print wabah

Post on 25-Oct-2015

154 Views

Category:

Documents

5 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

EPIDEMIOLOGI

Dr. Lilian Andries, MS

PENDAHULUAN- Inti ILMU“PUBLIC HEALTH”- Blakley (1990): “the mother

science of Public Health”- Gerstman (1998): “the core

science of Public Health”

DEFINISI PUBLIC HEALTH1. ILMU DAN SENI2. USAHA PENCEGAHAN3. PERAN SERTA MASYARAKAT4. BASIC HEALTH SERVICES5. PENCEGAHAN: IMUNISASI & “EARLY

DIAGNOSTIC”6. PENDEKATAN SOSIAL-HIDUP SEHAT

PENDAHULUAN- ILMU DAN SENI- LANDASAN PENELITIAN (METODA)

SCIENCE & RESEARCH TAK TERPISAH

ILMU tdk berkembang tanpa Research

PENELITIAN tdk ada bila tdk dalam kerangka iILMU

DEFINISI1.Adalah semua kejadian

yang terjadi pada manusia (epi, demos & logos)

DEFINISI2. Adalah cabang ilmu yang

mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia (Mac Mahon and Pugh)

DEFINISI3. Adalah ilmu yang mempelajari:- frekuensi & penyebaran Mas Kes

pada sekelompok manusia- faktor-faktor yg mempengaruhi

(Azrul Azwar)

DEFINISI4. Adalah studi yang mempelajari distribusi

dan determinan penyakit serta keadaan kesehatan pada populasi, serta penerapannya untuk pengendalian masalah-masalah kesehatan (CDC, 2002; Last, 2001)

PERMASALAHAN- Penyakit menular: peny karantina (pes), AIDS- Bukan penyakit menular: kanker, penyakit

jantung, stroke, cedera, life-style- Program: Keluarga Berencana, air bersih,

perbaikan lingkungan, pengadaan tenaga dan sarana kesehatan, bencana alam, pencemaran

FREKUENSI- ILMU EMPIRIK KUANTITATIF- PENGAMATAN DAN PENGUKURAN YG

SISTEMATIK UNTUK FREKUENSI PENY DAN FAKTOR-FAKTOR

- ANALISIS KUANTITATIF: SEDERHANA SAMPAI CANGGIH (BIOSTATISTIK)

DISTRIBUSI FREKUENSI

- MENGETAHUI POP. YG SAKIT. KAPAN DAN DI MANA KENA SAKIT

- MENGETAHUI BESARNYA MASALAH KESEHATAN POP.

- MANFAAT UNTUK KEBIJAKAN KES-MAS, PERENCANAAN PROGRAM DAN PENGENDALIAN SERTA SEDIAKAN PELAYANAN KES

DETERMINAN

- FAKTOR PENYEBAB- FAKTOR RISIKO (DAWBER et.al., 1980 –

FRAMINGHAM HEART STUDY) ADALAH PERILAKU, GAYA HIDUP, PAPARAN LINGKUNGAN (fisik, biologis, sosial dan kultural), FAKT BAWAAN/KETURUNAN YG BERHUB. DG PENY

POPULASI

EPIDEMIOLOGI: “POPULATION SCIENCE” (PEARCE, 1999). – SEHAT DAN SAKIT

- PERBAIKI STATUS KESEHATAN MASY.- KEBUT. INFERENSI KAUSAL (MET-LIT)- AMATI, UKUR DAN ANALISIS PAPARAN &

PENY PD INDIVIDU TAPI KESIMP. PD POPULASI.

PENYAKIT INFEKSI BARU

• NEID ATAU NEW EMERGING INFECTIOUS DISEASE ADALAH PENYAKIT BARU YG TDK DIKET: SARS (2003, AVIAN (2004), VIRUS EBOLA, DLL

• REID ATAU RE-EMERGING INFECTS DISEASE: MALARIA, TB, DHF DLL

• PENYAKIT BIOTERRORISM: ANTHRAX, EBOLA, PES, VARIOLA, CLOSTRIDIUM BOTULINUM TOXIN DLL

PENYAKIT MENULAR• PENYAKIT KARANTINA:- PES - PES- KOLERA - KOLERA- CACAR (VARIOLA) - POLIO- DEMAM KUNING - DIFTERI- TIFUS BERCAK WABAHI- DEMAM BALIK-BALIK

PENYAKIT MENULAR• POTENSI WABAH TINGGI:- DHF- DIARE- PERTUSIS- RABIES- CAMPAK- PERTUSIS

PENYAKIT MENULAR• POTENSI WABAH RENDAH:- MALARIA - TET. NEONATORUM- MENINGITIS - ENSEFALITIS- KERACUNAN - TIFUS- INFLUENZA - FRAMBUSIA- ANTHRAX

PENYAKIT MENULAR• TIDAK BERPOTENSI WABAH:- TBC - GONORHOE- CACING- LEPRA- SIFILIS- FILARIASIS

TUJUAN EPIDEMIOLOGI

1. Deskripsi Distribusi, Kecendrungan, dan riwayat alamiah penyakit atau keadaan kesehatan populasi

2. Jelaskan etiologi penyakit/masalah3. Meramalkan kejadian penyakit4. Mengendalikan distribusi penyakit dan

masalah kesehatan populasi

Manfaat epid. deskriptif

1. Membuat perencanaan, kebijakan serta pengambilan keputusan alokasi sumber daya kesehatan

2. Merumuskan hipotesis tentang kemung-kinan faktor penyebab dan faktor pence-gahan penyakit

3. Pelajari perjalanan penyakit

EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF

ADALAH STUDI YANG DIRANCANG UNTUK MEMPELAJARI DISTRIBUSI DAN KECENDERUNGAN SERTA DAMPAK PENYAKIT MENURUT ORANG, TEMPAT DAN WAKTU (WHAT, WHO, WHEN, WHERE)

EPIDEMIOLOGI ANALITIK

ADALAH STUDI EPIDEMIOLOGI YANG DIRANCANG UNTUK MEM-PELAJARI PAPARAN, FAKTOR RISIKO, KAUSA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG DIHIPOTESISKAN ADA HUBUNGAN DENGAN PENY. (WHY, HOW)

EPIDEMIOLOGI TERAPAN

• SKRINING• SURVEILANS

SPECIFIED POPULATIONS

Ahli epid dan klinikus: sama pendapat terhadap penyakit dan penanggulangan.

Pandangan pada pasien: beda.Klinikus: kesehatan kasusAhli epid.: kesehatan komunitas populasi atau di

sekitarnya

APPLICATION

Sebagai “ILMU” : data epidemiologi untuk ‘public health action’ (seni)

Klinikus (model medis): pengobatan pasien memerlukan teori dan kreativitas.

Ahli epid.: data deskriptif dan analitik perlu untuk ‘diagnostik’ kesehatan komunitas, juga perlu kreativitas untuk perencanaan pemberantasan dan pencegahan

FAKTOR RISIKO

Adalah faktor perilaku, gaya hidup, paparan lingkungan(fisik, biologi, sosial kultural), karakteristik bawaan maupun keturunan, yang berdasarkan bukti-bukti epidemiolo- gis diketahui memiliki hubungan dengan penyakit dan kondisi kesehatan, shg pen-ting untuk dilakukan pencegahan (LAST, 2001)

HUBUNGAN ILMU

KEDOKTERAN:ANATOMI, FISIOLOGI, BIOKIMIA, PATOLOGI, MIKROBIO-LOGI, GENETIKA

ILMU LAIN: DEMOGRAFI, ANTHROP, GEOLOGI, LINGK. FISIK/EKONOMI /SOS-BUDAYA DAN STATISTIK

SEJARAH

1. Tahap Pengamatan = Pengaruh Lingkungan terhadap Kejadian Penyakit

2. Tahap Perhitungan = Penggunaan Data Kuantitatif dan Statistik

3. Tahap Pengkajian = Penularan Penyakit4. Tahap Uji Coba = Eksperimen pada Manusia

TAHAP PENGAMTAN

HIPPOCRATES : 400 SM (DOKTER TERBESAR) – BAPAK ILMU KEDOK-TERAN)

Higienis: “on Airs, Waters and Places” – menghubungkan timbulnya penyakit dg faktor lingkungan dan faktor host-perilaku.

Ahli Epidemiologi pertama di dunia.

TAHAP PENGHITUNGAN

KEVIN: tak dalam bentuk angka, pengeta-huan belum sempurna.

GRAUNT: informasi kesehatan dg kematian, yaitu: jumlah kelahiran trbanyak laki-laki, kematian terbanyak pada bayi dll. (1662)

Terkenal dg Life Table (Perjalanan Hidup)Bapak Statistik

TAHAP PENGKAJIAN

Fracastorius (1483-1553): “de contagion”Alkitab: isolasi penderita LepraPenggunaan metode epidemiologi dalam

analisis data epidemiologi.William Farr: hubungan antara insidens dan

distribusi dengan pencemaran air minum (sungai Thames) – “population at risk”

TAHAP PENGKAJIAN

William Farr: Bapak EpidemiologiJohn Snow: tidak ada hubungan dengan air

minum tapi dengan pencemaran makanan oleh racun kolera penderita (Sept. 1854)

“ Bapak Epidemiologi Lapangan”Kuman kolera ditemukan Pacini (1868) dan

dibiakkan Robert Koch – 1883.

TAHAP UJI COBA

Percobaan langsung pada manusia – Kode etik kedokteran dan deklarasi Helzinki

- James Lind (1747) – pada pelaut-skorbut (ascorbic acid)

- Goldberger (1961) – pellarga – B kompleksSebelumnya harus penelitian pada binatang.

