analisa pengaruh tingkat likuiditas -...
TRANSCRIPT
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
PENGARUH LIKUIDITAS DANRENTABILITAS TERHADAP PEMBIAYAAN PADA BANK
SYARIAH MANDIRI CABANG PURWAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah
Oleh:FATMA RIDHA
Nomor Pokok : 10010204023
FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2008 M / 1430 H
PERSETUJUAN
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Neneng Nurhasanah, Dra, MH. Nunung Nurhayati S.E., M.Si., Ak.
Mengetahui:
Ketua Program Studi Dekan Fakultas Syariah Keuangan dan Perbankan Syariah
Neneng Nurhasanah, Dra, MH. H. M. Zainuddin, Drs., Lc., Dipl., MH
ii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dimunaqasyahkan oleh tim penguji skripsi pada hari Rabu,
Tanggal 04 Februari 2009 dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan
dan Perbankan Syariah Universitas Islam Bandung.
Bandung, 04 Februari 2009 M 08 Safar 1430 H
PANITIA UJIAN MUNAQASYAH
Ketua Sekretaris
H. M. Zainuddin, Drs., Lc., Dipl., MH Neneng Nurhasanah, Dra, MH.
TIM PENGUJI
1. H.M. Zainuddin, Drs.LC.Dipl.MH ________________________
2. H.C. Najmuddin HS, Drs.MH ________________________
3. H. Asep Ramdan H, Drs.M.Si ________________________
iii
MOTTO
ya,, Allah jadikanlah aku hambaMU yang berjiwa seharmonis system periodic, sestabil gas mulia, sekuat ikatan kimia dan buatlah tekadku tidak mudah terionisasi luruskan niatku dan sempurnakan ikhtiarku jadikan waktu relativitasku lebih bermakna dihadapanMU semoga inspirasi dan ekspirasiku hanya untuk ridhoMU dan lobus frontalisku senantiasa bekerja mencari cara untuk meraih CINTAMU
Kupersembahkan hasil karya ini sebagai rasa syukurku .. Kepada kekuatan tertinggiku, Allah Swt..
Kekasih tercinta, Rasulullah.. Untuk dakwah dan Islam...
Bakti dan kasihku kepada Ayah dan Ibu... Orang-orang terkasih ...
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang
melimpahkan rahmatd an hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam
senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, para sahabat, tabi’in dan para pengikut setia beliau hingga akhir
zaman, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
judul “Pengaruh Tingkat Likuiditas dan Tingkat Rentabilitas terrhadap
Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta”, sebagai syarat untuk
mendapat gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas Syariah Universitas Islam
Bandung.
Dengan penuh kerendahan hati perkenankan pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Papa dan Mamaku yang tercinta dirumah serta kakak-kakakku, dan sepupu-
sepupuku yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material
selama penulis menjalani studi di bangku kuliah.
2. Ibu Neneng Nurhasanah, Dra,MH, selaku dosen pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan, nasehat dan pengarahannya demi terselesaikannya
skripsi ini.
v
Kata Pengantar
3. Ibu Nunung Nurhayati, S.E.,Msi.,Ak, selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan bimbingan, nasehat dan pengarahannya demi terselesaikannya
skripsi ini
4. Bapak HM. Zaenuddin, Lc.,Dipl.,MH, selaku Dekan Fakultas Syariah
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
5. Bapak Zaini Abdul Malik, S.Ag, selaku wali akademik yang telah
membimbing, nasehat, dan memberikan pengarahan demi terselesaikannya
skripsi ini
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung yang
dengan penuh pengabdian telah memberikan ilmu dan pengetahuan.
7. My friend DJ, thanks to support me waktu susah ataupun senang dan jadi
teman curhat yang baik sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
8. Tata “Tuyul”, Irma “Mairot”, Wince, Zhe “Pao Ndoet”, Willy, Emmon, dan
Nyung “Onying”, my friends thanks to support me sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini and I’ll miss you all..
9. Teman-temanku Jurusan Keuangan Perbankan Syari’ah angkatan 2004 yang
telah memberikan bantuan, semangat, dan dorongan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Kakak-kakak kedokteranku, Ravi dan Tristan, thank to support, to make me
happy and enjoy to writing and finished my essay.
11. Teman-teman UNPAD Dewi, Handre, Rika, Nia, dan lain-lain terima kasih
semangatnya.
vi
Kata Pengantar
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, pendapat dan koreksi akan sangat bermanfaat dalam melengkapi dan
menyempurnakan langkah-langkah lanjut demi hasil yang lebih baik. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, 18 Januari 2009
Penulis
Fatma Ridha
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1. Kerangka Pemikiran
2. Hipotesis
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Sumber Data
3. Teknik Pengumpulan Data
4. Operasionalisasi Variabel
5. Alat Analisis Data
6. Uji Hipotesis
1
1
6
7
7
8
8
14
14
14
14
15
16
16
17
v
7. Lokasi Penelitian
G. Sistematika Pembahasan
18
18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Likuiditas
1. Pengertian Likuiditas
2. Fungsi Likuiditas
3. Sumber-sumber Likuiditas
4. Indikator-indikator Likuiditas
5. Strategi Perbankan Menghadapi Krisis Likuiditas
B. Rentabilitas
1. Pengertian Rentabilitas
2. Tujuan Analisis Rentabilitas
3. Cara Meningkatkan Rentabilitas
4. Indikator-indikator Rentabilitas
C. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
2. Tujuan Pembiayaan
3. Fungsi Pembiayaan
4. Jenis Pembiayaan
5. Analisis Pembiayaan
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
D. Kondisi Likuiditas, Rentabilitas dan Pembiayan di Bank Syariah
20
20
20
21
24
26
29
33
33
37
39
40
43
43
44
44
45
51
54
56
vi
BAB III OBJEK DAN METODELOGI PENELITIAN
A. Sejarah Bank Syariah Mandiri
B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri
C. Budaya Perusahaan
D. Produk yang Ditawarkan
1. Produk Penghimpunan Dana
a. Tabungan
b. Deposito
c. Giro
d. Obligasi
2. Produk Pembiayaan
3. Produk Jasa Layanan Bank
a. Jasa Produk
b. Jasa Operasional
c. Jasa Investasi
E. Sumber Daya Insani
F. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta
G. Metode Penelitian
1. Metode yang Digunakan
2. Operasionalisasi Variabel
3. Jenis dan Sumber Data
4. Teknik Pengumpulan Data
59
59
62
63
64
64
64
68
69
72
72
76
77
79
81
82
83
84
84
84
85
86
vii
H. Rancangan Uji Hipotesis
1. Penetapan Hipotesis Null (Ho)
I. Pemilihan Uji Statistik dan Perhitungan Nilai Uji Statistik
1. Pemilihan Uji Statistik
2. Analisis Regresi Sederhana
J. Pengujian Hipotesis dan Penetapan Tingkat Signifikansi
1. Penetapan Uji t
2. Penetapan Tingkat Signifiksi
3. Penarikan Kesimpulan
87
87
88
88
88
89
89
90
90
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kondisi Likuiditas di Bank Syariah Mandiri
B. Kondisi Rentabilitas di Bank Syariah Mandiri
C. Kondisi Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri
D. Pengaruh Likuiditas dan Rentabilitas terhadap Pembiayaan di
Bank Syariah Mandiri
1. Analisis Regresi Sederhana
2. Uji Keberartian Pengaruh (Regresi) dengan Uji t
92
92
93
94
96
99
103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
110
110
111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel 85
4.1 Data Tingkat FDR, ROA dan Pembiayaan di Bank Syariah
Mandiri
95
4.2 Data Penelitian 98
4.3 Data Variabel X1 dan Y 99
4.4 Data Variabel X2 dan Y 101
xv
Daftar Gambar
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema Pembiayaan Musyarakah 48
2.2 Skema Pembiayaan Ijarah 49
3.1 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta 83
4.1 Gambar Uji t dengan Tingkat Signifikasi � = 0.05 106
xvi
Daftar Lampiran
Daftar Lampiran
Daftar Bimbingan Skripsi
Surat Keputusan Bimbingan Skripsi
Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta
Feleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah
xvii
Bab I: Pendahuluan
PENGARUH TINGKAT LIKUIDITAS DAN TINGKAT
RENTABILITAS TERHADAP PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH
MANDIRI CABANG PURWAKARTA
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian Indonesia yang semakin meningkat telah
mengakibatkan peningkatan permintaan akan kebutuhan pendanaan untuk
membiayai proyek-proyek pembangunan. Namun, dana yang dimiliki pemerintah
yang bersumber dari APBN sangat terbatas untuk menutupi kebutuhan dana
pembangunan, karenanya pemerintah mendorong pihak swasta untuk ikut serta
berperan dalam membiayai pembangunan potensi ekonomi bangsa. Akan tetapi
dana yang dimiliki oleh pihak swasta, baik secara individual maupun
kelembagaan, juga terbatas untuk memenuhi operasional dan pengembangan
usahanya. Dengan keterbatasan finansial lembaga negara dan swasta tersebut,
maka perbankan nasional memegang peranan penting dan strategis dalam
kaitannya untuk menyediakan dana permodalan pengembangan sektor-sektor
produktif.
Bank sebagai lembaga jasa perantara keuangan ( financial intermediary),
yang tugas pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat, diharapkan
dengan dana yang dimaksud dapat memenuhi kebutuhan dana pembiayaan yang
tidak disediakan oleh dua lembaga sebelumnya (swasta dan negara).
Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
telah lama mendambakan kehadiran sistem lembaga keuangan yang sesuai
1
Bab I: Pendahuluan
tuntutan kebutuhan tidak sebatas finansial namun juga tuntutan moralitasnya.
Sistem bank yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik bunga
(free interest banking).
Kaitan antara bank dengan uang dalam suatu unit bisnis sangatlah penting,
namun dalam pelaksananya harus menghilangkan adanya ketidakadilan,
ketidakjujuran, dan “penghisapan” dari satu pihak ke pihak lain (bank dan
nasabahnya). Kedudukan bank syariah dalam hubungan dengan para nasabahnya
adalah sebagai mitra investor dan pedagang, sedangkan dalam hal bank pada
umumnya, hubungannya adalah sebagai kreditur atau debitur.
Dalam pelaksanaan pembiayaan , bank syariah harus memenuhi 2 aspek
(Muhammad, ”Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, 2005: 16), yaitu:
1. Aspek syariah, berarti dalam setiap realisasi pembiayaan kepada nasabah,
bank syariah harus tetap berpedoman pada syariat Islam (antara lain tidak
mengandung unsur maisir, gharar, dan riba serta bidang usahanya harus
halal).
2. Aspek ekonomi, berarti di samping mempertimbangkan hal-hal syariah
bank syariah tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi
bank syariah maupun bagi nasabah bank syariah.
Pembiayaan berfungsi untuk meningkatkan perekonomian umat,
meningkatkan tingkat produktivitas dalam masyarakat, membuka lapangan kerja
baru, meningkatkan daya guna uang dan barang, dan meningkatkan stabilitas
ekonomi suatu negara. Agar tercapainya tujuan pembiayaan tersebut maka volume
pembiayaan harus ditingkatkan.
2
Bab I: Pendahuluan
Aspek-aspek yang mempengaruhi volume pembiayaan adalah tingkat
keuntungan bank, tingkat kredit macet, dana pihak ketiga, tingkat likuiditas bank,
promosi pembiayaan yang dilakukan oleh bank, financing deposit ratio yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, modal bank, baik modal sendiri maupun modal
cadangan, serta dana yang berasal dari masyarakat luas. Tingkat keuntungan yang
tinggi dapat mengakibatkan tingginya volume pembiayaan. Volume pembiayaan
yang tinggi dan berlebihan dapat menimbulkan bencana pada masa yang akan
datang bagi bank, dan memberikan dampak persaingan yang tidak
menguntungkan bagi nasabah dan perekonomian secara keseluruhan. Pemberian
pembiayaan yang berlebihan merupakan salah satu masalah klasik yang
mengakibatkan krisis perbankan.
Pengelolaan kredit merupakan masalah yang sangat pelik bagi manajemen
perbankan. Jika manajemen perbankan ingin memperbesar likuiditas berarti
volume pembiayaan yang dapat diberikan harus diperkecil untuk memperbesar
cadangan kas, yang berarti dana yang dapat dihasilkan untuk pencapaian
rentabilitas berkurang. Rentabilitas dapat diperbesar jika pemberian pembiayaan
diperbesar, dan berarti posisi likuiditas diperkecil karena sebagian dana
diperuntukkan untuk dana produktif (loaknable found).
Bank dalam memberikan jumlah penyaluran dana pembiayaan yang begitu
besar bahkan melebihi 80% dari total asset yang dimilikinya akan berakibat
terganggunya likuiditas bank, karena sumber dana simpanan masyarakat tersedot
dengan jumlah pemakaian kredit. Jumlah dana pembiayaan yang disalurkan
berasal dari dana simpanan masyarakat dianggap sehat oleh Bank Indonesia
3
Bab I: Pendahuluan
sebesar 85%-110%. Dengan demikian, pemberian pembiayaan yang berlebihan
mengandung resiko pada manajemen bank. Resiko yang mungkin timbul adalah
tersendatnya pembayaran tagihan pembiayaan (NPL yang besar akan
mengakibatkan kredit macet). Kondisi ini akan mengakibatkan kinerja likuiditas
terganggu dan mengakibatkan bekunya operasional bank.
Realita yang sering terjadi adalah tidak semua nasabah potensial bersedia
meminjamkan uangnya berdasarkan prinsip kemitraan atau musyarakah. Pada
umumnya nasabah lebih suka menyimpan dananya berdasarkan prinsip
mudharabah. Dalam mudharabah, jika terjadinya kerugian maka bank akan
menanggung kerugian yang lebih besar dibandingkan partnernya. Hal ini akan
menyebabkan tingginya tingkat likuiditas, dimana bank lebih cenderung
menyimpan dana untuk menanggulangi resiko dan menjaga kepuasan nasabah
potensial. Selain itu tingginya tingkat kehati-hatian bank dalam memilih nasabah
pembiayaan juga akan menyebabkan banyaknya kas yang menganggur, yang akan
berdampak pada tingginya biaya pengelolaan kas. Tingkat likuiditas yang tinggi
juga akan mengakibatkan tingginya biaya pengelolaan kas yang menganggur dan
berkurangnya keuntungan yang diperoleh bank.
Untuk mencapai pembiayaan yang sehat, maka bank harus memperhatikan
tingkat likuiditas dan rentabilitasnya. Karena tingkat likuiditas dan rentabilitas ini
akan berpengaruh terhadap banyaknya pembiayaan yang dapat disalurkan oleh
bank syariah.
Tingkat likuiditas yang dapat dihitung dengan menggunakan rasio LDR
dan Cash Ratio. LDR menunjukkan tingkat likuiditas bank yang berkenaan
4
Bab I: Pendahuluan
dengan kegiatan utama bank. Semakin tinggi tingkat LDR suatu bank maka
semakin kecil tingkat likuiditasnya karena jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kreditnya semakin besar. Sedangkan Cash Ratio menunjukkan
kemampuan bank untuk melunasi kewajiban-kewajiban yang harus dibayar
dengan alat likuid yang dimiliki bank. Semakin tinggi tingkat CR suatu bank
maka semaki tinggi tingkat likuiditas bank tersebut (Rachmat Firdaus, Manajemen
Dana Bank, 2001: 197).
Tingkat rentabilitas yang dapat dihitung dengan menggunakan rasio ROA.
ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha
secara keseluruhan. Semakin tinggi tingkat ROA suatu bank semakin baik tingkat
rentabilitas suatu bank (www. Skrip.com).
Pada Januari 2007 LDR Bank Syariah Mandiri sebesar 86,42%, laba yang
dihasilkan sebesar Rp.22.000.000.000,-, ROA yang dihasilkan sebesar 3,84% dan
pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp. 7.368.093.000.000,-. Akan tetapi, pada
Februari 2007 tingkat LDR Bank Syariah Mandiri sebesar 85,97%, tingkat LDR
pada bulan ini lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat LDR pada Januari
2007, ROA yang dihasilkan pada bulan ini sebesar 2,73% dan laba yang
dihasilkan Bank Syariah Mandiri sebesar Rp. 31.483.000.000,-, dan pembiayaan
yang disalurkan lebih besar dibandingkan dengan bulan Januari 2007, yitu sebesar
Rp. 7.381.931.000.000,- (www. syariahmandiri.co.id). Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa pembiayaan yang disalurkan dipengaruhi oleh tingkat likuiditas
dan laba. Likuiditas pada Januari 2007 lebih tinggi dibandingkan dengan likuiditas
5
Bab I: Pendahuluan
Februari 2007, sedangkan laba dan pembiayaan yang disalurkan pada Januari
2007 lebih kecil dibandingkan dengan laba dan pembiayaan yang disalurkan pada
Februari 2007 (www. syariahmandiri. co.id).
Pada Oktober 2007 LDR Bank Syariah Mandiri sebesar 95,42%, laba yang
dihasilkan sebesar Rp.32.745.000.000,-, ROA yang dihasilkan 0,66%, dan
pembiayaan yang disalurkan Rp. 7.418.505.000.000,-. Sedangkan pada Desember
2007, LDR Bank Syariah Mandiri adalah 92,98%, laba yang dihasilkan pada
bulan ini adalah sebesar Rp.115.455.000.000,-, ROA yang dihasilkan 1,53%, dan
pembiayaan yang disalurkan adalah Rp. 10.326.374.000.000,- (www.
syariahmandiri. co.id).
Selain itu terjadinya penurunan tingkat likuiditas pada Bank Syariah
Mandiri pada Februari 2006, yaitu sebesar 81,98%. Tingkat LDR ini tidak sesuai
dengan standar likuiditas yang telah ditetapkan Bank Indonesia.
Untuk mencapai pembiayaan yang sehat, bank juga harus memperhatikan
tingkat likuiditas dan laba yang dihasilkan oleh bank tersebut.
Maka dengan alasan tersebut penulis tertarik untuk membahas tentang
pembiayaan, dalam sebuah penelitian yang diberi judul: ”Pengaruh Tingkat
Likuiditas dan Tingkat Rentabilitas Terhadap Pembiayaan pada Bank
Syariah Mandiri Cabang Purwakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka
permasalahan yang akan diteliti adalah:
6
Bab I: Pendahuluan
1. Bagaimana keadaan Likuiditas Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta?
2. Bagaimana keadaan Rentabilitas Bank Syariah Mandiri Cabang
Purwakarta?
3. Bagaimana kondisi pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang
Purwakarta?
4. Bagaimana Pengaruh likuiditas dan rentabilitas terhadap pembiayaan pada
Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah;
1. Untuk menganalisis kondisi likuiditas Bank Syariah Mandiri Cabang
Purwakarta.
2. Untuk menganalisis kondisi rentabilitas Bank Syariah Mandiri Cabang
Purwakarta.
3. Untuk menganalisis kondisi pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang
Purwakarta.
4. Pengaruh likuiditas dan rentabilitas terhadap pembiayaan pada Bank
Syariah Mandiri Cabang Purwaakarta.
