anal is is

Upload: putra-jaya

Post on 16-Jul-2015

175 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS MANAJEMEN ASETTANAIITANAIJ DAN BANGLINAN PENIERINTATI DAERAH (Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Maluku)

Seperti diketahui LJU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah memberikan kewenangan yang besar kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri dan menawarkan berbagai kemungkinan untuk diterapkannya paradigma baru dalam menjalankan birokarasi publik dengan efisien, efektif, responsif, transparan dan akuntabel terhadap kebutuhan masyarakat. Sistem pemerintah yang sebelumnya bersifat sentralistik menjadi desentralistik, dimana pemerintah daerah dituntut untuk memiliki inovasi dalam kreatifitas dalam mengelola seluruh potensi yang dimilikinya guna mensejahterakan masyarakat pada semua aspek kehidupan. Di era otonomi dan desentralisasi seperti ini maka peran sentral keberhasilan otonomi dan desentralisasi di daerah, sangat ditentukan oleh kemauan dan kemampuan managerial pemimpin pada semua level kepemimpinan birokrasi di daerah untuk mampu melihat secara integral aset dan potensi yang ada. Semangat kewirausahaan (Onterpreneur) perlu dimiliki karena dengan semangat kewirausahaan akan mendorong upaya untuk mendapatkan pendapatan asli daerah yang sebesar-besarnya. Dengan pola kepemimpinan yang memiliki semangat kewirausahaan seperti ini maka akan melahirkan pemerintahan daerah dengan semangat kewirausahaan. Sebagaimana diungkapkan oleh Frices (2009 : 146) Ebterpreneurial Government adalah pemerintah yang berwawasan dan bercirikan nilai-nilai kewirausahaan yang tinggi, sebagaimana layaknya sebuah organisasi unit usaha yang menjunjung tinggi efektifitas, efisiensi, produktifitas, optimalisasi dan profitabilitasi yang besar.

Kabupaten Maluku Tengah merupakan bagian dari wilayah Provinsi Maluku. Wilayah Kabupaten Maluku Tengah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Seram, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Band, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Seram bagian Barat dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Seram bagian Timur. Luas wilayah Kabupaten Maluku Tengah seluruhnya kurang lebih 275.907 km2 yang terdiri dari luas laut 264.311,4.3 km2 dan luas daratan 11.595,57 km2 (Maluku Tengah Dalam Angka, 2008 :3). Sebagai salah satu wilayah otonom, Kabupaten Maluku Tengah memiliki kedudukan yang strategis di provinsi Maluku karena wilayah ini telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai salah satu Kabupaten dari tiga Kabupaten di Provinsi Maluku yang berada pada kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu yang dikenal dengan KAPET Seram sesuai dengan KEPPRES Nomor : 165 Tahun 1998. Dengan kedudukan Kabupaten Maluku Tengah seperti ini maka Pemerintah Daerah dituntut untuk mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki sebagai upaya mendukung regulasi pemerintah pusat dimaksud. Disamping itu Kabupaten Maluku Tengah merupakan kabupaten Induk dari tiga Kabupaten yang telah dimekarkan yaitu Kabupaten Baru, Kabupaten Seram bagian Timur dan Kabupaten Saram bagian Barat. Konsekuensi logis dari adanya pemekaran wilayah adalah berkurangnya aset daerah khususnya tanah dan bangunan, dimana aset yang ada pada wilayah pemekaran diserahkan sepenuhnya kepada daerah tersebut. Permasalahan lainya yang muncul pada pemerintah daerah adalah tidak tertibnya administrasi dalam pengelolaan aset pada semua Level Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pelaporan tentang permasalahan inventaris aset masih sebatas memenuhi kewajiban rutin yang tiap

tahun harus disampaikan, sumber daya aparat yang terbatas dalam penguasaan manajemen aset serta sosialisasi terhapa pentingnya inventarisasi aset belum sepenuhnya dilakukan memberikan gambaran bahwa pemerintah daerah belum optimal dalam kegiatan inventarisasi aset. Kondisi seperti ini berdampak pada adanya ketidakpastian data aset pemerintah daerah yang dikuasai dan berpeluang untuk menciptakan inventasi dalam rangka peningkatan sumber pendapatan asli daerah. Karena salah satu penerimaan retribusi daerah adalah penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dan pemanfaatan aset (kekayaan) daerah yang potensial dan bernilai ekonomis. Pengelolaan aset yang dijadikan fokus dalam penelitian ini adalah pengelolaan aset tanah dan bangunan dengan pertimbangan bahwa kontribusi sektor bangunan dan kontruksi pada nilai PDRB Kabupaten Maluku Tengah menujukan angka yang cenderung meningkat, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 1 PDRB Sektor Bangunan dan Konstruksi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Persen) Sektor 2001 2002 Bangunan dan 2,09 2,15 Konstruksi Sumber : Maluku Tengah dalam angka 2008 2003 2,22 2004 2,25 2005 2,28

Dan tabel diatas maka diperlukan upaya-upaya yang kongkrit dari pemerintah daerah untuk terus mempertahankan laju pertumbuhan sektor ini dan akan lebih baik menciptakan peningkatannya dari tahun ke tahun sehingga dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pada aspek lain terdapat kekurangan yang sangat signifikan dalam pengelolaan ase, tanah bangunan dimana dari 50') bidang tanah yang dimiliki oleh pemerintah daerah, hanya terdapat 6 bidang tanah yang telah memiliki sertifikat. Untuk itu upaya penataan kembali Manajemen Aset Khususnya tanah dan bangunan sebagai salah situ faktor penentu kinerja dalam usaha mengoptimalkan segenap potensi yang dimiliki sekaligus sebagai langkah untuk menciptakan semangat kewirausahaan (enterptreneur) dalam lingkup pemerintah daerah. Sebagaimana diungkapkan Siregar (2004 : 551) berkaitan dengan upaya yang terdiri dari aset agar mampu menunjang kinerja manajemen organisasi pemerintah Daerah atau perusahaan secara keseluruhan, sangat dibutuhkan program restrukturisasi, yang terdiri dari kegiatan identifikasi, penilaian, legal audit, serta analisis optimalisasi aset (Higest and hest use study/HBU studi) Berta terpadu dengan pengembangan suatu sistem Informasi yang andal yang mendukung pengelolaan Aset. Dari fenomena di atas maka permasalahan Yang, dihadapi oleh pemerintah daerah adalah terdapat ketidak tertiban pengelolaan aset tanah dan bangunan sehingga penelitian ini dilakukan guna mengkaji fenomena-fenomena yang ada pada manajemen aset pemerintah Kabupaten Maluku Tengah. Inventarisasi, legal audit, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian aset daerah berperan sangat penting dalam memberikan informasi yang cepat, tepat dan dapat penting dalam memberikan informasi yang ; cepat,

tepai dan dapat dipertanggung Jawabkan dalam penyusunan strategi Pembangunan Daerah maupun peningkatan pendapatan asli daerah.

1.1.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan suatu kajian yang mendalam tentang sistem manajemen aset tanah dan bangunan yang dimiliki / dikelola Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah yang, dirumuskan sebagai berikut:1. Bagaimana proses inventarisasi dan identifikasi aset Pemerintah Daerah dilakukan? 2. Bagaimana aspek legalitas/yuridis dalam upaya penguasaan serta pengalihan asset

tanah dan bangunan Pemerintah Daerah ?3. Bagaimana proses dan metode penilaian asset yang dilakukan Pemerintah Daerah

sebagai dasar penyusunan neraca daerah4. Bagaimana upaya pemanfaatan, asset saat ini sebagai pendukung kegiatan

operasional kegiatan pemerintah.5. Bagaimana pengawasan dan pengendalian atas pemanfaatan dan pengalihan asset

Pemerintah Daerah ?

