makalah 001

32
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengoperasian kapal Tug Boat memiliki spesifikasi tertentu sehubungngan dengan olah gerak kapal pada saat menunda. Tongkang banyak sekali hal-hal yang perlu diperhatikan serta factor- factor yang mempengaruhinya seperti jumlah mesin, Horse power, kemudi dan bentuk kapal itu sendiri begitu pula dengan bentuk Tongkang dan kemudinya serta lokasi dimana kapal dan tongkangnya melakukan Aktivitas Kapal Tug Boat Niaga Sapta Samudra dan Tongkangnya Victoria I di mana penulis selama ini bekerja dan beroperasi diwilayah Kalimantan Selatan yang berlokasi disepanjang aliran Sungai Barito perjalanan dari pelabuhan muat kelanis sampai Outer Bouy yang tentunya memiliki spesifikasi Khusus yang sangat dipengaruhi Iebar perairan yang dapat dilayari ,kedalaman, lingkungan perairan yang banyak dihuni oleh penduduk menjadi perhatian secara khusus dalarn melakukan olah gerak kapal dan tongkangnya . Kelancaran Operasional kapal dan tongkangnya sangat berpengaruh dalam bisnis perusahaan untuk mendapatkan laba dari operasional kapal. dari pengalaman penulis sebagai nakhoda di atas kapal Tug Boat Mandiri Barito perlu diangkat dalam karya ilmiah, maka penulis mengambil judul dalam penulisan karya ilmia·h yaitu :"UPAYA PENINGKATAN KELANCARAN OPERASIONAL DAN OLAH GERAK KAPAL TOWING TB.NIAGA SAPTA SAMUDRA DI ALUR SUNGAI BARITO”

Upload: muzayin-akhmad

Post on 06-Nov-2015

114 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Makalah yang berjudul :Upaya Peningkatan Kelancaran Operasional Dan Olah Gerak Kapal Towing Tb.Niaga Sapta Samudra Di Alur Sungai Barito

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pengoperasian kapal Tug Boat memiliki spesifikasi tertentu

    sehubungngan dengan olah gerak kapal pada saat menunda.

    Tongkang banyak sekali hal-hal yang perlu diperhatikan serta factor-

    factor yang mempengaruhinya seperti jumlah mesin, Horse power,

    kemudi dan bentuk kapal itu sendiri begitu pula dengan bentuk

    Tongkang dan kemudinya serta lokasi dimana kapal dan tongkangnya

    melakukan Aktivitas

    Kapal Tug Boat Niaga Sapta Samudra dan Tongkangnya

    Victoria I di mana penulis selama ini bekerja dan beroperasi diwilayah

    Kalimantan Selatan yang berlokasi disepanjang aliran Sungai Barito

    perjalanan dari pelabuhan muat kelanis sampai Outer Bouy yang

    tentunya memiliki spesifikasi Khusus yang sangat dipengaruhi Iebar

    perairan yang dapat dilayari ,kedalaman, lingkungan perairan yang

    banyak dihuni oleh penduduk menjadi perhatian secara khusus

    dalarn melakukan olah gerak kapal dan tongkangnya .

    Kelancaran Operasional kapal dan tongkangnya sangat

    berpengaruh dalam bisnis perusahaan untuk mendapatkan laba

    dari operasional kapal. dari pengalaman penulis sebagai nakhoda di

    atas kapal Tug Boat Mandiri Barito perlu diangkat dalam karya

    ilmiah, maka penulis mengambil judul dalam penulisan karya

    ilmiah yaitu :"UPAYA PENINGKATAN KELANCARAN OPERASIONAL DAN OLAH GERAK KAPAL TOWING TB.NIAGA SAPTA SAMUDRA DI ALUR SUNGAI BARITO

  • 2

    B. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

    1. Tujuan Penulisan Tujuan pembahasan masalah ini yaitu

    a. untuk memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat

    dan pemahaman mengenai cara mengolah gerak atau

    menunda Tongkang di alur sempit khususnya alur Sungai

    Barito yang mana terdapat perumahan penduduk yang ramai

    baik perahu-perahu kecil maupun rakit-rakit yang panjang (

    kayu gelondongan ) yang hanya di tarik oleh perahu kecil

    atau kapal tunda ukuran kecil

    b. Untuk memberikan pemahaman agar dapat mengatasi atau

    mencegah masalah-masalah selama berlangsungnya olah

    gerak pada perairan sungai barito.

    c. Untuk mengidentifikasikan permasalahan yang ada dan

    menentukan permasalahan utama

    2. Manfaat Penulisan

    a. Bagi Dunia Akademis

    Memberikan informasi dan pengetahuan bagi pelaut

    lain yang akan bekerja di TB.NIAGA SAPTA SAMUDRA

    dalam persiapan untuk bisa mendapatkan kualitas

    kelancaran operasional dan olah gerak kapal towing di

    perairan sempit sungai Barito.

    b. Bagi dunia Praktisi Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan

    dapat memberikan sumbangan pengetahuan kepada

    pembaca tentang bagaimana cara kita akan membawa atau

    menarik tongkang dan menyelesaikan permasalahan agar

  • 3

    selamat hingga sampai ditujuan dalam berlayar di Sungai

    Barito juga sebagai tambahan pengetahuan kepada

    pembaca yang ingin bekerja dikapal Tug Boat diperairan

    sempit khususnya sungai Barito

    C. Ruang Lingkup

    Mengingat luasnya ruang lingkup yang tercakup didalam

    proses pembahasan yang akan dibahas sehubungan dengan judul

    diatas. Maka dalam pembahasan selanjutnya, penulis memberi

    batasan agar sesuai dengan sasaran yang diinginkan, untuk itu yang

    akan dijelaskan adalah : "UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN TB.NIAGA SAPTA SAMUDRA BERNAVIGASI DlPERAIRAN SEMPIT SUNGAI BARITO "

    D. Metode Penyajian

    1. Metode Pengumpulan Data

    Sesuai dengan judul makalah ini, maka penulis dalam

    melaksanakan pengumpulan data yang diperlukan mengunakkan:

    a. Studi Lapangan

    Sesuai Pengalaman Penulis saat bekerja di kapal

    TB.Niaga Sapta atau kapal yang khusus menunda tongkang

    dengan muatan batu bara dari daerah kelanis (tempat muat)

    sampai ke Toboneo (tempat bongkar) dekat buoy luar

    alur sungai Barito Banjarmasin pada tahun 2006 s/d 2009

  • 4

    b. Studi Pustaka

    Penulis mengambil Refrensi dari buku-buku kepustakaan

    yang penulis baca yang berkaitan pengoperasian kapal tunda

    baik dikapal maupun di perpustakaan BP3IP serta pelajaran dari

    dosen.

