tpa jurnal nasional dan skripsi kitosan
Post on 03-Jan-2016
208 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Resume Jurnal Nasional dan Skripsi Undip Mengenai Kitosan
Resume
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Penelitian Analitik
yang diampu oleh Khabibi, M.Si.
Oleh :
Erwin Nur Cahyanto (24030110120047)
Ega Sharfina (24030110120049)
Reni Meiyanti (24030110120050)
Cyrilla Oktaviananda (24030110130051)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
RESUME JURNAL NASIONAL
No. Judul No. Jurnal, Tahun Hasil yang diteliti
1. Pengaruh pH dan
Jumlah Kitosan
Modifikasi Pada
Ekstraksi Fasa Padat
Tembaga (I) Tiosulfat
Kimia.Studentjourn
al, Vol. 1, No. 1,
Pp. 8-14,
Universitas
Brawijaya Malang
Tahun 2013
Kitosan modifikasi dapat digunakan sebagai fasa
padat pada ekstraksi tembaga(I) tiosulfat.
Efisiensiekstraksi bergantung pada pH dan
jumlah fasa padat.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh pH dan jumlah kitosan modifikasi
terhadap efisiensi ekstraksi tembaga(I)tiosulfat.
Modifikasi kitosan menggunakan senyawa
TMAS (Trimetilamine Sulfur Trioxide) yang
direaksikan dalam larutan Na2CO3. Pengaruh
pH dipelajari pada kisaran pH 4-10 dengan
kitosan modifikasi yang digunakan sebanyak 0,1
g. Pengaruh jumlah kitosan modifikasi dipelajari
pada 0,1; 0,15; 0,2; dan 0,25 g kitosan
modifikasi. Ekstraksi dilakukan untuk
mengekstrak 10 mL tembaga(I)tiosulfat 10 ppm
baik pada pengaruh pH maupun pengaruh jumlah
kitosan modifikasi. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pH dan jumlah kitosan
modifikasi mempengaruhi efisiensi ekstraksi
tembaga(I)tiosulfat. Efisiensi ekstraksi optimum
diperoleh pada pH 6 dan peningkatan jumlah
kitosan modifikasi sebanding dengan jumlah
tembaga terekstrak.
2. Pembuatan Kitosan
Dari Kitin Cangkang
Bekicot (Achatina
Fulica)
Biofarmasi 2 (2):
64-68, Agustus
2004
Chitosan telah dibuat dari kitin yang deasetilasi
dari escargot ( Achatina fulica ). Pemurnian kitin
dilakukan dengan cara deproteinasi,
demineralisasi, dan depigmentasi. Identifikasi
kitin dan kitosan dilakukan dengan FTIR
(Fourier Transform Infrared) dan XRD (X-Ray
Diffraction). Karakterisasi kitosan ditentukan
oleh air dan kandungan mineral, berat molekul,
derajat polimerisasi dan derajat deasetilasi. Hasil
penelitian diperoleh kitosan 6,95%, kristal,
warna putih kecoklatan, tidak berbau,
3,26±0,45% konten air, 10,11±0,38% kandungan
mineral, 889,78 Rata-rata berat molekul dengan
tingkat polimerisasi dan 5 derajat deasetilasi
74,78-77,99%.
3. Modifikasi Komposisi
Kitosan Pada Proses
Sintesis Komposit
Tio2-Kitosan
Jurnal Kimia
Unand, Volume 1
Nomor 1,
November 2012
Sebuah sintesis TiO2-kitosan komposit telah
dilakukan dengan metode sol-gel menggunakan
berbagai konsentrasi asam asetat (2-5%).
Komposisi kitosan pada TiO2 ditemukan
menjadi10 sampai 50%. Peran kitosan adalah
sebagai dopan hibridisasi ke TiO2 melalui gugus
hidroksil dan aminanya. Komposit TiO2-
Chitosan yang diperoleh ditandai dengan Fourier
Transform Infra Red (FTIR), Analisis Termal
Gravimetri (TGA), X-Ray Difraksi (XRD),
Scanning Electron Microscope (SEM) dan
Energi dispersif X-Ray (EDX). Analisis FTIR
menunjukkan penyerapan O-Ti-O di daerah sidik
jari 677-684 cm-1. Pengukuran TGA
mengkonfirmasi pengurangan massa pada 300oC
komposit sebesar 57%. Pola XRD menunjukkan
bahwa senyawa TiO2-Chitosan adalah amorf.