6.

1.2. Keaslian Penelitian Penelitian tentang manajemen asset merupakan penelitian yang sangat penting dan bermanfaat bagi pemerintah daerah serta dapat digunakan untuk bahan pertimbangan dalam pengelolaan asset yang sesuai aturan yang berlaku. Di Kabupaten Maluku Tengah sampai pada saat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang manajemen asset, namun ada penelitian sebelumnya telah dilakukan, antara lain:1.

Chair (20014) mengadakan penelitian tentang peranan manajemen dalam upaya meningkatkan kegunaan asset tanah dan bangunan. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kinerja manajemen asset kelurahan yang terbentuk dari analisis Cluster berdasarkan lugs tanah dan bangunan berdasarkan luas tanah dan bangunan yang memiliki persentase asset terhadap total asset, luas asset tanah yang digunakan untuk fasilitas sosial dan fasilitas umum, dan sikap top manajemen terhadap asset tanah dan bangunan yang ada di wilayah kelurahan.

2.

Mahsun (2003) melakukan studi kasus pada Pemerintah Kota Yogyakarta tahun anggaran 2001/2002 tentang analisis efektivitas manajemen as-.A poroperti riil Pemerintah Daerah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : pertama dengan melakukan wawancara dengan pejabat dilingkungan pemerintah kota, yang kedua melakukan pengamatan dan observasi di lingkungan pemerintah kota. dan yang ketiga melakukan tinjauan data baik litelator akademik maupun laporan

pertanggungjawaban. Hasil penelitian menunjukkan bahkan praktek manajemen asset di Pemerintah Kota Yogyakarta masih belum optimal, karena pemkot masih belum mempunyai kapasitas yang memadai untuk mengelola asset asset yang dimiliki

terutama asset besar.3.

Ciptono (2004), mengadakan suatu studi yang menjelaskan tentang penerapan Real Time Strategic dengan memotret praktik manajemen asset bangunan perusahaan (Corpoarate real estate asset management or CREAM) di Indonesia dalam era transformasi (reformasi) nasional dan otonomi daerah, organisasi publik dan bisnis dituntut untuk mampu mengembangkan daya saing efisiensi, dan keefektifannya guna melakukan proses perubahan secara kreatif dan berkesinambungan (sustainable) untuk menjadi the leader of crisis. Penelitian menggunakan metode cluster analysis (chisquare dan Cramers V analysis sebagai alat analisisnya.

4.

Sarifudin (2004), mengadakan penelitian tentang Tranformasi Pengelolaan asset Daerah (tanah dan bangunan) dalam Optimalisasi nilai sews di kabupaten Sikka. Metode yang digunakan adalah teori pendekatan perbandingan atas dasar pendekatan biaya estimasi nilai sewa sedangkan persentase pendapatan sewa terhadap Pendapatan Asset Daerah (PAD) dengan menggunakan, alas analisis statistik deskriptif

5.

Bloomquist dan oldach (2005) menjelaskan bahwa optimalisasi asset perusahaan melakukan pendekatan perbaikan yang "cerdas" dengan memadukan teknologi secara strategic, metodologi yang handal , proses pemeliharaan yang terbaik dan perubahan budaya dalam sebuah program yang terkoordinasi dan berkelanjutan.

6.

Agustina (2005) melakukan suatu studi kasus yang dilakukan di Kabupaten Pontianak tentang Manajemen Asset (Tanah dan Bangunan) pemerintah Daerah. Hasil penelitian, menunjukan bahwa Identifikasi alas tanah dan bantuan yang belum dimanfaatkan oleh pemerintah Daerah menjadi sumber pendapatan ash daerah dan meningkatkan pelayananp2blik (Imblic service) sebagai perwujudan alas pemerintahan

yang baik (good goveriiamx) dan pembangunan berkelanjutan.7.

Dadson (2006) menjelaskan tentang di Ghana dalam rangka menuju good governance. Langkah-langkah tersebut berada diseputar legislasi organisasi dalam sektor tanah, data base dan peta Berta mekanisme sistem lahan yang berkelanjutan.

1.3.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dalam memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat yang berarti yaitu : 1. Memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan pelaksanaan manajemen asset untuk optimalisasi dan pemanfaatan asset tetapnya. 2. Menambah khazanah / wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan terutama manajemen asset khususnya pengelolaan asset di daerah.

2. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengelolaan asset tanah dan bangunan yang dimiliki/dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tengah.

3. Tinjauan Pustaka

Siregar, 517) mengatakan bahwa manajemen asset itu sendiri telah berkembang cukup pesat. Bermula dengan adanya orientasi yang stasis, kemudian terjadi perubahan perkembangan ke arah yang dinamis, inisiatif dan strategis. Perkembangan yang begitu pesat, konsep manajemen asset diyakini oleh banyak pihak nilai-nilai memberikan dampak positif terhadap peningkatan nilai asset (asset value) melalui peningkatan nilai tambah (wilts added), melalui pelaksanaan sistem informasi manajemen asset (SIMA). Manajemen asset diperkenalkan di Indonesia pada tingkat yang sangat dasar dan telah diadopsi oleh beberapa pemerintah daerah namun sebagian besar belum sepenuhnya dipahami oleh para pengelola di daerah. Menurut siregar (2004 : 551) keharusan pengelolaan asset dengan program restrukturisasi asset dan perkembangan infrakstruktur teknologi sistem informasi manajemen asset adalah karena hal-hal sebagai berikut. 1. Jumlah asset besar (banyak) 2. Jenis bervariasi 3. Letak asset tersebar secara geografis. 4. Dokumen pendukung yang harus terekam secara sistematis. 5. Kondisi legal yang berani. 6. Perbedaan penanganan masing-masing asset. a. Banyak "idle ossef" dan belum dimanfaatkan secara optimal. b. Pengelolaan data masih manual. c. Proses pengambilan keputusan terhadap pemanfaatan dan optimalisasi yang hares dilakukan secara cepat dan benar. Perkembangan manajemen asset telah dicoba untuk ditelaah dalam berbagai penelitian di level pemerintah daerah. Bertovic dkk, (2004:3) melakukan penelitian

tentang model manajemen asset untuk pemerintah daerah, mengatakan bahwa manajemen asset sangatlah pentino, dalam rangka pengambilan keputusan tentang akuisisi, mempertahankan, dan pelepasan properti rill untuk penggunaan dan investasi pemilik. Pada level sektor publik, ada dua pandangan tentang tujuan utama yaitu tradisional dan non tradisional. Sasaran tradisional didasarkan pada penyediaan jumlah optimal properti untuk barang clan jasa dengan biaya paling rendah, dibandingkan dengan semua penataan alternatif yang mungkin, termasuk semua ketentuan sektor privat. Sasaran non tradisional memberi asuransi bahwa pemerintah daerah mendukung pernbanounan ekonomi daerah dan mendapatkan sumber-sumber alternatif. DI sektor privat, kebalikan dari dengan sektor publik, sasaran utamanya adalah mcmaksimurnkan nilai perusahaan (atau kcuntungan), atau mendapatkan perolehan atas investasi, sambil mengoptimalkan kombinasi risiko/perolehan dan likuiditas. Secara umum, banyak asset pemerintah yang dikelola under capacily, sehingga sangat terbuka peluang untuk melakukan upaya optimalisasi pengelo!aannya. Tempi, persoalan mendasar mengapa aset-aset pemerintah tersebut selama ini hatiya dikelola dengan wider capacity, karena ukuran kinerja penilaian pengelolaan ase', pemerintah tidak mcnoharuskan dilakukan optimalisasi sebagairr.ana digariskan terhadap pengelolaan aset private sector. Oleh karena itu, pemerintah dalam hat ini Dcpar-temen Dalai Negeri mengeluarkan Keputusan. Menteri Dalam Negeri No 12 tahun 2003 tenting Pedoman Penilaian Baring Daerah, dengan maksud dapat dilaksanakan oleh Setiap Pemerintah di Daerah dalam rangka menuju upaya optimalisasi asset.