PERANAN EPIDEMIOLOGI

KEDOKTERAN:1. Menemukan penyebab penyakit2. Hubungan sebab akibat antara timbulnya

sakit dan determinan yang berpengaruh3. Meneliti perjalanan penyakit4. Mengembangkan indeks deskripsi (frekuensi

penyakit) antar wilayah

PERANAN EPIDEMIOLOGI

5. Penemuan berbagai penyakit: kolera, skorbut, pellagra

6. Menentukan hubungan rokok dengan penyakit jantung, Ca paru dll

7. Hubungan air / makanan dengan kolera8. Hubungan pil KB dg thromboflebitis9. Hubungan penyakit herediter dg etnik ttt

PERANAN EPIDEMIOLOGI

KESEHATAN MASYARAKAT:1. Analisis perjalanan penyakit di masyara-kat serta

perubahan akibat intervensi alam atau manusia2. Deskripsi pola penyakit pada berbagai kelompok

masyarakat3. Deskripsi hubungan dinamika penduduk dan

penyebaran penyakit

Dinamika penduduk – Pola peny.

LEDAKAN PENDUDUK-KEMAJUAN TEK-NOLOGI – TRANSPORTASI –TINGGINYA DINAMIKA PENDUDUK – PERCEPAT PENYEBARA PENYAKIT

1. Pemukiman baru ber+ – sarang peny +2. Transportasi – mobilitas penduduk3. Perub. tata kehidupan – pola hidup

KONSEP EPIDEMIOLOGI

- Konsep SEHAT- Konsep SAKITWHO (1948) : HEALTH is a stage of com-plete

physical, mental and social wellbeing and not merely the absence of disease or infirmity

PENYAKIT DAN KESEHATAN

Variabel hasil: penyakit dan keadaan kes.Sama: perspektif multidimensi (biologis/fisik,

perseptual/psikologis dan sosial/perilakuBeda: sakit (konsep “negatif”) proses patolo gis

atau deteriorisasi dan sehat (konsep “positif”) ke well being

Kaitan: tdk simetris. Tdk sakit – bukan sehat

KONSEP SAKIT

1. Segitiga: Gordon & Le Richt (1950) yaitu perobahan dari salah satu faktor akan robah keseimbangan menjadi sakit

2. Jaring-jaring sebab-akibat: penyakit terjdi bukan hanya satu sebab tapi karena proses “sebab” dan “akibat”

3. Roda: agen tidak dipentingkan

SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

KESEIMBANGAN PEJAMU-AGENT-LINGK. H A

A H L A HH A H A

L L L L

JARING-JARING SEBAB AKIBAT

FAKTOR 6 FAKTOR 3FAKTOR 7 FAKTOR 2 FAKTOR 4 PENY. XFAKTOR 8 FAKTOR 1 FAKTOR 5FAKTOR 9

MODEL RODA

LINGK SOSIAL

PEJAMU

GENETIK

LINGK LINGK FISIK BIOLOGIS

SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

1. HOST:a. Genetik: Sickle cell disease, buta warnab. Umur: Campak <5 thn. Kekebalan sejak lahir

s/d usia 9 bulanc. Jenkel: Ca paru pd > atau hy /♂ ♀ ♂ ♀

d. Status sosek: ↓, gizi - dan lingk rumah yg jelek sbkan TBC paru

SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

Wanita mudah kena HIV k/ Stat. sos/biologise. Suku/ras/warna kulit: TBC klt hit:puti =4:1f. Fis. tubuh: lelah, hamil, puber, stres, gizig. Imunitas: dari ibu, infeksi seblmnya, vaks.h. Perilaku: life style, personal higiene,

hubungan antar pribadi, rekreasi

SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

2. AGENa. Biologis:1. Metazoa: cacing, Schistosomiasis2. Protozoa: malaria, amuba3. Bakteri: TBC, sifilis, pneumoni, tifus4. Virus: cacar, campak, polio5. Jamur: histoplasmosis, taenia pedis6. Ricketsia: spotted fever, rocky mountain

SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

b. Fisik: Sinar UV sbkan katarakc. Kimia: nikotin dalam rokok, CO, asbesd. Nutrisi: Kelebihan/kekurangan gizie. Mekanik: pukulan, tabrakanf. Psikologis: suasana kerja

SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

3. LINGKUNGAN:a. Fisik: iklim, geologi/geografis, s. matahrb. Biologis: kbg biak nyamukc. Kimia: Lysol bunuh V. kolerad. Sosial: migrasi/urbanisasi, perumahan,

kekacauan, benc. alam, perang, banjir

PARADIGMA HIDUP SEHATH.L. BLUM GENETIK SISTEM

SUMBER DAYA BUDAYA

PELAYLINGKUNGAN HIDUP SEHAT KESEH

KESEIMB EKOLOGI KEPUASAN MANUSIA

PERILAKU MASYARAKAT

Karakteristik Epid. Triangle

1. Host:a. Resistensi: Kemampuan host untuk ber-

tahan terhadap infeksib. Imunitas: Kemampuan host unt. Kbgkan

resp.imunologis (alamiah dan didapat)c. Infecktiousness: Potensi host unt menu-

larkan penyakit pd org lain (sakit & sehat

Karakteristik Epid. Triangle

2. Agen:a. Infektifitasb. Patogenitasc. Virulensid. Toksisitas: Kesanggupan produksi toksine. Antigenisitasf. Invasitas: Kesanggupan penetrasi & sebar ke

seluruh jaringan

INFEKT., PATO. DAN VIRULENSI

TKT INFEKTIF PATOGEN VIRULTINGGI VARIOLA VARIOLA RABIES MORBILI RABIES VARIOLA VARICELLA MORBILI TBC POLIO VARICELLA LEPRA PILEK

INFEKT., PATO. DAN VIRULENSI

TKT INFEKTIF PATOGEN VIRULMENE RUBELLA RUBELLA POLIO NGAH PAROTITIS- PAROTITIS- EPIDEMICA EPIDEMICA PILEK TBC

INFEKT., PATO. DAN VIRULENSI

TKT INFEKTIF PATOGEN VIRULRENDAH POLIO MORBILI TBC

SANGAT LEPRA LEPRA RUBELLARENDAH VARICELLA

Karakteristik Epid. Triangle

3. Lingkungan:a. Topografi: situasi lokasi ttt yg natural/

buatan manusia yg pgrh terj/penyebaran penyakit

b. Geografis: berhub dg struktur geologi

NATURAL HISTORY OF DISEASE

4 2 3 1 A B C DA= Tahap suseptibel C= Tahap klinikB= Tahap subklinik D= Tahap akhir

MASA INKUBASI/MASA LATEN• ADALAH WAKTU DARI MASUKNYA AGEN

DALAM TUBUH MANUSIA SAMPAI TIMBULNYA GEJALA

• PENYAKIT MENULAR:- STAPHYLOCOCCUS 1-8 JAM- TYPHOID 7-28 HARI- HEPATITIS A 25 HARI

MASA INKUBASI/MASA LATENZA KIMIA:- CADMIUM MENIT-JAM- PLUMBUM 30 MENIT->- PESTISIDA MENIT-JAM- MERKURI 1 MINGGU

CHAIN OF INFECTION

1. AGEN2. RESERVOIR3. PORTAL OF EXIT4. TRANSMISSION5. PORTAL OF ENTRY6. KEKEBALAN INDIVIDU

AGEN

Dikelompokkan dalam 6:1. Prtotozoa2. Metazoa3. Bakteri4. Virus5. Fungi6. Riccketsia

RESERVOIR

Adalah tempat hidup dan berkembang biak agen penyebab penyakit:

1. Human: orang sakit an carrier2. Binatang: arthrpoda (malaria, schistoso-

miasis3. Lingkungan: tanah, tanaman, air, AC

(Legionaires bacil)

CARRIERS

1. Masa tunas: campak, hepatitis2. Penyakit tanpa gejala: polio, hepatitis3. Masa pemulihan: campak, difteri, hepati-tis

B, variola, tifus4. Masa kronisitas: tifus, hepatitis

PORTAL OF EXIT

Keluar dari:1. Saluran pernapasan2. Saluran pencernaan3. Saluran kemih4. Kulit, jarum5. Mata6. Placenta

TRANSMISSION

1. Langsung: udara, kontak2. Tidak langsung:

a. Vektorb. Vehikelc. Biologik

PORTAL OF ENTRY

= portal of exit dan akan mencari host yang suseptibel

Melalui transfusi darahMelalui kulit: cacingMelalui mucus membran: sifilis, trachoma

KEKEBALAN

Bersifat hormonal:• Bawaan• Didapat: Aktif: buatan (imunisasi)

alamiah (sembuh)Pasif: buatan (serum)

alamiah (dari ibu)Bersifat kelompok: herd immunity

SIFAT PENULARAN

1. POINT SOURCE EPIDEMIC YAITU DARI SATU SUMBER: SUMBER UMUM DAN BENDA BERSAMA

2. PROPAGATED SOURCE EPIDEMIC DARI ORANG KE ORANG YAITU SECARA LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG (VEKTOR)

EPIDEMI PROPAGATED

• EPIDEMI PROGRESIF TERDAPAT:- WAKTU GENERASI- HERD IMUNITY- ATTACK RATE

HERD IMMUNITY

IMUNITAS KELOMPOK ADALAH KEKE-BALAN SEBAGIAN/SEKELOMPOK PENDUDUK YANG MENGHALANGI PENYEBARAN

MANFAAT: TIDAK SEMUA PENDUDUK PERLU MEMILIKI KEKEBALAN

HERD IMMUNITY

VIRGIN POPULATION ADALAH POPULASI YANG BELUM TER PAPAR

DENGAN SUATU AGEN ATAU YANG PERNAH TAPI SUDAH LAMA

CLOSED COMMUNITY ADALAH KELOM-POK MASYARAKAT TERASING

FAKTOR TIMBULNYA WABAH

1. HERD IMMUNITY, TERGANTUNG PADA: a. PROPORSI PDDK KEBAL, b. KEMAMPUAN PENYEBARAN KASUS/ KARIER dan c. KEBIASAAN HIDUP

2. PATOGENITAS AGENT3. LINGKUNGAN YANG BURUK

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

• WHO ADALAH PENGUMPULAN, PENGO-LAHAN, ANALISIS DATA KESEHATAN SECARA SISTEMATIS & TERUS MENERUS, SERTA DISEMINASI INFORMASI TEPAT WAKTU KEPADA PIHAK YG PERLU KETAHUI UTK DIAM-BIL TINDAKAN TEPAT (LAST, 2001)

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

PERAN SURVEILANS SANGAT PENTING DALAM SISTIM KESEHATAN NASIONAL.

