hubungan disiplin kerja dengan produktivitas …repository.fisip-untirta.ac.id/1180/1/skripsi -...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS
KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENGELOLAAN
KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD )
PROVINSI BANTEN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Ujian Strata Satu Pada Program Studi
Ilmu Administrasi Negara
TATU JAMILAH SALAM
NIM. 060810
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG
2011
ABSTRAK
Tatu Jamilah Salam, Hubungan Disiplin Kerja dengan Produktivitas Kerja Pegawai Pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten. Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2011. Kata Kunci : Disiplin Kerja, Produktivitas Kerja Masalah indisipliner PNS banyak terjadi di beberapa instansi pemerintahan, termasuk pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten. Masih rendahnya disiplin pegawai dapat dilihat dari absensi harian, apel maupun besarnya tingkat perceraian yang diakibatkan dari adanya perilaku indisipliner pegawai. Hal ini sejalan dengan produktivitas kerja pegawai yang masih belum optimal yaitu masih banyak terjadi kesalahan dalam bekerja dan keterlambatan dalam penyerahan laporan keuangan. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif asosiatif, suatu metode yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih, kemudian dianalisis keeratannya melalui statistik parametrik berdasarkan korelasi product moment, dengan skala pengukuran interval. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 338 orang dengan sampel berjumlah 78 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Dari hasil uji statistik parametrik, nilai koefisien korelasi variabel x terhadap variabel y sebesar 0,348 dengan hubungan rendah. Dimana hasil uji signifikansinya (3,236 > 1,994), artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin kerja dengan produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten. Kemudian, didapatkan pula arah hubungan yang positif yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang searah antara variabel x dan y. Peneliti merasa perlu untuk dilakukannya langkah-langkah perbaikan dengan cara melakukan pengawasan dan pengendalian yang intensif dari pimpinan kepada pegawai serta memberikan ruang yang sebesar-besarnya untuk pengembangan profesionalisme dan produktivitas kerja pegawai.
ABSRACT
Tatu Jamilah Salam, Relationship of Disciplinary Working and Labor Productivity at The Department of Finance and Asset Management Areas (DPKAD) of Banten Profince. Public Administration Courses, Faculty of Social Sciences and Political Sciences, University of Sultan Ageng Tirtayasa, 2011. Key Word : Working Disciplinary, Labor Productivity Civil servant disciplinary prblems frequently occur in several government agencies, including the Department of Finance and Asset Management (DPKAD) of Banten Province. The low employees discipline can be seen from daily attendance, the ceremony and the magnitude of divorce rates in The Department of Finance and Asset Management Areas (DPKAD) of Banten Province. This is in line with the labor productivity of employees who are still not optimal wich is still a lot of mistakes in work and delays in submission of financial statement. Research methode used is associative quantitative methode that aims to determine the relationship between two variables or more, and then analyzed by parametric statistics based on the product moment correlation, with the interval measurement scale. Population in this study amounted to 338 peoples with a total sample of 78 peoples. Sampling technique used was simple random sampling. Based on the results of parametric statistical tests, correlation coefficient values of variable x to variable y at 0,348 with a low relationship, where the significance of test results (3,236 > 1,994), meaning that Ho is rejected and Ha is accepted. It’s show that there is a positive and significant relationship between discipline and productivity of employees working in financial services and asset management areas (DPKAD) of Banten Province. Later, also obtained positive direction of the relationship indicates that there is a direct relationship between variable x and variable y. Researcher feel need to undertake remedial measures by conducting intensive surveillance and control of the leadership to employees, providing maximum space for professional development and work productivity of employees
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada peneliti, peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun penyusunan
skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana
(S-1) dengan skripsi yang berjudul : “Hubungan Disiplin Kerja dengan
Produktivitas Kerja Pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Provinsi Banten”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang selalu mendukung peneliti hingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. DR. H. Ahmad Sihabudin, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Dra. Rahmi Winangsih., M.Si., Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Idi Dimyati, S.Ikom., M.Ikom., Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Ketua Prodi pada program
studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
6. Ibu Rina Yulianti, S.IP., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ibu Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si., Dosen Pembimbing I, yang selalu
memberikan pengetahuan, pengarahan, masukan, dan waktunya kepada
peneliti selama pembuatan skripsi.
8. Bapak Anis Fuad, S.Sos., Dosen Pembimbing II, yang senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti.
9. Ibu Ayuning Budiati, S.IP., MPPM., Dosen Pembimbing Akademik, yang
telah memberikan arahan, petunjuk, solusi, serta motivasi kepada peneliti
dalam setiap masalah pekuliahan.
10. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan
sumbangsih ilmu pengetahuan kepada peneliti selama proses perkuliahan,
tanpa bimbingan dan arahan yang diberikan Bapak dan Ibu, peneliti tidak
akan bisa mencapai semua ini.
11. Seluruh staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa yang telah banyak membantu dalam hal keperluan
akademik dan administrasi.
12. Bapak E. Kosasih Samanhudi, Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten yang telah memberikan
rekomendasi dan ijin penelitian kepada peneliti.
13. Bapak Agus Haryanto, S.Sos., M.Si., Kasubbag Umum dan Kepegawaian
yang telah banyak memberikan informasi mengenai disiplin dan
iii
prodktivitas kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPKAD) Provinsi Banten. Terimakasih atas arahan dan
bantuannya.
14. Ibu Tenti, staf Subbag Umum dan yang telah banyak membantu peneliti
dalam mengumpulkan data kepegawaian pada Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten.
15. Seluruh Staf pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Provinsi Banten yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan informasi terkait penelitian yang dilakukan oleh peneliti
selama dalam proses pengambilan data.
16. Bapak Faisal, SH., MM., Kepala Bidang Disiplin dan Kesejahteraan
Pegawai pada Badan Kepegawaian (BKD) Provinsi Banten yang telah
memberikan rekomendasi kepada peneliti untuk mencari dan memperoleh
data yang dibutuhkan peneliti pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
Provinsi Banten.
17. Bapak Srisuyanto, SH,. M.Si., Kasubid Kedudukan Hukum dan Kinerja
Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Banten yang telah
banyak memberikan arahan dan informasi yang dibutuhkan peneliti.
18. Mamah & papah tersayang, yang selalu memberikan cinta yang tulus,
kasih serta doa di setiap hela nafasnya dan dukungannya baik moril
maupun materil yang diberikan tiada henti kepada peneliti hingga
tersusunnya skripsi ini.
iv
19. Mbah & Umi tersayang, yang selalu memberikan doa dan nasihatnya
kepada peneliti.
20. Adikku tersayang ”Ahmad Fachrurrozi Salam”, yang selalu memberikan
semangat dan motivasi kepada peneliti.
21. Keluarga besar Ar-Raudhah & Nurul Hidayah yang senantiasa
memberikan doa dan motivasi kepada peneliti.
22. Orang terdekatku, yang senantiasa menjadi motivasi peneliti hingga
terselesaikannya skripsi ini. Terimakasih untuk semuanya.
23. Kawan-kawan kelas F, G dan H (NR) angkatan 2007 & 2008. Terimakasih
atas dukungannya.
24. Bu Lia, Bu Iim, Bu Tita, Teh Mela, Teh Tia, Teh Ani, Natta, Pa Toyo, Pa
Rifki, Pa Dedi, Neng dan semua teman-teman kantor, terimakasih atas
dukungan dan pengertiannya. ”Bu Lia, terimakasih atas segala bantuannya.
Ini semua sangat berarti untuk peneliti”.
25. Bapak dan Ibu Asnawi beserta keluarga yang senantiasa memberikan
nasihat kepada peneliti.
26. Sahabat-sahabatku di Kosan Muslimah, Teh Amel, Teh Dini, Aal, Nurul,
Dina, dan Teh Ina. Terimakasih untuk keakraban dan hari-hari yang
menyenangkan, serta bantuan dan motivasinya. ”Teh Dini, Teh Ina, Teh
Amel terimakasih atas pinjaman buku-bukunya”.
27. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan serta bantuannya kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
v
Terakhir, sebagai manusia yang tak mungkin luput dari khilaf dan salah,
penulis ingin menyampaikan permohonan maaf setulus-tulusnya atas kekurangan
yang mungkin ada dalam penyusunan skrpsi ini. Penulis juga memohon maaf atas
kesalahan yang penulis lakukan kepada berbagai pihak selama perencanaan,
pelaksanaan, hingga penyusunan skripsi ini selesai. Penulis selalu membuka diri
dan mengharapkan kritik serta saran demi perbaikan di masa depan.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis secara pribadi, serta dapat
menambah wawasan, menjadi sumber informasi, serta inspirasi bagi mahasiswa
lain terkait dengan tema yang peneliti bahas.
Serang, September 2011
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Permasalahan.................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah ....................... 13
1.3 Perumusan Masalah ............................................................... 14
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................... 14
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................. 14
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................. 15
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........... 20
2.1 Deskripsi Teori ..................................................................... 20
2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja .............................................. 21
2.1.2 Jenis-jenis Pelanggaran Disiplin Kerja ......................... 24
2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja ....... 25
2.1.4 Dimensi Disiplin Kerja ................................................. 27
vii
Halaman
2.1.5 Pengertian Produktivtas Kerja ...................................... 29
2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja 30
2.1.7 Tingkat Produktivitas Kerja .......................................... 31
2.1.8 Dimensi Produktivitas Kerja ......................................... 32
2.1.9 Disiplin Merupakan Sarana Penting Untuk Mencapai
Produktivitas ................................................................ 33
2.2 Kerangka Berfikir ................................................................. 34
2.3 Hipotesis Penelitian .............................................................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................. 40
3.1 Metode Penelitian ................................................................. 40
3.2 Instrumen Penelitian ............................................................. 41
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 47
3.4 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ............................ 49
3.4.1 Uji Normalitas Data ...................................................... 51
3.4.2 Uji Validitas Instrumen ................................................ 51
3.4.2 Uji Reliabilitas Instrumen ............................................. 52
3.4.3 Uji Koefisien Korelasi Product Moment........................ 53
3.4.5 Uji Signifikansi ............................................................. 54
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................. 57
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian .................................................. 57
4.1.1 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pengelolaan
Keuangan & Aset Daerah (DPKAD) Prov. Banten ....... 57
viii
Halaman
4.1.2 Uraian Tugas dan Fungsi Unit Kerja Dinas Pengelolaan
Keuangan & Aset Daerah (DPKAD) Prov. Banten ....... 59
4.1.3 Penyajian Data Karakteristik Responden ...................... 60
4.2 Deskripsi Data ....................................................................... 66
4.2.1 Analisis Disiplin Kerja ................................................ 66
4.2.2 Analisis Produktivitas Kerja ........................................ 104
4.3 Pengujian Persyaratan Statistik .............................................. 133
4.3.1 Uji Normalitas Data ...................................................... 133
4.3.2 Uji Validitas.................................................................. 135
4.3.2 Uji Reliabilitas ............................................................ 139
4.4 Uji Hipotesis.......................................................................... 141
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian .................................................. 146
4.6 Pembahasan........................................................................... 148
BAB V PENUTUP.................................................................................. 154
5.1 Kesimpulan............................................................................ 154
5.2 Saran-saran ............................................................................ 155
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 156
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Skorsing / Nilai ..................................................................... 42
Tabel 3.2 Indikator Variabel X ............................................................. 43
Tabel 3.3 Indikator Variabel Y .............................................................. 44
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi .............................................. 54
Tabel 3.5 Waktu Penelitian ................................................................... 56
Tabel 4.2.1.1 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 1 .......................................................................... 69
Tabel 4.2.1.2 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 3 ........................................................................... 72
Tabel 4.2.1.3 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 4 ........................................................................... 75
Tabel 4.2.1.4 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 5 ........................................................................... 77
Tabel 4.2.1.5 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 7 ........................................................................... 79
Tabel 4.2.1.6 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 8 ........................................................................... 81
Tabel 4.2.1.7 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 9 ........................................................................... 84
x
Halaman
Tabel 4.2.1.8 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 10.......................................................................... 86
Tabel 4.2.1.9 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 11.......................................................................... 88
Tabel 4.2.1.10 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 12.......................................................................... 91
Tabel 4.2.1.11 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 13.......................................................................... 93
Tabel 4.2.1.12 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 14.......................................................................... 96
Tabel 4.2.1.13 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 15.......................................................................... 98
Tabel 4.2.1.14 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 16.......................................................................... 101
Tabel 4.2.1.15 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 17.......................................................................... 103
Tabel 4.2.1.16 Rekapitulasi Tanggapan-tanggapan Responden Mengenai
Disiplin Kerja ....................................................................... 104
Tabel 4.2.2.1 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 18.......................................................................... 106
Tabel 4.2.2.2 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 19.......................................................................... 108
xi
Halaman
Tabel 4.2.2.3 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 20.......................................................................... 111
Tabel 4.2.2.4 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 21.......................................................................... 113
Tabel 4.2.2.5 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 22.......................................................................... 115
Tabel 4.2.2.6 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 23.......................................................................... 117
Tabel 4.2.2.7 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 24.......................................................................... 119
Tabel 4.2.2.8 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 25.......................................................................... 121
Tabel 4.2.2.9 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 26.......................................................................... 123
Tabel 4.2.2.10 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 27.......................................................................... 125
Tabel 4.2.2.11 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 28.......................................................................... 127
Tabel 4.2.2.12 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 29.......................................................................... 129
Tabel 4.2.2.13 Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kuesioner 30.......................................................................... 131
xii
Halaman
Tabel 4.2.1.14 Rekapitulasi Tanggapan-tanggapan Responden Mengenai
Produktivitas Kerja ............................................................... 133
Tabel 4.3.1.1 Hasil Uji Validitas Variabel X .............................................. 137
Tabel 4.3.1.2 Hasil Uji Validitas Variabel Y ............................................... 138
Tabel 4.3.2.1 Reliabilitas Variable X........................................................... 140
Tabel 4.3.2.2 Reliabilitas Variabel Y........................................................... 141
Tabel 4.4.1 Uji Koefisien Korelasi Product Moment ................................ 142
Tabel 4.4.2 Interpretasi Koefisien Korelasi............................................... 143
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Hubungan Antara Disiplin Kerja Dengan
Produktivitas Kerja .......................................................... 35
Gambar 2.2 Kerangka Berikir.............................................................. 38
Gambar 4.1.2 Kategori Jumlah Pegawai Menurut Jenis Kelamin ........... 60
Gambar 4.1.3 Kategori Jumlah Pegawai Menurut Usia .......................... 61
Gambar 4.1.4 Kategori Jumlah Pegawai Menurut Domisili ................... 62
Gambar 4.1.5 Kategori Jumlah Pegawai Menurut Status Pernikahan ..... 63
Gambar 4.1.6 Kategori Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan .. 64
Gambar 4.1.7 Kategori Jumlah Pegawai Menurut Masa Kerja ............... 65
Gambar 4.2.1.1 Ketepatan Hadir Pegawai ................................................ 68
Gambar 4.2.1.2 Meninggalkan Tempat Kerja Dengan Ijin Pimpinan ........ 70
Gambar 4.2.1.3 Pemeliharaan Ruang Kerja dan Peralatan Kerja Milik
Kantor ............................................................................. 73
Gambar 4.2.1.4 Tidak Merokok Pada Saat Jam Kerja ............................... 76
Gambar 4.2.1.5 Menyelesaikan Pekerjaan Tepat Waktu ............................ 78
Gambar 4.2.1.6 Pegawai Tidak Tertidur Pada Saat Jam Kerja .................. 80
Gambar 4.2.1.7 Pegawai Terdorong Untuk Selalu Bekerjasama Dalam
Bekerja ............................................................................ 82
xiv
Halaman
Gambar 4.2.1.8 Pegawai Terdorong Untuk Giat Bekerja ........................... 85
Gambar 4.2.1.9 Selalu Menjaga Ketenangan Suasana Kantor Pada Saat Jam
Kerja ............................................................................... 87
Gambar 4.2.1.10 Pegawai Membuat Laporan Kerja Dengan Benar ............ 90
Gambar 4.2.1.11 Tidak Mencatatkan Absen Kerja Rekan Lain ................... 92
Gambar 4.2.1.12 Memberitahukan Pimpinan Bila Ada Kesalahan Dalam
Pekerjaan ........................................................................ 94
Gambar 4.2.1.13 Tidak Menggunakan Fasilitas Kantor Untuk Kepentingan
Pribadi ............................................................................. 97
Gambar 4.2.1.14 Tidak Melakukan Aktivitas Lain Yang Tidak Berhubungan
Dengan Pekerjaan ........................................................... 99
Gambar 4.2.1.15 Tidak Mencari Penghasilan Sampingan di Luar Kantor ... 102
Gambar 4.2.2.1 Pencapaian Target Pekerjaan Yang Maksimal ................. 105
Gambar 4.2.2.2 Kuantitas Kerja Senantiasa Meningkat ............................ 107
Gambar 4.2.2.3 Pegawai Senantiasa Bekerja Dengan Akurat dan Teliti .... 109
Gambar 4.2.2.4 Senantiasa Meningkatkan Kualitas Kerja ......................... 112
Gambar 4.2.2.5 Realisasi Penggunaan Dana Dilakukan Dengan
Sebenar-benarnya............................................................. 114
Gambar 4.2.2.6 Realisasi Penggunaan Fasilitas Kantor Dengan
Sebenar-benarnya ............................................................ 116
Gambar 4.2.27 Penggunaan Waktu Kerja Secara Maksimal .................... 118
Gambar 4.2.2.8 Penguasaan Ketentuan dan Prosedur Kerja ...................... 120
xv
Halaman
Gambar 4.2.2.9 Penguasaan Pengetahuan Akan Tugas Pekerjaan ............. 122
Gambar 4.2.2.10 Penguasaan Teknologi Tinggi Yang Mendukung
Pelaksanaan Pekerjaan ..................................................... 124
Gambar 4.2.2.11 Pegawai Memiliki Skill Yang Berhubungan Dengan
Pekerjaan ........................................................................ 126
Gambar 4.2.2.12 Tepat Dalam Analisa Keputusan Mengenai Pekerjaan...... 128
Gambar 4.2.2.13 Tepat Dalam Analisa Jadwal Penyelesaian Pekerjaan ...... 130
Gambar 4.3.1.1 Hasil Uji Normalitas Data Dengan Histogram .................. 134
Gambar 4.3.1.2 Hasil Uji Normalitas Data Dengan Scatterplot.................. 135
Gambar 4.4.3 Kurva Uji Hipotesis ......................................................... 146
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semua organisasi memiliki visi dan misi untuk kepentingan organisasi
dan dalam pelaksanaannya dikelola dan diurus oleh manusia, hal ini
menjadikan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor sentral dalam suatu
organisasi. Setiap organisasi berupaya agar pegawai yang terlibat dalam kegiatan
organisasi dapat memberikan prestasi kerja dalam bentuk produktivitas kerja yang
tinggi untuk mewujudkan tujuan organisasi.
Dewasa ini, setiap organisasi pemerintah dituntut untuk selalu
meningkatkan profesionalisme pegawainya, yaitu mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, setiap organisasi pemerintah diharapkan selalu
meningkatkan kinerjanya baik dari segi kualitas maupun produktivitasnya. Seperti
kita ketahui, pada umumnya setiap organisasi pemerintah harus bisa
mempertahankan citranya agar dapat menjadi pemerintahan yang berpegang pada
prinsip good governance. Dalam hal ini organisasi pemerintah juga harus bisa
meningkatkan kualitas misalnya dari segi intern organisasi itu sendiri antara lain
peningkatan kualitas pegawainya. Kualitas pegawai dapat dilihat dari disiplin
kerja yang dilakukan sehari-hari. Dengan adanya disiplin kerja yang tinggi
diharapkan dapat meningkatkan output organisasi.
2
Sebagai roda penggerak dari pembangunan bangsa, Pegawai Negeri Sipil
(PNS) sebagai pegawai pemerintahan saat ini dituntut untuk lebih profesional dan
mampu berperan dalam menjalankan roda pemerintahan untuk mewujudkan
administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan
pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,
dengan mempraktekkan prinsip-prinsip good governance (tata pemerintahan yang
baik).
Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1974 Jo Undang-Undang No. 43
tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-undang No. 8 tahun 1974 tentang
pokok-pokok kepegawaian, dijelaskan bahwa Pegawai Negeri adalah setiap warga
Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat
oleh pejabat yang berwenang, diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau
diserahi tugas lainnya, digaji berdasarkan peraturan perundangundangan yang
berlaku dan juga merupakan unsur pelaksana pemerintah, perekat, pemersatu
bangsa dan negara dan juga dipercaya pemerintah untuk mencapai tujuan
nasional. Karena itu Pegawai Negeri disebut sebagai unsur aparatur Negara yang
mempunyai tugas menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintah dan
pembangunan. Peranannya di setiap Negara menjadi sangat penting dan sangat
menentukan. Ironisnya dalam upayanya mewujudkan tata pemerintahan yang
baik, seringkali pandangan-pandangan negatif mengarah kepada jajaran PNS yang
dinilai kurang produktif dan memiliki disiplin yang rendah .
Masalah rendahnya disiplin pegawai sudah menjadi wacana yang familiar
dibicarakan di lingkungan pemerintahan, baik Pemerintah Pusat maupun
3
Pemerintah Daerah. Dalam suatu media masa edisi 4 Maret 2011 dikatakan bahwa
ada 7 penyakit PNS di Indonesia, diantaranya KUDIS (kurang disiplin), KRAM
(kurang trampil), TBC (Tidak Bisa Computer), GINJAL (Gaji ingin naik tapi
kinerja lamban), ASMA (Asal mengisi absen), PUCAT PASI (Pulang cepat
padahal masih pagi), FLU (Facebook-an melulu) dan BATUK (bawaannya
ngantuk). (Media 8.com edisi 4 Maret 2011). Maraknya indisipliner Pegawai
Negeri Sipil (PNS) di berbagai wilayah di Indonesia, seperti beberapa kasus yang
dikutip dari berbagai media sebagai berikut.
1. Di Provinsi Riau, terjadi pungutan liar (pungli) saat penyerahan SK CPNS
serta adanya dugaan suap penerimaan 150 anggota Sat Pol PP pada tahun
2009. (Pusat Pengumuman CPNS (PPCI) Indonesia, 20 April 2011)
2. Di Kabupaten Sumenep, Pemkab Sambas, dan Pemkab Pandeglang PNS
korupsi jam kerja. Ada sekitar 20 PNS terjaring razia. (Pusat Pengumuman
CPNS (PPCI) Indonesia, 20 April 2011)
3. Di Pemkab Lampung, sekitar 109 PNS & honorer (6 PNS dan 103 honorer)
dipecat karena kasus indisipliner pegawai. (Pusat Pengumuman CPNS (PPCI)
Indonesia, 19 April 2011)
4. Di Kabupaten Tangerang, Sekitar 43 PNS di sejumlah dinas pemerintah
daerah setempat yang berpoligami dan PNS perempuan yang jadi istri kedua.
Menurut keterangan BKD, kasus indisipliner menurut PP No. 10 tahun 1983
ini mengalami peningkatan. (Kompas, Edisi 2 Mei 2011), dan lain-lain.
4
Banten merupakan provinsi yang berdiri berdasarkan Undang – Undang
Nomor 23 Tahun 2000, dengan luas 8.651,20 Km2. Letak geografis Provinsi
Banten pada batas Astronomi 105º1'11² - 106º7'12² BT dan 5º7'50² - 7º1'1² LS.
Provinsi Banten terbagi dalam 4 kabupaten dan 4 kota, yaitu Kabupaten
Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Serang serta
Kota Tangerang, Kota Cilegon, Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan. Adapun
jumlah kecamatan di seluruh Banten sebanyak 154 yang terbagi lagi menjadi
1.535 desa/kelurahan. Banyaknya desa ini bertambah 31 unit mulai tahun 2009,
sebelumnya berjumlah 1.504 desa/ kelurahan. (Statistik Banten : Ringkasan
Banten dalam Angka 2010, Edisi 10 Maret 2011)
Sebagai provinsi yang usianya masih terbilang muda, Banten harus
mampu mensejajarkan posisinya dengan provinsi-provinsi lain yang telah maju
dan berkembang dengan pesat seperti DKI Jakarta, DIY Jogjakarta, serta Jawa
Barat sebagai induknya. Ini tidak terlepas dari peran serta para aparat Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan pemerintah provinsi Banten. Krisis produktivitas
maupun indisipliner PNS dialami oleh Pemerintah Provinsi Banten (Pemprov
Banten).
Dalam tahun 2010, telah diproses sebanyak 30 kasus pelanggaran disiplin
terdiri atas Tingkat Pelanggaran Disiplin Ringan sebanyak 14 kasus, pelanggaran
disiplin sedang sebanyak 2 kasus dan pelanggaran disiplin berat sebanyak 14
kasus. Dari 14 kasus pelanggaran berat tersebut menyebabkan 3 orang PNS
diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri. Dibandingkan tahun
2009, secara kuantitatif, jumlah pelanggaran disiplin Tingkat Sedang dan Berat
5
pada tahun 2010 menurun, sementara pelanggaran disiplin ringan jumlah
kasusnya sedikit meningkat. (Statistik Kepegawaian Pemprov Banten Tahun
2010)
Pelanggaran disiplin yang dilakukan PNS di Pemprov Banten juga dapat
dilihat dari salah satu harian ibukota di Provinsi Banten mengenai rendahnya
disiplin kerja PNS di Pemprov Banten. Dikatakan dalam Radar Banten, bahwa
ratusan PNS dan TKK di lingkungan Pemprov Banten akan menjalani sidang di
Inspektorat. Hal ini dilakukan, karena rendahnya disiplin kerja dan tingkat
kehadiran PNS. Sepanjang 2009, terdata lima PNS Pemprov Banten diberhentikan
tidak hormat. Pemberhentian lima PNS Pemprov Banten tersebut karena
melanggar Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 Tahun 2004 tentang netralitas
pegawai negeri sipil (PNS) dan PP Nomor 30/1980 tentang Disiplin
PNS. Sementera 411 lainnya dikenakan sanksi indisipliner berupa teguran,
pemotongan tunjangan kerja, dan penundaan kenaikan pangkat. (Radar Banten,
06 Juni 2010)
Berdasarkan informasi di atas, dapat dirumuskan kecenderungan
rendahnya sikap disiplin dilihat dari absensi dan kehadiran pada apel pagi di
lingkungan Pemerintah Provinsi Banten. Selain itu juga terjadi pelanggaran
Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2004 tentang netralitas PNS, yaitu ikut
terlibat menjadi anggota partai politik. Sementara, seorang PNS tidak boleh
melibatkan diri dalam dunia politik secara aktif karena sesungguhnya
profesionalisme PNS sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan good
6
governance. Bila kondisi tersebut terjadi berlarut-larut tanpa solusi, maka
pencapaian tujuan Pemerintah Daerah Provinsi Banten akan terhambat.
Informasi dari Radar Banten tersebut didukung oleh data statistik
kepegawaian mengenai kasus tingkat pelanggaran berat PNS di lingkungan
Pemprov Banten tahun 2009 sebagai berikut.
1. penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk maksimal
1 tahun, yaitu pelanggaran PP 30/ 1980 dan atau PP 32/ 1979 sebanyak 14
orang;
2. pembebasan dari jabatan, yaitu pelanggaran PP 30/ 1980 sebanyak 2 orang;
3. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS,
yaitu pelanggaran PP 30/ 1980 dan PP 37/ 2004 sebnyak 5 orang;
Memperhatikan hal demikian, faktor manusia dapat dikembangkan sikap
mentalnya ke arah yang lebih baik. Mengembangkan kualitas SDM menjadi
tantangan utama bagi Pemerintah Provinsi Banten. Pelanggaran disiplin kerap
terjadi di lingkungan pemerintahan Provinsi Banten. Berbagai macam ancaman
dan tindakan dilakukan oleh lembaga-lembaga seperti Inspektorat dan Badan
Kepegawaian Daerah Provinsi Banten dalam upaya mengurangi pelanggaran
disiplin pegawai, misalnya berupa teguran, pemanggilan pegawai yang melakukan
tindakan indisipliner, hingga pemotongan penghasilan tambahan bagi PNS yang
diatur dalam Pergub No. 10 Tahun 2010. Namun, memang pada kenyataannya
masalah disiplin pegawai ini menjadi masalah besar yang sulit diselesaikan.
