rencana strategis direktorat jenderal ...ilmate.kemenperin.go.id/document/1589299130-0.1...
Post on 12-Feb-2021
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN
ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA TAHUN 2015 – 2019
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT
TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
2016
-
KATA PENGANTAR
Sehubungan dengan perubahan Struktur Organisasi Kementerian Perindustriansesuai Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang KementerianPerindustrian, dipandang perlu dilakukan penyusunan kembali RencanaStrategis (Renstra) Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasidan Elektronika periode 2015-2019.
Renstra Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi da nElektronika dimaksudkan untuk merencanakan kontribusi yang signifikan bagikeberhasilan pencapaian sasaran pembangunan nasional sebagaimanadiamanatkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015), Kebijakan Industri Nasional(Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008) dan Rencana PembangunanJangka Panjang Nasional (Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007), RencanaInduk Pembangunan Industri Nasional (Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun2015) serta disusun antara lain berdasarkan hasil evaluasi terhadappelaksanaan Renstra Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis TeknologiTinggi periode 2010-2014, analisa terhadap dinamika perubahan lingkunganstrategis baik tataran daerah, nasional, maupun di tataran global, sertaperubahan paradigma peningkatan daya saing dan kecenderunganpengembangan industri ke depan.
Keberhasilan pelaksanaan dan terwujudnya pencapaian Visi Renstra DirektoratJenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika periode 2015-2019 yaitu “terwujudnya industri logam, alat transportasi, elektronika,telematika, permesinan dan alat pertahanan sebagai industri andalan masadepan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi” dapat direalisasikanmelalui evaluasi setiap tahun, dan untuk mengantisipasi kebutuhan sertaperubahan lingkungan strategis, maka apabila diperlukan akandisempurnakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dengan tanpamengubah visi dan misi Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin AlatTransportasi dan Elektronika periode 2015-2019.
Target jangka menengah setiap sektor pencapaiannya akan dimonitor sehinggakelemahan dan kekuatannya dapat segera diketahui. Disamping itu renstra
i
-
setiap eselon II akan direviu secara berkala.
Renstra Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi danElektronika periode 2015-2019 diharapkan akan mampu meningkatkanketerpaduan, keteraturan, dan keterkendalian perencanaan program dankegiatan dari seluruh unit kerja dilingkungan Direktorat Jenderal Industri LogamMesin Alat Transportasi dan Elektronika dan unit kerja terkait lainnya dalamrangka mencapai kinerja yang tinggi sebagaimana yang digariskan padaindikator kinerja Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi danElektronika.
Jakarta, 2016
Direktur JenderalIndustri Logam Mesin Alat Transportasi dan
Elektronika
I Gusti Putu Suryawirawan
ii
-
DAFTAR ISI
HalamanKATA PENGANTAR..................................................................................iDAFTAR ISI ............................................................................................iiiDAFTAR TABEL .....................................................................................ivDAFTAR GAMBAR ................................................................................vBAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Kondisi Umum .................................................................1
1.2 Kinerja ILMATE 2011 - 2014 ...........................................10
1.3 Potensi dan Permasalahan .............................................13
1.4 Perubahan Renstra Kemenperin .................................... 23
1.5 Analisa Capaian Kinerja Tahun Sebelumnya.................. 24
BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN ILMATE .........412.1 Visi Pembangunan Industri .............................................41
2.2 Misi Pembangunan Industri ............................................43
2.3 Tujuan .............................................................................45
2.4 Indikator Kinerja Tujuan ....................................................46
2.5 Sasaran Strategis Ditjen ILMATE .....................................48
2.6 Indikator Kinerja Sasaran .................................................52
2.7 Indikator Kinerja Sasaran ................................................55
2.8 Indikator Kinerja Sasaran ................................................57
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ILMATE ...................................................................................633.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ...........................63
3.2 Analisa SWOT Sektor ILMATE ......................................78
3.3 Arah Kebijakan dan Strategi ILMATE................................86
3.4 Fokus Pengembangan ILMATE .....................................116
3.3 Penetapan IKU ILMATE .................................................131
BAB IV TARGET KINERJA DAN PENDANAAN .............................1334.1 Target Kinerja .................................................................133
4.2 Kerangka Pendanaan .................................................... 143
BAB V PENUTUP ............................................................................ 145LAMPIRAN
Rencana Strategis Ditjen ILMATE Tahun 2015 -2019 pERUBAHAN i
-
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1. Pertumbuhan ILMATE Tahun 2011-2014 10
Tabel 1.2. Ekspor ILMATE Tahun 2011-2014 11
Tabel 1.3. Impor ILMATE Tahun 2011-2014 12
Tabel 1.4. Nilai Produksi ILMATE Tahun 2011-2014 12
Tabel 1.5. Nilai Investasi ILMATE Tahun 2011-2014 13
Tabel 2.1. Indikator Kinerja Sasaran Ditjen ILMATE 53
Tabel 2.2. Target Jangka Menengah 55
Tabel 4.1. Sasaran dan Indikator Kinerja Program PenumbuhanDan Pengembangan Industri Alat Transportasi,Mesin, Elektronika dan Alat Pertahanan Tahun 2015– 2019.
133
Tabel 4.2. Program Quickwin Kampanye Sistematis dan Kreatifuntuk Menumbuhkan Apresiasi Terhadap KegiatanIndustri Dalam Negeri
138
Tabel 4.3. Program Quickwin Penguatan struktur industrimelalui keterkaitan antara industri hulu (dasar),industri intermediate dan industri hilir (light)
139
Tabel 4.4. Kebutuhan Pendanaan Program QuickwinKementerian Perindustrian Tahun 2015 – 2019
143
Tabel 4.5. Kebutuhan Pendanaan Program KementerianPerindustrianTahun 2015 – 2019
144
Rencana Strategis Ditjen ILMATE Tahun 2015 -2019 pERUBAHAN ii
-
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.1. Tahapan Pembangunan Industri Nasional 6
Gambar 1.2. Bangun Industri Nasional 7
Gambar 2.1. Peta Strategi Nasional 42
Gambar 3.1. Strategi Pembangunan Nasional 68
Gambar 3.2. Pembangunan 14 Kawasan Industri Luar Jawa 75
Rencana Strategis Ditjen ILMATE Tahun 2015 -2019 pERUBAHAN iii
-
KEPUTUSANDIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT TRANSPORTASI DAN
ELEKTRONIKANOMOR : 001 /ILMATE/1/2016
T E N T A N G
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAMMESIN ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA 2015 – 2019 PERUBAHAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT TRANSPORTASI DANELEKTRONIKA
Menimbang
Mengingat
:
:
a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pasal 19 ayat (2) Undang –undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional, Pasal 17 ayat (3) Peraturan PemerintahNomor 40 tahun 2006 tentang Tata cara Penyusunan RencanaPembangunan Nasional, Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 2tahun 2015 tentang rencana Pembangunan Jangka MenengahNasional 2015 – 2019, dan Pasal 4 Peraturan MenteriPerindustrian Nomor 31.1/M-IND/PER/3/2015 tentang RencanaStrategis Kementerian Perindustrian, perlu disusun RencanaStrategis (Renstra) Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin AlatTransportasi dan Elektronika 2015 – 2019;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud padahuruf a, perlu dikeluarkan Surat Keputusan Direktur JenderalIndustri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika tentangperubahan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri LogamMesin Alat Transportasi dan Elektronika 2015 - 2019;
1. Undang - undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4286);
2. Undang - undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia tahun 2004 Nomor 104, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4421)
3. Undang - undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 33,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
4. Undang - undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
-
Menetapkan
:
(Lembaran Negara republik Indonesia tahun 2014 Nomor 4);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang RencanaKerja Permerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4402);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata CaraPenyusunan Rencana Pembangunan Nasional (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 434);
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2009tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2014tentang Organisasi Kementerian Negara;
8. Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan,Tugas, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 135 Tahun 2014;
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional2015 – 2019;
10. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/PER/11/2015tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian;
11. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 85.1/M-IND/PER/12/2016tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2015 –2019 Perubahan;
M E M U T US K A N :
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESINALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA TENTANG RENCANASTRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRILOGAM MESIN ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA 2015 –2019;
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini, yang dimaksud dengan :
(1) Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2015 - 2019 yangselanjutnya disebut Renstra Kementerian Perindustrian 2015 -2019 adalah dokumen perencanaan pembangunan bidang industriuntuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2015 sampaidengan tahun 2019.
(2) Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat
-
Transportasi dan Elektronika 2015 - 2019 yang selanjutnya disebutRenstra Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin AlatTransportasi dan Elektronika 2015 - 2019 adalah dokumenperencanaan pembangunan bidang industri logam, mesin, alattransportasi dan elektronika untuk periode 5 (lima) tahun terhitungsejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.
Pasal 2
(1) Renstra Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) merupakanpenjabaran dari RPJM Nasional Tahun 2015-2019
(2) Renstra Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasidan Elektronika 2015 - 2019 sebagaimana dimaksud dalam Pasal1 merupakan penjabaran dari Renstra Kementerian Perindustrian2015 – 2019, tercantum dalam Lampiran Peraturan DirekturJenderal ini.
