tonsilitis dan komplikasinya

Post on 15-Apr-2016

271 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

tht

TRANSCRIPT

ANISATANTRI ANDES WINATA106 .105 .0101

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT THT

Tonsilitis dan Komplikasinya

Anatomi Tonsil

Tonsil adalah massa yang terdiri dari

jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat

dengan kriptus didalamnya.

Terdapat tiga macam tonsil, yaitu

tonsil faringeal (adenoid), tonsil

palatina dan tonsil lingual.

Tonsil PalatinaTonsila palatine yang lebih dikenal sebagai

tonsil dalam pengertian sehari-hari terletak dalam fossa

tonsilaris

Berbentuk oval dengan berat sekitar 1,5 gram.

Fossa tonsilaris, di bagian depan dibatasi

oleh pilar anterior (arkus palatina

anterior), sedangkan di bagian belakang dibatasi oleh pilar posterior (arkus

palatina posterior), yang kemudian

bersatu di pole atas dan selanjutnya

1. RUANG PERITONSIL (RUANG SUPRATONSIL)2. RUANG RETROMOLAR3. RUANG PARAFARING (RUANG FARINGOMAKSILAR;

RUANG PTERIGOMANDIBULA)

Di sekitar tonsil terdapat tiga ruang potensial yang secara klinik sering menjadi tempat

penyebaran infeksi dari tonsil, yaitu :

Ruang peritonsil (ruang supratonsil)

Berbentuk hampir segitiga dengan batas-batas : Anterior  : M. Palatoglossus Lateral dan Posterior : M.

Palatofaringeus Dasar segitiga : Pole atas

tonsilDalam ruang ini terdapat

kelenjar salivari Weber, yang bila terinfeksi dapat menyebar ke ruang peritonsil, menjadi abses peritonial.

Tonsil diperdarahi oleh beberapa cabang

pembuluh darah, yaitu :

o   A.Palatina Asendens, cabang  A. Fasialis memperdarahi bagian postero inferior

o   A.Tonsilaris, cabang A.Fasialis memperdarahi daerah antero inferior

o   A.Lingualis Dorsalis, cabang A.Maksilaris Interna memperdarahi daerah antero media

o   A.Faringeal Asendens, cabang A.Karotis Eksterna memperdarahi daerah postero superior

o   A.Palatina Desendens dan cabangnya, A.Palatina Mayor dan Minor memperdarahi daerah antero superior.

Inervasi tonsil terutama

melalui N. Palatina Mayor dan Minor

(cabang N V) dan N. Lingualis (cabang N

IX).

Nyeri pada tonsilitis sering menjalar ke

telinga, hal ini terjadi karena N IX juga

mempersarafi membran timpani

dan mukosa telinga tengah melalui

“Jacobson’s Nerve”.

FUNGSI TONSIL

tonsil sebagian besar adalah organ-sel ß dengan limfosit ß yang terdiri 50% sampai 65% dari semua limfosit tonsil. Limfosit sel-T terdiri sekitar 40% dari limfosit tonsil dan 3% adalah sel plasma matang.

Tonsil mendorong sekresi sel imun dan mengatur produksi imunoglobulin. tonsil yang baik akan memberi perlindungan kekebalan saluran pernapasan bilamereka terkena antigen udara.

Selain itu, ada 10 sampai 30 kriptus di setiap tonsil yang berfungsi menjebak bahan asing dan membawanya ke folikel limfoid.

Perkembangan ß sel di pusat-pusat germinal tonsil sebagai respons terhadap sinyal antigen adalah salah satu fungsi tonsil yang paling penting.

tonsil manusia secara imunologis paling aktif antara usia 4 sampai 10. Involusi tonsil dimulai setelah pubertas, sehingga penurunan populasi sel-ß dan peningkatan relatif rasio sel T ß-sel. Meskipun produksi imunoglobulin secara keseluruhan berkurang, masih ada aktivitas sel-ß yang cukup jika dilihat di tonsill secara klinis. Konsekuensi imunologi dari tonsilektomi tidak jelas. Namun sudah dibuktikan tonsilektomi tidak menimbulkan defisiensi imunologik utama.

KOMPLIKASI DARI TONSILITIS DAPAT DIKLASIFIKASIKAN KE DALAM KOMPLIKASI SUPURATIF DAN NON

SUPURATIF.

KOMPLIKASI TONSILITIS

• KOMPLIKASI NON SUPURATIF TERMASUK DEMAM SCARLET, DEMAM REMATIK AKUT,

DAN GLOMERULONEFRITIS PASCA-STREPTOCOCCUS.

• KOMPLIKASI SUPURATIF TERMASUK PEMBENTUKAN ABSES PERITONSILLAR, PARAPHARYNGEAL DAN RETROFARING.

KOMPLIKASI NON SUPURATIF

Demam Scarlet adalah sekunder untuk tonsilitis orpharyngitis streptokokus akut dengan produksi endotoksin oleh bakteri.

Demam rematik akut mengikuti Faringitis yang disebabkan oleh streptokokus Grup A selama satu sampai empat minggu. Protein tertentu yang ditemukan dalam otot jantung tampak mirip dengan protein yang ditemukan pada streptokokus tersebut.

glomerulonefritis pasca streptokokus dapat dilihat setelah infeksi kedua faring dan kulit. Pasien khas mengembangkan sindrom nefritik akut satu hingga dua minggu setelah infeksi streptokokus.

KOMPLIKASI SUPURATIF

Abses Peritonsillar paling umum terjadi pada pasien dengan tonsilitis berulang atau pada mereka dengan tonsilitis kronis yang mendapat pengobatan tidak adekuat. Penyebaran infeksi dari pilar superior dari tonsil dengan pembentukan nanah antara bed tonsil dan kapsul tonsil.

Selulitis harus dibedakan dari abses dalam tatalaksana infeksi peritonsillar. Beberapa abses mungkin secara klinis jelas sedangkan yang lain kurang jelas. Petunjuk dalam riwayat penyakit dahulu yang meningkatkan kecurigaan abses termasuk riwayat tonsilitis berulang, pengobatan antibiotik yang tidak memadai dan durasi penyakit yang panjang.

Kultur abses peritonsillar biasanya menunjukkan infeksi polymicrobacterial, baik aerobik dan anaerobik.

Abses di ruang parapharyngeal dapat berkembang jika infeksi atau pus baik dari tonsil atau dari abses peritonsillar melalui otot konstriktor superior.

Abses retrofaring juga bisa terjadi akibat abses peritonsillar. Sumber abses adalah rantai kelenjar getah bening di kedua sisi garis tengah di ruang retropharyngeal.

Terima Kasih

top related