resume pert. 1
Post on 29-Oct-2015
72 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
RESUME
SKENARIO 1
MASALAH KESEHATAN
Oleh : Kelompok E
Tamzila Akbar Nila Sandhi 112010101061
Cynthia Damayanti 112010101062
Hilwa Alfi Fauziah 112010101063
Aisyiyah Alviana Agustin 112010101064
Zhara Vida Zhubika 112010101065
Rastra Defa Sari 112010101066
Putu Ratih Pradnyani Dewi 112010101067
Natasha Amelia 112010101069
I Gede Prima Julianto 112010101070
Stefen Andrean 112010101071
Hanifa Rosyida Rizqi C 112010101072
Olyvia Yulyani K.P 112010101073
Fairuztya Naila Maris 112010101074
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
1
SKENARIO 1 :
MASALAH KESEHATAN
Dokter Sule, dokter baru lulusan OVJ, merasa tergerak hatinya untuk megabdikan
ilmu yang baru didapatnya setelah menerima surat penempatan di PKM Sumber Baru. Beliau
berpikir keras menentukan masalah-masalah kesehatan di daerah pegunungan tersebut yang
perlu diselesaikan.
Suatu hari beliau berjalan-jalan untuk melihat kondisi PKM yang baru ditempatinya.
Di dinding beberapa ruang terpampang berbagai data mengenai karakteristik demografi
wilayah, dll. Disana juga terdapat keterangan mengenai macam-macam penyakit yang
terdiagnosis di PKM, prevalensi serta insidensi penyakit seperti diare, Infeksi Saluran
Pernapasan Akut, hipertensi dll dalam 1 tahun. Ada juga data mengenai angka kelahiran,
angka kematian, jumlah kematian ibu melahirkan dan case fatality rate. Data-data tersebut
dapat digunakan untuk menetukan masalah kesehatan yang sedang berkembang di wilayah
kerjanya, menentukan prioritas, menentukan faktor risiko, hubungan sebab akibat dan yang
terkait dengan berbagai masalah kesehatan lainnya. Dalam hati beliau berkata, “Dokter
sebelumku sudah cukup detail, tapi kenapa masalah pengelolaan obat tidak tercantum sama
sekali?”.
2
Klarifikasi Istilah
1. Demografi
Adalah ilmu yang mempelajari gambaran bangsa ( ilmu kependudukan)
2. Prevalensi
Adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang terjangkit dalam titik waktu tertentu.
3. Insidensi
Adalah frekuensi penyakit baru pada suatu wilayah tertentu dalam titik waktu tertentu.
4. Case Fatality Rate
Adalah Jumlah seluruh kematian karena satu penyebab dalam jangka waktu tertentu
dibagi dengan jumlah seluruh penderita pada waktu yang sama dalam persen atau
permil.
5. Angka kelahiran dan angka kematian
Angka kelahiran : Banyaknya bayi yang lahir tiap seribu penduduk dalam satu
tahun.
Angka Kematian : Jumlah kematian yang dicatat dalam satu tahun per 1000
penduduk ada pertengahan tahun yang sama
6. ISPA
Adalah penyakit infeksi pada salauran pernapasan atas yang disebabkan oleh
masuknya kuman mikroorganisme (bakteri dan virus) ke dalam organ saluran
pernapasan yang berlangsung selama 14 hari.
7. Hipertensi
Adalah tekanan darah arterial tinggi; berbagai kriteria sebagai batasannya berkisar
dari sistol 140 mm Hg dan diastol 90 mm Hg hingga setinggi sistol 200 mm Hg dan
diastol 110mmHg.
8. Faktor Risiko
Adalah menurut buku diagnosa klinis awal, faktor resiko adalah kelainan yang
dimiliki seseorang yang menyebabkan seseorang itu menderita penyakit. Biasanya
dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, lingkungan fisik, lingkungan biologis,
sosial, dan pelayanan kesehatan.
9. Pengelolaan obat
3
Adalah serangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan, pengadaan,
pendistribusian dan penggunaan obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin
tercapainya ketetapan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan, dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan
perangkat lunak (metode dan tata laksana) dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan di berbagai tingkat unit kerja.
Menetapkan Permasalahan
Dari skenario 1 “Masalah Kesehatan”, kelompok kami mendapatkan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Epidemiologi
1.1 Ruang lingkup
1.2 Macam-macam
1.3 Peran dalam dunia kedokteran
1.4 Segitiga Epidemiologi
1.5 Deskripsi Insidensi dan Prevalensi
2. Indonesia sehat 2015
2.1 Visi dan Misi
2.2 Strategi pencapaian
2.3 Hambatan pencapaian
2.4 Program-program pemerintah
2.5 Hubungan dengan MDGs
3. Pengelolahan Obat
3.1 Tahapan
3.2 Pengawasan
3.3 Hambatan-hambatan
4. Masalah Kesehatan
4.1 Triple Burden Disease
4.2 Prioritas Masalah Kesehatan
4.3 Penyebaran masalah kesehatan
4.4 Solusi
4.5 Sumber data
4
4.6 Indikator kesehatan nasional
4.7 Derajat Kesehatan
4.8 Perbedaan antara Negara maju dengan Negara berkembang
5. Konsep sehat- sakit
5.1 Definisi
Tujuan :
1. Mengetahui seluk beluk epidemiologi
2. Mengetahui derajat kesehatan di Negara maju dan Negara berkembang
3. Mengetahui dan memahami konsep sehat dan sakit
4. Mengetahui tentang Indonesia sehat 2015
5. Mengetahui indicator kesehatan nasional
6. Mengetahui penerapan MDGs di Indonesia
7. Mengetahui visi dn misi dari Indonesia sehat 2015
8. Dapat menentukan royalitas kita di dunia kerja sehingga bisa mengerti
permasalahan yang berkembang.