D. Kegunaan Penilitian
1. Dapat memberikan konstribisi positif dalam rangka menyediakan
informasi tentang kondosi Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta dan
mensosialisasikannya kepada masyarakat.
7
Bab I: Pendahuluan
2. Dapat memberikan pengetahuan bagi penulis tentang analisa pembiayaan
di Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta.
3. Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan di
Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung.
E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1. Kerangka Pemikiran
Pembiayaan atau kredit dalam prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil (Muhammad, ”Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”,
2005: 15).
Kredit dalam prinsip konvensional adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
pinjam meminjam, peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan bunga yang telah ditetapkan (Bambang Tri Cahyono,
“Analisis Bank Syariah”, 2002: 82).
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dan pihak lain untuk menyimpan dana/atau pembiayaan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan prinsip syariah. Firman Allah dalam surat
An Nisaa’: 29
8
Bab I: Pendahuluan
������� ���� �� ����� ������ � �� �� �� ����� ����� ������� ��� �� �� ����� �� ��� �� �� ���� �
���� ���� � ���� ���� � � ��� ���� ������ �� � � ������ �� ���� ����� �� ���� ! ��� �" ��� ��# $ ��
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (QS: An Nisaa’: 29)
Firman Allah dalam surat Shaad: 24
% ���� �&�� ������ ��� �'� �$ ��� ��( �� �" �����# � ) �* ������� �+ �,�� �-�������� �. �/ � �� � �� ���-�����! �.��0
�$ �! �# � � 1 ��� ��& ���0�# �"� �#��� $� � ���� ���# ����� �� �2� �� �� ���� !%�� �� � "3 �&�����+ �4��
# �$��" �� %��'�# 5 �* &� �� ���� ����'( ���) �*��� ���) ���(�� )*5 �# �*��6! �+���� �#
Artinya: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh”. (QS : Shaad : 24)
Ayat di atas menjelaskan hubungan kerjasama antara satu pihak dengan
pihak lain. Dalam perbankan ayat di atas menjelaskan tentang hubungan dalam
produk pembiayaan. Dimana dalam proses pembiayaan terdapat hubungan antara
bank dengan pihak peminjam. Produk pembiayaan yang terdapat dalam bank
syariah adalah pembiayaan murhabahah, mudharabah, musyarakah, ijarah,
istisna’, salam.
Pembiayaan mengandung berbagai unsur dan tingkat resiko yang
kemungkinan dapat mengenai usaha nasabah dan juga membahayakan prospek
pelunasan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank. Jenis resiko itu
adalah(Muhammad, ”Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, 2005:67):
9
Bab I: Pendahuluan
1. Risiko makro, berkaitan dengan hal:
a. Menurunnya daya beli konsumen
b. Berkurangnya anggaran belanja pemerintah
c. Gejolak valuta asing
d. Deregulasi pasar
e. Pembatasan ekspor/impor
2. Risiko mikro, berkaitan dengan hal:
a. Hilangnya/berkurangnya pangsa pasar
b. Pengurangan/penghentian fasilitas pembiayaan dari supplier
c. Kekurangan bahan baku
d. Usangnya persediaan barang dagangan
e. Meninggalnya para pengelola kunci
Untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan yang sehat, bank perlu
berpedoman kepada prinsip-prinsip yang dikenal secara umum, yaitu prinsip 3R
yang terdiri dari Return Principle, Repayment Capacity, Risk Bearing, prinsip 5C
yang terdiri dari Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral, prinsip 4P,
yang terdiri dari Personality, Purpose, Prospec, serta Payment.
Setiap bank mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri, bagaimana cara
melakukan penilaian terhadap permohonan pembiayaan. Biasanya telah tersedia
formulir standar yang harus diisi oleh analisis pembiayaan. Selain memperhatikan
aspek-aspek untuk menciptakan pembiayaan yang sehat, bank juga
memperhatikan keuntungan yang muncul dari pemberian pembiayaan tersebut.
10
Bab I: Pendahuluan
Pembiayaan merupakan aplikasi lain dari dana yang dimaksudkan untuk
memperoleh pendapatan. Karena pembiayaan menggunakan prinsip bagi hasil
yang merupakan pendapatan bagi bank, maka pembiayaan itu merupakan aktiva
yang menghasilkan (earning assets).
Pembiayaan dapat dikelompokkan menjadi pembiayaan yang bersifat
konsumtif dan pembiayaan yang bersifat peroduktif. Pembiayaan yang bersifat
konsumtif adalah pembiayaan yang diberikan terhadap benda-benda yang
digunakan secara pribadi, sedangkan pembiayaan produktif adalah pembiayaan
yang diberikan kepada sektor bisnis.
Pembiayaan juga dapat dikelompokkan menurut kualitas atau
kolektibilitasnya. Pembiayaan menurut kualitasnya terdiri dari 5 jenis, yaitu
pembiayaan lancar, pembiayaan dalam perhatian khusus, pembiayaan kurang
lancar, pembiayaan diragukan dan pembiayaan macet.
Tingkat pembiayaan dipengaruhi oleh tingkat likuiditas dan rentabilitas
suatu bank. Tingkat likuiditas adalah tingkat kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban dan utang-utang jangka pendeknya, dapat membayar
kembali semua deposannya dan dapat memenuhi permintaan pembiayaan yang
diajukan tanpa terjadi penangguhan. Bank dikatakan likuid jika memiliki kas yang
besarnya sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan likuiditasnya, memiliki asset yang dapat diuangkan sewaktu-waktu,
dan mempunyai kemampuan untuk menciptakan kas baru melalui utang.
Tingkat rentabilitas adalah tingkat kemampuan bank untuk mendapatkan
laba atau keuntungan. Dengan analisis rentabilitas dapat diukur tingkat efisiensi
11
Bab I: Pendahuluan
usaha serta profitabilitas yang dicapai oleh bank. Dalam analisis ini akan dicari
hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada pada income statemen dan pos-pos
neraca bank.
Tingkat likuiditas suatu bank dapat diukur dengan menggunakan rasio
LDR dan rasio kas, sedangkan tingkat rentabilitas suatu bank dapat diukur dengan
menggunakan rasio ROA.
ROA (Return on Asset) merupakan salah satu rasio untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitababilitas dan mengelola
efisiensi usaha bank secara keseluruhan. Semakin besar rasio ini maka semakin
baik tingkat profitabilitas suatu bank. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu
bank maka semakin tinggi tingkat alokasi volume pembiayaannya (Bambang Tri
Cahyono, “Analisis Bank Syariah”, 2002: 53).
Rasio Return on Asset =hartatotal
pajaksetelahlaba
Analisis rentabilitas ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha
serta profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Analisis ini akan
mencari hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada pada income statement
dan pos-pos neraca bank yang bersangkutan (Rachmat Firdaus, “Manajemen
Dana Bank”, 2001: 205).
LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan rasio antara
pembiayaan/pinjaman yang diberikan terhadap simpanan bank yang bersangkutan.
Rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank berkenaan dengan kegiatan utama
bank. Semakin besar rasio ini maka tingkat likuiditas bank semakin kecil karena
jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai pembiayaan semakin besar.
12
Bab I: Pendahuluan
Sebaliknya jika semakin kecil rasio ini maka akan semakin tinggi tingkat
likuiditas bank yang bersangkutan, namun penggunaan dana semakin kurang
efisien (Bambang Tri Cahyono, “Analisis Bank Syariah”, 2002: 47).
Loan Deposite Ratio = %100×KetigaPihakDana
DisalurkanyangKredit
CR (Cash Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan bank
untuk melunasi kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar dengan alat-alat
likuid yang dimilikinya (ibid, 2002: 46).
Cash Ratio = %100×BorrowingTermShortAssetsLiquid
Dari variable diatas dapat disimpulkan bahwa LDR dan ROA mempunyai
pengaruh yang positif terhadap volume pembiayaan, sedangkan CR berpengaruh
negative terhadap volume pembiayaan.
Jika tingkat likuiditas tidak tercapai maka akan mengakibatkan bank tidak
dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Hal ini disebabkan oleh
(Robert Tampubolon, “Risk Management Pendekatan Kuantitatif untuk Bank
Komersil”, 2004: 180):
1. Tidak dapat menjual atau mencairkan assets.
2. Tidak mendapakan dana yang cukup (funding liquidity risk).
3. Tidak dapat menjual market securities yang dimilikinya tanpa
menurunkan harganya secara drastis misalnya karena harga pasar jatuh
(market securities risk).
4. Tidak mendapatkan tambahan modal dari pemegang saham.
5. Meningkatnya tingkat NPL.
13
Bab I: Pendahuluan
2. Hipotesis
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan dengan merumuskan suatu hipotesis, yaitu bahwa:
“Terdapatnya Pengaruh Tingkat Likuiditas dan Rentabilitas Terhadap
Pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri”.
H0 = Tidak ada pengaruh antara tingkat likuiditas dan rentabilitas terhadap
volume pembiayaan.
Ha = Terdapat pengaruh antara tingkat likkuiditas dan rentabilitas terhadap
volume pembiayaan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan untuk mengetahui analisa pengaruh tingkat
likuiditas dan rentabilitas terhadap pembiayaan pada bank syariah Mandiri ini
adalah metode analisis korelational dengan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif digunakan dalam melakukan pengumpulan dan
penginventarisasian data yang berhubungan dengan angka, rumus, dan rasio, yang
diperoleh dari data laporan keuangan bulanan di Bank Syariah Mandiri.
Sedangkan metode analitik digunakan untuk menganalisis hubungan, peranan, dan
pengaruh dari variabel-variabel yang diteliti.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
14
Bab I: Pendahuluan
a. Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat
aktual terjadinya peristiwa (Uma Sekaran, “Metodologi Penelitian untuk
Bisnis”, 2006: 77). Jenis data primer yang digunakan penulis adalah data
laporan keuangan periodik tahunan Bank Syariah Mandiri pada periode
2003-2007.
b. Data Sekunder, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan
sendiri oleh peneliti. Beberapa sumber data sekunder antara lain bulentin
statistik, publikasi pemerintah, informasikan yang dipublikasikan atau
tidak dipublikasikan dari dalam atau luar perusahaan, data-data online,
situs Web, dan internet (Ibid, 2006: 77).
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:
a Metode dokumenter, yaitu metode yang digunakan untuk menelusuri data
historis. Dokumen yang digunakan adalah dokumen resmi ekstern, yaitu
berupa bahan-bahan informasi yang dikeluarkan suatu lembaga.
b Studi Pustaka, yaitu dengan mencari dan mengumpulkan data yang
bersifat teoritis berupa artikel ilmiah yang didapat dari surat kabar dan
internet.
c Wawancara, teknik pengumpulan informasi melalui sumber-sumber yang
relevan dengan cara berbicara langsung dengan beberapa orang dalam
konteks kerja atau klien.
15
Bab I: Pendahuluan
d Quitioner, teknik pengumpulan informasi yang menggunakan sejumlah
pertanyaan dan di dapat melalui sumber-sumber yang relevan dalam
konteks kerja atau klien.
4. Operasionalisasi Variabel
Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih, yaitu: “Pengaruh Tingkat
Likuiditas dan Rentabilitas Terhadap Pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri
maka terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Tingkat likuiditas dan rentabilitas, sebagai independent variable (variabel
yang mempengaruhi atau variabel bebas), dan
2. Pembiayaan, sebagai dependent variable (variabel yang dipengaruhi atau
variabel terikat).
5. Alat Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
sederhana. Analisa ini digunakan intuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependen.
Analisa data ini untuk mengetahui pengaruh besarnya pengaruh variabel
terhadap Y dan X1X 2 terhadap Y. Kekuatan hubungan variabel terhadap Y
dan terhadap Y untuk selanjutnya ditujukan dengan suatu bilangan, yang
disebut dengan koefisien regresi sederhana.
1X
2X
Rumus yang digunakan untuk mengukur koefisien regresi sederhana yaitu
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Y= a + bX +
16
Bab I: Pendahuluan
6. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t dengan bantuan software SPSS
uji t, yaitu untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara variabel independent
dengan variabel dependen. Populasi yang digunakan dalam ui hipotesis ini adalah
laporan keuangan bulanan Bank Syariah Mandiri cabang Purwakarta dan sampel
yang digunakan adalah laporan keuangan bulanan pada tahun 2005-2007.
Uji t merupakan suatu prosedur yang mana hasil sampel dapat digunakan
untuk verifikasi kebenaran atau kesalahan hipotesis nul (Ho). Keputusan untuk
menerima atau menolak Ho dibuat berdasarkan nilai uji statistik yang diperoleh
dari data. Hal yang penting dalam hipotesis penelitian yang menggunakan data
sampel dengan menggunakan uji t adalah masalah penelitian apakah
menggunakan dua sisi atau satu sisi.
Prosedur uji t pada koefisien regresi parsial pada regresi sederhana sama
dengan prosedur uji koefisien pada regresi sederhana. Adapun prosedur uji t
dengan satu sisi adalah sebagai berikut:
1. membuat hipotesis melalui uji satu sisi
o Uji hipotesis positif satu sisi
Ho : �1 � 0
Ha : �1 > 0
o Uji hipotesis negatif satu sisi
Ho : �1 � 0
Ha : �1 < 0
2. Kita ulangi langkah pertama tersebut untuk �2
17
Bab I: Pendahuluan
3. Menghitung nilai t hitung untuk �1 dan �2 dan mencari nilai t kritis dari tabel
distribusi t. Nilai t hitung dicari dengan formula sebagai berikut:
bS
bt β−=
Dimana �1* merupakan nilai pada hipotesis nul
4. Bandingkan nilai t hitung untuk masing-masing estimator dengan t kritisnya
dari tabel. Keputusan menolak atau menerima Ho untuk uji hipotesis positif 1
pihak sebagai berikut:
• Jika nilai t hitung > nilai t kritis maka Ho ditolak atau menerima Ha
• Jika nilai t hitung � nilai t kritis maka Ho diterima atau menolak Ha
Keputusan menolak atau menerima Ho untuk uji hipotesis negatif 1 pihak
sebagai berikut:
� Jika nilai t hitung � nilai -t kritis maka Ho diterima atau menolak Ha
� Jika nilai t hitung < nilai -t kritis maka Ho ditolak atau menerima Ha
Dimana t kritis = t /2
7. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta
terletak di Jl. Ibrahim Singadilaga No. 88 Purwakarta.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini disusun ke dalam 5 bab,
yaitu:
18
Bab I: Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis, Metode
Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
Bab II Landasan Teori
Bab ini terdiri dari Pengertian Pembiayaan, Pengertian Likuiditas,
Pengertian Rentabilitas.
Bab III Objek Penelitian
Bab ini terdiri dari Sejarah Bank Syariah Mandiri, Visi dan Misi Bank
Syariah Mandiri, Struktur Organisasi, Uraian Jabatan, Produk dan Jasa
Bank Syariah Mandiri, dan Keadaan Likuiditas, Rentabilitas dan
Pembiayaan di Bank Syariah .
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini terdiri dari Hasil Penelitian Analisa Hubungan Tingkat Likuiditas
dan Rentabilitas Terhadap Pembiayaan, Uji Regersi dan Pembahasan
Penelitian.
Bab V Penutup
Bab ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
19
Bab I: Pendahuluan
20
Bab II: Landasan Teori
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Likuiditas
1. Pengertian Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya, ini berarti bahwa likuiditas merupakan kemampuan bank untuk
mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk memperoleh kas.
Likuiditas menurut Howard D. Crosse dan George W. Hempel adalah
kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya deposito/simpanan
oleh deposan/penitip. Dengan kata lain, suatu bank dikatakan likuid apabila bank
tersebut dapat memenuhi kewajiban panarikan uang dari pihak penitip dana
maupun dari pihak peminjam/debitur (Julius Ratu Marissa,” Mengenal Aspek-
aspek Operasi Bank Umum”,, 1999:19).
Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak
yang berasal dari ketidakmampuan bank memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan,
juga berarti pembatasan kesempatan dan tindakan manajemen. Masalah likuiditas
yang parah dapat mencerminkan ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban lancar dan dapat mengarah pada penjualan investasi dan aktiva dengan
terpaksa, dan dalam bentuk yang lebih parah, mengarah pada insolvensi dan
kebangkrutan. Likuiditas merupakan jantung utama perbankan karena jika sekali
saja pemilik uang tidak dapat mengambil uangnya yang disimpan di bank yang
20
Bab II: Landasan Teori
bersangkutan, maka masyarakat akan tidak percaya pada bank tersebut dan para
deposan akan menarik dananya yang disimpan pada bank tersebut. Jika hal ini
terjadi, bank tersebut dapat mengalami kebangkrutan karena terjadinya rush
(penarikan uang dari bank secara besar-besaran).
Demikian juga dengan bank yang mempunyai likuiditas yang terlalu tinggi
akan menimbulkan biaya bagi bank tersebut. Hal ini diasumsikan bahwa untuk
membentuk posisi likuiditas yang berlebihan, bank harus menggunakan dana
jangka panjang.
2. Fungsi Likuiditas
Menurut Sinkey, ada lima fungsi utama likuiditas bank, yaitu sebagai
berikut (Idem, 1999:20):
1) Menunjukkan dirinya sebagai tempat aman untuk menyimpan uang.
Pada umumnya para penyimpan dana di bank bersikap risk averse
(menghindari resiko), karena itu faktor keamanan merupakan faktor utama. Jika
kondisi likuiditas bank tersebut lancar maka nasabah tidak akan ragu-ragu
menyimpan dananya pada bank tersebut. Akan tetapi jika terjadi masalah dengan
likuiditasnya maka para deposan akan menarik dana mereka meskipun belum
jatuh tempo
2) Memungkinkan bank memenuhi komitmen pinjamannya.
Pada dasarnya bank melakukan hubungan bisnis dengan nasabah. Jika
bank menolak untuk menyediakan dana atas permohonan pembiayaan yang telah
disepakati (committed), mungkin debitur akan lari ke bank lain. Hal akan
mengakibatkan bank tersebut kehilangan nasabah. Untuk memelihara hubungan
21
Bab II: Landasan Teori
yang baik dengan debitur khususnya yang mempunyai tingkat
kolektibilitas/klasifikasi yang prima, sebaiknya bank mampu mangantisipasi
kebutuhan-kebutuhan debitur tersebut di masa mendatang.
3) Untuk menghindari penjualan aktiva yang tidak menguntungkan.
Dalam posisi likuid yang cukup berat, bank mungkin tidak dapat
memperpanjang pinjaman yang diterima dari bank lain. Apalagi jika pinjaman
tersebut telah jatuh tempo karena bank tersebut tidak mampu menciptakan rasa
aman kepada para pemilik dana. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah
dengan menjual surat berharga yang umumnya dengan harga murah (merugi), hal
ini akan memperburuk tingkat modal bank tersebut
4) Untuk menghindari diri dari penyalahgunaan kemudahan atau kesan “negatif”
dari penguasa moneter karena meminjam dana likuiditas dari bank sentral.
5) Memperkecil penilaian resiko ketidakmampuan membayar kewajiban
penarikan dana.
Semakin sering suatu bank menggunakan fasilitas discount window,
semakin tidak bebas manajemen bank tersebut menentukan dan melaksanakan
kebijakan usahanya. Ini disebabkan karena bank sentral akan mengawasi
manajemen bank tersebut dan bahkan harus melakukan restrukturisasi neraca
untuk memperbaiki tingkat kesehatan bank.
