peringatan -...
TRANSCRIPT
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN KELOMPOK
DENGAN RESILIENSI PADA WANITA PENDERITA KANKER
PAYUDARA DI BANDUNG CANCER SOCIETY (BCS)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Sidang Sarjana Psikologi Pada
Universitas Islam Bandung
Oleh
DESI LINA MARLIANA
NPM : 10050006119
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS PSIKOLOGI
2012
i
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN KELOMPOK DENG AN RESILIENSI PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DI
BANDUNG CANCER SOCIETY (BCS)
NAMA : DESI LINA MARLIANA
NPM : 10050006119
Bandung, 10 Februari 2012
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS PSIKOLOGI
Menyetujui,
Dr. H. Umar Yusuf, M.Si., Psi. Drs. M. Ilmi Hatta, M.Si.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dr. H. Umar Yusuf, M.Si., Psi.
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Bandung
ii
MMMM OOOO TTTT TTTT OOOO
““““Bersemangatlah kepada halBersemangatlah kepada halBersemangatlah kepada halBersemangatlah kepada hal----hal yang akan memberimu manfaat dan minta hal yang akan memberimu manfaat dan minta hal yang akan memberimu manfaat dan minta hal yang akan memberimu manfaat dan minta
tolonglah kepada Allah serta janganlah kamu lemah. Jika engkau tertimpa tolonglah kepada Allah serta janganlah kamu lemah. Jika engkau tertimpa tolonglah kepada Allah serta janganlah kamu lemah. Jika engkau tertimpa tolonglah kepada Allah serta janganlah kamu lemah. Jika engkau tertimpa
sesuatu, janganlah engkau berkata, sesuatu, janganlah engkau berkata, sesuatu, janganlah engkau berkata, sesuatu, janganlah engkau berkata, ‘seandainya aku berbuat begini, pasti akan ‘seandainya aku berbuat begini, pasti akan ‘seandainya aku berbuat begini, pasti akan ‘seandainya aku berbuat begini, pasti akan
begini.’ Karena perkataan ‘seandainya’ akan membuka celah setanbegini.’ Karena perkataan ‘seandainya’ akan membuka celah setanbegini.’ Karena perkataan ‘seandainya’ akan membuka celah setanbegini.’ Karena perkataan ‘seandainya’ akan membuka celah setan””””
((((Sabda Sabda Sabda Sabda Rasulullah Saw.Rasulullah Saw.Rasulullah Saw.Rasulullah Saw.))))
iii
Sebagai PersembahankuSebagai PersembahankuSebagai PersembahankuSebagai Persembahanku
KKKKepada Allah SWT, Tuhanku yepada Allah SWT, Tuhanku yepada Allah SWT, Tuhanku yepada Allah SWT, Tuhanku yang Maha ang Maha ang Maha ang Maha Pemberi JalanPemberi JalanPemberi JalanPemberi Jalan
JJJJuga Persembahanku Uuga Persembahanku Uuga Persembahanku Uuga Persembahanku Untuk ntuk ntuk ntuk Orang TuakuOrang TuakuOrang TuakuOrang Tuaku, , , , Achmad Bakri dan SuryatiAchmad Bakri dan SuryatiAchmad Bakri dan SuryatiAchmad Bakri dan Suryati
ddddan an an an AAAAdikku dikku dikku dikku Mailan Komma DijayaMailan Komma DijayaMailan Komma DijayaMailan Komma Dijaya
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena
berkat rahmat dan izin-Nya penyusunan skripsi yang berjudul hubungan antara
dukungan sosial teman kelompok dengan reseliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society (BCS) dapat diselesaikan. Serta
shalawat dan salam semoga selalu terlimpah dan tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti sidang
sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung. Dalam penyusunan skripsi
ini, peneliti menyadari bahwa dalam menyajikan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, hal tersebut disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
yang penulis dapatkan, tetapi peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang berguna bagi seluruh pembaca. Oleh sebab itu peneliti
membuka diri pada kritik dan masukan-masukan dari semua pihak.
Bandung, 10 Februari 2012
Penulis
Desi Lina Marliana
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan pada peneliti
selama penyusunan skripsi ini. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati,
peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. H. Umar Yusuf, M.Si., Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Bandung dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk memberi masukan dan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
2. Drs. M. Ilmi Hatta, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah
meluangkan waktu untuk memberi masukan-masukan yang berarti
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Dewi Rosiana, M.Si selaku Dosen Wali, yang selalu memberi arahan dan
saran kepada penulis dalam menyelesaian skripsi ini.
4. Papa dan Mama tercinta atas kasih sayang, doa dan dukungan yang selalu
diberikan kepada ananda dalam pembuatan skripsi ini.
5. Adikku tersayang Allan atas bantuannya dalam mencari buku yang
diperlukan dalam penelitian ini.
6. Anggota BCS (Bandung cancer society), Ibu Yanti selaku ketua kelompok
BCS dan Ibu-ibu responden yang telah meluangkan waktu untuk memberi
informasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
vi
7. Sahabat seperjuanganku, Yunda, Viona, Cynthia, Dolla, dan Teh Ega,
terima kasih atas dukungan dan bantuannya dalam proses pembuatan
skripsi ini.
8. Sahabatku, Reno Fitriana (bundo), Lisa Idesti, Fitri (pite), Dwi
Rahmatanty (ira), dan Yusi Nurarifianti, terima kasih masukannya,
sehingga peneliti bisa memperbaiki kekurangan dalam pembuatan skripsi
ini.
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis berharap karya yang sederhana ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak serta tidak lupa penulis menyampaikan permohonan maaf atas
segala kekurangan.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Bandung, 10 Februari 2012
Penulis
Desi Lina Marliana
vii
ABSTRAK
DESI LINA MARLIANA. 10050006119. Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Kelompok dengan Resiliensi pada Wanita Penderita Kanker Payudara di Bandung Cancer Society Kanker payudara menempati peringkat kedua penyebab kematian pada wanita, setelah kanker leher rahim. Setiap tahun ada 100 wanita dari 100.000 penduduk di Indonesia terserang kanker payudara. Hal ini tentu saja bisa membuat wanita-wanita Indonesia khawatir, dan terlebih bagi penderitanya, karena penyakit yang sulit disembuhkan merupakan stresor fisik bilogik pemicu stres pada individu. Faktanya terdapat fenomena wanita penderita kanker yang tidak mengalami stres di Bandung cancer society. Stres dapat diartikan sebagai respon (reaksi) fisik dan psikologis, yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan terhadap tekanan atau tuntutan yang dihadapi. Manusia mempersiapkan dirinya dalam merespon peristiwa stres dengan fisik maupun psikis, apakah melawan atau mengatasi atau menghindar atau melarikan diri dari stres. Apabila individu memilih untuk melawan atau mengatasi, maka dibutuhkan kemampuan individu untuk dapat merespon secara sehat dan produktif kesulitan atau trauma yang dialaminya, yang mana hal itu penting untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari, hal ini yang disebut resiliensi. Untuk menjadi resilien individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah dukungan yang bersumber dari luar atau orang lain. Dukungan dan sumber dari luar ini oleh Sarafino disebut dengan dukungan sosial. Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargan dan bantuan yang dipersepsi oleh individu yang diterimanya dari orang atau sekelompok lain. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh data empirik mengenai keeratan hubungan antara dukungan sosial teman kelompok dengan resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi menggunakan pupossive sampling dengan subjek 10 orang wanita penderita kanker payudara yang aktif di kelompok. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan DSTKQ (Dukungan Sosial Teman Kelompok Quotient) dan RQ (Resilience Qoutient). Berdasarkan pengolahan data menggunakan analisis korelasional dan metode statistik prosentase diperoleh data bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman kelompok dengan resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society. 40% (4 orang) wanita penderita kanker payudara termasuk dalam kategori derajat dukungan sosial teman kelompok tinggi dan resiliensi tinggi, 30% (3 orang) wanita penderita kanker payudara termasuk dalam kategori derajat dukungan sosial teman kelompok tinggi dan resiliensi rendah, dan 30% (3 orang) wanita penderita kanker payudara termasuk dalam kategori derajat dukungan sosial teman kelompok rendah dan resiliensi rendah.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
MOTTO ii
PERSEMBAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
UCAPAN TERIMA KASIH v
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 7
1.3 Tujuan Penelitian 8
1.4 Kegunaan Penelitian 9
BAB II TINJAUAN TEORITIS 11
2.1 KANKER PAYUDARA 11
2.1.1 Definisi Kanker Payudara 11
2.1.2 Jenis Kanker payudara 11
2.1.3 Patofisiologi 13
2.1.4 Stadium 14
ix
2.1.4.1 Sitem TNM 14
2.1.4.2 Stadium Kanker Payudara 16
2.1.5 Gejala Kanker Klinis Payudara 16
2.1.6 Faktor-Faktor Penyebab Kanker Payudara 17
2.1.6.1 Faktor Resiko 17
2.1.6.2 Faktor Genetik 19
2.1.7 Pencegahan 19
2.1.8 Pengobatan 21
2.2 DUKUNGAN SOSIAL 23
2.2.1 Definisi Dukungan Sosial 23
2.2.2 Aspek-Aspek Dukungan Sosial 23
2.2.3 Sumber Dukungan Sosial 25
2.2.4 Dampak Dukungan Sosial 25
2.2.5 Hal-Hal Yang Menentukan Penerimaan
Dukungan Sosial 27
2.2.6 Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kesehatan 28
2.3 RESILIENSI 29
2.3.1 Definisi Resiliensi 29
2.3.2 Ciri-ciri Individu Resiliensi 30
2.3.3 Fungsi Resiliensi 30
2.3.4 Aspek-Aspek Resiliensi 31
2.4 STRES 34
2.4.1 Definisi Stres 34
x
2.4.2 Stres Pada Setiap Periode Kehidupan 35
2.4.3 Gejala Stres 36
2.4.4 Faktor-Faktor Penyebab Stres 37
2.5 Kerangka Pikir 38
2.6 Hipotesis 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46
3.1 Rancangan Penelitian 46
3.2 Variabel Penelitian 46
3.3 Operasional Variabel 46
3.3.1 Dukungan Sosial Teman Kelompok 46
3.3.2 Resiliensi 47
3.4 Alat Ukur 48
3.4.1 Dukungan Sosial Teman Kelompok 48
3.4.2 Resiliensi 50
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 54
3.5.1 Populasi Penelitian 54
3.5.2 Sampel Penelitian 54
3.6 Pengujian Alat Ukur 54
3.6.1 Validitas Alat Ukur 54
3.6.2 Relibialitas Alat Ukur 55
3.7 Perhitungan Median 55
3.8 Teknik Analisa Data 59
3.8.1 Uji Korelasi Rank Spearman 59
xi
3.8.2 Hipotesis Statistik 59
3.8.3 Uji Signifikansi Rank Spearman (rs) 60
3.9 Prosedur Pelaksanaan Penelitian 61
3.9.1 Tahap Persiapan 61
3.9.2 Tahap Pengumpulan data 61
3.9.3 Tahap Pengolahan Data 62
3.9.4 Tahap Pembahasan 62
3.9.5 Tahap Penulisan Laporan 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 63
4.1 Pengujian Statistik 63
4.1.1 Hasil Uji Korelasi antara Dukungan Sosial Teman
Kelompok Dengan Resiliensi 63
4.1.2 Tabulasi Silang Derajat Korelasi Antara
Dukungan Sosial
Teman Kelompok dengan Resiliensi 64
4.1.3 Tabulasi Silang Derajat Korelasi Antara
Aspek-Aspek Dukungan Sosial
Teman Kelompok dengan Resiliensi 65
4.1.3.1 Aspek Dukungan Penghargaan 65
4.1.3.2 Aspek Dukungan Emosi 66
4.1.3.3 Aspek Dukungan Instrumen 67
4.1.3.4 Aspek Dukungan Informasi 68
4.1.3.5 Aspek Dukungan Jaringan 69
4.2 Gambaran tentang Variabel Penelitian 70
xii
4.2.1 Variabel Dukungan Sosial Teman Kelompok 70
4.2.2 Resiliensi 71
4.3 Pembahasan 73
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 88
5.1 Simpulan 88
5.2 Saran 89
DAFTAR PUSTAKA 90
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
3.1 Kisi-Kisi Item Dukungan Sosial Teman Kelompok Quotient 49
3.2 Kisi-Kisi Item Resilience Quotient 50
3.3 Parameter Koefisien Reliabilitas Guilford 57
4.1 Hasil Korelasi Rank Spearman 63
4.2 Frekuensi dan Persentase Dukungan Sosial Teman Kelompok
dengan Resiliensi 64
4.3 Hasil Uji Korelari Antara Dukungan Sosial Teman Kelompok
Aspek Dukungan Penghargaan dengan Resiliensi 65
4.4 Hasil Uji Korelari Antara Dukungan Sosial Teman Kelompok
Aspek Dukungan Emosi dengan Resiliensi 66
4.5 Hasil Uji Korelari Antara Dukungan Sosial Teman Kelompok
Aspek Dukungan Instrumen dengan Resiliensi 67
4.6 Hasil Uji Korelari Antara Dukungan Sosial Teman Kelompok
Aspek Dukungan Informasi dengan Resiliensi 68
4.7 Hasil Uji Korelari Antara Dukungan Sosial Teman Kelompok
Aspek Dukungan Jaringan dengan Resiliensi 69
4.8 Distribusi Dukungan Sosial Teman Kelompok 70
4.9 Distribusi Resiliensi 72
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Grafik Buffering Hypothesis 29
2.2 Skema Berpikir 44
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Alat Ukur Dukungan Sosial Teman Kelompok Quotient L.1 Lampiran Alat Ukur Resilience Quotient L.1 Lampiran Uji Validitas Alat Ukur Dukungan Sosial Teman Kelompok Quotient L.2 Lampiran Uji Reliabilitas Alat Ukur Dukungan Sosial Teman Kelompok Quotient L.2 Lampiran Uji Validitas Alat Ukur Resilience Quotient L.2 Lampiran Uji Reliabilitas Alat Ukur Resilience Quotient L.2 Hasil Perhitungan Korelasi Antara Dukungan Sosial Teman Kelompok dengan Resiliensi L.3 Hasil Perhitungan Korelasi Antara Aspek-Aspek Dukungan Sosial Teman Kelompok dengan Resiliensi L.3 Data Item Terpakai Dukungan Sosial Teman Kelompok L.4 Data Item Terpakai Resiliensi L.4
P e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a n
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Kanker merupakan penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Menurut
Word health organization (WHO), setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia
bertambah 6,25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya terdapat
100 penderita kanker yang baru di setiap 100.000 penduduk. Menurut Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI, kematian yang
disebabkan kanker meningkat dari tahun ke tahun adalah : 4,5 % (1989), 4,5 %
(1992), dan 4,9 % (1995) (news.indosiar.com).
Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker pada wanita
tetap menunjukkan titik tertinggi. Dr. Asrul Harsal SpPD KHOM mengatakan
bahwa khusus kanker payudara menduduki peringkat kedua penyebab kematian
pada wanita, setelah kanker leher rahim. Setiap tahun ada seratus wanita dari 100
ribu penduduk di Indonesia terserang kanker payudara. Kanker payudara ternyata
paling banyak menyerang wanita Indonesia. Menurut data WHO (World Health
Organization) sebagaimana diungkapkan Prof. Dr. Zubairi Djoerban SpPD
KHOM ada sekitar 1,2 juta wanita yang didiagnosis menderita kanker payudara
pada 2004 lalu. Hal ini juga disampaikan pada berita di Seputar Indonesia Pagi
(26/05/2011) bahwa kanker payudara masih menduduki kanker yang terbanyak
yang dialami masyarakat Indonesia, meski jumlahnya belum diketahui karena
belum adanya registrasi atau pendataan penderita kanker.
P e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a n 2
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya, sel-sel
kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan
kematian. Umumnya sebelum kanker meluas atau merusak jaringan di sekitarnya,
penderita tidak merasakan adanya keluhan ataupun gejala. Apabila sudah ada
keluhan atau gejala biasanya penyakitnya sudah lanjut. Gejala klinis kanker
payudara dapat berupa benjolan yang tidak nyeri, yang mula-mula kecil dan
makin lama makin besar, kemudian timbul pembesaran getah bening di ketiak,
lengan, bahkan penyebaran kanker bisa ke seluruh tubuh, rasa sakit atau nyeri
timbul saat tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau kalau sudah metastase ke
tulang-tulang (Handoyo, 1990).
Cara, sikap, ataupun reaksi orang dalam menghadapi kanker pada dirinya,
berbeda satu sama lain dan individual sifatnya. Hal ini tergantung kepada sampai
seberapa jauh kemampuan individu yang bersangkutan menyesuaikan diri
terhadap situasi yang mengancam kehidupannya. Berbagai reaksi psikologis
penderita kanker antara lain kecemasan, ketakutan, dan depresi (Hawari , 2004).
Penelitian yang dilakukan pada penderita kanker payudara di dua rumah
sakit besar di Jakarta menunjukkan bahwa para penderita kanker payudara
mengalami perasaan tidak berdaya, merasa tidak sempurna, merasa malu dengan
bentuk payudara, ketidak bahagiaan, merasa tidak menarik lagi, perasaan kurang
diterima oleh orang lain, merasa terisolasi, takut, berduka, berlama-lama ditempat
tidur, ketidakmampuan fungsional, gagal memenuhi kebutuhan keluarga, kurang
tidur, sulit berkonsentrasi, kecemasan, dan depresi (Nurachmah, 1999).
P e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a n 3
Di Amerika Serikat juga dilakukan penelitian yang melibat 236
perempuan yang didiagnosis menderita kanker payudara, ditemukan hampir 50%
dari mereka mengalami gangguan emosional atau menunjukkan gejala kelainan
kejiwaan, seperti depresi dan post-traumatic stress disorder (PTSD). Sheldon
Cohen, Ph.D, seorang psikolog di Carnegie Mellon University mengatakan
peneliti Ohio State University telah menunjukkan bahwa perempuan mengalami
stress setelah diagnosis kanker payudara dan operasi dapat melemahkan respon
kekebalan tubuh mereka.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan pada penderita kanker payudara
di atas, kebanyakan diantaranya mengalami stres. Stres dapat diartikan sebagai
respon (reaksi) fisik dan psikologis, yang berupa perasaan tidak enak, tidak
nyaman, atau tertekan terhadap tekanan atau tuntutan yang dihadapi. Manusia
mempersiapkan dirinya dalam merespon peristiwa stres dengan fisik maupun
psikis, apakah melawan atau mengatasi atau menghindar atau melarikan diri dari
stres (Walter Cannon, 1932). Apabila individu memilih untuk melawan atau
mengatasi, maka dibutuhkan kemampuan individu untuk dapat merespon secara
sehat dan produktif kesulitan atau trauma yang dialaminya, hal itu penting untuk
mengelola tekanan hidup sehari-hari, hal ini yang disebut dengan resiliensi
(Reivich dan Shatte, 2002). Resiliensi memungkinkan individu untuk tetap fokus
pada persoalan yang sesungguhnya, dan tidak menyimpang ke dalam perasaan
dan pikiran yang negatif, sehingga individu bisa mengatasi resiko depresi dan
banyak tantangan (Reivich dan Shatte, 2002). Individu yang memiliki resiliensi
P e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a n 4
tinggi tidak akan terpaku pada stres itu sendiri, melainkan mencari jalan keluar
untuk menghadapi stres (Kuliah Psikologi Umum II ).