Pasal 3
Renstra Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasidan Elektronika 2015 - 2019 digunakan sebagai pedoman bagi setiapUnit Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin AlatTransportasi dan Elektronika dalam :
a. Penyusunan Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kerja Anggaran;
b. Penyusunan Rencana Strategis Unit Eselon II di LingkunganDirektorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi danElektronika;
c. Pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan sertapelaksanaan anggaran;
d. Pelaksanaan evaluasi Laporan Akuntablilitas Kinerja; dan
e. Penetapan indikator kinerja setiap tahun;
Pasal 4
Unit Kerja Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika melakukan :a. Penjabaran lebih lanjut Renstra Direktorat Jenderal Industri Logam
Mesin Alat Transportasi dan Elektronika 2015 – 2019 kedalamRencana Strategis Unit Kerja masing – masing;
b. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah(LAKIP) Unit Kerja masing – masing kepada Direktur Jenderal
-
Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika setiaptahun 2015 - 2019;
c. Penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah(LAKIP) Unit Kerja masing - masing kepada Direktur JenderalIndustri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika setiaptahun 2015 – 2019;
Pasal 5
Pengendalian terhadap pelaksanaan Renstra Direktorat JenderalIndustri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika 2015 – 2019dilakukan oleh Direktur Jenderal Industri Logam Mesin AlatTransportasi dan Elektronika setiap tahun melalui Sekretaris DirektoratJenderal.
Pasal 6
Dalam hal terjadi perubahan pada lingkungan strategis, RenstraDirektorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi danElektronika tahun 2015 – 2019 dilakukan perubahan dan/ataupenyesuaian yang ditetapkan dengan Peraturan Direktur Jenderal.
Pasal 7
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakartapada tanggal: Januari 2016
Direktur Jenderal
I Gusti Putu Suryawirawan
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. KONDISI UMUM
Berdasarkan UndangUndang Nomor 17 tahun 2007,
dinyatakan bahwa visi pembangunan nasional tahun 2005–
2025 mengarah pada pencapaian tujuan nasional, seperti
tertuang dalam Pembukaan UndangUndang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Visi pembangunan nasional
tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat
kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran yang
ingin dicapai.
Kemajuan suatu bangsa juga diukur berdasarkan
indikator kependudukan, ada kaitan yang erat antara
kemajuan suatu bangsa dengan laju pertumbuhan penduduk,
termasuk derajat kesehatan. Bangsa yang sudah maju
ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih
kecil; angka harapan hidup yang lebih tinggi; dan kualitas
pelayanan sosial yang lebih baik. Secara keseluruhan kualitas
sumber daya manusia yang makin baik akan tercermin dalam
produktivitas yang makin tinggi.
Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi, kemajuan
suatu bangsa diukur dari tingkat kemakmurannya yang
tercermin pada tingkat pendapatan dan pembagiannya.
Tingginya pendapatan ratarata dan ratanya pembagian
ekonomi suatu bangsa menjadikan bangsa tersebut lebih
makmur dan lebih maju. Negara yang maju pada umumnya
adalah negara yang sektor industri dan sektor jasanya telah
berkembang. Peran sektor industri manufaktur sebagai
1
-
penggerak utama laju pertumbuhan makin meningkat, baik
dalam segi penghasilan, sumbangan dalam penciptaan
pendapatan nasional maupun dalam penyerapan tenaga
kerja. Selain itu, dalam proses produksi berkembang
keterpaduan antarsektor, terutama sektor industri, sektor
pertanian, dan sektorsektor jasa; serta pemanfaatan sumber
alam yang bukan hanya ada pada pemanfaatan ruang
daratan, tetapi juga ditransformasikan kepada pemanfaatan
ruang kelautan secara rasional, efisien, dan berwawasan
lingkungan, mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan
yang berciri nusantara. Lembaga dan pranata ekonomi telah
tersusun, tertata, dan berfungsi dengan baik, sehingga
mendukung perekonomian yang efisien dengan produktivitas
yang tinggi. Negara yang maju umumnya adalah negara yang
perekonomiannya stabil. Gejolak yang berasal dari dalam
maupun luar negeri dapat diredam oleh ketahanan
ekonominya.
Dalam UndangUndang Nomor 17 tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
20052025, disebutkan bahwa struktur perekonomian
diperkuat dengan mendudukkan sektor industri sebagai
motor penggerak yang didukung oleh kegiatan pertanian
dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan yang
menghasilkan produkproduk secara efisien, modern, dan
berkelanjutan serta jasajasa pelayanan yang efektif yang
menerapkan praktik terbaik dan ketatakelolaan yang baik
agar terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh.
Pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan
industri yang berdaya saing dengan struktur industri yang
sehat dan berkeadilan, yaitu sebagai berikut:
2
-
1. Dalam hal penguasaan usaha, struktur industri
disehatkan dengan meniadakan praktekpraktek monopoli
dan berbagai distorsi pasar.
2. Dalam hal skala usaha, struktur industri akan
dikuatkan dengan menjadikan Industri Kecil dan
Menengah (IKM) sebagai basis industri nasional, yaitu
terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan
industri berskala besar.
3. Dalam hal huluhilir, struktur industri akan diperdalam
dengan mendorong diversifikasi ke hulu dan ke hilir
membentuk rumpun industri yang sehat dan kuat.
Untuk mewujudkan arah kebijakan pembangunan
RPJPN tersebut di atas, telah disusun suatu tahapan
perencanaan jangka menengah dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional, yang selanjutnya disebut RPJM
Nasional yaitu perencanaan pembangunan nasional untuk
periode 5 (lima) tahunan, yaitu RPJM Nasional I Tahun 2005–
2009, RPJM Nasional II Tahun 2010–2014, RPJM Nasional III
Tahun 2015–2019, dan RPJM Nasional IV Tahun 2020–2024.
Dalam rangka memasuki era baru RPJMN III dari
perencanaan pembangunan jangka panjang nasional, kita
semua dituntut untuk menyusun suatu perencanaan RPJMN
tahap III yang terstruktur, fokus dan berkesinambungan
dengan perencanaan sebelumnya. Pada RPJMN II telah
ditetapkan visi pembangunan industri nasional yaitu
Memantapkan Daya Saing Basis Industri Manufaktur yang
Berkelanjutan serta Terbangunnya Pilar Industri Andalan
Masa Depan dengan fokus prioritas pembangunan industri
pada 3 (tiga) hal sebagai berikut :
3
-
1. Fokus Prioritas Penumbuhan Populasi Usaha Industri
dengan hasil peningkatan jumlah populasi usaha industri
dengan postur yang lebih sehat;
2. Fokus Prioritas Penguatan Struktur Industri dengan hasil
yang diharapkan adalah semakin terintegrasinya IKM
dalam gugus (cluster) industri, tumbuh dan
berkembangnya gugus (cluster) industri demi penguatan
daya saing di pasar global;
3. Fokus Prioritas Peningkatan Produktivitas Usaha Industri
dengan hasil yang diharapkan dari pelaksanaan fokus ini
adalah meningkatnya nilai tambah produk melalui
penerapan iptek.
UndangUndang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian telah meletakkan industri sebagai salah satu
pilar ekonomi dan memberikan peran yang cukup besar
kepada pemerintah untuk mendorong kemajuan industri
nasional secara terencana. Peran tersebut diperlukan dalam
mengarahkan perekonomian nasional untuk tumbuh lebih
cepat dan mengejar ketertinggalan dari negara lain yang lebih
dahulu maju.
Berdasarkan UndangUndang Nomor 3 Tahun 2014
tentang Perindustrian, dinyatakan bahwa perindustrian
diselenggarakan dengan tujuan:
a. Mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak
perekonomian nasional;
b. Mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri;
c. Mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan
maju, serta Industri Hijau;
d. Mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat,
serta mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh
4
-
satu kelompok atau perseorangan yang merugikan
masyarakat;
e. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan
kesempatan kerja;
f. Mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke
seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan
memperkukuh ketahanan nasional; dan
g. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat secara berkeadilan.
Visi Pembangunan Industri Nasional adalah Indonesia
Menjadi Negara Industri Tangguh. Industri Tangguh
bercirikan:
1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat, dan
berkeadilan;
2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global; dan
3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi.
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, pembangunan
industri nasional mengemban misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan
penggerak perekonomian nasional;
2. Memperkuat dan memperdalam struktur industri
nasional;
3. Meningkatkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan
maju, serta Industri Hijau;
4. Menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat,
serta mencegahpemusatan atau penguasaan industri oleh
satu kelompok atauperseorangan yang merugikan
masyarakat;
5
-
5. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan
kesempatan kerja;
6. Meningkatkan persebaran pembangunan industri ke
seluruh wilayahIndonesia guna memperkuat dan
memperkukuh ketahanan nasional;dan
7. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat secaraberkeadilan.
Penahapan capaian pembangunan industri prioritas
dilakukan untuk jangka menengah dan jangka panjang.
Sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN), tahapan dan arahrencana pembangunan
industri nasional secara rigkas dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar I.1 Tahapan Pembangunan Industri Nasional
6
-
Berdasarkan penetapan industri prioritas, ditetapkan
Bangun Industri Nasional sebagaimana tercantum pada
gambar berikut:
Gambar I.2 Bangun Industri Nasional
Dalam UndangUndang Nomor 25 tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional disebutkan
bahwa tujuannya adalah (a) mendukung koordinasi antar
pelaku pembangunan; (b) menjamin terciptanya integrasi,
sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah, antarwaktu,
antarfungsi pemerintah maupun antarpusat dan daerah; (c)
menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
7
-
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan; (d)
mengoptimalkan partisipasi masyarakat; (e) menjamin
tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan.UndangUndang Nomor 25
Tahun 2004 juga menyatakan bahwa Perencanaan
Pembangunan Nasional menghasilkan (a) rencana
pembangunan jangka panjang (b) rencana pembangunan
jangka menengah (c) rencana pembangunan tahunan.
