pkl di sardjito
Post on 06-Aug-2015
90 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sanitasi Rumah Sakit
Sanitasi rumah sakit merupakan upaya pengawasan berbagai factor
lingkungan fisik, kimiawi, dan biologi di rumah sakit, yang meninmulkan
atau dapat mengakibatkan pengaruh buruk pada kesehatan jasmani, rohani,
dan kesejahteraan social bagi petugas, penderita, pengunjung, dan
masyarakat di sekitar rumah sakit.
B. Tujuan Sanitasi Rumah Sakit
Sanitasi rumah sakit diselenggarakan dengan tujuan agar
terwujudnya/ terciptanya kondisi lingkungan rumah sakit yang memenuhi
syarat sanitasi dan menjamin pencegahan infeksi nosokomial dan
membantu proses pengobatan serta penyembuhan penderita.
C. Penyediaan Air Bersih
1. Disinfeksi Air
a. Pengertian disinfeksi air
Disinfeksi air merupakan suatu usaha untuk membunuh kuman
pathogen dan apathogen pada air.
b. Bahan yang digunakan untuk disinfeksi air
Bahan yang digunakan untuk disinfeksi air umumnya adalah
kaporit (Ca (CLO)2). Standar sisa klor pada air berdasarkan
Permenkes RI No 492/MENKES/PER/IV/2012 adalah ≥ 0,2 mg/L,
jika kurang dari 0,2 mg/L dikhawatirkan tidak efektif dalam
membunuh kuman di dalam air.
2. Pengukuran Meteran Air
a. Pengertian meteran air
Meteran air merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mengetahui volume air yang didistribusikan.
6
b. Fungsi meteran air
Pengukuran meteran air dilakukan dengan melihat angka yang ada
pada meter air, angka tersebut menunjukkan volume air yang
didistribusikan.
3. Pengolahan Air Bersih
a. Pengertian pengolahan air bersih
Pengolahan air bersih merupakan upaya yang dilakukan untuk
memperoleh air bersih sesuai dengan persyaratannya.
b. Macam-macam pengolahan air bersih
Secara umum, pengolahan air bersih terdiri dari 3, yaitu
pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi. Pada pengolahan
secara fisika, biasanya dilakukan secara mekanis, tanpa adanya
penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan, filtrasi,
adsorpsi, dan lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat
penambahan bahan kimia, seperti klor, tawas, dan lain-lain,
biasanya digunakan untuk menyisihkan logam-logam berat yang
terkandung dalam air. Pada pengolahan secara biologis, biasanya
memanfaatkan mikroorganisme sebagai bahan pengolahnya.
4. Backwash
a. Pengertian backwash
Pengertian Backwash dalam water treatment adalah membalik arah
masuknya air ke dalam tabung filter air.(Anonim, 2009)
b. Fungsi backwash
Fungsi dari backwash adalah mengembalikan kondisi filter media
seperti semula dengan mencuci media filter tanpa harus
mengeluarkan media filter itu sendiri dari tabung filter.
(Anonim,2009)
5. pH air
pH (power of hydrogen) adalah derajat keasaman yang digunakan
untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh
7
suatu larutan. Menurut Permenkes RI No416/MENKES/PER/IX/1990,
pH air bersih berkisar antara 6,5-9,0.
6. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan bakteriologi
Pemeriksaan air bersih untuk parameter bakteriologis dilakukan secara
rutin 1 (satu) bulan sekali.
D. Disinfeksi Ruang
1. Pengertian Disinfeksi
Disinfeksi merupakan suatu usaha untuk membunuh kuman pathogen
dan apathogen pada benda atau permukaan jaringan yang masih utuh
dengan menggunakan bahan disinfektan tetapi sporanya tidak mati.
2. Pengertian Disinfektan
Disinfektan merupakan bahan/ zat kimia yang digunakan dan mampu
membunuh kuman.
