analisa kinerja pasar.pdf

Upload: bupati

Post on 05-Jul-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    1/104

    ANALISIS KINERJA PASAR TRADISIONAL DI ERA

    PERSAINGAN GLOBAL DI KOTA BOGOR

    Oleh :

    HADIWIYONO

    H14061337

    DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2011

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    2/104

    ABSTRAK

    HADIWIYONO. Analisis Kinerja Pasar Tradisional di Era Persaingan Global di

    Kota Bogor (dibimbing oleh DIDIN S. DAMANHURI).

    Pasar adalah tempat mendistribusikan kebutuhan harian masyarakat di

    suatu kota. Pasar terbagi menjadi dua jenis menurut manajemen dan mutu

     pelayanannya, yaitu Pasar Tradisional dan Pasar Modern. Kota Bogor mengalami

     pertumbuhan jumlah Pusat Perbelanjaan Modern dan Supermarket/Hipermarket

    yang cukup pesat yang berimbas kepada pergeseran preferensi dan pangsa pasar

    dari Pasar Tradisional ke Pasar Modern. Penelitian kualitatif dilakukan dengan

    mengambil sampel pedagang dari dua jenis Pasar Tradisional.

    Penyelengaraan pasar tradisional Kota Bogor dilakukan oleh pemerintah

    maupun kerjasama dengan pihak swasta, sistem tata kelola pedagang yang

    cenderung stagnan. Secara umum kondisi pedagang di kedua pasar umumnyamengandalkan penjualan harian ke pelanggan non rumah tangga secara grosir,

    sistem pemasok menggunakan agen dengan pembayaran tunai, modal dari

     pedagang sendiri dan strategi klaim kualitas dan sikap baik sebagai cara

    mendapatkan konsumen. Sebanyak 67 persen responden mengalami penurunan

    omset dan keuntungan harian, yang diikuti oleh penurunan jumlah pembeli harian

    dan penurunan jam aktif transaksi pasar menjadi indikasi kelesuan pasar

    tradisional.

    Teridentifikasi masalah di kedua pasar dalam 4 poin, permasalahan

    infrastruktur, permasalahan fluktuasi nilai barang konsumsi, permasalahan

     persaingan tidak sehat, dan permasalahan struktural. Pihak Pemerintah KotaBogor merespon kelesuan pasar dengan mendirikan Perusahaan Daerah Pasar

    Pakuan Jaya. Perubahan sifat dari melayani pedagang menjadi sebuah perusahaan

    dengan motif mengejar keuntungan. PD Pasar Pakuan Jaya mengharapkan

     perbaikan Pasar Tradisional yang lebih efisien dan memiliki daya saing dengan

     peningkatan pelayanan dan penuntasan masalah pedagang pasar tradisional.

    Imbasnya adalah peningkatan retribusi harian pedagang pasar tradisional.

    Langkah yang dipilih Kota Bogor termasuk ke dalam rekomendasi yang dilakukan

    FAO, AFMA, FAMA, dan ICRIER.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    3/104

    ANALISIS KINERJA PASAR TRADISIONAL DI ERA

    PERSAINGAN GLOBAL DI KOTA BOGOR

    Oleh :

    HADIWIYONO

    H14061337

    Skripsi

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

    Departemen Ilmu Ekonomi

    DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2011

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    4/104

    Judul Skripsi : Analisis Kinerja Pasar Tradisional di Era

    Persaingan Global di Kota Bogor

     Nama Mahasiswa : Hadiwiyono

     NIM : H14061337

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing

    Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, S.E, M.S, D.E.A.

     NIP. 1952 0408 1984031001

    Mengetahui,

    Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

    Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.

     NIP. 1964 1022 1989031003

    Tanggal Kelulusan :

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    5/104

    PERNYATAAN

    DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

    BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

    DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

    PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

    Bogor, Januari 2011

    Hadiwiyono

    H14061337

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    6/104

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis bernama lengkap Hadiwiyono lahir pada tanggal 27 April 1988

    di Bogor. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan

    Hadiwibowo, SE dan Wahyuni. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Bina

    Insani Bogor pada tahun 2001. Di tahun yang sama, penulis melanjutkan ke SMP

    Bina Insani Bogor dan lulus pada tahun 2003. Penulis kemudian diterima di SMA

     Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2006.

    Pada tahun 2006 penulis melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan

    diterima masuk di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Saringan

    Masuk IPB (USMI). Di tahun berikutnya, penulis mendapatkan Mayor di Ilmu

    Ekonomi dan Minor Kewirausahaan Agribisnis di Fakultas Ekonomi dan

    Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi intra kampus

    HIPOTESA pada Divisi Kewirausahaan periode kepengurusan 2007/2008 dan

    kepanitiaan seperti HIPOTEX-R.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    7/104

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Alloh SWT atas rahmat dan

    karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak

    lupa penulis juga memanjatkan shalawat serta salam ke hadirat Nabi Besar

    Muhammad SAW. Judul skripsi ini adalah “Analisis Kinerja Pasar Tradisional

    di Era Persaingan Global di Kota Bogor”. Di era globalisasi seperti saat ini,

    tekanan modal asing yang masuk ke persaingan antara Pasar Tradisional dan

    Pasar Modern membuat ketimpangan atas dominasi kekuatan Pasar Modern

    semakin terlihat. Hal ini akan berimplikasi terhadap keberlangsungan Pasar

    Tradisional di tahun-tahun mendatang. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia

    harus berpihak kepada Pasar Tradisional sebagai bentuk pemerhatian terhadap

    kesejahteraan rakyat Indonesia pada umumnya. Skripsi ini juga merupakan salah

    satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu

    Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

    Ucapan terima kasih akan penulis sampaikan kepada:

    1.  Kedua orang tua penulis, Hadiwibowo, S.E. dan Wahyuni, serta adik penulis

    Hadiwijoyo atas doa, dorongan moral dan materi, serta pandangan hidup atas

    kebahagiaan yang sangat besar artinya bagi pembentukan karakter dan pola

     pikir selama perjalanan hidup penulis.

    2.  Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E, M.S, D.E.A., selaku Dosen Pembimbing

    skripsi, yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan saran maupun

    kritik dalam membangun pemikiran selama penelitian skripsi ini hingga

    selesai.

    3. 

    Dr. Yeti Lis Purnamadewi selaku Dosen Penguji Utama atas saran, kritik, danmasukan terhadap inti dari penulisan skripsi dan Dr. Muhammad Findi

    Alexandi selaku Komisi Pendidikan atas saran dan tatacara penulisan skripsi.

    4.  Seluruh teman-teman dari Ilmu Ekonomi angkatan 43 yang tidak dapat

    disebutkan satu-persatu, untuk setiap momen, baik senang maupun sedih

    selama 3 tahun masa studi di IE IPB dan atas pelajaran hidup yang berharga

    selama berorganisasi di HIPOTESA.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    8/104

    5.  Seluruh informan dan narasumber pedagang Pasar Tradisional Kota Bogor,

    serta staf-staf dari PD Pasar Pakuan Jaya, PT Galvindo Ampuh,

    Disperindagkop Kota Bogor, dan Kesbanglinmas Kota Bogor atas koordinasi

    yang baik selama masa penulisan.

    Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang

    membutuhkan.

    Bogor, Januari 2011

    Hadiwiyono

    H14061337

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    9/104

    i

    DAFTAR ISI

    Hal

    DAFTAR ISI ..................................................................................................

    DAFTAR TABEL ..........................................................................................

    DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

    I. PENDAHULUAN ......................................................................................

    1.1 Latar Belakang ....................................................................................

    1.2 Perumusan Masalah ............................................................................

    1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................

    1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................

    1.5 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah ..........................................

    II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ...................

    2.1 Organisasi Industri ..............................................................................

    2.2 Structure Conduct Performance (SCP) ...............................................

    2.3 Persaingan Usaha ................................................................................

    2.4 Konsep Pasar .......................................................................................

    2.4.1 Pasar Tradisional .......................................................................

    2.4.2 Toko Modern .............................................................................

    2.4.3 Pedagang Kaki Lima (Pedagang Informal) ...............................

    2.5 Penelitian Terdahulu ...........................................................................

    2.6 Kerangka Pemikiran ............................................................................

    III. METODE PENELITIAN .........................................................................

    3.1 Metode Penentuan Lokasi ...................................................................

    3.2 Metode Pengumpulan Data .................................................................3.3 Metode Penentuan Sampel ..................................................................

    3.4 Metode Analisis ..................................................................................

    3.4.1 Analisis Kinerja Bisnis Pasar Tradisional Kota Bogor .............

    3.4.2 Analisis Permasalahan Pasar Tradisional Kota Bogor ..............

    3.4.3 Analisis Respon Pemerintah Kota Bogor terhadap

    Permasalahan Pasar Tradisional Kota Bogor ...........................

    i

    iii

    iv

    1

    1

    6

    8

    8

    9

    10

    10

    10

    13

    13

    15

    16

    17

    17

    19

    22

    22

    2223

    25

    25

    26

    26

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    10/104

    ii

    IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH ........................................................

    4.1. Kondisi Umum Kota Bogor ...............................................................

    4.2. Perekonomian Kota Bogor .................................................................

    4.2.1. Pasar Tradisional di Kota Bogor ..............................................

    4.2.2. Pasar Modern di Kota Bogor ....................................................

    V. PEMBAHASAN .......................................................................................

    5.1 Analisis Kinerja Bisnis Pasar Tradisional Kota Bogor .......................

    5.1.1. Perkembangan Penyelengaraan Pasar Tradisional di Kota

    Bogor ........................................................................................

    5.1.2 Tatakelola Pasar Tradisional ...................................................

    5.1.3 Kondisi Umum Pedagang Pasar Tradisional .............................

    5.2. Analisis Permasalahan Pasar Tradisional di Kota Bogor ...................

    5.2.1. Analisis Dampak Permasalahan Infrastruktur dan Pelayanan

    Pasar Tradisional ......................................................................

    5.2.2 Analisis Dampak Fluktuasi Harga dan Penurunan Daya Beli

    Konsumen .................................................................................

    5.2.3 Analisis Masalah Persaingan Tidak Sehat dan Keberadaan

    PKL terhadap Pasar Tradisional ...............................................

    5.2.4. Analisa Permasalahan Struktural Pasar Tradisional ................

    5.3. Analisis Respon Pemerintah Kota Bogor terhadap Permasalahan

    Pasar Tradisional Kota Bogor ............................................................5.4. Pengendalian Persaingan Ritel Modern dan Ritel Tradisional di

    Luar Negeri ........................................................................................

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

    6.1 Kesimpulan .........................................................................................

    6.2 Saran ....................................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

    28

    28

    29

    30

    32

    33

    33

    33

    35

    37

    52

    53

    56

    58

    66

    75

    82

    87

    87

    89

    90

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    11/104

    iii

    DAFTAR TABEL

     No. Hal

    1.1

    4.1

    4.2

    5.1

    5.2

    5.3a

    5.3b

    5.4

    PDRB Kota Bogor menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

    Konstan (Jutaan Rupiah) .....................................................................