Dari SEM photoghraphs dapat dilihat bahwa dia
dikuasai komposit struktur berpori dan berongga.
Sementara itu, dari perhitungan EDX dapat
disimpulkan bahwa komposit seperti
mengandung 5% asam asetat dan 20% kitosan
menunjukkan sangat dopan diganti TiO2.
4. Sintesis Kitosan-
Sulfat Sebagai Zat
Anti Pembekuan
Darah
Jurnal Komunikasi
Penelitian Volume
17 (6)
Tahun 2005
Sulfonasi Kitosan dengan asam klorosulfonat
dengan pelarut N,N-Dimetilformamida pada
suhu kamar menghasilkan kitosan-N-sulfat dan
kitosan-O-sulfat.
Dari analisis SEM memberikan bentuk
permukaan dari kitosan lebih teratur dan lebih
padat dari pada kitosan-N-sulfat dan kitosan-O-
sulfat.
5. Sintesis dan
Karakterisasi Fisika-
Kimia Kitosan
Jurnal Inovasi Vol.
5 No. 1, Januari
2011: 42-48
Kulit udang mengandung protein (25-40%), kitin
(15-20%) dan kalsium karbonat (45-50%).
Kitosan merupakan biopolimer yang diperoleh
dari deasetilasi kitin. Akhir-akhir ini kitosan
banyak dimanfaatkan dalam beragam industri
dengan alasan limbah industrin makanan laut
begitu besar dan perlu untuk diolah menjadi
sesuatu yang berguna selain itu karena sifat-sifat
kitosan yang tidak beracun dan biodegradable.
Proses utama dalam pembuatan kitosan, meliputi
penghilangan protein dan kandungan mineral
melalui proses deproteinasi dan demineralisasi,
yang masing-masing dilakukan dengan
menggunakan larutan basa dan asam.
Selanjutnya, kitosan diperoleh melalui proses
deasetilasi dengan cara memanaskan dalam
larutan basa.Hasil yang didapatkan dari proses
deasetilasi ini berupa serbuk kitosan berwarna
coklat muda sebanyak 15,68% dari berat serbuk
udang yang digunakan. Spektra IR kitosan
menunjukan adanya serapan –NH2 yang
menunjukan telah terjadinya proses deasetilasi.
Pola difraksi sinar-X kitosan menunjukkan pola
puncak difraksi pada posisi 2θ sekitar 10o dan
20o. Berdasarkan hasil karakterisasi juga
diperoleh kadar air, abu, lemak dan protein dari
kitosan sebesar 19,34; 0,17; 0,69 dan 39,98 %.
6. Preparasi Dan
Aplikasi Nanopartikel
Kitosan Sebagai
Sistem Penghantaran
Insulin Secara Oral
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
sistem penghantaran insulin secara oral
menggunakan nanopartikel kitosan sebagai
carrier. Pada kondisi preparasi optimal
selanjutnya dilakukan proses enkapsulasi insulin
dalam nanopartikel kitosan dengan metoda
inklusi. Nanopartikel kitosan-insulin kemudian
dievaluasi sifat fisika, kimia dan biologinya yang
meliputi morfologi, ukuran partikel, potensial
zeta, stabilitas, profil in vitro pelepasan insulin,
profil ex vivo mukoadhesifitas dan profil in vivo
bioaktifitas. Hasil karakterisasi fisika
menunjukkan bahwa insulin terenkapsulasi
secara matriks di dalam nanopartikel kitosan
dengan ukuran rata-rata partikel 38 nm dan nilai
potensial zeta 36mV. Hasil uji stabilitas
menunjukkan bahwa insulin yang terenkapsulasi
dalam nanopartikel kitosan memiliki tingkat
stabilitas yang baik pada berbagai suhu
penyimpanan. Hasil uji pelepasan secara in vitro
pada media simulasi asam lambung dan usus
menunjukkan bahwa tidak terjadi adanya
pelepasan insulin pada media asam, sedangkan
pada media simulasi usus pelepasan insulin baru
terlihat pada menit ke-45. Uji mukoadhesif
menggunakan jaringan usus tikus menunjukkan
bahwa insulin nanopartikel memiliki sifat
mukoadhesif yang cukup bagus, di mana tingkat
mukoadhesifitas sangat dipengaruhi oleh besar
partikel. Uji bioaktifitas pada hewan coba tikus
hiperglikemik menunjukkan bahwa sediaan
insulin-nanopartikel yang diberikan secara oral
pada dosis 40 IU/kg-bb mampu menurunkan
kadar glukosa pada jam ke-4 jam setelah
pemberian dan penurunan tersebut konsisten
hingga 24 jam. Dari keseluruhan hasil penelitian
ini dapat diketahui bahwa nanopartikel kitosan
sangat potensial untuk dipergunakan sebagai
drug carrier pada penghantaran insulin.Dari
keseluruhan hasil penelitian ini dapat diketahui
bahwa nanopartikel kitosan merupakan matriks
yang sangat potensial untuk dipergunakan
sebagai drug carrier pada penghantaran protein
secara oral. Penelitian lebih lanjut perlu
dilakukan untuk mengetahui efikasi dan
toksisitas dari insulin nanopartikel.
7. Pengembangan
Elektrolit Padat
Berbasis Kitosan
untuk
Baterai Kendaraan
Listrik
Tujuan penelitian ini adalah Pembuatan sel
baterai menggunakan elektrolit polimer kitosan.
Pemanfaatan polimer terbiodegradasi kitosan
sebagai elektrolit untuk sel baterai terlah dapat
dilakukan. Metode blending dengan garam
lithium dapat meningkatkan kondusitivitas
membran kitosan hingga 100.000 kali lipat.
Sedangkan teknik implantasi ion hanya dapat
meningkatkan konduktivitas ionik kitosan hanya
sekitar 15 kali lipat.
8. PENGARUH
PENAMBAHAN
BENZILADENIN
PADA PELAPIS
KITOSAN
TERHADAP MUTU
DAN MASA
SIMPAN BUAH
JAMBU BIJI
‘CRYSTAL’
J. Agrotek Tropika.
ISSN 2337-4993
Vol. 1, No. 1: 55 –
60, Januari 2013
Cara untuk mempertahankan kesegaran dan
mutu buah adalah dengan melapisi buah untuk
mencegah penguapan, sehingga dapat
memperlambat kelayuan dan laju respirasi. Salah
satu cara untuk melapisi buah adalah dengan
pemberian kitosan dan sitokinin.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui 1) pengaruh
penambahan benzylaedenine (BA) pada bahan
pelapis kitosan terhadap masa simpan dan mutu
buah jambu biji ‘Crystal’, dan 2) mendapatkan
perlakuan konsentrasi benzyladenine (BA)
terbaik pada bahan pelapis kitosan terhadap masa
simpan dan mutu buah jambu biji ‘Crystal’.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah
(1) perlakuan kitosan 2,5% dapat
memperpanjang masa simpan buah jambu biji
‘Crystal’ secara nyata 2,83 dan 6,12 hari lebih
lama dibandingkan perlakuan kontrol (air) dan
asam asetat 0,5%, (2) penambahan BA
konsentrasi 25, 50 dan 100 ppm nyata
mempersingkat masa simpan buah jambu biji
‘Crystal’, tetapi tidak menyebabkan penurunan
mutu buah, dan (3) penggunaan asam asetat
0,5% sebagai pelarut kitosan 2,5% tidak ada efek
buruknya, tetapi perendaman dengan asam asetat
0,5% berpengaruh buruk terhadap mutu dan
masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’.
9. KAJIAN ANALISIS
TERMAL KITIN-
KITOSAN
CANGKANG
Sains dan Terapan
Kimia, Vol. 2 No. 2
(Juli 2008), 44 – 52
Tujuan penelitian ini, yaitu mengetahui
perbedaan sifat kitin dan kitosan yang
disebabkan perbedaan kondisi pembentukan
kitosan dari kitin cangkang udang menggunakan
UDANG
MENGGUNAKAN
THERMOGRAVIMET
RIC ANALYSIS DAN
DIFFERENTIAL
THERMAL ANALYSIS
(TGA-DTA)
TGA-DTA. Kitin dan kitosan dengan variasi DD
tersebut dianalisis menggunakan TGA-DTA.
