ptk pkn a
Post on 06-Aug-2015
138 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
KARYA TULIS ILMIAH
EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE TANYA JAWAB PADA MATERI
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI KELAS XII PMS 2 SMK NEGERI I
LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Diajukan untuk Pengembangan Profesi dan Kenaikan Jabatan Fungsional Guru
Oleh:
SUPARSIH
NIP. 131 846 155
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LUMAJANG
SMK NEGERI 1 LUMAJANG
2009
ii
HALAMAN PENGESAHAN
EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE TANYA JAWAB PADA MATERI
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI KELAS XII PMS 2 SMK NEGERI I
LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh:
SUPARSIH, S.Pd
NIP. 131 846 155
.
Laporan Penelitian ini disahkan oleh:
Kepala
SMK Negeri 1 Lumajang
Dra. SOETATIK, M.Pd
NIP. 131 406 079
iii
LEMBAR PUBLIKASI
EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE TANYA JAWAB PADA MATERI
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI KELAS XII PMS 2 SMK NEGERI I
LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh:
SUPARSIH, S.Pd
NIP. 131 846 155
.
Laporan Penelitian ini dipublikan di perpustakaan SMKN I Lumajang:
Kepala Perpustakaan
SMK Negeri 1 Lumajang
sumiyani
NIP. 131 406 079
iv
EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE TANYA JAWAB PADA MATERI
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI KELAS XII PMS 2 SMK NEGERI I
LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Nama : Suparsih, S.Pd NIP : 131 846 155
ABSTRAK
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab ini dapat dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut (dalam rangka belajar) kepada berbagai sumber belajar seperti buku, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedia, laboratorium, video, masyarakat, alam, dan sebagainya.
Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam dalam 3 siklus. Pelaksanaan untuk setiap siklus dilakukan sesuai dengan model yang dikembangkan Kemmis dan Mc Tagart meliputi 4 langkah kegiatan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (obsevation) dan refleksi (reflection). Keempat langkah tersebut membentuk suatu siklus dan dalam pelaksanaannya satu siklus yang direncanakan dapat menjadi lebih dari satu siklus. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas XII PMS 2 SMK Negeri i lumajang tahun pelajaran 2009/2010. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas mengenai penerapan Metode Tanya Jawab pada siswa kelas XII PMS 2 SMK Negeri I Lumajang dalam mata pelajaran PKn yang berlangsung selama 3 siklus penelitian dapat disimpulkan: Penerapan Metode Tanya Jawab dapat meningkatkan aktivitas siswa pada mata pelajaran PKn dan prestasi belajar siswa meningkat dengan Penerapan Metode Tanya Jawab. Kata kunci: kooperatif , prestasi belajar dan aktivitas siswa.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang diberi judul “EFEKTIVITAS
PENERAPAN METODE TANYA JAWAB PADA MATERI PANCASILA
SEBAGAI IDEOLOGI KELAS XII PMS 2 SMK NEGERI I LUMAJANG
TAHUN PELAJARAN 2009/2010”.
Tujuan penyusunan laporan PTK ini adalah untuk memberikan informasi
beberapa temuan yang telah diperoleh sehingga dapat dijadikan bahan kajian
rekan-rekan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran PKn, khususnya dalam
materi “Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah turut aktif dalam pelaksanaan PTK dan dalam penyusunan
laporan ini. Semoga kebaikannya dapat diterima sebagai amal kebaikan di sisi
Allah SWT.
Penulis menyadari bahan PTK ini masih memiliki bebagai kekurangan.
Namun demikian, penulis mengharapkan semoga laporan PTK ini memiliki
manfaat yang sebesar-besarnya.
Lumajang, Juli 2009
Peneliti,
vi
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................
LEMBAR PUBLIKASI .........................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................
D. Manfaat Penelitian ................................................................................
BAB II LANDASAN TEORITIS ...........................................................................
A. Hakekat Pembelajaran ..........................................................................
B. Hakekat Metode Tanya Jawab ..............................................................
C. Idiologi .................................................................................................
BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................................
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...........................................................
B. Kehadiran Peneliti ................................................................................
C. Tahap-tahap Penelitian .........................................................................
D. Instrumen Penelitian ............................................................................
E. Analisis Data .......................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN ..............................................................................
A. Siklus 1 ...................................................................................................
vii
B. Siklus 2 ...................................................................................................
C. Siklus 3 ...................................................................................................
BAB V PENUTUP ................................................................................................
A. Simpulan ...............................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
E. Latar Belakang
Pada era modern ini, guru mempunyai tantangan yang hebat. Guru harus
memiliki berbagai kemampuan yang dapat menunjang tugasnya agar tujuan
pendidikan dapat dicapai. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
guru dalam meningkatkan kompetensi profesinya ialah kemampuan
mengembangkan model pembelajaran.
Dalam mengembangkan model pembelajaran seorang guru harus dapat
menyesuaikan antara model yang dipilihnya dengan kondisi siswa, materi
pelajaran, dan sarana yang ada. Oleh karena itu, guru harus menguasai beberapa
jenis model pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar dan tujuan
yang ingin dicapai dapat terwujud.
Berdasarkan pengamatan peneliti selaku pengajar, kenyataan di lapangan
pada pelajaran PKn di SMK Negeri I Lumajang, guru masih mendomonasi proses
pembelajaran sedang siswa masih nampak pasif, sehingga sebagian besar siswa
belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti
pelajaran lanjutan. Beberapa siswa bahkan belum belajar sampai pada tingkat
pemahaman.
Metode Tanya jawab adalah metode penyampaian pesan yang cukup
efektif. Metode ini memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru
dan siswa. Bentuk komunikasi dapat dilakukan dengan cara guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau sebaliknya siswa
2
diberi kesempatan bertanya dan guru merespon dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang telah diajukan oleh siswa.
Kelebihan dari metode tanya jawab yaitu guru bisa mengurangi dominasi
dalam suatu proses pembelajaran. Kelebihan yang cukup mengesankan yaitu
mengurangi jumlah siswa pasif didalam kelas, sehingga sebagian besar siswa
dengan mudah mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk
mengikuti pelajaran lanjutan. Metode tanya jawab mampu mengukur tingkat
pemahaman pemahaman siswa.
Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan di atas, dipandang perlu untuk
diadakan Penelitian Efektivitas Penerapan Metode Tanya Jawab Pada Materi
Pancasila Sebagai Ideologi Kelas XII PMS 2 SMK Negeri I LUMAJANG Tahun
Pelajaran 2009/2010.
F. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti mengambil rumusan
masalah yaitu:
Bagaimana penerapan Metode Tanya Jawab terhadap peningkatan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran PKn khusus dalam materi Ideologi
Pancasila pada siswa kelas XII PMS 2 SMK Negeri I Lumajang?
G. Tujuan Penelitian
Tujuan kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. untuk mengetahui penerapan Metode Tanya Jawab dalam pembelajaran
PKn.
3
2. untuk mengetahui efektivitas penerapan Metode Tanya Jawab dalam
pembelajaran PKn terhadap peningkatan hasil belajar siswa;
H. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian tindakan kelas ini
adalah:
1. sebagai bahan pertimbangan atau masukan penulis dalam penyusunan
strategi (penerapan metode, model dan langkah-langkah) pembelajaran
PKn selanjutnya
2. diharapkan dapat dijadikan masukan bagi instansi pemerintah, Dinas
Pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
3. semoga dapat memberikan sumbang saran yang positif bagi para guru-
guru PKn di lapangan.
4
BAB II
LANDASAN TEORITIS
D. Hakekat Pembelajaran
1) Pengertian Pembelajaran
Pembicaraan tentang pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari istilah
kurikulum dan pengertiannya. Secara singkat hubungan keduanya dapat
dipahami sebagai berikut: pembelajaran merupakan wujud pelaksanaan
(implementasi) kurikulum., atau pembelajaran ialah kurikulum dalam
kenyataan implementasinya.