Ketidak tertiban dalam pengelolaan data base asset, mengakibatkan aset-aset yang dikelola Pemerintah Daerah cenderung tidak optimal dalam penggunaannya. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan dalam pengoptimalisasian dan pemanfaatan asset di masa yang akan datang. Implikasi alas pemanfaatan dari pengelolaan asset yang tidak optimal adalah tidak diperolehnya nilai yang terkandung dalam asset itu sendiri. Misalnya dari aspek ekonomi adalah tidak diperolehnya revenue yang sepadan dengan besarnya nliai aset yang dimiliki. Sementara aset-aset yang dimiliki tersebut pada kenyataannya membutuhkan biaya operasional dan pemeliharaan yang cukup besar, senicntara kondisinya yang "idle" atau tidak termanfaatkan menyebabkan inefisicnsi bags perusahaan. 4. Landasan Teori Pengertian aset secara umum adalah barang, atau sesuatu baring yang mempunya:1 nilai ekonomi, nilai komersial atau nilai tukar yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu. Menurut Siregar (2004 : 178) lebih lanjut menjelaskan bahwa pengertian harta kekayaan adalah segala benda, bask bergerak walaupun tidak bergerak, yang dimiliki/dikuasai oleh negara/pemerintah. Bila dikaitkan dengan properti dijabarkan melalui beberapa aspek, antara lain. 1. Memiliki nilai ekonomis yang terkait dengan nilai pemanfaatan tertinggi dan terbaik (highest and best use). 2. Menghasilkan pendapatan dari pengoperasian properti. 3. Memiliki fisik fungsi dan hak penguasaan yang baik 4. Economical life time yang panjang maka dapat

Dikaitkan dengan properti sebagai suatu asset, maka tugas seorang manajemen properti adalah bagaimana manajemen maupun mempertahankan, meningkatkan, dan menjamin kontinuitas dari nilai yang ada pada properti Penerapan sebuah konsep manajemen asset dalam rangka pemberdayaan ekonomi daerah memiliki ruing yang lingkup yaitu lebih luas. Menurut Siregar (2004 : 518) tahapan manajemen asset daerah sebagai berikut. 1. Inventarisasi asset, yang; terdiri atas dug aspek, yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, lugs, lokasi, voluinc/junflah, jenis, alamat dan lain-lain. Aspek yur;,Iis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasan dan lain-lain. Proses kcrja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi/Icibeffitig, pengelompokan dan penibukuaii /administrasi sesuai dengan tuivan manajemen aset. 2. Legal Audit, merupakan situ lingkup ketja manajemen aset yang berupa C, inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengaiihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk merrecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan atau pengalihan aset. Permasalialian legal yang wring ditemui antara lain status hak penguasaan yang lemah, aset dikLMS,11 pihak lain, pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain. dalam sisters d%-.ncya.i mcnambahkan aspek pengawasan dan penoendaliall, sehingga setiap penan.ganan terhadap satu aset, termonitor jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang bertano-migjawab menanganinya. Hal yang ini yang diharapkan akan memininialkan KKN (Korpsi, Kolusi dan Nepotis-ne)

dalam lubuh Pemda. Secara Slcema dapat digambarkan sebagai berik-ut.

Gambar 2.3 Alur Manajemen Asset

4.1. Perencanaan dan Pengadaan Pelaksanaan perencanaan penentuan kebutuhan dan pengadaan barang daerah belum terkoordinir dengan balk, maka perlu diupayakan perubahan-perubahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan dan pengadaan barang bukanlah merupakan suatu kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan barang daerah/asset daerah. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 11 tahun 2001 tentang Pedoman pengelolaan Barang Daerah, untuk melakukan perencanaan dan penentuan kebutuhan barang hang berdasarkan alasan tertentu yaitu: 1. Untuk mengisi kebutuhan barang berhubung terjadinya perkembangan organisasi dan personil dari seinua unit dan satuan kerja yang bersangkutan; 2. adanya barang-barang yang, nisak, dihapuskan, d1jual, hilang, matt atau rehab lain yang dapat dipertanggung jawabkan sehingga memerlukan penggantian;

3. Adanya peruntukan barang yang didasarkan pada jatah perorangan, jika terjadi mutasi personil sehingga turut mempengaruhi kebutuhan barang; 4. Untuk menjaga tingkat persediaan barang bagi setiap tahun anggaran bersangkutan, agar efisien dan efektif, 5. Pertimbangan teknologi.

4.2 Penyimpanan dan penyaluran Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 tahun 2001 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, ;penyimpanan adalah kegiatan untuk melakukan pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam Gudang/ruang penyimpanan. penyaluran adalah kegiatan untuk melakukan pengiriman barang dari gudang induk/gudang unit ke unit/satuan kerja pemakai. Fungsi penyimpanan adalah guns penyelenggaraan pengurusan barang persediaan agar setiap waktu diperlukan dapat dilayani dengan cepat dan tepat. Fungsi penyimpanan adalah untuk menyelenggarakan penulisan pembagian/ -pelayanan barang secara tepat, cepat dan teratur sesuai dengan kebutuhan. dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 tahun 2001 tentang Pedon-tan Pengelolaan Barang Daerah tugas penyimpanan adalah : 1. Menerima penyimpan mengatur merawat dan menjaga keutuhan barang dalam gudang / ruang penyimpanan agar dapat dipergunakan sesuai dengan rencana secara tertib, rapi dan aman :

2. Menyelenggarakan administrasi penyimpanan / pergudangan atas semua barang yang ada dalam gudang. 3. Melakukan stock opname secara berkala ataupun insidentil terhadap barang persediaan yang ada dalam gudang agar persediaan yang ada didalam gudang selalu memenuhi kebutuhan 4. Membuat laporan tentang keadaan penyimpanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4.3 lnventarisasi Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 tahun 2001 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah menyatakan inventarisasi adalah kegiatan atau tindakan untuk melakukan perhitungan, penyelenggaraan pengaturan,

pencatatan data dan pelaporan barang dalam pemakaian. Dari kegiatan inventarisasi disusun Buku Inventaris yang menunjukkan semua 'Kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Buku inventaris tersebut memuat data yang meliputi. nomor, meliputi barang, bahan, asal/cara perolehan barang ukuran barang/konstruksi, satuan, keadaan barang, jumlah barang dan harga. Adanya buku inventaris yang lengkap, teratur clan berkelanjutan mempunyai fungsi dart peranan yang sangat penting dalam rangka: 1. Pengendalian, pemanfaatan, pengamanan dan pengawasan setiap barang 2. Usaha untuk menggunakan, memanfaatkan setiap barang secara maksimal sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing; 3. Menunjang pelaksanaan Tugas Pemerintah