SURVEILANS MEMBERI INPUT INFORMA-SI “UP TO DATE” KEPADA OTORITAS KES. UTK TIND. PENGENDALIAN PENY. CEPAT & TEPAT ATAU INVESTIGASI

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

KARAKTERISTIK SURVEILANS EFEKTIF:SEDERHANA, FLEKSIBEL, AKSEPTABEL, TEPAT

WAKTU, AKURAT, REPRESEN-TATIF DAN LENGKAP

WHO (2002) MERUMUSKAN “SMART” : SPECIFIC, MEASURABLE, ACTION-ORIENTED, REALISTIC, TIMELY

PENCEGAHAN

1. PRIMORDIAL2. PRIMER – PD3I3. SEKUNDER4. TERTIER

SUMBER DATA

1. LAPORAN KEMATIAN (MORTALITAS)2. LAPORAN PENYAKIT (MORBIDITAS)3. LAPORAN WABAH4. LAPORAN LAB5. LAPORAN INVESTIGASI KLB/WABAH6. LAPORAN INVESTIGASI KASUS INDIVIDU

SUMBER DATA

7. ADANYA SURVEI TERTENTU MISALNYA: SEROLOGIC SURVEY

8. STUDI RESERVOIR BINATANG DAN VEKTOR9. DATA DEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN10. PENGGUNAAN BIOLOGIS DAN OBAT11. LAPORAN KONDISI PANGAN

SUMBER DATA

12. STUDI EPID DAN PENELITIAN LAINNYA13.DATA DAN INFORMASI PENTING LAIN

PENYAJIAN DATA

• NARASI• TABEL• GRAFIK• PETA (SPOT MAP) DAN AREA MAP

ANALITIK EPIDEMIOLOGI

1. Observasional: a. Kohor dan b. Kasus-kontrol2. Experimental: memberikan perlakuan yang

bisa individual (clinical trial) dan komunitas (community trial)

Harus ada 2 kelompok yang akan dibanding kan untuk membuktikan hipotesis

FREKUENSI

UKURAN:1. PROPORSI2. RATE3. RATIO4. ANGKA MUTLAK

UKURAN FREKUENSI

Dalam epidemiologi didapatkan dua variabel dikotomus, mis: mati-hidup, kasus-kontrol, exposed-nonexposed

Formula: X/Y x 10n

100 = 1 102 = 100101 = 10 103 = 1000

PROPORSI

Adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut

A/(A+B) x 10n

RATE

Formula:

Jumlah kasus/kejadian periode tttJumlah populasi berisiko periode ttt

RATIO

Adalah pecahan di mana pembilang tidak termasuk dalam penyebut

MMR: Maternal Mortality Ratio adalah kematian ibu hamil per 100.000 lahir hidup

UKURAN FREKUENSI

1. MORBIDITAS2. MORTALITAS3. KELAHIRAN4. CAKUPAN KIA5. CAKUPAN KB6. CAKUPAN GIZI

MORBIDITAS

1. INSIDENS2. PREVALENS3. ATTACK RATE

INSIDENS

1. INSIDENS KUMULATIF = CI = JUMLAH INDIVIDU YG KENA PENYAKIT SELAMA PERIODE TERTENTU DIBAGI DENGAN JUMLAH POPULASI AWAL PERIODE TERSEBUT

2. INSIDENS RATE = INSIDENCE DENSI-TY = I/PT

PREVALENS

1. POINT PREVALENCE ADALAH JUMLAH SEMUA KASUS PADA SAAT TERTENTU DIBAGI JUMLAH SEMUA PENDUDUK

2. PERIODE PREVALENCE ADALAH JUMLAH SEMUA KASUS DALAM SUATU PERIODE DIBAGI TOTAL POP

ATTACK RATE

ADALAH JUMLAH KASUS SELAMA WABAH DIBAGI JUMLAH PPULASI YANG BERISIKO

AR = INSIDENS KUMULATIFMERUPAKAN UKURAN PROBABILITAS ATAU

“RISK”

HUBUNGAN

PREVALENS = INSIDENS X DURASIHUBUNGAN INI NYATA PADA PENYAKIT KRONIS

DAN STABILPENURUNAN PREV DIPENGARUHI OLEH1. MENURUNNYA INSIDENS2. LAMANYA SAKIT PENDEK3. PERBAIKAN PELAY. KES.

RISK RATIO

UNTUK PENELITIAN PROSPEKTIF Ca kandung kemih Jml RISK + -Perokok 90 910 1000 0,09Bukan perokok 30 970 1000 0,03Jumlah 120 1880 2000 RR=3Risiko Ca pd perokok 3 x > dari bukan perkk

ODDS RATIO

Penelitian retrospektif Expose + - JmlKasus 60 40 100Kontrol 20 80 100OR = (60x80) / (20x40) = 6,0 artinya risiko sakit

pd yg terexpose 6 x > tdk terexpose

Soal-soal

1. Prevalens suatu penyakit 0,02. Apa arti?2. Rate insidens suatu penyakit pada suatu

populasi adalah 5 x 10-4 per tahun. Arti?3. Untuk evaluasi program pencegahan, apa

ukuran prevalens atau insidens yang sesuai

Soal-soal

4. Dari 100 individu yang pada awal tahun bebas dari penyakit. Didapatkan 90 kena suatu penyakit dengan lama berlangsung sangat singkat (dapat diabaikan). Dianta-ranya, 50 kena penyakit sekali saja, dan 40 orang kena dua kali selama setahun. Ukuran apa yang dihitung/

Soal-soal

5. Dari 100 orang yang bebas penyakit pada awal tahun, 80 kena penyakit dg lama berlangsungnya ½ tahun. Ukuran apa?

6. Dalam suatu skrining massal 5000 wanita, 25 diantaranya menderita kanker payu dara. Selama 5 tahun didapatkan 10 wanita Ca payudara. Ukuran apa?

Soal-soal

7. Di kota Jayapura selama tahun 2000-2007 terdapat 832 anak dilahirkan BBLR (<2000 gr). Didapatkan 133 lahir mati. Dari yang lahir hidup, 210 mati dalam 1 bulan. Ukuran apa?

8. Dari 1000 wanita yang diikuti selama 2 tahun, ada 2 wanita sakit MCI pada awal tahun ke-2. Asumsi semua ikut selama 2 tahun. Ukuran apa?

Soal-soal

9. Makan Tdk Makan S TS S TSHam 29 17 17 12Bread 18 9 28 20Milk 2 2 44 27Cakes 27 13 19 16Ice cream (van) 43 11 3 18Ice cream (choc) 25 22 20 7

Soal-soal

10. Dari 100 orang yang diikuti terdapat 4 orang yang sakit awal tahun 1981 dan dalam waktu 3 tahun (1981-1983) ada 16 orang yang sakit, masing-masing 5 orang tahun 1981, 6 orang tahun 1982 dan 5 orang tahun 1983. Ukuran apa saja?

Soal

10. 1981 1982 1983

Jawaban

1. 2% populasi menderita penyakit pada saat tertentu

2. 5 kasus penyakit terjadi per 100.000 orang tahun yang berisiko

3. Insidens, karena menggambarkan arus dari bebas penyakit ke keadaan sakit, perlu dikurangi melalui pencegahan

Jawaban

4. Insidens rate (ID)= (50x1)+(40x2)/100=1,3 per tahun (1,3 kasus terjadi per orang tahun yg berisiko

CI = 90/100 = 0,9 (90% dari individu yg sakit5. PT = (20x1)+(80x1/2) = 60 orang tahun ID = 80/60 = 1,3 per org-th CI=80/100

Jawaban

6. P = 25/5000 CI = 10/(5000-25) =7. Still birth = P = 133/832 CI = neonatal death = 210/(832-133) =8. PT = (998x2)+(2x1) = 1998 orang tahun

(person year). ID = 2/1998 = 1 x 10-3 per tahun

Jawaban

9. Ice cream (van) = 43 11 54 79,6 3 18 21 14,3

Ratio = 79,6 : 14,3 = 5,6 (Relative Risk) adalah risiko yang makan ice 5,6 kali dari yang tidak makan ice

Soal

Suatu kota dengan populasi 100.000 (45.000 laki-laki dan 55.000 wanita), di-dapatkan 1000 meninggal per tahun (600 laki-laki dan 400 wanita). Ada 50 kasus (40 laki-laki dan 10 wanita) dengan Ca paru per tahun, dan 45 meninggal (36 laki-laki dan 9 wanita

Soal

1. Angka kematian kasar2. Angka kematian khas menurut jenis kelamin3. Angka kematian kasar khas untuk Ca paru4. Angka kematian kasus untuk Ca paru

SOAL

Jml

Okt 90 Apr 91 Sep 91

SOAL

1 2 3 4 5 6 7

JAWABAN

1. ID: Kasus insidens = 3, PT=33. ID = 3/33 = 9,1 per 100 populasi

2. CI = 3/7 = 43 kasus per 100 populasi3. Rerata durasi 10/3 = 3,3 tahun4. P pada awal th 4 = 2/6 = 33 kasus per 100

populasi5. P = I X d = 9,1 x 33 = 30 kasus/100 pop

SOAL

Contoh angka prevalens:1. Jumlah angka episode sakit kerongko-ngan

yg diderita seorang anak usia 3 th2. Jml kasus baru kanker prostat per th per

100.000 laki-laki3. Jml kasus diabetes di sekolah menengah4. Semua kasus sklerosis per 100.000/th

INVESTIGASI WABAH

Dr. dr. Grace D. Kandou, M.KesDr. dr. Grace D. Kandou, M.Kesdr. Dina V. Rombot, M.Kesdr. Dina V. Rombot, M.Kes

