resume pert. 1

48
RESUME SKENARIO 1 MASALAH KESEHATAN Oleh : Kelompok E Tamzila Akbar Nila Sandhi 112010101061 Cynthia Damayanti 112010101062 Hilwa Alfi Fauziah 112010101063 Aisyiyah Alviana Agustin 112010101064 Zhara Vida Zhubika 112010101065 Rastra Defa Sari 112010101066 Putu Ratih Pradnyani Dewi 112010101067 Natasha Amelia 112010101069 I Gede Prima Julianto 112010101070 Stefen Andrean 112010101071 Hanifa Rosyida Rizqi C 112010101072 Olyvia Yulyani K.P 112010101073 Fairuztya Naila Maris 112010101074 FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Upload: juzt-zhara

Post on 29-Oct-2015

72 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

uj

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Pert. 1

RESUME

SKENARIO 1

MASALAH KESEHATAN

Oleh : Kelompok E

Tamzila Akbar Nila Sandhi 112010101061

Cynthia Damayanti 112010101062

Hilwa Alfi Fauziah 112010101063

Aisyiyah Alviana Agustin 112010101064

Zhara Vida Zhubika 112010101065

Rastra Defa Sari 112010101066

Putu Ratih Pradnyani Dewi 112010101067

Natasha Amelia 112010101069

I Gede Prima Julianto 112010101070

Stefen Andrean 112010101071

Hanifa Rosyida Rizqi C 112010101072

Olyvia Yulyani K.P 112010101073

Fairuztya Naila Maris 112010101074

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2011

1

Page 2: Resume Pert. 1

SKENARIO 1 :

MASALAH KESEHATAN

Dokter Sule, dokter baru lulusan OVJ, merasa tergerak hatinya untuk megabdikan

ilmu yang baru didapatnya setelah menerima surat penempatan di PKM Sumber Baru. Beliau

berpikir keras menentukan masalah-masalah kesehatan di daerah pegunungan tersebut yang

perlu diselesaikan.

Suatu hari beliau berjalan-jalan untuk melihat kondisi PKM yang baru ditempatinya.

Di dinding beberapa ruang terpampang berbagai data mengenai karakteristik demografi

wilayah, dll. Disana juga terdapat keterangan mengenai macam-macam penyakit yang

terdiagnosis di PKM, prevalensi serta insidensi penyakit seperti diare, Infeksi Saluran

Pernapasan Akut, hipertensi dll dalam 1 tahun. Ada juga data mengenai angka kelahiran,

angka kematian, jumlah kematian ibu melahirkan dan case fatality rate. Data-data tersebut

dapat digunakan untuk menetukan masalah kesehatan yang sedang berkembang di wilayah

kerjanya, menentukan prioritas, menentukan faktor risiko, hubungan sebab akibat dan yang

terkait dengan berbagai masalah kesehatan lainnya. Dalam hati beliau berkata, “Dokter

sebelumku sudah cukup detail, tapi kenapa masalah pengelolaan obat tidak tercantum sama

sekali?”.

2

Page 3: Resume Pert. 1

Klarifikasi Istilah

1. Demografi

Adalah ilmu yang mempelajari gambaran bangsa ( ilmu kependudukan)

2. Prevalensi

Adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang terjangkit dalam titik waktu tertentu.

3. Insidensi

Adalah frekuensi penyakit baru pada suatu wilayah tertentu dalam titik waktu tertentu.

4. Case Fatality Rate

Adalah Jumlah seluruh kematian karena satu penyebab dalam jangka waktu tertentu

dibagi dengan jumlah seluruh penderita pada waktu yang sama dalam persen atau

permil.

5. Angka kelahiran dan angka kematian

Angka kelahiran : Banyaknya bayi yang lahir tiap seribu penduduk dalam satu

tahun.

Angka Kematian : Jumlah kematian yang dicatat dalam satu tahun per 1000

penduduk ada pertengahan tahun yang sama

6. ISPA

Adalah penyakit infeksi pada salauran pernapasan atas yang disebabkan oleh

masuknya kuman mikroorganisme (bakteri dan virus) ke dalam organ saluran

pernapasan yang berlangsung selama 14 hari.

7. Hipertensi

Adalah tekanan darah arterial tinggi; berbagai kriteria sebagai batasannya berkisar

dari sistol 140 mm Hg dan diastol 90 mm Hg hingga setinggi sistol 200 mm Hg dan

diastol 110mmHg.

8. Faktor Risiko

Adalah menurut buku diagnosa klinis awal, faktor resiko adalah kelainan yang

dimiliki seseorang yang menyebabkan seseorang itu menderita penyakit. Biasanya

dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, lingkungan fisik, lingkungan biologis,

sosial, dan pelayanan kesehatan.

9. Pengelolaan obat

3

Page 4: Resume Pert. 1

Adalah serangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan, pengadaan,

pendistribusian dan penggunaan obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin

tercapainya ketetapan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan, dengan

memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan

perangkat lunak (metode dan tata laksana) dalam upaya mencapai tujuan yang

ditetapkan di berbagai tingkat unit kerja.

Menetapkan Permasalahan

Dari skenario 1 “Masalah Kesehatan”, kelompok kami mendapatkan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Epidemiologi

1.1 Ruang lingkup

1.2 Macam-macam

1.3 Peran dalam dunia kedokteran

1.4 Segitiga Epidemiologi

1.5 Deskripsi Insidensi dan Prevalensi

2. Indonesia sehat 2015

2.1 Visi dan Misi

2.2 Strategi pencapaian

2.3 Hambatan pencapaian

2.4 Program-program pemerintah

2.5 Hubungan dengan MDGs

3. Pengelolahan Obat

3.1 Tahapan

3.2 Pengawasan

3.3 Hambatan-hambatan

4. Masalah Kesehatan

4.1 Triple Burden Disease

4.2 Prioritas Masalah Kesehatan

4.3 Penyebaran masalah kesehatan

4.4 Solusi

4.5 Sumber data

4

Page 5: Resume Pert. 1

4.6 Indikator kesehatan nasional

4.7 Derajat Kesehatan

4.8 Perbedaan antara Negara maju dengan Negara berkembang

5. Konsep sehat- sakit

5.1 Definisi

Tujuan :

1. Mengetahui seluk beluk epidemiologi

2. Mengetahui derajat kesehatan di Negara maju dan Negara berkembang

3. Mengetahui dan memahami konsep sehat dan sakit

4. Mengetahui tentang Indonesia sehat 2015

5. Mengetahui indicator kesehatan nasional

6. Mengetahui penerapan MDGs di Indonesia

7. Mengetahui visi dn misi dari Indonesia sehat 2015

8. Dapat menentukan royalitas kita di dunia kerja sehingga bisa mengerti

permasalahan yang berkembang.

