wabah fix

Post on 04-Dec-2015

215 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

undang undang wabah

TRANSCRIPT

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN-B

“UNDANG-UNDANG MENGENAI WABAH”

Disusun oleh:

Kelompok 10

1. Alfiah Mustika Putri

2. Lubenah

3. Teguh Purnomo Adhi

4. Titis Dewantari

TINGKAT 2 DIII

Jurusan Kesehatan Lingkungan

Politeknik Kementrian Kesehatan Jakarta II

2014

1. Pengertian Wabah

Wabah penyakit menular adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam

masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan

yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan mala petaka (UU No.4,

Kriteria Kerja Wabah / KLB

2. Kriteria Wabah

Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria

sebagai berikut :

a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak dikenal.

b. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus – menerus selama tiga kurun waktu berturut – turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).

c. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).

d. Jumlah penderita baru dalam suatu bulan menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata – rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

e. Angka rata – rata perbulan selama satu tahun menunjukan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata – rata perbulan dari tahun sebelumnya.

f. Case fatality rate ( CFR ) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan dengan CFR dari periode sebelumnya.

g. Proportional rate ( PR ) penderita dari suatu periode tertentu menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan periode, kurun waktu atau tahun sebelumnya.

h. Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus : cholera dan demam berdarah dengue.

Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya ( pada daerah endemis ). Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode empat minggu

sebelumnya, daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

i. Beberapa penyakit seperti keracunan, menetapkan satu kasus atau lebih sebagai KLB.

Keracunan makanan Keracunan pestisida

j. Satu kenaikan yang kecil dapat saja merupakan KLB yang perlu ditangani seperti penyakit poliomylitis dan tetanus neonatorum kasus dianggap KLB dan perlu penanganan khusus.

k. Peningkatan jumlah kasus atau penderita yang dilaporkan belum tentu suatu wabah (pseudo epidemik) karena peningkatan penderita tersebut bisa karena :

Perubahan cara pencatatan

Ada cara – cara dignosis baru

Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat

Ada penyakit lain dengan gejala sama

Jumlah penduduk bertambah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH

PENYAKIT MENULAR

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

a. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya

suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara

nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta

dapat menimbulkan malapetaka.

b. Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda yang

mengandung dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat menimbulkan wabah.

c. Kepala Unit Kesehatan adalah Kepala Perangkat Pelayanan Kesehatan Pemerintah.

d. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Maksud dan tujuan Undang-Undang ini adalah untuk melindungi penduduk dari malapetaka

yang ditimbulkan wabah sedini mungkin, dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat

untuk hidup sehat.

BAB III

JENIS PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH

Pasal 3

Menteri menetapkan jenis-jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah.

BAB IV

DAERAH WABAH

Pasal 4

(1) Menteri menetapkan daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah

sebagai daerah wabah.

(2) Menteri mencabut penetapan daerah wabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(3) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimakiud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

BAB V

UPAYA PENANGGULANGAN

Pasal 5

(1) Upaya penanggulangan wabah meliputi:

a. penyelidikan epidemiologis;

b. pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk tindakan

karantina; pencegahan dan pengebalan;

c. pemusnahan penyebab penyakit;

d. penanganan jenazah akibat wabah;

e. penyuluhan kepada masyarakat;

f. upaya penanggulangan lainnya.

(2) Upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan dengan

memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

(3) Pelaksanaan ketentuan ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 6

(1) Upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dilakukan

dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif.

(2) Tata cara dan syarat-syarat peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 7

Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit dan dapat menimbulkan

wabah diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VI

HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 8

(1) Kepada mereka yang mengalami kerugian harta benda yang diakibatkan oleh upaya

penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat diberikan

ganti rugi.

(2) Pelaksanaan pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Pasal 9

(1) Kepada para petugas tertentu yang melaksanakan upaya penanggulangan wabah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat diberikan penghargaan atas risiko

yang ditanggung dalam melaksanakan tugasnya.

(2) Pelaksanaan pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Pasal 10

Pemerintah bertanggung jawab untuk melaksanakan upaya penanggulangan wabah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1).

Pasal 11

(1) Barang siapa yang mempunyai tanggung jawab dalam lingkungan tertentu yang

mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3, wajib melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah dan/atau Kepala Unit

Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya.