7
Menurut hasil wawancara (12 Mei 2011) dengan Kassubid Kedudukan
Hukum dan Kinerja Pegawai, Bapak Srisuyanto,SH.,M.Si, beliau mengatakan
bahwa secara umum gambaran disiplin PNS di Provinsi Banten sulit untuk
digambarkan dalam bentuk prosentasi atau angka, karena jumlah PNS Provinsi
Banten tiap tahunnya mengalami perubahan. Namun, beliau menjelaskan
beberapa diantaranya banyak terjadinya perceraian yang diakibatkan
perselingkuhan, korupsi, terutama tindakan indisipliner yang paling banyak
terjadi, yaitu apel dan kehadiran pegawai. Dalam rekapitulasi penanganan kasus
pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan pemerintah
provinsi Banten, dalam kurun waktu 2010-2011 ada 66 jumlah penanganan kasus,
53 kasus pada tahun 2010 dan 13 kasus pada tahun 2011 (Januari-Mei). Adapun
jenis hukuman disiplin yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Teguran tertulis sebanyak 40 kasus
2. Pernyataan tidak puas secara tertulis sebanyak 3 kasus
3. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun sebanyak 1 kasus
4. Penudaan kenaikan pangkat selama 1 tahun sebanyak 1 kasus
5. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun sebanyak 12 kasus
6. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun sebanyak 3 orang
7. Pembebasan dari jabatan sebanyak 2 kasus
8. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS
sebanyak 4 orang.
8
Kasus pelanggaran disiplin di lingkungan Pemerintahan Provinsi Banten
yang ditangani langsung oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Banten hanya
untuk kasus pelanggaran disiplin tingkat sedang dan berat. Adapun untuk kasus
pelanggaran disiplin tingkat ringan masih bisa ditindaklanjuti oleh atasan
langsung. Namun sayangnya, seringkali tidak ada laporan atas pelanggaran
disiplin PNS dari beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun
laporan hasil tindaklanjut penanganan kasus pelanggaran disiplin PNS. Oleh
karena itu, sebenarnya masih banyak pelanggaran-pelanggaran disiplin PNS yang
tidak dapat diketahui oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Banten.
Membantu Gubernur dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidang keuangan dan aset daerah, Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) turut berperan dalam
mewujudkan pembangunan di Banten, terutama mewujudkan peningkatan
pendapatan daerah. Bukanlah perkara yang mudah untuk dapat mewujudkan
peningkatan pendapatan daerah di Banten. Hal ini membawa konsekuensi bahwa
produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Provinsi Banten, akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pemerintahan
daerah dan secara tidak langsung akan berdampak terhadap perkembangan
Provinsi Banten. Dengan kata lain, ketidakproduktifan Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) akan menjalar kepada terhambatnya tugas
perangkat daerah lainnya yang kemudian akan menghambat perkembangan
Provinsi Banten. Oleh karena itu, guna meningkatkan sumbangsihnya bagi
perkembangan Provinsi Banten, peningkatan produktivitas kerja pegawai
9
merupakan langkah logis yang dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten. Guna mencapainya, aspek disiplin kerja
haruslah mendapat perhatian yang serius.
Selanjutnya dengan dipilihnya Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Provinsi Banten sebagai locus penelitian dikarenakan oleh hasil laporan
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) yang menyatakan bahwa Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten memiliki masalah kedisiplinan yang
kompleks, diantaranya kehadiran pegawai, besarnya jumlah perceraian PNS, dan
sejumlah pelanggaran terhadap peraturan disiplin PNS. Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah termasuk salah satu SKPD yang pegawainya banyak
yang melakukan perceraian. Bukan masalah perceraiannya yang ingin diteliti,
tetapi tentu saja tingginya tingkat perceraian ini berkaitan dengan tindakan
indisipliner PNS, berupa perilaku PNS yang menjadi salah satu dimensi disiplin.
Pada tahun 2010 saja, kasus perceraian didominasi oleh DPKAD dari 13 kasus
perceraian. 7 kasus perceraian dilakukan oleh pegawai DPKAD, 4 kasus oleh Biro
Umum & Perlengkapan, 1 kasus oleh Badan Pengelolaan Arsip Daerah dan 1
kasus oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Di sini dapat dilihat bahwa lebih
dari 50% kasus perceraian terjadi di DPKAD Provinsi Banten.
Demikian halnya dengan produktivitas kerja pegawai pada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten belum memperlihatkan
hasil kerja yang memuaskan seperti banyaknya kesalahan yang dilakukan pegawai
dalam melaksanakan tugas harian, sering terlambatnya pegawai dalam penyerahan
laporan keuangan, dan perilaku boros dalam menggunakan fasilitas kantor.
10
Dikatakan oleh Kassubag Umum & Kepegawaian pada wawancara tanggal 19
Juni 2011, pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) secara kuantitas sangat cukup bahkan cenderung mengalami kelebihan
pegawai, tetapi secara kualitas masih kurang.
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten
mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan
asas otonomi daerah dan tugas pembantuan di bidang pengelolaan keuangan dan
aset daerah. Dalam pelaksanaan tugas pokok ini, disiplin pegawai menjadi hal
penting yang harus bisa dilakukan oleh setiap pegawai pada Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten.
Berdasarkan hasil observasi peneliti (8 Juni 2011), masih terdapat
pelaksanaan pekerjaan yang menunjukan rendahnya kedisiplinan dan
produktivitas pegawainya, diantaranya masih ditemukan pegawai yang kurang
terampil dalam menggunakan komputer, sehingga lambat dalam menyelesaikan
pekerjaan. Penataan tata letak yang kurang bagus juga membuat pelaksanaan
pekerjaan menjadi kurang efektif, mengakses facebook saat jam kerja, ditambah
lagi dengan keberadaan pegawai yang tidak jelas tugasnya yang disebabkan oleh
terlalu banyaknya pegawai.
Secara umum, upaya peningkatan kedisiplinan PNS pada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) sudah dilakukan dengan baik,
misalnya penggunaan finger print yang diberlakukan jauh sebelum SKPD lain
memberlakukan finger print, ditambah lagi dengan diberlakukannya Peraturan
Gubernur No. 10 tahun 2010 tentang pemotongan tambahan penghasilan bagi
11
PNS. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan Kassubag Umum &
Kepegawaian, Bapak Agus (19 Juni 2011), didapatkan keterangan sebagai berikut.
1. Pada tahun 2009 terdapat 1 orang PNS yang dikenai sanksi berupa penundaan
kenaikan gaji berkala selama 1 tahun karena terjaring razia di rumah makan
pada siang hari di bulan Ramadhan.
2. Pada tahun 2010 terdapat 2 orang yang dikenai sanksi berupa penurunan
pangkat dari II/b ke II/a selama 1 tahun karena masalah ketidakhadiran.
3. Pada tahun 2011 terdapat 1 orang PNS yang dikenai sanksi berupa penurunan
pangkat dari III/c ke III/b karena masalah ketidakhadiran, yaitu yang
bersangkutan tidak masuk kerja selama kurun waktu lebih dari 20 hari dalam
setahun.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat dilihat bahwa upaya peningkatan
disiplin pegawai belum menunjukan hasil yang optimal. Meskipun telah dibuat
aturan yang sangat baik sekalipun, tanpa adanya kerjasama dari seluruh pegawai
untuk dapat menjalankan aturan tersebut. Ini dikarenakan kurang adanya
kesadaran setiap pegawai untuk mentaati aturan tersebut. Berbagai cara dilakukan
untuk mengakali Pergub tersebut. Misalnya, didapati pegawai yang datang
sebelum jam 08.00 WIB untuk absen dan pulang kembali, ataupun dengan budaya
nepotisme.
Selain itu, ketidakproduktifan pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Provinsi Banten dapat dinilai dari keterlambatannya dalam
penyerahan tugas-tugas, seperti laporan pertanggungjawaban kegiatan atau
12
laporan keuangan lainnya. Ini dikarenakan oleh hanya sebagian kecil saja pegawai
yang kredibel dalam penyusunan laporan keuangan. Sebetulnya, perekrutan PNS
pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten didasarkan
pada analisis pekerjaan dan latar belakang pendidikan yang disesuaikan dengan
pekerjaan. Namun, masih banyak ditemukan PNS yang tidak terampil dalam
melakukan pengelolaan keuangan dan aset, terutama dalam pengelolaan barang
dan pembuatan laporan pertanggungjawaban keuangan. Oleh karena itu, sudah
menjadi hal yang lumrah, penumpukan pekerjaan yang banyak tidak dapat
terselesaikan tepat pada wakunya. Dengan tertundanya satu pekerjaan, maka
secara otomatis akan mengganggu penyelesaian pekerjaan atau tugas lainnya atau
penyelesaian pekerjaan/ tugas secara terburu-buru, sehingga penyelesaian
pekerjaan tidak dapat dilakukan secara optimal. Artinya, pengaturan waktu
penyelesaian pekerjaan tidak dilakukan dengan cermat oleh pegawai pada Dinas
Pengelolaan Keuangan & Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten. Kembali lagi
pada masalah produktivitas kerja, ketidakmampuan pegawai dalam penyusunan
laporan keuangan apakah bisa membuktikan produktivitas kerja pegawai pada
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten masih rendah?
Berangkat dari hal-hal yang telah diuraikan diatas, dimana banyak
dijumpai pegawai dengan disiplin yang rendah serta belum tercapainya
produktivitas kerja pegawai di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Provinsi Banten maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan disiplin kerja
dengan produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Provinsi Banten.
13
1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah
Variabel terpenting dalam masalah ini yaitu variabel (X) Disiplin Kerja
dan variabel (Y) Produktivitas Kerja. Sehubungan dengan hal tersebut penulis
mengidentifikasikan beberapa masalah, diantaranya :
1. Rendahnya tingkat disiplin pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Provinsi Banten dalam hal kehadiran (absensi), apel pagi ataupun
tindakan indisipliner lainnya, seperti banyaknya jumlah kasus perceraian PNS.
2. Masih rendahnya tingkat produktivitas Pegawai Negeri Sipil pada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten yang ditandai dengan
banyaknya kesalahan pegawai dalam melaksanakan tugas harian dan
keterlambatan penyerahan laporan keuangan.
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka penulis membatasi
masalah hanya pada lingkup hubungan disiplin kerja dengan produktivitas kerja
pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten
saja. Dengan adanya pembatasan masalah penulis berharap ruang lingkup yang
luas akan diperkecil sehingga pokok masalah penelitian dapat dipecahkan
semaksimal mungkin.
14
1.3 Perumusan Masalah
Atas dasar pengidentifikasian masalah di atas, maka masalah yang
dapat dirumuskan adalah : “berapa besar hubungan disiplin kerja dengan
produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPKAD) Provinsi Banten?”.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian yang dilakukan peneliti adalah untuk
menganalisis hubungan antara disiplin kerja dengan produktivitas kerja
pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD)
Provinsi Banten.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan di kalangan
akademis dalam Bidang Ilmu Administrasi Publik yang pada khususnya
terkait dengan Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran,
kritik dan saran, yang bersifat membangun untuk perkembangan organisasi
dan tata kerja instansi pemerintahan terutama menyangkut disiplin kerja
dan produktivitas kerja pegawai di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPKAD) Provinsi Banten.
15
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini disusun untuk memberikan gambaran umum
tentang penelitian yang dilakukan, sistematika penulisan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah merupakan gambaran tentang ruang lingkup dan
kedudukan masalah yang diteliti.
1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah
Identifikasi masalah menyebutkan permasalahan yang muncul atau yang ada
pada obyek yang diteliti. Identifikasi masalah biasanya dilakukan pada studi
pendahuluan ke obyek yang diteliti, observasi dan wawancara ke berbagai
sumber sehingga semua permasalahan dapat diidentifikasi. Untuk
mempermudah dan menghemat penelitian maka penelitian membatasi
masalah. Pembatasan masalah mencakup pembatasan lokus dan fokus
penelitian.
1.3 Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah mendefinisikan permasalahan yang telah
ditetapkan berdasarkan desain penelitian. Perumusan masalah disusun dengan
memperhatikan maksud dan tujuan penelitian. Perumusan masalah adalah
mendefinisikan permasalahan yang telah ditetapkan dalam bentuk definisi
konsep dan definisi operasional.
16
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan
dilaksanakannya penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan
rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah penelitian.
1.5 Manfaat Penelitian
Sub bab ini menjelaskan manfaat teoritis atau kegunaan terhadap dunia
akademik dan manfaat praktis (membantu memecahkan dan mengantisipasi
masalah yang ada pada obyek yang diteliti) hasil penelitian.
1.6 Sistematika Penulisan
Sub bab terakhir pada bab pendahuluan ini adalah sistematika penulisan yaitu
menjelaskan bab per bab secara singkat dan jelas.
BAB II. DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
Deskripsi teori memuat kajian terhadap sejumlah teori yang relevan dengan
permasalahan dan variabel penelitian sehingga akan memperoleh konsep
penelitian yang jelas.
2.2 Kerangka Berfikir
Sub bab ini menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari
deskripsi teori.
2.3 Hipotesis Penelitian
Pada sub bab ini memberikan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
diteliti dan akan diuji kebenarannya.
17
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Sub bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian.
3.2 Instrumen Penelitian
Sub bab instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan
jenis alat pengumpul data yang digunakan.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam sub bab ini menjelaskan wilayah generalisasi atau proposal penelitian.
Selain itu, menjelaskan penetapan besarnya sampel dan teknik pengambilan
sampel serta rasionalisasinya.
3.4 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Menjelaskan teknik analisa beserta rasionalisasinya yang sesuai dengan sifat
data yang diteliti.
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian yang dilaksanakan.
BAB IV. HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Menjelaskan tentang obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara
jelas, struktur organisasi dari populasi/ sampel yang telah ditentukan serta hal
lain yang berhubungan dengan obyek penelitian.
18
4.2 Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
mempergunakan teknik analisis data yang relevan, baik data kualitatif maupun
data kuantitatif.
4.3 Pengujian Persyaratan Statistik
Melakukan pengujian terhadap persyaratan statistik dengan menggunakan uji
statistik tertentu.
4.4 Pengujian Hipotesis
Melakukan pengujian terhadap hipotesis dengan menggunakan teknik analisis
statistik yang sudah ditentukan semua, seperti korelasi atau regresi, baik
sederhana maupun ganda.
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian
Melakukan penafsiran terhadap hasil akhir pengujian hipotesis. Kendatipun
hasil analisis statistik itu sendiri sudah merupakan suatu kesimpulan namun
belum memadai tanpa ada interpretasi yang dikaitkan dengan rumusan
masalah.
4.6 Pembahasan
Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.
19
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan
mudah dipahami. Selain itu kesimpulan penelitian juga harus sejalan dan
sesuai dengan permasalahan serta hipotesis penelitian.
5.2 Saran-saran
Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti
baik secara teoritis maupun praktis. Seyogyanya saran praktis lebih
operasional sedangkan pada aspek teoritis lebih mengarah pada
pengembangan konsep atau teori.
20
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang
teori dan hasil – hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti,
melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai
referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prdiksi terhadap hubungan
antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah..
Mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan dengan
permasalahan dan variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan
rapi yang digunakan untuk merumuskan hipotesis. Dengan mengkaji berbagai
teori dan konsep-konsep maka kita akan memiliki konsep penelitian yang jelas,
dapat menyusun pertanyaan yang rinci untuk penyelidikan, serta dapat
menemukan hubungan antar variabel yang dieliti. Hasil penting lainnya dari
kajian teori adalah didapatkan kerangka konseptual menurut peneliti, yang di
dalamnya tergambar konstruk dari variabel yang akan diukur. Selain itu dari
kajian teori akan diturunkan dalam bentuk kisi-kisi instrumen.
Deskripsi teori harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan merujuk ke sumber aslinya. Untuk meningkatkan kualitas kajian
teori, pembahasannya perlu dikaitkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu yang
relevan sebagai acuan penelitian yang akan dilakukan.
21
Adapun yang dimaksud dengan teori, dimana teori (theoria) kadang-
kadang disebut sebagai hukum atau dalil. Sistem yang terdiri dari dalil - dalil dan
hipotesa – hipotesa dengan dasar tertentu.
Demikian pula hubungan dalam penelitian ini, teori yang di pergunakan
adalah teori yang berisikan konsep – konsep yang saling berhubungan untuk
menjelaskan hubungan antara variabel yang akan di teliti.
2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja
Salah satu usaha untuk mencapai tujuan organisasi adalah sikap disiplin.
Untuk menjelaskan masalah disiplin kerja, maka perlu diketahui pengertiannya
melalui teori-teori para ahli manajemen.
Menurut Paul & Blanchord (2004: 195), disiplin berasal dari bahasa Latin,
yaitu “Diciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian
serta pengembangan tabiat. Hal ini menekankan kepada pegawai untuk
mengembangkan sikap yang layak terhadap pekerjaannya dan merupakan cara
pengawasan dalam melakukan peranannya dalam hubungannya dengan disiplin.
Hal ini berarti bahwa disiplin kerja sebagai pedoman bagi pengawas, apakah
peraturan-peraturan dan tata tertib di perusahaan telah dilanggar atau dipatuhi oleh
pegawai yang melaksanakan tugas (pekerjaan) di perusahaan tersebut. Disiplin
kerja juga diartikan sebagai sikap ketaatan seseorang terhadap suatu
aturan/ketentuan yang berlaku dalam organisasi yaitu menggabungkan diri dalam
organisasi itu atas dasar adanya kesadaran dan keinsyafan bukan karena adanya
unsur paksaan. Manullang (2001: 199) mengemukakan pengertian pendisiplinan
22
yaitu sebagai suatu sikap, tingkah laku dan peraturan yang sesuai dengan
peraturan perusahaan baik tertulis atau tidak tertulis. Ini berarti bahwa disiplin
pegawai merupakan sesuatu yang telah melekat dan harus dilakukan dalam setiap
organisasi, bisa juga dianggap sebagai suatu budaya kerja yang telah dilakukan
turun temurun oleh setiap anggota organisasi, sehingga baik tertulis maupun tidak
tertulis sikap disiplin selalu ada dan harus diikuti oleh seluruh anggota organisasi.
Menurut Nawawi & Martini (2005: 38), kedisiplinan adalah fungsi
operatif keenam dari Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM). Kedisiplinan
ini merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting, karena semakin baik
disiplin kerja pegawai semakin tinggi prestasi kerja/produktivitas kerja yang akan
dicapainya. Tanpa disiplin kerja yang baik sulit bagi perusahaan untuk mencapai
hasil yang optimal. Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya rasa
tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini
akan mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan mendukung terwujudnya
tujuan perusahaan.
Menurut Kadarman & Udaya (2001: 21) dalam bukunya Pengantar Ilmu
Manajemen, kedisiplinan diartikan bilamana pegawai selalu datang tepat waktu
dan pulang tepat pada waktunya, melaksanakan semua pekerjaan (tugas-tugasnya)
dengan baik, mentaati semua peraturan organisasi serta norma-norma sosial yang
berlaku di masyarakat. Peraturan sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan
dan penyuluhan bagi pegawai, dalam menciptakan tata tertib yang baik dalam
suatu organisasi. Dengan terlaksananya ketertiban, maka diharapkan pegawai
akan bekerja dengan baik, semangat dan moral kerja yang tinggi, yang pada
23
gilirannya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan
perusahaan. Bila hal ini dapat diwujudkan maka tujuan perusahaan akan dapat
dicapai.”
Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, karena
tanpa dukungan karyawan yang baik, maka perusahaan akan kesulitan dalam
mewujudkan tujuannya.
Menurut Kasim (2003: 506) dalam Pengukuran Efektivitas dalam
Organisasi sebagai berikut.
”Disiplin kerja adalah suatu alat dari para manajer untuk mengadakan komunikasi dengan para pekerja yang bertujuan untuk merubah perilaku guna menegakkan disiplin dan menghukum pelanggarnya.”
Seperti contoh, kebanyakan para pekerja sudah terbiasa terlambat datang
bekerja, para pekerja tersebut mengabaikan keselamatan kerja dan lalai dalam
melaksanakan tugas/pekerjaannya, tindakan yang kurang sopan terhadap
pelanggan, menggunakan cara–cara yang tidak pantas terhadap rekan sesama
pekerja dan lain sebagainya. Penegakkan disiplin dapat langsung diberikan
dengan cara memberikan skorsing.
Dari sekian banyaknya definisi yang telah diutarakan diatas, peneliti
menggaris bawahi bahwa inti disiplin kerja itu adalah sikap kesetiaan dan ketaatan
seseorang terhadap peraturan-peraturan baik perbuatan pada suatu organisasi
untuk tujuan tertentu.
24
2.1.2 Jenis-jenis Pelanggaran Disiplin Kerja
Menurut Mathis & Jackson (2002: 40), berdasarkan jenisnya pelanggaran
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Pelanggaran Ringan
Termasuk jenis pelanggaran ringan ini adalah pelanggaran absensi, tidak
memakai pakaian seragam, larangan merokok, tidak cakap dalam bekerja,
melanggar peraturan keamanan, tertidur saat jam kerja, melakukan keributan,
dan terlambat masuk kerja.
2. Pelanggaran Berat
Termasuk kedalam kategori ini adalah menggunakan obat terlarang,
melakukan pencurian, melakukan kecurangan, melakukan tindakan kekerasan
fisik (berkelahi) dengan pengawas, dan melakukan sabotase kegiatan
perusahaan.
Dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, pegawai yang melakukan pelanggaran terhadap aturan disiplin harus
dikenakan tindakan pendisiplinan. Sasaran dari tindakan pendisiplinan antara lain
untuk memperbaiki pelanggar, menghalangi para pegawai yang lain melakukan
kegiatan-kegiatan yang serupa, dan menjaga berbagai standar kelompok tetap
konsisten dan efektif. (LAN, 2003: 308)
25
Menurut Prawirosentono (2009: 36-37), setelah diadakan inventarisasi
ditemukan beberapa jenis pelanggaran disiplin kerja yang sering dilakukan oleh
PNS, antara lain :
1. Korupsi; 2. Tidak melaksanakan, menyelesaikan, melayani tugas-tugas tepat waktu
baik dengan maksud atau tidak dengan maksud untuk mendapatkan sesuatu;
3. Datang/pulang kantor tidak tepat waktu; 4. Menyalahgunakan wewenang; 5. Segala tindakan yang melanggar peraturan kedinasan/perintah
kedinasan; 6. Segala tindakan yang melanggar peraturan perundang-undangan di
bidang disiplin kerja pegawai; dan 7. Melakukan perusakan sistem/mekanisme kerja.
2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Menurut Rustandi (2008: 125), penegakan disiplin kerja tergantung dari
tiga faktor, yaitu:
1. Kemampuan dan kesungguhan seseorang untuk melaksanakan tugas
pekerjaannya sesuai dengan peraturan dalam organisasi
Penegakan disiplin kerja dapat diwujudkan apabila pegawai memiliki
kemampuan dan kesungguhan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Kemampuan dan kesungguhan untuk bekerja dapat
memberikan dorongan dan semangat menyelesaikan pekerjaan secara efisien
dan efektif. Kemampuan kerja sebagai prasyarat untuk mewujudkan
kesanggupan pegawai melaksanakan pekerjaan. Untuk itu pekerja perlu
disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai. Disamping itu,
kesungguhan pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya harus ditanamkan
26
sedini mungkin, agar dapat menjadi dorongan dan semangat untuk memacu
upaya mengatasi segala rintangan yang dihadapi dalam pekerjaannya. Untuk
itu, setiap pekerjaan yang masuk kerja agar ditanamkan kesadaran akan
kewajibannya menjalankan segala ketentuan dan norma-norma yang berlaku
dalam organisasinya.
2. Ketaatan dan kepatuhan terhadap segala peraturan yang berlaku
Ketaatan sebagai sikap dan perilaku pegawai untuk menaati segala peraturan
dan ketentuan yang berlaku. Ketaatan dalam hal ini adalah kesanggupan dan
kemampuan seseorang pegawai negeri sipil, untuk mentaati segala peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku serta mempunyai kesanggupan untuk
tidak melanggar peraturan yang berlaku. Dalam rangka menegakkan
kedisiplinan kerja, maka setiap pegawai negeri agar dan selalu melaksanakan
tugas dengan penuh rasa tanggung jawab serta tidak melakukan perbuatan
tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, maupun
kelompok, dan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apa pun yang
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Sikap kerjasama dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya
Dalam mewujudkan kedisiplinan kerja diperlukan pula sikap kerjasama
diantara pegawai, sebab melalui kerjasama segala tugas pekerjaannya akan
menjadi ringan dan mudah dilaksanakan. Kerjasama merupakan perbuatan
yang dilaksanakan secara bersama-sama yang menimbulkan akibat yang
sebetulnya tidak akan terjadi kalau dikerjakan oleh masing-masing sendiri.
Dengan demikian kerjasama merupakan rangkaian perbuatan yang
27
dilaksanakan secara bersama-sama dengan pegawai lain dalam menyelesaikan
suatu tugas yang ditentukan, sehingga mencapai efektifitas kerjanya.
2.1.4 Dimensi Disiplin Kerja
Disiplin kerja menurut Soedjono (2004: 67) adalah perilaku yang
menunjukan nilai ketaatan dengan dimensi antara lain.
1. Attendance/kehadiran
Masalah kedisiplinan yang paling utama yang umumnya terjadi pada berbagai
perusahaan/organisasi adalah masalah kehadiran. Kegiatan organisasi tidak
akan berjalan mulus dan lancar jika ada salah seorang pegawai yang absen
atau tidak hadir tanpa izin atau tanpa pemberitahuan sebelumnya. Selain itu,
pegawai juga tidak boleh absen tanpa ada izin dari atasan/pimpinan, serta
tidak boleh meninggalkan tempat kerja tanpa permisi/izin kepada pimpinan
terlebih dahulu.
2. On the job behaviour/perilaku dalam bekerja
Pegawai juga dituntut untuk senantiasa menjaga perilakunya dalam bekerja
agar sesuia dengan standar-standar dan norma-norma yang telah ditetapkan
organisasi. Jika perilaku pegawai dalam bekerja sudah sesuai dengan yang
diharapkan oleh organisasi, maka umumnya tujuan organisasi yang ingin
diraih akan mudah tercapai. Perilaku bekerja yang umumnya tidak sesuai
dengan peraturan organisasi atau melanggar aturan disiplin dari organisasi
antara lain: merusak peralatan milik kantor, membawa senjata tajam atau
28
senjata api, menyerang karyawan lain sehingga menimbulkan kejahatan yang
serius, mabuk, melakukan pelecehan seksual, mengabaikan aturan
keselamatan kerja, tidur pada saat jam kerja masih berlangsung, pekerjaan
yang tidak diselesaikan atau cacat, bermalas-malasan, mengabaikan dalam
membuat laporan kecelakaan, berjudi, berkelahi, dan berbuat kasar kepada
rekan sekerja.
3. Dishonesty/Ketidakjujuran
Pegawai yang baik adalah pegawai yang selalu jujur dalam bersikap dan
bertutur kata, sedangkan pegawai yang tidak baik adalah pegawai yang tidak
jujur dalam bertindak dan bertutur kata sehingga dapat merugikan organisasi.
Oleh karena itu organisasi menetapkan sanksi kepada pegawai yang tidak jujur
dalam bekerja untuk menghindari ketidakjujuran dari pegawai yang dapat
merugikan organisasi. Contoh perilaku yang tidak jujur didalam bekerja antara
lain: mencuri, sengaja memalsukan laporan, mencatatkan kartu absen orang
lain, menyembunyikan pekerjaan yang cacat atau tidak sempurna, dan
kegiatan bawah tanah/rahasia.