Suatu bank dikatakan likuid apabila bank tersebut dapat memenuhi
kewajiban dan utang-utang jangka pendeknya, dapat membayar kembali semua
deposannya dan dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi
22
Bab II: Landasan Teori
penangguhan. Oleh karena itu bank dikatakan likuid apabila (Bambang Tri
Cahyono,” Analisis Bank Syariah”, 2001: 44) :
1) Bank tersebut memiliki kas sebesar kebutuhan yang akan digunakan
untuk memenuhi likuiditasnya.
2) Bank tersebut memiliki kas yang lebih kecil dari kas di atas, tetapi
memiliki asset lainnya yang dapat diuangkan sewaktu-waktu tanpa
mengalami penurunan nilai pasarnya.
3) Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan kas baru
melalui berbagai bentuk utang.
Pemicu utama kebangkrutan yang dialami oleh bank, besar atau kecil,
bukanlah karena kerugian yang dideritanya, melainkan lebih kepada
ketidakmampuan bank memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
Likuiditas secara umum dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang
sesuai. Likuiditas penting bagi bank untuk menjalankan transaksi-transaksi bisnis
sehari-hari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak, memuaskan permintaan
nasabah terhadap pinjaman, dan memberikan fleksibilitas dalam meraih
kesempatan investasi yang menarik dan menguntungkan.
Likuiditas yang tersedia harus cukup, tidak boleh terlalu kecil sehingga
mengganggu kebutuhan operasional sehari-hari, tetapi tidak boleh terlalu besar
karena akan menurunkan efisiensi dan berdampak pada rendahnya tingkat
profitablitas.
23
Bab II: Landasan Teori
Likuiditas bank syariah banyak tergantung pada:
1) Tingkat kelabilan (volatility) dari simpanan (deposit) nasabah, kepercayaan
pada dana-dana non-PLS.
2) Kompetensi teknis yang berhubungan dengan pengaturan struktur liabilitas.
3) Ketersediaan asset yang siap dikonversikan menjadi kas.
4) Akses kepada pasar antar bank dan sumber dana lainnya, termasuk fasilitas
lender of last resort dari bank sentral. Teknik duration gap management
dapat diaplikasikan oleh bank syariah, bukan dalam rangka menghindari risiko
tingkat bunga, melainkan untuk mengatur cash flow atau mengendalikan
likuiditasnya.
3. Sumber-sumber Likuiditas
Manajemen bank harus mampu mengidentifikasi jenis sumber-sumber
likuiditas yang cocok dengan kebutuhan banknya. Besar kecilnya reputasi dan
posisi likuiditas bank akan mempengaruhi jenis sumber likuiditas yang dapat
dipilih. Namun, secara umum sumber-sumber likuiditas bank dapat digambarkan
sebagai berikut (Idem, 1999:21):
1) Asset bank yang akan segera jatuh tempo
Pinjaman kepada debitur atau cicilan pinjaman yang akan jatuh tempo
dapat dianggap sebagai sumber likuiditas. Kondisi likuiditas suatu bank akan
rawan apabila keseluruhan portofolio kreditnya evergreen. Surat-surat berharga,
instrumen pasar uang seperti Bank Acceptance, sertifikat Bank Indonesia (SBI),
sertifikat deposito pada bank lain yang akan segera jatuh tempo juga dapat
dianggap sumber likuiditas.
24
Bab II: Landasan Teori
2) Pasar uang
Tidak semua bank mempunyai kemampuan masuk pasar uang. Hal ini
sangat dipengaruhi oleh besarnya suatu bank dan presepsi pasar atas credit
worthiness bank tersebut. Para investor yang ingin meminjamkan uangnya ke
bank dalam jumlah yang cukup besar akan sangat selektif dalam mengevaluasi
tingkat, konsistensi dan perkembangan pendapatan bank, kualitas dari asset
(berapa tinggi persentasi Loan Deposit Ratio-nya), reputasi kesehatan
manajemennya, dan kekuatan modal bank.
3) Sindikasi kredit
Di samping tujuan untuk mengatasi legal lending limit (3L), menyebarkan
risiko dan upaya untuk meningkatkan ROA, sindikasi kredit digunakan pula untuk
menjalin hubungan dengan bank-bank lain. Akhirnya pada saat mengalami
kesulitan dalam posisi likuiditasnya (ilikuid), bank tersebut dapat menyindikasi
sebagian potofolio kreditnya kepada bank lain dalam upaya mengatasi masalah
tersebut. Perlu diingat bahwa semakin aktif suatu bank ikut serta dalam sindikasi
kredit (strategi pemasaran sindikasi) bank tersebut semakin dikenal oleh bank-
bank lain.
4) Cadangan likuiditas
Khusus bank yang tidak segera memperoleh dana pada saat diperlukan,
bank tersebut perlu mempunyai cadangan likuiditas. Bank tersebut tidak perlu
menjual assetnya dengan harga yang rendah (merugi).
25
Bab II: Landasan Teori
5) Sumber dana yang sifatnya last resort
Sumber likuiditas last resort ini penting untuk berjaga-jaga apabila
sumber-sumber likuiditas yang lain ternyata tidak mampu menutupi kebutuhan
likuiditas yang ada. Salah satu sumber yang umum digunakan oleh kebanyakan
adalah fasilitas line of credit dari bank lain. Bank yang menjalin hubungan
koresponden dengan bank lain kemungkinan dapat meminta fasilitas stand by line
of credit dari bank lain tersebut.
4. Indikator-indikator Likuiditas
Untuk menilai likuiditas suatu bank terdapat beberapa indikator, yaitu
(Rachmat Firdaus,I”Manajemen Dana Bank”, 2001: 195):
1. Quick Ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan bank untuk membayar kembali
simpanan para nasabahnya dengan alat-alat paling likuid yang dimilikinya, yang
dapat dihitung dengan rumus:
Quick Ratio= %100XAssetsTotalAssetsCash
2. Investing Policy Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam melunasi
kewajiban kepada para nasabahnya dengan melikuidasi surat-surat berharga, yang
dapat dihitung dengan rumus:
Investing Policy Ratio= %100XDepositTotal
Securities
26
Bab II: Landasan Teori
3. Banking Ratio
Rasio ini digunakan untuk megukur tingkat likuiditas bank yang banyak
digunakan karena mendekati sifat dan kegiatan bank yang murni. Semakin tinggi
tingkat rasio ini, maka semakin kecil tingkat likuiditas, karena jumlah dana yang
diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin banyak. Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus:
Banking Ratio= %100XDepositTotalLoansTotal
4. Assets to Loans Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank, semakin
tinggi tingkat rasio ini, maka semakin rendah tingkat likuiditas bank. Rasio ini
dapat dihitung dengan rumus:
Asset to Loan Ratio= %100XAssetsTotalLoansTotal
5. Liquidity Risk Ratio
Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam
menanggulangi resiko likuiditasnya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
Liquidity Risk Ratio= %100XDepositTotal
BorrowingTermShortAssetsLiquid −
6. Cash Ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan bank untuk melunasi kewajiban-
kewajiban yang harus segera dibayar dengan alat likuid yang dimilikinya. Rasio
ini dapat dihitung dengan rumus:
27
Bab II: Landasan Teori
Cash Ratio= %100XBorrowingTermShortAssetsLiquid
7. Credit Risk Ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi likuiditasnya
dengan jalan mengadakan pergeseran/penaikan kreditnya yang sedang beredar
untuk memenuhi permintaan akan kredit lainnya. Semakin tinggi rasio ini
menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan akan mengalami kesulitan likuiditas
yang semakin tinggi pula. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
Credit Risk Ratio= %100XLoansTotalDebtsBad
8. Loan Deposit Ratio
Loan Deposit Ratio (LDR) adalah suatu pengukuran tradisional yang
menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan
dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan request) nasabahnya. Rasio ini
menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman.
Rasio ini juga dapat mengukur tingkat likuiditas.
Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh
dananya (Loan-up) atau relatif tidak likuid (ilikuid). Sebaliknya rasio yang rendah
menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk
dipinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat memberikan isyarat apakah
suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya harus dibatasi.
Loan to Deposit Ratio= KetigaPihakDana
DisalurkanyangKredit X 100%
28
Bab II: Landasan Teori
Bank yang mempunyai tingkat likuiditas yang terlalu kecil (ilikuid) akan
memyebabkan bank tersebut tidak mampu melaksanakan beberapa atau bahkan
mungkin seluruh fungsi likuiditasnya. Bank tersebut tidak mampu untuk
memanfaatkan kesempatan yang baik untuk memiliki asset yang lebih
menguntungkan. Untuk memperbaiki posisi likuiditasnya, bank harus menjual
assetnya dengan harga yang rendah dan membatalkan pemberian kredit atas
permohonan nasabah yang telah disetujui.
5. Strategi Perbankan Menghadapi Krisis Likuiditas
Krisis likuiditas bagi suatu bank lebih berbahaya daripada bila bank
tersebut memberikan pelayanan yang kurang baik. Likuiditas sama dengan
kepercayaan nasabah terhadap bank. Oleh karena itu pengelolaan likuiditas
merupakan hal paling mendasar bagi bank. Ironisnya hal ini kadang-kadang
terlupakan oleh top manajemen demi mengejar laba yang besar untuk jangka
pendek.
Ciri-ciri terjadinya krisis likiditas adalah (Julius R. Latumaerissa,
“Mengenal Aspek-aspek Operasi Bank Umum”, 1999:32):
1. Loan to Deposit di atas 100%
Loan to Deposit Ratio (LDR) dikenal sebagai salah satu cara untuk mengukur
tingkat likuiditas suatu bank. Semakin tinggi angka tersebut semakin tidak
likuid posisi suatu bank. Hal ini terjadi karena pinjaman yang diberikan bukan
hanya dibiayai dari dana deposito berjangka, tetapi juga berasal dari dana
current account. Sifat current account yang dapat ditarik sewaktu-waktu oleh
29
Bab II: Landasan Teori
pemiliknya dapat mengakibatkan krisis likuiditas suatu bank karena dananya
masih tertanam di pinjaman yang belum jatuh tempo.
2. Money Center Bank
Istilah ini dipakai untuk menyebutkan bank yang banyak mengandalkan
operasinya dari pasar uang. Bank yang demikian ini biasanya mempunyai ciri
bahwa jumlah dana yang dikumpulkan lewat pasar uang relatif lebih besar
dibandingkan dengan uang yang dikumpulkan dari masyarakat. Dalam situasi
uang ketat, pinjaman dari pasar uang yang sudah jatuh tempo sulit untuk
diperpanjang lagi. Apabila dana pasar uang tersebut masih tertanam pada
kredit, maka bank tersebut mungkin akan mengalami kesulitan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
3. Patuh Secara Kaku Terhadap Reserve Requepment 2%
Pada awalnya reserve requipment (dana simpanan) ditetapkan untuk menjaga
likuiditas dan keselamatan bank. Sesuai dengan tujuannya, angka nasabah
yang menarik uang kasnya. Namun demikian, saat ini banyak orang
menganggap bahwa ketentuan ini merupakan instrumen moneter yang dipakai
oleh bank sentral untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar. Oleh
karenanya, banyak bank yang menganggap dapat bekarja secara kaku seperti
yang ditetapkan oleh penguasa moneter. Tanpa mempertimbangkan kebutuhan
kas yang sebenarnya sesuai dengan kebiasaan nasabah dalam menarik dana,
bank yang bersangkutan dapat mengalami kalah kliring. Kebutuhan atau
kebiasaan nasabah dapat berbeda antara satu bank dengan bank yang lainnya
sehingga kepatuhan secara kaku terhadap angka reserve requipment sebesar
30
Bab II: Landasan Teori
2% dapat menimbulkan persoalan likuiditas. Penelitian yang dilakukan di
Amerika menunjukkan bahwa semakin besar aktiva suatu bank semakin besar
posisi kas yang dijaga. Untuk bank yang relative besar dapat terjadi bahwa kas
yang dipegang harus lebih besar daripada ketentuan legal reserve requipment
agar dapat memenuhi kebutuhan penarikan kas dari nasabah.
4. Ekspansi Kredit yang Berlebihan
Banyak manajemen bank yang berpikir bahwa kredit yang besar dapat
menghasilkan keuntungan yang besar pula. Dengan berpikiran seperti itu, para
bankir dapat menyetujui permohonan pinjaman sebanyak-banyaknya tanpa
memperhatikan jumlah dana yang dikumpulkan. Apabila hal ini terjadi akan
mengakibatkan terjadinya kalah kliring karena nilai cek masuk (dari para
debitur) yang ditarik atas banknya jauh lebih besar daripada cek keluar
(nasabah bank lain yang menyetor dana ke bank tersebut).
5. Lemahnya Manajemen Secondary Reserve
Industri perbankan yang sudah maju biasanya banyak sekali muncul inovasi
keuangan (financing innovation). Walaupun relatif kecil, industri perbankan di
Indonesia tergolong maju terutama setelah diregulasi sehingga muncul banyak
instrumen baru memungkinkan munculnya secondary reserve yaitu aktiva
yang menghasilkan tetapi sifatnya relatif likuid. Dalam situasi uang ketat,
peranan secondary reserve dapat segera kembali ke posisi likuid. Krisis
likuiditas yang nyaris terjadi akan dapat ditolong apabila bank yang
bersangkutan tidak lemah manajemen secondary reserve.
6. Evergreening Loan
31
Bab II: Landasan Teori
Istilah ini digunakan untuk menunjukkan pinjaman yang selalu diperpanjang
pada saat jatuh tempo sehingga sifat pinjamannya menjadi abadi. Dalam
situasi uang ketat, mungkin bank membutuhkan dana hasil pencairan pinjaman
guna memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Apabila pinjaman tersebut selalu
diperpanjang pada saat jatuh tempo dan ini berlaku untuk semua fasilitas
kreditnya, bank seperti ini akan mengalami krisis likuiditas pada situasi uang
ketat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebetulnya krisis likuiditas
sangat besar kemugkinannya dihindari. Hal ini karena sumber-sumber likuiditas
sangat banyak jenisnya dan gejala-gejala awal krisis amat jelas terlihat. Oleh
karena itu, krisis likuiditas terjadi karena manajemen lupa pada falsafah dasar
bank yaitu bisnis adalah kepercayaan atau memang manajer likuiditas kurang
berpengalaman pada bidangnya. Apalagi dengan munculnya bank-bank baru,
tenaga-tenaga manajer likuiditas juga baru, sehingga bank-bank baru seharusnya
bersikap lebih konservatif daripada bank-bank yang sudah mapan.
Secara sederhana, Sinkey mendefinisikan manajemen likuiditas sebagai
proses menyiapkan dana guna memenuhi kewajiban pembayaran kas dengan
tingkat harga yang wajar. Proses manajemen dimaksud dapat dibeda-bedakan
menurut dimensi waktunya, antara lain sebagai berikut (Idem, 1999: 34):
1. Pengendalian likuiditas harian.
2. Pengendalian likuuiditas jangka menengah.
3. Pengendalian likuiditas jangka panjang.
32
Bab II: Landasan Teori
Dikaitkan dengan resiko timbulnya krisis likuiditas, pengendalian krisis
likuiditas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (Idem, 1999: 34):
1. Strategi preventif, yaitu usaha untuk menghindarkan diri agar tidak terjadi
krisis likuiditas. Strategi ini adalah usaha untuk mengelola likuiditas dengan
menjauhi unsur-unsur spekulatif sehingga krisis likuiditas dapat dijauhi.
Proses yang dilakukan dalam strategi ini adalah:
1) Pengendalian harian. Hal ini dilakukan agar tidak terjadinya kekurangan
uang kas.
2) Pengendalian jangka menengah. Dengan strategi ini bank akan
memperoleh keuntungan yang lebih besar dan likuiditas lebih mudah
terjaga karena jumlah uang di pasar cukup tersedia.
3) Pengendalian jangka panjang. Dengan strategi ini bank akan berusaha
membenahi penyebab dasar tejadinya krisis likuiditas dan bank diharapkan
secara terus-menerus dapat terhindar dari krisis likuiditas.
2. Strategi repsesif, yaitu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis
likuiditas yang mulai dialami oleh suatu bank. Beberapa strategi yang dapat
dilakukan, yaitu;
1) Meminjam dari pasar uang.
2) Mengkonversi dana valuta asing yang dimiliki.
3) Meminjam valuta asing dari pasar uang internasional.
4) Memanfaatkan fasilitas Discount Window-I.
5) Memanfaatkan fasilitas Discount Window-II.
33
Bab II: Landasan Teori
Likuiditas bank perlu dijaga agar bank dapat memberikan pembiayaan
yang aman bagi para nasabahnya, sebagaimana pendapat Muchdarsyah Sinungan
dalam bukunya “Manajemen Dana Bank”, “titik berat manajemen likuiditas
adalah pada pemberian pembiayaan yang dapat dilakukan dengan unsur “safety”
sebagai penunjang utama (Muchdarsyah Sinungan, “Manajemen Dana Bank”,
2000: 144)”.
B. Rentabilitas
1. Pengertian Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan suatu bank untuk menghasilkan laba atau
keuntungan (Rachmat Firdaus, “Manajemen Dana Bank”, 2001: 205).
Rentabilitas bisnis perbankan adalah kesanggupan bisnis perbankan untuk
memperoleh laba berdasarkan investasi yang dilakukannya (Komaruddin
Sastradipoerna, “Strategi Manajemen Bisnis Perbankan”, 2004: 274).
Rentabilitas adalah ukuran spesifik dari performance sebuah bank dan
merupakan tujuan dari manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari
para pemegang saham, optimalisasi dari berbagai tingkat return, dan minimalisasi
resiko yang ada.
Analisis rentabilitas adalah analisis yang mengukur tingkat efisiensi usaha
dan profitabilitas yang dicapai oleh suatu bank. Dalam analisis ini akan dicari
hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada dalam laporan laba rugi dengan
pos-pos neraca guna mendapatkan berbagai indikasi yang berguna untuk
34
Bab II: Landasan Teori
mengukur efisiensi dan profitabilitas suatu bank (Bambang Tri Cahyo, “Analisis
Bank Syariah “, 2001: 50).
Rentabilitas bisnis perbankan yang tinggi akan menguntungkan bank,
karena (Komaruddin Sastradipoera, “ Strategi Manajemen Bisnis Perbankan”,
2004: 274):
1. Dapat menarik calon investor untuk menanamkan modal atau cadangannya
dengan membeli saham yang diterbitkan bank. Dengan modal itu bisnis
perbankan dapat memperbesar dayanya untuk melayani nasabahnya.
Sebaliknya, rentabilitas yang rendah akan menyulitkan penjualan saham, atau
mendorong para persero yang ada bahkan menjual kembali sahamnya
sehingga karenanya kurs saham akan tertekan di bursa saham.
2. Dapat menambah cadangan bisnis perbankan sehingga kredibilitas nasabah
terhadap bank itu pun akan bertambah besar. Sebaliknya, rentabilitas yang
rendah akan menurunkan kredibilitas nasabah terhadap manajemen bisnis
perbankan. Oleh karena itu soliditas (mutu kepastian) manajemennya juga
akan menurun.
