analisa-pengaruh-tingkat-upah,-masa-kerja,-usia-terhadap-produktivitas%0d%0atenaga-kerja-...

110
ANALISA PENGARUH TINGKAT UPAH, MASA KERJA, USIA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA (Study Kasus Pada Tenaga Kerja Perusahaan Rokok ”Djagung Padi” Malang) SKRIPSI Disusun oleh : Nadia Nasir 0410210054 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

Upload: nando

Post on 15-Sep-2015

60 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISA PENGARUH TINGKAT UPAH, MASA KERJA, USIA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

    (Study Kasus Pada Tenaga Kerja Perusahaan Rokok Djagung Padi Malang)

    SKRIPSI

    Disusun oleh :

    Nadia Nasir 0410210054

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi

    JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

    FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG 2008

  • Analisa Pengaruh Tingkat Upah, Masa Kerja, Usia Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

    (Studi Kasus Pada Tenaga Kerja Perusahaan Rokok Djagung Padi Malang) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. M. Pudjihardjo. SE., MS.

    Oleh :

    Nadia Nasir Nim. 0411210054

    ABSTRAKSI

    Keberhasilan suatu perusahaan agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan dari proses produksi yang dilakukan, adalah tidak lepas dari bantuan para tenaga kerja yang dimiliki. Tenaga kerja adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas suatu perusahaan karena tenaga kerja lebih penting dari faktor produksi modal dan jika tidak ada tenaga kerja maka tidak akan ada tenaga yang mampu menggerakkan roda produksi, sehingga harus dimanfaatkan seefisien mungkin agar dapat menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada saat ini banyak sekali terdapat perusahaan yang tumbuh di Indonesia sehingga secara tidak langsung akan memerlukan tenaga untuk membantu kelancaran proses produksinya yang beroperasi baik itu perusahaan milik negara/domestik ataupun milik swasta/asing yang bergerak dalam berbagai sektor baik sektor formal ataupun informal. Perusahaan akan dapat menjalankan fungsinya jika memenuhi persyaratan yang diperlukan, seperti mempunyai visi dan misi yang jelas yang mempunyai peranan penting dalam hal pengoperasian kegiatan perusahaan, memiliki tenaga kerja yang memadai baik dalam hal skill/keterampilannya, mempunyai standart produksi yang bagus. Dalam hal penyediaan tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : jumlah penduduk, besaran tingkat upah, jumlah tenaga kerja itu sendiri, masa kerja, pendidikan, usia, dan juga produktivitas.

    Oleh karena itu perhatian dalam bidang sumber daya manusia tidak boleh diabaikan begitu saja, karena merupakan langkah awal dalam merencanakan tenaga kerja agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas di bidangnya. Dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia memegang peranan penting dari saat perencanaan, perumusan, sasaran dan tujuan sampai pada strategi dalam mencapai cita cita yang diinginkan oleh perusahaan, yaitu meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Salah satunya dengan memberi motivasi agar produktivitasnya dapat meningkat seperti memberikan tingkat upah yang sesuai dengan kemampuan, memberikan uang lembur jika ada tambahan jam kerja atau lainnya, memberikan penghargaan apabila mempunyai masa kerja yang lama. Seiring dengan pertambahan masa kerja dan usia diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Tenaga kerja yang masih berusia muda dan terutama yang belum memiliki keluarga pada umumnya tidak mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mencari nafkah, karena dengan asumsi pendapatan yang dimiliki hanya untuk dia saja. Sehingga produktivitas akan cenderung mengalami penurunan jika tidak segera diperhatikan.

    Dapat diketahui melalui hasil dari t test antara X1 (upah) dengan Y (produktivitas kerja) menunjukkan t hitung = 3,991. Sedangkan t tabel ( = 0.05 ; db

  • residual = 46) adalah sebesar 2.013. Karena t hitung > t tabel yaitu 3,991 > 2,013 maka pengaruh X1 (upah) adalah signifikan pada tingkat kesalahan = 5%. Sedangkan untuk X2 (masa kerja) dengan Y (produktivitas kerja) menunjukkan t hitung = 3,565. Dengan t tabel ( = 0.05 ; db residual = 46) adalah sebesar 2.013. Karena t hitung > t tabel yaitu 3.565 > 2.013 maka pengaruh X2 (masa kerja) adalah signifikan pada tingkat kesalahan = 5%. Untuk variabel usia melalui t test antara X3 (usia) dengan Y (produktivitas kerja) menunjukkan t hitung = 1,985. Dengant tabel ( = 0.05 ; db residual = 46) adalah sebesar 2.013. Karena t hitung < t tabel yaitu 1,985 < 2.013 maka pengaruh X3 (usia) adalah tidak signifikan pada tingkat kesalahan = 5%.

    Kata kunci : Tenaga Kerja, Produktivitas, Tingkat Upah, Masa Kerja, Usia.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Ekonomi Sumber Daya manusia adalah suatu ilmu ekonomi yang

    diterapkan dalam menganalisis pembentukan dan pemanfaatan sumber daya

    manusia yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi, dapat juga dikatakan

    bahwa Ekonomi Sumber Daya Manusia adalah suatu langkah untuk menerapkan

    teori ekonomi pada analisis sumber daya manusia. Sedangkan Sumber Daya

    Manusia sendiri mengandung dua pokok pengertian yaitu :

    1. Usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi, dalam

    arti sumber daya manusia mencerminkan kualitas usaha yang diberikan

    oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan

    jasa.

    2. Sumber daya manusia menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk

    memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti

    mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, bahwa

    kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi

    permintaan masyarakat.

    Menurut Arfida Pendayagunaan sumber daya manusia dalam menghasilkan

    barang dan jasa dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :

    1. Yang mempengaruhi jumlah dan kualitas sumber daya manusia tersebut.

    2. Faktor dan kondisi yang mempengaruhi pengembangan perekonomian

    yang dapat mempengaruhi pendayagunaan sumber daya manusia

    tersebut.

  • Sedangkan menurut Mulyadi S (2003 : 2) minimal ada empat kebijaksanaan

    pokok dalam upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM) yaitu :

    1. Peningkatan kualitas hidup yang meliputi baik kualitas manusianya seperti

    jasmani, rohani, dan kejuangan, maupun kualitas kehidupannya seperti

    perumahan dan pemukiman yang sehat.

    2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang produktif dan upaya

    pemerataan pendapatannya.

    3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkemampuan dalam

    memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai iptek yang berwawasan

    lingkungan serta ;

    4. Pengembangan pranata yang meliputi kelembagaan dan perangkat hukum

    yang mendukung upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

    Begitu juga menurut Mankiw yang mengatakan bahwa faktor faktor

    produksi adalah input input yang digunakan untuk memproduksi berbagai barang

    dan jasa. Secara umum tenaga kerja merupakan faktor produksi yang terpenting,

    sehingga harus dimanfaatkan seefisien mungkin agar dapat menghasilkan barang

    dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jika kita berbicara tentang

    masalah ESDM maka tenaga kerja adalah merupakan salah satu cabang ESDM

    yang perlu untuk dikaji lebih lanjut, dimanapun kita berada pasti terdapat

    perusahaan-perusahaan yang banyak memerlukan tenaga kerja untuk membantu

    proses produksinya. Tidak terkecuali di Indonesia, pada saat ini di negara kita telah

    banyak sekali perusahaan yang beroperasi baik itu perusahaan milik

    negara/domestik ataupun milik swasta/asing yang bergerak dalam berbagai sektor

    baik sektor formal ataupun informal. Yang dimaksud dengan sektor formal atau

  • sektor modern adalah perusahan yang mempunyai status hukum, pengakuan dan

    ijin resmi, dan umumnya berskala besar. Sedangkan yang dimaksud dengan sektor

    informal adalah usaha-usaha yang umumnya sederhana, tidak tergantung pada

    kerjasama banyak orang, tidak mempunyai ijin usaha, tingkat penghasilan yang

    rendah walaupun terkadang mendapat keuntungan yang cukup tinggi, keterkaitan

    dengan usaha-usaha lain sangat kecil.

    Pada saat ini tidak dipungkiri bahwa banyak perusahaan asing yang

    menanamkan modalnya di Indonesia, karena mereka mempunyai pemikiran bahwa

    Indonesia adalah tempat yang strategis untuk menanam modal. Memang dengan

    adanya perusahaan ini maka akan mempunyai dampak yang positif yaitu secara

    otomatis akan menyerap banyak tenaga kerja sehingga masalah pengangguran

    dapat sedikit diatasi walaupun tidak seluruhnya. Perusahaan akan dapat

    menjalankan fungsinya jika memenuhi persyaratan yang diperlukan, seperti

    mempunyai visi dan misi yang jelas yang mempunyai peranan penting dalam hal

    pengoperasian kegiatan perusahaan, memiliki tenaga kerja yang memadai baik

    dalam hal skill/keterampilannya, mempunyai standart produksi yang bagus. Dalam

    hal penyediaan tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : jumlah

    penduduk, tenaga kerja itu sendiri, jam kerja, pendidikan, dan juga produktivitas.

    Terdapat tenaga kerja yang bekerja keras, tetapi juga banyak tenaga kerja yang

    bekerja dengan sedikit usaha. Tentu hasil yang diperoleh juga akan berbeda,

    produktivitas kerja dipengaruhi oleh motivasi dari tiap individu, tingkat pendidikan

    dan pelatihan yang diterima. Tenaga kerja yang mempunyai pendidikan tinggi tentu

    akan mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi pula, sehingga dalam hal ini peran

    perusahaan sangat dibutuhkan untuk dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja

    dengan memberikan hak-hak yang harus mereka dapatkan seperti memperoleh

  • standart gaji sesuai dengan yang ditentukan atau sesuai dengan UMR, memberikan

    tambahan gaji bila ada lembur atau setiap tahun mendapat THR, memberikan

    motivasi kepada karyawan dalam bentuk pendidikan dan latihan kerja. Mengapa

    motivasi sangat penting karena apabila karyawan diberikan motivasi dalam proses

    kerjanya maka secara otomatis mereka merasa diperhatikan dan akan berpengaruh

    pada hasil kerjanya/produktivitasnya dapat meningkat.

    Perusahaan Rokok Djagung Padi Malang yang beralamat di jalan Ki

    Ageng Gribig Malang, memiliki kegiatan yaitu memproduksi rokok kretek. Hasil

    produksi didistribusikan ke daerah daerah seperti wilayah Malang, Blitar,

    Pasuruan, dan Lumajang. Sedangkan untuk wilayah Luar Jawa adalah Kalimantan

    hanya dilayani jika memperoleh pesanan dalam jumlah banyak. Hasil produksinya

    terdiri dari dua macam yaitu Rokok Djagung Padi Kuning Cokelat, dan Rokok

    Jagung Padi Kuning Hijau. Untuk Rokok Djagung Padi Kuning Cokelat memiliki

    kelebihan dibandingkan dengan rokok Djagung Padi Kuning Hijau, sering dikatakan

    bahwa rokok ini lebih istimewa, dikarenakan seluruh bahan pembuatnya benar-

    benar pilihan dan terjaga kualitasnya. Perusahaan ini memiliki 380 orang tenaga

    kerja, temasuk di dalamnya adalah tenaga kerja bagian pelintingan.