3. Syarat-Syarat Bahan Disinfektan
a. Membunuh mikroba dalam spectrum yang luas
b. Masih efektif meskipun terdapat zat organic
c. Tidak merusak kulit, sekecil mungkin menimbulkan iritasi dan
tidak meracuni kulit
d. Terdaftar pada pemerintah/ Dep.Kes
4. Pengaruh Udara Terhadap Kesehatan
Menurut Slamet (2009), pengaruh udara terhadap kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi dua, aitu pengaruh tidak langsung dan
pengaruh langsung.
a. Pengaruh tidak langsung
Pengaruh udara bebas secara tidak langsung merupakan pengaruh
terhadap kesejahteraan masyarakat. Misalnya, nitrogen di dalam
udara dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk urea.
b. Pengaruh langsung
Pengaruh udara yang langsung terjadi karena proses pernafasan
dan kontak seluruh anggota tubuhnya dengan udara. Pengaruh
8
udara terhadap kesehatan sangat ditentukan oleh komposisis kimia,
biologis, maupun fisis udara.
E. Inspeksi Sanitasi Ruang dan Peralatan Non Medis
Yang dimaksud dengan ruang bangunan adalah semua unit atau
ruang yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (berupa bangunan dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan / kegiatan
rumah sakit.
Yang dimaksud peralatan nonmedis adalah semua alat yang
digunakan untuk pelayanan penunjang medik di rumah sakit, termasuk
diantaranya mebelair, tempat tidur, kursi, almari, kereta dorong, dll.
1. Tujuan sanitasi ruang dan peralatan non medis:
a. Menciptakan kondisi ruangan agar nyaman, bersih, sehat, tidak
menimbulkan dampak negatip terhadap pasien, pengunjungn,
maupun karyawan.
b. Mengurangi cepatnya kerusakan ruang maupun peralatan non
medis.
c. Pemeliharaan kebersihan secara baik berarti akan menurunkan
kehidupan mikroorganisme.
2. Upaya penyehatan ruangan di Rumah Sakit :
a. Pemeliharaan Ruang & Bangunan :
Usaha yang harus dilakukan dalam pemeliharaan ruang dan
bangunan adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan pembersihan ruangan dilakukan pada waktu pagi
dan sore hari.
2) Pembersihan lantai ruang perawatan dilakukan setelah
pembenahan tempat tidur.
3) Cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus
dihindarkan.
9
4) Gunakan cara pembersihan dengan perlengkapan
pengepelan yang memenuhi syarat dan disinfectan yang
tepat.
5) Masing-masing bangsal / ruang disediakan perlengkapan
pel tersendiri.
6) Pembersihan lantai ruang dari bagian yang terdalam menuju
ke arah luar.
7) Agar pembersihan berhasil sempurna, harus dilakukan
penggeseran mebelair.
8) Dinding dibersihkan minimal 2 kali dalam setahun.
9) Setiap percikan ludah, darah, cairan luka lama (nanah) yang
mengotori dinding harus segera dibersihkan dengan
menggunakan antiseptik.
b. Persyaratan Ruang dan Bangunan :
1) Ruang dan bangunan harus selalu dalam keadaan bersih dan
mudah dibersihkan, tersedia tempat sampah sesuai dengan
jenis sampahnya, serta tersedia fasilitas sanitasi sesuai
dengan kebutuhan.
2) Perbandingan tempat tidur dengan luas lantai :
a) Ruang bayi sebagi ruang perawatan minimal 2 m2 /
tempat tidur dan ruang isolasi 3,5 m2
b) Ruang dewasa sebagai ruang perawatan minimal 4,5
m2 /tempat tidur dan ruang isolasi 6 m2 per tempat
tidur.
3) Bebas dari gangguan serangga, tikus, dan binatang
pengganggu lainnya.