9. Mengetahui pengelolaan obat di Negara maju dan Negara berkembang

10. Mengetahui penyebaran masalah kesehatan

11. Mengambil sikap yang tepat terhadap pengelolaan obat

12. Dapat mengetahui prioritas masalah kesehatan

13. Memahami triple burden of disease

MIND MAP

5

Page 6: Resume Pert. 1

Analisis Masalah

1. EPIDEMIOLOGI

6

EpidemiologiEpidemiologi

Masalah Kesehatan

Masyarakat

Masalah Kesehatan

Masyarakat

Konsep Sehat dan Sakit

Konsep Sehat dan Sakit

Pengelolaan ObatPengelolaan Obat

Indonesia Sehat 2015

Indonesia Sehat 2015

1. Ruang Lingkup2. Macam-macam3. Peran di kedokteran4. Segitiga Epidemiologi

Deskripsi Insidensi dan Prevalensi

Definisi

1.Visi & Misi2.Strategi3.Program4.Hambatan5.Hub.

MDGs

1. Triple Burden Disease

2. Prioritas 3. Penyebaran4. Solusi5. Sumber Data6. Indikator7. Perb. antara Negara

maju & brkembang

1. Tahapan2. Pengawasan3. Hambatan

Page 7: Resume Pert. 1

1.1. Macam

1. Epidemiologi Deskriptif

o Hanya mempelajari tentang frekwensi dan penyebaran suatu masalah

kesehatan saja, tanpa memandang perlu mencarikan jawaban terhadap faktor-

faktor penyebab.

o Menjawab pertanyaan who, where dan when dari timbulnya suatu masalah

kesehatan.

2. Epidemiologi Analitik

o Mencakup pencarian jawaban terhadap penyebab terjadinya frekwensi,

penyebaran dan munculnya suatu masalah kesehatan.

o Menjawab pertanyaan why dari timbulnya suatu masalah kesehatan.

Selanjutnya dianalisa hubungannya dengan akibat yang ditimbulkan.

Penyebab : menunjuk pada faktor-faktor yang mempengaruhi

Akibat : menunjuk pada frekwensi, penyebaran serta timbulnya suatu

masalah kesehatan.

Perbedaan Epidemiologi Deskriptif dan Epidemiologi Analitik :

Epidemiologi Deskriptif Epidemiologi Analitik

Hanya menjelaskan keadaan

suatu masalah kesehatan

( Who, Where, When)

Pengumpulan, pengolahan,

penyaji-an dan interpretasi

data hanya pada satu

kelompok masyarakat saja

Tidak bermaksud

membuktikan suatu hipotesa

Juga menjelaskan mengapa

suatu masalah kesehatan

timbul di masyarakat (Why)

Pengumpulan, pengolahan,

penyajian dan intepretasi data

dilakukan pada dua kelompok

masyarakat

Bermaksud membuktikan

suatu hipotesa

3. Epidemiologi Eksperimental

7

Page 8: Resume Pert. 1

o Menguji kebenaran suatu data dengan cara melakukan percobaan dan intervensi

pada suatu masalah kesehatan

Ketiga jenis epidemiologi ini tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya, saling

berkaitan dan mempunyai peranan masing-masing sesuai tingkat kedalaman

pendekatan epidemiologi yang dihadapi. Secara umum dapat dikatakan bahwa

pengungkapan dan pemecahan masalah epidemiologi dimulai dengan epidemiologi

deskriptif, lalu diperdalam dan dianalisa dengan epidemiologi analitik, selanjutnya

disusul dengan melakukan epidemiologi eksperimental untuk menguji kebenarannya.

1.2. Ruang Lingkup

Menurut Azwar (1999:15), ruang lingkup epidemiologi adalah :

1. Subjek dan objek epidemiologi adalah masalah kesehatan

2. Masalah kesehatan yang dimaksud menunjuk pada masalah kesehatan yang

ditemukan pada sekelompok manusia.

3. Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan dimanfaatkan

data tentang frekwensi dan penyebab penyebaran masalah kesehatan tersebut.

Bustan (2006:13) mengemukakan bahwa ruang lingkup epidemiologi dalam

masalah kesehatan tersebut dapat meliputi 6E :

1. etiologi: mengidentifikasimasalah

2.efikasi:daya optimal yang diperoleh dari adanya intervensi kesehatan

3. efektivitas: besarnyahasil yang dapatdiperolehdarisuatutindakan

4. efisiensi: sebuahkonsepekonomi yang melihatpengaruh yang

dapatdiperolehberdasarkanbiaya yang diberikan

5. evaluasi: penilaiansecarakeseluruhankeberhasilansuatupengobatanatau

program kesmas

6. edukasi:

peningkatanpengetahuantentangkesehatanmasyarakatsebagaibagiandaripencegahn

penyakit.

1.3. Peran dalam kedokteran

8

Page 9: Resume Pert. 1

Sebagai metode investigasi, epidemiologi merupakan landasan bidang

kesehatan masyarakat dan pencegahan. Epidemiologi digunakan untuk menentukan

kebutuhan akan program-program pengendalian penyakit, untuk mengembangkan

program pencegahan, dan kegiatan pecegahan layanan, serta untuk menetapkan pola

penyakit endemik, epidemik, pandemik, atau sporadik.