    Oleh karena itu perhatian dalam bidang sumber daya manusia tidak boleh

    diabaikan begitu saja, karena merupakan langkah awal dalam merencanakan

    tenaga kerja agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas

    di bidangnya. Dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia memegang peranan

    penting dari saat perencanaan, perumusan, sasaran dan tujuan sampai pada

    strategi dalam mencapai cita cita yang diinginkan oleh perusahaan, yaitu

    meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Penduduk usia muda dan terutama yang

    belum memiliki keluarga pada umumnya tidak mempunyai tanggung jawab yang

  • besar untuk mencari nafkah, karena dengan asumsi pendapatan yang dimiliki hanya

    untuk dia saja. Sehingga produktivitas akan cenderung mengalami penurunan jika

    tidak segera diperhatikan. Untuk itu diharapkan produktivitas kerja seseorang dapat

    meningkat seiring dengan pertambahan usia (Simanjuntak, 1985 : 37). Demikian

    halnya dengan masa kerja seorang tenaga kerja yang dapat diukur dari lamanya dia

    bekerja, harmonis tidaknya hubungan antara pemilik perusahaan dengan tenaga

    kerja yang tercermin dari kesediaan seseorang bekerja di suatu perusahaan.

    Semakin lama masa kerja seseorang maka akan dapat menjadi tolok ukur hubungan

    industrial antara pemilik perusahaan dengan tenaag kerja dapat berlangsung

    dengan baik. Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengambil judul :

    Analisa Pengaruh Hubungan Tingkat Upah, Masa Kerja, Usia Terhadap

    Produktivitas Tenaga Kerja.

    1.2. Rumusan masalah

    Dari pembahasan yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas,

    permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut adalah :

    a) Apakah terdapat pengaruh secara signifikan dari variabel tingkat upah,

    masa kerja, dan usia terhadap produktivitas tenaga kerja?

    b) Apakah terdapat pengaruh secara dominan diantara variabel tingkat upah,

    masa kerja, dan usia terhadap produktivitas tenaga kerja?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini antara lain :

    a) Mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat upah, masa kerja,dan usia

    terhadap produktivitas tenaga kerja.

  • b) Mengetahui variabel yang paling dominan berpengaruh diantara 3

    variabel bebas diatas terhadap produktivitas tenaga kerja.

    1.4. Manfaat Penelitian

    1. Bagi peneliti / mahasiswa

    a) Sebagai bahan informasi / masukan dalam upaya meningkatkan

    kemampuan, kreativitas yang berkaitan dengan produktivitas kerja dimasa

    yang akan datang.

    b) Merupakan sarana pelatihan bagi mahasiswa untuk dapat

    mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi antara teori yang

    diberikan dengan praktek dilapangan.

    c) Tambahan wawasan dan pemahaman mengenai bidang sumber daya

    manusia yang berhubungan dengan produktivitas kerja.

    2. Bagi Perusahaan / Instansi terkait

    a) Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan

    kebijakan terhadap tenaga kerja dengan memberikan motivasi yang

    dibutuhkan. Sehingga adanya tingkat upah, masa kerja, dan usia yang

    maksimal akan dapat meningkatkan produktivitas.

    b) Sebagai dasar penilaian yang obyektif dalam rangka meningkatkan

    produktivitas melalui langkah yang telah ditetapkan.

    c) Dapat dijadikan sebagai bahan pemikiran khususnya pimpinan dalam

    mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan produktivitas tenaga

    kerja.

  • 3. Bagi Fakultas / Pihak lain

    a) Memperluas jaringan kerja sama antar perusahaan terkait.

    b) Dapat dijadikan literatur untuk mengadakan penelitian lebih lanjut

    mengenai produktivitas.

    c) Memberikan gambaran, wawasan dan pengetahuan mengenai variabel

    variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kerangka Teori

    2.1.1 Pengertian Tenaga Kerja

    Tenaga kerja menurut Undang - Undang Pokok Ketenagakerjaan No 13 Tahun

    2003 bab I ketentuan umum pasal (1) : yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah

    Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau

    jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

    Menurut Undang Undang No 14 1969 yang dimaksud dengan tenaga kerja

    adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar

    hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

    masyarakat.

    Sedangkan menurut Depnakertrans Tahun 2006 pengertian tenaga kerja ada 2 yaitu

    1. Setiap orang yg mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

    dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat

    2. Setiap orang laki laki atau wanita yang berumur 15 tahun keatas yang

    sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan baik di dalam maupun

    di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk

    memenuhi kebutuhan masyarakat

    Menurut Simanjuntak (1998 : 2) tenaga kerja mencakup penduduk (berusia 14 60

    th) yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang

    melakukan kegiatan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga.

  • Sedangkan menurut Mulyadi (2003 : 59) tenaga kerja (manpower) adalah penduduk

    dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu

    negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap

    tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.

    Menurut Kusnadi (1998 : 362) tenaga kerja dapat dibedakan menjadi tiga

    macam apabila dilihat dari tingkat keahliannya, yaitu:

    1. Tenaga Kerja tidak ahli adalah tenaga kerja yang tidak mempunyai

    keahlian dan hanya mengandalkan kekuatan fisik saja.

    2. Tenaga Kerja semi adalah tenaga kerja yang tidak hanya mengandalkan

    keahlian, biasanya tenaga kerja ini berada pada posisi manajemen

    tingkat bawah.

    3. Tenaga Kerja ahli adalah tenaga kerja yang mengandalkan keahlian dan

    kemampuannya, biasanya tenaga kerja seperti ini berada pada posisi

    manajemen tingkat atas.

    2.1.2 Angkatan Kerja dan Pasar Kerja

    Seberapa besar jumlah orang yang bersedia menawarkan jasanya guna

    membantu terselesaikannya suatu proses produksi, tergantung kepada besarnya

    penyediaan atau suppy tenaga kerja di dalam masyarakat. Jumlah orang yang

    bersedia untuk menjadi tenaga kerja terdiri dari golongan yang telah bekerja dan

    golongan yang siap untuk bekerja dan golongan yang sedang berusaha untuk

    mencari pekerjaan. Untuk itu keadaan ini dinamakan angkatan kerja atau Labour

    Force (Simanjuntak, 1985 : 3), sedangkan untuk konsep angkatan kerja secara

    menyeluruh dinamakan Total Labour Force. Konsep Total Labour Force ini

    digunakan untuk merumuskan jumlah keseluruhan angkatan kerja dari semua

  • individu yang tidak dilembagakan dan yang berusia 16 tahun ataupun yang lebih tua

    dalam satu Minggu, termasuk didalamnya adalah angkatan militer, baik yang

    tenaganya digunakan maupun yang tenaganya tidak digunakan.

    Sedangkan proses dimana terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui

    penyediaan dan permintaan tenaga kerja disebut pasar kerja (Simanjuntak, 1985 :

    3). Seseorang yang telah masuk dalam pasar kerja adalah mereka yang bersedia

    untuk menawarkan jasanya kelancaran proses produksi. Terdapat 3 golongan dalam

    angkatan kerja yaitu :

    1) Golongan menganggur, adalah mereka yang sama sekali tidak bekerja dan

    tidak berusaha untuk mencari pekerjaan.

    2) Golongan setengah menganggur, adalah mereka yang tenaganya kurang

    dimanfaatkan dalam bekerja jika dilihat dari segi jam kerja, produktivitas

    kerjanya, dan juga pendapatan yang diterima. Golongan setengah

    menganggur ini dikelompokkan lagi menjadi 2 golongan kecil yaitu :

    a. Setengah menganggur kentara, adalah mereka yang bekerja kurang

    dari 35 (tiga puluh lima) jam dalam seminggu.

    b. Setengah menganggur tidak kentara atau terselubung, adalah

    mereka yang mempunyai produktivitas dan pendapatan yang rendah.

    3) Bukan angkatan kerja meliputi :

    a. Golongan yang masih berstatus sekolah, adalah mereka yang

    mempunyai kegiatan utama sekolah saja.

    b. Golongan yang mengurus rumah tangga, adalah mereka yang

    mempunyai kegiatan sehari hari hanya mengurus rumah tangga

    tanpa memperoleh imbalan berupa upah.

  • c. Golongan lain lain yaitu :

    i. Golongan penerima pendapatan, adalah mereka yang tidak

    melakukan suatu kegiatan ekonomi tetapi tetap memperoleh

    penghasilan seperti tunjangan pensuin, bunga atas simpanan atau

    sewa atas milik.

    ii. Golongan yang hidupnya tergantung dari orang lain, contohnya

    lanjut usia, cacat, sedang dalam penjara atau sakit kronis.

    Golongan ini dapat dikatakan sebagai Potential Labour Force, karena pada saat

    yang tidak dapat ditentukan golongan ini akan dapat digunakan tenaganya untuk

    bekerja. Potential Labour Force terdiri dari :

    1) Discouraged Workers, adalah golongan angkatan kerja yang menarik diri dari

    pasar kerja untuk sementara waktu yang disebabkan tidak berhasil

    mendapatkan pekerjaan yang diharapkan.

    2) Angkatan kerja sekunder, adalah golongan yang bekerja bila situasi pasar

    kerja lebih menjanjikan untuk mendapat penghasilan walaupun hanya

    sementara waktu saja, dan akan kembali kepada kehidupan semula jika

    kondisi pasar kerja sudah tidak menjanjikan.

    3) Angkatan kerja primer, adalah golongan yang terus berada dalam pasar

    kerja.

    2.1.3 Pendekatan Angkatan Kerja dan Penggunaan Tenaga Kerja

    Menurut Simanjuntak (1985 : 9), pendekatan angkatan kerja dan pendekatan

    penggunaan tenaga kerja tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena kedua

    pendekatan ini akan saling melengkapi. Pendekatan penggunaan tenaga kerja dapat

    memberikan gambaran yang lebih luas jika dibandingkan dengan pendekatan

  • angkatan kerja yang hanya membedakan antara bekerja dan dan menganggur saja,

    padahal masih ada golongan penganggur baik yang kentara maupun yang tidak

    kentara. Hal itu sepertinya masih tidak terfikirkan oleh pendekatan angkatan kerja,

    masalah inilah yang dicoba untuk dipecahkan oleh pendekatan penggunaan

    angkatan kerja. Titik yang menjadi konsentrasi pendekatan penggunaan angkatan

    kerja adalah mereka yang setengah menganggur, karena angka dalam

    pengangguran ini yang dapat menjadikan terciptanya pengangguran terbuka.

  • Gambar 2.1 : Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja

    Sumber : Payaman. J. Simanjuntak, 1985.