9. Mengetahui pengelolaan obat di Negara maju dan Negara berkembang
10. Mengetahui penyebaran masalah kesehatan
11. Mengambil sikap yang tepat terhadap pengelolaan obat
12. Dapat mengetahui prioritas masalah kesehatan
13. Memahami triple burden of disease
MIND MAP
5
Analisis Masalah
1. EPIDEMIOLOGI
6
EpidemiologiEpidemiologi
Masalah Kesehatan
Masyarakat
Masalah Kesehatan
Masyarakat
Konsep Sehat dan Sakit
Konsep Sehat dan Sakit
Pengelolaan ObatPengelolaan Obat
Indonesia Sehat 2015
Indonesia Sehat 2015
1. Ruang Lingkup2. Macam-macam3. Peran di kedokteran4. Segitiga Epidemiologi
Deskripsi Insidensi dan Prevalensi
Definisi
1.Visi & Misi2.Strategi3.Program4.Hambatan5.Hub.
MDGs
1. Triple Burden Disease
2. Prioritas 3. Penyebaran4. Solusi5. Sumber Data6. Indikator7. Perb. antara Negara
maju & brkembang
1. Tahapan2. Pengawasan3. Hambatan
1.1. Macam
1. Epidemiologi Deskriptif
o Hanya mempelajari tentang frekwensi dan penyebaran suatu masalah
kesehatan saja, tanpa memandang perlu mencarikan jawaban terhadap faktor-
faktor penyebab.
o Menjawab pertanyaan who, where dan when dari timbulnya suatu masalah
kesehatan.
2. Epidemiologi Analitik
o Mencakup pencarian jawaban terhadap penyebab terjadinya frekwensi,
penyebaran dan munculnya suatu masalah kesehatan.
o Menjawab pertanyaan why dari timbulnya suatu masalah kesehatan.
Selanjutnya dianalisa hubungannya dengan akibat yang ditimbulkan.
Penyebab : menunjuk pada faktor-faktor yang mempengaruhi
Akibat : menunjuk pada frekwensi, penyebaran serta timbulnya suatu
masalah kesehatan.
Perbedaan Epidemiologi Deskriptif dan Epidemiologi Analitik :
Epidemiologi Deskriptif Epidemiologi Analitik
Hanya menjelaskan keadaan
suatu masalah kesehatan
( Who, Where, When)
Pengumpulan, pengolahan,
penyaji-an dan interpretasi
data hanya pada satu
kelompok masyarakat saja
Tidak bermaksud
membuktikan suatu hipotesa
Juga menjelaskan mengapa
suatu masalah kesehatan
timbul di masyarakat (Why)
Pengumpulan, pengolahan,
penyajian dan intepretasi data
dilakukan pada dua kelompok
masyarakat
Bermaksud membuktikan
suatu hipotesa
3. Epidemiologi Eksperimental
7
o Menguji kebenaran suatu data dengan cara melakukan percobaan dan intervensi
pada suatu masalah kesehatan
Ketiga jenis epidemiologi ini tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya, saling
berkaitan dan mempunyai peranan masing-masing sesuai tingkat kedalaman
pendekatan epidemiologi yang dihadapi. Secara umum dapat dikatakan bahwa
pengungkapan dan pemecahan masalah epidemiologi dimulai dengan epidemiologi
deskriptif, lalu diperdalam dan dianalisa dengan epidemiologi analitik, selanjutnya
disusul dengan melakukan epidemiologi eksperimental untuk menguji kebenarannya.
1.2. Ruang Lingkup
Menurut Azwar (1999:15), ruang lingkup epidemiologi adalah :
1. Subjek dan objek epidemiologi adalah masalah kesehatan
2. Masalah kesehatan yang dimaksud menunjuk pada masalah kesehatan yang
ditemukan pada sekelompok manusia.
3. Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan dimanfaatkan
data tentang frekwensi dan penyebab penyebaran masalah kesehatan tersebut.
Bustan (2006:13) mengemukakan bahwa ruang lingkup epidemiologi dalam
masalah kesehatan tersebut dapat meliputi 6E :
1. etiologi: mengidentifikasimasalah
2.efikasi:daya optimal yang diperoleh dari adanya intervensi kesehatan
3. efektivitas: besarnyahasil yang dapatdiperolehdarisuatutindakan
4. efisiensi: sebuahkonsepekonomi yang melihatpengaruh yang
dapatdiperolehberdasarkanbiaya yang diberikan
5. evaluasi: penilaiansecarakeseluruhankeberhasilansuatupengobatanatau
program kesmas
6. edukasi:
peningkatanpengetahuantentangkesehatanmasyarakatsebagaibagiandaripencegahn
penyakit.
1.3. Peran dalam kedokteran
8
Sebagai metode investigasi, epidemiologi merupakan landasan bidang
kesehatan masyarakat dan pencegahan. Epidemiologi digunakan untuk menentukan
kebutuhan akan program-program pengendalian penyakit, untuk mengembangkan
program pencegahan, dan kegiatan pecegahan layanan, serta untuk menetapkan pola
penyakit endemik, epidemik, pandemik, atau sporadik.
1.4. Segitiga Epidemiologi
Keterkaitan 4 faktor epidemiologi sering berkontribusi dalam terjadinya KLB
suatu penyakit. Keempat faktor tersebut meliputi (1) peran pejamu, (2) agens atau
organisme penyebab suatu penyakit, (3) keadaan lingkungan yang dibutuhkan
penyakit untuk berkembang pesat, bertahan, dan menyebar, serta (4) permasalahan
yang berkaitan dengan waktu.
