masalah psikososial

Post on 30-Dec-2015

69 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

MASALAH PSIKOSOSIAL

KOMPLIKASI EMOSIONAL

PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

KOMPLIKASI EMOSIONAL

POSTPARTUM BLUES

POSTPARTUM DEPRESION

POSTPARTUM PSYCHOSIS

KOMPLIKASI EMOSIONAL

• Sebagian perempuan menganggap masa–masa setelah melahirkan adalah masa–masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara emosional

• Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara

Post Partum Blues

• Postpartum blues sering juga disebut maternity blues atau baby blues

• Post partum blues adalah gangguan suasana hati seorang ibu yang baru melahirkan dan bersifat sementara, berlangsung 1-10 hari atau berlangsung selama 2 minggu atau kurang dan apabila menetap dapat berlanjut menjadi postpartum depresi (Spinelli, 2004)

• Postpartum blues ialah suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak pada minggu pertama setelah persalinan dan ditandai dengan gejala-gejala seperti reaksi depresi, sedih, disforia, menangis, mudah tersinggung (irritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, perasaan lelah, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan (National Mental Health Asotiation, 2009)

Postpartum Depresion

• Postpartum depresion adalah gangguan depresi mayor pada periode postpartum, terjadi pada minggu ke-2 sampai minggu ke-6 setelah melahirkan (Depkes RI, 2007)

• Postpartum depresion tanpa gambaran psikosis lebih berat daripada postpartum blues dengan gejala kesedihan, mudah menangis tanpa sebab yang jelas, mudah tersinggung, mudah marah, selalu dalam keadaan cemas, sulit berkonsentrasi, sakit kepala hebat (Beck, 1998)

Postpartum Psychosis

• Postpartum psychosis merupakan bentuk yang paling berat dari gangguan jiwa pada ibu postpartum

• Depresi postpartum dengan gambaran psikosis mengalami depresi berat seperti gangguan proses pikir (delusi, halusinasi, dan asosiasi inkoheren)

• Penanganan medis harus dilakukan sesegera mungkin dengan memasukan penderita ke rumah sakit, karena kondisi ini juga biasanya disertai risiko bunuh diri atau menyakiti bayi

Faktor Risiko

1. Faktor HormonalPenurunan kadar estrogen dan progesteron dan peningkatan kortisol, laktogen dan prolaktin. Wanita yang sensitif tehadap ketidakseimbngan hormon ini akan mengalami postpartum depresion

2. Faktor FisikKekhawatiran terhadap perubahan bentuk tubuh yang membuat tubuhnya mungkin tidak seindah ketika sebelum hamil, merasa tidak menarik secara fisik di mata pasangan, kesakitan fisik, kelelahan, kurang tidur, asupan nutrisi yang menurun juga dapat memicu terjadinya depresi

3. Faktor psikologis• Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada

akhir kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu.

• Kesiapan mental perempuan saat kehamilan dan persalinan, untuk menjadi seorang ibu

4. Faktor dukungan sosial• Pemukiman/lingkungan yang tidak memadai lebih sering

menimbulkan depresi pada ibu – ibu• Kurangnya dukungan suami atau keluarga saat kehamilan,

persalinan dan pascasalin.

Pengaruh depresi postpartum pada ibu

• Mengalami gangguan aktifitas sehari-hari• Mengalami gangguan dalam berhubungan

dengan orang lain (keluarga dan teman)• Risiko menggunakan zat-zat berbahaya seperti

rokok, alkohol, obat-obatan/narkotika• Kemungkinan terjadi peningkatan ke arah

gangguan psikotik yang lebih berat

Pengaruh depresi postpartum pada bayi/anak

• Gangguan tingkah lakuMasalah tidur, gangguan makan, marah, agresif, hiperaktivitas

• Permasalahan tumbuh kembangPerkembangan kogntif lambat, keterlambatan dalam berjalan dan berbicara, mengalami berbagai kesulitan dalam belajar

• Permasalahan sosial Susah untuk bersosialisasi/menarik diri

• Permasalahan secara emosionalSelf esteem yang rendah, sering cemas, penakut, lebih pasif, ketergantungan tinggi terhadap orang lain/tidak mandiri

• Depresi : risiko terjadinya depresi di usia muda

Langkah-langkah pencegahan :

• Meminimalkan dampak perubahan hormonal postpartum dan stres dengan menjaga kesehatan tubuh dan berfikir positif atas semua hal yang telah terjadi.