    2.1.4 Pengertian Industri

    Yang dimaksud dengan Industri adalah suatu usaha atau kegiatan dalam hal

    mengolah bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang

    Penduduk

    Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

    Angkatan Kerja

    Menganggur Bekerja

    Setengah Pengangguran

    Bekerja Penuh

    Kentara (Jam Kerja Sedikit)

    Tidak Kentara

    Prod Rendah Peng Rendah

    Bukan Angkatan Kerja

    Sekolah Mengurus Rumah Tangga

    Penerima Pendapatan

  • memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan atau untuk dijual. Hasil yang

    didapatkan dari industri tidak hanya berupa barang, tetapi bisa pula dalam bentuk

    jasa (Artikel ekonomi, Organisasi.Org : 2005). Secara umum Industri dapat

    dikatakan sebagai kelompok bisnis tertentu yang memiliki teknik dan metode yang

    sama dalam usaha menghasilkan laba. Menurut Bappekab Sidoarjo (2007),

    menyatakan bahwa menurut UU RI No. 5 Tahun 1984 Pasal 1 tentang perindustrian,

    adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang

    setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi

    untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan

    industri.

    Menurut Pasal 5 UU RI No. 5 Tahun 1984, pemerintah menggolongkan industri

    dalam kelompok sebagai berikut yaitu :

    1) Pemerintah menetapkan bidang usaha industri yang masuk dalam

    kelompok industri kecil, termasuk industri yang menggunakan

    ketrampilan tradisional dan industri penghasil benda seni, yang dapat

    diusahakan hanya oleh Warga Negara Indonesia.

    2) Pemerintah menetapkan jenis-jenis industri yang khusus dicadangkan

    bagi kegiatan industri kecil yang dicadangkan bagi kegiatan industri

    kecil yang dilakukan oleh masyarakat dari golongan ekonomi lemah.

  • 2.1.4.1 Jenis dan Penggolongan Industri di Indonesia menurut Hadi Sutrisno

    (2000)

    A. Berdasarkan tempat bahan baku

    1) Industri ekstraktif : industri yang bahan bakunya diambil langsung dari

    alam sekitar. Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan,

    peternakan, pertambangan, dll.

    2) Industri nonektraktif : industri yang bahan bakunya di dapat dari tempat

    lain selain alam sekitar.

    3) Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah

    berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh

    Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi.

    B. Berdasarkan besar kecilnya modal

    1) Industri padat modal : industri yang dibangun dengan modal yang

    jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun

    pembangunannya. Contoh : industri mobil, industri elektronik, dll.

    2) Industri padat karya : industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah

    besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta

    pengoperasiannya. Contoh : industri perumahan, pertokoan, pasar, dll.

    C. Berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya (berdasarkan SK

    Menteri Perindustrian No. 19/M/I/1986)

    1) Industri kimia dasar. Contohnya seperti undustri semen, obat-obatan,

    kertas, pupuk.

  • 2) Industri mesin dan logam dasar. Contohnya indsutri pesawat terbang,

    kendaraan bermotor, tekstil.

    3) Industri kecil. Contoh : industri roti, kompor minyak, makanan ringan,

    es, minyak goreng curah, industri kerajinan.

    4) Aneka industri. Misalnya industri pakaian, makanan dan minuman.

    D. Berdasarkan jumlah tenaga kerja

    1) Industri rumah tangga, adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya

    berjumlah antara 1-5 orang.

    2) Industri kecil, adalah industri yang tenaga kerjanya berjumlah antara 6-

    40 orang.

    3) Industri sedan atau menegah, adalah industri yang tenaga kerjanya

    berjumlah 41-99 orang.

    4) Industri besar, adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya 100 orang

    lebih.

    E. Berdasarkan pemilihan lokasi

    1) Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market

    oriented industry), adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi

    potensi target konsumen. Misalnya adalah industri kerajinan, biasanya

    didirikan karena berada disekitar tempat wisata.

    2) Industri yang menitikberatkan pada tenaga kerja/ labor (man power

    oriented industry), adalah industri yang berada pada lokai di pusat

    pemukiman penduduk karena biasanya jenis industri tersebut

    membutuhkan banyak pekerja/ pegawai untuk lebih efektif dan efisien.

  • Misalnya industri rokok dan industri mebel yang sebagian besar tenaga

    kerja bagian produksi/ buruh diambil dari wilayah sekitar.

    3) Industri yang berorientasi atau menitikberatkan kepada bahan baku

    (supply oriented industry), adalah jenis industri yang mendekati lokais

    dimana bahan baku berada untuk memangkas atau mengurangi biaya

    taransportasi besar. Misalnya industri genteng, industri marmer,

    industri minyak, batubara.

    F. Berdasarkan produktifitas perorangan

    1) Industri primer : industri yang barang-barang produksinya bukan hasil

    olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Contohnya adalah

    hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan.

    2) Industri sekunder : industri yang bahan mentah diolah sehingga

    menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali. Contohnya adalah

    pemintalan benang sutra, komponen elektronik, spare part motor.

    3) Industri tersier : industri yang produk atau barangnya berupa layanan

    jasa. Contohnya seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan

    kesehatan.

    2.1.5 Pengertian Produktivitas

    Produktivitas merupakan tujuan dari setiap sistem organisasi apapun,

    produktivitas adalah ukuran sejauh mana sumber-sumber daya alam, teknologi dan

    manusia dipergunakan dengan baik, dan dapat mewujudkan hasil tertentu yang

    diinginkan. Secara singkat produktivitas dapat dikatakan sebagai ukuran mengenai

    apa yang diperoleh dari apa yang diberikan, seberapa jauh masukan input dapat

  • menghasilkan keluaran output, baik kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan

    standar baku yang telah ditetapkan. Secara umum produktivitas diartikan sebagai

    hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang dan jasa) dengan masukan

    sebelumnya (Mushadarsyah,1987 : 87) Secara umum produktivitas merupakan

    perbandingan antara keluaran (output) yang dicapai dengan masukan (input yang

    diberikan). Produktivitas juga merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan

    dan efektifitas pencapaian sasaran. Efektifitas dan efisiensi yang tinggi akan

    menghasilkan produktivitas yang tinggi, produktivitas bila dihubungkan dengan

    tenaga kerja adalah jumlah hasil yang dicapai seorang pekerja dalam jangka waktu

    tertentu. Dalam artian luas pengertian produktivitas meliputi hubungan antara

    keluaran (output) dengan masukan (input) yang digunakan untuk menghasilkan

    output tersebut. Produksi adalah rasio dari beberapa output dengan beberapa input

    yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1) Produksi Total adalah rasio antara total keluaran (output) dengan total

    masukan (input), dengan rumus sebagai berikut:

    ( )( )inputmasukanTotaloutputkeluaranTotalTotaloduksi =Pr

    2) Produksi Bagian adalah rasio semua (total) keluaran kelompok utama

    tertentu dari input (masukan) dengan rumus sebagai berikut:

    ( )( )inputmasukansebagian

    outputkeluaranTotalBagianoduksi =Pr

    Yang dimaksud dengan Produktivitas adalah modal nisbah atau rasio antar hasil

    kegiatan dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan untuk dapat

    mewujudkan hasil tersebut, dengan kata lain produktivitas adalah perbandingan

    hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu.

  • Sedangkan menurut Simanjuntak ( 1998 : 38 ) dalam menjabarkan mengenai

    pengertian produktivitas terdapat 2 pengertian yaitu secara filosofis dan kuantitatif

    atau secara definisi kerja dan teknis operasional. Secara filosofis yang dimaksud

    dengan produktivitas adalah pandangan hidup dan sikap mental yang selalu

    berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan, sedangkan secara definisi kerja

    yang dimaksud dengan produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai

    ( keluaran ) dengan keseluruhan sumber daya ( masukan ) yang dipergunakan per

    satuan waktu. Menurut William dan Carl, produktivitas digambarkan sebagai

    hubungan antar output dan input yg digunakan dalam menghasilkan output, tingkat

    ukuran, serta trend ukuran dalam perjalanan waktu.

    2.1.5.1 Faktor Faktor yang mempengaruhi produktivitas

    1. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan

    sumber daya yang lebih sedikit

    2. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan

    sumber daya yang kurang

    3. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan

    sumber daya yang sama

    4. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan

    sumber daya yang relatif lebih kecil

    Dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan:

    1 Jumlah produksi meningkat dengan menggunakan sumber daya yang

    sama.

    2 Jumlah produksi meningkat dengan menggunakan sumber daya yang

    kurang.

  • 3 Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan

    sumber daya yang relatif lebih kecil.

    Untuk mengukur produktivitas menurut Widodo adalah jumlah hasil produksi /

    satuan waktu atau jumlah yang dihasilkan / jumlah masukan tenaga kerja.

    Melalui pendekatan sistem, faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan

    perusahaan adalah :

    1. Kualitas dan kemampuan, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, latihan,

    motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik karyawan yang

    bersangkutan. Semakin baik kualitas dan kemampuan seseorang karyawan

    maka semakin tinggi tingkat produksi.

    2. Sarana pendukung, dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:

    a. Menyangkut lingkungan kerja termasuk teknologi dan cara produksi,

    sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan kerja

    serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri.

    b. Menyangkut program kesejahteraan karyawan yang tercermin dalam

    system pengupahan dan jaminan sosial serta jaminan kelangsungan kerja.

    3. Supra Sarana, Pelatihan dan Kemampuan Manajemen Perusahaan.

    Supra sarana meliputi kebijakan pemerintah, hubungan industrial dan

    manajemen perusahaan. Kebijakan pemerintah seperti kebijakan dibidang

    ekspor-impor, pembatasan-pembatasan dan pengawasan, juga mempengaruhi

    ruang gerak pemimpin perusahaan dan jalannya aktivitas di perusahaan.

    Sedangkan hubungan industrial hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja

    dimana hubungan tersebut akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang

    dilakukan sehari-hari. Bagaimana pandangan pengusaha terhadap tenaga

    kerja, sejauh mana hak-hak tenaga kerja mendapat perhatian pengusaha

  • serta sejauh mana tenaga kerja diikut sertakan dalam penentuan kebijakan,

    merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi tenaga kerja dalam

    keseluruhan proses produksi. Kemampuan manajemen menggunakan sumber-

    sumber secara maksimal dan menciptakan sistem kerja yang optimal akan

    menentukan tinggi rendahnya produktivitas tenaga kerja.

    Dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pelatihan, program kesejahteraan,

    lingkungan kerja, serta supra sarana lainnya memiliki hubungan yang sangat erat

    dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja.

    Sedangkan didalam The Three Patries Distribution Principle atau disebut

    Hubungan Tiga Partai, menyebutkan bahwa prinsip yang harus diperhatikan dalam

    peningkatan produktivitas adalah harus mencapai ketiga sasaran, Tiga sasaran

    tersebut adalah :

    a. Peningkatan Penerimaan Upah

    b. Penurunan Harga Pokok

    c. Peningkatan Dalam Penerimaan Keuntungan

    Menurut Muchdarsyah (1995 : 87) faktor yang berpengaruh dalam usaha

    peningkatan produktivitas secara konseptual adalah:

    a. Tingkat Pendidikan dan Keahlian

    b. Jenis Teknologi dan Hasil Produksi

    c. Kondisi Kerja

    d. Kesehatan dan Kemampuan Fisik dan Mental

    e. Sikap terhadap tugas, teman sejawat dan pengawas

    f. Keanekaragaman tugas

    g. Sistem intensif (sistem upah dan insentif)

    h. Keamanan kerja

  • i. Kepuasan kerja

    j. Kepastian pekerjaan

    k. Perspektif dari ambisi dan promosi

  • Gambar 2.2 : Bagan Peningkatan Produktivitas

    a.