    2. Metode Analisis Data

    Penulis menganalisis data dengan melakukan studi banding

    terhadap landasan teori tersebut diatas dan buku referensi lainnya

    yang disebutkan pada Daftar Pustaka terlampir, yaitu melalui

    penguraian dan penelusuran data, fakta kondisi dan permasalahan

    yang kemudian dianalisis berdasarkan landasan teori untuk dapat

    memecahkan masalah

  • 5

    BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN

    A. FAKTA

    1. Obyek Penyajian

    a. Seringnya Terjadi Musibah Kecelakaan Akibat Kurang Terampilnya Dan Kurangnya Pemahaman Tentang Alur Sempit Khususnya Di Sungai Barito

    Sistim bernavigasi dialur sungai barito yang berjarak

    tempuh dari pelabuhan Trisakti Banjarmasin ketempat

    pemuatan Batu bara di daerah Kelanis berjarak 98 Nautical

    Mile, Pada alur pelayaran tersebut ramai serta arus yang

    kuat diharuskan lebih berhati-hati dan teliti dalam mengolah

    gerak kapal. Jika salah memperhitungkan tindakan dalam alur

    pelayaran tersebut maka kecelakaan kemungkinan besar akan

    terjadi, karena ramainya penguna aiur dan kapal-kapal yang

    sedang let go jangkar serta kapal-kapal tunda dengan

    tongkangnya yang terikat di pohon- pohon besar dipinggir

    sungai juga sempitnya alur tersebut. Juga diperhatikan dan

    diketahui bahwa tongkang lebih besar dari kapal tunda, maka

    seringkali dalam olah gerak kapai tunda terbawah oleh

    tongkang akibat dorongan dari tongkang itu sendiri yang

    diakibatkan oleh arus dan angin. Hal itu terjadi karena salah

    perhitungan dalam mengambil tindakan atau Nakhoda terlalu

    lamban mengolah gerak untuk mempertahankan posisi kapal.

    Mengolah gerak kapal diarus yang kuat tidak sama

    dengan mengolah gerak kapal diarus iemah atau di perairan

    yang tidak ada arus sama sekali karena mengolah gerak

  • 6

    disungai seperti dialur sungai Barito (Banjarmasin) harus

    dituntut kemahiran dalam mengolah gerak dan tehnik-tehnik

    membawa atau menunda tongkang dimana alurnya belok-

    belok dan disepanjang sungai tersebut terdapat banyak rumah-

    rumah penduduk yang terapung, baik itu jamban-jamban (WC)

    atau jembatan yang menjorok (menonjol) masuk ke sungai.

    Maka dengan demikian harus diperhitungkan kecepatan arus

    dan arah arus agar jangan sampai kapal terbawah arus jauh

    dari posisi yang telah ditentukan atau diinginkan yang dapat

    mengganggu jalannya kapal lain atau kapal yang sedang

    berlabuh jangkar di sungai tersebut. Disekitar pelabuhan

    Banjarmasin banyak kapal baik kapal besar (kapal cargo), kapal

    tangker, kapal perahu layar dan lain-lain yang berlabuh jangkar

    untuk menunggu giliran bongkar atau muat di dermaga

    Banjarmasin.

    b. Tidak Disiplinnya Pengguna Alur Dari hasil pengawasan selama penulis bertugas/bekerja di

    kapal Towing dimana sebelumnya tim anjungan belum dikelola

    dan diawasi dengan baik saat bernavigasi diperairan sungai

    Barito, terutama pada saat cuaca buruk bertemu dengan rakit

    yang panjangya bias mencapai 400 s/d 600 meter (kayu

    gelondongan) yang ditarik oleh kapal-kapal kecil serta kapal-

    kapal Tug yang mengandeng tongkang yang tidak mempunyai

    peralatan radio komunikasi.

    Tim anjungan biasanya hanya terdiri dari Mualim dan

    Nahkoda secara bergantian, serta juru mudi jaga yang berjaga

    bergantian diantara ke 11 Crew dikapal termasuk Nahkoda, ada

    beberapa yang belum memahami bekerja diatas kapal Tugboat

    apalagi pengetahuan tentang alur itu disebabkan adanya

    nepotisme pada saat perekrutan crew.

  • 7

    Pada saat tugas jaga diperairan tersebut petugas jaga

    harus lebih waspada terutama memanggil kapal yang sejenis

    melalui VHF Channel 12 dari pelabuhan Trisakti sampai ke

    Pertamina depot Banjarmasin dari Pertamina depot

    Banjarmasin sampai daerah Marabahan stand by di Channel 77

    dari Marabahan ke daerah Kelanis Channel 72

    Banyak kejadian Tubrukan akibat kelalaian penggunaan

    radio komunikasi yang lupa memindahkan Channel atau ABK

    tidak mengetahui posisinya saat itu, dan perlu diketahui

    diperairan tersebut banyak preman, aparat keamanan dan

    perempuan penjajah makanan naik disaat kapal sedang

    berlayar sehingga sangat menganggu konsentrasl

    bernavigasi,juga perahu kecil yang memotong didepan kapal

    atau melewati diantara kapal dan tongkang (di bawah tali

    streacher),

    B. PERMASALAHAN

    1. Identifikasi Permasalahan Penulis pada saat bekerja pada kapal Niaga Sapta

    Samudra yang beroperasi di alur Sungai Barito, terdapat

    beberapa masalah yang sering terjadi antara lain:

    a. Kurangnya Keterampilan Perwira/Mualim dalam pengawasan Alur Pelayaran Sempit Sungai Barito

    Agar menghasilkan pelayanan kerja yang berkualitas

    kerja sama yang baik dari berbagai pihak yang terkait

    khususnya lebih ditekankan kepada kapal tunda yang harus

    dapat dioperasikan dengan lancar sehingga teguran atau

    complain yang datang dari pihak pencarter dapat ditekan

    atau diperkecil dalam pengertian kurang lancarnya

  • 8

    pengoperasian kapal yaitu:

    1) Kurang dapat menghasilkan pelayanan seperti yang di

    harapkan.

    2) Tidak tercapainya keuntungan yang telah di targetkan

    oleh Perusahaan.

    3) Membesarnya biaya operasional yang di timbulkanya.

    4) Terlambatnya waktu yang di programkan.