4) Lantai harus selalu bersih, dengan tingkat kebersihan :
- Ruang operasi dan ruang isolasi : 0 - 5 CFU/Cm2
- Ruang perawatan dan ruang Unit Gawar Darurat : 5
- 10 CFU/Cm2.
10
c. Pencahayaan :
Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pencahayaan :
1. Pencahaayaan alam maupun buatan diupayakan tidak
menyilaukan, intensitas cahaya yang diterima harus sesuai
dengan kegiatannya.
2. Penempatan lampu harus diperhatikan agar pencahayaan
merata, dan lampu harus sering dibersihkan.
3. Harus segera dilakukan penggantian bola lampu bagi lampu
yangmulai menunjukkan kerusakan.
4. Untuk menjamin keamanan, perlu sering dilakukan
pemeriksaan jaringan instalasi listrik.
5. Intensitas pencahayaan pada ruang/unit adalah :
Ruang/Unit Pencahayaan (Lux) Keterangan
1. Ruang perawatan
- Saat tidak tidur
- Saat tidur
100 – 200
maks. 50
Cahaya
sedang
2. Ruang operasi
- Umum
- Meja operasi
300 – 500
10.000 – 20.000 Tanpa
bayangan
3. Koridor Minimal 100 Malam hari
4. Kantor Minimal 100
5. Tamggaμ Minimal 100
6. Ruang Farmasi Minimal 200
7. Ruang dapur Minimal 200
8. Ruang cuci Minimal 200
9. Toilet Minimal 100
11
d. Penghawaan
Pengelolaan penghawaan :
1. Bila digunakan penghawaan alami, digunakan sistim ventilasi
silang. Diupayakan agar aliran udara tidak terhalang.
2. Penghawaan ruang operasi tekanan harus lebih tinggi dari pada
luar atau ruanglain, untuk itu perlu digunakan ventilasi
mekanis.
3. Bila menggunakan ventilasi mekanis, ketinggianlubang
pemasukan ketinggian minimal 2,00 m di atas lantai atau
minimal berjarak 0,20 m dari langit-langit.
4. Untuk mengurangi kuman udara ruang minimal 1 bulan sekali
dilakukan disinfeksi ruangan dengan menggunakan aerosol,
penyinaran sinar ultra violet, ozontex, atau penyaringan udara
(dengan elektron presipitator).
5. Dilakukan pemantauan kualitas udara secara periodik terhadap
parameter kuman, debu, gas, minimum 2 kali per tahun.
Ketentuan mutu udara ruang :
1. Tidak berbau terutama gas H2S dan Amoniak.
2. Kadar debu maksimum 150 µg/M3 dalam pengukuran rata-rata
24 jam.
3. Angka kuman untuk :
a. Ruang operasi : maksimum 350 koloni/m3 dan bebas
kuman patogen (khususnya alpha streptococus
haemoliticus) dan spora gas gangren.
b. Ruang perawatan dan isolasi, maksimum 700 koloni / m3
dan bebas kuman patogen (khususnya alpha streptococus
haemolitikus).
12
4. Kadar gas dan bahan berbahaya :
Parameter Konsentrasi Max. Waktu pengukuran
H2S
NH3
CO
SO2
HC
Pb
Eter
O3
NOx
0,03 ppm
2 ppm
20 ppm
0,10 ppm
0,24 ppm
0,06 mg/m3
400 ppm
0,1 ppm
0.003 ppm
30 menit
24 jam
8 jam
24 jam
3 jam
24 jam
-
-
24 jam
5. Suhu dan kelembaban
Ruang / Unit Suhu ( 0C) Kelembaban (%)
Operasi
Bersalin
Pemulihan
Observasi bayi
Perawatan bayi
Perawatan prematur
ICU
22-25
22-25
24-25
26-27
26-27
26-27
26-27
50-60
50-60
50-60
40-50
40-50
40-50
40-50
6. Penambahan udara dari luar.
Bila memasukkan udara dengan peralatan mekanis pada
suatu ruangan perlu diperhatikan antara lain :
a. Tinggi lubang pemasukan minimal 2,4 m (8 Ft) dari lantai.
b. Jika pada atap lobang udara minimal 90 cm (3 ft) dari atap.
c. Jarak lubang udara dengan exhauster minimal 7,5 m (25 ft)
d. Jauh dari pembakaran sampah, lubang pembuangan udara
septic tank.