Berdasarkan perbedaan termogram TGA-DTA
kitin dan kitosan, menunjukkan bahwa kitosan
lebih higroskopis daripada kitin dan memiliki
gugus asetil yang lebih sedikit. Pada proses
deasetilasi, kitin dimungkinkan terjadi degradasi
rantai polimer dan pembentukan rantai polimer
yang lebih panjang secara acak sehingga
heterogenitas polimer kitosan lebih besar
daripada kitin.
10. FILTRASI ION
LOGAM Fe(III)
DENGAN
MEMBRAN
KOMPOSIT
KITOSAN-
GLISEROL
UNESA Journal of
Chemistry Vol. 2,
No.1 , January
2013
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat
membrane komposit kitosan-gliserol dan
membran kitosan sebagai pembanding sifat
mekanik sehingga akan diperoleh karakteristik
sifat mekanik membran, yang selanjutnya
membran komposit kitosangliserol akan
diaplikasikan sebagai media filtrasi ion logam
Fe(III) sehingga seberapa besar kemampuan
membran dalam menyaring ion logam Fe(III)
akan diketahui dari nilai koefisien rejeksinya.
Pengujian karakter mekanik membran
menggunakan autograph menunjukkan bahwa
membran komposit kitosan gliserol memiliki
sifat mekanik yang lebih baik dibanding
membran kitosan, ditandai dengan modulus
young mencapai 4,1 MPa sedangkan membran
kitosan hanya 2,5 MPa. Kemampuan membran
komposit kitosan-gliserol dalam menyaring ion
logam Fe(III) dalam larutan yang dinyatakan
sebagai koefisien rejeksi menunjukkan bahwa
membran komposit kitosan-gliserol memiliki
nilai koefisien rejeksi yang cukup tinggi yaitu
98,47 %.
RESUME SKRIPSI UNDIP
NO. JUDUL No. Jurnal, Tahun Hasil yang diteliti
1. Pemanfaatan kitosan
termodifikasi asam
askorbat sebagai
adsorben ion Logam
Besi (III) dan
Kromium (III)
Nama: Sintya
Tunggal Pramesti
NIM: J2C606017
(Oktober,2010)
Tujuan: memperoleh kitosan termodifikasi
as.askorbat, menentukan pH optimum adsorpsi
ion Fe (III) dan Cr (III) oleh kitosan
termodifikasi asam askorbat dengan variasi pH
adsorpsi, serta menentukan dan
membandingkan kapasitas adsorpsi maksimum
kitosan termodifikasi asam askorbat terhadap
adsorpsi ion Fe (III) dan Cr (III).
Derajat deasetilasi kitosan diukur dengan
menggunakan spektroskopi FTIR.
Berat molekul kitosan termodifikasi asam
askorbat dihitung dengan menggunakan
persamaan Mark Houwink.
Uji kelarutan kitosan beads dan kitosan
termodif gdn menggunakan CH3COOH, HNO3,
HCl. Untuk mengetahui morfologi permukaan
digunakan SEM.
Adsoprsi ion logam Fe dan Cr dilakukan dalam
larutan pH 2-6 dengan variasi konsentrasi ion
logam 50, 100, 150, 200, 250 ppm. Ion logam
yang tidak diserap dianalisis dengan AAS.
Penentuan kapasitas adsorpsi maksimum
dilakukan dengan menggunakan persamaan
isotherm Langmuir.
Hasil derajat deasetilasi kitosan adalah sebesar
64,74% dengan berat molekul sebesar
39.966,85 g/mol. Kitosan termodifikasi
asamaskorbat relatif tidak larut terhadap
kitosan beads.
Morfologi permukaan kitosan termodifikasi
asam askorbat menunjukkan adanya pori yang
menyebar dan tidak beraturan. pH optimum
adsorpsi logam Fe = 4 ion logam Cr = 3
Kapasitas adsorpsi maksimum Fe 12,658 mg/g
untuk Cr 13,157 mg/g.