4. Outside activities/Aktivitas di luar kantor
Setiap organisasi tentu mengharapkan untuk dapat memiliki pegawai yang
loyal terhadap organisasi, karena pegawai yang loyal tersebut merupakan aset
yang sangat penting dan sangat berharga untuk dipertahankan oleh organisasi.
Untuk dapat menciptakan loyalitas para pegawai, organisasi merancang
kebijakan sedemikian rupa, khususnya kebijakan dalam hal remunerasi untuk
29
dapat memuaskan para pegawai sehingga pegawai tersebut tidak mudah
dibajak oleh organisasi lain, karena jika pegawai tidak puas terhadap
pekerjaannya, maka akan berimbas pada perilakunya yang tidak loyal terhadap
perusahaan, diantaranya yaitu: melakukan aktivitas lain yang tidak disahkan
diluar pekerjaan, melakukan kegiatan/tindakan kriminal diluar, dan mencari
upah sampingan diluar pekerjaan.
2.1.5 Pengertian Produktivitas Kerja
Meningkatkan produktivitas pegawai merupakan keinginan setiap
organisasi. Organisasi atau instansi selalu berusaha agar terjadi peningkatan
produktivitas melalui berbagai cara, diantaranya melalui penegakkan disiplin
kerja.
Menurut Samsudin (2005: 97) dalam Manajemen Sumber Daya Manusia
menyatakan definisi produktivitas sebagai berikut. .
”Produktivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu product, result, outcome yang berkembang menjadi kata “productive” yang berarti menghasilkan, dan productivity is having the ability to make or create. Perkataan itu dipergunakan dalam bahasa Indonesia menjadi produktivitas yang berarti kekuatan atau kemampuan menghasilkan sesuatu.”
Sastrodiningrat (2008: 44) dalam Manajemen dan Kepemimpinan
mengemukakan pengertian produktivitas sebagai berikut.
”Produktivitas berasal dari kata sifat yang diberikan kepada sesuatu yang mempunyai kekuatan atau kemampuan untuk memproduksi sesuatu. Produktivitas mengandung beberapa pengertian, pada level filosofis, manajerial, dan teknis operasional.”
30
Selanjutnya Soesanto (2007: 105) mengatakan dalam buku Manajemen
Aktual sebagai berikut.
” Produktivitas kerja adalah hubungan antara kualitas yang dihasilkan dengan jumlah jam kerja yang digunakan untuk mencapai hasil itu.”
Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
produktivitas kerja adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan barang/jasa
dengan menggunakan berbagai sumber produksi sesuai dengan mutu/kualitas dan
jangka waktu yang telah ditetapkan perusahaan.
2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Syaidan (2007: 46) mengatakan ada tiga faktor yang mempengaruhi
produktivitas pegawai yaitu:
1. Kualitas dan kemampuan fisik pegawai dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, akumulasi latihan, pengalaman kerja, motivasi kerja, etos kerja, sikap mental dalam bekerja yang berorientasi pada produktivitas. Hal ini memerlukan waktu yang relatif lama dan teknik-teknik tertentu antara lain dengan menciptakan kualitas kehidupan kerja yang kondusif dan hubungan kerja yang harmonis.
2. Sarana pendukung kerja seperti perbaikan tingkat kesejahteraan, kompensasi finansial, jaminan sosial peningkatan kesejahteraan akan menumbuhkan kepastian akan kelangsungan pekerjaan dan penghasilan yang diperoleh di hari tua.
3. Supra sarana yang mencakup efektivitas manajemen hubungan industrial dan kebijakan pemerintah. Pendefinisian efektivitas tidak saja mengacu kepada proses fisik yang mentaransformasikan input menjadi output, akan tetapi juga terhadap faktor yang mempengaruhi proses pencapaian efektivitas sendiri. Aspek-aspek non fisik seperti sistem organisasi, manajemen, birorasi, kesehatan kerja, jaminan keamanan, dan lain sebaginya berperan besar dalam aktivitas karyawan, sekaligus sebagai wahana untuk membentuk kultur kerja yang lebih produktif.
31
Kemampuan manajemen menggunakan sumber-sumber maksimal dan
menciptakan sistem kerja yang optimal akan menentukan tinggi rendahnya
produktivitas kerja karyawan. Secara makro faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas adalah : a) Status sosial ekonomi, b) Kualitas fisik, c) Teknostruktur,
d) Kualitas non fisik, e) Peraturan birokrasi, dan f) Gaya kepemimpinan. Ndraha
(2007: 193) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja karyawan yaitu motivasi, kepuasan kerja, tingkat stress,
kondisi fisik karyawan, sistem kompensasi, desain pekerjaan dan aspek-aspek
ekonomis, teknis serta perilaku lainnya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi utama
pegawai yang semakin penting dan menentukan tingkat produktivitas pegawai
yaitu pendidikan, motivasi, semangat, ketrampilan, sikap dan etika kerja, gizi dan
kesehatan, tingkat penghasilan, lingkungan dan iklim kerja, tehnologi, sarana
produksi, managemen, kesempatan berprestasi dan jaminan sosial, dengan
harapan agar pegawai semakin gairah dan mempunyai semangat dalam bekerja
dan akhirnya dapat mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produktivitas
kerja.
2.1.7 Tingkat Produktivitas Kerja
Menurut Amstrong (2008: 99) tingkat produktivitas dibagi tiga tingkatan
yaitu:
1. Produktivitas internal adalah tingkat pencapaian target melalui sesuatu yang harus dihasilkan sebagai keluaran yang direncanakan dalam jangka waktu tertentu.
32
2. Produktivitas eksternal adalah tingkat pendayagunaan atau kemanfaatan hasil yang dicapai suatu organisasi kerja oleh masyarakat, khususnya di lingkungan lapangan kerja atau kelompok masyarakat yang memerlukannya. Dengan kata lain produktivitas kerja diukur dari segi berguna atau tidaknya hasil yang dicapai di masyarakat.
3. Produktivitas individu atau kelompok adalah hasil kerja yang menggambarkan produktivitas yang bersumber dari kemampuan pegawai secara individual dalam bekerja. Produktivitas itu dapat dihitung dari perbandingan antara hasil kerja pegawai dalam bentuk uang dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan sesuatu.. Produktivitas pegawai tercermin dari ketekunan, disiplin, ketepatan penggunaan metode, atau cara bekerja, dan lain-lain.
Ini berarti bahwa untuk menilai tingkat produktivitas pegawai, dapat
dilihat dari beberapa tingkatan, yaitu tingkatan internal, eksternal dan individu,
yang semuanya ini dinilai berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda.
2.1.8 Dimensi Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja menurut pendapat Priadi (2003: 323) adalah
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan waktu kerja dengan dimensi antara
lain:
1. Efektivitas
Mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian
target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Indikator
efektivitas meliputi pencapaian target, keakuratan dan ketelitian, serta
sedikitnya kesalahan pegawai.
2. Efisiensi
Berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi
penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Efisiensi
33
merupakan suatu ukuran dalam membandingkan input yang direncanakan
dengan input yang sebenarnya. Dengan kata lain, efisiensi berkaitan dengan
realisasi penggunaan input dalam bekerja. Indikator efisiensi meliputi:
realisasi penggunaan dana, realisasi penggunaan fasilitas kerja, dan realisasi
penggunaan waktu dengan optimal.
3. Pengetahuan terhadap bidang pekerjaan
Pengetahuan terhadap bidang pekerjaan memiliki indikator antara lain:
penguasaan terhadap ketentuan dan prosedur kerja, pengetahuan akan tugas
pekerjaan, dan penguasaan terhadap teknologi tinggi untuk mempermudah
pekerjaan.
4. Keterampilan
Kepandaian atau kelincahan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya
diantaranya dipengaruhi oleh pendidikan yang dicapai dan keterampilan yang
dimiliki oleh pegawai. Hal yang dijadikan tolak ukur keterampilan
diantaranya: memiliki skill yang berhubungan dengan pekerjaan, tepat dalam
analisa keputusan, dan tepat dalam analisa jadwal pekerjaan.
2.1.9 Disiplin Merupakan Sarana Penting Untuk Mencapai Produktivitas
Dari berbagai pengertian disiplin dan produktivitas dapat disimpulkan
bahwa disiplin mendorong produktivitas atau disiplin merupakan sarana penting
untuk mencapai produktivitas.
Dikatakan oleh Muchdarsyah (2005: 148), proses menuju ke arah
produktivitas berkaitan erat dengan Pengembangan Sumber Daya Manusia, yakni
34
: proses transformasi potensi manusia menjadi kekuatan efektif untuk mencapai
tujuan tertentu.
Pengembangan Sumber Daya Manusia dapat dicapai melalui proses
terpadu dari pendidikan, latihan dan pengembangan. Melalui proses terpadu
tersebut diharapkan dapat ditumbuhkan kesadaran bermsyarakat, berbangsa dan
bernegara dalam pengertian menghayati hak dan kewajiban seagai warga negara,
yang merupakan landasan penting untuk pengembangan disiplin.
2.2 Kerangka Berfikir
Hubungan antara disiplin kerja dengan produktivitas kerja pegawai
diperkuat oleh pendapat Ravianto yang menyatakan bahwa disiplin kerja sangat
dominan atas keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan kepada
pegawai secara efektif, disiplin kerja mempunyai hubungan yang erat dengan
produktivitas kerja pegawai. Seseorang yang memiliki disiplin kerja yang tinggi
akan bekerja secara produktif.
Disiplin dapat dikembangkan dengan cara menghargai waktu, tenaga dan
biaya. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, produktivitas kerja adalah
kemampuan seseorang untuk menghasilkan barang/jasa dengan menggunakan
berbagai sumber produksi sesuai dengan mutu/kualitas dan jangka waktu yang
telah ditetapkan. Prestasi kerja ini sulit diwujudkan tanpa memegang teguh
norma-norma yang telah disepakati. Dengan mengikuti norma-norma ini, maka
pekerjaan yang sulit sekalipun akan dapat diselesaikan karena mendapat
dukungan dari semua pihak. Konsekuensinya, hasil pekerjaan akan lebih baik dan
35
dapat dijadikan sebagai refleksi produktivitas kerja pegawai Disiplin kerja
diyakini merupakan faktor penentu utama terhadap kesuksesan suatu organisasi.
Tujuan Organisasi
Produktivitas Kerja Sumber Daya Sistem & Teknologi Strategi Logistik Individual Perilaku Nilai Disiplin Kerja (Sikap ketaatan terhadap peraturan)
Sumber : Ravianto. 2007. Cara Meningkatkan Produktivitas Pegawai. Jakarta: Gramedia Utama.
Gambar 2.1
Skema Hubungan Antara Disiplin Kerja dengan Produktivitas Kerja
36
Pada gambar tersebut tampak hubungan antara disiplin kerja dan
produktivitas kerja dalam upaya pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
Pola hubungan tersebut berlaku bagi semua jenis organisasi, termasuk pola
didalamnya organisasi pemerintahan. Keberhasilan suatu organisasi dalam
menerapkan aspek-aspek atau nilai-nilai disiplin kerja dapat mendorong
organisasi tersebut tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Pegawai yang
sudah memahami keseluruhan nilai-nilai disiplin kerja akan menjadikan nilai
tersebut suatu kepribadian bagi dirinya. Hal ini sangat menentukan bagi organisasi
dan individu-individu dalam melaksanakan pekerjaan, berinteraksi dengan
lingkungan, serta cara-cara mengelola pegawai secara internal.
Berdasarkan uraian diatas terutama mengacu pada pendapat Ravianto,
maka dapat diduga bahwa terdapat hubungan yang positif antara disiplin kerja
dengan produktivitas kerja pegawai. Dengan kata lain, makin tinggi disiplin kerja,
makin tinggi pula produktivitas kerja pegawai. Sebaliknya, makin rendah disiplin
kerja, makin rendah pula produktivitas kerja pegawai.
Disiplin kerja merupakan sikap ketaatan seseorang terhadap suatu
aturan/ketentuan yang berlaku dalam organisasi yang ditunjukkan dengan
ketepatan waktu hadir, menunjukan perilaku yang baik dalam bekerja, kejujuran
dalam bekerja, dan ketiadaan aktivitas lain di luar jam kerja. Sedangkan
produktivitas merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan barang/jasa
dengan menggunakan berbagai sumber produksi sesuai dengan mutu/kualitas
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Unsur produktivitas kerja meliputi:
efektivitas, efisiensi, pengetahuan terhadap bidang pekerjaan, dan penguasaan
37
keterampilan. Selanjutnya variabel disiplin kerja diambil dari teori Soedjono
mengenai disiplin kerja, sedangkan variabel produktivitas kerja diambil dari teori
Priadi yang menggambarkan bagaimana seseorang bisa produktif.
38
Dengan berpedoman pada teori-teori di atas, peneliti mengembangkan
kerangka berfikir sebagai berikut.
Gambar 2.2
Kerangka Berfikir
X Y
Disiplin Kerja : sikap ketaatan seseorang terhadap suatu aturan/ketentuan yang berlaku dalam organisasi yang ditunjukkan dengan ketepatan waktu hadir, menunjukan perilaku yang baik dalam bekerja, kejujuran dalam bekerja, dan ketiadaan aktivitas lain di luar jam kerja.
Produktivitas Kerja : kemampuan seseorang untuk menghasilkan barang/jasa dengan menggunakan berbagai sumber produksi sesuai dengan mutu/kualitas dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Dimensi Disiplin Kerja (Teori Soedjono) : 1.Attendance/ kehadiran
2.on the job behavior/ perilaku dalam bekerja
3.dishonesty/ kejujuran 4.Outside Activities/
kegiatan di luar kantor
Dimensi Produktivitas (Teori Priadi) :
1. Efektivitas 2. Efisiensi 3. Pengetahuan
terhadap bidang pekerjaan
4. keterampilan
Hubungan antara disiplin kerja dan produktivitas kerja (Teori Ravianto ) : Disiplin kerja sangat dominan atas keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan kepada pegawai secara efektif, disiplin kerja mempunyai hubungan yang erat dengan produktivitas kerja pegawai. Seseorang yang memiliki disiplin kerja yang tinggi akan bekerja secara produktif.
39
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian. Hipotesis dapat juga diartikan sebagai tahapan selektif yang
memberikan penekanan terhadap hal-hal yang menjadi pengecualian atau hal-hal
yang merupakan konsekuensi dari suatu fenomena sosial tertentu. Rumusan
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Ho → ρ = 0, berarti tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara disiplin kerja dengan produktivitas kerja pegawai pada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten.
2. Ha → ρ ≠ 0, berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
disiplin kerja dengan produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten.
Berdasarkan beberapa teori dan asumsi pendukung lainnya, peneliti
merumuskan hipotesis bahwa ”terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara disiplin kerja dengan produktivitas kerja”.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode Penelitian ini sangat erat dengan tipe penelitian yang digunakan
karena tiap – tiap tipe penelitian dan tujuan penelitian yang didisain memiliki
konseptual pada pilihannya.
Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan untuk mendapatkan
informasi secara tepat dan gambaran yang lengkap dan faktual mengenai
khususnya hubungan antara disiplin kerja dan produktivitas kerja pegawai pada
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten.
Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif lebih banyak menggunakan instrumen dalam
mengumpulkan data. Data kuantitatif ini data yang berbentuk angka.
Pada penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan tipe penelitian
survey. Menurut Kerlinger (1973) dalam Sugiyono (2007: 7), dalam Metode
Penelitian Bisnis menjelaskan bahwa :
“ Metode penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang di pelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan – hubungan antar variable sosiologis maupun psikologis. Penelitian survey pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam.”
41
Penelitian ini menurut tingkat eksplanasinya menggunakan penelitian
asosiatif / hubungan di mana menurut Sugiyono (2007: 11) dalam buku Metode
Penelitian Bisnis menjelaskan bahwa :
“Penelitian Asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan tetinggi dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komparatif”.
3.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat
pengumpul data yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan
kualitas instrument (validitas dan reliabilitasnya). Instrumen penelitian digunakan
untuk mengukur variable yang diteliti.
Dalam penelitian ini pengukuran yang digunakan oleh peneliti untuk
variabel X dan variabel Y adalah skala pengukuran instrumen Skala Likert maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item
instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif yang berupa kata-kata antara lain seperti :
42
Tabel 3.1
Skoring/ Nilai
Jawaban Skor Sangat Setuju 5
Setuju 4 Ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2 Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : Sugiyono (2007: 87)
Dalam penelitian yang berjudul Hubungan Antara Disiplin Kerja dengan
Produktivitas Kerja Pegawai Pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Provinsi Banten terdapat dua variabel.
Adapun bentuk hubungan dari kedua variabel tersebut adalah hubungan
simetris, yaitu suatu bentuk hubungan karena munculnya bersama-sama. Dalam
hubungan simetris ini tidak ada hubungan kausal/ sebab akibat, seperti X
mempengaruhi Y ataupun sebaliknya. Variabel X sebagai variabel bebas dan
Variabel Y sebagai variabel terikat.
Berikut indikator dari variabel Hubungan Antara Disiplin Kerja dengan
Produktivitas Kerja Pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Provinsi Banten, yang akan dipaparkan tentang instrumen dan kisi -
kisi penelitian sebagai berikut.
43
Tabel 3.2
Indikator Variabel X
Konsep Variabel Dimensi Indikator Item
Pertanyaan
Disiplin Kerja Disiplin Kerja Kehadiran - Ketepatan hadir - Absendengan
ijin - Meninggalkan
tempat kerja dengan ijin pimpinan
1, 2, 3
Perilaku dalam Bekerja
- Pemeliharaan ruang kerja dan peralatan kerja milik kantor
- Tidak merokok pada saat kerja
- Bersikap ramah terhadap lingkungan kerja
- Menyelesaikan pekerjaan
- Tidak tertidur pada saat jam kerja
- Kerjasama dalam jam kerja
- Terdorong untuk giat dalam bekerja
- Menjaga ketenangan suasana pada saat kerja
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11
Ketidakjujuran - Membuat laporan kerja
12, 13, 14, 15
44
dengan benar - Tidak
mencatatkan absen kerja rekan lain
- Memberitahu pimpinan bila ada kesalaan dalam pekerjaan
- Tidak menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi
Aktivitas di luar kantor
- Tidak dapat melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan
- Tidak mencari penghasilan sampingan di luar kantor
16, 17
Sumber : Soedjono (2004: 67)
Tabel 3.3 Indikator Variabel Y
Konsep Variabel Dimensi Indikator Item
Pertanyaan
Produktivitas Kerja
Produktivitas
Kerja
Efektivitas - Pencapaian
target
- Kuantitas kerja
yang
meningkat
18, 19, 20, 21
45
- Bekerja dengan
akurat dan teliti
- Kualitas kerja
meningkat
Efisiensi - Realisasi
penggunaan
dana
- Realisasi
penggunaan
fasilitas
- Realisasi
penggunaan
waktu kerja
22, 23, 24
Pengetahuan
terhadap bidang
pekerjaan
- Penguasaan
ketentuan dan
prosedur kerja
- Pengetahuan
akan tugas
pekerjaan
- Penguasaan
teknologi
tinggi
25, 26, 27
Keterampilan - Memiliki skill
yang
berhubungan
dengan
pekerjaan
- Tepat dalam
analisa
keputusan
- Tepat dalam
analisa jadwal
pekerjaan
28, 29, 30
Sumber : Priadi (2003: 323)
46
Penelitian kuantitatif sangat berbeda dengan penelitian kualitatif, dimana
dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu
sendiri, sedangkan dalam penelitian kuantitatif umumnya peneliti menggunakan
instrumen sebagai alat ukur untuk mengumpulkan data. Pada penelitian ini,
instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah berdasarkan teknik pengumpulan
data sebagai berikut :
a. Observasi / pengamatan
Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data
dalam suatu penelitian, merupakan suatu studi yang disengaja dan sistematis
tentang keadaan sosial dengan jalan mengamati dan mencatat.
b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti. Wawancara dilakukan dengan tanya jawab kepada pihak yang menjadi
obyek penelitian guna mencari data. Wawancara dilakukan secara berstruktur
melalui penyebaran angket.
c. Kuesioner/ angket
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-
formulir yang berisi pertanyaan atau pernyataan yang diajukan kepada
responden untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang
diperlukan oleh peneliti.
47
d. Studi Dokumentasi
Yaitu studi yang digunakan untuk mencari dan memperoleh data sekunder
berupa peraturan perundang-undangan, laporan, artikel online, jurnal online,
catatan serta dokumen-dokumen yang relevan dengan masalah yang diteliti.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam pengumpulan informasi yang dapat diandalkan, peneliti akan
menentukan responden yang akan dijadikan sumber informasi dengan memikirkan
jumlah populasi dan sampel yang akan diambil.
1. Populasi
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 338 orang PNS yang ada di
lingkungan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi
Banten. Populasi merupakan individu/ secara keseluruhan yang menjadi
sasaran suatu penelitian yang tidak saja berupa manusia, tetapi dapat berupa
alat, keadaan atau tempat sebagainya. Populasi adalah kumpulan dari individu
dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang akan diteliti dalam penelitian
ini adalah seluruh PNS yang pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPKAD) Provinsi Banten, yaitu sebanyak 338 orang.
48
2. Sampel
Menurut Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah (1997: 121), kata
sampling berarti “mengambil sampel” atau mengambil sesuatu bagian
populasi atau semesta sebagai wakil (representasi) populasi atau semesta itu.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Sampel yang ditarik harus diperhatikan dapat mewakili dari seluruh
populasi, artinya adalah sampel dianggap dapat menggambarkan keadaan atau
ciri populasi. Teknik penarikan sampel adalah cara untuk menentukan sampel
yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber
data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi
agar diperoleh sampel yang representatif.
Pada penelitian ini tidak semua populasi di jadikan sampel karena
keterbatasan waktu, tenaga dan lain – lain. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling, yaitu
pengambilan anggota sampel dari polulasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Dalam menentukan
jumlah atau ukuran sampel (sample size), berdasarkan Dr. Muhammad, M.Ag
(2008: 180), peneliti menggunakan rumus Slovin, yaitu sebagai berikut :
N n = 1 + N.e2
Keterangan : n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi e2 : Presisi yang ditetapkan ( presisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10% atau 0,1 ) 1 : bilangan konstan
49
Setelah dapat dilihat dibawah ini perhitungan pencarian sampel dengan
menggunakan rumus Slovin, yakni sebagai berikut :
N n = N.e2 + 1 338 n =
338 (10%)2 + 1
338 n = 338 . 0,12 + 1
338 n = (338) . (0,01) + 1
338 n =
4,38 n = 77,168 ~ di bulatkan 78 responden
Dengan perhitungan seperti di atas maka jumlah sampel dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 78 responden.
3.4 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
Pengelolaan data merupakan awal dari proses analisis data dan merupakan
tahapan – tahapan dimana data dipersiapkan, diklasifikasikan dan diformat
menurut aturan untuk keperluan proses berikutnya. Apabila pengumpulan data
sudah dilakukan, maka data yang sudah terkumpul harus diolah dan di analisis.
50
Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
melalui tahapan sebagai berikut :
a. Memeriksa / Editing, yaitu proses pemeriksaan kembali terhadap catatan,
berkas – berkas, dan informasi yang dikumpulkan oleh peneliti dan yang
dilakukan terhadap angket / kuesioner agar dapat meningkatkan kehandalan
data. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memeriksa kembali
semua kuesioner tersebut satu persatu. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk
mencek, apakah setiap kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk
sebelumnya atau tidak, jika terdapat beberapa kuesioner yang masih belum
diisi, atau pengisian yang tidak sesuai dengan petunjuk dan tidak relevannya
jawaban dengan pertanyaan. Semua kekurangan dan kerusakan waktu
mengedit ini, sebaiknya diperbaiki dengan jalan menyuruh mengisi kembali
kuesioner yang masih kosong pada responden semula.
b. Memberi Tanda Kode / Coding, yaitu dengan mengklasifikasikan jawaban
responden berdasarkan macamnya dengan memberikan kode terhadap
jawaban responden sesuai dengan kategori masing-masing.
c. Tabulasi data, tahap ini dilakukan jika tahap editing dan coding telah
diselesaikan, artinya ketika tidak ada lagi permasalahan yang timbul dalam
editing dan coding atau semua telah selesai. Pada tahap ini, data yang telah
diproses sudah dapat dibaca.
Pada penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah analisis
data-data kuantitatif yang diperlukan adanya perhitungan matematis atau
51
menggunakan teknik statistik sebagai alat bantu analisis. Adapun teknik analisis
data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
3.4.1 Uji Normalitas Data
Sebelum melakukan uji statistik langkah awal yang harus dilakukan adalah
screening terhadap data yang akan diolah. Salah satu asumsi penggunaan statistik
parametrik adalah asumsi multivariate normality. Multivariate normality
merupakan asumsi bahwa setiap variabel dan semua kombinasi linear dari semua
kombinasi berdistribusi normal.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung normalitas
data. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji normalitas dengan plot grafik.
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17,00. Kemudian
normal atau tidaknya distribusi data menurut Prof. Dr. H. Imam Ghozali, M.Com,
Akt (2006 : 32), dapat dilihat dari bentuk grafiknya yang membentuk lonceng,
tidak melenceng ke kanan ataupun ke kiri.
3.4.2 Uji Validitas Instrumen
Uji Validitas digunakan untuk sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Kevaliditasan instrument menggambarkan bahwa suatu instrument benar - benar
mampu mengukur variabel - variabel yang akan diukur dalam penelitian serta
52
mampu menunjukan tingkat kesesuaian antar konsep dan hasil pengukuran.
Rumus uji validitas ini adalah sebagai berikut.
Dimana : r : Koefisien Korelasi Product Moment ΣX : Jumlah skor dalam sebaran X ΣY : Jumlah skor dalam sebaran Y ΣXY : Jumlah hasil kali skor X dan Y yang berpasangan ΣX2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalan sebaran X ΣY2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y n : Jumlah sample
3.4.3 Uji Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal maupun internal.
Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan tes-retes (stability),
equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas dapat diuji dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik
tertentu.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 171) untuk mencari reliabilitas suatu
instrumen dengan menggunakan rumus Alpha adalah sebagai berikut.
ri =
−∑
21
2
1 σ
σ b
kk
} }{{ 2222 )()( yYnxXn
YXXYnr∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
53
Dimana :
ri = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ 2bσ = jumlah varians butir
21σ = varians total
Kriteria penilaian : keputusan apakah sebuah instrument dapat dikatakan
reliable atau tidak. Menurut Purwanto (1007: 181), suatu instrumen dapat
dikatakan reliable jika nilai alpha nya lebih dari 0,30.
3.4.4 Uji Koefisien Korelasi Product Moment
Analisis data penelitian ini adalah analisis bivariat dengan menggunakan
tabel silang yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel,
yaitu variabel x (disiplin kerja) dan variabel y (produktivitas kerja). Dalam
Sugiyono (2007: 181) dikatakan bahwa Korelasi Product Moment digunakan
untuk mencari hubungan atau menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-
masing variabel yang dihubungkan berbentuk interval/ rasio, dan berasal dari
sumber yang sama. Dalam analisis ini, data yang digunakan adalah data interval.
Dalam Sugiyono (2007: 182) Koefisien Korelasi Product Moment
dihitung dengan menggunakan rumus korelasi sebagai berikut:
} }{{ 2222 )()( yYnxXn
YXXYnr∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
54
Keterangan : r : Koefisien Korelasi Product Moment ΣX : Jumlah skor dalam sebaran X ΣY : Jumlah skor dalam sebaran Y ΣXY : Jumlah hasil kali skor X dan Y yang berpasangan ΣX2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalan sebaran X ΣY2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y n : Jumlah sampel
Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan korelasi antara variabel
independen dan variabel dependen dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.4 INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat
Sumber : Sugiyono (2007: 183)
3.4.5 Uji Signifikansi
Untuk menguji signifikasi korelasi, maka harus di tes apakah korelasi
antara variabel X dan variabel Y signifikan atau tidak. Maka perlu dilakukan Uji
signifikan. Dalam Sugiyono (2007: 184), uji signifikansi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus t, sebagai berikut.
