presentasi kasus hernia
Post on 14-Dec-2015
53 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Presentasi kasusHernia Inguinalis Lateralis Dextra Inkarserata
Pembimbing : dr. Dono Endrarto,SpB
Disusun oleh : Ani Kusumadewi Akbar
Nim 11-2013-234
identitasNama : Tn.L Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 85 tahun Status perkawinan :Sudah menikah
Pendidikan : SLTP Agama :Islam
Pekerjaan : - Alamat : Way galih kecamatan tanjung bintang
No RM : 178191 Tanggal masuk RS : 29 Juli 2015
Tanggal dikasuskan : 29 Juli 2015
anamnesis
Autoanamnesis : tanggal 29 Juli 2015
Keluhan utama
Benjolan di lipatan paha kanan
Keluhan tambahan :
Nyeri, muntah, tidak bisa buang air besar
Riwayat penyakit sekarang
• Pasien laki-laki datang ke IGD RS Imanuel dengan keluhan terdapat benjolan di lipatan paha bagian kanan sejak kurang lebih 4 tahun yang lalu.
• benjolan timbul pada beberapa keadaan seperti saat berdiri dan mengedan, tetapi akan hilang saat beristirahat atau berbaring.
• benjolan ini dapat dimasukkan secara manual menggunakan jari pasien dan tidak terasa nyeri jika ditekan.
Riwayat penyakit sekarang • Sejak 5 bulan lalu pasien mengatakan benjolan
semakin besar dan sulit dimasukkan dengan menggunakan jari pasien.
• Sejak 6 hari yang lalu, pasien mulai mengeluh nyeri pada benjolan di perut bagian bawah kanan, benjolan tidak dapat dimasukkan secara manual lagi.
Riwayat penyakit sekarang
• Pasien juga mengeluh susah buang air besar, mengalami demam dan muntah sebanyak 3 kali sejak 1 hari SMRS.
• Pasien sudah pernah berobat, belum ada perbaikan.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma (-), Riwayat alergi (-),Riwayat TB (-), Riwayat hipertensi (-), Riwayat DM (-), Riwayat maag(-), Riwayat hepatitis (-)
Riwayat Penyakit Keluarga• -
Riwayat Sosial Ekonomi• Riwayat sosial ekonomi cukup.• Pasien menggunakan BPJS
Pemeriksaan fisikKU: Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :• TD : 100/70 mmHg• Nadi : 82x/menit, reguler, kuat
angkat, isi dan tegangan cukup• Nafas: 24x/menit, spontan.• Suhu: 36.5ºC (Axilla)
Berat badan : tidak dilakukan pemeriksaan
Tinggi badan : tidak dilakukan pemeriksaan
Kepala : Normocephali, tidak terdapat benjolan ataupun lesi, distribusi rambut merata warna hitam, rambut tidak mudah dicabut.
Mata :Pupil isokor, konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik - /-, edema palpebra -/-, refleks cahaya +/+
Hidung : Deviasi (-), darah (-), epistaksis (-)
Telinga : Abses (-), nyeri tekan tragus (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), atrofi papil lidah (-), faring hiperemis, tonsil T1/T1.
Leher: tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
Pemeriksaan fisik Thorax• Inspeksi : Bentuk thorax normal
Pulmo Anterior Posterior
InspeksiSimetris kanan dan kiri, tidak ada dada tertinggal.
Vertebra : Normal, Kulit tidak ada lesi patologis
Palpasi
Sela iga tidak melebar, fremitus taktil kanan dan kiri normal simetris, nyeri tekan (-)
Sela iga tidak melebar, fremitus taktil kanan dan kiri normal simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi
Pulmo dextra et sinistra : sonor Batas paru hati Linea midclavicularis dextra intercosta V Peranjakan hati : 2 cm
Pulmo dextra et sinistra : Sonorsepanjang linea scapularis.