    PDRB Kota Bogor Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (dalam

    milyaran rupiah) ..................................................................................

    Tujuh Unit Pasar Tradisional Kota Bogor ..........................................

    Proporsi Pemasok Barang Utama & Metode Pembayaran Pedagang

    Pasar Tradisional .................................................................................

    Sumber Modal Pedagang Pasar Tradisional ........................................

    Persaingan dan Strategi Pedagang Pasar Baru Bogor .........................

    Persaingan dan Strategi Pedagang Pasar Induk Kemang ....................

    Jumlah Penggunaan Kios dan Los di 7 Pasar Tradisional Kota Bogor

    5

    30

    31

    41

    42

    44

    45

    48

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    12/104

    iv

    DAFTAR GAMBAR

     No. Hal

    2.1

    5.1a

    5.1b

    5.2a

    5.2b

    Skema Kerangka Pemikiran Analisis Kinerja Pasar Tradisional di

    Era Persaingan Global di Kota Bogor ................................................

    Proporsi Pelanggan Utama Pasar Baru Bogor ....................................

    Proporsi Pelanggan Utama Pasar Induk Kemang ...............................

    Pergerakan Omset dan Keuntungan Harian Rata-rata Pedagang

    Pasar Baru Bogor ................................................................................

    Pergerakan Omset dan Keuntungan Harian Rata-rata Pedagang

    Pasar Induk Kemang ...........................................................................

    20

    39

    40

    46

    47

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    13/104

    1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pasar merupakan pusat kegiatan ekonomi. Pasar menjadi tempat

     bertemunya penjual berbagai kebutuhan masyarakat dan pembeli yang ingin

    memenuhi kebutuhannya. Interaksi penjual dan pembeli seperti ini sudah

     berlangsung sejak zaman dahulu, yang kemudian penjual dan pembeli tersebut

     berkumpul dan memusat di suatu daerah yang dijadikan pusat perekonomian yang

    disebut pasar. Pasar Tradisional identik dengan sistem tawar-menawar, interaksi

    sosial antara pedagang dan pembeli merupakan suatu kultur sosial dalam

    masyarakat Indonesia yang kemudian menjadi motivasi untuk berbelanja di

    tempat tersebut. Pada Pasar Tradisional di Indonesia, umumnya masalah

    kenyamanan adalah masalah utama yang semakin disorot. Kesan semrawut, kotor,

     bau, dan lainnya membuat ketidaknyamanan dalam berbelanja.

    Ide baru muncul dengan membuat suatu tempat memenuhi kebutuhan

    konsumen dengan mengedepankan kenyamanan. Toko dengan pelayanan prima,

    mengutamakan kebersihan dan memberikan kepastian harga dalam bentuk label

    menjadi suatu konsep perdagangan baru, yaitu bisa disebut sebagai Toko Modern.

    Mengedepankan pelayanan dan tatakelola baru seperti ini kemudian membuat

    Toko Modern harus mengorbankan harga, artinya barang-barang di Toko Modern

     pada umumnya memiliki harga yang lebih tinggi dibanding di pedagang-pedagang

    Pasar Tradisional. Konsep kata „Toko‟ pun semakin berkembang karena

     pengembangan skala dari konsep ini, sehingga sebuah Toko Modern mampu

    memenuhi segala kebutuhan konsumen seperti halnya Pasar Tradisional.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    14/104

    2

    Kehadiran Toko Modern (Ritel Modern) di negara berkembang diyakini

    terjadi dalam 3 gelombang1. Gelombang pertama terjadi pada pertengahan dekade

    1990-2000 di Amerika Selatan, Asia Timur selain Cina, Eropa Utara dan Tengah,

    dan Afrika Selatan. Gelombang kedua pada akhir dekade 1990-2000 di Meksiko,

    Amerika Tengah, Asia Tenggara, dan Eropa Tengah dan Selatan. Dan gelombang

    ketiga terjadi pada awal dekade 2000-2010 di beberapa bagian di Afrika, beberapa

    negara Amerika Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, Cina, India, dan Rusia.

    Lebih lanjut terdapat alasan dimana Cina, India, dan Rusia termasuk ke dalam

    gelombang terakhir kehadiran dan perkembangan Toko Modern. Hal ini

    disebabkan oleh restriksi yang ketat terhadap  Foreign Direct Investment   (FDI)

    untuk sektor perdagangan ritel di negara-negara ini. Toko Modern seperti

    Supermarket, atau Minimarket mulai hadir di beberapa kota besar di Indonesia

    selama tiga dekade terakhir dan terus berkembang terutama setelah tahun 1998.

    Semenjak pemberlakuan liberalisasi sektor ritel pada tahun 1998, otomatis terjadi

    arus penanaman modal asing yang kemudian menambah ketatnya persaingan.

    Secara umum di Asia, selain terbukanya FDI di beberapa negara,

     perkembangan Toko Modern seperti Supermarket terkait dengan meningkatnya

     permintaan terhadap jasa yang ditawarkan oleh Toko Modern, yang didasari oleh

    tingginya tingkat urbanisasi, peningkatan pendapatan perkapita (pertumbuhan

     pekerja kelas menengah), peningkatan pekerja wanita (peningkatan opportunity

    1 Mathew & Mukherjee. 2010. Foreign Direct Investment in India Retail  –  Need for a Holistic

     Approach. Maharashtra Economic Development Council. India. Hal 2

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    15/104

    3

    cost  waktu dari ibu rumah tangga yang berkarir), gaya hidup yang berkiblat ke

    Barat, meningkatnya penggunaan kartu kredit, dan lain-lain.2 

    Saat ini, terdapat beberapa peritel asing yang mengembangkan usahanya di

    Indonesia, antara lain Carrefour, Makro, Belhaize, Ahold dan Giant. Carrefour

    yang berasal dari Prancis mulai beroperasi ke Asia petama kali pada tahun 1989,

    yaitu ke Taiwan. Pada tahun 1996, ritel ini masuk ke Indonesia. Makro berasal

    dari Belanda dan masuk ke Indonesia pada tahun 1991. Saat ini terdapat 12 outlet

    Makro di wilayah Jabotabek dan 1 di Bandung. Selain Makro, dari Belanda juga

    masuk Ahold, di Indonesia menggunakan nama Tops (sejak akhir tahun 2005

    diakuisisi Hero). Belhaize adalah hypermarket dari Belgia, saat ini beraliansi

    dengan supermarket Superindo. Giant Hypermarket yang berasal dari Malaysia, di

    Indonesia Giant beraliansi dengan Hero Supermarket.

    Persaingan Pasar Tradisional dengan Toko Modern saat ini bisa dikatakan

    sebagai persaingan global. Artinya, saat ini Pasar Tradisional dihadapkan dengan

     perusahaan-perusahaan asing yang beraliansi maupun membuka cabang Toko

    Modern di Indonesia sehingga skala dari persaingan ini tidak bisa dikatakan

    sebagai persaingan lokal. Menurut survei Nielsen, jumlah pusat perdagangan

    modern (Toko Modern) di Indonesia seperti Hipermarket, pusat perkulakan,

    Supermarket, Minimarket, hingga Convenient Store, meningkat hampar 7,4

     persen selama periode 2003-2005. Dari total 1.752.437 gerai pada tahun 2003

    menjadi 1.881.492 gerai di tahun 2005. Hal tersebut justru berbanding terbalik

    2 Shepherd, Andrew W. 2005. The Implications of Supermarket Development for Horticultural

     Farmers and Traditional Marketing Systems in Asia. Roma: Agricultural Management, Marketing

    and Finance Service FAO. Hal 2.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    16/104

    4

    dengan pertumbuhan ritel tradisional yang tumbuh negatif sebesar 8 persen per

    tahunnya3.

    Lebih lanjut pada penelitian Nielsen mengungkap fakta bahwa penurunan

     pangsa penjualan barang kebutuhan sehari-hari di Pasar Tradisional. Pada tahun

    2000 Pasar Tradisional masih menguasai pangsa pasar sebesar 78,1 persen dari

    total penjualan barang-barang konsumsi di dalam negeri. Namun pada tahun 2005

     pasar tradisional mengalami penurunan pangsa pasar menjadi sebesar 67,6

     persen4

    . Berdasarkan hal tersebut tidaklah mustahil jika Pasar Modern akan

    semakin dominan dalam sub sektor perdagangan dan Pasar Tradisional akan

    semakin tergerus keberadaannya.

    Di sisi lain, perkembangan Toko Modern mendorong pertumbuhan sub

    sektor perdagangan dalam sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sehingga dapat

    mendorong pertumbuhan PDRB suatu wilayah. Hal ini tentu saja menarik minat

     pemerintah daerah untuk mengembangkan Toko Modern. Otonomi daerah juga

    memiliki andil untuk mengizinkan suatu wilayah mengembangkan kegiatan

    ekonomi dengan caranya masing-masing,.

    3 A.C. Nielsen. 2005. Asia Pasific Retail Shooper Trends 2005 [online].

    http://www.acnielsen.de/pubs/documents/RetailandShopperTrendsAsia2005.pdf. Hal 28[26 Maret

    2010] 

    4  Ibid.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    17/104

    5

    Tabel 1.1 PDRB Kota Bogor menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

    Konstan (Jutaan Rupiah)

    Sektor 2004 2005 2006 2007 2008

    Pertanian 12.193,68 12.716,02 11.723,85 12.717,26 13.121,58Pertambangan

    dan Penggalian 112,03 114,21 116,24 118,31 120,53

    Industri

    Pengolahan 940.063,95 1.002.371,58 1.059.336,89 1.126.541,95 1.1197.768,02

    Listrik, Gas, danAir Bersih 105.087,61 112.491,07 119.970,03 128.090,57 136.829,56

    Bangunan 225.205,11 226.037,24 276.736,82 288.023,99 299.804,17

    Perdagangan,

    Hotel, dan

    Restoran 1.029.072,27 1.071.266,44 1.140.875,92 1.205.230,26 1.267.518.19

    Pengangkutan

    dan Komunikasi 322.575,82 344.684,12 368.420,39 394.451,07 422.723,25Keuangan,

    Persewaan, dan

    Jasa Perusahaan 441.570,29 489.525,23 522.979,72 560.780,48 602.517,87

    Jasa-jasa 255.671,20 268.139,31 282.230,09 296.907,60 312.418,61

    PDRB 3.361.438,93 3.567.230,91 3.782.273,71 4.012.743,18 4.252.821,78

    Sumber: BPS, 2009.

    Di Kota Bogor, Pasar Modern setiap tahunnya mengalami peningkatan,

    sejak 2003-2007 terdapat penambahan jumlah pusat perbelanjaan modern

    sebanyak 300 persen sementara untuk pasar tradisional tidak mengalami

     perubahan dalam jumlah pasar. Pertambahan jumlah Toko Modern di Kota Bogor

    dapat berakibat buruk, terutama jika pembangunan Toko Modern yang semakin

    dekat dengan Pasar Tradisional.

