lapsus identifikasi tulang
Post on 30-Dec-2014
30 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian
tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik
secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam
keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari
suatu peristiwa pembunuhan (Idries, 1997).
Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia akibat
tenggelam, dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000. Beberapa
negara terpadat di dunia gagal untuk melaporkan insiden hampir tenggelam. Ini,
menyatakan bahwa banyak kasus tidak pernah dibawa ke perhatian medis, kejadian di
seluruh dunia membuat pendekatan akurat yang hampir mustahil (Shepherd, 2010).
Berdasarkan data statistik yang diambil dari halaman website e-medicine, satu
pertiga daripada korban mati akibat tenggelam pernah mengikuti pelatihan berenang.
Walaupun tenggelam terjadi kepada kedua jenis kelamin, golongan lelaki adalah tiga
kali lebih sering mati akibat tenggelam berbanding golongan wanita. Di Indonesia,
kita tidak banyak mendengar berita tentang anak yang tenggelam di kolam renang
sesuai dengan keadaan sosial ekonomi di Indonesia tetapi mengingat keadaan
Indonesia yang dikelilingi air, baik lautan, danau maupun sungai, tidak mustahil jika
banyak terjadi kecelakaan dalam air seperti hanyut dan tenggelam yang belum
diberitahukan dan ditanggulangi dengan sebaik-baiknya. Hampir setiap saat, terutama
pada saat musim liburan, di objek wisata laut. Banyak terjadi kasus wisatawan yang
tenggelam, karena akibat air pasang atau kecerobohan diri wisatawan tersebut. Selain
itu, kasus tenggelam yang lainnya adalah akibat buruknya transportasi laut di
Indonesia.
Untuk bisa mengetahui serta memperkirakan cara kematian mayat yang
terendam dalam air, diperlukan pemeriksaan autopsi luar dan autopsi dalam pada
tubuh korban serta pemeriksaan tambahan lain sebagai penunjang seperti
pemeriksaan getah paru untuk penemuan diatome dan bercak paltouf di permukaan
paru, pemeriksaan histopatologi dan penentuan berat jenis plasma untuk menemukan
tanda intravital tersebut. Hal tersebut tidak mudah, terutama bagi mayat yang telah
lama tenggelam, atau pada mayat yang tidak lengkap, atau hanya ada satu bagian
tubuhnya saja.
Pada pemeriksaan mayat terendam dalam air perlu ditentukan apakah korban
masih hidup saat tenggelam yang terdapat tanda intravital, tanda kekerasan dan sebab
kematiannya. Apabila semua ini digabungkan dapat memberikan petunjuk kepada
kita untuk memperkirakan cara kematiannya. Tanda intravital yang ditemukan pada
korban bukan merupakan tanda pasti korban mati akibat tenggelam.
Terdapat delapan tanda intravital yang dapat menunjukkan korban masih
hidup saat tenggelam. Tanda tersebut adalah ditemukannya tanda cadaveric spasme,
perdarahan pada liang telinga, adanya benda asing (lumpur, pasir, tumbuhan dan
binatang air) pada saluran pernapasan dan pencernaan, adanya bercak paltouf di
permukaan paru, berat jenis darah pada jantung kanan dan kiri, ada ditemukan
diatome, adanya tanda asfiksia, dan ditemukannya mushroom-like mass (Kerr, 1954).
Sedangkan tanda pasti mati akibat tenggelam ada lima yaitu terdapat tanda
asfiksia, diatome pada pemeriksaan getah paru, bercak paltouf di permukaan paru,
berat jenis darah yang berbeda antara jantung kiri dan kanan dan mushroom-like mass
(Kerr, 1954).
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Jenazah
2.1.1 Jenazah Pertama
Nama : Tn. S
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Mandar/Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kampung Baru Ma. Pantuan Kec Anggana Kab Kukar
Mayat belum diidentifikasi dengan label
2.1.2 Pemeriksaan Luar Jenazah
Pemeriksaan dilakukan di ruang bedah jenazah bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Unmul Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda tanggal 8 Februari 2012.
1. Tutup / bungkus mayat : kain batik coklat2. Pakaian mayat :
- Baju kaos lengan panjang berwarna hijau, pada dada depan sebelah kiri bertuliskan “BAJINGAN” berwarna merah mengelilingi logo “B”, logo berwarna putih kuning dengan dasar hitam. Di bawah logo bertuliskan “84.71N-94N”. Merk belakang baju “TJ Timur Jaya”.