    Sumber : Payaman. J. Simanjuntak, 1985.

    Supra Sarana

    Kebijaksanaan Pemerintah Hubungan Industrial Manajemen

    Karyawan

    Pendidikan Latihan Etos Kerja Motivasi Kerja Sikap Mental fisik

    Peningkatan

    Produktivitas

    Tenaga Kerja

    Perusahaan

    * Keselamatan Dan * Upah Kesejahteraan Kerja Jamsostek * Sarana Produksi * Security * Teknologi

    Lingkungan kerja Kesejahteraan

    SARANA PENUNJANG

  • 2.1.5.2 Produktivitas Tenaga Kerja

    Produktivitas tenaga kerja terkandung pengertian tentang perbandingan antara

    hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu. Produktivitas

    tenaga kerja merupakan faktor penting bagi keberhasilan dunia usaha dan

    merupakan landasan penting peningkatan nyata bagi tenaga kerja. Untuk melakukan

    produktivitas pada suatu populasi tenaga kerja perlu dilakukan studi terhadap tenaga

    kerja dan faktor-faktor yang berkaitan dengan produktivitas tersebut.

    Sedangkan tenaga kerja dinilai produktif jika ia mampu menghasilkan output

    yang lebih banyak dari tenaga kerja lainnya untuk satuan waktu yang sama. Dengan

    demikian dapat dikatakan, seseorang tenaga kerja menunjukkan tingkat

    produktivitas yang lebih tinggi bila mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan

    standar yang ditentukan, dalam satuan waktu yang lebih singkat. Hal ini dapat

    dirumuskan sebagai berikut:

    waktusatuanproduksihasiljumlahjatenagasoduktivita =kerPr

    Menurut Kartasapoetra (1987), produktivitas tenaga kerja dapat meningkat jika

    terpenuhinya beberapa hal dibawah ini :

    a. Seluruh tenaga kerja mendapatkan upah atau pendapatan yang sesuai

    dengan bidang kerja yang ditanganinya tanpa terkecuali.

    b. Para tenaga kerja berada dalam perasaan yang senang untuk menangani

    pekerjaan pekerjaannya. Karena jika perasaan ini terpenuhi maka akan

    menimbulkan kegairahan kerja, yang nantinya akan dapat meningkatkan nilai

    tambah dalam usaha kegiatan perusahaan.

  • c. Para tenaga kerja berada dalam kesesuaian atau kecocokan lapangan

    pekerjaan dan tidak adanya kerja rangkapan yang dipastikan untuk

    ditanganinya.

    d. Para tenaga kerja bekerja sesuai dengan pengalaman, keahlian dan

    ketrampilan yang dimiliki.

    Tenaga kerja harus diperhatikan segala kebutuhannya termasuk produktivitas

    yang dimiliki, karena tenaga kerjalah yang menjadi roda penggerak produksi dalam

    suatu perusahaan. Sehingga menjadi suatu kewajiban bagi perusahaan untuk terus

    berusaha meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya. Secara alamiah peningkatan

    produktivitas telah disadari adanya, karena dari seluruh kegiatan yang dilakukan

    oleh manusia selalu berujung untuk mendapatkan keuntungan. Jika produktivitas

    tenaga kerja tinggi, maka tingkat pendapatan yang dimiliki juga akan tinggi pula

    begitu juga sebaliknya. Pada hakekatnya antara perusahaan dengan tenaga kerja

    merupakan suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan satu sama lain.

    Perusahaan membutuhkan tenaga kerja guna membantu kelancaran proses

    produksinya, sedangkan tenaga kerja membutuhkan perusahaan guna memperoleh

    penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan adanya hal inilah yang

    dapat menjadikan perusahaan dan tenaga kerja sama sama mengerti akan

    keberadaan masing masing pihak, tenaga kerja akan merasa memiliki tanggung

    jawab dan rasa terima kasih kepada perusahaan karena dengan danya perusahaan

    kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi, begitu juga dengan perusahaan yang selalu

    berusaha untuk mempertahankan tenaga kerja yang dimiliki dengan dengan

    berbagai upaya yang dapat memberikan rasa hormat kepada tenaga kerja.

    Bentuk bentuk rasa terima kasih yang dapat diberikan tenaga kerja kepada

    perusahaan adalah dengan cara memberikan kemampuan terbaik yang dimiliki,

  • mencurahkan segala bentuk produktivitasnya sehingga akan dapat menghasilkan

    barang dalam jumlah maksimal, dan mungkin juga dapat memberikan sesuatu yang

    baru atau terobosan baru bagi hasil produksi. Sedangkan bentuk kepedulian

    perusahaan terhadap tenaga kerja adalah dengan berupaya memberikan segala

    kebutuhan yang diperlukan oleh tenaga kerja sesuai dengan kemampuan

    perusahaan seperti memberikan upah yang layak sesuai dengan standart,

    memberikan fasilitas fasilitas yang memadai, sehingga tenaga kerja akan merasa

    diperhatikan dan produktivitasnya akan meningkat.

    2.1.5.3 Aspek Produktivitas

    Aspek produktivitas disini menyangkut efisiensi dan efektifitas, yang dimaksud

    Efisiensi adalah jumlah dari masukan yang dipakai untuk mencapai tingkat keluaran

    tertentu. Efisiensi berkaitan dengan kemampuan mendapatkan hasil (output) yang

    diinginkan dari pengorbanan biaya (input) yang minimal. Sedangkan Efektifitas

    berkaitan dengan kenyataan apakah hasil yang diharapkan atau tingkat keluaran

    dari kegiatan perusahaan dapat dicapai atau tidak. Suatu kegiatan perusahaan

    dikatakan efektifitas bila produktivitas berhasil mencapai target yang diharapkan oleh

    perusahaan.

  • 2.1.5.4 Bentuk Peningkatan Produktivitas

    Gambar 2.3 : Bentuk Peningkatan Produktivitas

    URAIAN INPUT OUTPUT IP KETERANGAN

    Mula Mula (1,2)

    Bentuk 1 (1,5) Input lebih sedikit,

    output sama

    Bentuk 2 (1,5) Input lebih sedikit,

    output lebih banyak

    Bentuk 3 (1,5) Input sama, output

    lebih banyak

    Bentuk 4 (1,5) Input lebih banyak,

    output jauh lebih

    banyak

    Sumber : Payaman. J. Simanjuntak, 1985.

    2.1.6 Pengertian Upah

    Upah atau gaji bagi semua dan setiap tenaga kerja adalah sesuatu yang sangat

    penting. Upah melatarbelakangi seseorang untuk memutuskan memasuki dunia

    kerja dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan gaji yang

    didapatkannya maka seorang tenaga kerja atau individu yang bekerja dapat secara

    otomatis membiayai segala macam kebutuhan hidupnya baik sandang, pangan

    maupun papan. Upah bagi tenaga kerja merupakan cost atau biaya yang harus

    dikeluarkan oleh perusahaan dan dimasukkan dalam ongkos atau biaya produksi.

    (100)

    (80)

    (90)

    (90)

    (120)

    (120)

    (120)

    (135)

    (150)

    (180)

  • Adapun keputusan sebuah perusahaan tentang gaji, instrument ini sangatlah penting

    untuk memberikan kelangsungan bagi tenaga kerja untuk hidup sehingga proses

    kinerja dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik.

    Menurut Sukirno (1982 : 297) yang dimaksud dengan upah adalah:

    Pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja

    kepada perusahaan. Dengan demikian dalam teori ekonomi tidak dibedakan

    diantara pembayaran ke atas jasa-jasa pekerja-pekerja dan preferensional dengan

    pembayaran ke atas jasa-jasa kasar dan tidak tetap. Kedua jenis pendapatan

    pekerja tersebut dinamakan upah.

    Pembayaran kepada tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua pengertian,

    yaitu:

    1 Gaji.

    Gaji dalam pengertian sehari-hari adalah pembayaran kepada pekerja-

    pekerja tetap dan tenaga kerja profesional seperti pegawai pemerintah,

    dosen, manager dan akuntan.

    2 Upah.

    Sedangkan upah yang dimaksud adalah pembayaran kepada pekerja-

    pekerja kasar yang pekerjaannnya selalu berpindah-pindah seperti

    misalnya petani, tukang kayu, buruh kasar.

    Menurut Andrew F. Sikula dalam Moekijat (1992 : 3) gaji adalah imbalan jasa

    atau uang yang dibayarkan atau yang ditentukan untuk dibayarkan kepada

    seseorang pada jarak-jarak waktu teratur untuk jasa-jasa yang diberikan. Lain

    halnya dengan Rusli (1991 : 185) mendefinisikan gaji merupakan salah satu faktor

    yang sangat penting dan menentukan dalam manajemen tenaga kerja yaitu

    merupakan unsur dari kompensasi terhadap prestasi yang telah diberikan oleh

  • tenaga kerja dalam rangka pencapaian sasaran perusahaan. Sedangkan menurut

    Dewan Penelitian Nasional (Kartasapoetra : 1987), yang dimaksud dengan upah

    adalah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dari pemberi kerja untuk sesuatu

    pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilaksanakan, yang berfungsi sebagai

    jaminan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produsktivitas yang

    dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang telah ditetapkan menurut suatu

    persetujuan Undang Undang dan peraturan peraturan yang dibayarkan atas

    dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dengan penerima kerja.

    Menurut Mulyadi (1993 : 376) mengungkapkan bahwa gaji pada umumnya

    merupakan pembayaran atau penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan

    pelaksana yang dibayarkan secara tetap per pekerja bulan. Upah adalah sebagai

    bentuk kompensasi atas konstribusi yang diberikan pekerja atau buruh kepada

    perusahaan. Atau dengan kata lain pengertian upah adalah hak buruh yang harus

    diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau

    pemberi kerja kepada buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu

    perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, yang

    didalamnya termasuk tunjangan bagi buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan

    dan jasa yang telah atau akan dilakukan. Ketika perusahaan merekrut pekerja yang

    diharapkan adalah pekerja dapat melakukan kegiatan usaha sehingga menghasilkan

    keuntungan, dan keuntungan yang diperoleh tersebut digunakan untuk memberi

    kompensasi berupa upah kepada pekerja. Kompensasi pekerja kepada perusahaan

    dengan menjadi pekerja disebut kinerja atau produktivitas. Semakin baik kinerja

    maka pekerja akan mendapat upah yang semakin tinggi, sesuai dengan UU No 13

    pasal 92 ayat (2) ; pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan

    memperhatikan kemampuan dan produktivitas.