Penentuan arah kebijakan pembangunan industri
nasional jangka menengah mengacu kepada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 20052025
yang tercantum pada UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007.
Dalam UndangUndang tersebut ditetapkan bahwa Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kementerian/
Lembaga (Renstra K/L) adalah dokumen perencanaan
Kementerian/ Lembaga untuk periode lima tahun. Dalam
RPJM Kementerian disusun perencanaan global
pengembangan industri secara umum mengingat
karakteristik industri yang sangat heterogen, sedangkan
strategi pengembangan secara detail hanya dapat dilakukan
di masingmasing organisasi yang membina industri yang
spesifik dan homogen. Penyusunan RPJM dimaksukan untuk
menjembatani tujuan pengembangan industri logam jangka
panjang dengan program tahunan, berdasarkan hasil analisis
fakta dan situasi yang akurat dengan melibatkan seluruh
stakeholders terkait.
Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan industri
tersebut, Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat
Transportasi dan Elektronika telah melaksanakan
serangkaian program dan kegiatan sebagaimana yang
tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Direktorat
8
-
Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan
Elektronika tahun 2010 – 2014. Program dan kegiatan yang
telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Logam,
Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika selama periode
tahun 2010 – 2014 adalah sebagai berikut:
1. Program Penumbuhan Industri Logam, Mesin, Alat
Transportasi dan Elektronika yang dilaksanakan melalui
kegiatankegiatan:
Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat;
Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika;
Penumbuhan Industri Berbasis Maritim,
Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan;
Penumbuhan Industri Permesinan dan Alat Mesin
Pertanian; dan
Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan
Industri Berbasis Teknologi Tinggi.
Program dan kegiatan tersebut di atas merupakan
penjabaran dari program prioritas nasional RPJMN II,
program Kabinet Indonesia Bersatu II, program pilihan
Presiden tahun 2010 – 2014, kontrak kinerja Menteri
Perindustrian, dan program prioritas Kementerian
Perindustrian. Untuk mengukur tingkat keberhasilan dari
pelaksanaan program dan kegiatan, di dalam Renstra
Kementerian Perindustrian juga telah ditetapkan sasaran
sasaran strategis beserta indikator kinerja utama (IKU) yang
bersifat kuantitatif dari masingmasing sasaran strategis.
Penyusunan Rencana Strategi dan Langkah
Pengembangan Jangka Menengah Industri Logam Tahun
20152019 perlu dilakukan untuk merumuskan strategi dan
kebijakan yang tepat untuk mencapai tujuan Rencana
9
-
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Selanjutnya
rencana strategi dan langkah pengembangan tersebut akan
dijadikan acuan dalam menyusun kegiatan dan kebijakan
pengembangan industri logam selama masa pengembangan
lima tahun.
Direktorat Jenderal lndustri Logam Mesin Alat
Transportasi dan Elektronika (ILMATE) menyusun Rencana
Strategis (Renstra) yang isinya menguraikan perencanaan
strategi dalam rangka mencapai tujuan dan menjabarkan
strategi tersebut ke dalam program rencana kerja, serta
indikator kinerja untuk kurun waktu tahun 20152019. Lebih
lanjut Renstra diimplementasikan ke dalam rencana
pelaksanaan kegiatan tahunan dalam bentuk Rencana Kerja
Tahunan masingmasing unit Eselon II di lingkungan Ditjen
ILMATE.
1.2. KINERJA INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT TRANSPORTASI
DAN ELEKTRONIKA TAHUN 2011 2014
A. Pertumbuhan ILMATE
Pertumbuhan subsektor Industri Logam, Mesin, Alat
Transportasi, dan Elektronika dari tahun 20112014 tumbuh
berfluktuasi antara 4,07% sampai 10,74%. Pertumbuhan
tertinggi terjadi pada tahun 2013 dimana industri yang
mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri alat
transportasi.
Tabel 1.1
Pertumbuhan ILMATE Tahun 20112014
10
-
sumber: BPS diolah
B. Ekspor ILMATE
Nilai ekspor ILMATE turun dari US$ 34.402,2 juta pada
tahun 2011 menjadi US$ 31.629 juta pada tahun 2014.
Sektor industri yang mengalami penurunan nilai ekspor
terbesar adalah sektor industri logam, turun dari US$ 12.520
juta pada tahun 2011 menjadi US$ 9.168 juta pada tahun
2014.
Tabel 1.2
Ekspor ILMATE Tahun 20112014
US$ Juta
sumber: BPS diolah
C. Impor ILMATE
Nilai impor ILMATE turun dari US$ 77.254,9 juta pada
tahun 2011 menjadi US$ 72.584,8 juta pada tahun 2014.
11
-
Sektor industri yang mengalami penurunan nilai impor
terbesar adalah sektor industri alat transportasi, turun dari
US$ 18.316,8 juta pada tahun 2011 menjadi US$ 12.077,9
juta pada tahun 2014.
Tabel 1.3
Impor ILMATE Tahun 20112014
US$ Juta
sumber: BPS diolah
D. Nilai Produksi ILMATE
Nilai produksi ILMATE mengalami kenaikan dari Rp.
543.016,1 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp. 800.437,8
miliar pada tahun 2014. Sektor industri yang mengalami
kenaikan tertinggi adalah industri logam sedangkan sektor
industri yang memiliki nilai produksi tertinggi adalah industri
alat transportasi.
Tabel 1.4
Nilai Produksi ILMATE Tahun 20112014
12
-
Rp. Miliar
sumber: BPS diolah
E. Penambahan Nilai Investasi ILMATE
Penambahan nilai investasi ILMATE tertinggi terjadi pada
tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 83.683,6 miliar. Sedangkan
sektor industri yang mengalami penambahan investasi
tertinggi adalah industri alat transportasi yaitu sebesar Rp.
41.187,1 miliar.
Tabel 1.5
Nilai Investasi ILMATE Tahun 20112014
Rp. Miliar
1.3. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Perkembangan industri nasional memiliki potensi dan
permasalahan secara garis besar sebagaimana berikut:
1. Potensi
a. Dinamika Sektor Industri
i. Perubahan jumlah dan penduduk, serta peningkatan
kesejahteraan penduduk mendorong sektor industri
13
-
untuk dapat tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan
PDB Nasional.
ii. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
masa depan akan memudahkan dan meningkatkan
produksi produk industri.
iii. Globalisasi proses produksi akan meningkatkan
peluang akses pasar luar negeri.
iv. Indonesia memiliki potensi energi berbasis sumber
daya alam (batubara, panas bumi, air).
v. Peningkatan kepedulian terhadap lingkungan
mendorong peningkatan efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumber daya secara berkelanjutan
sehingga mampu menyelaraskan pembangunan
industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat.
b. Perjanjian Kerjasama Ekonomi dengan Negara Lain
i. Peluang bagi industri nasional untuk memperluas
pasar bagi produkproduk industri nasional.
ii. Terbukanya akses untuk peningkatan Sumber Daya
Industri (5M: man, money, method, machine,
material).
iii. Adanya fasilitasi pengamanan dan penyelamatan
industri dalam negeri akibat persaingan global.
iv. Terbukanya kesempatan bagi pekerja profesional
Indonesia untuk bekerja di negara lain.
c. Kebijakan Otonomi Daerah
Dengan adanya kesetaraan hubungan antara
pemerintah pusat dengan Pemerintah daerah, maka
14
-
pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota
berpeluang untuk mempercepat pembangunan dan
persebaran industri di daerah.
2. Permasalahan
Permasalahan utama yang masih dihadapi dalam
pembangunan industri nasional antara lain:
a. Dinamika Sektor Industri
i. Tidak meratanya persebaran dan tingkat pendapatan
penduduk.
ii. Rendahnya tingkat pendidikan, ketrampilan, dan
produktivitas tenaga kerja.
iii. Lemahnya penguasaan teknologi yang menyebabkan
daya saing produk industri lemah dalam menghadapi
persaingan.
iv. Belum terpadunya pengembangan iptek di lembaga
lembaga penelitian yang tersebar di berbagai instansi
dengan dunia industri.
v. Keterlibatan industri nasional dalam rantai pasok
global berpotensi pada kerentanan terhadap gejolak
perekonomian dunia.
vi. Kelangkaan energi yang disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan energi sektor indutri. Pada
tahun 2030 kebutuhan energi diperkirakan akan
meningkat menjadi hampir tiga kali lipat.
vii. Masih banyak industri yang belum menerapkan
standar industri hijau dalam kegiatan produksinya.
b. Perjanjian Kerjasama Ekonomi dengan Negara Lain
15
-
i. Semakin berkurangnya instrumen perlindungan, baik
yang bersifat tarif maupun nontarif, bagi
pengembangan, ketahanan maupun daya saing
industri di dalam negeri.
ii. Semakin derasnya arus impor produk barang dan
jasa yang berpotensi mengancam kondisi neraca
perdagangan dan neraca pembayaran.
iii. Semakin ketatnya persaingan antara pekerja asing
dengan pekerja domestik dengan adanya pergerakan
pekerja terampil (Movement of Natural Person – MNP),
sehingga dikhawatirkan pekerja terampil asing
mengungguli pekerja terampil domestik.
iv. Semakin meningkatnya instrumen non tariff
measures (NTMs) yang dibuat oleh negara lain untuk
menghambat ekspor produk industri Indonesia.
v. Semakin meningkatnya porsi kepemilikan saham
asing sehingga berpotensi mengendalikan stabilitas
ekonomi nasional, khususnya sektor jasa industri.