- Kaos tangan pada tangan kiri berwarna putih, robek pada bagian jari manis.- Celana panjang kain berwarna hijau, dengan dua kantong celana di samping.
Bermerk “VERCHE”. Terdapat tali rafia berwarna hijau terlilit pada bagian pinggang celana.
- Celana dalam berwarna abu-abu berbahan kaos, dengan merk “PLAYBOY”.
3. Tidak ditemukan benda di samping mayat.
4. Kaku mayat terdapat pada bagian lengan dan kaki, sukar dilawan. Lebam mayat terdapat pada punggung bagian belakang berwarna biru kehitaman dan hilang pada penekanan.
5. Mayat adalah seorang laki – laki, bangsa Indonesia / Mandar, berumur ± 45 tahun, kulit sawo matang, gizi sedang.
6. Panjang tubuh: 155 cm. , zakar disunat.
7. Tidak ditemukan identitas khusus.
8. Rambut berwarna hitam bercampur uban tumbuhnya lurus panjang 6 cm,. alis mata berwarna hitam tumbuh lurus panjang 5 mm, bulu mata berwarna hitam tumbuh lurus panjang 5 mm, kumis berwarna hitam bercampur uban tumbuh lurus panjang panjang 5 mm, dan jenggot berwana hitam bercampur uban tumbuh lurus panjang panjang 5 mm.
9. Mata kanan terbuka 5 mm, mata kiri tertutup, kedua selaput bening mata putih keruh, kedua teleng mata bulat, berwarna hitam, berdiameter 5 mm, kedua warna tirai mata coklat, kedua selaput bola mata normal, dan kedua selaput kelopak mata putih kemerahan.
10. Hidung sedang, telinga sedang, mulut terbuka lima milimeter, lidah tidak menjulur dan tidak tergigit.
11. Gigi – geligi : tidak lengkap.
12. Dari lubang mulut keluar busa, dari lubang hidung keluar darah, dari lubang telinga tidak keluar cairan apapun, dari lubang kemaluan darah, dan dari lubang pelepas terdapat wasir sebesar telur ayam.
13. Luka – luka :
- Pada lengan atas kanan terdapat luka lecet gores dengan bentuk garis tidak beraturan ukuran 5x4cm.
- Pada siku kanan sebelah luar terdapat beberapa luka lecet berbentuk garis tidak beraaturan dengan ukuran terbesar 4x0,1cm.
- Pada pergelangan tangan terdapat beberapa luka lecet gores berbentuk garis lurus, ukuran terbesar 3x0,3cm; terkecil 0,5x0,1cm.
- Pada bahu hingga lengan kiri bagian luar terdapat jejas berbentuk kotak-kotak dengan ukuran kotak 5x5cm.
- Pada daerah dada depan sebelah kanan, 0,5cm di bawah putting susu kanan terdapat memar berbentuk bulat tidak beraturan ukuran 9x4cm.
- Pada dinding perut bagian depan 8 cm di atas pusat, terdapat memar berbentuk garis melintang ukuran 23x2,5cm.
- Pada daerah pinggang sebelah kiri terdapat memar dengan arah melintang berukuran 25x9cm.
- Pada tungkai bawah kiri sebelah dalam terdapat memar ukuran 10x4 cm.
- Pada tungkai bawah kanan sebelah dalam terdapat memar berbentuk bulat tidak beraturan dengan ukuran garis tengah 1 cm.
14. Tidak ditemukan patah tulang.
2.1.3 Identitas Jenazah
Nama : Tn. B
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Mandar / Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kampung Baru Desa Ma Pantuan Kec Anggana Kab Kukar
Mayat belum diidentifikasi dengan label.
2.1.4 Pemeriksaan Luar Jenazah
Pemeriksaan dilakukan di ruang bedah jenazah bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Unmul Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda tanggal 08
Februari 2012
1. Tutup/bungkus mayat
- Terbungkus terpal berwarna biru pada bagian luar dan berwarna abu-abu
pada bagian dalam.
- Kain sarung bermotif kotak-kotak berwarna hijau, biru, merah dan krem.
- Kain bermotif bunga-bunga berwarna hijau dan biru tua.