  • Tetapi lain halnya untuk pengertian pendapatan menurut BPS yang diperinci

    sebagai berikut menurut Mulyanto Sumardi J. Hans-dieter Ever (1982 : 92-93) :

    1. Pendapatan berupa uang adalah sebagai penghasilan berupa uang yang

    sifatnya reguler dan biasanya diterima sebagai balas jasa atau kontraprestasi

    yaitu yang meliputi pendapatan :

    a) Gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja lembur, kerja

    sampingan dan kerja kadang kadang.

    b) Dari usaha sendiri, yang meliputi hasil bersih usaha sendiri, komisi,

    penjualan dari kerajinan rumah tangga.

    c) Dari hasil investasi seperti bunga, modal, dan tanah.

    d) Dari keuntungan sistem yaitu pendapatan yang diperoleh dari sistem

    kerja sistem.

    2. Pendapatan yang berupa barang adalah sebagian penghasilan yang sifatnya

    reguler dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa yang dapat

    diterimakan. Barang atau jasa yang diperoleh dinilai dengan harga pasar

    sekalipun tidak disertai dengan teransaksi uang oleh yang menikmati barang

    dan jasa tersebut. Dalam pengertian ini yang dimaksud dengan pendapatan

    adalah :

    a) Bagian pembayaran upah dan gaji yang berbentuk beras,

    pengobatan, transportasi, perumahan, dan rekreasi.

    b) Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah, antara lain :

    pemakaian barang yang diproduksi dirumah, sewa yang seharusnya

    dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang sedang ditempati.

  • 3. Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan, yaitu : penerimaan yang

    berupa pengambilan tabungan, penjualan, penjualan barang barang yang

    dipakai, pinjaman uang, kiriman uang, hadiah, warisan, dan menang judi.

    Menurut Simanjuntak (1985) penghasilan atau imbalan yang diterima seorang

    tenaga kerja sehubungan dengan pekerjaannya dapat digolongkan kedalam empat

    bentuk, yaitu:

    1. Upah atau gaji (dalam bentuk uang).

    Sistem penggajian di Indonesia pada umumnya menggunakan gaji pokok

    yang didasarkan pada kepangkatan dan masa kerja. Penentuan gaji

    pokok pada umumnya didasarkan pada prinsip-prinsip dari teori Human

    Capital yaitu bahwa upah atau gaji seseorang diberikan sebanding

    dengan tingkat pendidikan dan latihan yang dicapainya.

    2. Tunjangan dalam bentuk natura seperti gula, beras, garam, pakaian, dan

    lain-lain.

    3. Fringe benefits, yaitu berbagai jenis benefits diluar upah yang diperoleh

    seseorang sehubungan dengan jabatan dan pekerjaannya seperti

    pensiunan, asuransi kesehatan, cuti, dan lain-lain.

    4. Kondisi lingkungan, kondisi lingkungan kerja yang berbeda di setiap

    perusahaan dapat memberikan tingkat kepuasan yang berbeda juga bagi

    setiap tenaga kerja. Keadaan ini mencakup kebersihan, reputasi tempat

    usaha, lokasi tempat usaha kerajinan kendang, dan lain-lain.

  • 2.1.6.1 Fungsi Upah

    Menurut Simanjuntak (1998 : 129) sistem pengupahan di Indonesia pada

    umumnya didasarkan pada tiga fungsi upah, yaitu:

    1. Menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya

    2. Mencerminkan imbalan atas hasil kerja karyawan

    3. Menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja.

    Menurut Heidjracman dan Suad Husnan (1992 : 140) sistem pengupahan yang

    umum diterapkan adalah sebagai berikut :

    a. Sistem waktu

    Dalam sistem waktu besarnya kompensasi ditetapkan berdasarkan

    standar waktu seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Sistem waktu ini

    biasanya diterapkan jika prestasi kerja sulit diukur per unitnya. Jadi

    besarnya kompensasi hanya didasarkan kepada lamanya bekerja.

    b. Sistem hasil (output)

    Dalam sistem hasil besarnya kompensasi ditetapkan atas kesatuan unit

    yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, liter, dan kilogram.

    Dalam sistem ini, biasanya kompensasi yang dibayar selalu didasarkan

    kepada banyaknya hasil yang dikerjakan, bukan pada lamanya waktu

    pekerjaan.

    c. Sistem borongan

    Dalam sistem ini pendapat besarnya pada volume pekerjaan dan lamanya

    mengerjakan. Upah borongan ini mengaitkan kompensasi secara

    langsung dengan produksi yang dihasilkan. Besar kecilnya balas jasa

    sangat tergantung pada kecermatan mengkalkulasi biaya borongan

    tersebut sistem ini merupakan sistem pengupahan yang paling popular.

  • Sedangkan menurut Amstrong dan Murlis (1994 : 18-20), perlu dilakukan beberapa

    langkah tertentu dalam melaksanakan aturan mengenai pemberian upah kepada

    tenaga kerja diantaranya adalah :

    1. Menganalisis keadaan sekarang yang didalamnya meliputi analisa jabatan

    diantaranya banyaknya staf dalam setiap jabatan, besarnya upah yang

    diterima oleh tiap tiap orang, kenaikan apa saja (biaya hidup), kenaikan

    atau prestasi apa yang telah diberikan dan apakah perusahaan mengalami

    kesulitan atas kenaikan gaji yang diminta.

    2. Merumuskan kebijaksanaan dalam penggajian yaitu kebijakan penggajian

    yang ditetapkan oleh level yang bertanggung jawab dalam menentukan

    kebijakan.

    3. Menilai pekerjaan yaitu dengan teknik teknik tertentu, atau menilai

    pekerjaan dari berbagai aspek.

    4. Merencanakan struktur gaji yaitu dengan cara strukur gaji harus

    mencerminkan hubungan pekerjaan dengan cara yang logis dan

    penggunaan survei gaji dan informasi lain untuk mengembangkan struktur

    gaji.

    5. Mengembangkan prosedur sistem penggajian untuk menjamin kebijaksanaan

    dan anggaran dilaksanakan dalam anggaran, kenaikan gaji dihubungkan

    dengan prestasi. Struktur gaji akan tetap adil ke dalam dan bersaing keluar,

    tingkat upah yang baik untuk tiap pekerja, dan gaji tiap pekerja tidak melebihi

    batas.

    6. Merencanakan seluruh aspek balas jasa yaitu dengan melakukan

    pengadministrasian gaji pokok dan unsur unsur tunjangan, lembur, bonus.

    7. Mengevaluasi seluruh langkah langkah tersebut di atas.

  • 2.1.6.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Upah

    Menurut Moekijat (1992 : 14), terdapat beberapa faktor yang berpengaruh

    dalam penentuan tingkat upah antara lain adalah :

    1. Gaji atau upah yang diberikan oleh pihak swasta

    Upah akan cenderung naik jika salah satu pihak terutama swasta menaikkan

    tingkat upahnya, sehingga akan diikuti oleh kenaikan upah Pegawai Negeri.

    2. Kondisi keuangan negara

    Kenaikantingkat upah akan sulit dilakukan jika kondisi negara dalam keadaan

    yang tidak menentu atau tidak stabil.

    3. Biaya hidup

    Biaya hidup dalam suatu negara juga akan berpengaruh terhadap tinggi

    rendanya tingkat upah.

    4. Peraturan Pemerintah

    Terdapat adanya peraturan pemerintah yang dapat membatasi tingkat upah.

    5. Kekayaan negara

    Negara yang kaya dalam perekonomiannya maka akan dapat memberikan

    tingkat upah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain.

    6. Produktivitas pegawai

    Tenaga kerja yang memiliki produktivitas tinggi, maka sebaiknya diberikan

    imbalan berupa tingkat upah yang memadai dengan produktivitasnya.

    7. Persediaan tenaga kerja

    Tingkat upah yang ditawarkan akan naik jika persediaan tenaga kerja dalam

    pasar kerja sedikit.

  • 8. Kondisi kerja

    Tenaga kerja yang bekerja dengan kondisi kerja yang berat dan sulit tentu

    tingkat upah yang diberikan akan tinggi jika dibandingkan dengan tenaga kerja

    yang bekerja dengan kondisi yang nyaman.

    9. Jam Kerja

    Besaran jumlah jam kerja akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat

    upah, jika jam kerja lebih lama dari yang ditentukan maka upah yang diberikan

    akan lebih tinggi.

    10. Perbedaan geografis

    Perbedaan letak geografis suatu negara akan berpengaruh terhadap tingkat

    upah yang diberikan.

    11. Inflasi

    Pada saat suatu negara mengalami kondisi inflasi maka tingkat upah akan turun,

    sehingga perlu kebijaksanaan untuk meningkatkan tingkat upah.

    12. Pendapatan nasional

    Jika pendapatan nasional suatu negara meningkat maka sebaiknya tingkat upah

    harus dinaikkan juga.

    13. Harga pasar

    Apabila harga pasar mengalami kenaikan tetapi tidak diikuti oleh kenaikan upah

    tenaga kerja maka upah riil akan mengalami penurunan sehingga perlu untuk

    dinaikkan.

    14. Nilai sosial dan etika

    Suatu negara diberikan tanggung jawab untuk dapat memberikan kesejahteraan

    bagi masyarakat umum dan memelihara kondisi masyarakat sesuai dengan yang

    diinginkan.

  • Menurut Mohammad Agus (1992 : 142-143) faktor yang mempengaruhi penentuan

    tingkat upah adalah :

    1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja

    Menurut Agus pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi sedangkan

    jumlah tenaga kerja yang tersedia langkah, sehingga upah akan cenderung

    tinggi. Sedangkan untuk jabatan jabatan yang mempunyai penawan melimpah

    justru memiliki standar gaji yang rendah.

    2. Organisasi Buruh

    Adanya serikat buruh yang saat ini semakin berkembang dikalangan pekerja

    maka menjadikan kedudukan pekerja kuat, sehingga bargaining position akan

    berpihak kepada mereka yang kuat dan akan menaikkan upah.

    3. Kemampuan perusahaan untuk membayar

    Bagi perusahaan gaji merupakan komponen biaya produksi, apabila terjadi

    kenaikan biaya produksi maka akan mengakibatkan kerugian sehingga

    perusahaan tiadak akan mampu memenuhi fasilitas perusahaan.

    4. Produktivitas karyawan

    Semakin tinggi prestasi prestasi yang diberikan oleh karyawan dalam kinerjanya

    maka akan semakin besar upah yang diterima.

    5. Biaya hidup

    Jika hidup dikota besar tentu biaya hidup akan semakin tinggi, biaya hidup

    merupakan batas penerimaan upah bagi para karyawan.

    6. Pemerintah

    Pemerintah melalui peraturan peraturan mempunyai kewenangan dalam

    menentukan besar kecilnya gaji, seperti menetapkan upah minimum batas

    bawah dari tingkat gaji yang dibayarkan.

  • 7. Konsistensi internal dan eksternal

    Struktur gaji atau upah yang baik dapat memenuhi syarat konsistensi internal

    dan eksternal. Yang dimaksud dengan konsistensi internal adalah sistem

    pengupahan didasarkan pada prinsip keadilan di lingkungan perusahaan sendiri,

    sedangkan yang dimaksud dengan konsistensi eksternal adalah sistem

    pengupahan berdasarkan pada keadilan dibanding dengan keadaan perusahaan

    lain yang sejenis.