Peningkatan angka kejadian penyakit pada suatu epidemi/wabah yang terjadi pada wilayah tertentu.(Last 1995),dan tersering pada penyakit menular

• Peningkatan yang tidak biasanya dari suatu penyakit pada suatu tempat dan waktu tertentu

• Biasanya pada penyakit tidak menular• Dalam wilayah yg lebih kecil,subregional,uji

statistiknya juga dalam angka-angka kecil• Misalnya:leukimia,abortus spontan,bunuh

diri

• Pada penyakit infeksi misalnya: TBC,DBD, malaria• Agent penyebab: mikroorganisme (virus,bakteri)• Waktu investigasi: pendek(hari-minggu)• Perkiraan efek: sedang sampai besar• Tingkat paparan: sedang sampai tinggi• Periode paparan:akut(jam atau hari)• Laboratorium:umum• Study analytic: retrospektif cohort study

• Penyakit non infeksi(DM, hipertensi, )• Penyebab agent:tidak diketahui atau

kombinasi(lingkungan yg terpapar,faktor resiko individu misalnya perokok)

• Waktu investigasi:panjang(minggu/bulan)• Efek yg ditimbulkan:rendah sampai sedang• Tingkat paparan:rendah• Periode paparan: kronik(tahun/dasa warsa)• Hasil laboratorium:tidak umum• Study analisis: case-control study

• COMMON SOURCE EPIDEMIC :penyakit terjadi krn ada sekelompok orang yg menjd sumber patogen,penyebaran scr simultan,biasanya pd periode inkubasi.Contoh:outbreak Shigella sonnei,yg penyebarannya bersumber dari air yg tidak bersih

• PROPAGATIVE EPIDEMICS:agent penyakit infeksi menularkan penyakit dari satu orang ke orang lainnya.Contohnya penyebaran hepatitis B melalui penggunaan obat narkoba/injeksi

• MIXED EPIDEMICS :dimulai dari sumber yang satu yaitu orang yg terinfeksi yg kemudian penyebaran scr propagatif.Contohnya pada beberapa patogen yang bersmber dari makanan

• 1.menentukan adanya wabah • 2.menegakkan diagnosa • 3.mendefinisikan kasus dan perkiraan jumlah kasus• 4.mengklasifikasi data berdasarkan waktu,tempat dan

orang• 5.menentukan siapa saja yang beresiko• 6.menjelaskan hipotesa• 7.Membandingkan hipotesa dgn keadaan sebenarnya• 8.merencanakan dan melaksanakan study yang

sistematis• 9.mempersiapkan penulisan laporan• 10.menentukan pengontrolan dan pencegahan

Analisa situasi awal pelacakan situasi yang diperkirakan bersifat wabah sekurang kurangnya tiga kegiatan awal yang bersifat dasar:

1. Penentuan adanya wabah2. Penegakan diagnosa3. Uraian keadaan wabah

• Melakukan perbandingan jumlah kasus sebelumnya untuk melihat apakah terjadi kenaikan frekuensi yang istimewa atau tidak

• Diperlukan penelitian/pengamatan klinis dan pemeriksaan laboratorium

• Diamati secara tuntas apakah laporan awal yang diperoleh sesuai dengan keadaan sebenarnya

• Berdasarkan hasil analisis dari seluruh kegiatan,dibuat keputusan yang bersifat hipotesis tentang keadaan yang diperkirakan.

• Perhatikan bahwa kesimpulan dari semua fakta yang ditemukan dan diketahui harus sesuai dengan apa yang tercantum pada hipotesis

• Pengumpulan data dan informasi

• Analisis data

• Lakukan analisis data secara berkesinambungan sesuai dengan tambahan informasi yang didapatkan dan laporkan hasil interpretasi tersebut

• Usaha penemuan kasus tambahan• Analisa data• Menegakkan hipotesis• Tindakan menurunkan wabah dan

tindak lanjut

• Tindakan diambil berdasarkan analisis,sesuai dengan keadaan wabah yang terjadi

• Setiap tindakan untuk menurunkan wabah harus disertai berbagai kegiatan tindak lanjut(follow-up) sampai keadaan normal kembali

• Pada akhir setiap pelacakan harus dibuat laporan lengkap yang dikirim kepada semua instansi terkait

• Adakan pelacakan ke rumah sakit dan dokter praktek umum setempat untuk mencari kemungkinan kasus yang belum masuk pada laporan

• Adakan pelacakan intensif terhadap mereka yang tanpa gejala atau mereka dengan gejala ringan/tidak spesifik tetapi mempunyai potensi menderita atau termasuk kontak dengan penderita

• Case-control study:dekade terakhir yg paling byk digunakan,krn:ada bebrapa kasus outbreak dlmjumlah besar tidak perlu dilakukan kohortretrospektif,cukup sampeldan kontrol

• Retrospektive cohort study

• Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini terhadap penyakit potensial KLB

• Melaksanakan Surveilans aktif terhadap kasus Influenza Like Illness (ILI)

• Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam penemuan suspek Flu Burung

• Semua suspek Flu Burung pada manusia yang ditemukan agar diberikan Oseltamivir dan dilakukan pemeriksaan spesimen swab

• Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit dan upaya-upaya pencegahan Flu Burung melalui berbagai media

• Meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektor terutama dengan dinas peternakan, pemerintah kecamatan dan kelurahan

• Membuat Posko KLB di Puskesmas• Melaporkan semua suspek Flu Burung ke Posko

KLB Nasional Kemenkes RI cq. Ditjen P2PL melalui telp. 021-42577125. E-mail poskoklb@yahoo.com, fax: 021-42877588,Dinas Kesehatan Provinsi Sulut Telp. 0431-862892,860686 Fax: 0431-850809, 860686, e-mail : ewars_sulut@yahoo.comdan POSKO KLB DINAS KESEHATAN KOTA MANADO Telp. 0431-875465.

Kejadian Luar Biasa

Dr. dr. Grace D. Kandou, M.Kesdr. Dina V. Rombot, M.Kes

IDENTIFIKASI KASUS ATAU PAPARAN

Identifikasi Kasus :1.Untuk membuat perhitungan kasus dengan teliti.2.Hasil perhitungan kasus ini digunakan selanjutnya untukmendeskripsikan KLB berdasarkan waktu, tempat dan orang dengan lebih teliti.Identifikasi Paparan :1.Arahan untuk identifikasi sumber penularan.2.Identifikasi paparan ini selanjutnya dapat dipakai sebagai arahanuntuk identifikasi sumber penularan yang lebih spesifik (tingkat resiko penularan) atau untuk membantu penegakan diagnosis penyakit.

DESKRIPSI KLB

1. Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu•Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya KLB berlangsung), digambarkan dalam suatu kurva epidemik.

kurva epidemik.•Grafik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness) selama periode wabah•Axis horizontal adalah saat mulainya sakit , axis vertikal adalah jumlah kasus.

Kegunaan kurva epidemik.•Menentukan / memprakirakan sumber atau cara penularan penyakit dengan melihat tipe kurva epidemik tersebut (common source atau propagated).•Mengidentifikasikan waktu paparan atau pencarian kasus awal (index case). dengan cara menghitung berdasarkan masa inkbasi rata-rata atau masa inkubasi maksimum dan minimum.

Kesalahan yang sering terjadi pada pembuatan kurva epidemik

Penetapan interval waktu•Interval waktu yang terlalu panjang akan menyembunyikan perbedaan- perbedaan kecil pada distribusi temporal (menyembunyikan puncak-puncak kasus).•Interval yang terlalu pendek akan menimbulkan puncak puncak palsu.•Pedoman memilih interval waktu ialah memilih sebesar seperdelapan atau seperempat inkubasi penyakit.•Ada baiknya membuat beberapa kurva epidemik dengan interval yang berbeda, sehingga dapat diperoleh grafik yang yang paling baik untuk menyajikan data (Friedman, 1974; Kelsey et al., 1986; CDC, 1979).

Kurva -epidemik dengan tipe point common source (satu sumber)

• Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan kasus-kasus yang terpapar dalam waktu sama dan singkat. Biasanya ditemui pada penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air dan makanan (misalnya : kolera, typoid).

Kurva epidemic dengan tipe propagated (banyak Sumber).•Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan cara penularan melaluikontak dari orang ke orang.•Terlihat adanya beberapa puncak. jarak antara puncak sistematis, kurang lebih sebesar masa inkubasi rata-rata penyakit tersebut.

Tipe kurva epidemik campuran antara common source dan propagated•Tipe kurve ini terjadi pada KLB yang pada awalnya kasus-kasusmemperoleh paparan suatu sumber secara bersama, kemudian terjadi karena penyebaran dari orang ke orang (kasus sekunder).

Penggunaan curve epidemic untuk menentukan periode paparan yang paling mungkin, (pada KLB tipe common source), yaitu dengan menggunakan :•masa inkubasi rata-rata dan masa inkubasi maksimum-minimum.•-Metode masa inkubasi rata-rata lebih sering digunakan, karena hasilnya lebih sering mendekati kebenaran.

Metoda masa inkubasi rata-rata :•Pertama identifikasi puncak KLB (25 Juni). Kedua dari puncak KLB dihitung kebelakang selama masa inkubasi rata-rata rubella 18 hari (minimum 14 hari-maksimum 21 hari). Diperoleh waktu paparan yang paling mungkin 7 Juni

2. Deskripsi kasus berdasarkan tempat•Tujuan untuk mendapatkan petunjuk populasi yang rentan kaitannya dengan tempat (tempat tinggal, tempat pekerjaaan).•Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber penularan.

- Agar supaya tujuan ini tercapai, maka kasus dapat dikelompokkanmenurut :•Daerah variabel geografi (tempat tinggal, blok sensus),•Tempat pekerjaaan, tempat (lingkungan) pembuangan limbah, tempat rekreasi rekreasi, sekolah, kesamaan hubungan (kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari orang ke orang atau melalui vektor (CDC, 1979, Friedman, 1980).