212
rnrt−−
=
55
Dimana :
r = koefisien korelasi n = jumlah pengamatan/ observasi
Setelah diperoleh harga thitung, maka signifikansinya ditentukan dengan
menggunakan ttabel, selang kepercayaan yang dipilih adalah 95% atau dengan
tingkat kesalahan 5%, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Apabila thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
(berarti tidak ada hubungan yang signifikan)
b. Apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
(berarti ada hubungan yang signifikan).
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul “hubungan disiplin kerja dengan produktivitas
kerja pegawai” ini dilakukan di kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPKAD) Provinsi Banten. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dan
jenis kegiatan yang dilakukan ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
56
Tabel 3.5
Waktu Penelitian
Tahun 2011 April Mei Juni Juli Agustus Uraian
Kegiatan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Perijinan dan Observasi Awal
Penyusunan Proposal Skripsi
Bimbingan Bab I, II, III (Revisi)
Seminar Proposal
Revisi Usulan Proposal
Penelitian Lapangan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Sidang Skripsi
Revisi Sidang Skripsi
Sumber : Penelitian, 2011
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Deskripsi obyek penelitian menjelaskan tentang obyek penelitian yang
meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi/ sampel
yang telah ditentukan serta hal lain yang berhubungan dengan penelitian
mengenai hubungan disiplin kerja dengan produktivitas kerja pegawai pada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten
4.1.1 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten
Kedudukan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD)
Provinsi Banten dalam struktur Pemerintahan Provinsi Banten adalah sebagai
Unsur Pelaksana Pemerintah Provinsi, dipimpin oleh seorang kepala yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mengemban tugas untuk
membantu Gubernur melaksanakan Kewenangan Desentralisasi, Dekonsentrasi,
dan Tugas Pembantuan di Bidang Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah,
dengan Tugas dan Fungsi utama sebagai :
1. Tugas Pokok
Melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan asas otonomi daerah dan
tugas pembantuan di bidang pengelolaan keuangan dan asset daerah.
58
2. Fungsi DPKAD Secara Umum
1) Menyusun Rencana Strategis Dinas berdasarkan Rencana Strategis
Pemerintah Daerah;
2) Mempimpin, membina, dan mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan
Dinas;
3) Menyelenggarakan koordinasi kegiatan Dinas dengan institusi terkait;
4) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Gubenur melalui
Sekretaris Daerah;
5) Mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dinas;
6) Melaporkan pelaksanaan kegiatan Dinas kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah.
3. Fungsi DPKAD Secara Khusus
1) Menyusun rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
dan rancangan perubahan APBD;
2) Melaksanakan Bendahara Umum Daerah (BUD);
3) Melaksanakan pengendalian pelaksanaan APBD;
4) Menyusun kebijakan dan pedoman teknis pelaksanaan APBD;
5) Menyiapkan Anggaran Kas;
6) Mengesahkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/ Dokumen
Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD);
7) Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan system penerimaan pengeluaran
kas daerah;
59
8) Menetapkan Surat Penyediaan Dana (SPD);
9) Menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);
10) Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank
atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;
11) Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
12) Menyajikan informasi keuangan daerah;
13) Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan keuangan daerah;
14) Menunjuk pejabat di lingkungan SKPD selaku kuasa Bendarara Umum
Daerah (BUD);
4.1.2 Uraian Tugas dan Fungsi Unit Kerja Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten
Adapun Susunan Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah terdiri dari :
1. Kepala Dinas;
2. Sekretaris;
3. Bidang Pendapatan;
4. Bidang Anggaran;
5. Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah;
6. Bidang Kekayaan Daerah;
7. Bidang Akuntansi;
8. Bidang Pembinaan dan Pengendalian;
9. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas;
10. Jabatan Fungsional.
60
4.1.3 Penyajian Data Karakteristik Responden
Jumlah pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Provinsi Banten sampai dengan Juli 2011 sebanyak 338 orang, namun
yang menjadi sampel dalam penelitian ini hanya 78 pegawai, dengan kategori
sebagai berikut.
Kategori Jum lah Pegawai Menurut Jenis Kelamin
5267%
2633%
Laki-laki
perempuan
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi
Banten, 2011
Gambar 4.1.2
Kategori Jumlah Pegawai Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan gambar 4.1.2 di atas, terlihat komposisi pegawai menurut
jenis kelamin, yaitu 52 orang berjenis kelamin laki-laki yaitu sekitar 66,67% dari
jumlah seluruhnya dan 26 orang berjenis kelamin perempuan yaitu sekitar 33,33%
dari jumlah seluruhnya. Sesuai beban kerjanya, Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten membutuhkan jumlah pegawai yang
cukup banyak karena volume atau beban kerja pada Dinas Pengelolaan Keuangan
61
dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten cukup berat. Rata-rata perempuan
bekerja sebagai administrator kantor dan pegawai laki-laki lebih diutamakan
untuk mengerjakan tugas lapangan.
Kategori Jum lah Pegawai Menurut Usia
912%
4861%
2127%
< 29
30-40
> 41
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi
Banten, 2011
Gambar 4.1.3
Kategori Jumlah Pegawai Menurut Usia
Berdasarkan gambar 4.1.3 di atas terlihat komposisi jumlah pegawai
menurut usia. Paling banyak pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPKAD) Provinsi Banten berusia 30-40 tahun dengan jumlah pegawai
sebanyak 48 orang atau sekitar 61,54% dari jumlah keseluruhan pegawai. Hal ini
menunjukan struktur komposisi yang baik karena pada usia tersebut merupakan
usia produktif dalam dunia pekerjaan. Pada usia tersebut pola pikir pegawai
dewasa dan tidak labil serta tenaga kerja pada usia antara 30-40 tahun ini masih
bisa dikatakan fit.
62
Kategori Jumlah Pegaw ai Menurut Dom isili
4862%
3038%
Serang
Di Luar Serang
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi
Banten, 2011
Gambar 4.1.4
Kategori Jumlah Pegawai Menurut Domisili
Berdasarkan Gambar 4.1.4 di atas terlihat bahwa sebagian besar komposisi
pegawai berdomisili di Serang, yaitu 48 orang pegawai atau sekitar 61,54%
pegawai dan 30 orang pegawai berdomisili di luar Serang yaitu sekitar 38,46%
pegawai. Adapun pegawai di luar Serang ini mencakup wilayah Cilegon, Baros,
Pandeglang, Tangerang, Lebak, dan Jakarta. Komposisi pegawai yang sebagian
besar berdomisili di Serang ini akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan
dan disiplin pegawai, mengingat bahwa Kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten berada di Kawasan Pusat Pemerintahan
Provinsi Banten yang berlokasi di Palima-Serang.
63
Kategori Jum lah Pegaw ai Menurut Status Pernikahan
68%
7292%
Belum Menikah
Menikah
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi
Banten, 2011
Gambar 4.1.5
Kategori Jumlah Pegawai Menurut Status Pernikahan
Berdasarkan Gambar 4.1.5 di atas terlihat komposisi pegawai yang belum
menikah sebanyak 6 orang yaitu 7,69% dan 72 orang pegawai telah menikah yaitu
sekitar 92,31%. Sebagian besar pegawai telah menikah dan hanya sedikit saja
pegawai yang belum menikah. Jumlah ini sangat berpengaruh pada produktivitas
kerja pegawai mengingat status pernikahan memberikan suatu konsekuensi akan
adanya tanggung jawab dan beban hidup yang dipikul oleh yang bersangkutan.
64
Kategori Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan
912% 4
5%
5975%
68%
SLTA/ Sederajat
DIII
S1
S2
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi
Banten, 2011
Gambar 4.1.6
Kategori Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan
Berdasarkan Gambar 4.1.6 di atas dapat terlihat bahwa pegawai dengan
latar belakang pendidikan S1 adalah yang terbanyak, yaitu 59 orang atau sekitar
75,64%. Hal ini menunjukan komposisi yang baik bagi instansi karena pegawai
dengan latar belakang pendidikan S1 cenderung memiliki kualitas kerja yang
lebih baik dibandingkan pegawai dengan latar belakang pendidikan SMA/
Sederajat.
65
Kategori Jumlah Pegawai Menurut Masa Kerja
1114%
1823%49
63%
< 3 tahun
3-6 tahun
> 6 tahun
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi
Banten, 2011
Gambar 4.1.7
Kategori Jumlah Pegawai Menurut Masa Kerja
Berdasarkan gambar 4.1.7 di atas terlihat komposisi pegawai dengan masa
kerja di atas 6 tahun adalah yang terbanyak, yaitu berjumlah 49 orang atau sekitar
62,82% dari jumlah keseluruhan pegawai. Masa kerja pegawai antara 3-6 tahun
berjumlah 18 orang pegawai atau sekitar 23,08% dan terdapat 11 orang pegawai
atau sekitar 14,10% pegawai dengan masa kerja kurang dari 3 tahun. Komposisi
pegawai dengan masa kerja di atas 6 tahun memiliki kecenderungan lebih
memahami akan pekerjaan berdasarkan pengalamannya dibandingkan pegawai
dengan masa kerja yang lebih sedikit. Namun, tidak menutup kemungkinan
pegawai dengan masa kerja lebih sedikit pun mampu menguasai pekerjaan dengan
baik.
66
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Analisis Disiplin Kerja
Deskripsi data menjelaskan mengenai hasil yang telah diolah dari data
mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan, baik data
kuantitatif maupun data kualitatif. Dalam penelitian “hubungan disiplin kerja
dengan produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPKD) Provinsi Banten”, maka variabel penelitiannya adalah disiplin
kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD)
Provinsi Banten dan produktivitas kerja yang dihasilkan oleh para pegawai pada
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten.
Untuk menganalisis disiplin kerja pegawai di Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten dilakukan dengan cara
menelaah indikator-indikator melalui dimensi-dimensi produktivitas berdasarkan
teori Soedjono. Begitu pula dalam menganalisis produktivitas kerja pegawai
dengan menelaah dimensi-dimensi produktivitas kerja berdasarkan teori Priadi.
Selanjutnya dari indikator-indikator dan dimensi-dimensi tersebut dijabarkan
dalam bentuk angka, yang dari jawabannya diperoleh gambaran tentang disiplin
kerja dan produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPKAD) Provinsi Banten.
Jumlah kuesioner yang telah disebar sebanyak 78 orang responden (n =
78) yang terdiri dari 30 pertanyaan. Sebelum menganalisis hubungan antara
disiplin kerja dengan produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten, terlebih dahulu dilakukan
67
analisis berdasarkan hasil kuesioner dengan pemberian skor setiap pernyataan
positif sebagai berikut.
1. Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
2. Tidak Setuju (TS) = 2
3. Ragu-ragul (RR) = 3
4. Setuju (S) = 4
5. Sangat Setuju (SS) = 5
Selanjutnya dari data tersebut dilakukan pengujian terhadap tiap-tiap
pernyataan dalam kuesioner yang dikenal dengan istilah analisis item terhadap
variabel x (disiplin kerja). Maka diperoleh data variabel x yaitu disiplin kerja yang
dibagi menjadi 4 dimensi, yaitu kehadiran, perilaku dalam bekerja, ketidakjujuran
dan aktivitas di luar kantor. Kemudian, dari dimensi ini dibuat pertanyaan
sejumlah 17 item. Selanjutnya data kemudian diuji coba statistik menggunakan
rumus pearson product moment sehingga didapat data yang valid. Variabel x
memiliki 15 item yang valid dari 17 item pertanyaan yang diisi oleh 78 responden.
4.2.1.1 Kehadiran
Dimensi kehadiran ini, mencakup 3 item pertanyaan, yaitu ketepatan hadir
pegawai, menyerahkan surat ijin saat berhalangan masuk, meninggalkan tempat
kerja dengan seijin pimpinan. Data tersebut disajikan oleh penulis dalam bentuk
grafik sebagai berikut.
68
0
10
20
30
40
Jum lah Responden
Skor Jawaban Responden
Jawaban Kuesioner 1
Series1 2 1 13 35 27
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.1.1
Ketepatan Hadir Pegawai
Dari gambar 4.2.1.1 di atas, dapat dilihat jawaban kuesioner untuk
masalah ketepatan hadir pegawai memiliki komposisi jawaban sangat tidak setuju
sebanyak 2 orang (2,56 %), tidak setuju sebanyak 1 orang (1,28 %), ragu-ragu
sebanyak 13 orang (16,67 %), setuju sebanyak 35 orang (44,87 %), dan sangat
setuju sebanyak 27 orang (34,62 %).
Untuk item pertanyaan ini, sebagian besar pegawai menyadari dan
berupaya untuk hadir dan mengikuti apel pagi setiap hari. Jawaban terbanyak
didominasi oleh jawaban setuju, diikuti oleh jawaban sangat setuju. Artinya
bahwa sebetulnya tingkat kesadaran pegawai untuk hadir tepat waktu bisa
dikatakan baik, meskipun pada kenyataannya, masih didapati pegawai yang tidak
datang tepat waktu, yaitu di atas jam 08.00 WIB. Banyak faktor yang
melatarbelakangi sulitnya pegawai hadir tepat waktu, misalnya masalah jarak dari
69
rumah ke kantor, tidak adanya kendaraan jemputan pegawai, hingga masalah
kerepotan mengurus rumah tangga.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang disajikan dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 4.2.1.1
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 1
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 3,85 - 7,69 46,15 42,31
Perempuan - 3,85 34,62 42,31 19,23
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin perempuan memberikan
jawaban negatif sebesar 38,47. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan
jawaban responden laki-laki yang memberikan jawaban negatif hanya sebesar
11,54 dan jawaban positif sebesar 88,46.
Ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih disiplin dibandingkan dengan
perempuan dalam hal apel dan kehadiran. Hal ini terjadi karena perempuan lebih
kerepotan mengurus rumah tangga di pagi hari dibandingkan dengan laki-laki.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa pegawai, sangat sulit bagi kaum ibu
untuk bisa datang pagi hari mengikuti apel karena banyak pekerjaan rumah yang
70
harus diselesaikan terlebih dahulu, seperti mengurus anak, merapikan rumah,
menyiapkan sarapan dan sebagainya.
0
10
20
30
40
Jumlah Responden
Skor Jawaban Reponden
Jawaban Kuesioner 3
Series1 5 10 16 33 14
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.1.2
Meninggalkan Tempat Kerja Dengan Ijin Pimpinan
Dari gambar 4.2.1.2 di atas, dapat dilihat jawaban kuesioner untuk
masalah ketepatan hadir pegawai memiliki komposisi jawaban sangat tidak setuju
sebanyak 5 orang (6,41 %), tidak setuju sebanyak 10 orang (12,82 %), ragu-ragu
sebanyak 16 orang (20,51 %), setuju sebanyak 33 orang (42,31 %), dan sangat
setuju sebanyak 14 orang (17,95 %).
Untuk item pertanyaan ini, sejenis dengan jawaban pada item 1, komposisi
jawaban responden didominasi oleh jawaban setuju. Artinya, bahwa sebanyak
42,31 % pegawai selalu ijin kepada pimpinan saat meninggalkan tempat kerja.
Pimpinan merupakan seseorang yang harus dijadikan contoh/figur bagi para
71
pegawainya. Pimpinan memiliki wewenang mengatur setiap bawahannya. Setiap
bawahan harus mentaati seluruh perintah pimpinan berkaitan dengan hal
pekerjaan. Demikian halnya dengan izin pegawai, pegawai yang akan absen
bekerja harus meminta izin kepada pimpinan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan
pimpinanlah yang menentukan apakah pegawai tersebut memiliki alasan yang
jelas untuk meninggalkan tempat kerja atau sebaliknya. Sebagian besar dari
pegawai menyatakan bahwa mereka ijin kepada pimpinan terlebih dahulu ketika
akan meninggalkan tempat kerja. Ini membuktikan bahwa tingkat kepatuhan
pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi
Banten hampir baik. Meskipun masih ada sekitar 16 orang pegawai menyatakan
tidak perlu ijin kepada pimpinan saat meninggalkan ruang kerja. Hal ini
dikarenakan kurang ketatnya peraturan yang diberlakukan. Pegawai yang tidak
izin kepada pimpinan jika absen bekerja hanya diberikan sanksi berupa teguran
oleh pimpinan tanpa sanksi tertulis lainnya sehingga tidak memberikan efek jera
bagi para pegawainya.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang disajikan dalam tabel di
bawah ini.
72
Tabel 4.2.1.2
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 3
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 7,69 15,38 15,38 42,31 19,23
Perempuan 3,85 7,69 30,77 42,31 15,38
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilhat responden laki-laki memberikan
jawaban negatif sebesar 38,45 atau 61,54 jawaban positif sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 42,31 atau 57,69 jawaban positif.
Ini menunjukkan bahwa responden laki-laki lebih memiliki kecenderungan
untuk memberitahu pimpinan saat akan keluar ruangan. Berbeda dengan
responden wanita yang lebih jarang memberitahu pimpinan saat akan
meninggalkan tempat kerja. Berdasarkan observasi peneliti, kecenderungan
pegawai meninggalkan tempat kerja didominasi oleh wanita, misalnya pergi untuk
menjemput anak pulang sekolah, berbelanja, ataupun hanya sekedar berjalan-jalan
di mall.
4.2.1.2 Perilaku dalam bekerja
Dimensi perilaku dalam bekerja ini, mencakup 8 item pertanyaan, yaitu
pemeliharaan ruang kerja dan peralatan kerja miliki kantor, tidak merokok pada
saat jam kerja, bersikap ramah terhadap lingkungan kerja, menyelesaikan
73
pekerjaan, tidak tertidur pada saat jam kerja, kerjasama dalam bekerja, terdorong
untuk giat dalam bekerja, dan menjaga ketenangan suasana pada saat jam kerja.
Data tersebut disajikan oleh penulis dalam bentuk grafik sebagai berikut.
0
10
20
30
Jumlah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jawaban Kuesioner 4
Series1 3 18 11 26 20
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.1.3
Pemeliharaan Ruang Kerja dan Peralatan Kerja Milik Kantor
Berdasarkan gambar 4.2.1.3 di atas, dapat dilihat bahwa kecenderungan
pegawai menjawab Setuju (26 responden), 20 menjawab sangat setuju, 18 orang
menjawab tidak setuju, 11 ragu-ragu dan 3 orang responden menjawab sangat
tidak setuju.
Pemeliharaan ruang kerja dan peralatan kerja milik kantor menjadi hal
yang tidak bisa disepelekan. Harus ada tanggung jawab dari para pegawai untuk
selalu memelihara ruang kerja dan peralatan kantor karena tentunya kantor dan
peralatan kerja merupakan faktor pendukung dalam pelaksanaan pekerjaan. Ruang
kantor yang terpelihara dan tertata dengan baik akan membuat nyaman dan
74
semangat kerja para pegawai meningkat dan peralatan kerja yang terpelihara
dengan baik akan membuat pekerjaan menjadi lebih cepat terselesaikan.
Bayangkan saja jika banyak peralatan kantor yang rusak, saat akan digunakan.
Tentu hal ini akan menghambat penyelesaian pelaksanaan pekerjaan.
Menurut hasil jawaban responden di atas menunjukkan bahwa pegawai
pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten
merasa penting dan bertanggung terhadap pemeliharaan ruang kerja dan peralatan
kerja sebanyak 33,33 % dan 25,64 % menjawab sangat setuju. Jika dijumlahkan,
jumlah prosentase jawaban positif ini menjadi 58,97 %. Angka ini masih lebih
tinggi dibandingkan jawaban negatif responden yang menyatakan ragu-ragu, tidak
setuju, bahkan sangat tidak setuju.
Sebagian pegawai yang menyatakan tidak setuju menganggap bahwa
setiap pegawai yang berada pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Provinsi Banten memiliki tanggung jawab masing-masing terhadap
pekerjaannya. Dan pemeliharaan ruang kantor dan peralatan kantor ini dianggap
sebagai tugas Office Boy, sehingga pegawai tidak perlu memikirkan masalah
ruangan ataupun peralatan kantor.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut.
75
Tabel 4.2.1.3
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 4
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 1,92 23,08 15,38 32,69 26,92
Perempuan 7,69 23,08 11,54 34,62 23,08
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 40,38 dan jawaban positif sebesar 59,62. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif lebih besar yaitu 42,31 dan jawaban
positif 57,69. Di sini terlihat bahwa responden laki-laki memiliki kecenderungan
lebih dapat memelihara ruang kerja dan peralatan kerja milik kantor dibandingkan
dengan responden perempuan. Pada dasarnya, perempuan menyukai kerapihan
dan keindahan. Namun, pemeliharaan ruangan dan peralatan kantor di sini lebih
kepada pemeliharaan secara teknis. Di DPKAD, pegawai perempuan hanya bisa
mengoperasikan atau menggunakan peralatan kantor untuk menyelesaikan
pekerjaannya. Namun, jika terjadi kerusakan pada peralatan kantor, perempuan
tidak bisa memperbaikinya. Oleh karena itu, perbaikan dan pemeliharaan alat-alat
kantor lebih dikuasai oleh pegawai laki-laki.
76
0
10
20
30
Jum lah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jaw aban Kuesioner 5
Series1 8 25 13 24 8
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.1.4
Tidak Merokok Pada Saat Jam Kerja
Berdasarkan gambar 4.2.1.4 di atas, dapat dilihat bahwa kecenderungan
pegawai menjawab tidak setuju (25 responden), 24 responden menjawab tidak
setuju, 13 orang menjawab ragu-ragu, 8 respoden menjawab sangat setuju dan 8
orang responden menjawab sangat tidak setuju.
Merokok merupakan suatu kebiasaan yang dapat menjadi penghilang rasa
penat bagi sebagian orang. Namun, bagi sebagian orang lainnya, merokok adalah
kebiasaan yang dapat mengganggu pernapasan bahkan mengganggu aktivitas
pegawai lainnya. Selain itu, merokok juga menjadi suatu kebiasaan yang dianggap
kurang baik saat dilakukan pada tempat, waktu dan kondisi yang kurang tepat,
seperti pada saat melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan pemberian
pelayanan terhadap masyarakat, dalam rapat, ataupun kegiatan formal lainnya.
77
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut.
Tabel 4.2.1.4
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 5
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 5,77 38,46 17,31 25,00 13,46
Perempuan 19,23 19,23 15,38 42,31 3,85
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 61,54 dan jawaban positif sebesar 38,64. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 53,84 dan jawaban positif 46,16.
Laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar untuk merokok
dibandingkan dengan perempuan. Dari sekian banyak jumlah responden, tidak ada
responden perempuan yang merokok di kantor pada saat jam kerja. Berbeda
dengan responden laki-laki. Oleh karena itu, dalam menjawab kuesioner ini, laki-
laki lebih cenderung untuk merokok pada saat jam kerja dibandingkan dengan
perempuan. Berdasarkan hasil wawancara, pada dasarnya laki-laki pun sadar
bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan diri sendiri dan orang lain, namun
karena sudah terbiasa merokok maka perihal kesehatan sudah tidak
diperhitungkan lagi. ”kalau tidak merokok, saya tidak bisa konsentrasi kerja”. Itu
jawaban salah satu responden laki-laki terkait masalah merokok di kantor pada
saat jam kerja.
78
0
10
20
30
Jum lah Responden
Skor Jawaban Responden
Jawaban Kuesioner 7
Series1 6 30 14 18 10
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.1.5
Menyelesaikan Pekerjaan Tepat Waktu
Berdasarkan gambar 4.2.1.5 di atas, didapat komposisi jawaban responden
didominasi oleh jawaban tidak setuju, yaitu sebanyak 30 orang responden, 18
orang menjawab setuju, 13 orang ragu-ragu, 10 orang sangat setuju dan 6 orang
menjawab sangat tidak setuju.
Dari komposisi tersebut dapat dilihat bahwa sebanyak 38,46 % menjawab
tidak setuju. Dan jika dijumlahkan dengan jawaban negatif ragu-ragu dan sangat
tidak setuju, maka terdapat 64,10 % jawaban negatif responden. Artinya, bahwa
masih ada sekitar 64,10 % pegawai yang belum dapat menyelesaikan pekerjaan
tepat pada waktunya. Banyak alasan yang dilontarkan oleh responden mengenai
hal ini, misalnya pekerjaan kantor menumpuk, ada urusan lain yang lebih penting,
hingga urusan pribadi. Sehingga, pekerjaan tidak dapat terselesaikan tepat pada
79
waktunya. Kebiasaan ini juga didasari karena tidak adanya sanksi atau tindakan
untuk pegawai yang tidak menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya, selalu
saja ada toleransi dalam penyelesaian pekerjaan. Akibatnya, akan ada lebih
banyak lagi pekerjaan yang menumpuk untuk hari-hari berikutnya.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.1.5
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 7
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 7,69 32,69 17,31 28,85 13,46
Perempuan 7,69 50,00 19,23 11,54 11,54
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 57,69 dan jawaban positif sebesar 42,31. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif lebih besar yaitu 76,92 dan jawaban
positif sebesar 23,08.
Di sini terlihat bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih
konsisten menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Sedangkan responden
dengan jenis kelamin perempuan lebih cenderung menunda-nunda pekerjaan.
”kalau sudah waktunya pulang, kan pekerjaannya bisa dikerjakan esok hari,
kasihan anak di rumah”. Begitu kata seorang responden perempuan. Lain halnya
80
dengan responden laki-laki yang dapat lebih berkonsentrasi dan memiliki banyak
waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya di kantor ataupun dibawa ke rumah
untuk kemudian diselesaikan di rumah.
0
10
20
30
40
Jumlah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jawaban Kuesioner 8
Series1 2 34 19 22 1
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.1.6
Pegawai Tidak Tertidur Pada Saat Jam Kerja
Berdasarkan gambar 4.2.1.6 di atas, didapat komposisi jawaban 34
responden menjawab tidak setuju, 22 orang responden menjawab setuju, 19 orang
ragu-ragu, 2 orang menjawab sangat tidak setuju dan 1 orang menjawab sangat
setuju.
Tertidur adalah salah satu kebutuhan manusia sehari-hari. Tidak ada
masalah jika tertidur dilakukan pada waktunya, misalnya malam hari. Namun, jika
pegawai tertidur pada saat jam kerja, inilah yang menjadi masalah. Hal ini akan
berdampak pada pelaksanaan pekerjaan yang kurang maksimal.
81
Dalam item pertanyaan ini, jawaban didominasi oleh jawaban negatif yang
menyatakan bahwa tertidur merupakan hak pegawai sebagai manusia dan tidak
merugikan orang lain. Pegawai menganggap bahwa saat tidak ada pekerjaan,
kemudian tidak ada salahnya jika pegawai beristirahat sejenak, misalnya di
mushola atau tempat lainnya. Padahal, mestinya setiap pegawai dapat bekerja
secara profesional, sehingga dapat melakukan segala sesuatu sesuai dengan situasi
dan kondisi. Memang, sah-sah saja manusia tertidur, namun kebiasaan tidur saat
jam kerja merupakan hal yang harus dihindari oleh setiap pegawai. menggunakan
waktu tidur di rumah dengan sebaik-baiknya akan membuat pegawai dapat
bekerja dengan fit esok harinya. Pengaturan waktu juga sangat dibutuhkan dalam
hal ini.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.1.6
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 8
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 1,92 46,15 23,08 28,85 -
Perempuan 3,85 38,46 26,92 26,92 3,85
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 71,15 dan jawaban positif sebesar 28,85. Sedangkan responden
82
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 69,23 dan jawaban positif
sebesar 30,77.
Dari jawaban responden ini bisa dilihat responden laki-laki memiliki
kecenderungan tertidur saat jam kerja. Dari hasil observasi peneliti, mushola
menjadi tempat yang biasa digunakan pegawai untuk tidur, mengobrol ataupun
sekedar beristirahat. Kebiasaan tertidur saat jam kerja ini disebabkan oleh pola
tidur responden laki-laki yang kurang teratur, sering begadang untuk menonton
bola dan sebagainya. Sedangkan, responden perempuan cenderung menggunakan
waktu istirahat di rumah dengan sebaik-baiknya.
