makalah 001
Post on 06-Nov-2015
116 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengoperasian kapal Tug Boat memiliki spesifikasi tertentu
sehubungngan dengan olah gerak kapal pada saat menunda.
Tongkang banyak sekali hal-hal yang perlu diperhatikan serta factor-
factor yang mempengaruhinya seperti jumlah mesin, Horse power,
kemudi dan bentuk kapal itu sendiri begitu pula dengan bentuk
Tongkang dan kemudinya serta lokasi dimana kapal dan tongkangnya
melakukan Aktivitas
Kapal Tug Boat Niaga Sapta Samudra dan Tongkangnya
Victoria I di mana penulis selama ini bekerja dan beroperasi diwilayah
Kalimantan Selatan yang berlokasi disepanjang aliran Sungai Barito
perjalanan dari pelabuhan muat kelanis sampai Outer Bouy yang
tentunya memiliki spesifikasi Khusus yang sangat dipengaruhi Iebar
perairan yang dapat dilayari ,kedalaman, lingkungan perairan yang
banyak dihuni oleh penduduk menjadi perhatian secara khusus
dalarn melakukan olah gerak kapal dan tongkangnya .
Kelancaran Operasional kapal dan tongkangnya sangat
berpengaruh dalam bisnis perusahaan untuk mendapatkan laba
dari operasional kapal. dari pengalaman penulis sebagai nakhoda di
atas kapal Tug Boat Mandiri Barito perlu diangkat dalam karya
ilmiah, maka penulis mengambil judul dalam penulisan karya
ilmiah yaitu :"UPAYA PENINGKATAN KELANCARAN OPERASIONAL DAN OLAH GERAK KAPAL TOWING TB.NIAGA SAPTA SAMUDRA DI ALUR SUNGAI BARITO
-
2
B. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan Tujuan pembahasan masalah ini yaitu
a. untuk memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat
dan pemahaman mengenai cara mengolah gerak atau
menunda Tongkang di alur sempit khususnya alur Sungai
Barito yang mana terdapat perumahan penduduk yang ramai
baik perahu-perahu kecil maupun rakit-rakit yang panjang (
kayu gelondongan ) yang hanya di tarik oleh perahu kecil
atau kapal tunda ukuran kecil
b. Untuk memberikan pemahaman agar dapat mengatasi atau
mencegah masalah-masalah selama berlangsungnya olah
gerak pada perairan sungai barito.
c. Untuk mengidentifikasikan permasalahan yang ada dan
menentukan permasalahan utama
2. Manfaat Penulisan
a. Bagi Dunia Akademis
Memberikan informasi dan pengetahuan bagi pelaut
lain yang akan bekerja di TB.NIAGA SAPTA SAMUDRA
dalam persiapan untuk bisa mendapatkan kualitas
kelancaran operasional dan olah gerak kapal towing di
perairan sempit sungai Barito.
b. Bagi dunia Praktisi Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan pengetahuan kepada
pembaca tentang bagaimana cara kita akan membawa atau
menarik tongkang dan menyelesaikan permasalahan agar
-
3
selamat hingga sampai ditujuan dalam berlayar di Sungai
Barito juga sebagai tambahan pengetahuan kepada
pembaca yang ingin bekerja dikapal Tug Boat diperairan
sempit khususnya sungai Barito
C. Ruang Lingkup
Mengingat luasnya ruang lingkup yang tercakup didalam
proses pembahasan yang akan dibahas sehubungan dengan judul
diatas. Maka dalam pembahasan selanjutnya, penulis memberi
batasan agar sesuai dengan sasaran yang diinginkan, untuk itu yang
akan dijelaskan adalah : "UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN TB.NIAGA SAPTA SAMUDRA BERNAVIGASI DlPERAIRAN SEMPIT SUNGAI BARITO "
D. Metode Penyajian
1. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan judul makalah ini, maka penulis dalam
melaksanakan pengumpulan data yang diperlukan mengunakkan:
a. Studi Lapangan
Sesuai Pengalaman Penulis saat bekerja di kapal
TB.Niaga Sapta atau kapal yang khusus menunda tongkang
dengan muatan batu bara dari daerah kelanis (tempat muat)
sampai ke Toboneo (tempat bongkar) dekat buoy luar
alur sungai Barito Banjarmasin pada tahun 2006 s/d 2009
-
4
b. Studi Pustaka
Penulis mengambil Refrensi dari buku-buku kepustakaan
yang penulis baca yang berkaitan pengoperasian kapal tunda
baik dikapal maupun di perpustakaan BP3IP serta pelajaran dari
dosen.
2. Metode Analisis Data
Penulis menganalisis data dengan melakukan studi banding
terhadap landasan teori tersebut diatas dan buku referensi lainnya
yang disebutkan pada Daftar Pustaka terlampir, yaitu melalui
penguraian dan penelusuran data, fakta kondisi dan permasalahan
yang kemudian dianalisis berdasarkan landasan teori untuk dapat
memecahkan masalah
-
5
BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN
A. FAKTA
1. Obyek Penyajian
a. Seringnya Terjadi Musibah Kecelakaan Akibat Kurang Terampilnya Dan Kurangnya Pemahaman Tentang Alur Sempit Khususnya Di Sungai Barito
Sistim bernavigasi dialur sungai barito yang berjarak
tempuh dari pelabuhan Trisakti Banjarmasin ketempat
pemuatan Batu bara di daerah Kelanis berjarak 98 Nautical
Mile, Pada alur pelayaran tersebut ramai serta arus yang
kuat diharuskan lebih berhati-hati dan teliti dalam mengolah
gerak kapal. Jika salah memperhitungkan tindakan dalam alur
pelayaran tersebut maka kecelakaan kemungkinan besar akan
terjadi, karena ramainya penguna aiur dan kapal-kapal yang
sedang let go jangkar serta kapal-kapal tunda dengan
tongkangnya yang terikat di pohon- pohon besar dipinggir
sungai juga sempitnya alur tersebut. Juga diperhatikan dan
diketahui bahwa tongkang lebih besar dari kapal tunda, maka
seringkali dalam olah gerak kapai tunda terbawah oleh
tongkang akibat dorongan dari tongkang itu sendiri yang
diakibatkan oleh arus dan angin. Hal itu terjadi karena salah
perhitungan dalam mengambil tindakan atau Nakhoda terlalu
lamban mengolah gerak untuk mempertahankan posisi kapal.