Siregar (2004 - 518) menyatakan bahwa manajemen asset terbagi menjadi lima tahapan kerja, yang pertama adalah inventarisasi. inventarisasi asset terdiri dari dun aspek yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah. jenis, alamat dan lain-lain. Aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki. batas akhir penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, konsifikasi/labelling, pengelompokan dan pembukaan/administrasi sesuai dengan tujuan manajemen asset. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2001 tentang Pedoman Pengelolaan Barang daerah. Barang iventaris adalah barang yang dimiliki/dikuasai oleh Pemerintah Daerah yang penggunaannya lebih dari satu tahun dan dicatat serta didaftar dalam Buku Inventaris. Agar Buku Inventaris dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan peranannya, maka pelaksanaannya harus tertib, teratur dan berkelanjutan, berdasarkan data yang benar, lengkap dan akurat sehingga dapat memberikan informasi yang tepat. Dalam usaha tertib administrasi pengelolaan barang daerah khususnya

pelaksanaan iventarisasinya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2001 tentang pedoman Pengelolaan barang Daerah, dapat dibagi menjadi dui kegiatan yaitu: kegiatan atau pelaksanaan pencatatan, dan kegiatan atau dilaksanakan pelaporan. Dalam pencatatan dimaksud dipergunakan buku- buku clan kartu-kartu sebagai berikut: 1. Buku induk inventaris (BII) 2. Buku inventaris (BI) 3. Kartu inventaris baring (KIB), 4. Kartu inventaris ruangan (KIR),

4.4 Legal Audit Siregar (2001 : 519) menyatakan bahwa legal audit merupakan satu lingkup kerja manajemen asset yang berupa inventarisasi status penguasaan asset, yang sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan asset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan atau pengalihan asset. permasalahan yang legal Bering ditemui antara lain Status hak penguasaan yang lemah, asset dikuasai pihak lain, pemindahtanganan ases yang tidak termonitor lain-lain. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2001 tentang Pedoman pengelolaan Barging Daerah, Legal audit juga merupakan tindakan pengamanan atau tindakan pengendalian, penertiban dalam upaya pengurusan barang daerah secara fisik, administrasi dan tindakan hukum. Pengamanan tersebut menitikberatkan pada penertiban pengamanan secara fisik dan administrasi sehingga barang daerah tersebut dapat dipergunakan/ dimanfaatkan secara optimal serta terhindar dari penyerobotan pengambil alihan atau klaim pihak lain. Pengamanan terhadap barang tidak bergerak (tanah dan bangunan) dapat dilakukan dengan pemagaran, pemasangan plang tanda kepemilikan dan penjagaan.

4.5 Penilaian asset Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 tahun 2003 tentang Penilaian Barang Daerah, menyatakan bahwa obyek penilaian barang daerah meliputi seluruh barang daerah yang dimiliki/dikuasai oleh Pemerintah Daerah dan mempunyai nilai ekonomis. Kriteria penilaian ditentukan bahwa untuk penilaian tanah menggunakan harga pasar dan nilai jual objek Pajak (NJOP), penilaian bangunan dengan menggunakan umur ekonomis, faktor fisik, bahan material, konstruksi dan karakteristik bangunan. Penilaian barang daerah dinilai berdasarkan estimasi pasar yang berlaku pada saat dilakukannya penilaian (pasal 4). Penilaian barang daerah dilakukan dengan pendapatan salah situ atau kombinasi dari perbandingan data pasar, kalkulasi biaya dan kapitalisasi pendapatan. perbandingan. data pasar berdasarkan estimasi harga pasar pada saat penilaian atas barang yang sejenis. Kalkulasi biaya berdasarkan estimasi biaya pengganti atau biaya reproduksi barang pada saat penilaian dikurangi dengan biaya penyusutan Kapitalisasi pendapatan berdasarkan barang daerah yang memiliki karakteristik menghasilkan pendapatan. Penilaian barang daerah dilaksanakan oleh lembaga independent yang bersertifikat di bidang pekerjaan penilaian barang, sesuai dengan peraturan perundangan, dan ditunjuk oleh Kepala Daerah. Dalam melakukan penilaian barang- barang daerah menyiapkan inventari merupakan himpunan data teknis dan admimstrasi yang diperoleh dari catatan kartu-kartu inventaris barang sebagai hasil senses barang, daerah dititipkan unit/satuan

kerja yang dilaksanakan secara serempak pada waktu tertentu. Mekanisme penilaian barang sesuai dengan Standar Penilaian Indonesia (S'111 berdasarkan Standar Penilaian Indonesia (SPI, 2002:4) menyatakan bahwa penilaian untuk laporan keuangan semua properti bukan khusus yang ditempat pemilik, yang Mum diperuntukan sebagai asset investasi dan merupakan asset berlebihan harus dinilai atas nilai: pasar untuk penggunaan yang ada (Semua properti yang ditempati pemilik dan merupakan properti khusus dapat dinilai atas dasar metch DRC (Biaya Pengganti Terdepresiasi). Metode ini tidak boleh digunakan jika metode penilaian lain untuk mendapatkan nilai pasar dapat diterapkan (SPI 3.5.1,3). Pengungkapan-pengungkapan yang jelas clan tidak bias harus dibuat oleh penilaian dalam melaksanakan penilaian untuk laporan keuangan. Pengungkapan tersebut harus mencakup (SPI 3.5.4)-. sifat dari

penugasan dan tujuan penilaian, dasar penilaian, termasuk jenis dan defints] mial, kepernifilkan aset dan penggolongan hak-hak yang dinilai, tanggal penilaian, identifikasi aset clan lokasinya, tanggal Berta kedalaman pemeriksaan, semua asumsi khusus dan atau kordisi-kondisi yang membatasi, instalasi mesin dan peralatan, hal-11,11 lain yang berkaitan dengan penilaian. Metode DRC berdasarkan pada estimasi atas nilai pasar untuk penggunaan yang ada atas tanah menggunakan pendekatan perbandingan data pasar dan di! ambah denOran biaya penggantian barn! Bari Z:) bangunan dan sarana pelengkap lainnya, dikurangi dengan penvusuian akibat kerusakan fisik. keusanaan fun-as;onal, kernunduran ekonomi dan optimalisasi yang ada. Hidayati dan Harjanto (2003 : 105) menyatakan bahwa teknik penilaian tanah alau prosedur yang digunakan unto'.: menilai tanah yaitu (i) perbandingan pen.lualan, (ii)

alokasi, (iii) ekstraksi, (iv) pembagian pembangunan, (v) nilai sisa tanab. dan (vi) kapitalisasi seNva dasar. Metode perbandingan penjualati dan kapitalisasi pendapaian dapat langsung diterapkan dalam penilaian tanah, sedanS,kan inctode alokasi dan ekstraksi prosedurnya mcripakan pencerminan pendekatan perbandi.rigar dan biaya. Untuk inctode sisa didasarkan pada. pendekatan kapitalisasi pendapatan dan biaya. Untuk trendapatkan suatu nilai yang ip to date pada, masa yang akin datang, maka perlu untuk metakukan penilaian kembali (rerahiatioll). Pergerakan nilai yang cendcrung bcr--lbah dan bervariasi seining dcngan kcadaan ekonomi, faktor eksternal dan kebijakankebijakan pemerintah berkenaan dengan tata guna/ peninaikan tanah dan klebijakankebiJakan lainnya akin mempengaruhi nilai suatu aset. 4.6.Pemanfaatan asset Siregar (2004 : 520) menyatakan studi optimallsasi aset Penicrintall Daerah dapat diiakukan dengan : 1. identifikasi aset-asct Pernerintah Dacrah yang ada; 2. -)cn(-)cn+an(-an (lino hetv,, nm Pemerintah Dacrah: 3 studi untuk menentukan pemanfaatan aset dengan r:'-i terbaik (highew (wicl hev use) atas aset-aset Pemerintah Daerah dan nicniberlk-an basil dan laporan Kc,giatan, balk dalam bentuk data-data terkini maupun dalam bentuk rekomen,