13
e. Kebisingan
Upaya pengendalian kebisingan :
1. Diupayakan pengaturan tata letak ruang agar ruang yang
memerlukan ketenangan terhindar dari kebisingan.
2. Untuk mengendalikan kebisingan yang berasal dari sumber
bising di dalam rumah sakit dilakukan :
- peredaman
- penyekatan
- perawatan alat-alat
- pemindahan
3. Untuk mengendalikan kebisingan yang sumbernya berasal
dari luar rumah sakit :
- penanaman pohon
- meninggikan tembok pagar
- membuat bukit buatan
Parameter kebisingan untuk ruang / unit :
- Ruang perawatan, isolasi, radiologi, dan operasi maksimal
45 dBA
- Poliklinik umum, Poliklinik umum, Poliklinik Gigi,bengkel
maksimal 80 dBA
- Laboratorium maksimal 68 dBA
- Ruang cuci, dapur, pengendalian air panas dan dingin
maksimal 78 dBA.
F. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu
1. Pengertian vector dan binatang pengganggu
Vector adalah binatang pembawa dan atau bisa menularkan
penyakit, sedangkan binatang pengganggu adalah binatang yang
keberadaannya dianggap mengganggu.
14
2. Insektisida
Insektisida merupakan bahan yang dapat mematikan serangga, ada
berbagai macam insektisida, misalnya kapur pembunuh kecoak dan
semut.
3. Penyemprotan
Penyemprotan merupakan upaya pengendalian vector penyakit
dengan cara disemprot dengan bahan pembasmi.
4. Abatisasi
Abatisasi merupakan upaya kimia dalam mengendalikan jentik
nyamuk, yaitu dengan menambahkan abate dengan takaran tertentu
pada bak penanmpung air.
G. Pengelolaan Limbah Cair di Rumah Sakit
1. Pengertian limbah cair rumah sakit
Limbah cair rumah sakit adalah semua limbah cair sisa hasil kegiatan
di rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,
bahan kimia beracun, radioaktif.
2. Sumber limbah cair
Sumber limbah cair adalah sebagai berikut :
a. Unit rawat inap
b. Unit rawat jalan (poliklinik, Unit Gawat Darurat, Unit
haemodialisa, unit bedah sentral, dll.)
c. Instalasi gizi / dapur.
d. Laundry
e. Fasilitas sosial (cafetaria)
f. Hunian / pemukiman (asrama, rumah dinas)
3. Karateristik limbah cair rumah sakit
Berdasarkan jenis proses kegiatan di RS, limbah cair di RS
mempunyai karateristik yang berbeda antara lain,
a. Dari loundry : mengandung banyak detergent, suhu panas.
b. Dari dapur : mengandung lemak, bahan organik tinggi, nampak
keruh.
15
c. Dari ruang perawatan penyakit menular : bersifak infeksius,
mengandung kuman patogen.
d. Dari ruang haemodialisa (pencucian darah) : bahan kimia tinggi.
4. Produksi air limbah di RS :
Dari keseluruhan pemakaian air bersih di RS maka sekitar 80% -
90% akan dibuang sebagai air limbah.
5. Berbagai jenis tempat penampungan dan pengolahan air limbah RS
(lokal) :
a. Waste stabilitation pond system (kolam stabilisasi air limbah)
b. Waste oxidation ditch treatment system (kolam oksidasi air
limbah)
c. Aanaerobic filter treatment system (pengolahan air limbah melalui
proses pembusukan anaerobik)
6. Tata cara penanganan :
Pembuangan limbah di lingkungan RS harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut.:
a. Limbah disalurkan dengan saluran tertutup, kedap air, dan dapat
mengalir dengan lancar.
b. Limbah diolah pada unit pengolahan limbah, secara tersendiri
ataupun secara kolektif.
c. Kualitas efluent yang dibuang ke lingkungan atau badan air harus
memenuhi persyaratan baku mutu.