2. Perhiasan Mayat
Gelang berbahan karet berwarna hitam pada pergelangan tangan sebelah kiri
terdapat tulisan berwarna putih bertuliskan “POWER BALANCE”
3. Pakaian mayat
o Baju kaos berlengan panjang, berwarna ungu tua, pada bagian depan
terdapat tulisan “PSYCHOLOGY” berwarna pink dengan garis hitam. Dibawahnya terdapat tulisan “Blue Moon Blue”. Dibawahnya terdapat tulisan “PSYCHOLOGICAL STUDIES ON HUMAN BEHAVIOR” dan terdapat saku pada daerah bagian perut.
o Baju lapisan kedua berbahan kaos berwarna merah tua bertuliskan
“GEN.Y 07” berwarna biru pada bagian dada depan.
o Celana training selutut, berwarna biru tua dengan motif garis putih merah
pada samping kiri dan kanan, serta terdapat saku depan pada kanan dan kiri.
o Sarung tangan berwarna coklat pada kiri dan kanan
o Celana dalam berwarna cokelat bermerk “ISOTEX UNDERWEAR HI-
IMPACT”
4. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh, sukar dilawan. Lebam mayat terdapat
pada bagian punggung, berwarna ungu, tidak hilang pada penekanan.
5. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, berumur kurang lebih dua
puluh empat tahun, kulit berwarna sawo matang, gizi sedang ,panjang badan
seratus tujuh puluh sentimeter, zakar telah disunat.
6. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang dua belas sentimeter. Alis
mata berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang satu sentimeter. Bulu mata
berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang lima millimeter. Kumis tercukur.
Jenggot tercukur.
7. Mata kanan dan kiri tertutup dan mengalami pembusukan. Kedua selaput bening
mata putih pucat. Kedua teleng mata bulat berwarna hitam dengan garis tengah
empat millimeter. Kedua tirai mata berwarna coklat kehitaman.
8. Hidung berbentuk sedang. Kedua daun telinga berbentuk sedang. Mulut terbuka
dengan lebar 5 milimeter.
9. Gigi-geligi lengkap, berjumlah tiga puluh dua.
10. Dari lubang mulut keluar busa.
Dari lubang hidung keluar darah dan busa .
Dari lubang telinga kanan dan kiri tidak keluar apa-apa.
Dari lubang kemaluan keluar darah.
Dari lubang pelepas tidak keluar apa-apa.
11. Luka-luka:
Pada daerah wajah, terdapat luka gores berbentuk garis miring berukuran dua
koma lima kali nol koma enam sentimeter terletak satu sentimeter di atas alis.
Luka gores berbentuk garis melengkung berukuran empat koma lima kali nol
koma tujuh sentimeter pada tepi mata kiri sebelah luar. Luka memar dengan
garis tengah dua sentimeter berbentuk bulat tidak beraturan pada pipi sebelah
kiri. Luka gores berukuran dua koma lima kali dua sentimeter pada rahang
bawah sebelah kiri.
o Pada daerah lengan kanan bawah bagian luar, terdapat jejas berbentuk kotak-
kotak berukuran lima kali lima sentimeter.
o Pada daerah punggung atas bagian kanan, terdapat luka memar berbentuk
lonjong dengan ukuran empat belas kali tujuh sentimeter.
o Pada daerah pinggang kiri, terdapat luka lecet gores berbentuk garis tidak
beraturan dengan ukuran lima belas kali empat sentimeter.
o Pada daerah pinggang belakang bagian bawah, terdapat luka memar dengan
ukuran dua puluh tiga kali sepuluh sentimeter. Terdapat gelembung-
gelembung kecil pada kulit berisi cairan dengan ukuran paling besar garis
tengah 5 milimeter dan ukuran paling kecil garis tengan satu millimeter.
o Pada lutut kiri terdapat dua luka gores dengan ukuran lima belas kali tiga
millimeter dan tiga belas kali dua milimeter.
o Pada tungkai bawah kiri bagian dalam terdapat luka lecet tekan berbentuk
lonjong dengan ukuran dua kali satu sentimeter.
12. Tidak terdapat patah tulang.
13. Lain-lain (-)
2.2 Kesimpulan
Pada pemeriksaan jenazah laki-laki yang berumur dua puluh empat tahun
ini ditemukan luka-luka lecet pada bagian wajah, lengan bawah kanan, pinggang
kiri, lutut kiri, tungkai kiri bawah; selanjutnya ditemukan luka memar pada wajah
dan punggung bagian belakang. Terdapat jejas berbentuk kotak-kotak pada lengan
kanan bawah bagian luar. Terdapat gelembung-gelembung kecil pada punggung
belakang bagian bawah.