Rentabilitas bisnis perbankan yang baik bukan saja menguntungkan bank
itu sendiri, namun juga menguntungkan masyarakat, karena (Idem, 2004: 275):
1. Bagi para peminjam. Jika bisnis perbankan ternyata berhasil memupuk
cadangan (dari laba yang ditahan), maka para debitur mempunyai peluang
yang lebih besar untuk memperoleh pinjaman sehingga likuiditas masyarakat
akan bertambah. Bertambahnya likuiditas masyarakat akan ‘menghangatkan’
pasar.
35
Bab II: Landasan Teori
2. Bagi para penyimpan. Cadangan bank yang semakin besar (artinya, posisi
permodalan semakin kokoh) menyebabkan semakin terjaminnya titipan para
penyimpan.
3. Bagi masyarakat keseluruhan. Arus uang akan semakin bertambah karena
keluar-masuknya uang dari dan kepada masyarakat semakin lancar. Arus uang
yang lancar dapat menolong kelancaran arus barang, jika produksi dalam
masyarakat itu cukup elastis terhadap kenaikan harga dan laba (besaran
kesempatan kerja belum mencapai titik kesempatan kerja penuh) dan arus
barang itu pun tidak mengalami masalah “leher botol” (bottlenecks).
4. Bagi personalia bank. Rentabilitas bisnis perbankan yang baik merupakan
kesempatan bagi komisaris, debitur, manajer dan para pegawai untuk
menerima tanciem dari laba yang diperoleh bank. Tanciem merupakan bagian
laba bagi para karyawan yang dapat meninggikan motivasi kerja dan “perasan
memiliki” (sense of belonging) para karyawan itu terhadap bank.
Rentabilitas adalah kemampuan bank untuk mencari laba (profitabilitas).
Dalam arti teknis, laba merupakan kelebihan harga jual barang atau jasa di atas
biayanya atau selisih yang timbul pada saat pendapatan total suatu bisnis lebih
besar daripada total. Laba dapat didefinisikan dengan tiga cara (Idem, 2004: 269):
1. Dalam arti umum, laba adalah kelebihan harga jual di atas semua biaya
dan pengeluaran yang terjadi dalam penjualan itu. Laba merupakan salah
satu penggerak perekonomian swasta (private enterprise economy) yang
beusaha untuk mengalokasikan sumber-sumber daya di antara penggunaan
akhir yang saling bersaing sejalan dengan permintaan konsumen.
36
Bab II: Landasan Teori
2. Dalam investasi, laba adalah selisih antara harga jual dan harga beli
komoditi atau sekuritas jika harga jualnya lebih tinggi.kenaikan laba
tergantung pada perubahan yang terjadi pada kedua variabel tersebut
(harga jual dan harga beli). Keberhasilan investasi dihitung oleh “hasil atas
investasi” (Return on Investment).
3. Dalam bisnis perbankan laba adalah jumlah yang tersisa setelah biaya
tetap dan biaya variabel dikurangkan dari penerimaan bank.
Kebanyakan orang menganggap laba adalah sisa (residu). Karena itulah
laba disebut “pendapatan residual”. Maksimalisasi laba dapat dijelaskan dengan
dua kemungkinan, yaitu (Idem, 2004: 269):
1. Ketika pendapatan total melebihi biaya total.
2. Ketika pendapatan marginal sama dengan biaya marginal.
2. Tujuan Analisis Rentabilitas
Analisis rentabilitas ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha
serta profitablitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Dalam hal ini akan
dicari hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada pada income statement dan
pos-pos neraca bank yang bersangkutan.
Untuk memantau perkembangan bisnis perbankan diperlukan analisis
terhadap laporan rugi-laba. Laporan laba rugi (profit and loss statement, atau
income statement, atau operating statement, atau expense statement) merupakan
rangkuman pemasukan, biaya, dan pengeluaran bisnis perbankan sepanjang satu
periode akuntansi. Bersama-sama dengan neraca perbankan per akhir periode
akuntansi, kedua dokumen itu menjadi laporan keuangan bisnis perbankan
37
Bab II: Landasan Teori
tersebut. Oleh karena itu untuk mengetahui besarnya laba, manajemen bisnis
perbankan perlu memperinci unsur-unsur pendapatan dan unsur-unsur biaya
(Idem, 2004: 270):
1. Unsur pandapatan. unsur-unsur pendapatan biasanya meliputi:
a. Bunga pinjaman yang diperoleh dari nasabah.
b. Kompensasi (feel) atas jasa (pelayanan) yang diberikan oleh bank,
seperti
konsultasi untuk menyusun kajian kelayakan.
c. Laba atas investasi potepel (kumpulan sekuritas yang dimiliki oleh
atau atas nama investor; daftar sekuritas).
2. Unsur biaya. Unsur-unsur biaya dalam bisnis perbankan biasanya
meliputi:
a. Bunga yang harus dibayar kepada para penitip (deposan).
b. Gaji atau upah personalia bank.
c. Biaya operasional lainnya, seperti biaya inkaso dan biaya kontrak
kredit.
Bisnis perbankan mengejar margin laba (profit margin) yang merupakan
selisih antara harga jual (production cost) jasa dan biaya penjualannya (selling
cost). Setiap manajemen bank harus memperhatihan rasio laba terhadap nilai
bersih (profit on net worth ratio). Yang dimaksud dengan rasio laba terhadap nilai
bersih adalah rasio rentabilitas (laba bersih setelah pajak dibagi oleh nilai bersih)
yang menggambarkan sejauh mana keberhasilan bank tersebut menggunakan dana
yang diivestasikannnya.
38
Bab II: Landasan Teori
3. Cara Meningkatkan Rentabilitas
Adapun beberapa cara untuk meningkatkan rentabilitas perusahaan antara
lain seperti yang dikemukakan oleh Alex S. Nitisemito adalah sebagai berikut
(www.guruvalah.20m.com):
a. Menaikkan profit margin yaitu dengan jalan mengusahakan kenaikan net sales
lebih besar daripada kenaikan operating expenses.
b. Menaikkan profit margin dengan mengusahakan penurunan sales dengan
harapan hal ini disertai dengan turunnya operating expenses yang jauh lebih
besar.
c. Menaikkan turnover of operating assets yaitu dengan mengusahakan kenaikan
net sales yang jauh lebih besar daripada kenaikan operating assets.
d. Menaikkan turnover of operating assets dengan menurunkan net sales dengan
harapan operating assets dapat diturunkan lebih banyak.
e. Menaikkan profit margin dan sekaligus turnover of operating assets yaitu
mengusahakan kenaikan profit margin dan sekaligus turnover of operating
assets.
Menurut Bambang Riyanto, bahwa tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis
ditentukan oleh 2 (dua) faktor yaitu (www.guruvalah.20m.com):
a) Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net
sales, perbandingan mana dinyatakan dengan persentase.
b) Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha) yaitu kecepatan
perputarannya operating assets dalam suatu periode tertentu. Turnover
39
Bab II: Landasan Teori
tersebut dapat ditentukan dengan membagi antara net sales dengan operating
assets.
4. Indokator-indikator Rentabilitas
Indikator-indokator yang berhubungan dengan tingkat rentabilitas adalah
sebagai berikut (Idem, 2001:51):
a. Profitability Ratio
Rasio-rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas suatu bank dalam
menghasilkan laba bersih. Hal tersebut penting karena tingkat pengembalian yang
sangat diperlukan untuk menunjang sumber permodalan bagi bank yang
bersangkutan. Rasio-rasio tersebut adalah:
1. Net Profit Margin
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam
menghasilkan laba bersih dari kegiatan usaha pokoknya.
Net Profit Margin= XIncomeOperating
IncomeNet 100%
2. Return on Profit Capital
Bagi para pemegang saham bank yang bersangkutan, maka rumus ini
mempunyai arti yang sangat penting untuk menilai kemampuan manajemen bank
dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income. Bagi
manajemen bank yang mampu menaikkan retun on equity merupakan petunjuk
bahwa manajemen tersebut mampu meningkatkan income bank. Bagi pemegang
saham berarti deviden yang diterima meningkat pula dan tak jarang nilai saham
yang bersangkutan pun menjadi naik pula dipasar modal.
40
Bab II: Landasan Teori
Retun on Equity Capital= XCapitalEquity
IncomeNet 100%
3. Net Interest Margin Ratio
Rasio ini mengukur tingkat penghasilan (return) atas earning asset dan
sensivitas pengembalian terhadap market yield.
Net Interest Margin Ratio= XAssetEarning
ExpenseInterestIncomeInterest − 100%
4. Operating Expensses Ratios
Disamping mengukur efektifitas income yang diperolehya, analisis
rentabilitas juga mengukur pendistribusikan serta tingkat biaya yang dikeluarkan.
Operating Expensses Ratios= XIncomeOperating
ExpensesOperating 100%
= XExpensesOperating
BenefitEmployeeandSalaries 100%
= XExpensesOperating
ExpensesInterestTotal 100%
= XAssetEarning
IncomeInterestNonExpensesInterestNon − 100%
5. Rate of Return on Securities
Rumus ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengelola penanaman kelebihan dananya dalam surat-surat berharga
sebagai salah satu cara memperoleh tambahan laba.
Rate of Return on Securities= XSecuritiesTotal
SecuritiesonInterest 100%
41
Bab II: Landasan Teori
6. Rate of Return on Loan
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank
dalam mengelola penanaman kelebihan dananya dalam surat-surat barharga
sebagai salah satu cara memperoleh tambahan laba.
Rate of Return on Securities= XSecuritiesTotal
SecuritiesonInterest 100%
7. Leverage Multiplier
Rumus ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank
dalam mengelola aktivanya dengan mengingat bahwa atas penggunaan aktiva
tersebut bank harus membayar sejumlah biaya tetap.
Leverage Multiplier= XEquityTotalAssetsTotal 100%
8. Assets Utilization
Penggunaan rasio ini adalah untuk mengetahui sejauh mana manajemen
suatu bank dalam mengelola assetnya, yang dipercayakan kepadanya dalam
menghasilkan operating income dan non operating income.
Assets Utilization= XassetTotal
IncomeOperatingNonIncomeOperating − 100%
Cadangan kas yang dihasilkan dari profitabilitas suatu bank (sebagai hasil
yang diperoleh dari tingkat rentabilitas suatu bank) sangat berpengaruh dalam
menambah volume pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank kepada
nasabahnya (Kamaruddin Sastradipoera, “Strategi Manajemen Bisnis
Perbankan”, 2004: 275).
42
Bab II: Landasan Teori
C. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Bisnis merupakan
aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses
penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi). Bisnis
merupakan aktivitas berupa pengembangan aktivitas ekonomi dalam bidang jasa,
perdagangan dan industri guna mengoptimalkan nilai keuntungan. Pelaku bisnis
dalam menjalankan bisnisnya sangat membutuhkan sumber modal. Jika pelaku
bisnis tidak memiliki modal secara cukup, maka ia akan berhubungan dengan
pihak lain, seperti bank, untuk mendapatkan suntikan dana, dengan melakukan
pembiayaan.
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan
(Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, 2005: 17).
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil (Andria Permata, 2005: 3)
43
Bab II: Landasan Teori
Pembiayaan diberikan atas dasar kepercayaan, hal ini berarti bahwa
presetasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh peminjam
sesuai dengan dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama.
2. Tujuan Pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
pembiayaan untuk tingkat makro dan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara
makro pembiayaan berfungsi untuk (Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank
Syariah”, 2005: 17):
1) Peningkatan ekonomi umat.
2) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha.
3) Meningkatan produktivitas.
4) Membuka lapangan kerja baru.
5) Terjadi distribusi pendapatan.
Sedangkan secara mikro, pembiayaan berfungsi untuk (Idem, 2005: 67):
1) Upaya memaksimalkan laba.
2) Upaya meminimalkan risiko.
3) Pendayagunaan sumber ekonomi.
4) Penyaluran kelebihan dana.
3. Fungsi Pembiayaan
Sesuai dengan tujuan pembiayaan di atas, menurut Sinungan (1983)
pembiayaan secara umum memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Meningkatkan daya guna uang.
2) Meningkatkan daya guna barang.
44
Bab II: Landasan Teori
3) Meningkatkan peredaran uang.
4) Menimbulkan kegairahan berusaha.
5) Stabilitas ekonomi.
6) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
4. Jenis Pembiayaan
Sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank syariah memiliki
banyak jenis pembiayaan. Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat
dikelompokkan menurut beberapa aspek, yaitu (Idem, 2005:22):
1. Pembiayaan menurut tujuan:
Pembiayaan menurut tujuannya dapat dibedakan menjadi:
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.
2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif.
2. Pembiayaan menurut jangka waktu:
Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi:
1) Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.
2) Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu 1 tahun sampai 5 tahun.
3) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu lebih dari 5 tahun.
45
Bab II: Landasan Teori
Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva
produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu:
a. Jenis aktiva produktif pada bank syariah, dialokasikan dalam bentuk
pembiayaan sebagai berikut:
1). Pembiayaan dengan pinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan
prinsip ini meliputi:
a) Pembiayaan Mudharabah, yaitu pembiayaan atas dasar prinsip bagi
hasil sesuai dengan kesepakatan. Pembiayaan ini dapat disalurkan
untuk berbagai jenis usaha seperti ; perdagangan, perindustrian,
pertanian serta jasa.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam
paduan kontrribusi 100% modal kas dari shaahibul mall dan keahlian
dari mudharib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahibul mall
dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus
bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang
terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahibul mall dia
diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk
mencapai laba optimal.
46
Bab II: Landasan Teori
Mudharabah merupakan suatu transaksi pembiayaan berdasarkan
syariah, yang juga digunakan sebagai transaksi pembiayaan perbankan
Islam, yang dilakukan oleh para pihak berdasarkan kepercayaan.
Dalam mudharabah, suatu transaksi pembiayaan yang melibatkan
sekurang-kurangnya 2 (dua) pihak :
1) Pihak yang memiliki dan menyediakan modal guna membiayai
proyek atau usaha yang memerlukan pembiayaan.
2) Pihak pengusaha yang memerlukan modal dan menjalankan proyek
atau usaha yang dibiayai dengan modal dari shahibul mal, pihak
tersebut disebut mudharib.
b) Pembiayaan Musyarakah, yaitu perjanjian di antara para pemilik
dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu
usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan di antara pemilik
dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
47
Bab II: Landasan Teori
Gambar 2.1
Skema Pembiayaan Musyarakah
Nasabah Bank
ProyekUsaha
Sumber: Muhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syariah: Dari Teori ke
Praktek”, 2001: 94
2). Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan
dengan prinsip ini meliputi:
a) Pembiayan Murabahah, yaitu perjanjian jual beli antara bank dan
nasabah di mana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh
nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan
sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang
disepakati antara bank syariah dan nasabah.
Keuntungan
Bagi hasil Keuntungan sesuai porsi kontribusi
modal (nisbah)
48
Bab II: Landasan Teori
b) Pembiayaan Salam, yaitu perjanjian jual beli barang dengan cara
pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga
terlebih dulu.
c) Pembiayaan Istishna, yaitu perjanjian jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan dan penjual.
3). Pembiayaan dengan prinsip sewa. Jenis pembiayaan ini meliputi:
a) Pembiayaan Ijarah, yaitu perjanjian sewa menyewa suatu barang
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa.
Gambar 2.2
Skema Pembiayaan Ijarah
menyewakan jasa
BANK NASABAH
bayar cicilan
Sumber: Modul Sies 2 Studi Intensif Ekonomi Syariah 2007: 3
b) Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Biltamlik/Wa Iqtina, yaitu perjanjian
sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan
kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak
penyewa.
4). Surat Berharga Syariah, yaitu surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip
syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang dan/atau pasar modal
49
Bab II: Landasan Teori
antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat dana syariah dan surat
berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah.
5). Penempatan, yaitu penanaman dana bank syariah pada bank syariah
lainnya dan/atau Bank Perkreditan Syariah.
6). Penyertaan Modal, yaitu penanaman dana bank syariah dalam bentuk
saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah,
termasuk penanaman dana dalam bentuk surat utang konversi
(convertible bonds) dengan opsi saham (equity option) atau jenis
transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank
syariah memiliki atau akan memilliki saham pada perusahaan yang
bergerak di bidang keuangan syariah.
7). Penyertaan Modal Sementara, yaitu penyertaan modal bank syariah
dalam perusahaan untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan/atau
piutang (debt to equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Bank Indonesia yang berlaku, termasuk dalam surat utang konversi
(convertible bonds) dengan opsi saham (equity option) atau jenis
transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank
syariah memiliki atau akan memilliki saham pada perusahaan nasabah.
8). Transaksi Rekening administratif, yaitu komitmen dan kontinjensi (of
balance sheet) berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi,
akseptasi/endosemen, Irrevocable Letter of Credit (L/C), yang masih
berjalan, akseptasi wesel impor atas L/C berjangka, standby L/C, dan
garansi lain berdasarkan prinsip syariah.
50
Bab II: Landasan Teori
9). Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), yaitu sertifikat yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka
pendek dengan prinsip wadiah.
b. Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktiva pembiayaan adalah
berbentuk pinjaman, yang disebut dengan:
1) Pinjaman Qardh atau talangan, yaitu penyediaan dana dan/atau tagihan
antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak
peminjam melakukan pembiayaan sekaligus atau secara cicilan dalam
jangka waktu tertentu.
5. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan merupakan langkah penting untuk realisasi
pembiayaan di bank syariah. Analisis pembiayaan yang dilakukan oleh pelaksana
pembiayaan di bank syariah, dimaksudkan untuk (Muhammad, “Manajemen
Pembiayaan Bank Syariah”, 2005: 59):
1. Menilai kelayakan usaha calon peminjam.
2. Menekan resiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan.
3. Menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.
Dalam menganalisis pembiayaan digunakan beberapa pendekatan, yaitu
sebagai berikut (Idem, 2005: 60):
1. Pendekatan jaminan, artinya bank dalam memberikan pembiayaan
selallu memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki
oleh peminjam.
51
Bab II: Landasan Teori
2. Pendekatan karakter, artinya bank mencermati secara sungguh-
sungguh terkait dengan karakter nasabah.
3. Pendekatan kemampuan pelunasan, artinya bank menganalisis
kemampuan nasabah untuk melunasi jumlah pembiayaan yang telah
diambil.
4. Pendekatan dengan studi kelayakan, artinya bank memperhatikan
kelayakan usaha yang dijalankan oleh nasabah peminjam.
5. Pendekatan fungsi-fungsi bank, artinya bank memperhatikan
fungsinya sebagai lembaga intermediary keuangan, yaitu mengatur
mekanisme dana yang dikumpulkan dengan dana yag disalurkan.
Untuk melaksanakan kegiatan pembiayan yang sehat, bank perlu
berpedoman kepada beberapa prinsip-prinsip yang dikenal secara umum adalah:
1. Prinsip 5C, yaitu (Idem, 2005: 60):
1) Character, artinya sifat atau karakter nasabah pengambil
pinjaman.
2) Capital, artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha
dan mengembalikan pinjaman yang diambil.