4. pengembangan strategi optimailsasi aset-aset milik Pemerintah Daerah. Optimalisasi pernanfaata aset Pemerintah Daerah dapat dilakukan dengan adanya perantara investasi guna memasarkan aset-aset Pemerintah Daerah yang potensiai dan ker .. a lama dengan in,/estor, meinbuat dan mcniadUkan dalam MOI (Metnot-atidunt of

hivemnew) antara Pemerintah Daerah dan investor, serta meniberikan jasa konsultansi kepada Pemerintah Daerah berk.enaan dengan kejasama dengan investor. Barang, daerah/aset Pemerintah Daerah yang belum dimanfaatka.n perlu didayagunakan secara optimal, sehingga tidak akan raembebanl Anggaran Belanja Daerah 'khususnya biaya segi pemeliharaan dan kernuno,kinan adanya penycrobotan. dari pihak ketiga yang tidak bertanggungjawab. pemanfaatan barang/aset daerali yang optimal akan nenciptakan sumbe 11'endapa!an Asli Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 pasal 49 tentang

Perbendaharaan Negara ditetapkan bahwa tanah clan bangunan milik negara/daerah yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi bersangkutan, wajib diserahkan pemanfaatannya kepada Menteri Keuangan/

Gubenur/13upatifWalikota untuk kepentingan peliyelenggaraan togas pemerintahan negara/daerah. Barang milik negara/daerah dilarang untuk diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran atas tagihan kepada pemerintah pusat/daerah. Barpno, milik negara/daerah Jilarang dicyadai!,an atau dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjanian.

4.7 Pengawasan dan pelifclidaliall aset Pengawasan Jan penmnidallan pcimu,1'.1alan dan pengalihan asst merupakan situ permasalahan yang sexing menjadi hujatan kepada pemerintahI Daerah saat ini. Berdasa-.kin Keputusan Menteri Dalani Negeri Nomor I I tahun 2001 tentang Pedoman Pon-elclaan Baring Daerah, pengawasan adalah segala usaha imu kegiatan uniuk

mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan atau kegiatan, apakah sesuai dengan scinestinva atau tidak. Pengawasan terhadap pengelolaan baring daerah dilakukan olch Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah,

GUbernur/BLIpati/Walikota. Pengendalian adalah segala usaha atau kegiatan untuk menjamin dal: mengarahkan agar pekerjaan vang sedang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rncana yang telah ditetapkan dan atau basil yang kehendaki sesuai pula dengan segala ketentuar. dan kebijaksanaan yang ber!aku. Pengendalian pengelolaan baring daerah dl!akukan oleh Kepala Daerah dalam hal ini "'litksaiiakan olch Kepala Biro Perlem ul ,,kapatVKepala Bagian Perleni,,kapatvKepala

Unit/Satuan Kerja bersapgkutan dimana baring-baring dimak-sud berada. Sit-egar (2004:519) roctiyatakan salali sate sarana yang et'ektif untuk meningkatkan kinerja aspek pengawasan dan pengendalian aset pemerintah Daerah adalah dengan pengembangan SIMA (Sistem Informasi Manajetnen Aset). Mclalul SIMA diharapkan transparasl kerja dalam pengelolaan aset sangat terjarnin Impa perlo Many.,i kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian y,qn(y lemah. Dalam SIMA ini keempat aspek manajemen aset (inventarisasi, legal audit, penilaian dan optimalisasi pemanfaatan aset) diakomodasi dalam sistem dengan menambahkan aspek pengawasan dan -pen-endalian. Setiap penanganan terhadap suatu aset termonitor jelas mulal dari lingkup penanganan hingga _ga siapa yang bertanggungjawab mcnan(-1yam aset tersebut.hal ini diharapkan akan meminimalkan KKN (kolusi, korupsi dan nopotisme) dalam tubuh Pemerintall Daerah.

5. Metode Penelitian 5.1.Tipe Penelitian Penclitian ini menggunakan analisis deskrll)tif (ilescriplive ancilysis). Nazir (1999 : 53) -pengeinukakan bahwa Metode deskripLif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok mausia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pems:kiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Penelitian ini menggunakan ban data kuantitatif aset tanah dan banunan (real banguna Pencrimah Dacrah KabLIpatClI Maluku Tengah sebagai pendukung analisis dan penjelasan fenomena dalam penelitian. Data kualitatif leblh beriumpu pada tulisan, reterensi serta redaksi dari peraturan yan(y terkait dengan kebijakan yang akan dianalisis. Se,elah menjelaskan kebijakan dan informasi yang terkait dengan kebijakan secara sistematis dan teratur, kemudian analisis secara kualitatif dilakukan dengan data kualitatif

membandingkan kebijakan yang diteliti dengan teori yang dipakai sebagai acuan seh,nggn dapat ditarik suatu kcsimpulan. Fokus penelitian ini ;,daiah mencliti fenomena mana asel atas I mi 11 _icmcn s i, , dan bangunan (real property) Kabupaten Maluku Tengah pada satuan kerja perangkat daerah (SKIID), dan Bagian Umum Sekrciariat Daerah Kabupaten Maluku Tengah. 5.2 Pen2unapulan Data Untuk mendukung. penelitian ini diperlukan data primer dan sckunder. Dalain penelitian iiii data primer diperoleh dengan men-Ounakan kuesioner dalam borltuk sampel terhadap para pegawai di beberapa instansi yang, berkompeten

dalam pengelolaan aset dacraii valtu Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Bagian Unium dan Perlengkapan, Bagian Keuangan pada ..Arcisriat dacreah Kab,,jpaton Maluku Tcn.gah. Metode pengarnblian sampel yang sesuai dengan penelitian ini adalahD pusposive s,,7.,7tplilg, Hal Ml diperkuat oleh Soeratno dan Arsyad (2003:119), di mana sampe! yangpiny.)osive adalah sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan penelitian. Purposive smnplhig dilakukan dengan mengambil prang-prang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri khusus yang dinfiliki oleh sampel itu. Oleh karma itu pengambil sampel ini tergantung penilaian peneliti, sehingga purposi . ve

en ian atau perlimbangarl (judgmew) dari peneliti, sehi sampling disebut jugaJudgmenfal sampling Kuncoro (2003:119), mengatakan judgment sampling adalah salah sate jejii.v purposive sampling selain quota sampling di mana pencliti memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa kpraktcristik anggota sampQl yang disesuaikan dengan maksud denga

5.3 Fenomena Penelitian Penggunaan fenomena-fenomcna tersebut bentijuan untuk mengetahui manajemen aset yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, dengan niengkaji hubungan kausalitas (sebab al:ibat) fenomena pengelolaan aset/barang daerah yang terdiri dari:1. inventarisasi aset; 2. legal audit; 3. penilaian aset,

4. pemanfaatan aset; 5. pengawasan dan pen-endalian aset.

1 5.3. Alat Analisis Sugiyono (2008 : 206) mengemukakan bahwa "analisis adalah proses nicriyusun data agar daunt ditafsirkan", dengan kaia lain data adalah proses penyederhanaan data ke oalam bentuk yan(-', lebih mudah clibaca clan diinterpi-etasikan" Untuk menganalisis pengelolaan aset pada. Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah, maka data yang terkumpul dianalisis dengan pendekatan deskrIptifkua!itatif. Data yang bersil-at kualitatif dikelompokkan menurut jenisnya, dikatagorikan menu!-ut sifatnya dan diklasifikasikan menurut tingkatan atau hierarkhi, kemudian data yang ada digambarkan dalam bentuk kata-kata. Atau kalimat. Proses analisis dimulai scjak perumlisan masalah san--pal penulisan hasil penelitian yang berkaitan denga-i instru!nen pengumpuian dat,,. 5.3.1 Skala likert Untuk inenganallsis data yang diperoleh melalui kuesioner dalam rrelakukan p(-,ngelolaan aset daerah, maka teknik analisis data yang dlounakai. mc!alui pola pikir reflektif dedukatif. Data-data tcrsebut dianalisis dengan meneaunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2008 : 86) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pondapat dan persepsi sesecrang atau kelompok orang tentang fenowcoa, sosial. Daiam penelitian sosial ini ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian.