1.4. Segitiga Epidemiologi

Keterkaitan 4 faktor epidemiologi sering berkontribusi dalam terjadinya KLB

suatu penyakit. Keempat faktor tersebut meliputi (1) peran pejamu, (2) agens atau

organisme penyebab suatu penyakit, (3) keadaan lingkungan yang dibutuhkan

penyakit untuk berkembang pesat, bertahan, dan menyebar, serta (4) permasalahan

yang berkaitan dengan waktu.

Keterkaitan antara berbagai faktor yang berkontribusi dalam KLB penyakit

akan lebih dipahami jika disajikan dalam bentuk model. Model ini berguna untuk

memperlihatkan interaksi dan ketergantungan satu sama lainnya antara lingkungan,

agens, pejamu, dan waktu seperti yang digunakan dalam investigasi penyakit dan

epidemi. Segitiga epidemiologi ini didasarkan pada model penyakit menular.

1. Agens :

penyebab suatu penyakit

bakteri, virus, penyakit, jamur, atau kapang merupakan penyebab penyakit

infeksikus

juga dapat berupa zat kimia, faktor fisik, defisiensi gizi, atau beberapa

substansi lain

2. Pejamu:

tempat persinggahan penyakit

pejamu bisa terkena ataupun tidak terkena penyakit

faktor yang menentukan efek yang dapat ditimbulkan organisme terhadap

tubuh

- tingkat imunitas

- susunan genetik

- tingkat pajanan

- status kesehatan

9

Page 10: Resume Pert. 1

- kebugaran tubuh

- kemampuan organisme (agens) menerima lingkungan baru

3. Lingkungan:

merupakan kondisi luar dari manusia atau hewan yang menyebabkan atau

memungkinkan penularan penyakit

faktor-faktor lingkungan mencakup: biologis, sosial budaya, dan fisik

lingkungan

lingkungan bagi agens adalah efek dari lingkungan terhadap agens itu sendiri

dapat berada di luar atau di dalam pejamu

4. Waktu:

mempengaruhi masa inkubasi, harapan hidup pejamu, atau organisme, durasi

perjalanan penyakit atau kondisi

berapa lama seseorang terinfeksi atau keparahan penyakit

1.5. Deskripsi Insidensi dan Prevalensi

a. Insidensi

10

Page 11: Resume Pert. 1

Insidensi merupakan salah satu ukuran untuk menetapkan KLB. Insidensi

menjelaskan sampai sejauh mana seseorang –di dalam populasi yang tidak

menderita penyakit- terserang penyakit selama periode waktu tertentu

(Timmreck, 2007:5)

Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya

harus diketahui terlebih dahulu data tentang jumlah penderita baru dan jumlah

penduduk yang mungkin terkena penyakit baru ( Population at Risk ).

Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

i. Incidence Rate

Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu

jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah

penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan

jangka waktu yang bersangkutan. Dirumuskan :

Perhitungan Penduduk Pertengahan Tahun :

Jika diketahui Jumlah Penduduk pada 1 Januari dan 31 Desember pada

tahun yang sama, maka penghitungan jumlah penduduk pertengahan tahunnya

adalah :

Bila diperoleh Jumlah Penduduk pada 1 Maret dan 31 Desember, maka

Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun :

11

Page 12: Resume Pert. 1

Manfaat Incidence Rate adalah :

Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi

Mengetahui Resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi

Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu

fasilitas pelayanan kesehatan.

ii. Attack Rate

Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu

saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit

tersebut pada saat yang sama. Dirumuskan :

Manfaat Attack Rate adalah :

Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit. Makin

tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan Penularan Penyakit

tersebut.

iii. Secondary Attack Rate

Adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada

serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi

orang/penduduk yang pernah terkena penyakit pada serangan pertama. Biasa

digunakan menghitung suatu panyakit menular dan dalam suatu populasi yang

kecil ( misalnya dalam Satu Keluarga ). Dirumuskan :

12

Page 13: Resume Pert. 1

b. Prevalensi

Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang mengalami penyakit,

gangguan, atau kondisi tertentu pada satu titik waktu. (Timmreck, 2007:5 )

Prevalensi merupakan gambaran tentang frekwensi penderita lama dan

baru yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat

tertentu. Pada perhitungan angka Prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk

baik orang/penduduk yang Kebal atau Penduduk dengan Resiko (Population at

Risk).

Timmreck (2007:5) mengemukakan bahwa prevalensi berpegang teguh

pada dua faktor :

1) Berapa banyak orang yang mendapatkan penyakit itu

sebelumnya(berdasarkan insidensi terdahulu).

2) Durasi atau lamanya kejadian penyakit itu dalam populasi.

Prevalensi bertujuan untuk memberitahukan tentang derajat penyakit yang

sedang berlangsung dalam populasi pada satu titik waktu.

i. Period Prevalence Rate

Yaitu jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan

pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada

pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.

Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit

diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.

Dirumuskan :

13

Page 14: Resume Pert. 1

ii. Point Prevalence Rate

Adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat

dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk

mengetahui mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

Dirumuskan :

c. Hubungan prevalence dan incidence

Sesuai dengan keterangan di atas tampak bahwa insiden merupakan

ukuran yang tidak mudah untuk didapat, sedangkan prevalensi relatif lebih

mudah. Pada kondisi yang tetap, dimana baik pelayanan kesehatan maupun

kekuatan penularan penyakit tidak berubah, maka rumus untuk hubungan

prevalensi dan insiden adalah :

P = I x D

Keterangan :

P = Prevalen

I = Insiden

D = Lama sakit (duration of illness)

Rumus hubungan Insidensi dan Prevalensi tersebut hanya berlaku jika

dipenuhi 2 syarat, yaitu :

14

Page 15: Resume Pert. 1

Nilai Insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan : Tidak

menunjukkan perubahan yang mencolok.

Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil : Tidak menunjukkan

perubahan yang terlalu mencolok.

Bila usaha pencegahan berhasil insiden akan menurun, sebaliknya bila

pencegahan tidak berhasil, insiden tetap atau bahkan bertambah.