    Sumber Daya Manusia yang kurang mengerti akan

    tugas dan tanggung jawabnya atau kurang terampil dalam

    bernavigasi di alur Sungai Barite disebabkan begitu

    beragamnya tujuan manusia yang terjun jadi pelaut, maupun

    latar belakang pendidikan pelaut tersebut.

    b. Perwira/Mualim Kurang Memahami Alur Pelayaran Sempit Sungai Barito

    Berlayar di sungai Barito yang alurnya sempit dan

    ramai dilalui kapal dan arusnya kencang maka harus hati-

    hati terhadap tongkang yang sifatnya cenderung merewang

    ke kiri atau ke kanan, harus diperhatikan terus sifat

    tongkang jangan sampai merewang terlalu besar agar

    tidak mengganggu terhadap kapal-kapal yang akan

    berpapasan atau yang akan menyusul. Oleh sebab itu di

    usahakan laju kapal tetap dan posisi kapal tidak zig- zag

    sehingga tidak mengakibatkan tongkang lari ke kiri dan

    ke kanan. Kemudi harus dipertahankan tetap ditengah-

    tengah bila kapal berada ditengah-tengah alur dengan

    tongkangnya. Bila kemudi akan bergerak ke kiri atau ke

    kanan segera di balas agar jangan sampai terlalu banyak

    kapal lari dari garis haluan sehingga tongkang tidak

    merewang Arus yang kuat dan angin yang kencang juga

  • 9

    adalah salah satu penyebab tongkang suka merewang

    akibat dorongan arus dan dorongan angin.

    Jika lokasi dan tempat mengolah gerak sempit dan

    dangkal juga mengakibatkan tongkang suka merewang dan

    kapal juga sulit untuk bergerak bebas untuk memperbaiki

    posisi tongkang yang merewang. Berlayar di sungai Barite

    ini harus lebih berhati-hati, baik dalam bernavigasi

    maupun mengolah gerak kapal karena ramai kapal-kapal

    tunda yang sedang menunda, kapal kecil yang sedang

    menarik rakit atau kayu gelondongan, perahu dan

    penyeberangan ferry. Banyak kayu-kayu yang mengapung di

    permukaan air dan sampah-sampah dan yang sering

    menimbulkan masalah dalam menarik tongkang disungai

    Barite ini ialah bila akan berbelok di tikungan dan di

    depan belakang terdapat kapal tunda kecil yang menarik

    kayu balok yang telah dirakit dan rakit tersebut biasa

    panjang 100 meter sampai 600 meter dan kapal tunda

    kecil tersebut sulit juga untuk mengolah gerak, dimana

    kepompong ini tidak dilengkapi dengan radio VHF atau alat

    tiup sehingga sulit untuk berkomunikasi, sedangkan alur ini

    arusnya kuat dan kita ikut arus.

    Di sinilah jika salah perhitungan membelokkan

    kapal dan kurang berhati-hati sering terjebak oleh kapal

    tunda kecil yang sedang menarik kayu sehingga kadang-

    kadang gugup karena keadaan sudah dekat dan sangat

    mendesak untuk mengambil tindakan cara menyelamatkan

    kapal dan tongkang jangan sampai menabrak rakit

    tersebut. Dan bila keadaan ini terjadi maka perlu

    diperhatikan larinya tongkang karena kapal setiap saat stop,

    maju dan stop untuk mengendalikan tongkang jangan

    sampai terbawa arus kepinggir, karena disepanjang tepi

  • 10

    banyak rumah penduduk. Jadi Nakhoda perlu

    memperhatikan arus angin dan keadaan lokasi tersebut

    karena bila kurang memperhitungkan kesemuanya itu maka

    dapat menyebabkan juga terjadinya kecelakaan.

    c. Kurang Disiplinnya Perwira/Mualim Menggunakan Peralatan Radio Komunikasi.

    Kondisi perairan yang sempit sangat membutuhkan

    perhatian khusus apalagi perairan tersebut khususnya di

    sungai Barito sangat ramai dilayari oleh kapal Tug boat yang

    menarik tongkang dan kayu gelondongan yang panjangnya

    mencapai 800 Meter. Sarana komunikasi utamanya

    memakai VHF (Very Hiqert Fregwency) sangat membantu

    guna memperlancar operasional kapal itu sendiri dan untuk

    menghidari terjadinya Tubrukan.

    Dibeberapa kapal sangnt sering terjadi tubrukan di

    tikungan disebabkan kelalaian Nahkoda dan ABK

    mengunakan Radio VHF Pada saat tugas jaga diperairan

    tersebut petugas jaga harus lebih waspada terutama

    memanggil kapal yang sejenis melalui VHF Channel 12

    dari pelabuhan Trisakti sampai ke Pertamina depot

    Banjarmasin, dari Pertamina depot Banjarmasin sampai

    daerah Marabahan stand by di Channel 77, dari Marabahan

    ke daerah Kelanis Channel 72.

    Banyak kejadian Tubrukan akibat kelalaian pengunaan

    radio komunikasi yang lupa memindahkan Channel yang

    telah ditetapkan sehingga pengguna lain tidak jelas

    menangkap lawan pembicaraanya.

  • 11

    d. Kurangnya Perawatan dan Olah Gerak Kurang Mendukung

    Kurang tersedianya peralatan di atas kapal atau

    keterbatasan peralatan kerja membuat ABK menjadi malas

    dan kurang kreatifitas, juga dapat menghambat operasional

    kapal contohnya pada saat berlayar tiba - tiba wire bridle

    putus sedangkan di atas kapal tidak tersedian cadangan

    padahal alat - alat tersebut di bawah ini sangat menunjang

    kelancaran operasional kapal Tunda seperti : 1) Towing Wire

    2) Safety Shalkle berbagai ukuran

    3) Tali Towing ( Streacher)

    4) Wire bridle

    5) Chaffing Chain

    e. Latar Belakang Pendidikan dan kesadaran penduduk Sekitar Alur Sungai Barito serta pengguna alur tersebut akan Pentingnya keselamatan Jiwa dan Harta yang masih rendah.