    Pertumbuhan ekonomi di sektor perdagangan secara angka yang

    ditunjukan oleh LPE Kota Bogor seharusnya diikuti dengan peningkatan

     pertumbuhan secara menyeluruh baik pedagang-pedagang di Pasar Tradisional

    maupun Toko Modern. Maka sudah seharusnya pemerintah Kota Bogor juga

    membuat kebijakan yang mengatur persaingan usaha antara kedua pasar yang

    lebih baru dan memperhatikan segala aspek sosialnya. 

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    18/104

    6

    Oleh karena itu, judul Analisis Kinerja Pasar Tradisional di Era Persaingan

    Global di Kota Bogor dipilih untuk mengkaji lebih lanjut mengenai kinerja Pasar

    Tradisional terutama setelah semakin bertambahnya Toko Modern yang ada di

    Kota Bogor dan menganalisa permasalahan-permasalahan yang dialami oleh Pasar

    Tradisional. Pada akhirnya ditelaah juga solusi dari Pemerintah Kota Bogor

    terhadap kinerja Pasar Tradisional saat ini.

    1.2 Perumusan Masalah

    Pertumbuhan Toko Modern di Indonesia tidak-serta merta terjadi.

    Perekonomian terjadi karena adanya tarik-menarik antara permintaan dan

     penawaran, begitu pula dengan Pasar Modern. Kebutuhan masyarakat akan

    keberadaan Pasar Modern tidak lepas dari pergeseran gaya hidup masyarakat yang

    semakin modern dan pola konsumtif masyarakat Indonesia. Di sisi lain kekuatan

    modal dari Pasar Modern terutama setelah Liberalisasi tahun 1998 memudahkan

    Pasar Modern untuk berekspansi, terutama setelah melihat peluang bisnis dari sisi

    konsumtif masyarakat.

    Pasar Tradisional secara manajerial tidak mengalami perubahan signifikan

    sejak zaman dahulu, pola berdagang dan pengawasan pasar seadanya ditambah

    lagi tidak ada perbaikan dari sisi infrastruktur membuat Pasar Tradisional mulai

    ditinggalkan konsumen yang menuntut gaya „modern‟ dalam berbelanja. Pasar

    Modern secara internal juga memiliki masalah-masalah yang harus ditanggapi

    dengan serius, seperti PKL yang memperparah tata ruang sebuah Pasar

    Tradisional.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    19/104

    7

    Berbeda halnya dengan Toko Modern. Sistem manajerial terpusat dan

     profesional membuat kemapanan dari segi internalnya. Keagresifan ekspansi

    Toko Modern tentu saja menimbulkan kekhawatiran karena suatu saat jika tidak

    terjadi perbaikan pada Pasar Tradisional, maka eksistensi dari Pasar Tradisional

    akan terancam dan menyebabkan ribuan bahkan jutaan pedagang kecil, pemasok,

    dan pekerja di Pasar Tradisional akan kehilangan mata pencaharian dan

     pengangguran di Indonesia akan semakin bertambah.

    Kota Bogor dijadikan daerah penelitian karena memiliki peningkatan

     jumlah Pasar Modern yang cukup tinggi di daerah Jabodetabek, selain itu sub

    sektor perdagangan memiliki sumbangan tertinggi dalam PDRB Kota Bogor dan

    meningkat dari tahun ke tahun. Kota Bogor juga memiliki laju pertumbuhan pusat

     perbelanjaan modern sebesar 300 persen sejak tahun 2003-2006. Kota Bogor

     pernah melakukan relokasi Pasar Induk Ramayana yang berada di tengah kota

    dalam rangka mengendalikan tata kota dan ketertiban yang lebih baik, namun di

    saat ini di tanah bekas Pasar Induk Ramayana justru berdiri Pusat Perbelanjaan

    Modern. Hal ini menunjukan ambigu kebijakan pemerintah Kota Bogor terhadap

    Pasar Tradisional. Penelitian ini terbatas menganalisa kinerja Pasar Tradisional,

    karena Pasar Tradisional dianggap lebih mewakili masyarakat Kota Bogor pada

    umumnya. Rincian permasalahan yang akan dianalisa sebagai berikut:

    1) Bagaimana kondisi Pasar Tradisional saat ini terutama setelah bertambahnya

     jumlah Pasar Modern secara signifikan di Kota Bogor?

    2) Apakah permasalahan yang dialami oleh Pasar Tradisional Kota Bogor?

    3) Bagaimana Pemerintah Kota Bogor khususnya dalam merespon permasalahan

    yang dialami Pasar Tradisional?

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    20/104

    8

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dibuat, maka

    tujuan dari penelitian ini adalah:

    1) Menganalisa kondisi Pasar Tradisional di tengah tekanan ekspansi Pasar

    Modern di kota Bogor, dilihat dari penyelenggaraan dan tatakelola oleh

     pengelola Pasar Tradisional, kondisi umum pedagang dan kinerja bisnisnya

    selama beberapa tahun terakhir.

    2) 

    Menganalisa permasalahan-permasalahan yang dialami oleh Pasar Tradisional

    dan menelaah akar dari permasalahan tersebut.

    3) Menganalisa kebijakan-kebijakan dan undang-undang yang dikeluarkan oleh

    Pemerintah yang berhubungan dengan Pasar Tradisional dan

    membandingkannya dengan respon yang dilakukan oleh negara-negara lainnya.

    Ketiga tujuan di atas kemudian akan digunakan sebagai acuan untuk

    rekomendasi kepada Pemerintah Kota Bogor untuk mendorong pertumbuhan

    Pasar Tradisional menjadi pasar yang kompeten dan berdaya saing sehingga tidak

    tergerus keberadaannya oleh Toko Modern.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna:

    1) 

    Sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi Pemerintah baik pusat maupun

    daerah sebagai pembuat kebijakan dan pengambil keputusan untuk menetapkan

     peraturan, kebijakan, ataupun undang-undang yang tepat dan rinci yang

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    21/104

    9

     berkaitan dengan sektor Perdagangan, terutama yang mengatur masalah

    Penataan Pasar Tradisional dan Toko Modern.

    2) 

    Sebagai salah satu rujukan bagi penelitian lainnya terkait dengan sektor

     perdagangan besar dan eceran, maupun Pasar Tradisional.

    1.5 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah 

    Penelitian ini dibatasi pada kinerja Pasar Tradisional di Kota Bogor selama

     beberapa tahun belakangan dalam satu periode penelitian. Pasar Tradisional yang

    diamati yang dikelola oleh Pemerintah ataupun Swasta (selama pola dan

    tatakelolanya masih relatif sama dengan Pasar Tradisional Pemerintah). Kinerja

    yang dianalisis adalah kinerja pedagang Pasar Tradisional secara individu.

    Untuk analisis permasalahan Pasar Tradisional terbatas kepada respon dari

     pedagang tradisional itu sendiri. Kebijakan dan Peraturan tentang Pasar

    Tradisional dikeluarkan pemerintah daerah yang akan diteliti adalah Kebijakan

    dan Peraturan yang terbaru sehingga relevan dengan kondisi saat ini. Respon

    kebijakan dan aplikasi lebih lanjut didalami dengan pendekatan langsung kepada

     pengelola Pasar Tradisional Kota Bogor saat ini dengan asumsi Pengelola Pasar

    adalah unit Pemerintah Kota Bogor yang paling mengetahui permasalahan-

     permasalahan yang terjadi pada Pasar-Pasar Tradisional Kota Bogor.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    22/104

    10

    II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

    2.1. Organisasi Industri

    Organisasi industri atau  Industrial Organization (IO) bidang ekonomi

    yang mempelajari struktur dan batas-batas antara perusahaan dan  pasar dan

    interaksi strategis perusahaan. Studi tentang organisasi industri menggambarkan

    adanya pergeseran dalam persaingan sempurna dunia nyata seperti terbatas

    informasi,   biaya transaksi,  biaya penyesuaian, kebijakan pemerintah, dan

    hambatan untuk masuk oleh perusahaan baru ke dalam pasar yang akhirnya

    menjadi  persaingan tidak sempurna.  Organisasi Industri juga mempelajari

     bagaimana perusahaan-perusahaan di dalam suatu industri diorganisir dan

     bagaimana mereka bersaing.

    Ada dua pendekatan utama untuk mempelajari organisasi industri.

    Pendekatan pertama adalah deskriptif dan memberikan gambaran umum

    organisasi industri. Kedua, teori harga, menggunakan model mikroekonomi untuk

    menjelaskan perilaku perusahaan dan struktur pasar.

    2.2. Structure Conduct Performance  (SCP)

    Structure Conduct Performance adalah salah satu metode untuk

    menganalisa organisasi industri. SCP adalah pendekatan organisasi industri, yang

    digunakan untuk menganalisis hubungan antara struktur ( structure)  pasar,

     perilaku  (conduct)  pasar, dan kinerja (performance)  pasar. SCP kemudian

    menunjukkan bahwa struktur pasar menentukan perilaku pasar, dan kemudian

    menentukan tingkat kinerja pasar.

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Economics&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiAbCtL5YaE6la5FJMfFi_tDE5ICwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Markets&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhggc-zHS1Y3W1ILdMHsaXnH7Lt9Xghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Information_economics&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgrhBkrUfZOo5nhIO5g1IhWFUDnXwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Transaction_cost&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhirsbCrAYchm86POhCuBaDvEWtljwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Barriers_to_entry&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhj64lZ-8MSMz7UvTB-ty2ahukg_AAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Imperfect_competition&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjRLCg_0K_GHPF1aJZBN2l1hWCyYwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Imperfect_competition&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjRLCg_0K_GHPF1aJZBN2l1hWCyYwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Barriers_to_entry&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhj64lZ-8MSMz7UvTB-ty2ahukg_AAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Transaction_cost&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhirsbCrAYchm86POhCuBaDvEWtljwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Information_economics&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgrhBkrUfZOo5nhIO5g1IhWFUDnXwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Markets&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhggc-zHS1Y3W1ILdMHsaXnH7Lt9Xghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Economics&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiAbCtL5YaE6la5FJMfFi_tDE5ICw

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    23/104

    11

    Kerangka pemikiran SCP berasal dari analisis neo-klasik dari pasar. SCP

    merupakan gagasan dari Harvard yang berkembang selama 1940-1960

     berdasarkan studi empiris yang mengidentifikasi korelasi antara struktur industri

    dan kinerja. Para ekonom secara khusus ingin mempelajari SCP karena mereka

    yakin bahwa konsentrasi penjual mempengaruhi kinerja sosial industri. Struktur

    Perilaku Kinerja (SCP) memberikan penekanan pada tiga unsur. Beberapa

    ekonom menyatakan bahwa struktur pasar dan perilaku pasar sama pentingnya

    dalam menentukan kinerja pasar. Ekonom lain berpendapat bahwa perilaku pasar

    sangat ditentukan oleh struktur pasar, kemudian kinerja pasar sangat tergantung

     pada struktur pasar juga.