Mengolah gerak kapal diarus yang kuat tidak sama
dengan mengolah gerak kapal diarus iemah atau di perairan
yang tidak ada arus sama sekali karena mengolah gerak
-
6
disungai seperti dialur sungai Barito (Banjarmasin) harus
dituntut kemahiran dalam mengolah gerak dan tehnik-tehnik
membawa atau menunda tongkang dimana alurnya belok-
belok dan disepanjang sungai tersebut terdapat banyak rumah-
rumah penduduk yang terapung, baik itu jamban-jamban (WC)
atau jembatan yang menjorok (menonjol) masuk ke sungai.
Maka dengan demikian harus diperhitungkan kecepatan arus
dan arah arus agar jangan sampai kapal terbawah arus jauh
dari posisi yang telah ditentukan atau diinginkan yang dapat
mengganggu jalannya kapal lain atau kapal yang sedang
berlabuh jangkar di sungai tersebut. Disekitar pelabuhan
Banjarmasin banyak kapal baik kapal besar (kapal cargo), kapal
tangker, kapal perahu layar dan lain-lain yang berlabuh jangkar
untuk menunggu giliran bongkar atau muat di dermaga
Banjarmasin.
b. Tidak Disiplinnya Pengguna Alur Dari hasil pengawasan selama penulis bertugas/bekerja di
kapal Towing dimana sebelumnya tim anjungan belum dikelola
dan diawasi dengan baik saat bernavigasi diperairan sungai
Barito, terutama pada saat cuaca buruk bertemu dengan rakit
yang panjangya bias mencapai 400 s/d 600 meter (kayu
gelondongan) yang ditarik oleh kapal-kapal kecil serta kapal-
kapal Tug yang mengandeng tongkang yang tidak mempunyai
peralatan radio komunikasi.
Tim anjungan biasanya hanya terdiri dari Mualim dan
Nahkoda secara bergantian, serta juru mudi jaga yang berjaga
bergantian diantara ke 11 Crew dikapal termasuk Nahkoda, ada
beberapa yang belum memahami bekerja diatas kapal Tugboat
apalagi pengetahuan tentang alur itu disebabkan adanya
nepotisme pada saat perekrutan crew.
-
7
Pada saat tugas jaga diperairan tersebut petugas jaga
harus lebih waspada terutama memanggil kapal yang sejenis
melalui VHF Channel 12 dari pelabuhan Trisakti sampai ke
Pertamina depot Banjarmasin dari Pertamina depot
Banjarmasin sampai daerah Marabahan stand by di Channel 77
dari Marabahan ke daerah Kelanis Channel 72
Banyak kejadian Tubrukan akibat kelalaian penggunaan
radio komunikasi yang lupa memindahkan Channel atau ABK
tidak mengetahui posisinya saat itu, dan perlu diketahui
diperairan tersebut banyak preman, aparat keamanan dan
perempuan penjajah makanan naik disaat kapal sedang
berlayar sehingga sangat menganggu konsentrasl
bernavigasi,juga perahu kecil yang memotong didepan kapal
atau melewati diantara kapal dan tongkang (di bawah tali
streacher),
B. PERMASALAHAN
1. Identifikasi Permasalahan Penulis pada saat bekerja pada kapal Niaga Sapta
Samudra yang beroperasi di alur Sungai Barito, terdapat
beberapa masalah yang sering terjadi antara lain:
a. Kurangnya Keterampilan Perwira/Mualim dalam pengawasan Alur Pelayaran Sempit Sungai Barito
Agar menghasilkan pelayanan kerja yang berkualitas
kerja sama yang baik dari berbagai pihak yang terkait
khususnya lebih ditekankan kepada kapal tunda yang harus
dapat dioperasikan dengan lancar sehingga teguran atau
complain yang datang dari pihak pencarter dapat ditekan
atau diperkecil dalam pengertian kurang lancarnya
-
8
pengoperasian kapal yaitu:
1) Kurang dapat menghasilkan pelayanan seperti yang di
harapkan.
2) Tidak tercapainya keuntungan yang telah di targetkan
oleh Perusahaan.
3) Membesarnya biaya operasional yang di timbulkanya.
4) Terlambatnya waktu yang di programkan.
Sumber Daya Manusia yang kurang mengerti akan
tugas dan tanggung jawabnya atau kurang terampil dalam
bernavigasi di alur Sungai Barite disebabkan begitu
beragamnya tujuan manusia yang terjun jadi pelaut, maupun
latar belakang pendidikan pelaut tersebut.
b. Perwira/Mualim Kurang Memahami Alur Pelayaran Sempit Sungai Barito
Berlayar di sungai Barito yang alurnya sempit dan
ramai dilalui kapal dan arusnya kencang maka harus hati-
hati terhadap tongkang yang sifatnya cenderung merewang
ke kiri atau ke kanan, harus diperhatikan terus sifat
tongkang jangan sampai merewang terlalu besar agar
tidak mengganggu terhadap kapal-kapal yang akan
berpapasan atau yang akan menyusul. Oleh sebab itu di
usahakan laju kapal tetap dan posisi kapal tidak zig- zag
sehingga tidak mengakibatkan tongkang lari ke kiri dan
ke kanan. Kemudi harus dipertahankan tetap ditengah-
tengah bila kapal berada ditengah-tengah alur dengan
tongkangnya. Bila kemudi akan bergerak ke kiri atau ke
kanan segera di balas agar jangan sampai terlalu banyak
kapal lari dari garis haluan sehingga tongkang tidak
merewang Arus yang kuat dan angin yang kencang juga
-
9
adalah salah satu penyebab tongkang suka merewang
akibat dorongan arus dan dorongan angin.
