analisa kasus(1)

7
ANALISA KASUS Apakah Assessment pada kasus ini sudah tepat ? Apakah Planning pada kasus ini sudah tepat? Bagaimana prognosis pada kasus ini ? ANALISA ASSESSMENT Gagal Jantung e.c Penyakit Jantung Reumatik e.c Demam Reumatik Serangan I Anamnesis : sesak nafas setelah beraktivitas, seperti berjalan jauh dan menderes karet. Sesak napas berkurang jika pasien beristirahat à gejala gagal jantung. Gejala sesak juga bisa didapatkan dari gangguan pada organ pernafasan dan Ginjal. Namun Hal tersebut dapat disingkirkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sesak, sesaknya tidak menimbulkan suara mengik, pasien tidak merokok, pasien tidak ada riwayat asma, keluarga pasien tidak ada riwayat aalergi, pasien juga tidak mengeluh mual-muntah,nyeri pinggang -. Pasien juga mengeluh nyeri sendi lengan yang hilang timbul. Nyeri juga dirasakan pada tungkai kanan yang berpindah ke tungkai kiri à poliarthritis migrant à criteria mayor demam reumatik 1 mgu SMRS : keluhan semakin memberat. Sesak napas semakin sering dan tidak berkurang dengan istirahat. Batuk semakin berat,

Upload: fajar-al-habibi

Post on 22-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

ANALISA KASUS Apakah Assessment pada kasus ini sudah tepat ? Apakah Planning pada kasus ini sudah tepat? Bagaimana prognosis pada kasus ini ?

ANALISA ASSESSMENT Gagal Jantung e.c Penyakit Jantung Reumatik e.c Demam Reumatik Serangan I Anamnesis : sesak nafas setelah beraktivitas, seperti berjalan jauh dan menderes karet. Sesak napas berkurang jika pasien beristirahat gejala gagal jantung. Gejala sesak juga bisa didapatkan dari gangguan pada organ pernafasan dan Ginjal. Namun Hal tersebut dapat disingkirkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sesak, sesaknya tidak menimbulkan suara mengik, pasien tidak merokok, pasien tidak ada riwayat asma, keluarga pasien tidak ada riwayat aalergi, pasien juga tidak mengeluh mual-muntah,nyeri pinggang -. Pasien juga mengeluh nyeri sendi lengan yang hilang timbul. Nyeri juga dirasakan pada tungkai kanan yang berpindah ke tungkai kiri poliarthritis migrant criteria mayor demam reumatik

1 mgu SMRS : keluhan semakin memberat. Sesak napas semakin sering dan tidak berkurang dengan istirahat. Batuk semakin berat, terdapat bercak darah merah-pink. Nyeri sendi semakin hebat dan bengkak bertambah pada tangan dan wajah. ibu pasien juga mengatakan, ada gerakan-gerakan pada tangan anaknya saat tidur, dan pasien tidak menyadarinya korea ? R/ batuk dan demam yang naik-turun 1,5 bulan SMRS dan tidak berobat ke dokter, namun sebelumnya tidak pernah menderita gejala seperti ini demam reumatik serangan I Pemeriksaan Fisik Gagal jantung Sianosis sentral, NCH +, tampak retraksi dada

Jantung Inspeksi: Ictus cordis terlihat Palpasi: Ictus cordis teraba Perkusi: Redup, batas jantung membesar Auskultasi: BJ I/II +/+ reguler, murmur sistolik (+), gallop(-) Hepatomegali Edem ekstremetas Akrosianosis Jari tabuh Pada pemeriksaan fisik paru dapat menyingkirkan bahwa gejala sesak berasal dari saluran pernafasan :Paru Inspeksi: Pergerakan simetris Palpasi: Fremitus vokal simetris Perkusi: Sonor/sonor Auskultasi: Vesikuler +/+ ronkhi -/- wheezing -/-Pada pemeriksaan fisik dapat menyingkirkan bahwa gejala sesak berasal dari ginjal : Mata: konjungtiva anemis -/- LFG : normal Abdomen: Inspeksidatar, simetris, AuskultasiBising usus +, kesan normal, bruits -Palpasi ballottement ginjal tidak teraba, Nyeri ketok -/-Perkusitimpani

Pemeriksaan Penunjang : PJR e.c DR leukositosis,, CRP (+) dan ASTO (+). Rontgen thorax :.. EKG :. Echocardiography :. u/c : 37/0,7 (dalam batas normal) fungsi ginjal (dalam batas normal) Pemeriksaan urin : dalam batas normal fungsi ginjal (dalam batas normal)Faktor predisposisi pada pasien : Faktor Lingkungan : Sosial ekonomi yang buruk Gejala mayor pada pasien : Karditis + Korea Poliartritis Migran Gejala Minor pada pasien ; Leukositosis, CRP +Ditambah peninggian titer ASTO