Keterkaitan antara berbagai faktor yang berkontribusi dalam KLB penyakit
akan lebih dipahami jika disajikan dalam bentuk model. Model ini berguna untuk
memperlihatkan interaksi dan ketergantungan satu sama lainnya antara lingkungan,
agens, pejamu, dan waktu seperti yang digunakan dalam investigasi penyakit dan
epidemi. Segitiga epidemiologi ini didasarkan pada model penyakit menular.
1. Agens :
penyebab suatu penyakit
bakteri, virus, penyakit, jamur, atau kapang merupakan penyebab penyakit
infeksikus
juga dapat berupa zat kimia, faktor fisik, defisiensi gizi, atau beberapa
substansi lain
2. Pejamu:
tempat persinggahan penyakit
pejamu bisa terkena ataupun tidak terkena penyakit
faktor yang menentukan efek yang dapat ditimbulkan organisme terhadap
tubuh
- tingkat imunitas
- susunan genetik
- tingkat pajanan
- status kesehatan
9
- kebugaran tubuh
- kemampuan organisme (agens) menerima lingkungan baru
3. Lingkungan:
merupakan kondisi luar dari manusia atau hewan yang menyebabkan atau
memungkinkan penularan penyakit
faktor-faktor lingkungan mencakup: biologis, sosial budaya, dan fisik
lingkungan
lingkungan bagi agens adalah efek dari lingkungan terhadap agens itu sendiri
dapat berada di luar atau di dalam pejamu
4. Waktu:
mempengaruhi masa inkubasi, harapan hidup pejamu, atau organisme, durasi
perjalanan penyakit atau kondisi
berapa lama seseorang terinfeksi atau keparahan penyakit
1.5. Deskripsi Insidensi dan Prevalensi
a. Insidensi
10
Insidensi merupakan salah satu ukuran untuk menetapkan KLB. Insidensi
menjelaskan sampai sejauh mana seseorang –di dalam populasi yang tidak
menderita penyakit- terserang penyakit selama periode waktu tertentu
(Timmreck, 2007:5)
Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya
harus diketahui terlebih dahulu data tentang jumlah penderita baru dan jumlah
penduduk yang mungkin terkena penyakit baru ( Population at Risk ).
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
i. Incidence Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan
jangka waktu yang bersangkutan. Dirumuskan :
Perhitungan Penduduk Pertengahan Tahun :
Jika diketahui Jumlah Penduduk pada 1 Januari dan 31 Desember pada
tahun yang sama, maka penghitungan jumlah penduduk pertengahan tahunnya
adalah :
Bila diperoleh Jumlah Penduduk pada 1 Maret dan 31 Desember, maka
Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun :
11
Manfaat Incidence Rate adalah :
Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
Mengetahui Resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi
Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu
fasilitas pelayanan kesehatan.
ii. Attack Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
tersebut pada saat yang sama. Dirumuskan :
Manfaat Attack Rate adalah :
Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit. Makin
tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan Penularan Penyakit
tersebut.
iii. Secondary Attack Rate
Adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada
serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi
orang/penduduk yang pernah terkena penyakit pada serangan pertama. Biasa
digunakan menghitung suatu panyakit menular dan dalam suatu populasi yang
kecil ( misalnya dalam Satu Keluarga ). Dirumuskan :
12
b. Prevalensi
Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang mengalami penyakit,
gangguan, atau kondisi tertentu pada satu titik waktu. (Timmreck, 2007:5 )
Prevalensi merupakan gambaran tentang frekwensi penderita lama dan
baru yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat
tertentu. Pada perhitungan angka Prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk
baik orang/penduduk yang Kebal atau Penduduk dengan Resiko (Population at
Risk).
Timmreck (2007:5) mengemukakan bahwa prevalensi berpegang teguh
pada dua faktor :
1) Berapa banyak orang yang mendapatkan penyakit itu
sebelumnya(berdasarkan insidensi terdahulu).
2) Durasi atau lamanya kejadian penyakit itu dalam populasi.
Prevalensi bertujuan untuk memberitahukan tentang derajat penyakit yang
sedang berlangsung dalam populasi pada satu titik waktu.
i. Period Prevalence Rate
Yaitu jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan
pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada
pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit
diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.
Dirumuskan :
13
ii. Point Prevalence Rate
Adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat
dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk
mengetahui mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Dirumuskan :
c. Hubungan prevalence dan incidence
Sesuai dengan keterangan di atas tampak bahwa insiden merupakan
ukuran yang tidak mudah untuk didapat, sedangkan prevalensi relatif lebih
mudah. Pada kondisi yang tetap, dimana baik pelayanan kesehatan maupun
kekuatan penularan penyakit tidak berubah, maka rumus untuk hubungan
prevalensi dan insiden adalah :
P = I x D
Keterangan :
P = Prevalen
I = Insiden
D = Lama sakit (duration of illness)
Rumus hubungan Insidensi dan Prevalensi tersebut hanya berlaku jika
dipenuhi 2 syarat, yaitu :
14
Nilai Insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan : Tidak
menunjukkan perubahan yang mencolok.
Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil : Tidak menunjukkan
perubahan yang terlalu mencolok.
Bila usaha pencegahan berhasil insiden akan menurun, sebaliknya bila
pencegahan tidak berhasil, insiden tetap atau bahkan bertambah.
Lama sakit ditentukan oleh keberhasilan pengobatan. Bila pengobatan
menyembuhkan penderita, prevalen turun walaupun insiden tetap. Prevalen pun
akan turun bila penyakit mematikan dalam waktu singkat (misalnya rabies).
Walaupun insiden tinggi prevalen akan tetap rendah. Sebaliknya pengobatan yang
tidak menyembuhkan penderita tetapi dapat memperpanjang hidupnya,justru akan
meningkatkan prevalen penyakit tersebut. Jadi, angka prevalensi dipengaruhi oleh
tingginya insidensi dan lamanya sakit/ durasi penyakit.