Auskultasi
Pulmo dextra et sinistra :Suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Pulmo dextra et sinistra :Suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Pemeriksaan fisikCor• Inspeksi : Ictus cordis terlihat di ICS IV linea midclavicula sinistra• Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula sinistra• Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan• Auskultasi : BJ I-II regular murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen• Inspeksi : Datar, tidak terdapat lesi kulit, benjolan (-)• Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-)
Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba• Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-); undulasi (-); area traube timpani; nyeri ketok ,
CVA (-)• Auskultasi : BU (+)• Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan• Colok Dubur : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan fisikEkstremitas Dextra Sinistra
Superior
Otot : tonus Normotonus Normotonus
Otot : massa Eutrofi Eutrofi
Sendi Normal Normal
Gerakan Tidak terbatas Tidak terbatas
Kekuatan 55 55
Edema - -
Clubbing finger - -
Inferior
Otot : tonus Normotonus Normotonus
Otot : massa Eutrofi Eutrofi
Sendi Normal Normal
Gerakan Tidak terbatas Tidak terbatas
Kekuatan 55 55
Clubbing finger - -
Edema - -
Pemeriksaan fisik
Status lokalis ( regio inguinal dextra)• Inspeksi : Tanpa mengedan atau batuk, tampak massa
dengan ukuran kurang lebih sebesar ±9x4 cm di daerah inguinal dextra, berbentuk bulat, warnanya seperti kulit di sekitarnya, dan tidak terdapat tanda-tanda radang.
• Palpasi : Teraba massa di regio inguinal dextra, permukaan rata, nyeri tekan, massa teraba kenyal dan tidak bisa dimasukkan kembali ke dalam cavum abdominalis. Finger test dilakukan dan teraba di ujung jari.
• Auskultasi : Terdengar bising usus
Pemeriksaan penunjang
Hematologi Lengkap
Hemoglobin 15,6 g/dl 11 – 15
Leukosit 19000 /ul 3.600 - 11.000
Segment 90 % 50-70
Limfosit 3 % 25 – 40
Monosit 7 % 2 – 8
MCV 81 fL 80 -100
MCH 28 pg 26 – 34
MCHC 34 % 32 – 36
Hematokrit 46 % 37 – 54
Trombosit 311 ribu 150 – 440
Eritrosit 5,7 juta 3.5 - 5.5
Pemeriksaan LaboratoriumTanggal 29 Juli 2015
Pemeriksaan LaboratoriumTanggal 29 Juli 2015
Hemostatis
Waktu pendarahan 1 menit Duke 1-3 Ivy 1-6
Waktu pembekuan 11 menit 9-15
Kimia darah
GDS 134 70-200
Urea 96,3 10-50
BUN 45,02 5-20
Creatinin 1,46 <1.3
Pemeriksaan foto thorax
Tanggal 29 juli 2015• Cor : tampak agak membesar ( CTR ± 55,8%
pada posisi supine)• Sinus dan diagframa : tampak normal• Pulmo : tidak tampak jelas infitrat/cranalisasi
Kesan : - Gambaran Cardiomegaly ringan DD/ ec posisi
- Pulmo tampak masih dalam batas normal
Resume • 4 tahun lalu = keluhan terdapat benjolan di lipatan paha bagian kanan
saat berdiri dan mengedan, tetapi hilang saat beristirahat atau berbaring. Benjolan dapat dimasukkan menggunakan jari dan tidak terasa nyeri jika ditekan.
• 5 bulan lalu = benjolan semakin besar dan sulit dimasukkan dengan menggunakan jari pasien.
• 6 hari yang lalu = mengeluh nyeri pada benjolan di perut bagian bawah kanan, dan benjolan tidak dapat dimasukkan secara manual lagi.
• 1 hari yang lalu = keluhan susah buang air besar, flatus (-), demam dan muntah sebanyak 3 kali
RESUMEPemeriksaan fisik
Regio inguinalis• Inspeksi : Tanpa mengedan atau batuk, tampak massa
dengan ukuran kurang lebih sebesar ± 9x4 cm di daerah inguinal dextra, berbentuk bulat, warnanya seperti kulit di sekitarnya, dan tidak terdapat tanda-tanda radang.