    Di sepanjang aliran Sungai Barite lalu lintas sungainya

    sangat ramai dengan berbagai aktifitas, namun minimnya

    tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya keselamatan

    jiwa maupun harta benda sangat menganggu kelancaran

    operasional kapal dan tongkangnya contohnya pada saat

    kapal menggandeng tongkang, perahu atau biasa disebut

    kelotok memotong dihaluan kapal dengan jarak kurang lebih

    10 meter atau menerobos dibawah tali Streacher disetiap

    buritan tongkang yang beroperasi disungai barito tertuliskan

    "DILARANG BERGANTUNG Dl BELAKANG TONGKANG"

    namun masyarakat pengguna alur mengabaikan tulisan

    tersebut sehingga pada saat ditikungan tajam sering sekali

  • 12

    perahu yang bergantung tersebut pecah mengenai pohon

    yang tumbuh dipinggiran sungai dan berakhir dengan

    keributan antara pihak kapal dan pihak perahu yang pecah

    tadi malah beberapa tempat pada saat kapal jalan beberapa

    perempuan naik kekapal menawarkan sayur mayor maupun

    makanan ringan dan ini sangat menggangu konsentrasi

    bernavigasi dikarenakan perempuan tersebut menerobos

    naik keanjungan belum lagi preman yang memaksa

    meminta BBM dengan alasan menjaga keamanan kapal.

    2. Masalah Utama

    Dari 5 (lima) identifikasi masalah yang telah penulis

    uraikan diatas, maka penulis mengambil 2 (dua)

    Permasalahan yang akan dibahas yaitu:

    a. Kurangnya Keterampilan Perwira/Mualim dalam penguasaan

    Alur Pelayaran Sempit Sungai Barito

    b. Peralatan Operasional dan Olah Gerak kurang mendukung

  • 13

    BAB III PEMBAHASAN

    A. Landasan Teori

    Nahkoda dan Perwira/Mualim yang memiliki pengetahuan dasar

    dan keterampilan yang diperlukan di atas kapal dapat menjamin

    kelancarari dan keselamatan kapal, namun kurangnya pengetahuan,

    keterampilan dan pengalaman kerja juga kedisiplinan ABK dan

    Masyarakat penguna alur dapat rnenyebabkan terjadinya hal-hal yang

    dapat menyebabkan Tubrukan.

    Dalam UU Rl No.17/2008 tentang Sumber Daya Manusia BAS

    XIV Pasal 261 disebutkan: a. Penyengaraan dan Pengembangan sumber daya manusia di

    bidang pelayaran dilaksanakan dengan tujuan tersedianya sumber

    daya manusia yang professional, kompoten, disipilin, dan

    bertanggung jawab serta memenuhi standart nasional dan

    internasional. b. Penyegaran dan pengembangan sumber daya manusia

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup perencanaan,

    penelitian, pengembangan, Pendidikan dan pelatihan,

    penempatan, pengembangan pasar kerja dan perluasan

    kesempatan berusaha.

    Pasal 262

    a. Pendidikan dan pelatihan di bidang pelayaran sebagaimana

    dimaksud dalam pasal 261 ayat (2) diselengarakan oleh

    pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat melalui jalur

    pendidikan formal dan non formal.

  • 14

    b. Jalur pendidikan formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    diselengarakan dalam jenjang pendidikan menengah dan

    perguruan tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan

    Jalur pendidikan non formal merupakan lembaga pelatihan

    dalam bentuk balai pendidikan dan pelatihan dibidang pelayaran.

    B. Analisis Penyebab Masalah

    1. Kurangnya Keterampilan Perwira/Mualim dalam penguasaan Alur Pelayaran Sempit Sungai Barito

    Dari permasalahan ini penulis menganalisis Penyebab

    masalah sebagai berikut :

    a. Kurangnya pemahaman terhadap alur pelayaran sempit sungai Barito

    Disebabkan kurangnya pengetahuan ABK dalam

    bertugas di atas kapal bisa jadi itu disebabkan karena berasal

    dari sekolah pelayaran yang belum menetapkan pendidikan/pelatihan sesuai dengan standart IMO yang baru,

    yang mana telah diratifikasi pemerintah atau karena praktek

    dikapal milik perusahaan yang kurang disiplin dengan

    peralatan seadanya. Hal ini dapat saja terjadi karena berbagai alasan,

    misalnya akademi pelayaran yang berbeda, kapal yang

    berbeda dengan disiplin yang berbeda pula, perbedaan

    tersebut bisa dipersempit/diperkecil dengan pelatihan pada badan diklat resmi yang ditunjuk pemerintah untuk

    menyelengarahkan pendidikan dan pelatihan yang telah

    memenuhi syarat-syarat yang ditentukan IMO seperti

  • 15

    (BP3IP,STIP,PIP MKS dan PIP Semarang), analisa dua

    kemungkinan bersangkutan dengan yang bersangkutan

    merasa bahwa karena sudah sering melalui rute yang sama

    untuk waktu yang lama.

    b. Tidak dilakukan familiarisasi pada saat naik kapal

    Bila hal tersebut terjadi maka secara pribadi pelaut

    tersebut sudah kalah dalam persaingan secara berlahan tetapi

    pasti karena cepat atau lambat ABK tersebut akan di gantikan

    pelaut yang lebih rajin dan tanggap, sebab cepat atau lambat

    nahkoda maupun personalia tempat ABK tersebut bekerja

    akan mengetahui bahwa ABK tersebut tidak bisa melakukan

    tugas-tugasnya dengan baik, serta dapat membahayakan

    keselamatan pelayaran terutama keselamatan kapal itu

    sendiri. Dan perlu diketahui bersama, di dalam suatu

    pekerjaan, kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk

    menghasilkan pekerjaan yang baik, dimana untuk

    menghasilkan pekerjaan yang dalam pelayaran rnaka

    perlunya kerjasama yang baik antara master (Nakhoda) dan

    anak buah kapal, kapten dan penchater master dan

    pengusaha kapal serta master dan agent. Tanpa kerjasama

    yang baik maka akan sulit mengerjakan sesuatu dengan hasil

    yang baik. Oleh karena itu antara master dan anak buah

    kapal di atas kapal harus ada hubungan yang harmonis

    dan komunikasi yang baik.

    Adapun hal-hal yang terkait dalam hal ini ialah :

    1. Pihak kapal (awak kapal)

    2. Pihak pengusaha (owner)

    3. Pihak charter (yang punya barang)

  • 16

    Dari ketiga pihak tersebut diatas masing-masing

    menginginkan agar kapal dapat beroperasi dengan lancar

    guna mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya

    Dalam hal untuk mendapatkan keuntungan dapat ditinjau

    dari posisi masing-masing yaitu:

    a. Pihak kapal (awak kapal) Bila awak kapal sehat wal afiat, semua peralatan

    dan suku cadang kapal ada di atas kapal, gaji crew

    mencukupi dan dibayar tepat pada waktunya,

    mempunyai crew yang berkecakapan baik, komunikasi

    dan kerjasama yang baik antara ketiga pihak serta ada

    perhatian dan penghargaan dari pihak perusahaan

    (owner) dan pencharter maka kapal akan dapat

    beroperasi dengan lancar.

    b. Pihak pengusaha pelayaran (owner) Bila kapal beroperasi dengan lancar dan tidak

    pernah terjadi kelambatan pada waktu muat, bongkar dan

    selalu tepat tiba ditujuan sesuai dengan pencharter

    maka kapal tidak akan mendapat teguran atau claim,

    kapal akan dipakai terus oleh pecharter. Dan bila kapal

    terus dichater oleh penchater maka pemasukan dan

    penghasilan semakin bertambah membuat pihak owner

    mempunyai keuntungan banyak.

    c. Bagi pihak pencharter Apabila kapal dapat beroperasi dengan lancar dan

    aman maka semua rencana-rencana yang telah ditetapkan

    dapat terlaksana dengan baik, penghematan waktu dalam

    beroperasi sangat penting, berarti jika waktunya tepat

  • 17

    sesuai dengan yang diprogramkan, maka biaya juga dapat

    dihemat sehingga mencapai penghasilan yang sebesar-

    besarnya.