2.1 VISI dan MISI
Visi dan Misi Indonesia Sehat 2015 dalam “Indikator Indonesia Sehat 2015
& Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat & Kabupaten/Kota Sehat” yang
dikeluarkan oleh Menkes dr. Ahmad Sujudi (2003) adalah sebagai berikut :
VISI
1. Hidup dalam lingkungan yang sehat
2. Mempraktekkan perilaku hidup bersih & sehat
3. Mampu menyediakan, memanfaatkan dan menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu
4. Memiliki derajat kesehatan yang tinggi
MISI
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3. Memelihara & meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata &
terjangkau
15
4. Memelihara & meningkatkan kesehatan individu, keluarga & masyarakat
termasuk lingkungannya
2.2 Strategi pencapaian
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
3. Meningkatkan system surveillance, monitoring dan informasi kesehatan
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan
2.3 Hambatan
1. Kurang berkembangnya ilmu pengetahuan berbasis bioteknologi sehingga kasus
seperti flu birung berlarut larut
2. Kurang seriusnya lembaga” terkait dalam menanggulangi berbagai penyakit,
sehingga berpengaruh terhadap penyakit degenerative
3. Adanya exsploitasi alam yang berpengaruh terhadap rehabilitasi lingkungan
sehingga berakibat menurun nya daya dukung lingkungan sehingga penyakit
inveksi dan degenerative terus berkembang
2.4 Program-Program Pemerintah
a. Desentralisasi
b. Pembangunan berwawasan kesehatan
c. JPKM (jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat)
d. Profesionalisme. (Profesionalisme diterapkan untuk melaksanakan misi
pembangunan kesehatan)
2.5 Hubungan Dengan MDGs :
1. Pengentasan kemiskinan dan lelaparan yang ekstrim
2. Pemerataan pendidikan dasar
3. Mendukung adanya persamaan jender dan pemberdayaan perempuan
4. Mengurangi tingkat kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya
16
7. Menjamin daya dukung lingkungan hidup
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
3.1 Tahapan
a. Perencanaan dan pemilihan obat
b. Pengadaan
c. Distribusi dan penyimpanan
d. Penggunaan dan pengawasan
3.2 Pengawasan
Perlunya pengawasan, pengendalian, dan pengadaan, dan
pengaturan obat, makanan,kosmetik dan alat kesehatan sangat
bertujuan guna memperluas serta meningkatkan mutu terhadap
kesehatan dengan jalan mencukupi persediaan yang sangat
bermutu tinggi bahkan dapat tersebar merata dengan harga yang
dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
Diawasi oleh BPOM dan FDA
Misi pengawasan dan pengendalian:
1. Safety
2. Efficacy
3. Truthful labeling
3.3 Hambatan
Dilihat dari segi:
a) Masalah pemilihan dan pengadaan
1. Jumlah obat ternyata terlalu banyak dipesan
2. Jenis obat tertentu tidak pernah digunakan
3. Kehabisan jenis obat tertentu
4. Obat yang datang tidak sesuai dengan yang dipesan
5. Harga obat yang terlalu mahal
b) Distribusi
Meliputi kegiatan pengendalian persedian obat, dan penyimpanan.
Distribusi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
17
1. Sentralisasi, seluruh kebutuhan user disuplai dari gudang pusat
2. Desentralisasi, Seluruh kebutuhan user disuplai dari
depo(satelit) yang berada di dekat atau di sekitar user
Pengendalian Persediaan Obat
Menjaga keseimbangan antara penyimpanan persediaan dengan biaya
yang dibutuhkan untuk menyimpan persediaan tersebut
Penyimpanan Obat
Kegiatan penyimpanan obat meliputi:
1. Pengaturan tata ruang
2. Penyusunan stok obat
3. Pencatatan stok obat
4. Pengamatan
c) Penggunaan dan pengawasan
Penggunaan obat merupakan salah satu mata rantai yang tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan pengelolaan obat yang lain,
yaitu seleksi, pengadaan dan distribusi obat. Aspek penggunaan
obat di Apotek diletakkan dalam konteks dukungan terhadap
kerasionalan peresepan, yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pengendalian kecukupan suplai
b. Jaminan mutu obat
c. Evaluasi konsumsi obat terhadap pola morbiditas
d. Pemberian informasi tentang obat
d.1 Triple Burden Disease
Triple Burden of Disease adalah tiga penyakit utama yang menjadi beban sebuah wilayah/Negara, meliputi :1. Infeksi (Re-emerging)
Dikarenakan mikroorganisme.Contoh : diare, tipus, ISPA, DBD, Malaria.
2. DegeneratifPenyakit yang menurunkan fungsi-fungsi organ tubuh.Contoh : Hipertensi.
3. New Emerging diseaseDikarenakan virusContoh : AIDS, Flu burung.
18
d.2 Prioritas Masalah Kesehatan
Hal-hal yang diperlukan dalam penentuan prioritas meliputi :
a. Melakukan pengumpulan data
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu tersedia data yang cukup.
Untuk itu perlulah dilakukan pengumpulan data. Data yang perlu dikumpulkan adalah
data yang berkaitan dengan lingkungan, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan,
termasuk keadaan geografis, keadan pemerintahan, kependudukan, pendidikan, pekerjaan,
mata pencaharian, sosial budaya, dan keadaan kesehatan.
b. Pengolahan Data
Apabila data yang telah berhasil dikumpulkan, maka data tersebut harus diolah,
maksudnya adalah menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-
sifat yang dimiliki oleh masing-masing data tersebut. Cara pengolahan data yang dikenal
ada tiga macam, secara manual, elektrikal dan mekanik.
c. Penyajian Data
Data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga macam penyajian data yang lazim
dipergunakan yakni secara tekstular, tabular dan grafikal.
d. Pemilihan Prioritas
MasalahHasil penyajian data akan memunculkan pelbagai masalah. Tidak semua masalah
dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan pemilihan prioritas masalah, dalam arti masalah
yang paling penting untuk diselesaikan.
Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :a. Scoring Technique
Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter yang dimaksud adalah :
1. Besarnya masalah2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan3. Kenaikan prevalensi masalah4. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut5. Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut terselesaikan6. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah7. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah.
Metode Hanlon Dalam metode Hanlon dibagi dalam 4 kelompok kriteria, masing-masing adalah :
19
1. Kelompok kriteria A = besarnya masalah2. Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalah3. Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan masalah4. Kelompok kriteria D = Pearl factor, dimana :
P = Kesesuaian E = Secara ekonomi murahA = Dapat diterimaR = Tersedianya sumber L = Legalitas terjamin
b. Non Scoring Technique Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai parameter, dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah :
1. Delphin TechniqueYaitu penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari.
2. Delbech TechniquePenetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta. Lalu diminta untuk mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan adalah prioritas.
d.3 Penyebaran Masalah Kesehatan
1. Penyebaran Menurut Waktu Pembagian macam penyebaran masalah kesehatan menurut waktu tergantung dari tujuan yang dimilki. Secara umum pembagian tersebut adalah:a. Penyebaran satu saatPenyebaran masalah kesehatan diukur pada saat tertentu.
- Point-source epidemic atau common source epidemic ialah suatu keadaan wabah yang ditandai oleh timbulnya
1) gejala penyakit yang cepat
2) masa inkubasi yang pendek,
3) episode penyakit merupakan peristiwa tunggal
4) muncul pada waktu tertentu saja, serta
20
5) lenyapnya penyakit dalam waktu yang cepat. - Contagious diseasese epidemic atau propagated epidemic ialah suatu keadaan wabah yang ditandai oleh 1) timbulnya penyakit yang pelan, 2) masa inkubasi yang panjang, 3) episode penyakit bersifat majemuk, 4) waktu munculnya penyakit tidak jelas, serta 5) lenyapnya penyakit dalam waktu yang lama.
b. Penyebaran satu kurun waktuPenyebaran masalah kesehatan menurut satu kurun waktu tertentu.
c. Penyebaran siklisPenyebaran masalah kesehatan yang frekwensinya naik atau turun menurut suatau siklus tertentu.
d. Penyebaran sekular Penyebaran masalah kesehatan yang mengalami perubahan yang cukup lama. Misalnya lebih dari 10 tahun.
2. Penyebaran Menurut Tempat Seringkali ditemukan suatu masalah kesehatan tertentu terjadi di suatu daerah tertentu saja, tetapi amat sedikit ditemukan di daerah lain. Penyebaran yang seperti ini disebut penyebaran menurut tempat terjadinya masalah kesehatan tesebut.
Dengan diketahuinya penyebaran menurut tempat ini, berbagai kajian lebih lanjut dapat dilakukan, misalnya kajian terhadap penyebab mengapa masalah kesehatan tersebut banyak ditemukan di suatu daerah, tidak di daerah lainnya.
Dengan membanding-bandingkan ciri khas dari masing-masing daerah, akan dapat diketahui penyebab tersebut, yang peranannya amat besar dalam membantu mencari jalan keluar penanggulangan masalah kesehatan yang dimaksud. Secara umum pembagiannya adalah :a. Penyebaran satu wilayahMasalah kesehatan hanya ditemukan di satu wilayah saja. b. Penyebaran beberapa wilayahMasalah kesehatan tergantung dari system pemerintahan yang dianut. c. Penyebaran satu negara (nasional)Masalah kesehatan ditemukan di semua wilayah yang ada di negara tersebut. d. Penyebaran beberapa negara (regional)Masalah kesehatan menyebar ke beberapa negara, baik dipengaruhi oleh keadaan geografis, hubungan komunikasi yang dimiliki, maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Penyebaran Menurut Ciri-ciri manusiaPenyebaran menurut ciri-ciri manusia dapat digunakan untuk mengetahui besarnya masalah kesehatn yang dihadapi dan di lain pihak keterangan yang diperoleh akan dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi masalah kesehatan yang dimaksud.
21
Dalam epidemiologi, ciri-ciri manusia yang maempengaruhi penyebaran masalah kesehatan dapat dibedakan atas beberapa macam, yakni :
a. Umurb. Jenis kelaminc. Golongan etnikd. Status Perkawinane. Pekerjaanf. Pendidikang. Status Sosial Ekonomi
d.4 Solusi
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.
a) Seluruh desa menjadi desa siaga
b) Seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
c) Seluruh keluarga sadar gizi
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
a) Setiap orang miskin mendapat pelayanan kesehatan yang bermutu
b) Setiap bayi, anak, ibu hamil dan kelompok masyarakat risiko tinggi
terlindung dari penyakit
c) Di setiap desa tersedia SDM kesehatan yang kompeten
d) Di setiap desa tersedia cukup obat essensial dan alat kesehatan dasar
e) Setiap puskesmas dan jaringannya dapat menjangkau dan dijangkau seluruh
masyarakat di wilayah kerjanya
f) Pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, puskesmas dan jaringannya
memenuhi standar mutu
3. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan.
a) Pembangunan kesehatan memperoleh prioritas penganggaran pemerintah
pusat dan daerah(min. 5% dari PDB)
b) Anggaran kesehatan pemerintah diutamakan untuk upaya pencegahan dan
promosi kesehatan
c) Terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi rakyat
miskin
22
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.