• Palpasi : Teraba massa di regio inguinal dextra, permukaan rata, nyeri tekan, massa teraba kenyal dan tidak bisa dimasukkan kembali ke dalam cavum abdominalis. Finger test dilakukan dan teraba di ujung jari.
• Auskultasi : terdengar bising usus
RESUME
Pemeriksaan penunjang• Leukosit 19000 ( meningkat)• Segment 90 ( meningkat )• Limposit 3 ( menurun• Urea 96,3 ( meningkat)
Diagnosis
Diagnosa banding• Hernia inguinalis lateralis dextra strangulata• Hernia inguinalis medialis dextra• Hernia femoralis
Diagnosa kerja• Hernia inguinalis lateralis dextra ireponible
Penatalaksanaan
1. Konsul dr spesialis bedah
2. Terapi rencana operatif• IVFD RL 1500/24 jm• Ceftazidim 1g/12 jam• Ketorolac 3%/8 jam
3. Tindakan operasi: hernia repair• Pasien pada posisi supine• Asepsis daerah operasi dan
sekitarnya• Membuka kantong hernia terdapat
serosanguine kemudian dibersihkan• Terdapat isi usus halus dengan
jeratan (+), jejas (-), tidak terdapat perforasi
• Kompres usus dengan NacL hangat• Masukkan kembali ke rongga
abdomen• Lanjutkan hernioplasti• Jahit• Operasi selesai
4. Instruksi post op• RL 1500 cc/24 jam• Ceftazidime 1 g/12 jam• Farpain 3% 1 amp/8 jam\• Pemasangan kateter• Puasa sampai pasien sadar penuh, mual muntah hilang,
peristaltik (+) • Diet lunak
Prognosis• Quo ad vitam : bonam• Quo ad functionam : bonam• Quo ad sanationam : bonam
Follow up 30 Juli 2015
Follow up
S : keluhan sedikit nyeri di tempat operasi, perut terasa kembung. Mual dan muntah (-), flatus (+), BAB (+), BAK (-)O : KU = Tampak sakit sedang Kesadaran = Compos mentis, GCS 15 TD = 110/70 mmHg, HR = 80 x/menit; RR= 25x/menit, suhu =36.1ºc Mata : ca -/-, si -/-, Leher: pembesaran kelenjar getah bening (-) cor : vesikuler +/+ Pulmo : BJ murni reguler +/+ Abdomen : BU(+), nyeri (+) Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-) Status lokalis : terdapat tempat bekas operasi di regio inguinalis dextra , tidak ada rembesan darahA : Post op hernia repair hari 1P : IVFD 500 cc/8 jam Inj ceftazidime 2x1 gr Inj Farpain 3x1 amp/8 jam
Follow up 31 Juli 2015
31 Juli 2015 S : keluhan tidak ada . flatus (+), BAB (+), BAK (+)O : KU = tampak sakit sedang Kesadaran = Compos mentis TD = 100/60 mmHg; HR = 80 x/menit; RR = 22 x/menit;
Suhu = 36.5 ºC; Abdomen : BU(+), nyeri tekan (-), supel (+) Status lokalis : terdapat tempat bekas operasi di regio inguinalis dextra tertutup verban, tidak ada rembesan darah
A : Post op hernia repair hari IIP : IVFD 500cc/8 jam Inj Ceftazidime 2x1 gr Iv Inj Farpain 3x1 amp/8 jam
Follow up 1 Agustus 2015 1 Agustus 2015 S: pasien mengeluh nyeri di tempat bekas operasi.pasien sudah mulai rubah
posisi miring ke kanan. Keluhan lain saat ini tidak ada. flatus (+). BAB BAK (+). BAB >5x konsistensi cair, tidak terdapat darah dan lendir
O: KU = TSS Kesadaran : CM TD: 130/80 HR:63x/menit RR: 34x/menit T : 37,0 Abdomen : BU (+) supel (+), nyeri (-) Status kokalis: bekas operasi tertutup verbam tidak ada rembesan darah. Nyeri tekan (+)A: Post hernia repair hari ke IIIP : IVFD 500cc/8 jam
Inj Ceftazidime 2x1 gr Iv Inj Farpain 3x1 amp/8 jam Paracetamol 3x1 Ganti verban
Follow up 2 Agustus 2015 2 Agustus 2015 S: pasien mengeluh masih nyeri di tempat bekas operasi. Pasien sudah
melaksanakan mobilisasi duduk sempurna dan jalan ke kamar mandi. BAB (+) konsistensi mulai kental, BAK (+), 0: KU : TSS Kesadaran : CM TD : 130/70 HR : 79x/menit RR : 23x/menit T : 36,8 Status lokalis : bekas operasi tertutup verbam tidak ada rembesan darah. Nyeri tekan (+), luka jahitan tampak tenangA: Post hernia repair hari ke IV
P : IVFD 500cc/8 jam Inj Ceftazidime 2x1 gr Iv Inj Farpain 3x1 amp/8 jam Paracetamol 3x1 Ganti verbanA: Post hernia repair hari ke IV
Tinjauan pustaka
Hernia Inguinalis
Definisi
• Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia.
• Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis.
• Hernia inguinalis dibagi menjadi 2 : hernia inguinalis lateralis (HIL) dan hernia inguinalis medialis (HIM)
Epidemiologi
• 75% dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul disekitar lipatan paha. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, perbandingan pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1.
• Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2%. Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%.
Klasifikasi hernia
Menurut sifat dan keadaannya :• Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
• Hernia ireponibel: Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
• Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan untuk menghilangkan bagian yang mungkin nekrosis
Klasifikasi hernia
Berdasarkan terjadinya:• Hernia bawaan.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum.
• Hernia dapatan atau akuista yaitu hernia yang timbul karena berbagai factor pemicu.
Klasifikasi hernia Berdasarkan regionya
Hernia Femoralis yaitu suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui kanalis femoralis
yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Penyebab hernia femoralis
sama seperti hernia inguinalis.
Hernia Umbilikus yaitu suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba,
posterior oleh fasia umbilicus dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari dinding abdomen di area umbilicus mengalami kelemahan.
Hernia Skrotalis yaitu hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam skrotum
secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau elevantiasis
skrotum.
Hernia Inguinalis yaitu kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus
halus, tetapi bisa juga merupakan suatu jaringan lemak atau omentum.
Etiologi
• Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat.
• Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
• Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Etiologi
Faktor – faktor predisposisi :
Hereditas
hernia lebih sering terjadi pada penderita yang mempunyai orang tua, kakak atau nenek dengan riwayat hernia inguinalis.
Jenis kelamin• Hernia inguinalis jauh lebih banyak dijumpai pada laki – laki dibanding pada wanita. • Banyak terjadi pada umur di bawah 1 tahun. 17,5% anak laki – laki dan 9,16% anak
perempuan mempunyai hernia.
Umur • Banyak terjadi pada umur di bawah 1 tahun. Tendensi hernia meningkat sesuai dengan
meningkatnya aktifitas, sekitar umur 26 – 50 tahun insidensi menurun dan setelah umur diatas 50 tahun insidensi meningkat lagi oleh karena menurunnya kondisi fisik.
• Bertambahnya umur menjadi faktor resiko, dimungkinkan karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang
Anatomi regio inguinalis
• Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari daerah perut ke organ – organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Di atas ligamentum inguinale, funikulus spermatikus meninggalkan rongga perut melalui anulus inguinalis profundus yang terletak di sebelah lateral. Funikulus spermatikus ini menembus dinding perut melalui kanalis inguinalis yang terletak sejajar dengan ligamentum inguinale .
• Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian yang terbuka dari fasia tranversus abdominis.
Anatomi regio inguinalis
• Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis
inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan
akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis.
• Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga Hesselbach.
Daerah yang dibatasi oleh:• Inferior : ligamentum inguinale dibagian inferior,• Lateral : pembuluh epigastrika inferior dibagian lateral dan• Medial : tepi otot rektus dibagian medial.
