lap. struktur
Post on 01-Feb-2016
334 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1. UMUM
1.1. Unit
Unit yang harus digunakan dalam desain adalah sistem SI ( meter, kg, dan detik ).
Penggunaan N, kN dan ton pada beberapa perhitungan diizinkan.
1.2. Peraturan dan Standar
Pada prinsipnya seluruh peraturan dan standar berikut ini ( edisi terakhir ) yag
digunakan.
1) PPIUG 1983 : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung
2) RSNI 03-1726-201x : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Gedung.
3) SNI 03-1729-2002 : Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung.
4) SNI 03-12847-2002 : Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung.
5) UBC - 97 : Uniform Building Code 1997
6) ACI 318 M – 11 : Building Code Requirements for Structural Concrete.
7) AISC-LFRD-99 : American Institute of Steel Construction – Load and
Resistance Factor Design 1999
8) IBC -09 : International Building Code 2009
9) ASCE 07-10 : Minimum Design Load for Building and Other
Structure 2010
10) AWS D.1.1 : American Weiding Society.
11) SKBI-2.3.53.1987 : Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Rumah dan Gedung.
12) D1-PPL-0901-02 : Pedoman Perencanaan Struktur di bawah 8 lantai.
13) Manual Book : ETABS versi 8 – Manual Book
2. KONDISI DESAIN
2.1 Lokasi Bangunan
Bangunan berada di dalam YOGYAKARTA
2.2 Kondisi Bangunan
Tinggi bangunan 2 lantai
2.3 Kondisi Tanah
Dari hasil laporan penyelidikan tanah, berdasarkan hasil sondir bahwa tanah keras berada pada qc 150 kg/cm2. Sedangkan dari hasil boring load, tanah keras berada pada N-SPT > 40. Untuk jenis tanah pada kedalaman tertentu dapat diketahui dari laporan boring log (SPT).
2.4 Kondisi Klimatik
Perencanaan beban angin diambil 25 kg/m2.
3. MATERIAL
1) Beton : Kuat tekan beton 20 Mpa untuk ketahanan pemikul beban gempa
( SNI 03-2847-02 Pasal 23.2.(4).(1))
2) Baja : Mutu biasa ST -37 / ASTM A36 / SS400 / JIS G3101
3) Tulangan : BJTD 40
( ASTM A706 & SNI 03-2847-02 Pasal 23.2.(5))
4) Tul. Wire Mesh : ASTM A185 ( Deformed U-50)
5) Baut : ASTM A325
6) Baut Angkur : ASTM A36
7) Portland Cemen : ASTM C 150 Tipe I ( Normal )
8) Electroda Las : ASW D1.1 / Elektroda A5.1 (E 7061 atau E7018 atau setara)
9) Steel Deck : ASTM A653 Grade Leleh Minimal 320 Mpa
4. KEKUATAN IJIN MATERIAL
4.1. Beton
URAIANMUTU
(kg/cm2)
Pondasi Tiang Pancang K-400
Struktur Beton untuk Kolom K-350
Struktur Beton untuk Balok dan Pelat K-300Mutu di atas adalah kekuatan tekan karakteristik kubus pada 28 hari.
E beton harus dihitung dengan formula :
Ec = (Wc)1,5 0.043 fc’
Atau
Ec = 4700 fc’ dalam Mpa
dimana fc’ = 0,83 x Kekuatan Tekan Karakteristik Beton Kubus (kg/cm2) dibagi 10 dan Wc =
berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m3
4.2. Tulangan
Diameter ulir (mm) : D(10), 13 D 32, BJTD 40, fy (tegangan leleh) = 4000 kg/cm2
Diameter ulir (mm) : 13 D 32, BJTD 50, fy (tegangan leleh) = 5000 kg/cm2
Mutu U-50 hanya dapat dipergunakan untuk elemen struktur yang tidak mensyaratkan
daktilitas, misalnya pelat lantai, pile cap, tie-beam, dan dinding penahan tanah.