    2. Peralatan operasional dan olah gerak yang kurang mendukung

    Dari permasalahan ini penulis menganalisis Penyebab

    masalah sebagai berikut :

    a. Kurangnya perawatan alat-alat diatas kapal

    Berlayar di sungai Barito ini yang alurnya sempit dan

    ramai dilalui kapal dan arusnya kencang maka harus hati-

    hati terhadap tongkang yang sifatnya cenderung

    merewang ke kiri atau ke kanan, harus diperhatikan

    terus sifat tongkang jangan sampai merewang terlalu besar

    agar tidak mengganggu terhadap kapal- kapal yang akan

    berpapasan atau yang akan menyusul. Oleh sebab itu

    diusahakan laju kapal tetap dan posisi kapal tidak zig-zag

    sehingga tidak mengakibatkan tongkang lari ke kiri dan ke

    kanan. Kemudi harus dipertahankan tetap ditengah-tengah

    bila kapal berada ditengah-tengah alur dengan tongkangnya.

    Bila kemudi akan bergerak ke kiri atau ke kanan segera

    dibalas agar jangan sampai terlalu banyak kapal lari dari

    garis haluan sehingga tongkang tidak merewang. Arus

    yang kuat dan angin yang kencang juga adalah salah satu

    penyebab tongkang suka merewang akibat dorongan arus

    dan dorongan angina

    Jika lokasi dan tempat mengolah gerak sempit dan

    dangkal juga mengakibatkan tongkang suka merewang dan

    kapal juga sulit untuk bergerak bebas untuk memperbaiki

  • 18

    posisi tongkang yang merewang. Berlayar di sungai Barito

    ini harus lebih berhati-hati baik dalam bernavigasi maupun

    mengolah gerak kapal karena ramai kapal-kapal tunda yang

    sedang menunda, kapal kecil yang sedang menarik rakit

    atau kayu gelondongan, perahu dan penyeberangan ferry.

    Banyak kayu-kayu yang mengapung dipermukaan air dan

    sampah-sampah.

    b. Tidak tersedia suku cadang di atas kapal

    Sering menimbulkan masalah dalam menarik tongkang

    di sungai Barito ini ialah bila akan berbelok di tikungan dan di

    depan belakang terdapat kapal tunda kecil yang menarik

    kayu balok yang telah dirakit dan rakit tersebut bisa panjang

    100 meter sampai 600 meter dan kapal tunda kecil

    tersebut sulit juga untuk mengolah gerak, dimana

    kepompong ini tidak dilengkapi dengan radio VHF atau alat

    tiup sehingga sulit untuk berkomunikasi, sedangkan alur ini

    arusnya kuat dan kita ikut arus.

    Disinilah jika salah perhitungan membelokkan kapal

    dan kurang berhati-hati sering terjebak oleh kapal tunda

    kecil yang sedang menarik kayu sehingga kadang-kadang

    gugup karena keadaan udah dekat dan sangat mendesak

    untuk mengambil tindakan cara menyelamatkan kapal dan

    tongkang jangan sampai menabrak rakit tersebut. Dan bila

    keadaan ini terjadi maka perlu diperhatikan larinya

    tongkang karena kapal setiap saat stop, maju dan stop

    untuk mengendalikan tongkang jangan sampai terbawa

    arus kepinggir, karena disepanjang tepi banyak rumah

    penduduk. Jadi Nakhoda perlu memperhatikan arus, angin

    dan keadaan lokasi tersebut karena bila kurang

  • 19

    memperhitungkan kesemuanya itu maka dapat

    menyebabkan juga terjadinya kecelakaan.

    C. Analisis Pemecahan Masalah

    1. Kurangnya pengetahuan dan keterampiian Perwira/Mualim dalam bernavigasi

    Dari beberapa penyebab diatas, maka penulis mencari solusi

    pemecahanya masalah sebagai berikut :

    a. Pelaksanaan dan sosialisasi tentang alur pelayaran bagi perwira/mualim yang akan naik kapal

    llmu pengetahuan tentang olah gerak perlu dipelajari

    dan dihayati dengan serius baik teori maupun prakteknya,

    sebab dari sekian banyak kecelakaan kapal tunda termasuk

    didalamnya karena kecelakaan yang diakibatkan dalam kur

    ngnya pengalaman mengenai olah gerak. Dalam mengolah

    gerak kapal di pelabuhan atau di perairan sempit dan ramai

    kapal-kapal bila salah memperhitungkan kecepatan dan jarak

    kita dari kapal lain kemungkinan sering terjadi tabrakan atau

    menabrak kapal lain yang sedang let go jangkar (berlabuh

    jangkar) atau yang sedang sanaar (along sine) di dermaga.

    Gugup dalam mengolah gerak juga paling sering

    mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Karena ketika ia

    gugup maka segala yang diperhitungkan dalam mengolah

    gerak bisa meleset dari perkiraan jarak aman. Untuk

    meningkatkan pengetahuan dalam mengolah gerak kita perlu

    perhatian yaitu :

  • 20

    1) Pengaruh baling-baling.

    2) Pengaruh kemudi.

    3) Arus.

    4) Angin.

    5) Air pasang surut.

    6) Cuaca.

    7) Jarak henti.

    8) Lingkaran putar dan lain lain

    Dan harus banyak membaca buku seperti karangan

    Capt. Williem De Rozari, Capt Otto S Karlio, Graham Danton

    serta buku-buku lain yang ada sangkut-pautnya dengan olah

    gerak. Dalam mengolah gerak diusahakan jangan sampai

    gugup dan jangan anggap remeh terhadap pekerjaan tetapi

    harus waspada. Untuk menghilangkan rasa gugup yaitu perlu:

    1) Ketenangan jiwa.

