proposal ptk metlit
Post on 05-Jul-2015
4.842 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGENAL KOMPONEN
ELEKTRONIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
TEACHING PADA SISWA KELAS X SMKN 4 INFORMATIKA TANJUNG BALAI
DISUSUN OLEH :
SATRIO IMAN PRATOMO
5215 08 3424
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga proposal penelitian dapat diselesaikan. Penyusun berharap proposal penelitian ini,
dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam bidang pendidikan.
Proposal penelitian ini disusun untuk menjelaskan tentang UPAYA MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MENGENAL KOMPONEN ELEKTRONIKA DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS X SMKN 4
INFORMATIKA TANJUNG BALAI karena dengan penelitian ini sangat berguna untuk
mengetahui sejauh mana hasil belajar yang dicapai dalam pemberian tugas pekerjaan rumah.
Proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelengkapan proposal penelitian ini. Akhir kata
semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca
umumnya.
Jakarta, Desember 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat
menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak
mulia, terampil dan terlatih untuk memasuki lapangan pekerjaan. Departemen Pendidikan
menjadikan SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan untuk menyediakan tenaga
kerja nasional yang terampil dan terdidik serta berahklak mulia.
Rupert Evan merumuskan tujuan Pendidikan Kejuruan (SMK) : 1) memenuhi kebutuhan
masyarakat akan tenaga kerja, 2) Meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu, dan 3)
Mendorong motivasi untuk terus belajar (dalam Muslim: 2007). Dalam peraturan pemerintah
No. 29 Tahun 1990 juga merumuskan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK)
mengutamakan kesiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap
professional. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Kejuruan
adalah mempersiapkan peserta didik sebagai calon tenaga kerja dan mengembangkan eksistensi
peserta didik, untuk kepentingan peserta didik, bangsa dan Negara. Apabila ditinjau dari tujuan
dan konsep dasar pelaksanaannya maka Pendidikan Kejuruan Tingkat Menengah (SMK) sangat
berbeda dengan Pendidikan Umum (SMA).
Ada tujuh kriteria Pendidikan Kejuruan yaitu : 1) Orientasi pada kinerja Individu dalam
dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan, 3) fokus kurikulum pada
aspek-aspek psikomotorik, afektif dan kognitif, 4) tolok ukur keberhasilan tidak hanya di
sekolah, 5) kepekaan terhadap pekembangan dunia kerja, 6) memerlukan sarana dan prasarana
khusus yang memadai, dan 7) adanya dukungan masyarakat. (Finch dan Crunkilton :1999;14-
16)
Selanjutnya dalam peraturan pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang pengelompokan
mata pelajaran untuk SMK terdiri atas: 1) normatif : kelompok mata pelajaran yang dialokasikan
secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya, 2) adaptif : terdiri atas mata pelajaran
Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, KKPI dan Kewirausahaan, dan 3) produktif : terdiri atas
sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalan Dasar Kompetensi Kejuruan dan
Kompetensi Kejuruan. Implementasi ketiga kelompok materi ini dalam bentuk aktivitas
pembelajaran mencakup kegiatan tatap muka, praktik sekolah dan praktik industri. Keseluruhan
aktivitas pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam wilayah
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berdasarkan pada pengorganisasian materi pelajaran dan implementasinya maka kriteria
minimal lulusan SMK adalah kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan, standar
kompetensi ini akan menjadi modal dasar siswa ketika lepas dari SMK, artinya mereka sudah
memiliki keterampilan dan keahlian sesuai dengan bidangnya dan siap untuk memasuki dunia
usaha dan dunia industri.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, terdapat banyak masalah
yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini dapat ditinjau dari berbagai
komponen pembelajar seperti siswa, guru, sarana prasarana, media dan masih banyak komponen
yang lainnya. Dari banyaknya permasalahan yang dihadapi maka diperkirakan faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa diidentifikasi beberapa masalah antara lain :
kemampuan guru dalam mengajar masih minim, alokasi waktu dalam pembelajaran masih
kurang, model pembelajaran yang digunakan belum sesuai dengan karakteristik siswa, guru
kurang mengembangkan teknik penyajian materi dalam pembelajaran elektronika analog dan
digital dasar, pemberian materi oleh guru kurang memperhatikan kemampuan siswa, uji
kemampuan siswa belum memberikan umpan balik, baik kepada siswa maupun guru.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan beberapa masalah yang teridentifikasi di atas, maka oleh karena
keterbatasan peneliti dalam hal waktu, tenaga maupun dana maka permasalahan dalam penelitian
ini di batasi pada penerapan model pembelajraan. Model pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar
Mengenal Komponen Elektronika Kelas X SMK TIK N 4 Tanjungbalai.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut :
“Apakah model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar Mengenal
Komponen Elektronika pada siswa kelas X SMKN TIK 4 Tanjungbalai?”