Penyebab kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan
pembedahan jenazah.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi Tenggelam
Secara definisi tenggelam diartikan sebagai suatu keadaan tercekik dan mati
yang disebabkan oleh terisinya paru dengan air atau bahan lain atau cairan sehingga
pertukaran gas menjadi tidak mungkin. Sederhananya, tenggelam adalah merupakan
akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan (Idries, 1997).
Literatur lain menyebutkan
Tenggelam adalah penyebab signifikan kecacatan dan kematian. Tenggelam
telah didefenisikan sebagai kematian sebelumnya sekunder untuk sesak napas
sementara terbenam dalam suatu cairan, biasanya air, atau dalam waktu 24 jam
perendaman. Pada Kongres Dunia 2002 yang diadakan di Amsterdam, sekelompok
ahli menyarankan sebuah definisi konsensus baru untuk tenggelam dalam rangka
mengurangi kebingungan atas jumlah istilah dan definisi (> 20) merujuk kepada
proses ini yang telah muncul dalam literatur. Grup yang percaya bahwa definisi yang
seragam akan memungkinkan analisa lebih akurat dan perbandingan studi,
memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan lebih bermakna dari
mengumpulkan data, dan meningkatkan kemudahan kegiatan surveilans dan
pencegahan (Shepherd, 2010).
3.2. Proses Tenggelam
Tenggelam dapat terjadi pada orang yang tidak bisa berenang maupun pandai
berenang (bila ia sampai ke tingkat kehabisan tenaga atau keadaan lain). Proses
tenggelam dimulai pada waktu orang masuk ke air karena panik atau kekelahan, maka
sebagian air masuk ke mulut dan saluran pernafasan. Ini akan menimbulkan reflek
batuk yang menyebabkan korban perlu menghirup udara lagi dengan berusaha
menggapai ke permukaan, namun akibatnya lebih banyak lagi air yang masuk
menggantikan udara, ini terjadi berulang kali, akhirnya korban tenggelam.
Setelah terjadi proses pembusukan, beberapa hari kemudian korban terapung
kembali karena gas pembusukan yang berkumpul dalam rongga perut dan dada, maka
korban akan muncul ke permukaan air, kecuali korban tersangkut di dalam air atau
dimakan binatang. Bila gas pembusukan ini akhirnya keluar dari tubuh, maka korban
kembali tenggelam. Proses ini perlu diketahui dalam pencarian korban tenggelam.(1,4)
3.3. Tipe Tenggelam
Tenggelam dibagi menjadi beberapa jenis antara lain (A) wet drowning, (B)
dry drowning, (C) secondary drowning, dan (D) the immersion syndrome (cold water
drowning) (Modi, 1988).
Wet drowning adalah kematian tenggelam akibat terlalu banyaknya air yang
terinhalasi. Pada kasus wet drowning ada tiga penyebab kematian yang terjadi, yaitu
akibat asfiksia, fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam di air tawar, dan edema paru
pada kasus tenggelam di air asin.
Dry drowning adalah suatu kematian tenggelam dimana air yang terinhalasi
sedikit. Penyebab kematian pada kasus ini sendiri dikarenakan terjadinya spasme
laring yang menimbulkan asfiksia dan terjadinya refleks vagal, cardiac arrest, atau
kolaps sirkulasi. , mati tenggelam tanpa ada air di saluran pernafasan. Ini dikenal
sebagai Drowning type 1.
Secondary drowning adalah suatu keadaan dimana terjadi gejala beberapa hari
setelah korban tenggelam (dan diangkat dari dalam air) dan korban meninggal akibat
komplikasi. Ada hubungan nya dengan kelainan paru akibat tenggelam (infeksi atau
oedem).
Immersion drowning adalah suatu keadaan dimana korban tiba-tiba meninggal
setelah tenggelam dalam air dingin akibat refleks vagal. Pada umumnya alkohol dan
makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus pada kejadian ini.
Ada 2 jenis mati tenggelam (drowning) berdasarkan posisi mayat, yaitu :
1. Submerse drowning
2. Immerse drowning
Submerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi sebagian tubuh
mayat masuk ke dalam air, seperti bagian kepala mayat.
Immerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi seluruh tubuh mayat masuk
ke dalam air.(1,2)
3.4. Tenggelam Basah (Wet Drowning)
Perlu dikenal proses kematian karena tenggelam basah dalam pengertian
sehari-hari:
1. Air tawar
Air masuk ke paru-paru sampai ke alveoli. Karena konsentrasi darah lebih
tinggi dari air, maka cairan di paru-paru masuk ke dalam sirkulasi darah, terjadi
hemodilusi yang diikuti dengan hemolisis, akibatnya kadar ion K dalam serum darah
meningkat dan kadar ion Na turun dan disertai peningkatan volume darah, beban
jantung bertambah berat, terjadi keadaan hipoksia dan fibrilasi ventrikel, berakhir
terjadi kematian akibat anoksia otak. Dalam penelitian didapati penambahan volume
darah bisa sampai 72%. Kadar ion Chlor di jantung kiri turun sampai 50%.
2. Air laut
Air laut yang masuk ke dalam paru lebih hipertonik sehingga dapat menarik
air dari pembuluh darah. Akibatnya terjadi oedem paru, darah menjadi
hemokonsentrasi. Kadar ion Chlor jantung kiri meningkat 30-40%, kadar ion Mg
dalam darah meningkat, RBC meningkat dan di bawah mikroskop butir darah tampak
mengkerut. Terjadi hipoksia. Kematian terjadi karena oedem paru.(1,2)
3.5. Sebab Kematian
Seperti dijelaskan ada berbagai tipe tenggelam, maka sebab kematian
tenggelam juga terjadi karena berbagai bentuk:
1. Asfiksia, karena spasme laring.
2. Fibrilasi, ventrikuler karena tenggelam di air tawar.
3. Oedem paru, karena tenggelam di air asin.
4. Inhibisi vagal, karena reflex.
Ada 2 penyebab kematian pada kasus dry drowning, yaitu :
1. Spasme laring (menimbulkan asfiksia).
2. Vagal reflex / cardiac arrest / kolaps sirkulasi.
Ada 3 penyebab kematian pada kasus wet drowning, yaitu :
1. Asfiksia.
2. Fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam dalam air tawar.
3. Edema paru pada kasus tenggelam dalam air asin (laut).
Ada 4 cara kematian pada kasus tenggelam (drowning), yaitu :
1. Kecelakaan (paling sering).
2. Undeterminated.
3. Pembunuhan.
4. Bunuh diri.
Ada 2 kejadian kecelakaan pada kasus mati tenggelam (drowning) yang dapat kita
jumpai, yaitu :
1. Kapal tenggelam.
2. Serangan asma datang saat korban sedang berenang.
Penyebab mati tenggelam (drowning) yang termasuk undeterminated yaitu
sulit kita ketahui cara kematian korban karena mayatnya sudah membusuk dalam air.
(1,2)
3.6. Tanda-tanda Post Mortem
Menentukan identitas korban
Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain:
• Pakaian dan benda-benda milik korban
• Warna dan distribusi rambut dan identitas lain.
• Kelainan atau deformitas dan jaringan parut
• Sidik jari
• Pemeriksaan gigi
• Teknik identifikasi lain
a. Pemeriksaan luar
1. Tanda-tanda asfiksia seperti sianosis pada kuku, bibir.
2. Penurunan suhu mayat, berlangsung cepat, rata-rata 50 °F per menit. Suhu
tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau 6 jam.
3. Lebam mayat, akan tampak jelas pada dada bagian depan, leher dan
kepala (karena posisi kepala di air lebih rendah). Lebam mayat berwarna
merah terang yang perlu dibedakan dengan lebam mayat yang terjadi pada
keracunan CO.
4. Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap.
Pada pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan,
terutama bagian atas tubuh, dan skrotum serta penis pada pria dan labia
mayora pada wanita, kulit telapak tangan dan kaki mengelupas.
5. Gambaran kulit angsa (goose-flesh, cutis anserina), sering dijumpai;
keadaan ini terjadi selama interval antara kematian somatik dan seluler,
atau merupakan perubahan post mortal karena terjadinya rigor mortis.
Terbentuk akibat kontraksi m.errector pilli karena dingin atau proses kaku
mayat. Cutis anserina tidak mempunyai nilai sebagai kriteria diagnostik.