• Meminta bantuan dari orang lain, sehingga ibu dapat tidur cukup, makan sehat dan olahraga

• Memeriksakan diri ke layanan kesehatan• Mengikuti kelas bimbingan orang tua untuk

memperkuat hubungan ibu dan bayi

Perawatan postpartum depresion

• post partum depresion adalah suatu gangguan psikologis, ibu harus jujur dengan diri sendiri tentang perasaan ibu setelah melahirkan . lakukan komunikasi dengan suami, keluarga atau teman dan tenaga kesehatan tentang kemungkinan terjadinya serta cara menanganinya jika terjadi.

• Jika ibu memiliki sedikit nafsu makan, makan makanan bergizi sedikit tapi sering, suplemen gizi berguna untuk menjaga energi ibu.

• Lakukan komunikasi dengan suami untuk pembagian tugas rumah tangga dan pengasuhan bayi

• Cari orang yang dapat membantu melakukan pekerjaan rumah tangga jika memungkinkan

• Jangan bekerja berlebihan, beristirahat secukupnya dan cobalah untuk tidur ketika bayi tidur siang, kelelahan dapat meningkatkan depresi.

• Lakukan pertemuan dengan kelompok ibu untuk saling bertukar pengalaman dan tips dalam merawat bayi.

• Luangkan waktu untuk relaksasi seperti ke salon untuk perawatan diri, berendam air hangat, mendengarkan musik dan lain-lain

Penggunaan zat psikoaktif

• Gangguan penggunaan zat adalah suatu gangguan jiwa berupa penyimpangan perilaku yang berhubungan dengan pemakaian zat yang dapat mempengaruhi sususan saraf pusat sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial

• NarkotikaZat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai kehilangan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantunganContoh : heroin/putauw, kokain, ganja, morfin, petidin, kodein

• PsikotropikaSuatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilakuContoh : ekstasi, shabu, amfetamin, metilfenidat, diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam,

• Zat adiktifYang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar narkotika dan psikotropika, meliputi : minuman berakohol, Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik, tembakau

Cara Kerja Terhadap Tubuh

• DepresantDepresant bekerja mengurangi aktifitas susunan saraf pusat. Jenis ini membuat pemakainya merasa tenang, pendiam bahkan membuat tidur dan tidak sadarkan diri. Pil-pil penenang golongan benzodiazepam, menimbulkan efek di otak dengan memengaruhi neurotransmitter yang bertanggung jawab akan sadar tidaknya manusia dan juga pada reseptor yang mendatangkan rasa nyaman.

• Stimulan bekerja mengaktifkan kerja susunan saraf pusat. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar, dan bersemangat. Hampir semua stimulan akan mengganggu proses neurotransmitter, pengaruhnya yang terbesar adalah pada dopamin, yang efeknya akan mengakibatkan gejala-gejala euforia (perasaan senang tanpa sebab), serta tekanan darah dan denyut jantung meningkat

• Halusinigen bekerja dengan menimbulkan halusinasi atau khayalan. Salah satu jenis halusinogen alami yang memiliki efek terberat di otak adalah ganja. Kerusakan otak yang terjadi merupakan kerusakan yang irreversible. Efek yang terjadi ialah euforia, rasa santai, dan mengantuk. Pada kasus-kasus keracunan dapat muncul perasaan curiga yang berlebihan (paranoid) dan halusinasi visual.

Klasifikasi gangguan penggunaan zat

1. Penyalahgunaan zat, merupakan suatu pola penggunaan zat yang bersifat patologik dapat berupa intoksikasi sepanjang hari, terus menggunakan zat tersebut walaupun penderita mengetahui dirinya sedang menderita sakit fisik berat akibat zat tersebut, atau adanya kenyataan bahwa ia tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa menggunakan zat tersebut.

2. Ketergantungan zatmerupakan suatu bentuk gangguan penggunaan zat yang pada umunya lebih berat. Terdapat ketergantungan fisik yang ditandai dengan adanya toleransi atau sindroma putus zat.

Dampak Terhadap Fisik

1. Sistem Saraf Pusat• Memperlambat fungsi otak yang mengontrol

pernapasan dan, denyut jantung sehingga dapat mengakibatkan kematian.

• Dapat menyebabkan hilangnya memori (amnesia), sakit jiwa, kerusakan tetap pada otak dan sistem saraf.

• Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi

2. Gangguan pada jantung (kardiovaskuler)Infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah, pembengkakan jantung, kegagalan fungsi jantung

3. Gangguan pada paru-paru (pulmoner)Penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

4. Sistem PencernaanDapat menyebabkan luka, radang lambung, serta hati.Dapat menyebabkan kanker mulut, kerongkongan, dan lambung, dapat menyebabkan peradangan dan pengerasan (sirosis) hati.

5. Gangguan kesehatan reproduksi• Gangguan pada endokrin, seperti: penurunan fungsi

hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual, perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)

• Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV

Dampak terhadap psikis

• Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

• Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

• Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan• Sangat sensitif, Emosi naik turun atau tidak stabil• Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman,

bahkan bunuh diri

Dampak terhadap lingkungan sosial

• anti-sosial, dikucilkan oleh lingkungan• gangguaan fungsi sosial yang berupa

ketidakmampuan memenuhi kewajiban terhadap keluarga karena perilakunya yang tidak wajar, impulsif, atau karena ekspresi perasaan agresif yang tidak wajar.

• Dapat pula berupa perbuatan kriminal lainnya karena motivasi memperoleh uang

Kekerasan Terhadap Perempuan

• Komnas Perempuan menyatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah segala tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan yang berakibat atau kecenderungan untuk mengakibatkan kerugian dan penderitaan fisik, seksual, maupun psikologis terhadap perempuan, baik perempuan dewasa atau anak perempuan dan remaja.

Bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan

1. Kekerasan fisikKekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. Perilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah menampar, memukul, meludahi, menarik rambut (menjambak), menendang, menyudut dengan rokok, memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya

2. Kekerasan psikologis / emosional• Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan

yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

• Perilaku kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional adalah penghinaan, komentar-komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri, mengisolir istri dari dunia luar, mengancam atau menakut-nakuti sebagai sarana memaksakan kehendak.

3. Kekerasan seksual• Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian

(menjauhkan) istri dari kebutuhan batinnya, memaksa melakukan hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri, tidak memperhatikan kepuasan pihak istri.

4. Kekerasan ekonomi• Setiap orang dilarang menelantarkan orang

dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari kekerasan jenis ini adalah tidak memberi nafkah istri, bahkan menghabiskan uang istri

Dampak kekerasan terhadap kesehatan reproduksi

• Menurut Suryakusuma (1995) efek psikologis penganiayaan bagi banyak perempuan lebih parah dibanding efek fisiknya. Rasa takut, cemas, letih, kelainan stress post traumatic, serta gangguan makan dan tidur merupakan reaksi panjang dari tindak kekerasan.

• Namun, tidak jarang tindak kekerasan juga mengakibatkan kesehatan reproduksi terganggu yang pada akhirnya mengakibatkan terganggunya secara sosiologis. Perempuan yang teraniaya sering mengisolasi diri dan menarik diri karena berusaha menyembunyikan bukti penganiayaan mereka.

• Perempuan terganggu kesehatan reproduksinya bila pada saat tidak hamil dapat mengalami gangguan menstruasi seperti menorrhagia, hipomenorrhagia atau metrorhagia bahkan mengalami menopause lebih awal, mengalami penurunan libido, ketidakmampuan mendapatkan orgasme, akibat tindak kekerasan yang dialaminya

• Pada saat bersalin, perempuan akan mengalami penyulit persalinan seperti hilangnya kontraksi uterus, persalinan lama, persalinan dengan alat bahkan pembedahan. Hasil dari kehamilan dapat melahirkan bayi dengan BBLR, terbelakang mental, bayi lahir cacat fisik atau bayi lahir mati.

• Dampak lain yang juga mempengaruhi perempuan diantaranya adalah perubahan pola fikir dan emosi Tindak kekerasan juga berakibat mempengaruhi cara berfikir korban, misalnya tidak mampu berfikir secara jernih karena selalu merasa takut, cenderung curiga (paranoid), dan sulit mengambil keputusan.

• Perempuan yang menjadi korban kekerasan memiliki masalah kesehatan fisik dan mental dua kali lebih besar dibandingkan yang tidak menjadi korban termasuk tekanan mental, gangguan fisik, pusing, nyeri haid, terinfeksi penyakit menular (www.depkes.go.id)

TERIMAKASIH

top related