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut : Untuk mengetahui hasil belajar Mengenal Komponen Elektronika dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching pada siswa kelas X SMKN TIK 4
Tanjungbalai Tahun ajaran 2011-2012.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat bagi peneliti, yaitu sebagai kekayaan wawasan dan pengalaman dalam
menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang dapat menunjang hasil belajar
siswa yang maksimal.
2. Manfaat bagi sekolah, yaitu dapat menjadi gambaran bagi tenaga pendidik untuk
menentukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
3. Manfaat bagi siswa, yaitu sebagai pengalaman belajar dengan menggunakan model
Quantum Teaching.
4. Manfaat bagi mahasiswa, yaitu sebagai gambaran awal dalam penelitian untuk dapat
ditindak lanjuti ke permasalahan yang lebih kompleks.
BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Kerangka Teoritis
A. Pembelajaran berbasis kompetensi
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dikelola oleh pendidik untuk
membelajarkan siswa sesuai dengan tujuan dan desain pembelajaran yang telah dirancang. Hal
ini juga mengacu pada teori belajar - mengajar yang menjadi landasannya, belajar tuntas berbasis
kompetensi, penguasaan materi, transformasi budaya, dan lain-lain. Walaupun secara umum
setiap teori pembelajaran ini mempunyai komponen dasar yang harus diperhatikan guru yaitu
karakteristik siswa, sarana dan prasarana, tujuan pembelajaran, bahan ajar, lingkungan sekolah,
kesiapan pendidik dan alokasi waktu.
Dalam teori belajar tuntas siswa sebagai subjek pembelajaran memiliki perbedaan
karakteristik. Konsep utama dalam teori belajar tuntas adalah “semua siswa dapat menuntaskan
materi belajarnya asal diberi waktu yang cukup kepadanya‖ (Hernawan, 2008). Artinya setiap
siswa memerlukan waktu yang berbeda untuk menguasai materi pembelajaran. Hal ini juga
ditopang oleh konsep psikologi tentang perbedaan individual (individual diffrencies) khususnya
tentang kecerdasan intelektual.
Brown dan Saks (1980) mengatakan bahwa usaha belajar siswa memiliki dua dimensi,
yakni (1) jumlah waktu yang dihabiskan siswa dalam suatu kegiatan belajar, dan (2) intensitas
keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar (dalam Hernawan, 2008). Bloom (1998) juga
mengemukakan bahwa kualitas pembelajaran yang optimal dan waktu belajar yang cukup
diharapkan dapat mencapai ketuntasan belajar (dalam Hernawan, 2008).
Berdasarkan teori belajar tuntas yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kunci keberhasilan siswa dalam menguasai materi pembelajaran adalah adanya kerja
keras pendidik untuk memperhatikan karakteristik setiap siswa, seperti tingkat kecerdasan
intelektual, gaya belajar, dan alokasi yang dibutuhkan untuk menguasai materi belajar. Oleh
karena itu perlu adanya program pendidikan yang sistematis, terarah, dan program pembelajaran
yang dirancang, diawasi dan disesuaikan dengan tujuan dan hasil.