Lama sakit ditentukan oleh keberhasilan pengobatan. Bila pengobatan

menyembuhkan penderita, prevalen turun walaupun insiden tetap. Prevalen pun

akan turun bila penyakit mematikan dalam waktu singkat (misalnya rabies).

Walaupun insiden tinggi prevalen akan tetap rendah. Sebaliknya pengobatan yang

tidak menyembuhkan penderita tetapi dapat memperpanjang hidupnya,justru akan

meningkatkan prevalen penyakit tersebut. Jadi, angka prevalensi dipengaruhi oleh

tingginya insidensi dan lamanya sakit/ durasi penyakit.

2.1 VISI dan MISI

Visi dan Misi Indonesia Sehat 2015 dalam “Indikator Indonesia Sehat 2015

& Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat & Kabupaten/Kota Sehat” yang

dikeluarkan oleh Menkes dr. Ahmad Sujudi (2003) adalah sebagai berikut :

VISI

1. Hidup dalam lingkungan yang sehat

2. Mempraktekkan perilaku hidup bersih & sehat

3. Mampu menyediakan, memanfaatkan dan menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu

4. Memiliki derajat kesehatan yang tinggi

MISI

1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan

2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

3. Memelihara & meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata &

terjangkau

15

Page 16: Resume Pert. 1

4. Memelihara & meningkatkan kesehatan individu, keluarga & masyarakat

termasuk lingkungannya

2.2 Strategi pencapaian

1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat

2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas

3. Meningkatkan system surveillance, monitoring dan informasi kesehatan

4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan

2.3 Hambatan

1. Kurang berkembangnya ilmu pengetahuan berbasis bioteknologi sehingga kasus

seperti flu birung berlarut larut

2. Kurang seriusnya lembaga” terkait dalam menanggulangi berbagai penyakit,

sehingga berpengaruh terhadap penyakit degenerative

3. Adanya exsploitasi alam yang berpengaruh terhadap rehabilitasi lingkungan

sehingga berakibat menurun nya daya dukung lingkungan sehingga penyakit

inveksi dan degenerative terus berkembang

2.4 Program-Program Pemerintah

a. Desentralisasi

b. Pembangunan berwawasan kesehatan

c. JPKM (jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat)

d. Profesionalisme. (Profesionalisme diterapkan untuk melaksanakan misi

pembangunan kesehatan)

2.5 Hubungan Dengan MDGs :

1. Pengentasan kemiskinan dan lelaparan yang ekstrim

2. Pemerataan pendidikan dasar

3. Mendukung adanya persamaan jender dan pemberdayaan perempuan

4. Mengurangi tingkat kematian anak

5. Meningkatkan kesehatan ibu

6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya

16

Page 17: Resume Pert. 1

7. Menjamin daya dukung lingkungan hidup

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

3.1 Tahapan

a. Perencanaan dan pemilihan obat

b. Pengadaan

c. Distribusi dan penyimpanan

d. Penggunaan dan pengawasan

3.2 Pengawasan

Perlunya pengawasan, pengendalian, dan pengadaan, dan

pengaturan obat, makanan,kosmetik dan alat kesehatan sangat

bertujuan guna memperluas serta meningkatkan mutu terhadap

kesehatan dengan jalan mencukupi persediaan yang sangat

bermutu tinggi bahkan dapat tersebar merata dengan harga yang

dapat dijangkau oleh masyarakat luas.

Diawasi oleh BPOM dan FDA

Misi pengawasan dan pengendalian:

1. Safety

2. Efficacy

3. Truthful labeling

3.3 Hambatan

Dilihat dari segi:

a) Masalah pemilihan dan pengadaan

1. Jumlah obat ternyata terlalu banyak dipesan

2. Jenis obat tertentu tidak pernah digunakan

3. Kehabisan jenis obat tertentu

4. Obat yang datang tidak sesuai dengan yang dipesan

5. Harga obat yang terlalu mahal

b) Distribusi

Meliputi kegiatan pengendalian persedian obat, dan penyimpanan.

Distribusi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

17

Page 18: Resume Pert. 1

1. Sentralisasi, seluruh kebutuhan user disuplai dari gudang pusat

2. Desentralisasi, Seluruh kebutuhan user disuplai dari

depo(satelit) yang berada di dekat atau di sekitar user

Pengendalian Persediaan Obat

Menjaga keseimbangan antara penyimpanan persediaan dengan biaya

yang dibutuhkan untuk menyimpan persediaan tersebut

Penyimpanan Obat

Kegiatan penyimpanan obat meliputi:

1. Pengaturan tata ruang

2. Penyusunan stok obat

3. Pencatatan stok obat

4. Pengamatan

c) Penggunaan dan pengawasan

Penggunaan obat merupakan salah satu mata rantai yang tidak

dapat dipisahkan dari kegiatan pengelolaan obat yang lain,

yaitu seleksi, pengadaan dan distribusi obat. Aspek penggunaan

obat di Apotek diletakkan dalam konteks dukungan terhadap

kerasionalan peresepan, yang meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Pengendalian kecukupan suplai

b. Jaminan mutu obat

c. Evaluasi konsumsi obat terhadap pola morbiditas

d. Pemberian informasi tentang obat

d.1 Triple Burden Disease

Triple Burden of Disease adalah tiga penyakit utama yang menjadi beban sebuah wilayah/Negara, meliputi :1. Infeksi (Re-emerging)

Dikarenakan mikroorganisme.Contoh : diare, tipus, ISPA, DBD, Malaria.

2. DegeneratifPenyakit yang menurunkan fungsi-fungsi organ tubuh.Contoh : Hipertensi.

3. New Emerging diseaseDikarenakan virusContoh : AIDS, Flu burung.

18

Page 19: Resume Pert. 1

d.2 Prioritas Masalah Kesehatan

Hal-hal yang diperlukan dalam penentuan prioritas meliputi :

a. Melakukan pengumpulan data

Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu tersedia data yang cukup.