Untuk menjadi resilien, individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah emphaty yang merupakan dukungan yang diberikan kepada orang
lain. Dukungan dan sumber dari luar ini oleh Sarafino disebut dengan dukungan
sosial. Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargan dan bantuan
yang dipersepsi oleh individu yang diterimanya dari orang atau sekelompok lain.
Interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu
pada masalahnya, sehingga individu dapat merespon secara sehat dan produktif
ketika menghadapi kesulitan atau trauma yang dialaminya, oleh karena itu akan
mengurangi potensi munculnya stres. Dukungan sosial juga akan sangat
bermanfaat terhadap kesehatan dan kondisi fisik individu tanpa dipengaruhi oleh
besarnya stresor yang dihadapi, karena adanya orang-orang yang dapat
menunjukkan apa yang individu harus lakukan seperti informasi terhadap sesuatu
dan memberi semangat agar individu mengikutinya dan individu juga
membutuhkan cinta dan dukungan dari orang lain yang kadangkala dapat
memenuhi kebutuhan kasih sayang yang kurang dari orang terdekat mereka. Jadi,
dukungan sosial tetap bermanfaat di bawah stresor yang kuat ataupun yang lemah
(The Direct Effects Hypothesis). Individu dengan resiliensi yang tinggi memiliki
dukungan sosial yang lebih baik dan memiliki tingkat stres yang rendah (Aitken
dan Morgan, 1999).
P e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a n 5
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa wanita
penderita kanker payudara, mereka terlihat ceria saat mengatakan, setelah
didiagnosa menderita kanker payudara, mereka bisa tetap tenang, dapat
menjauhkan pikiran-pikiran buruk, tidak menuruti keinginan untuk tidak makan,
mengatur pola makan dengan makan makanan yang mimiliki nilai gizi yang
tinggi, memiliki keyakinan untuk bisa sembuh, berani mengambil resiko
melakukan operasi, rajin melakukan pemeriksaan ke dokter, mencari tahu
penyebab terkena kanker payudara, tidak malu bercerita dan berbagi
pengalamannya dalam menghadapi kanker payudara dengan orang lain, bisa
menenangkan orang lain yang terkena musibah yang sama yaitu menderita kanker
payudara, melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa, sering mengikuti seminar
kanker, dan juga aktif di kelompok kanker bernama BCS.
BCS adalah singkatan dari Bandung cancer society, kelompok kanker
pertama yang ada di kota Bandung, berdiri sejak tahun 2007. Pengurus dan
anggota BCS sendiri adalah penderita kanker, hanya beberapa orang saja yang
tidak. Saat ini anggota BCS berjumlah kurang lebih 120 orang, yang terdiri dari
penderita kanker serviks, kanker payudara, kanker pankreas, kanker tulang,
leukemia, usus besar, dan jantung, dari berbagai jenis kanker tersebut, anggota
yang menderita kanker payudara memiliki jumlah terbanyak yaitu kurang lebih 50
orang. BCS tidak memungut biaya kepada anggotanya, meski sering
mendatangkan nara sumber dari luar negeri maupun dalam negeri pada pertemuan
rutin 1 kali dalam 2 minggu atau pada seminar-seminar kanker. BCS juga rutin
P e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a n 6
melakukan kegiatan aksi sosial kepada anak-anak penderita kanker di rumah sakit
di kota Bandung.
BCS mengajak para penderita kanker untuk bergabung di kelompok,
terlebih kepada mereka yang takut dalam menghadapi kanker. BCS merupakan
tempat bagi para penderita kanker berkumpul dan saling memberikan dukungan.
Contoh dukungan tersebut, misalnya, teman memberi pujian atas keberanian
individu untuk melakukan operasi, teman menenangkan ketika dalam keadaan
sedih, teman memberi semangat ketika dalam keadaan lemah (sakit), teman
memberi buku bacaan atau handout mengenai kanker, saling memberi informasi
terbaru mengenai kanker, saling berbagi pengalaman dalam menghadapi kanker,
bertemu atau berkumpul dalam kegiatan kelompok seperti seminar atau
pertemuan rutin kelompok, dan tetap saling menanyakan kabar, meski tidak bisa
bertemu langsung, biasanya menggunakan telepon ataupun handphone sebagai
sarana komunikasi.
Di BCS inilah, wanita-wanita penderita kanker payudara tersebut memiliki
banyak teman sesama penderita kanker, mereka merasa tidak sendiri, juga
menjadi memiliki pengetahuan yang banyak mengenai kanker payudara. Hal ini,
berbeda dengan keadaan mereka sebelum menjadi anggota kelompok BCS,
mereka bingung bagaimana menangani kanker payudara, langkah apa yang harus
dilakukan, dokter mana yang bagus, haruskah percaya hanya pada satu dokter, dan
lain-lain. Semua ini bisa terjawab ketika mereka sudah menjadi anggota kelompok
BCS.
P e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a n 7
Melihat fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan
antara dukungan sosial teman kelompok dengan resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society”.
1.2 Identifikasi masalah
Sesuai dengan uraian diatas, pada penelitian ini terdapat dua variabel
penelitian yaitu dukungan sosial teman kelompok dan resiliensi.
Variabel pertama adalah dukungan sosial, dapat diartikan kenyamanan,
perhatian, penghargan dan bantuan yang dipersepsi oleh individu yang
diterimanya dari orang atau sekelompok lain (Sarafino, 1990). Dalam penelitian
ini dukungan sosial kepada wanita penderita kanker payudara merupakan perasaan
nyaman, perhatian, penghargaan, serta pertolongan yang diterima oleh wanita
penderita kanker payudara dari teman kelompok.
Dukungan sosial ini terdiri dari lima aspek dukungan yaitu penghargaan,
emosional, instrumental, informasi, dan jaringan. Dukungan penghargaan,
menggambarkan wanita penderita kanker payudara dihargai dan diterima apa
adanya oleh teman. Dukungan emosional, menggambarkan ekspresi empati,
kepedulian, perhatian, memberikan rasa nyaman, memiliki dan perasaan disayangi
oleh teman. Dukungan instrumental, menggambarkan adanya bantuan nyata
berupa pemberian atau pinjaman barang dari teman. Dukungan informasi,
menggambarkan penyediaan informasi, pemberian saran atau umpan balik oleh
teman. Dan dukungan jaringan, menggambarkan perasaan wanita penderita
kanker payudara menjadi bagian dari kelompok.
P e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a n 8
Wanita penderita kanker payudara yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah wanita penderita kanker payudara anggota BCS sebagai anggota aktif yang
menunjukkan kriteria-kriteria mendapatkan dukungan sosial yang disampaikan
oleh Sarafino, yang menunjukkan wanita penderita kanker payudara mendapatkan
perhatian, rasa nyaman, pemberian barang, informasi, dan perasaan menjadi
anggota kelompok BCS.
Dukungan yang diberikan kepada orang lain merupakan salah satu faktor
resiliensi dalam Grotberg 1999. Resiliensi adalah kemampuan untuk merespon
secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan atau trauma, dimana hal
itu penting untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari yaitu kanker payudara
(Reivich dan Shatte (2002: 26)), yang merupakan variabel kedua dari penelitian
ini. Resiliensi juga memiliki beberapa aspek yaitu emotion regulation, impuls
control, optimism, causal analysis, emphaty, self efficacy, dan reaching out.
Resiliensi memungkinkan wanita penderita kanker payudara untuk tetap fokus
pada persoalan yang sesungguhnya, dan tidak menyimpang ke dalam perasaan
dan pikiran yang negatif, sehingga wanita penderita kanker payudara bisa
mengatasi resiko depresi dan banyak tantangan. Wanita penderita kanker
payudara dengan resiliensi yang tinggi memiliki dukungan sosial yang lebih baik
dan memiliki tingkat stres yang rendah (Aitken dan Morgan, 1999).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
“Seberapa erat hubungan antara dukungan sosial teman kelompok dengan
resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society
(BCS)?”.
P e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a n 9
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data empirik mengenai
keeratan hubungan antara dukungan sosial teman kelompok dengan resiliensi
pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society. Sehingga
dapat terlihat seberapa arti penting dukungan sosial teman kelompok berkaitan
dengan pembentukan resiliensi pada wanita penderita kanker payudara.
1.4 Kegunaan penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Dari segi kegunaan teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pembuktian teori mengenai keeratan hubungan antara dukungan sosial dengan
resiliensi.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi kepada lembaga
Bandung cancer society untuk menyusun intervensi berkaitan dengan cara
peningkatan resiliensi pada wanita penderita kanker payudara yang
memiliki resiliensi rendah.
2. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi bagi keluarga
ataupun kerabat penderita kanker payudara dalam memberikan dukungan
yang dibutuhkan oleh penderita kanker payudara.
P e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a nP e n d a h u l u a n 10
3. Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi siapa saja yang ingin
mengetahui gambaran mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan
resiliensi pada penderita kanker payudara.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s
11
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Kanker Payudara
2.1.1 Pengertian Kanker Payudara
Kata ‘kanker’ berasal dari bahasa latin ‘crab’ (kepiting) yang digunakan
untuk menggambarkan tumor ganas (pertumbuhan kanker). Kanker payudara
adalah kanker pada jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam
kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
Kanker sendiri adalah suatu kondisi dimana sel telah hilang pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali.
Kanker payudara adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum
wanita. Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun
kemungkinannya lebih kecil dari 1 diantara 1000. Pengobatan yang paling lazim
adalah pembedahan dan jika perlu dilanjutkan kemoterapi maupun radiasi.
Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO ) dimasukkan ke dalam
International Classification of Diseases (ICD ) dengan kode nomor 17.
2.1.2 Jenis Kanker Payudara
1) Karsinoma in situ
Karsinoma in situ artinya kanker yang masih pada tempatnya, merupakan
kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat
asalnya.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 12
2) Karsinoma duktal
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju
ke puting susu. Sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma
duktal. Kanker ini bisa terjadi sebelum maupun sesudah menopouse.
Kadang kanker ini dapat diraba dan pada pemeriksaan mammogram,
kanker ini tampak sebagai bintik-bintik kecil dari endapan kalsium
(mikrokalsifikasi). Kanker ini biasanya terbatas pada daerah tertentu di
payudara dan bisa diangkat secara keseluruhan melalui pembedahan.
Sekitar 25 sampai 35% penderita karsinoma duktal akan menderita kanker
invasif (biasanya pada payudara yang sama).
3) Kanker invasif
Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan
lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik
(menyebar ke bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif
adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.
4) Karsinoma lobuler
Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi
setelah menopouse. Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada
mammogram, tetapi biasanya ditemukan tidak sengaja pada mammografi
yang dilakukan untuk keperluan lain. Sekitar 25-30% penderita karsinoma
lobuler pada akhirnya akan menderita kanker invasif (pada payudara yang
sama atau pada payudara lainnya atau pada kedua payudara).
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 13
5) Karsinoma meduler
Karsinoma meduler sel berukuran besar berbentuk polygonal atau lonjong
dengan batas sitoplasma tidak jelas, diferensiasi dari jenis ini buruk tetapi
memiliki prognosis lebih baik dari karsinoma duktus.
6) Karsinoma tubuler
Karsinoma tubuler bentuk sel teratur dan tersusun secara tubuler selapis,
dikelilingi oleh stroma fibrous, merupakan karsinoma dengan diferensiasi
tinggi.
2.1.3 Patofisiologi
Transformasi pada sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu
proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan
promosi.
1) Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu gen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa
bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak
semua sel mengalami kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan
gangguan karsinogen yang bertahun-tahun juga bisa membuat sel menjadi
lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 14
2) Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan
terpengaruh oleh promosi, karena ini dibutuhkan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
(Lincoln , 2003).
2.1.4 Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter
saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus
dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan
dengan CT scan, scintigrafi, dan lain sebagainya. Banyak sekali cara untuk
menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium
kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC
(International Union Against Cancer dari World Health Organization) /AJCC
(American Joint Committee On cancer yang disponsori olehAmerican Cancer
Society dan American College of Surgeons).
2.1.4.1 Pada sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor ,
"N" yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 15
penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum
dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
(PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut:
1) T (tumor size), ukuran tumor:
� T 0: tidak ditemukan tumor primer
� T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
� T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
� T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm
� T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau
dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau
bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar
tumor utama
2) N (node), kelenjar getah bening regional (kgb):
� N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla
� N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
� N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
� N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau
pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum
3) M (metastasis), penyebaran jauh:
� M x: metastasis jauh belum dapat dinilai
� M 0: tidak terdapat metastasis jauh
� M 1: terdapat metastasis jauh
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 16
2.1.4.2 Stadium Kanker Payudara
Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor
tersebut kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
� Stadium 0 : T0 N0 M0
� Stadium I : T1 N0 M0
� Stadium II A : T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0
� Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
� Stadium III A : T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0
� Stadium III B : T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0
� Stadium III C : Tiap T N3 M0
� Stadium IV : Tiap T-Tiap N-M1
2.1.5 Gejala Klinis Kanker Payudara
Gejala klinis yang tampak pada penderita kanker payudara
1) Benjolan pada payudara umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada
payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu
melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau
pada puting susu.
2) Erosi atau eksema puting susu Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik
ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai
menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d’orange),
mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin
lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh
payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 17
3) Pendarahan pada puting susu.
4) Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar,
sudah timbul borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang.
5) Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak
(edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.
2.1.6 Faktor-faktor Penyebab Kanker Payudara
2.1.6.1 Faktor Resiko
Menurut Moningkey dan Kodim , penyebab spesifik kanker payudara
masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
1) Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan
resiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur
muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur
tua. Resiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat
kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker
payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi
dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi
pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya
tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
2) Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya
kanker payudara. Laporan dari Hardvard School of Public Health
menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 18
pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis
menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada
pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk
waktu yang lama mempunyai resiko tinggi untuk mengalami kanker
payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitif terhadap rangsangan
hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi
ganas.
3) Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan
fibrosis, tidak ada peningkatan resiko terjadinya kanker payudara. Pada
hiperplasis dan papiloma, resiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali.
Sedangkan pada hiperplasia atipik, resiko meningkat hingga 5 kali.
4) Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk
tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi
terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat
serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
5) Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor
resiko terjadinya kanker payudara.
6) Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya resiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian
yang dilakukan disimpulkan bahwa resiko kanker radiasi berhubungan
secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 19
7) Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan
komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan
skrining untuk kanket payudara. Terdapat peningkatan resiko keganasan
pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi
genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen
tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap
kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60%
pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia
sangat berpengaruh sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun.
Resiko terbesar usia 75 tahun.
2.1.6.2 Faktor Genetik
Kanker payudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik yang
diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah
adanya mutasi pada beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan
kanker payudara gen yang dimaksud adalah beberapa gen yang
bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi tumor. Gen pensupresi tumor
yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara diantaranya adalah
gen BRCA1 dan gen BRCA2.
2.1.7 Pencegahan
Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif
pada penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu
pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 20
1) Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara
rutin sehingga bisa memperkecil faktor resiko terkena kanker payudara ini.
2) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki resiko
untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki
siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan
sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini
terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki
akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-
menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap
dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
� Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer
risk assessement survey.
� Pada wanita dengan faktor resiko mendapat rujukan untuk dilakukan
mammografi setiap tahun.
� Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai
mencapai usia 50 tahun.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 21
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara
lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI
untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan
dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.
3) Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara
sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan
pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak
berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium
tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan
untuk mencari pengobatan alternatif.
2.1.8 Pengobatan
1) Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis
mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992):
� Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang
iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 22
� Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara
saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
� Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.
Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan
yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu
diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy
direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan
letaknya di pinggir payudara.
2) Radiasi
Penyinaran atau radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang
terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan
membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton,
1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna
kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun
sebagai akibat dari radiasi.
3) Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel
kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton,
1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah,
gangguan pencernaan (diare), rambut rontok, melemahnya otot dan syaraf,
penurunan jumlah sel darah, serta kulit menjadi kering dan berubah warna.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 23
2.2 Dukungan Sosial
2.2.1 Definisi Dukungan Sosial
Menurut fitrahnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat yang hidup di tengah-tengah masyarakat dan menjadi bagian dari
suatu kelompok tertentu. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat berdiri
sendiri. Tentunya, manusia membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang-orang
sekitarnya terutama pada masa-masa sulit. Bantuan dan dukungan yang diberikan
oleh orang-orang di sekitarnya biasa disebut dengan dukungan sosial. Berikut
adalah beberapa definisi dukungan sosial dari beberapa sumber:
a. Dukungan sosial adalah keterikatan antara individu dengan keluarga, yang
membantu memperbaiki kemampuan adaptasi individu dalam mengatasi
tantangan, stres, dan penderitaan (Kaplan & Killilea dalam Kaplan, 1993).
b. Dukungan sosial adalah adanya atau tersedianya orang-orang yang dapat
diandalkan, serta memperhatikan, mencintai, dan menganggap bahwa kita
adalah orang yang berarti (Sarason, Sarason, & Pierce, 1990).
c. Dukungan sosial adalah perasaan sebagai anggota dari suatu jaringan
sosial komunikasi dan kewajiban mutual. Orang-orang dalam jaringan
sosial yang dirasakan adalah mereka yang dapat dipercaya, yang kita tahu
bahwa mereka dapat dipercaya, serta menghargai, memperhatikan, dan
mencintai kita (Cobb dalam Kaplan, 1993).
d. Dukungan sosial adalah perasaan pada individu bahwa ia diberi
kenyamanan, diperhatikan, dihargai, dan dibantu oleh orang atau
kelompok lain (Sarafino, 1994).
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 24
2.2.2 Bentuk Dukungan Sosial
Dukungan sosial yang diterima individu terbagi dalam lima bentuk (Cohen
& Mckay, 1984; Cutrona & Russel, 1990; House, 1984; Schafer, Coyne &
Lazarus, 1981; Wills, 1984; dalam Sarafino, 1994:107-108) yaitu :
1. Dukungan Emosi (emotional support)
Dukungan ini berbentuk ekspresi empati, perhatian, dan kepedulian terhadap
orang yang bersangkutan, melibatkan perilaku yang menyebabkan orang lain
menjadi nyaman dan merasa aman dalam situasi penuh tekanan, meyakinkan
seseorang bahwa ia diperhatikan, didukung, menjadi bagian dan dicintai.
2. Dukungan penghargaan (esteem support)
Dukungan ini mempresentasikan perilaku yang menunjang perasaan
berharga dan perasaan percaya diri dari seseorang, meliputi pengungkapan
atas penghargaan akan hal-hal positif dari diri seseorang, membesarkan hati
atau persetujuan atas ide-idenya atau perasaannya, perbandingan positif
yang dimilikinya dengan orang lain di sekelilingnya.
3. Dukungan instrument (instrumental support)
Dukungan ini berupa alat atau bahan pembantu yang nyata, memberikan
sumber-sumber yang tepat untuk menghadapi situasi penuh tekanan yang
dirasakan seseorang, memberi bantuan langsung atau menolong pada saat
seseorang sedang mengalami masalah.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 25
4. Dukungan informasi (informational support)
Dukungan ini tampak dalam penyediaan saran atau petunjuk, nasihat,
bimbingan, keterangan atau informasi, arahan atau umpan balik mengenai
pemecahan yang memungkinkan tentang suatu masalah.
5. Dukungan jaringan (network support)
Dukungan ini menyediakan perasaan menjadi anggota dari suatu
perkumpulan orang-orang yang saling berbagi kepentingan dan aktivitas
sosial.