Competency base adalah pendekatan pendidikan yang sangat sistematis, dimana setiap
komponen dalam program pembelajaran dirancang dan disesuaikan dengan satu hal dalam tujuan
dan hasil‖ (John Wiley & Sons, 2001). Karakteristik dasar dari program pendidikan berbasis
kompetensi (competency based) ada empat
Pertama yaitu pembelajaran didasarkan hanya pada satu hasil pendidikan dan pelatihan
yang spesifik, diungkapkan dengan jelas dalam bentuk kompetensi yang telah dimodifikasi dari
pekerjaan tertentu dan dilatihkan kepada siswa. Kedua, Program Pendidikan Berbasis
Kompetensi menyediakan kegiatan belajar, materi dan pendidikan yang berkualitas tinggi,
dirancang dengan cermat, pengajaran berpusat pada siswa yang dirancang untuk membantu para
siswa untuk menguasai setiap unit pengajaran.
Ketiga adalah menyediakan waktu yang cukup bagi siswa untuk sepenuhnya menguasai suatu
unit pelajaran, sebelum diizinkan untuk melanjutkan ke unit pelajaran berikutnya. Keempat, adalah
menuntut siswa untuk mempraktikkan penguasaan materi atau kemampuannya untuk setiap unit
pelajaran di dalam situasi lingkungan kerja, sebelum mendapatkan nilai atas pencapaian itu dan
unjuk kerjanya dibandingkan dengan standar tertentu yang telah ditetapkan (U.S Departement of
Education, 2001).
Selain berdasarkan peraturan perundang-undangan, kompetensi lulusan SMK juga dapat
dirumuskan berdasarkan persyaratan yang ditentukan oleh pengguna lulusan atau dunia kerja
(workplace/stakeholder). Usaha dimaksud dengan melalui pengintegrasian SK yang ditentukan
oleh industri ke dalam kurikulum sekolah. "Dunia industri menentukan standar kompetensi
lulusan berupa pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai seseorang agar memiliki
kompetensi untuk memasuki dunia kerja" (Adams, 1995; Widiarni: 2008).
Kecakapan hidup (life skill) merupakan kecakapan untuk menciptakan atau menemukan
pemecahan masalah-masalah baru (inovasi) dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, atau
prosedur yang telah dipelajari. Penemuan pemecahan masalah baru itu dapat berupa proses
maupun produk yang bermanfaat untuk mempertahankan, meningkatkan, atau memperbarui
hidup dan kehidupan peserta didik.
Selain kecakapan yang bersifat teknis (vokasional), kecakapan hidup mencakup juga
kecakapan sosial (social skills), misalnya kecakapan mengadakan negosiasi, kecakapan memilih
dan mengambil posisi diri, kecakapan mengelola konflik, kecakapan mengadakan hubungan
antar pribadi, kecakapan memecahkan masalah, kecakapan mengambil keputusan secara
sistematis, kecakapan bekerja dalam sebuah tim, kecakapan berorganisasi, dan lain sebagainya.
B. Model Pembelajaran
Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran
cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.
Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model
pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980)), yaitu :
1. Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran.
2. Social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran.
3. Principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang,
memperlakukan, dan merespon siswa,
4. Support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung
pembelajaran, dan;
5. Instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan
tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant
effects).
a. Pengertian model Quantum teaching
Quantum teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan
dalam perancangan, dan penyajian dan fasilitas dalam pembelajaran. Diciptakan berdasarkan
teori-teori pendidikan seperti Acselerated Learining (Lozanov), Multiple Intelligence (Gardner),
Neuro-Linguistiq Programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic
Inquiry, Cooperatif Learning (Johnson dan Johnson),dan Element of Effective Instruction
(Hunter). Quantum Teaching adalah sebuah pendekatan yang segar, mengalir, praktis, dan
mudah diterapkan. Quantum Teaching mencakup spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar
yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Apa
pun mata pelajaran, tingkat kelas, atau pendengar, Quantum Teaching menjamin siswa tertarik
dan berminat pada setiap pelajaran. (DePorter Dkk:2010).
b. Asas Utama Quantum Teaching
Quantum Teaching bersandar pada konsep ―Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan
Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka ‖ . inilah Asas Utama di balik segala strategi, dan
keyakinan Quantum Teaching. Segala hal yang dilakukan dalam kerangka Quantum Teaching,
setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode instruksional
dibangun di atas prinsip ―Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke
Dunia Mereka.