Munandir (2000:255) memberikan batasan mengenai pembelajaran
sebagai berikut: “Pembelajaran ialah hal membelajarkan, yang artinya
mengacu ke segala daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar,
bagaimana menghasilkan peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut.
Selanjutnya Gagne dalam Munandir (2000:256) menjelaskan bahwa:
“Pembelajaran tersusun atas seperangkat peristiwa (event) yang ada di luar diri si belajar, diatur untuk maksud mendukung proses belajar yang terjadi dalam diri si belajar tadi. Peristiwa-peristiwa pembelajaran itu adalah: (1) menarik (membangkitkan) perhatian, (ii) memberitahukan tujuan belajar, (iii) mengingat kembali hasil belajar prasyarat (apa yang dipelajari), (iv) menyajikan stimulus, (v) memberikan bimbingan belajar, (vi) memunculkan perbuatan (kinerja) belajar, (vii) memberikan balikan (feedback), (viii) menilai kinerja belajar, dan meningkatkan retensi dan transfer.”
Berdasarkan hal tersebut, terkandung pengertian bahwa pembelajaran
bisa berlangsung tanpa kehadiran guru. Kalaupun guru hadir, ia bukan
seorang “penyampai bahan”, atau “penyaji materi”, melainkan sekedar
5
media, guru adalah media, dan ia salah satu saja dari media pembelajaran.
Pembelajaran tanpa seorang guru mengasumsikan kemandirian dan
otoaktivitas siswa selaku pebelajar. Selanjutnya Depdiknas (2002:9)
memberikan definisi pembelajaran sebagai berikut:
“Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan
subyek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan
dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian, jika
pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, maka berarti pembelajaran
terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran,
media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi
pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya jika pembelajaran
dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian
upaya atau kegiatan guru dalam rangkaian upaya atau kegitan guru dalam
rangka membuat siswa belajar.
Berdasarkan analisis teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu sistem atau proses yang dilakukan oleh seorang
guru dalam rangka menghasilkan terjadinya peristiwa belajar pada diri siswa
untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
2) Perencanaan Pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, langkah awal yang
dilakukan guru adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara tertulis
yang dituangkan dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
6
Silabus pada hakekatnya adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok
mata pelajaran yang merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam buku Panduan
Penyusunan KTSP BNSP (2006:14), sebagai berikut:
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Berdasarkan uraian di atas komponen silabus harus memuat standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat
belajar.
Dalam menyusun silabus guru harus memperhatikan prinsip-prinsip
pengembangan silabus. BNSP (2006:10-11) telah menetapkan penyusunan
silabus, yakni:
a. Ilmiah
b. Relevan
c. Sistematis
d. Konsisten
e. Memadai
f. Aktual dan Kontekstual
g. Fleksibel
h. Menyeluruh
7
Selain membuat silabus guru wajib membuat Rencana Pelaksnaan
Pembelajaran. RPP pada hakikatnya adalah proyeksi tentang apa yang harus
dilakukan guru pada waktu melaksanakan kegiatan pembelajaran, tidak lain
adalah perbuatan atau tingkah laku mengajar. Perbuatan mengajar dalam hal
ini guru melaksanakan menentukan metode yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran, sehingga dapat mempengaruhi siswa secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Dengan
demikian RPP sesungguhnya merupakan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan Buku Panduan Penyususanan RPP (BNSP,2006), sebagai berikut:
RPP merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar.
Menurut Buku Panduan Penyusunan RPP dari BNSP, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran disusun untuk satu Kompetensi Dasar. Artinya,
satu kompetensi dasar minimal memiliki satu RPP. Adapun langkah-langkah
dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (BNSP, 2006) adalah
sebagai berikut:
a. Mencantumkan identitas
b. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
c. Mencantumkan Materi Pembelajaran
d. Mencantumkan Metode Pembelajaran
e. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
f. Mencantumkan Sumber Belajar
8
g. Mencantumkan Penilaian
3) Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran pada umum terbagi atas tiga komponen,
yakni kegiatan awal atau pendahuluan, kegiatan inti atau pokok dan kegiatan
akhir atau penutup. Uraian selengkapnya langkah-langkah dari ketiga
komponen tersebut adalah:
a. Kegiatan Awal
Kegiatan yang dilakukan pada awal kegiatan belajar mengajar adalah:
- mengondisikan belajar siswa
- perkenalan dengan siswa dimaksudkan untuk mendekatkan diri
kepada siswa agar dalam pelaksanaan kegiatan berlangsung lebih
akrab.
- Apersepsi yakni kegiatan penghubung antara pelajaran yang telah
disampaikan dengan pelajaran yang akan disampaikan
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti guru akan menerapkan model-model pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai
dengan pendekatan yang digunakan.
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir merupakan tindak lanjut kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Oleh karena itu, sebagai akhir pelaksanaan kegiatan
belajar pembelajaran adalah memberikan tindak lanjut belajar siswa.
Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan pembelajaran adalah pelaksanaan kegiatan
9
membelajarkan siswa agar mereka mampu memahami materi pelajaran, baik
yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung sehingga tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar dapat dikuasai oleh siswa.
4) Penilaian Pembelajaran
Penilaian dalam pembelajaran merupakan umpan balik hasil kegiatan
pembelajaran dalam rangka perbaikan setiap komponen program
pembelajaran. Melalui hasil penilaian, guru dapat mengukur keberhasilan
penyususnan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran/program
pembelajaran. Uraian ini diperkuat oleh penjelasan berikut:
Penilaian dalam proses belajar mengajar berfungsi sebagai alat untuk
mengukur tercapai-tidaknya tujuan pengajaran. Melalui penilaian dapat
ditetapkan apakah proses tersebut berhasil atau tidak. Kalau berhasil, guru
dapat melanjutkan bahan pengajaran pada minggu atau pertemuan
berikutnya, tetapi kalau belum berhasil bahan yang telah diberikan perlu
pengulangan atau pemahaman kembali sampai siswa dapat menguasainya.
Selanjutnya, Hidayat (1995:13) menjelaskan, bahwa “siswa
dikatakan telah berhasil dalam penilaian jika mencapai taraf penguasaan
minimal 75% dari tujuan yang ingin dicapai”. Taraf penguasaan minimal
yang dimaksud Hidayat sebenarnya sama dengan ketentuan BNSP tentang
perlu adanya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Dalam penilaian yang disajikan pada akhir kegiatan pembelajaran
terdapat dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu prosedur penilaian dan alat
penilaian. “Prosedur penilaian artinya penetapan bagaimana cara penilaian
akan dilakukan. Apakah secara lisan, tertulis, atau tindakan. Sedangkan alat
10
penilaian berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan
kepada siswa” (Sudjana, 1996: 65). Selanjutnya, dalam penyusunan
pertanyaan dijelaskan sebagai berikut.
a. Isi pertanyaan harus betul-betul mengungkapkan makna yang terdapat
dalam rumusan tujuan instruksional khusus.
b. Kata-kata operasional yang digunakan sebagai titik-tolak rumusan
pertanyaan.
c. Setiap pertanyaan yang diajukan harus mempunyai jawaban yang pasti
sehingga dijadikan pegangan dalam menetapkan tercapai-tidaknya tujuan
instruksional khusus.
d. Banyaknya pertanyaan sekuranng-kurangnya sama dengan banyaknya
tujuan instruksional khusus.
e. Rumusan pertanyaan harus jelas, tegas, dan dalam bahasa yang sudah
dipahami maknanya oleh para siswa sehingga tidak menimbulkan
penafsiran yang berbeda-beda diantara siswa (Sudjana, 1996:65).
E. Hakekat Metode Tanya Jawab
1. Pengertian Metode Tanya Jawab
Adapun yang dimaskud metode tanya jawab adalah cara penyajian
pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru
kepada siswa, siswa kepada guru, atau dari siswa kepada siswa. Hal ini
sejalan dengan pendapat Sudirman (1987:120) yang mengartikan bahwa:
“metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.”