    2.1.6.3 Hubungan Antara Produktivitas Dengan Upah

    Penentuan tingkat upah didasarkan kepada produktivitas yang dihasilkan

    tenaga kerja dalam satuan waktu yang ditentukan. Hubungan yang terjadi lebih

    bersifat timbal balik, jika produktivitas seorang tenaga kerja meningkat maka tingkat

    upah akan mengalami peningkatan juga sehingga upah riil akan naik.

    Gambar 2.4 : Kurva Hubungan Tingkat Produktivitas dengan Upah Riil

    Tingkat

    upah

    W1 E1

    W2 E0 MRP 1 = D1

    MRP0 = D0

    S

    0 Jml Tenaker

    Sumber : Sadono Sukirno, 2002

  • Dimana : MRP0 = D0 = Permintaan Tenaga Kerja = 0

    MPR1 = D1 = Permintaan Tenaga Kerja = 1

    W1 = Tingkat Upah pada besaran 1

    W0 = Tingkat Upah pada besaran 0

    S = Kurva Penawaran Tenaga Kerja dipasar

    E1, E0 = Titik Perpotongan antara MRP dengan kurva S

    Apabila kurva MRPo = Do dan MRP1 = D1menunjukkan hasil dari penjualan

    marginal dalam keadaan dimana MRP1 berada diatas MRPo yang berarti tingkat

    penggunaan tenaga kerja hasil dari penjualan marginal yang digambarkan oleh

    kurva MRP1 adalah lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penjualan marginal

    yang digambarkan oleh MRPo. Dapat diasumsikan bahwa harga barang adalah

    sama maka keadaan MRP1 lebih tinggi daripada MRPo yang menggambarkan

    kegiatan produksi yang mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi, dengan kata

    lain kurva diatas menggambarkan jika produktivitas tinggi maka upah yang akan

    diterima juga akan tinggi.

    2.1.7 Masa Kerja

    Masa kerja menurut Susilo (1990 : 108) didasarkan pada suatu pemikiran

    bahwa karyawan senior menunjukkan adanay kesetiaan yang tinggi dari karyawan

    yang bersangkutan pada organisasi dimana mereka bekerja. Masa kerja dihitung

    dari pertama kali tenaga kerja masuk kerja sampai dengan saat penerlitian dilakukan

    yang diukur dalam satuan tahun. Masa kerja juga dapat dilihat dari berapa lama

    tenaga kerja mengabdikan dirinya untuk perusahaan, dan bagaimana hubungan

    antara perusahaan dengan tenaga kerjanya. Dalam hubungan ini untuk menjalin

    kerjasama yang lebih serasi maka masing-masing pihak perlu untuk meningkatkan

  • rasa tanggung jawab, rasa ikut memiliki, keberanian, dan mawas diri dalam rangka

    kelangsungan perusahaan maka tenaga kerja dapat dengan tenang untuk

    berproduksi sehingga produktivitasnya tinggi (Muchdarsyah S. 1987 : 40).

    2.1.8 Usia

    Menurut Hordock (1993) dalam Simanjuntak (2005), Sikap seseorang dalam

    pekerjaan merupakan dasar dalam pemilihan suatu pekerjaan. Sikap seseorang

    terhadap pekerjaan dalam hubungannya dengan lingkungan kerja yang terdiri dari

    pemimpin dan kepemimpinan, suasana kerja, waktu dan jam kerja cukup penting

    untuk diamati. Keadaan seperti ini tidak saja cukup mempengaruhi kualita pekerjaan

    yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan tetapi juga sikap dalam mengahadapi

    masa pensuin yang akan datang. Pada saat seseorang berusia lanjut terdapat satu

    alasan untuk tetap meneruskan pekerjaannya atau tidak, karena setiap orang

    memiliki pemikiran yang berbeda. Sedangkan menurut Masloch (1982) dalam Tuti

    (2003 : 24) pekerja lebih muda cenderung mengalami ketidakberdayaan yang lebih

    tinggi bila dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Hal dapat tejadi dikarenakan

    pekerja yang lebih muda cenderung rendah pengalaman kerjanya jika dibandingkan

    dengan pekerja yang lebih tua, ataupun disebabkan karena faktor lain seperti

    pekerja yang lebih tua lebih stabil, lebih matang, mempunyai pandangan yang lebih

    seimbang terhadap kehidupan sehingga tidak mudah mengalami tekanan mental

    atau ketidakberdayaan dalam pekerjaan.

    Sani (1993) dalam Tuti (2003 : 25) mengatakan bahwa argumentasi terhadap

    gejala tingginya stres yang mewabah pada komunitas kaum muda di Indonesia

    adalah karena faktor usia muda, dengan tingkat produktivitas yang tinggi dan pada

    saat yang sama mereka berhadapan dengan target yang kompetitif.

  • 2.1.8.1 Usia dan TPK

    Tingkat Partisipasi Kerja (TPK) atau juga sering disebut sebagai Labour

    Partisipation Rate (LFPR) yang terdapat dalam suatu kelompok penduduk adalah

    perbandingan angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok

    yang sama. Dengan kata lain TPK adalah jumlah angkatan kerja dibagi dengan

    jumlah tenaga kerja dalam kelompok yang sama. Payaman (1985 : 37) menyatakan

    bahwa TPK mula-mula meningkat sesuai dengan pertambahan umur, kemudian

    menurun kembali menjelang usia pensiun atau umur tua. Peningkatan TPK sesuai

    dengan pertambahan umur dipengaruhi oleh dua hal yaitu:

    a) Jika semakin tinggi tingkat usia, maka akan semakin kecil proporsi penduduk

    yang bersekolah, sehingga TPK pada kelompok umur dewasa lebih besar

    daripada TPK pada kelompok umur yang lebih muda.

    b) Jika semakin tua usia seseorang maka tanggung jawabnya terhadap

    keluarga akan semakin besar.

    Pada saat usia seseorang mencapai tua maka TPK akan mengalami penurunan,

    karena pada usia tersebut akan banyak tenaga kerja yang mengalami masa

    pensiun.

  • Gambar 2.5 : Kurva Hubungan Usia dan TPK

    TPK

    100 -

    90-

    80-

    70-

    60-

    50- L

    40

    30-

    20-

    10- P

    0-

    10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

    Kelompok Umur

    2.2 Teori Teori yang digunakan

    2.2.1 Teori Pengupahan

    1. Teori Neo Klasik

    Kaum Neo Klasik mengasumsikan bahwa ada upaya yang dapat dilakukan oleh

    perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan dengan menggunakan faktor

    produksi, sehingga faktor produksi yang digunakan dapat menerima atau diberi

  • imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marginal dari faktor produksi tersebut

    (Payaman. J. Simanjuntak, 1985). Sehingga pengusaha akan berupaya untuk

    mempekerjakan sejumlah karyawan dan nilai pertambahan marginal seseorang

    dengan gaji yang diterima orang tersebut. Gaji yang dibayarkan oleh pengusaha

    adalah :

    MPPLXPWMPPLW == Dimana :

    W = Tingkat gaji (dalam arti labur cost) yang dibayarkan pengusaha

    kepada karyawan

    P = Harga jual barang (hasil produksi) dalam Rupiah per unit barang

    MPPL = Marginal Physical Product of Labour atau pertambahan hasil

    marginal pekerja yang diukur dalam unit barang per unit waktu.

    VMPPL = Value Marginal Phisical Product of Labour atau nilai pertambahan

    hasil marginal pekerja atau karyawan.

    Yang dimaksud dengan nilai pertambahan adalah hasil marginal karyawan atau

    VMPPL adalah merupakan nilai jasa yang telah diberikan oleh karyawan kepada

    pengusaha. Sedangkan gaji (W) yang diberikan oleh pengusaha terhadap karyawan

    sebagai imbalan terhadap jasa karyawan yang telah diberikan kepada pengusaha.

    Menurut teori Neo-Klasik, karyawan memperoleh gaji senilai dengan pertambahan

    hasil marginalnya. Langkah lain yang dilakukan oleh pengusaha dalam rangka

    memaksimumkan keuntungan adalah dengan memberikan imbalan kepada setiap

    faktor produksi yang sebesar nilai tambahan hasil marginal masing-masing faktor

    produksi tersebut, imbalan untuk modal disebut sebagai rendemen. Besaran

    rendemen menggambarkan harga satu unit modal, tingkatan rendemen sama

    dengan nilai tambahan hasil marginal dari satu unit modal. Dapat dirumuskan :

  • MPPLXPVMPPLr == Dimana :

    r = Tingkat Rendemen Modal

    VMPPL = Nilai Pertambahan Hasil marginal (Value of Marginal Physical of

    Capital)

    P = Harga jual barang produksi

    2. Teori Malthus

    Menurut Malthus upah ditinjau kaitannya dengan pertumbuhan penduduk, upah

    adalah harga penggunaan tenaga kerja. Sehingga tingkat upah yang terjadi adalah

    karena hasil bekerjanya permintaan dan penawaran. Apabila penduduk bertambah

    maka akan dapat menekan tingkat upah, sebaliknya tingkat upah akan naik apabila

    penduduk berkurang dan penawaran tenaga kerjapun akan berkurang.

    3. Teori John Stuart Mills

    Menurut Mills, tingkat upah tidak akan beranjak dari tingkatnya semula.

    Menurutnya dalam masyarakat sudah tersedia dana upah untuk pembayaran upah,

    dunia usaha menyediakan sebagian dananya untuk pembayaran upah. Gaji

    diberikan dengan dasar teori wager fund (teori modal), dimana gaji ditentukan oleh

    kompetisi atau kekuatan permintaan. Dalam arti lain dengan modal yang besar

    berari bahwa yang diproduksi semakin banyak dan secara langsung akan diperoleh

    pendapatan yang lebih besar dan laba akan mudah didapat.

  • 4. Teori Marshall

    Hick-Marshall mengatakan bahwa gaji dipengaruhi oleh elastisitas permintaan,

    elastisitas gaji dapat dikategorikan menjadi empat golongan yaitu :

    a) Apabila terjadi elastisitas harga permintaan dari suatu barang (harga jual)

    maka produksi akan meningkat.

    b) Apabila terdapat faktor lain dari produksi maka akan dapat memudahkan

    substitusi untuk kategori tenaga kerja.

    c) Apabila faktor lain dari penawaran produksi sangat memudahkan

    (penggunaan dari faktor lain dari produksi dapat bertambah atau substansi

    dari kenaikan gaji).

    d) Apabila harga dari karyawan masuk dalam kategori ketenagakerjaan adalah

    bagian yang sangat besar dari harga produksi total.