Jika lokasi dan tempat mengolah gerak sempit dan
dangkal juga mengakibatkan tongkang suka merewang dan
kapal juga sulit untuk bergerak bebas untuk memperbaiki
posisi tongkang yang merewang. Berlayar di sungai Barite
ini harus lebih berhati-hati, baik dalam bernavigasi
maupun mengolah gerak kapal karena ramai kapal-kapal
tunda yang sedang menunda, kapal kecil yang sedang
menarik rakit atau kayu gelondongan, perahu dan
penyeberangan ferry. Banyak kayu-kayu yang mengapung di
permukaan air dan sampah-sampah dan yang sering
menimbulkan masalah dalam menarik tongkang disungai
Barite ini ialah bila akan berbelok di tikungan dan di
depan belakang terdapat kapal tunda kecil yang menarik
kayu balok yang telah dirakit dan rakit tersebut biasa
panjang 100 meter sampai 600 meter dan kapal tunda
kecil tersebut sulit juga untuk mengolah gerak, dimana
kepompong ini tidak dilengkapi dengan radio VHF atau alat
tiup sehingga sulit untuk berkomunikasi, sedangkan alur ini
arusnya kuat dan kita ikut arus.
Di sinilah jika salah perhitungan membelokkan
kapal dan kurang berhati-hati sering terjebak oleh kapal
tunda kecil yang sedang menarik kayu sehingga kadang-
kadang gugup karena keadaan sudah dekat dan sangat
mendesak untuk mengambil tindakan cara menyelamatkan
kapal dan tongkang jangan sampai menabrak rakit
tersebut. Dan bila keadaan ini terjadi maka perlu
diperhatikan larinya tongkang karena kapal setiap saat stop,
maju dan stop untuk mengendalikan tongkang jangan
sampai terbawa arus kepinggir, karena disepanjang tepi
-
10
banyak rumah penduduk. Jadi Nakhoda perlu
memperhatikan arus angin dan keadaan lokasi tersebut
karena bila kurang memperhitungkan kesemuanya itu maka
dapat menyebabkan juga terjadinya kecelakaan.
c. Kurang Disiplinnya Perwira/Mualim Menggunakan Peralatan Radio Komunikasi.
Kondisi perairan yang sempit sangat membutuhkan
perhatian khusus apalagi perairan tersebut khususnya di
sungai Barito sangat ramai dilayari oleh kapal Tug boat yang
menarik tongkang dan kayu gelondongan yang panjangnya
mencapai 800 Meter. Sarana komunikasi utamanya
memakai VHF (Very Hiqert Fregwency) sangat membantu
guna memperlancar operasional kapal itu sendiri dan untuk
menghidari terjadinya Tubrukan.
Dibeberapa kapal sangnt sering terjadi tubrukan di
tikungan disebabkan kelalaian Nahkoda dan ABK
mengunakan Radio VHF Pada saat tugas jaga diperairan
tersebut petugas jaga harus lebih waspada terutama
memanggil kapal yang sejenis melalui VHF Channel 12
dari pelabuhan Trisakti sampai ke Pertamina depot
Banjarmasin, dari Pertamina depot Banjarmasin sampai
daerah Marabahan stand by di Channel 77, dari Marabahan
ke daerah Kelanis Channel 72.
Banyak kejadian Tubrukan akibat kelalaian pengunaan
radio komunikasi yang lupa memindahkan Channel yang
telah ditetapkan sehingga pengguna lain tidak jelas
menangkap lawan pembicaraanya.
-
11
d. Kurangnya Perawatan dan Olah Gerak Kurang Mendukung
Kurang tersedianya peralatan di atas kapal atau
keterbatasan peralatan kerja membuat ABK menjadi malas
dan kurang kreatifitas, juga dapat menghambat operasional
kapal contohnya pada saat berlayar tiba - tiba wire bridle
putus sedangkan di atas kapal tidak tersedian cadangan
padahal alat - alat tersebut di bawah ini sangat menunjang
kelancaran operasional kapal Tunda seperti : 1) Towing Wire
2) Safety Shalkle berbagai ukuran
3) Tali Towing ( Streacher)
4) Wire bridle
5) Chaffing Chain
e. Latar Belakang Pendidikan dan kesadaran penduduk Sekitar Alur Sungai Barito serta pengguna alur tersebut akan Pentingnya keselamatan Jiwa dan Harta yang masih rendah.
Di sepanjang aliran Sungai Barite lalu lintas sungainya
sangat ramai dengan berbagai aktifitas, namun minimnya
tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya keselamatan
jiwa maupun harta benda sangat menganggu kelancaran
operasional kapal dan tongkangnya contohnya pada saat
kapal menggandeng tongkang, perahu atau biasa disebut
kelotok memotong dihaluan kapal dengan jarak kurang lebih
10 meter atau menerobos dibawah tali Streacher disetiap
buritan tongkang yang beroperasi disungai barito tertuliskan
"DILARANG BERGANTUNG Dl BELAKANG TONGKANG"
namun masyarakat pengguna alur mengabaikan tulisan
tersebut sehingga pada saat ditikungan tajam sering sekali
-
12
perahu yang bergantung tersebut pecah mengenai pohon
yang tumbuh dipinggiran sungai dan berakhir dengan
keributan antara pihak kapal dan pihak perahu yang pecah
tadi malah beberapa tempat pada saat kapal jalan beberapa
perempuan naik kekapal menawarkan sayur mayor maupun
makanan ringan dan ini sangat menggangu konsentrasi
bernavigasi dikarenakan perempuan tersebut menerobos
naik keanjungan belum lagi preman yang memaksa
meminta BBM dengan alasan menjaga keamanan kapal.