11
Lebih lanjut dijelaskan pula oleh Sudirman (1987:119) menyatakan
bahwa metode tanya jawab ini dapat dijadikan sebagai pendorong dan
pembuka jalan bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut
(dalam rangka belajar) kepada berbagai sumber belajar seperti buku,
majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedia, laboratorium, video, masyarakat,
alam, dan sebagainya.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode Tanya Jawab adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan
dengan mengedepankan pertanyaan-pertanyaan baik yang dibuat oleh siswa
sendiri maupun oleh guru yang bertujuan mengarahkan siswa untuk
memahami materi pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
2. Manfaat Penggunaan Metode Tanya Jawab
Penggunaan metode Tanya Jawab dengan baik dan tepat, akan dapat
merangsang minat dan motivasi siswa dalam belajar. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan metode Tanya Jawab adalah:
a. Materi menarik dan menantang serta memiliki nilai aplikasi tinggi.
b. Pertanyaan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang
jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka
(pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban).
c. Jawaban pertanyaan itu diperoleh dari penyempurnaan jawaban-jawaban
siswa.
d. Dilakukan dengan teknik bertanya yang baik. (Depdikbud, 1996:26).
12
Adapun manfaat penerapan metode Tanya Jawab dalam sebuah
pembelajaran yang produktif menurut buku Panduan CTL Direktirat PLP
adalah, untuk
a. menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
b. mengecek pemahaman siswa
c. membangkitkan respon kepada siswa
d. mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa
e. mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siwa
f. menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
g. untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
3. Langkah-langkah Penerapan Metode Tanya Jawab
Beberapa model penerapan metode Tanya Jawab yang akan
dikembangkan dalam PTK ini adalah:
a. Model “Pertanyaan Siswa” (Modifikasi model dari Siberman, 2002)
Langkah-langkah (syntak) dalam pengembangan model ini adalah:
- Bagikan potongan kertas atau semacam kartu kepada siswa
- Minta kepada siswa menulis identitasnya dan membuat sebuah
pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang
dibahas.
- Setelah selesai, tukarkan potongan kertas tersebut kepada siswa lain
di sampingnya (biasanya teman sebangku)
- Minta masing-masing siswa untuk menuliskan identitas dan
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (jawaban betul diberi
13
nilai 100), serta memberikan tanda cek (v) apabila pertanyaan
tersebut perlu dibahas lebih lanjut dan memberi tanda silang (x)
apabila pertanyaan tersebut tidak perlu dibahas.
- Kembalikan potongan kertas tersebut kepada siswa yang membuat
pertanyaan. Perintahkan kepada siswa untuk menilai jawaban dari
temannya (jawaban betul diberi nilai 100). Selanjutnya setiap
pertanyaan siswa yang mendapat tanda cek (v) diminta untuk
dibacakan secara keras.
- Berikan respon atau jawaban atas pertanyaan tersebut, namun
terlebih dahulu harus memberikan kesempatan kepada siswa yang
untuk menjawabnya (terutama kepada siswa yang membuat
pertanyaan)
- Buat rangkuman
b. Model membuat pertanyaan (modifikasi dari model Siberman, 2002)
Langkah-langkah dalam pengembangan model ini adalah:
- Bagi siswa dalam beberapa 6 kelompok
- Cek kesiapan siswa, setiap kelompok harus memiliki buku teks
pegangan, apabila tidak guru dapat mempersiapkannya dengan
memberikan hasil foto copy atau rangkuman yang dibuat guru
sendiri.
- Perintahkan kepada setiap kelompok untuk membuat 5 pertanyaan
dan sekaligus jawaban sesuai dengan materi atau pokok bahasan
yang sedang dibahas. (Materi bahasan atau tugas setiap kelompok
berbeda),
14
- Adakan kegiatan kuis yang bertindak sebagai juri adalah kelompok
tertentu yang pertanyaan akan dibacakan, sedangkan kelompok lain
sebagai peserta atau yang menjawab pertanyaan. Setiap kelompok
yang dapat menjawab pertanyaan diberi nilai 100.
- Lakukan secara bergiliran sampai setiap kelompok mendapat giliran
sebagai juri.
- Buatlah kesimpulan hasil diskusi
F. Idiologi
1. Pengertian tentang ideologi
Istilah “Ideologi” berasal dari kata “ideo” (cita-cita) dan “logy”
(pengetahuan). Menurut W. White definisi Ideologi ialah sebagai berikut :
“The sum of political ideas of doctrines of distinguishable class of group of
people” (ideologi ialah soal cita-cita politik atau dotrin (ajaran) dari suatu
lapisan masyarakatatau sekelompok manusia yang dapat dibeda-bedakan).
Sedangkan menurut pendapat Harold H Titus definisi ideologi ialah sebagai
berikut : “A term used for any group of ideas concerning various politicaland
economic issues and social philosophies often appliedto a sistem atic schema
of ideas held by group classes” (suatu istilah yang dipergunakan untuk
sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik dan ekonomi
serta filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang
sistematik tentang cita-cita yang dijalanakan oleh sekelompok atau lapisan
masyarakat).
15
Dalam pengertian ideologi negara itu termasuk dalam golongan ilmu
pengetahuan sosial, dan tepatnya pada digolongkan kedalam ilmu politik
(political sciences) sebagai anak cabangnya. Untuk memahami tentang
ideologi ini, maka kita menjamin disiplin ilmu politik.
Suatu ideologi digolongkan pada tipe pragmatis, ketika ajaran – ajaran
yag terkandung dalam ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis
dan terinci, melainkan dirumuskan secara umum (prinsup-prinsipnya saja).
Dalam hal ini, ideologi itu tidak diindoktrinasikan, tetapi disosisalisasikan
secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan, sistem
ekonomi, kehidupan agama dan sistem politik. Individualisme (liberalisme)
merupakan salah satu contoh ideologi pragmatis.
2. Ideologi-ideologi Dunia
a. Liberalisme
Liberalisme tumbuh dari konstek masyarakat Eropa pada abad
pertengahan feudal, dimana sistem sosial ekonomi dikuasai oleh kaum
aristrokasi feodal dan menindas hak-hak individu. Liberalisme tidak
diciptakan oleh golongan pedagang dan industri, melainkan diciptakan
oleh golongan intelektual yang digerakan oleh keresahan ilmiah (rasa ingin
tahu da keinginan untuk mencari pengetahuan yang baru) dan artistic
umum pada zaman itu.
Ciri-ciri ideologi liberalisme sebagai berikut :
- anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk
kebebasan berbicara
16
- pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas.
Keputusan yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat
dapat belajar membuat keputusan untuk diri sendiri.
- kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang
buruk.
- suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau
sebagian terbesar individu berbahagia, kalau masyarakat secara
keseluruhan berbahagia, kebahagiaan sebagian besar individu belum
tentu maksimal.
b. Konservatisme
Ketika liberalisme menggoncang struktur masyarakat feudal yang
mapan, golongan feudal berusaha mencari ideologi tandingan untuk
menghadapi kekuasaan persuasive liberalisme. Dari sinilah muncul
ideologi konservatisme sebagai reaksi atas paham liberalisme.
Paham konservatisme itu ditanda dengan gejala-gejala sebagai
berikut :
- masyarakat yang terbaik adalah masyarakat yang tertata.
- paham ini menekankan tanggung jawab pada pihak penguasa dalam
masyarakat untuk membantu pihak yang lemah.
Ciri lain yang membedakan antara liberalisme dan konservatisme
adalah menyangkut hubungan ekonomi dengan negara lain. Paham
konservatif tidak menghendaki pengaturan ekonomi (proteksi), melainkan
menganut paham ekonomi internasional yang bebas (persaingan bebas),
sedangkan paham liberal cenderung mendukung pengaturan ekonomi
17
internasional sepanjang hal itu membantu buruh, konsumen dan golongan
menengah domestik.
c. Sosialisme dan komunisme
Sosialisme merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-
akibatnya. Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad ke-19
dikenal sosialis utopia. Sosialisme ini lebih didasarkan pada pandangan
kemanusiaan (humanitarian), dan meyakini kesempurnaan watak manusia.