7. Pemantauan kualitas air limbah :
a. Pemeriksaan secara rutin dilakukan 1 minggu sekali
b. Untuk penegakan perlu dilakukan pemeriksaan cross cek dengan
laboratorium BTKL/BLK tribulan sekali.
8. Parameter yang diperiksa mingguan :
a. PH
b. Suhu
c. Zat terendap
16
d. BOD
e. DO (oksigen terlarut)
9. Untuk pemeriksaan tribulan :
a. Pemeriksaan mingguan sebagaimana tersebut di atas dan :
b. Zat padat tersuspensi
c. COD
d. Amonia bebas
e. Sulfida
f. Minyak mineral
g. Ohenol
h. Nitrit
10. Aspek biaya :
Penyelenggaraan pengelolaan air limbah di RS selalu terkait dengan
pembiayaan terhadap :
a. Sewa listrk (untuk penggerak poimpa dan blower)
b. Kaporit
c. Bahan regensia (untuk pemeriksaan laboratorium).
H. Pengelolaan Sampah di Rumah Sakit
Pengelolaan sampah di rumah sakit perlu mendapatkan perhatian
dalam pengangannya,karena sampah tersebut akan dapat menimbulkan
dampak terhadap kesehatan dan dapat menimbulkan cidera, atau penyalah
gunaan karena pemakaian yang tidak pada tempatnya. Akibat dari
kurangnya perhatian dalam pengelolaan sampah di rumah sakit
diantaranya adalah bahwa sampah dapat merupakan :
1. Mata rantai penularan penyakit menular
2. Tempat tertimbunnya organisme penyakit
3. Menjadi sarang serangga dan tikus
4. Mengandung bahan kimia beracun
5. Terkumpulnya benda benda taajam
6. Menimbulkan pencemaran bau dan debu.
17
Berbagai jenis sifat sampah yang dihasilkan di rumah sakit,
diantaranya adalah sampah biologi. Yang dimaksud sampah biologi adalah
sampah yang dihasilkan dari diagnosa dan tindakan terhadap pasien,
termasuk bahan-bahan medis, pembedahan, otopsi, dan laboratorium.
Yang termasuk dalam golongan sampah biologi adalah :
a. Sampah medis: sampah ini biasanya dihasilkan di ruang pasien,
ruang pengobatan atau tindakan, ruang perawatan, dan ruang bedah.
Sampah ini dapat berupa dresing kotor, verban, kateter, swab,
plester, masker dll.
b. Sampah patologis : sampah yang dihasilkan dari ruang bedah atau
ruang autopsi, sampah yang termasuk dalam golongan ini adalah
placenta, jaringan, organ anggota badan dll.
c. Sampah laboratorium : sampah yang dihasilkan dari laboratorium
diagnostik atau riset, sampah yang termasuk dalam hal ini adalah
sediaan/media sampel, spinal, bangkai binatang percobaan.
Jenis sampah menurut sumbernya :
SUMBER JENIS SAMPAH
Kantor/administrasi Kertas
Unit obsetric & ruang
perawatan obstetric
Dressing, plasenta, ampul, jarum, masker
disposable, blood lancet disp., sarung tangan
disp., cateter disp., dll.
Unit Gawat Darurat,
Kamar Bedah
Dressing,jaringantubuh, amputasi, ampul bekas,
jarum, masker, cateter, blood lancet disposable.