Bentuk dukungan yang diterima dan dibutuhkan oleh seseorang akan
berbeda-beda, tergantung pada situasi dan kondisi yang dialami. Diperlukan
adanya kesesuaian antara kebutuhan dengan persepsinya mengenai bentuk
dukungan yang diterimanya. Jika terjadi kesesuaian, maka bentuk dukungan
itulah yang paling efektif baginya. Sarafino (1994) menjelaskan bahwa dukungan
sosial bukan berarti pelaksanaan keseluruhan bentuk dukungan sosial.
Pelaksanaan salah satu dari kelima bentuk dukungan sosial, sudah dapat diartikan
memberikan dukungan sosial.
2.2.3 Hal-hal yang menentukan penerimaan dukungan sosial
Tidak semua orang dapat memperoleh dukungan sosial yang mereka
perlukan, terdapat banyak factor yang dapat menentukan apakah seseorang
menerima dukungan sosial atau tidak (Broadhead et al, 1983, Conel &
D’Augelli,1990,Wortman & Dunkel-Schetter,1987 dalam Sarafino,1994)
Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Faktor yang berkaitan dengan potensi penerimaan dukungan, seperti:
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 26
a. Senang atau tidak senang menerima dukungan
b. Mampu atau tidak mampu membiarkan orang lain tau apa yang
diperlukan
c. Assertiveness untuk meminta tolong
d. Perasaan nyaman atau tidak nyaman dalam menceritakan rahasia
kepada orang lain
e. Tahu atau ketidaktahuan mengenai siapa yang ditanyai
f. Menarik atau tidaknya atau mengundang atau tidaknya untuk dibantu
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pemberi dukungan, misalnya:
a. Ada atau tidaknya sumber yang diperlukan
b. Ada atau tidaknya sensifitas akan kebutuhan orang lain
3. Komposisi dan stukutur dari jaringan social
Merupakan pertalian yang dimiliki dalam keluarga dan masyarakat
(Mitchell,1969,Schefer, Lyne & Lazarus,1981 dalam Sarafino,1994)
Misalnya setiap jaringan social berbeda-beda dalam ukuran (jumlah orang
yang memiliki kontak teratur) sehingga kontak, komposisi, dan intimasi
(kedekatan hubungan dengan individu) orang yang memiliki jaringan
social dengan pertalian kualitas dan kuantitasnya tinggi, biasanya lebih
memiliki kesempatan untuk menerima dukungan sosial.
Konsep operasional dari dukungan sosial adalah “perceived
support” (dukungan yang dirasakan) yang memiliki dua elemen dasar,
yaitu:
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 27
a. Persepsi bahwa ada sejumlah orang lain dimana seseorang dapat
mengendalikannya pada saat dibutuhkan
b. Derajat kepuasan terhadap dukungan yang ada
2.2.4 Pengaruh dukungan sosial terhadap kesehatan
Untuk menjelaskan bagaimana dukungan sosial dapat mempengaruhi
kesehatan dan kondisi seseorang. Para peneliti telah mengajukan dua buah teori
yaitu “Buffering Hypotesis” dan “Direct Hypotesis” dan telah didapat bukti yang
konsisten dari penelitian-penelitian yang dilakukan Cohen & Wills,1985, Payne &
Jones, 1987; Tholts,1982,Worthman & Dunkel-Schetter,1987 dalam Sarafino
111-112)
“Buffering Hypotesis”, menurut teori ini dukungan sosial akan
mempengaruhi kesehatan dengan melindungi individu dari efek negatif yang
disebabkan adanya stres yang tinggi. Fungsi perlindungan tersebut hanya akan
efektif bila individu dihadapkan stressor yang kuat. Bila stressor yang dialami
tidak terlalu tinggi maka kurang dapat melindungi individu.
Terdapat dua cara dimana “Buffering” ini bekerja (Cohen & Wills,1985),
yaitu sebagai berikut:
1. Meliputi proses penilaian kognitif, yaitu ketika individu menghadapi
stressor yang kuat, maka individu yang memiliki level dukungan sosial
yang tinggi akan menganggap situasi yang dihadapinya sebagai situasi
yang tidak menekan dibandingkan mereka yang kurang mendapatkan
dukungan sosial. Individu yang tingkat dukungan sosialnya tinggi
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 28
dapat mengharapkan dukungan dari seseorang yang dikenalnya akan
dapat menolong dirinya. Kesimpulannya mereka menilai bahwa
mereka akan dapat menghadapi masalah dan memutuskan bahwa
situasi tersebut tidak terlalu menimbulkan stress bagi dirinya.
2. Memodifikasi respon individu terhadap stress setelah mereka menilai
bahwa situasi yang mereka hadapi adalah situasi yang penuh stress.
Individu yang memiliki dukungan sosial akan memiliki seseorang yang
menyediakan waktu untuk membantu menyelesaikan masalah,
meyakinkan bahwa masalah yang dihadapinya bukanlah segalanya,
atau menyemangati mereka untuk melihat “sisi baik” dari keadaan
yang sedang mereka hadapi atau melihat “keuntungan yang dimiliki”.
Individu yang kurang mendapatkan dukungan sosial tidaklah
mendapatkan keuntungan seperti yang diatas. Maka efek negative dari
stress akan lebih mempengaruhinya dibandingkan dengan mereka yang
mendapatkan dukungan sosial.
Teori yang kedua adalah “The Direct Effect Hypotesis” yang menyatakan
bahwa dukungan sosial akan memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan
dan kondisi individu tanpa dipengaruhi oleh besarnya stress yang dialami. Jadi,
keuntungan dukungan akan sama baiknya di bawah stressor yang kuat ataupun
yang lemah
Terdapat beberapa cara dimana ”Direct Effect” dapat berperan sebagai
contoh, Individu mendapatkan dukungan yang besar dapat lebih besar merasakan
bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok dan memiliki ”Self esteem”
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 29
dibandingkan mereka yang kurang mendapatkan dukungan. Dukungan ini juga
dapat membuat individu menjalani cara hidup yang lebih sehat.
2.3 Resiliensi
2.3.1 Definisi Resiliensi
Resiliensi pertama kali diformulasikan oleh Block (dalam Klohnen,
1996) dengan nama ego-resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum
yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat
dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal.
Grotberg (1999), mengatakan resiliensi adalah kemampuan manusia
untuk menghadapi, mengatasi, menjadi kuat ketika menghadapi rintangan, dan
hambatan. Resiliensi bukan merupakan suatu keajaiban, tidak hanya ditemukan
pada sebagian manusia dan bukan merupakan sesuatu yang berasal dari sumber
yang tidak jelas. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk menjadi resiliensi
dan setiap orang mampu untuk belajar bagaimana menghadapi rintangan dan
hambatan dalam hidupnya. Faktor resiliensi terdiri dari I have, I am, dan I can.
Resiliensi terus mengalami perluasan hingga pada tahun 2002, Karen
Reivich & Andrew Shatte, mendefinisikan Resilieni adalah kemampuan individu
untuk keluar dari peristiwa traumatik yang terjadi serta membuat seseorang
mampu mengatasi stress dengan memilih tindakan yang berorientasi pada tugas,
seperti mengambil tindakan yang berguna untuk mengatasi kondisi yang menekan
dan ketika mereka bertindak, mereka berpegang teguh pada keyakinan bahwa
mereka mampu mengatur hasil akhir hidup mereka.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 30
2.3.2 Ciri-ciri Individu Resiliensi
a. Menyenangi tantangan yang baru, karena mereka telah belajar bahwa
setiap permasalahan yang sulit sekalipun dapat dilewati.
b. Dapat mengerti bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.
c. Dapat mengambil sisi positif atau pelajaran dari suatu kegagalan dan
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk menjadi individu
yang lebih baik lagi.
d. Individu yang resilience telah menemukan suatu sistem atau cara
untuk menempa dirinya dalam melawan dan melewati suatu
permasalahan.
e. Seperti individu pada umumnya, individu yang resilience juga dapat
merasakan kecemasan dan pernah mengalami keraguan, tetapi mereka
telah mempelajari bagaimana caranya untuk menghentikan kecemasan
dan keragu-raguannya tersebut.
2.3.3 Fungsi Resiliensi
Karen Reivich dan Andre Shatte mengungkapkan bahwa resilience dapat
digunakan untuk mengatasi 4 keperluan yaitu:
a. Mengatasi rintangan di masa anak-anak.
b. Mengatasi adversity (kondisi yang menekan) dalam kehidupan sehari-hari.
c. Bangkit kembali dari kejadian yang menempatkan seseorang pada
kemunduran.
d. Menggapai sesuatu yang dapat diraih sesuai dengan kapasitas diri
seseorang.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 31
2.3.4 Aspek-aspek Resiliensi
Resiliensi adalah kemampuan untuk keluar dari peristiwa traumatik yang
terjadi untuk bangkit kembali dan membuat seseorang mampu mengatasi stress
dengan memilih tindakan yang berorientasi pada tugas, seperti mengambil
tindakan yang berguna untuk mengatasi kondisi yang menekan dan ketika mereka
bertindak, mereka berpegang teguh pada keyakinan bahwa mereka mampu
mengatur hasil akhir hidup mereka (Reivich & Shatte, 2002). Selain itu resiliensi
membuat seseorang mampu menggunakan hubungan mereka dengan orang lain
sebagai salah satu cara untuk mengatasi permasalahan mereka. Adapun resiliensi
menurut Karen Reivich dan Andrew Shatte terdiri atas 7 aspek, yaitu:
1. Emotion Regulation
Regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang dibawah tekanan.
Individu yang memiliki kemampuan meregulasi emosi dapat mengendalikan
dirinya apabila sedang kesal dan dapat mengatasi rasa cemas, sedih, atau
marah, sehingga mempercepat dalam pemecahan suatu masalah.
Pengekspresian emosi, baik negatif ataupun positif merupakan hal yang sehat
dan konstruktif asalkan dilakukan dengan tepat. Pengekspresian emosi yang
tepat menurut Reivich dan Shatte (2002) merupakan salah satu kemampuan
individu yang resilience. Reivich dan Shatte (2002) mengemukakan dua hal
penting yang terkait dengan regulasi emosi, yaitu ketenangan (calming) dan
focus (focusing). Individu yang mampu mengelola kedua keterampilan ini,
dapat membantu meredakan emosi yang ada, memfokuskan pikiran-pikiran
yang mengganggu dan mengurangi stress.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 32
Individu yang resiliensi dapat menggunakan pengembangan kemampuan
yang baik untuk mengendalikan emosi, atensi, dan perilaku mereka. Regulasi
diri merupakan hal yang penting untuk membentuk hubungan yang dekat
dengan orang lain, sukses dalam bidang pekerjaan dan memelihara kesehatan
fisik. Individu yang mengalami kesulitan dalam meregulasi emosi mereka,
seringkali membuat rekan kerja, teman dan keluarga sulit dalam menjalin
kerjasama dengan mereka. Penelitian memperlihatkan bahwa individu-
individu yang memiliki kekurangan dalam meregulasi emosinya akan
mengalami kesulitan dalam membangun dan memelihara sebuah pertemanan.
Orang lain atau teman tidak akan senang menghabiskan waktu dengan orang
yang mudah marah, seringkali memperlihatkan wajah cemberut atau
seringkali gelisah dan hal ini juga dapat menular pada orang lain. Semakin
sering kita berhubungan dengan seseorang yang mudah marah dan gelisah
maka kita akan menjadi mudah marah dan gelisah pula.
2. Impulse Control
Reivcih dan Shatte (2002) mendefinisikan pengendalian impuls sebagai
kemampuan mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan
yang muncul dari dalam diri seseorang. Individu dengan pengendalian impuls
yang rendah sering mengalami perubahan emosi dengan cepat yang cenderung
mengendalikan perilaku dan pikiran mereka. Individu seperti itu seringkali
mudah kehilangan kesabaran, mudah marah, impulsif, dan berlaku agresi pada
situasi-situasi kecil yang tidak terlalu penting, sehingga lingkungan di
sekitarnya merasa kurang nyaman. Hal ini berakibat pada munculnya
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 33
permasalahan dalam hubungan sosial. Disebutkan bahwa regulasi emosi dan
kontrol impuls sangat berkaitan. Penelitian menyebutkan dalam RQ test yakni
individu yang memiliki nilai kontrol impuls yang tinggi juga memiliki nilai
yang tinggi dalam regulasi emosi. Hal ini mempengaruhi tingkat resiliensi
individu.
3. Optimism
Individu yang resiliensi adalah individu yang optimis. Mereka memiliki
harapan di masa depan dan percaya bahwa mereka dapat mengontrol arah
hidupnya. Dalam penelitian yang dilakukan, jika dibandingkan dengan
individu yang pesimis, individu yang optimis lebih sehat secara fisik dan
jarang mengalami depresi, lebih baik di sekolah, lebih produktif dalam bekerja
dan lebih banyak memenangi pertandingan olahraga (Reivich & Shatte,
2002). Optimisme mengimplikasikan bahwa individu percaya bahwa ia dapat
menangani masalah yang muncul di masa yang akan datang.
4. Causal Analysis
Causal analysis memiliki pengertian kemampuan individu yang dapat
mengidentifikasi penyebab dari masalah yang mereka hadapi secara akurat.
Jika tidak dapat mengidentifikasi secara tepat bisa jadi kita akan melakukan
kesalahan yang sama lebih dari satu kali. Martin Seligman (dalam Reivich
& Shatte, 2002) mengidentifikasikan gaya berpikir yang berhubungan erat
dengan analisis penyebab masalah yaitu explanatory style. Explanatory style
adalah cara yang biasa digunakan individu untuk menjelaskan sesuatu yang
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 34
baik atau buruk yang terjadi pada dirinya. Explanatory style dibagi menjadi
tiga dimensi, yaitu:
a. Personal (saya-bukan saya atau me-not me)
Individu dengan gaya berpikir ‘saya’ adalah individu yang cenderung
menyalahkan diri sendiri atas hal yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Sebaliknya individu dengan gaya berpikir ‘bukan saya’
meyakini penjelasan eksternal (di luar dirinya) atas kesalahan yang
terjadi.
b. Permanen (selalu-tidak selalu atau always-not always)
Individu yang pesimis cenderung berasumsi bahwa suatu kegagalan atau
kejadian buruk akan terus berlangsung. Sedangkan individu yang optimis
cenderung berpikir bahwa ia dapat melakukan suatu hal yang lebih baik
pada tiap kesempatan dan memandang kegagalan sebagai
ketidakberhasilan sementara.
c. Pervasive (semua-tidak semua atau everything-not everything)
Individu dengan gaya berpikir ‘semua’ melihat kemunduran atau
kegagalan pada satu area kehidupan ikut menggagalkan area kehidupan
yang lain. Individu dengan gaya berpikir ‘tidak semua’ dapat menjelaskan
secara rinci penyebab dari masalah yang ia hadapi. Individu yang paling
resilience adalah individu yang memiliki fleksibilitas kognisi dan dapat
mengidentifikasi seluruh penyebab yang signifikan dalam permasalahan
yang mereka hadapi tanpa terperangkap dalam explanatory style tertentu.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 35
5. Emphaty
Empati merepresentasikan bahwa individu mampu membaca tanda-tanda
psikologis dan emosi dari orang lain. Empati mencerminkan seberapa baik
individu mengenali keadaan psikologis dan kebutuhan emosi orang lain.
individu yang memiliki empati yang rendah, cenderung akan mengulangi pola
tingkah laku yang tidak resiliensi dalam berperilaku. Sedangkan orang yang
memiliki kemampuan berempati cenderung memiliki hubungan sosial yang
positif.
6. Self-efficacy
Reivich & Shatte mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan pada
kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan
efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan
sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam
memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa
strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1994),
individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam
menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena ia memiliki
kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Individu ini akan cepat
menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang ia alami.
7. Reaching Out
Menurut Reivich & Shatte (2002), resiliensi merupakan kemampuan yang
meliputi peningkatan aspek positif dalam hidup. Peningkatan aspek positif
atau reaching out adalah mampu memelihara sikap positif, percaya diri untuk
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 36
menerima tanggung jawab, tidak malu untuk memulai percakapan pada
seseorang yang ingin dikenal, mencari pengalaman baru yang menantang
untuk dapat belajar lebih banyak belajar tentang diri sendiri dan memiliki
hubungan yang dalam dengan orang lain. dengan meningkatkan aspek positif,
hidup kita akan menjadi lebih kaya, memiliki hubungan yang tidak dangkal
dan menjadi luas.
Individu yang meningkatkan aspek positif dalam hidup, mampu
melakukan tiga aspek di bawah ini dengan baik, yaitu:
a. Mampu membedakan resiko yang realistis dan tidak realistis.
Seseorang yang dapat meningkatkan aspek positif dapat membedakan
resiko yang realistis dan tidak realistis. Mereka realistis-optimis, dapat
melakukan perkiraan dengan tepat mengenai masalah-masalah yang
kemungkinan besar akan muncul serta mereka mengembangkan strategi
untuk mengatasi masalah dan mengendalikan ketika masalah itu datang.
Selain itu juga mereka memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi
resiko dan mengambil pelajaran berharga atas masalah yang dihadapi.
b. Memiliki makna dan tujuan hidup serta mampu melihat gambaran besar
dari kehidupan.
Individu yang selalu meningkatkan aspek positifnya akan lebih mudah
dalam mengatasi permasalahan hidup, serta berperan dalam meningkatkan
kemampuan interpersonalnya dan pengendalian emosi.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 37
c. Mengenal diri dengan baik.
Orang yang memiliki rasa yang baik mengenai dirinya sendiri merasa
nyaman dalam mengekspresikan apa yang mereka pikirkan dan mereka
rasakan. Adanya keinginan dan kesadaran untuk mempelajari apa yang
diinginkan dalam kehidupannya. Tidak tergantung kepada orang lain dan
mengungkapkan diri. Mereka tahu kapan harus berlanjut dan kapan
kalanya berhenti. Mereka harus mengenal diri dan mengekspresikan
dirinya, misalnya dalam bidang pekerjaan atau hal-hal yang cocok dengan
dirinya dan melakukannya dengan sebaik mungkin. Selain itu tidak merasa
malu atau merasa gagal ketika apa yang diinginkan tidak dapat tercapai.
2.4 Stres
2.4.1 Pengertian stres
Stres dapat diartikan sebagai respon (reaksi) fisik dan psikis, yang berupa
perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan terhadap tekanan atau tuntutan
yang dihadapi. Diartikan juga reaksi fisik yang dirasakannya tidak nyaman
sebagai dampak dari persepsi yang kurang tepat terhadap sesuatu yang
mengancam keselamatan dirinya, merusak harga dirinya, menggagalkan keinginan
atau kebutuhanya (DR. H. Syamsu Yusuf, 2004).
2.4.2 Stres pada setiap periode kehidupan
1) Stres pada masa bayi
Situasi stres yang umumnya dialami bayi merupakan pengaruh lingkungan
yang tidak ramah (unfamiliar), dan adanya keharusan untuk menyesuaikan
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 38
diri dengan tuntutan atau peraturan orang tua. Dalam menyesuaikan diri
terhadap tuntutan tersebut, dia harus mengendalikan dorongan-dorongan
alamiah atau naluriahnya. Tuntutan atau peraturan yang harus diikuti oleh
bayi itu diantaranya:
a. Menerima penyapihan dari ibunya
b. Belajar cara makan dan mematuhi jadwal waktunya
c. Berlatih buang air pada tempatnya dan mencebok setelahnya (toilet
training)
2) Stres pada masa anak
Stres pada anak-anak biasanya bersumber dari keluarga, sekolah, atau
teman mainnya. Stres yang bersumber dari keluarga seperti: kurang
curahan kasih sayang dari orang tua, dan perubahan status keluarga
(seperti dari serba kecukupan menjadi kekurangan, atau broken home).