0
10
20
30
40
Jumlah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jawaban Kuesioner 9
Series1 4 12 15 34 13
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.1.7
Pegawai Terdorong Untuk Selalu Bekerjasama Dalam Bekerja
83
Berdasarkan gambar 4.2.1.7 di atas, didapat sebanyak 34 orang menjawab
setuju, 15 orang ragu-ragu, 13 orang sangat setuju, 12 orang tidak setuju dan 4
orang sangat tidak setuju.
Kerjasama setiap pegawai dalam bekerja adalah hal penting yang harus
dibina dan dipupuk. Dengan bekerjasama, pekerjaan akan lebih cepat
terselesaikan dan akan lebih menyenangkan. Sesuai dengan kata pepatah ”ringan
sama dijinjing, berat sama dipikul”, pekerjaan dengan cara kerja sama akan lebih
mudah karena beban pekerjaan dibagi-bagi kepada semua orang yang terlibat
dalam proses kerjasama tersebut.
Menurut jawaban kuesioner di atas, sebanyak 43,58 % pegawai
menyatakan setuju dan 16,67 % pegawai menyatakan sangat setuju. Jika
dijumlahkan, terdapat 60,24 % pegawai yang menyatakan jawaban positif.
Artinya, bahwa pegawai menyadari pentingnya kerjasama dalam bekerja dan
mereka telah melaksanakan kerjasama tersebut dalam proses pelaksanaan
pekerjaan. Adapun sebanyak 39,74 % pegawai yang menyatakan jawaban negatif
didasari oleh pemikiran bahwa kerjasama akan membuat pekerjaan menjadi lama
diselesaikan karena rekan kerja yang terlibat dalam kerjasama kurang pandai,
sehingga bukannya membantu malah jadi menyusahkan dan menghambat dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
84
Tabel 4.2.1.7
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 9
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 7,69 17,31 15,38 38,46 21,15
Perempuan - 11,54 26,92 53,85 7,69
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 40,38 dan jawaban positif sebesar 59,62. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 38,42 dan jawaban positif
sebesar 61,58.
Dari jawaban di atas terlihat bahwa responden wanita lebih banyak
melakukan pekerjaannya dengan bekerjasama. Sedangkan responden laki-laki
lebih cenderung menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Hal ini terjadi karena laki-
laki lebih mandiri dibandingkan dengan perempuan dalam menyelesaikan tugas-
tugasnya.
85
0
10
20
30
Jumlah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jawaban Kuesioner 10
Series1 16 30 12 18 2
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.1.8
Pegawai Terdorong Untuk Giat Bekerja
Berdasarkan gambar 4.2.1.8 di atas, terdapat komposisi jawaban
responden menyatakan tidak setuju sebanyak 30 orang, 18 orang menyatakan
setuju, 16 orang sangat tidak setuju, 12 orang ragu-ragu dan 2 orang menyatakan
sangat setuju.
Setiap pegawai harus selalu terdorong untuk giat bekerja. Banyak hal yang
dilakukan organisasi untuk membuat pegawainya selalu semangat dan giat dalam
bekerja. Misalnya, dengan mengadakan rekreasi setahun sekali, bimbingan mental
untuk membangkitkan kembali semangat kerja para pegawai, dan lain sebagainya.
Dalam item pertanyaan ini, sebanyak 38,46 % pegawai menjawab tidak
setuju, 15,38 % ragu-ragu dan 20,51% menjawab sangat tidak setuju. Untuk item
ini, jawaban didominasi oleh jawaban negatif, yaitu sebesar 74,35%. Alasannya
adalah bahwa para pegawai termotivasi untuk bekerja atas dasar ada atau tidaknya
86
insentif. Hanya sebagian kecil saja pegawai yang semangat dan giat bekerja yang
terdorong dari keinginannya sendiri untuk mengembangkan organisasi tempat ia
bekerja. Ini menunjukkan bahwa masih minimnya kesadaran pegawai untuk
bekerja dengan giat mengembangkan organisasi tanpa pamrih.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.1.8
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 10
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 23,08 36,54 13,46 25,00 1,92
Perempuan 15,38 42,31 19,23 19,23 3,85
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 73,08 dan jawaban positif sebesar 26,92. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 76,92 dan jawaban positif
sebesar 23,08. Dari perbandingan di atas, bisa dilihat bahwa responden laki-laki
cenderung lebih giat bekerja dibandingkan dengan responden perempuan.
Meskipun memang secara keseluruhan jawaban responden menunjukan hanya
sedikit saja responden yang bekerja dengan giat dan penuh tanggungjawab. Pada
dasarnya, pegawai membutuhkan motivasi untuk dapat bekerja lebih giat.
87
Motivasi itu dapat berupa pemberian insentif, uang lembur ataupun reward bagi
pegawai yang berprestasi.
0
10
20
30
40
Jumlah Responden
Skor Jawaban Responden
Jawaban Kuesioner 11
Series1 0 4 24 37 13
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.1.9
Selalu Menjaga Ketenangan Suasana Kantor Pada Saat Jam Kerja
Berdasarkan gambar 4.2.1.9 di atas, dapat dilihat komposisi jawaban
responden mengenai selalu menjaga ketenangan suasana kantor pada saat jam
kerja. Dalam grafik tersebut terlihat bahwa komposisi jawaban didominasi oleh
jawaban setuju, yaitu sebanyak 37 orang (47,43%). Kemudian diikuti oleh
jawaban ragu-ragu sebanyak 24 responden (30,76%), jawaban sangat setuju
sebanyak 13 orang (16,67%), jawaban tidak setuju sebanyak 4 orang (5,12%) dan
jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0 responden (0%).
88
Menjaga ketenangan suasana kantor penting untuk menjaga konsentrasi
dalam bekerja. Dalam suasana yang gaduh, pelaksanaan pekerjaan otomatis tidak
akan berjalan efektif. Karena dalam suasana gaduh, dapat membuyarkan
konsentrasi pegawai dalam bekerja sehingga beresiko terhadap terjadinya
kesalahan dalam bekerja.
Dalam gambar di atas, didapatkan komposisi jawaban didominasi oleh
pegawai yang setuju bahwa penting untuk menjaga ketenangan suasana kerja. Jika
dijumlahkan, terdapat sekitar 64,10% jawaban positif dari responden. Sedangkan
sisanya sebesar 35,89% memberikan jawaban negatif. Sebagian pegawai yang
memberikan jawaban negatif ini, diantaranya adalah karena menurut mereka
terkadang mereka perlu bercanda dengan rekan kerja atau sekedar tertawa
terbahak-bahak hanya untuk mengurangi stres dalam bekerja.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.1.8
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 11
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki - 1,92 25,00 55,77 17,31
Perempuan - 11,54 42,31 30,77 15,38
89
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 26,92 dan jawaban positif sebesar 73,08. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 53,85 dan jawaban positif
sebesar 46,15.
Di sini terlihat bahwa jawaban antara responden laki-laki dan responden
perempuan jauh berbeda, bahkan bertolak belakang. Dari hasil jawaban di atas,
dapat dilihat bahwa responden laki-laki cenderung bisa lebih menjaga ketenangan
suasana kantor dibandingkan responden perempuan. Seperti sudah banyak orang
tahu bahwa perempuan lebih banyak bicara dibandingkan dengan laki-laki.
Terkadang saat sedang asik mengobrol, seorang perempuan tidak mempedulikan
pekerjaannya dan meninggalkannya begitu saja.
4.2.1.3 Ketidakjujuran
Dimensi perilaku ketidakjujuran ini, mencakup 4 item pertanyaan, yaitu
membuat laporan kerja dengan benar, tidak mencatatkan absen kerja rekan lain,
mmeberitahu pimpinan bila ada kesalahan dalam pekerjaan, dan tidak
menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi. Data tersebut disajikan
oleh penulis dalam bentuk grafik sebagai berikut.
90
0
10
20
30
Jumlah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jaw aban Kuesioner 12
Series1 0 10 10 29 29
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.1.10
Pegawai Membuat Laporan Kerja Dengan Benar
Dalam gambar 4.2.1.10 di atas, terlihat komposisi jawaban responden
menjawab setuju sebanyak 29 orang (37,17%), sangat setuju 29 orang (37,17%),
tidak setuju 10 orang (12,82%), ragu-ragu 10 orang (12,82%), dan untuk jawaban
sangat tidak setuju sebesar 0 responden (0%).
Kejujuran di manapun itu akan selalu dibutuhkan dan sangat penting untuk
dilakukan, begitupula dalam pembuatan laporan. Laporan kerja merupakan suatu
tolak ukur untuk menilai berhasil atau tidakkah suatu organisasi dalam mencapai
tujuan yang ingin dicapai. Kesalahan dalam pembuatan laporan kerja akan
berdampak pada kesalahan dalam penentuan kebijakan berikutnya guna perbaikan
organisasi. Oleh karena itu, laporan kerja yang dibuat dengan sebenar-benarnya
akan sangat membantu organisasi dalam mengambil langkah dan strategi guna
mengembangkan organisasi.
91
Dalam grafik di atas, jawaban didominasi oleh jawaban positif sebesar
74,35%. Selebihnya, sebanyak 25,64% memberikan jawaban negatif karena
menurut mereka seringkali harus dilakukan manipulasi dalam penyusunan laporan
kerja, terutama laporan keuangan untuk membuatnya menjadi balance.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.1.10
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 12
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki - 13,46 3,85 42,31 40,38
Perempuan - 11,54 30,77 26,92 30,77
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 17,31 dan jawaban positif sebesar 82,69. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 42,31 dan jawaban positif
sebesar 57,69. Dari jawaban di atas, bisa dilihat bahwa responden laki-laki lebih
konsisten dalam membuat laporan keuangan dibandingkan dengan responden
perempuan. Hal ini berkaitan pula dengan kemampuan laki-laki yang lebih
mampu bekerja keras dan bersungguh-sungguh, serta tidak mudah lelah untuk
membuat suatu laporan keuangan menjadi balance. Sedangkan perempuan
cenderung lebih mudah lelah dan tidak mau pusing.
92
0
10
20
30
40
Jum lah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jawaban Kuesioner 13
Series1 3 6 15 33 20
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.1.11
Tidak Mencatatkan Absen Kerja Rekan Lain
Berdasarkan gambar 4.2.1.11 di atas, terlihat bahwa jawaban responden
didominasi oleh jawaban setuju sebanyak 33 orang (42,30%). Selanjutnya, diikuti
oleh jawaban sangat setuju sebanyak 20 orang (25,64%), jawaban ragu-ragu
sebanyak 15 orang (19,23%), jawaban tidak setuju sebanyak 6 orang (7,69%) dan
jawaban sangat tidak setuju sebanyak 3 orang (3,84%).
Budaya titip adalah kebiasaan buruk pegawai yang seharusnya tidak
dilakukan. Dimensi ketidakjujuran dalam hal ini menuntut pegawai untuk selalu
melakukan segala sesuatunya dengan jujur dimulai dari hal kecil seperti
melakukan absen. Sejalan dengan diberlakukannya Pergub No. 10 Tahun 2010
tentang pemotongan tambahan penghasilan pegawai, sistem absensi kini telah
93
menggunakan finger print. Dengan begitu, budaya titip absen bisa sedikit
dikurangi.
Dalam komposisi jawaban di atas, sebanyak 67,94% pegawai memberikan
jawaban positif, bahwa mereka tidak mencatatkan absen rekan lain yang titip
absen. Sebagian lainnya, yaitu sebesar 32,05% pegawai memberikan jawaban
negatif, mereka menyatakan bahwa tidak ada salahnya menolong teman yang titip
absen, tidak enak jika mereka menolak saat diminta tolong untuk mencatatkan
absen rekan kerja lain.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.1.11
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 13
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 5,77 7,69 11,54 42,31 32,69
Perempuan - 11,54 34,62 42,31 11,54
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 25 dan jawaban positif sebesar 75. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 46,16 dan jawaban positif
sebesar 53,84.
94
Dari jawaban responden di atas, dapat dilihat bahwa responden perempuan
lebih cenderung melakukan budaya menitip absen ataupun dititipi absen. Hal ini,
seperti yang menjadi alasan pada kuesioner sebelumnya bahwa seorang
perempuan melakukan serangkaian tugas rumah tangga sebelum berangkat ke
kantor sehingga lebih berpeluang datang terlambat dan tidak sempat mengikuti
apel.
Namun, sejalan dengan hal ini Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPKAD) Provinsi Banten telah memberlakukan finger print untuk para
pegawainya, sehingga dapat mengurangi sedikitnya budaya titip absen. Meskipun,
pada kenyataannya ada saja kecurangan yang dilakukan oknum PNS untuk
misalnya memanipulasi data absen ataupun menghindari teguran atasan langsung
ataupun dari instansi terkait masalah kedisiplinan.
0
10
20
30
Jumlah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jaw aban Kuesioner 14
Series1 1 13 21 29 14
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.1.12
Memberitahukan Pimpinan Bila Ada Kesalahan Dalam Pekerjaan
95
Berdasarkan gambar 4.2.1.12 di atas, terlihat komposisi jawaban
responden didominasi oleh jawaban setuju sebanyak 29 orang (37,17%).
Kemudian diikuti oleh jawaban ragu-ragu sebanyak 21 orang (26,92%), sangat
setuju sebanyak 14 orang (17,94%), tidak setuju sebanyak 13 orang (16,67%), dan
sangat tidak setuju sebanyak 1 orang (1,28%).
Dimensi ketidakjujuran berikutnya adalah memberitahukan pimpinan jika
ada kesalahan dalam bekerja. Sama halnya dengan pembuatan laporan kerja,
ketidakjujuran pegawai untuk tidak memberitahukan kesalahan dalam bekerja
akan berdampak pada kesalahan pimpinan dalam menentukan kebijakan atau
membuat keputusan penting untuk organisasi. Lagipula, kesalahan dalam bekerja
yang ditutup-tutupi akan menimbulkan kesalahan-kesalahan lain yang lebih besar
dan tentunya berdampak bagi organisasi. Baiknya, pimpinan mengetahui setiap
kesalahan kerja pegawai sekecil apapun.
Dalam gambar di atas, terdapat sebesar 55,12% responden memberikan
jawaban positif yaitu mereka setuju bahwa penting bagi pegawai untuk
memberitahukan setiap kesalahan dalam bekerja. Dengan begitu, saat dilakukan
evaluasi pekerjaan akan didapatkan solusi dan alternative yang tepat untuk
memperbaiki kinerja pegawai. Sebagian lainnya, yaitu sebesar 44,87%
memberikan jawaban negative. Mereka menganggap bahwa pimpinan tak perlu
tahu setiap kesalahan pegawai. Ditambah lagi, saat mereka memiliki pemimpin
yang tegas, mereka lebih memilih untuk menyembunyikan kesalahan mereka
karena takut dimarahi pimpinan.
96
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.1.12
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 14
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki - 15,38 21,15 46,15 17,31
Perempuan 3,85 19,23 38,46 19,23 19,23
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 36,53 dan jawaban positif sebesar 63,47. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 61,54 dan jawaban positif
sebesar 38,46.
Di sini, terlihat jelas berbanding terbalik antara jawaban responden laki-
laki dengan responden perempuan. Responden laki-laki lebih cenderung
memberitahukan setiap kesalahan dalam pekerjaan kepada pimpinan, sedangkan
responden perempuan kurang dapat melaksanakan hal itu. Hal ini terjadi karena
pegawai laki-laki lebih berani mengambil risiko dalam setiap kebijakan pimpinan,
sedangkan responden perempuan kurang berani untuk mengambil risiko itu.
97
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.1.13
Tidak Menggunakan Fasilitas Kantor Untuk Kepentingan Pribadi
Berdasarkan gambar 4.2.1.13 di atas, terlihat komposisi jawaban
didominasi oleh jawaban setuju sebanyak 27 orang (34,61%). Kemudian diikuti
oleh jawaban ragu-ragu sebanyak 22 orang (28,20%), sangat setuju sebanyak 14
orang (17,94%), tidak setuju sebanyak 12 orang (15,38%), dan sangat tidak setuju
sebanyak 3 orang (3,84%).
Dimensi ketidakjujuran berikutnya adalah tidak menggunakan fasilitas
kantor untuk kepentingan pribadi. Dibandingkan dengan dimensi ketidakjujuran
lainnya, inilah yang paling sulit dihindarkan oleh para pegawai.
Dalam komposisi jawaban berdasarkan gambar di atas, didapatkan
responden dengan jawaban positif sebanyak 52,56% dan responden yang
memberikan jawaban negatif sebesar 47,43%. Menurut pegawai yang
memberikan jawaban positif, fasilitas kantor disediakan dan digunakan hanya
0
10
20
30
Jumlah Responden
Skor Jawaban Responden
Jawaban Kuesioner 15
Series1 3 12 22 27 14 1 2 3 4 5
98
untuk kepentingan kantor. Namun, sebanyak 47,43% pegawai menyatakan bahwa
terkadang untuk mengerjakan tugas kuliah dan lainnya, mereka menggunakan
fasilitas kantor untuk berhemat. Toh! Hanya sedikit fasilitas kantor yang mereka
gunakan.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.1.13
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 15
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 38,46 dan jawaban positif sebesar 61,54. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 65,38 dan jawaban positif
sebesar 34,62.
Sama halnya dengan jawaban responden pada kuesioner sebelumnya
bahwa terdapat hasil yang bertolak belakang antara responden laki-laki dan
perempuan. Responden laki-laki lebih jujur menggunakan fasilitas kantor
dibandingkan dengan responden perempuan. Berdasarkan hasil pengamatan
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 3,85 15,38 19,23 38,46 23,08
Perempuan 3,85 15,38 46,15 26,92 7,69
99
peneliti, beberapa pegawai perempuan mengambil dan membawa alat tulis untuk
keperluan belajar anaknya di rumah dan sebagainya.
4.2.1.4 Akivitas di luar kantor
Dimensi akivitas di luar kantor ini, mencakup 2 item pertanyaan, yaitu
tidak melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan dan
tidak mencari penghasilan sampingan di luar kantor. Data tersebut disajikan oleh
penulis dalam bentuk grafik sebagai berikut.
0
10
20
30
Jum lah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jaw aban Kuesioner 16
Series1 3 14 21 24 16
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.1.14
Tidak Melakukan Aktivitas Lain Yang Tidak Berhubungan Dengan Pekerjaan
Berdasarkan gambar 4.2.1.14 di atas, komposisi jawaban responden
didominasi oleh jawaban setuju sebanyak 24 orang (30,76%). Kemudian diikuti
oleh jawaban ragu-ragu sebanyak 21 orang (26,92%), sangat setuju sebanyak 16
100
orang (20,51%), tidak setuju sebanyak 14 orang (17,94%), dan jawaban sangat
tidak setuju sebanyak 3 orang (3,84%).
Untuk dapat terlaksananya pekerjaan secara optimal, penting bagi pegawai
untuk komitmen dalam pekerjaannya. Fokus terhadap pelaksanaan pekerjaan yang
menjadi tugas pokok dan fungsi masing-masing pegawai dan tidak melakukan
aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Dalam komposisi jawaban di atas, terdapat sebanyak 51,28% responden
memberikan jawaban positif dan 48,71% pegawai memberikan jawaban negatif.
Pegawai yang memberikan jawaban positif menganggap penting adanya suatu
komitmen dalam bekerja dan taat terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
yang dibebankan kepadanya. Tetapi, untuk sebesar 48,71% pegawai menganggap
bahwa untuk melakukan hal-hal kecil seperti mengakses internet dan berbelanja
untuk hiburan menghilangkan lelah dalam bekerja itu tidak masalah dan tidak
akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Melakukan aktivitas-aktivitas lain yang
tidak berhubungan dengan pekerjaan juga sangat memungkinkan terjadinya
perselingkuhan pegawai di lingkungan DPKAD Provinsi Banten.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
101
Tabel 4.2.1.14
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 16
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 1,92 15,38 17,31 38,46 26,92
Perempuan 7,69 23,08 46,15 15,38 7,69
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 34,61 dan jawaban positif sebesar 65,39. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 76,92 dan jawaban positif
sebesar 23,08. Sama seperti pada jawaban responden sebelumnya, bahwa terdapat
hasil yang berbanding terbalik antara responden laki-laki dan responden
perempuan. Responden laki-laki lebih konsisten untuk tidak melakukan aktivitas
lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan saat jam kerja dibandingkan
dengan responden wanita yang lebih mudah mengalami kejenuhan dalam bekerja.
102
0
10
20
30
40
Jumlah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jawaban Kuesioner 17
Series1 13 36 22 6 1
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.1.15
Tidak Mencari Penghasilan Sampingan Di Luar Kantor
Berdasarkan gambar 4.2.1.15 di atas, terlihat bahwa komposisi jawaban
responden didominasi oleh jawaban tidak setuju sebanyak 36 orang (46,15%).
Kemudian diikuti oleh jawaban ragu-ragu sebanyak 22 orang (28,20%), sangat
tidak setuju sebanyak 13 orang (16,67%), setuju sebanyak 6 orang (7,69%) dan
sangat setuju sebanyak 1orang (1,28%).
Terlihat bahwa dalam komposisi jawaban gambar 4.2.1.4.2 ini, didapatkan
jawaban responden memberikan jawaban positif sebesar 8,97% dan 91,02%
responden memberikan jawaban negative. Artinya, bahwa menurut sebagian besar
pegawai, yaitu sebesar 91,02% pegawai menyatakan bahwa mereka mencari
penghasilan lain di luar kantor. Hal ini mereka lakukan karena semakin
meningkatnya tuntutan kebutuhan hidup, misalnya biaya pendidikan anak, susu
103
untuk anak, dan kebutuhan materi lainnya. Oleh karena itu, tidak jarang
ditemukan pegawai yang menawarkan barang dagangan di lingkungan kerja.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.1.15
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 17
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 13,46 51,92 25,00 7,69 1,92
Perempuan 23,08 34,62 34,62 7,69 -
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 90,38 dan jawaban positif sebesar 9,62. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 92,32 dan jawaban positif
sebesar 7,68.
Dari jawaban di atas menunjukkan sangat besarnya kecenderungan para
pegawai untuk mencari tambahan penghasilan di luar penghasilan kantor. Namun,
dari sekian banyak responden, responden perempuan lebih cenderung mencari
penghasilan lain di luar kantor dibandingkan dengan responden laki-laki. Banyak
ditemui pegawai perempuan yang berjualan di kantor tempat kerjanya, misalnya
berjualan baju, perabotan rumah tangga dan lain sebagainya.
104
Selanjutnya guna menyimpulkan tanggapan-tanggapan responden
sebagaimana yang telah diuji pada 78 orang responden dalam 15 grafik di atas,
berikut ini penulis sajikan rekapitulasi tanggapan-tanggapan tersebut dalam tabel
di bawah ini.
Tabel 4.2.1.16
Rekapitulasi Tanggapan-tanggapan Responden Mengenai Disiplin Kerja
Bobot Tiap Jawaban No. Tabel
1 2 3 4 5
1 4.2.1.1 2 1 13 35 27
2 4.2.1.2 5 10 16 33 14
3 4.2.1.3 3 18 11 26 20
4 4.2.1.4 8 25 13 24 8
5 4.2.1.5 6 30 14 18 10
6 4.2.1.6 2 34 19 22 1
7 4.2.1.7 4 12 15 34 13
8 4.2.1.8 16 30 12 18 2
9 4.2.1.9 0 4 24 37 13
10 4.2.1.10 0 10 10 29 29
11 4.2.1.11 3 7 15 33 20
12 4.2.1.12 1 13 21 29 14
13 4.2.1.13 3 12 22 27 14
14 4.2.1.14 3 14 21 24 16
15 4.2.1.15 13 36 22 6 1
Jumlah 69 256 248 395 202
Rata-rata 4.60 17.07 16.53 26.33 13.47
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
4.2.2 Analisis Produktivitas Kerja
Selanjutnya penulis melakukan pengujian terhadap tiap-tiap pernyataan
dalam kuesioner yang dikenal dengan istilah analisis item terhadap variabel y
105
(produktivitas kerja). Maka diperoleh data variabel y yaitu produktivitas kerja
yang dibagi menjadi 4 dimensi, yaitu efektivitas, efisiensi, pengetahuan terhadap
bidang pekerjaan dan keterampilan. Kemudian, dari dimensi ini dibuat pertanyaan
sejumlah 13 item. Selanjutnya data kemudian diuji coba statistik menggunakan
rumus pearson product moment sehingga didapat data yang valid. Variabel y 13
item pertanyaan valid. Artinya, seluruh item pertanyaan untuk variabel y adalah
valid, yng diisi oleh 78 responden.
4.2.2.1 Efektivitas
Dimensi efektivitas ini, mencakup 4 item pertanyaan, yaitu berusaha
mencapai target dalam bekerja, kuantitas pekerjaan yang meningkat, bekerja
dengan akurat dan teliti, dan kualitas kerja yang meningkat. Data tersebut
disajikan oleh penulis dalam bentuk grafik sebagai berikut.
0
10
20
30
Jum lah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jaw aban Kuesioner 18
Series1 1 21 20 26 10
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.2.1
Pencapaian Target Pekerjaan Yang Maksimal
106
Dalam gambar 4.2.2.1 di atas, terlihat komposisi jawaban didominasi oleh
jawaban setuju sebanyak 26 orang (33,33%). Kemudian diikuti oleh jawaban tidak
setuju sebanyak 21 orang (26,92%), ragu-ragu sebanyak 20 orang (25,64%),
sangat setuju sebanyak 10 orang (12,82%) dan sangat tidak setuju sebanyak 1
orang (1,28%).
Berdasarkan gambar di atas, didapatkan prosentase responden yang
memberikan jawaban negatif lebih besar dibandingkan dengan yang memberikan
jawaban negatif, yaitu 53,84% responden memberikan jawaban negatif dan
46,15% responden memberikan jawaban positif. Artinya, bahwa pelaksanakan
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai belum dilaksanakan berdasarkan target
yang telah ditetapkan dalam organisasi. Dengan begitu, akan sulit bagi organisasi
untuk mewujudkan tujuan organisasi yang ingin dicapai dan telah ditetapkan
sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.2.1
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 18
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 1,92 28,85 15,38 42,31 11,54
Perempuan - 23,08 46,15 15,38 15,38
107
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 46,15 dan jawaban positif sebesar 53,85. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 69,23 dan jawaban positif
sebesar 30,77. Dari jawaban di atas, menunjukan bahwa responden laki-laki lebih
konsisten untuk menyelesaikan dan mencapai target kerja secara maksimal
dibandingkan dengan responden wanita. Meskipun, secara keseluruhan jawaban
responden menunjukan bahwa sulit untuk pegawai dapat mencapai target secara
maksimal. Banyak faktor yang mempengaruhi sulit tercapainya target secara
maksimal, misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang memadai serta
kurangnya sumber daya manusia yang handal.
0
10
20
30
40
Jumlah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jaw aban Kuesioner 19
Series1 5 12 11 32 18
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.2.2
Kuantitas Kerja Senantiasa Meningkat
108
Berdasarkan gambar 4.2.2.2 di atas, terlihat komposisi jawaban responden
didominasi oleh jawaban setuju yaitu sebanyak 32 orang (41,02%). Kemudian
diikuti oleh jawaban sangat setuju sebanyak 18 orang (23,07%), tidak setuju
sebanyak 12 orang (15,38%), ragu-ragu sebanyak 11 orang (14,10%) dan sangat
tidak setuju sebanyak 5 orang (6,41%).