6. Busa halus putih yang berbentuk jamur (mushroom-like mass) tampak
pada mulut atau hidung atau keduanya. Terbentuknya busa halus tersebut
adalah masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan merangsang
terbentuknya mukus, substansi ini ketika bercampur dengan air dan
surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh karena adanya upaya
pernapasan yang hebat. Pembusukan akan merusak busa tersebut dan
terbentuknya pseudofoam yang berwarna kemerahan yang berasal dari
darah dan gas pembusukan.
7. Perdarahan berbintik (petechial haemmorrhages), dapat ditemukan pada
kedua kelopak mata, terutama kelopak mata bagian bawah.
8. Pada pria genitalianya dapat membesar, ereksi atau semi-ereksi. Namun
yang paling sering dijumpai adalah semi-ereksi.
9. Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan, yang merupakan
tanda bahwa korban berusaha untuk hidup, atau tanda sedang terjadi
epilepsi, sebagai akibat dari masuknya korban ke dalam air.
10. Cadaveric spasme, biasanya jarang dijumpai, dan dapat diartikan bahwa
berusaha untuk tidak tenggelam, sebagaimana sering didapatkannya
dahan, batu atau rumput yang tergenggam, adanya cadaveric spasme
menunjukkan bahwa korban masih dalam keadaan hidup pada saat
terbenam.
11. Bila korban lama di dalam air bisa didapati telapak tangan dan kaki putih
mengkerut seperti tukang cuci (washer woman’s hand).
12. Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan dapat
terjadi akibat persentuhan korban dengan dasar sungai, atau terkena
benda-benda di sekitarnya; luka-luka tersebut seringkali mengeluarkan
“darah”, sehingga tidak jarang memberi kesan korban dianiaya sebelum
ditenggelamkan.
13. Pada kasus bunuh diri dimana korban dari tempat yang tinggi terjun ke
sungai, kematian dapat terjadi akibat benturan yang keras sehingga
menyebabkan kerusakan pada kepala atau patahnya tulang leher.
14. Bila korban yang tenggelam adalah bayi, maka dapat dipastikan bahwa
kasusnya merupakan kasus pembunuhan. Bila seorang dewasa ditemukan
mati dalam empang yang dangkal, maka harus dipikirkan kemungkinan
adanya unsur tindak pidana, misalnya setelah diberi racun korban
dilempar ke tempat tersebut dengan maksud mengacaukan penyidikan
(Idries, 1997).
b. Pemeriksaan dalam
Penting memeriksa adanya lumpur, pasir halus dan benda asing
lainnya dalam mulut dan saluran nafas, lumen laring , trachea dan bronchus
sampai ke cabang-cabangnya. Pada rongga mulut dan saluran pernafasan
berisi buih halus yang mungkin bercampur dengan lumpur.
Pleura juga dapat kita temukan pada pemeriksaan kasus ini. Pleura
yang ditemukan dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik
perdarahan, perdarahan ini dapat terjadi karena adanya kompresi terhadap
septum inter alveoli atau oleh karena terjadinya fase konvulsi akibat
kekurangan oksigen.
Bercak perdarahan yang besar (diameter 3-5 cm), terjadi karena
robeknya partisi interalveolar dan sering terlihat di bawah pleura. Bercak ini
disebut bercak “Paltouf” yang ditemukan pada tahun 1882 dan diberi nama
sesuai dengan nama yang pertama mencatat kelainan tersebut.
Bercak paltouf berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada
bagian bawah paru-paru, yaitu pada permukaan anterior dan permukaan antar
bagian paru-paru. (Spitz, 1997).
Kongesti pada laring merupakan kelainan yang berarti, paru-paru
biasanya sangat mengembang, seringkali menutupi perikardium dan pada
permukaan tampak adanya jejas dari tulang iga, pada perabaan kenyal.
Edema dan kongesti paru-paru dapat sangat hebat sehingga beratnya
dapat mencapai 700-1000 gram, dimana berat paru-paru normal adalah sekitar
250-300 gram (Williams, 1998).
Paru-paru pucat dengan diselingi bercak-bercak merah di antara
daerah yang berwarna kelabu. Pada pengirisan tampak banyak cairan merah
kehitaman bercampur buih keluar dari penampang tersebut, yang pada
keadaan paru-paru normal, keluarnya cairan bercampur busa tersebut baru
tampak setelah dipijat dengan dua jari. Gambaran paru-paru seperti tersebut
diatas dikenal dengan nama “emphysema aquosum” atau “emphysema
hydroaerique”.