3) Capital, artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam.
4) Collateral, artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan
peminjam kepada bank.
5) Condition, artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau
tidak.
52
Bab II: Landasan Teori
Untuk bank syariah, dasar analisis 5C belumlah cukup. Sehingga perlu
memperhatikan kondisi sifat amanah, kejujuran, kepercayaan diri dari
masing-masing nasbah.
2. Prinsip 3R, yaitu (Bambang Tri Cahyono,”Analisis Bisnis Bank
Syariah”, 2002: 82):
1) Return Principle
Bank harus menilai apakah kredit itu akan menghasilkan
tambahan pendapatan sehingga calon nasabah mampu
memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan pembiayaan.
2) Repayment Capacity
Kemampuan calon nasabah untuk membayar kembali pokok
pinjaman tepat pada waktunya.
3) Risk Bearing
Tingkat resiko yang dihadapi proyek yang dibiayai
pembiayaan.
3. Prinsip 5P, yaitu:
1) People, yaitu penilaian terhadap orang-orang terkait dalam
usaha nasabah.
2) Purpose, yaitu sasaran dan tujuan diberikan pembiayaan.
3) Payment, yaitu sumber dan jangka waktu pembiayaan.
4) Protection, yaitu upaya untuk mengatasi resiko apabila terjadi
kegagalan.
53
Bab II: Landasan Teori
5) Prespective, yaitu analisis kondisi usaha dan prospek ke depan
usaha nasabah.
Dalam pemberian pembiayaan, harus memperhatikan karakter pembiayaan
tersebut. Ada lima karakter pembiayaan, yaitu:
1) Lancar
2) Dalam perhatian khusus, dimana nasabah telat melakukan pembayaran
tagihan pembiayaannya dalam jangka waktu 1-90 hari.
3) Kurang lancar, dimana nasabah telat melakukan pembayaran
pembiayaannya dalam jangka waktu 90-180 hari.
4) Tidak lancar, dimana nasabah telat melakukan pembayaran
pembiayaannya dalam jangka waktu 180-270 hari
5) Macet, dimana nasabah tidak melakukan pembayaran tagihan
pembiayaannya > 270 hari.
Pembiayaan hanya dapat diberikan pada nasabah yang berada pada
karakter lancar, hal ini dilakukan untuk mengurangi tingkat pembiayaan
bermasalah.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan adalah:
1) Dana pihak ketiga.
Bank adalah pelayan masyarakat dan wadah perantara keuangan
masyarakat. Karena itu bank harus selalu berada di tengah masyarakat agar arus
uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat ditampung dan disalurkan pada
masyarakat yang kekurangan. Kepercayaan masyarakat akan keberadaan bank dan
54
Bab II: Landasan Teori
keyakinan masyarakat bahwa bank akan menyelenggarakan sebaik-baiknya
masalah keuangannya, merupakan suatu keadaan yang diharapkan semua bank.
Itulah sebabnya bank selalu memberikan pelayanan yang mmuaskan pada
masyarakat.
Dana-dana masyarakat yang disimpan dalam bank adalah merupakan
sumber dana terbesar yang paling diandalkan bank dan terdiri dari 3 jenis, yaitu
(Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, 2000: 88):
a. Giro, yaitu simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan mempergunakan cek, surat perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
b. Deposito, yaitu simpana pihak ketiga pada bank yang penarikannya
hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian
antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan.
c. Tabungan, yaitu simpana pihak ketiga pada bank yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.
2) Tingkat likuiditas bank.
Tingkat likuiditas adalah tingkat kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban dan utang-utang jangka pendeknya, dapat membayar
kembali semua deposannya dan dapat memenuhi permintaan pembiayaan yang
diajukan tanpa terjadi penangguhan.
3) Tingkat solvabilitas bank.
Tingkat solvabilitas adalah tingkat kemampuan bank untuk membayar
kewajiban-kewajibannya/utang-utangnya apabila dilikuidasi.
55
Bab II: Landasan Teori
4) Tingkat rentabilitas bank.
Tingkat rentabilitas adalah tingkat kemampuan bank untuk mendapatkan
laba atau keuntungan.
5) Modal bank.
Modal bank adalah dana yang berasal dari para pemegang saham bank,
yakni pemilik bank. Modal bank ini terdiri dari (Idem, 2000: 84):
a. Modal yang dosetor, yaitu jumlah uang yang disetor secara efektif
oleh para pemegang saham pada saat bank berdiri.
b. Cadangan-cadangan, yaitu sebagan laba bank yang disisihkan dalam
bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk
menutup timbulnya resiko di kemudian hari.
c. Laba yang ditahan atau Retained Earning yang mestinya milik para
pemegang saham, tapi oleh mereka sendiri diputuskan untuk tidak
dibagi dan dimasukkan kembali dalam modal kerja.
6) Tingkat kredit bermasalah
D. Kondisi Likuiditas, Rentabilitas dan Pembiayaan di Bank Syariah
Penyaluran kredit yang terlalu besar, yaitu melebihi 80% dari asset yang
dimiliki bank akan berakibat terganggunya likuiditas bank, karena dana simpanan
masyarakat tersedot dengan jumlah pemakaian kredit. Jumlah dana pembiayaan
yang disalurkan berasal dari dana simpanan masyarakat dianggap sehat oleh Bank
Indonesia sebesar 85%-110%. Dengan demikian, pemberian pembiayaan yang
berlebihan mengandung resiko pada manajemen bank. Resiko yang mungkin
56
Bab II: Landasan Teori
timbul adalah tersendatnya pembayaran tagihan pembiayaan (NPL yang besar
akan mengakibatkan kredit macet). Kondisi ini akan mengakibatkan kinerja
likuiditas terganggu dan mengakibatkan bekunya operasional bank
(www.skrip.pdf).
Likuiditas merupakan jantung utama perbankan, likuiditas yang rendah
akan menghalangi perusahaan dalam memperoleh laba yang diinginkan dan
menghalangi bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.
Sedangkan tingkat likuiditas yang terlalu tinggi dapat menimbulkan biaya bagi
bank.
Kondisi likuiditas yang sehat akan memperngaruhi tingkat rentabilitas dan
tingkat pembiayaan yang disalurkan oleh bank. Semakin sehat tingkat likuiditas
suatu bank maka semakin besar jumlah laba yang diperoleh suatu bank dan
semakin besar jumlah dana pembiayaan yang dapat disalurkan oleh bank tersebut.
Akan tetapi, jika tingkat likuiditas suatu bank tidak sehat juga akan
mempengaruhi besarnya laba yang dapat diperoleh suatu bank dan jumlah dana
yang dapat disalurkan untuk pembiayaan semakin kecil. Tingkat rentabilitas yang
rendah akan menyulitkan penjualan saham karena kurs saham akan tertekan
dibursa saham dan mengakibatkan penurunan kredibilitas nasabah terhadap
manajemen bisnis perbankan.
Tingginya tingkat rentabilitas suatu bank akan menghasilkan peluang yang
besar bagi para debitur untuk mendapatkan pinjaman dari bank, terjaminnya
titipan para nasabah dan lancarnya arus uang yang beredar di masyarakat.
57
Bab II: Landasan Teori
Bank syariah harus menjaga tingkat likuiditasnya untuk menjaga
kepercayaan para nasabahnya dan tidak terganggunya kebutuhan operasional
sehari-hari. Selain tingkat likuiditas, bank juga harus menjaga tingkat
rentabilitasnya karena akan sangat berpengaruh dalam menambah volume
pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank kepada para nasabahnya.
Volume pembiayaan yang tinggi akan menghasilkan laba yang besar bagi
bank, dan bank dapat menjaga kelancaran arus uang. Sedangkan volume
pembiayaan yang rendah akan menghasilkan laba yang kecil bagi bank dan
mengakibatkan terganggunya kelancaran arus uang
.
58
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
BAB III
OBJEK DAN METODELOGI PENELITIAN
A. Sejarah Bank Syariah Mandiri
Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional.
Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh
bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan
tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November
1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah
di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi
sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.
PT. Bank Susila Bakti (PT. Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh Yayasan
Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT. Mahkota
Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari
langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi
bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik.
Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi
Daya, Bank Exim dan Bapindo) ke dalam PT. Bank Mandiri (Persero) pada
tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank
59
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT. Bank Mandiri
(Persero).
PT. Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya
dan melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah,
sejalan dengan keinginan PT. Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit
syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT. Bank
Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris : Ny.
Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta
No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris : Sutjipto, SH nama PT. Bank Syariah
Sakinah Mandiri diubah menjadi PT. Bank Syariah Mandiri.
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan
Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin
perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah kepada PT. Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999
tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT.
Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Mandiri.
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan
hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah
Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT.
Bank Susila Bakti dan Manajemen PT. Bank Mandiri yang memandang
pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT. Bank Mandiri (Persero).
60
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
PT. Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan
idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni
antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu
keunggulan PT. Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di
Indonesia.
PT Bank Syariah Mandiri mulai beroperasi sejak tanggal 1 nopember 1999
sebagai bank umum yang melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah
sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia No.1/24/KEP.GBI/1999 tanggal
25 Oktober 1999.
Perseroan sebelumnya merupakan bank umum konvensional dengan nama
PT Bank Susila Bakti, yang saat itu dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan PT Bank
Dagang Negara (Persero) – salah satu bank yang bergabung ke dalam PT Bank
Mandiri (Persero), kemudian berubah kegiatan usahanya menjadi bank umum
berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri.
Perubahan kegiatan usaha tersebut merupakan respon positif dari PT Bank
Mandiri (Persero) sebagai pemegang saham atas lahirnya Undang-undang No.10
Tahun 1998 dimana bank diijinkan untuk beroperasi sepenuhnya secara syariah
atau dengan membuka cabang khusus syariah.
Sejak awal beroperasinya, PT Bank Syariah Mandiri telah ditetapkan oleh
pemegang saham untuk turut serta berperan aktif dalam mendukung
pengembangan ekonomi Indonesia dan menjadi lead bank dalam perekonomian
syariah di Indonesia.
61
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri
a. Visi
Menjadi bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha.
b. Misi
1) Menciptakan suasana pasar perbankan syariah agar dapat berkembang
dengan mendorong tercapainya syarikat dagang yang terkoordinasi dengan
baik.
2) Mencapai pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan melalui
sinergi dengan mitra strategis agar menjadi bank syariah terkemuka di
Indonesia yang mampu meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan
memberikan kemaslahatn bagi masyarakat luas.
3) Mempekerjakan pegawai yang professional dan sepenuhnya mengerti
operasional perbankan syariah.
4) Menunjukkan komitmen terhadap standard kerja operasional perbankan
dengan pemanfaatan tekhnologi mutakhir, serta memegang teguh prinsip
keadilan, keterbukaan dan kehati-hatian.
5) Mengutamakan mobilisasai pendanaan dari golongan masyarakat
menengah dan ritel, memperbesar portfolio penyaluran dana untuk skala
menengah dan kecil serta mendorong terwujudnya manajemen zakat, infaq
dan shodaqoh yang lebih efektif sebagai cerminan kepedulian social.
6) Meningkatkan permodalan sendiri dengan mengundang perbankan lain,
segenap lapisan masyarakat dan investor lain.
62
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
C. Budaya Perusahaan
Nilai-nilai yang diyakini adalah nilai-nilai luhur Al-quran dan Al-hadits
yang merupakan nilai yang dijunjung tinggi oleh umat Islam sebagai landasan
syariah, dari kesemuanya itu menjadikan Bank Syariah Mandiri menjunjung
tinggi nilai kemurnian syariah dalam sistem dan operasional perbankannya. Bank
Syariah Mandiri sebagai bank yang beroperasi atas dasar prinsip syariah Islam
menetapkan budaya perusahaan yang mengacu kepada sikap akhlaqul karimah
(budi pekerti mulia), yang terangkum dalam lima pilar yang disingkat SIFAT,
yaitu :
a. Siddiq (Integritas)
Menjaga Martabat dengan Integritas. Awali dengan niat dan hati tulus,
berpikir jernih, bicara benar, sikap terpuji dan perilaku teladan.
b. Istiqomah (Konsistensi)
Konsisten adalah Kunci Menuju Sukses. Pegang teguh komitmen,
sikap optimis, pantang menyerah, kesabaran dan percaya diri.
c. Fathanah (Profesionalisme)
Profesional adalah Gaya Kerja Kami. Semangat belajar berkelanjutan,
cerdas, inovatif, terampil dan adil.
b. Amanah (Tanggung-jawab)
Terpercaya karena Penuh Tanggung Jawab. Menjadi terpercaya, cepat
tanggap, obyektif, akurat dan disiplin.
63
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
c. Tabligh (Kepemimpinan)
Kepemimpinan Berlandaskan Kasih-Sayang. Selalu transparan,
membimbing, visioner, komunikatif dan memberdayakan
D. Produk yang Ditawarkan
Produk Syariah Mandiri terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu; Produk
Penghimpunan Dana, Produk Pembiayaan, dan Produk Jasa.
1. Produk Penghimpunan Dana
a. Tabungan
a) Tabungan Berencana BSM
Tabungan Berencana BSM adalah tabungan berjangka yang memberikan
nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian bagi penabung maupun ahli waris
untuk memperoleh dananya sesuai target pada waktu yang diinginkan
Manfaat :
a) Bagi Hasil yang menguntungkan, lebih tinggi dari tabungan biasa.
b) Nisbah bagi hasil dengan pola berjenjang (progresif). Semakin besar
saldo maka semakin besar nisbah bagi hasil yang didapat.
c) Menggunakan sistem autodebet untuk mendisiplinkan pola menabung
nasabah.
d) Polis biaya premi asuransi jiwa ditanggung bank.
e) Perlindungan asuransi jiwa sampai dengan Rp 200 juta.
f) Setoran minimum hanya Rp 100 ribu per bulan.
64
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
Fitur :
a) Jangka waktu minimum 1 tahun dan maksimum 10 tahun.
b) Santunan asuransi senilai selisih target dana dengan jumlah maksimum
Rp 200 juta.
c) Setoran bulanan berlaku tetap minimal Rp 100.000,- yang tidak bisa
dicairkan hingga jatuh tempo (akhir masa kontrak).
d) Bebas biaya administrasi bulanan.
Akad :
Akad yang digunakan adalah akad mudharabah mutlaqah. Akad
mudharabah mutlaqah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal)
dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh keuntungan yang kemudian akan
dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini mudharib (bank) diberikan
kuasa penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah investasi sesuai
syariah.
2) Tabungan Simpatik BSM
Tabungan Simpatik BSM adalah simpanan dalam mata uang rupiah
berdasarkan prinsip wadiah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
berdasarkan syarat-syarat tertentu yang disepakati.
3) Tabungan BSM
Tabungan BSM adalah simpanan yang penarikannya berdasarkan syarat-
syarat tertentu yang disepakati.
Manfaat :
a) Sarana investasi jangka pendek.
65
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
b) Aman dan terjamin.
c) Bagi hasil kompetitif.
d) Setor dan tarik tunai on-line diseluruh cabang BSM.
Fasilitas :
a) Kartu ATM, sehingga bisa ditarik kapan saja.
b) SMS Banking, sehingga bisa bertransaksi dimana saja.
c) Autosave.
d) Layanan standing order.
e) Penyaluran zakat, infaq dan shadaqah.
Akad :
Akad yang digunakan adalah akad mudharabah muthlaqah.Mudharabah
muthlaqah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan
pengelola (mudharib) untuk memperoleh keuntungan, yang kemudian akan
dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini, mudharib (bank)
diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah
investasi sesuai syariah.
4) Tabungan BSM Dollar
Tabungan BSM Dollar adalah simpanan dalam mata uang dollar yang
penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan BSM
dengan menggunakan slip penarikan.
Manfaat :
a) Aman dan terjamin.
b) Dapat ditarik sewaktu-waktu.
66
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
c) Bonus yang kompetitif.
Fasilitas :
a) Setor dan tarik tunai on-line diseluruh cabang BSM
b) Buku tabungan untuk memantau mutasi transaksi
c) Layanan standing order
Akad :
Akad yang digunakan adalah akad wadi'ah yad adh-dhamanah. Wadi'ah
yad dhamanah adalah akad penitipan uang antara pihak yang mempunyai uang
dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keutuhan
uang, dimana pihak penerima titipan berhak memanfaatkannya berikut
bertanggung jawab atas pengembalian kepada pihak yang menitipkan.
5) Tabungan Mabrur BSM
Tabungan Mabrur adalah simpanan investasi yang bertujuan membantu
masyarakat untuk merencanakan ibadah haji & umrah. Tabungan ini dikelola
berdasarka prinsip mudharabah mutlaqah atau wadiah.
Bank Syariah Mandiri juga menyediakan sarana untuk pengambilan cash
uang Saudi Riyal di Jeddah, Mekkah atau Madinah bagi nasabah yang kemudian
berangkat haji atau umrah, berupa kartu Saudi Umrah & Haj Card (SUHC).
Dengan membawa kartu SUHC ini maka para jemaah akan terbebas dari resiko
kehilangan uang cash dan dapat menunaikan ibadah dengan lebih aman dan
nyaman.
67
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
6) Tabungan BSM Investa Cendekia
Sebagai orant tua, tentu Anda menyadari bahwa pendidikan adalah bekal
terpenting bagi si buah hati untuk menghdapi persaingan di era globalisasi.
Namun, akhir-akhir ini biaya pendidikan menjadi semakin mahal.
Mempersiapkan dana pendidikan sedini mungkin tentunya merupakan
tindakan bijaksana. Melalui Tabungan BSM Investa Cendekia dari Bank Syariah
Mandiri, Anda dapat merencanakan dengan tepat dan cermat, memenuhi
kebutuhan dana pendidikan bagi si buah hati hingga jenjang perguruan tinggi.
Selain itu, Tabungan BSM Investa Cendekia juga memberikan perlindungan
asuransi, sehingga kelangsungan biaya penddikan buah hati Anda lebih terjamin.
b. Deposito
1) Deposito BSM
Deposito BSM adalah roduk investasi berjangka yang penarikannya hanya
dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan. Deposito BSM
ini menggunakan prinsip mdharabah mutlaqah.
Manfaat :
a) Sarana investasi terarah sesuai syariah.
b) Pilihan jangka waktu : 1, 3, 6, dan 12 bulan.
c) Aman dan terjamin.
d) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan.
e) Bagi hasil kompetitif.
Fasilitas :
a) Automatic Roll Over (ARO).
68
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
b) Bagi hasil dapat ditambahkan ke nilai pokok deposito, transfer atau
pemindahbukuan.
Akad :
Akad yang digunakan adalah akad mudharabah muthlaqah. Mudharabah
muthlaqah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan
pengelola (mudharib) untuk memperoleh keuntungan, yang kemudian akan
dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini, mudharib (bank)
diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah
investasi.
2) Deposito BSM Valas
Deposito BSM Valas adalah produk investasi berjangka yang
penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai
kesepakatan dalam bentuk valuta asing.
Manfaat :
a) Sarana investasi terarah sesuai syariah.
b) Pilihan jangka waktu : 1, 3, 6, dan 12 bulan.
c) Aman dan terjamin.
d) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan.
e) Bagi hasil kompetitif.