2. Masalah Utama
Dari 5 (lima) identifikasi masalah yang telah penulis
uraikan diatas, maka penulis mengambil 2 (dua)
Permasalahan yang akan dibahas yaitu:
a. Kurangnya Keterampilan Perwira/Mualim dalam penguasaan
Alur Pelayaran Sempit Sungai Barito
b. Peralatan Operasional dan Olah Gerak kurang mendukung
-
13
BAB III PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Nahkoda dan Perwira/Mualim yang memiliki pengetahuan dasar
dan keterampilan yang diperlukan di atas kapal dapat menjamin
kelancarari dan keselamatan kapal, namun kurangnya pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman kerja juga kedisiplinan ABK dan
Masyarakat penguna alur dapat rnenyebabkan terjadinya hal-hal yang
dapat menyebabkan Tubrukan.
Dalam UU Rl No.17/2008 tentang Sumber Daya Manusia BAS
XIV Pasal 261 disebutkan: a. Penyengaraan dan Pengembangan sumber daya manusia di
bidang pelayaran dilaksanakan dengan tujuan tersedianya sumber
daya manusia yang professional, kompoten, disipilin, dan
bertanggung jawab serta memenuhi standart nasional dan
internasional. b. Penyegaran dan pengembangan sumber daya manusia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup perencanaan,
penelitian, pengembangan, Pendidikan dan pelatihan,
penempatan, pengembangan pasar kerja dan perluasan
kesempatan berusaha.
Pasal 262
a. Pendidikan dan pelatihan di bidang pelayaran sebagaimana
dimaksud dalam pasal 261 ayat (2) diselengarakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat melalui jalur
pendidikan formal dan non formal.
-
14
b. Jalur pendidikan formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselengarakan dalam jenjang pendidikan menengah dan
perguruan tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Jalur pendidikan non formal merupakan lembaga pelatihan
dalam bentuk balai pendidikan dan pelatihan dibidang pelayaran.
B. Analisis Penyebab Masalah
1. Kurangnya Keterampilan Perwira/Mualim dalam penguasaan Alur Pelayaran Sempit Sungai Barito
Dari permasalahan ini penulis menganalisis Penyebab
masalah sebagai berikut :
a. Kurangnya pemahaman terhadap alur pelayaran sempit sungai Barito
Disebabkan kurangnya pengetahuan ABK dalam
bertugas di atas kapal bisa jadi itu disebabkan karena berasal
dari sekolah pelayaran yang belum menetapkan pendidikan/pelatihan sesuai dengan standart IMO yang baru,
yang mana telah diratifikasi pemerintah atau karena praktek
dikapal milik perusahaan yang kurang disiplin dengan
peralatan seadanya. Hal ini dapat saja terjadi karena berbagai alasan,
misalnya akademi pelayaran yang berbeda, kapal yang
berbeda dengan disiplin yang berbeda pula, perbedaan
tersebut bisa dipersempit/diperkecil dengan pelatihan pada badan diklat resmi yang ditunjuk pemerintah untuk
menyelengarahkan pendidikan dan pelatihan yang telah
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan IMO seperti
-
15
(BP3IP,STIP,PIP MKS dan PIP Semarang), analisa dua
kemungkinan bersangkutan dengan yang bersangkutan
merasa bahwa karena sudah sering melalui rute yang sama
untuk waktu yang lama.
b. Tidak dilakukan familiarisasi pada saat naik kapal
Bila hal tersebut terjadi maka secara pribadi pelaut
tersebut sudah kalah dalam persaingan secara berlahan tetapi
pasti karena cepat atau lambat ABK tersebut akan di gantikan
pelaut yang lebih rajin dan tanggap, sebab cepat atau lambat
nahkoda maupun personalia tempat ABK tersebut bekerja
akan mengetahui bahwa ABK tersebut tidak bisa melakukan
tugas-tugasnya dengan baik, serta dapat membahayakan
keselamatan pelayaran terutama keselamatan kapal itu
sendiri. Dan perlu diketahui bersama, di dalam suatu
pekerjaan, kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk
menghasilkan pekerjaan yang baik, dimana untuk
menghasilkan pekerjaan yang dalam pelayaran rnaka
perlunya kerjasama yang baik antara master (Nakhoda) dan
anak buah kapal, kapten dan penchater master dan
pengusaha kapal serta master dan agent. Tanpa kerjasama
yang baik maka akan sulit mengerjakan sesuatu dengan hasil
yang baik. Oleh karena itu antara master dan anak buah
kapal di atas kapal harus ada hubungan yang harmonis
dan komunikasi yang baik.
Adapun hal-hal yang terkait dalam hal ini ialah :
1. Pihak kapal (awak kapal)
2. Pihak pengusaha (owner)
3. Pihak charter (yang punya barang)
-
16
Dari ketiga pihak tersebut diatas masing-masing
menginginkan agar kapal dapat beroperasi dengan lancar
guna mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya
Dalam hal untuk mendapatkan keuntungan dapat ditinjau
dari posisi masing-masing yaitu:
a. Pihak kapal (awak kapal) Bila awak kapal sehat wal afiat, semua peralatan
dan suku cadang kapal ada di atas kapal, gaji crew
mencukupi dan dibayar tepat pada waktunya,
mempunyai crew yang berkecakapan baik, komunikasi
dan kerjasama yang baik antara ketiga pihak serta ada
perhatian dan penghargaan dari pihak perusahaan
(owner) dan pencharter maka kapal akan dapat
beroperasi dengan lancar.
b. Pihak pengusaha pelayaran (owner) Bila kapal beroperasi dengan lancar dan tidak
pernah terjadi kelambatan pada waktu muat, bongkar dan
selalu tepat tiba ditujuan sesuai dengan pencharter
maka kapal tidak akan mendapat teguran atau claim,
kapal akan dipakai terus oleh pecharter. Dan bila kapal
terus dichater oleh penchater maka pemasukan dan
penghasilan semakin bertambah membuat pihak owner
mempunyai keuntungan banyak.
c. Bagi pihak pencharter Apabila kapal dapat beroperasi dengan lancar dan
aman maka semua rencana-rencana yang telah ditetapkan
dapat terlaksana dengan baik, penghematan waktu dalam
beroperasi sangat penting, berarti jika waktunya tepat
-
17
sesuai dengan yang diprogramkan, maka biaya juga dapat
dihemat sehingga mencapai penghasilan yang sebesar-
besarnya.