c. Kebijakan Otonomi Daerah
i. Permasalahan internal lambannya birokrasi, kualitas
SDM aparatur, dan koordinasi dengan pihakpihak
terkait.
ii. Permasalahan eksternal: keterbatasan ketersediaan
infrastruktur dan lahan industri. Otonomi daerah
berdampak kepada pengelolaan keuangan daerah
dimana ruang gerak daerah dalam pembiayaan
sektorsektor cenderung terbatasi oleh dana yang
dimiliki pemerintah daerah karena sebagian besar
16
-
dari pendapatan daerah dialokasikan untuk belanja
pegawai.
d. Infrastruktur
i. Tidak tersedianya secara memadai fasilitas jalan dan
pelabuhan dalam rencana pembangunan smelter
untuk industri pengolahan mineral terutama di
kawasan timur Indonesia (Sulawesi, Kalimantan, dan
Papua).
ii. Semakin menurunnya tingkat pelayanan jalan dan
pelabuhan di Pulau Jawa terutama di sekitar
Jabodetabek yang diindikasikan dengan
meningkatnya waktu tempuh dari kawasankawasan
industri ke Pelabuhan Tanjung Priok dan waktu
tunggu (dwelling time) yang lebih lama di Pelabuhan
Tanjung Priok.
e. Energi
i. Kurangnya pasokan gas untuk industri manufaktur,
sebagai contoh rencana revitalisasi 5 pabrik pupuk
yang sudah tua dan boros energi tidak bisa
direalisasikan sepenuhnya karena keterbatasan
pasokan gas.
ii. Belum tersedianya energi listrik yang dapat
mencukupi kebutuhan pembangunan smelter
maupun industri baru lainnya.
iii. Belum optimalnya diversifikasi energi termasuk
program konversi BBM ke gas karena belum
tersedianya infrastruktur pendukung (Stasiun
Pengisian BBG).
f. Lahan
17
-
i. Tidak tersedianya lahan untuk pembangunan pabrik
gula dan perkebunan tebu dalam rangka
swasembada gula (300 ribu Ha untuk 20 pabrik gula)
ii. Belum terselesaikannya Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) sehingga menghambat rencana investasi,
contoh lahan untuk kawasan industri Sei Mangke
dan lahan untuk industri garam di Nagekeo.
g. Regulasi
i. Tidak harmonisnya tarif bea masuk produk – produk
industri antara hulu dan hilir, contoh bea masuk PP
dan PE sebagai bahan baku untuk industri kemasan
plastik sebesar 10 persen sedangkan bea masuk
produk hilir seperti barang jadi plastik sebesar 0
persen.
ii. Belum optimalnya pemanfaatan insentif fiskal seperti
tax holiday, tax allowance dan BMDTP karena
prosedur administrasi yang rumit dan panjang.
iii. Prosedur pengembalian restitusi pajak bagi wajib
pajak yang memanfaatkan fasilitas KITE relatif lama
sehingga mengganggu cash flow perusahaan.
h. Ketergantungan impor bahan baku, barang modal dan
bahan penolong
Masih tingginya ketergantungan industri dalam negeri
terhadap impor bahan baku, barang modal dan bahan
penolong. Pada Tahun 2013, impor bahan baku dan
penolong sebesar US$ 89,54 miliar (68,14 persen),
diikuti oleh barang modal US$ 31,49 miliar (23,96
persen), dan barang konsumsi US$ 10,37 miliar (7,38
persen). Hal ini disebabkan belum kuat dan dalamnya
18
-
struktur industri karena belum berkembangnya
industri hulu dan antara sehingga sangat rentan
terhadap pengaruh kondisi sosial ekonomi negara asal
dan menghabiskan devisa dalam jumlah yang besar.
Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau yang tersebar
dari Sabang sampai Merauke merupakan pasar yang sangat
potensial untuk pengembangan Industri Alat Transportasi
seperti mobil, sepeda motor, kapal laut, sepeda, becak, dan
pesawat terbang, sedangkan dengan jumlah penduduk yang
kurang lebih sebesar 240 juta jiwa merupakan pasar yang
sangat menjanjikan juga bagi industri Permesinan,
Elektronika dan Telematika yang termasuk industri binaan
Ditjen ILMATE.
Sumber daya alam Indonesia seperti cadangan hutan,
kelautan dan perikanan, migas, mineral, batubara dan
sebagainya sangat potensial untuk menumbuhkan industri
komponen bagi industriindustri binaan Ditjen. ILMATE
seperti Industri Alat Transportasi Darat, Industri Elektronika
dan Telematika, Industri Maritim, Industri Kedirgantaraan,
Industri Alat Pertahanan, Industri Permesinan dan Alat Mesin
Pertanian, Industri Berbasis Logam Dasar. Posisi Indonesia
yang sangat strategis dapat juga dimanfaatkan untuk
menunjang pertumbuhan industri tersebut.
Industri yang masuk dalam binaan Direktorat Jenderal
Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika
disamping mempunyai kekuatan juga mempunyai kelemahan.
Berikut Potensi dan Permasalahan Ditjen ILMATE:
1. Industri Alat Transportasi
19
-
Potensi:
a. Negara kepulauan dan memiliki
wilayah laut yang luas, sebagai
lahan ekonomi.
b. Pengalaman dalam proses
produksi/perakitan industri alat
transportasi.
c. Sudah berkembangnya industri
komponen alat transportasi serta
industri pendukung.
d. Memiliki tenaga kerja yang
berpengalaman dalam bidang
produksi, rancang bangun dan
perekayasaan dan manufaktur alat
transportasi.
e. Besarnya potensi/peluang pasar DN
(jumlah penduduk cukup besar,
daya beli semakin meningkat).
f. Pasar ASEAN dan APEC terutama
dengan adanya kerjasama AFTA
dan APEC.
g. Tren global Sourcing, terutama
untuk bahan baku.
h. Telah memiliki Pusat Desain dan
Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN).
i. Memiliki institusi pendidikan di
bidang perkapalan dan alat
pertahanan.
Permasalahan:
a. Ketergantungan teknologi proses
dan teknologi produk yang masih
tinggi kepada prinsipal atau pemilik
teknologi di luar negeri.
b. Ketergantungan terhadap bahan
baku dan komponen impor yang
masih tinggi.
c. Kurangnya kebijakan pemerintah
yang mendukung berkembangnya
merk dagang industri nasional dan
kemandirian teknologi.
d. Infrastruktur teknologi pendukung
(sertifikasi, laboratorium uji
komponen, dll) masih belum
memadai.
e. Kurang dukungan dari Perbankan
terutama untuk industri
perkapalan.
f. Fasilitas produksi industri galangan
kapal sebagian besar berusia tua.
2. Industri Elektronika dan Telematika
20
-
Potensi:
a. Ketersediaan jumlah tenaga kerja
yang besar.
b. Industri IC, CRT, PCB dan
komponen lainnya sudah tumbuh.
c. Besarnya pasar domestik.
d. Daya saing industri alat rumah
tangga cukup kuat di negara
ASEAN.
e. Besarnya potensi sumber daya alam
sebagai bahan baku/komponen.
Permasalahan:
a. Umumnya R&D masih lemah.
b. Penerapan standar produk masih
terbatas.
c. Negara tujuan ekspor masih
ditentukan prinsipal.
d. Masih lemahnya industri dalam
negeri dalam QCD.
e. Masih banyaknya produk ilegal.
f. Ketergantungan terhadap bahan
baku dan komponen impor masih
cukup tinggi.
3. Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian
Potensi:
a. Terkuasainya beberapa jenis
teknologi sederhana s.d medium :
foundry, metal cutting, fabrication,
metal joining & assembling
b. Upah kerja cukup bersaing
c. Sarana produksi yang tersedia
cukup memadai
d. Adanya kemampuan dan
pengalaman produksi barang/jasa
sejenis
Permasalahan:
a. Teknologi pembuatan/produksi
yang membutuhkan presisi tinggi
belum sepenuhnya dikuasai : die
casting, forging, heat treatment, tool
making, tolerance & standard serta
teknologi produk
b. Kelemahan dalam manajemen &
pemasaran
c. Keterbatasan kemampuan industri
sub kontrakting
d. Terbatasnya penerapan SNI
e. Kurangnya dukungan lembaga
21
-
konsultansi & asosiasi profesi
f. Pengusaha industri umumnya
berlatar belakang pedagang
4. Industri Logam
Potensi:
a. Indonesia memiliki cadangan bahan
baku yang cukup besar, dalam hal
ini sumber daya mineral lokal
sebagai bahan baku;
b. Indonesia memiliki cadangan
sumber energi berupa gas alam dan
batubara;
c. Indonesia memiliki tenaga kerja
industri (sumber daya manusia)
yang kompeten;
d. Telah diberlakukannya SNI Wajib
untuk beberapa produk industri
logam dalam rangka meningkatkan
daya saing industri melalui
penguasan pasar dalam negeri
maupun ekspor;
Permasalahan:
a. Belum terintegrasinya kebijakan
pengembangan dan pembinaan
industri logam;
b. Struktur industri logam masih
lemah ditandai tingginya
kandungan impor bahan baku serta
lemahnya daya saing di pasar global
c. Nilai yang dibutuhkan untuk
berinvestasi sangat tinggi,
dikarenakan infrastruktur
industrinya belum memadai
sehingga selain membangun pabrik,
investor harus membangun
infrastruktur pendukung lainnya.
d. Ketergantungan pada bahan baku
impor serta produk antara tertentu,
menjadikan posisi tawar industri
22
-
logam nasional, baik di pasar lokal
apalagi pasar global menjadi lemah
karena cenderung didikte pasar
dalam hal pasokan bahan baku;
e. Pada umumnya industri logam
masih menggunakan teknologi dan
mesin produksi sudah tua;
f. Efisiensi dan daya saing rendah;
g. Penggunaan energi belum efisien;
h. Belum adanya standarisasi
kompetensi kerja nasional indonesia
sektor industri logam
i. Belum sinkronnya progam
penelitian dan pengembangan yang
dilakukan oleh lembaga penelitian
dan akademisi dengan kebutuhan
industri (skala ekonomis);
j. Ekonomi biaya tinggi.