(2) Kepala Unit Kesehatan dan/atau Kepala Desa atau Lurah setempat sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) masing-masing segera melaporkan kepada atasan langsung dan instansi lain

yang bersangkutan.

(3) Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) serta

tata cara penyampaian laporan adanya penyakit yang dapat menimbulkan wabah bagi

nakoda kendaraan air dan udara, diatur dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 12

(1) Kepala Wilayah/Daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah di wilayahnya

atau adanya tersangka penderita penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah, wajib

segera melakukan tindakan-tindakan penanggulangan seperlunya.

(2) Tata cara penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 13

Barang siapa mengelola bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit dan dapat

menimbulkan wabah, wajib mematuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7.

BAB VII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 14

(1) Barang siapa dengan sengaja menghalangi pelaksanaan penanggulangan wabah

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan pidana penjara selama-

lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp1.000.000,- (satu juta rupiah).

(2) Barang siapa karena kealpaannya mengakibatkan terhalangnya pelaksanaan

penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan

pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan/atau denda setinggi-tingginya

Rp500.000,- (lima ratus ribu rupiah).

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan dan tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah pelanggaran.

Pasal 15

(1) Barang siapa dengan sengaja mengelola secara tidak benar bahan-bahan sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang ini sehingga dapat menimbulkan wabah, diancam dengan

pidana penjara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya

Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah).

(2) Barang siapa karena kealpaannya mengelola secara tidak benar bahan-bahan sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang ini sehingga dapat menimbulkan wabah, diancam dengan

pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya

Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

(3) Apabila tindak pidana sebagainiana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh suatu badan

hukum, diancam dengan pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha.

(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan dan tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah pelanggaran.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 16

Dengan diundangkannya Undang-Undang ini peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1962 tentang Wabah dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1968 tentang Perubahan

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah tetap berlaku, sepanjang

peraturan pelaksanaan tersebut belum diganti dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang

ini.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 17

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang

mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya

dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut Wabah, adalah kejadian berjangkitnya

suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara

nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat

menimbulkan malapetaka.

2. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB, adalah timbulnya ataumeningkatnya

kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secaraepidemiologi pada suatu

daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakankeadaan yang dapat menjurus pada

terjadinya wabah.

3. Penderita adalah seseorang yang menderita sakit karena penyakit yang dapatmenimbulkan

wabah.

4. Penyelidikan epidemiologi adalah penyelidikan yang dilakukan untukmengenal sifat-sifat

penyebab, sumber dan cara penularan serta faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya

wabah.

5. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik

Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945

6. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkatdaerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang kesehatan.

8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan LingkunganKementerian Kesehatan.

9. Tim Gerak Cepat adalah Tim yang tugasnya membantu upayapenanggulangan KLB/wabah

Pasal 2

Ruang lingkup pengaturan meliputi penetapan jenis penyakit menular tertentuyang

dapat menimbulkan wabah, tata cara penetapan dan pencabutan penetapandaerah

KLB/Wabah, tata cara penanggulangan, dan tata cara pelaporan.

BAB II

JENIS PENYAKIT MENULAR TERTENTU YANG DAPATMENIMBULKAN WABAH

Bagian Kedua

Umum

Pasal 3

Penetapan jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabahdidasarkan

pada pertimbangan epidemiologis, sosial budaya, keamanan,ekonomi, ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan menyebabkan dampak malapetakadi masyarakat.

Pasal 4

(1) Jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah adalah sebagai

berikut:

a. Kolera

b. Pes

c. Demam Berdarah Dengue

d. Campake. Polio

e. Difterig. Pertusis

f. Rabies

g. Malaria

h. Avian Influenza H5N1

i. Antraks

j. Leptospirosis

k. Hepatitis

l. Influenza A baru (H1N1)/Pandemi 2009

m. Meningitis

n. Yellow Fever

o. Chikungunya

(2) Penyakit menular tertentu lainnya yang dapat menimbulkan wabah ditetapkan oleh Menteri

Bagian Kedua

Tata Cara Penemuan Penyakit Menular Tertentu yang Dapat

Menimbulkan Wabah

Pasal 5

(1) Penemuan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dapat dilakukansecara pasif

dan aktif.