2. Peralatan operasional dan olah gerak yang kurang mendukung
Dari permasalahan ini penulis menganalisis Penyebab
masalah sebagai berikut :
a. Kurangnya perawatan alat-alat diatas kapal
Berlayar di sungai Barito ini yang alurnya sempit dan
ramai dilalui kapal dan arusnya kencang maka harus hati-
hati terhadap tongkang yang sifatnya cenderung
merewang ke kiri atau ke kanan, harus diperhatikan
terus sifat tongkang jangan sampai merewang terlalu besar
agar tidak mengganggu terhadap kapal- kapal yang akan
berpapasan atau yang akan menyusul. Oleh sebab itu
diusahakan laju kapal tetap dan posisi kapal tidak zig-zag
sehingga tidak mengakibatkan tongkang lari ke kiri dan ke
kanan. Kemudi harus dipertahankan tetap ditengah-tengah
bila kapal berada ditengah-tengah alur dengan tongkangnya.
Bila kemudi akan bergerak ke kiri atau ke kanan segera
dibalas agar jangan sampai terlalu banyak kapal lari dari
garis haluan sehingga tongkang tidak merewang. Arus
yang kuat dan angin yang kencang juga adalah salah satu
penyebab tongkang suka merewang akibat dorongan arus
dan dorongan angina
Jika lokasi dan tempat mengolah gerak sempit dan
dangkal juga mengakibatkan tongkang suka merewang dan
kapal juga sulit untuk bergerak bebas untuk memperbaiki
-
18
posisi tongkang yang merewang. Berlayar di sungai Barito
ini harus lebih berhati-hati baik dalam bernavigasi maupun
mengolah gerak kapal karena ramai kapal-kapal tunda yang
sedang menunda, kapal kecil yang sedang menarik rakit
atau kayu gelondongan, perahu dan penyeberangan ferry.
Banyak kayu-kayu yang mengapung dipermukaan air dan
sampah-sampah.
b. Tidak tersedia suku cadang di atas kapal
Sering menimbulkan masalah dalam menarik tongkang
di sungai Barito ini ialah bila akan berbelok di tikungan dan di
depan belakang terdapat kapal tunda kecil yang menarik
kayu balok yang telah dirakit dan rakit tersebut bisa panjang
100 meter sampai 600 meter dan kapal tunda kecil
tersebut sulit juga untuk mengolah gerak, dimana
kepompong ini tidak dilengkapi dengan radio VHF atau alat
tiup sehingga sulit untuk berkomunikasi, sedangkan alur ini
arusnya kuat dan kita ikut arus.
Disinilah jika salah perhitungan membelokkan kapal
dan kurang berhati-hati sering terjebak oleh kapal tunda
kecil yang sedang menarik kayu sehingga kadang-kadang
gugup karena keadaan udah dekat dan sangat mendesak
untuk mengambil tindakan cara menyelamatkan kapal dan
tongkang jangan sampai menabrak rakit tersebut. Dan bila
keadaan ini terjadi maka perlu diperhatikan larinya
tongkang karena kapal setiap saat stop, maju dan stop
untuk mengendalikan tongkang jangan sampai terbawa
arus kepinggir, karena disepanjang tepi banyak rumah
penduduk. Jadi Nakhoda perlu memperhatikan arus, angin
dan keadaan lokasi tersebut karena bila kurang
-
19
memperhitungkan kesemuanya itu maka dapat
menyebabkan juga terjadinya kecelakaan.
C. Analisis Pemecahan Masalah
1. Kurangnya pengetahuan dan keterampiian Perwira/Mualim dalam bernavigasi
Dari beberapa penyebab diatas, maka penulis mencari solusi
pemecahanya masalah sebagai berikut :
a. Pelaksanaan dan sosialisasi tentang alur pelayaran bagi perwira/mualim yang akan naik kapal
llmu pengetahuan tentang olah gerak perlu dipelajari
dan dihayati dengan serius baik teori maupun prakteknya,
sebab dari sekian banyak kecelakaan kapal tunda termasuk
didalamnya karena kecelakaan yang diakibatkan dalam kur
ngnya pengalaman mengenai olah gerak. Dalam mengolah
gerak kapal di pelabuhan atau di perairan sempit dan ramai
kapal-kapal bila salah memperhitungkan kecepatan dan jarak
kita dari kapal lain kemungkinan sering terjadi tabrakan atau
menabrak kapal lain yang sedang let go jangkar (berlabuh
jangkar) atau yang sedang sanaar (along sine) di dermaga.
Gugup dalam mengolah gerak juga paling sering
mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Karena ketika ia
gugup maka segala yang diperhitungkan dalam mengolah
gerak bisa meleset dari perkiraan jarak aman. Untuk
meningkatkan pengetahuan dalam mengolah gerak kita perlu
perhatian yaitu :
-
20
1) Pengaruh baling-baling.
2) Pengaruh kemudi.
3) Arus.
4) Angin.
5) Air pasang surut.
6) Cuaca.
7) Jarak henti.
8) Lingkaran putar dan lain lain
Dan harus banyak membaca buku seperti karangan
Capt. Williem De Rozari, Capt Otto S Karlio, Graham Danton
serta buku-buku lain yang ada sangkut-pautnya dengan olah
gerak. Dalam mengolah gerak diusahakan jangan sampai
gugup dan jangan anggap remeh terhadap pekerjaan tetapi
harus waspada. Untuk menghilangkan rasa gugup yaitu perlu:
1) Ketenangan jiwa.
2) Ketenarigan berfikir.
3) Komando harus tegas dan jelas.
4) Menguasai lingkungan.
5) Mengetahui sifat kapal.
6) Peralatan lengkap.
7) Cepat mengambil tindakan.
8) ABK yang berpengalaman.
Mengolah gerak kapal tunda (tug boat) dengan tongkang
tidak sama dengan mengolah gerak kapal tanpa tongkang.
Karena mengolah gerak kapal dengan tongkCingnya agak
lebih sulit, karena tug boat dan tongkang tidak sebadan
sehingga sulit menjangkau jarak pman dari kapal lain atau
dermaga yang kadang-Kadang tidak dapat dilihat karena
muatan yang ada di tongkang menutupi pandangan kita ke
dermaga.