1.4 PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Perubahan kondisi ekonomi global sejak krisis 2008, telah
memunculkan berbagai tantangan baru yang semakin komplek
dalam pengelolaan stabilitas makro ekonomi. Di tengah berbagai
upaya yang terus ditempuh untuk mengatasi berbagai
23
-
permasalahan struktural di dalam negeri, perekonomian Indonesia
selama tahun 2015 dihadapkan pada rangkaian kejutan eksternal
dalam perekonomian global, yang berdampak ke Indonesia.
Pemulihan ekonomi global ternyata tidak sesuai harapan, berjalan
lambat, tidak berimbang, dan masih penuh ketidakpastian. Negara
maju, terutama perekonomian Amerika Serikat memperlihatkan
pemulihan yang lebih solid. Sedangkan perekonomian negara
berkembang, terutama Tiongkok, mengalami perlambatan
struktural, yang pada gilirannya terus menekan kinerja ekspor
Indonesia. Ketidakseimbangan dalam pemulihan ekonomi global
tersebut mengakibatkan terjadinya divergensi siklus kebijakan
moneter antara berbagai negara.
Struktur ekspor Indonesia lebih berbasis sumber daya alam
sehingga merosotnya harga komoditas berdampak signifikan pada
kinerja ekspor, yang pada gilirannya mempengaruhi perlambatan
kinerja di berbagai sektor perekonomian. Di samping itu,
ketergantungan bahan baku impor yang cukup besar dalam
komoditas ekspor menjadikan tidak optimalnya sektor industri
berorientasi ekspor dalam memanfaatkan depresiasi rupiah untuk
meningkatkan kinerja ekspor.
Beberapa kondisi ekonomi yang terjadi selama kurun waktu
dari penetapan dokumen Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika dan
perubahan Rencana Strategis Kementerian Perindustrian tahun
2015 – 2019 sebagaimana Peraturan Menteri Perindustrian
Republik Indonesia Nomor 85.1/PER/12/2016, menjadi dasar
pertimbangan dalam penyusunan perubahan dokumen Rencana
Strategi Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat
Transportasi dan Elektronika.
24
-
Perubahan Rencana Strategi Direktorat Jenderal Industri
Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika ini mencakup
penyempurnaan arah kebijakan baik visi, misi, tujuan dan
sasaran strategis, maupun penyesuaian target kinerja Direktorat
Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika.
1.5 Analisa Capaian Kinerja Tahun Sebelumnya
Ditinjau dari aspek pencapaian kinerja yang diamanahkan dalam RencanaStartegis, Rencana Kerja, dan kinerja sasaran sebagaimana ditetapkan dalamdokumen Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal ILMATE tahun 2016, makasecara garis besar Ditjen ILMATE telah berhasil melaksanakan tugas pokok,fungsi dan misi yang diemban. Hal tersebut tercermin dari keberhasilanpencapaian sasaran strategis dan kinerja lainnya sebagaimana diurakandalam Bab III, yang merupakan dampak dari pelaksanaan tugas pokok danfungsi Direktorat Jenderal ILMATE.
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-halsebagai berikut:1. Sasaran-sasaran strategis perspektif stakeholder sebagaiman ditetapkan
dalam dokumen Penetapan Kinerja tahun 2016 berhasil dicapai DirektoratJenderal ILMATE dengan nilai rata-rata capaian sebesar 90 persen. Nilaicapaian ini sudah menggambarkan beberapa peningkatan dan perbaikanbaik dalam hal penetapan indikator dan target maupun dalampencapaiannya.
2. Sasaran strategis perspektif proses internal yang telah ditetapkan dalamdokumen Penetapan Kinerja tahun 2016, Nilai rata-rata capaian sasaranstrategis perspektif proses internal yang berhasil dicapai DirektoratJenderal ILMATE sebesar 95 persen. Nilai capaian ini sudahmenggambarkan beberapa peningkatan dan perbaikan baik dalam halpenetapan indikator dan target maupun dalam pencapaiannya.
3. Sasaran-sasaran strategis perspektif pembelajaran oganisasisebagaimana ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja tahun 2016berhasil dicapai Direktorat Jenderal ILMATE dengan nilai rata-rata capaiansebsar 90 persen. Nilai capaian ini sudah menggambarkan beberapapeningkatan dan perbaikan baik dalam hal penetapan indikator dan targetmaupun dalam pencapaiannya.
4. Belum seluruh sasaran strategis dan indikatornya menunjukkan nilai
25
-
capaian seperti yang diharapkan, karena itu perlu dilakukan evaluasi lebihlanjut terhadap proses perencanaan program dan penganggaran dalamrangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
1.5.1 ANALISIS CAPAIAN KINERJA PEMANGKU KEPENTINGAN
Pencapaian kinerja sasaran seperti yang telah ditetapkan sebagaiperjanjian kontrak dalam dokumen Penetapan Kinerja tahun 2016 merupakantahapan dari upaya pencapaian kinerja sasaran yang telah ditetapkan dalamRencana Strategis Direktorat Jenderal ILMATE tahun 2016 - 2019. Kinerjasasaran yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal ILMATEtahun 2014 mencakup 4 (empat) sasaran strategis dalam perspektifPemangku Kepentingan (Stakeholder) yang diukur melalui 8 (delapan)Indikator Kinerja Utama (IKU).
1. Meningkatnya Peran Industri dalam PerekonomianNasional
Peran industri dalam perekonomian diindikasikan dengan perkembanganlaju pertumbuhan PDB industri pengolahan non-migas dan Kontribusi PDBindustri pengolahan non-migas terhadap PDB nasional. Sasaran strategis iniakan dicapai melalui Indikator Kinerja Utama:a. Laju pertumbuhan PDB Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan
Elektronika dengan target tahun 2014 sebesar 6,44 persen;b. Kontribusi PDB Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika
terhadap PDB nasional dengan target sebesar 4,91 persen;
Laju pertumbuhan PDB Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, danElektronika dihitung atas dasar harga berlaku konstan yang dipublikasikanoleh BPS.
Kontribusi PDB Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronikaterhadap PDB nasional dihitung dengan membandingkan nilai PDB IndustriLogam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika terhadap PDB nasional.
Tabel 3.9Capaian IKU dari Meningkatnya Peran Industri dalam Perekonomian
Nasional
SasaranStrategis IKU
Realisasi TargetRealisa
si
Capaian
(persen)
Satuan
2014 2015 2016
26
-
Meningkatnyaperan industridalam perekonomiannasional
Laju pertumbuhan PDB ILMATE
5,52 5,6 6,44 5,18 80,43 Persen
Kontribusi PDB ILMATE terhadap PDB nasional
4,94 4,64 4,91 4,91 100 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target dan realisasi, dibandingkan denganpencapaian tahun 2015, indikator laju pertumbuhan PDB ILMATE pada tahun2016 diprognosakan sebesar 5,18 persen, mengalami penurunan sebesar 0,42persen dibanding tahun 2015. Sementara itu Kontribusi PDB ILMATE padatahun 2016 diprognosakan sebesar 4,64 persen, nilai ini turun sebesar 0,30persen dibandingkan tahun 2014.
2. Meningkatnya Penguasaan Pasar di Dalam dan LuarNegeri
Meningkatnya penguasaan pasar dalam negeri dimaksudkan untukmeningkatkan penjualan produk dalam negeri dibandingkan dengan seluruhpangsa pasar. Sedangkan penguasaan pangsa pasar di luar negeridimaksudkan untuk meningkatkan nilai ekspor produk ILMATE sehingga dapatmeningkatkan rasio/perbandingan nilai ekspor ILMATE terhadap nilai eksporkeseluruhan. Indikator Kinerja Utama sasaran strategis ini adalah: Kontribusiekspor produk ILMATE terhadap ekspor nasional dengan target pada tahun2016 sebesar 18,97 persen.
Kontribusi ekspor produk ILMATE terhadap ekspor nasional diukur melaluipenghitungan perbandingan nilai ekspor industri Logam, Mesin, AlatTransportasi, dan Elektronika terhadap nilai ekspor nasional.
Tabel 3.10Capaian IKU dari Meningkatnya Penguasaan Pasar di Dalam dan Luar
Negeri
SasaranStrategis IKU
Realisasi TargetRealisa
siCapaian(persen
) Satuan2014
2015 2016
Meningkatnya penguasaan pasar di dalam dan luar negeri
Kontribusi ekspor produk ILMATE terhadap ekspor nasional
12,55
13,29 19,13 19,15 100,1 Persen
Pada periode 2014 sampai dengan 2016, ekspor produk ILMATE terusmengalami peningkatan. Tren peningkatan ekspor produk ILMATE pada
27
-
periode tersebut sebesar 4,64 persen. tahun 2016 nilai ekspor produk ILMATEdiproyeksikan sebesar US$ 13,29 miliar. Terjadi penurunan yang cukupsignifikan yang disebabkan karena melemahnya ekonomi dunia, penurunanekspor ini terjadi pada seluruh sektor di ILMATE. Produk terpilih ILMATE yangmenjadi kontribusi terbesar terhadap ekspor ILMATE yaitu :komponenelektronika, komponen KBM, elektronika konsumsi, KBM Roda 4, AlatPemrosesan data (terutama printer), peralatan listrik rumah tangga, danperkapalan.