a) Setiap kejadian penyakit terlaporkan secara cepat kepada kepala desa/lurah
untuk kemudian diteruskan ke instansi kesehatan terdekat
b) Setiap kejadian luar biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi secara
cepat dan tepat sehingga tidak menimbulkan dampak kesehatan masyarakat
c) Semua sediaan farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan memenuhi syarat
d) Terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan
e) Berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based di seluruh
Indonesia
d.5 Sumber Data
Pada dasarnya identik dengan melakukan penelitian epidemiologi deskriptif. Tergantung dari tujuan yang dimiliki serta kemampuan Menurut Budiarto dan Anggraeni (2002:38), data yang dikumpulkan dapat berupa data primer dan sekunder :a. Sumber Data Primer
Sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan)
Instansi yang berhubungan dengan kesehatan (Depkes, Dinkes, BPS) Absensi (sekolah, industri, perusahaan) Data dari WHO (Population bulletin, Epidemiological report,
Populatian and vital Statistics report)b. Sumber Data Sekunder
Survei epidemiologi Pengamatan epidemiologi Penyaringan
Azwar (1999:52) menyatakan bahwa sumber data masalah kesehatan dapat diperoleh dari :
Catatan dan laporan peristiwa kehidupan (vital record) Catatan dan laporan masah penyakit Catatan dan laporan instansi khusus Hasil survei Hasil sensus penduduk
yang tersedia maka penelitian epidemiologi deskriptif banyak macamnya, antara lain :
1. Sensus
23
Yang banyak dilakukan adalah sensus penduduk. Namun tujuan utama
dari sensus penduduk bukanlah untuk mengumpulkan data kesehatan,
melainkan data kependudukan, sehingga keterangan tentang masalah
kesehatan yang dimiliki tidak memadai.
Memerlukan dana dan tenaga yang cukup besar.
2. Survai Khusus
Lebih praktis daripada sensus karena membutuhkan dana, tenaga, sarana
dan waktu yang lebih sedikit.
Survai khusus dalam bidang penyakit disebut dengan survai penyakit.
Secara umum dapat dibedakan 2 macam :
a. Survai insiden penyakit
- Data yang dikumpulkan adalah
kasus baru
- Hasil lebih dapat dipercaya oleh
karena pertanyaan yang diajukan masih dalam batas daya ingat
seseorang
- Tidak menggambarkan keadaan
kesehatan suatu masyarakat oleh karena kasus-kasus lama tidak
tercatat
b. Survai prevalen penyakit
- Data yang dikumpulkan adalah
semua peristiwa penyakit (kasus baru dan kasus lama)
- Data lebih lengkap sehingga dapat
menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat
- Kebenaran data sedikit diragukan
terutama tentang penyakit yang telah lama terjadi
3. Penjaringan kasus / Screening
Dikembangkan karena ditemukan kesulitan pada cara sensus atau
survai khusus dan juga karena sering yang dibutuhkan hanya data untuk
masalah kesehatan tertentu saja
4. Pencarian kasus (Case Finding)
24
- Merupakan salah satu cara penanggulangan wabah
- Tujuannya untuk menemukan sumber penularan dan atau mencari
ada tidaknya penderita baru di masyarakat
- Ada 2 macam :
a. Pencarian kasus aktif (active case finding)
Cara kerja = screening
Bedanya dengan skrining adalah kelompok masyarakat yang
dituju dalam pencarian kasus aktif adalah mereka yang
dicurigai terkena penyakit
Petugas mendatangi daerah yang terkena wabah
Ada 2 macam :
a.1. Cara telusur ke belakang (backward tracing)
Tujuan utamanya untuk mencari sumber penularan
Dikumpulkan data tentang orang-orang yang pernah
berhubungan dengan penderita sebelum penderita
tersebut sakit
a.2. Cara telusur ke depan (forward tracing)
untuk mencari kasus baru
Dikumpulkan data tentang orang-orang yang pernah
berhubungan dengan penderita setelah penderita tersebut
terserang penyakit
b. Pencarian kasus pasif (passive case finding)
Data diperoleh dengan hanya menunggu penderita yang datang
berobat ke satu fasilitas kesehatan saja.
5. Survailen (Surveillance)
Adalah suatu pengamatan terhadap suatu masalah kesehatan
yang dilakukan secara terus menerus
Banyak dilakukan pada keadaan pada keadaan wabah
Tujuan utama : menganalisa keadaan wabah yang dihadapi.
Jika dalam pengamatan masih ditemukan kasus baru
berarti wabah belum berhenti
Ada 2 macam :
a. Survailen aktif (active surveillence)
25
Pengamatan kasus langsung ke lapangan
b. Survailen pasif (passive surveillence)
Tidak langsung yakni hanya melalui laporan yang diterima saja.
Dari 5 cara penemuan masalah kesehatan tersebut di atas semua menghasilkan data yang bersifat deskriptif namun tidak semuanya merupakan penelitian deskriptif yang murni
- Screening
- Case Finding
- Survailance
Tidak memperhatikan masalah
sample yang representative
- Sensus
- Survai khususPenelitian epidemiologi deskriptif
Penelitian epidemiologi deskriptif yang banyak dilakukan adalah survai khusus penyakit, baik survai insiden maupun prevalen penyakit Pengumpulan data dilakukan dari sekelompok masyarakat (sample) yang representative.
d.6 Indikator Kesehatan Nasional
4.7.1 Definisi Indikator
Terdapat banyak literatur yang menyebutkan tentang definisi indikator.