Dengau skala liked, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk m,,nyusun itemitem yang dapat berupa pernyataan atau peilanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang roenggunakan skala liken mempunyai gradasi dari sangat positif sampai negatif dan untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu diberi skor, misalnya S = su.lah sepenuhnya diberi skor = 5 SR = sebagian besar diner; skor SS SK sebagian saja diberi skor sebagian kecil diberi skor =4 =3 = 2 SSB sama sekali belum diberi skor - - 1

5.3.1. Uji.V~liditas. "Uji Validitas digunakan us-,',,ik mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid J*I'r,-a pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan ,ungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghczali, 2006:4?)". Dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Person Product Momew dengan perangkat lunak SPSS, yans, dapat diformulasikan sebagai berikut.

rhitung =

n( xy ) ( xy )( y ) (n x 2 ( x) 2 ( n y 2 ( y ) 2

r ruang =koefisien korelasi S X = Jumlah skor item S Y = Jumlah skor item S Y = Jumlah skor total (seluruh item) N = Jumlah respondent Krlicria vahu'itas yang digunakan adalah dengan nicunbandingk-an koefisien Corrected hem 7n,-cil Corr~,hvioi dengan r table. Jika koefision Corrected Item Tol,71 Correlation lebih besar dari r table maka butir atau pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya, jika koefision Correcletl Ilan? T,-)117! Correlation lebih kecil dari r table maka butir atau pertanyaan tersebut tidak valid. 5.3.2 Uji'Re libilitaq,

"Reliabilitas sebenarnnya adalah alat untuk nicrigukuc suatu kuesioner yang mempakan indikator dari vari abet. Suatu kLICSIOncr dikatakan rchabel atall handa! ilka jawaban sescorang, terhadap pernyataan adalah konsisten atau stbali dari waktu ke waktu (Glhozall, 2006 : 45)" Untuk mengukur reliabilitas dalara penelitian ini digunakan koefisien Cronbach Alpho diengar, SPSS. Angka koefisien Cronbach 1111)17ci semakin mendekatt 1 semakin tinggi tingkat konsistensi realibilitas suatu alat ukur.

k st rn = x 1 = st k 1

Di mana: r rl E St St K nilai reliabilitas jumlah varians skor tiap-tiap item Variaans total jundah item

Ghozali (2006 : 46) mengeniukakan bahwa suatu variabel dikatakan reliabel -;Ika memberik-an nilai Cronhach Alpha > 0,6 (NLinnally,1960)

.6. Jadwat Penelilicin

N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3

Uraian Kegiatan Konsultasi Proposal SSR 1 Konsultasi Hasil Pengambilan data lapangan Kompilasi koding data SSR 2 Lap. Dan Konst hasil SSR2 Meperbaiki sesuai hasil SSR 2 Konsultasi keseluruhan tesis perbaikan hasil konsultasi SSR 3 Persiapan pendaftaran ujian Ujian pendadaran

Bulan Juni I I I I I I II I V I II I

Juli I V I II II I I V

Agustus I II II I IV

tertentu atau menjadi 1potesis (Sugiyono, 2008:428)". Untuk menganalisis pengelolaan aset pada Perneriptah Kabupaten Maluku Tengalli, rnaka data yang terkumpul dianalisis dengan pendel.atan deskriptif kiialitatif. Data yano bersifat koalltatif dikelompokkan menurut jenisnya, yang dikatagorikan menurut sifatnya dan diklasifikasikan menurut tingkatan atau I gorsifatny kemudlam data yang add digambarkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Proses anallsis dimulai sejak perumusan masalah sampal perfullsan basil penelitian yang berkaitan dengan instrumen pengumpulan data.

2.3.1 Skala likert Untuk menganallsis data yang diperoleh melalui kuesioner dalam melakukan peagelclaan aset daer3h, maka teknik analisis data yang digunakan -r c , Ialui polo pikir reflektif dedukatif Data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan skala Likert. "Rensis Likert telah mengembangkan sebual.- skalauntuk mengukur sikap rnasyarakat di tahun 1932, yang ssekaran.g terkenal dengan nama skala liken (Nazir, 1999:396)". Skalalikert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseoranc, atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam tentang penelitian sosial ini ditetapkan sec~ra spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kenudlan indikator tersebut dijadikan jadikan sebagai titik tolak untukmer.yusun item-item yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Javvaban setiap Item instrumen yang menggunakan skala liken mern-unyal gradasi dari sangat positif sampai negatif clan untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban I'Li diberi skor, misalnya. S SB SS .;,kor SK SSB = sudah sepenulinya diberi skor = 5 = sebagian besar diberi skor = sebagian saja -4

diberi =3 =2 I

= sebagian kecil diberi skor

= sama sekali belum diberi skor =

Jurrilalf-I skor ideal (te-,wiggi) untul-, selucuh item adalah 5 x 74 responden - 37u (S), sedangkan skor terendah adalah 1 x 45 responden = 74 (SSB). Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah purl)osive sampling terhadap Kepala clan sekreta-cis pada 39 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pegawai yang di Kabupaten Maluku Tengah. Teknik perhitungan adalah sebagai berikut: sebaga jumlah respoden yang mennilih suatu item dikalikan skor yang dipilih; 2. hasil perkalian d1jurrilahkan. Jika hasil penjumlahan semakin tinggi akat! menggambarkan pelaksanaan inventarlsasl aset semakin baik, rumus u-ntuk memperolch persentase pelaksanaan inventarisasi aset berdasarkan item-item pertanyaan adalah : Tingkat Persepsi. Responder = Skor yang didapat x 100% Skor tertinggi Dari penjumlahan skor tersebut, berdasarkan karaketristik data primer yang diperoleh clan hasil pengamatan di lapangan dapat ditentukan kriteria pelaksanaan manajemen aset tersebut dengan menggunakan skala yang ditentukan: Skala pelaksanaan tersebut yaitu. 0 200% 40% 60% 80% 100%

sangat kurang kurang balk

sedang

balk

sangat bak

Keterangan: kriteria int!erpretasi skor Angka 0% - 20% Anoka 21% - 40% kurang balk ID

sangat kurang

Angka 41% - 601/,o' sedang Angka 61% - 80% balk Angka 81% - 100% sangat balk. 35 dengan- kebijakan secara sistematis dan teratur, kemudian analisis secara kualitatif dilakukan dengan m,-mbandingkan kebijakan yang ditelit; dengan teon yang yang dipakai sebagai _Qai acuan sch-Ingga dapat ditai ik kesimpulan.

3.1.2 Pengurnoan dan cumber data Penelitian ini dilakukan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPO Pernerintali Kabupaten Maluku Tengah yang mempunyai tugas dalam pengelolaan barang milik daerah. Dalam mengumpulkan data untuk bahan analisis dilakukan dengan cara sebagai berikut. Studi k-pustakaan (bbraty Research). Studi kepustakaan ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku, karangan ilmiali, Berta dokunien-dokumen yang berkaitan den-an

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini,,,* Penelitian laparigin (Field Research). Pengamatan yang dilakukan di lapangan unt-,ik pengumpulan data primer maupun sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara kuesioner (jan wawancara langsung dengan para pejabat dan_ karyawan yang nenyangkut masalah penelitian tersebut. Pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan mengumpulan data dari instansi tei-kait.