Penganut paham ini berharap dapat menciptakan masyarakat sosialis yang
dicita-citakan dengan kejernihan dan kejelasan argumen, bukan dengan
cara-cara kekerasan dan revolusi. Sedang paham komunisme berkeyakinan
perubahan sistem kapitalis harus dicapai dengan revolusi, dan
pemerintahan oleh dictator proletariat sangat diperlukan pada masa
transisi. Dalam masa transisi dengan bantuan negara dibawah dictator
proletariat, seluruh hak milik pribadi dihapuskan dan diambil untuk
selanjutnya berada pada kontrol negara.
Perbedaan sosialisme dan komunisme terletak pada sarana yang
digunakan untuk mengubah kapitalisme menjadi sosialisme. Paham
sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan seyogyanya dilakukan dengan
cara-cara damai dan demokratis.
d. Fasisme
Fasisme merupakan tipe nasionalisme yang romantis dengan segala
kemegahan upacara dan simbol-simbol yang mendukungnya untuk
mencapai kebesaran negara. Hal itu akan dapat dicapai apabila terdapat
seorang pemimpin kharismatis sebagai simbol kebesaran negara yang
18
didukung oleh massa rakyat.. dukungan massa yang fanatik ini tercipta
berkat indoktrinasi, slogan-slogan dan simbol-simbol yang ditanamkan
sang pemimpin besar dan aparatnya.
3. Pengertian tentang reformasi
Makna serta pengertian reformasi dewasa ini banyak disalah artikan
sehingga gerakan masyarakat yang melakukan perubahan yang
mengatasnamakan gerakan reformasi juga tidak sesuai dengan gerakan
reformasi itu sendiri. Hal ini terbukti dengan maraknya gerakan masyarakat
dengan mengatasnamakan gerakan reformasi, melakukan kegiatan yang tidak
sesuai dengan makna reformasi itu sendiri, misalnya dengan pemaksaan
kehendak dengan menduduki kantor suatu instansi atau lembaga baik negeri
atau swasta, dan tindakan lain yang justru tidak mencerminkan sebagai
reformis.
Makna “reformasi” secara etimologis berasal dari kata “reformation”
dengan akar kata “reform” yang secara semantic bermakna “make or become
better by removing or putting right what is bad or wrong” (oxford advanced
leaner’s dictionary of current English, 1980, dalam Wibisono 1998 : 1).
Secara harfiah reformasi memiliki makna: suatu gerakan untuk
memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang
menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai
dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat (Riswanda, 1998).
4. Pancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai filsafat bangsa / negara dihubungkan dengan fungsinya
sebagai dasar negara, yang merupakan landasan ideal bangsa Indonesia dan
19
negara republik Indonesia dapat disebut pula sebagai ideologi nasional atau
disebut juga sebagai ideologi negara. Artinya pancasila merupakan ideologi
yang dianut oleh negara (penyelenggaraan negara dan rakyat) Indonesia secara
keseluruhan, bukan milik atau monopoli seseorang atau sekelompok orang,
disamping masih adanya beberapa ideologi yang dianut oleh masyarakat
Indonesia yang lain, sepanjang tidak bertentangan dengan ideologi negara,
sebab Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai kebenaran yang telah dipilih
oleh para pendiri negara ini, yang mana lima dasar atau lima silanya
merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan walaupun
terbedakan sebagai dasar dan ideologi pemersatu. Sebagai suatu rumusan
dasar filsafat negara atau dalam kedudukan sebagai ideologi negara yang
dikandung oleh pembukaan UUD 1945 ialah pancasila. Rumusan pancasila itu
dapat pula disebut sebagai rumusan dasar cita negara (staatidee) dan sekaligus
dasar dari cita hukum (rechtidee) negara republik Indonesia. (Turiman, 2000)
Secara wacana akademik istilah ideologi pada awalnya digunakan oleh
seorang filsuf Prancis, Antoine Destutt de Tracy, yang diartikannya “ilmu
pengetahuan mengenai gagasan-gagasan (science of ideas). Istilah ini mula-
mula mengandung konotasi politik karena penggunaanya berhubungan dengan
epistmologi ilmu pengetahuan. (Turiman, 2000)
Dalam sejarahnya istilah ideologi baru berhubungan dengan kehidupan
politik setelah Napoleon Bonaparte dari Prancis menamakan semua orang
yang menentang gagasan-gagasan “patriotic” yang dikemukakannya sebagai
kaum “ideologis”. Bagi Napoleon, ideologi adalah pemikiran-pemikiran
khayali kaum idealis yang menghalang-halangi pencapaian tujuan-tujuan
20
revolusioner. Istilah ini semakin popular pada abad pertengahan ke 19 setelah
Karl Marx menerbitkan buku German Ideologi. Menurut ideologi hanyalah
kesadaran yang palsu, ideologi adalah kesadaran sebuah kelas sosial dan
ekonomi dalam masyarakat demi mempertahankan kepentingan-kepentingan
mereka. Dan sejarah mencatat, berbagai akibat yang ditimbulkan oleh ideologi
Karl Marx, sejak kemenangan revolusi kaum Bolsjevik di Rusia pada tahun
1926 sampai masa keruntuhan kemunisme pada tahun-tahun belakangan ini.
Kajian komprehensif dari segi sosiologi pengetahuan mengenai ideologi
dipelopori oleh Karl Mannheim. Tokoh ini menerima dasar pemikiran Karl
Max bahwa ideologi adalah “kesadaran kelas”. Mann Heim membuat dua
kategori ideologi, yaitu Ideologi yang bersifat particular dan Ideologi yang
bersifat menyeluruh.
Bagi bangsa Indonesia ideologi tentu bukan kesadaran sebuah kelas
sebagaimana dipahami Karl Marx. Cara pandang kenegaraan bangsa Indonesia
menolak penggunaan analisis kelas karena negara diciptakan untuk semua.
Negara mengatasi paham golongan dan paham perseorangan, demikian
ditegaskan dalam penjelasan umum UUD 1945, jadi ideologi negara
dimaksudkan untuk mengatasi kemungkinan adanya paham golongan-
golongan di dalam masyarakat karena keberadaan golongan-golongan itupun
diakui oleh ketentuan pasal 2 UUD 1945. penjelasan atas pasal ini
menerangkan bahwa yang dimaksud dengan golongan-golongan ialah badan-
badan seperti koperasi, serikat sekerja, dan badan-badan kolektif lain.
Dengan demikian dari dua kategori ideologi yang dikemukakan oleh
Mann Heim di atas, ideologi pancasila dapat digolongkan sebagai ideologi
21
menyeluruh. Memang lima sila didalam pancasila itu mengandung cirri
universal sehingga mungkin saja ia ditemukan dalam gagasan berbagai
masyarakat dan bangsa di dunia. Letak kekhasan dan orsinilitasnya sebagai
dasar filsafat dan ideologi negara republik Indonesia ialah, kelima sila itu
digabungkan dalam kesatuan yang integrative, bulat dan utuh.
Dan sebagai ideologi bersifat menyeluruh, karena pancasila yang
dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat itu, ditafsirkan
secara otentik oleh konstitusi / UUD 1945 dalam pokok-pokok pikiran
pembukaan UUD 1945, oleh karena pancasila sebagai ideologi juga
didalamnya sekaligus sebagai cita hukum, artinya pancasila membimbing arah
pembentukan hukum dalam masyarakat. Sebagai norma-norma mendasar
(staatfundamentalnorm) rumusan pancasila bukan rumusan hukum yang
bersifat operasional yang pelaksanaanya dikenakan sanksi. Untuk membuat
operasiaonal, negara membentuk berbagai peringkat peraturan perundang-
undangan.