Sementara sumber stres dari lingkungan sekolah, diantaranya: sikap dan
perlakuan guru yang kasar, kurang berhasil dalam bidang akademis, tidak
naik kelas, kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru, dan
keadaan sekolah yang kurang kondusif untuk belajar (seperti bising,
kumuh, dan kurang sehat).
3) Stres pada masa remaja
Masa remaja merupakan masa stres dalam perjalanan hidup seseorang.
Yang menjadi sumber stres utama pada masa ini adalah konflik atau
pertentangan antara dominasi, peraturan atau tuntutan orang tua dengan
kebutuhan remaja untuk bebas, atau independent dari peraturan tersebut.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 39
4) Stres pada masa dewasa
Stres yang dialami orang dewasa pada umumnya bersumber dari faktor-
faktor: kegagalan perkawinan, ketidak harmonisan hubungan dalam
keluarga, masalah nafkah hidup atau kehilangan pekerjaan (seperti di
PHK), ketidak puasan dalam hubungan seks, penyimpangan seksual suami
atau istri, perselingkuhan suami atau istri, keadaan hamil, menopouse,
gangguan kesehatan fisik, dan anak yang nakal.
2.4.3 Gejala Stres
1) Gejala Fisik, diantaranya: sakit kepala, sakit lambung (maag), hypetensi
(darah tinggi), sakit jantung atau jantung berdebar-debar, insomnia (sulit
tidur), mudah lelah, keluar keringat dingin, kurang selera makan, dan
sering buang air kecil.
2) Gejala Psikis, diantaranya: gelisah atau cemas, kurang dapat
berkonsentrasi belajar atau bekerja, sikap apatis (masa bodoh), sikap
pesimis, hilang rasa humor, bungkam seribu bahasa, malas belajar atau
bekerja, sering melamun, dan sering marah-marah atau bersikap agresif
(baik secara verbal, seperti: kata-kata kasar, dan menghina; maupun non
verbal, seperti: menempeleng, menendang, membanting pintu, dan
memecahkan barang-barang).
2.4.4 Faktor-faktor Penyebab (Stressor)
1) Stresor fisik biologik, seperti: penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik
atau kurang berfungsinya salah satu organ tubuh, wajah yang tidak cantik
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 40
atau ganteng, dan postur tubuh yang dipersepsi tidak ideal (seperti: terlalu
kecil, kurus, pendek, atau gemuk).
2) Stresor psikologik, seperti: negative thinking atau berburuk sangka,
frustasi (kekecewaan karena gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan),
hasud (iri hati atau dendam), sikap permusuhan, perasaan cemburu,
konflik pribadi, dan keinginan yang di luar kemapuan.
3) Stresor sosial
a. Iklim kehidupan keluarga, seperti: hubungan antar anggota keluarga
yang tidak harmonis (broken home), perceraian, suami atau istri
selingkuh, suami atau istri meningggal, anak yang nakal (seperti: suka
melawan kepada orang tua, sering membolos dari sekolah,
mengkonsumsi minuman keras, dan menyalahgunakan obat-obat
terlarang), sikap dan perlakuan orang tua yang keras, salah seorang
anggota keluarga mengidap gangguan jiwa, dan tingkat ekonomi
keluarga yang rendah.
b. Faktor pekerjaan, seperti: kesulitan mencari pekerjaan, pengangguran,
kena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), perselisihan dengan atasan,
jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan tuntutan sehari-hari.
c. Iklim lingkungan, seperti: maraknya kriminalitas (pencurian,
perampokan, dan pembunuhan), tawuran antar kelompok (pelajar,
mahasiswa, atau warga masyarakat), harga kebutuhan pokok yang
mahal, kurang tersedia fasilitas air bersih yang memadai, kemarau
panjang, udara yang sangat panas/dingin, suara bising, polusi udara,
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 41
lingkungan yang kotor (bau sampah dimana-mana) atau kondisi
perumahan yang buruk, kemacetan lalu lintas, bertempat tinggal di
daerah banjir atau rentan longsor, dan kehidupan politik dan ekonomi
yang tidak stabil.
2.5 Kerangka Pikir
Menderita penyakit mematikan atau sulit disembuhkan seperti kanker
payudara bisa menyebabkan penderitanya mengalami stres. Namun pada
kenyataannya, tidak selalu demikian mereka yang menjadi penderita kanker
payudara mengalami stres. Bahkan ada diantara mereka bisa menghadapi kanker
payudara dengan baik. Hal ini ditentukan oleh kapasitas individu penderita kanker
payudara untuk merespon secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan
yang disebut dengan resiliensi.
Resiliensi ini memiliki 7 aspek (Reivich dan shatte), diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Emotion regulation
Pengendalian emosi adalah suatu kemampuan untuk tetap tenang
meskipun berada dibawah tekanan.
2) Impuls control
Kemampuan untuk mengontrol impuls berhubungan dengan pengendalian
emosi, individu yang kuat mengontrol impulsnya cenderung mampu
mengendalikan emosinya.
3) Optimism
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 42
Percaya bahwa segala sesuatu dapat berubah menjadi lebih baik. Individu
mempunyai harapan akan masa depan dan dapat mengontrol arah kehidupannya.
4) Causal analysis
Analisis penyebab adalah gaya berpikir yang sangat penting untuk
menganalisis penyebab, yaitu kebiasaan individu dalam menjelaskan sesuatu yang
baik maupun yang buruk yang terjadi pada individu.
5) Emphaty
Menginterpretasikan bahasa non verbal dari orang lain, seperti ekspresi
wajah, nada suara, bahasa tubuh, dan menentukan apa yang orang lain pikirkan
dan rasakan.
6) Self efficacy
Self efficacy adalah keyakianan bahwa individu dapat menyelesaikan
masalah, melalui pengalaman dan keyakinan akan kemampuan untuk berhasil
dalam kehidupan.
7) Reaching out
Resiliensi adalah sumber dari kemampuan untuk meraih, individu mampu
meningkatkan aspek-aspek positif dalam kehidupan.
Individu yang mempunyai resiliensi yang baik, menggunakan kemampuan
positif untuk membantu mengontrol emosi, memusatkan perhatian dan perilaku.
Individu yang tidak resilien cenderung lebih mengalami kecemasan, kesedihan,
dan kemarahan dibandingkan dengan individu yang lain, dan mengalami saat
yang berat untuk mendapatkan kembali kontrol diri ketika mengalami
kekecewaan. Individu lebih memungkinkan untuk terjebak dalam kemarahan,
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 43
kesedihan atau kecemasan, dan kurang efektif dalam menyelesaikan masalah.
Individu dengan resiliensi yang baik sebagian besar memiliki kemampuan
menyesuaikan diri secara kognitif dan dapat mengenali semua penyebab yang
cukup berarti dalam kesulitan yang dihadapi, tanpa terjebak di dalam gaya
menjelaskan tertentu. Individu dengan resiliensi yang baik adalah individu yang
optimis. Optimis membuat fisik menjadi lebih sehat dan tidak mudah mengalami
depresi. Individu dengan resiliensi baik juga memiliki self efficacy tinggi, individu
yang tidak yakin dengan efficacynya bagaikan kehilangan jati dirinya, dan secara
tidak sengaja memunculkan keraguan dirinya dalam menghadapi masalahnya.
Fenomenanya pada wanita penderita kanker payudara di BCS, mereka
cepat tanggap dalam menghadapi kankernya, mencari informasi mengenai kanker
payudara, berani melakukan operasi, rajin melakukan pemeriksaan ke dokter,
bahkan terlihat ceria, memiliki selera makan yang normal (seperti biasa sebelum
sakit), mudah diajak berkomunikasi, mau berbagi pengalaman dalam menghadapi
kanker dengan orang lain, melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa, dan
mereka juga aktif di kelompok kanker BCS. Berbeda dengan kebanyakan wanita
yang didiagnosa menderita kanker payudara, biasanya individu tersebut
mengalami kepercayaan diri yang rendah, kecemasan, depresi, dan respon
perilaku stres lainnya.
Banyak faktor yang menyebabkan wanita penderita kanker payudara
memiliki resiliensi yang tinggi, diantaranya adalah dukungan sosial, pada
penelitian ini adalah dukungan sosial teman kelompok. Dukungan sosial adalah
kenyamanan, perhatian, penghargan dan bantuan yang dipersepsi oleh penderita
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 44
kanker payudara yang diterimanya dari sesama penderita kanker payudara.
Interaksi individu penderita kanker payudara dengan teman sesama penderita
memodifikasi atau mengubah persepsi penderita pada masalahnya yaitu kanker
payudara, sehingga penderita dapat merespon secara sehat dan produktif ketika
menghadapi kesulitan atau trauma yang dialaminya, dan oleh karena itu akan
mengurangi potensi munculnya stres.
Di dalam dukungan sosial teman kelompok terdapat beberapa aspek yang
bisa menggambarkan dukungan yang didapat oleh wanita penderita kanker
payudara. Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah :
1) Dukungan penghargaan
Dukungan ini dapat berupa penghargaan positif kepada orang lain,
mendorong dan memberikan persetujuan atas ide-ide individu atau perasaannya,
memberikan semangat, dan membandingkan orang tersebut secara positif.
2) Dukungan emosional
Dukungan emosional merupakan dukungan yang berhubungan dengan hal
yang bersifat emosional atau menjaga kedaan emosi, afeksi atau ekspresi.
Dukungan ini meliputi ekspresi empati, kepedulian, dan perhatian pada individu,
memberikan rasa nyaman, memiliki dan perasaan dicintai. Dukungan ini lebih
mengacu pada pemberian semangat, kehangatan, cinta kasih dan emosi.
3) Dukungan istrumental
Dukungan ini merupakan pemberian sesuatu berupa bantuan nyata
(tangible aid) atau dukungan alat (instrumental aid). Dukungan ini meliputi
banyak aktivitas seperti menyediakan bantuan dalam pekerjaan rumah tangga,
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 45
menjaga anak-anak, meminjamkan atau menyumbangkan uang, menyampaikan
pesan, menyediakan transportasi, membantu menyelesaikan tugas-tugas, alat-alat
kerja dan buku-buku.
4) Dukungan informasi
Dukungan informasi berarti memberi solusi pada suatu masalah.
Dukungan ini diberikan dengan cara menyediakan informasi, memberikan saran
secara langsung, atau umpan balik tentang kondisi individu dan apa yang harus ia
lakukan. Dukungan ini dapat membantu individu dalam mengenali masalah yang
sebenarnya.
5) Dukungan jaringan
Merupakan perasaan individu sebagai bagian dari kelompok. Dukungan
ini dapat berupa menghabiskan waktu bersama dengan orang lain dalam aktivitas
rekreasional di waktu senggang. Serta dukungan ini juga dapat diberikan dalam
bentuk menemani seseorang beristirahat.
Kondisi wanita-wanita anggota BCS yang sedang berada dalam tahap
penyembuhan dari penyakit kanker payudara, merupakan kondisi yang mampu
menghadapi penyakit yang dideritanya. Wanita-wanita ini mendapatkan dukungan
dari teman-teman anggota BCS sesama penderita kanker payudara. Dukungan
tersebut, misalnya, teman memberi pujian atas keberanian individu untuk
melakukan operasi, teman menenangkan ketika dalam keadaan sedih, teman
memberi semangat ketika dalam keadaan lemah (sakit), teman memberi buku
bacaan atau handout mengenai kanker, saling memberi informasi terbaru
mengenai kanker, saling berbagi pengalaman dalam menghadapi kanker, bertemu
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 46
atau berkumpul dalam kegiatan kelompok seperti seminar atau pertemuan rutin
kelompok, dan tetap saling menanyakan kabar, meski tidak bisa bertemu
langsung, biasanya menggunakan telepon ataupun handphone sebagai sarana
komunikasi.
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 47
2.2 Skema berpikir
Wanita penderita kanker payudara memiliki resiliensi tinggi: • Mampu tetap tenang dalam menghadapi penyakitnya • Mampu mengandalikan dorongan/tekanan dlm diri • Percaya bahwa dirinya dpt menangani masalah yang muncul
di masa yg akan datang • Mampu mengidentifikasi penyakit secara akurat • Mampu membaca emosi orang lain • Percaya diri dapat mengarahkan tingkah laku yang
diperlukan untuk mencapai tujuan • Mampu berinteraksi dg dunia luar dan bertanggung jawab
Wanita
Dukungan sosial teman kelompok tinggi
• Perasaan dihargai dan diterima oleh teman
• Perasaan nyaman, diperhatikan dan disayangi oleh teman
• Mendapatkan bantuan pemberian atau pinjaman barang dari teman
• Mendapatkan informasi dr teman mengenai kanker payudara
• Perasaan menjadi bagian dari satu kelompok
Stresor : didiagnosa
Menderita kanker payudara
T i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i sT i n j a u a n T e o r i t i s 48
2.6 Hipotesis
“Semakin tinggi dukungan sosial teman kelompok, maka semakin tinggi
derajat resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer
society.”
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi. Koefisien korelasi adalah
koefisien yang menggambarkan tingkat keeratan hubungan linier antara dua
variabel atau lebih (Conover, 1971: 250). Menurut Kendall, korelasi adalah
ukuran korelasi yang menuntut kedua variabel diukur sekurang-kurangnya dalam
skala ordinal. Sehingga obyek- obyek yang dipelajari dapat di-ranking dalam dua
rangkaian berurut (Siegel, 1997: 250).
3.2 Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Variabel 1 : Dukungan sosial
Variabel 2 : Resiliensi
3.3 Operasional Variabel
3.3.1 Dukungan Sosial
Dukungan sosial di sini merupakan seberapa sesuai individu wanita
penderita kanker payudara menyadari keberadaan teman atau orang lain.
Dukungan sosial ini memiliki 5 aspek, yaitu:
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 47
1) Dukungan penghargaan merupakan ungkapan penghargaan kepada teman,
dengan memberi dorongan, memberi semangat dan memberikan
persetujuan atas ide-ide dalam menghadapi kanker payudara.
2) Dukungan emosional merupakan ekspresi kepedulian dan perhatian
kepada wanita penderita kanker payudara.
3) Dukungan instrumental merupakan bantuan dalam penyelesaian pekerjaan
dan pemberian sesuatu barang yang diperlukan wanita penderita kanker
payudara.
4) Dukungan informasi merupakan pemberian informasi, saran, nasihat, dan
feedback dalam menghadapi kanker payudara kepada wanita penderita
kanker payudara.
5) Dukungan jaringan merupakan perasaan wanita penderita kanker payudara
sebagai bagian dari kelompok BCS.
3.3.2 Resiliensi
Resiliensi di sini merupakan seberapa sesuai kemampuan wanita penderita
kanker payudara untuk menanggapi kanker payudara tersebut dengan tepat dan
kreatif . Resiliensi ini memiliki 7 aspek, yaitu :
1) Emotion regulation merupakan kemampuan untuk tetap tenang saat
menghadapi masalah.
2) Impuls control merupakan kemampuan mengendalikan keinginan,
dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dalam diri.
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 48
3) Optimism merupakan kemampuan individu untuk percaya bahwa dirinya
dapat menangani masalah-masalah yang muncul di masa yang akan
datang.
4) Causal analysis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasikan
penyebab terjadinya suatu masalah.
5) Emphaty merupakan kemampuan individu untuk menempatkan diri
sebagai orang lain dan memprediksi apa yang akan orang lain lakukan.
6) Self efficacy merupakan kemampuan individu untuk dapat percaya akan
kemampuan dirinya untuk mengelola dan menetapkan suatu arah tingkah
laku yang diperlukan guna mengatur situasi yang diinginkan.
7) Reaching out merupakan kemampuan individu untuk mencapai tujuan,
tidak melakukan kesalahan sama di masa lalu dan siap menghadapi
tantangan baru.
3.4 Alat Ukur
3.4.1 Dukungan Sosial Teman Kelompok
Skala ini disusun sendiri mengacu pada aspek-aspek yang telah diuraikan
oleh Sarafino (1997). Tujuannya adalah untuk mengetahui dukungan sosial yang
dirasakan oleh penderita kanker. Dukungan sosial yang dirasakan penderita
kanker ditunjukkan oleh jumlah skor yang diperoleh dari keseluruhan pernyataan
yang diajukan. Berikut distibusi butir skala dukungan sosial :
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 49
Tabel. 3.1 Kisi-Kisi Item Dukungan Sosial Teman Kelompok
No. Aspek Indikator Item
Favorable Unfavorable
1. Dukungan
penghargaan
� Perasaan dihargai oleh teman
� Perasaan diterima oleh teman
1, 11
3, 15
19,28
6, 35
2. Dukungan
emosi
� E kspresi empati yang
ditampilkan
� Kepedulian terhadap masalah
yang dihadapi
� Perhatian alat menghadapi
masalah
� Rasa nyaman
8, 13, 17
21, 23, 29
25, 31, 37
12, 27, 33
3. Dukungan
Instrumen
� Meminjamkan atau
menyumbangkan barang
2, 5, 22, 38
16
4. Dukungan
Informasi
� Menyediakan informasi
� Memberikan saran secara
langsung.
� Umpan balik tentang kondisi
individu dan apa yang harus
ia lakukan.
4, 10
18, 30
26
9
34
5. Dukungan
Jaringan
� Menghabiskan waktu
bersama dengan orang lain
� Menemani seseorang
beristirahat atau rekreasi.
7, 20
36, 40
14, 24, 32
39
Skala dukungan sosial pada penderita kanker menggunakan skala model
Likert (V), yang terdiri dari item favourable dan unfavourable. Pada item
favourable skor bergerak dari angka 1 untuk pernyataan sangat tidak sesuai (STS),
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 50
skor 2 untuk tidak sesuai (TS), skor 3 untuk sesuai (S), dan skor 4 untuk sangat
sesuai (SS). Pada item unfavourable skor bergerak dari 4 untuk penyataan sangat
tidak sesuai (STS), skor 3 untuk tidak sesuai (TS), skor 2 untuk sesuai (S), dan
skor 1 untuk sangat sesuai (SS). Semakin tinggi skor yang diperoleh pada skala
dukungan sosial, berarti semakin besar dukungan sosial yang diberikan
pada penderita kanker, semakin rendah skor yang diperoleh berarti semakin kecil
pula dukungan sosial pada penderita kanker.
3.4.2 Resiliensi
Alat ukur resiliensi disusun oleh Karen Reivich, Ph.D dan Andrew
Shatte. Aspek yang diukur adalah emotion regulation, impuls control, optimism,
causal analysis, emphaty, self efficacy, dan reaching out.
Resilience quotient test untuk mengukur 7 aspek dalam resilience. Dalam
menyelesaikan tugas ini responden diminta untuk menentukan seberapa sesuai
item pertanyaan dengan dirinya. Berikut distribusi butir skala resiliensi:
Tabel. 3.2 Kisi-Kisi Item Resilience Quotient
No. Aspek Indikator Item
Favorable Unfavorable
1. Emotion
regulation
� Mampu mengenali emosi diri
dan akibatnya.
� Mampu mengetahui kekuatan
dan batasan diri sendiri.
� Mampu mengelola emosi yang
dirasakan.
� Mampu bertanggung jawab
atas keadaan diri sendiri.
18
31
42
1, 6
10
22
47
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 51
� Mampu memiliki perasaan
positif mengenai kemampuan
diri.
37, 49
2. Impuls
control
� Mampu untuk mengendalikan
dorongan yang ada dalam diri.
� Memiliki toleransi yang tinggi
terhadap frustrasi yang
irasakan.
� Memiliki kemampuan untuk
tidak berperilaku agresif pada
situasi-situasi yang tidak
terlalu penting.
� Memiliki kemampuan untuk
mengekspresikan apa yang
dirasakan dengan cara tidak
berlebihan.