Untuk itu perlulah dilakukan pengumpulan data. Data yang perlu dikumpulkan adalah

data yang berkaitan dengan lingkungan, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan,

termasuk keadaan geografis, keadan pemerintahan, kependudukan, pendidikan, pekerjaan,

mata pencaharian, sosial budaya, dan keadaan kesehatan.

b. Pengolahan Data

Apabila data yang telah berhasil dikumpulkan, maka data tersebut harus diolah,

maksudnya adalah menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga  jelas sifat-

sifat yang dimiliki oleh masing-masing data tersebut. Cara pengolahan data yang dikenal

ada tiga macam, secara manual, elektrikal dan mekanik.

c. Penyajian Data

Data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga macam penyajian data yang lazim

dipergunakan yakni secara tekstular, tabular dan grafikal.

d. Pemilihan Prioritas

MasalahHasil penyajian data akan memunculkan pelbagai masalah. Tidak semua masalah

dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan pemilihan prioritas masalah, dalam arti masalah

yang paling penting untuk diselesaikan.

Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :a. Scoring Technique

Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter yang dimaksud adalah :

1. Besarnya masalah2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan3. Kenaikan prevalensi masalah4. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut5. Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut terselesaikan6. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah7. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah.

Metode Hanlon      Dalam metode Hanlon dibagi dalam 4 kelompok kriteria, masing-masing adalah :

19

Page 20: Resume Pert. 1

1.      Kelompok kriteria A  = besarnya masalah2.      Kelompok kriteria B   = tingkat kegawatan masalah3.      Kelompok kriteria C   = kemudahan penanggulangan masalah4.      Kelompok kriteria D  =  Pearl factor, dimana :

P = Kesesuaian E  = Secara ekonomi murahA   = Dapat diterimaR   = Tersedianya sumber L  = Legalitas terjamin

b. Non Scoring Technique              Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai parameter, dilakukan bila tersedia data  yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim  digunakan adalah :

1. Delphin TechniqueYaitu penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari.

2. Delbech TechniquePenetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta. Lalu diminta untuk mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan adalah prioritas. 

d.3 Penyebaran Masalah Kesehatan

1. Penyebaran Menurut Waktu Pembagian macam penyebaran masalah kesehatan menurut waktu tergantung dari tujuan yang dimilki. Secara umum pembagian tersebut adalah:a. Penyebaran satu saatPenyebaran masalah kesehatan diukur pada saat tertentu.

- Point-source epidemic atau common source epidemic ialah suatu keadaan wabah yang ditandai oleh timbulnya

1) gejala penyakit yang cepat

2) masa inkubasi yang pendek,

3) episode penyakit merupakan peristiwa tunggal

4) muncul pada waktu tertentu saja, serta

20

Page 21: Resume Pert. 1

5) lenyapnya penyakit dalam waktu yang cepat. - Contagious diseasese epidemic atau propagated epidemic ialah suatu keadaan wabah yang ditandai oleh 1) timbulnya penyakit yang pelan, 2) masa inkubasi yang panjang, 3) episode penyakit bersifat majemuk, 4) waktu munculnya penyakit tidak jelas, serta 5) lenyapnya penyakit dalam waktu yang lama.

b. Penyebaran satu kurun waktuPenyebaran masalah kesehatan menurut satu kurun waktu tertentu.

c. Penyebaran siklisPenyebaran masalah kesehatan yang frekwensinya naik atau turun menurut suatau siklus tertentu.

d. Penyebaran sekular Penyebaran masalah kesehatan yang mengalami perubahan yang cukup lama. Misalnya lebih dari 10 tahun.

2. Penyebaran Menurut Tempat Seringkali ditemukan suatu masalah kesehatan tertentu terjadi di suatu daerah tertentu saja, tetapi amat sedikit ditemukan di daerah lain. Penyebaran yang seperti ini disebut penyebaran menurut tempat terjadinya masalah kesehatan tesebut.

Dengan diketahuinya penyebaran menurut tempat ini, berbagai kajian lebih lanjut dapat dilakukan, misalnya kajian terhadap penyebab mengapa masalah kesehatan tersebut banyak ditemukan di suatu daerah, tidak di daerah lainnya.

Dengan membanding-bandingkan ciri khas dari masing-masing daerah, akan dapat diketahui penyebab tersebut, yang peranannya amat besar dalam membantu mencari jalan keluar penanggulangan masalah kesehatan yang dimaksud. Secara umum pembagiannya adalah :a. Penyebaran satu wilayahMasalah kesehatan hanya ditemukan di satu wilayah saja. b. Penyebaran beberapa wilayahMasalah kesehatan tergantung dari system pemerintahan yang dianut. c. Penyebaran satu negara (nasional)Masalah kesehatan ditemukan di semua wilayah yang ada di negara tersebut. d. Penyebaran beberapa negara (regional)Masalah kesehatan menyebar ke beberapa negara, baik dipengaruhi oleh keadaan geografis, hubungan komunikasi yang dimiliki, maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Penyebaran Menurut Ciri-ciri manusiaPenyebaran menurut ciri-ciri manusia dapat digunakan untuk mengetahui besarnya masalah kesehatn yang dihadapi dan di lain pihak keterangan yang diperoleh akan dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi masalah kesehatan yang dimaksud.

21

Page 22: Resume Pert. 1

Dalam epidemiologi, ciri-ciri manusia yang maempengaruhi penyebaran masalah kesehatan dapat dibedakan atas beberapa macam, yakni :

a. Umurb. Jenis kelaminc. Golongan etnikd. Status Perkawinane. Pekerjaanf. Pendidikang. Status Sosial Ekonomi

d.4 Solusi

1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.

a) Seluruh desa menjadi desa siaga

b) Seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat

c) Seluruh keluarga sadar gizi

2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.

a) Setiap orang miskin mendapat pelayanan kesehatan yang bermutu

b) Setiap bayi, anak, ibu hamil dan kelompok masyarakat risiko tinggi

terlindung dari penyakit

c) Di setiap desa tersedia SDM kesehatan yang kompeten

d) Di setiap desa tersedia cukup obat essensial dan alat kesehatan dasar

e) Setiap puskesmas dan jaringannya dapat menjangkau dan dijangkau seluruh

masyarakat di wilayah kerjanya

f) Pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, puskesmas dan jaringannya

memenuhi standar mutu

3. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan.