Penyelenggara negara dalam mengoperasionalkan ideologi pancasila,
maka harus mengacu kepada penafsiran otentik dari pancasila, dan telah
menjadi kesepakatan para ahli hukum Indonesia, bahwa pokok-pokok pikiran
dalam penjelasan umum pembukaan UUD 1945 adalah tafsir otentik dari
pancasila yang dirumuskan atas dasar kesepakatan pendiri negara dan itulah
yang kemudian kita sebut Paradigma Pancasila.
5. Supremasi Hukum dalam konsep negara hukum “Pancasila”
Berbicara tentang supremasi hukum, kita harus berbicara tentang
masyarakat dimana hukum itu berlaku baik yang disebut masyarakat nasional
22
maupun internasional. Supremasi hukum didalam masyarakat nasional kita
karena didalamnya ada aturan yang disebut hukum. Secara sederhana kita
dapat mendefinisikan hukum sebagai aturan tentang tingkah laku manusia
dimasyarakat tertentu. Aturan yang disebut hukum tadi akan terkait dengan
tindakan manusia atau tingkah laku manusia didalam suatu masyarakat
nasional yang mempunyai berbagai macam aspek atau bidang, didalamnya ada
bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial, bidang budaya, pendidikan dan
juga keamanan. Didalam berbagai bidang itulah manusia melakukan tingkah
laku dan manusia satu dengan yang lain melakukan interaksi dan interaksi itu
berjalan secara tertib, maka dibutuhkan aturan yang disebut hukum. Oleh
karena itu ketika kita akan berbicara tentang supremasi hukum maka timbul
beberapa pertanyaan yang perlu mendapat jawaban secara jelas yaitu apa
dimaksud dengan supremasi hukum, untuk apa supremasi hukum itu
ditegakkan dan bagaimana caranya supremasi hukum itu bisa diwujudkan.
(Turiman, 2000)
23
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
F. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena memenuhi ciri-
ciri penelitian kualitatif yaitu: a) dilakukan dalam kondisi yang alamiah,
langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci, b) penelitian
kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata
atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka, c) penelitian kualitatif
lebih menekankan pada proses dari pada produk atau outcome, d) penelitian
kualitatif melakukan analisis data secara induktif, e) penelitian kualitatif lebih
menekankan makna (Sugiyono,2008). Gay (2009) mengemukakan karakteristik
dari penelitian kualitatif yaitu a) data berasal dari partisipan b) laporan yang di
buat secara terperinci termasuk jika ada penyimpangan dalam penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
karena PTK dapat digunakan oleh guru untuk mengembangkan teori dan dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas (Gay, 2009). Selain itu Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru atau seseorang tertentu di
dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani, 2003).
Penelitian tindakan kelas mempunyai beberapa karakteristik, yaitu:
24
1. an inquiry of practice from within (penelitian berawal dari permasalahan
praktis yang dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-harinya
sebagai pengelola pembelajaran di dalam kelas),
2. self reflective inquiry (penelitian melalui refleksi diri artinya lebih
menekankan pada proses pemikiran kembali terhadap proses dan hasil
penelitian secara berkelanjutan untuk mendapatkan penjelasan dan
justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, dan
kekurangefektifan dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat digunakan
memperbaiki proses tindakan pada siklus-siklus selanjutnya)
3. fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran,
4. bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran (Wardani,2003).
G. Kehadiran Peneliti
Berdasarkan pendekatan dan jenis penelitian yang dikemukakan
sebelumnya, maka kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Peneliti bertindak
sebagai perancang instrumen penelitian sekaligus pemberi tindakan. Tugas
peneliti adalah
1) perancangan instrumen yang meliputi kisi-kisi dan soal tes kemampuan
awal (Tes 1), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja
Siswa (LKS), Lembar Observasi Aktivitas Siswa dan Lembar Angket,
2) pengumpulan data yaitu meliputi pengamatan kegiatan pembelajaran yang
dicatat dalam lembar observasi dan lembar wawancara dengan siswa,
3) menganalisis data,
4) pelaporan hasil penelitian.
25
H. Tahap-tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam dalam 3 siklus. Pelaksanaan
untuk setiap siklus dilakukan sesuai dengan model yang dikembangkan
Kemmis dan Mc Tagart meliputi 4 langkah kegiatan yaitu perencanaan
(planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (obsevation) dan refleksi
(reflection). Keempat langkah tersebut membentuk suatu siklus dan dalam
pelaksanaannya satu siklus yang direncanakan dapat menjadi lebih dari satu
siklus. Kegiatan pada setiap siklus digambarkan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun rencana pembelajaran,
menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS), menyiapkan lembar observasi,
menyiapkan lembar angket, menyiapkan perangkat tes akhir siklus.
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melakukan
pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3. Observasi
Observasi dilakukan selama pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan
dilakukan oleh 2 orang pengamat (rekan sejawat) sedangkan peneliti sendiri
melakukan pembelajaran. Obyek yang diamati adalah aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi aktivitas siswa.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk melihat proses pembelajaran dan hasil Tes.
Pada tahap ini, data yang diperoleh yaitu hasil Tes, hasil observasi dan hasil
angket. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis terhadap semua data yang
26
diperoleh dan mengkaji hasil pelaksanaan tindakan sebagai pertimbangan pada
siklus selanjutnya.
Gambar 3.1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas
I. Instrumen Penelitian
Agar terlaksana pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan diperlukan perangkat pembelajaran.
Beberapa perangkat pembelajaran yang diperlukan adalah rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan instrumen tes.
27
Penilaian belajar yang diupayakan dapat mengukur pemahaman siswa
selama pembelajaran. Instrumen penelitian dibutuhkan sebagai salah satu alat
untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian dibuat oleh peneliti, kemudian
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Instrumen penelitian yang di-
maksud adalah
1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi aktivitas-aktivitas yang harus
dilakukan siswa pada tiap kegiatan pembelajaran. Aktivitas tersebut harus
mendukung terciptanya peran aktif siswa dalam proses belajar yang disajikan.
Lembar observasi yang dibuat mengacu pada rencana pelaksanaan
pembelajaran yang dibuat.
Secara garis besar, lembar observasi berisi petunjuk pengisian, kriteria
penskoran, tabel penilaian, keterangan dan catatan. Lembar observasi berguna
untuk memeriksa apakah aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa dan guru
telah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Format Angket
Tujuan dari angket yaitu untuk mengetahui pendapat siswa atau pun
kesulitan dan pemahaman siswa dalam kegiatan pembelajaran diberikan
kepada siswa. Format angket berisi pertanyaan-pertanyaan yang diharapkan
dapat mengungkap pemahaman dan kerja sama siswa dalam belajar kelompok.
3. Instrumen tes
Tes dilakukan pada akhir kegitan pembelajaran pada setiap siklus, untuk
memperoleh data tentang hasil belajar. Instrumen tes yang dirancang agar
28
memberi informasi mengenai pemahaman selama mengikuti kegiatan
pembelajaran.
J. Analisis Data
Moleong (2006:190) menyatakan bahwa proses analisis data di mulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu hasil
tes, hasil observasi dan hasil wawancara. Mengacu dari pendapat tersebut,
maka analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan setelah
pengumpulan data. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan model
alir (flow model). Yang meliputi 3 tahap yaitu
1. Kriteria keberhasilan data hasil tes
Data tentang hasil tes siswa berupa tes tertulis pada akhir seluruh siklus.
Setelah hasil tes siswa di dapat sesuai dengan pedoman penskoran, kemudian
dianalisis menggunakan rumus:
%100xntTB
TB : persentase siswa yang tuntas belajar
t : banyak siswa yang mendapat skor minimal 75
n : banyak siswa yang mengikuti tes
Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar, hasil tes akhir siswa dikatakan tuntas
secara klasikal apabila siswa yang mendapat skor minimal 75 paling sedikit
85% dari jumlah siswa.