Beberapa di antaranya yang cukup baik adalah sebagai berikut.
a. Indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan
perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung (WHO,
1981).
b. Indikator adalah suatu ukuran tidak langsung dari suatu kejadian atau
kondisi. Misalnya berat badan bayi berdasarkan umur adalah indikator bagi
status gizi bayi tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993).
c. Indikator adalah statistik dari hal normatif yang menjadi perhatian kita yang
dapat membantu kita dalam membuat penilaian ringkas, komprehensif,
dan berimbang terhadap kondisi-kondisi atau aspek-aspek penting dari suatu
masyarakat (Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika
26
Serikat, 1969).
d. Indikator adalah variabel-variabel yang mengindikasi atau memberi petunjuk
kepada kita tentang suatu keadaan tertentu, sehingga dapat digunakan
untuk mengukur perubahan (Green, 1992).
Dari definisi tersebut di atas jelas bahwa indikator adalah variabel yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan
dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari
waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara
keseluruhan, tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk (indikasi) tentang
keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan (proxy). Misalnya,
insidens diare yang didapat dari mengolah data kunjungan pasien Puskesmas
hanya menunjukkan sebagian saja dari kejadian diare yang melanda
masyarakat.
4.7.2 Persyaratan indikator
Untuk memudahkan mengingat persyaratan apa saja yang harus
dipertimbangkan dalam menetapkan indikator, disampaikan rumusan
dalam istilah Inggeris, yang dapat disingkat menjadi SMART., yaitu Simple,
Measurable, Attributable, Reliable, dan Timely. Jadi, sesuai dengan rumusan
itu, persyaratan yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan indikator
adalah:
a. (S)IMPLE - yaitu SEDERHANA. Artinya indikator yang ditetapkan sedapat
mungkin sederhana dalam pengumpulan data maupun dalam rumus
penghitungan untuk mendapatkannya.
b. (M)EASURABLE - yaitu DAPAT DIUKUR. Artinya indikator yang
ditetapkan harus merepresentasikan informasinya dan jelas ukurannya.
Dengan demikian dapat digunakan untuk perbandingan antara satu tempat
dengan tempat lain atau antara satu waktu dengan waktu lain. Kejelasan
pengukuran juga akan menunjukkan bagaimana cara mendapatkan datanya.
c. (A)TTRIBUTABLE - yaitu BERMANFAAT. Artinya indikator yang
ditetapkan harus bermanfaat untuk kepentingan pengambilan keputusan. Ini
berarti bahwa indikator itu harus merupakan pengejawantahan dari informasi
yang memang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Jadi harus spesifik
27
untuk pengambilan keputusan tertentu.
d. (R)ELIABLE - yaitu DAPAT DIPERCAYA. Artinya indikator yang
ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar,
dan teliti. Indikator yang tidak/belum bisa didukung oleh pengumpulan data
yang baik, benar, dan teliti, seyogianya tidak digunakan dulu.
e. (T)IMELY - yaitu TEPAT WAKTU. Artinya indikator yang ditetapkan harus
dapat didukung oleh pengumpulan dan pengolahan data serta pengemasan
informasi yang waktunya sesuai dengan saat pengambilan keputusan
dilakukan.
4.7.3 Jenis indikator
Sesuai dengan uraian dalam definisi indikator, terdapat paling sedikit
tiga jenis indikator, yaitu:
a. indikator berbentuk absolut,
Indikator berbentuk absolut adalah indikator yang hanya berupa pembilang
saja, yaitu jumlah dari sesuatu hal/kejadian. Biasanya digunakan untuk
sesuatu yang sangat jarang, seperti misalnya kasus meningitis di Puskesmas.
b. indikator berbentuk proporsi, dan
Indikator berbentuk proporsi adalah indikator yang nilai resultantenya
dinyatakan dengan persen karena embilangnya merupakan bagian dari
penyebut. Misalnya proporsi Puskesmas yang memiliki dokter terhadap
seluruh Puskesmas yang ada.
c. indikator berbentuk angka atau rasio.
Indikator berbentuk angka adalah indikator yang menunjukkan frekuensi dari
suatu kejadian selama waktu (periode) tertentu. Biasanya dinyatakan dalam
bentuk per 1000 atau per 100.000 populasi (konstanta atau k). Angka atau
rate adalah ukuran dasar yang digunakan untuk melihat kejadian penyakit
karena angka merupakan ukuran yang paling jelas menunjukkan probabilitas
atau risiko dari penyakit dalam suatu masyarakat tertentu selama periode
tertentu. Misalnya angka malaria di kalangan anak balita yang dihasilkan dari
pembagian jumlah kasus malaria anak balita
28
4.7.4 Klasifikasi Indikator
Untuk menyederhanakan penetapan Indikator Menuju Indonesia Sehat
2010, maka uraian indikator, baik untuk Indonesia Sehat, Provinsi Sehat,
maupun Kabupaten/Kota Sehat, dikelompokkan ke dalam kategori sebagai
berikut.
a. Indikator Hasil Akhir, yaitu Derajat Kesehatan. Indikator Hasil Akhir yang
paling akhir adalah indikator-indikator mortalitas (kematian), yang
dipengaruhi oleh indikator-indikator morbiditas (kesakitan) dan indikator
status gizi.
b. Indikator Hasil Antara. Indikator ini terdiri atas indikator-indikator ketiga
pilar yang mempengaruhi hasil akhir, yaitu indikator-indikator keadaan
lingkungan, indikator-indikator perilaku hidup masyarakat, serta
indikatorindikator akses dan mutu pelayanan kesehatan.
c. Indikator Proses dan Masukan. Indikator ini terdiri atas indikator-indikator
pelayanan kesehatan, indikator-indikator sumber daya kesehatan, indikator-
indikator manajemen kesehatan, dan indikator-indikator kontribusi sektor-
sektor terkait.
d.7 Derajat Kesehatan
a. Definisi :Tingkat kualitas kesehatan masyarakat dilihat berdasarkan indikator kesehatan masyarakat yaitu: Angka kematian Ibu(AKI), Angka Kematian Bayi(AKB), Umur Harapan Hidup(UHH), dan status Gizi
b. Ruang Lingkup :Menurut UU No.23 tahun 1992, ruang lingkup dari derajat kesehatan adalah keadaan bangasa Indonesia yang sehat. Yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas penyakit, cacat, dan kelemahan sehingga dapat hidup produktif secara sosial ekonomi.
c. Kriteria :Derajat kesehatan yang optimal dapat dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya yaitu morbiditas dan status gizi masyarakat.