Fasilitas :
a) Automatic Roll Over (ARO).
b) Bagi hasil dapat ditambahkan ke nilai pokok deposito, transfer atau
Pemindahbukuan.
69
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
Akad :
Akad yang digunakan adalah akad mudharabah muthlaqah. Mudharabah
muthlaqah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan
pengelola (mudharib) untuk memperoleh keuntungan, yang kemudian akan
dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini, mudharib (bank)
diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah
investasi.
c. Giro
1) Giro BSM
Giro BSM adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau alat perintah bayar lainnya dengan
prinsip wadiah yad adh-dhamanah.
Manfaat:
a) Memudahkan bertransaksi dengan menggunakan cek atau bilyet giro.
b) Dana aman dan terjamin.
c) Diikutsertakan dalam program penjaminan pemerintah.
d) Bank sesuai dengan kebijakannya dapat memberikan bonus.
Fasilitas :
a) Buku cek dan/atau Bilyet Giro.
b) Layanan standing order.
c) Autosave.
d) Fasilitas ATM (khusus untuk perorangan).
70
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
Akad :
Akad yang digunakan adalah akad wadi'ah yad adh-dhamanah. Wadi'ah
yad dhamanah adalah akad penitipan uang antara pihak yang mempunyai uang
dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keutuhan
uang, dimana pihak penerima titipan berhak memanfaatkannya berikut
bertanggung jawab atas pengembalian kepada pihak yang menitipkan.
2) Giro BSM EURO
Giro Euro adalah sarana penyimpanan dana dalam mata uang Euro yang
disediakan bagi nasabah perorangan atau perusahaan/badan hukum dengan
pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yaddhamanah. Dengan prinsip ini, dana
giro nasabah diperlakukan sebagi titipan yang dijaga keamanan dan
ketersediaannya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi usaha.
3) Giro BSM Valas
Giro BSM Valas adalah simpanan dalam mata dollar amerika yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro,
atau alat perintah bayar lainnya dengan prinsip wadiah yad ad-dhamanah.
4) Giro BSM Singapore Dollar
Giro Singapore Dollar adalah simpanan dalam mata Dollar Singapore yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro,
atau alat perintah bayar lainnya dengan prinsip wadiah yad adh-dhamanah.
71
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
d. Obligasi
1) Obligasi Bank Syariah Mandiri (Mudharabah)
Surat berharga jangka panjang berdasar prinsip syariah yang mewajibkan
Emiten (bank Syariah Mandiri) untuk membayar Pendapatan Bagi Hasil / Kupon
dan membayar kembali Dana Obligasi Syariah pada saat jatuh tempo.
Manfaat :
a) Memperoleh nisbah yang lebih tinggi dibandingkan dengan simpanan
dana pihak ketiga lainnya.
b) Dapat diperjualbelikan.
Fasilitas :
a) Jangka waktu 5 tahun dengan pemberian nisbah setiap 3 bulan.
b) Pendapatan yang dibagihasilkan hanya berdasarkan pendapatan dari
pembiayaan murabahah yang dihitung secara proposional dengan
nisbah 77,5% untuk pemegang obligasi.
c) Jumlah minimal yang dapat diperjualbelikan sebesar Rp. 10 juta.
d) Bukti kepemilikan Obligasi Syariah.
2. Produk Pembiayaan
1) Pembiayaan Resi Gudang
Pembiayaan Resi Gudang adalah pembiayaan transaksi komersial dari
suatu komoditas/produk yang diperdagangkan secara luas dengan jaminan utama
berupa komoditas/produk yang dibiayai dan berada dalam suatu Gudang atau
tempat yang terkontrol secara independen (independently controlled warehouse).
72
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
2) PKPA
Pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggotanya (PKPA)
adalah penyaluran pembiayaan melalui koperasi karyawan untuk pemenuhan
kebutuhan konsumer para anggotanya (kolektif) yang mengajukan pembiayaan
kepada koperasi karyawan.
Pola penyaluran yang dipergunakan adalah executing (kopkar sebagai
nasabah), sedangkan proses pembiayaan dari kopkar kepada anggotanya
dilakukan dan menjadi tanggung jawab penuh kopkar.
3) Pembiayaan Edukasi BSM
Pembiayaan Edukasi BSM adalah pembiayaan jangka pendek dan
menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk
sekolah/perguruan tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau uang pendidikan pada
saat pendaftaran tahun ajaran/semester baru berikutnya dengan akad ijarah.
4) BSM Implan
BSM Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang
diberikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan/Kopkar yang
pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok).
BSM Implan dapat mengakomodir kebutuhan pembiayaan bagi para
anggota koperasi karyawan atau karyawan perusahaan, misalnya dalam hal
perusahaan tersebut tidak memiliki koperasi karyawan, koperasi karyawan belum
berpengalaman dalam kegiatan simpan pinjam, atau perusahaan dengan jumlah
karyawan terbatas.
73
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
5) Pembiayaan Dana Berputar
Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal kerja
dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan sewaktu-
waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah.
6) Pembiayaan Griya BSM
Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek, menengah,
atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal (konsumtif), baik baru
maupun bekas, di lingkungan developer maupun non developer, dengan sistem
murabahah.
7) Gadai Emas BSM
Gadai Emas BSM merupakan produk pembiayaan atas dasar jaminan
berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan cepat.
Manfaat :
a) Proses cepat.
b) Proses mudah.
c) Jaminan keamanan.
Akad :
Akad yang digunakan adalah akad Qardh wal Ijarah. Qardh wal Ijarah
adalah akad pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai dengan
penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang diserahkan.
74
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
8) Pembiayaan Mudharabah BSM
Pembiayaan Mudharabah BSM adalah pembiayaan dimana seluruh modal
kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Keuntungan yang diperoleh
dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Manfaat :
a) Membiayai total kebutuhan modal usaha nasabah.
b) Nisbah bagi hasil tetap antara Bank dan Nasabah.
c) Angsuran berubah-ubah sesuai tingkat revenue atau realisasi usaha
nasabah (revenue sharing).
9) Pembiayaan Musyarakah BSM
Pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana dana dari bank merupakan
bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah
yang disepakati.
Manfaat :
a) Lebih menguntungkan karena berdasarkan prinsip bagi hasil.
b) Mekanisme pengembalian yang fleksibel sesuai dengan realisasi usaha.
10) Pembiayaan Murabahah BSM
Pembiayaan Murabahah BSM adalah pembiayaan berdasarkan akad jual
beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan
menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan
margin yang disepakati.
75
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
Manfaat :
a) Membiayai kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan barang konsumsi
seperti rumah, kendaraan atau barang produktif seperti mesin produksi,
pabrik dan lain-lain.
b) Nasabah dapat mengangsur pembayarannya dengan jumlah angsuran
yang tidak akan berubah selama masa perjanjian.
11) Pembiayaan Talangan Haji BSM
Pembiayaan Talangan Haji BSM merupakan pinjaman dana talangan dari
bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh
kursi/seat haji dan pada saat pelunasan BPIH.
Manfaat :
a) Dapat dipenuhinya kebutuhan dana secara mendadak untuk menutupi
kekurangan dana sebagai persyaratan dalam memperoleh porsi haji
atau pelunasan BPIH.
b) Proses pinjaman relatif cepat dan mudah.
Akad :
Akad yang digunakan adalah akad Qardh wal Ijarah. Qardh wal Ijarah
adalah akad pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai dengan
penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang diserahkan
3. Produk Jasa Layanan Perbankan
Dalam produk jasa layanan perbankan Bank Syariah Mandiri, di bagi menjadi
tiga kategori yaitu :
76
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
a. Jasa Produk
1) ATM
Kartu / ATM BSM merupakan sarana untuk melakukan transaksi pada
ATM Syariah Mandiri.
Manfaat :
a) Penarikan tunai dengan cepat.
b) Penarikan beberapa kali, juga saat bank tutup.
c) Pemindahbukuan.
d) Praktis dan aman.
2) Sentra Bayar BSM
3) BSM SMS Banking
BSM SMS Banking merupakan produk layanan perbankan berbasis
teknologi seluler yang memberikan kemudahan melakukan berbagai transaksi
perbankan.
Manfaat :
a) Transaksi kapan dan dimana saja.
b) Pendaftaran gratis di seluruh cabang BSM.
c) Biaya transaksi murah.
4) Jual Beli Valas BSM
Pertukaran mata uang rupiah dengan mata uang asing atau mata uang asing
dengan mata uang asing lainnya yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri
dengan nasabah.
5) Bank Garansi BSM
77
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
6) BSM Electronic Payroll
Pembayaran gaji karyawan institusi melalui teknologi terkini Bank Syariah
Mandiri secara mudah, aman dan fleksibel.
7) SKBDN BSM
Janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis nasabah (applicant) yang
mengikat Bank Syariah Mandiri sebagai bank pembuka untuk membayar kepada
penerima atau order-nya atau menerima dan membayar wesel pada saat jatuh
tempo yang ditarik penerima, atau memberi kuasa kepada bank lain untuk
melakukan pembayaran kepada penerima, atau untuk menegosiasikan wesel-wesel
yang ditarik oleh penerima atas penyerahan dokumen (untuk saat ini khusus BSM
dengan BSM).
8) BSM Letter of Credit
Janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis nasabah (applicant) yang
mengikat Bank Syariah Mandiri sebagai bank pembuka untuk membayar kepada
penerima atau order-nya atau menerima dan membayar wesel pada saat jatuh
tempo yang ditarik penerima, atau memberi kuasa kepada bank lain untuk
melakukan pembayaran kepada penerima, atau untuk menegosiasikan wesel-wesel
yang ditarik oleh penerima atas penyerahan dokumen.
9) BSM SUCH (Saudi Umrah & Haj Card)
BSM SUHC adalah kartu prabayar dalam mata uang Saudi Arabiyan
Riyal.
78
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
b. Jasa Operasional
1) Kliring BSM
Penagihan warkat bank lain di mana lokasi bank tertariknya berada dalam
satu wilayah kliring.
Karakteristik :
a) Hasil kliring dikreditkan ke rekening nasabah atau ditransfer ke
rekening nasabah di bank lain.
b) Valuta rupiah.
c) Bank hanya penerima amanat dan mewakili (wakalah) nasabah, bila
warkat tersebut ditolak bank tertarik, maka Bank Syariah Mandiri tidak
bertanggung jawab.
2) Layanan Kiriman Uang Domestik dan Luar Negeri Western Union
Adalah jasa pengiriman uang/penerimaan kiriman uang secara cepat (real
time on line) yang dilakukan lintas negara atau dalam satu negara (domestik).
3) Inkaso BSM
Penagihan warkat bank lain di mana bank tertariknya berbeda wilayah
kliring atau berada di luar negeri, hasilnya penagihan akan dikredit ke rekening
nasabah.
Karakteristik :
a) Nasabah harus memiliki rekening di Bank Syariah Mandiri.
b) Mata uang rupiah atau valuta asing lainnya (USD, SGD).
c) Hasil inkaso dikreditkan ke rekening nasabah atau ditransfer ke
rekening nasabah di bank lain.
79
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
d) Bank hanya penerima amanat dan mewakili (wakalah) nasabah, bila
terjadi kesalahan/keterlambatan hasil inkaso, maka Bank Syariah
Mandiri tidak bertanggung jawab.
4) Intercity Clearing
Penagihan warkat bank lain di mana lokasi bank tertariknya berada dalam
satu wilayah kliring
5) BSM RTGS (Real Time Gross Settlement)
Jasa transfer uang valuta rupiah antar bank baik dalam satu kota maupun
dalam kota yang berbeda secara real time. Hasil transfer ekfektif dalam hitungan
menit.
6) Transfer Dalam Kota (LLG)
Jasa pemindahan dana antar bank dalam satu wilayah kliring local.
7) Transfer Valas BSM
Transfer valas terdiri dari:
a) Transfer ke luar yaitu pengiriman valas dari nasabah BSM ke nasabah
bank lain baik dalam maupun luar negeri.
b) Transfer masuk yaitu pengiriman valas dari nasabah baik lain baik
dalam maupun luar negeri ke nasabah BSM.
8) Pajak Online BSM
9) Pajak Import BSM
10) Referensi Bank BSM
Surat Keterangan yang diterbitkan oleh Bank Syariah Mandiri atas dasar
permintaan dari nasabah untuk tujuan tertentu.
80
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
11) BSM Standing Order
Fasilitas kemudahan yang diberikan Bank Syariah Mandiri kepada
nasabah yang dalam transaksi financialnya harus memindahkan dari suatu
rekening ke rekening lainnya secara berulang-ulang. Dalam pelaksanaannya
nasabah memberikan instruksi ke bank hanya satu kali saja.
12) Transfer BSM Western Union
yaitu mengirim dan menerima uang ke belahan dunia manapun menjadi
lebih cepat dan aman.
c. Jasa Investasi
� Reksa Dana BSM Investa Berimbang
BSM Investa Berimbang adalah reksadana Campuran (Mix Fund /
Balanced Fund) berbasis instrument pasar uang, pasar obligasi dan pasar saham
dengan ketentuan investasi sesuai Syariah. BSM Investa Berimbang juga dikelola,
diadministrasikan, disimpan dan didistribusikan (dijual) oleh sinergi 3 (tiga)
kekuatan besar, yaitu: Mandiri Investasi sebagai manajer investasi dengan dana
kelolaan terbesar di Indonesia), Deutsche Bank (sebagai bank kustodi reksa dana
terbesar di Indonesia yang sudah berperan aktif sebagai kustodi reksa dana
konvensional maupun Syariah) dan Bank Syariah Mandiri (sebagai agen penjual
yang merupakan bank Syariah terbesar di Indonesia) BSM Investa Berimbang
sesuai syariah karena diawasi penuh oleh DPS (Dewan Pengawas Syariah)
independen yang berada di bawah naungan DSN (Dewan Syariah Nasional). Dana
anda akan diinvestasikan pada instrumen-instrumen syariah seperti deposito
syariah, obligasi syariah dan saham-saham perusahaan yang masuk pada JII
81
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
(Jakarta Islamic Index) atau saham-saham diluar JII yang telah diberikan ijin
untuk diinvestasikan oleh Dewan Pengawas Syariah. BSM Investa Berimbang
nyaman bagi Anda karena pengelolaan dan administrasinya sudah diwakilkan oleh
pihak yang professional dibidangnya, yaitu Mandiri Investasi, Bank Syariah
Mandiri dan Deutsche Bank.
BSM Investa Berimbang dijual secara ekslusif hanya di Bank Syariah
Mandiri karena kami merupakan agen tunggal penjual Reksa Dana BSM Investa
Berimbang. BSM Investa Berimbang Transparan dalam memberikan pelaporan
(report) bulanan dan triwulanan (berkenaan dengan kinerja portfolio dan kondisi
pasar) serta terawasi secara penuh oleh Bapepam dan DPS (Dewan Pengawas
Syariah).
E. Sumber Daya Insani
Karyawan adalah aset perusahaan. Bagi manajemen PT Bank Syariah
Mandiri, hal itu bukan sekadar slogan. Dengan visi "Menjadi Bank Syariah
Terpercaya Pilihan Mitra Usaha", manajemen PT Bank Syariah Mandiri sadar dan
sangat peduli untuk memastikan kelangsungan bisnis Bank Syariah Mandiri,
membangun Bank Syariah Mandiri untuk mencapai visi tersebut. Salah satu kunci
penting untuk mencapai Visi tersebut adalah karyawan
Agar dapat mencapai pertumbuhan dan keuntungan yang
berkesinambungan serta menjadi bank syariah terkemuka di Indonesia yang
mampu meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan memberikan
kemaslahatan bagi masyarakat luas, Bank Syariah Mandiri mempekerjakan
82
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
pegawai yang profesional dan sepenuhnya mengerti operasional perbankan
syariah. Sebagai bank yang beroperasi atas dasar prinsip syariah Islam, Bank
Syariah Mandiri menetapkan budaya perusahaan yang mengacu kepada sikap
"akhlaqul karimah" (Perilaku mulia).
Pengembangan Sumber Daya Insani, sesuai dengan misinya akan
mendukung dan meningkatkan dukungannya secara aktif melalui sebuah sistem
yang dapat menjadikan setiap pegawai Bank Syariah Mandiri bangga menjadi
bagian dari Bank Syariah Mandiri.
Jumlah pegawai Bank Syariah Mandiri pada saat ini sebanyak 2139 orang
yang tersebar di Kantor Pusat, Kantor Cabang serta Kantor Cabang Pembantu.
F. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta
Gambar 3.1
Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta
KEPALA CABANG
MARKETING MANAGER
OPERASIONAL MANAGER
INTERNAL CONTROL & COMPLIANCE OFFICER
TRADE CERVISE CLERK
LOAN ADMCLERK
COSTOMERSERVICE
BACK OFFICE
AMO MASSANGER OFFICE BOY SECURITY DRIVER
HR & GA CLERK
ACCOUNT OFFICER
Sumber: www. syariahmandiri.co.id
83
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
G. Metode Penelitian
1. Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh Likuiditas dan
Rentabilitas terhadap pembiayaan di Bank Syariah Mandiri cabang Purwakarta
adalah metode korelasional dengan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif digunakan dalam melakukan pengumpulan dan
penginventarisasian data yang berhubungan dengan angka, rumus, dan rasio, yang
diperoleh dari data laporan keuangan bulanan di Bank Syariah Mandiri selama
periode 2005-2007, yang kemudian akan diolah dan dianalisis secara sistematis
dan akurat untuk menguji kebenaran hipotesis, sampai pada penyajian hasil
disertai interpretasi dalam memberi gambaran tentang hubungan variabel yang
diteliti sehingga akhirnya akan didapatkan gambaran yang jelas tentang pokok
permasalahan. Sedangkan metode analitik digunakan untuk menganalisis
hubungan, peranan, dan pengaruh dari variabel-variabel yang diteliti.
2. Operasionalisasi Variabel
Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih, yaitu: “Pengaruh Likuiditas
dan Rentabilitas terhadap Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri cabang
Purwakarta ”, maka terdapat tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Likuiditas, sebagai independent variable (variabel yang mempengaruhi atau
variabel bebas),
2. Rentabilitas, sebagai independent variable (variabel yang mempengaruhi
atau variabel bebas),
84
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
3. Pembiayaan , sebagai dependent variable (variabel yang dipengaruhi atau
variabel terikat).Untuk mengetahui lebih jelas mengenai variabel-veriabel
tersebut, maka pada tabel di bawah ini disajikan mengenai operasionalisasi
variabel penelitian.
Tabel 3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala Data
Likuiditas (Independent variabel/X1)
� Suatu kondisi yang menunjukkan tingkat kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pemdeknya.
� Total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah
� Total dana pihak ketiga yang diperoleh oleh bank syariah
Satuan angka
persentase
Rasio
Rentabilitas (Independent variabel/X2)
� Suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan bank untuk memperolah profitabilitas dan efisiensi suatu bank
� Laba bersih yang diperoleh bank syariah
� Total semua asset/harta yang dimiliki oleh bank syariah
Satuan angka
persentase
Rasio
Pembiayaan (Dependent variabel/Y)
� Suatu kondisi yang menunjukkan jumlah dana yang disalurkan bank untuk membiayai produk pembiayaan
� Sejumlah dana yang disalurkan untuk pembiayaan oleh bank syariah
Satuan mata uang
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dan sumber data yang diperoleh meliputi:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari observasi lapangan dengan
survey langsung pada Bank Syariah Madiri cabang Purwakarta, dan log on
internet ke situs www.bi.go.id atau situs www.syariahmandiri.co.id.