    Struktur (Structure)  Pasar komponen yang relatif stabil dari lingkungan

     pasar yang mempengaruhi persaingan di antara para pembeli dan penjual yang

     beroperasi di pasar ini. Komponen utama yang mempengaruhi struktur pasar,

    konsentrasi penjual, diferensiasi produk, hambatan masuk, hambatan untuk

    keluar, konsentrasi pembeli, dan tingkat pertumbuhan permintaan pasar. Terdapat

    unsur-unsur lain dari struktur pasar, tetapi mereka biasanya tidak stabil dan dapat

    diabaikan baik karena tidak dapat diukur atau sulit untuk mengamati.

    Perilaku (Conduct) Pasar menggambarkan apa yang harus perusahaan

    lakukan untuk bersaing satu sama lain. Hal tersebut mencakup penetapan harga,

    iklan, penelitian dan pengembangan investasi, keputusan pada dimensi produk,

    merger dan akuisisi, Perilaku pasar juga dapat menggambarkan adanya kolusi

     baik eksplisit maupun implisit yang dilakukan oleh beberapa perusahaan dalam

    industri.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    24/104

    12

    Kinerja (Performance)  Pasar digambarkan dengan profit. Kinerja juga

    digambarkan dengan perubahan biaya dan harga. Profitabilitas secara umum dapat

    menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan adanya perubahan

    dalam permintaan pasar. Riset dan pengembangan, serta kepemilikan modal dan

    sumberdaya juga mempengaruhi kemampuan perusahaan.

    Interaksi SCP digambarkan dalam dua hipotesis, yaitu  structure

     performance hypothesis dan efficient structure hypothesis. Structure performance

    hypothesis  menyatakan bahwa tingkat konsentrasi pasar berbanding terbalik

    dengan tingkat persaingan. Tingginya konsentrasi pasar mendorong perusahaan

    untuk berkolusi. Hipotesis ini akan didukung jika terdapat hubungan positif antara

    konsentrasi pasar (diukur dengan rasio konsentrasi) dan kinerja (diukur dengan

    laba), terlepas dari efisiensi perusahaan (diukur dengan pangsa pasar). Dengan

    demikian perusahaan-perusahaan dalam industri terkonsentrasi lebih akan

    mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi daripada perusahaan-perusahaan yang

     beroperasi di industri terkonsentrasi kurang, terlepas dari efisiensi mereka.

     Efficient structure hypothesis  bahwa kinerja perusahaan adalah positif

     berhubungan dengan efisiensi. Konsentrasi pasar yang muncul dari persaingan,

    dimana perusahaan-perusahaan dengan struktur biaya rendah meningkatkan laba

    dengan mengurangi harga dan memperluas pangsa pasar. Hubungan positif antara

    keuntungan perusahaan dan struktur pasar yang dikaitkan dengan keuntungan

    yang dibuat dalam pangsa pasar oleh perusahaan lebih efisien, tetapi tidak dengan

    kegiatan kolusi.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    25/104

    13

    2.3. Persaingan Usaha

    Persaingan dalam ekonomi adalah istilah yang mencakup pengertian

    individu dan perusahaan berjuang untuk pangsa pasar yang lebih besar untuk

    menjual atau membeli barang dan jasa. Merriam-Webster mendefinisikan

     persaingan dalam bisnis sebagai upaya dua pihak atau lebih yang bertindak

    independen untuk mengamankan bisnis dari pihak ketiga. Hal ini digambarkan

    oleh Adam Smith dalam The Wealth of Nations  (1776), perusahaan

    mengalokasikan sumberdaya kedalam fungsi yang paling optimal dan mendorong

    efisiensi lebih lanjut. Kemudian teori mikroekonomi membedakan antara

     persaingan sempurna dan persaingan tidak sempurna , menyimpulkan bahwa tidak

    ada sistem alokasi sumber daya lebih efisien Pareto dari persaingan sempurna .

    Persaingan, menurut teori ini, menyebabkan perusahaan-perusahaan

    untuk mengembangkan produk baru, layanan dan teknologi, yang akan

    memberikan konsumen pilihan yang lebih banyak dan produk yang lebih baik.

    Banyaknya pilihan menyebabkan harga yang lebih rendah untuk produk,

    dibandingkan dengan harga saat tidak ada persaingan (monopoli) atau sedikit

    kompetisi (oligopoli).

    2.4. Konsep Pasar

    Pasar dalam arti sempit adalah tempat permintaan dan penawaran bertemu,

    dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam arti luas

    adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih

    condong ke arah pasar modern. Permintaan dan Penawaran dapat berupa Barang

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    26/104

    14

    atau Jasa. Sedangkan secara umum pasar merupakan tempat pertemuan antara

     penjual dan pembeli5.

    Pasar memiliki berbagai definisi yang berkembang, dari definisi yang ada

     pasar dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok penjual dan pembeli yang

    melakukan pertukaran barang dan jasa yang dapat disubstitusikan. Konsep dan

     pemaknaan pasar yang sesungguhnya sangat luas, mencakup dimensi ekonomi

    dan sosial-budaya. Dalam perseptif pasar secara fisik dapat diartikan sebagai

    tempat berlangsungnya transaksi jual beli barang dan jasa antara penjual dan

     pembeli dalam tempat tertentu.

    Pasar memiliki beberapa klasifikasi. Misalnya klasifikasi Pasar

     berdasarkan bangunan. Berdasarkan bangunan, pasar dibagi menjadi dua jenis,

    yaitu pasar dengan bangunan permanen/semi permanen dan pasar tanpa bangunan

     permanen. Pasar dengan bangunan permanen/semi permanen adalah pasar yang

    menggunakan lantai semen/tegel, tiang besi/kayu, atap seng/genteng/sirap, baik

     berdinding/tidak. Sedangkan pasar tanpa bangunan permanen (tidak termasuk

    kaki lima) adalah pasar yang mempunyai bangunan tetapi tidak permanen,

    misalnya bangunan dari bambu, daun, dan sebagainya, contoh Pasar Kaget. Pasar

    Kaget adalah pasar yang muncul di lokasi yang tidak diperuntukan pasar dan

    selesai dengan cepat6.

    Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari

    satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan,

    5 Wikipedia. 2010. Pasar . http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar [22 Maret 2010]

    6 Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Potensi Desa Propinsi Jawa Barat. Jakarta: BPS. Hal 68-69

    http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar%20%5b22http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar%20%5b22

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    27/104

    15

    mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya7. Pembagian klasifikasi

     paling umum dan sering digunakan adalah klasifikasi menjadi Pasar Tradisional

    dan Toko Modern.

    2.4.1 Pasar Tradisional

    Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh

    Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan

    Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha

     berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,

    menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal

    kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar 8.

    Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

    ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya

    ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los

    dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.

    Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa

    ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan

    lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya.

    Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak

    dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar 9.

    7 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan

    Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Pasal 1

    8  Ibid

    9

     Wikipedia, loc. cit

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    28/104

    16

    Secara lebih mendetail, komponen-komponen dalam Pasar Tradisional

    dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu10:

      Kios adalah tempat berdagang dengan jenis dan spesifikasi yang sama diatur

    dan ditetapkan berdasarkan komoditi yang satu sama lain dibatasi dengan

    dinding serta dapat ditutup.

      Los adalah tempat berdagang yang merupakan bagian dari bangunan tetap di

    dalam pasar yang sifatnya terbuka dan tanpa dinding keliling.

    2.4.2 Toko Modern

    Pasar Modern merupakan pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta,

    atau koperasi dalam bentuk mall, supermarket, minimarket, department store, dan

     shopping center   dimana pengelolaannya dilakukan secara modern dengan

    mengutamakan pelayanan dan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada

    di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi dengan label harga yang

     pasti11. Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual

     berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket,

    Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan12.

    2.4.3 Pedagang Kaki Lima (Pedagang Informal)

    10 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Pasar. Pasal 1

    11 Keputusan Menteri Nomor 107/Mpp/Kep/2/1998 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pasar

    Modern. Pasal 1

    12 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan

    Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Pasal 1 

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    29/104

    17

    Pedagang Kaki Lima yang dapat disingkat PKL adalah penjual barang

    dan atau jasa yang secara perorangan dan atau kelompok berusaha dalam kegiatan

    ekonomi yang tergolong dalam skala usaha kecil yang menggunakan fasilitas

    umum dan bersifat sementara/tidak menetap dengan menggunakan peralatan

     bergerak maupun tidak bergerak dan atau menggunakan sarana berdagang yang

    mudah dipindahkan dan dibongkar pasang13.

    2.5 Penelitian Terdahulu

    Lembaga Penelitian SMERU pada tahun 2007 melakukan penelitian

    mengenai “  Dampak Supermarket Terhadap Pasar dan Pedagang Retail di

     Daerah Perotaan di Indonesia”  dengan pengambilan data di Kota Depok dan

    Kota Bandung. Studi ini mengukur dampak supermarket terhadap pasar tradsional

    dengan dua cara, yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif

    menggunakan metode  Difference in Difference  (DiD) dan metode ekonometrik,

    sedangkan metode kualitif dengan wawancara mendalam. Penelusuran melalui

    metode kualitatif secara statistik tidak menemukan dampak signifikan pada

     pendapatan dan keuntungan, namun signifikan terhadap jumlah pegawai pasar

    tradisional. Temuan kualitatif menunjukan bahwa kelesuan yang terjadi di pasar

    tradisional kebanyakan bersumber dari masalah internal pasar tradisional yang

    membuat supermarket semakin diuntungkan. Oleh karena itu lembaga penelitian

    SMERU menyimpulkan bahwa perbaikan sistem pengelolaan pasar tradisional

    diperlukan untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional sehingga dapat

     bertahan di tengah keberadaan supermarket yang terus menjamur.

    13 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2005 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima.

    Pasal 1 

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    30/104

    18

     Nurmalasari (2007) dalam penelitian berjudul “ Analisis Faktor-faktor

     yang Mempengaruhi Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja di

     Pasar Tradisional.” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi dan

    kondisi faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional, menganalisa

    faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di

     pasar tradisional dan merumuskan rekomendasi strategi yang dapat dilakukan

     pasar tradisional untuk meningkatkan daya saingnya. Metode yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif menggunakan pendekatan Porter‟s

    Diamond untuk menganalisa potensi dan faktor yang mempengaruhi daya saing

     pasar tradisional dan analisis statistik regresi Binary dengan menggunakan model

     probit untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat

    dalam berbelanja di pasar tradisional.