a) Pembangunan kesehatan memperoleh prioritas penganggaran pemerintah

pusat dan daerah(min. 5% dari PDB)

b) Anggaran kesehatan pemerintah diutamakan untuk upaya pencegahan dan

promosi kesehatan

c) Terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi rakyat

miskin

22

Page 23: Resume Pert. 1

4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.

a) Setiap kejadian penyakit terlaporkan secara cepat kepada kepala desa/lurah

untuk kemudian diteruskan ke instansi kesehatan terdekat

b) Setiap kejadian luar biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi secara

cepat dan tepat sehingga tidak menimbulkan dampak kesehatan masyarakat

c) Semua sediaan farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan memenuhi syarat

d) Terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan

e) Berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based di seluruh

Indonesia

d.5 Sumber Data

Pada dasarnya identik dengan melakukan penelitian epidemiologi deskriptif. Tergantung dari tujuan yang dimiliki serta kemampuan Menurut Budiarto dan Anggraeni (2002:38), data yang dikumpulkan dapat berupa data primer dan sekunder :a. Sumber Data Primer

Sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan)

Instansi yang berhubungan dengan kesehatan (Depkes, Dinkes, BPS) Absensi (sekolah, industri, perusahaan) Data dari WHO (Population bulletin, Epidemiological report,

Populatian and vital Statistics report)b. Sumber Data Sekunder

Survei epidemiologi Pengamatan epidemiologi Penyaringan

Azwar (1999:52) menyatakan bahwa sumber data masalah kesehatan dapat diperoleh dari :

Catatan dan laporan peristiwa kehidupan (vital record) Catatan dan laporan masah penyakit Catatan dan laporan instansi khusus Hasil survei Hasil sensus penduduk

yang tersedia maka penelitian epidemiologi deskriptif banyak macamnya, antara lain :

1. Sensus

23

Page 24: Resume Pert. 1

Yang banyak dilakukan adalah sensus penduduk. Namun tujuan utama

dari sensus penduduk bukanlah untuk mengumpulkan data kesehatan,

melainkan data kependudukan, sehingga keterangan tentang masalah

kesehatan yang dimiliki tidak memadai.

Memerlukan dana dan tenaga yang cukup besar.

2. Survai Khusus

Lebih praktis daripada sensus karena membutuhkan dana, tenaga, sarana

dan waktu yang lebih sedikit.

Survai khusus dalam bidang penyakit disebut dengan survai penyakit.

Secara umum dapat dibedakan 2 macam :

a. Survai insiden penyakit

- Data yang dikumpulkan adalah

kasus baru

- Hasil lebih dapat dipercaya oleh

karena pertanyaan yang diajukan masih dalam batas daya ingat

seseorang

- Tidak menggambarkan keadaan

kesehatan suatu masyarakat oleh karena kasus-kasus lama tidak

tercatat

b. Survai prevalen penyakit

- Data yang dikumpulkan adalah

semua peristiwa penyakit (kasus baru dan kasus lama)

- Data lebih lengkap sehingga dapat

menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat

- Kebenaran data sedikit diragukan

terutama tentang penyakit yang telah lama terjadi

3. Penjaringan kasus / Screening

Dikembangkan karena ditemukan kesulitan pada cara sensus atau

survai khusus dan juga karena sering yang dibutuhkan hanya data untuk

masalah kesehatan tertentu saja

4. Pencarian kasus (Case Finding)

24

Page 25: Resume Pert. 1

- Merupakan salah satu cara penanggulangan wabah

- Tujuannya untuk menemukan sumber penularan dan atau mencari

ada tidaknya penderita baru di masyarakat

- Ada 2 macam :

a. Pencarian kasus aktif (active case finding)

Cara kerja = screening

Bedanya dengan skrining adalah kelompok masyarakat yang

dituju dalam pencarian kasus aktif adalah mereka yang

dicurigai terkena penyakit

Petugas mendatangi daerah yang terkena wabah

Ada 2 macam :

a.1. Cara telusur ke belakang (backward tracing)

Tujuan utamanya untuk mencari sumber penularan

Dikumpulkan data tentang orang-orang yang pernah

berhubungan dengan penderita sebelum penderita

tersebut sakit

a.2. Cara telusur ke depan (forward tracing)

untuk mencari kasus baru

Dikumpulkan data tentang orang-orang yang pernah

berhubungan dengan penderita setelah penderita tersebut

terserang penyakit

b. Pencarian kasus pasif (passive case finding)

Data diperoleh dengan hanya menunggu penderita yang datang

berobat ke satu fasilitas kesehatan saja.

5. Survailen (Surveillance)

Adalah suatu pengamatan terhadap suatu masalah kesehatan

yang dilakukan secara terus menerus

Banyak dilakukan pada keadaan pada keadaan wabah

Tujuan utama : menganalisa keadaan wabah yang dihadapi.

Jika dalam pengamatan masih ditemukan kasus baru

berarti wabah belum berhenti

Ada 2 macam :

a. Survailen aktif (active surveillence)

25

Page 26: Resume Pert. 1

Pengamatan kasus langsung ke lapangan

b. Survailen pasif (passive surveillence)

Tidak langsung yakni hanya melalui laporan yang diterima saja.

Dari 5 cara penemuan masalah kesehatan tersebut di atas semua menghasilkan data yang bersifat deskriptif namun tidak semuanya merupakan penelitian deskriptif yang murni

- Screening

- Case Finding

- Survailance

Tidak memperhatikan masalah

sample yang representative

- Sensus

- Survai khususPenelitian epidemiologi deskriptif

Penelitian epidemiologi deskriptif yang banyak dilakukan adalah survai khusus penyakit, baik survai insiden maupun prevalen penyakit Pengumpulan data dilakukan dari sekelompok masyarakat (sample) yang representative.

d.6 Indikator Kesehatan Nasional

4.7.1 Definisi Indikator

Terdapat banyak literatur yang menyebutkan tentang definisi indikator.