Dalam gambar di atas, terlihat jawaban didominasi oleh jawaban positif
responden, yaitu sebesar 64,10%. Sisanya, yaitu sebesar 35,89% responden
memberikan jawaban negatif. Namun sulit untuk mendapatkan kuantitas yang
meningkat pada instansi pemerintah seperti DPKAD ini karena tidak adanya
standar yang baku yang diberlakukan bagi PNS untuk melakukan pekerjaan sesuai
dengan standar yang ditentukan.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.2.2
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 19
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 5,77 17,31 7,69 40,38 28,85
Perempuan 7,69 11,54 26,92 42,31 11,54
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 30,77 dan jawaban positif sebesar 69,23. Sedangkan responden
109
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 46,15 dan jawaban positif
sebesar 53,85.
Angka ini menunjukan bahwa responden laki-laki lebih mampu dan
berusaha untuk meningkatkan kuantitas kerjanya dibandingkan dengan responden
perempuan. Artinya bahwa produktivitas kerja pegawai laki-laki lebih baik
dibandingkan dengan produktivitas kerja pegawai perempuan pada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten.
0
10
20
30
Jumlah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jaw aban Kuesioner 20
Series1 4 17 14 30 13
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.2.3
Pegawai Senantiasa Bekerja Dengan Akurat dan Teliti
Berdasarkan gambar 4.2.2.3 di atas terlihat komposisi jawaban responden
didominasi oleh jawaban setuju sebanyak 30 orang (38,46%). Kemudian diikuti
oleh jawaban tidak setuju sebanyak 17 orang (21,79%), ragu-ragu sebanyak 14
orang (17,94%), sangat setuju sebanyak 13 orang (16,67%), dan sangat tidak
setuju sebanyak 1 orang (1,28%).
110
Pegawai yang memberikan jawaban negatif sebesar 44,87% dan sisanya
memberikan jawaban positif sebesar 55,12%. Ketelitian dan akurasi dalam
bekerja sangat berdampak pada terjadinya kesalahan-kesahalahan pegawai dalam
bekerja. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kesalahan yang dilakukan pegawai
misalnya saja dalam hal pengetikan. Banyak pegawai yang kurang memiliki
keahlian meggunakan peralatan seperti komputer.
Apabila hal tersebut terjadi berlarut-larut tanpa solusi maka resiko yang
besar akan diterima oleh organisasi. Oleh karena itu diperlukan pelatihan untuk
menambah skill bagi para PNS sehingga kesalahan dalam bekerja dapat dikurangi.
Melaksanakan pelatihan bagi para pegawai memang memerlukan pengorbanan
yang tidak kecil tetapi hasil yang diperolehnya jauh lebih besar daripada
pengorbanan tersebut. Hal ini disebabkan dengan dilaksanakan latihan dapat
diharapkan pekerjaan akan dapat dilakukan lebih cepat dan lebih baik, kesalahan
dapat diperkecil, pemborosan dapat ditekan, peralatan dapat digunakan secara
lebih baik, kecelakaan dapat diperkecil dan sebagainya.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
111
Tabel 4.2.2.3
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 20
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 3,85 21,15 21,15 34,62 19,23
Perempuan 7,69 23,08 11,54 46,15 11,54
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 46,15 dan jawaban positif sebesar 53,85. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 42,31 dan jawaban positif
sebesar 57,69.
Hasil ini menunjukan responden perempuan bekerja lebih teliti
dibandingkan dengan responden laki-laki. Berdasarkan pengamatan peneliti,
responden laki-laki cenderung terburu buru dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
sehingga hasilnya kurang akurat dibandingkan dengan hasil kerja responden
perempuan yang lebih teliti dan berhat-hati.
112
0
10
20
30
Jumlah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jaw aban Kuesioner 21
Series1 4 28 14 30 2
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.2.4
Senantiasa Meningkatkan Kualitas Kerja
Berdasarkan gambar 4.2.2.4 di atas, komposisi jawaban responden
didominasi oleh jawaban setuju sebanyak 30 orang (38,46%). Kemudian diikuti
oleh jawaban tidak setuju sebanyak 28 orang (35,89%), ragu-ragu sebanyak 14
orang (17,94%), sangat tidak setuju sebanyak 4 orang (5,12%) dan sangat setuju
sebanyak 2 orang (2,56%).
Pegawai yang memberikan jawaban negatif menegaskan alasannya, bahwa
kinerja PNS hanya dinilai dari kuantitasnya saja. Namun secara kualitas,
kinerjanya belum dapat dikategorikan ”baik”. Hal ini terbukti dari masih
banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh PNS dalam melaksanakan tugas yang
diberikan oleh pimpinan dan dalam melayani masyarakat. Hal ini sebenarnya
tidak selayaknya disandang oleh PNS mengingat PNS dekat dan menjadi panutan
113
masyarakat dan pada akhirnya akan berdampak pada pemberian pelayanan yang
kurang maksimal kepada masyarakat.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.2.4
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 21
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 50 dan jawaban positif sebesar 50. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 76,93 dan jawaban positif
sebesar 23,07. Dari hasil jawaban responden di atas, menunjukan bahwa
responden laki-laki senantiasa meningkatkan kualitas kerja dibandingkan dengan
responden perempuan. Namun memang sulit untuk menilai bagaimana kualitas
kerja seorang PNS.
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 5,77 32,69 11,54 46,15 3,85
Perempuan 3,85 42,31 30,77 23,08 -
114
4.2.2.2 Efisiensi
Dimensi efisiensi ini mencakup 3 item pertanyaan, yaitu realisasi
penggunaan dana, realisasi penggunaan fasilitas, dan realisasi penggunaan waktu
kerja. Data tersebut disajikan oleh penulis dalam bentuk grafik sebagai berikut.
0
10
20
30
40
Jumlah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jawaban Kuesioner 22
Series1 5 10 15 33 15
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.2.5
Realisasi Penggunaan Dana Dilakukan Dengan Sebenar-benarnya
Berdasarkan gambar 4.2.2.5 di atas, terlihat komposisi jawaban responden
didominasi oleh jawaban setuju sebanyak 33 orang (42,30%). Kemudian diikuti
oleh jawaban sangat setuju dan ragu-ragu masing-masing sebanyak 15 orang
(19,2%), tidak setuju sebanyak 10 orang (12,82%) dan sangat tidak setuju
sebanyak 5 orang (6,41%).
Dari gambar di atas, didapatkan komposisi jawaban positif responden
sebesar 61,53% dan sisanya yang memberikan jawaban negative sebesar 38,46%.
Ditinjau dari efisiensi kerja, mayoritas pegawai DPKAD Provinsi Banten telah
115
menunjukan hal-hal yang positif. Artinya pegawai telah berusaha untuk tidak
boros dalam menggunakan dana kantor dalam bekerja. Hal ini terjadi karena
adanya pengawasan yang cukup ketat terhadap penggunaan dana. Namun masih
saja ada beberapa oknum pegawai yang menggunakan kesempatan ketika
pimpinan lengah.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jeni kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.2.3
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 22
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 3,85 13,46 5,77 51,92 25,00
Perempuan 11,54 11,54 46,15 23,08 7,69
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 23,08 dan jawaban positif sebesar 76,92. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 69,23 dan jawaban positif
sebesar 30,77. Berbanding terbalik dengan jawaban responden perempuan,
responden laki-laki lebih konsisten menggunakan realisasi dana dengan sebaik-
baiknya dibandingkan dengan perempuan.
116
0
10
20
30
Jumlah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jaw aban Kuesioner 23
Series1 1 20 20 30 7
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.2.6
Realisasi Penggunaan Fasilitas Dilakukan Dengan Sebenar-Benarnya
Berdasarkan gambar 4.2.2.6 di atas, terlihat komposisi jawaban responden
didominasi oleh jawaban setuju sebanyak 30 orang (38,46%). Kemudian diikuti
oleh jawaban ragu-ragu dan tidak setuju masing-masing sebesar 20 orang
(25,64%), sangat setuju sebanyak 7 orang (8,97%) dan sangat tidak setuju
sebanyak 1 orang (1,28%).
Di sini, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memberikan
jawaban negatif, yaitu sebesar 52,56% dan sisanya sebesar 47,43% memberikan
jawaban positif. Sebagian besar pegawai menyatakan sulit untuk menghemat
penggunaan fasilitas kantor. Misalnya saja dalam penggunaan telepon, faximile,
dan foto copy milik DPKAD. Para pegawai menggunakan berbagai fasilitas
dengan sekehendak hati. Penggunaannya bukan hanya untuk kepentingan kantor
tetapi juga untuk kepentingan pribadi. Apabila hal itu berjalan terus menerus
117
maka akan terjadi pemborosan yang kemudian akan merugikan instansi
(DPKAD).
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.2.6
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 23
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 1,92 23,08 23,08 40,38 11,54
Perempuan - 30,77 30,77 34,62 3,85
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 48,08 dan jawaban positif sebesar 51,92. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 61,54 dan jawaban positif
sebesar 38,46. Hasil ini menunjukan bahwa responden perempuan lebih boros
dalam menggunakan fasilitas kantor dibandingkan dengan responden laki-laki.
Dalam wawancara dengan salah satu responden perempuan, dikatakan ”Ini kan
sudah dibiayai oleh negara, ya tidak apa-apa. Kalau habis kan masih ada
anggarannya lagi”.
118
0
10
20
30
Jum lah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jawaban Kuesioner 24
Series1 3 24 21 24 6
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.2.7
Penggunaan Waktu Kerja Secara Maksimal
Berdasarkan gambar 4.2.2.7 di atas, terlihat komposisi jawaban responden
didominasi oleh jawaban setuju dan tidak setuju masing-masing sebesar 14 orang
(30,76%). Kemudian diikuti oleh jawaban ragu-ragu sebanyak 21 orang (26,92%),
sangat setuju sebanyak 6 orang (7,69%), dan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang
(1,28%).
Untuk indikator ini, dapat dilihat bahwa komposisi jawaban responden
dengan jawaban negatif mendominasi yaitu sebesar 61,53%. Sedangkan untuk
responden yang memberikan jawaban positif hanya sebesar 38,46%. Sebanyak
61,53% pegawai menyatakan tidak menggunakan waktu kerja untuk hal
bermanfaat. Kenyataan tersebut terlihat ketika peneliti melakukan observasi.
Banyak pegawai yang menggunakan waktu untuk menonton televisi, membaca
119
koran ataupun membuka komputer untuk sekedar mengakses internet. Hal ini
akan berakibat terhadap penurunan produktivitas kerja pegawai.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.2.7
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 24
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 3,85 28,85 26,92 36,54 3,85
Perempuan 3,85 34,62 26,92 19,23 15,38
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 59,62 dan jawaban positif sebesar 40,38. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 65,39 dan jawaban positif
sebesar 34,61.
Dari jawaban di atas terdapat hasil yang sebanding antara responden laki-
laki dan responden perempuan dalam menyikapi penggunaan waktu kerja secara
maksimal. Secara umum, baik responden laki-laki dan responden perempuan
menyatakan bahwa sulit untuk mencurahkan seluruh waktunya di kantor hanya
untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaannya. Namun, jika dibandingkan
responden perempuan cenderung lebih sulit untuk menggunakan waktu kerja
secara maksimal.
120
4.2.2.3 Pengetahuan Terhadap Bidang Pekerjaan
Dimensi pengetahuan terhadap bidang pekerjaan ini mencakup 3 item
pertanyaan, diantaranya penguasaan ketentuan dan prosedur kerja, pengetahuan
akan tugas pekerjaan, dan penguasaan teknologi tinggi. Data disajikan penulis
dalam bentuk grafik sebagai berikut.
0
20
40
60
Jumlah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jaw aban Kuesioner 25
Series1 2 8 15 43 10
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.2.8
Penguasaan Ketentuan dan Prosedur Kerja
Berdasarkan gambar 4.2.2.8 di atas terlihat komposisi jawaban responden
didominasi oleh jawaban setuju sebanyak 43 orang (55,12%). Kemudian diikuti
oleh jawaban ragu-ragu sebanyak 15 orang (19,23%), sangat setuju sebanyak 10
orang (12,82%), tidak setuju sebanyak 8 orang (10,25%), dan sangat tidak setuju
sebanyak 2 orang (2,56%).
121
Dari gambar di atas, terlihat bahwa sebagian besar reponsen memberikan
jawaban positif sebesar 67,94%, sedangkan responden yang memberikan jawaban
negatif hanya sebesar 32,05%. Artinya, bahwa sebanyak 67,94% pegawai
menyatakan telah menguasai prosedur dan peraturan yang ditetapkan oleh
organisasi. Karena apabila peagawai tidak menguasai ketentuan dan prosedur
kerja dalam organisai maka kemungkinan besar terjadi kekacauan dalam
pelaksanaannya. Untuk memperkecil kesalahan dalam pelaksanaan kerja perlu
adanya pengenalan terhadap seluruh ketentuan kerja Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Provinsi Banten.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membedakan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.2.8
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 25
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki - 9,62 13,46 63,46 13,46
Perempuan 7,69 11,54 30,77 38,46 11,54
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 23,08 dan jawaban positif sebesar 76,92. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 50 dan jawaban positif sebesar
122
50. Hasil ini menunjukan bahwa responden laki-laki lebih menguasai ketentuan
dan prosedur kerja dibandingkan responden perempuan.
0
10
20
30
Jum lah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jaw aban Kuesioner 26
Series1 8 28 14 27 1
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.2.9
Penguasaan Pengetahuan Akan Tugas Pekerjaan
Berdasarkan gambar 4.2.2.9 di atas, terlihat bahwa komposisi jawaban
responden didominasi oleh jawaban tidak setuju sebanyak 28 orang (35,89%).
Kemudian diikuti oleh jawaban setuju sebanyak 27 orang (34,61%), ragu-ragu
sebanyak 14 orang (17,94%), sangat tidak setuju sebanyak 8 orang (10,25%) dan
sangat setuju sebanyak 1 orang (1,28%).
Di sini, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memberikan jawaban
negatif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden yang memberikan
jawaban positif. 35,89% untuk jawaban positif dan 64,10% responden
memberikan jawaban negatif.
123
Sebagian besar pegawai menyatakan belum mengetahui tugas yang
seharusnya dikerjakan sesuai dengan peranan. Apabila pegawai tidak mengetahui
tugas yang seharusnya dikerjakan maka akan terjadi kesimpangsiuran dalam
organisasi. Hal ini mengakibatkan produktivitas kerja menjadi tidak maksimal
karena masih ada beberapa pegawai ditempatkan pada posisi yang salah.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.2.9
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 26
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 11,54 34,62 17,31 36,54 -
Perempuan 7,69 38,46 19,23 30,77 3,85
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 63,47 dan jawaban positif sebesar 36,53. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 65,38 dan jawaban positif
sebesar 34,62.
Menurut hasil jawaban di atas, secara umum penguasaan pengetahuan
akan tugas pekerjaan masih kurang. Namun jika dibandingkan, hasilnya
menunjukan bahwa responden laki-laki lebih menguasai pengetahuan akan tugas
pekerjaannya dibandingkan dengan responden wanita.
124
0
20
40
Jum lah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jaw aban Kuesioner 27
Series1 1 7 21 37 12
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.2.10
Penguasaan Teknologi Tinggi Yang Mendukung Pelaksanaan Pekerjaan
Berdasarkan gambar 4.2.2.10 di atas, komposisi jawaban responden
didominasi oleh jawaban setuju sebanyak 37 orang (47,43%). Kemudian diikuiti
oleh jawaban ragu-ragu sebanyak 21 orang (26,92%), sangat setuju sebanyak 12
orang (15,38%), tidak setuju sebanyak 7 orang (8,97%) dan sangat tidak setuju
sebanyak 1 orang (1,28%).
Menurut grafik di atas, dapat dilihat bahwa kecenderungan jawaban
responden memberikan jawaban positif, yaitu sebesar 62,82%. Sedangkan jumlah
responden dengan jawaban negatif sebesar 37,17%. Hal ini menunjukkan bahwa
sebanyak 62,82% pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Provinsi Banten telah mampu menggunakan teknologi tinggi untuk membantu
dalam pelaksanaan pekerjaan, karena dengan bantuan teknologi tinggi pekerjaan
akan menjadi lebih cepat diselesaikan. Sedangkan untuk sebesar 37,17% pegawai
125
yang belum mampu menggunakan teknologi dengan baik, menyatakan bahwa
pelaksanaan pekerjaan dengan cara manual jauh lebih mudah dilakukan. Usia dan
latar belakang pendidikan pegawai turut berpengaruh dalam hal ini.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.2.10
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 27
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki - 9,62 17,31 61,54 11,54
Perempuan 3,85 7,69 46,15 19,23 23,08
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 26,93 dan jawaban positif sebesar 73,07. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 57,69 dan jawaban positif
sebesar 42,31.
Menurut hasil di atas, dapat dilihat bahwa secara umum penguasaan
teknologi yang mendukung pekerjaan di DPKAD sudah baik. Karena sebagian
besar responden menguasai dan mampu menggunakan teknologi untuk
mempercepat penyelesaian pekerjaan yang menjadi beban tugasnya setiap hari.
Namun, jika dibandingkan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan,
responden laki-laki lebih menguasai penggunaan teknologi dibandingkan dengan
126
responden perempuan. Biasanya, pegawai perempuan hanya bisa mengoperasikan
komputer tanpa mengetahui bagaimana cara sistem itu dibuat, bagaimana jika
terjadi kerusakan sistem dan lain sebagainya.
4.2.2.4 Keterampilan
Dimensi keterampilan ini mencakup 3 item pertanyaan, yaitu pegawai
memiliki skill yang berhubungan dengan pekerjaan, tepat dalam analisa
keputusan, dan tepat dalam abalisa jadwal pekerjaan. Penulis menyajikan data
dalam bentuk grafik sebagai berikut.
0
10
20
30
40
Jumlah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jaw aban Kuesioner 28
Series1 9 38 14 13 4
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.2.11
Pegawai Memiliki Skill Yang Berhubungan Dengan Pekerjaan
Berdasarkan gambar 4.2.2.11 di atas, terlihat komposisi jawaban
didominasi oleh jawaban tidak setuju sebanyak 38 orang (48,71%). Kemudian
diikuti oleh jawaban ragu-ragu sebanyak 14 orang (17,94%), setuju sebanyak 13
127
orang (16,67%), sangat tidak setuju sebanyak 9 orang (11,53%), dan sangat setuju
sebanyak 4 orang (5,12%).
Di sini, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memberikan
jawaban negative, yaitu sebanyak 79,48% dan sisanya sebanyak 20,51%
memberikan jawaban positif. Ini menunjukkan bahwa sebanyak 79,48% pegawai
menyatakan belum memiliki skill yang berhubungan dengan pekerjaan. Hal
tersebut mengakibatkan pegawai tidak dapat memaksimalkan hasil pekerjaannya.
Oleh karena itu yang dapat mendorong pengembangan skill yaitu dengan
diberikannya pelatihan kerja. Hal yang paling utama yang seharusnya dilakukan
adalah dengan melaksanakan pola rekrutmen yang tepat. Pola rekrutmen ini dapat
dilaksanakan dengan mempertimbangkan tingkat pendidikan, pengalaman,
pengetahuan, keterampilan, kecerdasan, kesehatan, umur, bakat, dan kepribadian
calon pegawai.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.2.11
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 28
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 13,46 44,23 19,23 17,31 5,77
Perempuan 7,69 57,69 15,38 15,38 3,85
128
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 76,92 dan jawaban positif sebesar 23,08. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 80,76 dan jawaban positif
sebesar 19,24.
Menurut hasil di atas, dapat dilihat bahwa secara umum responden kurang
memperhatikan pentingnya penguasaan skill yang mendukung pelaksanaan
pekerjaan. Menurut responden, dengan menguasai prosedur kerja serta mampu
menggunakan teknologi dengan baik sudah cukup untuk mendukung pelaksanaan
pekerjaan di kantor. Jika dibandingkan, responden laki-laki lebih memperhatikan
penguasaan skill yang berhubungan dengan pekerjaan dibandingkan dengan
perempuan. Dan memang, kenyataan dalam dunia kerja mengharuskan pegawai
laki-laki untuk lebih menguasai skill dibandingkan dengan pegawai perempuan.
0
10
20
30
Jum lah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jaw aban Kuesioner 29
Series1 11 28 11 27 1
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.2.12
Tepat Dalam Analisa Keputusan Mengenai Pekerjaan
129
Berdasarkan gambar 4.2.2.12 di atas terlihat komposisi jawaban responden
didominasi oleh jawaban tidak setuju sebanyak 28 orang (35,89%). Kemudian
diikuti oleh jawaban setuju sebanyak 27 orang (34,61%), ragu-ragu dan sangat
tidak setuju masing-masing sebanyak 11 orang (14,10) dan sangat setuju sebanyak
1 orang (1,28%).
Di sini, terlihat bahwa komposisi jawaban responden dengan jawaban
negatif lebih besar dibandingkan dengan jumlah responden dengan jawaban
positif. 64,10% jumlah responden memberikan jawaban negatif dan 35,89%
responden menyatakan jawaban positif. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar
pegawai tidak terampil dalam mengambil keputusan. Seluruh keputusan berasal
dari pimpinan tanpa tanpa memiliki inisiatif sendiri untuk membuat suatu
keputusan.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.2.12
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 29
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 15,38 32,69 13,46 38,46 -
Perempuan 11,54 42,31 15,38 26,92 3,85
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
130
negatif sebesar 61,53 dan jawaban positif sebesar 38,47. Sedangkan responden
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 69,23 dan jawaban positif
sebesar 30,77.
Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa secara umum responden kurang
mampu mengambil keputusan secara mandiri dalam penyelesaian pekerjaannya.
Mereka beranggapan bahwa pengambilan keputusan pada akhirnya adalah tugas
tanggung jawab pimpinan, sedangkan pegawai hanya menjalankan saja. ”takut
disalahkan pimpinan, jika pegawai mengambil kebijakan sendiri”, tutur salah
responden.
Dan jika dibandingkan, responden laki-laki lebih berani mengambil
keputusan dibandingkan dengan responden perempuan, yang kurang berani dan
takut disalahkan.
0
10
20
30
40
Jum lah Responden
Skor Jaw aban Responden
Jaw aban Kuesioner 30
Series1 5 34 22 16 1
1 2 3 4 5
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.2.2.13
Tepat Dalam Analisa Jadwal Penyelesaian Pekerjaan
131
Berasarkan gambar 4.2.2.13 di atas terlihat bahwa komposisi jawaban
didominasi oleh jawaban tidak setuju sebanyak 34 orang (43,58%). Kemudian
diikuti oleh jawaban ragu-ragu sebanyak 22 orang (28,20%), setuju sebanyak 16
orang (20,51%), sangat tidak setuju sebanyak 5 orang (6,41%) dan sangat setuju
sebanyak 1 orang (1,28%).
Dari gambar tersebut telihat bahwa sebanyak 78,20% responden
memberikan jawaban negatif dan hanya 21,79 responden memberikan jawaban
positif. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai tidak memiliki jadwal
kerja yang teratur. Dengan kata lain, pegawai tidak memiliki perencanaan kerja
yang baik, yang pada akhirnya akan berdampak pada ketidakproduktifan kerja
pegawai.
Untuk lebih jelasnya, peneliti membandingkan hasil jawaban responden
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Tabel 4.2.2.13
Perbandingan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner 30
Jenis Kelamin STS (%) TS (%) RR (%) S (%) SS (%)
Laki-laki 7,69 48,08 19,23 23,08 1,92
Perempuan 3,85 34,62 46,15 15,38 -
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variasi jawaban responden laki-laki
dan perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan jawaban
negatif sebesar 75 dan jawaban positif sebesar 25. Sedangkan responden
132
perempuan memberikan jawaban negatif sebesar 84,62 dan jawaban positif
sebesar 15,38.
Secara umum, dari jawaban di atas dapat dilihat bahwa pegawai masih
kurang dalam analisa jadwal penyelesaian pekerjaan. Dari hasil wawancara,
dikatakan oleh Kasubbag Umum & Kepegawaian, masih banyak keterlambatan
dalam penyelesaian laporan keuangan yang menunjukan masih kurangnya analisa
jadwal penyelesaian pekerjaan oleh pegawai. Meskipun demikian, responden laki-
laki lebih baik dalam hal analisa jadwal penyelesaian pekerjaan dibandingkan
dengan responden perempuan yang lebih sulit mengatur jadwal kerjanya.
Selanjutnya, guna menyimpulkan tanggapan-tanggapan responden
sebagaimana diujikan pada 78 responden untuk 13 item pertanyaan di atas, berikut
ini penulis sajikan rekapitulasi tanggapan-tanggapan instrumen variabel y sebagai
berikut.
133
Tabel 4.2.1.2
Rekapitulasi Tanggapan-Tanggapan Responden
Mengenai Produktivitas Kerja
Bobot Tiap Jawaban No. Tabel
1 2 3 4 5
1 4.2.2.1 1 21 20 26 10
2 4.2.2.2 5 12 11 32 18
3 4.2.2.3 4 17 14 30 13
4 4.2.2.4 4 28 14 30 2
5 4.2.2.5 5 10 15 33 15
6 4.2.2.6 1 20 20 30 7
7 4.2.2.7 3 24 21 24 6
8 4.2.2.8 2 8 15 43 10
9 4.2.2.9 8 28 14 27 1
10 4.2.2.10 1 7 21 37 12
11 4.2.2.11 9 38 14 13 4
12 4.2.2.12 11 28 11 27 1
13 4.2.2.13 5 34 22 16 1
Jumlah 59 275 212 368 100
Rata-rata 4.54 21.15 16.31 28.31 7.69
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
4.3 Pengujian Persyaratan Statistik
4.3.1 Uji Normalitas Data
Setelah dilakukan uji normalitas dengan menggunakan SPSS 17,00
didapatkan hasil sebagai berikut.
134
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.3.1.1
Hasil Uji Normalitas Data Dengan Histogram
Dengan melihat histogram, distribusi normal karena bentuk kurva
berbentuk lonceng dan simetris, berarti sebaran berdistribusi normal, tidak
melenceng ke kiri ataupun ke kanan. Artinya, data hubungan disiplin kerja dengan
produktivitas kerja pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD)
Provinsi Banten berdistribusi normal.
Untuk lebih menguatkan hasil uji normalitas, peneliti juga menggunakan
uji normalitas dengan scatterplot. Hasilnya dapat dilihat dalam gambar di bawah
ini.
135
Gambar 4.3.1.2
Hasil Uji Normalitas Data Dengan Scatterplot
Sedangkan dengan melihat scatterplot, dapat dilihat bahwa sebaran
berdistribusi normal karena beada dekat dan mengumpul di sekeliling garis
regresi. Tidak membentuk suatu pola ataupun tersebar jauh dari garis regresi. Ini
berarti, berdasarkan uji normalitas data, data yang diolah berdistribusi normal dan
dapat menggunakan uji parametrik untuk analisa selanjutnya.
4.3.2 Uji Validitas
Pengertian valid atau tidaknya suatu alat ukur tergantung dari mampu atau
tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan
tepat.
136
Uji validitas digunakan untuk menunjukkan tingkat kevalidan instrumen
penelitian, artinya instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Keputusan pada sebuah butir pertanyaan dapat dianggap valid
jika diketahui dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment,
yang hasilnya melebihi nilai r kritis yang terdapat dalam gambar. Karena, dalam
gambar tidak didapatkan r kritis dengan jumlah sampel 78, maka penulis
melakukan interpolasi untuk mendapatkan r kritis sebagai berikut.
0,227 ? 0,220
75 78 80
(78-75) : (80-75) = (x-0,227) : (0,220-0,227)
3 : 5 = x-0,227 : -0,007
5 (x-0,227) = 3 (-0,007)
5x-1,135 = -0,021
5x = 1,135 – 0,021
x = 0,2228
Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan nilai r kritis pada jumlah
sampel sebanyak 78 orang adalah sebesar 0,2228, dengan tingkat kesalahan 5%.