Data yang dikumpulkan., Data Inventarisasi Aset Daerah tahun 2007, Laporan Kegiatan P,:mdataan Aset Daerah (Tanali dan Bangunan) tahun 2008, LaporanKeuangan, Laporan Penerimaan dan Penyetoran PAD tahui,. 2006-2008, Rencana Strategic Kabupaten Maluku Tengah tahun 2007-2012, Kabupaten Maluku Tengah dalam Anuka tahun 2008, Profit Daerah Kabupaten Maluku Tengah tahun 2008.

3.1.3 Metode lienuambilan sampe! Metode perigarnbilan sampel yang sesuai dengan penelitian ini adalah pttq)osive sainlViiig. "Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:392)". Hal ini diperkuat (Ach Soeratno clan Arsya.d (2008112) dimana sampel yang IMIMshye adalah sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan rancilloan penelitian clan sampel tersebut adalah indifidij yang IIICnUT-UI pertimbangan peneliti dapat didekati. Sampel sebagal sumber data adalah responder yang mengerti tenting pengelolaan aset s-banyak, 78 responder pada 39 Satuan Keiji Perangkat Daerah (SKPD) yang terdiri dari 1 Irspektorat, 6 Badan, 15 Dinas clan 17 Kantor di Kabupaten Maluku Tengah. ~Cngan masing-masing 2 responder, yaitu I(CpIIZI SKPD clan Sekretaris.

3.1.4 Dermisi operasional

Untuk menghindari salah penafstran perlu menentukan definisi operasional yang meliputi empat variabel yang diteliti. Beberapa pengertian mendasar yang perlu dij,,Iasl:an adalah sebagm berikut. 1. Inventarisasi adalah kegiatan atau tindakan untuk melakukan perhitungan, pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan data clan pelaporan barang dalam pemakaian. Dari kegiatan inventarlsasl disusun Buku Inventarls yang menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, balk yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Buku inventaris tersebut memuat data yang meliputi nomor, spesifikasi barang, bahan, asal/cara perolehan barang, Kabupaten Maluku Tengah adalah bagian dart wilayah Provinsi Malukt-1, yang merupakan Kabupaten induk dart 3 Kabupaten yang telah dimekarkan, vaitu Kabupaten Buru, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Sseram Bagian Timur. Luas wilayah Kabupaten Nfaluku Ter.1-all selunihnya kurang lebih 275.907 kM2, terdiri dart luas laut 264.311,43 km2 dart luas daratan 11.595-57 km2, yang secara administratif dibagi rrenjadi 14 Kecamatan, 6 Kelurahan dan 166 Negeri. Nama dart luas mastng-rnasing Kecamatan sebagalmana label 3.1. Kecamatan I wilayah paling luas adalah Kecamatan Seram Utara dengan luas yang mempunya w paling denga Km2 atau 65,89% dart ivas wilayah Kabupaten Maluku Tengah, sedangkan yang terkecil wilayalitiya adalah Kecamatan Teon Nita Serua, yaitu

24,29 KmIatau 0,21 persen dart luas wilayah Kabupaten. Tabel 3.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah, 2008

No. 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Kecamatan 2 Banda Tchoru Amahai Elpaputili Kota Masohi Teo Nila Scrua Sapania Nusa. Laut Pulau ff n u Salahutu Leihitu Uihitti Bamt Seram Utarp Scram Utam Barat

Ibukota 3 Ncira Tclioru Amahai Sanahu Masohi Walpia Saparua Anictli Pclainv Tulchu Ifila Allang Wahai Pasartea

Luas Wila-vall Ls (Km) 4 172,00 534.22 1.619,07 120 37.30 24,28 176.50 32,50 150.00 151,82 147.62 r,4,47 7.640,30 705,48 11-595.57

Rasio tcrhadap Jumlah (%) 5 1,48 4,61 13,96 1,03 0,32 0.21 1,52 0,28 1,29 1.31 1.27 0,73 65,89 6.08 100

Jumlah Sumbu: BPS Kabupaten

767gah dalam angko 2008

F 14

Scram Utara Seram Utara Barat

Wahai I Pasanea

7.640,30 705,48

65,89 6, () S

Jumlah 11.595,57 too Sumber : 131'S Kabupwen Maluku 7*07gah do/o/n ongko 2008 Berdasarkari data statistik tahun 2008, Juniiall penduduk di Kabupaten Maluku Tengah adatali 362.988 jivia, terdiri dari 183.262 jiwa (50,49 persen) lakilaki dan 179.721 jiwa (49,51 persen) perempuan, sebagaimana Tabe! 3.2. Kecamatan Kota Masohi dengan luas 37,30 Km2, dengan penduduk mencapai 25.692 jiwa, karena merupakan Kecamatan yang terletak di ibukota Kabupaten Tabel 3.2 Penduduk Kabupaten Maluku Tengah Menurut Jenis Kelamin, 2008

No. 1 Banda 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Tehoru Amahai

Kecamatan 2

Laki-laki 3 9.712 16.625 18.366 4.891 12.984 7.424 17.158 3.077 13.551 22.116 22.453 9.145 20.570 5.195

11crempuan 4 9.630 17.985 17.981 4.141 12.708 6.829 17.122 2.968 13.495 22.425 21.189 10.191 17.970 5.087

juni!ah 5 19.432 34.640 36.347 9.032 25.692 14.253 34.280 14.253 27.046 44.541 43.642 19.336 38.540 10,282 362.988

Elpaputih Kota Masohi Teo Nila Serua Saparua Nusa Laut Pulau liaruku Salahutu Leihitu Leihitu Barat Seram Utara Scram Utara Barat

Jumlah 183.262 179.721 Sumber :IMPS Kabupaien Maluku Tengah dalam angko 2008

Pada akhir tabun 2006 pembangunan jalan raga di Kabupaten Maluku Tengah teiali mencapai 1.149,77 Km. Dar' total panjang yang ada 155,73 dikerjakan olch Pemerintah Pusat, 398,27 Km oieh Pemerintah Provinsi dan sisanya 586,78 dikerjakan oleh Pemerintah Kabupaten. Kecariiatan Seram Utara mempakan wliayah pembavgunan jalan terpanjang, karena terdirl darl dataran lugs, yang d1c;,nan-kan seb~,.gai salah satu lokasi transi-niorasi, diniana jarak antar wilayahnya cukup jauh. Wilayah kecaffiatan yang ada di Kabupaten Maluku Tengah tersebar di beberapa PUIFU utama, antara lain Pulau Seram, Pulau Ambon, Pulau Saparua, Pulau Nusataut, Pulau Haruku serta Kepulauan Banda. Dengan kolidist geografis yang terbentang diantara

PL[Iau-pulaLl yang ada dan terpisalikan oleh taut, maka antar wilayah dapat diterrpuh dengan angkutan darat, taut maupun udara. Jarak ID antara Masohi sebagai 1bu kota kabupaten dengan ibukota Kecamatan, maupun jarak antar kota kecamatan yang ada dalarn daerah Kabupaten Maluku Tengah dapat dilihat pads Tabel 3.3 berikut. Tabet 3.3 jarak Kota Masohi dengan Ibukota. Kecamatan serta

Jarak antara Beberapa kota kecamatan No. 1 1. 2 3 4 5 6 7 Antar Kota 4 Masohi - Ambon Masohi - Amapa' Masohi - Teon Nila Serua Masohi - Neira Masohi - Saparua Masohi - Pelauw Masohi - Tehoru Jarak (Km) 5 96 55 55 25 14 24 55