    2) Ketenarigan berfikir.

    3) Komando harus tegas dan jelas.

    4) Menguasai lingkungan.

    5) Mengetahui sifat kapal.

    6) Peralatan lengkap.

    7) Cepat mengambil tindakan.

    8) ABK yang berpengalaman.

    Mengolah gerak kapal tunda (tug boat) dengan tongkang

    tidak sama dengan mengolah gerak kapal tanpa tongkang.

    Karena mengolah gerak kapal dengan tongkCingnya agak

    lebih sulit, karena tug boat dan tongkang tidak sebadan

    sehingga sulit menjangkau jarak pman dari kapal lain atau

    dermaga yang kadang-Kadang tidak dapat dilihat karena

    muatan yang ada di tongkang menutupi pandangan kita ke

    dermaga.

  • 21

    b. Pelaksanaan familiarisasi pada saat akan joint kapal

    Apabila Nakhoda tidak bisa melihat dermaga secara

    langsung dari anjungan kapal maka Nakhoda harus

    mengadakan komunikasi dengan Chief officer yang ada di

    tongkang secara terus-menerus sampai tongkang tersebut

    sandar dengan selamat. Dalam komunikasi tersebut

    Chief officer harus memberi informasi jarak antara

    dermaga dan tongkang atau lain yang sedang sandar

    di dekat dermaga yang akan kita sandari.

    Nakhoda di tug boat perlu juga berkomunikasi dan

    bertukar pikiran dengan Nakhoda dari tug boat lain untuk

    meningkatkan pengetahuan tentang mengolah gerak kapal

    tunda dialur pelayaran sempit ataupun di pelabuhan. Dalam

    bertukar pikiran tentang olah gerak secara praktek maka

    Nakhoda dapat bertambah ilmu pengetahuan tentang olah

    gerak yang kadang-kadang tidak terdapat dalam teori olah

    gerak, gerak laju tongkang terhadap dermaga atau terhadap

    kapal

    Karena dari pengalaman-pengalaman Nakhoda yang lain

    yang telah mereka alami sendiri pada saat mengolah gerak

    kita dapat mengerti dan rnengetahui yang belurn pernah kita

    alami. Jadi bila suatu saat kita akan mengalarni seperti

    yang telah kita pernah dengar dari Nakhoda lain maka

    sudah ada gambaran pada kita sehingga dapat dipraktekan,

    ini semua termasuk penambahan pengetahuan karena tidak

    semua pengetahuan didapat dari bangku sekolah.

    Dan perlu penulis tambahkan dengan ramainya alur dan

    sempit ini bila dihubungkan dengan aturan maka alur

    pelayaran sempit dan ramai diatur oleh aturan sembilan (9)

    yang terdapat dalam buku peraturan-peraturan lnternasional

  • 22

    untuk mencegah pelanggaran di laut (P2TL) yang berbunyi

    1) Kapal yang bergerak menyusuri alur pelayaran sempit

    atau alur pelayaran, mempertahankan sedekat mungkin

    jaraknya dengan batas luar air pelayaran atau pelayaran

    yang berada di lambung kanannya, selama masih aman

    dan dapat dilaksanakan.

    2) Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal

    layar tidak boleh merintangi lintasan kapal yang hanya

    dapat bernavigasi dengan aman dalam air pelayaran

    sempit atau alur pelayaran.

    3) Kapal yang menangkap ikan tidak boleh merintangi

    lintasan kapal lain apapun yang bernavigasi dalam air

    pelayaran sempit atau alur pelayaran.

    4) Kapal tidak boleh memotong alur pelayaran sempit atau

    alur pelayaran, jika pemotongan itu merintangi

    lintasan kapal yang hanya dapat bernavigasi dalam air

    pelayaran atau alur pelayaran yang demikian. Kapal

    yang disebut terakhir boleh menggunakan isyarat

    bunyi yang diatur didalam aturan 34 (d)

    5) Dalam alur pelayaran sempit bilamana penyusulan

    dapat terjadi hanya jika kapal yang disusul itu melakukan

    tindakan untuk memungkinkan penglewatan aman, kapal

    yang bermaksud menyusul itu harus menyatakan

    maksudnya dengan memperdengarkan isyarat yang

    sesuai diatur dalam aturan 34 (c) (i) yaitu membunyikan

    suling yaitu :

    (a) Dua tiup panjang diikuti satu tiup pendek artinya

    saya hendak menyusul anda melewati sisi kanan

    anda (- .)

    (b) Dua tiup panjang diikuti dua tiup pendek artinya saya

    hendak menyusul anda melewati sisi kiri anda ( - -.. )

  • 23

    (c) Dan kapal yang disusul bilamana bertindak sesuai

    dengan aturan (9)

    (d) Menunjukkan persetujuannya dengan isyarat

    sulingnya: satu tiup panjang, satu tiup pendek, satu

    tiup panjang ( - . - ).

    (e) Kapal yang mendekati tikungan harus membunyikan

    isyarat 34 (d) yang berbunyi kapal yang mendekati

    tikungan atau alur pelayaran tempat kapal-kapal lain

    mungkin terhalang oleh rintangan-rintangan,

    memperdengarkan satu tiup panjang {-} dan dijawab

    dengan tiup panjang oleh tiap-tiap kapal yang

    mendekati yang boleh jadi dalam jarak pendengaran

    diseputar tikungan itu atau dibelakang rintangan.

    (f) Tiap-tiap kapal jika keadaannya mengizinkan harus

    menghindari berlabuh jangkar dalam alur pelayaran

    sempit.

    2. Peralatan operasional dan olah gerak yang kurang mendukung

    Dari beberapa penyebab diatas, maka penulis mencari

    solusi pemecahanya masalah sebagai berikut :

    a. Peralatan operasional dan olah gerak yang kurang mendukung

    Untuk melayarkan kapal dari suatu tempat ke tempat

    lain dengan selamat dan aman diperlukan suatu keahlian

    dan ketrampilan dalam bernavigasi. Di dalam bernavigasi

    kita harus memperhatikan kedalaman laut, arus, angin,

    cuaca, pasang surut alat-alat navigasi dan keselamatan

    kapal. Seperti jika berlayar di sungai harus

  • 24

    memperhatikan dan mengetahui lokasinya sungai tersebut

    seperti tanjung-tanjung, suar penuntur, buoy-buoy, pulau-

    pulau kecil, tempat penyeberangan ferry, ramai atau tidak

    jalur pelayaran. banyak atau tidak kayu-kayu di sungai,

    tempat-tempat dangkal, arus, rakit dan lain-lain.