Diameter tulangan yang dapat dipergunakan adalah : Diameter 10, 13, 16, 19, 22, 25, dan 32
mm
Tebal Selimut Beton Minimum :
Komponen StrukturSelimut Minimum
(mm)
Beton yang berhubungan langsung dengan tanah 75
Beton yang berhubungan langsung dengan cuaca 50
Beton yang tidak berhubungan langsung dengan cuaca luar dan tidak berhubungan langsung dengan tanah
Pelat dan Dinding 20 dan 25
Balok 30
Kolom 40
Untuk proyek ini, diameter tulangan yang dipergunakan adalah :
1) Tulangan utama balok menggunakan diameter ulir 16, 19, dan 22 mm (BJTD 40)
2) Tulangan utama kolom menggunakan diameter ulir 16, 19, 22 dan 25 mm (BJTD 40)
3) Tulangan pelat biasa menggunakan diameter ulir 10 mm (BJTD 40)
4) Tulangan sengkang menggunaan diameter ulir 10 mm (BJTD 40)
4.3. Struktur Baja
Mutu baja yang dapat dipergunakan adalah mutu biasa ST-37 / ASTM A36 / SS400 / JIS G3101
dengan tegangan leleh minimum : 2400 kg/cm2
4.4. Steel Deck
Steel Deck yang dipergunakan harus sesuai ketentuan ASTM A653 dengan Grade Leleh
minimal 320 Mpa atau 3200 kg/cm2. Steel Deck tersebut harus anti karat dengan cara hot dip
galvanised Z275. Penggunaannya harus mengikuti brosur steel deck sesuai spesifikasi pabrik
yang memproduksi.
4.5. Baut Mutu Tinggi (High Strength Bolts)
Untuk sambungan baja pada bagian-bagian umum menggunakan Baut Mutu Tinggi (High
Strength Bolts) ASTM A325.
Diameter yang diperlukan : M16, M20, M22, dan M24
: M27 dan M30 dipakai pada kondisi sangat khusus saja.
4.6. Baut Biasa (Common Bolts)
Baut mutu biasa sesuai ASTM-A 307.
4.7. Las (Welds)
Untuk sambungan struktur baja pada umumnya maka elektroda las harus mengikuti ketentuan
dari AWS D1.1. Tipe elektroda yang digunakan harus Elektroda Low Hydrogen AWS A5.1 - E
7016 atau A5.1 - E 7018 atau setara.
4.8. Baut Angkur (Anchor Bolts)
Baut angkur sesuai ASTM-A 307.
4.9. Stek Tulangan (Starter Bar) yang belum terpasang
Apabila dibutuhkan stek tulangan atau starter bar sesudah beton cor, maka dapat digunakan
angkur tulangan mutu ST 41 dengan kapsul chemical (dari Fisher, HILTI, atau Ramset).
5. STRUKTUR BAWAH
Pemilihan Pondasi dan Kedalaman Pondasi
Dengan mempertahankan lokasi dan jarak bangunan dengan tetangga cukup dekat, maka dipilih
pondasi footplat atau telapak.
6. DESAIN STRUKTUR
6.1 Umum
Struktur harus di desain untuk mampu menopang beban tetap ( beban mati dan beban
hidup ) dan kombinasi beban tetap dan beban gempa.
Desain Struktur beton harus dilakukan sesuai dengan metode LFRD atau yang diatur
sesuai dengan SNI 03-1729-02, Tata cara pengitungan struktur beton untuk bangunan
gedung.
Desain struktur baja harus dilakukan sesuai dengan metode LFRD atau yang diatur
sesuai dengan SNI 03-1729-02 Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan
gedung.
6.2 Sistem Struktur Yang Dipilih
Sistem struktur yang dipilih untuk struktur bangunan ini adalah sistem rangka beton
bertulang pemikul momen khusus untuk kategori desain seismik ≤ C dan sistem rangka
beton bertulang pemikul momen biasa untuk kategori desain seismik ≤ B.
6.3 Pembebanan
Komponen elemen struktur harus dirancang sedemikian hingga kuat rencananya sama
atau melebihi pengaruh beban terfaktor dengan kombinasi sebagai berikut :
Pembebanan harus dilakukan sesauai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung (PPIUG) dan RSNI 03-1726-201x, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Bangunan Gedung).
6.3.1 Beban Mati (DL)
a) Berat jenis beton bertulang 2400 kg/m3.
b) Berat jenis beton rabat untuk finishing 2200 kg/m3.
c) Berat jenis tanah, lempung dan lanau 1700 kg/m3.
d) Beban finishing lantai /cm tebal 24 kg/m2.
e) Beban dinding bata 250 kg/m2.
f) Beban dinding Celcon tebal 10 cm 113 kg/m2.
g) Beban dinding hebel
- Tebal 7,5 cm dengan finishing plester 2 sisi 80 kg/m2.