2. Pemanfaatan kitosan
termodifikasi asam
askorbat sebagai
adsorben ion Logam
Kobalat (II) dan
Nikel (II)
Nama : Ita Noor
Khamidah
NIM: J2C006030
(Oktober,2010)
Tujuan: memperoleh kitosan termodifikasi
as.askorbat, menentukan pH optimum adsorpsi
ion Co (II) dan Ni (II) oleh kitosan
termodifikasi asam askorbat dengan variasi pH
adsorpsi, serta menentukan dan
membandingkan kapasitas adsorpsi maksimum
kitosan termodifikasi as.askorbat terhadap
adsorpsi ion Co (II) dan Ni (II).
Derajat deasetilasi kitosan diukur dengan
menggunakan spektroskopi FTIR.
Berat molekul kitosan termodifikasi asam
askorbat dihitung dengan menggunakan
persamaan Mark Houwink.
Uji kelarutan kitosan beads dan kitosan
termodif gdn menggunakan CH3COOH, HNO3,
HCl. Untuk mengetahui morfologi permukaan
digunakan SEM Adsoprsi ion logam Co dan Ni
dilakukn dalam larutan pH 2-6.
Variasi konsentrasi ion logam 90, 120, 150,
180,210ppm.
Ion logam yang tidak diserap dianalisis dengan
AAS.
Penentuan kapasitas adsorpsi maksimum
dilakukan dengan menggunakan persamaan
isotherm Langmuir.
Hasil derajat deasetilasi kitosan sebesar 64,74%
dengan BM. 39.966,85 g/mol.
Morfologi permukaan kitosan termodifikasi
as.askorbat menunjukkan adanya pori yang
menyebar dan tidak beraturan. pH optimum
adsorpsi logam Co = 4 ion logam Ni=4
Kapasitas adsorpsi maksimum Co 11,364 mg/g
untuk Ni 5,988 mg/g.
3. Pemanfaatan kitosan
termodifikasi asam
askorbat sebagai
adsorben ion Logam
Mangan (II) dan
Tembaga (II)
Nama: Sri Hartati
NIM: J2C 006 051
(Oktober,2010)
Tujuan: memperoleh kitosan termodifikasi
as.askorbat, menentukan pH optimum adsorpsi
ion Mn (II) dan Cu (II) oleh kitosan
termodifikasi as.askorbat dengan variasi pH
adsorpsi, serta menentukan dan
membandingkan kapasitas adsorpsi maksimum
kitosan termodifikasi as.askorbat terhadap
adsorpsi ion Mn(II) dan Cu(II).
Derajat deasetilasi kitosan diukur dengan
menggunakan spektroskopi FTIR.
Berat molekul kitosan termodifikasi asam
askorbat dihitung dengan menggunakan
persamaan Mark Houwink.
Uji kelarutan kitosan beads dan kitosan
termodif dengan menggunakan CH3COOH,
HNO3, HCl.
Morfologi permukaan diukur dengan
menggunakan SEM
Adsoprsi ion logam Mn dan Cu dilakukn dalam
larutan pH 2-6. Variasi konsentrasi ion logam
90, 120, 150, 180,210ppm.
Ion logam yang tidak diserap dianalisis dengan
AAS. Penentuan kapasitas adsorpsi maksimum
dilakukan dengan menggunakan persamaan
isotherm Langmuir.
Hasil derajat deasetilasi kitosan: 64,74%
dengan BM. 39.966,85 g/mol
Morfologi permukaan kitosan termodifikasi
as.askorbat menunjukkan adanya pori yang
menyebar dan tidak beraturan. pH optimum
adsorpsi logam Mn = 4 ion logam Co=4
Kapasitas adsorpsi maksimum Mn 5,910 mg/g
untuk Cu 10,172 mg/g.
Serbuk kitosan sebelum dimodifikasi dilakukan
analisis FTIR untuk menentukan derajat
deasetilasi dan dilakukan penentuan berat
molekul.