3. Meningkatnya Penyerapan Tenaga Kerja di SektorILMATE
Sasaran strategis ini dimaksudkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitaspenyerapan tenaga kerja melalui penciptaan lapangan kerja yang produktif.Sasaran strategis ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama: Jumlahpenyerapan tenaga kerja di sektor ILMATE dengan target sebanyak 100.000tenaga kerja.
Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor ILMATE diukur denganmenghitung jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor industri Logam,Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika selama tahun 2016.
Tabel 3.11Capaian IKU dari Meningkatnya Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor
ILMATE
SasaranStrategis
IKU Realisasi Target RealisasiCapaian(persen
) Satuan
2014 2015 2016
Meningkatnya penyerapan tenaga kerja disektor ILMATE
Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor ILMATE
170.195
142.185 100.000 215.400 215,4
TenagaKerja
Selama periode tahun 2016, penambahan jumlah tenaga kerja ILMATEadalah 215.400 tenaga kerja. Secara keseluruhan jumlah tenaga kerja ILMATEpada tahun 2016 sebanyak 1.976.400 tenaga kerja, meningkat 12,25 persenatau 215.400 tenaga kerja dibandingkan tahun 2014.
4. Menguatnya Struktur Industri
Sasaran strategis ini bertujuan untuk memperkuat struktur industripengolahan non-migas dengan menumbuhkan industri hulu dan antara yang
28
-
berbasis sumber daya alam. Sasaran strategis ini diukur melalui indikatorkinerja utama: Rasio impor bahan baku, bahan penolong, barang modalterhadap PDB industri non migas dengan target 17,53 persen.
Rasio impor bahan baku, bahan penolong, barang modal terhadap PDBindustri non migas merupakan perbandingan nilai impor bahan baku, bahanpenolong, dan barang modal terhadap PDB industri pengolahan non-migasyang diharapkan terus menurun.
Tabel 3.12Capaian IKU dari Menguatnya Struktur Industri
SasaranStrategis IKU
Capaian TargetRealisa
si
Capaian
(persen) Satuan
2013 2015 2016
Menguatnyastruktur industri
Rasio impor bahan baku, bahan penolong, barang modal terhadap PDB industri non migas
- 9,71 17,53 8,74 49,86 Persen
Selama periode tahun 2016, Rasio impor bahan baku, bahan penolong,barang modal terhadap PDB industri non migas sebesar 8,74 %, rasiomenunjukan kekuatan struktur industri dalam negeri semakin kecil rasio,semakin kuat struktur industri. Diharapkan tahun berikutnya rasio akansemakin menurun.
1.5.2 ANALISIS CAPAIAN KINERJA PROSES INTERNAL
1. Tersusunnya Kebijakan Pembangunan Industri Searahdengan Ideologi TRISAKTI dan Agenda PrioritasPresiden (NAWACITA)Merupakan arah kebijakan pembangunan industri sesuai dengan ideologi
TRISAKTI dan Agenda Prioritas Presiden (NAWACITA). Capaian sasaranstrategis ini diukur melalui Indikator Kinerja Utama: a. Tersusunnya Peraturan Pemerintah (PP) dengan target 1 Peraturan;b. Tersusunnya Peraturan Presiden (Perpres) dengan target 0 Peraturan;c. Tersusunnya Peraturan Menteri (Permen) dengan target 1 Peraturan.
29
-
Tabel 3.13Capaian IKU dari Tersusunnya Kebijakan Pembangunan IndustriSearah dengan Ideologi TRISAKTI dan Agenda Prioritas Presiden
(NAWACITA)
SasaranStrategis IKU
Capaian TargetRealisa
si
Capaian
(persen) Satuan
2014
2015 2016
Tersusunnya Kebijakan Pembangunan Industri Searah dengan IdeologiTRISAKTI dan Agenda Prioritas Presiden (NAWACITA)
Tersusunnya Peraturan Pemerintah
- - 1 1 100 Peraturan
Tersusunnya Peraturan Presiden
- - 0 - 0 Peraturan
Tersusunnya Peraturan Menteri
- - 1 - 0 Peraturan
Salah satu Peraturan Pemerintah (PP) yang telah selesai dibahas yaituterevisi Peraturan Pemerintah nomor 52 Tahun 2011 mengenai PerubahanKedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Fasilitas PajakPenghasilan Untuk Penanaman Modal Di Bidang-Bidang Usaha TertentuDan/Atau Di Daerah-daerah Tertentu.
Untuk pembahasan tersusunnya kebijakan pembangunan industri DitjenILMATE telah melakukan pembahasan beberapa peraturan menteridiantaranya :
• Peraturan Menteri (Permen) terkait Solar Panel• Revisi Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) nomor 68 tahun
2014 mengenai Ketentuan Pemberian Rekomendasi Penetapan SebagaiImportir Terdaftar Telepon Seluler, Komputer Genggam (Handheld), DanKomputer Tablet.
• Revisi Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) nomor 65 tahun2016 mengenai Ketentuan Dan Tata Cara Penghitungan Nilai TingkatKomponen Dalam Negeri Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam(Handheld), Dan Komputer Tablet.
• Revisi Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) nomor 38 tahun2013 mengenai Katub Tabung Baja Elpiji
Saat ini keempat draft tersebut telah selesai proses pembahasan di Uniteselon 2 dan saat ini sedang dikaji oleh bagian Biro Hukum KementerianPerindustrian.
2. Meningkatkan Daya Saing Industri melalui
30
-
Pengembangan Standarisasi Industri
Meningkatnya daya saing industri pengolahan non-migas melaluiPenyusunan SNI, ST dan PTC sesuai arah kebijakan pembangunan industri,penerapan SNI secara sukarela dan penerapan SNI, ST dan PTC yangdiberlakukan secara wajib serta penguatan infrastruktur mutu standardisasiindustri. Capaian sasaran strategis ini diukur melalui Indikator Kinerja Utama:Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dengan target sebanyak10 RSNI.
Tabel 3.14Capaian IKU dari Meningkatkan Daya Saing Industri melalui
Pengembangan Standarisasi Industri
SasaranStrategis IKU
Realisasi Target RealisasiCapaian(persen) Satuan201
4201
52015
Meningkatkan Daya Saing Industri melalui Pengembangan Standarisasi Industri
Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
- 8 10 13 130 RSNI
Sasaran strategis dalam rangka meningkatnya daya saing industri melaluipengembangan standardisasi industri telah selesainya 13 RSNI/SNI di sektorindustri ILMATE diantaranya :
RSNI Peralatan dan Aksesories LPG-Sistem Propulsi LPG untuk Kapal RSNI Insinerator RSNI Road Vehicles RSNI Baut Bantuan Belah Jepit Baja RSNI Rol Karet Pengupas Gabah Revisi SNI 1591-2012 Katup Tabung RSNI Spesifikasi Teknis Boiler di bawah 300 ton/jam RSNI Road Vehicles-Compressed Natural Gas (CNG) fuel system Part 2:
Test Methods RSNI Road Vehicles-Compressed Natural Gas (CNG) fuel system Part 17:
Flexible Fuel Line RSNI Road Vehicles-Compressed Natural Gas (CNG) fuel system Part 18:
Filter RSNI Produk Aluminium Foil RSNI Baja Tulangan Beton
31
-
Sedangkan untuk SNI Wajib, pada tahun 2016 Ditjen ILMATE telahmemberlakukan SNI wajib untuk 1 (satu) produk yaitu SNI Wajib Produk PipaBaja Saluran Air
3. Meningkatnya Investasi Sektor Industri melaluiFasilitasi Pemberian Insentif Fiskal dan Nonfiskal
Merupakan Upaya meningkatkan investasi di industri pengolahan non-migas melalui pemberian fasilitasi, promosi investasi industri, serta pemberianinsentif bagi investasi di bidang industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, danElektronika. Capaian sasaran strategis ini diukur melalui Indikator KinerjaUtama: Nilai investasi di sektor industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, danElektronika dengan target Rp. 15,73 Triliun.
Nilai investasi di sektor industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, danElektronika merupakan jumlah realisasi investasi di sektor industri Logam,Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika.
Tabel 3.15Capaian IKU dari Meningkatnya Investasi Sektor Industri melalui
Fasilitasi Pemberian Insentif Fiskal dan Nonfiskal
Sasaran StrategisIKU Realisasi Target Realisasi Capaian Satua
n2014 2015 2016
Meningkatnya aksespembiayaan dan bahan baku untuk meningkatkan kapasitas produksi
Nilai investasi disektor industri
53,21 74,1 15,73 93,23 592,7 % Rp.Triliun
Tabel 3.16Realisasi investasi per sektor industri
Sektor Nilai Investasi (Triliun)
2013 2014 2015 2016
ILMATE 83,51 53,21 74,1 93,23
Logam 31,17 19,04 37,88 42,89
Mesin 4,75 5,61 8,09 9,69
Alat Transportasi 40,99 22,02 24,61 35,86
Elektronika 6,6 6,54 3,52 4,8
32
-
Realisasi nilai investasi ILMATE tahun 2016 sebesar Rp. 93,23 Triliun.Sektor Industri Logam pada tahun 2016 memiliki realisasi investasi tertinggiyaitu sebesar Rp. 42,89 Triliun, diikuti dengan sektor industri alat transportasidengan total investasi Rp. 35,86 triliun, lalu sektor industri mesin dengan nilaiRp. 9,69 triliun, dan sektor industri elektronika dengan nilai investasi Rp. 4,8triliun.