Obstruksi pada sirkulasi paru-paru akan menyebabkan distensi jantung
kanan dan pembuluh vena besar dan keduanya penuh berisi darah yang
berwarna merah gelap dan cair, tidak ada bekuan (Idries, 1997).
Darah lebih gelap dan encer. Jantung kanan berisi darah dan di bagian
kiri kosong . Oesofagus dan lambung bisa terisi cairan sesuai tempat di mana
korban tenggelam mungkin mengandung lumpur, pasir dan lain-lain. Ini
petunjuk penting karena korban menelan air waktu kelelap dalam air, apalagi
bila didapati di duodenum yang menunjukkan ada passage melewati pylorus.
Harus diingat bahwa pada dry drowning tidak didapati air atau kelainan di
paru maupun di lambung.
Ada 4 tanda penting yang perlu kita ketahui dari kejadian bunuh diri
pada kasus mati tenggelam (drowning), yaitu :
1. Biasanya korban meninggalkan perlengkapannya.
2. Kita dapat temukan suicide note.
3. Kedua tangan / kaki korban diikat yang mungkin dilakukan sendiri oleh
korban.
4. Kadang-kadang tubuh korban diikatkan bahan pemberat.(1,2,3)
3.7. Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan adanya diatome dapat
dilakukan dengan tes destruksi. Begitu juga bilas paru untuk mendapatkan
adanya pasir atau telur cacing bila air dikontaminasi dengan faeses, ini
dilakukan bila pembuktian secara makroskopis meragukan. Pemeriksaan
kimia darah dapat dilakukan tetapi memerlukan fasilitas dan biaya.
Ada 4 macam pemeriksaan khusus pada kasus mati tenggelam
(drowning), yaitu :
1. Percobaan getah paru (lonset proef).
2. Pemeriksaan diatome (destruction test).
3. Penentuan berat jenis (BD) plasma.
4. Pemeriksaan kimia darah (gettler test).
Adanya cadaveric spasme dan tes getah paru (lonset proef) positif
menunjukkan bahwa korban masih hidup saat berada dalam air.
Percobaan Getah Paru (Lonsef Proef)
Kegunaan melakukan percobaan paru (lonsef proef) yaitu mencari
benda asing (pasir, lumpur, tumbuhan, telur cacing) dalam getah paru-paru
mayat. Syarat melakukannya adalah paru-paru mayat harus segar / belum
membusuk.
Cara melakukan percobaan getah paru (lonsef proef) yaitu permukaan
paru-paru dikerok (2-3 kali) dengan menggunakan pisau bersih lalu dicuci dan
iris permukaan paru-paru. Kemudian teteskan diatas objek gelas. Syarat
sediaan harus sedikit mengandung eritrosit.
Evaluasi sediaan yaitu pasir berbentuk kristal, persegi dan lebih besar
dari eritrosit. Lumpur amorph lebih besar daripada pasir, tanaman air dan telur
cacing.
Ada 3 kemungkinan dari hasil percobaan getah paru (lonsef proef),
yaitu :
1. Hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain.
2. Hasilnya positif dan ada sebab kematian lain.
3. Hasilnya negatif.
Jika hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat kita
interpretasikan bahwa korban mati karena tenggelam. Jika hasilnya positif dan
ada sebab kematian lain maka ada 2 kemungkinan penyebab kematian korban,
yaitu korban mati karena tenggelam atau korban mati karena sebab lain.
Jika hasilnya negatif maka ada 3 kemungkinan penyebab kematian
korban, yaitu :
1. Korban mati dahulu sebelum tenggelam.
2. Korban tenggelam dalam air jernih.
3. Korban mati karena vagal reflex / spasme larynx.
Jika hasilnya negatif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat
kita simpulkan bahwa tidak ada hal yang menyangkal bahwa korban mati
karena tenggelam. Jika hasilnya negatif dan ada sebab kematian lain maka
kemungkinan korban telah mati sebelum korban dimasukkan ke dalam air.
Pemeriksaan Diatome (Destruction Test)
Kegunaan melakukan pemeriksaan diatome adalah mencari ada
tidaknya diatome dalam paru-paru mayat. Diatome merupakan ganggang
bersel satu dengan dinding dari silikat. Syaratnya paru-paru harus masih
dalam keadaan segar, yang diperiksa bagian kanan perifer paru-paru, dan jenis
diatome harus sama dengan diatome di perairan tersebut.