Unit patologi, autopsi,
ruang mayat
Jaringan tubuh, organ, tulang, wadah spesimen,
gelas terkontaminasi, pipet, petridisk
Unit isolasi Bahan kertas yang mengandung buangan
nasal/ingus dan sputum, dressing, sisa makanan,
masker disp.
Unit perawatan Ampul, jarumdisp., sisa makanan, sisa obat
Unit Karton, kertas bungkus, kaleng. Botol.
18
pelayanan/perlengkapan
Instalasi Gizi / dapur Sisa pembungkus, sisa makanan, sisa bahan
makanan/sayuran dll.
Halaman Sisamakanan, pembungkus, daun, ranting
Jumlah sampah :
a. Jumlah sampah menurut beratnya dari hasil survey yang dilakukan di
USA pada RS dengan kapasitas 500 tempat tidur adalah 3,25 Kg per
pasien per hari.
b. Jumlah sampah juga dipengaruhi dengan penggunaan barang
disposable (sekali pakai). Untuk itu perlu dipelajari tentang berat,
ukuran, dan sifat barang disposable agar didapatkan informasi untuk
digunakan dalam penanganan sampah berikutnya.
Penampungan sampah :
Sampah biasanya ditampung di tempat produksi sampah dalam waktu
sementara. Untuk itu perlu disediakan tempat sampah denganbentuk,
ukuran, dan jumlah yang memadahi, serta disesuaikan dengan jenis
sampah yang dihasilkan. Dengan demikian tempat sampah hendaknya
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. dibuat dari bahan yang tidak mudah berkarat
b. kedap air, terutama yang digunakan untuk menampung sampah
basah
c. bertutup rapat
d. mudah dikosongkan dan dibersihkan
e. mudah diangkut
f. tidak menimbulkan suara bising
g. tahan terhadap goresan benda tajam dan runcing
19
Untuk memudahkan pengosongan, pembersihan, dan pengangkutan,
sangat disarankan agar bak penampung sampah dilapisi dengan kantong
plastik. Karena kantong plastik tersebut dapat berfungsi :
a. membantu membungkus sampah waktu pengangkutan
b. mengurangi kontak langsung antara petugas dengan mikroorganisme
c. menahan bau agar tidak menyebar
d. tidak terlihat dari luar, memberi rasa pandangan estetis
e. mudah membersihkan dan pencucian tempat sampah.
Penyediaan kantong plastik haruslah yang kuat, tidak mudah robek,
ketebalannya disesuaikan dengan jenis sampah yang dibungkus. Untuk
menghidari robeknya kantong pelapis, sampah benda tajam sebaiknya
ditampung pada karton atau kaleng.
Bak sampah dilaboratorium :
Untuk penampung sampah dilaboratorium perlu di beda-bedakan, karena
sampah yang dihasilkan mempunyai sifat yang berbeda. Setidaknya perlu
tiga jenis, yaitu :
a. tempat penampung sampah berupa pecahan gelas untuk mencegah
cidera luka,
b. tempat untuk menampung sampah basah dengan larutan bahan kimia
agar tidak terjadi penguapan di ruang dan kemunkinan timbulnya
api, dan
c. tempat penampung dari logam untuk sampah yang mudah terbakar.
Pengangkutan sampah :
Pengangkutan sampah di rumah sakit biasanya dengan menggunakan
kereta dorong, namun bila rumah sakit bertingkat cukup tinggi mungkin
perlu digunakan cerobong sampah.
20
a. Bila pengangkutan dengan kereta disarankan alat angkut untuk
sampah medis dibedakan dengan sampah non medis, hal ini
berkaitan dengan metode pembuangan dan pemusnahannya.
b. Penggunaan cerobong sampah di rumah sakit bertingkat biasanya
dikaitkan dengan effiseinsi pengangkutan. Namun perlu diperhatikan
bila pembuangan sampah melalui cerobong perlu digunakan
pembungkus yang kuat. Selain itu penngunaan cerobong berisiiko
sebagai tempat sembunyi binatang, berbau, tempat berkembang
biaknya kuman bilamana tidak diperhatikan pemeliharaan
kebersihannya.