KUALITAS HIDUP
29
Tingkat kualitas hidup masyarakat dapat dilihat berdasarkan kualitas status kesehatan masyarakat. Ada empat aspek yang dapat dihbungkan dengan masalah status kesehatan yaitu faktor keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku masyarakat, dan faktor lingkungan. Semuanya saling berhubungan satu sama lain demi tercapainya status kesehatan masyarakat yang berkualitas. Bila status kesehatan masyarakat berkualitas, maka bertambahlah derajat kualitas kehidupan masyarakat.
MORTALITASGambaran perkembangan derajat kesehatan mayarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu, kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian.
MORBIDITASAngka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan dalam hal ii bersumber dari puskesmas maupun dari sarana pelayanan kesehatan ( facility based data) yang diperoleh melalu sistem pencatatan dan pelaporan
STATUZ GIZIStatus Gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator. Antara lain bayi dengan Berat Badan Rendah (BBLR), Satus gizi balita, status gizi wanita subur kurang energi protein (WUS KEK)
(sumber: Buku Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2010)
d.8 Perbedaan di Negara maju dengan Negara berkembang
No. Negara Berkembang Negara Maju
1 Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
Masyarakat sudah dapat hidup sehat.
2 Mengatasi masalah kesehatan dengan preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Mengatasi masalah kesehatan dengan program primary, sekunder, dan
30
tersier.
3 Meningkatnya upaya kesehatan lingkungan.
Ada medical care service yang available dan accessible.
4 Meningkatnya status gizi masyarakat.
Status gizi tidak menjadi masalah.
5 Menurunnya angka kesakitan dan kematian.
Degeneratif meningkat akibat lifestyle(gaya hidup).
5. Konsep Sehat-Sakit
5.1 Definisi
1. Konsep Sehata. Definisi sehat: Menurut WHO: keadaan sempurna fisik, mental, social tidak hanya bebas Dario
penyakit atau kelemahan. Menurut White: keadaan seseorang jika saat diperiksa tidak ada penyakit dan keluhan. Menurut UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992: merupakan kondisi yang sempurna
baik fisik maupun mental, dan mampu melakukan aktifitas produktif.
b. Pembagian konsep sehat menurut Journal Concepts of Health and Ill Health Konsep sehat holistic: keyakinan bahwa menjadi sehat berarti tanpa gangguan
fisik/penyakit dan nyaman secara emosional. Konsep sehat positif: keyakinan bahwa menjadi sehat hanya akan tercapai dengan
adanya upaya terus menerus seperti menjaga makanan dan olahraga teratur. Konsep sehat negatif: keyakinan bahwa menjadi sehat adalah tidak adanya penyakit
berat.
c. Landasan-landasan menentuan konsep sehat (Edelaman dan Mendell 1994) Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
2. Konsep Sakita. Definisi Sakit: Menurut Perkins: Suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang
sehingga mengalami gangguan aktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani, rohani, dan social.
Menurut Reverely: Ketidakselarasan antara lingkungan dan individu. Menurut New Webster Dictionary: Keadaan yang ditandai dengan perubahan
gangguan nyata.
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi sakit:
31
Faktor internal (persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami, asal/jenis penyakit)
Faktor eksternal (gejala yang dapat dilihat, kelompok social, latar belakang budaya, ekonomi, kemudahan akses terhadap system pelayanan, dan dukungan sosial)
c. Keadaan sakit ditunjukkann oleh: Keadaan moral yang buruk. Feel Unwell, tidak aman, tiodak senang, sakit hati, perasaan kekurangan. Keadaan tubuh yang tidak sehat akibat dari proses penyakit. Perubahan perasaan nyata (symptom). Kriteria menyatakan sakit: Keadaan manifestasi unit. Persepsi diri yang dirasakan. Ketidakmampuan dalam melaksanakan fungsi normal.
d. Tahapan sakit: Pengenalan gejala. Asumsi peranan sakit. Kontak dengan pelayanan kesehatan. Ketergantungan Si sakit. Penyembuhan dan rehabilitasi.
e Dampak Sakit: Terhadap perilaku dan emosi klien: setiap orang memeliki reaksi yang berbeda-beda
tergantung asal penyakit. Terhadap peran keluarga: setiap orang memiliki peran dalam kehidupan si sakit,
seperti Ayah mencari nafkah untuk membantu pengobatan anaknya yang sakit. Terhadap citra tubuh: Citra tubuh merupakan konsep subyektif seseorang terhadap
penampilan fisiknya. Terhadap konsep diri: konsep diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya
sendiri, mencangkup bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.
Terhadap dinamika keluarga. Dinamika keluarga merupakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya.
Sehat
Menderita penyakit karena daya tahan pejamu berkurang
32
Menderita penyakit karena kemampuan bibit penyakit meningkat
Menderita penyakit karena lingkungan berubah
Seseorang dikatakan sehat atau sakit jika :
Keterangan :Pejamu : Semua factor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya serta perjalanan suatu penyakit (contoh : factor keturunan, umur, jenis kelamin).
Bibit penyakit : Suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau ketidakhadirannya dapat mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.
KESIMPULAN
Sebagai seorang dokter harus mengetahui ilmu epidemiologi serta masalah kesehatan yang
ada saat ini serta mampu memprioritaskan masalah kesehatan tersebut sehingga dapat
melakukan tindakan tepat.
33
top related