016 [berita
online] tersedia di laman https://www.halalmedia.jp/id/archives/8741/prayer-
room-narita-airport/; Internet; diakses pada Selasa, 17 September 2019.
Ishida, Miciyo, "Japan's Restaurant Look to Cater to The Halal Food Industry," 03 Januari 2016
[berita online]; tersedia di https://www.todayonline.com/world/asia/japans-
restaurants-look-cater- halal-food-industry; diakses pada Selasa, 17 September
2019.
MV Media, "Airports in Japan Becoming Muslim Friendly," 27 Desember 2013 [berita online];
tersedia di laman https://muslimvillage.com/2013/12/27/47845/airports-in-
japan-becoming-muslim- friendly/; Internet; diakses pada Selasa, 17 September
2019.
Oshima, Yoshihito, "The First Halal Hot Pot Restaurant, "Hanaka Ji-san" in Shibuya," 23 Juni
2016 [berita online]; tersedia di laman https://matcha-jp.com/en/911; Internet;
diakses pada Selasa, 17 September 2019.
Penn, Michael, "Japan Embraces Muslim Visitors to Bolster Tourism", 17 Desember 2015
[berita online]; tersedia di https://www.aljazeera.com/indepth/features/2015/12/japan-
xix
embraces- muslim-visitors-bolster-tourism-151215112245391.html; diakses pada
Selasa, 17 September 2019.
Quigley, "Hold The Pork-This Apps Helps Muslims in Japan Find Halal Products," 21 Mei
2014 [berita online]; tersedia di https://www.techinasia.com/hold-pork-app-helps-
muslims-japan-find- elusive-halal-products; Internet; diakses pada selasa, 17
September 2019.
Ryall, Julian, "Why are so Many Muslims Suddenly Visiting Japan?," 07 Mei 2017 [berita
online]; tersedia di https://www.scmp.com/week-asia/society/article/2092664/why-
are-so-many-muslims-suddenly-visiting-japan; Internet; diakses pada Minggu, 06
Oktober 2019.
State of The Global Islamic Report 2016/17, [berita resmi]; Internet; tersedia di
https://ceif.iba.edu.pk/pdf/ThomsonReuters-
stateoftheGlobalIslamicEconomyReport201617.pdf; diakses pada Jum'at 13 September
2019.
Wira, Ni Nyoman, "Japan to Become More Popular in 2018: Muslim Travel Index," 08
Desember 2017 [berita online]; tersedia di laman
https://www.thejakartapost.com/travel/2017/12/08/japan-to-become-more- popular-in-
2018-muslim-travel-index.html; Internet; diakses pada Minggu, 06 Oktober 2019.
Yee, Chok Sim, "Malaysian Visitors in Japan Rank Second" 19 Maret 2015, [berita online];
tersedia di laman https://www.theborneopost.com/2015/03/19/malaysian-visitors-in-
japan-rank-second/; Internet; diakses pada Rabu, 06 November 2019 pukul 14.02 WIB.
Situs Resmi
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The Demand and
Supply Sides in The OIC Member Countries," [situs resmi]; tersedia di
http://www.sbb.gov.tr/wp-
content/uploads/2018/11/Muslim_Friendly_Tourism_Understanding_the_Demand_an
d_Supply_Sides_in_the_OIC_Member_Countries.pdf; Internet; diakses pada Sabtu 14
September 2019.
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Developing and Marketing MFT
Products and Services in The OIC Member Countries," [situs resmi]; tersedia di
http://www.sbb.gov.tr/wp-
content/uploads/2018/11/Muslim_Friendly_Tourism_MFT_Developing_and_Marketi
ng_MFT_Products_and_Services_in_the_OIC_Member_States.pdf; Internet; diakses
pada Senin, 11 November 2019.
Crescent Rating, Global Muslim Travel Index 2016," [situs resmi], tersedia di
https://www.crescentrating.com/reports/mastercard-crescentrating-global-muslim-
travel-index-gmti-2016.html; Internet; diakses pada Sabtu, 19 Oktober 2019.
Crescent Rating, "Muslim Travel Market Growth Projections," [situs resmi]; tersedia di
https://www.crescentrating.com/download/thankyou.html?file=hJGfOCBy_2019040
xx
6_MC-CR_GMTI_2019_Interactive.pdf; Internet; diakses pada Minggu, 06 Oktober
2019.
Crescent Rating, "Muslim Visitors Arrival to Japan to Reach 1 Million by 2020," [situs resmi];
tersedia di
https://www.crescentrating.com/magazine/press-releases/3835/muslim-visitor-
arrivals-to-japan-to-reach-1-million-by-2020.html; Internet; diakses pada Minggu, 06
Oktober 2019.
Feel Japan with K, "About Us," [situs resmi]; tersedia di
http://www.feeljapank.com/about.html; Internet; diakses pada Selasa, 17 September
2019.
Halal Expo Japan, "Encourage Inbound Tourism of Muslim," [situs resmi] tersedia di laman
https://halalexpo.jp/en/ diakses; Internet; diakses pada Selasa, 17 September 2019.
Halal Japan Corporation Collaboration with JAKIM, "Rapidly Growing Halal Market," [situs
resmi]; Internet; tersedia di https://www.jp-halal.com/english-top; diakses pada Rabu,
11 September 2019.
Halal Verified Engine, "Japan Halal Association," [situs resmi]; tersedia di
https://www.halalverified.com/Halnet/Details/57; Internet; diakses pada Kamis, 12
September 2019.
Hotel Gravia Kyoto, "A Commitment to Being a Muslim friendly Hotel," [situs resmi]; tersedia
di
https://www.granviakyoto.com/dining/MuslimFriendly(Hotel Granvia Kyoto).pdf;
Internet; diakses pada Selasa, 17 September 2019.