85
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
2. Data skunder, yaitu teori-teori pendukung, yang diperoleh dari pustaka
buku, diktat penelitian, makalah seminar, majalah bursa, brosur, skripsi
terdahulu, dan log on internet.
4. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang ada dikumpulkan dari:
a Metode dokumenter, yaitu metode yang digunakan untuk menelusuri data
historis. Dokumen yang digunakan adalah dokumen resmi ekstern, yaitu
berupa bahan-bahan informasi yang dikeluarkan suatu lembaga.
b Riset Kepustakaan (Library Reseach), seperti: literatur-literatur, buku-
buku, majalah, internet, diktat penelitian, brosur, majalah bursa, penelitian
terdahulu, dan log on internet, yang berkaitan dengan teori-teori dan
informasi lainnya yang mendukung penelitian..
c Wawancara, teknik pengumpulan informasi melalui sumber-sumber yang
relevan dengan cara berbicara langsung dengan beberapa orang dalam
konteks kerja atau klien.
d Quitioner, teknik pengumpulan informasi yang menggunakan sejumlah
pertanyaan dan di dapat melalui sumber-sumber yang relevan dalam
konteks kerja atau klien.
Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan untuk
mempelajari hubungan dan pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap
variabel terikat.
86
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
H. Rancangan Uji Hipotesis
1. Penetapan Hipotesis Null (Ho)
Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini berkaitan dengan ada atau
tidaknya pengaruh dari variabel X1 (variabel bebas) terhadap variabel Y (variabel
terikat)dan variabel X2 (variabel bebas) terhadap variabel Y (variabel terikat).
Agar dapat diketahui apakah ada pengaruh dari masing-masing variabel bebas
secara parsial terhadap variabel tidak bebas (terikat) maka dibuat hipotesis-
hipotesis yang menguji pengaruh dari masing-masing variabel.
Hipotesis Null (Ho) merupakan hipotesis yang menunjukkan tidak adanya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan hipotesis alternatif
(Ha) menunjukkan hipotesis penelitian yang menunjukkan adanya hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Hipotesis Null (Ho) yang ditetapkan adalah hipotesis, dengan kaidah yang
ditetapkan sebagai berikut:
Ho: =0, Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari likuiditas dan
Rentabilitas terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri
cabang Purwakarta.
Ha: 0, Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari likuiditas dan
Rentabilitas terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri
cabang Purwakarta.
87
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
I. Pemilihan Uji Statistik dan Perhitungan Nilai Uji Statistik
1. Pemilihan Uji Statistik
Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah pengujian secara kuantitatif,
yang menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Pengujian analisis
tersebut digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen
(variabel bebas) terhadap variabel independen (variabel terikat).
2. Analisis Regresi Sederhana
Variabel-variabel yang diteliti akan dianalisis dengan menggunakan
analisis regresi sederhana, dengan persamaan:
Y= a + bX +
Keterangan:
Y = Pembiayaan yang disalurkan
a = Konstanta yang merupakan nilai variabel Y pada saat nilai variabel X
adalah nol
b = Koefesien regresi antara variabel X dan Y
X = Nilai hedging
= nilai residual (nilai yang mempengaruhi variabel Y selain variabel X)
Persamaan di atas memperlihatkan bagaimana perubahan variabel Y
sebagai akibat adanya perubahan dalam variabel X1 dan X2. Akan tetapi, hal itu
tidak menjamin adanya hubungan antara kedua variabel.
Arti tanda koefisien regresi adalah jika koefisien regresi bernilai positif
(+), maka hal tersebut menunjukkan hubungan yang searah antara variabel
88
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat). Dengan kata lain
peningkatan bebas akan diikuti oleh peningkatan variabel terikat. Demikian
sebaliknya, jika nilai koefisien regresi negatif (-), maka hal tersebut menunjukkan
hubungan berlawanan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata
lain setiap peningkatan variabel independen akan diikuti oleh penurunan variabel
terikat, dan sebaliknya, setiap penurunan nilai variabel bebas akan diikuti oleh
kenaikan variabel terikat.
J. Pengujian Hipotesis dan Penetapan Tingkat Signifikansi
1. Penetapan Uji t
Untuk menguji pengaruh variabel independent terhadap variabel
dependent, maka pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan uji t, dengan
menbandingkan antara t tabel dengan t hitung dengan menggunakan rumus:
bSbt β−=
Kriteria uji yang dipakai adalah sebagai berikut :
o Uji hipotesis positif satu sisi
Ho : �1 � 0
Ha : �1 > 0
o Uji hipotesis negatif satu sisi
Ho : �1 � 0
Ha : �1 < 0
Dengan catatan, apabila Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa
suatu pengaruh adalah tidak signifikan, artinya tidak ada pengaruh antara variabel
89
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
independen terhadap variabel dependen, sedangkan apabila Ho ditolak maka dapat
disimpulkan bahwa suatu pengaruh adalah signifikan, yang berarti adanya
pengaruh yang kuat dari variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Penetapan Tingkat Signifikansi
Tingkat signifikansi yang dipilih adalah 5% (� = 0,05) atau dengan tingkat
kepercayaan sebesar 95% dan tingkat signifikansi 10% (� = 0,10) atau dengan
tingkat kepercayaan sebesar 90% .
Tingkat signifikansi 5% (� = 0,05) dipilih karena angka ini dinilai cukup
tepat untuk menguji hipotesis dengan tingkat kepercayaan yang paling tinggi,
sehingga kesimpulan pengujian didasarkan atas tingkat kepercayaan yang paling
ketat.
Tingkat signifikansi 10% (� = 0,10) dipilih untuk memberikan toleransi
yang lebih longgar dari pada tingkat signifikansi 5% (� = 0,05), dengan maksud
supaya mempertegas kesimpulan akan signifikan atau tidaknya pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat.
Pada hakekatnya, angka-angka ini dipilih karena dinilai cukup tepat untuk
mewakili dalam pengujian variabel dan merupakan tingkat signifikansi yang
sering digunakan terutama dalam penelitian ilmu-ilmu sosial (M.Nazir, 2003 :
460).
3. Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Likuiditas dan
90
Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian
Rentabilitas sebagai variabel independen tarhadap besarnya pembiayaan yang
disalurkan sebagai variabel dependennya
91
Bab IV: Pembahasan
BAB 1V
PEMBAHASAN
A. Tingkat Likuiditas di Bank Syariah Mandiri
Tingkat likuiditas Bank Syariah Mandiri yang fluktuatif dari bulan ke
bulan sangat berpengaruh pada tingkat rentabilitas dan besarnya dana yang
disalurkan oleh bank untuk membiayai produk pembiayaannya. Bank Indonesia
telah menetapkan tingkat kesehatan likuiditas suatu bank, yaitu 85%-110%. Jika
tingkat likuiditas suatu bank kurang dari 85% akan mengakibatkan
ketidakmampuan pada bank memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.
Demikian juga dengan bank yang mempunyai likuiditas yang melebihi 110% akan
menimbulkan biaya bagi bank. Hal ini diasumsikan bahwa untuk membentuk
posisi likuiditas yang berlebihan, bank harus menggunakan dana jangka panjang.
Bank Syariah Mandiri pada Januari 2005 mengalami tingkat likuidtas di
bawah tingkat likuiditas yang dianggap sehat oleh Bank Indonesia, yaitu sebesar
82,53%. Akan tetapi Bank Syariah Mandiri dapat memperbaiki tingkat
likuiditasnya, ini terbukti dari naiknya tingkat likuiditas Bank Syariah Mandiri
pada Februari 2005 menjadi 87,88%.
Tetapi tingkat likuiditas Bank Syariah Mandiri kembali mengalami
penurunan pada Desember 2005, yaitu 83,09% dan menurun drastis pada Januari
2006 menjadi 79.88%, dan akhirnya mengalami kenaikan pada Februari 2006
menjadi 81,98%.
92
Bab IV: Pembahasan
Dari data yang terdapat pada tabel 4.1, diketahui bahwa sebagian besar
data likuiditas Bank Syariah Mandiri untuk periode 2005-2007 dapat digolongkan
pada kriteria tingkat likuiditas yang sehat, yaitu di atas 85% yang sesuai dengan
tingkat likuiditas yang dianggap sehat oleh Bank Indonesia.
B. Tingkat Rentabilitas di Bank Syariah Mandiri
Tingkat rentabilitas suatu bank dapat diukur dengan menggunakan rasio
ROA. Tingkat rentabilitas suatu bank yang tinggi sangat menguntungkan bagi
bank karena dengan tingginya rentabilitas, bank dapat memperbesar dayanya
untuk melayani nasabahnya serta dapat memperbesar kredibilitas nasabah
terhadap bank tersebut. Sedangkan tingkat rentabilitas yang rendah menyebabkan
kesulitan dalam penjualan saham dan mengakibatkan kredibilitas nasabah
menurun.
Rentabilitas Bank Syariah Mandiri yang fluktuatif sangat berpengaruh
terhadap jumlah dana yang dapat disalurkan untuk produk pembiayaan. Bank
Syariah Mandiri mengalami penurunan yang drastis pada Januari 2006, yaitu
sebesar 0.31%. Akan tetapi Bank Syariah Mandiri mengalami kenaikan tingkat
rentabilitas pada bulan berikutnya, yaitu sebesar 1.09%. Hal ini terjadi kembali
pada Januari 2007, Bank Syariah Mandiri mengalami kenaikan tingkat rentabilitas
pada Januari 2007, yaitu sebesar 3.84%.
Dari data yang terdapat pada table 4.1, diketahui bahwa sebagian besar
tingkat rentabilitas Bank Syariah Mandiri berada dalam posisi yang tingkat
93
Bab IV: Pembahasan
fluktuatisinya tidak terlalu tinggi karena tidak terjadi penurunan dan kenaikan
yang signifikan, sehingga dapat dikategorikan stabil.
C. Tingkat Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri
Menurut ketentuan Bank Indonesia besarnya dana pembiayaan yang
disalurkan oleh bank tidak boleh lebih dari 80% dari total asset yang dimiliki oleh
bank tersebut. Jika besarnya dana pembiayaan melebihi 80% dari total asset yang
dimiliki oleh bank, dapat mengganggu tingkat likuiditas bank karena sumber dana
simpanan masyarakat tersedot dengan jumlah pemakaian kredit.
Produk andalan Bank Syariah Mandiri adalah produk pembiayaan. Bank
Syariah Mandiri menyalurkan dana yang cukup besar untuk produk pembiayaan
ini. Hal ini dapat dibuktikan dari perbandingan antara besarnya dana yang
disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri untuk pembiayaan dan besarnya dana yang
diperoleh Bank Syariah Mandiri dari dari pihak ketiga. Pada Juni 2007, Bank
syariah Mandiri memperoleh dana dari pihak ketiga sebesar Rp.
8.851.328.000.000,- dan dana yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri untuk
produk pembiayaan pada bulan ini adalah Rp. 8.465.492.000.000,-. Pada Juli
2007, Bank Syariah Mandiri memperoleh dana dari pihak ketiga sebesar Rp.
9.017.073.000.000,-, dan besarnya dana yang disalurkan Bank Syariah Mandiri
pada bulan ini untuk produk pembiayaan adalah sebesar Rp. 8.619.098.000.000,-.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh dana yang diperoleh
Bank Syariah Mandiri dari pihak ketiga disalurkan untuk membiayai produk
pembiayaan.
94
Bab IV: Pembahasan
Bank Syariah Mandiri menyalurkan dana terbesar untuk produk
pembiayaan pada Desember 2007, yaitu sebesar Rp. 10.326.374.000.000,- dan
dana yang berhasil dihimpun Bank Syariah Mandiri dari pihak ketiga pada bulan
ini adalah sebesar Rp. 11.105.978.000.000,-. Pada Maret 2005, dana yang
disalurkan Bank Syariah Mandiri untuk membiayai produk pembiayaan adalah
sebesar Rp. 6.179.437.000.000,-, jumlah ini lebih besar dari dana yang berhasil
dihimpun Bank Syariah Mandiri dari pihak ketiga, yaitu sebesar Rp.
6.057.812.000.000,- dengan tingkat LDR sebesar 91,19% dan ROA sebesar
3.15%.
Dari data yang terdapat pada table 4.1, diketahui bahwa tingkat
pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri tergolong tinggi, hal ini
dapat dilihat dari besarnya dana pembiayaan yang melebihi dana pihak ketiga
yang dihimpun oleh Bank Syariah Madiri. Akan tetapi, tingkat pembiayaan Bank
Syariah Mandiri berada pada posisi tingkat pembiayaan yang sehat karena dana
yang digunakan untuk pembiayaan tidak melebihi 80% dari jumlah asset yang
dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri.
Table 4.1
Data tingkat FDR, ROA dan Pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri
Periode Januari 2005 - Desember 2007
Tahun/Bulan FDR(%)
ROA(%)
Pembiayaan yang disalurkan
(dalam triliun rupiah) 2005/1 82. 53 2. 41 5. 467320 2005/2 87. 88 10. 91 5. 708993 2005/3 91. 19 3. 15 6. 179437 2005/4 103. 39 2. 83 6. 320639 2005/5 103. 40 2. 82 6. 470600
95
Bab IV: Pembahasan
2005/6 103. 40 2. 82 6. 387596 2005/7 99. 54 2. 40 6. 189983 2005/8 99. 39 2. 41 6. 205901 2005/9 101. 16 2. 37 6. 007824
2005/10 99. 32 2. 00 5. 959817 2005/11 97. 39 1. 95 5. 712784 2005/12 83. 09 1. 83 5. 847598 2006/1 79. 88 0. 31 5. 595441 2006/2 81. 98 1. 09 5. 790537 2006/3 87. 75 1. 26 6. 176829 2006/4 90. 54 1. 28 6. 373222 2006/5 91. 52 0. 88 6. 671231 2006/6 93. 68 1. 10 6. 914027 2006/7 98. 07 1. 08 7. 015759 2006/8 95. 38 0. 83 7. 140364 2006/9 95. 43 0. 95 7. 223266
2006/10 95. 42 0.66 7. 418505 2006/11 94. 38 0. 84 7. 448333 2006/12 90. 18 1. 10 7. 414757 2007/1 86. 42 3. 84 7. 368093 2007/2 85. 97 2. 73 7. 381931 2007/3 87. 32 2. 03 7. 644903 2007/4 87. 95 1. 58 7. 738999 2007/5 87. 39 1. 53 7. 881104 2007/6 95. 64 1. 75 8. 465492 2007/7 95. 59 1. 64 8. 619098 2007/8 96. 62 1. 66 8. 993233 2007/9 94. 23 1. 65 9. 295479
2007/10 95. 42 0. 66 7. 418505 2007/11 95. 30 1. 49 9. 836986 2007/12 92. 98 1. 53 10. 326374
D. Pengaruh Tingkat Likuiditas dan Rentabilitas terhadap Pembiayaan di
Bank Syariah Mandiri
Pengaruh tingkat likuiditas dan rentabilitas terhadap pembiayaan dapat
diketahui berdasarkan uji statistik. Oleh karena itu penggunaan uji statistik
regresi sederhana sangat berfungsi untuk memperoleh besarnya pengaruh dan
hubungan variabel yang diuji tersebut.
96
Bab IV: Pembahasan
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah tingkat likuiditas (variabel
X) terhadap pembiayaan (variabel Y) dan tingkat rentabilitas (variabel X)
terhadap pembiayaan (variabel Y). Data-data tersebut diperoleh dari perhitungan
tingkat likuiditas dan rentabilitas yang diilustrasikan pada pembahasan analisis
aplikasi tingkat likuiditas dan rentabilitas terhadap pembiayaan, yakni aplikasi
tingkat likuidtas dan rentabilitas pada periode Januari 2005-Desember 2007.Data
diperoleh dari laporan keuangan Bank Syariah Mandiri, adapun data yang
digunakan dalam analisis ini adalah :
1. Data FDR (Financing to Deposit Ratio)
Data variabel independen yang pertama dalam penelitian ini adalah FDR,
data tersebut bersumber dari laporan keuangan Bank Syariah Mandiri
periode Januari 2006 – Desember 2008. Data FDR diperoleh dengan cara
menghitung perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan kepada
deposan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro,
simpanan berjangka (deposito), dan tabungan.
pinjaman jangka pendek yang diberikan kepada deposan.
2. Data ROA (Return on Asset)
ROA (Return on Asset) merupakan salah satu rasio untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitababilitas dan
mengelola efisiensi usaha bank secara keseluruhan. Data ROA diperoleh
dengan cara menghitung perbandingan antara laba yang diperoleh bank
setelah dikurangi pajak dengan jumlah harta yanh dimiliki oleh bank.
97
Bab IV: Pembahasan
3. Data pembiayaan yang disalurkan bank
Data variabel dependen dalam penelitian ini adalah besarnya pembiayaan
yang disalurkan, data tersebut bersumber dari laporan keuangan Bank
Syariah Mandiri periode Januari 2006 – Desember 2008.