3. Deskripsi KLB berdasarkan Orang•Teknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis sumber penularan atau etiologi penyakit.•Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis kelamin, ras, status kekebalan, status perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan setempat•Distribusi penyakit berdasarkan sifat-sifat yang lain dapat dikerjakan jika sifat-sifat tersebut ditemukan berulang-ulang di antara kasus. Misalnya kategori kasus berdasarkan pekerjaan dilakukan jika diantara kasus jenis pekerjaan tertentu ditemukan berulang-ulang.

Latihan soal :1.Dibawah ini tersaji data/list kasus penduduk pada suatu KLB yang diduga karena keracunan makanan. Kejadian ini meliputi penduduk dalam satu RW, yang berjumlah 200 orang. Karena kesulitan penca rian data , hanya terjaring 128 penduduk, 83 sakit dan 45 tidak sakit. Selain itu, dari penyidikan informasi yang disajikan juga kurang lengkap.Soal:1.Buat deskripsi KLB berdasarkan waktu, tempat dan orang.2.Buat analisis dari setiap deskripsi semaksimal mungkin.3.Buat suatu kesimpulan sementara dari analisis anda.4.Deskripsikan data yang anda butuhkan untuk langkah-langkah5.berikutnya.

IDENTIFIKASI SUMBER PENULARAN DAN KEADAAN PENYEBAB KLB

A. IDENTIFIKASI SUMBER PENULARAN

Mengetahui sumber dan cara :• - Membuktikan adanya agent pada sumber penularan secara laboratoris

atau adanya hubungan secara statistik antara kasus dan pemaparan (MacMohan and Pugh, 1970; CDC, 1979).

• - Menurut MacMahon and Pugh (1970), CDC (1979) dan Kelsey et al (1986), penentuan dugaan sumber dan cara penularan penyakit dianggap telah baik jika :

• Ditemukan agent yang sama antara sumber infeksi dan penderita.• Terdapat perbedaan angka serangan (attack rate) yang bermakna antara

orang-orang yang terpapar dan yang tidak terhadap sumber penularan• Tidak ada cara lain pada semua kasus, atau cara penularan lain tidak

dapat menerangkan distribusi umur waktu dan geografis pada semua kasus

B. IDENTIFIKASI KEADAAN PENYEBAB KLB

Secara umum keadaan penyebab KLB adalah :•Perubahan keseimbangan dari agent, penjamu dan lingkungan yang dapat terjadi oleh karena :•Kenaikan jumlah atau virulensi dari agent,•Adanya agent penyebab baru atau yang sebelumnya tidak ada,•Keadaan yang mempermudah penularan penyakit,•Perubahan imunitas penduduk terhadap agent yang pathogen, lingkungan dan kebiasaan penduduk yang berpeluang untuk terjadinya pemaparan.

PERENCANAAN PENELITIAN LAIN YANG SISTEMATIS

• KLB merupakan kejadian yang alami (natural)• Penyidikan KLB merupakan kesempatan baik untuk melakukan

penelitian.• Setiap Penyidikan KLB sebaiknya , digunakan sebagai sarana

mendapatkan informasi untuk perbaikan program kesehatan pada umumnya dan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan sistim surveilens pada khususnya.

• Penyidikan KLB selalu dilakukan :Pengkajian terhadap sistim surveilens yang ada, untuk

mengetahui kemampuannya sebagai alat deteksi dini adanya KLB, kecepatan informasi dan pemenuhan kewajiban pelaksanaan sistim surveilens.

• Evaluasi terhadap program kesehatan.

PENYUSUNAN REKOMENDASI

• Tujuan utama penyidikan KLB adalah merumuskan tindakan untuk mengakhiri KLB pada situasi yang dihadapi (penanggulangan) dan mencegah terulangnya KLB dimasa mendatang (pengendalian).

• Tindakan penanggulangan KLB didasari atas diketahuinya : etiologis, sumber dan cara penularan.

KEJADIAN LUAR BIASA ?

Dr. dr. Grace D. Kandou, M.Kesdr. Dina V. Rombot, M.Kes

A. PENGERTIAN KLB

• - Kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu /

• sekelompok masyarakat tertentu.(Mac Mahon and Pugh, 1970; Last, 1983, Benenson, 1990),

• - Peningkatan frekuensi penderita penyakit, pada populasitertentu, pada tempat dan musim atau tahun yang sama (Last, 1983).

Undang-Undang Wabah , 1969:Wabah : adalah peningkatan kejadian

kesakitan/kematian, yang meluas secara cepat baik dalam jumlah kasus maupunluas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan malapetaka.

Kejadian Luar Biasa (KLB) : adalah timbulnya suatu kejadiankesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/ kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu (Undang-undang Wabah, 1969).

Peraturan Menteri Kesehatan RI No . 949/ MENKES/SK/VII/2004.Kejadian Luar Biasa (KLB) : timbulnya atau meningkatnya kejadianKesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria Kejadian Luar Biasa(Keputusan Dirjen PPM No 451/91) tentangPedoman Penyelidikan dan Penanggulangan KLB

Tergolong Kejadian luar biasa, jika ada unsur :Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut penyakitnya (jam, hari, minggu).Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebihdibandingkan dengan periode sebelumnya jam,hari,minggu,bulan, tahun).Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB :

Wabah harus mencakup:- Jumlah kasus yang besar.- Daerah yang luas .- Waktu yang lebih lama.- Dampak yang timbulkan lebih berat.

Tujuan Penyidikan KLBTujuan Umum :• Mencegah meluasnya (penanggulangan).• Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang(pengendalian).

Tujuan khusus :• Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit .• Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB,• Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan• Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB• Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yangberesiko akan terjadi KLB (CDC, 1981; Bres, 1986).

LANGKAH-LANGKAH PENYIDIKAN KLB1 Persiapan penelitian lapangan.2 Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB.3 Memastikan Diagnosis Etiologis4 Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan5 Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu dan tempat.6 Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika

diperlukan).7 Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran8 Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB9 Merencanakan penelitian lain yang sistimatis10 Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan.11 Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi.12 Melaporkan hasil penyidikan kepada instansi kesehatan setempat dan

kepada sistim pelayanan kesehatan yang lebih ting9gi.

PERSIAPAN PENELITIAN LAPANGANDikerjakan secepat mungkin, dalam 24 jam pertama sesudah adanya informasi. Persiapan penelitian lapangan meliputi :1. Pemantapan (Konfirmasi) Informasi

a. Asal informasi adanya KLB. Dapat berasal dari :- laporan Wabah (W1),- Analisis sistim kewaspadaan dini didaerah tersebut (laporan W2),-Hasil laboratorium, laporan Rumah Sakit (RL2a, RL2b) atau masyarakat.

b. Gambaran tentang penyakit yang sedang berjangkit, meliputi:- Gejala klinis,-Pemeriksaan yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan hasil pemeriksaannya, komplikasi yang terjadi (misalnya kematian, kecacatan, kelumpuhan dan lainnya)

c. Keadaan geografi dan tranportasi yang dapat digunakan didaerah KLB.

2. Pembuatan Rencana Kerja (rencana penyidikan /proposal), yang minimal berisi :

a. Tujuan Penyidikan KLB- Memastikan diagnosis penyakit- Menetapkan KLB- Menentukan sumber dan cara penularan- Mengetahui keadaan penyebab KLB

b. Definisi kasus awal,- Arahan pada pencarian kasus

c. Hipotesis awal mengenai agent penyebab (penyakit), cara dan sumber penularan,

d. Macam dan sumber data yang diperlukan,

e. Strategi penemuan kasus,

f. Sarana dan tenaga yang diperlukan

3. Pertemuan Dengan Pejabat Setempat

Membicarakan rencana dan pelaksanaan penyidikan KLB.Kelengkapan sarana dan tenaga di daerah.Memperoleh ijin dan pengamanan.

PEMASTIAN DIAGNOSIS PENYAKIT DAN PENETAPAN KLB

A. Pemastian diagnosis penyakit dengan cara :Mencocokkan gejala/tanda penyakit yang terjadi pada individu.Menyusun distribusi frekuensi gejala klinisnya.

Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-tandadan gejala-gejala yang ada pada kasus adalah sebagaiberikut :a. Buat daftar gejala yang ada pada kasusb. Hitung persen kasus yang mempunyai gejala tersebutc. Susun ke bawah menurut urutan frekuensinya

Contoh kasus :

• KLB dengan jumlah kasus 50 Orang, diketahui kasus dengan gejala panas 50 Orang, nyeri sendi 48 orang, diare 45 Orang. Distribusi Gejala Klinis adalah sebagai berikut :

B. PENETAPAN KLB1. Dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa (endemik), pada populasi yang dianggap beresiko, pada tempat dan waktu tertentu.2. Dengan Pola Maxiumum dan Minimum 5 tahunan atau 3 tahunan. 3. Membandingkan frekuensi penyakit pada tahun yang sama bulan berbeda atau bulan yang sama tahun berbeda .

Petunjuk penetapan KLB:

1. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular disuatu Kecamatanmenunjukkan kenaikan 3 kali atau lebih selama tiga minggu berturut-turutatau lebih.

2. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular disuatu Kecamatan, menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih, biladibandingkan dengan angka rata-rata sebulan dalam setahun sebelumnyadari penyakit menular yang sama di kecamatan tersebut itu.

3. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderita-penderita barudari suatu penyakit menular di suatu Kecamatan, menunjukkan kenaikandua kali atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata bulanan dalamtahun sebelumnya dari penyakit yang sama di Kecamatan yang sama pula

4. Case Fatality rate suatu penyakit menular tertentu dalam satu bulan di satu Kecamatan, menunjukkan kenaikan 50 % atau lebih, bila dibandingkan CFR penyakit yang sama dalam bulan yang lalu di Kecamatan tersebut.

5. Proporsional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam waktu satu bulan, dibandingkan dengan proportional rate penderita baru dari penyakit menular yang sama selama periode waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih.

6. Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS :• Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut di atas,di suatu daerah endemis yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas• Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena penyakit tersebutdiatas, di suatu Kecamatan yang d atas, d eca ata ya g telah bebas dari penyakit-penyakittersebut, paling sedikit bebas selama 4 minggu berturut-turut.

7. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu kelompok masyarakat.

8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/dikenal.

PENTING DIINGAT :1. KLB Tersembunyi, sering terjadi pada penyakit yang

belum dikenal atau penyakit yang tidak mendapat perhatian karena dampaknya belum diketahui .

2. KLB Palsu (pseudo-epidemic), terjadi oleh karena :1. Perubahan cara mendiagnosis penyakit,2. Perubahan perhatian terhadap penyakit tersebut, atau

perubahan organisasi pelayanan kesehatan,3. Perhatian yang berlebihan

Diagnosis sementara:Dengan melihat gejala di atas maka diagnosis sementara keracunan Makanan di Z tahun 1996 disebabkan karena kuman clostridum batulinum (Bandingkan gejala dengan buku /teori yang diacu /Communicable Disieses Manual)

Definisi operasional kasus :Kasus keracunan makanan dengan penyebab kuman clostridum batulinum Dengan gejala; sakit tenggorokan, mual/muntah,diare, rash, sakit perut.

Penanggulangan Wabah Hepatitis A

Dr. Jeanette I. Ch. Manoppo,Sp.A(K)

178

Fakultas KedokteranUniversitas Sam Ratulangi

Manado

PendahuluanHepatitis Virus

179

Inflamasi sel hati + Pe↑ enzim aminotransferase

Hepatitis A

Hepatitis B

Hepatitis C

Hepatitis E

Hepatitis F

Hepatitis G

Ebstein-Barr Virus

CMV HSV 1&2 Enterovirus HIV

Food & water borne diseaseFood & water borne disease

Hepatitis A

180

Hampir endemis di seluruh duniaHampir endemis di seluruh dunia

Asia Tenggara (Daerah Endemis)Asia Tenggara (Daerah Endemis)

IndonesiaIndonesia

• Termasuk daerah endemis sedang• KLB SMP 259 Jakarta Timur , 2003 angka kejadian

38,5% dari 1157 murid (12-16 tahun)

• Termasuk daerah endemis sedang• KLB SMP 259 Jakarta Timur , 2003 angka kejadian

38,5% dari 1157 murid (12-16 tahun)

Angka Kejadian Tertinggi : 5 – 14 tahunAngka Kejadian Tertinggi : 5 – 14 tahun

Cara Penularan

Cara Penularan

Manifestasi klinisMasa inkubasi : 15 – 50 hari, rerata 28 hari

181

Masa ProdromalLesu, lelah, anoreksia,

mual, muntah, rasa tidak nyaman atas kanan

abdomen, demam (>39C), sakit kepala, flu like

syndromeMasa Ikterik

Urine kuning tua seperti teh diikuti feses warna dempul, sklera&kulit

kuningFase Penyembuhan

Ikterik (-), feses N dlm 4 mgg

DiagnosisBerdasarkan : IgM anti-HAV

182

• Istirahat• Cegah bahan hepatotoksik• Terapi simptomatis• Tipe kholestatik

kortikosteroid jangka pendek

Pencegahan umum• Perbaiki higiene & sanitasi

lingkungan & pribadi• Isolasi pasien

Pencegahan khusus• Imunisasi pasif/ aktif

Perlindungan 5 bulanPerlindungan 5 bulan

Perlindungan 3 bulanPerlindungan 3 bulan

Imunisasi

183

PasifPasif AktifAktif

Imunoglobulin0,02 ml/kgBB

im

Imunoglobulin0,02 ml/kgBB

im

Imunoglobulin0,06 ml/kgBB

im

Imunoglobulin0,06 ml/kgBB

im

Havrix / Vaqta/ Avaxime•Usia 2-18 tahun : 720 EL.U•Usia > 18 tahun : 1440 EL.U

Diberikan 2 x secara im dengan

jarak pemberian 6 bulan

Havrix / Vaqta/ Avaxime•Usia 2-18 tahun : 720 EL.U•Usia > 18 tahun : 1440 EL.U

Diberikan 2 x secara im dengan

jarak pemberian 6 bulan

Pada daerah Wabah/KLB

Istilah

• Wabah : berjangkitnya penyakit menular dalam masyarakat melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu & daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan & mencabut daerah tertentu sebagai daerah wabah.

184

• Kejadian Luar Biasa (KLB) timbul/ meningkatnya kejadian kesakitan & atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

PERMENKES REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004

Pentahapan KLB

185

Persiapan menghadapi KLB

• Pembentukan tim/ satuan tugas penanggulangan KLB-DBD, yang terdiri dari :– Koordinator pelayanan medis– Tenaga profesi/ spesialis– Kepala keperawatan Yang bergabung dalam 1 tim di bawah koordinasi wakil

direktur pelayanan medik RS

186

Tenaga

Tambahan tenaga meliputi :a. Tenaga perawatb. Tenaga dokterc. Tenaga laboran, harus siap 24 jam

187

Sarana Diagnostik & PemantauanPemeriksaan penunjang yang harus tersedia selama 24 jam:a. Pemeriksaan darah lengkap & biokimia fungsi hati b. Pemeriksaan serologisc. Pemeriksaan pencitraan

Farmasi• Persiapan cairan yang diperlukan (cairan rumatan)

• Persiapan obat-obatan : antipiretik, antikonvulsan, antibiotik, kortikosteroid, hepatoprotektor

• Penyediaan Imunogobulin dan vasin hepatitis A

• Persiapan alat kesehatan : tensimeter & manset, infus, abocath, standar infus

188

Tatalaksana Pelaksanaan

• Wewenang penentuan KLBDirektur RS berdasarkan hasil survailens RS

• Organisasi dan tatalaksana- Dibentuk tim KLB-Hepatitis A rumah sakit- Kerjasama yang erat selama KLB diperlukan terutama dengan

farmasi, laboratorium dan bagian logistik- Penjelasan terbuka pada instalasi resmi/ media ketua tim

(foto yang diambil diruangan seizin ketua tim)- Rapat koordinasi setiap minggu/ setiap saat yang dianggap

perlu oleh tim/koordinator

189

Penanggulangan KLB

Penanggulangan KLB

190

Sistim Kewaspadaan Dini (SKD-KLB)

Dikenal

dengan

Upaya penanggulangan wabah/ KLBa. penyelidikan epidemiologis

b. pemeriksaan, pengobatan, perawatan, & isolasi (karantina)

c. pencegahan dan pengebalan

d. pemusnahan penyebab penyakit

e. penanganan jenazah akibat wabah

f. penyuluhan kepada masyarakat

g. upaya penanggulangan lainnya.

a. Penyelidikan epidemiologis

melakukan penyelidikan untuk mengenal sifat-sifat penyebabnya serta faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya wabah tindakan penanggulangan

191

b.Pemeriksaan, pengobatan, perawatan & isolasi penderita termasuk tindakan karantina

tindakan yang dilakukan terhadap penderita dengan tujuan :

• Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh & mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan

• Menemukan & mengobati orang yang nampaknya sehat, tetapi mengandung penyebab penyakit sehingga secara potential dapat menularkan penyakit ("carrier").

c. Pencegahan dan pengebalan

memberi perlindungan kepada orang-orang yang belum sakit, akan tetapi mempunyai risiko untuk terkena penyakit.

Hepatitis A :Didaerah wabah

• Pemberian Imunoglobulin pada anak ≤ 2 tahun• Pemberian Vaksinasi hep. A pada anak > 2 tahun

Hepatitis B :Didaerah wabah

• Pemberian Imunoglobulin pada anak ≤ 2 tahun• Pemberian Vaksinasi hep. A pada anak > 2 tahun192

d. Pemusnahan penyebab penyakitPemusnahan terhadap benda-benda, tempat-tempat dan lain-lain yang mengandung kehidupan penyebab penyakit yang bersangkutan

193

e. Penanganan jenazah

Dilakukan secara khusus menurut jenis penyakitnya tanpa meninggalkan norma agama serta harkatnya sebagai manusia

d. Penyuluhan kepada masyarakatKegiatan komunikasi persuasi-edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah mereka mengerti sifat-sifat penyakit dapat melindungi diri dari penyakit tersebut dan apabila terkena, tidak menular kepada orang lain.

194

e. Upaya penanggulangan lainnya

• Perbaiki higiene pribadi & sanitasi lingkungan

Evaluasi dan Pelaporan

- Laporan dibuat setiap pagi hari yang berisi : jumlah pasien, jumlah pasien baru, jumlah pasien yang diinfus, jumah pasien meninggal, & kemajuan klinis setiap pasien

- Laporan dikirim ke tim KLB-Hepatitis A- Rekapitulasi tiap minggu untuk menentukan arah

kelola KLB- Laporan akhir : semua aspek termasuk epidemiologi,

evaluasi biaya, sarana & tenaga dibuat oleh ketua tim untuk disampaikan kepada direktur RS

195

Penaggulangan Wabah Demam berdarah dengue

Dr. Jeanette I. Ch. Manoppo, SpA(K)

196

Fakultas KedokteranUniversitas Sam Ratuangi

Manado

Pendahuluan

197

Demam berdarah dengue (DBD)

Disebabkan oleh virus dengueMelalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

Den 1Den 1 Den 2Den 2 Den 3Den 3 Den 4Den 4

• Kasus I di Indonesia dicurigai di Surabaya ( 1968)•Kejadian Luar Biasa (KLB) tahun 1988 : 1039 pasien dirawat di RSCM dengan CFR 13%•Upaya & Program Depkes + Masyarakat ↓ CFR 42,8% (1991) < 2% (saat ini)•RSCM (2007-2009) 611 kasus ( 142 demam dengue), 252 (DHF) & 216 (DSS)

Manifestasi Klasifikasi infeksi virus dengue

(WHO, 1997)