137
4.3.2.1 Uji Validitas Variabel X
Setelah melakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS 17,00,
dapat dilihat terdapat 2 item pertanyaan yang tidak valid pada variabel x (disiplin
kerja) karena memiliki nilai r lebih kecil dari r gambar. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Tabel 4.3.1.1 Hasil Uji Validitas Variabel X (Disiplin Kerja)
Validitas Variabel X
Item Pertanyaan Nilai r r Kritis Keterangan
1 0,389 0,2228 Valid
2 0,202 0,2228 Tidak Valid
3 0,267 0,2228 Valid
4 0,263 0,2228 Valid
5 0,335 0,2228 Valid
6 0,195 0,2228 Tidak Valid
7 0,261 0,2228 Valid
8 0,225 0,2228 Valid
9 0,228 0,2228 Valid
10 0,335 0,2228 Valid
11 0,459 0,2228 Valid
12 0,469 0,2228 Valid
13 0,358 0,2228 Valid
14 0,355 0,2228 Valid
15 0,591 0,2228 Valid
16 0,501 0,2228 Valid
17 0,346 0,2228 Valid
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
138
Dari gambar 4.3.1.1 di atas, terlihat bahwa item pertanyaan yang tidak
valid terdapat pada item pertanyaan nomor 2 dan 6, yang selanjutnya tidak
diujikan dalam pengujian reliabilitas variabel x.
4.3.2.2 Uji Validitas Variabel Y
Adapun pengujian validitas variabel y dapat dilihat dalam gambar di
bawah ini.
Tabel 4.3.1.2
Hasil Uji Validitas Variabel Y (Produktivitas Kerja)
Validitas Variabel Y
Item Pertanyaan Nilai r r Kritis Keterangan
1 0,337 0,2228 Valid
2 0,557 0,2228 Valid
3 0,428 0,2228 Valid
4 0,415 0,2228 Valid
5 0,449 0,2228 Valid
6 0,378 0,2228 Valid
7 0,432 0,2228 Valid
8 0,435 0,2228 Valid
9 0,384 0,2228 Valid
10 0,531 0,2228 Valid
11 0,445 0,2228 Valid
12 0,472 0,2228 Valid
13 0,342 0,2228 Valid
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
139
Dari gambar 4.3.1.2 uji validitas variabel y terlihat bahwa tidak terdapat
item pertanyaan yang tidak valid, karena semua item pertanyaan memiliki nilai r
yang lebih besar dibandingkan dengan r gambar. Selanjutnya, semuanya dapat
diujikan dalam pengujian reliabilitas variabel y.
4.3.3 Uji Reliabilitas
Guna menjaga kehandalam dari sebuah instrumen atau alat ukur maka
peneliti melakukan uji reliabilitas, dimana instrumen yang diuji nilai
reliabilitasnya adalah instrumen yang dinyatakan valid, sedangkan instrumen yang
dinyatakan tidak valid maka tidak dapat diujikan reliabilitasnya. Dalam
pengukuran reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan
SPSS 17,00. Menurut Purwanto (2007 : 181), semua variabel dinyatakan reliabel
jika nilai alphanya lebih dari 0,30.
140
4.3.3.1 Uji Reliabilitas Variabel X (Disiplin Kerja)
Tabel 4.3.2.1
Reliabilitas Variabel X (Disiplin Kerja)
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Berdasarkan hasil pengolahan data pengolahan data dengan menggunakan
SPSS 17,00 diketahui bahwa nilai reliabilitas pada variabel X yang pengujiannya
menggunakan metode Alpha Cronbach adalah sebesar 0,489. Hal ini menunjukan
bahwa instrumen ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena nilai alpha nya lebih dari 0,30.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.489 .583 15
141
4.3.3.2 Uji Reliabilitas Variabel Y (Produktivitas Kerja)
Tabel 4.3.2.2
Reliabilitas Variabel Y (Produktivitas Kerja)
Reliability Statistics Variabel Y
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
634 .636 13
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 17,00
diketahui bahwa nilai reliabilitas pada variabel Y yang pengujiannya
menggunakan metode Alpha Cronbach adalah sebesar 0,634. Hal ini
menunjukkan bahwa instrumen dapat ini digunakan dalam rangka pengumpulan
data.
4.4 Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan
antara disiplin kerja dengan produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten. Menurut perhitungan koefisien
korelasi dengan menggunakan bantuan SPSS 17,00, didapatkan hasil perhitungan
uji koefisien korelasi sebagi berikut.
142
Tabel 4.4.1
Uji Koefisien Korelasi Product Moment
Correlations
Disiplin Produktivitas
Pearson Correlation 1 .348**
Sig. (2-tailed) .002
Disiplin
N 78 78
Pearson Correlation .348** 1
Sig. (2-tailed) .002
Produktivitas
N 78 78
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang
positif sebesar 0,348 antara disiplin kerja dengan produktivitas kerja. Untuk dapat
memberikan interpretasi terhadap kuatnya hubungan, maka dapa digunakan
pedoman seperti pada gambar di bawah ini.
143
Tabel 4.4.2
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa koefisien korelasi
yang ditemukan sebesar 0,348. Koefisien korelasi sebesar 0,348 termasuk pada
kategori rendah. Jadi, terdapat hubungan yang rendah antara variable X (disiplin
kerja) dengan variable Y (produktivitas kerja). Hubungan tersebut positif karena
rhitung ⟩ rgambar (0,348 ⟩ 02228). Pada penelitian ini menggunakan jumlah sample
(n) sebesar 78 responden dengan taraf kesalahan 5% atau α = 0,05, maka harga
rgambar sebesar 0,2228. Artinya, rhitung lebih besar dari rgambar (0,348 ⟩ 0,2228),
maka Ho ditolak dan Ha dierima.
Untuk menguji signifikansi korelasi, yaitu apakah hubungan yang
ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 78 orang, maka
perlu diuji signifikansinya. Adapun rumus uji signifikansi korelasi product
moment, yaitu :
144
= 0,348 )348,0)(348,0(1
278−
−
= 0,348 121,01
76−
= 0,348 879,076
= 0,348 462,86
= (0,348).(9,298)
t = 3,236
Tgambar dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 05,0=α dengan dk
= n-2. Untuk mencari nilai Tgambar ditentukan dengan dk = n-2; 05,0=α dengan
taraf level signifikansi untuk uji dua arah, dengan demikian dk = 78 – 2 = 76;
05,0=α .
Akan tetapi tidak ditemukan nilai dk = 76 pada gambar nilai-nilai dalam
distribusi t, maka dilakukan interpolasi nilai distribusi t pada dk = 76 sebagai
berikut.
2,000 ? 1,980
60 76 120
2 1 2
r nr t − −
=
145
(76 – 60) : (120 – 60) = (x – 2,000) : (1,980 – 2,000)
16 : 60 = (x - 2,000) : (-0,02)
60 (x – 2,000) = 16 (-0,02)
60x - 120 = -0,32
60x = 120-0,32
60x = 119,68
X = 1,994
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan penulis, maka didapat nilai
dk = 76; 05,0=α dengan uji dua arah sebesar 1,994. Dengan demikian Tgambar =
1,994.
Dari perhitungan di atas, maka dapat penulis bandingkan Thitung dengan
Tgambar dimana Thitung lebih besar dari Tgambar pada nilai distribusi T dengan nilai
Tgambar sebesar 1,994.
Dengan demikian Thitung ≥ Tgambar; maka Ha diterima dan Ho ditolak,
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin kerja dengan
produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Provinsi Banten, seperti pada gambar di bawah ini.
146
Ho ditolak Ho ditolak
Daerah Penerimaan Ho
-3,236 -1,994 1,994 3,236
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Gambar 4.4.3
Kurva Uji Hipotesis
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis korelasi antara variabel x (disiplin kerja) dengan
variabel y (produktivitas kerja), maka peneliti dapat memberikan interpretasi
dilihat dari kekuatan hubungan dua variabel (variabel x dan variabel y),
signifikansi hubungan antara variabel x dan variabel y, serta arah hubungan antara
variabel x dan variabel y.
Dari hasil perhitungan Uji Koefisien Korelasi Product Moment antara
variabel x (disiplin kerja) dan variabel y (produktivitas kerja), maka didapatkan
nilai koefisien korelasi sebesar 0,348. Dengan menggunakan tabel interpretasi
koefisien korelasi, dapat diketahui bahwa hubungan antara variabel x (disiplin
kerja) dan variabel y (produktivitas kerja) yang dimaksud berada pada tingkat
hubungan rendah.
147
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, kurangnya disiplin PNS pada
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten tidak
selalu berkaitan dengan produktivitas kerja pegawainya. Ada beberapa PNS yang
pintar dan dianggap profesional dalam pekerjaannya terkadang kurang
memperhatikan kedisiplinannya, misalnya dalam ketepatan hadir atau mengikuti
apel pagi. Namun dalam hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan,
mereka konsisten untuk menyelesaikannya dengan baik sesuai pada waktu yang
ditentukan.
Kemudian dari hasil perhitungan uji signifikansi korelasi, didapatkan nilai
signifikansi t sebesar 3,236. Nilai signifikansi thitung ini lebih besar dari nilai ttabel
(berdasarkan hasil interpolasi didapat nilai ttabel = 1,994). Dengan demikian, maka
Ha diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
disiplin kerja dengan produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten.
Sedangkan dilihat dari arah hubungannya, didapatkan nilai koefisien
korelasi dengan arah hubungan yang positif (0,348). Ini berarti bahwa terdapat
hubungan yang searah antara variabel x (disiplin kerja) dan variabel y
(produktivitas kerja). Jika variabel x (disiplin kerja) meningkat, maka variabel y
(produktivitas kerja) meningkat.
148
4.6 Pembahasan
Dilihat dari hasil penelitian ini, secara umum disiplin kerja pegawai pada
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten belum
dapat dikatakan baik, begitu pula dengan produktivitas pegawainya. Adapun hal-
hal yang akan penulis uraikan di sini adalah sebagai jawaban dari rumusan
permasalahan yang ada dalam penelitian ini.
1) Disiplin Kerja Pegawai Pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Provinsi Banten
Berdasarkan rekapitulasi tanggapan-tanggapan responden, didapatkan nilai
positif jawaban responden (setuju dan sangat setuju) sebesar 39,8 (51,02%) dan
nilai negatif jawaban responden (ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju)
sebesar 38,3 (49,10%). Jika dibandingkan, jumlah responden dengan jawaban
positif lebih besar dari jumlah responden yang memberikan jawaban negatif.
Angka ini seharusnya menunjukan bahwa disiplin kerja PNS pada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten sudah baik.
Namun berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pada umumnya
disiplin kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Provinsi Banten belum baik, hal ini dikarenakan masih banyaknya
pegawai yang kurang dapat melaksanakan dimensi disiplin kerja dengan baik.
Meskipun, upaya untuk peningkatan disiplin pegawai telah dilakukan, seperti
penggunaan finger print untuk absensi PNS, namun pada kenyataannya masih
banyak pegawai yang tidak dapat bekerja dengan disiplin, baik itu berkaitan
149
dengan absensi maupun berkaitan langsung dengan pelaksanaan pekerjaan. Hal ini
disebabkan oleh tidak adanya ketegasan dalam pelaksanaan sanksi atas setiap
tindakan indisipliner PNS.
Terdapat perbedaan dalam analisis data di lapangan (observasi) dengan
jawaban kuesioner adalah karena kekurangan peneliti dalam melakukan proses
pengukuran dan pengambilan data. Dikatakan oleh Drs. Muhammad dalam
bukunya, bahwa terdapat beberapa sumber kesalahan dalam penelitian, yaitu
responden sebagai sumber kesalahan, pengukuran sebagai sumber kesalahan, dan
instrumen penelitian sebagai sumber kesalahan. Oleh karena itu, dalam proses
pengumpulan data dilakukan pula observasi, wawancara, serta studi dokumentasi
untuk mengantisipasi jawaban responden yang tidak sesuai dengan kenyataan
yang sebenarnya.
Ketidakpahaman dan kurangnya kesadaran PNS mengenai bagaimana
pelaksanaan disiplin kerja itu sangat dibutuhkan dalam mendukung pelaksanaan
pekerjaan dengan baik, juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
kurang disiplinnya PNS di lingkungan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPKAD) Provinsi Banten. Dan yang tidak kalah penting diantara
semuanya, yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan disiplin PNS oleh
pejabat yang berwenang. Aturan yang dibuat sedemikian bagus, tidak akan
banyak memberikan kontribusi tanpa adanya ketaatan dari para pegawai untuk
dapat melaksanakan aturan tersebut. Dan aturan tersebut tidak dapat dilaksanakan
dengan baik tanpa adanya pengawasan yang ketat dari pejabat yang berwenang.
150
Selain itu, masih banyak kekurangan-kekurangan pada Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten, yang kemudian menjadi
alasan bagi para pegawainya untuk tidak disiplin. Misalnya, tidak adanya mobil
jemputan untuk pegawai yang berdomisili di luar Kota Serang. Masalah
transportasi ini yang kemudian menjadi alasan keterlambatan PNS. Dengan
demikian, pelaksanaan disiplin kerja PNS pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten belum dapat dilaksanakan secara optimal.
2) Produktivitas Kerja Pegawai Pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Provinsi Banten
Selanjutnya mengenai produktivitas pegawai pada Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten juga masih belum optimal.
Hal ini dapat dilihat dari kurangnya pegawai dalam melaksanakan dimensi
produktivitas, seperti efektivitas, efisiensi, pengetahuan terhadap bidang pekerjaan
dan keterampilan. Bagaimana cara kerja para pegawai di kantor, seringkali terlihat
pegawai yang malas-malasan dalam bekerja dan masih banyak pegawai yang
meninggalkan ruangan kerja sebelum jam kerja selesai, banyaknya pelaksanaan
pekerjaan yang ditunda-tunda, pemborosan dalam menggunakan fasilitas kantor,
dan kurangnya pengetahuan PNS mengenai tugas pokok dan fungsi yang harus
dilaksanakannya serta tidak adanya skill yang dapat mendukung terlaksananya
pekerjaan secara lebih optimal. Hal ini sejalan dengan nilai pada rekapitulasi
tanggapan-tanggapan responden, yang menunjukan bahwa jumlah jawaban negatif
151
lebih besar dibandingkan dengan jawaban positif responden. Jawaban positif
sebesar 36 (46,15%) dan jawaban negatif sebesar 42 (53,84).
Banyak hal yang menjadi faktor penyebab kurang produktifnya PNS pada
Dinas tersebut. Salah satunya yang seringkali terjadi pada perekrutan PNS adalah
kurang dapat dilaksanakannya job analysis dengan baik, sehingga pada proses
perekrutan PNS, didapatkan pegawai yang kurang handal dan kompeten pada
bidang pengelolaan keuangan dan aset. Misalnya, jabatan Kepala Bidang
Akuntansi ditempati oleh pegawai dengan latar belakang pendidikan hukum, dan
masih banyak pegawai yang ditempatkan pada posisi yang tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikannya. Dan memang, secara lisan dikatakan oleh Bapak
Agus Haryanto, S.Sos., M.Si dalam wawancara Mei 2011 lalu, bahwa secara
kualitas kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Provinsi Banten dikatakan kurang baik. Masih dibutuhkan pegawai
dengan kemampuan yang baik untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi DPKAD
secara optimal.
Oleh karena itu, upaya peningkatan produktivitas pegawai harus dapat
dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi
Banten. Hal ini penting karena berkaitan dengan prestasi kerja DPKAD dalam
mengelola keuangan dan aset daerah secara lebih oprimal.
152
3) Seberapa Besar Hubungan Disiplin Kerja dengan Produktivitas Kerja
Pegawai Pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
Banten.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin kerja
dengan produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPKAD) Provinsi Banten. Hubungan tersebut tergolong dalam tingkatan
rendah.
Berdasarkan hasil analisis yang penulis lakukan, Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten masih belum mampu
melaksanakan disiplin dengan maksimal. Begitu pula dengan produktivitas, belum
menunjukkan hasil yang baik. Produktivitas pegawai yang rendah ini,
berhubungan dengan kurangnya disiplin PNS. Artinya bahwa, semakin baik
disiplin kerja PNS, maka semakin baik pula produktivitas kerja PNS. Begitupula
sebaliknya, semakin buruk disiplin kerja PNS, maka semakin buruk pula
produktivitas kerja PNS.
Dari hasil uji korelasi koefisien product moment, maka diketahui bahwa
nilai koefisien korelasi untuk disiplin kerja dan produktivitas kerja adalah sebesar
0,348 yang berarti bahwa terdapat korelasi yang rendah antara disiplin kerja
dengan produktivitas kerja.
Adapun berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, pelaksanaan
disiplin kerja PNS masih belum baik dan perlu dilakukan langkah-langkah
153
perbaikan. Ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan bahwa
masih terdapat pegawai yang meninggalkan ruangan kerja sebelum jam kerja
usai, berbelanja pada saat jam kerja, dan tidak jujur dalam bekerja serta
melakukan aktivitas lainnya yang tidak berkaitan dengan pekerjaan pada saat
jam kerja. Hal ini tentu berdampak pada ketidakproduktifan PNS dalam
pelaksanaan pekerjaan. Bagaimana seorang pegawai dapat menunjukan
produktivitas kerja yang baik, jika tidak didasari oleh sikap disiplin PNS untuk
dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik pula.
154
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab-bab sebelumnya dan untuk menjawab perumusan masalah dalam penelitian
ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara disiplin kerja dengan produktivitas pegawai pada Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten. Hal ini dapat dilihat dari nilai
koefisien korelasi r sebesar 0,348 (lebih besar dari r kritis, yaitu 0,2228), yang
menunjukkan adanya hubungan positif dengan tingkat hubungan rendah antara
disiplin kerja dengan produktivitas kerja. Arah hubungan yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang searah, yang artinya jika pegawai dapat
bekerja dengan disiplin maka akan meningkatkan produktivitas kerjanya pada
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten.
Begitupula sebaliknya, jika disiplin kerja rendah maka akan menurunkan
produktivitas kerja pegawai dengan hubungan positif yang rendah.
Kemudian untuk menguji signifikansi korelasinya, dilakukan perhitungan
uji signifikansi. Berdasarkan perhitungan uji signifikansinya didapat nilai uji
signifikansi sebesar 3,236. Dengan demikian hipotesis yang diterima adalah
hipotesis alternatif (Ha), yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin
kerja dengan produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten.
155
5.2 Saran-saran
Berdasarkan analisis tanggapan responden (kuesioner), observasi dan
wawancara yang dilakukan penulis, saran-saran yang dapat disampaikan penulis
adalah sebagai berikut.
1. Diperlukan pengawasan dan pengendalian yang intensif dari pimpinan
terhadap pegawai serta memantau laporan yang disusun oleh pegawai dengan
tepat waktu secara berkesinambungan untuk meningkatkan disiplin kerja pada
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten,
maka.
2. Memberikan kesempatan kepada seluruh PNS untuk mengembangkan dan
meningkatkan profesionalisme dan produktivitas setinggi mungkin untuk
meningkatkan karir dengan pola reward and punishment serta memberikan
pendidikan dan pelatihan bagi PNS sesuai dengan bidangnya.
156
DAFTAR PUSTAKA
I. BUKU
Amstrong, M. 2008. Performance Management. England: Clays, Ltd. St. Ives ple. Hasan, Iqbal. 2003. Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta:
Bumi Aksara. Kadarman & Udaya, Jusuf. 2001. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: PT.
Prenhalondo.
Kasim, Azhar. 2003. Pengukuran Efektifitas Dalam Organisasi. Jakarta: Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Lembaga Administrasi Negara. 2003. Pedoman Penyusunan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta: LAN-RI. Manullang, M & Manullang, Marihot. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta : BPFE. Mathis, R..L dan Jackson, J.H. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Sallemba Empat. Muhammad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada. Nawawi, Hadari & Martini, Hadari. 1985. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta:
UGM.
Ndraha, Taliziduhu. 2007. Budaya Organisasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Prawirosentono, Suyadi. 2009. Analisis Kinerja Organisasi. Bandung: PT. Rineka
Cipta. Priadi, I Nengah. 2003. Dasar-dasar Produktivitas. Jakarta: Karunia. Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta :
Pustaka Belajar. Ravianto. 2007. Cara Meningkatkan Produktivitas Pegawai. Jakarta: Gramedia
Utama.
157
Rustandi, R. Achmad. 2008. Gaya Kepemimpinan: Pendekatan Bakat Situasional. Bandung: Armico.
Samanhudi, E. Kosasih. 2008. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Provinsi Banten. Serang: DPKAD Provinsi Banten. Samsudin, Sadili. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV.
Pustaka Setia. Sastrodiningrat, S. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan: Kapita Selekta. Jakarta:
IND-HILL-CO. Sinungan, Muchdarsyah. 2005. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi
Aksara. Sudjono. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi : Pendayagunaan Sumber Daya
Manusia. Jakarta : Erlangga. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta Syaidan, Gouzali. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Toko
Agung.
II. ARTIKEL LAIN
Media8.com. http://www.berita8.com/read/2011/03/04/18/39373/kudis-‘kurang-disiplin’-7-penyakit-PNS-di-Indonesia tentang Kudis ‘Kurang Disiplin’, 7 Penyakit PNS di Indonesia. Edisi 4 Maret 2011. Diakses Tanggal 23 Juni 2011
RadarBanten.
http://radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=printarticle&artid=55747 tentang Ratusan PNS Bakal Disidang. Edisi 06 Juni 2010. Diakses Tanggal 20 Februari 2011
Statistik Banten Berita, Komputer, Software dan Statistik. http:
//bp536.blogspot.com/2011/03/ringkasan-banten-dalam-angka-2011.html tentang Ringkasan Banten Dalam Angka 2010. Edisi 10 Maret 2011. Diakses Tanggal 23 Juni 2011
Wirakusumah, Gahara. http: //www.scribd.com/doc/57981948/4Narasi-11 tentang
Statistik Kepegawaian Pemerintah Provinsi Banten Tahun 2010. Edisi 16 Juni 2011. Diakses Tanggal 23 Juni 2011
Lampiran 9
KUESIONER PENELITIAN Hubungan Disiplin Kerja dengan Produktivitas Kerja
Pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten Serang, Juni 2011
Kepada YTH,
Bapak/Ibu/Sdr:
Pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten
Di Tempat
Dengan Hormat, Saya Tatu, mahasiswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang sedang melakukan penelitian mengenai hubungan antara disiplin kerja dan produktivitas kerja.
Kuesioner ini merupakan salah satu alat yanng digunakan dalam rangka penelitian yang terdiri dari dua bagian, yaitu: Disiplin Kerja dan Produktivitas Kerja yang keduanya sama pentingnya. Dengan segala kerendahan hati saya meminta kesediaan Bapak/Ibu/Sdr meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Semua data dan jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr berikan tidak akan disebarkuaskan, serta diolah sebagai satu kesatuan. Penelitian ini hanya dilakukan untuk kepentingan ilmiah/akademis serta tidak berpengaruh terhadap penilaian dan prestasi Bapak/Ibu/Sdr dalam pekerjaan. Semua jawaban dan data yang Bapak/Ibu/Sdr berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya untuk kepentingan skripsi ini. Atas bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu/Sdr dalam mengisi kuesioner ini, saya mengucapkan terimakasih.
Hormat Saya,
Tatu Jamilah Salam
6661060810
Berilah tanda ( ü ) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda I. Identitas Responden 1. Jenis Kelamin
1. Laki-laki 2. Perempuan
2. Usia 1. <29 tahun 3. >41 tahun 2. 30-40 tahun
3. Status Pernikahan
1. Belum Menikah 2. Menikah
4. Domisili 1. Serang 2. Di luar Serang ( ...................................)
5. Pendidikan Terakhir 1. SLTA/Sederajat 2. DIII 3. S1
6. Lama Masa Kerja
1. < 3 tahun 2. 3-6 tahun 3. > 6 tahun
II. Petunjuk Pengisian Kuesioner 1. Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang telah disediakan yang
sesuai dengan pilihan yang ada
2. Ada lima alternatif jawaban yang anda pilih, yaitu:
• 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
• 2 = Tidak Setuju (TS)
• 3 = Ragu-ragul (RR)
• 4 = Setuju (S)
• 5 = Sangat Setuju (SS)
3. Jika Bapak/Ibu/Sdr ingin mengubah jawaban, berilah tanda sama dengan
(==) pada pilihan sebelumnya dan beri tanda (X) pada jawaban yang
dianggap lebih sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu/Sdr.
III. PERTANYAAN KUESIONER No. Pernyataan STS TS RR S SS
1 Dalam kondisi sesulit apapun, sedapat mungkin anda datang tepat waktu dan mengikuti apel
2 Sedapat mungkin anda izin kepada
pimpinan jika absen bekerja 3 Anda izin kepada pimpinan jika
ingin meninggalkan tempat kerja 4 Sedapat mungkin anda memelihara
ruang kerja dan peralatan kerja milik kantor
5 Sedapat mungkin anda tidak merokok pada saat kerja
6 Sedapat mungkin anda bersikap ramah terhadap lingkungan kerja
7 Sedapat mungkin anda melakukan pekerjaan hingga selesai
8 Sedapat mungkin anda tidak tertidur pada saat jam kerja
9 Sedapat mungkin anda bekerja sama dengan rekan kerja untuk mempermudah pekerjaan
10 Anda terdorong untuk giat dalam bekerja
11 Sedapat mungkin anda menjaga
ketenangan suasana pada saat bekerja agar tidak gaduh
12 Sedapat mungkin anda membuat laporan kerja yang sebenar-benarnya tanpa ada yang ditambah atau dikurangi
13 Sedapat mungkin anda tidak
mencatatkan kartu absen orang lain 14 Sedapat mungkin anda
memberitahukan pimpinan bila ada kesalahan dalam melakukan pekerjaan
15 Sedapat mungkin anda tidak menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi
16 Sedapat mungkin anda tidak
melakukan aktivitas lain di luar kantor yang tidak berhubungan dengan pekerjaan
17 Sedapat mungkin anda tidak mencari penghasilan sampingan di luar kantor
18 Sedapat mungkin anda berusaha
untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh organisasi
19 Sedapat mungkin anda berusaha untuk menyelesaikan tugas melampaui target yang telah ditetapkan oleh organisasi
20 Sedapat mungkin anda berusaha untuk bekerja dengan akurat dan teliti
21 Sedapat mungkin anda mengurangi tingkat kesalahan dalam bekerja
22 Sedapat mungkin anda berupaya untuk tidak boros dalam menggunakan dana ketika bekerja
23 Sedapat mungkin anda berupaya untuk tidak boros dalam menggunakan berbagai fasilitas kantor ketika bekerja
24 Sedapat mungkin anda berusaha
menggunakan waktu kerja untuk hal bermanfaat
25 Anda menguasai seluruh ketentuan
dan prosedur kerja dalam organisasi kerja anda
26 Anda mengetahui tugas apa yang
seharusnya anda kerjakan sesuai dengan peranan anda
27 Anda mampu menggunakan
peralatan berteknologi tinggi untuk mempermudah pekerjaan
28 Anda menguasai skill yang
berhubungan dengan pekerjaan anda
29 Dalam melaksanakan tugas, setiap pegawai dapat mengambil keputusan tanpa harus tergantung kepada orang lain
30 Setiap pegawai dapat merencanakan
dan membuat jadwal kerja yang teratur
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPKAD) Provinsi Banten
Kedudukan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD)
Provinsi Banten dalam struktur Pemerintahan Provinsi Banten adalah sebagai
Unsur Pelaksana Pemerintah Provinsi, dipimpin oleh seorang kepala yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mengemban tugas untuk
membantu Gubernur melaksanakan Kewenangan Desentralisasi, Dekonsentrasi,
dan Tugas Pembantuan di Bidang Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah,
dengan Tugas dan Fungsi utama sebagai :
1. Tugas Pokok
Melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan asas otonomi daerah dan
tugas pembantuan di bidang pengelolaan keuangan dan asset daerah.
2. Fungsi DPKAD Secara Umum
1) Menyusun Rencana Strategis Dinas berdasarkan Rencana Strategis
Pemerintah Daerah;
2) Mempimpin, membina, dan mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan
Dinas;
3) Menyelenggarakan koordinasi kegiatan Dinas dengan institusi terkait;
4) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Gubenur melalui
Sekretaris Daerah;
5) Mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dinas;
6) Melaporkan pelaksanaan kegiatan Dinas kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah.