4. Adsorpsi Zat Warna
Indigo Carmine oleh
Kitosan dengan
Metode Kolom
Nama: Edi Setyadi
NIM: J2C 000 143
th 2006, periode 45
th 2005
Kitosan merupakan suatu senyawa
makromolekul berantai panjang yang tersusun
dari polimer glukosamin dan dapat diekstrak
dari kulit udang dengan proses yang
sederhana.Kitosan dapat dimanfaatkan sebagai
adsorben zat warna karena memiliki gugus
aktif berupa gugus amina dan hidroksi yang
dapat berinteraksi dengan zat warna. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pH baik
kemampuan adsorpsi maupun interaksi antara
kitosan dengan indigo carmine pada metode
kolom.
Telah dilakukan ekstraksi kitosan dari kulit
udang dan pemanfaatannya untuk adsorpsi zat
warna indigo carmine dengan metode kolom.
Hasil ekstraksi diperoleh serbuk kitosan
berwarna putih kecoklatan dengan derajat
deasetilasi sebesar 62,537%.
Hasil adsorpsi menunjukkan bahwa adsorpsi
lebih baik pada kondisi asam dan kenaikan pH
akan menurunkan kemampuan adsorpsi.
Kemampuan adsorpsi terbesar terjadi pada
konsentrasi indigo carmine 40 ppm dengan
indigo carmine teradsorpsi sebanyak 0,519
mg/g.
Interaksi yang terjadi antara indigo carmine
disebabkan oleh adanya gaya elektrostatik yang
timbul karena perbedaan muatan antara kitosan
dan indigo carmine.
5. Membran Kitosan
padat dari Cangkang
Rajungan (Portunus
pelagicus) dan
aplikasinya sebagai
adsorben ion
Mangan (II) dan
Besi (II)
Nama: Indah
Ruswanti
J2C 004 125
(April 2009)
Membran kitosan padat dari cangkang rajungan
dapat digunakan untuk menurunkan kadar ion
logam Mn (II) dan Fe(II) dengan metode
adsorpsi.
Membran kitosan padat dibuat dengan bahan
pendukung yaitu campuran (PVA) poly vinyl
alcohol dan (PEG) poly ethylene glycol (PEG)
dimana PVA tersebut divariasi. PVA yang
divariasi yaitu 0,1 0,14 0,17 0,19 gram.
Hasil isolasi diperoleh serbuk serbuk kitin
berwarna putih dan hasil transformasinya
diperoleh kitosan berwarna putih kecoklatan
dengan derajat deasetilasi 76%. Komposisi
membrane optimum adsorpsi Mn (II) pada
PVA 0,14gram dan pH optimum 5 dan Fe(II)
pada PVA 0,17 gram pada pH 5,967 mg/g dan
4,643 mg/g. Pada penelitian ini, membrane
kitosan lebih baik mengadsorpsi Mn (II)
dibanding mengadsorpsi Fe (II).
6. Pengaruh
penambahan kitosan
dari limbah
cangkang rajungan
(Portunus Pelagicus)
terhadap kadar
allumunium, besi,
COD, dan kekeruhan
pada pengolahan air
sebagai air minum
Nama : Maria
Angelina Mega
Desi
Cahyaningtyas
Nim : J2C 607 008
Penelitian ini bertujuan membuat kitosan dari
cangkang rajungan, menentukan pengaruh
penambahan kitosan terhadap kadar
alumunium, kadar besi, COD, kekeruhan dan
untuk mengetahui kualitas air hasil pengolahan
menggunakan kitosan dengan hasil pengolahan
PAM.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode
demineralisasi, deproteinasi, dan depigmentasi
menggunakan NaOH, HCl, dan H2O2 3%
secara berurutan kemudian diikuti dengan
metode deasetilasi menggunakan NaOH 50%,
selanjutnya hasil yang diperoleh dianalisis
menggunakan FTIR dan AAS.
Analisis menggunakan AAS dilakukan untuk
menentukan alumunium dan besi, sedangkan
turbiditi digunakan untuk menentukan
kekeruhan.
Hasil penelitian diperoleh kitosan dengan DD
73,24%, hal tersebut menyatakan kadar
alumunium, besi dan kekeruhan pada air serta
COD dapat menurun seiring dengan
peningkatan jumlah kitosan yang ditambahkan.
Dilihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
kitosan lebih efektif untuk pengolahan air
daripada menggunakan tawas.
7. Pemanfaatan kitosan Nama : Ninda Penelitian ini bertujuan mengisolasi kitin dari
dari limbah
cangkang kepiting
(Portunus Pelagicus)
sebagai adsorben zat
warna Remazol
golden Yellow RNL
Astuti
NIM : J2C 004 135
limbah cangkang rajungan, mengubah kitin
menjadi kitosan, mengetahui kondisi optimum
adsorpsi zat warna Remazol Golden Yellow
RNL oleh kitosan pada variasi pH adsorpsi dan
waktu kontak optimum serta mengetahui
kapasitas adsorpsi kitosan terhadap zat warna
Remazol Golden Yellow RNL. Pembuatan
kitin didapatkan kitin berwarna putih dan
kitosan berwarna putih kecoklatan dengan
derajat deasetilasi sebesar 83,792%. Dari
spektra FTIR dapat diketahui perbedaan kitin
dan kitosan yang terletak pada gugus NH2,
C=O, CH3. Proses adsorpsi zat warna oleh
kitosan sangat dipengaruhi oleh pH, variasi pH
yang digunakan yaitu 2,3,4,5,6,7, dan 8.
Adsorpsi zat warna remazol golden yellow
RNL semakin meningkat secara signifikan dari
pH 2 ke pH 3, setelah pH 4 zat warna remazol
yellow RNF semakin menurun. Dengan adanya
peningkatan pH maka gugus amina NH2 yang
terprotonasi semakin sedikit, sehingga
mengakbatkan penurunan adsorpsi.
Pengaruh waktu kontak bertujuan mengetahui
waktu kontak optimum adsorpsi zat warna oleh
kitosan, waktu kontak divariasi mulai 30, 45,
60, 75, 90, dan 105 menit dengan volume zat
warna 25 mL. Waktu kontak 90 menit
mempunyai penyerapan yang paling optimal.
Kemungkinan hal tersebut terjadi karena
adanya interaksi adsorben dan adsorbat yang
lewat jenuh.
Pengaruh konsentrasi terhadapadsorpsi remazol
gold yellow RNL dilakukan dengan variasi 80,
100, 120, 140, 160, 180 ppm, semakin besar
konsentrasi zat warna kemampuan adsorpsi
kitosan semakin meningkat, hal ini disebabkan
dengan semakin besarnya konsentrasi zat
warna akan semakin banyak molekul zat warna
yang berinteraksi dengan adsorben.
8. Membran kitosan
padat dari cangkang
rajungan atau
portunus pelagicus
dan aplkasinya
sebagai adsorben ion
mangan (II) dan besi
(II)
Nama : Indah
Ruswanti
NIM : J2C 004125
Bahan awal yang digunakan untuk membuat
kitin dan kitosan adalah limah cangkang
rajungan yang telah kering. Kitin dapat
diperoleh melalui proses deproteinasi,
demineralisasi dan depigmentasi. Untuk
mendapatkan kitosan proses deasetilasi
selanjutnya kitosan diproses sampai terbuat
membran padat dibuat dengan campuran
larutan PVA (poly vinyl alcohol), PEG (poly
ethylene glycol), aquades dan serbuk kitosan.
Selanjutnya membran padat digunakan untuk
adsorpsi ion mangan (II) dan Besi (II).
Pengaruh pH terhadap adsorpsi ion mangan (II)
oleh membran kitosan padat yaitu meningkat
dari pH 2 dan pH 5 dan menurun sampai pH 7
hal ini dikarenakan kitosan mempunyai gugus
amina. Sedangkan adsorpsi ion besi (II) yaitu
meningkat dari pH 2 sampai pH 3 dan optimum
pada pH 3. Pengaruh komposisi membran pada
Mn (II) komposisi optimum yaitu PVA 0,14
gram dan pada Fe(II) komposisi optimum PVA
0,17 gram. Pengaruh konsentrasi, pada ion
Mn(II) dan Fe(II) menunjukkan bahwa semakin
besar konsentrasi larutan logam maka akan
semakin banyak molekul ion logam yang
berinteraksi dengan adsorben.
top related