Pemeriksaan Penunjang1. Hasil laboratorium• - Leukosit > 10.000 - 18.000 /
mm3• - Serum elektrolit meningkat• Untuk mendukung ke arah adanya
strangulasi, sebagai berikut:• Leukocytosis dengan shift to the
left yang menandakan strangulasi. Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi.
• Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.
2. Pemeriksaan radiologis• Pemeriksaan Ultrasound pada
daerah inguinal dengan pasien dalam posisi supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki sensitifitas dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%.
• Pada pasien yang sangat jarang dengan nyeri inguinal tetapi tak ada bukti fisik atau sonografi yang menunjukkan hernia inguinalis. CT scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia obturator.
Pemeriksaan Fisik
Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Thumb test.
Pemeriksaan Finger Test:1.Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.2.Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.3. Penderita disuruh batuk:- Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.- Bila impuls disamping jari Hernia Inguinalis Medialis.
Pemeriksaan Ziemen Test:
1.Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).2.Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.3.Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada
• jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.• jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.• jari ke 4 : Hernia Femoralis.
Pemeriksaan Thumb Test:
• Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
• Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
• Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Auskultasi• Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif
maka kemungkinan isi hernia berupa omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat obstruksi usus
Tanda dan Gejala
• Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat dan menghilang pada waktu istirahat berbaring.
• Pada inspeksi perhatikan keadaan asimetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring.
• Gejala dan tanda klinis sebagian besar ditentukan biasanya berupa:- benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat
paha- adanya rasa nyeri pada benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual- terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi- bila terjadi hernia inguinalis stratagulata perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas- Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar.
• Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus.
• Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik.
• Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah.
Manifestasi
jenis Reponibel nyeri obstruksi sakit Toksik
Reponibel/bebas
Ireponibel/akreta
Inkarserata
Strangulata
+
-
-
-
-
-
+
++
-
-
+
+
-
-
+
++
-
-
-
++
Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil laboratorium• - Leukosit > 10.000 - 18.000 / mm3• - Serum elektrolit meningkat
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi
2. Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi. Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi. Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.
Penanganan Konservatif
1. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi.
2. Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur hidup. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada tangki sperma yang mengandung pembuluh darah testis.
Terapi konservatif
1. Reposisi
Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.
2. Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur hidup. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.
Tahapan operasi hernia
• Herniotomy = membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi ke cavum abdominalis. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya.
• Hernioplasty = memberi kekuatan pada dinding perut dan menghilangkan locus minnoris resistentiae. Hernioplasty, dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis ingunalis.
Teknik operasi
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat dikelompokkan dalam 4 kategori utama
1. Open Anterior Repair
2. Open Posterior Repair
3. Tension-free repair with Mesh
4. Laparoscopic
Open Anterior Repair
Teknik Bassini• Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis
inguinalis hingga ke cincin eksternal.• Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia
indirect sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.
• Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia transversalis)
• Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin.• Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia transversalis, otot
transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis lateral.
Open Posterior Repair
• Posterior repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis.
• Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adalah rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam.
• Posterior repair sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi sebelumnya.
• Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi umum.
Tension-free repair with Mesh• Tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi
menempatkan sebuah prostesis, yaitu Mesh yang tidak diserap.
• Mesh = memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1 persen.
• Pengalaman yang luas dengan mesh telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus populer. Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi lokal, regional atau general.
Laparoscopic
• Pada awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang besar di regio inguinal diatas peritoneum.
• Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorhappies dilakukan menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP).
Komplikasi
• Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel karena dapat terjadi kalau hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ektraperitoneal (hernia geser) atau hernia akreta.
• Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana.
• Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
• Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
• Isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Prognosis
• Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan sekitar 1% -3% dalam jarak waktu 10 tahun kemudian.
• Kekambuhan disebabkan oleh tegangan yang berlebihan pada saat perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasti yang tidak adekuat, dan hernia yang terabaikan. Kekambuhan yang sudah diperkirakan, lebih umum dalam pasien dengan hernia direk, khususnya hernia direk bilateral.
• Kebanyakan kekambuhan adalah langsung dan biasanya dalam regio tuberkulum pubikum
Terimakasih banyak
top related