C. Belajar Mengenal Komponen Elektronika
Mengenal Komponen Elektronika adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) produktif di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada Bidang Studi Keahlian Teknik Komputer dan
Informatika. Dalam penelitian ini materi yang akan di bahas adalah Jenis, Fungsi dan cara
mengidentifikasi, dan menentukan nilai komponen elektronika. Komponen yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah Resistor dan Kapasitor. Karena materi ini masing-masing
membutuhkan dua kali pertemuan dimana pertemuan ketiga adalah pemberian tes hasil belajar.
Adapun cakupan materi yang akan disampaikan adalah Pengertian, Fungsi, Jenis dan cara
membaca nilai resistor dan kapasitor.
D. Kerangka Berpikir
Belajar Mengenal Komponen Elektronika merupakan pemahaman dasar siswa untuk
mengetahui konsep prinsip kerja komputer. Karena seluruh kompenen yang terdapat pada
komputer adalah komponen elektronika dimana komponen tersebut dapat bekerja dengan adanya
energy listrik. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran tersebut
adalah melakukan penelitian yang sifatnya lebih inovatif, inspiratif, menantang dan sesuai
dengan kebutuhan siswa agar pembelajaran Elektronika dinikmati siswa dengan penuh semangat
dan gairah, agar siswa lebih memeiliki motivasi untuk giat belajar. Model pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan lingkungan dan kondisi siswa adalah model pembelajaran Quantum
Teaching.
Sebelum memulai pembelajaran terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh
peneliti untuk membantu untuk membantu pelaksanaan pembelajaran Beberapa hal yang harus
dipersiapkan yaitu :
1) Lingkungan Sekeliling : yaitu lingkungan belajar yang penuh dengan keindahan
seperti adanya poster tentang pembelajaran, poster afirmasi dengan menggunakan warna yang
bervariasi,
2) Alat Bantu : Guru harus mempersiapkan alat bantu dalam pembelajaran seperti benda
yang digunakan untuk demontrasi dan media pembelajaran lainnya,
3) Pengaturan bangku : posisi duduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
suasana pembelajaran,
4 ) tumbuhkan, aroma, hewan dan unsur organic lainnya,
5) musik: musik sangat membantu suasana hati dalam belajar. Quantum Teaching dapat
mencakup seluruh kecerdasan jamak (multiple intelligences) siswa yang berbeda-beda, selain itu
modalitas siswa juga dapat menjangkau secara keseluruhan yaitu modalitas belajar Visual, Auditorial
dan Kinestetik.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan penelitian yang akan diajukan adalah
“Model Pembelajaran Quantum Teaching Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Mengenal
Komponen Elektronika Siswa Kelas X SMKN TIK 4 Tanjungbalai Tahun Ajaran 2011-2012.”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMKN 4 TIK Tanjungbalai semester I Tahun
ajaran 2011/2012 yang beralamatkan di JL. M.T Haryono Ujung, Kelurahan Selat Tanjung
Medan, Kec. Datuk Bandar Timur Kota Tanjungbalai. Untuk kelas X SMK N 4 TIK
Tanjungbalai terdiri dari tiga kelas yaitu X1, X2 dan X3. Kelas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kelas X1 dengan jumlah siswa 38 orang. Kelas ini digunakan sebagai subjek penelitian
setelah dipilih secara acak.