Perlakuan sebelum pembuangan :
Sesuai dengan jenis sampah di rumah sakit, sebelum dibuang perlu
dipertimbangkan agar tidak menimbulkan akibat yang membahayakan
bagi masyarakat. Bilamana sampah akan dibuang ke tempat pembuangan
umum atau landfill, maka sampah infeksius sebelum dibuang perlu
dilakukan pemanasan dengan aotoclave atau didisinfeksi, agar kuman
mati. Hanya saja pelaksanaan disinfeksi sampah dengan menggunakan
cairan bahan kimia akan diserap sampah dan menambah berat sehingga
akan menambah permasalahan dalam pengangkutan.
Pembuangan akhir sampah.
Pembuangan akhir sampah dari rumah sakit ada dua alternatif, yaitu :
a. Pembuangan sampah medis dan non medis secara terpisah. Sampah
medis dimusnahkan di rumah sakit, sampah non medis dibuang
bersama sampah umum.
b. Pembuangan sampah medis dan nonmedis dicampur dibakar di
incenerator. Namun pembuangan ini memerlukanbanyak
pertimbangan, diantaranya besarnya incenerator,
pengendalianpencemaran udara, penempatan lokasi, pembuangan abu
dll.
21
Evaluasi pengelolaan sampah :
Untuk mengukur keberhasilan pengelolaan sampah dapat digunakan
indikator :
a. akumulasi sampah yang tidak terangkut/terolah
b. tingkat kepadatan lalat (index lalat)
c. ada tidaknya keluhan pengunjung, pasien , petugas RS, atau
masyarakat sekitar RS.
I. Pengelolaan Limbah Klinis
Berbagai jenis limbah yang dihasilkan dirumah sakit, diantaranya
adalah limbah klinis, yang mana limbah ini dapat membahayakan dan
minimbulkan terhadap kesehatan manusia, terutama bagi orang yang
menangani limbah tersebut.
Pengertian tentang limbah klinis adalah limbah yang berasal dari
pelayanan medis, perawatan umum, gigi, veteranary, farmasi atau yang
sejenis, penelitian, pengobatan, penelitian yang menggunakan bahan kimia
beracun, infeksius.
Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung dalam limbah klinis,
maka jenis limbah klinis digolongkan menjadi : limbah benda tajam,
limbah infeksius, limbah jaringan tubuh, limbah citotoksik, limbah
farmasi, limbah kimia, limbah radioaktif.
1. Limbah benda tajam : Limbah benda tajam adalah barang/alat yang
memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang
dapat memootong atau menusuk kulit, seperti jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahangelas, pisau bedah.
Semua benda tajam ini mmemiliki potensi bahaya dan dapat
menyebabkan cedera melalui tusukan atau robekan. Limbah benda
tajam berpotensi lebih membahayakan bila benda tajam tersebut
sebelumnya digunakan untuk pengobatan atau perawatan pasien
penyakit menular, karena dapat memberikan penularan, atau juga
bila limbah terseburt mengandung bahan berbahaya dan beracun.
22
2. Limbah infeksius, limbah infeksius mencakup pengertian :
a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan
isolasi penyakit menular
b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poloklinik dan ruang perawatan penyakit
menular.
3. Limbah jaringan tubuh : termasuk dalam hal ini organ, anggota
badan, darah, dan cairan tubuh biasanya dihasilkan dari kegiatan
pembedahan atau autopsi. Jaringan tubuh yang tampak nyata
seperti anggota badan dan plasenta yang tidak perlu pengesahan
penguburan hendaknya dikemas secara khusus, diberi label, dan
dibuang di incenerator. Cairan tubuh, terutama darah sedapat
mungkin diencerkan agar dapat dibuang ke saluran pengolahan air
limbah.