4
26
57
8
14
29, 53
59
3. Optimism � Merasa terdorong untuk
melakukan hal yang lebih baik
atau memenuhi standar
keberhasilan.
� Siap memanfaatkan
kesempatan.
� Memiliki kegigihan dalam
usaha mencapai tujuan
meskipun banyak halangan
atau kegagalan.
2, 11
23
39, 55
20
27, 33
44
4. Causal
analysis
� Memiliki kemampuan untuk
menganalisis suatu penyebab
dari suatu masalah.
5, 9
25
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 52
� Memiliki gaya berfikir yang
mampu menjelaskan suatu hal
yang baik atau buruk yang
terjadi pada diri sendiri.
35 46, 51
5. Emphaty � Memiliki usaha dalam
memahami perasaan orang lain
dan menunjukkan minat pada
keadaan orang lain.
� Mengantisipasi, mengenali dan
berusaha memenuhi kebutuhan
orang lain dan
mengembangkan kemampuan
orang lain.
� Menumbuhkan pergaulan
dengan bermacam-macam
orang.
3, 16
19, 54
45
12, 36
40
48
6. Self
efficacy
� Memiliki komitmen yang
tinggi dalam memecahkan
masalah dan tidak akan
menyerah ketika menemukan
bahwa strategi yang sedang di
gunakan itu tidak berhasil.
� Mampu untuk memaknakan
pengalaman masa lalu sebagai
pelajaran yang berharga.
� Mampu belajar dari feedback
yang di sampaikan oleh orang
lain baik secara verbal ataupun
nonverbal.
7
21, 32
43, 58
15
38
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 53
� Memiliki keteguhan emosi
dalam menghadapi suatu
hambatan.
58 17
7. Reaching
out
� Memiliki kemampuan untuk
membedakan risiko yang
realistis dan tidak realistis.
� Mampu untuk memiliki makna
dan tujuan hidup serta mampu
melihat gambaran besar dari
kehidupan.
� Mampu memelihara sikap
positif yang ada dalam diri.
� Memiliki hubungan yang
dalam dengan orang lain.
� Berani menghadapi tantangan
baru yang lebih menantang.
13, 24
28
34, 41
50, 52
56
30
60
Skala resiliensi pada penderita kanker menggunakan skala model Likert
(V) yang terdiri dari butir item, yang terdiri dari item favourable dan
unfavourable. Pada item favourable skor bergerak dari angka 1 untuk pernyataan
sangat tidak sesuai (STS), skor 2 untuk tidak sesuai (TS), skor 3 untuk sesuai (S),
dan skor 4 untuk sangat sesuai (SS). Pada item unfavourable skor bergerak dari 4
untuk penyataan sangat tidak sesuai (STS), skor 3 untuk tidak sesuai (TS), skor 2
untuk sesuai (S), dan skor 1 untuk sangatsesuai (SS). Semakin tinggi skor yang
diperoleh pada skala resiliensi, berarti semakin tinggi resiliensi pada penderita
kanker, semakin rendah skor yang diperoleh berarti semakin rendah pula resiliensi
pada penderita kanker.
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 54
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang
menjadi anggota di Bandung cancer society.
3.5.2. Sampel Penelitian
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling, metode ini merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang
umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Purposive sampling
dalam penelitian ini mensyaratkan pemilihan sampel berdasarkan keaktifan
sampel di kelompok yaitu wanita penderita kanker payudara yang rutin mengikuti
pertemuan kelompok dan menghadiri seminar kanker yang dilakukan kelompok.
Keaktifan sampel di kelompok merupakan hal yang penting karena dapat dilihat
bagaimana interaksi antar anggota kelompok dalam memberi dukungan sosial,
dan hubungan dukungan tersebut dengan resiliensi pada individu penderita kanker
payudara. Sampel terdiri dari wanita penderita kanker payudara di BCS sebanyak
10 orang.
3.6 Pengujian Alat Ukur
3.6.1 Validitas Alat Ukur
Valid artinya mengukur dengan tepat gejala-gejala yang hendak dikukur
dan seberapa jauh alat ukur memberikan ketelitian sehingga dapat menunjukkan
dengan sebenarnya status atau keadaan gejala yang diukur (Hadi, 2000 : 102).
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 55
Validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan
dalam penelitian telah benar-benar mengukur gejala yang akan diukur. Untuk itu
digunakan analisis item dengan koefisien korelasi yang diuji melalui pengujian
statistik Rank-Spearman, karena data yang diperoleh dari alat ukur adalah ordinal
(Siegel, 1997 : 256).
Adapun langkah-langkah dalam menentukan validitas alat ukur adalah
sebagai berikut:
1. Menghitung nilai total dan nilai item dari tiap jawaban responden.
2. Menghitung korelasi Rank-Spearman antara nilai total dengan nilai item
dengan bantuan SPSS 17.0 for Windows.
3. Menentukan validitas tiap item dengan menggunakan kriteria didasarkan
norma Cronbach (1970). Kriteria Cronbach mengatakan bahwa koefisien
item yang dianggap memuaskan adalah angka tertinggi yang dapat di
peroleh. Item dikatakan memberi kontribusi baik jika berkisar antara 0,30-
0,50, namun apabila koefisien validitas kurang dari 0,30 biasanya
dianggap item tidak memuaskan.
3.6.2 Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas sebenarnya mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan
hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Dalam penelitian
ini, setelah mendapatkan item-item tersebut menggunakan teknik belah dua (split
half). Metode ini digunakan lewat penyajian suatu bentuk skala yang dikarenakan
hanya sekali saja pada sekelompok subjek uji coba.
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 56
Langkah-langkah menentukan koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut:
1. Menggabungkan item-item yang valid dan membuang item-item yang
tidak valid.
2. Membagi item-item yang valid ke dalam 2 belahan. Belahan pertama
berisi item-item bernomor ganjil dan belahan kedua berisi item-item
bernomor genap.
3. Menjumlahkan masing-masing skor pada tiap belahan, lalu
mengkorelasikan skor total belahan pertama dan belahan kedua dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows.
4. Mengoreksi angka korelasi untuk menentukan koefisien reliabilitas yang
diperoleh menggunakan rumus formula Spearman-Browa :
���� � ���.����.
Keterangan:
rtot = korfisien reliabilitas keseluruhan item
rtt = angka korelasi belahan pertama dan kedua
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 57
Parameter untuk menafsirkan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas alat
ukur dilihat berdasarkan parameter dari Guilford , yaitu:
Tabel 3.3 Parameter koefisien reliabilitas Guilford
Nilai Tingkat korelasi
= 0,20 Tidak ada hubungan / hubungan lemah sekali
0,21 – 0,40 Hubungan rendah
0,41 – 0,70 Hubungan sedang
0,71 – 0,90 Hubungan tinggi
0,91 – 1,00 Hubungan tinggi sekali
1,00 Korelasi sempurna
Catatan :
� Apabila reliabilitas ≥ 0,700 maka alat ukur tersebut Reliabel
� Apabila reliabilitas < 0,700 maka alat ukur tersebut Tidak Reliabel
Pada umumnya tanda-tanda yang digunakan untuk menyatakan validitas
dan reabilitas suatu alat tes adalah melalui angka-angka koefisien korelasi mulai
dari -1,00 sampai dengan +1,00.
3.7 Perhitungan Median
Untuk membedakan antara dukungan sosial tinggi dan dukungan sosial
rendah, serta membedakan resilensi tinggi dan resiliensi rendah, digunakan teknik
median adalah sebagai berikut :
a. Menentukan kelas median
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 58
b. Menentukan limit median, yaitu dengan batas bawah kelas median dan
dengan batas atas kelas median yang ada dibawahnya kemudian
dijumlahkan dan dibagi dua
c. Menentukan interval, caranya:
- Tentukan range, yaitu selisih antara data yang terbesar dengan data
yang terkecil.
- Tentukan kelas interval dengan menggunakan aturan Struges:
P = 1 + 3,3 log (N)
- Bagi range dengan kelas interval
- Menentukan F median
- Menentukan f median
- Masukkan semua nilai di atas ke dalam rumus berikut:
Me = � � � �� � ���
Keterangan:
Me : Median
b : batas bawah kelas median
p : panjang kelas median
n : banyaknya sampel
F : jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari kelas
median
f : frekuensi kelas median
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 59
3.8 Teknik Analisa Data
3.8.1 Uji Korelasi Rank Spearman
Metoda statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
Dukungan sosial teman kelompok dan Resiliensi adalah The Spearman Rank-
Order Correlation Coefficient, karena data yang digunakan berpasangan, teknik
statistiknya berbentuk nonparametrik dan data yang diperoleh merupakan data
ordinal. Ciri-ciri data ordinal adalah sebagai berikut:
a. Data berupa rangking
b. Nilai nol tidak mutlak
c. Perbedaan hanya menunjukkan urutan
Ho : rs < 0 Tidak terdapat hubungan antara Dukungan sosial teman
kelompok dengan Resiliensi wanita penderita kanker.
Hi : rs > 0 Terdapat hubungan antara Dukungan sosial teman
kelompok dengan Resiliensi wanita penderita kanker.
Untuk menguji Hipotesis statistik digunakan rumus korelasi Rank
Spearman dilakukan dengan menggunakan SPSS.
3.8.2 Hipotesis Statistik
1. Hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Ho : rs < 0 Tidak terdapat yang singnifikan hubungan antara Dukungan
sosial teman kelompok dengan Resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di BCS.
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 60
Hi : rs > 0 Terdapat hubungan yang signifikan antara Dukungan sosial
teman kelompok dengan Resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di BCS.
2. Hipotesis statistik di atas diturunkan menjadi Aspek dukungan sosial teman
group sebagai berikut:
Ho: rs < 0 Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Dukungan
sosial teman kelompok dengan Resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di BCS.
Hi: rs > 0 Terdapat hubungan yang signifikan antara Dukungan sosial teman
kelompok dengan Resiliensi pada wanita penderita kanker
payudara di BCS.
3.8.3 Uji Signifikansi Rank Spearman (rs)
1. Uji signifikansi
Uji ini digunakan untuk menentukan apakah variabel-variabel berkorelasi.
Signifikansi diuji dari rank yang bersangkutan. Untuk sampel yang berjumlah (N
> 10), uji signifikansi rs tersebut menggunakan rumus sebagai berikut (Siegel,
1997):
t = ��� �������
2. Kriteria penolakan Ho
Kriteria penolakan Ho, jika t hitung > t tabel, dengan signifikansi α = 0,05
dan db = n-2. Untuk melihat tabel t tabel dipergunakan tabel harga-harga kritis t
pada tabel B untuk tes satu sisi.
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 61
3. Uji derajat determinasi
Untuk mengetahui determinasi di antara variabel (kekuatan korelasi)
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
d = rs2 x 100%
3.9 Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
3.9.1 Tahap Persiapan
1. Menentukan ptopik penelitian sesuai dengan permasalahan yang akan
diteliti.
2. Menentukan variabel yang akan diteliti.
3. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan
landasan teoritis mengenai variabel yang akan diteliti.
4. Menetapkan pouplasi dan sampel penelitian.
5. Mengajukan usulan penelitian sesuai dengan permasalahanyang
diteliti.
6. Membuat kerangka berpikir.
7. Menentukan teknik pengambilan data.
8. Menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian.
9. Menentukan waktu pengambilan data.
3.9.2 Tahap Pengumpulan Data
1. Melaksanakan pengambilan data sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a nM e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 62
2. Pengambilan data dilakukan dengan cara memberikan angket kepada
petugas lapangan dan mendampingi mereka dalam pengisian.
3.9.3 Tahap Pengolahan Data
1. Mengumpulan data-data yang telah diperoleh dari subjek penelitian.
2. Melakukan skoring dengan menilai setiap hasil angket yang telah diisi
dan merangking data yang diperoleh pada setiap alat ukur.
3. Melakukan tabulasi data.
4. Mengolah data.
3.9.4 Tahap Pembahasan
1. Melakukan analisa dan pembahasan berdasarkan teori-teori dan
kerangka berpikir.
2. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisa dan pembahasan.
3. Memberi saran-saran yang diajukan pada perbaikan atau
kesempurnaan penelitian yang telah dilakukan.
4. Mengkonsultasikan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan
pembimbing.
3.9.5 Tahap Penulisan Laporan
1. Menyusun laporan hasil penelitian.
2. Melakukan penyempurnaan laporan hasil penelitian secara
keseluruhan.
H a s i l d a n P e m b a h a s a n H a s i l d a n P e m b a h a s a n H a s i l d a n P e m b a h a s a n H a s i l d a n P e m b a h a s a n
63
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Statistik
Metoda statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
koefisien korelasi Rank Spearman untuk menghitung hubungan antara dua
kelompok variabel penelitian dengan skala ordinal.
4.1.1 Hasil Uji korelasi antara Dukungan Sosial Teman Kelompok dengan
Resiliensi
Tabel 4.1 Hasil Korelasi Rank Spearman
Varibel Hasil uji Kesimpulan
Dukungan sosial teman group
dengan resiliensi
rs = 0,719 thit = 4,99 ttab = 1,81
d = 51,69%
Hi : rs > 0, Ho ditolak,
artinya terdapat korelasi
yang signifikan
Berdasarkan hasil perhitungan (tabel 4.1) diperoleh rs = 0,719, nilai
korelasi tersebut termasuk ke dalam kriteria derajat korelasi yang signifikan. Dari
hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
dukungan sosial teman kelompok dengan resiliensi pada wanita penderita kanker
payudara di Bandung cancer society, artinya semakin tinggi mendapatkan
dukungan sosial teman kelompok maka semakin tinggi resiliensi pada wanita
penderita kanker payudara di Bandung cancer society.
Tingkat dukungan sosial teman kelompok memberikan kontribusi sebesar
51,69% terhadap resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 64
cancer society, sedangkan 48,31% sisanya menunjukkan bahwa terdapat faktor
lain yang mempengaruhi resiliensi dalam menghadapi kanker payudara.
4.1.2 Analisis Tabulasi Silang (frekuensi dan presentase) Derajat korelasi
antara dukungan sosial teman kelompok dengan resiliensi
Untuk mengetahui berapa persen derajat dukungan sosial teman kelompok
dengan tingkat resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung
cancer society, maka penulis menyajikannya dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2
Frekuensi dan Persentase Dukungan Sosial Teman Kelompok dengan Resiliensi
Dukungan sosial Resiliensi Jumlah
Rendah Tinggi
F % F % F %
Rendah 3 50% 0 0% 3 30%
Tinggi 3 50% 4 100% 7 70%
Jumlah 6 100% 4 100% 100% 100%
Berdasarkan tabel 4.2 (frekuensi dan presentasi) di atas, wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society yang mendapatkan dukungan sosial
teman kelompok tinggi dan memiliki resiliensi yang tinggi sebanyak 40% (4
orang), wanita penderita kanker payudara yang mendapatkan dukungan sosial
teman kelompok tinggi dan memiliki resiliensi rendah sebanyak 30% (3 orang),
wanita penderita kanker payudara yang mendapatkan dukungan sosial teman
kelompok rendah dan memiliki resiliensi yang tinggi sebanyak 0% (tidak ada),
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 65
dan wanita yang mendapat dukungan sosial teman kelompok rendah dan memiliki
resiliensi rendah sebanyak 30% (3 orang).
4.1.3 Tabulasi Silang Derajat Korelasi antara Aspek-Aspek Dukungan
Sosial Teman Kelompok dengan Resiliensi
4.1.3.1 Aspek Dukungan Penghargaan
Tabel 4.3
Hasil Uji Korelari antara Dukungan Sosial Teman Kelompok Aspek Dukungan
Penghargaan dengan Resiliensi
Varibel Hasil uji Kesimpulan
Aspek penghargaan dgn
resiliensi
rs = 0,709 d = 50,26%
Hi : rs > 0, Ho ditolak,
artinya terdapat korelasi
yang signifikan
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diperoleh rs = 0,709, nilai korelasi tersebut
termasuk ke dalam kriteria derajat korelasi yang signifikan. Dari hasil tersebut
dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial
teman kelompok aspek dukungan penghargaan dengan resiliensi pada wanita
penderita kanker payudara di Bandung cancer society, artinya semakin
mendapatkan dukungan sosial teman kelompok aspek dukungan penghargaan
maka semakin tinggi resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung
cancer society.
Tingkat dukungan sosial teman kelompok aspek dukungan penghargaan
memberikan kontribusi sebesar 50,26% terhadap resiliensi pada wanita penderita
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 66
kanker payudara di Bandung cancer society, sedangkan 49,74% sisanya
menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi resiliensi dalam
menghadapi kanker payudara.
4.1.3.2 Aspek Dukungan Emosi
Tabel 4.4
Hasil Uji Korelari Antara Dukungan Sosial Teman Kelompok Aspek Dukungan
Emosi dengan Resiliensi
Varibel Hasil uji Kesimpulan
Aspek emosi dengan resiliensi rs = 0,711 d = 50,55%
Hi : rs > 0, Ho ditolak,
artinya terdapat korelasi
yang signifikan
Berdasarkan tabel 4.4 di atas diperoleh rs = 0,711, nilai korelasi tersebut
termasuk ke dalam kriteria derajat korelasi yang signifikan. Dari hasil tersebut
dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial
teman kelompok aspek dukungan emosi dengan resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society, artinya semakin mendapatkan
dukungan sosial teman kelompok aspek dukungan emosi maka semakin tinggi
resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society.
Tingkat dukungan sosial teman kelompok aspek dukungan emosi
memberikan kontribusi sebesar 50,55% terhadap resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society, sedangkan 49,45% sisanya
menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi resiliensi dalam
menghadapi kanker payudara.
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 67
4.1.3.3 Aspek Dukungan Instrumen
Tabel 4.5
Hasil Uji Korelari Antara Dukungan Sosial Teman Kelompok Aspek Dukungan
Instrumen dengan Resiliensi
Varibel Hasil uji Kesimpulan
Aspek instrumen dengan
resiliensi
rs = 0,717 d = 51,40%
Hi : rs > 0, Ho ditolak,
artinya terdapat korelasi
yang signifikan
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diperoleh rs = 0,717, nilai korelasi tersebut
termasuk ke dalam kriteria derajat korelasi yang signifikan. Dari hasil tersebut
dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial
teman kelompok aspek dukungan instrumen dengan resiliensi pada wanita
penderita kanker payudara di Bandung cancer society, artinya semakin
mendapatkan dukungan sosial teman kelompok aspek dukungan instrumen maka
semakin tinggi resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung
cancer society.
Tingkat dukungan sosial teman kelompok aspek dukungan instrumen
memberikan kontribusi sebesar 51,40% terhadap resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society, sedangkan 48,60% sisanya
menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi resiliensi dalam
menghadapi kanker payudara.
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 68
4.1.3.4 Aspek Dukungan Informasi
Tabel 4.6
Hasil Uji Korelari Antara Dukungan Sosial Teman Kelompok Aspek Dukungan
Informasi dengan Resiliensi
Varibel Hasil uji Kesimpulan
Aspek Informasi dengan
resiliensi
rs = 0,713
d = 50,83%
Hi : rs > 0, Ho ditolak,
artinya terdapat korelasi
yang signifikan
Berdasarkan tabel 4.6 di atas diperoleh rs = 0,713, nilai korelasi tersebut
termasuk ke dalam kriteria derajat korelasi yang signifikan. Dari hasil tersebut
dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial
teman kelompok aspek dukungan informasi dengan resiliensi pada wanita
penderita kanker payudara di Bandung cancer society, artinya semakin
mendapatkan dukungan sosial teman kelompok aspek dukungan informasi maka
semakin tinggi resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung
cancer society.