Islamic Center Japan, ICJ as a Halal Certification Organization, [situs resmi]; tersedia di
https://www.islamcenter.or.jp/halal/; Internet; diakses pada Rabu 11 September 2019.
Japan Halal Association, "Business Support Towards Companies," [situs resmi]; tersedia di
https://jhalal.com/enterprise/; Internet; diakses pada Kamis, 12 September 2019.
Japan Islamic Trust, "About Us," [situs resmi]; tersedia di
http://www.islam.or.jp/en/halalfood/about-us/; Internet; diakses pada Rabu, 11
September 2019.
Japan Muslim Guide, "Muslim Friendly Hotels," [situs resmi]; tersedia di https://muslim-
guide.jp/hotel/; Internet; diakses pada Selasa, 17 September 2019.
Kobe Beef, "About Halal Kobe Beef," [situs resmi]; tersedia di
https://www.kobebeef.co.jp/fs/kobebeef/c/halal-en; Internet; diakses pada Rabu, 11
September 2019.
Malaysia Halal Corporation, "About," [situs resmi]; tersedia di
https://mhalalc.jp/wp/english/about.html; Internet; diakses pada Kamis, 12 September
2019.
xxi
Ministry of Economic, Trade and Industry Japan, "Japan and Malaysia Sign Memorandum of
Cooperation on Halal," [situs resmi]; tersedia di
https://www.meti.go.jp/english/press/2018/1127_002.html; Internet; diakses pada
Senin, 09 September 2019.
Ministry of Tourism, Arts and Culture Malaysia, Malaysia Homestay Programme [sius resmi];
tersedia di laman http://www.motac.gov.my/en/faqs/malaysian-homestay-programme;
Internet; diakses pada Rabu, 06 November 2019 pukul 13.44 WIB.
Nippon Asia Halal Association, "Our Services," [situs resmi]; Internet; tersedia di
https://web.nipponasia-halal.org/en/service; Internet; diakses pada Kamis, 12
September 2019.
Official Portal Malaysia My Second Home Program, About MM2H Programme [situs resmi];
tersedia di laman http://www.mm2h.gov.my/index.php/en/home/programme/about-
mm2h-programme; Internet; diakses pada Rabu, 06 November 2019 pukul 13.51 WIB.
The Observatory of Economic Complexity, "Japan," [situs resmi]; tersedia di
https://oec.world/en/profile/country/jpn/ - Exports; Internet; diakses oada Senin, 16
September 2019.
Tourism Malaysia, Malaysia Promotes Sustainable and Inclusive Tourism at Tourism Expo
Japan 2018 [situs resmi]; tersedia di
https://www.tourism.gov.my/media/view/malaysia-promotes-sustainable-and-
inclusive-tourism-at-tourism-expo-japan-2018; Internet; diakses pada Rabu, 06
November 2019 pukul 13.34 WIB.
Artikel
Kiat, Teo Boon, "Malaysia to Expand Halal Exports to Japan Ahead of 2020 Tokyo Games",
[artikel online]; tersedia di
https://www.japantimes.co.jp/news/2018/04/04/business/malaysia-expand-halal-
exports-japan-ahead-2020-tokyo-games/ - .XZRamKeB00o; Internet; diakses pada
Minggu, 29 September 2019.
Nuga, Haruka, "Japan Tries to Tap Growing Muslim Tourist Market", 12 November 2014
[artikel online]; tersedia di
https://www.japantimes.co.jp/news/2014/11/12/national/japan-tries-to-tap- growing-
muslim-tourist-market/ - .XYDaKKeB2u4; Internet; diakses pada Selasa, 17
September 2019.
Tesis
Adidaya, Yoza Achmad, "Halal in Japan: History, Issues and Problems," University of Oslo,
Juni 2016 [tesis]; tersedia di laman https://www.duo.uio.no/handle/10852/52149;
Internet; diunduh pada Selasa, 17 September 2019.
xxii
10/6/2019 Japan and Malaysia Sign Memorandum of Cooperation on Halal Cooperation
https://www.meti.go.jp/english/press/2018/1127_002.html 1/2
Japan and Malaysia Sign Memorandum of Cooperation on Halal Cooperation
November 27, 2018
External Economic Policy
On November 26, 2018, the Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) and the government ofMalaysia signed a Memorandum of Cooperation on Halal Cooperation.
1. Outline
On November 26, 2018, Mr. Hiroshige Seko, Minister of Economy, Trade and Industry, and H.E. Mr. MohdRedzuan Md Yusof, Minister of Entrepreneur Development, Malaysia, signed a Memorandum ofCooperation on Halal Certification.
Date and time: 18:20, November 26 (Mon.), 2018Venue: The Prime Minister’s Office in TokyoAttendees:Japanese side: Minister Seko and other officialsMalaysian side: Minister Redzuan Md Yusof and other officials
2. Key points of the MOC
1) Cooperation fields
Assistance regarding halal expertise in the preparation of the Tokyo 2020 Olympic and ParalympicGames;Trade and investment promotion for halal products and services between the countries;Facilitation in the development of halal certification;Facilitation in the development of Muslim-friendly tourism in Japan;Collaboration in the development of halal supply chain and eco-system in Japan.
2) Methods of cooperation
People-to-people exchange, technical assistance, support in trade and investments, holding seminars andworkshops, etc.
10/6/2019 Japan and Malaysia Sign Memorandum of Cooperation on Halal Cooperation
https://www.meti.go.jp/english/press/2018/1127_002.html 2/2
Division in Charge
Asia and Pacific Division, Trade Policy Bureau
Related website
Regional Affairs / Malaysia