198

Asimptomatik Simptomatik

Undifferentiated fever DD DBD

Non Syok Syok

Manifestasi

Tanda Dini infeksi dengue Indikator fase syok- Demam tinggi - Hari sakit ke 4-5- Facial flushing - Suhu turun- ≠ tanda ISPA - Nadi cepat ≠ demam- ≠ fokal infeksi - Hipotensi / tek nadi

↓- Uji tourniquet (+) - lekopeni < 5000/mm3

- Trombositopenia- Hematrokrit naik

199

Pedoman Diagnosis

200

WHO 1997WHO 1997

Klinis• Demam mendadak tinggi•Perdarahan ( uji bendung (+), ptekie, epistaksis, hematemesis, dll)•Hepatomegali•Syok : nadi kecil & cepat dengan tek. Nadi ≤ 20 mmHg/ hipotensi disertai gelisah & akral dingin

Laboratoris•Trombositopenia (≤ 100000/ul)•Hemokonsentrasi ( Ht ≥ 20% dari normal)

Klinis• Demam mendadak tinggi•Perdarahan ( uji bendung (+), ptekie, epistaksis, hematemesis, dll)•Hepatomegali•Syok : nadi kecil & cepat dengan tek. Nadi ≤ 20 mmHg/ hipotensi disertai gelisah & akral dingin

Laboratoris•Trombositopenia (≤ 100000/ul)•Hemokonsentrasi ( Ht ≥ 20% dari normal)

Berat penyakit•Derajat I : demam + uji bendung (+) •Derajat II: Derajat I + perdarahan spontan•Derajat III : Derajat II + tek. Nadi ≤ 20 mm Hg, hipotensi & akral dingin•Derajat IV : syok berat, nadi ttb, tensi ttu

Berat penyakit•Derajat I : demam + uji bendung (+) •Derajat II: Derajat I + perdarahan spontan•Derajat III : Derajat II + tek. Nadi ≤ 20 mm Hg, hipotensi & akral dingin•Derajat IV : syok berat, nadi ttb, tensi ttu

Kejadian Luar Biasa (KLB)Timbul / me↑nya morbiditas/ mortalitas yang bermakna secara epidemiologis, pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu

201

KLB DBD

Pe ↑ 2x/ lebih kasus DBD daam suatu wilayah, dalam kurun waktu 1 minggu / 1 bulan dibandingkan minggu/ bulan sebelumnya atau blan yang sama pada tahun yang lalu

Persiapan menghadapi KLB

• Pembentukan tim/ satuan tugas penanggulangan KLB-DBD, yang terdiri dari :– Koordinator pelayanan medis– Tenaga profesi/ spesialis– Kepala keperawatan Yang bergabung dalam 1 tim di bawah koordinasi wakil

direktur pelayanan medik RS

202

Susunan Organisasi KLB-DBD

203

Ruangan Penyediaan ruangan rawat: a. Ruang rawat sehari

– Menampung pasien rawat jalan yang memerlukan tindakan / observasi 24 jam

– Tersangka DBD atau DBD derajat I– Jumlah tempat tidur ± 10 buah

b. Ruang rawat bangsal DBD derajat I & IIc. Ruang rawat peralihan DBD derajat III/ pasien

perlu monitor ketatd. Ruang rawat intensif DSS/ DBD dengan komplikasi

204

Tenaga

Tambahan tenaga meliputi :a. Tenaga perawatb. Tenaga dokterc. Tenaga laboran, harus siap 24 jam

205

Sarana Diagnostik & PemantauanPemeriksaan penunjang yang harus tersedia selama 24 jam:a. Pemeriksaan kadar hb, hematokrit & jumlah trombositb. Pemeriksaan serologisc. Pemeriksaan pencitraan

Farmasi• Persiapan cairan yang diperlukan : RL, koloid, cairan

rumatan, plasma segar/ FFP, darah segar/komponen darah

• Persiapan obat-obatan : antipiretik, antikonvulsan, antibiotik, kortikosteroid, dopamin, diuretik, oksigen

• Persiapan alat kesehatan : tensimeter & manset, infus/ blood set, abocath, standar infus

206

Tatalaksana Pelaksanaan

• Wewenang penentuan KLBDirektur RS berdasarkan hasil survailens RS

• Organisasi dan tatalaksana- Dibentuk tim KLB-DBD rumah sakit- Kerjasama yang erat selama KLB diperlukan terutama

dengan PMI, farmasi, laboratorium dan bagian logistik- Penjelasan terbuka pada instalasi resmi/ media ketua

tim (foto yang diambil diruangan seizin ketua tim)- Rapat koordinasi setiap minggu/ setiap saat yang

dianggap perlu oleh tim/koordinator

207

Alur Pasien

Instalasi Gawat Darurat- Pasien dengan kegawatdaruratan resusitasi

syok teratasi ruang rawat inap

- Pasien diduga DBD pilah secara cermat, bila bkan DBD dipulangkan dengan formulir pesanan khusus

- Pasien yang memerlukan observasi dengan alasan gejala meragukan/ rumah jauh ruang rawat sehari

208

209

Alur Pasien

Instalasi Rawat Jalan- Pasien yang datang pada jam kerja dikirim ke

ruangan setelah dipasang infu dan syok teratasi- Bila pasien >> pe(+)an tenaga medik & perawat

210

Instalasi Rawat Inap- Tergantung dari kegawatan pasien - Bila pasien dirawat diruang peralihan / ruang intensif

telah membaik bangsal rawat sebelum dipulangkan

Aur Perawatan Pasien

211

Evaluasi dan Pelaporan

- Laporan dibuat setiap pagi hari yang berisi : jumlah pasien, jumlah pasien baru, jumlah pasien yang diinfus, jumlah pasien yang meninggal, & kemajuan klinis setiap pasien

- Laporan dikirim ke tim KLB-DBD- Rekapitulasi tiap minggu untuk menentukan arah

kelola KLB- Laporan akhir : semua aspek termasuk epidemiologi,

evaluasi biaya, sarana & tenaga dibuat oleh ketua tim untuk disampaikan kepada direktur RS

212

Tatalaksana tersangka DBD

213

Tatalaksana DBD derajat I & II tanpa peningkatan Ht

214

Tatalaksana Syok pada Anak

215

Water – borne diseases dan wabah

Dr. Henry M.F. Palandeng, MScBagian Ilmu Kedokteran Pencegahan

FK - UNSRAT

Biodata

• Nama: dr. Henry Palandeng, MSc, DK• Pekerjaan: Dokter, Staf pengajar di bagian

Ilmu Kedokteran pencegahan FK UNSRAT• Riwayat pendidikan:

– S-1: FK-UNSRAT, Manado– S-2: UNESCO-IHE, Delft – The Netherlands

Environmental Science – Water Quality Management

Objectives

• Memperlihatkan hubungan antara air dan kesehatan dan menunjukkan eratnya pengaruh suplai air dan kualitas air terhadap kesehatan masyarakat.

• Menjelaskan klasifikasi penyakit akibat air• Menjelaskan konsep rute fecal oral dari penyebaran

penyakit dan siklus penyakit akibat air yang klasik• Menjelaskan bagaimana perbaikan pada suplai air

dapat memperbaiki angka kesehatan dan menurunkan rata-rata morbiditas dan mortalitas

PENDAHULUAN

• Senyawa kimia sederhana:– H (hidrogen) dan O (oksigen) membentuk H2O

• Salah satu materi penting di alam• 70% permukaan bumi tdd air• Siklus air• Wujud:

– Cair, padat (Es) dan gas (uap air)

Air bagi tubuh manusia

• Tubuh manusia: 70% adalah air • ± 47 liter pada orang dewasa• Mengisi 60.000 mil pembuluh darah dan saraf• tersebar di:

– darah, otak, paru, hati, ginjal, jantung, dan otot.

Air bagi tubuh manusia

• Bagi manusia, air sangat penting untuk:– Mengatur suhu tubuh, – Membantu proses pencernaan, – Peredaran darah, – Membuangan zat berbahaya dalam tubuh, – Pemeliharaan kulit– Fungsi mekanis– Proses penyembuhan, etc.

Air bagi tubuh manusia

• Setiap hari, tubuh manusia sehat rata-rata mengalami kehilangan cairan sebesar 2-2,5 L, yakni melalui: – Urine (1 L/hari)– Keringat (1 L/hari), – Feces (kotoran) (50 – 60 mL/hari), dan – Pernapasan

Air bagi tubuh manusiaAir bagi tubuh manusia• Dari jumlah air yang harus diganti,

– 1,5 liter berasal dari air minum dan 1 liter dari makanan

– Kebutuhan tubuh 2 – 2,5 L/hari (+ 8 – 10 gelas)• WHO: kebutuhan air untuk kesehatan 86,4

L/kapita/hari• Indonesia hanya mampu 30-60 L/kapita/hari• Negara maju 60-120 L/kapita/hari

Air bagi kehidupan sehari-hariAir bagi kehidupan sehari-hari• Kebutuhan air minum:

– Pedesaan 60 L/kapita/hari

– Kota Kecil 90 L/kapita/hari

– Kota Sedang 110 L/kapita/hari

– Kota Besar 130 L/kapita/hari dengan kebutuhan 150

Air bagi kehidupan sehari-hariAir bagi kehidupan sehari-hari• Selain untuk minum, dalam kehidupan sehari-hari air

diperlukan untuk– memasak, – mencuci, – mandi, menyiram toilet, dan – penggunaan luar rumah

• menyiram tanaman, • mencuci mobil, dll.

• Air memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan manusia

• Pada tingkat dasar, jumlah minimum air dibutuhkan bagi konsumsi sehari-hari

• Namun, air memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kesehatan dan keadaan sehat serta isu seperti kuantitas dan kualitas dari suplai air sangat penting dalam menentukan kesehatan individu dan sampai ke seluruh lapisan masyarakat

Kebutuhan harian air untuk berbagai aktivitas

227

• Prioritas awal: perbaikan suplai air • Namun, akses dapat dibatasi o.k. daerah

pelayanan yg kurang, kontinuitas, kuantitas yang kurang, kualitas buruk, biaya yang berlebihan, dan kemampuan untuk membayar.