     Ningsih (2006) dalam penelitian berjudul “ Dampak Pembangunan Pusat

     Perbelanjaan Modern terhadap Penyerapan dan Pengurangan Tenaga Kerja di

     Kota Bogor ”, berdasarkan studi empirisnya menyatakan bahwa kemunculan Pusat

    Perbelanjaan Modern menyebabkan pergeseran preferensi belanja masyarakat dari

     pasar tradisional yang ditandai dengan peningkatan jumlah Pusat Perbelanjaan

    Modern sebesar 300 persen dan penurunan omset penjualan pasar tradisional

    sebesar 20 persen. Pembangunan Pusat Perbelanjaan Modern menyebabkan

     peralihan fungsi penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang

    Wilayah (RTRW) Kota Bogor 1999-2009 karena terjadi penurunan Ruang

    Terbuka Hijau (RTH) di kota Bogor. Keberadaan pusat Perbelanjaan berpengaruh

     positif terhadap penyerapan tenaga kerja di kota Bogor. Penelitian ini juga

    menggunakan metode Koefisien Korelasi Rank-Spearman untuk mengetahui

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    31/104

    19

    seberapa besar hubungan antara laju pertubuhan pembangunan Pusat Perbelanjaan

    Modern dengan laju pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang terjadi.

    2.4 Kerangka Pemikiran

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh data yang didapat dari Badan Pusat

    Statistik Kota Bogor yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran selama tahun

    2001-2005 memberikan kontribusi rata-rata 31,16 persen terhadap PDRB Kota

    Bogor, dengan laju pertumbuhan rata-rata 7,94 persen dimana Sub Sektor

    Perdagangan Besar dan Eceran memberikan kontribusi rata-rata 24,72 persen

    terhadap PDRB Kota Bogor, dengan laju pertumbuhan rata-rata 4,58 persen. 

    Dalam pertumbuhan sub sektor Perdagangan Besar dan Eceran, pasar

    memegang peran penting dalam menyediakan kegiatan perdagangan. Secara garis

     besar, Pasar yang ada di Kota Bogor dibagi menjadi 2 macam, yaitu pasar modern

    dan pasar tradisional yang terbagi atas kriteria-kriteria tersendiri. Pasar modern

    dan pasar tradisional bersaing dalam praktek usahanya. Pasar Modern saat ini

    memiliki penanam modal asing membuat persaingan semakin menekan Pasar

    Tradisional. Interaksi tersebut dapat dilihat dalam skema di bawah.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    32/104

    20

    Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Kinerja Pasar Tradisional

    di Era Persaingan Global di Kota Bogor

    Analisa Kondisi

    Terkini Pasar

    Tradisional Kota

    Bogor

    Analisa Solusi

    Pemerintah Kota

    Bogor terhadap

    Pasar Tradisional

    Rekomendasi

    Kebijakan

    Analisa

    Permasalahan

    Pasar Tradisional

    Kota Bogor

    Perekonomian Kota Bogor

    didominasi oleh Sektor

    Pedagangan, Hotel, dan Restoran

    Pertumbuhan Sektor Perdagangan

    Kota Bogor dari tahun ke tahun

    Pasar Modern

    (Supermarket,

    Hypermarket)

    Pasar

    TradisionalPersaingan Usaha

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    33/104

    21

    Persaingan tersebut mau tidak mau membawa dampak sosial ekonomi

    kepada dua pelaku pasar tersebut, terutama setelah liberalisasi perdagangan tahun

    1998 yang mulai merambah ke daerah Kota Bogor yang ditandai dengan

    tumbuhnya pasar modern seperti Supermarket dan Hipermarket yang didalamnya

    terdapat modal asing.

    Penelitian ini terbatas hanya melihat kinerja Pasar Tradisional saat ini

    secara menyeluruh. Kinerja Pasar Tradisional dalam penelitian ini digambarkan

    melalui tiga hal. Pertama, kondisi terkini Pasar Tradisional dilihat dari sistem

     penyelenggaraan dan tatakelola pasar oleh Pemerintah Kota Bogor. Dianalisa juga

    mengenai kinerja individu pasar selama beberapa tahun belakangan. Kedua,

    dianalisis adanya permasalahan yang dialami oleh Pasar Tradisional saat ini,

    ditelaah berdasarkan respon individu pedagang mengenai poin-poin yang

    dianggap mempengaruhi keberlangsungan Pasar Tradisional, terutama omset.

    Ketiga, dianalisis kebijakan-kebijakan yang terkait dengan Pasar, terutama yang

    terbaru paska maraknya Toko Modern. Analisis dilakukan mulai atas respon

    Pemerintah Kota Bogor terhadap permasalahan yang dialami Pasar Tradisional.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    34/104

    22

    III. METODE PENELITIAN

    3.1 Metode Penentuan Lokasi

    Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat yang

    dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2010. Pemilihan lokasi di kota

    Bogor dilakukan secara sengaja ( purposive) karena Kota Bogor memiliki kaitan

    erat dengan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, dengan pertimbangan :

    1) Subsektor Perdagangan memiliki peran penting dalam Sektor Perdagangan,

    Hotel, dan Restoran yang merupakan penyumbang terbesar pertama terhadap

    PDRB Kota Bogor dalam kurun waktu 2004-2008.

    2) Pertumbuhan Subsektor Perdagangan Kota Bogor bernilai positif. Secara fisik

     pertambahan Pasar Modern di kota Bogor cukup pesat, namun dapat

    memberikan dampak positif maupun negatif terhadap kesejahteraan

    masyarakat dan pedagang di Pasar Tradisional.

    3.2 Metode Pengumpulan Data

    Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder dan data

     primer. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari BPS, PD Pasar Pakuan Jaya,

    Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Koperasi Kota Bogor, dan data-data

     penunjang yang relevan dengan penelitian. Data penunjang diperoleh dari laporan

    hasil penelitian terkait, jurnal, buletin, internet, serta sumber-sumber lainnya.

    Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui metode wawancara

    terstruktur dengan pedagang Pasar Tradisional. Wawancara terstruktur dengan

     pedagang Pasar Tradisional secara garis besar menganalisa kinerja berdagang dari

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    35/104

    23

     pedagang Pasar Tradisional pada saat ini, yaitu ketika maraknya Pasar Modern.

    Wawancara terstruktur dilakukan secara langsung kepada responden pedagang

    dengan format pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya, beberapa pertanyaan

    telah disiapkan jawabannya berupa pilihan ganda untuk menanggulangi apabila

    responden tidak segera mengerti pertanyaan yang diajukan.

    Wawancara mendalam juga dilakukan kepada pelaku-pelaku yang

    memegang peran penting dalam sub sektor perdagangan di Kota Bogor seperti,

    aparat Dinas Pasar, Pejabat Dinas Pasar, dan narasumber yang kompeten di

     bidang usaha ini. Untuk melengkapi bahan pertimbangan dalam menyusun

    rekomendasi kebijakan, ditelaah juga mengenai peraturan perundang-undangan

    mengenai Pasar dan peraturan daerah Kota Bogor terkait yang telah diberlakukan.

    3.3. Metode Penentuan Sampel

    Sampling   terhadap dua jenis pasar dilakukan untuk melihat dampak

     persaingan dengan Pasar Modern. Dugaan awal adalah berkembangnya Pasar

    Modern dapat berbeda pengaruhnya terhadap Pasar Tradisional tergantung skala

     penjualan komoditasnya, oleh karena itu klasifikasi awal dari  sampling adalah

    membedakan Pasar Tradisional yaitu Pasar Eceran dan Pasar Grosir. Dari dugaan

    awal, kemudian ditentukan dua Pasar yang akan diamati, penentuan dilakukan

    secara sengaja ( purposive) berdasarkan pengamatan awal dan wawancara dengan

    konsumen Pasar Tradisional mengenai pasar-pasar tradisional yang dianggap

     potensial. Untuk sampling  Pasar Pengecer, d ari 7 Pasar Pengecer di Kota Bogor,

    Pasar Tradisional Pengecer yang terpilih adalah Pasar Baru Bogor. Pasar Baru

    Bogor dipilih menjadi Pasar Sampel dengan pertimbangan:

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    36/104

    24

    1.  Pasar Baru Bogor merupakan Pasar Tradisional Eceran yang terletak di Bogor

    Tengah yang memiliki Pusat Perbelanjaan Modern yang lebih banyak

    dibanding Kecamatan Kota Bogor lainnya.

    2. 

    Konsumen Kota Bogor meyakini bahwa Pasar Baru Bogor merupakan Pasar

    Pengecer terlengkap dan banyak variasi barangnya, termasuk jumlah pedagang.

    3.  Dua alasan diatas membuat Pasar Baru Bogor juga dipenuhi oleh PKL yang

    menganggap daerah sekitar Pasar Baru Bogor merupakan daerah potensial

    untuk berusaha.

    Pasar Tradisional Grosir yang terpilih adalah Pasar Induk Kemang. Berdasarkan

     pendapat pedagang Pasar Tradisional, di Kota Bogor Pasar Induk Kemang

    dianggap pasar utama untuk komoditi sayur mayur dan bahan masakan dalam

    distribusinya kepada Pasar Tradisional Pengecer. Oleh karena itu Pasar Induk

    Kemang dianggap cukup mewakili Pasar Grosir Kota Bogor. Penyelenggaraan

     pasar pihak swasta di Pasar Induk Kemang juga memiliki poin perspektif

    tersendiri untuk menganalisa adanya perbedaan perlakuan pengelola terhadap

     pedagang yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor ataupun swasta sebagai

     pihak ketiga.

    Dari kedua Pasar sampel tersebut selanjutnya dilakukan Penarikan sampel

    kepada 30 pedagang pasar tradisional dari masing-masing kedua pasar untuk

    memenuhi syarat sebaran normal. Pemilihan sampel pedagang dilakukan

    dilakukan secara acak  Non-Probability Sampling  dengan pertimbangan pedagang

    di Pasar Tradisional cenderung homogen tanpa perbedaan yang cukup signifikan

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    37/104

    25

    sehingga walaupun penarikan sampel dilakukan secara acak, sampel-sampel yang

    terpilih dapat mewakili pedagang Pasar Tradisional secara menyeluruh.

    Dari beberapa pedagang menjadi responden secara khusus dipilih beberapa

     pedagang untuk diwawancarai lebih dalam mengenai permasalahan Pasar

    Tradisional lebih lanjut. Digunakan metode  Purposive Sampling   untuk

    mendapatkan informasi yang spesifik. Pedagang yang dipilih adalah pedagang-

     pedagang yang dianggap senior ataupun yang mengetahui seluk beluk

     permasalahan Pasar Tradisional lebih lanjut.

    3.4 Metode Analisis

    Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

    deskriptif kualitatif. Analisis Kualitatif berdasarkan hasil wawancara mendalam

    digunakan untuk melihat secara langsung kinerja dari pedagang Pasar Tradisional.

    Juga wawancara dengan penanggung jawab pasar terkait, dan kebijakan-kebijakan

     pusat maupun daerah yang dikeluarkan melalui Perpres, Perda, maupun aturan

    tertulis lainnya.