-
21
b. Pelaksanaan familiarisasi pada saat akan joint kapal
Apabila Nakhoda tidak bisa melihat dermaga secara
langsung dari anjungan kapal maka Nakhoda harus
mengadakan komunikasi dengan Chief officer yang ada di
tongkang secara terus-menerus sampai tongkang tersebut
sandar dengan selamat. Dalam komunikasi tersebut
Chief officer harus memberi informasi jarak antara
dermaga dan tongkang atau lain yang sedang sandar
di dekat dermaga yang akan kita sandari.
Nakhoda di tug boat perlu juga berkomunikasi dan
bertukar pikiran dengan Nakhoda dari tug boat lain untuk
meningkatkan pengetahuan tentang mengolah gerak kapal
tunda dialur pelayaran sempit ataupun di pelabuhan. Dalam
bertukar pikiran tentang olah gerak secara praktek maka
Nakhoda dapat bertambah ilmu pengetahuan tentang olah
gerak yang kadang-kadang tidak terdapat dalam teori olah
gerak, gerak laju tongkang terhadap dermaga atau terhadap
kapal
Karena dari pengalaman-pengalaman Nakhoda yang lain
yang telah mereka alami sendiri pada saat mengolah gerak
kita dapat mengerti dan rnengetahui yang belurn pernah kita
alami. Jadi bila suatu saat kita akan mengalarni seperti
yang telah kita pernah dengar dari Nakhoda lain maka
sudah ada gambaran pada kita sehingga dapat dipraktekan,
ini semua termasuk penambahan pengetahuan karena tidak
semua pengetahuan didapat dari bangku sekolah.
Dan perlu penulis tambahkan dengan ramainya alur dan
sempit ini bila dihubungkan dengan aturan maka alur
pelayaran sempit dan ramai diatur oleh aturan sembilan (9)
yang terdapat dalam buku peraturan-peraturan lnternasional
-
22
untuk mencegah pelanggaran di laut (P2TL) yang berbunyi
1) Kapal yang bergerak menyusuri alur pelayaran sempit
atau alur pelayaran, mempertahankan sedekat mungkin
jaraknya dengan batas luar air pelayaran atau pelayaran
yang berada di lambung kanannya, selama masih aman
dan dapat dilaksanakan.
2) Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal
layar tidak boleh merintangi lintasan kapal yang hanya
dapat bernavigasi dengan aman dalam air pelayaran
sempit atau alur pelayaran.
3) Kapal yang menangkap ikan tidak boleh merintangi
lintasan kapal lain apapun yang bernavigasi dalam air
pelayaran sempit atau alur pelayaran.
4) Kapal tidak boleh memotong alur pelayaran sempit atau
alur pelayaran, jika pemotongan itu merintangi
lintasan kapal yang hanya dapat bernavigasi dalam air
pelayaran atau alur pelayaran yang demikian. Kapal
yang disebut terakhir boleh menggunakan isyarat
bunyi yang diatur didalam aturan 34 (d)
5) Dalam alur pelayaran sempit bilamana penyusulan
dapat terjadi hanya jika kapal yang disusul itu melakukan
tindakan untuk memungkinkan penglewatan aman, kapal
yang bermaksud menyusul itu harus menyatakan
maksudnya dengan memperdengarkan isyarat yang
sesuai diatur dalam aturan 34 (c) (i) yaitu membunyikan
suling yaitu :
(a) Dua tiup panjang diikuti satu tiup pendek artinya
saya hendak menyusul anda melewati sisi kanan
anda (- .)
(b) Dua tiup panjang diikuti dua tiup pendek artinya saya
hendak menyusul anda melewati sisi kiri anda ( - -.. )
-
23
(c) Dan kapal yang disusul bilamana bertindak sesuai
dengan aturan (9)
(d) Menunjukkan persetujuannya dengan isyarat
sulingnya: satu tiup panjang, satu tiup pendek, satu
tiup panjang ( - . - ).
(e) Kapal yang mendekati tikungan harus membunyikan
isyarat 34 (d) yang berbunyi kapal yang mendekati
tikungan atau alur pelayaran tempat kapal-kapal lain
mungkin terhalang oleh rintangan-rintangan,
memperdengarkan satu tiup panjang {-} dan dijawab
dengan tiup panjang oleh tiap-tiap kapal yang
mendekati yang boleh jadi dalam jarak pendengaran
diseputar tikungan itu atau dibelakang rintangan.
(f) Tiap-tiap kapal jika keadaannya mengizinkan harus
menghindari berlabuh jangkar dalam alur pelayaran
sempit.
2. Peralatan operasional dan olah gerak yang kurang mendukung
Dari beberapa penyebab diatas, maka penulis mencari
solusi pemecahanya masalah sebagai berikut :
a. Peralatan operasional dan olah gerak yang kurang mendukung
Untuk melayarkan kapal dari suatu tempat ke tempat
lain dengan selamat dan aman diperlukan suatu keahlian
dan ketrampilan dalam bernavigasi. Di dalam bernavigasi
kita harus memperhatikan kedalaman laut, arus, angin,
cuaca, pasang surut alat-alat navigasi dan keselamatan
kapal. Seperti jika berlayar di sungai harus
-
24
memperhatikan dan mengetahui lokasinya sungai tersebut
seperti tanjung-tanjung, suar penuntur, buoy-buoy, pulau-
pulau kecil, tempat penyeberangan ferry, ramai atau tidak
jalur pelayaran. banyak atau tidak kayu-kayu di sungai,
tempat-tempat dangkal, arus, rakit dan lain-lain.
Sebelumnya kita harus terlebih dahulu mengetahui sifat
kapal agar mudah bila mengolah gerak kapal untuk
mengurangi terjadinya kecelakaan-kecelakaan. Sebelum
terjun ke lapangan kerja, terlebih dahulu mempelajari dan
menguasai teori-teori olah gerak dan teori-teori bernavigasi
seperti; P2TL, isyarat dan cuaca, instrument dan peralatan
navigasi.