Tingkat dukungan sosial teman kelompok aspek dukungan informasi
memberikan kontribusi sebesar 50,83% terhadap resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society, sedangkan 49,17% sisanya
menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi resiliensi dalam
menghadapi kanker payudara.
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 69
4.1.3.5 Aspek Dukungan Jaringan
Tabel 4.7
Hasil Uji Korelari Antara Dukungan Sosial Teman Kelompok Aspek Dukungan
Jaringan dengan Resiliensi
Varibel Hasil uji Kesimpulan
Aspek Jaringan dengan
resiliensi
rs = 0,706
d = 49,84%
Hi : rs > 0, Ho ditolak,
artinya terdapat korelasi
yang signifikan
Berdasarkan tabel 4.7 di atas diperoleh rs = 0,706, nilai korelasi tersebut
termasuk ke dalam kriteria derajat korelasi yang signifikan. Dari hasil tersebut
dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial
teman kelompok aspek dukungan jaringan dengan resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society, artinya semakin mendapatkan
dukungan sosial teman kelompok aspek dukungan jaringan maka semakin tinggi
resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society.
Tingkat dukungan sosial teman kelompok aspek dukungan jaringan
memberikan kontribusi sebesar 49,84% terhadap resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society, sedangkan 50,16% sisanya
menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi resiliensi dalam
menghadapi kanker payudara.
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 70
4.2 Gambaran Tentang Variabel-Variabel Penelitian
4.2.1 Variabel Dukungan Sosial Teman Kelompok
Dukungan sosial dijelaskan dengan cara mencari nilai korelasi pada
masing-masing aspek dukungan sosial teman kelompok. Kemudian dari masing-
masing nilai yang diperoleh, dicari nilai persentil dan dibuat persentase untuk
mengetahui berapa persen wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer
society yang memiliki dukungan sosial teman kelompok yang tinggi dan
dukungan sosial teman kelompok yang rendah.
Tabel 4.8 Distribusi Dukungan Sosial teman kelompok
Variabel Kriteria
Rendah Tinggi F % F %
Dukungan sosial teman kelompok
3 30% 7 70%
Dukungan sosial teman kelompok aspek
penghargaan
2 20% 8 80%
Dukungan sosial teman kelompok aspek emosi
3 30% 7 70%
Dukungan sosial teman kelompok aspek
instrumen
7 70% 3 30%
Dukungan sosial teman kelompok aspek
informasi
4 40% 6 60%
Dukungan sosial teman kelompok aspek
jaringan
5 50% 5 50%
Dari tabel 4.8 di atas, maka dapat dilihat bahwa untuk dukungan sosial
teman kelompok pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer
society yang memiliki dukungan sosial teman kelompok yang tinggi adalah
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 71
sebanyak 70% responden (7 orang), dukungan sosial teman kelompok aspek
penghargaan sebanyak 80% responden (8 orang), dukungan sosial teman
kelompok aspek emosi 70% responden (7 orang), dukungan sosial teman
kelompok aspek instrumen 30% responden (3 orang), dukungan sosial teman
kelompok aspek informasi 60% responden (6 orang), dukungan sosial teman
kelompok aspek jaringan 50% responden (5 orang).
Dari tabel 4.8 di atas, maka dapat dilihat bahwa untuk dukungan sosial
teman kelompok pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer
society yang memiliki dukungan sosial teman kelompok yang rendah adalah
sebanyak 30% responden (3 orang), dukungan sosial teman kelompok aspek
penghargaan sebanyak 20% responden (2 orang), dukungan sosial teman
kelompok aspek emosi 30% responden (3 orang), dukungan sosial teman
kelompok aspek instrumen 70% responden (7 orang), dukungan sosial teman
kelompok aspek informasi 40% (4 orang), dukungan sosial teman kelompok
aspek jaringan 50% responden (5 orang).
Hal ini menunjukkan bahwa secara umum dukungan sosial teman
kelompok yang didapat wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer
society termasuk dalam kategori tinggi.
4.2.2 Variabel Resiliensi
Resiliensi pada wanita penderita kanker payudara digambarkan dengan
memberikan klasifikasi Tinggi – Rendah, kemudian dimasukkan ke dalam persen
untuk mengetahui berapa persen wanita penderita kanker payudara di Bandung
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 72
cancer society yang memiliki resilensi yang tinggi dan berapa persen yang
memiliki resiliensi yang rendah.
Tabel 4.9 Distribusi Resiliensi
Variabel Kriteria
Rendah Tinggi F % F %
Resiliensi 6 60% 4 40% Emotion Regulation 5 50% 5 50%
Impuls Control 6 60% 4 40% Optimism 6 60% 4 40%
Causal Analysis 2 20% 8 80% Emphaty 5 50% 5 50%
Self Efficacy 7 70% 3 30% Reaching Out 6 60% 4 40%
Dari tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society yang memiliki resiliensi tinggi adalah
sebanyak 40% responden (4 orang), resiliensi aspek emotion regulation sebanyak
50% responden (5 orang), resiliensi aspek impuls control 40% responden (4
orang), resiliensi aspek optimism 40% responden (4 orang), resiliensi aspek causal
analysis 80% responden (8 orang), resiliensi aspek emphaty 50% responden (5
orang), resiliensi aspek self efficacy 30% responden (3 orang), dan resiliensi aspek
reaching out 40% responden (4 orang).
Dari tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society yang memiliki resiliensi rendah
adalah sebanyak 60% responden (6 orang), resiliensi aspek emotion regulation
sebanyak 50% responden (5 orang), resiliensi aspek impuls control 60%
responden (6 orang), resiliensi aspek optimism 60% responden (6 orang),
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 73
resiliensi aspek causal analysis 20% responden (2 orang), resiliensi aspek
emphaty 50% responden (5 orang), resiliensi aspek self efficacy 70% responden (7
orang), dan resiliensi aspek reaching out 60% responden (6 orang). Hal ini
menunjukkan bahwa secara umum dukungan sosial teman kelompok yang didapat
wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society termasuk dalam
kategori tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa secara umum resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society termasuk dalam kategori rendah.
4.3 Pembahasan
Menderita penyakit mematikan atau sulit disembuhkan seperti kanker
payudara bisa menyebabkan penderitanya mengalami stres. Namun pada
kenyataannya, tidak selalu demikian, bahkan ada diantara mereka bisa
menghadapi kanker payudara dengan baik. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif
ketika menghadapi kesulitan atau yang disebut dengan resiliensi. Biasanya
individu yang menderita kanker payudara mengalami kepercayaan diri yang
rendah, kecemasan, dan depresi, namun tidak tidak demikian dengan wanita
penderita kanker payudara di BCS, mereka cepat tanggap dalam menghadapi
kankernya, berani melakukan operasi, rajin melakukan pemeriksaan ke dokter,
terus mencari informasi mengenai kanker payudara, bahkan terlihat ceria,
memiliki selera makan yang normal (seperti biasa sebelum sakit), mudah diajak
berkomunikasi, mau berbagi pengalaman dalam menghadapi kanker dengan orang
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 74
lain, melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa dan mereka juga aktif di
kelompok kanker BCS.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel 4.1 dengan uji korelasi
Rank Spearman, menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan di awal penelitian
ini teruji dengan thit = 4,99 > ttab = 1,81 dengan tingkat signifikan yang penulis
gunakan yaitu 0,05 (5% tingkat kesalahan yang penulis tetapkan dalam
penghitungan) sehingga Ho yang diajukan ditolak dan Hi diterima dengan rs =
0,719 yang menurut tabel Guilford termasuk kriteria derajat korelasi tinggi artinya
memiliki korelasi yang tinggi antara dukungan sosial teman kelompok dengan
resiliensi, maka dapat dikatakan terdapat hubungan yang signifikan atau erat
antara dukungan sosial teman kelompok dengan resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society, artinya semakin tinggi mendapatkan
dukungan sosial teman kelompok maka semakin tinggi resiliensi pada wanita
penderita kanker payudara di Bandung cancer society. Sebaliknya semakin rendah
mendapatkan dukungan sosial teman kelompok maka semakin rendah resiliensi
pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society. Kontribusi
dukungan sosial teman kelompok terhadap resiliensi pada wanita penderita kanker
payudara di Bandung cancer society adalah sebesar 51,69%, sedangkan 48,31%
sisanya menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi resiliensi
pada wanita dalam menghadapi kanker payudara.
Menurut Sarafino dukungan sosial merupakan perasaan nyaman,
perhatian, penghargaan, serta pertolongan yang diterima oleh individu yang
diterimanya dari orang atau sekelompok lain. Dari pengertian tersebut dukungan
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 75
sosial teman kelompok dapat diartikan sebagai persepsi individu wanita penderita
kanker payudara terhadap kenyamanan, perhatian, penghargaan dan bantuan dari
teman yang berada dalam satu kelompok, baik berupa informasi atau nasehat
secara verbal atau nonverbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh
teman dan mempunyai manfaat emosional serta efek perilaku bagi individu yang
menderita kanker payudara.
Wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society memiliki
persepsi bahwa “saya bisa sembuh dan saya tidak sendiri”. Persepsi tersebut juga
terbentuk dari dukungan-dukungan yang diberikan teman kelompok sesama
penderita kanker payudara kepada dirinya, misalnya “teman-teman terbuka dalam
menceritakan pengalamannya menghadapi kanker payudara”, “teman memberikan
pujian ketika saya berani mengambil resiko dalam pengobatan”, “teman memberi
semangat ketika saya dalam kondisi lemah”, “teman-teman menghibur saya,
ketika saya sedih atas penyakit yang saya derita”, “teman memberikan semangat
untuk melanjutkan pengobatan ketika saya merasa putus asa”, dan “saya merasa
tidak sendirian menghadapi penyakit karena adanya teman yang senasib”. Wanita
penderita kanker payudara ini memiliki teman sesama penderita kanker payudara
di Bandung cancer society, yang sama artinya teman yang bisa merasakan dan
mengetahui bagaimana sakitnya menderita kanker payudara, sehingga mereka
lebih nyaman mengkomunikasikan atau sharing dengan teman kelompok. Hal ini
menimbulkan perasaan bahwa mereka tidak takut dalam menghadapi kanker yang
dideritanya karena melihat teman ada yang sembuh atau lepas dari kanker, dan
mereka juga merasa tidak sendiri karena ada teman yang mengalami nasib yang
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 76
sama yang menderita kanker payudara, sehingga mereka lebih sering saling
berbagi bercerita dan bertukar pikiran baik tentang pengobatan, kemajuan
kesembuhan, ataupun ketika penyakit kanker payudara kambuh. Dukungan sosial
teman kelompok yang tinggi bisa meningkatkan resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society.
Tingginya resiliensi pada wanita penderita kanker payudara terlihat dari
perilaku mereka dalam menghadapi kanker payudara yang dideritanya, mereka
mencari tahu penyebab penyakit kanker payudara, berusaha mencari informasi
mengenai pengobatan kanker payudara yang bagus, individu mempertimbangkan
efek-efek apa saja dari pengobatan, sebelum menjalaninya, ketika penyakit
individu tak kunjung sembuh, mereka tidak menyalahkan diri dan mau
mendiskusikan masalah penyakitnya dengan orang lain, melakukan olahraga
teratur dan merubah pola makan, mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari,
percaya diri ketika bertemu dengan orang lain, dan wanita penderita kanker
payudara ini juga aktif di kelompok, aktif mengikuti pertemuan rutin dua bulan
satu kali dan menghadiri seminar-seminar mengenai kanker.
Berdasarkan distribusi dukungan sosial teman kelompok pada tabel 4.2
tabulasi silang derajat korelasi antara dukungan sosial teman kelompok dengan
resiliensi menunjukkan wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer
society yang mendapatkan dukungan sosial teman kelompok tinggi dan memiliki
resiliensi yang tinggi sebanyak 40%, wanita penderita kanker payudara yang
mendapatkan dukungan sosial teman kelompok tinggi dan memiliki resiliensi
rendah sebanyak 30%, wanita penderita kanker payudara yang mendapatkan
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 77
dukungan sosial teman kelompok rendah dan memiliki resiliensi yang tinggi
sebanyak 0% (tidak ada), dan wanita yang mendapat dukungan sosial teman
kelompok rendah dan memiliki resiliensi rendah sebanyak 30%. Dari tabel
tabulasi silang tersebut dapat terlihat bahwa wanita penderita kanker payudara
yang mendapatkan dukungan sosial teman kelompok tinggi menunjukkan
resiliensi yang tinggi pula. Di sisi lain, wanita penderita kanker payudara yang
mendapatkan dukungan sosial teman kelompok rendah menunjukkan resiliensi
yang rendah, dan ada pula yang mendapatkan dukungan sosial teman kelompok
tinggi, namun resiliensinya rendah.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel 4.3 dengan uji korelasi
Rank Spearman, menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima dengan rs =
0,709 menunjukkan korelasi yang signifikan artinya memiliki korelasi yang tinggi
antara dukungan sosial teman kelompok aspek penghargaan dengan resiliensi,
maka dapat dikatakan terdapat hubungan yang signifikan atau erat antara
dukungan sosial teman kelompok aspek penghargaan dengan resiliensi pada
wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society, artinya semakin
tinggi dukungan sosial teman kelompok aspek penghargaan maka semakin tinggi
resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society.
Sebaliknya semakin rendah mendapatkan dukungan sosial teman kelompok aspek
penghargaan maka semakin rendah resiliensi pada wanita penderita kanker
payudara di Bandung cancer society. Kontribusi dukungan sosial teman kelompok
aspek penghargaan terhadap resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di
Bandung cancer society adalah sebesar 50,26%, sedangkan 49,74% sisanya
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 78
menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi resiliensi pada
wanita dalam menghadapi kanker payudara.
Dukungan sosial aspek penghargaan merupakan dukungan yang dapat
berupa penghargaan positif kepada orang lain, mendorong dan memberikan
persetujuan atas ide-ide individu atau perasaannya, memberikan semangat, dan
membandingkan orang tersebut secara positif. Individu memiliki seseorang yang
dapat diajak bicara tentang masalah mereka. Menurut Cohen dan Wills (dalam
Orford, 1992) dukungan ini ditandai dengan pernyataan terhadap individu bahwa
dia dihargai dan diterima apa adanya.
Wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society merasakan
adanya orang lain yaitu teman kelompok yang menghargai dan menerima apa
adanya. Mereka memiliki teman yang memberi semangat untuk melanjutkan
pengobatan, teman memberikan pujian ketika berani mengambil resiko dalam
pengobatan, mereka bercerita tentang usaha dalam menghadapi sakit, dan teman
tidak pernah menyalahkan usaha yang diambil dalam penyembuhan membuat
dukungan sosial teman kelompok aspek penghargaan tinggi pada wanita penderita
kanker payudara bisa meningkatkan resiliensi.
Tingginya resiliensi pada wanita penderita kanker payudara terlihat dari
perilaku mereka, meski penyakit kanker payudara yang diderita tidak kunjung
sembuh mereka tidak menyalahkan diri, tetap melalukan pengobatan meski belum
sembuh, mereka berusaha mencari jenis pengobatan untuk sembuh
kesembuhannya, mereka mempertimbangkan efek-efek apa saja dari pengobatan,
sebelum mereka menjalaninya.
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 79
Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel 4.4 dengan uji korelasi
Rank Spearman, menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima dengan rs =
0,711 menunjukkan korelasi yang signifikan artinya memiliki korelasi yang tinggi
antara dukungan sosial teman kelompok aspek emosi dengan resiliensi, maka
dapat dikatakan terdapat hubungan yang signifikan atau erat antara dukungan
sosial teman kelompok aspek emosi dengan resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society, artinya semakin tinggi dukungan
sosial teman kelompok aspek emosi maka semakin tinggi resiliensi pada wanita
penderita kanker payudara di Bandung cancer society. Sebaliknya semakin rendah
mendapatkan dukungan sosial teman kelompok aspek emosi maka semakin
rendah resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer
society. Kontribusi dukungan sosial teman kelompok aspek emosi terhadap
resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society
adalah sebesar 50,55%, sedangkan 49,45% sisanya menunjukkan bahwa terdapat
faktor lain yang mempengaruhi resiliensi pada wanita dalam menghadapi kanker
payudara.
Dukungan emosional merupakan dukungan yang berhubungan dengan hal
yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi, atau ekspresi.
Dukungan ini meliputi ekspresi empati, kepedulian, dan perhatian pada individu,
memberikan rasa nyaman, memiliki dan perasaan dicintai. Menurut Tolsdorf
(dalam Orford, 1992) tipe dukungan ini lebih mengacu pada pemberian
semangat, kehangatan, cinta kasih dan emosi. Selain itu dukungan ini melibatkan
perhatian, rasa percaya dan empati sehingga individu merasa berharga.
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 80
Wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society merasakan
adanya orang lain yaitu teman kelompok yang memberi perhatian, peduli, dan
memberi rasa nyaman. Mereka memiliki teman yang menghibur ketika mereka
sedih atas penyakit yang diderita, teman yang menanyakan perkembangan
penyakit yang diderita, dan teman-teman yang ikut sedih ketika penyakit mereka
kambuh. Dukungan sosial teman kelompok aspek emosi yang tinggi pada wanita
penderita kanker payudara bisa meningkatkan resiliensi.
Tingginya resiliensi pada wanita penderita kanker payudara terlihat dari
perilaku mereka, mereka semangat untuk sembuh, mereka mendiskusikan masalah
penyakitnya dengan orang lain saat hati tenang, mereka ikut sedih mendengarkan
keluhan teman yang sedang ditimpa masalah yang sama, dan mereka juga menjadi
peduli dengan masalah orang lain terlebih dengan masalah yang sama yaitu
kanker payudara.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel 4.5 dengan uji korelasi
Rank Spearman, menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima dengan rs =
0,717 menunjukkan korelasi yang signifikan artinya memiliki korelasi yang tinggi
antara dukungan sosial teman kelompok aspek instrumen dengan resiliensi, maka
dapat dikatakan terdapat hubungan yang signifikan atau erat antara dukungan
sosial teman kelompok aspek instrumen dengan resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society, artinya semakin tinggi dukungan
sosial teman kelompok aspek instrumen maka semakin tinggi resiliensi pada
wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society. Sebaliknya semakin
rendah mendapatkan dukungan sosial teman kelompok aspek instrumen maka
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 81
semakin rendah resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung
cancer society. Kontribusi dukungan sosial teman kelompok aspek instrumen
terhadap resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer
society adalah sebesar 51,40%, sedangkan 48,60% sisanya menunjukkan bahwa
terdapat faktor lain yang mempengaruhi resiliensi pada wanita dalam menghadapi
kanker payudara.
Dukungan instrumen merupakan pemberian sesuatu berupa bantuan nyata
(tangible aid) atau dukungan alat (instrumental aid). Wills (dalam Orford, 1992)
menyatakan bahwa dukungan ini meliputi banyak aktivitas seperti menyediakan
bantuan dalam pekerjaan rumah tangga, menjaga anak-anak, meminjamkan atau
menyumbangkan uang, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi,
membantu menyelesaikan tugas-tugas, menyediakan benda-benda seperti perabot,
alat-alat kerja, dan buku-buku.
Wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society merasakan
adanya orang lain yaitu teman kelompok yang memberi bantuan beruba
pemberian atau peminjaman barang. Mereka mendapatkan buku-buku bacaan
tentang penyakit kanker payudara dari teman, dan mereka juga menerima bantuan
obat atau suplemen dari teman. Dukungan sosial teman kelompok aspek
instrumental yang tinggi pada wanita penderita kanker payudara bisa
miningkatkan resiliensi.