- Tebal 10 cm dengan finishing plester 2 sisi 100 kg/m2.
h) Beban Curtain Wall ( Glass / Alumunium Panel ) 50 kg/m2.
i) Beban kaca tebal 10 mm 25 kg/m2.
j) Beban instalasi M&E 45 kg/m2.
k) Beban plafon 18 kg/m2.
6.3.2 Beban Hidup (DL)
Beban hidup disesuaikan dengan fungsi dari masing-masing lantai.
a) Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana 125 kg/m2.
b) Lantai dan tangga rumah tinggal kecuali yang disebut (a) 200 kg/m2.
c) Lantai sekolah, kantor, toko,rumah sakit,hotel 250 kg/m2.
d) Lantai ruang olah raga 400 kg/m2.
e) Lantai untuk ruang pertemuan,mesjid,bioskop 400 kg/m2.
f) Lantai gedung untuk parkir 400 kg/m2.
6.3.3 Beban Gempa
a) Gempa rencana
Menurut RSNI 03-1726-201x gempa rencana ditetapkan sebagai gempa
dengan kemungkinan terlewati besarannya selama umur struktur
bangunan 50 tahun adalah sebesar 2 persen. Untuk berbagai kategori
resiko dan faktor keutamaan struktur bangunan gedung diatur dalam
pasal 4.1.2 dan untuk tipe kelas situs tanah diatur dalam tabel 3.
Untuk penentuan koefisien dan parameter spektrum respons percepatan
gempa harus sesuai dengan peta peta gerak tanah dan koefisien resiko sesuai
pasal 14.
b) Parameter percepatan spektral desain
Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek SDS dan perioda 1 detik
SD1. Ditentukan berdasarkan perumusan :
SDS =23
SMS dimana SMS = Fa . Ss
SD1 =23
SM1 dimana SD1 = Fv . S1
c) Spektrum respons desain
Untuk kategori desain seismik diatur dalam pasal 6.5 yang dapat ditabelkan sebagai
berikut
Sedangkan faktor reduksi gempa masing-masing nilai R ,harus dikenakan pada
setiap sistem, termasuk batasan sistem struktur yang termuat dalam Tabel 9.
d) Periode Getar Fundamental
T = Periode getar fundamental struktur
Untuk perioda yang lebih kecil dari T0,
Untuk perioda lebih besar atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau sama
dengan Ts,
Sa = SDS
Untuk perioda lebih besar dari Ts
Dimana :
Untuk prosedur analisis yang dapat digunakan diatur pada tabel 13
e) Penentuan perioda fundamental
Penentuan perioda fundamental struktur T dari hasil analisa ETABS atau SAP
tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk batasan atas pada perioda yang di
hitung (Cu). Sebagai alternatif pada pelaksanaan analisis untuk menentukan
perioda T diijinkan secara langsung menggunakan perioda pendekatan Ta.
Dan Tmax = Ta. Cu
Dimana hn = adalah ketinggian struktur
f) Prosedur gaya lateral ekivalen
Prosedur gaya lateral ekivalen diatur dalam pasal 7.8, dengan gaya geser dasar
V seismik sesuai dengan :
V = Cs.W dimana Cs = SDS/(R/Ie)
Ket : Cs = koefisien respons seismik
W = berat seismik efektif
Nilai Cs tidak perlu melebihi :
Dan tidak kurang dari
g) Distribusi vertikal gaya gempa
Gaya gempa Fx yang timbul dinsemua tingkat harus ditentukan dari persamaan :
Dan
Dimana:
Cvx = faktor distribusi vertikal
V = gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur (kN)
wi dah wx = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang ditempatkan
atau dikenakan pada tingkat i atau x.
hi dan hx = tinggi (m) dari dasar sampai tingkat i atau x
k = eksponen yang terkait dengan perioda struktur
untuk perioda ≤ 0,5 detik k=1,
untuk 0,5< k < 2,5 detik nilai k ditentukan dengan interpolasi
linier,
untuk k 2,5 detik k = 2.
top related