Beberapa di antaranya yang cukup baik adalah sebagai berikut.

a. Indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan

perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung (WHO,

1981).

b. Indikator adalah suatu ukuran tidak langsung dari suatu kejadian atau

kondisi. Misalnya berat badan bayi berdasarkan umur adalah indikator bagi

status gizi bayi tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993).

c. Indikator adalah statistik dari hal normatif yang menjadi perhatian kita yang

dapat membantu kita dalam membuat penilaian ringkas, komprehensif,

dan berimbang terhadap kondisi-kondisi atau aspek-aspek penting dari suatu

masyarakat (Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

26

Page 27: Resume Pert. 1

Serikat, 1969).

d. Indikator adalah variabel-variabel yang mengindikasi atau memberi petunjuk

kepada kita tentang suatu keadaan tertentu, sehingga dapat digunakan

untuk mengukur perubahan (Green, 1992).

Dari definisi tersebut di atas jelas bahwa indikator adalah variabel yang

dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan

dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari

waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara

keseluruhan, tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk (indikasi) tentang

keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan (proxy). Misalnya,

insidens diare yang didapat dari mengolah data kunjungan pasien Puskesmas

hanya menunjukkan sebagian saja dari kejadian diare yang melanda

masyarakat.

4.7.2 Persyaratan indikator

Untuk memudahkan mengingat persyaratan apa saja yang harus

dipertimbangkan dalam menetapkan indikator, disampaikan rumusan

dalam istilah Inggeris, yang dapat disingkat menjadi SMART., yaitu Simple,

Measurable, Attributable, Reliable, dan Timely. Jadi, sesuai dengan rumusan

itu, persyaratan yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan indikator

adalah:

a. (S)IMPLE - yaitu SEDERHANA. Artinya indikator yang ditetapkan sedapat

mungkin sederhana dalam pengumpulan data maupun dalam rumus

penghitungan untuk mendapatkannya.

b. (M)EASURABLE - yaitu DAPAT DIUKUR. Artinya indikator yang

ditetapkan harus merepresentasikan informasinya dan jelas ukurannya.

Dengan demikian dapat digunakan untuk perbandingan antara satu tempat

dengan tempat lain atau antara satu waktu dengan waktu lain. Kejelasan

pengukuran juga akan menunjukkan bagaimana cara mendapatkan datanya.

c. (A)TTRIBUTABLE - yaitu BERMANFAAT. Artinya indikator yang

ditetapkan harus bermanfaat untuk kepentingan pengambilan keputusan. Ini

berarti bahwa indikator itu harus merupakan pengejawantahan dari informasi

yang memang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Jadi harus spesifik

27

Page 28: Resume Pert. 1

untuk pengambilan keputusan tertentu.

d. (R)ELIABLE - yaitu DAPAT DIPERCAYA. Artinya indikator yang

ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar,

dan teliti. Indikator yang tidak/belum bisa didukung oleh pengumpulan data

yang baik, benar, dan teliti, seyogianya tidak digunakan dulu.

e. (T)IMELY - yaitu TEPAT WAKTU. Artinya indikator yang ditetapkan harus

dapat didukung oleh pengumpulan dan pengolahan data serta pengemasan

informasi yang waktunya sesuai dengan saat pengambilan keputusan

dilakukan.

4.7.3 Jenis indikator

Sesuai dengan uraian dalam definisi indikator, terdapat paling sedikit

tiga jenis indikator, yaitu:

a. indikator berbentuk absolut,

Indikator berbentuk absolut adalah indikator yang hanya berupa pembilang

saja, yaitu jumlah dari sesuatu hal/kejadian. Biasanya digunakan untuk

sesuatu yang sangat jarang, seperti misalnya kasus meningitis di Puskesmas.

b. indikator berbentuk proporsi, dan

Indikator berbentuk proporsi adalah indikator yang nilai resultantenya

dinyatakan dengan persen karena embilangnya merupakan bagian dari

penyebut. Misalnya proporsi Puskesmas yang memiliki dokter terhadap

seluruh Puskesmas yang ada.

c. indikator berbentuk angka atau rasio.

Indikator berbentuk angka adalah indikator yang menunjukkan frekuensi dari

suatu kejadian selama waktu (periode) tertentu. Biasanya dinyatakan dalam

bentuk per 1000 atau per 100.000 populasi (konstanta atau k). Angka atau

rate adalah ukuran dasar yang digunakan untuk melihat kejadian penyakit

karena angka merupakan ukuran yang paling jelas menunjukkan probabilitas

atau risiko dari penyakit dalam suatu masyarakat tertentu selama periode

tertentu. Misalnya angka malaria di kalangan anak balita yang dihasilkan dari

pembagian jumlah kasus malaria anak balita

28

Page 29: Resume Pert. 1

4.7.4 Klasifikasi Indikator

Untuk menyederhanakan penetapan Indikator Menuju Indonesia Sehat

2010, maka uraian indikator, baik untuk Indonesia Sehat, Provinsi Sehat,

maupun Kabupaten/Kota Sehat, dikelompokkan ke dalam kategori sebagai

berikut.

a. Indikator Hasil Akhir, yaitu Derajat Kesehatan. Indikator Hasil Akhir yang

paling akhir adalah indikator-indikator mortalitas (kematian), yang

dipengaruhi oleh indikator-indikator morbiditas (kesakitan) dan indikator

status gizi.

b. Indikator Hasil Antara. Indikator ini terdiri atas indikator-indikator ketiga

pilar yang mempengaruhi hasil akhir, yaitu indikator-indikator keadaan

lingkungan, indikator-indikator perilaku hidup masyarakat, serta

indikatorindikator akses dan mutu pelayanan kesehatan.

c. Indikator Proses dan Masukan. Indikator ini terdiri atas indikator-indikator

pelayanan kesehatan, indikator-indikator sumber daya kesehatan, indikator-

indikator manajemen kesehatan, dan indikator-indikator kontribusi sektor-

sektor terkait.

d.7 Derajat Kesehatan

a. Definisi :Tingkat kualitas kesehatan masyarakat dilihat berdasarkan indikator kesehatan masyarakat yaitu: Angka kematian Ibu(AKI), Angka Kematian Bayi(AKB), Umur Harapan Hidup(UHH), dan status Gizi

b. Ruang Lingkup :Menurut UU No.23 tahun 1992, ruang lingkup dari derajat kesehatan adalah keadaan bangasa Indonesia yang sehat. Yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas penyakit, cacat, dan kelemahan sehingga dapat hidup produktif secara sosial ekonomi.

c. Kriteria :Derajat kesehatan yang optimal dapat dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya yaitu morbiditas dan status gizi masyarakat.