8 9 10 11 12 13 14

Masohi Wahai (Salernan) Saparua - Pelauw Tulehu - Pelauw Tulehu Haria - Saparua Tehoru - Neira Masohi - Allang Masohi - Pasanea

40 70 60 52 68 120 114 55

Masohi - Sanahu 15 Somber : BPS Kabupoiren Malub., Teng ,ah du/am angka 2008 3.3 Hash Analisis Data dan Pembahasan

Metode manajemen aset merupakan suatu kc-harusan bila mellhat pada perkembangan sistem dan prosedur pelayanan publik yang dituritut oleh niasyarakat dewasa ini. Pemerintah Daerah pasca pemberlakuan otonomi daerah menghadapi masalah yang memerlLikan penanganan sangat series, yaitu masalah

aset atau kekayaan daerah. Hai ini terjadi karena prosedur penatausahaan inventaris, identifikasi atas legal/yuridis aset guna penilaian aset yang be!um terlaksana dengan balk dan benar. Pengelolaan barang/aset daerah yang tidak tertib rnengakibatkan duly base aset yang tidak tepat dan akurat, sellingga. aset- aset pemerintah daerah cenderung tidak optimal dalam penggunaannya, rnenyebabkan pernerintah daerah akan niengalami kesulitan dalam pengoptimalisasian dan pemanfaatan pengelolaan aset di masa yang akan datang. Pelaksanaan manajemen aset daerah merupakan faktor yang perlu dilakukan dalam meningkatkan kinerja Pemerintah Daerah sehingga informasi yang diharapkan dapat diperoleh dengan cepat, tepat dalam pengambilan keputusan dan dapat

dipertanggungjawabkan Icarena tersedianya data base yang balk dan tersimpan secara khusus.

DAFTAR PUSTAKA A,Yus','.,--.a, Maria, 2005, Manaielnen Asel 7amah dali Bani'wicm (.wadi kasll.v 41i Kahq)afen Pontiana,t), 7 esis S2. Program Pascasarjana UGM, Yokyakarta, (tidak dipub!ikasikan). Awano, Rambu Naha Ana, 2007, P-vahta.vi A*wclemeti Aset Bangunan Penierhilah KahipalenSitlnba Thnur 7n1nm 2002-2006, 7~si.,;S2, Program Pascasarjana UGM, Yokyakarta, (tidak dipublikasikan). (I Badan Pusat Statistik Kahupaten Maluku Tengah. 2008. A,hditkit I'lWall Aiigka 2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tengah. Masohi. Basuril, Benediktus, 2008, ivIanqjelnelt Aset 7a11017 clan Bongimaji llenieriwah Kabupaten Bevgkt.iyang Provin.vi Kalimantan Baiot 771711/1 2006, 7esis S2, Program Pascasarjana UG'M, Yokyakarta, (tidak (itpUblikasikan). Berto-Ac, Hrvoje, Kaganova, Oiga, and Rutledge, Jahn, 200.4, Asset Alfanagen7ent Model for Local Government, Local Government Rqforin Project (LGRP), The Urban Institute, Usaid Bloornquisth, Rob, and jim Oldach, 2005, optimizing Plant Asset, through improvedReliabi,11FIy Prac;ice, The Journal Orbit, Vol 25 No.1, 31-37 Boedijoewono, Nocgroho, 2001, Pengantar Siativik Ekotionii dan Peritsahaan, Jilid I, Edisi keempat, AMP YKPN, Yogyakarta. Chair, Abdul. 2001. Peatian Manqjenien dalain Upaya Meifingkalka!i Keg-unaan Aset Kwah don Bangiman wiluk Mendukwkg Pelak.vanaan Olonolni Daerah (Sli0i Kasus di Petnda DKI Jakarta). Tesis .')'-2. Program Pascasarjana UGIA, Yogyakarta (tidak dipublikasikan) Dadson, James, Ebenezer, Kobina, 2006, Optimizing Land Asset Management in Ghana a Shared responsibility and recipe.forgood Govel-11alice, shaping the Change XXIII FIG C I Wigress, Munich, Germany. Ghozah, Imam, 2006. Aphkasi Analisis A41111i"ariale DeIN-al? Pros V'an7 SPSS. Badan Penerbit UnIversitas Diponegoro. Semarang Halwafy, Mahmud R, Vanier, Dana J and Hubble, David, 2004, Data Modeling Standart for DevelopinS,, In.eroperahle Municipal Asset management Systems, Environmental Informatic Archives, Volume 2, 340-351 I lidayati, Wahyu dan 1-1-arjanto, Budi. 2003. Koi'-';(7) BPFE, Yogyakarta. Frinces Heflin, Z, 2009. Kewini.vitiai7 Bei-hais Kewil-ait-vahaall. Nfida Pustaka, -Yogyakarta. Komite Penyusunan Sts.ndar Penilaian Indonesia (KPSPI 2001), Standar Pendalan Indonesia ( SPI ) Tahun 2002. Mahstin, Mohammad, 2003. A'iahvis 1-,fektifitas Mal7qjeniell Aset I'l-olvi-Ii Mil Nin ei-ii i tali Daerah (Studi Kasit.v I)ada Nineriwah Kota Yqk)'Yakal-ta I'ahun itw Ang-arcm 2002,,2002). Jwwal Akuntansi dan Keilcw afl Sektor 1)ithlik, 04, 02, 1-9. Nazir, Moh, 1999. Meiotic Nitehifin?. Ghana Indonesia, Jakarta. Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 diubah dengan

Undang-Undang Nornor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ---; 1999 diubah dengan UndangUndangLI(Id,,rif- Nomor 25 Tahun Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangar. Keuangan Antara Pemerintah I'Llsat (Ian Daerah . , Undang k'.-Tndan,-,, Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. . , Undang Undang Nomor I "Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Undang Undang Nomor I Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Peraturan Pememerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah ---------, Peraturan Menteri Dalani Ncgcri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedornan Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah Peraturan Menteri Dalam Neacri Nonior 13 Tahun 2006 dibaharui denga,y denan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang n pengurusan, Pertanggun&waban dan Pengawasan Keuangan Dacrah Rustandi, Ahmad, 2005, ldewl fikasi Faklorfiaktoi- Jlenyehab Kefidakcfektifan Terfib Adniitii-Wras-,; Pellgelolami Aset Tanah dale Bmig-illiall 1)ada 1'emeriwah Kota Rmidwig, Tesis S2, Program Pasca Sarjana ITB Bandung. Sarifudin, 2004, 7i-atisfornia.vi lleilgelolaaii Aset Daerah (Tanah clan Bmigimaii) Dalani Olvin7ah-w.4 Nilai Sewa di Kabitpaleti Sikka, Tc,.siv S2 Program Pas. asajana UGM, Yogyakarta (tidak dipublikasikan), Siregar, Doti. D, 2004. Mcuiagetnetit Aset Siregar, S11'alegi 1'eliata(m Komvej) hwihatigimaii Blerkelanjrrtaii secara Nasimial dalam Koweks Kepala Daeroh sehagai CE - O'v hack, 1,,rtt Wobctlis(isi clan Olowmi Daerah, penerbit PT Gramedia Pustaka Utania, Jakarta. Soeratno dais Arsyad, Uncolin. 2008. Aletodologi Penelitian mwuk EAwnoini dart Bisnis. UPP AMP YKPN. Yogyakarta Sugiyono. 2008. Alfelode Pel7eliliali Bisnis Penerbit CV Alfa Beta. Bandung.