    5. Teori Kelembagaan

    Menurut kelembagaan, munculnya serikat pekerja atau organisasi masyarakat

    lain memungkinkan terjadi adu kekuatan untuk saling mencapai tujuan masing

    masing. Adu kekuatan ini juga berkaitan dengan penentuan tingkat upah, menurut

    mazhab ini terdapat Bargaining Theory (teori tawar menawar) yaitu jika terdapat 2

    kekuatan yang mempunyai preferensi tingkat upah berbeda. Karena upah

    merupakan bagian dari kesempatan yang terangkum dalam hubungan kerja,

    sehingga tingkat upah mana yang cenderung sepakat. Tingkat kesepakatan yang

    terjadi tergantung pada kekuatan tawar menawar masing masing pihak, apabila

    pihak tenaga kerja yang lebih kuat maka tentu upah akan bergerak naik begitu juga

    bila pihak perusahaan yang lebih kuat.

  • 2.2.2 Teori Upah Produktivitas

    Produktivitas merupakan acuan dari pihak perusahaan dalam menentukan nilai

    upah, bagi perusahaan yang menjadi perhatian utama dalam menentukan tingkat

    upah adalah apa yang diperoleh dari penggunaan tenaga kerja maupun masukan

    lain seperti modal yang dapat terlihat pada hubungan sebagai berikut :

    Fungsi Produksi :

    ),( TkmfQ = Apabila terdapat tambahan M atau Tk sesuai dengan produktivitas masing masing

    maka :

    dTKTkQdM

    MQdQ

    +=

    Apabila M ditambah berdasarkan satuan rupaiah maka :

    TkQRp

    MQRp

    RpTKQRp

    MQdQ

    +

    =

    +

    = ,1,1

    Bila dQ dijual, hasil penerimaan akan sama dengan pendapatan marginal / marginal

    Revenue (MR) yang dapat dirumuskan :

    TkQRp

    MQRpRM

    +=

    Sehingga perusahaan akan dalam posisi optimal bila ;

    MR = MC

  • Biaya marginal ini berasl dari tambahan biaya modal dan tambahan biaya tenaga

    kerja, sehingga terjadi hubungan sebagai berikut :

    TkQRp

    MQRpBM

    +=

    Dalam mekanisme pasar kerja tingkat upah digunakan sebagai sinyal yang

    dipancarkan oleh pihak perusahaan untuk mewakili produktivitas yang

    sesungguhnya. Upah dianggap sebagai sumber penghasilan pokok yang disebut

    human income, sebagai sumber pendapatan tenaga kerja menginginkan agar

    upahnya tercukupi. Oleh karena itu tenaga kerja mempunyai konsep tersendiri

    tentang upah yaitu : tingkat upah perlu mencukupi kebutuhan dan tingginya

    diinginkan agar sesuai dengan harapan ekonomis.Tenaga kerja tidak hanya

    mencukupi kebutuhan sendiri tetapi juga kebutuhan keluarganya, dalam konsep

    textended family kepala rumah tangga harus menanggung kewajiban alimentasi,

    baik secara vertikal maupun horizontal. Tetapi yang menjadi pertimbangan utama

    adalah keluarga inti. Sedangkan yang menjadi pertimbangan bagi pemasok tenaga

    kerja adalah lebih bersifat ekonomis, yaitu upah harus sepadan dengan pengeluaran

    investasi untuk membentuk modal insani untuk meraih pekerjaan.

    2.2.3 Struktur Upah Eksternal

    Tingkat upah terkait dengan struktur tertentu yaitu, jenis keterampilan, jenis

    jabatan, atau lapangan usaha tertentu.

    2.2.3.1 Struktur Upah Sektoral

    Struktur upah sektoral dimaksudkan pada kemampuan satu sektor yang

    berbeda dengan sektor yang lain, misal pada sektor pertanian cenderung

  • menawarkan tingkat upah yang lebih rendah dibangdingkan dengan sektor yang

    lebih membutuhkan keterampilan atau pendidikan.

    2.2.3.2 Jenis Jabatan

    Tingkat upah akan berbeda karena perbedaaan jenis jabatan, karena jenis

    jabatan akan mencerminkan keterampilan yang dimiliki. Jenis jabatan merupakan

    simbol berbagai faktor misal isi jabatan, jenis keterampilan menurut isi jabatan,

    jenjang organisatoris, sehingga perbedaan upah dan jabatan merupakan faktor

    formal.

    2.2.3.3 Geografis

    Perbedaan tingkat upah disebabkan juga karena letak geografis suatu

    pekerjaan, upah di kota besar cenderung akan lebih besar di bandingkan dengan

    upah di kota kecil.

    2.2.3.4 Keterampilan

    Perbedaan tingkat upah yang dikarenakan perbedaan keterampilan juga

    merupakan faktor terpenting, jenjang keterampilan akan sama besarnya dengan

    pekerjaan.

    2.2.3.5 Jenis Kelamin

    Perbedaan jenis kelamin terkesan lebih mencolok, upah untuk wanita akan lebih

    rendah jika di bandingkan dengan laki laki.

    2.2.3.6 Ras

  • Menurut ketentuan hukum perbedaan upah berdasarkan ras sangat tidak

    dianjurkan, tetapi pada kenyataannya hal ini masih sering terjadi dikarenakan produk

    kebudayaan masa lalu. Sehingga tingkat upah akan berbeda untuk mereka yang

    berlainan ras.

    2.2.4 Teori Upah Internal

    Dalam susunan suatu organisasi, terdapat susunan upah yang teratur.

    Berdasarkan isi jabatan. Semakin besar tanggung jawab atas pekerjaan, maka akan

    menjadi pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang berarti bagi

    pekerjaanya.

    2.2.5 Dinamika Pengupahan

    Struktur upah tidaklah statis, melainkan lebih bersifat dinamis. Dinamisnya

    tingkat upah disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

    2.2.5.1 Produktivitas

    Produktivitas merupakan sumber dari pendapatan perusahaan, apabila

    produktivitas tenaga kerja meningkat maka upah juga akan mengalami peningkatan.

    Produktivitas naik karena terjadi perubahan modal dari masing masing tenaga

    kerja.

    2.2.5.2 Besarnya Penjualan

    Penjualan merupakan sumber pendapatan yang menentukan kemampuan suatu

    perusahaan untuk membayar upah tenaga kerjanya.

  • 2.2.5.3 Sikap Pengusaha

    Kecepatan perubahan tingkat upah tergantung dari sikap pengusaha dalam

    menghadapi tekanan ataupun masalah yang ada, terutama yang berkaitan dengan

    tingkat upah. Sikap pengusaha dibedakan menjadi 2 yaitu liberal dan konservatif.

    Yang dimaksud dengan liberal adalah mudah mengizinkan terjadinya perubahan,

    sedangkan sikap konservatif adalah sikap hati hati dalam menghadapi kenaikan

    tingkat upah.

    2.2.6 Suplemen Upah

    Upah dinyatakan dalam bentuk tarif, tarif ditetapkan berdasarkan jenis jabatan

    seseorang. Dalam pengupahan jumlah absolut yang diterima akan ditambah dengan

    jaminan sosial atau fringe benefits. Alasan pokok pembayaran upah ini adalah agar

    take home pay pekerja dapat mencukupi kebutuhan dan memperlancar pekerjaan.

    Misalnya, adanya tunjangan pangan, kesehatan, tanpa jaminan sosial upah belum

    menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar untuk hidup minimal. Sedangkan dalam

    memperlancar pekerjaan, pekerja perlu untuk diberikan cuti untuk penyegaran

    jasmani dari rutinitas, dan fasilitas lain seperti mobil mewah agar menimbulkan citra

    perusahaan yang bagus.

    2.2.7 Game Theory

    Berdasar teori ekonomi mikro yaitu Game Theory. Dalam game teori ini

    dijelaskan bahwa terdapat satu kesatuan yang utuh dalam melakukan suatu proses

    produksi yaitu antara tenaga kerja dengan pemilik perusahaan. Sehingga antara

    keduanya terdapat ikatan emotional yang erat dan kuat, antara tenaga kerja dan

    pemilik yang mempunyai hubungan industrial yang baik maka akan tercipta suasana

    kerja yang kondusif yang akan berdampak positif bagi kedua belah pihak. Dalam

  • teori ini juga dijelaskan bahwa adanya pembagian kerja yang sesuai dengan porsi

    akan mempermudah dalam segala hal, apabila tenaga kerja mendapat kedudukan

    sesuai dengan apa yang miliki sesuai dengan kinerjanya maka akan sangat

    membantu. Begitu juga dengan pemiliki perusahaan, mempunyai bagian / porsi yang

    sesuai dengan kedudukannya. Tetapi bagi para pemilik perusahaan harus tetap

    memperhatikan hak dan kewajiban tenaga kerja yang harus dipenuhi. Apabila

    semua aspek tersebut dapat berjalan sesuai dengan semestinya, maka konflik yang

    terjadi dalam hubungan industrial ini akan dapat diminimalisasikan. Karena jika

    dalam proses pertumbuhan suatu perusahaan terjadi masalah, maka akan

    menyebabkan menurunnya produktivitas tenaga kerja. Tenaga keja yang merasa

    haknya tidak diperhatikan oleh pemilik perusahaan akan dapat melakukan hal-hal

    yang merugikan, mereka merasa produktivitasnya tidak dihargai dan

    mengakibatkan menurunnya produksi yang dihasilkan. Jika hal ini tidak segera

    diatasi maka akan mengakibatkan banyak persoalan lain yang timbul, jika tenaga

    kerja merasa dirugikan maka mereka akan melakukan mogok massal,

    memberhentikan proses produksi sehingga kegiatan produksi akan menurun dan

    pemasukan perusahaan akan berkurang

    2.3 Penelitian Terdahulu

    1. Sulistyowati

    Analisa faktor - faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan (study pada

    karyawan pabrikasi pada P.T P.G. Krebet Baru Bululawang) yang menyatakan

    bahwa variabel upah mempunyai pengaruh yang signifikan atau dengan kata lain

    upah mempunyai korelasi yang positif terhadap produktivitas. Sebagian besar

    karyawan yang bekerja masih berorientasi pada upah yang sekaligus merupakan

  • faktor pendorong bagi karyawan untuk bekerja, begitu juga dengan kesehatan, tetapi

    tidak dengan latihan, latihan tdak mempunyai pengaruh nyata karena apabila ada

    peningkatan latihan bagi karyawan justru akan menurunkan produktivitas atau

    mempunyai korelasi negatif.

    2. Milda Widyastuti

    Pengaruh Tingkat Pendidikan, Masa kerja, Gaji terhadap kinerja karyawan

    tetap di Kantor Wilayah Pegadaian Malang. Untuk mengukur pengaruh berapa

    variabel terhadap kinerja yaitu tingkat pendidikan, masa kerja, gaji memiliki

    pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja karyawan baik secara bersama

    atau parsial. Hasil identifikasi statistik uji parametrik terbukti bahwa variabel yang

    paling berpengaruh adalah pendidikan, sedangkan masa kerja dan upah tidak

    mempunyai pengaruh yang signifikan, hal ini mempengaruhi keputusan perusahaan

    untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi karyawan yang mempunyai kinerja

    lebih baik.

    3. Olivia L. E. Tomasowa

    Faktor Faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri

    kecil mebel di Kelurahan Tanjung. Diperoleh kesimpulan bahwa dari uji regresi linier

    tingkat pendidikan, usia, masa kerja tidak menunjukkan adanya multikolinearitas,

    heteroskeditas, maupun autokorelasi atau bebas dari uii klasik.