Tingginya resiliensi pada wanita penderita kanker payudara terlihat dari
perilaku mereka. Mereka jadi memperhatikan komposisi makanan ketika membeli
makanan di luar karena tidak mau penyakit saya kambuh, mereka rajin melakukan
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 82
olahraga teratur, mereka menjadi lebih memperhatikan kesehatan, dan mereka
tahu resiko pengobatan yang mereka ambil ada efeknya ke bagian tubuh yang
lain.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel 4.6 dengan uji korelasi
Rank Spearman, menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima dengan rs =
0,713 menunjukkan korelasi yang signifikan artinya memiliki korelasi yang tinggi
antara dukungan sosial teman kelompok aspek informasi dengan resiliensi, maka
dapat dikatakan terdapat hubungan yang signifikan atau erat antara dukungan
sosial teman kelompok aspek informasi dengan resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society, artinya semakin tinggi dukungan
sosial teman kelompok aspek informasi maka semakin tinggi resiliensi pada
wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society. Sebaliknya semakin
rendah mendapatkan dukungan sosial teman kelompok aspek informasi maka
semakin rendah resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung
cancer society. Kontribusi dukungan sosial teman kelompok aspek informasi
terhadap resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer
society adalah sebesar 50,83%, sedangkan 49,17% sisanya menunjukkan bahwa
terdapat faktor lain yang mempengaruhi resiliensi pada wanita dalam menghadapi
kanker payudara.
Dukungan informasi berarti memberi solusi pada suatu masalah (House
dalam Orford, 1992). Dukungan ini diberikan dengan cara menyediakan
informasi, memberikan saran secara langsung, atau umpan balik tentang kondisi
individu dan apa yang harus ia lakukan. Dukungan ini dapat membantu individu
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 83
dalam mengenali masalah yang sebenarnya. Dukungan informasi antara lain
memberikan solusi terhadap suatu masalah, memberikan nasihat, pengarahan,
saran atau feedback mengenai apa yang telah dilakukan seseorang
Wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society merasakan
adanya orang lain yaitu teman kelompok yang memberi informasi, saran dan
umpan balik atau masukan. Mereka memiliki teman yang memberi informasi
tentang jadwal setiap kali ada seminar kanker, teman-teman yang memberikan
informasi tentang tempat pengobatan yang bagus, teman-teman yang memberikan
alamat dokter-dokter yang berkualitas untuk menangani penyakit saya, teman-
teman yang terbuka menceritakan pengalamannya, dan teman-teman yang
menasehati mereka ketika melihat mereka putus asa dengan penyakit yang mereka
derita. Dukungan sosial teman kelompok aspek informasi yang tinggi pada wanita
penderita kanker payudara bisa meningkatkan resiliensi.
Tingginya resiliensi pada wanita penderita kanker payudara terlihat dari
perilaku mereka, mereka menyadari penyakit ini terjadi karena kelalaian dalam
menjaga kesehatan, mereka tidak terburu-buru mengambil keputusan dalam
memilih jenis pengobatan, mereka senang ketika teman memberi masukan kepada
saya tentang penyakit yang dideritanya, semangat untuk terus menghadapi
penyakit, mereka tahu resiko pengobatan yang mereka ambil ada efeknya ke
bagian tubuh yang lain, dan mereka menganggap penyakit ini merupakan
pelajaran hidup yang berharga dan membuat saya lebih dekat dengan tuhan.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel 4.7 dengan uji korelasi
Rank Spearman, menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima dengan rs =
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 84
0,706 menunjukkan korelasi yang signifikan artinya memiliki korelasi yang tinggi
antara dukungan sosial teman kelompok aspek jaringan dengan resiliensi, maka
dapat dikatakan terdapat hubungan yang signifikan atau erat antara dukungan
sosial teman kelompok aspek jaringan dengan resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society, artinya semakin tinggi dukungan
sosial teman kelompok aspek jaringan maka semakin tinggi resiliensi pada wanita
penderita kanker payudara di Bandung cancer society. Sebaliknya semakin rendah
mendapatkan dukungan sosial teman kelompok aspek jaringan maka semakin
rendah resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer
society. Kontribusi dukungan sosial teman kelompok aspek jaringan terhadap
resiliensi pada wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society
adalah sebesar 49,84%, sedangkan 50,16% sisanya menunjukkan bahwa terdapat
faktor lain yang mempengaruhi resiliensi pada wanita dalam menghadapi kanker
payudara.
Dukungan jaringan merupakan perasaan individu sebagai bagian dari
kelompok. Menurut Cohen dan Wills (dalam Orford, 1992) dukungan ini dapat
berupa menghabiskan waktu bersama dengan orang lain dalam aktivitas
rekreasional di waktu senggang. Serta dukungan ini juga dapat diberikan dalam
bentuk menemani seseorang beristirahat atau rekreasi. Dukungan ini dapat
mengurangi stres dengan memenuhi kebutuhan afiliasi dan kontak dengan orang
lain, membantu mengalihkan perhatian seseorang dari masalah yang mengganggu
serta memfasilitasi suatu suasana hati yang positif.
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 85
Wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society merasakan
adanya orang lain yaitu teman kelompok yang melakukan kegiatan bersama.
Mereka memiliki teman yang menemani saat sedang sakit, teman-teman yang
datang dan menceritakan sesuatu yang membuat saya termotivasi untuk sembuh,
teman-teman yang melakukan kontak baik telepon maupun bertemu langsung,
membahas perkembangan penyakit yang kami derita, teman-teman yang juga aktif
di kegiatan kelompok, teman yang menginspirasikan mereka untuk sembuh, dan
teman yang sering mengajak mereka turut dalam kegiatan kelompok. Dukungan
sosial teman kelompok aspek jaringan yang tinggi pada wanita penderita kanker
payudara bisa meningkatkan resiliensi.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel 4.8 menunjukkan
dukungan sosial teman kelompok aspek instrumen adalah aspek yang memiliki
persentase paling rendah, hal ini dapat kita lihat dari profil Bandung cancer
society sendiri, kelompok ini tidak beroientasi pada materi, Bandung cancer
society tidak memungut biaya atau iuran kepada anggotanya, semua kegiatan
dilakukan dengan suka rela dan gratis. Nara sumber yang mengisi acara di
seminar dan pertemuan rutin kelompok baik itu dokter dari luar negeri atau dalam
negeri semuanya gratis atau tanpa bayaran. Tidak adanya uang kas atau uang
simpanan kelompok ini bisa menjadi penyebab dukungan atau bantuan dalam
bentuk barang jarang dilakukan.
Dukungan sosial teman kelompok ini memberikan pengaruh besar
terhadap wanita penderita kanker payudara di Bandung cancer society dalam
meningkatkan resiliensinya. Dari hasil penelitian ini, ternyata masih ditemukan
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 86
individu wanita penderita kanker payudara yang memiliki resiliensi rendah,
padahal dukungan sosial yang mereka dapatkan tinggi. Hal ini dapat kita lihat
pada persentase aspek resiliensi (tabel 4.9) diantaranya; emotion regulation,
impuls control, optimism, causal analysis, emphaty, self efficacy, dan reaching
out. Dari ke tujuh aspek tersebut, aspek yang memiliki persentase paling rendah
adalah self efficacy. Self efficacy merupakan kayakinan dari individu wanita
penderita kanker payudara untuk dapat menyelesaikan masalahnya yaitu kanker
payudara, walaupun presentase pada aspek-aspek resiliensi yang lain tinggi dan
terlihat dari luar (observable) atau perilaku yang tampak mereka memiliki
kemampuan baik dalam menghadapi kanker payudara, dengan rendahnya self
efficacy ini menunjukkan bahwa sebenarnya wanita penderita kanker payudara ini
kehilangan jati dirinya sebagai wanita seutuhnya karena hilangnya satu organ
kewanitaan pada dirinya dan secara tidak sengaja memunculkan keraguan dalam
diri individu wanita penderita kanker payudara tersebut untuk menghadapi kanker
payudara yang dideritanya, sehingga menyebabkan wanita penderita kanker
payudara menjadi memiliki resiliensi rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
meskipun dukungan sosial teman kelompok memberikan kontribusi besar pada
wanita penderita kanker payudara untuk menjadi resilien, dukungan sosial
kelompok ini hanyalah salah satu faktor saja. Pada kenyataannya, untuk individu
wanita penderita kanker payudara memiliki resiliensi tingggi itu kembali kepada
individu yang bersangkutan dalam memutuskan untuk menjadi resilien tinggi atau
resiliensi rendah.
H a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a nH a s i l d a n P e m b a h a s a n 87
Derajat tingginya resiliensi pada wanita penderita kanker payudara dapat
dilihat dari perilaku mereka, mereka yang aktif mengikuti pertemuan rutin
kelompok, mengikuti seminar kanker, menenangkan teman yang menangis di
depan mereka, tidak menyerah dalam menghadapi penyakitnya, mereka memberi
masukan kepada setiap orang yang bertanya tentang pengalamannya dalam
menghadapi kanker payudara, dan mereka berani menghadapi tantangan hidup ke
depan dan siap bertemu teman-teman yang baru pula.
S i m p u l a n d a n S a r a nS i m p u l a n d a n S a r a nS i m p u l a n d a n S a r a nS i m p u l a n d a n S a r a n
88
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan
antara dukungan sosial teman kelompok dengan resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara di Bandung cancer society (BCS) dapat ditarik simpulan bahwa :
1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara dukungan sosial teman kelompok dengan resiliensi pada wanita
penderita kanker payudara di Bandung cancer society, artinya semakin
tinggi dukungan sosial teman kelompok pada wanita penderita kanker
payudara, maka semakin tinggi resiliensinya. Namun hal tersebut tidak
selalu demikian, karena dukungan sosial hanyalah salah satu faktor
eksternal saja, untuk menjadi resilien individu itu sendiri yang
menentukan.
2) Dari ke 5 aspek dukungan sosial teman kelompok, aspek dukungan
penghargaan memiliki persentase paling tinggi, dukungan penghargaan;
ungkapan penghargaan kepada teman dengan memberikan dorongan,
semangat dan persetujuan ide-ide, kemudian dukungan emosional;
ekepresi kepedulian dan perhatian kepada teman, dukungan informasi;
pmberian infomasi kepada teman, dukungan jaringan; perasaan sebagai
bagian dari kelompok, dan yang paling rendah persentasenya adalah
dukungan instrumental; bantuan penyelesaian pekerjaan dan pemberian
sesuatu barang kepada teman.
S i m p u l a n d a n S a r a nS i m p u l a n d a n S a r a nS i m p u l a n d a n S a r a nS i m p u l a n d a n S a r a n 89
3) Dari ke 7 aspek resiliensi, aspek causal analysist memiliki persentase
paling tinggi, causal analysist; kemampuan mengidentifikasi masalah
(kanker payudara), kemudian emotion regulation; kemampuan untuk tetap
tenang, emphaty; kemampuan menempatkan diri sebagai orang lain dan
memprediksi apa yang akan orang lain lakukan, impuls control;
kemampuan mengendalikan keinginan, optimism; kemampuan untuk
percaya dalam menghadapi masalah (kanker payudara), reaching out;
kemampuan untuk mencapai tujuan, dan yang paling rendah persentasenya
adalah self efficacy; kemampuan untuk percaya dirinya mampu mengelola
dan mengarahkan tingkah laku.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang diajukan
peneliti adalah :
1) Diharapkan kepada lembaga Bandung cancer society agar dapat menyusun
program, misalnya dengan membuat kelompok kecil pada wanita penderita
kanker payudara dan melakukan pertemuan yang lebih diseringkan,
dengan tujuan untuk mendekatkan para wanita penderita kanker ini secara
emosional sehingga anggota BCS tetap aktif dan yang tidak aktif bisa
menjadi aktif kembali.
2) Bagi bidang psikologi penelitian lanjutan yang lebih komprehensif
dibutuhkan untuk menyusun sebuah rancangan intervensi bagi para
penderita kanker payudara yang memiliki resiliensi rendah guna
meningkatkan resiliensinya.
D a f t a r P u s t a k aD a f t a r P u s t a k aD a f t a r P u s t a k aD a f t a r P u s t a k a
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Reivich, K & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skills for Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. New york: Broadway Books
Arikunto, Suharsimi. (1998). Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Hawari, D. (2004). Al Qur’an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Bhakti Prima Yasa.
Syamsu Yusuf. (2004). Mental Hygiene: Pengembangan Kesehatan Mental Dalam Kajian Psikologi dan Agama. Jakarta: Pustaka Bani Quraisy.
Harrison. (2008). Principle of Internal Medicine, 17th Edition. New York: Mc Graw Hill Medical.
Siegel, Sidney. (1997). Statistik Nonparametrik. Jakarta : PT Gramedia
Conover. W. J. (1999). Practical Nonparametric Statistic, Third Edition. New York: John Wiley & Sons, inc.
Sumber Penelitian:
Rangga Hari Adinata. (2010). Studi Deskriptif Mengenai Resilience Pada Datuk Sebagai Tokoh Masyarakat Pasca Gempa Bumi di Kota Bengkulu. Bandung : Fakultas Psikologi UNISBA.
Sumber Televisi:
RCTI. Seputar Indonesia Pagi live. Kanker di Indonesia. Ditonton tanggal 26 Mei 2011.
Sumber Internet:
Orford, J & Wiley C. (1992). Community & Applied Social Psychology. Diunduh tanggal 26 Oktober 2010 dari: http://onlinelibrary.wiley.com/
D a f t a r P u s t a k aD a f t a r P u s t a k aD a f t a r P u s t a k aD a f t a r P u s t a k a 91
Nurachmah, E. (1999). “Dampak Kanker Payudara dan Pengobatannya Terhadap Aspek Bio-psiko-sosio-spiritual Klien yang Berpartisipasi Dalam Kelompok Pendukung”. Diunduh tanggal 23 Januari 2011 dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14258/1/09E01097.pdf
Indah Ria Sulistya Rini. Rr. (2006/2007). Resiliensi Pada Penderita Kanker Ditinjau dari Dukungan Sosial. Diunduh tanggal 17 Maret 2011 dari: http://grahacendikia.wordpress.com/2009/04/24/resiliensi-pada-penderita-kanker-ditinjau-dari-dukungan-sosial/
Indosiar. 2005. Apa Yang Harus Anda Ketahui Tentang Kanker. Diunduh tanggal 10 Mei 2011 dari: http://news.indosiar.com/news_rad.htm?id=21479.25Mei2005
Pramudiarja, uyung. (2011). 30 Persen Pasien Dokter Umum Sebenarnya Hanya Stres. Diunduh tanggal 11 Mei 2011 dari: http://m.detik.com/read/2011/05/05/150459/1633291/763/30-persen-pasien-dokter-umum-sebenarnya-hanya-stres
Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Diunduh tanggal 05 Mei 2011 dari: http://www.belajarpsikologionline.com/
A l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u r
LAMPIRAN 1
ALAT UKUR
A l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u r
Kepada Yth, Saudari Responden Di Tempat Assalamu’alaikum wr. Wb. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan tahap laporan tugas akhir (skripsi), untuk Program Strata Satu (S1 Psikologi). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai hubungan dukungan sosial teman group dengan resiliensi pada penderita kanker payudara di BCS. Untuk maksud tersebut, peneliti mohon kesediaan Saudara untuk mengisi sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan dukungan sosial teman group dan resiliensi melalui kuesioner yang tersedia. Perlu kiranya Saudara ketahui bahwa pengisian kuesioner ini semata-mata hanya dipakai untuk keperluan data penelitian, tidak akan mempengaruhi kondisi Saudara. Untuk kepentingan penelitian, diharapkan Saudara berkenan mengisi sesuai pikiran, perasaan, dan perilaku Saudara apa adanya. Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga, sekiranya Saudara tidak perlu merasa khawatir atau ragu-ragu. Semoga amal baik yang telah Saudara berikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin. Atas segala bantuan dan partisipasi yang diberikan, peneliti mengucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Desi Lina Marliana
A l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u r
Nama :
Usia :
No. Telp / HP :
Alamat :
Angket I
Petunjuk Pengisian
Pada lembaran berikut ini saudara akan menemukan beberapa pernyataan
yang berhubungan dengan keadaan diri saudara. Selanjutnya saudara diminta
untuk memberikan pendapat anda mengenai pernyataan tersebut. Caranya yaitu
dengan memberi tanda cheklist (V) pada kolom STS, TS, S, atau SS yang sesuai
dengan keadaan saudara.
Berikut keterangan alternatif jawaban :
STS = Sangat tidak sesuai
TS = Tidak sesuai
S = Sesuai
SS = Sangat sesuai
Contoh :
Pernyataan STS TS S SS
Teman-teman memberi informasi tentang jadwal setiap kali ada seminar kanker
V
Apabila pernyataan ini sesuai dengan keadaan saudara maka silakan
saudara beri tanda cheklist () pada kolom S. Jawablah sesuai dengan keadaan
saudara sendiri, kami harapkan kejujuran saudara dalam memberikan jawaban
terhadap setiap pernyataan yang ada.
SELAMAT BEKERJA
A l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u r
No. Pernyataan STS TS S SS 1. Teman saya memuji saya ketika berani
mengambil resiko dalam pengobatan.
2. Teman-teman tanpa diminta sering kali membantu keuangan saya untuk melanjutkan pengobatan.
3. Ketika saya merasa putus asa, ada teman yang memberi semangat untuk melanjutkan pengobatan.
4. Teman-teman memberi informasi tentang jadwal setiap kali ada seminar kanker.
5. Ketika saya harus berobat keluar kota, saya dibantu oleh teman dalam hal transportasi.
6. Semenjak sakit, saya jarang bertemu teman-teman.
7. Saya dan teman group melakukan kontak (telepon), membahas perkembangan penyakit yang kami derita.
8. Ketika sakit saya kambuh, teman-teman terlihat sedih melihat saya.
9. Teman-teman tidak memberikan informasi tentang tempat pengobatan yang bagus.
10. Teman-teman memberikan alamat dokter-dokter yang berkualitas untuk menangani penyakit saya.
11. Ketika saya dalam kondisi lemah, ada teman yang memberi semangat.
12. Teman-teman saya enak diajak bicara, sehingga saya nyaman menceritakan keluhan-keluhan saya.
13. Teman-teman terlihat gembira ketika saya menceritakan perkembangan penyakit saya ke arah yang lebih baik.
14. Saya jarang ikut kegiatan group, karena saya merasa makin takut menghadapi penyakit yang saya derita.
15. Ketika saya sakit, kehadiran teman memberi semangat buat saya.
16. Teman tidak memberikan buku bacaan tentang penyakit yang saya derita.
17. Teman-teman memarahi saya, ketika saya tidak mau melakukan pengobatan lanjutan.
18. Teman-teman melarang saya membeli makanan dipinggir jalan karena tidak baik untuk kesehatan saya.
A l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u r
19. Ketika saya bercerita tentang usaha saya dalam menghadapi sakit, teman tidak memperdulikan
20. Seminar yang diadakan group memberi inspirasi saya untuk bisa sembuh seperti teman-teman saya.
21. Teman-teman memperhatikan perkembangan penyakit yang saya derita.
22. Teman-teman memberi saya buah-buahan saat saya sakit.
23. Teman-teman menjenguk saya ketika mengetahui saya menderita penyakit yang berbahaya.
24. Group jarang mengadakan kegiatan, sehingga saya jarang bertemu teman yang sama-sama sakit dan bertukar pikiran dengan mereka.