    Sebelumnya kita harus terlebih dahulu mengetahui sifat

    kapal agar mudah bila mengolah gerak kapal untuk

    mengurangi terjadinya kecelakaan-kecelakaan. Sebelum

    terjun ke lapangan kerja, terlebih dahulu mempelajari dan

    menguasai teori-teori olah gerak dan teori-teori bernavigasi

    seperti; P2TL, isyarat dan cuaca, instrument dan peralatan

    navigasi.

    Teori-teori olah gerak seperti :

    a. Pengaruh kemudi.

    b. Baling-baling ganda.

    c. Lingkaran putaran

    d. Jarak henti.

    e. Pengaruh arus, angin dan ombak.

    f. Perairan sempit dan dangkal.

    g. Belabuh jangkar.

    h. Olah gerak sandar/keluar dengan angin dan arus.

    i. Kandas dan lain-lain.

    Teori dan praktek harus berjalan bersamaan agar

    benar-benar ahli dalam bidang tersebut. Jika hanya teori

    tanpa praktek maka akan timpang begitu juga bila praktek

    tanpa teori akan terjadi ketimpangan karena kurang

    menguasai teori pengalaman bekerja sangat menunjang

    dalam keahlian bekerja karena dari pengalaman tersebut

    kita bisa menguasai teori.

  • 25

    b. Perlunya Penyediaan suku cadang tepat waktu

    Berlayar di alur pelayaran sempit terutama di alur

    sungai Barite ini yang begltu ramai dengan lalu lintas

    kapal-kapal harus lebih ditingkatkan kewaspadaan dalam

    bernavigasi, mengetahui posisi setiap saat, mengetahui

    tanjung-tanjung dan tempat yang sudah dilewati dan

    yang akan dilalui, harus mengetahui tempat atau patokan-

    patokan khusus yang merupakan tanda-tanda yang selama

    di sungai ini sebagai patokan baik untuk belok atau untuk

    menghindari dari kandas dan lain-lain agar jangan sampai

    menyenggel rumah, tubrukan dengan kapal lain, karena

    dialur ini begitu banyak sekali kapal-kapal tunda yang

    bereperasi dialur sungai Barito ini. Jadi bila kita kurang

    dapat menentukan pesisi yang sebenarnya maka bisa saja

    terjadi tabrakan dengan kapal yang lain misalnya masing-

    masing berhubungan lewat VHF bahwa saya masih di

    tanjung A dan kapal yang satu memberitahu infermasi

    bahwa silahkan saja maju terus karena saya masih di

    tanjung B akhirnya masih mengira kapal masih berjauhan.

    Padahal kapal tersebut sudah berdekatan.

    Ditanjung yang sama untuk belokan kapal yang

    satu mau ambil posisi belok juga di tanjung yang sama

    akhirnya tidak bisa mengelak lagi, inilah akibatnya bila

    tidak tahu posisi yang pasti atau tidak memperhatikan

    tanjung-tanjung tersebut karena pada waktu malam

    hanya kelihatan di radar bahwa, saya di tanjung ini 2.

    Harus mengetahui sifat-sifat kapal tunda tersebut Dalam

    mengolah gerak kapal kita harus mengetahui terlebih

    dahulu sifat-sifat kapal tunda tersebut supaya lebih mudah

    dalam mengolah gerak, baik itu untuk menyandarkan

  • 26

    tongkang maupun melepaskan tongkang dari dermaga serta

    menunda tongkang untuk membawa ke posisi letgo

    jangkar atau langsung ke tempat yang dituju atau

    ditentukan. Karena mengolah gerak kapal sangat penting

    dan harus dikuasai oleh seorang Nakhoda di kapal tunda,

    karena semuanya bila akan sandar atau lepas maka

    Nakhoda langsung manouvere dari anjungan dibantu

    informasi dari tongkang seorang Mualim dan juru mudi-juru

    mudi Seorang Nakhoda terutama praktek mengolah gerak

    kapal tunda yang sangat sulit ini harus dikuasai apalagi bila

    menunda tongkang di alur pelayaran sempit ini, karena

    tongkang dan kapal tidak sebadan (senyawa). Jadi bila

    salah perhitungan dalam mengolah gerak maka tongkang

    bisa menabrak kapal lain menabrak kapal sendiri, menabrak

    dermaga, menabrak rumah penduduk yang di pinggir

    sungai dan menabrak kapal tunda kecil yang sedang

    menarik kayu balok yang telah dirakit

    Pada umumnya kapal tunda (tug boat) mempunyai

    dua mesin, dua propeller (baling-baling), dua kemudi oleh

    sebab itu kita harus benar-benar mengetahui :

    a. Tenaga mesin induk (Main engine horse power)

    Tenaga mesin induk harus di ketahui berapa

    kekuatannya, apakah kedua-dua mesinnya

    kekuatannya sama atau tidak. Karena bila tidak

    sama kekuatan mesinnya maka kita dapat mengejas

    atau mengatur antara mesin kiri dan mesin kanan agar

    dalam mengolah gerak kapal tetap normal. Yaitu

    dengan mengatur handle telegraph yang ada di

    anjungan dan di ejas atau di atur oleh Nakhoda ketika

    sedang mengolah gerak. Dan kekuatan mesin itu yang

  • 27

    paling penting untuk diketahui karena bila terjadi hal-hal

    yang tidak dikehendaki misalnya sedang menunda

    dialur sempit dan tongkang merewang ke pinggir

    maka Nakhoda dapat memaksa atau bila perlu membuat

    putaran maju penuh sekejap untuk menyentak supaya

    tongkang dapat tertarik tidak terlalu nyelonong dan

    selanjutnya baru diimbangi atau diatur kecepatannya

    atau apabila tongkang kandas tetapi kandasnya tidak

    terlalu banyak, ini dapat dipaksa untuk membuat mesin

    maju penuh supaya terlepas dari kandas lalu diatur lagi

    kecepatannya seperti biasa. Jadi tujuan diberi maju

    penuh adalah untuk menyentak dari kandasnya.

    b. Putaran propeller (propeller turning power)