  • 2.4 Kerangka Pemikiran

    Gambar 2.6 : Alur Pikir

    Keterkaitan antar variabel

    2.5 Hipotesis

    Latar Belakang Penelitian a. Produktivitas merupakan modal terpenting yang harus dimiliki oleh tenaga kerja, produktivitas

    tenaga kerja akan sangat berguna bagi kelangsungan tujuan suatu perusahaan. b. Produktivitas tenaga kerja tidak boleh dibiarkan begitu saja terutama oleh pihak perusahaan,

    karena produktivitas harus terus dibina dalam berbagai bentuk seperti adanya kenaikan tingkat upah, penghargaan dalam masa kerja, dan toleransi terhadap usia.

    Tujuan Penelitian 1. Mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat upah, masa kerja, usia terhadap produktivitas

    tenaga kerja. 2. Mengetahui pengaruh secara signifikan diantara ke 3 variabel terhadap produktivitas tenaga

    kerja? 3. Mengetahui variabel yang paling dominan berpengaruh diantara 3 variabel bebas diatas

    terhadap produktivitas tenaga kerja?

    Landasan Teori 1. Pengertian Tenaga Kerja, Produktivitas, Tingkat Upah, Masa Kerja, Usia. 2. Teori Teori Produktivitas, Teori Upah.

    Variabel Yang Diteliti 1. Produktivitas Tenaga Kerja

    (Y) 2. Tingkat Upah (X1) 3. Masa Kerja (X2) 4. Usia (X3)

    X1

    X2 Y

    X3

    Analisis Statistik

    Hasil Penelitian Dapat diketahui adanya pengaruh dari tingkat upah, pendidikan, pelatihan terhadap produktivitas tenaga kerja

  • 2.5 Hipotesis

    Hipotesis berasal dari kata Hypo yang berarti kurang dari dan Thesis yang

    berarti pendapatan. Sehingga yang dimaksud dengan hipotesis adalah kesimpulan

    atau pendapat yang masih kurang dan atau dugaan yang masih bersifat sementara

    yang mungkin saja benar atau mungkin salah. Berdasarkan latar belakang, rumusan

    masalah, tujuan penelitian, dan juga landasan teori yang telah ada maka dapat

    dirumuskan suatu hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap

    permasalahan perusahaan yang masih perlu untuk diuji kebenarannya. Maka

    hipotesis yang didapat adalah :

    1. Diduga bahwa variabel Tingkat upah (X1), Masa Kerja (X2), dan Usia (X3)

    berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja.

    2. Diduga bahwa variabel Tingkat upah (X1), Masa Kerja (X2), dan Usia (X3)

    berpengaruh secara dominan terhadap produktivitas tenaga kerja.

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Sesuai dengan tujuannya, penelitian itu merupakan usaha untuk

    menemukan, mengembangkan dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu

    peristiwa atau suatu pengetahuan,dengan menggunakan metode-metode ilmiah

    3.1 Objek Penelitian

    Dalam studi ruang lingkup penelitian adalah Perusahaan rokok Djagung

    Padi Malang, yang berkaitan dengan produktivitas jenis data dan sumber data, dari

    lokasi penelitian dapat di ambil sampel yang dapat mewakili sejumlah penelitian.

    3.2 Jenis Penelitian

    Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan analitis (Analytical

    Deskriptif Approach) baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan

    menggunakan metode survei. Metode analisis statistik yang digunakan adalah

    regresi linier berganda.

    3.3 Data dan Sumber Data

    1. Data primer yang didapat dari hasil wawancara, kuesioner, dan observasi

    yang dilakukan oleh peneliti.

    2. Data sekunder yang diperoleh dari Perusahaan yang bersangkutan,

    Departemen Tenaga Kerja, atau instansi instansi terkait.

  • 3.4 Metode Pengumpulan Data

    Menurut Widodo (1998 : 20) data primer merupakan hasil dari wawancara,

    hasil kuesioner dan observasi.

    1. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data lain. Pelaksanaan dapat

    dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai tetapi

    dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan

    untuk dijawab pada kesempatan lain. Metode wawancara/interview ini

    ditujukan kepada para tenaga kerja bagian linting perusahaan rokok

    Djagung Padi, serta mencari informasi dari manajemen dan pimpinan.

    2. Kuesioner merupakan pengumpulan data dengan memberikan atau

    menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan

    memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Daftar pertanyaan

    tersebut bersifat terbuka jika jawaban tidak ditentukan sebelumnya

    sedangkan bersifat tertutup jika alternatif-alternatif jawaban telah

    disediakan. Metode kuisioner ini diberikan kepada para tenaga kerja bagian

    linting perusahaan rokok Djagung Padi.

    3. Observasi merupakan teknik yang menuntut adanya pengamatan secara

    langsung oleh peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung

    terhadap obyek penelitiannya. Metode ini membandingkan antara apa yang

    diketahui melalui kuisioner dengan wawancara. Dan metode ini ditujukan

    kepada objek yang bersangkutan..

    4. Metode Dokumentasi, yaitu dengan mempelajari atau menggunakan

    catatan-catatan yang ada pada perusahaan yang bersangkutan yang ada

    hubungannya dengan masalah yang diteliti

  • Untuk data sekunder dapat dilakukan dengan studi literatur yaitu mencari data

    melalui buku-buku yang relevan dengan obyek penelitian untuk mendukung data-

    data yang sudah ada, serta mencari informasi melalui internet (artikel dan jurnal),

    informasi melalui media yang berhubungan dengan penelitian ini, dll.

    3.5 Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling

    (pengambilan sampel secara acak yang sederhana) dengan teknik randomnisasi,

    yaitu suatu teknik dengan mengambil individu untuk sampel dari suatu populasi

    dengan cara random, sampel yang diperoleh akan bersifat random sampling jika tiap

    tiap individu diberi kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel.

    Sampel dilakukan dengan cara pengambilan secara undian kepada semua bagian

    yang ada di perusahaan dan tenaga kerja memiliki peluang yang sama untuk dipilih

    menjadi sampel. Sedangkan untuk bagian yang terpilih, maka tenaga kerja bagian

    tersebut akan menjadi responden. Jumlah populasi tenaga kerja bagian pelintingan

    pada perusahaan rokok Jagung Padi Malang adalah 187 orang yang seluruhnya

    berjenis kelamin perempuan dan diambil sampel sebanyak 50 orang, dengan tingkat

    produktivitas dan usia yang berbeda satu sama lain.

    3.6 Metode Analisis data

    Untuk Metode analisis Data yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda

    yaitu :

    eXXXY ++++= 332211 Dimana :

  • Y = Produktivitas (variabel dependen)

    X1 = Tingkat Upah

    X2 = Masa Kerja

    X3 = Usia

    taKons tan= enggangguKoefisienP=

    Error=l / Faktor Pengganggu

    3.7 Definisi Operasional Variabel

    variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

    penelitian. Definisi operasional variabel merupakan penjelasan dari masing-masing

    variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas), yaitu :

    1. Variabel dependen (terikat), merupakan variabel yang terjadi kemudian atau

    akibat yang diperkirakan, dalam hal ini adalah :

    a. Produktivitas kerja tenaga kerja bagian linting (Y), dimana indikator yang

    digunakan adalah banyaknya jumlah linting yang dapat diperoleh tiap

    harinya, dalam satuan linting.

    2. Variabel independen (bebas), merupakan variabel yang terjadi pertama dari

    segi waktu atau sebab yang diperkirakan. Variabel-variabel bebas yang

    digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

    a. Tingkat upah (X1), yaitu besarnya pendapatan yang diterima oleh tenaga

    kerja bagian produksi per bulan sesuai perjanjian kerja, dalam satuan

    rupiah.

  • b. Masa Kerja (X2), yaitu berapa lama tenaga kerja mengabdikan dirinya

    untuk perusahaan yang diukur berdasarkan satuan tahun.

    c. Usia(X3), yaitu besaran umur yang menjadi penunjang produktivitas tenaga

    kerja dalam satuan tahun.

    3.8 Uji Signifikasi

    Uji statistik yang digunakan adalah pendekatan uji tingkat signifikan yaitu uji

    untuk mengetahui kebenaran hipotesa nol (Ho) untuk menentukan diterima tidaknya

    hipotesa tersebut, dapat dilakukan dengan cara melihat perbandingan observasi

    dengan angka tabel pada masing-masing uji dengan derajat bebas tertentu.

    Pada penelitian ini, hipotesa nol dan hipotesa alternatif yang akan diuji

    adalah sebagai berikut :

    Ho : variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

    H1 : variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

    Keputusan untuk menerima atau menolak Ho dibuat atas dasar nilai

    perkiraan yang diperoleh dari hasil observasi (data empiris). Jadi untuk menguji

    benar tidaknya nilai parameter yang dinyatakan dalam Ho akan digunakan suatu

    kriteria uji (test criteria) yang dihitung berdasarkan data yang diteliti. Dalam hal ini

    ada beberapa bentuk pengujian statistik yaitu uji F, uji t, dan pengujian variabel

    yang dominan.

    .

    3.8.1 Uji F

    Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel bebas tersebut secara simultan

    mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Pengujian

  • dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Nilai Fhitung dapat

    dicari dengan rumus

    Fhitung = )1kn(/)R-(1

    k/R2

    2

    Dimana :

    R = Koefisien determinasi

    k = Jumlah variabel bebas

    n = Jumlah sampel

    Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan nilai F dari hasil

    perhitungan dicari (F hitung) dengan nilai F yang terdapat dalam tabel (F tabel) pada

    derajat bebas tertentu df = n k 1, dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah

    jumlah variabel termasuk konstanta dan pada tingkat kepercayaan tertentu ().

    Apabila:

    a. Fhitung < Ftabel atau signifikan F > 5%

    Maka Ho diterima dan H1 ditolak, berarti tidak ada pengaruh

    variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

    b. Fhitung > Ftabel atau signifikan F < 5%

    Maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti ada pengaruh variabel

    bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

    3.8.2 Uji t

    Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel bebas secara parsial atau

    individu mempengaruhi variabel terikat dalam model regresi. Pengujian dilakukan

    dengan membandingkan t hitung dengan t tabel.

  • t hitung = bSB-b

    dimana :

    t = nilai statistik Uji t

    b = koefisien regresi parsial sampel ( estimator )

    B = koefisien regresi parsial populasi

    Sb = standard error koefisien regresi sampel

    Apabila:

    a. t hitung < t tabel atau nilai signifikan t > 5%

    Maka dinyatakan tidak signifikan yang berarti secara parsial variabel

    bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat

    b. t hitung > t tabel atau nilai signifikan t < 5%

    Maka dinyatakan signifikan yang berarti secara parsial variabel bebas

    berpengaruh terhadap variabel terikat.

    3.9 Pengujian variabel yang dominan

    Pengujian berikutnya yaitu mencari variabel yang dominan, dilakukan

    dengan melihat nilai koefisien regresi masing-masing variabel. variabel bebas yang

    memiliki nilai