ANALISA PLANNING Pemberian cairan pada pasien ini tidak dijelaskan tetesannya per-menit, pada pasien gagal jantung, idealnya menggunakan infus dengan tetesan mikro, dan seharusnya dihitung berdasarkan kebutuhan pasien dengan gagal jantung, yaitu IVFD D 5% gtt x/menit (mikro) Pemberian oksigen (2-4L/menit) saat pasien pertama kali dirawat, sudah tepat untuk mengatasi kekurangan perfusi O2 dikarenakan pasien sesak, namun idealnya terpasang alat saturasi O2 pada pasien. Terapi O2 diberikan jika diperlukan. Dapat dilepas sewaktu-waktu. Pemberian benzatin penicillin pada pasien ini sudah tepat, yaitu digunakan untuk profilaksis terhadap kecendrungan terjadinya serangan ulang bakteri streptococcus. Dosis pemberiannya pun sudah tepat, yaitu 1,2 juta unit untuk usia >12 tahun yang diberikan secara IM, 600.000 unit pada deltoid kanan, 600.000 unit pada deltoid kiri. Pemberian prednisone pada pasien ini sudah tepat, yaitu digunakan untuk karditis. Dosis pemberiannya sudah tepat yaitu 2 mg/KgBB/Hr, dengan BB anak 40 kg, maka 80 mg/hr dengan prednisone tab 5 mg, 6-6-4. Diberikan 2/3 dosis pada pagi-siang hari, sedangkan 1/3 dosis untuk malam, hal ini menyesuaikan dengan irama diurnal. Pemberian asam mefenamat pad pasien ini sudah tepat sebagai anti-inflamasi non-steroid untuk mengurangi gejala poliartritis pada DR. dengan dosis asam mefenamat tab 500 mg, 3 x tab untuk BB 40 kg. Pemberian furosemid pada pasien ini sudah tepat untuk mengatasi gagal jantung sebagai diuretic kuat pada pengobatan gagal jantung karna menurunkan pre-load untuk menurunkan beban kerja jantung. Dosis pemberiannya pun sudah tepat yaitu 10mg/kgbb/12 jam. Furosemid 40 mg/12 jam. Pemberian captopril digunakan bersama-sama dengan diuretic untuk mengatasi gagal jantung. Pemberian antihipertensi beta-blocker kardioselektif perlu diperhatikan pada pasien gagal jantung, hal ini dikarnakan obat ini memiliki sifat inotropik negative, selain itu apabila dosisnya tidak tepat akan menurunkan sifat kardioselektivnya. Sehingga pemilihan captopril dan furosemid sebagai lini pertama sudah tepat. ACE-I juga berperan untuk menekan sisten simpatik sehingga menurunkan resistensi vascular. Dosis captopril 2x25 mg sudah tepat sebagai dosis pemeliharaan. Pemberian KSR dengan dosis 1x 1 tablet sudah tepat sebagai koreksi kalium yang hilang bersama pemberian furosemid. Pemberian Antasid sirup 3 x C1 ac sudah tepat diberikan untuk mengatasi gejala nyeri ulu hati pada pasien, juga untuk melindungi lambung mengatasi efek samping ke lambung (peptic ulcer) dari prednisone dan asam mefenatamat. Seharusnya pada pasien direncanakan untuk pemeriksaan Hb ulang sebagai evaluasi karena pasien mengalami batuk darah. Juga pemeriksann elektrolit ulang untuk evaluasi pemberian furosemid yang boros kalium. Pada pasien tidak tertulis terapi edukasi yang diberikan, Seharusnya pada pasien diberikan terapi edukasi berupa : Tirah baring selama gejala gagal jantung masih ada, posisi berubah-ubah untuk mencegah ulkus dekubitus, Istirahat posisi duduk apabila sesak, O2 boleh dipasang kembali bila pasien tampak sesak (2-4 L/menit) dan dapat dilepas saat sesak sudah reda sebagai latihan untuk pasien tanpa bantuan O2, Diet Jantung (tinggi kalori 2500kkal/hr dan protein 45mg/hr), Balance cairan : batasi minum < 2 gelas belimbing/ hr, kurangi stress fisik dan emosional. R/ rujuk ke RSCM sudah tepat untuk mengatasi penyakit lebih lanjut tindakan operatif

ANALISA PROGNOSIS Penyakit jantung rematik tidak membaik bila bising organik katup tidak menghilang. Prognosis memburuk bila gejala karditisnya lebih berat, dan ternyata demam rematik akut dengan payah jantung akan sembuh 30% pada 5 tahun pertama dan 40% setelah 10 tahun. Meskipun penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung telah sangat berkembang, tetapi prognosisnya masih tetap buruk, dimana angka mortalitas setahun bervariasi dari 5 % pada paien stabil dengan gejala ringan. Angka mortalitas 30-50% pada pasien dengan gejala berat dan progresif. Prognosis lebih buruk jika disertai disfungsi ventrikel kiri, gejala klinis tampak berat, kapasitas latihan terbatas, insufisiensi ginjal sekunder, hiponatremi, dan kotekolamin plasma yang meningkat. Sekitar 40-50% kematian akibat gagal jantung adalah mendadak. Kematian lainnya adalah akibat gagal jantung progresif dan penyakit lainnya. Pasien-pasien yang mengalami gagal jantung stadium lanjut akan menderita dispnea dan memerlukan bantuan terapi paliatif.