2. Kriteria keberhasilan data hasil pengamatan
Data pengamatan di peroleh dari kegiatan pengamatan yang dilakukan
pengamat selama pembelajaran berlangsung, berupa data pengamatan aktivitas
29
siswa dan guru. Setelah lembar pengamatan diisi, kemudian hasil pengamatan
dianalisis menggunakan rumus persentase sebagai berikut:
%100)( x
maksimalSkorskorJumlahNRrataratanilaiPersentase
Kriteria persentase nilai rata-rata hasil pengamatan adalah sebagai berikut:
81% NR 100% : sangat baik 61% NR 80% : baik 41% NR 60% : cukup 0% NR 40% : kurang (Sahertian, 2000)
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan mencoba menyajikan data hasil penelitian dan
hasil analisis data yang diuraikan persiklus penelitian. Adapun jumlah siklus
penelitian ini adalah 3 siklus. Hal ini disebakan peroleh data dari tiga siklus
penelitian telah memberikan gambaran yang cukup signifakan pencapaian
tujuan penelitian. Artinya, data yang diperoleh siklus demi siklus menunjukkan
pada peningkatan hasil belajar siswa yang menjadi konstrasi dalam penelitian
ini.
A. Siklus 1
Pada siklus ini, pembelajaran materi Ideologi Pancasila membahas
mengenai Pengertian Ideologi, Fungsi Ideologi, Dimensi Ideologi dan
Pancasila sebagai Ideologi Negara
Perangkat pembelajaran yang digunakan pada siklus ini Silabus dan RPP.
Silabus yang digunakan adalah silabus hasil refleksi pada tahap perencanaan
antara peneliti dan mitra peneliti. Sesuai dengan silabus dan RPP dapat dijelaskan
langkah pokok kegiatan pembelajaran pada tahap ini, yakni sebagai berikut:
1. Siswa diberikan lembaran kertas kerja
2. Pada lembaran kertas kerja siswa diperintahkan membuat karangan mengenai:
Cita-cita yang diinginkan
Cara-cara untuk mencapai cita-cita tersebut
31
3. Setelah kegiatan di atas dianggap selesai, guru kepada beberapa siswa
mengadakan tanya jawab terkait dengan “cita-cita seseorang dan cara-cara
mempertahankan cita-cita tersebut.
4. Setalah materi tersebut dianggap cukup, selanjutnya bagikan potongan kertas
kosong yang lain
5. Minta kepada siswa menulis identitasnya dan membuat sebuah pertanyaan
yang berkaitan dengan materi pelajaran fungsi ideologi dan dimensi ideologi
6. Setelah selesai, tukarkan potongan kertas tersebut kepada siswa lain di
sampingnya (biasanya teman sebangku)
7. Minta masing-masing siswa untuk menuliskan identitas dan memberikan
jawaban atas pertanyaan tersebut (jawaban betul diberi nilai 100), serta
memberikan tanda cek (v) apabila pertanyaan tersebut perlu dibahas lebih
lanjut dan memberi tanda silang (x) apabila pertanyaan tersebut tidak perlu
dibahas.
8. Kembalikan potongan kertas tersebut kepada siswa yang membuat pertanyaan.
Perintahkan kepada siswa untuk menilai jawaban dari temannya (jawaban
betul diberi nilai 100). Selanjutnya setiap pertanyaan siswa yang mendapat
tanda cek (v) diminta untuk dibacakan secara keras.
9. Berikan respon atau jawaban atas pertanyaan tersebut, namun terlebih dahulu
harus memberikan kesempatan kepada siswa yang untuk menjawabnya
(terutama kepada siswa yang membuat pertanyaan)
Hasil analisis data yang diperoleh pada siklus 1 terangkuman pada tabel
berikut ini:
32
Tabel 4.1 MATRIK ANALISIS DATA Siklus Ke-1
Teknik Pengumpulan Data
Deskripsi pelaksanaan Dan hasil yang diperoleh
Analisis – Refleksi
Observasi dan data lapangan
Pelaksanaan observasi dilakukan oleh mitra peneliti. Hasil yang diperoleh, yakni: a) Sebagai besar siswa terlihat
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran karena guru melakukan KBM yang dapat memberdayakan kemampuan siswa sendiri (lihat lampiran catatan lapangan)
b) Keaktifan sebagian siswa itu dalam kegiatan pembelajaran, terlihat dari kegiatan tanya jawab terhadap media pembelajaran yang disajikan, serta dalam kegiatan membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan temannya.
c) Sekalipun keaktifan pada sebagian siswa sudah tampak, namun kualitas jawaban sebagian siswa masih kurang baik.
d) Media pembelajaran yang dibuat cukup variatif dan mudah dipahami anak (familier) sehingga merangsang keaktifan siswa.
Beberapa hal yang masih tampak kurang maksimal pada siklus ini adalah: a) Pada siswa yang memiliki latar
belakang prestasi yang kurang baik (slow learner) tampak adanya rasa ketakutan untuk ditanya atau bertanya. (perlu usaha maksimal)
b) Perlu persiapan pada siswa itu sendiri, dalam artian siswa terlebih dahulu harus mendapat tugas mempelajari materi tersebut.
c) Perlunya peningkatan motivasi belajar siswa melalui pemberian reward (hadiah) kepada siswa baik berupa kata-kata maupun dalam bentuk lain.
Refleksi dilakukan dengan cara diskusi antara peneliti dengan mitra peneliti. Diskusi ini membicarakan data yang diperoleh melalui observasi (data lapangan), wawancara dan nilai tes. Hasil refleksi pada tahap ini menyimpulkan bahwa kualitas pembelajaran masih perlu ditingkatkan, melalui: a) Penyajian pertanyaan sebaik
menggunakan bahasa yang lebih ringan, dalam artian mudah dipahami siswa
b) Perlunya pemberian reward atau penguatan guna peningkatan motivasi belajar siswa.
c) Siswa sebaiknya diberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas seminggu sebelumnya atau pada pertemuan sebelumnya .
33
Teknik Pengumpulan Data
Deskripsi pelaksanaan Dan hasil yang diperoleh
Analisis – Refleksi
Wawancara Pada umumnya responden menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran seperti ini membuat mereka termotivasi, namun kadang-kadang timbul ketegangan dan rasa takut untuk ditanya atau bertanya. Ketakutan itu disebabkan mereka tidak mempersiapkan sebelumnya permasalahan atau materi pelajaran yang sedang di pelajari
Hasil Tes Dari jumlah siswa 32 orang, dengan Kreiteria Ketuntas Belajar nilai 70, 20 orang telah mencapai batas kelulusan (nilai di atas atau sama dengan 70) , sedangkan sisanya masih memiliki nilai dibawah batas kelulusan. Dari 20 siswa yang lulus tersebut bahkan 6 orang diantaranya telah mencapai nilai sangat baik (nilai di atas 90)
Temuan yang diperoleh dari hasil analisis data dari kegiatan pembelajaran
pada siklus 1 adalah bahwa:
1. Dilihat dari sisi proses dan hasil pembelajaran telah menunjukkan aktivitas
peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa
2. Dilihat dari segi guru itu sendiri terlihat adanya suatu proses optimalisasi
tugas dengan memberikan pembelajaran yang sebaik-baiknya.
3. Dalam upaya peningkatan proses pembelajaran sekalipun telah tampak
peningkatan kualitas, namun masih terdapat beberapa hal yang perlu
peningkatan diantaranya:
a) penyajian pertanyaan sebaik menggunakan bahasa yang lebih ringan,
dalam artian mudah dipahami siswa
b) perlunya pemberian reward atau penguatan guna peningkatan motivasi
belajar siswa.
34
c) siswa sebaiknya diberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas
seminggu sebelumnya atau pada pertemuan sebelumnya .
Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti dan mitra peneliti selanjutya
menyusun perencanaan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya dengan
memperhatikan temuan-temuan di atas.
B. Siklus 2
Pada siklus 2 ini, pembelajaran materi Ideologi Pancasila membahas
mengenai Pancasila Sebagai Ideologi Negara, Pancasila Sebagai Dasar Negara,
Kedudukan Pancasila bagi Bangsa Indonesia selain sebagai Ideologi dan
Dasar Negara.
Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus ini mengunakan RPP yang
telah dibuat berdasarkan kesepatakan hasil refleksi pada siklus 1 (RPP Siklus-2
dapt lihat pada lampiran 8). Langkah-langkah pokok pembelajaran pada tahap ini
adalah sebagai berikut:
1) Siswa diberikan lembaran kertas kerja
2) Pada lembaran kertas kerja siswa diperintahkan membuat gambar bangunan,
rumah atau gedung.
3) Setelah kegiatan di atas dianggap selesai guru kepada beberapa siswa
mengadakan tanya jawab terkait dengan gambar yang dibuat dan hubungannya
dengan materi pembelajaran.
4) Setalah materi tersebut dianggap cukup, selanjutnya bagikan potongan kertas
kosong yang lain
35
5) Minta kepada siswa menulis identitasnya dan membuat sebuah pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran “Kedudukan Pancasila selain sebagai
ideologi dan dasar negara”
6) Setelah selesai, tukarkan potongan kertas tersebut kepada siswa lain di
sampingnya (biasanya teman sebangku)
7) Minta masing-masing siswa untuk menuliskan identitas dan memberikan
jawaban atas pertanyaan tersebut (jawaban betul diberi nilai 100), serta
memberikan tanda cek (v) apabila pertanyaan tersebut perlu dibahas lebih
lanjut dan memberi tanda silang (x) apabila pertanyaan tersebut tidak perlu
dibahas.
8) Kembalikan potongan kertas tersebut kepada siswa yang membuat pertanyaan.
Perintahkan kepada siswa untuk menilai jawaban dari temannya (jawaban
betul diberi nilai 100). Selanjutnya setiap pertanyaan siswa yang mendapat
tanda cek (v) diminta untuk dibacakan secara keras.
9) Berikan respon atau jawaban atas pertanyaan tersebut, namun terlebih dahulu
harus memberikan kesempatan kepada siswa yang untuk menjawabnya
(terutama kepada siswa yang membuat pertanyaan)
Berdasarkan data penelitian dibuat matrik rangkuman data penelitian siklus-
2 dan hasil analisisnya, seperti tampak pada tabel berikut ini:
36
Tabel-3 MATRIK ANALISIS DATA Siklus Ke-2
Teknik Pengumpulan Data
Deskripsi pelaksanaan dan hasil yang diperoleh
Analisis – Refleksi
Observasi Pelaksanaan observasi dilakukan oleh mitra peneliti. Hasil yang diperoleh, yakni: a) Sebagai besar siswa terlihat
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini karena guru melakukan KBM yang dapat memberdayakan melalui kegiatan yang menarik perhatiannya (yakni kegiatan mempehatikan gambar bangunan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk membuatnya di buku pelajaran mereka)
b) Kegiatan tanya jawab terhadap media pembelajaran yang disajikan dikaitkan dengan materi pembelajaran mempelihatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
c) Pemilihan media menggambar selain sangat disenangi siswa juga memperlihatkan usaha guru untuk mencoba melibatkan siswa yang memiliki latar belakang prestasi yang kurang baik dalam pembelajaran. Dengan mengkaitkan materi dengan sesuatu yang konkrit tampaknya siswa dari kelompok slow learner pun tampak terlibat aktif dan dapat memahaminya..
d) Reward atau penguatan tampak sudah diberikan oleh guru guna peningkatan motivasi belajar siswa
Hal yang masih tampak kurang maksimal pada siklus ini adalah: a) Tidak adanya penjelasan tentang
adanya penilaian proses kepada siswa, walaupun kegiatan tersebut telah dilakukan oleh guru.
b) Waktu pelaksanaan kegiatan belajar belum sesuai dengan perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi, yakni dari hasil kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran sudah cukup efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa Selain itu, guna kegiatan pembelajaran yang lebih optimal hasil refleksi juga mencatat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan guru, diantaranya: a) Penjelasan adanya penilaian
proses perlu disampaikan kepada siswa. Hal ini dimaksud agar siswa betul-betul serius dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
b) Peningkatan motivasi belajar siswa perlu terus diupayakan
c) Agar diupayaka waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat sesuai dengan yang direncanakan.
37
Teknik Pengumpulan Data
Deskripsi pelaksanaan dan hasil yang diperoleh
Analisis – Refleksi
Wawancara Sebagian besar responden menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran seperti ini menyenangkan dan membuat mereka termotivasi, walaupun motivasi mereka masih bersifat motivasi eksternal yakni ingin mendapat nilai yang lebih baik.
Hasil Tes Dari jumlah siswa 32 orang, dengan Kreiteria Ketuntas Belajar nilai 70, 26 orang telah mencapai batas kelulusan (nilai di atas atau sama dengan 70) , sedangkan sisanya masih memiliki nilai dibawah batas kelulusan. Dari 26 siswa yang lulus tersebut bahkan 12 orang diantaranya telah mencapai nilai sangat baik (nilai di atas 90)
Simpulan sementara yang dapat diperoleh dari hasil analisis data tersebut adalah
bahwa
1. Dilihat dari segi proses pembelajaran, tampak bahwa kegiatan pembelajaran
sudah cukup efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
2. Dilihat dari dari segi siswa terlihat adanya peningkatan motivasi dan hasil
belajar.
3. Dilihat dari segi guru, terlihat adanya peningkatan keterampilan mengajar dan
kemampuan mengelola kelas dalam arti keseluruhan.
Beberapa hal masih perlu mendapat perhatian guru dalam kegiatan
pembelajaran, diantaranya:
a) Penjelasan adanya penilaian proses perlu disampaikan kepada siswa. Hal ini
dimaksud agar siswa betul-betul serius dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
b) Media dalam bentuk cerita dapat dibuat dengan cara tertulis (analisis kasus)
yang dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan pengarah.
38
c) Peningkatan motivasi belajar siswa perlu terus diupayakan
C. Siklus 3
Pada siklus 3 ini, pembelajaran materi Ideologi Pancasila membahas
mengenai Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat. RPP yang
digunakan pada siklus ini merupakan RPP memperhatikan masukan-masukan
yang diperoleh pada siklus sebelumnya.
Langkah-langkah pokok pembelajaran pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Siswa dibagi menjadi 5 kelompok
2) Setiap kelompok mendapat tugas membuat karangan:
Kel 1 membuat karangan perbuatan yang mengamalkan dan tidak
mengamalkan pancasila sila Ke-1
Kel 2 membuat karangan perbuatan yang mengamalkan dan tidak
mengamalkan pancasila sila Ke-2
Kel 3 membuat karangan perbuatan yang mengamalkan dan tidak
mengamalkan pancasila sila Ke-3
Kel 4 membuat karangan perbuatan yang mengamalkan dan tidak
mengamalkan pancasila sila Ke-4
Kel 5 membuat karangan perbuatan yang mengamalkan dan tidak
mengamalkan pancasila sila Ke-5
3) Guru memfasilitasi siswa membahas hasil kegiatan mengarang dengan model
tanya jawab.
39
4) Guru menyampaikan materi dan mengadakan tanya jawab tentang nilai-nilai
Pancasila dalam buku Sutasoma dan nilai-nilai masyarakat Indonesia yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
Adapun data hasil penelitian pada siklus 3 ini dapat dibentuk dalam tabel
analisis data, seperti tampak berikut ini:
Tabel-4 MATRIK ANALISIS DATA Siklus Ke-3
Teknik Pengumpulan Data
Deskripsi pelaksanaan dan hasil yang diperoleh
Analisis – Refleksi
Observasi Pelaksanaan observasi dilakukan oleh mitra peneliti. Hasil yang diperoleh, yakni: a) Umumnya siswa tampak aktif
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Ini disebabkan ketertarikan siswa terhadap bentuk kegiatan pembelajaran yang diterapkan, yakni kegiatan mengarang yang ada kaitannya dengan pengamalan sila-sila Pancasila.
b) Motivasi siswa mengikuti pelajaran tampak pada keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru ketika diadakan pembahasan hasil pekerjaannya dengan model tanya jawab (questioning).
c) Ketepatan jawaban jiwa dalam kegiatan tanya jawab, baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan guru mencerminkan adanya peningkatan pemahaman siswa akan materi pelajaran yang sedang dipelajari.
d) Reward atau penguatan tampak sudah terbiasa diberikan oleh guru sehingga memiliki pengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa
e) Adanya penjelasan mengenai kegiatan penilaian proses juga sangat jelas memberikan kontrinbusi terhadap peningkatan motivasi belajar
Berdasarkan hasil refleksi, yakni dari hasil kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan metode Tanya Jawab yang telah dipraktekkan dalam kegiatan penelitian ini ternyata telah memberikan dampak yang efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa Oleh karena, kegiatan pembelajaran sudah dianggap optimal maka berdasarkan hasil refleksi kegiatan Penelitian ini dianggap selesai.
40
Teknik Pengumpulan Data
Deskripsi pelaksanaan dan hasil yang diperoleh
Analisis – Refleksi
siswa Wawancara Hampir seluruh responden
menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran seperti ini menyenangkan dan membuat mereka termotivasi.
Hasil Tes Dari jumlah siswa 32 orang, dengan Kreiteria Ketuntas Belajar nilai 70, 32 orang telah mencapai batas kelulusan (nilai di atas atau sama dengan 70) dan sebanyak 26 mencapai nilai sangat baik (nilai di atas 90)
Simpulan sementara yang dapat diperoleh dari hasil analisis data tersebut
adalah bahwa kegiatan pembelajaran dengan metode Tanya Jawab dengan variasi
media ternyata cukup efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa
41
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas mengenai
penerapan Metode Tanya Jawab pada siswa kelas XII PMS 2 SMK Negeri I
Lumajang dalam mata pelajaran PKn yang berlangsung selama 3 siklus penelitian
dapat disimpulkan:
1. Penerapan Metode Tanya Jawab dapat meningkatkan aktivitas siswa pada
mata pelajaran PKn.
2. Prestasi belajar siswa meningkat dengan Penerapan Metode Tanya Jawab.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1. Pelaksanaan Metode Tanya Jawab, sebagai salah satu bagian dari pilar CTL
dalam pembelajaran PKn khusus dan mata pelajaran laiinya perlu terus
ditingkatkan mengingat cukup signifikan dampak postitif penerapannya
terhadap peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa
2. Guru-guru harus dapat mengenali dan menggunakan berbagai metode, strategi
dan/atau model pembelajaran; sehingga mempunyai banyak pilihan untuk
diterapkan sesuai dengan materi dan/atau kompetensi dasar, karakteristik
siswa serta ketersediaan sarana dan prasarana.
3. Selain keterampilan memilih model pembelajaran, guru yang professional juga
hendaknya dapat memilih media yang tepat untuk menyampaikan materi
42
pembelajaran. Oleh karena itu, guru juga dituntut memliki kreativitas dan
keterampilan memilih media pembelajaran yang tepat.
43
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. 1998. Classroom Instructional and Management. New York: Mc
Grow-Hill. Arikunto, S. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta. Badudu. 1996. Kamus umum bahasa Indonesia, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktoral Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta
Depdiknas. 2006. KTSP. Jakarta. Depdiknas. 2008. Naskah Ujian Nasional Matematika SMP/MTs. PUSPENDIK
BALITBANG dan BSNP. Gay, L. R. 2009. Educational Research.Competencies for Analysis and
Applications.Upper Saddle River, New Jersey Columbus, Ohio.Pearson. Hidayat, K, dkk.. 1987. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.Bandung:
Bina Cipta. Hiebert, J & Lafevre. 1986. Conceptual and Procedural Knowledge in
Mathematics: An Introduction to Analysis. Lawrence Erlbaum Associates, Publisers, Hillsdale, New Jersey.
Mahendra, Y. I 1996. Dinamika Tata Negara Indonesia. Gema Isani Press Moleong, L.J. 2006. Metode Penelitian Kealitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda
Karya. Munandir. 2001. Ensiklopedia Pendidikan. Malang: UM Press Nur, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Pusat Sains dan Matematika
Sekolah. UNESA. Sahertian, P. A. 2000. Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Silberman, M. L. 2002. Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran. Yappendis.
Yogyakarta
44
Sudirman, dkk. 1987. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya CV. Sudjana. 1992. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta Suriasumantri, J. S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. Wardani, I.G.A.K. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka. Wiriaatmadja, R. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas.PPS UPI dan Remaja
Rosdakarya; Bandung Turiman. 2000. Menegakan Supremasi Hukum dan Demokrasi di Kalimantan
Barat,
45
46
47
48
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(siklus 1)
SEKOLAH : SMK NEGERI 1 LUMAJANG MATA PELAJARAN : PKn KELAS : XII PROGRAM KEAHLIAN : PMS SEMESTER : 5
A. Standar Kompetensi
Menampilkan Sikap Positif Terhadap Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka
C. Indikator
Mendeskripsikan makna ideologi negara Menjelaskan proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara
Menguraikan fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara
D. Alokasi Waktu
2 jam pelajaran (2 x 45 menit)
E. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat Mendeskripsikan makna ideologi negara
Siswa dapat Menjelaskan proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara
Siswa dapat Menguraikan fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara
F. Materi Ajar
Pancasila sebagai ideologi terbuka
49
G. Metode Pembelajaran
Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi Kelompok, Presentasi
H. Langkah-langkah Kegiatan :
a. Kegiatan awal
Apersepsi
Menyampaikan tujuan dan cakupan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan yang bersangkutan
Menanyakan materi sebelumnya
b. Kegiatan inti
1. Siswa diberikan lembaran kertas kerja
2. Pada lembaran kertas kerja siswa diperintahkan membuat karangan
mengenai:
Cita-cita yang diinginkan
Cara-cara untuk mencapai cita-cita tersebut
3. Setelah kegiatan di atas dianggap selesai, guru kepada beberapa siswa
mengadakan tanya jawab terkait dengan “cita-cita seseorang dan cara-
cara mempertahankan cita-cita tersebut.
4. Setalah materi tersebut dianggap cukup, selanjutnya bagikan potongan
kertas kosong yang lain
5. Minta kepada siswa menulis identitasnya dan membuat sebuah
pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran fungsi ideologi dan
dimensi ideologi
6. Setelah selesai, tukarkan potongan kertas tersebut kepada siswa lain di
sampingnya (biasanya teman sebangku)
7. Minta masing-masing siswa untuk menuliskan identitas dan
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (jawaban betul diberi
nilai 100), serta memberikan tanda cek (v) apabila pertanyaan tersebut
perlu dibahas lebih lanjut dan memberi tanda silang (x) apabila
pertanyaan tersebut tidak perlu dibahas.
50
8. Kembalikan potongan kertas tersebut kepada siswa yang membuat
pertanyaan. Perintahkan kepada siswa untuk menilai jawaban dari
temannya (jawaban betul diberi nilai 100). Selanjutnya setiap
pertanyaan siswa yang mendapat tanda cek (v) diminta untuk
dibacakan secara keras.
9. Berikan respon atau jawaban atas pertanyaan tersebut, namun terlebih
dahulu harus memberikan kesempatan kepada siswa yang untuk
menjawabnya (terutama kepada siswa yang membuat pertanyaan)
c. Kegiatan akhir
Bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran
Tanya jawab
Memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya
I. Sumber Belajar
Buku Paket
J. Penilaian
- Tugas
- Ulangan Harian
- Presentasi (Keaktifan siswa)
Mengetahui, Lumajang, 20 Juli 2009 Kepala SMKN 1 Lumajang Guru Mata Pelajaran Dra. SOETATIK, M.Pd. SUPARSIH, S.Pd. Pembina Tk. I NIP. 131 846 155 NIP. 131 406 079
top related