3. Fungsi DPKAD Secara Khusus
1) Menyusun rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
dan rancangan perubahan APBD;
2) Melaksanakan Bendahara Umum Daerah (BUD);
3) Melaksanakan pengendalian pelaksanaan APBD;
4) Menyusun kebijakan dan pedoman teknis pelaksanaan APBD;
5) Menyiapkan Anggaran Kas;
6) Mengesahkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/ Dokumen
Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD);
7) Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan system penerimaan pengeluaran
kas daerah;
8) Menetapkan Surat Penyediaan Dana (SPD);
9) Menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);
10) Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank
atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;
11) Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
12) Menyajikan informasi keuangan daerah;
13) Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan keuangan daerah;
14) Menunjuk pejabat di lingkungan SKPD selaku kuasa Bendarara Umum
Daerah (BUD);
Uraian Tugas dan Fungsi Unit Kerja Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPKAD) Provinsi Banten
Adapun Susunan Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah terdiri dari :
1. Kepala Dinas;
2. Sekretaris;
3. Bidang Pendapatan;
4. Bidang Anggaran;
5. Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah;
6. Bidang Kekayaan Daerah;
7. Bidang Akuntansi;
8. Bidang Pembinaan dan Pengendalian;
9. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas;
10. Jabatan Fungsional.
1. Kepala Dinas
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dipimpin oleh seorang Kepala
Dinas yang mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah
berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan di bidang pengelolaan
keuangan dan asset daerah.
(1) Dalam melaksanakan tugas pokok Kepala Dinas mempunyai fungsi
sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana strategis dinas berdasarkan rencana strategis
pemerintah daerah;
b. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan keuangan dan asset
daerah sesuai rencana strategis dinas;
c. Pelaksanaan dan koordinasi kegiatan dinas;
d. Pembinaan, penyelenggaraan dan koordinasi bidang pendapatan;
e. Pembinaan penyelenggaraan dan koordinasi bidang anggaran;
f. Pembinaan, penyelenggaraan dan koordinasi bidang perbendaharaan
dan kas daerah;
g. Pembinaan, penyelenggaraan dan koordinasi bidang kekayaan daerah;
h. Pembinaan, penyelenggaraan dan koordinasi bidang akuntansi;
i. Pembinaan, penyelenggaraan dan koordinasi bidang pembinaan dan
pengendalian pengelolaan keuangan dan aset daerah;
j. Pembinaan, pengendalian, evaluasi, pengelolaan keuangan dan aset
pada kabupaten/ kota;
k. Pembinaan, penyelenggaraan dan koordinasi administrasi
ketatausahaan dinas;
l. Pembinaan, pengendalian dan evaluasi pada Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Dinas lingkup Dinas;
m. Pembinaan terhadap Jabatan Fungsional;
n. Pelaksanaan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
(2) Dalam melaksanakan fungsinya Kepala Dinas mempunyai tugas sebagai
berikut :
a. Menetapkan rencana strategis dinas;
b. Menyusun rencana kerja dinas;
c. Merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengendalikan dan
mengevaluasi program dan kegiatan sesuai dengan bidang tugasnya;
d. Memimpin, membina, dan mengkoordinasikam penyelenggaraan
kegiatan dinas;
e. Menyelenggarakan koordinasi kegiatan dinas dengan unit kerja terkait;
f. Melaksanakan pengawasan, evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
dinas pada kabupaten dan kota;
g. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi
dalam pelaksanaan tugas;
h. Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan fungsinya;
i. Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
(3) Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah sebagaimana
membawahkan :
a. Sekretaris;
b. Bidang Pendapatan;
c. Bidang Anggaran;
d. Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah;
e. Bidang Kekayaan Daerah;
f. Bidang Akuntansi;
g. Bidang Pembinaan dan Pengendalian.
2. Sekretaris
Sekretaris mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah dalam melaksanakan perumusan rencana program
dan kegiatan, mengkoordinasikan, monitoring, urusan administrasi umum &
kepegawaian, keuangan, serta perencanaan evaluasi dan pelaporan.
(1) Dalam melaksanakan tugas pokok Sekretaris mempunyai fungsi sebagai
berikut :
a. Penyusunan rencana program dan kegiatan sesuai dengan bidang
tugasnya;
b. Perumusan kebijakan, pedoman, standarisasi, koordinasi, pembinaan
dan pengembangan administrasi umum dan kepegawaian, keuangan
serta evaluasi dan pelaporan;
c. Pelaksanaan evaluasi, supervisi dan pelaporan kebijakan standarisasi
program adminsitrasi umum dan kepegawaian, keuangan serta evaluasi
dan pelaporan.
d. Penyiapan data dan bahan urusan administrasi umum dan
kepegawaian, keuangan serta evaluasi dan pelaporan;
e. Penyiapan data dan bahan urusan administrasi umum dan
kepegawaian, keuangan serta evaluasi dan pelaporan;
f. Pengelolaan urusan administrasi umum dan kepegawaian, keuangan,
penyusunan program evaluasi dan pelaporan;
g. Pelaksanaan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
(2) Dalam melaksanakan fungsi Sekretaris mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Menyusun rencana kerja ke-sekretariatan dinas;
b. Menyiapkan bahan kebijakan, pedoman, standarisasi, pelayanan
administrasi umum dan kepegawaian, keuangan serta evaluasi dan
pelaporan;
c. Menyiapkan bahan pembinaan dan pengembangan administrasi umum
dan kepegawaian, keuangan serta evaluasi dan pelaporan;
d. Menyiapkan bahan administrasi umum dan kepegawaian, keuangan
serta evaluasi dan pelaporan;
e. Menyiapkan bahan program dan kegiatan administrasi umum dan
kepegawaian, keuangan serta evaluasi dan pelaporan;
f. Menyiapkan bahan kegiatan kesekretariatan, perlengkapan,
kerumahtanggaan, perpustakaan, kehumasan dan penyusunan program;
g. Menyiapkan bahan kegiatan pengelolaan keuangan;
h. Menyiapkan bahan administrasi kepegawaian Dinas;
i. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi
dalam pelaksanaan tugas;
j. Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan fungsinya;
k. Melaksanakan tugas lain sesuai fungsi dan tugasnya.
(3) Dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya, Sekretaris Dinas membawahi dan
dibantu oleh :
a. Sub-Bagian Umum dan Kepegawaian;
b. Sub-Bagian Keuangan;
c. Sub-Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.
3. Bidang Pendapatan
Bidang Pendapatan mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam melaksanakan pembinaan,
koordinasi, evaluasi dan perumusan kebijakan teknis operasional di bidang
pendapatan daerah.
(1) Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pendapatan mempunyai fungsi
sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis bidang pendapatan asli daerah, dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan, intensifikasi dan ekstensifikasi
pendapatan;
b. Penyusunan pedoman pengaturan pendapatan asli daerah, dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan, intensifikasi dan ekstensifikasi
pendapatan;
c. Pembinaan, pengembangan, pelaksanaan pengumpulan, pengelolaan
pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan,
intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan;
d. Pengkoordinasian kegiatan di bidang pendapatan asli daerah, dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan, intensifikasi dan ekstensifikasi
pendapatan;
e. Pelaksanaan program dan kegiatan bidang pendapatan asli daerah,
dana perimbangan dan lain-lain pendapatan, intensifikasi dan
ekstensifikasi pendapatan;
f. Pelaksanaan evaluasi, supervisi dan pelaporan kebijakan standarisasi
program dan kegiatan bidang pendapatan asli daerah, dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan, intensifikasi dan ekstensifikasi
pendapatan;
g. Pelaksanaan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
(2) Dalam melaksanakan fungsi Kepala Bidang Pendapatan mempunyai tugas
sebagai berikut :
a. Menyusun rencana kerja Bidang Pendapatan;
b. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan
asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan;
c. Menyiapkan bahan pembinaan dan pengembangan di bidang
pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan;
d. Menyiapkan bahan pengendalian di bidang pendapatan asli daerah,
dana perimbangan dan lain-lain pendapatan;
e. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan pembinaan dan pengendalian
di bidang pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain
pendapatan;
f. Menyiapkan bahan penerimaan pendapatan asli daerah, dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan;
g. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan rencana peningkatan
penerimaan pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain
pendapatan;
h. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis intensifikasi dan
ekstensifikasi pendapatan;
i. Menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi terkait sesuai bidang
tugasnya;
j. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi
dalam pelaksanaan tugas;
k. Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan fungsinya;
l. Melaksanakan tugas lain sesuai dan fungsinya.
(3) Di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Bidang Pendapatan
membawahi dan dibantu oleh :
a. Seksi Pendapatan Asli Daerah;
b. Seksi Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan;
c. Seksi Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan.
4. Bidang Anggaran
Bidang Anggaran mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam melaksanakan perumusan
kebijakan teknis operasional, pembinaan, koordinasi, evaluasi di bidang
anggaran.
(1) Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Anggaran mempunyai fungsi
sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis operasional bidang perencanaan anggaran,
penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran;
b. Penyusunan pedoman pengaturan standarisasi perencanaan anggaran,
penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran;
c. Pembinaan dan pengendalian perencanaan anggaran, penyusunan
anggaran dan pelaksanaan anggaran;
d. Pengkoordinasikan kegiatan bidang perencanaan anggaran,
penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran;
e. Pelaksanaan program dan kegiatan bidang perencanaan anggaran,
penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran;
f. Pelaksanaan evaluasi, supervisi dan pelaporan kebijakan standarisasi
program dan kegiatan bidang perencanaan anggaran, penyusunan
anggaran dan pelaksanaan anggaran;
g. Pelaksanaan pembuatan laporan tugas dan fungsinya;
h. Pelaksanaan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
(2) Dalam melaksanakan fungsi Kepala Bidang Anggaran mempunyai tugas
sebagai berikut :
a. Menyusun rencana kerja Bidang;
b. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis operasional bidang
perencanaan anggaran, penyusunan anggaran dan pelaksanaan
anggaran;
c. Menyiapkan bahan pembinaan pengelolaan dan pengendalian
perencanaan anggaran, penyusunan anggaran dan pelaksanaan
anggaran;
d. Menyiapkan bahan pengendalian teknis program perencanaan
anggaran, penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran;
e. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan pembinaan dan pengendalian
teknis program perencanaan anggaran, penyusunan anggaran dan
pelaksanaan anggaran;
f. Menyiapkan bahan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
g. Menyiapkan dan mempersiapkan bahan pengesahan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD)/
Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (DPPA-SKPD) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (DPA-PPKD)/ Dokumen Perubahan
Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (DPPA-
PPKD);
h. Menyiapkan bahan evaluasi dan pengendalian raperda APBD dan
raperda APBD kabupaten/ kota;
i. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi
dalam pelaksanaan tugas;
j. Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan fungsinya;
k. Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
(3) Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, Bidang Anggaran membawahi
dan dibantu oleh :
a. Seksi Perencanaan Anggaran;
b. Seksi Penyusunan Anggaran;
c. Seksi Pelaksanaan Anggaran.
5. Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah;
Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah mempunyai tugas pokok membantu
Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam melaksanakan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional, pembinaan,
koordinasi, evaluasi di bidang perbendaharaan dan kas daerah.
(1) Untuk melaksanakan tugas pokok, Bidang Perbendaharaan dan Kas
Daerah mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis operasional bidang perbendaharaan dan
kas daerah;
b. Penyusunan pedoman pengaturan standarisasi pengelolaan
perbendaharaan dan kas daerah;
c. Pembinaan, pengembangan, dan pelaksanaan penataan perbendaharaan
dan kas daerah;
d. Pengkoordinasian kegiatan bidang perbendaharaan dan kas daerah;
e. Pelaksanaan program dan kegiatan bidang perbendaharaan dan kas
daerah;
f. Pelaksanaan evaluasi, supervisi dan pelaporan kebijakan standarisasi
program dan kegiatan bidang perbendaharaan dan kas daerah.
(2) Dalam melaksanakan fungsi Kepala Bidang Perbendaharaan dan Kas
Daerah mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Menyusun rencana kerja Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah;
b. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis operasional bidang
perbendaharaan dan kas daerah;
c. Menyiapkan bahan pembinaan dan pengelolaan di bidang
perbendaharaan dan kas daerah;
d. Menyiapkan bahan pembinaan dan pengelolaan di bidang
perbendaharaan dan kas daerah;
e. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan pembinaan dan pengendalian
teknis di bidang perbendaharaan dan kas daerah;
f. Menyiapkan bahan rumusan kebijakan teknis pelaksanaan
penatausahaan penerimaan dan pengeluaran kas daerah;
g. Menyiapkan bahan fasilitasi, koordinasi dan rekonsiliasi data Dana
Alokasi Umum (DAU) gaji dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
bidang kebendaharaan;
h. Menyiapkan anggaran kas daerah;
i. Menyiapkan Surat Penyediaan Dana (SPD) per triwulan;
j. Menyiapkan bahan pengujian Surat Perintah Membayar Uang
Persediaan (SPM UP)/ Ganti Uang Persediaan (GU)/ Tambah Uang
Persediaan (TU), Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) dan
menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);
k. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi
dalam pelaksanaan tugas;
l. Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan fungsinya;
m. Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
(3) Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, Bidang Perbendaharaan dan
Kas Daerah membawahi dan dibantu oleh :
a. Seksi Perbendaharaan I;
b. Seksi Perbendaharaan II;
c. Seksi Kas Daerah.
6. Bidang Kekayaan Daerah;
Bidang Kekayaan Daerah mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam melaksanakan penyiapan
bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, koordinasi, dan evaluasi di
bidang kekayaan daerah.
(1) Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Kekayaan Daerah mempunyai
fungsi sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis operasional di bidang penatausahaan aset
daerah, penatausahaan investasi, Tuntutan Perbendaharaan & Tuntutan
Ganti Rugi (TPTGR) dan piutang daerah;
b. Penyusunan pedoman pengaturan standarisasi di bidang penatausahaan
aset daerah, penatausahaan investasi, Tuntutan Perbendaharaan &
Tuntutan Ganti Rugi (TPTGR) dan piutang daerah;
c. Pembinaan, pengembangan, dan pelaksanaan penatausahaan aset
daerah, penatausahaan investasi, Tuntutan Perbendaharaan & Tuntutan
Ganti Rugi (TPTGR) dan piutang daerah;
d. Pengkoordinasian dan sinkronisasi kegiatan bidang penatausahaan aset
daerah, penatausahaan investasi, Tuntutan Perbendaharaan & Tuntutan
Ganti Rugi (TPTGR) dan piutang daerah;
e. Pelaksanaan program dan kegiatan bidang penatausahaan aset daerah,
penatausahaan investasi, Tuntutan Perbendaharaan & Tuntutan Ganti
Rugi (TPTGR) dan piutang daerah;
f. Pelaksanaan evaluasi, supervisi dan pelaporan kebijakan standarisasi
program dan kegiatan bidang penatausahaan aset daerah,
penatausahaan investasi, Tuntutan Perbendaharaan & Tuntutan Ganti
Rugi (TPTGR) dan piutang daerah;
g. Pelaksanaan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
(2) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala
Bidang Kekayaan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kerja Bidang;
b. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis operasional bidang
penatausahaan aset daerah, penatausahaan investasi, Tuntutan
Perbendaharaan & Tuntutan Ganti Rugi (TPTGR) dan piutang daerah;
c. Menyiapkan bahan pembinaan penatausahaan aset daerah,
penatausahaan investasi, Tuntutan Perbendaharaan & Tuntutan Ganti
Rugi (TPTGR) dan piutang daerah;
d. Menyiapkan bahan pengendalian teknis program penatausahaan aset
daerah, penatausahaan investasi, Tuntutan Perbendaharaan & Tuntutan
Ganti Rugi (TPTGR) dan piutang daerah;
e. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan penatausahaan aset daerah,
penatausahaan investasi, Tuntutan Perbendaharaan & Tuntutan Ganti
Rugi (TPTGR) dan piutang daerah;
f. Menyiapkan bahan sistem informasi penatausahaan aset daerah,
penatausahaan investasi, Tuntutan Perbendaharaan & Tuntutan Ganti
Rugi (TPTGR) dan piutang daerah;
g. Menyiapkan bahan asistensi, supervisi dan rekonsiliasi data aset,
investasi, piutang daerah, dan kerugian daerah;
h. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi
dalam pelaksanaan tugas;
i. Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan fungsinya;
j. Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
(3) Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, Bidang Kekayaan Daerah
membawahi dan dibantu oleh :
a. Seksi Penatausahaan Aset Daerah;
b. Seksi Penatausahaan Investasi;
c. Seksi Tuntutan Perbendaharaan & Tuntutan Ganti Rugi (TPTGR) dan
Piutang Daerah.
7. Bidang Akuntansi;
Bidang Akuntansi mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam melaksanakan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan, koordinasi, evaluasi di bidang akuntansi.
(1) Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Akuntansi mempunyai fungsi
sebagai :
a. Perumusan kebijakan teknis operasional bidang akuntansi penerimaan,
akuntansi pengeluaran, dan pelaporan;
b. Pengkoordinasian dan sinkronisasi kegiatan bidang akuntansi
penerimaan, akuntansi pengeluaran, dan pelaporan;
c. Penyusunan pedoman pengaturan standarisasi pengelolaan akuntansi
penerimaan, akuntansi pengeluaran, dan pelaporan;
d. Pembinaan, pengembangan, dan pelaksanaan penataan akuntansi
penerimaan, akuntansi pengeluaran, dan pelaporan;
e. Pelaksanaan program dan kegiatan bidang akuntansi penerimaan,
akuntansi pengeluaran, dan pelaporan;
f. Pelaksanaan evaluasi, supervisi dan pelaporan kebijakan standarisasi
program dan kegiatan bidang akuntansi penerimaan, akuntansi
pengeluaran, dan pelaporan;
g. Pelaksanaan pembuatan laporan tugas dan fungsinya;
h. Pelaksanaan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
(2) Dalam melaksanakan fungsi, Kepala Bidang Akuntansi mempunyai tugas
sebagai berikut :
a. Menyusun rencana kerja Bidang;
b. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis operasional bidang
akuntansi penerimaan, akuntansi pengeluaran, dan pelaporan;
c. Menyiapkan bahan pembinaan dan pengelolaan di bidang akuntansi
penerimaan, akuntansi pengeluaran, dan pelaporan;
d. Menyiapkan bahan pengendalian teknis program di bidang akuntansi
penerimaan, akuntansi pengeluaran, dan pelaporan;
e. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan pembinaan dan pengendalian
teknis di bidang akuntansi penerimaan, akuntansi pengeluaran, dan
pelaporan;
f. Menyiapkan bahan rumusan kebijakan teknis pelaksanaan akuntasi
pemerintah daerah;
g. Menyiapkan bahan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran;
h. Menyiapkan sistem informasi akuntansi dan laporan keuangan daerah;
i. Menyiapkan bahan fasilitasi dan rekonsiliasi data penerimaan dan
pengeluaran keuangan daerah;
j. Menyiapkan data bagi hasil pajak daerah antara Pemerintah Provinsi
dengan Pemerintah Kabupaten/ Kota;
k. Menyiapkan laporan triwulan, semester I dan prognosis semester II
serta laporan tahunan keuangan daerah;
l. Menyiapkan laporan triwulan, semester dan laporan tahunan keuangan
yang bersumber dari dana APBN;
m. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi
dalam pelaksanaan tugas;
n. Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan fungsinya;
o. Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
(3) Dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya, Bidang Akuntansi membawahi
dan dibantu oleh :
a. Seksi Akuntansi Penerimaan;
b. Seksi Akuntansi Pengeluaran;
c. Seksi Pelaporan.
8. Bidang Pembinaan dan Pengendalian;
Bidang Pembinaan dan Pengendalian mempunyai tugas pokok membantu
Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam melaksanakan
perumusan kebijakan teknis pembinaan, koordinasi, monitoring, dan evaluasi
bidang pembinaan dan pengendalian.
(1) Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pembinaan dan Pengendalian
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. perumusan kebijakan teknis bidang pembinaan dan pengendalian
administrasi keuangan daerah, dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan, monitoring dan evaluasi;
b. penyusunan pedoman, standarisasi, pembinaan dan pengendalian
administrasi keuangan daerah, dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan, monitoring dan evaluasi;
c. pelaksanaan pembinaan dan pengendalian administrasi keuangan
daerah, dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, monitoring dan
evaluasi;
d. pengkoordinasian dan sinkronisasi kegiatan bidang pembinaan dan
pengendalian administrasi keuangan daerah, dana dekonsentrasi dan
tugas pembantuan, monitoring dan evaluasi;
e. pelaksanaan program dan kegiatan bidang pembinaan dan
pengendalian administrasi keuangan daerah, dana dekonsentrasi dan
tugas pembantuan, monitoring dan evaluasi;
f. pelaksanaan evaluasi, supervisi dan pelaporan kebijakan standarisasi
program dan kegiatan bidang pembinaan dan pengendalian
administrasi keuangan daerah, dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan, monitoring dan evaluasi;
g. pelaksanaan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
(2) Dalam melaksanakan fungsi, Kepala Bidang Pembinaan dan Pengendalian
mempunyai tugas sebagai berikut :
a. menyusun rencana kerja Bidang;
b. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis bidang pembinaan dan
pengendalian administrasi keuangan daerah, dana dekonsentrasi dan
tugas pembantuan, monitoring dan evaluasi;
c. menyiapkan bahan pembinaan dan pengelolaan di bidang pembinaan
dan pengendalian administrasi keuangan daerah, dana dekonsentrasi
dan tugas pembantuan, monitoring dan evaluasi;
d. melaksanakan pengendalian teknis program di bidang pembinaan dan
pengendalian administrasi keuangan daerah, dana dekonsentrasi dan
tugas pembantuan, monitoring dan evaluasi;
e. menyiapkan bahan sistem informasi manajemen pembinaan dan
pengendalian administrasi keuangan daerah, dana dekonsentrasi dan
tugas pembantuan, monitoring dan evaluasi; f. melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi
dalam pelaksanaan tugas;
g. melaksanakan pembuatan laporan tugas dan fungsinya;
h. melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
(3) Untuk melaksanakan fungsinya, Bidang Pembinaan dan Pengendalian
membawahi dan dibantu oleh :
a. Seksi Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Keuangan Daerah;
b. Seksi Pembinaan dan Pengendalian Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan;
c. Seksi Monitoring dan Evaluasi.
9. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas;
(1) Kedudukan, Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis (UPT) DPKAD
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) adalah unit pelaksana tugas
teknis operasional Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di lapangan.
Dengan adanya perubahan SOTK UPTD dari Keputusan Gubernur Banten
Nomor 39 Tahun 2002 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Pendapatan Provinsi
Banten menjadi Peraturan Gubernur Banten Nomor 3 Tahun 2008 Tentang
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah Provinsi Banten Yang
Diubah Dengan Peraturan Gubernur Banten Nomor 30 Tahun 2008 Tentang
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah Provinsi Banten, maka
Struktur Organisasi UPTD yang semulanya Kepala UPT dibantu oleh
Kasubag Tata Usaha 3 Seksi yaitu Seksi Pendaftaran dan Pendataan, Seksi
Perhitungan dan Penetapan, Seksi Penerimaan dan Penagihan, mengalami
perubahan menjadi Kasubag Tata Usaha Kasie PKB & BBNKB dan Kasie
Pajak Lain-lain.
Pada tahun 2008 Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD yang ada di
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten berjumlah 6
UPTD yang terdiri atas :
a. Unit Pelaksana Teknis (UPTD) pada Kabupaten Lebak;
b. Unit Pelaksana Teknis (UPTD) pada Kabupaten Pandeglang;
c. Unit Pelaksana Teknis (UPTD) pada Kabupaten Serang;
d. Unit Pelaksana (UPTD) pada Kota Serang;
e. Unit Pelaksana Teknis (UPTD) pada Kabupaten Tangerang;
f. Unit Pelaksana Teknis (UPTD) pada Kota Tangerang.
Dimana tiap-tiap UPTD dipimpin seorang Kepala UPTD yang berada
di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Kepala UPTD dibantu
Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pendaftaran dan Pendataan, Seksi Perhitungan
dan Penetapan, Seksi Penerimaan dan Penagihan.
Pada tahun 2009 Unit Pelaksana Teknis (UPTD) pada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten yang semula hanya
ada di 6 UPTD/ Samsat di Kab/ Kota se-Provinsi Banten di tahun 2009 ada
penambahan 4 UPTD/ Samsat yaitu Kantor Bersama Samsat di Ciputat,
Ciledug, Balaraja dan Cikande, karena pada Keputusan Gubernur Banten
Nomor 39 Tahun 2002 dimungkinkan bahwa unit pelaksana teknis (UPTD)
dapat dibentuk, apabila ada pemekaran wilayah administrasi Kab/ Kota di
Provinsi Banten atau apabila terjadi peningkatan potensi pendapatan daerah
maupun adanya potensi wilayah pelayanan yang luas dapat dibentuk UPT atau
Pembantu UPTD pada daerah Kabupaten/ Kota untuk lebih mendekatkan
fungsi pelayanan serta intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah.
Adapun Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Provinsi Banten pada Tahun 2009 terdiri atas :
1. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Cikokol;
2. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Serpong;
3. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ciputat;
4. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ciledug;
5. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rangkasbitung;
6. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pandeglang;
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balaraja;
8. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Cikande;
9. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Serang;
10. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Cilegon.
(2) Tugas Unit Pelaksana Teknis (UPTD)
Untuk melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya, UPTD mempunyai tugas
sebagai berikut :
a. menyusun rencana teknis operasional;
b. mengkaji dan menganalisis metode dan sistem intensifikasi pendapatan
daerah;
c. mengkaji dan menganalisis metode dan sistem ekstensifikasi pendapatan
daerah;
d. melakukan pengujian dan penerapan sistem dan proses intensifikasi dan
ekstensifikasi pendapatan daerah;
e. melaksanakan kebijakan teknis di bidang pendapatan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
f. melaksanakan koordinasi dengan Dinas penghasil serta unit kerja terkait;
g. melaksanakan tugas lain sesuai dengan petunjuk dan kebutuhan Kepala
Dinas;
h. menyampaikan saran dan pendapat kepada Kepala Dinas sebagai bahan
perumusan kebijakan.
(3) Susunan Organisasi
Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis (UPTD) terdiri dari :
a. Kepala UPTD;
b. Sub Bagian Tata Usaha;
LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : TANGGAL :
UPT
SEKRETARIS
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KEPALA
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET
DAERAH PROVINSI BANTEN
Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Program, Evaluasi
dan Pelaporan
BIDANG PENDAPATAN
SEKSI PENDAPATAN ASLI
DAERAH
SEKSI DANA PERIMB & LAIN-LAIN PENDPT
GUBERNUR BANTEN,
RATU ATUT CHOSIYAH
SEKSI INTENSIFIK & EKSTENSIFIKASI
PENDAPATAN
BIDANG ANGGARAN
SEKSI PERENCANAAN
ANGGARAN
SEKSI PENYUSUNAN
ANGGARAN
SEKSI PELAKSANAAN
ANGGARAN
BIDANG PERBENDAHARAAN DAN KAS DAERAH
SEKSI PERBENDAHARAN I
SEKSI PERBENDAHARAA
N II
SEKSI KAS DAERAH
BIDANG KEKAYAAN DAERAH
SEKSI PENATAUSAHAAN
ASET DAERAH
SEKSI PENATAUSAHAAN
INVESTASI
SEKSI TPTGR DAN PIUTANG DAERAH
BIDANG AKUNTANSI
SEKSI AKUNTANSI PENERIMAAN
SEKSI AKUNTANSI PENGELUARAN
SEKSI PELAPORAN
BIDANG PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
SEKSI PEMBINAAN & PENGEND ADM
KEU. DAERAH
SEKSI PEMBINAAN&
PENGEND DANA DEKON & TGS
SEKSI MONITORING DAN
EVALUASI
c. Seksi PKB dan BBNKB;
d. Seksi Pendapatan Lain-lain.
Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Provinsi Banten