    3.4.1 Analisis Kinerja Bisnis Pasar Tradisional Kota Bogor

    Analisa diawali dengan mengamati perubahan-perubahan dalam sistem

     pengelolaan pasar. Pihak Pemerintah Kota Bogor menunjuk suatu dinas dalam

    menyelenggarakan kegiatan pasar. Tatakelola yang dilakukan saat ini ditelaah

    untuk melihat aktualisasi pelayanan pasar dari pihak pengelola. Kondisi umum

    individu pedagang dianalisa untuk melihat adanya perubahan karakteristik

     pedagang Pasar Tradisional saat ini.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    38/104

    26

    Dari sisi kinerja ekonomi, ditelaah mengenai perubahan omset dan

    keuntungan beberapa tahun terakhir, jumlah variasi barang dagangan, strategi

    dagang dan daya saing pedagang, metode pemasokan barang dagangan, dan

    sumber modal. Pengamatan langsung dilakukan untuk melihat secara garis besar

     jumlah pedagang dan pembeli harian di Pasar Tradisional. Analisis kemudian

    diperkuat oleh pendekatan teori SCP untuk menganalisa secara sederhana

     bagaimana struktur organisasi pasar di dalam Pasar Tradisional.

    3.4.2 Analisis Permasalahan Pasar Tradisional Kota Bogor

    Permasalahan Pasar Tradisional ditelaah melalui pendapat pedagang

    mengenai persaingan, PKL dan Pasar Modern, masalah infrastruktur, dayabeli

    konsumen, kenaikan harga barang-barang dan apa yang diharapkan pedagang

    terhadap penanggung jawab Pasar. Kemudian dianalisis juga melalui pengawas

     pasar, bagaimana permasalahan itu mempengaruhi pasar secara keseluruhan.

    3.4.3 Analisis Respon Pemerintah Kota Bogor terhadap Permasalahan Pasar

    Tradisional Kota Bogor

    Peraturan Pemerintah baik pusat dan daerah memegang peranan penting

    dalam suatu kegiatan ekonomi. Dalam penelitian ini, Perda maupun Perpres yang

    akan ditelaah adalah yang berhubungan dengan pengaturan Pasar Tradisional.

    Perda yang ditelaah adalah yang diklaim oleh pihak pengelola pasar sebagai solusi

    atas permasalahan-permasalahan yang ada di Pasar Tradisional dan bagaimana

     perencanaan ke depan dari pihak pengelola terhadap pelayanan kepada pedagang

    Pasar Tradisional.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    39/104

    27

    Respon Pemerintah Kota Bogor dalam bentuk Perda dan aplikasinya

    didalami dengan wawancara mendalam terhadap pihak yang bertanggung jawab,

    yaitu PD Pasar Pakuan Jaya selaku penanggung jawab utama dalam kegiatan

     penyelenggaraan Pasar Tradisional. Untuk memperkuat argumentasi, ditelaah juga

    rekomendasi-rekomendasi dari lembaga-lembaga ekonomi asing yang mengkaji

     bidang perkembangan Ritel dan Pasar di negara-negara di Asia seperti India. Hal

    ini dilakukan sebagai perbandingan respon yang dilakukan di negara-negara yang

    memiliki kultur pasar yang serupa dengan Indonesia.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    40/104

    28

    IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

    4.1. Kondisi Umum Kota Bogor

    Kota Besar Bogor yang dibentuk berdasarkan Udang-undang Nomor 16

    Tahun 1950 setelah pengakuan kedaulatan RI. Selanjutnya pada tahun 1957 nama

     pemerintahan berubah menjadi Kota Praja Bogor, sesuai dengan Undang-undang

     Nomor 1 Tahun 1957. Undang-undang Nomor 18 tahun 1965 dan Undang-

    undang No. 5 Tahun 1974 daerah Kota Bogor menjadi Kotamadya Daerah

    Tingkat II Bogor. Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun

    1999, Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor dirubah menjadi Kota Bogor.

    Kota Bogor terketak diantara 106 derajat 43‟30‟‟  Bujur Timur sampai

    dengan 106 derajat 51‟00‟‟ Bujur Timur dan 30‟30‟‟ Lintang Selatan dampai

    dengan 6 derajat 41‟00‟‟ Lintang Selatan serta mempunyai ketunggian rata -rata

    minimal 190 meter dan maksimal 350 meter dengan jarak dari ibukota kurang

    lebih 58 kilometer.

    Luas Wilayah Kota Bogor sebesar 11.850 Ha, dihuni lebih dari 820.707

     jiwa. Secara Administratif kota Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 31

    kelurahan dan 37 desa (lima diantaranya termasuk desa tertinggal yaitu desa

    Pamoyanan, Genteng, Balungbangjaya, Mekarwangi dan Sindangrasa), 210

    dusun, 623 RW, 2.712 RT dan dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor yaitu

    sebagai berikut :

      Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Kec.

    Sukaraja, Kabupaten Bogor.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    41/104

    29

      Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi, Kabupaten

    Bogor.

     

    Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas, Kabupaten

    Bogor.

      Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin,

    Kabupaten Bogor.

    4.2. Perekonomian Kota Bogor

    Berdasarkan data BPS, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bogor

    tahun 2009 berada pada kisaran 6,02 persen. Pencapaian ini lebih baik dari laju

     pertumbuhan ekonomi tahun 2008 yang mencapai 5,98 persen. Pertumbuhan

    ekonomi Kota Bogor juga tergambar pada pertumbuhan angka PDRB atas dasar

    harga yang berlaku di tahun 2009 yang mencapai Rp 12,294 triliyun.

    Peningkatan makro pembangunan juga tergambar dari total investasi di

    Kota Bogor tahun 2009 yang mencapai Rp 869,51 miliar, atau naik sebesar Rp

    1,09 miliar dari investasi ditahun 2008 yang hanya mencapai Rp 868,42 miliar.

    Sedangkan inflasi berhasil ditekan pada tingkat 6 persen dari inflasi tahun 2008

    yang mencapai 14,20 persen. Namun menguatnya indikator makro pembangunan

     belum diikuti oleh penurunan angka pengangguran. Sampai akhir tahun 2009

    angka pengangguran di Kota Bogor masih berada di kisaran 15 persen atau naik

    1,36 persen dari tahun 2008 yang mencapai 13,64 persen.

    Dilihat dari sisi PDRB pertumbuhan ekonomi Kota Bogor memiliki laju

    yang positif setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.1, dimana Sektor

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    42/104

    30

    Perdagangan, Hotel, dan Restoran memiliki kontribusi paling besar dalam PDRB

    yang kemudian diikuti oleh Sektor Industri Olahan.

    Dalam data lebih lanjut, sub sektor Perdagangan Besar dan Eceran

    memiliki share kontribusi PDRB yang cukup signifikan dibandingkan subsektor

    lainnya di dalam Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran.

    Tabel 4.1 PDRB Kota Bogor Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

    (dalam milyaran rupiah)

    Kode

    Sektor Sektor 2004 2005 2006 2007 2008

    6 Perdagangan, Hotel, dan

    Restoran 1.029,07 1.071,27 1.140,88 1.205,23 1.267,52

    .  Perdagangan Besar

    dan Eceran 818,48 854,32 917,05 973,87 1.028,29

    . Hotel 19,43 20,66 21,98 23,40 23,93

    c. Restoran 191,16 196,29 201,85 207,96 207,96

    Sumber: BPS, 2009.

    Perkembangan Sub Sektor Perdagangan erat kaitannya dengan

     perkembangan sektor produksi yaitu pertanian dan industri. Selain itu juga

    dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan dayabeli masyarakat.

    4.2.1. Pasar Tradisional di Kota Bogor

    Sebagian besar Pasar Tradisional dikelola oleh pemda kota setempat,

     pada Kota Bogor, saat ini pengelolaan pasar diserahkan kepada PD Pasar Pakuan

    Jaya mulai tahun 2010 dan dalam masa transisi dari UPTD Pengelolaan Pasar

    menjadi PD Pasar Pakuan Jaya sampai dengan tahun 2012. PD Pasar Pakuan Jaya

    memiliki 7 unit Pasar Tradisional untuk dikelola yang semua merupakan unit

    Pasar Tradisional yang dikelola status pengelolaannya UPTD Pengelolaan Pasar,

    yaitu sebagai berikut:

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    43/104

    31

    Tabel 4.2. Tujuh Unit Pasar Tradisional Kota Bogor

    No Nama Pasar Kelas Pasar

    1 Pasar Baru Bogor Pasar Regional2 Pasar Kebon Kembang (Pasar Anyar) Pasar Regional

    3 Pasar Induk Jambu Dua Pasar Kota

    4 Pasar Merdeka Pasar Kota

    5 Pasar Sukasari (Pasar Gembrong) Pasar Kota

    6 Pasar Gunung Batu Pasar Wilayah

    7 Pasar Padasuka Pasar Wilayah

    Sumber: PD Pasar Pakuan Jaya, 2010.

    Dari 7 unit Pasar Tradisional, 6 unit Pasar merupakan Pasar Pengecer

    yang beraktifitas selama 12 jam, mulai pukul 06.00 hingga pukul 18.00,

    sedangkan Pasar Induk Jambu Dua adalah Pasar Grosir yang dapat beroperasi 24

     jam. Pasar Induk Jambu Dua adalah Pasar Grosir hasil relokasi Pasar Induk

    Ramayana yang ditutup secara resmi pada tanggal 10 Agustus 2000. Relokasi

    tersebut kemudian memunculkan tawaran pihak swasta untuk mengelola Pasar

    Tradisional, sehingga akhirnya Pasar Induk Ramayana direlokasi ke 3 tempat,

    yaitu Pasar Induk Jambu Dua, Pasar Induk Kemang, dan Pasar Grosir Cimanggu.

    Selain relokasi Pasar Induk Ramayana, Pemerintah Kota Bogor juga

     pernah membuat kebijakan untuk membangun pasar di setiap Kecamatan dan

    memberikan tanggung jawab pengelolaan ke tingkat Kecamatan, yang

    terealisasikan dengan pembangunan Pasar Tanah Baru di Kecamatan Bogor Utara,

    Pasar Pamoyanan di Kecamatan Bogor Selatan, dan Pasar Bubulak di Kecamatan

    Bogor Barat. Sayangnya ketiga Pasar Tradisional ini terhitung gagal menjadi

    Pasar Tradisional dengan beberapa kios saja yang terisi dan sangat minimnya

     pembeli. Bahkan Pasar Bubulak dialihfungsikan menjadi Terminal Bus Trans

    Pakuan Bubulak.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    44/104

    32

    4.2.2. Pasar Modern di Kota Bogor

    Hingga tahun 2007, terdapat 12 unit Pusat Perbelanjaan Modern di Kota

    Bogor, yaitu Pangrango Plaza, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, Botani

    Square, Pusat GrosirBogor, ADA Swalayan, Plaza Jambu 2, Plaza Jembatan

    Merah, Shangrilla Plaza, Dewi Sartika, Plaza Bogor, dan Plaza Bogor indah. Pasar

    Modern atau Supermarket yang mendominasi wilayah Bogor adalah Giant dengan

    toko yang dibuka di beberapa pusat perbelanjaan modern besar di Kota Bogor.