25. Teman-teman menghibur saya, ketika saya sedih atas penyakit yang saya derita.
26. Teman-teman menasehati saya ketika melihat saya putus asa dengan penyakit yang saya derita.
27. Kehadiran teman-teman saya sangat menghibur dan menentramkan diri saya.
28. Ketika saya menjalani pengobatan alternatif, teman tidak berkomentar.
29. Teman langsung menanyakan (menelpon) kabar saya, saat mendengar saya harus melakukan pengobatan lanjutan.
30. Teman-teman menyarankan saya untuk memakan yang tidak banyak mengandung lemak karena tidak baik untuk penderita kanker.
31. Teman-teman memberi semangat dalam menghadapi rasa sakit yang saya derita.
32. Teman kurang mengajak saya turut serta dalam kegiatan group, padahal saya ingin sekali bertemu mereka.
33. Adanya teman-teman senasib seperti saya, membuat saya merasa tidak sendirian menghadapi penyakit saya.
34. Teman-teman kurang terbuka menceritakan pengalamannya.
35. Ketika saya sakit, saya merasa terbuang. 36. Ketika saya terbaring sakit, teman menjenguk
saya dan sesekali menyuapi saya makan sambil menghibur saya.
A l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u r
37. Teman-teman meyakinkan saya untuk berani melakukan pengobatan yang beresiko tinggi.
38. Saya menerima bantuan obat / suplemen dari teman untuk kesembuhan diri saya.
39. Saya merasa kesepian saat sedang sakit.
40. Saat saya sakit, teman-teman datang dan menceritakan sesuatu yang membuat saya termotivasi untuk sembuh.
A l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u r
Angket II
Petunjuk Pengisian
Pada lembaran berikut ini saudara akan menemukan beberapa pernyataan
yang berhubungan dengan keadaan diri saudara. Selanjutnya saudara diminta
untuk memberikan pendapat anda mengenai pernyataan tersebut. Caranya yaitu
dengan memberi tanda cheklist (V) pada kolom STS, TS, S, atau SS yang sesuai
dengan keadaan saudara.
Berikut keterangan alternatif jawaban :
STS = Sangat tidak sesuai
TS = Tidak sesuai
S = Sesuai
SS = Sangat sesuai
Contoh :
Pernyataan STS TS S SS
Saya tidak menyerah, meski penyakit ini sulit disembuhkan
V
Apabila pernyataan ini sangat sesuai dengan keadaan saudara, maka
silakan saudara beri tanda cheklist (V) pada kolom SS. Jawablah sesuai dengan
keadaan saudara sendiri, kami harapkan kejujuran saudara dalam memberikan
jawaban terhadap setiap pernyataan yang ada.
A l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u r
No. Pernyataan STS TS S SS 1. Saya adalah orang yang mudah panik. 2. Saya mengatur pola makan saya, demi menjaga
kesehatan saya.
3. Saya sedih mendengarkan keluhan teman yang sedang ditimpa masalah yang sama seperti saya.
4. Saya mempertimbangkan keinginan saya untuk melakukan pengobatan alternatif.
5. Saya mencari tahu penyebab saya menderita sakit.
6. Saya adalah orang yang cepat putus asa. 7. Jika di tempat pengobatan pertama saya tidak
mengalami kemajuan kesehatan, saya mencari tempat pengobatan lain untuk penyakit saya.
8. Jika saya pusing menghadapi penyakit saya, rasanya saya ingin mati saja.
9. Saya menyadari penyakit ini terjadi karena kelalaian saya dalam menjaga kesehatan.
10. Saat berobat, saya ada yang menemani. 11. Saya harus memperhatikan komposisi makanan
ketika membeli makanan di luar, karena saya tidak mau penyakit saya kambuh.
12. Saya tidak tahu harus melakukan apa saat ada teman yang menangis di depan saya karena penyakitnya.
13. Saya tahu resiko pengobatan yang saya ambil ada efeknya ke bagian tubuh yang lain.
14. Saya tidak tahu mau melakukan apalagi, saat kesehatan saya tidak ada kemajuan.
15. Saya tetap berobat di dokter yang sama, meski tidak ada kemajuan pada kesehatan saya.
16. Saya senang melihat teman saya mengalami kemajuan kesehatannya.
17. Saya sudah pasrah dengan penyakit saya yang suka kambuh.
18. Saya bisa menyelesaikan pekerjaan rumah sendiri.
19. Saya memberi semangat kepada orang lain untuk kuat menghadapi penyakit yang dideritanya.
A l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u r
20. Saya tidur larut malam karena sudah terbiasa, meskipun saya tahu itu tidak baik untuk kesehatan saya.
21. Penyakit yang saya derita, membuat saya lebih memperhatikan kesehatan saya dan keluarga saya.
22. Ketika penyakit saya tak kunjung sembuh, saya sering menyalahkan diri.
23. Saya rajin melakukan olahraga teratur, karena bermafaat bagi tubuh saya.
24. Saya tahu apabila penyakit saya tidak ditindak lanjuti akan membahayakan tubuh saya.
25. Saya tidak mengerti kenapa saya bisa sakit, padahal saya sudah melakukan pola hidup sehat.
26. Meski belum sembuh, saya tetap melakukan pengobatan.
27. Saya jarang datang ke seminar kanker, padahal gratis dan sangat bermafaat buat saya.
28. Saya akan menjaga kesehatan saya dan keluarga dengan baik, karena saya ingin hidup lebih lama bersama keluarga.
29. Ketika suasana hati saya tidak tenang karena penyakit saya, saya memarahi orang yang berbicara disekitar saya.
30. Hidup saya tidak berarti, saya hanya orang yang menyusahkan keluarga saya saja.
31. Saya memdiskusikan masalah penyakit saya dengan orang lain, saat hati saya sudah tenang.
32. Penyakit ini merupakan pelajaran hidup yang berharga dan membuat saya lebih dekat dengan tuhan.
33. Saya malas berobat, karena kemajuan kesehatan saya rasa lambat.
34. Penyakit yang saya derita membuat saya menjadi sadar akan pentingnya kesehatan bagi saya dan keluarga saya.
35. Saya mempertimbangkan efek-efek apa saja dari pengobatan, sebelum saya menjalaninya.
A l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u r
36. Sangat mudah bagi saya tidak merasa “tersentuh” mendengar cerita kesulitan teman dalam menghadapi penyakitnya.
37. Saya yakin bisa menjaga kesehatan lebih baik lagi dari sebelumnya.
38. Saya kurang suka kalau ada orang yang memberi masukan kepada saya tentang penyakit yang saya derita karena merasa diatur.
39. Saya terus berobat meski penyakit yang saya derita sulit disembuhkan.
40. Saya kurang peduli dengan masalah orang lain, meski saya pernah mengalami masalah yang sama.
41. Penyakit merupakan cobaan hidup yang bisa saya lewati apabila saya mau berusaha dengan sungguh-sungguh.
42. Saat sakit, saya rajin minum obat tanpa diingatkan orang lain.
43. Masukan dari teman, memotivasi saya untuk terus menghadapi penyakit saya ini.
44. Saya ingin menyerah, ketika penyakit yang saya alami belum sembuh juga.
45. Saya aktif dalam berbagai kegiatan kelompok, terutama yang berhubungan dengan kanker.
46. Saya tidak peduli apa jenis pengobatannya, yang penting saya berusaha untuk sembuh.
47. Saya berobat teratur karena disuruh keluarga. 48. Saya merasa kurang nyaman ketika bertemu
dengan orang baru, padahal mereka sesama penderita kanker.
49. Saya yakin bisa sembuh dari penyakit yang saya derita ini.
50. Saya memiliki keluarga yang sangat saya sayangi, saya tidak ingin penyakit yang sama diderita keluarga saya.
51. Orang lain mengatakan saya terburu-buru dalam mengambil keputusan dalam memilih jenis pengobatan.
A l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u rA l a t U k u r
52. Saya memiliki teman yang perhatian kepada saya, saya ingin teman-teman saya bisa sembuh seperti saya.
53. Saya langsung membuang makanan yang rasanya tidak enak, padahal baik buat kesehatan saya.
54. Saya menghibur teman saya yang sedang sedih.
55. Saya tetap datang berkonsultasi ke dokter, meski tidak bertemu dengan dokter beberapa kali.
56. Saya siap menghadapi tantangan hidup ke depan dan siap bertemu teman-teman yg baru pula.
57. Saya tertawa girang, ketika dokter mengatakan kesehatan saya mengalami kemajuan.
58. Saya tidak menyerah, meski penyakit ini sulit disembuhkan.
59. Saya mengurung diri di kamar, setelah didiagnosa menderita penyakit yang berbahaya.
60. Penyakit ini berat bagi saya, saya belum siap menghadapi cobaan yang lain.
TERIMA KASIH
U j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a sU j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a sU j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a sU j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a s
LAMPIRAN 2
HASIL UJI VALIDITAS DAN
RELIABILITAS
U j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a sU j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a sU j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a sU j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a s
Dukungan Sosial Teman Kelompok
Uji validitas alat ukur
N = 10 dan α = 0,05 rstab = 0,564
No. Item Validitas Keterangan 1 1 Valid 2 0,820513 Valid 3 0,595637 Valid 4 0,563076 Valid 5 0,68605 Valid 6 0,782051 Valid 7 0,828075 Valid 8 0,766836 Valid 9 0,858745 Valid 10 0,848859 Valid 11 0,564103 Valid 12 0,725462 Valid 13 0,58797 Valid 14 0,343134 Tidak Valid 15 0,282051 Tidak Valid 16 0,845897 Valid 17 0,449148 Tidak Valid 18 0,488587 Tidak Valid 19 0,085453 Tidak Valid 20 0,727477 Valid 21 0,865765 Valid 22 0,674761 Valid 23 0,877647 Valid 24 0,69343 Valid 25 0,589056 Valid 26 0,676858 Valid 27 0,674387 Valid 28 0,65856 Valid 29 0,467866 Valid 30 0,845777 Valid 31 0,865856 Valid 32 0,679392 Valid 33 0,857206 Valid 34 0,3067015 Tidak Valid 35 0,6167889 Valid 36 0,7394797 Valid 37 0,5651282 Valid 38 0,08794 Tidak Valid 39 0,653167 Valid 40 0,653167 Valid
U j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a sU j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a sU j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a sU j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a s
Koefisien korelasi 0,730
Reabilitas Alat ukur Dukungan Sosial Teman Kelompok
Cronbach's
Alpha
Part 1
Value 0,713
N of Items 17(a)
Part 2 Value 0,713
N of Items 16(b)
Total N of Items 33
Correlation Between Forms .728(c)
Spearman-
Brown
Coefficient
Equal Length .716(c)
Unequal Length .738(c)
Guttman Split-Half Coefficient 0,724
U j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a sU j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a sU j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a sU j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a s
Resiliensi
Uji Validitas Alat Ukur
N = 10 dan α = 0,05 rstab = 0,564
No. Item Validitas Keterangan 1 1 Valid 2 0,769231 Valid 3 0,733695 Valid 4 0,744119 Valid 5 0,894049 Valid 6 0,642564 Valid 7 0,587591 Valid 8 0,817658 Valid 9 0,648859 Valid 10 0,640855 Valid 11 0,845721 Valid 12 0,728075 Valid 13 0,872084 Valid 14 0,456798 Tidak Valid 15 0,595882 Valid 16 0,681379 Valid 17 0,858745 Valid 18 0,559879 Tidak Valid 19 0,653167 Valid 20 0,712821 Valid 21 0,820513 Valid 22 0,581956 Valid 23 0,682261 Valid 24 0,864387 Valid 25 0,613846 Valid 26 0,876576 Valid 27 0,617748 Valid 28 0,872083 Valid 29 0,898366 Valid 30 0,840489 Valid 31 0,712821 Valid 32 0,841377 Valid 33 0,435897 Tidak Valid 34 0,769230 Valid 35 0,742153 Valid 36 0,691234 Valid 37 0,598797 Valid 38 0,66703 Valid 39 0,437876 Tidak Valid 40 0,684079 Valid 41 0,577852 Valid
U j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a sU j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a sU j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a sU j i V a l i d i t a s d a n R e l i a b i l i t a s
42 0,316788 Tidak Valid 43 0,871713 Valid 44 0,589630 Valid 45 0,653716 Valid 46 0,634977 Valid 47 0,752821 Valid 48 0,595683 Valid 49 0,765127 Valid 50 0,650513 Valid 51 0,806728 Valid 52 0,678859 Valid 53 0,539056 Tidak Valid 54 0,693343 Valid 55 0,885874 Valid 56 0,692308 Valid 57 0,582051 Valid 58 0,583526 Valid 59 0,770917 Valid 60 0,748587 Valid
Koefisien korelasi 0,730
Reabilitas Alat ukur Resilensi
Cronbach's
Alpha
Part 1
Value 0,753
N of Items 27(a)
Part 2 Value 0,753
N of Items 27(b)
Total N of Items 54
Correlation Between Forms .746(c)
Spearman-
Brown
Coefficient
Equal Length .727(c)
Unequal Length
.749(c)
Guttman Split-Half Coefficient 0,731
P e r h i t u n g a n P e r h i t u n g a n P e r h i t u n g a n P e r h i t u n g a n K o r e l a s iK o r e l a s iK o r e l a s iK o r e l a s i
LAMPIRAN 3
HASIL PERHITUNGAN
KORELASI
P e r h i t u n g a n P e r h i t u n g a n P e r h i t u n g a n P e r h i t u n g a n K o r e l a s iK o r e l a s iK o r e l a s iK o r e l a s i
Hubungan Dukungan Sosial Teman Kelompok dengan Resiliensi Pada
Wanita Penderita Kanker Payudara di Bandung Cancer Society
Correlations
Dukungan
Sosial Resiliensi
Spearman's rho Dukungan Sosial Correlation Coefficient 1.000 .719**
Sig. (2-tailed) . .000
N 10 10
Resiliensi Correlation Coefficient .719** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari perhitungan output SPSS Versi 15.0 for Windows di atas dapat dilihat
bahwa nilai koefisien korelasi spearman antara dukungan sosial dengan Resiliensi adalah
0,719.
Hubungan Antara Aspek–Aspek Dukungan sosial Dengan Resiliensi
1) Aspek Dukungan Penghargaan
Correlations
Aspek Dukungan
Penghargaan Resiliensi
Spearman's rho Aspek Dukungan
Penghargaan
Correlation Coefficient 1.000 .706**
Sig. (2-tailed) . .002
N 10 10
Resiliensi Correlation Coefficient .706** 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
N 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
P e r h i t u n g a n P e r h i t u n g a n P e r h i t u n g a n P e r h i t u n g a n K o r e l a s iK o r e l a s iK o r e l a s iK o r e l a s i
Dari perhitungan output SPSS Versi 17.0 for Windows di atas dapat
dilihat bahwa nilai koefisien korelasi spearman antara aspek penghargaan pada
variabel Dukungan sosial dengan Resiliensi adalah 0,706.
2) Aspek Dukungan Emosi
Correlations
Aspek Dukungan
Emosi Resiliensi
Spearman's rho Aspek Dukungan
Emosi
Correlation Coefficient 1.000 .711**
Sig. (2-tailed) . .002
N 10 10
Resiliensi Correlation Coefficient .711** 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
N 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari perhitungan output SPSS Versi 17.0 for Windows di atas dapat
dilihat bahwa nilai koefisien korelasi spearman antara aspek emosi pada variabel
Dukungan sosial dengan Resiliensi adalah 0,711.
3) Aspek Dukungan Instrumen
Correlations
Aspek Dukungan
Instrumen Resiliensi
Spearman's rho Aspek Dukungan
Instrumen
Correlation Coefficient 1.000 .717**
Sig. (2-tailed) . .002
N 10 10
Resiliensi Correlation Coefficient .717** 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
N 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
P e r h i t u n g a n P e r h i t u n g a n P e r h i t u n g a n P e r h i t u n g a n K o r e l a s iK o r e l a s iK o r e l a s iK o r e l a s i
Dari perhitungan output SPSS Versi 17.0 for Windows di atas dapat
dilihat bahwa nilai koefisien korelasi spearman antara aspek instrumen pada
variabel Dukungan sosial dengan Resiliensi adalah 0,717.
4) Aspek Dukungan Informasi
Correlations
Aspek Dukungan
Informasi Resiliensi
Spearman's rho Aspek Dukungan
Informasi
Correlation Coefficient 1.000 .713**
Sig. (2-tailed) . .002
N 10 10
Resiliensi Correlation Coefficient .713** 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
N 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari perhitungan output SPSS Versi 17.0 for Windows di atas dapat
dilihat bahwa nilai koefisien korelasi spearman antara aspek informasi pada
variabel Dukungan sosial dengan Resiliensi adalah 0,713.
5) Aspek Dukungan Jaringan
Correlations
Aspek Dukungan
Jaringan Resiliensi
Spearman's rho Aspek Dukungan
Jaringan
Correlation Coefficient 1.000 .714**
Sig. (2-tailed) . .002
N 10 10
Resiliensi Correlation Coefficient .714** 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
N 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
P e r h i t u n g a n P e r h i t u n g a n P e r h i t u n g a n P e r h i t u n g a n K o r e l a s iK o r e l a s iK o r e l a s iK o r e l a s i
Dari perhitungan output SPSS Versi 17.0 for Windows di atas dapat
dilihat bahwa nilai koefisien korelasi spearman antara aspek jaringan pada
variabel Dukungan sosial dengan Resiliensi adalah 0,706.
D a t a M e n t a hD a t a M e n t a hD a t a M e n t a hD a t a M e n t a h
LAMPIRAN 4
DATA ITEM TERPAKAI
D a t a I t e m T e r p a k a iD a t a I t e m T e r p a k a iD a t a I t e m T e r p a k a iD a t a I t e m T e r p a k a i
Data Item Terpakai Dukungan Sosial Teman Kelompok
Rsp
/Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 16 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 35 36 37 39 40 Jumlah
1 3 2 3 1 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 1 2 2 1 3 84
2 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 1 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 116
3 4 4 4 4 4 4 4 1 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 3 4 3 3 4 4 3 2 4 112
4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 108
5 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 93
6 3 1 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 95
7 4 1 4 3 2 2 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 1 2 4 104
8 4 3 4 4 2 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 114
9 2 2 4 3 1 2 4 2 3 4 4 4 4 2 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 2 3 2 4 106
10 3 2 3 4 2 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 115
D a t a I t e m T e r p a k a iD a t a I t e m T e r p a k a iD a t a I t e m T e r p a k a iD a t a I t e m T e r p a k a i
Data Item Terpakai Resiliensi
Rsp /
Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 34
1 2 3 3 2 4 3 3 2 2 2 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 4 4
2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 1 4 2 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
6 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
7 3 4 4 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 2 4 1 4 4 4 3 4 3 3 4
8 3 4 3 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3
9 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 4 4 2 4 3 4 2 2 3 3 4 3 3 3 3 4
10 2 4 3 4 3 3 3 4 3 1 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 1 2 4 4 4 3 3 4 4 4
D a t a I t e m T e r p a k a iD a t a I t e m T e r p a k a iD a t a I t e m T e r p a k a iD a t a I t e m T e r p a k a i
Rsp /
Item 35 36 37 38 40 41 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 54 55 56 57 58 59 60 jumlah
1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 2 2 154
2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 187
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 159
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 160
5 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 158
6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 152
7 3 4 3 3 4 4 3 3 4 1 3 4 3 4 3 4 4 3 4 1 3 3 2 168
8 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 3 2 175
9 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 2 4 2 2 174
10 3 2 4 4 4 4 4 3 4 1 3 4 3 4 3 4 4 3 4 1 3 3 3 179
D a t a I t e m T e r p a k a iD a t a I t e m T e r p a k a iD a t a I t e m T e r p a k a iD a t a I t e m T e r p a k a i