KUALITAS HIDUP

29

Page 30: Resume Pert. 1

Tingkat kualitas hidup masyarakat dapat dilihat berdasarkan kualitas status kesehatan masyarakat. Ada empat aspek yang dapat dihbungkan dengan masalah status kesehatan yaitu faktor keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku masyarakat, dan faktor lingkungan. Semuanya saling berhubungan satu sama lain demi tercapainya status kesehatan masyarakat yang berkualitas. Bila status kesehatan masyarakat berkualitas, maka bertambahlah derajat kualitas kehidupan masyarakat.

MORTALITASGambaran perkembangan derajat kesehatan mayarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu, kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian.

MORBIDITASAngka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan dalam hal ii bersumber dari puskesmas maupun dari sarana pelayanan kesehatan ( facility based data) yang diperoleh melalu sistem pencatatan dan pelaporan

STATUZ GIZIStatus Gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator. Antara lain bayi dengan Berat Badan Rendah (BBLR), Satus gizi balita, status gizi wanita subur kurang energi protein (WUS KEK)

(sumber: Buku Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2010)

d.8 Perbedaan di Negara maju dengan Negara berkembang

No. Negara Berkembang Negara Maju

1 Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.

Masyarakat sudah dapat hidup sehat.

2 Mengatasi masalah kesehatan dengan preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Mengatasi masalah kesehatan dengan program primary, sekunder, dan

30

Page 31: Resume Pert. 1

tersier.

3 Meningkatnya upaya kesehatan lingkungan.

Ada medical care service yang available dan accessible.

4 Meningkatnya status gizi masyarakat.

Status gizi tidak menjadi masalah.

5 Menurunnya angka kesakitan dan kematian.

Degeneratif meningkat akibat lifestyle(gaya hidup).

5. Konsep Sehat-Sakit

5.1 Definisi

1. Konsep Sehata. Definisi sehat: Menurut WHO: keadaan sempurna fisik, mental, social tidak hanya bebas Dario

penyakit atau kelemahan. Menurut White: keadaan seseorang jika saat diperiksa tidak ada penyakit dan keluhan. Menurut UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992: merupakan kondisi yang sempurna

baik fisik maupun mental, dan mampu melakukan aktifitas produktif.

b. Pembagian konsep sehat menurut Journal Concepts of Health and Ill Health Konsep sehat holistic: keyakinan bahwa menjadi sehat berarti tanpa gangguan

fisik/penyakit dan nyaman secara emosional. Konsep sehat positif: keyakinan bahwa menjadi sehat hanya akan tercapai dengan

adanya upaya terus menerus seperti menjaga makanan dan olahraga teratur. Konsep sehat negatif: keyakinan bahwa menjadi sehat adalah tidak adanya penyakit

berat.

c. Landasan-landasan menentuan konsep sehat (Edelaman dan Mendell 1994) Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

2. Konsep Sakita. Definisi Sakit: Menurut Perkins: Suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang

sehingga mengalami gangguan aktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani, rohani, dan social.

Menurut Reverely: Ketidakselarasan antara lingkungan dan individu. Menurut New Webster Dictionary: Keadaan yang ditandai dengan perubahan

gangguan nyata.

b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi sakit:

31

Page 32: Resume Pert. 1

Faktor internal (persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami, asal/jenis penyakit)

Faktor eksternal (gejala yang dapat dilihat, kelompok social, latar belakang budaya, ekonomi, kemudahan akses terhadap system pelayanan, dan dukungan sosial)

c. Keadaan sakit ditunjukkann oleh: Keadaan moral yang buruk. Feel Unwell, tidak aman, tiodak senang, sakit hati, perasaan kekurangan. Keadaan tubuh yang tidak sehat akibat dari proses penyakit. Perubahan perasaan nyata (symptom). Kriteria menyatakan sakit: Keadaan manifestasi unit. Persepsi diri yang dirasakan. Ketidakmampuan dalam melaksanakan fungsi normal.

d. Tahapan sakit: Pengenalan gejala. Asumsi peranan sakit. Kontak dengan pelayanan kesehatan. Ketergantungan Si sakit. Penyembuhan dan rehabilitasi.

e Dampak Sakit: Terhadap perilaku dan emosi klien: setiap orang memeliki reaksi yang berbeda-beda

tergantung asal penyakit. Terhadap peran keluarga: setiap orang memiliki peran dalam kehidupan si sakit,

seperti Ayah mencari nafkah untuk membantu pengobatan anaknya yang sakit. Terhadap citra tubuh: Citra tubuh merupakan konsep subyektif seseorang terhadap

penampilan fisiknya. Terhadap konsep diri: konsep diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya

sendiri, mencangkup bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

Terhadap dinamika keluarga. Dinamika keluarga merupakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya.

Sehat

Menderita penyakit karena daya tahan pejamu berkurang

32

Page 33: Resume Pert. 1

Menderita penyakit karena kemampuan bibit penyakit meningkat

Menderita penyakit karena lingkungan berubah

Seseorang dikatakan sehat atau sakit jika :

Keterangan :Pejamu : Semua factor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi

timbulnya serta perjalanan suatu penyakit (contoh : factor keturunan, umur, jenis kelamin).

Bibit penyakit : Suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau ketidakhadirannya dapat mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.

KESIMPULAN

Sebagai seorang dokter harus mengetahui ilmu epidemiologi serta masalah kesehatan yang

ada saat ini serta mampu memprioritaskan masalah kesehatan tersebut sehingga dapat

melakukan tindakan tepat.

33