    Giant juga memiliki Hipermarket yang lepas dari pusat perbelanjaan

    modern, seperti Giant Taman Yasmin dan Giant Laladon. Dengan jumlah Pusat

    Perbelanjaan Modern, Supermarket, dan Hipermarket sebanyak ini dan akan terus

     bertambah, posisi Pasar Modern semakin mendekati Pasar Tradisional. Terbukti

     beberapa Pasar Tradisional justru diapit oleh beberapa Pasar Modern dengan

    radius kurang dari 5km.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    45/104

    33

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Analisis Kinerja Bisnis Pasar Tradisional Kota Bogor

    Untuk memahami kondisi terkini mengenai kegiatan perdagangan di Pasar

    Tradisional di Kota Bogor, perlu dilakukan analisa terhadap dua komponen

     penyelenggaraan Pasar Tradisional, yaitu dari sisi pengelola dan sisi pedagang.

    Pada penelitian ini penarikan sampel dilakukan di dua pasar, yaitu Pasar Baru

    Bogor dan Pasar Induk Kemang. Perbedaan keduanya terletak dari skala usaha

     pedagangnya (Pasar Baru Bogor tergolong Pasar Pengecer dan Pasar Induk

    Kemang tergolong Pasar Grosir) dan pengelola utamanya (Pasar Baru Bogor

    dikelola oleh pemerintah dan Pasar Induk Kemang dikelola oleh swasta).

    5.1.1. Perkembangan Penyelengaraan Pasar Tradisional di Kota Bogor

    Pengelolaan Pasar Tradisional dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor

    dengan menunjuk dinas tertentu yang bertanggung jawab untuk menjalankan

     pengaturannya. Berdasarkan Perda Nomor 13 Tahun 1991 tentang Pengaturan

    Pasar di Wilayah Kota Bogor, Pemda Kota Bogor menunjuk Dinas Pengelolaan

    Pasar (DPP) sebagai dinas yang mengelola Pasar Tradisional dan bertanggung

     jawab langsung kepada Walikota. Pada tahun 2001, DPP diubah menjadi Unit

    Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelolaan Pasar dan berada di bawah

    tanggung jawab Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi

    (Disperindagkop).

    Pada tahun 2008, dicetuskan ide pembentukan Perusahaan Daerah

    dibidang pengelolaan Pasar layaknya yang dilakukan oleh Pemerintah DKI

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    46/104

    34

    Jakarta dengan membentuk PD Pasar Jaya. Kemudian atas Perda Kota Bogor

     Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya, 7

    unit UPTD Pengelolaan Pasar yang tersebar di 7 Pasar Tradisional di bawah

    tanggung jawab Disperindagkop Kota Bogor dialihkan menjadi PD Pasar Pakuan

    Jaya yang bertanggung jawab langsung ke Walikota Bogor.

    Pengelolaan pasar oleh pihak pihak swasta juga terbuka. Di kota Bogor,

    terdapat dua pengelola pasar swasta, yaitu PT Mayo Waya yang mengelola Pasar

    Grosir Cimanggu dan PT. Galvindo Ampuh yang mengelola Pasar Induk Kemang.

    Kedua pengelola ini masuk menjadi pengelola pasar setelah pemerintah

    menyetujui tawaran ekspansi dari relokasi Pasar Induk Ramayana, sehingga

    relokasi yang tadinya direncanakan hanya menjadi Pasar Induk Jambu Dua

    menjadi tiga unit Pasar Grosir. Namun pada saat ini, hanya dua pasar yang

    terhitung aktif menjadi Pasar Grosir, yaitu Pasar Induk Jambu Dua dan Pasar

    Induk Kemang. Pasar Grosir Cimanggu berada dalam status ditinggalkan oleh

     pengembang atau pengelolanya karena sangat sedikitnya pedagang yang

     berdagang di pasar tersebut.

    Pengelolaan oleh pihak swasta diatur dalam Perda Kota Bogor Nomor 7

    Tahun 2005 Bab VI. Pada Pasal 6 ayat 3 dan Pasal 8 ayat 1 Perda tersebut

    dijelaskan bahwa penyelenggaraan pasar merupakan tanggung jawab Pemerintah

    Daerah, pengelolaan pasar di atas lahan milik Pemerintah Daerah dapat

    dilaksanakan oleh pihak ketiga berdasarkan kerjasama dengan Pemerintah Daerah

    setelah mendapat izin dari DPRD. Kontribusi pihak ketiga terhadap PAD Kota

    Bogor berupa pajak yang dibayarkan kepada Dinas Pendapatan Daerah dilakukan

    selama masa kontrak kerjasama.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    47/104

    35

    5.1.2 Tatakelola Pasar Tradisional

    Pada dasarnya, tugas utama pengelola pasar, baik pengelola swasta

    maupun pemerintah adalah memberikan fasilitas berupa tempat berdagang bagi

     pedagang pasar tradisional yang telah membeli atau menyewa kios. Secara

    spesifik, pengelolaan pedagang oleh pemerintah diatur dalam Perda Kota Bogor

     Nomor 7 tahun 2005. Untuk bisa berdagang di pasar-pasar yang dikelola oleh PD

    Pasar Pakuan Jaya Pedagang harus memiliki dua izin khusus dari pemerintah,

    yaitu BHPTB dan IPTB. Buku Hak Pemakaian Tempat Berdagang (BHPTB)

    adalah bukti pedagang yang telah melunasi pembayaran tempat berdagang dalam

    areal pasar, berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang. Kartu Izin Pemakaian

    Tempat Berdagang (KIPTB) adalah kartu bukti perizinan pedagang yang

    mempergunakan tempat berdagang dalam areal pasar yang berlaku selama 1 tahun

    dan dapat diperpanjang.

    Setiap pedagang yang memakai tempat berdagang di pasar Pemerintah

    Daerah dalam areal pasar mempunyai hak sebagai berikut:

    a. memperoleh jasa pelayanan fasilitas pasar

     b. memperoleh pelayanan administrasi

    c. memperoleh pelayanan pemeliharaan pasar

    d. memperoleh pelayanan kebersihan dan keamanan

    Selain itu, pedagang yang memakai tempat berdagang di pasar

    Pemerintah Daerah di areal pasar mempunyai kewajiban sebagai berikut:

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    48/104

    36

    a. mempergunakan tempat berdagang sesuai fungsinya paling lambat 15 hari

    kalender sejak diterbitkannya KIPTB.

     b. memperdagangkan jenis barang atau jasa sesuai dengan komoditi yang telah

    ditetapkan

    c. mengatur penempatan jenis barang dengan rapi dan tidak membahayakan

    keselamatan umum serta tidak melebihi batas tempat berdagang yang menjadi

    haknya

    d. menjaga dan memelihara keamanan, ketenteraman, ketertiban, dan kebersihan

    di sekitar tempat berdagang

    e. menyediakan alat pemadam kebakaran, tempat sampah basah dan kering, dan

    alat-alat kebersihan

    f. membuang sampah ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Sementara yang

    disediakan oleh Pemerintah Daerah

    g. membayar retribusi sesuai peraturan perundang-undangan

    h. membayar biaya pemakaian listrik, air, serta fasilitas pasar lainnya

    i. mencegah terjadinya praktek perjudian dan perbuatan maksiat lainnya di

    sekitar tempat berdagang

    Penarikan retribusi harian berupa retribusi sesuai aturan daerah (Perda

    Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2006) serta biaya listrik, air, dan fasilitas lainnya,

    dilakukan setelah satu jam Pasar Tradisional beroperasi atau pukul 07.00.

    Pedagang-pedagang pasar pengecer diperbolehkan untuk membuka usaha di luar

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    49/104

    37

     jam kegiatan namun tidak mendapatkan fasilitas layanan dari pengelola pasar,

    seperti unit keamanan dan kebersihan.

    Di sisi lain, pengelolaan Pasar Tradisional oleh swasta tidak diatur dalam

    Perda Kota Bogor. Hak dan kewajiban pedagang di Pasar Tradisional Swasta,

    dalam hal ini Pasar Induk Kemang yang dikelola PT. Galvindo Ampuh tidak jauh

     berbeda dengan hak dan kewajiban pedagang di Pasar Tradisional Pemerintah.

    Pedagang Pasar Pasar Induk Kemang mendapat hak untuk menyewa los dan kios

     berdasarkan izin yang dilakukan ke pihak PT. Galvindo Ampuh. Pedagang yang

    mendapat izin memiliki hak untuk berdagang, mendapat layanan fasilitias unit

    kebersihan dan keamanan. 

    Pedagang berkewajiban membayar retribusi harian berupa sewa kios/los,

    kebersihan, dan keamanan. Menurut pengakuan pedagang-pedagang di Pasar

    Induk Kemang, harga sewa dan retribusi harian secara keseluruhan tidak begitu

    membebani terutama jika dibandingkan dengan retribusi yang dikenakan kepada

     pedagang-pedagang di Pasar Induk di luar Kota Bogor.

    5.1.3 Kondisi Umum Pedagang Pasar Tradisional

    Penelitian ini mengambil responden pedagang-pedagang dari dua unit

    Pasar Tradisional, yaitu Pasar Baru Bogor sebagai Pasar Pengecer dan Pasar

    Induk Kemang sebagai Pasar Grosir. Kondisi umum pedagang dianalisis untuk

    melihat perkembangan pedagang pasar tradisional berdasarkan perbandingan

    dengan ciri khas pedagang pasar yang seringkali disampaikan dalam literatur-

    literatur, seperti pada Perda Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2005. Pasar Tradisional

    adalah pasar yang dibangun dengan fasilitas yang sederhana, dikelola dengan

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    50/104

    38

    manajemen yang sederhana dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, ataupun

    tenda yang diisi oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi, dengan proses jual

     beli melalui tawar menawar.

    Berdasarkan jumlah responden dan hasil pengamatan, Pasar Baru Bogor

    memiliki proporsi pedagang yang cukup beragam. Sebagian besar pedagang Pasar

    Baru Bogor menjual komoditas yang biasa dijual di Pasar Tradisional seperti

    sayuran segar, bahan kebutuhan sehari-hari seperti sembako dan bahan makanan

    (bumbu masakan), seperti cabai dan rempah-rempah. Penjual ikan, baik ayam

     potong, daging sapi, daging kambing dan buah-buahan juga memiliki proporsi

    yang cukup tinggi. Kemudian terdapat cukup banyak pedagang yang menjual

    komoditi seperti kelapa santan, tahu tempe, telur dan beras. Sebagian kecil

     pedagang memiliki komoditas lebih spesifik seperti masakan matang, daging

    olahan, wadah plastik untuk keperluan katering, bahan untuk dagangan bakso, dan

    lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk Pasar Besar atau Pasar Kelas I,

    Pasar Baru Bogor memang menyediakan komoditas-komoditas yang cukup

    lengkap.