Tabel 4.2
Data Penelitian Januari 2005 – Desember 2007
Tahun/Bulan FDR(dalam %)
ROA (%) Pembiayaan(dalam %)
2005/1 82. 53 2. 41 77.18679 2005/2 87. 88 10. 91 80.97687 2005/3 91. 19 3. 15 83.99408 2005/4 103. 39 2. 83 83.22619 2005/5 103. 40 2. 82 84.30564 2005/6 103. 40 2. 82 82.58104 2005/7 99. 54 2. 40 80.02623 2005/8 99. 39 2. 41 81.58626 2005/9 101. 16 2. 37 82.06127
2005/10 99. 32 2. 00 81.09813 2005/11 97. 39 1. 95 79.66244 2005/12 83. 09 1. 83 70.68322 2006/1 79. 88 0. 31 67.59328 2006/2 81. 98 1. 09 70.21764 2006/3 87. 75 1. 26 75.07417 2006/4 90. 54 1. 28 77.18817 2006/5 91. 52 0. 88 78.05575 2006/6 93. 68 1. 10 79.34709 2006/7 98. 07 1. 08 82.89938 2006/8 95. 38 0. 83 81.18453 2006/9 95. 43 0. 95 81.13381
2006/10 95. 42 0.66 81.7009 2006/11 94. 38 0. 84 80.77794 2006/12 90. 18 1. 10 77.60107 2007/1 86. 42 3. 84 73.01975 2007/2 85. 97 2. 73 72.23656 2007/3 87. 32 2. 03 73.66839 2007/4 87. 95 1. 58 74.21294 2007/5 87. 39 1. 53 74.27095 2007/6 95. 64 1. 75 81.09989 2007/7 95. 59 1. 64 80.60166
98
Bab IV: Pembahasan
2007/8 96. 62 1. 66 82.21943 2007/9 94. 23 1. 65 80.54716
2007/10 95. 42 0. 66 81.7009 2007/11 95. 30 1. 49 81.96208 2007/12 92. 98 1. 53 80.14017
Sumber : data Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri (data diolah)
1. Pengujian Regresi Sederhana
a. Analisis Regresi Tingkat Likuiditas Terhadap Pembiayaan
Tabel 4.3 Data Variabel X1 dan Y
No X Y X2 Y2 XY 1 82. 53 77.18679 6811.201 5957.801 6370.226 2 87. 88 80.97687 7722.894 6557.253 7116.247 3 91. 19 83.99408 8315.616 7055.005 7659.42 4 103. 39 83.22619 10689.49 6926.599 8604.756 5 103. 40 84.30564 10691.56 7107.441 8717.203 6 103. 40 82.58104 10691.56 6819.628 8538.88 7 99. 54 80.02623 9908.212 6404.197 7965.811 8 99. 39 81.58626 9878.372 6656.318 8108.858 9 101. 16 82.06127 10233.35 6734.052 8301.318
10 99. 32 81.09813 9864.462 6576.907 8054.666 11 97. 39 79.66244 9484.812 6346.104 7758.325 12 83. 09 70.68322 6903.948 4996.118 5873.069 13 79. 88 67.59328 6380.814 4568.852 5399.351 14 81. 98 70.21764 6720.72 4930.517 5756.442 15 87. 75 75.07417 7700.063 5636.131 6587.758 16 90. 54 77.18817 8197.492 5958.014 6988.617 17 91. 52 78.05575 8375.91 6092.7 7143.662 18 93. 68 79.34709 8775.942 6295.961 7433.235 19 98. 07 82.89938 9617.725 6872.307 8129.942 20 95. 38 81.18453 9097.344 6590.928 7743.38 21 95. 43 81.13381 9106.885 6582.695 7742.599 22 95. 42 81.7009 9104.976 6675.037 7795.9 23 94. 38 80.77794 8907.584 6525.076 7623.822 24 90. 18 77.60107 8132.432 6021.926 6998.064 25 86. 42 73.01975 7468.416 5331.884 6310.367 26 85. 97 72.23656 7390.841 5218.121 6210.177 27 87. 32 73.66839 7624.782 5427.032 6432.724 28 87. 95 74.21294 7735.203 5507.56 6527.028 29 87. 39 74.27095 7637.012 5516.174 6490.538 30 95. 64 81.09989 9147.01 6577.192 7756.393
99
Bab IV: Pembahasan
31 95. 59 80.60166 9137.448 6496.628 7704.713 32 96. 62 82.21943 9335.424 6760.035 7944.041 33 94. 23 80.54716 8879.293 6487.845 7589.959 34 95. 42 81.7009 9104.976 6675.037 7795.9 35 95. 30 81.96208 9082.09 6717.783 7810.986 36 92. 98 80.14017 8645.28 6422.447 7451.433
Total 3346.7 2835.842 312501.1 224025.3 264435.8
Keterangan: 36 312501.1 =n =Σ 2ix
=Σ ix 3346.7 224025.3 =Σ 2iy
=Σ iy 2835.842 =Σ ii yx 264435.8
bxay +=ˆ
2
22
)(∑∑∑ ∑ ∑∑
−−
=ii
iiiii
xxnyxxyx
a
2)7.3346()7.3346(36)8.264435)(7.3346()3.224025)(1.312501(
−−=a
753.23=a
2)(∑∑∑ ∑∑
−−
=ii
iiii
xxnyxyxn
b
2)7.3346()7.3346(36)824.2835)(7.3346()8.264435(36
−−=b
593.0=b
Jadi nilai regresinya:
Xy 593.0753.23 +=
100
Bab IV: Pembahasan
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
(Constant) 23.753 5.722 4.151 .0001
X .593 .062 .855 9.633 .000a. Dependent Variable: Y Setelah data diolah sesuai dengan variabel yang dikehendaki dan
dilakukan tabulasi dan analisis data, baik dengan cara manual maupun dengan
menggunakan software SPSS 12.0 for window, diperoleh bentuk persamaan dari
regresi adalah: Y = 23.753 + 0,593 X +
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa hubungan tingkat likuiditas akan
mempengaruhi setiap pembiayaan yang disalurkan sebesar 0,593 kali.
b. Analisis Regresi Tingkat Retabilitas Terhadap Pembiayaan
Tabel 4.4 Data Variabel X2 dan Y
No X2 Y X 2Y X22 Y2
1 2,41 77,18679 186,02016 5,80810 5.957,80055 2 10,91 80,97687 883,45765 119,02810 6.557,25347 3 3,15 83,99408 264,58135 9,92250 7.055,00548 4 2,83 83,22619 235,53012 8,00890 6.926,59870 5 2,82 84,30564 237,74190 7,95240 7.107,44094 6 2,82 82,58104 232,87853 7,95240 6.819,62817 7 2,40 80,02623 192,06295 5,76000 6.404,19749 8 2,41 81,58626 196,62289 5,80810 6.656,31782 9 2,37 82,06127 194,48521 5,61690 6.734,05203
10 2,00 81,09813 162,19626 4,00000 6.576,90669 11 1,95 79,66244 155,34176 3,80250 6.346,10435 12 1,83 70,68322 129,35029 3,34890 4.996,11759 13 0,31 67,59328 20,95392 0,09610 4.568,85150 14 1,09 70,21764 76,53723 1,18810 4.930,51697 15 1,26 75,07417 94,59345 1,58760 5.636,13100 16 1,28 77,18817 98,80086 1,63840 5.958,01359 17 0,88 78,05575 68,68906 0,77440 6.092,70011 18 1,10 79,34709 87,28180 1,21000 6.295,96069
101
Bab IV: Pembahasan
19 1,08 82,89938 89,53133 1,16640 6.872,30720 20 0,83 81,18453 67,38316 0,68890 6.590,92791 21 0,95 81,13381 77,07712 0,90250 6.582,69513 22 0,66 81,70090 53,92259 0,43560 6.675,03706 23 0,84 80,77794 67,85347 0,70560 6.525,07559 24 1,10 77,60107 85,36118 1,21000 6.021,92607 25 3,84 73,01975 280,39584 14,74560 5.331,88389 26 2,73 72,23656 197,20581 7,45290 5.218,12060 27 2,03 73,66839 149,54683 4,12090 5.427,03169 28 1,58 74,21294 117,25645 2,49640 5.507,56046 29 1,53 74,27095 113,63455 2,34090 5.516,17401 30 1,75 81,09989 141,92481 3,06250 6.577,19216 31 1,64 80,60166 132,18672 2,68960 6.496,62759 32 1,66 82,21943 136,48425 2,75560 6.760,03467 33 1,65 80,54716 132,90281 2,72250 6.487,84498 34 0,66 81,70090 53,92259 0,43560 6.675,03706 35 1,49 81,96208 122,12350 2,22010 6.717,78256 36 1,53 80,14017 122,61446 2,34090 6.422,44685
Total 71,37 2.835,84177 5.658,45288 245,99590 224.025,30261
Keterangan: 36 245,99590 =n =Σ 2ix
=Σ ix 71,37 224025.303 =Σ 2iy
=Σ iy 2835.842 =Σ ii yx 5.658,45288
bxay +=ˆ
2
22
)(∑∑∑ ∑ ∑∑
−−
=ii
iiiii
xxnyxxyx
a
2)71,37()71,37(36)85.658,4528)(71,37()303.224025)(245,99590(
−−=a
=a 78.083
2)(∑∑∑ ∑∑
−−
=ii
iiii
xxnyxyxn
b
102
Bab IV: Pembahasan
2)37,71()37,71(36)224025.303)(37,71()85.658,4528(36
−−=b
=b 0.348
Jadi nilai regresinya:
Xy 384.0083.78 +=
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 78.083 1.095 71.291 .0001
X .348 .419 .141 .831 .412
a. Dependent Variable: Y
Setelah data diolah sesuai dengan variabel yang dikehendaki dan
dilakukan tabulasi dan analisis data, baik dengan cara manual maupun dengan
menggunakan software SPSS 12.0 for window, diperoleh bentuk persamaan dari
regresi adalah: Y = 78.083 + 0,348 X +
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa hubungan tingkat rentabilitas
akan mempengaruhi setiap pembiayaan yang disalurkan sebesar 0,070 kali.
2. Uji Keberartian Pengaruh (Regresi) dengan Uji t
a. Pengujian t tingkat Likuiditas terhadap Pembiayaan
Pengujian t dilakukan untuk membuktikan ada atau tidak adanya pengaruh
antara variabel X dengan variabel Y, dengan ketentuan hipotesis sebagai berikut:
103
Bab IV: Pembahasan
Ho: =0, Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat
likuiditas terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri
Ha: 0, Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat likuiditas
terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri.
bS
bt β−=
2
22
/ −−
= ∑ ∑n
xybyS xy
∑ ∑ ∑−=nX
Xx2
22 )(
= 312501.1-36
)7.3346( 2
= 1378.85306
∑ ∑ ∑−=nY
Yy2
22 )(
= 224025.3 -36
)842.2835( 2
=636.4153
∑ ∑ ∑∑−=n
YXXYxy
)(
= 264435.8 -36
)842.2835)(7.3346(
= 804.8994
= 2/ xyS
236)8994.804)(593.0()4153.636(
−−
= 4.679705
104
Bab IV: Pembahasan
Pendugaan �
∑∑= 2
2/2
xS
S xyb
= 85306.1378
679705.4
= 0.003394
=bS 003394.0
= 0.05826
Nilai uji statistik:
bS
bt β−=
= 05826.0
0593.0 − = 9.633
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
(Constant) 23.753 5.722 4.151 .0001
X .593 .062 .855 9.633 .000a. Dependent Variable: Y
Setelah dilakukan pengolahan data, baik secara manual maupun
menggunakan software SPSS 17.0 for Window, diperoleh besarnya t hitung adalah
9.633
Dengan tingkat signifikansi =0,05, dan uji dilakukan dua sisi, maka
diketahui t tabel adalah 2.042.
Apabila merujuk pada kriteria pengujian, di mana:
Jika t hitung > t tabel atau -t hitung < - t tabel maka Ho ditolak, dan
105
Bab IV: Pembahasan
Jika t hitung < t tabel atau t hitung > - t tabel maka Ho ditolak
Maka, diperoleh hasil uji t, yaitu:
t hitung = 9.633 > t tabel =2,042, maka H0 Ditolak
Gambar 4.1 Grafik uji t dengan tingkat signifikansi =0,05
2.203
daerah penolakan H0
0 2.080
daerah penerimaan H0
Kesimpulan: Karena t hitung terletak pada daerah Ho ditolak, maka dapat
disimpulkan bahwa tingkat likuiditas berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
Keputusan:
Karena angka probabilitas (Sig. 2 tailed adalah 0.00), di mana 0,00 < 0.05,
maka Ho ditolak atau dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara tingkat likuiditas terhadap pembiayaan.
b. Pengujian t Tingkat Rentabilitas terhadap Pembiayaan
Pengujian t dilakukan untuk membuktikan ada atau tidak adanya pengaruh
antara variabel X dengan variabel Y, dengan ketentuan hipotesis sebagai berikut:
106
Bab IV: Pembahasan
Ho: =0, Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat
rentabilitas terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri
Ha: 0, Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat rentabilitas
terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri.
bSbt β−=
2
22
/ −−
= ∑ ∑n
xybyS xy
∑ ∑ ∑−=nX
Xx2
22 )(
= 245.99590 -36
)71.37( 2
= 104.5049
∑ ∑ ∑−=nY
Yy2
22 )(
= 224025.3 -36
)842.2835( 2
=636.4153
∑ ∑ ∑∑−=n
YXXYxy
)(
= 5658.45288-36
)842.2835)(71.37(
= 36.39611
2
22
/ −−
= ∑ ∑n
xybyS xy
= 2/ xyS
236)36.39611 )(348.0()4153.636(
−−
= 18.34557
107
Bab IV: Pembahasan
Pendugaan �
∑∑= 2
2/2
xS
S xyb
= 104.504918.34557
= 0.175547
=bS 0.175547 = 0.4189833
Nilai uji statistik:
bS
bt β−=
= 0.4189833
0348.0 −
= 0.831
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 78.083 1.095 71.291 .0001
X .348 .419 .141 .831 .412
a. Dependent Variable: Y
Setelah dilakukan pengolahan data, baik secara manual maupun
menggunakan software SPSS 17.0 for Window, diperoleh besarnya t hitung adalah
0.831
Dengan tingkat signifikansi =0,05, dan uji dilakukan dua sisi, maka
diketahui t tabel adalah 2.042.
Apabila merujuk pada kriteria pengujian, di mana:
Jika t hitung > t tabel atau t hitung < - t tabel maka Ho ditolak, dan
Jika t hitung < t tabel atau -t hitung > t tabel maka Ho ditolak
108
Bab IV: Pembahasan
Maka, diperoleh hasil uji t, yaitu:
t hitung = 0.831 < t tabel =2,042, maka H0 Ditolak
Kesimpulan: Karena t hitung terletak pada daerah Ho ditolak, maka dapat
disimpulkan bahwa tingkat rentabilitas yang diukur dengan menggunakan rasio
ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap pembentukan harga.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
Keputusan:
Karena angka probabilitas (Sig. 2 tailed adalah 0.04), di mana 0,412 < 0.05,
maka Ho diterima atau dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara tingkat rentabilitas yang diukur dengan
menggunakan rasio ROA terhadap pembiayaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis untuk mengetahui
hubungan antara tingkat likuiditas dan rentabilitas dari data periode Januari 2005-
Desember 2007, dapat disimpulkan baahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara tingkat likuiditas dan tingkat rentabilitas terhadap pembiayaan. Tingkat
pembiayaan yang besar akan berakibat pada besarnya tingkat likuiditas dan
rentabilitas.
Tingkat rentabilitas terendah yang dimiliki Bank Syariah Mandiri terjadi
pada Januari 2005, yaitu sebesar 2.63%, hal ini juga mempengaruhi tingkat
pembiayaan dan tingkat likuiditas bank yang juga mengalami penurunan.
109
Bab V: Kesimpulan dan Saran
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh tingkat
likiditas dan rentabilitas terhadap pembiayaan sebagaimana telah dikemukakan
dalam bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat Likuiditas di Bank Syariah Mandiri
Secara keseluruhan, tingkat likuiditas Bank Syariah Mandiri berada dalam
kondisi sehat. Hal ini dapat dilihat dari besarnya FDR yang diperoleh Bank
Syariah Mandiri yang sesuai dengan kriteria tingkat kesehatan bank yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu 85%-110%.
2. Tingkat Rentabilitas di Bank Syariah Mandiri
Tingkat rentabilitas Bank Syariah Mandiri berada dalam posisi yang
tingkat fluktuatisinya tidak terlalu tinggi karena tidak terjadi penurunan dan
kenaikan yang signifikan, sehingga dapat dikategorikan stabil.
3. Tingkat Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri
Tingkat pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah Mandiri masih
tergolong sehat karena jumlah dana yang disalurkan bank untuk membiayai
produk pembiayaan tidak melebihi ketetapan Bank Indonesia, yaitu sebesar 80%
dari total asset yang dimiliki bank.
110
Bab V: Kesimpulan dan Saran
4. Pengaruh Tingkat Likuiditas dan Rentabilitas terhadap Pembiayaan di Bank
Syariah Mandiri
a. Hasil perhitungan kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda dan hasil pengujian kuantitatif dengan hipotesis Null (Ho)
dengan perhitungan uji t, menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari tingkat likuiditas yang diukur dengan menggunakan rasio
FDR dan tingkat rentabilitas yang diukur dengan menggunakan rasio ROA
terhadap pembiayaan, terhadap pembiayaan.
b. Setiap perubahan tingkat likuiditas akan menambah dana pembiayaan
yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri sebesar 0,593 kali.
c. Setiap perubahan tingkat rentabilitas akan menambah dana pembiayaan
yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri sebesar 0.348 kali.
B. Saran
a. Bagi bank, sebaiknya menjaga kesehatan tingkat likuiditasnya karena
tingkat likuiditas mencerminkan kondisi suatu bank.
b. Produk pembiayaan merupakan produk utama bank, sebaiknya bank
memperbesar jumlah dana yang disalurkan untuk pembiayaan dan tetap
mempertahankan prinsip kehati-hatian untuk megurangi terjadinya
pembiayaan macet.
111
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
Anonim 1. 2008. “Profil Bank Syariah Mandiri” dalam www.syariahmandiri.co.id
Anonim 2. 2008. “Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri” dalam
www.syariahmandiri.co.id
Anonim 2. 2008.”Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri” dalam
www.syariahmandiri.co.id
Anonim 3. 2008. “Budaya Perusahaan Bank Syariah Mandiri’ dalam
www.syariahmandiri.co.id
Aninom 4. 2008. “Manajemen dan Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri”
dalam www.syariahmandiri.co.id
Departemen Agama RI. 2005. Al-Quran dan Terjemahan. Bandung: PT. Syaamil
Cipta Media
Firdaus, Rahmat. 2001. Manajemen Dana Bank. Edisi Pertama. Bandung: STIE
Inaba
Indriani, Diah. 2008. “Uji Parsial Koefisien Regresi” dalam
www.regresilinierberganda.ppt
Intensive Study Division. 2007. Modul Short Course Bank Syariah. Bandung:
The Syaria Banking Trainimg Centre (STBC)
Khadafi, Leo.2007 Handouts Analisa Laporan Keuangan Perbankan Syariah.
Edisi Pertama. Bandung: Unisba
Mahrinasari. 2004. “Pengelolaan Kredit pada Bunk Pengkreditan Rakyat di
Bandarlampung” dalam www.skrip.pdf
xviii
Daftar Pustaka
Mardiasmo. 2000. Akuntansi Keuangan Dasar. Edisi 3. Jilid I. Yogyakarta: BPPE
Muhammad. 2002. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN
Nikmat, Yaumil. 2004. “Analisis Rentabilitas untuk Mengukur Efisiensi Kinerja
Perusahaan pada CV. Pandan Harum di Balikpapan” dalam
www.guruvalah.20m.com
Nurhayati, Nunung dan Tasya Aspiranti. 2004. Dasar-dasar Statistika Bisnis.
Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung
R. Latumaerissa, Jullius. 1999. Mengenal Aspek-aspek Operasi Bank Umum.
Jakarta: Bumi Aksara
Sastradipoera, Komaruddin. 2004. Strategi Menejemen Bisnis Perbankan.
Bandung: Kappa Sigma
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi I. Jilid I. Jakarta:
Salemba Empat
Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Manajemen Dana Bank. Edisi II. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Somantri, Anting dan Sambas Ali Muhidin.2006. Aplikasi Statistika dalam
Penelitian. Bandung: Pustaka Setia
Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Edisi 2.
Yogyakarta: Ekonisia
Syafi’i Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. Jakarta:
Gema Insani
xix
Daftar Pustaka
Tampubolon, Robert. 2004. Risk Management Pendekatan Kuantitatif untuk Bank
Komersial. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Tri Cahyono, Bambang. 2002. Analisis Bank Syariah. Jakarta: Badan Penerbit
IPWI
xx