• Dalam hal penyediaan air minum, aspek kualitas air, walau sangat penting, bukan merupakan penentu utama terhadap dampak kesehatan

• Kualitas air memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan masyarakat;

• Khususnya secara mikrobiologis sangat penting dalam menentukan sakit – sehat.

• Kualitas mikrobiologis memiliki kecenderungan terjadinya wabah (kejadian luar biasa) dengan penyakit akibat – air yang bisa menular dan dapat menyebabkan epidemi yang serius.

• Kualitas mikrbiologi dari air minum telah berimplikasi pada penyebaran penyakit infeksi dan parasit yang penting seperti: cholera, typhoid, dysentery, hepatitis, giardiasis, guinea worm dan schistosomiasis.

Klasifikasi Penyakit

• Water-borne diseases• Water-washed diseases• Water-based diseases• Water related insect vector diseases

Penyakit yang berhubungan dengan air dan sanitasi

Water-borne disease

• Definisi: adalah penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi air yang terkontaminasi dengan kotoran manusia atau hewan atau urin yang mengandung patogen.– Contoh: rota virus, escherichia-coli

Water-washed diseases

• Definisi: adalah penyakit yang disebabkan oleh penggunaan air yang tidak mencukupi untuk aktivitas rumah tangga dan higiene perorangan.– soil-transmitted helminths; acute respiratory

infections (ARI); skin and eye diseases; dan penyakit disebabkan oleh lalat, binatang pengerat; (lice, mites atau ticks)

water-based diseases

• Definisi: adalah infeksi yang disebabkan oleh patogen parasit yang didapat pada organisme air sebagai host.

– Schistosomiasis (bilharziasis) – Dracunculiasis (guinea-worm disease) penyakit

disebabkan cacing Dracunculus medinensis.

water-related diseases

• Definisi: disebabkan oleh vektor serangga baik yang berkembang biak di air atau menggigit dekat perindukkannya.

water-related diseases

• Mosquito-borne diseases– Malaria, demam kuning, demam dengue, filariasis

• Fly-borne diseases– onchocerciasis (river-blindness)– trypanosomiasis (West African sleeping sickness)– leishmaniasis (Kala-azar) – loiasis

Morbiditas dan mortalitas beberapa penyakit akibat – air

• Penyakit tersebut disebabkan oleh ingestion materi faeces yang ditransmisikan melalui fecal – oral route.

• Agen infeksi dari semua tipe dapat ditransmisikan melalui rute faecal - oral route via air, termasuk virus (seperti hepatitis, rotavirus and Norwalk agent); bacteria (seperti cholera, typhoid dan dysentery); dan parasit (seperti; Giardia, Cryptosporidium dan Entamoeba).

PERMASALAHAN

• Dokter dan pakar gizi menerapkan pola hidup sehat. Namun masih banyak penyakit yang juga tidak dapat dicegah.

• MENGAPA?

PERMASALAHAN

• Dokter dan pakar gizi menerapkan pola hidup sehat. Namun masih banyak penyakit yang juga tidak dapat dicegah. MENGAPA?

• SEBAB: yang disarankan hanya kebuthan makanan (olahraga) tanpa memperhatikan KUALITAS HIGIENE DAN SANITASI AIR.

• Dari hasil penelitian 80% penyakit pada manusia disebabkan oleh AIR

JHON SNOW-CHOLERA

TAHUN 1854

Target (1)

• “We shall not finally defeat AIDS, tuberculosis, malaria, or any of the other infectious diseases that plague the developing world until we have also won the battle for safe drinking water, sanitation and basic health care.”

Kofi Annan, United Nations Secretary-General

• “The human right to water entitles everyone to sufficient, safe, acceptable, physically accessible and affordable water for personal and domestic uses”

General Comment No. 15 (2002): The Right to Water.

Target (2)

• Millennium Development Goals (MDG), Goal 7, Target 11: “Menurunkan hingga setengah proporsi penduduk dunia tanpa akses tetap ke air minum yang aman dan sanitasi dasar pada tahun 2015.”

• Tahun 2002, 1,1 milyar (17%) orang di dunia kurang memiliki akses ke sumber air yang baik 2/3-nya hidup di Asia (termasuk Indonesia).

KUALITAS AIR BERSIH/MINUM

• Kualitas air menurut:– WHO– Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001– Menteri Kesehatan No 907 tahun 2002

Kualitas air minum yang diharapkan

Kualitas air minum yang diharapkan

• Aman memenuhi standar resmi: – WHO:

http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/guidelines/en/index.html

– Peraturan2 setempat Indonesia: • Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2001

tentang Pengendalian Pencemaran dan Pengelolaan Kualitas Air baku mutu air golongan A, B, C, D.

• Permenkes No 907 tahun 2002

Parameter kualitas airNo Parameter Unit Konsentrasi

maksimum

Fisik

1 Bau - (tidak berbau)

2 TDS mg/L 1000

3 Turbiditas NTU 5

4 Rasa - (tidak berasa)

5 Suhu OC Air Temp + 3 OC

6 Warna TCU 15

7 pH - 6.5 – 8.5

Parameter kualitas air

Parameter UnitKonsentrasimaksimum

Bakteriologi

A Air minum

E. coli or faecal coli Total/100mL 0

B Air yg masuk di sistem distribusi

E. coli or faecal coli Total/100mL 0

Total coliform Total/100mL 0

C Air di sistem distribusi

E. coli or faecal coli Total/100mL 0

Total coliform Total/100mL 0

KLB berdasarkan agen

Dampak gangguan kualitas air

Pandangan umum• Kualitas dan keamanan air minum merupakan

masalah penting dalam kesehatan publik.• Kontaminasi air minum dapat mengakibatkan

gangguan kesehatan dari yang ringan hingga berat dan bahkan kematian.

Insidens penyakit akibat-air

• Penyakit akibat-air terjadi pada 80% yang mengakibatkan kematian di negara berkembang

• Penyakit infeksi dan parasit adalah penyebab utama morbiditas di negara berkembang dan penyebab penting wabah (kejadian luar biasa di dunia)

• Kebanyakan dari penyakit akibat air menyebabkan epidemi yang luas yang memiliki ratio morbiditas dan mortalitas yang tinggi

Masalah kesehatan

• Penyakit akibat-air (water-borne diseases): – Infeksi (kontaminan biologi/ mikroba)– Keracunan bahan kimia (kontaminan kimia)

• Penyakit karena sumber air bersih (-), sanitasi yg buruk (water-washed diseases)

• Penyakit melalui air, siklus hidup di air (water-based diseases)

• Penyakit berkembang di air (telur) (vector borne disease)

Kontaminan mikroba Kontaminan mikroba

Kontaminasi mikrobaKontaminasi mikroba• Escherichia coli

diare campur darah disertai kejang perut (disentri), kolitis hemoragik (radang usus)

• Virus hepatitis A hepatitis A

• Vibrio cholerae diare dengan kotoran seperti air cucian beras (kolera)

• Cryptosporidium parvum kriptosporidiasis

• Shigela spp. disentri

• Salmonella typhosa tifus abdominalis

E. coli concentration in the river*)Palandeng, 2009

Kontaminasi mikroba

• 1,8 juta orang meninggal setiap tahun akibat diare (termasuk kolera); 90% balita, terbesar di negara berkembang.

• 88% dari diare tsb diakibatkan oleh suplai air yang tidak aman, sanitasi dan higiene yang tidak memadai.

Kontaminasi mikroba

• Perbaikan suplai air menurunkan kejadian diare antara 6-25% (termasuk kasus berat).

• Perbaikan kualitas air minum melalui pengolahan air rumah tangga, seperti klorinasi pada titik penggunaan, mampu menurunkan kejadian diare 35-39%

E. coli concentration in taps and vendors*)Palandeng, 2009

Kontaminan kimia

• Produk samping desinfektan: trihalometan (klor + karbon organik)

• Logam: timbal, arsenik, kadmium, merkuri• Nitrat (dari bahan2 pertanian)• Kimia organik sintesis: pestisida• WHO menyusun daftar dari ± 85 bahan kimia

berbahaya

Kontaminan kimia

• Keracunan misalnya keracunan arsenik, gejala bervariasi dari yang ringan (gangguan kulit) hingga berat (kematian)

• Kanker International Agency for Research on Cancer (IARC):– Group 1: karsinogenik bagi manusia– Group 2A: kemungkinan besar karsinogenik– Group 2B: berkemungkinan karsinogenik– Group 3: belum dapat diklasifikasi karsinogenisitasnya– Group 4: kemungkinan bukan karsinogenik

Bahan kimia berbahaya

Penyusunan langkah pencegahan terpadu

• Suplai air dapat terkontaminasi dari sumber, saat pengolahan, distribusi, hingga di rumah pelanggan.

• Pencegahan dampak gangguan kualitas air perlu melibatkan semua pihak yang terlibat dalam suplai air, pelanggan, dan bahkan pemerintah

Komunikasi efektif

• Segera setelah dipastikan terjadi gangguan kualitas air yang berisiko bagi kesehatan publik, lakukan langkah penanganan

• Langkah penanganan perlu melibatkan semua pihak yang terlibat dalam suplai air, pelanggan, pemerintah, dan pihak2 terkait (stakeholders) seperti dinas kesehatan, dinas pertanian, dll.

• Agar semua pihak tsb dapat berpartisipasi, kualitas air yang berisiko bagi kesehatan publik harus dikomunikasikan secara efektif.

Komunikasi efektif

• Hal2 yang perlu dikomunikasikan antara lain:– Tingkat risiko terhadap kesehatan publik:

acceptable, tolerable, not acceptable/tolerable– Besarnya risiko– Usulan tindakan yang perlu dilakukan untuk

mengendalikan risiko

TERIMA KASIH

“All people, whatever their stage of development and social and economic condition, have the right to have access to drinking water in quantities and of a quality equal to their basic needs.”

(UN Conference at Mar del Plata, 1977)

top related