Teori-teori olah gerak seperti :
a. Pengaruh kemudi.
b. Baling-baling ganda.
c. Lingkaran putaran
d. Jarak henti.
e. Pengaruh arus, angin dan ombak.
f. Perairan sempit dan dangkal.
g. Belabuh jangkar.
h. Olah gerak sandar/keluar dengan angin dan arus.
i. Kandas dan lain-lain.
Teori dan praktek harus berjalan bersamaan agar
benar-benar ahli dalam bidang tersebut. Jika hanya teori
tanpa praktek maka akan timpang begitu juga bila praktek
tanpa teori akan terjadi ketimpangan karena kurang
menguasai teori pengalaman bekerja sangat menunjang
dalam keahlian bekerja karena dari pengalaman tersebut
kita bisa menguasai teori.
-
25
b. Perlunya Penyediaan suku cadang tepat waktu
Berlayar di alur pelayaran sempit terutama di alur
sungai Barite ini yang begltu ramai dengan lalu lintas
kapal-kapal harus lebih ditingkatkan kewaspadaan dalam
bernavigasi, mengetahui posisi setiap saat, mengetahui
tanjung-tanjung dan tempat yang sudah dilewati dan
yang akan dilalui, harus mengetahui tempat atau patokan-
patokan khusus yang merupakan tanda-tanda yang selama
di sungai ini sebagai patokan baik untuk belok atau untuk
menghindari dari kandas dan lain-lain agar jangan sampai
menyenggel rumah, tubrukan dengan kapal lain, karena
dialur ini begitu banyak sekali kapal-kapal tunda yang
bereperasi dialur sungai Barito ini. Jadi bila kita kurang
dapat menentukan pesisi yang sebenarnya maka bisa saja
terjadi tabrakan dengan kapal yang lain misalnya masing-
masing berhubungan lewat VHF bahwa saya masih di
tanjung A dan kapal yang satu memberitahu infermasi
bahwa silahkan saja maju terus karena saya masih di
tanjung B akhirnya masih mengira kapal masih berjauhan.
Padahal kapal tersebut sudah berdekatan.
Ditanjung yang sama untuk belokan kapal yang
satu mau ambil posisi belok juga di tanjung yang sama
akhirnya tidak bisa mengelak lagi, inilah akibatnya bila
tidak tahu posisi yang pasti atau tidak memperhatikan
tanjung-tanjung tersebut karena pada waktu malam
hanya kelihatan di radar bahwa, saya di tanjung ini 2.
Harus mengetahui sifat-sifat kapal tunda tersebut Dalam
mengolah gerak kapal kita harus mengetahui terlebih
dahulu sifat-sifat kapal tunda tersebut supaya lebih mudah
dalam mengolah gerak, baik itu untuk menyandarkan
-
26
tongkang maupun melepaskan tongkang dari dermaga serta
menunda tongkang untuk membawa ke posisi letgo
jangkar atau langsung ke tempat yang dituju atau
ditentukan. Karena mengolah gerak kapal sangat penting
dan harus dikuasai oleh seorang Nakhoda di kapal tunda,
karena semuanya bila akan sandar atau lepas maka
Nakhoda langsung manouvere dari anjungan dibantu
informasi dari tongkang seorang Mualim dan juru mudi-juru
mudi Seorang Nakhoda terutama praktek mengolah gerak
kapal tunda yang sangat sulit ini harus dikuasai apalagi bila
menunda tongkang di alur pelayaran sempit ini, karena
tongkang dan kapal tidak sebadan (senyawa). Jadi bila
salah perhitungan dalam mengolah gerak maka tongkang
bisa menabrak kapal lain menabrak kapal sendiri, menabrak
dermaga, menabrak rumah penduduk yang di pinggir
sungai dan menabrak kapal tunda kecil yang sedang
menarik kayu balok yang telah dirakit
Pada umumnya kapal tunda (tug boat) mempunyai
dua mesin, dua propeller (baling-baling), dua kemudi oleh
sebab itu kita harus benar-benar mengetahui :
a. Tenaga mesin induk (Main engine horse power)
Tenaga mesin induk harus di ketahui berapa
kekuatannya, apakah kedua-dua mesinnya
kekuatannya sama atau tidak. Karena bila tidak
sama kekuatan mesinnya maka kita dapat mengejas
atau mengatur antara mesin kiri dan mesin kanan agar
dalam mengolah gerak kapal tetap normal. Yaitu
dengan mengatur handle telegraph yang ada di
anjungan dan di ejas atau di atur oleh Nakhoda ketika
sedang mengolah gerak. Dan kekuatan mesin itu yang
-
27
paling penting untuk diketahui karena bila terjadi hal-hal
yang tidak dikehendaki misalnya sedang menunda
dialur sempit dan tongkang merewang ke pinggir
maka Nakhoda dapat memaksa atau bila perlu membuat
putaran maju penuh sekejap untuk menyentak supaya
tongkang dapat tertarik tidak terlalu nyelonong dan
selanjutnya baru diimbangi atau diatur kecepatannya
atau apabila tongkang kandas tetapi kandasnya tidak
terlalu banyak, ini dapat dipaksa untuk membuat mesin
maju penuh supaya terlepas dari kandas lalu diatur lagi
kecepatannya seperti biasa. Jadi tujuan diberi maju
penuh adalah untuk menyentak dari kandasnya.