4. Limbah citotoksik : limbah citotoksik adalah bahan yang
terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat citotoksik
selama peracikan, pengangkutan, atau tindakan terapi citotoksik.
5. Limbah farmasi, limbah ini bisa berasal dari :
a. Obat-obatan yang kedaluwarsa
b. Obat-obatan yang tidak memenuhi spesifikasi, atau kemasan
yang terkontaminasi.
c. Obat-obatan yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang
oleh masyarakat.
d. Obat-obatan yang tidak diperlukan oleh unit yang
bersangkutan
e. Limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
6. Limbah kimia : adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan
kimia dalam tindakan medis, veterinary, laboratorium, proses
sterilisasi dan riset. Pembuangan limbah kimia ke dalam saluran
limbah akan menimbulkan korosi pada saluran, selain itu limbah
kimia yang tidak berbahaya bisa dibuang di land fill,
23
7. Limbah radioaktif : limbah radioakrif adalah bahan yang
terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan
medis atau riset radio nuklletida. Limbah ini berasal dari sumber :
tindakan Kedokteran nuclir, radioimunosay, dan bakteriologis,
yang dapat berbentk padat cair atau gas.
Pemisahan limbah klinis :
Untuk pelaksanaan penyimpanan, pengangkutan, dan pembuangan
akhir, pemisahan limbah klinis sangat dianjurkan mulai dipisahkan pada
sumbernya. Dengan memasukkan limbah secara terpisah pada kantong
atau kontainer untuk limbah yang sejenis akan mengurangi kesalahan
petugas dalam penanganannya.
Selain pemisahan limbah, sangat dianjurkan pula dalam
pengelolaan limbah klinis dilakukan reduksi, atau penggunaan bahan yang
berbahaya disubstitusi,sehingga akan mengurangi timbulnya limbah klinis.
Penampungan limbah klinis :
Sarana penampungan untuk limbah harus memadai, diletakkan pada
tempat yang tepat, aman, dan hygienis.
J. Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman di Rumah Sakit
1. Pengertian
Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan
minuman :
a. Yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan
b. Yang dijual di dalam lingkungan rumah sakit
c. Yang dibawa dari luar rumah sakit
2. Persyaratan hygiene sanitasi makanan
a. Angka kuman E.coli
Pada makanan harus 0/gram sampel makanan, sedangkan pada
minuman harus 0/100 ml sampel minuman.
24
b. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman
sebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E.
coli.
c. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas
>65,5oC atau dalam suhu dingin <4 oC.
d. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan suhu -5 oC sampai -1 oC.
e. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu sekitar
10 oC.
f. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80-90%
g. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai,
dinding, atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
2) Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
3) Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm
3. Penyimpanan bahan makanan jadi
Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan
dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya,
serangga, dan hewan lain.
K. Pengelolaan Linen
1. Pengelompokkan linen
a. Linen non infeksius, yaitu linen dari ruang administrasi, apotek,
dan dapur.
b. Linen infeksius, yaitu linen dari ruang isolasi, perawatan penyakit
menular, dan lain-lain.
2. Proses pengolahan linen
a. Pengumpulan
Linen non infeksius dan infeksius dikumpulkan pada satu wadah
yang berbeda. Linen infeksius disterilkan sebelum dimasukkan ke
wadah/ kantong di sumbernya.
25
b. Pengangkutan
Alat angkut dibedakan antara linen bersih dan linen kotor. Alat
angkut terbuat dari bahan anti karat, mudah dicuci, dan
dibersihkan.
3. Pencucian linen kotor
a. Pembilasan pertama
b. Penyabunan ditambah deterjen dan bleaching
c. Pembilasan akhir ditambah asam lemah dan pelembut
4. Penanganan linen bersih
Penanganan linen bersih terpisah tempatnya dengan linen kotor,
diupayakan sedikit mungkin kontak dengan pekerja, dan linen bersih
sebaiknya dibungkus.
top related