Beberapa perusahaan yang melakukan investasi baik perluasan maupunpembangunan pabrik baru antara lain:a. PT. Indoferro memproduksi pig iron dengan kapasitas 500.000 ton/tahun
dan nikel pig iron dengan kapasitas 250.000 ton/tahunb. PT. Krakatau Osaka Steel secara trial yang memproduksi besi beton, besi
siku, besi U, dan besi plat dengan kapasitas produksi 500ribu ton/tahunc. PT. Jogja Magasa Iron dengan kapasitas 1juta ton/tahund. PT. Sebuku Lateritic Iron & Steel untuk pembangunan Pabrik yang
memproduksi Pig Iron dengan kapasitas 3juta ton per tahun di Sebuku e. PT Antam Tbk (Joint Venture antara PT Antam dengan Hangzhou Jinjiang
Group) dengan Proyek Pembangunan Alumina Refinery Plant/ SmelterGrade Alumina (SGA)
f. PT. Well Harvest Winning Alumina Refinery dengan Proyek PembangunanAlumina Refinery Plant/ Smelter Grade Alumina (SGA)
g. PT. Feni Haltim sebesar 300 Ribu Ton dan PT. Bumi Selaras sebesar 60 RibuTon serta PT. Weda Bay Nickel sebesar 60 Ribu Ton
Untuk meningkatkan daya saing industri di pasar domestik, Ditjen ILMATEtelah menyusun pemberian insentif fiskal berupa Bea Masuk DitanggungPemerintah (BMDTP) sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor273/PMK.010/2015 perihal Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) SektorIndustri Tertentu Tahun Anggaran 2016. Dari pagu anggaran untuk BMDTPsebesar Rp. 254.892.000.000,- (dua ratus lima puluh empat miliar delapanratus Sembilan puluh dua juta rupiah), yang terealisasin adalah sebesar Rp.130.390.324.000,- (seratus tiga puluh miliar tiga ratus Sembilan puluh jutatiga ratus dua puluh empat ribu rupiah) atau 51,15 persen dari pagu anggaranuntuk BMDTP.
BMDTP tahun 2016 dimanfaatkan oleh 48 perusahaan di lingkup ILMATEyaitu:1. Dit. IL sebanyak 0 perusahaan dengan total nilai Rp. 0,-2. Dit. IPAMP sebanyak 5 perusahaan dengan total nilai Rp. 2.659.924.000,-
33
-
3. Dit. IMATAP sebanyak 28 perusahaan dengan total nilai Rp.108.943.515.000,-
4. Dit. IET sebanyak 15 perusahaan dengan total nilai Rp. 18.786.885.000,-
Selain usulan insentif fiskal, Direktorat Jenderal ILMATE juga memberikaninsentif non fiskal berupa fasilitasi bantuan peralatan. tahun 2016 DirektoratJenderal ILMATE memberikan bantuan mesin/peralatan kepada instansi dalamrangka mendukung pelaksanaan SNI wajib dan penguatan teknologi industri.Bantuan mesin/peralatan tersebut antara lain:
a. Pengadaan peralatan industri manufaktur untuk peningkatan TKDN diSTMI Jakarta;
b. Pengadaan bantuan mesin peralatan untuk BBIHP di Makassar; c. Pengadaan furniture Bandung Technopark di Bandung; d. Pembuatan Prototype KBM Multiguna Pedesaan (Dump Pick Up) di Solo;e. Pembuatan Prototype KBM Multiguna Pedesaan (PTO) di Solo;f. Pengadaan bantuan alat untuk design center kereta api (large format
printer) di Bandung;g. Pembangunan gedung PPTIK-Alkes (lanjutan tahun 2015) di Bandung;
4. Meningkatnya Ketersediaan Data Sektor Industrimelalui Penyelenggaraan Sistem Informasi IndustriNasional
Membangun Sistem Informasi yang mampu mengumpulkan dan mengolahdata dan informasi industri secara elektronik, terkoneksi antar sistem,terjamin keamanan dan kerahasiannya serta mudah diakses, sehingga dapatmeningkatkan pelayanan publik, efisiensi, inovasi dalam pembangunanindustri. Capaian sasaran strategi ini diukur melalui Indikator Kinerja Utama:1. Jenis Data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional dengan
terget 2 Database.2. Jenis Informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
dengan target 4 Jenis Informasi.
Jenis Data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasionalmerupakan data yang tersedia dalam Sistem Informasi Industri Nasionalpaling sedikit meliputi : Data Industri; Data Kawasan Industri; dataperkembangan dan peluang pasar; dan data perkembangan Teknologi Industri.
Jenis Informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasionalmerupakan Informasi yang tersedia dalam Sistem Informasi Industri Nasional
34
-
paling sedikit meliputi : perkembangan Industri; perkembangan dan peluangpasar; perkembangan Teknologi Industri; perkembangan investasi dan sumberpembiayaan Industri; perwilayahan Industri; sarana dan prasarana Industri;sumber daya Industri;dan kebijakan Industri dan fasilitas Industri.
Tabel 3.17Capaian IKU dari Meningkatnya Ketersediaan Data Sektor Industri
melalui Penyelenggaraan Sistem Informasi Industri Nasional
SasaranStrategis
IKU RealisasiTarge
tRealisa
siCapaian(Persen
) Satuan2015 2016
MeningkatnyaKetersediaan Data Sektor Industri melalui Penyelenggaraan Sistem Informasi Industri Nasional
Jenis Data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
2 2 2 100 Database
Jenis Informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
4 4 2 50 JenisInformasi
Pada tahun 2016 Ditjen ILMATE menyusun 2 (dua) jenis Database yaitu: 1. ILMATE dalam angka tahun 2016 yang berisi data-data kinerja sektor
ILMATE pada tahun 2016 yang mencakup: pertumbuhan, ekspor, impor,tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan industri, serta sebaranindustri.
2. Profil perusahaan dibawah binanan Direktorat Jenderal Industri Logam,Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika.
Selain itu Ditjen ILMATE juga telah mengembangkan 2 (dua) jenis sisteminformasi guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Ditjen ILMATE,keempat sistem informasi itu adalah sebagai berikut:1. Penyempurnaan website Ditjen ILMATE; dan2. Pembuatan majalah Ditjen ILMATE sebanyak 4 edisi
1.5.3 ANALISIS CAPAIAN KINERJA PEMBELAJARAN ORGANISASI
1. Meningkatnya Ketersediaan Sarana dan PrasaranaPendukung Pelaksanaan Tugas dan Fungsi
35
-
Sasaran strategis ini bertujuan untuk melihat peningkatan pemenuhansarana dan prasarana di lingkungan Ditjen ILMATE. Capaian sasaran strategisini diukur melalui Indikator Kinerja Utama: Tingkat pemenuhan sarana danprasarana kerja dengan target sebesar 90 persen.
Tabel 3.18Capaian IKU dari Meningkatnya Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Pendukung Pelaksanaan Tugas dan Fungsi
SasaranStrategis IKU
RealisasiTarget
Realisasi
Capaian
(persen)
Satuan
2014 2015 2016Meningkatnya Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendukung Pelaksanaan Tugas dan Fungsi
Tingkat pemenuhansarana dan prasarana kerja
- 90 90 90 100 Persen
Pada tahun 2016 Direktorat jenderal ILMATE telah melakukanpemeliharaan dan peremajaan peralatan dan perlengkapan perkantoran diseluruh Direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal ILMATE dengan totalanggaran sebesar Rp. 303.500.175,- (tiga ratus tiga juta lima ratus ribuseratus tujuh puluh lima rupiah).
2. Meningkatnya Kualitas Perencanaan danPenganggaran
Sasaran Strategis ini bertujuan untuk menganalisa pelaksanaan tugasperencanaan dan penganggaran melalui sistem perencanaan danpenganggaran yang aplikatif, terukur, dan akuntabel guna melayanipengembangan industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronikasehingga program-program dapat berjalan dengan baik. Capaian sasaranstrategis ini diukur melalui Indikator Kinerja Utama :a. Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan
dengan target sebesar 90 persen. Tingkat kesesuaian rencana kegiatandengan dokumen perencanaan merupakan persentase realisasi jumlahoutput dangan output dokumen RKAKL Ditjen ILMATE.
Tabel 3.19
36
-
Capaian IKU dari Meningkatnya Kualitas Perencanaan dan Pelaporan
SasaranStrategis IKU
Realisasi TargetRealisa
siCapaian(persen) Satua
n2014
2015 2016
Meningkatnya Kualitas Perencanaan dan Penganggaran
Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan
90 90 90 90 100 Persen
Pelaksanaan kegiatan Ditjen ILMATE tahun 2016 dan realisasi per outputsebagaimana terlampir dalam lampiran.
3. Meningkatnya Kualitas Pelaporan PelaksanaanKegiatan dan Anggaran
Sasaran strategis ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sistempelaporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran melalui sistem pelaporan yanghandal. Capaian sasaran strategis ini diukur melalui Indikator Kinerja Utama:Nilai SAKIP Ditjen ILMATE dengan target predikat nilai B. Nilai SAKIP DitjenILMATE merupakan nilai SAKIP yang dinilai oleh Kementerian PAN danReformasi Birokrasi.