b. Putaran propeller (propeller turning power)
Putaran propeller penting harus untuk diketahui
apakah putaran propeller itu putaran kiri atau putaran
kanan. Bila kapal mempunyai dua mesin induk maka
propellernya pasti dua juga. Kedua proreller harus
diketahui apakah putarannya kedalam atau putaran
keluar Kapal dengan baling-baling ganda umumnya
berputar keluar bagi kedua baling-balingnya (out
turning propellers) kalau maju. Pada baling-baling
putaran keluar, rendamen baling-balingnya lebih besar
dari pada putaran kedalam. Baling-baling ganda
umumnya dipakai di kapal penumpang besar, kapal
perang, kapal tunda. Baling-baling ganda lebih mudah
mengolah gerak dibandingkan dengan kapal baling-
baling tunggal dengan ukuran yang sama, karena kalau
kemudi rusak masih bisa berlayar dengan memakai
baling-baling saja. Dan bila salah satu baling-baling mengalami kerusakan, masih dapat melanjutkan
-
28
perjalanan dengan kurang lebih setengah kekuatan
semula. Dan bila kapal maju dan kemudi diberi
tengah-tengah maka kapal akan maju lurus dan bila
kapal mundur, kemudi diberi tengah-tengah maka
kapal akan mundur lurus tidak sama dengan kapal
yang berbaling-baling tungal.
c. Kemudi (rudder)
Dalam mengolah gerak kapal peranan kemudi
cukup penting k arena bila kemudi kapal r usak pada
saat rnengolah gerak , maka k apal tidak bisa
merubah haiuan ke kiri dan ke kanan secara cepat.
Seperti bila sedang rnenunda tongkang di alur sempit
dan ramai dan akan belok di suatu ti ungan maka
peranan kemudi sangat penting untuk mempercepat
kapal berputar ke tempat yang diinginkan. Bila kapal
berlayar di alur pelayaran sempit maka tidak boleh
menggunakan maju penuh karena dapat
mengakibatkan kapal merewang bila sewaktu-waktu
dikurangi kecepatannya, apalagi bila perairan sempit
dan dangkal maka draft akan semakin besar atau
body kapal semakin masuk ke dalam air yang disebut
squat. Untuk mengurangi jangan sampai terjadi squat
maka speed kapal dikurangi sehingga draft kapal
menjadi lebih kecil. Menunda tongkang disungai dan di
laut tidak sama caranya kalau menunda tongkang di
laut panjang tali tunda atau wire adalah 350 meter
sedangkan di sungai hanya 75 meter dengan ukuran
talinya 8-10 inches dan tali ini disebut tali cabang
dan bisa juga memakai tali strectcher ditambah wire
bridle yang berbentuk taii cabang bila disambung tali
-
29
strectcher.
Tali cabang ini khusus dibuat sendiri oleh anak
buah kapal yang fungsinya bila kapal akan sandar
atau berangkat dari dermaga agar mudah ditarik dan
dilepas dari bolder tongkang atau bila kapal sedang
menarik tongkang dari dermaga atau akan
menyandarkan tongkang ke dermaga dan tongkang akan
menabrak kapal lain, maka kapal bisa secepatnya
mengolah gerak bila tali cabang sudah dibuang dan
ditarik oleh anak buah kapal jangan sampai masuk
terbelit di baling-baling dan tug boat segera berputar
merubah haluan di tempat (putar di tempat) menuju
tongkang untuk menarik tongkang agar jangan
menabrak kapal lain.
-
30
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam bab III maka penulis
mengambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan ABK dalam bertugas di atas kapal
karena berasal dari sekolah pelayaran yang belum menetapkan pendidikan/pelatihan sesuai dengan standart IMO yang baru
2. Perlunya kerjasama yang baik antara master (Nakhoda) dan
anak buah kapal, kapten dan penchater master dan pengusaha
kapal serta master dan agent.
3. Kurang disiplinnya ABK dalam menaati peraturan di alur
Sungai Barito sehingga ABK tersebut kurang termotivasi/kurang
menyadari tanggung Jawabnya dalam berdinas.
4. Belum dibentuknya Tim anjungan yang kompak dan tangguh
akan berakibat menurunya kemampuan Crew itu sendiri dalam
bertindak guna mencegah situasi darurat maupun mencegah
terjadinya tubrukan/kandas, disamping hal itu berakibat kapal
tidak memenuhi prosedur sesuai aturan ISM code, juga dapat
merugikan kapal dan perusahaanya.
B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut penulis menyarankan
pemecahannya sebagai berikut:
1. Sebaiknya pemerintah dengan otoritas pelabuhan menjaga
sarana bantu navigasi berfungsi di alur pelayaran dan kebersihan
di sungai barito serta kapal dilengkapi dengan alat komunikasi
-
31
(UHF) Untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kapal dilokasi
tersebut.
2. Sebaiknya Crew Departement/Personalia dalam merekrut crew
harus benar - benar di seleksi terlebih dahulu sebelum naik di
atas kapal serta diadakan roling pengamatan crew dalam satu
kapal dan waktunya jangan terlalu lama.
3. Sebaiknya nahkoda dan perwira memberikan pengawasan
bimbingan dan pelatihan terutama bagi ABK yang mempunyai
kecenderungan mengabaikan prosedur dan aturan - aturan dalam
bernavigasi.
4. Sebaiknya nahkoda membentuk Tim Anjungan yang baik dan
kompak serta di berikan penerangan akan pentingnya kerja sama
dan koordinasi yang baik agar menjamin keselamatan, keamanan
kapal dan ABK, juga bahaya akan Tubrukan serta memperhatikan
P2TL mengenai olah gerak di perairan sempit.
-
32
DAFTAR PUSTAKA
Moedjiman R, SH, ( 2008 ) Prosedur pembuatan makalah ANT I
Jakarta, BP31P
Graham Danton, The Theory and Practice of Seamanship
Reprinted by Photolithograpy in Great Britain by Unwin
Brothers Limited 1980.
De Rozari,Willem,Car.t,Oiah Gerak Untuk MPI, MPB 3, MPB'- 2.
Carlio Otto S.Capt, Olah Gerak J!lid I sampai IV Indonesian
Merchant Marine Academy
Peraturan-Peraturah International Untuk Mencegah Pelanggaran di Laut
1972 (International Regulation For Preventing CoiU$ion at Sea
1972) Pengalih Bahasa : Paulus Wakidjo.
lstopo,Capt. Olah Gerak dan Pengendalian Kapal.
( 2000 ). STCW '95 Amandemen 2 versi Indonesia
tentang pelatihan dan Familirarisasi
Undang - Undang Rl Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran
top related