    Pasar Induk Kemang, adalah Pasar Grosir yang sebagian besar

     penjualnya adalah pedagang grosiran sayur mayur, seperti tomat, jagung, kol,

    sawi dan lainnya. Sebagian lainnya adalah penjual bahan-bahan masakan seperti

    rempah-rempah dan cabai. Kemudian terdapat sebagian kecil pedagang yang

     berjualan buah seperti jeruk. Pasar Induk Kemang sebagai pasar grosir belum bisa

    dianggap selengkap Pasar Induk sejenis seperti Pasar Induk Kramat Jati karena di

    Pasar ini tidak terdapat komoditi seperti daging.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    51/104

    39

    Dalam penelitian, berdasarkan Gambar 5.1a, Toko Kecil atau Warung

    merupakan pangsa pembeli terbesar, baik dalam hal jumlah konsumen maupun

     jumlah barang yang dibeli di Pasar Baru Bogor. Sebanyak 33 persen dari

    responden Pasar Baru Bogor mengaku bahwa pelanggan utama mereka adalah

    Toko Kecil atau Warung yang berjualan di sekitar komplek perumahan, ataupun

    mengaku bahwa komoditas mereka dibeli untuk dijual kembali oleh pembelinya.

    Jika proporsi pelanggan Toko Kecil, pemilik rumah makan/katering dan

     pedagang keliling digabungkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa 70 persen

    responden pedagang Pasar Baru Bogor barang dagangannya dibeli secara

     borongan untuk dijual kembali dengan atau tanpa merubah bentuk awalnya. Hal

    ini juga dapat disimpulkan walaupun Pasar Baru Bogor bukan Pasar Grosir,

    namun barang dagangannya masih dalam rantai distribusi ke pedagang pengecer

    yang lebih kecil sebelum akhirnya sampai ke konsumen.

    Sumber: Data Primer, diolah.

    Gambar 5.1a Proporsi Pelanggan Utama Pasar Baru Bogor

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    52/104

    40

    Sesuai dengan statusnya sebagai Pasar Grosir, pelanggan utama Pasar

    Induk Kemang adalah pasar kecil atau pasar pengecer sebesar 50 persen, diikuti

    oleh Toko sebesar 33 persen, lalu pengusaha Rumah Makan sebanyak 17 persen.

    Saat ini pembeli potensial kebanyakan berasal dari Kota Bogor dan sekitarnya

    Sumber: Data Primer, diolah.

    Gambar 5.1b Proporsi Pelanggan Utama Pasar Induk Kemang

    Tabel 5.1b menunjukan pemasok utama dari pedagang di kedua Pasar

    Tradisional. Pasar Baru Bogor sebagai pasar pengecer, sebanyak 53,33 persen

    responden pedagangnya menggunakan jasa agen atau pemasok profesional untuk

    mendapatkan komoditi barang tertentu. Biasanya agen tersebut mengirimkan

    langsung komoditi kepada pedagang Pasar Baru Bogor, agen-agen ini berasal dari

     berbagai penjuru Jawa, mulai dari Bandung, sampai dengan Jawa Timur.

    Sebagian adalah agen untuk komoditi yang tidak ditanam di sekitar Bogor.

    Sebesar 26,67 persen responden Pasar Baru Bogor membeli barang

    dagangannya dari Pasar Grosir di sekitar Bogor, untuk komoditi sayur-sayuran

    dan bahan makanan, beberapa pedagang membeli langsung dari Pasar Induk

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    53/104

    41

    Kemang, sedangkan untuk komoditi seperti Ikan, pedagang membeli di Pasar

    Induk Muara Angke. Hanya sebesar 13,33 persen pedagang yang memiliki akses

    untuk memperoleh komoditi langsung dari produsennya, pedagang-pedagang ini

     biasanya adalah pedagang daging ayam atau sapi yang mengambil barang

    langsung dari peternakan ataupun Rumah Potong Hewan (RPH) di Bogor dan

    sekitarnya. 6,67 persen pedagang yang memproduksi barang dagangannya sendiri

     biasanya adalah pedagang masakan matang ataupun beberapa pengusaha tahu dan

    tempe yang menjual langsung barang produksinya. Pada Pasar Induk Kemang,

    hampir semua pedagang mengandalkan Agen atau Pemasok Profesional untuk

    memperoleh komoditinya.

    Tabel 5.1. Proporsi Pemasok Barang Utama & Metode Pembayaran

    Pedagang Pasar Tradisional

    Pasar Baru Bogor

    Pemasok Utama % Metode Pembayaran %

    Agen 53,33 Tunai 56,67

    Pasar Grosir 26,67 Kredit 43,33

    Produsen 13,33

    Produksi Sendiri 6,67

    Pasar Induk Kemang

    Pemasok Utama % Metode Pembayaran %

    Agen 96,67 Tunai 86,67

    Produsen 3,33 Kredit 13,33

    Sumber: Data Primer, diolah.

    Tabel 5.1 juga menjelaskan mengenai metode pembayaran pasokan

     barang yang datang. Pada Pasar Baru Bogor, metode pembayaran tunai dan kredit

    memiliki proporsi yang hampir serupa. Metode pembayaran kredit yang biasa

    diterapkan umumnya penundaan pembayaran selama beberapa hari hingga

    seminggu, ataupun pembayaran uang muka pada hari ini kemudian dilunasi esok

    harinya setelah barang laku dijual.

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    54/104

    42

    Pada Pasar Induk Kemang, sebesar 86,67 persen responden pedagang

    mengemukakan bahwa mereka membayar tunai ketika barang pasokan datang

    dikirim oleh agen. Ada pula pedagang yang meminta agen untuk menunggu

    sekitar 2-3 jam sebelum membayar barangnya. Umumnya hal ini dapat dilakukan

    karena transaksi penjualan grosir dengan pelanggan harian tetap yang datang pada

     jam yang sudah dijanjikan dapat berlangsung dengan cepat, sehingga dalam 2-3

     jam barang dagangan sudah laku atau omset sudah memenuhi pembayaran kepada

    agen.

    Tabel 5.2. Sumber Modal Pedagang Pasar Tradisional

    Pasar Baru Bogor Pasar Induk Kemang

    Sumber Modal % Sumber Modal %

    Modal Sendiri 80,00 Modal Sendiri 93,33

    Pinjaman dari Kerabat 10,00 Pinjaman dari Kerabat 6,67

    Bank 10,00

    Sumber: Data Primer, diolah.

    Berdasarkan tabel 5.2. pada kedua pasar yang diteliti, uang yang dimiliki

    oleh pedagang sendiri adalah sumber modal utama. Dengan proporsi yang sangat

    signifikan sebesar 80 persen pada Pasar Baru Bogor dan 93,33 persen pada Pasar

    Induk Bogor, jelas tergambar bahwa modal yang relatif kecil sebagai ciri khas

    dari pedagang Pasar Tradisional masih melekat hingga saat ini.

    Diakui oleh banyak responden pedagang di Pasar Baru Bogor, meski

    saat ini banyak bank-bank swasta ataupun rentenir menawarkan pinjaman

     berbunga kepada para pedagang untuk keperluan pengembangan usaha, mereka

    cenderung tidak berani untuk meminjam. Hal ini dikarenakan ketakutan mereka

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    55/104

    43

    akan jeratan bunga, pengetahuan mereka yang cukup minim, dan ketidakyakinan

    mereka untuk mengatur aliran uang jika memiliki uang yang cukup banyak.

    Lain halnya dengan Pasar Induk Kemang, diakui oleh mereka bahwa

    tidak ada tawaran dari Bank yang masuk ke dalam pasar untuk menawarkan kredit

     berjangka. Tambahan modal biasanya didapat dari kerabat ataupun seorang

     pedagang besar yang membantu pegawainya yang sudah mengabdi berpuluh

    tahun untuk memiliki usahanya sendiri. Namun para pedagang juga mengatakan

    sangat sulit mengembangkan usahanya lebih lanjut karena nilai uang yang terus

    merosot.

    Penelitian ini juga menganalisa mengenai metode dagang dari Pasar

    Tradisional, tawar-menawar yang menjadi citra  utama dari Pasar Tradisioonal

    masih berlangsung. Keakraban antara pedagang dengan pelanggan juga terasa

    dengan banyaknya komunikasi antar keduanya. Hal tersebut juga membuat

    keterbukaan informasi mengenai margin harga jual di pasar tradisional dengan

    harga dari pemasok/pasar grosir sehingga biasanya tidak ada  gap  harga yang

    signifikan antar pedagang dengan komoditi yang serupa.

    Lebih lanjut mengenai metode dagang, dianalisis mengenai strategi

    utama mereka dalam menarik pembeli juga respon mereka terhadap persaingan

    antar pedagang. Pada tabel 5.3a, sebanyak 43,33 persen responden pedagang

    Pasar Baru Bogor mengakui bahwa persaingan ketat terjadi dengan Pedagang

    Kaki Lima (PKL) yang berada di luar pasar. Posisi strategis yang berada lebih

    dekat dengan jalan dan harga bersaing dianggap merupakan keunggulan PKL atas

     pedagang-pedagang di dalam pasar. Walaupun sebanyak 30 persen responden

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    56/104

    44

    menganggap saingan utamanya berada di dalam pasar (sesama pedagang), perlu

    diketahui bahwa sesama pedagang dalam pasar merasa bahwa tidak merasakan

     persaingan yang ketat walaupun banyak pedagang dalam pasar yang menjual

    komoditas yang sama, sehingga terdapat 16,67 persen pedagang Pasar Baru Bogor

    tidak menganggap adanya persaingan usaha walaupun sudah diyakinkan bahwa

    suatu bentuk bisnis pasti memiliki pesaing.

    Tabel 5.3a. Persaingan dan Strategi Pedagang Pasar Baru Bogor

    Pesaing Terberat % Strategi Menarik Pembeli %Pedagang Kaki Lima 43,33 Barang lebih Berkualitas 43,33

    Pedagang lain dalam Pasar 30,00 Sikap baik dan Sopan santun 36,67

    Tidak tahu 16,67 Barang lebih Murah 13,33

    Toko Modern/Supermarket 6,67 Barang lebih Beragam 3,33

    Pasar Tradisional lain 3,33 lainnya 3,33

    Sumber: Data Primer, diolah.

    Diteliti mengenai strategi, menjamin barang dengan kualitas prima diakui

    oleh pedagang responden Pasar Baru Bogor menjadi keunggulan utama mereka,

    sekaligus menjadi strategi dalam menarik pembeli (43,33 persen). Sebanyak 36,67

     persen responden menganggap sikap baik dan sopan santun adalah hal utama

    untuk menarik pembeli agar menjadi pelanggan tetap.

    Berbeda halnya dengan Pasar Induk Kemang, pesaing terberat menurut

     pedagang responden Pasar Induk Kemang (76,67 persen) adalah pedagang-

     pedagang lain di dalam pasar dan strategi utama mereka adalah kualitas barang

    yang tinggi agar pembeli tertarik berlangganan (53,33 persen). Pedagang-

     pedagang di Pasar Induk Kemang lebih homogen dibanding dengan Pasar Baru

    Bogor. Dari hasil pengamatan, secara umum tidak ada keunggulan komparatif

    yang signifikan antara satu pedagang dengan pedagang lain, dilihat dari kualitas

  • 8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf

    57/104

    45

    komoditi, pengemasan dalam karung, variasi komoditi yang dijual hin