(2) Penemuan secara pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui penerimaan

laporan/informasi kasus dari fasilitas pelayanan kesehatanmeliputi diagnosis secara klinis

dan konfirmasi laboratorium.

(3) Penemuan secara aktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui kunjungan lapangan

untuk melakukan penegakan diagnosis secaraepidemiologi berdasarkan gambaran umum

penyakit menular tertentu yangdapat menimbulkan wabah yang selanjutnya diikuti dengan

pemeriksaan klinisdan pemeriksaan laboratorium

(4) Selain pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium sebagaimanadimaksud pada ayat

(3) dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai gambaran umum penyakit menular tertentuyang dapat

menimbulkan wabah, tata cara pemeriksaan klinis, pemeriksaanlaboratorium, dan

pemeriksaan penunjang lainnya tercantum dalam LampiranPeraturan ini.

BAB III

UPAYA PENANGGULANGAN KLB/WABAH

Bagian Kesatu

Penetapan Daerah KLB

Pasal 6

Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu kriteria

sebagai berikut

a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang

sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.

b. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktudalam jam,

hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.

c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode

sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenispenyakitnya.

d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkankenaikan dua

kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulandalam tahun sebelumnya.

e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahunmenunjukkan

kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan

per bulan pada tahun sebelumnya.

f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu

tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan

dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu

yang sama.

g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode

menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam

kurun waktu yang sama.

Pasal 7

(1) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi,atau Menteri

dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB, apabila suatudaerah memenuhi salah satu

kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

(2) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan provinsimenetapkan

suatu daerah dalam keadaan KLB sebagaimana dimaksud padaayat (1) di wilayah kerjanya

masing-masing dengan menerbitkan laporan KLBsesuai contoh formulir W1 terlampir.

Pasal 8

(1) Dalam hal kepala dinas kesehatan kabupaten/kota tidak menetapkan suatudaerah di

wilayahnya dalam keadaan KLB, kepala dinas kesehatan provinsidapat menetapkan daerah

tersebut dalam keadaan KLB.

(2) Dalam hal kepala dinas kesehatan provinsi atau kepala dinas kesehatankabupaten/kota

tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaanKLB, Menteri menetapkan

daerah tersebut dalam keadaan KLB.

Pasal 9

Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi, atauMenteri harus

mencabut penetapan daerah dalam keadaan KLB berdasarkanpertimbangan keadaan daerah

tersebut tidak sesuai dengan keadaansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

Bagian Kedua

Penetapan Daerah Wabah

Pasal 10

(1) Penetapan suatu daerah dalam keadaan wabah dilakukan apabila situasi KLBberkembang

atau meningkat dan berpotensi menimbulkan malapetaka,dengan pertimbangan sebagai

berikut:

a. Secara epidemiologis data penyakit menunjukkan peningkatan angkakesakitan

dan/atau angka kematian.

b. Terganggunya keadaan masyarakat berdasarkan aspek sosial budaya,ekonomi, dan

pertimbangan keamanan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pertimbangan penetapan suatu daerah dalam keadaan

wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

Pasal 11

Menteri menetapkan daerah dalam keadaan wabah berdasarkan pertimbangansebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10.

Pasal 12

Menteri harus mencabut penetapan daerah wabah berdasarkan pertimbangankeadaan daerah

tersebut tidak sesuai dengan keadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.

Bagian Ketiga

Penanggulangan KLB/Wabah

Pasal 13

(1) Penanggulangan KLB/Wabah dilakukan secara terpadu oleh Pemerintah,pemerintah

daerah dan masyarakat.

(2) Penanggulangan KLB/Wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. penyelidikan epidemiologis;

b. penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,pengobatan,

perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina;

c. pencegahan dan pengebalan;

d. pemusnahan penyebab penyakit;

e. penanganan jenazah akibat wabah;

f. penyuluhan kepada masyarakat; dan

g. upaya penanggulangan lainnya.

(3) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g antara lain

berupa meliburkan sekolah untuk sementara waktu, menutup fasilitas umum untuk

sementara waktu, melakukan pengamatan secaraintensif/surveilans selama terjadi KLB

serta melakukan evaluasi terhadap upaya penanggulangan secara keseluruhan.

(4) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai

dengan jenis penyakit yang menyebabkan KLB/Wabah.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan penanggulangan KLB/Wabah sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran Peraturan ini

top related