Tabel 3.20Capaian IKU dari Terbangunnya Organisasi yang Profesional dan Pro
Bisnis
Sasaran Strategis IKURealisasi Target
Realisasi
Capaian
(persen) Satuan
2014
2015 2016
Meningkatnya Kualitas Pelaporan PelaksanaanKegiatan dan Anggaran
Nilai SAKIP Ditjen ILMATE
B C B - - Predikat
Pada tahun 2015 Ditjen ILMATE memperoleh nilai penilaian SAKIP 55,90atau ekuivalen dengan predikat C (cukup), hal ini dikarenakan jatuhnya nilairealisasi anggaran Ditjen ILMATE tahun 2014 dimana ada beberapa kegiatanprioritas yang tidak dapat dilaksanakan antara lain: konverter kit danpengembangan Kendaraan Angkutan Umum Murah (KAUM).
Dibandingkan dengan capaian tahun 2014, Nilai SAKIP Ditjen ILMATEsebesar 72,21. Penurunan ini disebabkan adanya perubahan dalam kriteriapenilaian oleh KemenPAN dalam menilai laporan kinerja instansi pemerintah.
4. Meningkatnya Implementasi Kebijakan Industri Melalui
37
-
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan.
Sasaran strategis ini bertujuan untuk mamantau dan mereviewpelaksanaan kebijakan penumbuhan industri Logam, Mesin, Alat Transportasi,dan Elektronika. Capaian sasaran strategis ini diukur melalui Indikator KinerjaUtama: Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakan industri dengan target 1rekomendasi.
Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakan industri merupakan jumlahrekomendasi untuk perbaikan kebijakan penumbuhan industri Logam, Mesin,Alat Transportasi, dan Elektronika.
Tabel 3.21Capaian IKU dari Terbangunnya Sistem Informasi yang Terintegrasi
dan Handal
SasaranStrategis IKU
Realisasi TargetRealisa
siCapaian(persen
) Satuan201
42015 2016
Meningkatnya Implementasi Kebijakan Industri Melalui Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan
Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakan industri
- 1 1 1 100 Rekomendasi
Pada tahun 2016 Ditjen ILMATE telah melakukan monitoring dan evaluasiterhadap bantuan mesin/peralatan yang telah diserahkan keinstansi/balai/masyarakat untuk dapat mengetahui kemanfaatan dari bantuanyang telah diberikan dengan metode kunjungan langsung / survey lapangandengan wawancara dan pengisian kuesioner. Rekomendasi yang dihasilkandari hasil monev tersebut adalah agar lebih selektif dalam memilih calonpenerima bantuan dan spesifikasi teknis bantuan mesin/peralatan yangdiberikan harus sesuai dengan kebutuhan penerima.
38
-
BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN
PEMBANGUNAN INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT
TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA
2.1. VISI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM, MESIN,
ALAT TRANSPORTASI, DAN ELEKTRONIKA
Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan, dan
tantangan yang dihadapi ke depan sebagaimana yang telah
dijelaskan pada Bab I, maka Direktorat Jenderal Industri
Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Industri
Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika dituntut
untuk melakukan pengaturan, pembinaan, dan
pengembangan industri. Untuk itu, maka disusunlah visi dan
misi Pembangunan Industri yang akan dicapai melalui
39
-
pencapaian tujuan, sasaran strategis, dan pelaksanaan
program dan kegiatan utama maupun kegiatan pendukung
sebagaimana digambarkan pada peta strategis Direktorat
Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan
Elektronika pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Peta Strategi Ditjen ILMATE
Apabila keseluruhan hal tersebut dapat terpenuhi, maka
berarti Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat
Transportasi, dan Elektronika telah mampu berperan dalam
mendukung pencapaian visi, misi, sasaran, dan target
pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan pada
RPJMN 2015 2019, serta mendukung pencapaian tujuan
berbangsa dan bernegara sesuai dengan amanat UUD 1945,
yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur. Oleh karena itu, Visi Pembangunan Industri tahun
2015 – 2019 adalah:
“Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing
dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan
Sumber Daya Alam dan Berkeadilan”.
Sedangkan visi Direktorat Jenderal Industri Logam,
Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika sebagai turunan
40
-
dari visi Kementerian Perindustrian tahun 2015 – 2019
adalah:
“Terwujudnya Struktur Industri Logam, Mesin, Alat
Trasportasi, dan Elektronika yang kuat berbasiskan
sumberdaya alam dan berkeadilan dalam rangka
meningkatkan daya saing industri”.
2.2. MISI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM, MESIN,
ALAT TRANSPORTASI, DAN ELEKTRONIKA
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan
tindakan nyata dalam bentuk 3 (tiga) misi sesuai dengan
tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin,
Alat Transportasi, dan Elektronika sebagai berikut:
41
-
1. Memperkuat dan memperdalam struktur industri logam,
mesin, alat transportasi, dan elektronika untuk
mewujudkan industri nasional yang mandiri, berdaya
saing, maju, dan berwawasan lingkungan;2. Meningkatkan nilai tambah industri logam, mesin, alat
transportasi, dan elektronika di dalam negeri melalui
pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan
dengan meningkatkan penguasaan teknologi dan
inovasi;3. Menumbuhkan populasi industri logam, mesin, alat
transportasi, dan elektronika guna memberikan
kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
Pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah
Indonesia guna memperkuat dan memperk6kuh ketahanan
nasional. Sesuai dengan hasil analisis lingkungan strategis
yang telah diidentifikasi dan dengan memperhatikan visi dan
misi Industri Nasional Indonesia yang tertuang dalam
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN), maka
dapat dirumuskan kondisi mendatang yang diharapkan dapat
diwujudkan oleh Industri Nasional. Kondisi mendatang ini
dibagi ke dalam tiga tahapan waktu, yaitu kurun waktu 2015
2019 sebagai fase untuk mewujudkan visi pembangunan
industri nasional yang memiliki nilai tambah sumber daya
alam pada industri hulu berbasis agro, mineral dan migas,
yang diikuti dengan pembangunan industri pendukung dan
andalan secara selektif melalui penyiapan SDM yang ahli dan
kompeten di bidang industri, serta meningkatkan
penguasaan teknologi. Kurun waktu 20202024 sebagai fase
mewujudkan visi pembangunan industri nasional yang
memiliki keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan
melalui penguatan struktur industri dan penguasaan
42
-
teknologi, serta didukung oleh SDM yang berkualitas. Kurun
20252035 sebagai kelanjutan untuk mewujudkan kedua visi
tersebut yaitu menjadikan Indonesia Negara Industri Tangguh
Dunia. Arah Pembangunan Jangka Panjang adalah
pembangunan daya saing bangsa dengan menghasilkan
Sumber Daya Manusia yang berkualitas, terwujudnya
perekonomian domestik berorientasi dan berdaya saing
global, penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan Iptek,
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan maju
serta reformasi hukum dan birokrasi.
Pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan
industri yang berdaya saing, baik di pasar lokal maupun
internasional, dengan struktur industri yang sehat dan
berkeadilan serta mendorong perkembangan ekonomi di luar
Pulau Jawa terutama untuk industri komponen dan industri
perkapalan. Struktur industri dalam hal penguasaan usaha
akan disehatkan dengan meniadakan praktikpraktik
monopoli dan berbagai distorsi pasar melalui penegakan
persaingan usaha yang sehat dan prinsipprinsip pengelolaan
usaha yang baik dan benar. Struktur industri dalam hal skala
usaha akan diperkuat dengan menjadikan industrI kecil dan
menengah sebagai basis industri nasional yang sehat,
sehingga mampu tumbuh dan terintegrasi dalam mata rantai
pertambahan nilai dengan industri hilir dan industri berskala
besar.
Lima garis besar pengembangan yang dijabarkan pada
RPJPN adalah pengembangan industri yang mengolah
Sumber Daya Alam, pengembangan industri yang
memperkuat kemampuan dan pembangunan jaringan
interaksi, komunikasi dan informasi, pengembangan industri
43
-
yang mampu merespon dinamika pasar dalam negeri maupun
pasar global dan pengembangan industri yang memperkuat
integrasi ekonomi nasional, kemandirian bangsa, dan
keterkaitan antar industri ke depan.
2.3. TUJUAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM,
MESIN, ALAT TRANSPORTASI, DAN ELEKTRONIKA
Pembangunan Industri Logam Mesin Alat Transportasi
dan Elektronika merupakan bagian dari penyokong dan
penopang pembangunan nasional, oleh sebab itu
pembangunan industri harus diarahkan untuk mendorong
terwujudnya industri yang mampu memberikan sumbangan
berarti bagi pembangunan ekonomi, sosial dan politik
Indonesia. Pembangunan sektor industri logam, mesin, alat
transportasi, dan elektronika tidak hanya ditujukan untuk
mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri
yang disebabkan oleh melemahnya daya saing dan krisis
global yang melanda dunia saat ini saja, melainkan juga
mampu turut mengatasi permasalahan nasional, serta
meletakkan dasardasar membangun industri andalan masa
depan.
Adapun tujuan rencana strategis Direktorat Jenderal
Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika
adalah meningkatnya peran industri Logam, Mesin, Alat
Transportasi dan Elektronika dalam perekonomian nasional.
Untuk mewujudkan pencapaian tujuan pembangunan
industri logam mesin alat transportasi dan elektronika maka
perlu dirumuskan indikatorindikator kinerja tujuan yang
sifatnya kuantitatif sehingga mudah untuk diukur
44
-
keberhasilan pencapaiannya. Adapun indikator ketercapaian
tujuan sebagiaman yang telah ditetapkan yaitu:
1. Laju pertumbuhan industri logam, mesin, alat
transportasi, dan elektronika
2. Kontribusi industri logam, mesin, al
top related