Cara melakukan pemeriksaan diatome yaitu ambil jaringan paru-paru
bagian perifer (100 gr) lalu masukkan ke dalam gelas ukur dan tambahkan
H2SO4. Biarkan selama 12 jam kemudian panaskan sampai hancur
membubur & berwarna hitam. Teteskan HNO3 sampai warna putih lalu
sentrifus hingga terdapat endapan hitam. Endapan kemudian diambil
menggunakan pipet lalu teteskan diatas objek gelas.
Interpretasi pemeriksaan diatome yaitu bentuk atau besarnya bervariasi
dengan dinding sel bersel 2 dan ada struktur bergaris di tengah sel. Positif
palsu pada pencari pasir dan pada orang dengan batuk kronik. Untuk hepar
atau lien, tidak akurat karena dapat positif palsu akibat hematogen dari
penyerapan abnnormal gastrointestinal.
Penentuan Berat Jenis (BD) Plasma
Penentuan berat jenis (BD) plasma bertujuan untuk mengetahui
adanya hemodilusi pada air tawar atau adanya hemokonsentrasi pada air laut
dengan menggunakan CuSO4. Normal 1,059 (1,0595-1,0600); air tawar
1,055; air laut 1,065. Interpretasinya ditemukan darah pada larutan CuSO4
yang telah diketahui berat jenisnya.
Pemeriksaan Kimia Darah (Gettler Test)
Pemeriksaan kimia darah (gettler test) bertujuan untuk memeriksa
kadar NaCl dan kalium. Interpretasinya adalah korban yang mati tenggelam
dalam air tawar, mengandung Cl lebih rendah pada jantung kiri daripada
jantung kanan. Kadar Na menurun dan kadar K meningkat dalam plasma.
Korban yang mati tenggelam dalam air laut, mengandung Cl lebih tinggi pada
jantung kiri daripada jantung kanan. Kadar Na meningkat dan kadar K sedikit
meningkat dalam plasma.
Pemeriksaan Histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologi dapat kita temukan adanya bintik
perdarahan di sekitar bronkioli yang disebut Partoff spot.(1,2,3)
3.8. Diagnosis Tenggelam
Bila mayat masih segar (belum terdapat pembusukan), maka diagnosis
kematian akibat tenggelam dapat dengan mudah ditegakkan melalui
pemeriksaan yang teliti dari:
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan laboratorium berupa histologi jaringan, destruksi jaringan dan berat
jenis serta kadar elektrolit darah.
Bila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian akibat tenggelam
dibuat berdasarkan adanya diatom yang cukup banyak pada paru-paru yang bila
disokong oleh penemuan diatom pada ginjal, otot skelet atau diatom pada sumsum
tulang, maka diagnosis akan menjadi pasti.(3)
3.9. Medikolegal
Secara medikolegal kematian karena tenggelam umumnya karena
kecelakaan apalagi di musim hujan dan banjir. Bunuh diri dengan tenggelam
bukan hal yang jarang terjadi. Biasanya korban memilih tempat yang tinggi
untuk melonjat dan biasanya di tempat yang sering dilewati orang. Penting
sekali menentukan apakah korban mati karena tenggelam atau sudah mati
baru ditenggelamkan. Pemeriksaan menjadi sulit bila korban telah mengalami
pembusukan atau pembusukan lanjut. Perlu diperhatikan bahwa korban yang
diangkat dari air, mengalami pembusukan lebih cepat dari biasa. Oleh karena
itu penundaan pemeriksaan akan mempersulit pemeriksaan, selain bau yang
akan dihadapi pemeriksa. (1)
BAB IV
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Amri A. Tenggelam (Drowning) . In: Amri A. Eds. Ilmu Kedokteran
Forensik . Edisi 2. Medan, Ramadhan; 2007: hal. 137-141.
2. Al-Fatih, M. Tenggelam. 2007. Avaible at:
http://www.klinikindonesia.com. (diakses tanggal 12 Februari 2012).
3. Budiyanto, A, Widiatmaka, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta,
FK-UI : 1997. Hal 64-70.
4. Shepherd, S. Drowning. 2010. Avaible at:
http://emedicine.medscape.com/article/772753-overview. (diakses
tanggal 12 Februari 2012).
Idries, A.M. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara.
top related