2. Populasi dan sampel penelitian.
a. Populasi penelitian
Silitonga (2011) mengemukakan bahwa populasi adalah sekumpulan objek yang akan dijadikan
sebagai bahan penelitian dengan ciri mempunyai karakteristik tertentu dalam penelitian. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMK Negeri 4 Tanjungbalai Tahun
Ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 3 kelas yaitu :
Kelas X SMK Negeri 4 Tanjungbalai
Kelas Jumlah Siswa
X-1 38 siswa
X-2 38 siswa
X-3 38 siswa
b. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk mewakili seluruh objek
penelitian yang diteliti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Random Sampling.
Silitonga (2011) menyatakan bahwa pengambilan unit sampel dapat menggunakan pertolongan
undian atau angka random. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 1 kelas dari 3
kelas dengan jumlah 38 orang.
3. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yaitu suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan-tindakan dalam melaksanakan pembelajaran, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki praktik-praktik pembelajaran yang
dilaksanakan. Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan dalam penelitian ini direncanakan
dalam dua siklus.
Dari kedua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan
b. Tahap implementasi tindakan
c. Tahap pengamatan / observasi
d. Tahap refleksi
4. Rancangan penelitian
a. Perencanaan
1. Guru menyusun dan menyiapkan rencana pembelajaran tentang Teori Dasar Kelistrikan
dan Perbedaan Tegangan, Hambatan dan Arus Listrik.
2. Menentukan alat peraga sebagai media dalam melaksanakan pembelajaran Quantum
Teaching.
3. Mempersiapkan alat peraga dan bahan serta perlengkapan pembelajaran seperti music,
dan slide show.
4. Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.
5. Merancang tes siklus I dan kunci jawabannya.
6. Merancang lembar pengamatan :
a) Lembar pengamatan aktvitas siswa
b) Lembar pengamatan aktivitas guru
c) Angket
b. Pelaksanaan
1. Guru mengadakan presensi terhadap siswa
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Guru mengadakan Tanya jawab yang mengarah pada materi pembelajaran
4. Guru menyampaikan garis besar materi pokok teori dasar kelistrikan yang akan dibahas
dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. Dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Tumbuhkan, Menumbuhkan minat siswa terhadap materi pelajaran dengan
menjelaskan apa manfaat materi pelajaran tersebut bagi mereka dan mengapa
materi tersebut harus dipelajari serta seperti apa materi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Alami, dengan kerja kelompok atau individual siswa dimbimbing untuk mengalami
sendiri bagaimana terjadinya energi lsitrik serta bagaimana membedakan tegangan,
hambatan dan arus listrik dengan menganalogikan air mengalir pada sebuah pipa
dimana kran adalah hambatan dan jumlah air mengalir adalah besarnya arus listrik.
c. Namai, pada tahap ini siswa merangkum pemahamannya tentang analogi yang
diberikan oleh guru tentang air dalam pipa. Sehingga siswa memperoleh konsep
dan prinsip terjadinya energi listrik serta dapat membedakan tegangan, hambatan
dan arus listrik.
d. Demontrasikan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan
pemahaman yang telah ia rangkum kepada siswa lainnya di depan kelas.
e. Ulangi, pada tahap ini guru mengulangi penjelasan siswa untuk menguatkan
pemahaman siswa dan mengarahkan konsep atau penjelasan yang masih perlu
perbaikan.
f. Rayakan, setalah siswa berhasil dalam menyimpulkan serta menjawab berbagai
pernyataan yang diberikan oleh guru maupun siswa, maka sebelum menutup
pemblajaran perlu dirayakan dengan memberikan pujian dan penghargaan baik
berupa verbal maupun non verbal.
5. Guru memberikan angket kepada siswa untuk di isi sebagai bahan refleksi.
6. Secara individu siswa diberi tugas rumah.
7. Guru memberikan tes siklus I pada pertemuan berikutnya.
c. Pengamatan
Dalam penelitian tindakan kelas, pengamatan dilaksanakan dengan beberapa aspek yang diamati
sebagai berikut :
1. Pengamatan terhadap siswa
a. Kehadiran siswa
b. Perhatian terhadap cara guru menjelaskan pelajaran serta kektifan dalam pembelajaran.
c. Banyaknya siswa yang bertanya dan menanggapi
d. Kerja sama siswa dalam kelompok
2. Pengamatan terhadap guru
a. Penampilan guru di depan kelas
b. Gaya dalam menyampaikan materi pelajaran
c. Cara pengelolaan kelas
d. Cara menggunakan media pembelajaran
e. Suara guru dalam berbicara di depan kelas/ kepada siswa selama proses pembelajaran.
f. Cara guru membimbing kelompok belajar siswa
g. Pemanfaatan waktu yang efektif.
3. Sarana dan prasarana
a. Situasi kelas yang menyenangkan
b. Penataan tempat duduk siswa
c. Buku pelajaran yang menunjang
d. Alat peraga yang diperlukan.
e. Refleksi
Refleksi adalah menganalisis hasil kerja siswa dan aktifitas guru. Analisis dilakukan untuk
mengukur baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus I, kemudian
mendiskusikan hasil analisis secara kolaborasi untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus II.
5. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitan ini adalah Angket, observasi, dan tes.
Angket
Angket atau kuesioner adalah ―sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui‖
(Arikunto, 2008).
Observasi
Arikunto (2008) menyatakan ―…observasi atau yang disebut pengamatan, meliputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera‖ . Observasi
dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan
yang dilakukan peneliti. Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung.
Lembar observasi yang akan diisi oleh observer adalah lembar observasi aktivitas guru,
lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi sarana dan prasarana. Lembar observasi guru
diisi ketika melaksakan pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching. Lembar observasi
yang kedua adalah lembar observasi aktivitas siswa bertujuan untuk mengamati keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching.
Tes
Arikunto (2002:127) menyatakan tes merupakan ―serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki individu atau kelompok‖ . Tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini berupa pre test
(tes awal) dan post test (tes akhir). Pre test dilakukan untuk mengetahui pengetahuan awal mengenai
bahasan yang akan diajarkan, sedangkan post test dilakukan dengan tujuan untuk melihat hasil
belajar siswa setelah pemberian tindakan pembelajaran, setelah soal selesai dikerjakan, semua lembar
jawaban dikumpulkan dan dikoreksi, dan selanjutnya dianalisis oleh peneliti.
6. Teknik analisis data
Data yang diperoleh dari hasil angket, observasi dan tes yang diberikan dianalisis dengan
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menganalisis Lembar observasi
a. Lembar observasi aktivitas guru
Data aktivitas guru dianalisis secara deskriptif ditunjang dengan data respon siswa yang
diberikan pada setiap akhir siklus.
b. Lembar Observasi aktivitas siswa
Dari hasil observasi aktivitas siswa yang diperoleh, dilakukan penganalisasian untuk menghitung
persentase tingkat keaktifan siswa dengan menggunakan rumus :
%100% xN
BTA
Dimana :
%TA = presentase tingkat keaktifan siswa
B = skor lembar observasi keaktifan siswa
N = skor total
Dengan criteria tingkat keaktifan sebagai berikut :
90% ≤ TA ≤ 100% = Sangat Tinggi (ST)
80% ≤ TA ≤ 89% = Tinggi (T)
65% ≤ TA ≤ 79% = Cukup (C)
55% ≤ TA ≤ 64 = Rendah (R)
0 % ≤ TA ≤ 54 = Sangat Rendah (SR)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Deporter, Bobbi dkk. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa
Eka. 2010. Definis Model Pembelajaran. http://ekagurunesama.blogspot.com. Diakses tanggal 5
oktober 2011.
Finch, Crunkilton. 1999. Curriculum Development in Vocational and Technichal Education.
London: Virginia Fulytechnic Institute and State University.
Fitri.2010. Laporan Program Pendampingan SMK N 4 Tanjungbalai. UPPL Universitas Negeri
Medan.
top related