    Putaran propeller penting harus untuk diketahui

    apakah putaran propeller itu putaran kiri atau putaran

    kanan. Bila kapal mempunyai dua mesin induk maka

    propellernya pasti dua juga. Kedua proreller harus

    diketahui apakah putarannya kedalam atau putaran

    keluar Kapal dengan baling-baling ganda umumnya

    berputar keluar bagi kedua baling-balingnya (out

    turning propellers) kalau maju. Pada baling-baling

    putaran keluar, rendamen baling-balingnya lebih besar

    dari pada putaran kedalam. Baling-baling ganda

    umumnya dipakai di kapal penumpang besar, kapal

    perang, kapal tunda. Baling-baling ganda lebih mudah

    mengolah gerak dibandingkan dengan kapal baling-

    baling tunggal dengan ukuran yang sama, karena kalau

    kemudi rusak masih bisa berlayar dengan memakai

    baling-baling saja. Dan bila salah satu baling-baling mengalami kerusakan, masih dapat melanjutkan

  • 28

    perjalanan dengan kurang lebih setengah kekuatan

    semula. Dan bila kapal maju dan kemudi diberi

    tengah-tengah maka kapal akan maju lurus dan bila

    kapal mundur, kemudi diberi tengah-tengah maka

    kapal akan mundur lurus tidak sama dengan kapal

    yang berbaling-baling tungal.

    c. Kemudi (rudder)

    Dalam mengolah gerak kapal peranan kemudi

    cukup penting k arena bila kemudi kapal r usak pada

    saat rnengolah gerak , maka k apal tidak bisa

    merubah haiuan ke kiri dan ke kanan secara cepat.

    Seperti bila sedang rnenunda tongkang di alur sempit

    dan ramai dan akan belok di suatu ti ungan maka

    peranan kemudi sangat penting untuk mempercepat

    kapal berputar ke tempat yang diinginkan. Bila kapal

    berlayar di alur pelayaran sempit maka tidak boleh

    menggunakan maju penuh karena dapat

    mengakibatkan kapal merewang bila sewaktu-waktu

    dikurangi kecepatannya, apalagi bila perairan sempit

    dan dangkal maka draft akan semakin besar atau

    body kapal semakin masuk ke dalam air yang disebut

    squat. Untuk mengurangi jangan sampai terjadi squat

    maka speed kapal dikurangi sehingga draft kapal

    menjadi lebih kecil. Menunda tongkang disungai dan di

    laut tidak sama caranya kalau menunda tongkang di

    laut panjang tali tunda atau wire adalah 350 meter

    sedangkan di sungai hanya 75 meter dengan ukuran

    talinya 8-10 inches dan tali ini disebut tali cabang

    dan bisa juga memakai tali strectcher ditambah wire

    bridle yang berbentuk taii cabang bila disambung tali

  • 29

    strectcher.

    Tali cabang ini khusus dibuat sendiri oleh anak

    buah kapal yang fungsinya bila kapal akan sandar

    atau berangkat dari dermaga agar mudah ditarik dan

    dilepas dari bolder tongkang atau bila kapal sedang

    menarik tongkang dari dermaga atau akan

    menyandarkan tongkang ke dermaga dan tongkang akan

    menabrak kapal lain, maka kapal bisa secepatnya

    mengolah gerak bila tali cabang sudah dibuang dan

    ditarik oleh anak buah kapal jangan sampai masuk

    terbelit di baling-baling dan tug boat segera berputar

    merubah haluan di tempat (putar di tempat) menuju

    tongkang untuk menarik tongkang agar jangan

    menabrak kapal lain.

  • 30

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan dalam bab III maka penulis

    mengambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut:

    1. Kurangnya pengetahuan ABK dalam bertugas di atas kapal

    karena berasal dari sekolah pelayaran yang belum menetapkan pendidikan/pelatihan sesuai dengan standart IMO yang baru

    2. Perlunya kerjasama yang baik antara master (Nakhoda) dan

    anak buah kapal, kapten dan penchater master dan pengusaha

    kapal serta master dan agent.

    3. Kurang disiplinnya ABK dalam menaati peraturan di alur

    Sungai Barito sehingga ABK tersebut kurang termotivasi/kurang

    menyadari tanggung Jawabnya dalam berdinas.

    4. Belum dibentuknya Tim anjungan yang kompak dan tangguh

    akan berakibat menurunya kemampuan Crew itu sendiri dalam

    bertindak guna mencegah situasi darurat maupun mencegah

    terjadinya tubrukan/kandas, disamping hal itu berakibat kapal

    tidak memenuhi prosedur sesuai aturan ISM code, juga dapat

    merugikan kapal dan perusahaanya.

    B. Saran-Saran

    Berdasarkan kesimpulan tersebut penulis menyarankan

    pemecahannya sebagai berikut:

    1. Sebaiknya pemerintah dengan otoritas pelabuhan menjaga

    sarana bantu navigasi berfungsi di alur pelayaran dan kebersihan

    di sungai barito serta kapal dilengkapi dengan alat komunikasi

  • 31

    (UHF) Untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kapal dilokasi

    tersebut.

    2. Sebaiknya Crew Departement/Personalia dalam merekrut crew

    harus benar - benar di seleksi terlebih dahulu sebelum naik di

    atas kapal serta diadakan roling pengamatan crew dalam satu

    kapal dan waktunya jangan terlalu lama.

    3. Sebaiknya nahkoda dan perwira memberikan pengawasan

    bimbingan dan pelatihan terutama bagi ABK yang mempunyai

    kecenderungan mengabaikan prosedur dan aturan - aturan dalam

    bernavigasi.

    4. Sebaiknya nahkoda membentuk Tim Anjungan yang baik dan

    kompak serta di berikan penerangan akan pentingnya kerja sama

    dan koordinasi yang baik agar menjamin keselamatan, keamanan

    kapal dan ABK, juga bahaya akan Tubrukan serta memperhatikan

    P2TL mengenai olah gerak di perairan sempit.

  • 32

    DAFTAR PUSTAKA

    Moedjiman R, SH, ( 2008 ) Prosedur pembuatan makalah ANT I

    Jakarta, BP31P

    Graham Danton, The Theory and Practice of Seamanship

    Reprinted by Photolithograpy in Great Britain by Unwin

    Brothers Limited 1980.

    De Rozari,Willem,Car.t,Oiah Gerak Untuk MPI, MPB 3, MPB'- 2.

    Carlio Otto S.Capt, Olah Gerak J!lid I sampai IV Indonesian

    Merchant Marine Academy

    Peraturan-Peraturah International Untuk Mencegah Pelanggaran di Laut

    1972 (International Regulation For Preventing CoiU$ion at Sea

    1972) Pengalih Bahasa : Paulus Wakidjo.

    lstopo,Capt. Olah Gerak dan Pengendalian Kapal.

    ( 2000 ). STCW '95 Amandemen 2 versi Indonesia

    tentang pelatihan dan Familirarisasi

    Undang - Undang Rl Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran