lap. modul 2 edema
Post on 27-Dec-2015
106 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik (CKD) merupakan suatu kegagalan ad nefron ginjal
dalam memfiltrasi, mereabsorbsi cairan yang nantinya akan menjadi urine. Ada
beberapa penyebab kegagalan pada ginjal, yaitu : Pre renal yaitu gangguan yang
terjadi sebelum renal misalnya dari darahnya, jantungnya, pembulub darahnya. Renal
yaitu gangguan pada renal itu sendiri misalnya kerusakan pada glomerulus sehingga
filtrasi tidak sempurna. Dan Post renal yaitu gangguan setelah renal misalnya ada
obstruksi pada ureter, kandung kemih, uretra. Yang terpenting pada gagal ginjal yaitu
adanya riwayat berbagai penyakit yang juga menyertai penyakit CKD misalnya
adanya riwayat Diabetes, hipertensi, CHF, hipoalbumin, glomerulonefritis dan
penyakit ginjal lainnya.
2. Tujuan Penulisan
Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan struktur sistem perkemihan, yaitu :
a. Mahasiswa dapat menjelaskan Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar Gagal ginjal kronik (CKD) yang
terdiri dari definisi, factor resiko, gejala klinik, patofisiologi, penatalaksanaan dan
farmakologi.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan pada kasus
Gagal ginjal kronik yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem berkemih adalah system untuk menghasilkan dan menyalurkan urine
dengan segala zat yang dapat dikeluarkannya. Sistem berkemih terdiri atas ginjal,
ureter, kandung kemih dan uretra. Fungsinya yaitu :
a. Ginjal berfungsi untuk menyaring darah dan mengeluarkan zat-zat yang tidak
diperlukan tubuh.
b. Ureter merupakan saluran berdinding otot polos, menghubungkan ginjal dan
kandung kemih (Vesica urinaria).
c. Kandung kemih terletak di rongga panggul kecil dan berguna untuk
menampung urine yang dihasilkan ginjal.
d. Uretra adalah saluran untuk mengeluarkan urine ke dunia luar.
GINJAL
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas atau pada dinding posterior abdomen, terutama didaerah
lumbal, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, di bungkus lapisan lemak yang
tebal, di belakang peritoneum atau di luar rongga peritoneum.
Besar dab berat ginjal sangat bervariasi, hal ini tergantung pada jenis kelamin,
umur serta ada atau tidaknya ginjal pada sisi lainnya. Ukuran ginjal orang dewasa
rata-rata adalah 11,5 cm (panjang), 6 cm (lebar), dan 3,5 cm (tebal). Beratnya
bervariasi antara 120- 170 gram, atau kurang lebih 0,4 % dari berat badan.
Struktur Ginjal
Setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dari jaringan fibrus dan membentuk
pembungkus yang halus. Di dalamnya terdapat struktur ginjal berwarna ungu tua yang
terdiri atas korteks disebelah luar dan medulla disebelah dalam. Bagian medulla
tersusun atas 15-16 massa pyramid yang disebut pyramid ginjal. Puncaknya mengarah
2
ke hilum dan berakhir di kalises (kaliks). Kalises menghubunginya dengan pelvis
ginjal.
a. Nefron
Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang berjumlah masing-masing
sekitar 1-1,2 juta untuk tiap ginjal. Nefron terdiri atas :
- Glomerulus : yaitu anyaman kapiler yang terbungkus dalam kapsula bowman.
Darah berasal dari arteriola aferen dan keluar melalui arteriola eferen. Di
glomerulus terjadi proses filtrasi cairan, lalu cairan ditampung di kapsul
bowman dan kemudian ke tubulus proximal (ukurannya panjang namun
berkelok-kelok)
- Kapsula bowman : yaitu selaput tipis berbentuk mangkok. Di kapiler
glomerulus darah difiltrasi dan cairan filtratnya ditampung oleh kapsula
bowman ini. Cairan filtrate selanjutnya diteruskan ke tubulus proximal.
- Tubulus proximal : bentuknya berkelok-kelok. Disini zat-zat larut dalam
cairan filtrate seperti glukosa, beberapa jenis vitamin lalu diserap kembali
(reabsorbsi).
- Ansa Henle : yaitu saluran sambungan tubulus proximal dan menghubungkan
dengan tubulus distal. Pada nefron medulla ukurannya lebih panjang. Pada
ansa henle yang turun (desenden), cairan diserap sehingga cairan filtrate
3
makin pekat dan pada ansa henle yang naik (asenden) diserap garam-garam
sehingga cairan filtrate menjadi encer kembali.
- Tubulus distal : merupakan saluran yang berkelok-kelok tempat penyerapan
air yang fakultatif, tergantung kadar ADH (Anti Diuretic Hormone) atau
hormone vasopressin dalam darah. Bila ADH yang dilepaskan hipofisa
posterior ke darah meningkat, air yang diserap banyak berarti urine menjadi
sedikit. Sedangkan bila ADH yang dilepaskan sedikit maka cairan yang
diserap hanya sedikit dan berarti urine yang dihasilkan menjadi banyak.
b. Vaskularisasi
Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang
langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena
renalis yang bermuara kedalam vena cava inferior. Arteri renalis membawa darah
murni dari aorta abdominalis ke ginjal. Cabang arteri memiliki banyak ranting di
dalam ginjal dan menjadi arteriola aferen serta masing-masing membentuk simpul
dari kapiler-kapiler didalam salah satu badan malphigi yaitu glomerulus.
Arteriola eferen membawa darah dari glomerulus, kemudian dibagi kedalam
jaringan peritubular kapiler. Kapiler ini menyuplai tubulus dan menerima materi
yang di reabsorbsi oleh struktur tubular. Pembuluh eferen menjadi arteriola eferen
yang bercabang-cabang membentuk jaringan kapiler di sekeliling tubulus
uriniferus. Kapiler ini bergabung membentuk vena renalis yang membawa darah
dari ginjal ke vena cava inferior. Kapiler arteriola eferen lainnya membentuk vasa
vecta yang berperan dalam mekanisme konsentrasi ginjal.
Darah yang masuk kedalam Ginjal :
Aorta → Aorta Abdominalis → Arteri Renalis → Arteriola Aferen → Glomerulus
(kapiler-kapiler).
Darah yang keluar dari Ginjal :
Glomerulus (kapiler-kapiler) → Arteriola Eferen → Vena Renalis → Vena Cava
Inferior.
4
URETER
Ureter merupakan saluran yang terdiri dari otot polos sirkuler bagian dalam
dan otot polos longitudinal di bagian luar. Bila sedang berbaring, urine yang mengalir
didorong oleh gerak peristaltic ini. Bila kita berdiri atau duduk, urine turun oleh gaya
gravitasi. Bila ada batu ginjal yang tersangkut di ureter maka akan merangsang
kontraksi dinding ureter berlebihan dan dirasakan sebagai nyeri hebat.
KANDUNG KEMIH (VESICA URINARIA)
Kandung kemih (vesica urinaria) menampung urine dan setelah mencapai
jumlah tertentu dikeluarkan (miksi, BAK). Kandung kemih bersifat plastis artinya
sampai batas tertentu, misalnya sekitar 200-400 ml, pengembangan vesica urinaria ini
tidak meningkatkan tekanan didalamnya. Namun setelah itu penambahan sedikit saja
sudah sangat meningkatkan tekanan dan dirasakan sebagai desakan untuk miksi.
URETRA
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dati kandung kemih
melalui proses miksi. Secara anatomis, uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu uretra
posterior dan uretra anterior. Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang
terletak diantara perbatasan kandung kemih dan uretra, serta sfingter uretra eksterna
yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Sfingter interna terdiri atas
otot polos yang dipersarafi oleh system simpatis sehingga saat kandung kemih penuh,
sfingter ini akan terbuka. Sfingter eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi
oleh system somatic yang data diperintah sesuai dengan keinginan seseorang. Pada
saat kencing sfingter ini terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan kencing.
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
MODUL EDEMA
Tn. IS 52 tahun. Dirawat diruang penyakit dalam RSCM, memiliki riwayat hipertensi grade
II, DM tipe II, Hipoalbumin, CHF. Pasien dirawat sejak 2 hari yang lalu karena sesak nafas,
mual muntah dan edema. Saat pasien masuk IGD 2 hari yang lalu telah dilakukan
hemodialisa (HD) cito selama 5 jam dengan UFG 4000 cc. Pasien menderita DM sejak 15
tahun yang lalu, istri pasien mengatakan BB pasien meningkat 4-5 kg diantara waktu dialysis.
BB sebelum sakit ginjal 70 kg. Pasien dianjurkan minum dibatasi paling banyak 600 cc/ hari,
namun sering minum lebih dari 1000 cc/ hari. Seminggu yang lalu pasien pergi keluar kota
menjalani pengobatan alternatif sehingga selama seminggu tidak menjalani HD dan tidak
minum obat. Hasil pengkajian hari ini diperoleh data : Pasien mengeluh sesak nafas, lemas,
mual, tidak nafsu makan (makan habis ¼ - ½ porsi), serta gatal. Pasien mengatakan sudah
lelah, tidak berguna lagi karena tidak bisa bekerja, sudah seminggu meninggalkan shalat
karena putus asa. Hasil pemeriksaan fisik TD 160/100 mmHg, RR 28 x/mnt, nadi 95x/ menit,
ireguler, lemah, suhu tubuh 370C. Edema pada ekstremitas bawah, akral dingin, Capilary
Refil Time (CRT) 3 detik, pucat pada konungtiva, mucosa dan ujung jari tidak ada cyanosis.
Balance cairan + 600 cc, urine output 0. Mulut kotor, bau aseton, dan urokrom (-). Terpasang
O2 nasal kanul 3 liter/ menit, JVP 5 + 2 cmH2O, gerakan dada simetris, retraksi interkosta (-),
perkusi paru redup, fremitus berkurang, ronchi +/+, wheezing -/-, ictus cordis (+) pada ICS 5,
murmur halus, gallop (-), pembesaran jantung pada perkusi jantung. Abdomen tampak tegang
mengkilat, BU 8-9x/ menit, lingkar perut 123 cm. kulit purpura, kering, pucat, uremic Frosst
(+), terpasang cimino pada tangan kiri, pulsasi (+), BB saat ini 81,5 kg, BB post HD minggu
lalu 75 kg. Hasil Rontgen terdapat gambaran edema paru dan cardiomegali, CTR 54%. Hasil
Echo : LV hipertropi, penurunan fungsi diastolic, EF 50%. DPL : Hb 7,5 gr%, Ht 24,8%,
Eritrosit 3,27 juta, trombosit 330 ribu, leukosit 9,37 ribu, LED 50 mm/jam. Elektrolit : Na
134; K 5,5; Cl 95,3; Albumin 3,0; Protein total 7 g/dl; globulin 4g/dl; HbA1C 7%; GDS 182
mg/dl; ureum 165 mg/dl; kreatinin 7,5 mg/dl; serum iron 21; TIBC 160, saturasi tranferin
13%, feritin 165 mg/ml. AGD : pH 7,32; pCO2 43,1; PO2 81,9; HCO3 26; BE 2,9; 02 saturasi
95,2. Terapi saat ini asam folat 1x3; bicnat 3x1; B12 3x1; CaCO3 3x1; valsartan 1x10 mg.
Diet : DM 1700 kalori, 50 gr protein.
a. Kata yang tidak dimengerti dan penjelasannya :
1) Riwayat :
Hipertensi grade II : Normal apabila tekanan sistolik di bawah 120 mmHg dan
tekanan diastolik di bawah 80 mmHg. Prehipertensi apabila tekanan sistolik
antara 120-139 mmHg dan diastolik antara 80-89 mmHg. Hipertensi grade 1
apabila tekanan sistolik antara 140-159 mmHg dan tekanan diastolik antara 90-
99 mmHg. Hipertensi grade II apabila tekanan sistolik di atas atau sama dengan
160 mmHg dan tekanan diastolik diatas atau sama dengan 100 mmHg.
DM tipe II : DM tipe 1 adalah di mana tubuh kekurangan hormon insulin atau
istilahnya Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan DM tipe 2 di mana
hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya atau
istilahnya Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada DM tipe II
terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin.
Hipoalbumin : Yaitu penurunan jumlah albumin serum yang nantinya akan
mengakibatkan cairan dari pembuluh vascular keluar ke jaringan- jaringan dan
menyebabkan edema.
CHF : Merupakan Congestive Heart Failure (gagal jantung) adalah
ketidakmampuan jantung memompa darah yang cukup untuk kebutuhan oksigen
dan nutrisi jaringan tubuh.
2) Hemodialisa (HD) cito selama 5 jam dengan UFG 4000 cc :
Definisi : Hemodialisis adalah sebuah terapi medis. Kata ini berasal dari kata
haemo yang berarti darah dan dilisis yang berarti dipisahkan. Hemodialisis
merupakan salah satu dari Terapi Pengganti Ginjal, yang digunakan pada
penderita dengan penurunan fungsi ginjal, baik akut maupun kronik.
Tujuan : Hemodialisis berfungsi membuang produk-produk sisa metabolisme
seperti potassium dan urea dari darah dengan menggunakan mesin dialiser.
7
Prinsip Hemodialisis :
- Dengan menerapkan proses osmotis dan ultrafiltrasi pada ginjal buatan, dalam
membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Pada hemodialisis, darah dipompa
keluar dari tubuh lalu masuk kedalam mesin dialiser (yang berfungsi sebagai
ginjal buatan) untuk dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan
ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk dialisis (dialisat).
- Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di
dalam darah, sehingga cairan, limbah metabolik dan zat-zat racun di dalam
darah disaring melalui selaput dan masuk ke dalam dialisat. Kecepatan dapat
di atur biasanya diantara 300-400 ml/menit. Proses hemodialisis melibatkan
difusi solute (zat terlarut) melalui suatu membrane semipermeable.
- Molekul zat terlarut (sisa metabolisme) dari kompartemen darah akan
berpindah kedalam kompartemen dialisat setiap saat bila molekul zat terlarut
dapat melewati membran semipermiabel demikian juga sebaliknya. Setelah
dibersihkan, darah dialirkan kembali ke dalam tubuh.
3) Capilary Refil Time (CRT) : Lamanya waktu aliran darah kapiler yang dilihat dari
permukaan kuku yang ditekan. Normalnya tidak lebih dari 3 detik.
4) Bau aseton & urokrom (-) : Aseton merupakan hasil pecahan dari lemak. Pada
pasien DM itu lebih banyak kolesterol (lemak) sehingga bisa menimbulkan bau
aseton yaitu bau amis.
5) JVP 5 + 2 cmH2O : JVP menggambarkan perubahan tekanan fasik atrium kanan.
Normalnya JVP adalah 1-11 cmH2O, saat pasien berbaring setengah tidur telentang
8
(30-400), dimana ujung atas kolom vena sistemik berada dibawah atau hanya
kelihatan sedikit diatas angulus sternalis.
6) Retraksi intercosta (-) : Tidak adanya pengembangan pada intercosta.
7) Perkusi paru redup : Pada saat perkusi suara yang dihasilkan menjadi redup karena
adanya edema paru.
8) Fremitus berkurang : Getaran yang dihasilkan dari pengucapan, dan dirasakan
sebagai fremitus.
9) Ronchi +/+ :
Lokasi : Terdengar diatas trakea dan bronkus. Jika cukup keras dapat terdengar
di sebagian besar bidang paru.
Penyebab : Spasme muskuler, cairan/ mucus pada jalan nafas yang besar,
menyebabkan turbulensi.
Karakteristik : Bunyi keras bernada rendah, bergemuruh, kasar yang paling
sering terdengar selama inspirasi/ ekspirasi, dapat hilang dengan batuk.
10) Wheezing -/- :
Lokasi : Dapat di dengar di seluruh bidang paru.
Penyebab : Aliran udara kecepatan tinggi melewati bronkus yang mengalami
penyempitan berat.
Karakteristik : Bunyi musical bernada tinggi dan kontinu seperti berdecit yang
terdengar secara kontinu selama inspirasi/ ekspirasi, biasanya lebih keras pada
ekspirasi, tidak hilang dengan batuk.
11) Ictus Cordis (+) pada ICS V : Adanya detakan/ pukulan jantung yang terlihat
pada dinding dada di intercosta V.
12) Abdomen tegang mengkilat : Maksudnya adanya asites pada abdomen pasien
yang disebabkan oleh kelebihan volume cairan dalam tubuh pasien.
13) BU 8-9 x/ menit : Bising usus normalnya 8-12 x/menit.
14) Lingkar perut 123 cm : Normalnya 84 cm atau 33 inchi (1 inchi = 2,53).
15) Kulit purpura : Terdapat bercak-bercak perdarahan dalam kulit atau selaput
lendir.
9
16) Uremic Frosst (+) : Adanya keringat yang bercampur dengan ureum di atas bibir
dan biasanya bintik-bintik putih.
17) Cimino pada tangan kiri : Cimino adalah alat yang digunakan untuk
menghubungkan pembuluh darah yang akan digunakan untuk HD dan alat ini
digunakan secara permanen.
18) Pulsasi (+) : Denyutan nadi (+)
19) CTR 54% : Disebut juga dengan Cardio Toraks Ratio. Untuk menggambarkan
pembesaran/ hipertropi pada jantung.
Cara pengukuran toraks foto :
- Tarik garis M di tengah koluna vertebralis torakis
- Garis A jarak antara M dengan batas jantung, sisi kanan jantung sepertiga C
- Garis B jarak antara M dengan batas jantung sisi kiri jantung setengah C1
- Garis C dinding toraks sisi kanan – sisi kiri
- Garis F tinggi aorta 2cm dari tepi menubrium
- Garis D dan E : < 4cm
Cardio toraks ratio :
A+BC 1+C 2
x 100 %
10
Jika perbedaan ukuran berkis antara 1 - 1,5 cm atau > 50% (cardiomegali).
Focus film = 1,8 – 2 m.
20) Hasil Echo :
LV hipertropi : Adanya pembesaran pada ventrikel kiri.
Penurunan fungsi diastolic : Adanya ketidakmampuan jantung sebelah kiri
terutama ventrikel kiri dalam memompa darah ke sistemik.
EF 50% : EF adalah Ejection Fraction dan normalnya yaitu > 60%.
21) DPL :
Hb 7,5% :
- Hemoglobin adalah substansi protein dalam sel-sel darah merah yang terdiri
dari zat besi yang merupakan pembawa oksigen.
- Nilai normal : Dewasa : Laki-laki 13,5 – 18 g/dl; wanita 12 – 16 g/dl.
Anak-anak : Bayi baru lahir 12 – 24 g/dl; 6 bln – setahun 10 –
15 g/dl; 5 thn – 14 thn 11- 16 g/dl.
Ht 24,8% :
- Hematokrit adalah volume sel-sel darah merah dalam 100 ml (1 dL) darah,
dihitung dalam persen. Tujuannya untuk mengukur konsentrasi sel-sel darah
merah (eritrosit) dalam darah.
- Nilai normal : Dewasa : Laki-laki 40 – 50%, 0,40 – 0,54 (unit SI); Wanita 36 –
46%, 0,36 – 0,46 (unit SI).
Anak-anak : Bayi baru lahir 44 – 65%; anak 1-3 thn 29 – 40%; 4-10 thn 31 –
43%.
Eritrosit 3,27 juta (rendah) : Normalnya Laki-laki 4,7 – 6,1 juta/µL; wanita 4,2
– 5,4 juta/µL.
Trombosit 330 ribu (normal) : Normalnya 150.000 – 400.000 mm3.
11
Leukosit 9,37 ribu (normal) : Normalnya 5000 – 10.000/mm3.
LED 50 mm/jam (diatas normal) :
- LED (Laju Endap Darah) adalah pemeriksaan untuk mengukur kecepatan sel-
sel darah merah mengendapkan darah yang tidak membeku dalam milimeter
per jam (mm/jam).
- Nilai normal Dewasa : Metode Western : Usia <50 tahun laki-laki 0 – 10
mm/jam; wanita 0 – 20 mm/jam. Usia >50 tahun laki-laki 0 – 20 mm/jam;
wanita 0 – 30 mm/jam. Metode Wintrobe : Laki-laki 0 – 7 mm/jam; wanita 0 –
15 mm/jam.
22) Elektrolit :
Na 134 (dibawah normal) : Natrium merupakan kation yang banyak terdapat
dalam cairan ekstraseluler dan mempunyai efek menahan air. Natrium
memiliki berbagai fungsi yaitu membantu mempertahankan cairan tubuh,
bertanggung jawab terhadap konduksi impuls neuromuskuler melalui pompa
natrium dan terlibat dalam aktivitas enzyme. Nilai normal dewasa 135 – 145
mEq/L; 135 – 145 mmol/L (unit SI). Bayi 134 – 150 mEq/L; anak 135 – 145
mEq/L.
K 5,5 (diatas normal) : Kalium adalah kation yang paling banyak pada
intraseluler. Kalium berfungsi sebagai pengatur aktivitas enzim sel dan
komponen dari cairan sel.
Nilai normal Kalium : Dewasa = 3,5 – 5,0 mEq/L. Anak = (Bayi 3,6 – 5,8
mEq/L) dan (Anak 3,5 – 5,5 mEq/L).
CL 95,3 : Klorida adalah suatu anion yang umumnya banyak terdapat dalam
cairan ekstraseluler dan berperan penting dalam mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh, osmolalitas cairan tubuh (dengan natrium) dan
keseimbangan asam basa. Nilai normal : Dewasa 95 – 105 mEq/L; 95 – 105
mmol/L (unit SI). Anak : Bayi baru lahir 94 – 112 mEq/L; bayi 95 – 110
mEq/L; anak 98 – 110 mEq/L.
12
Albumin 3,0 (rendah) : Albumin merupakan komponen protein yang
membentuk lebih dari setengah protein plasma. Albumin disintesa di hepar.
Albumin berfungsi untuk meningkatkan tekanan osmotic (tekanan onkotik)
yang dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan cairan vascular. Penurunan
albumin mengakibatkan cairan dari pembuluh vaskuler keluar ke jaringan dan
menyebabkan edema. Dewasa : 3,5- 5,0 g/dl ; 52% sampai 68% dari protein
total. Anak : Bayi baru lahir : 2,9- 5,4 g/dl; Bayi : 4,4- 5,4 g/dl; Anak : 4,0- 5,8
g/dl.
23) Protein total 7 g/dl : Protein total terdiri dari albumin dan globulin. Nilai normal
protein total : Dewasa 6,0 – 8,0 g/dL; Anak 6,2 – 8,0 g/dL.
24) Globulin 4 g/dl : Nilai normal dewasa 1,5 – 3,5 g/dL.
25) HbA1C 7% : HbA1C (Hemoglobin Glikosilat) adalah darah kapiler/ vena dengan
anti koagulan (EDTA, Sitrat, Heparin). Nilai normal : Orang normal 4,0 – 6,0%;
DM terkontrol baik <7%; DM terkontrol lumayan 7-8%; DM tidak terkontrol
>8%.
26) GDS 182 mg/dl : Normalnya gula darah sewaktu 72 – 120 mg/dl.
27) Ureum 165 mg/dl (Diatas normal) : Ureum berasal dari penguraian protein,
terutama yang berasal dari makanan. Pada orang sehat yang makanannya banyak
mengandung protein, ureum biasanya berada di atas rentang normal. Nilai
normalnya adalah : Dewasa : 5 – 25 mg/dl, Anak-anak : 5 – 20 mg/dl, Bayi : 5 –
15 mg/dl, Lanjut usia : kadar sedikit lebih tinggi daripada dewasa.
28) Kreatinin 7,5 mg/dl : Kreatinin adalah produksi katabolisme otot yang berasal
dari pemecahan kreatin otot dan keratin fosfat. Jumlah produksi kreatinin sesuai
dengan massa otot. Ginjal mengeluarkan kreatinin. Jika 50% atau lebih nefron
rusak maka kadar kreatinin meningkat. Kreatinin serum secara khusus berguna
dalam mengevaluasi fungsi glomerulus. Nilai normalnya : Dewasa : - Serum 0,5 –
1,5 mg/dl ; 45 – 132,5 µmol/L (unit SI). Pada wanita kadarnya sedikit lebih
rendah akibat massa otot yang kurang. Anak : Bayi baru lahir 0,8 – 1,4 mg/dl ;
Bayi 0,7 – 1,7 mg/dl ; 2- 6 tahun 0,3 – 0,6 mg/dl, 27 – 54 µmol/L (unit SI) ; anak
yang lebih besar 0,4 – 1,2 mg/dl, 36 – 106 µmol/L (unit SI). Lansia :Mempunyai
13
kadar yang lebih rendah karena berkurangnya kekuatan otot-otot dan menurunnya
produksi kreatinin.
29) TIBC 160 : Yaitu Total Iron Binding Capacity. Nilai normalnya : 300 – 360
mg/L.
30) Saturasi tranferin 13% : Nilai normalnya 25 – 50%.
31) Feritin 165 mg/ml : Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui jumlah total
simpanan zat besi dalam tubuh. Nilai normalnya 20 – 300ug/L.
32) AGD (Analisa Gas Darah) :
Ph 7,32 : normalnya 7,35 – 7,45
PCO2 43,1 : normalnya 36 – 44 mmHg
PO2 81,9 : normalnya 80 – 100 mmHg
HCO3 26 : Normalnya 20-22
BE 2,9 : Base Excess (kelebihan basa) normalnya -2 s/d +2
O2 saturasi 95,2 : Normalnya >85%.
33) Terapi saat ini :
Asam folat 1x3 :
- Indikasi : Digunakan dalam pengobatan anemia megaloblastik dan
makrositik. Diberikan selama kehamilan untuk memacu perkembangan
janin normal.
- Kerja obat : Diperlukan untuk sintesis protein dan fungsi sel darah merah,
sel darah putih dan trombosit. Diperlukan untuk perkembangan janin
normal.
- Efek terapeutik : Pemulihan dan pemeliharaan hematopoesis normal.
- Farmakokinetik : Di absorbsi dengan baik dari saluran cerna
gastrointestinal dan tempat penyuntikan intramuscular dan intravena.
14
- Distribusi : Separuh dari seluruh jumlah terdapat dihati, termasuk ASI.
Menembus plasenta.
- Metabolisme dan ekskresi : Di konversi oleh hati menjadi metabolic
aktifnya, dihidrofolat reduktase. Kelebihan jumlah akan di ekskresi oleh
ginjaldalam bentuk yang tidak berubah.
- Kontraindikasi dan perhatian : Di kontraindikasikan pada anemia
pernisiosayang tidak terobati (kerusakan neurologic akan berkembang
walaupun abnormalitas hematologinya telah diatasi).
- Efek samping : Derm, ruam, demam, dll.
- Dosis : Anemia (PO, IM, IV, SC) dewasa dan anak-anak 0,25 – 1,0
mg/hari.
Bicnat 3x1 :
- Indikasi untuk ginjal
- Efek samping : poliuria
- Dosis : 500 mg
B12 3x1 :
- Indikasi : Anemia makrositer dan pertumbuhan anak-anak.
- Dosis : Tablet (Dewasa 50-150 mcg/hari, anak-anak 50-100 mcg/hari).
Ampul (Dewasa mula-mula 250-1000 mcg selama 1-2 minggu diikuti 250
mcg/minggu.
CaCO3 3x1 :
- Indikasi : pertumbuhan tulang
- Dosis : 3x sehari 1 tablet.
15
Valsartan 1x10mg :
- Indikasi : Hipertensi (dapat digunakan tunggal maupun dikombinasi dengan
obat antihipertensi lain); gagal jantung pada pasien tidak dapat mentoleransi
obat penghambat ACE (Penghambat enzyme pengubah angiotensin).
- Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati berat, sirosis, obstruksi empedu, dan
lainnya.
- Efek samping : Kelelahan, jarang diare, sakit kepala, mimisan,
trombositopenia, nyeri sendi, nyeri otot, gangguan rasa, neutropenia.
- Dosis : Hipertensi lazimnya 80mg sekali sehari, jika diperlukan (pada
pasien yang tekanan darahnya tidak terkontrol) ditingkatkan hingga 160 mg
sehari atau ditambahkan pemberian diuretika.
34) Diet :
DM 1700 kalori : Agar glukosa dalam tubh pasien berkurang, sehingga harus
diberikan diet kalori.
Protein 50 gr : Diet ini diberikan pada pasien dengan CKD dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya sklerosis (penyempitan arteri glomerulus). Rumusnya :
0,8 gr/kg BB + Protein yang hilang.
b. Kata Kunci :
1) Gangguan pre-renal → Jantung, paru-paru, pembuluh darah serta sirkulasinya dan
darahnya, yaitu :
a. Hipertensi grade II → CHF (Congestive Heart Failure) :
- TD 160/100 mmHg
- RR 28x/menit
- Nadi 95x/menit ireguler & lemah
- Akral dingin, CRT 3 detik
- Pucat pada konjungtiva
16
- Ictus cordis (+) pada ICS V
- Murmur halus
- Pembesaran jantung pada perkusi jantung
- Pulsasi (+)
- Hasil rongent : kardiomegali, CTR 54%
- Hasil Echo : LV Hipertrofi, penurunan fungsi diastolic, EF 50%.
b. Gangguan paru-paru :
- Sesak nafas
- RR 28x/menit
- Terpasang O2 nasal kanule 3 liter/menit
- Retraksi intercosta (-)
- Perkusi paru redup
- Fremitus berkurang
- Ronchi +/+
- Hasil rongent : Edema paru
- Hb 7,5 gr/dl
- pH 7,32
c. DM tipe II :
- GDS 182 mg/dl
- Diet DM 1700 kalori
d. Hipoalbumin :
- Edema pada ekstremitas bawah
- Abdomen tegang mengkilat (asites)
17
2) Gangguan renal → Fungsi GFR (Glomerulus Filtration Rate) menurun.
- 2 hari yang lalu dilakukan Hemodialisa cito selama 5 jam dengan UFG 4000
cc.
- Minum pasien dibatasi paling banyak 600 cc/hari, namun pasien sering minum
lebih dari 1000cc/hari.
- Edema ekstremitas bawah
- Urine output 0
- Mulut kotor bau aseton
- Kulit purpura, kering, pucat dan Uremic Frosst (+)
- Hasil lab : Ureum dan kreatinin meningkat, Natrium dan Albumin menurun,
c. Problem dasar :
Tn. IS usia 52 tahun memiliki riwayat hipertensi grade II, DM tipe II, hipoalbumin,
dan CHF. Kemudian 2 hari yang lalu Tn. IS masuk rumah sakit dengan keluhan sesak
nafas, mual muntah dan edema. Dan masuk IGD untuk hemodialisa.Setelah dianalisa
dari berbagai hasil pemeriksaan, dapat disimpulkan bahwa Tn. IS mengalami gagal
ginjal kronik (CKD/ Cronic Kidney Diseseas).
d. Pertanyaan dari problem dasar :
1. Jelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan
medis, dan pemeriksaan penunjang gagal ginjal kronik sesuai teori ?
2. Jelaskan patofisiologi gagal ginjal kronik sesuai masalah Tn. IS ?
3. Jelaskan maksud pemberian terapi asam folat, bicnat, B12, CaCO3, valsartan pada
Tn. IS ?
4. Jelaskan maksud pemberian diet DM 1700 kalori dan 50 gr protein pada Tn. IS ?
5. Masalah keperawatan apa saja yang dapat timbul dari Tn. IS ?
6. Bagaimana rencana tindakan keperawatan pada Tn. IS agar masalah dapat
diselesaikan ?
18
e. Tujuan Pembelajaran :
Membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system perkemihan
dengan criteria :
1. Menetapkan masalah keperawatan yang terjadi pada kasus
2. Menentukan tujuan dan criteria hasil dari setiap masalah keperawatan yang
muncul
3. Menentukan rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang
muncul.
f. Jawaban dari Pertanyaan
1. Gagal ginjal kronik sesuai teori :
a. Definisi
Gagal ginjal kronic (CKD) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap ( Doenges,1999). Gagal ginjal kronis atau penyakit
renal sangat akhir (EESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif
dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner dan Suddarth,
2001).
b. Etiologi
- Proses imunologis : Glomerulonefritis
- Penyakit metabolisme : Diabetes Melitus
- Hipertensi, CHF
- Obstruksi saluran kemih.
c. Manifestasi Klinis
1) Manifestasi klinik menurut ( Long,1996) antara lain :
- Gejala dini : Lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental,berat
badan berkurang,mudah tersinggung, depresi.
19
- Gejala yang lebih lanjut: anoreksia,mual disertai muntah, nafas dangkal
atau sesak nafas baik pada waktu beraktivitas maupun tidak, edema yang
disertai lekukan,pruritis tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
2) Manifestasi klinik menurut (Smeltzert,2001) antara lain : hipertensi retensi
cairan dan natrium dari aktivitas system rennin – aniotensin – aldosteron,
gagal jantung kongestif dan edema pulmoner( akibat cairan berlebihan ) dan
perikerditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksik, pruitis
anoreksia, mual,muntah,dan cegukan , kedutan otot, kejang,perubahan
tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
3) Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut :
- Gangguan kardiovaskuler : hipertensi , nyeri dada, dan sesak nafas
akibat perikarditis, efusi perikardiak dan gagal jantung akibat
penimbunan cairan, dan gangguan irama jantung, dan edema.
- Gangguan Pulmoner : nafas dangkal, kusmaul,batuk dengan sputum
kental dan leak, suara krekels.
- Gangguan gastrointestinal : anoreksia , nausea, dan fomitus yang
berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada
saluran gastrointestinal, ulserasi, dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
- Gangguan muskulokeletal: resiles leg sindrome ( pegel pada kakinya
sehingga selalu digerakan), burning feat syndrome ( rasa kesemutan dan
terbakar, terutama pada ditelapak kaki) , tremor ,miopati,( kelemahan
dan hipertropi otot-otot).
- Gangguan integument : kulit berwarna pucat akibat anemia dan
kekuning-kuningan akibat penibunan urokrom, gatal-gatal akibat toksis,
kuku tipis dan rapuh.
- Gangguan seksual : libido fertilitas dan areksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan
metabolic lemak dan vitamin D.
- Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa : biasanya
retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkelemia, hipomagnesemia, hipokalsemia. -
20
System hematologic : anemia yang disebabkan karena berkurangnya
produksi eritopoetin sehingga rangsangan eritopoesis pada sum-sum
tulang berkurang, hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eritrosit
dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi
thrombosis dan trombositopenia.
21
d. Patofisiologi secara teori
e.
22
Infeksi
Reaksi antigen antibodi
GFR me↓
Nyeri pinggang
Arterisklerosis
Vaskular
Suplai darah ke ginjal turun
Zat toksik
Tertimbun diginjalRetensi urine
Gagal ginjal kronik
Menekan saraf perifer
Batu besar & kasar
Tekanan kapiler naik
Sekresi protein terganggu
Retensi urine
Edema (kelebihan cairan)
Total CES naik
Volume interstitial naik
Obstruksi saluran kemih
Sekresi eritropoetin turun
Beban jantung naik
Produksi Hb ↓
Preload naik
O2 di Hb ↓
Hipertropi ventrikel kiri
Suplai O2 ↓
Payah jantung
Gangguan perfusi jaringan
Tek. Vena pulmonalis
Bendungan atrium kiri
naik
Kapiler paru naik
Edema paru
Gangguan pertukaran
gas
Suplai O2 ↓
Suplai O2 ke otak ↓
Suplai O2
jaringan ↓Aliran darah
ginjal ↓
Kelebihan volume cairan
Retensi Na & H2O naik
RAA turun
Metabolisme anaerob
timbul asam laktat
Gangguan keseimba
ngan asam basa
Perpospatemia
Suplai O2
ke otak ↓
Sindrom uremia
Gangguan integritas
kulit
Urokrom tertimbun di
kulit
Perubahan warna kulit
Produksi asam
lambung naik
Pruritis
Iritasi lambung
Infeksi Iritasi lambung
Resiko gangguan
nutrisi
Mual,muntah
Gastritis
Ketidaksadaran
Fatigue, nyeri sendi
e. Penatalaksanaan medis
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya edema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis : Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat
akut adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
- Hemodialisis : Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di
vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan
AV fistule yaitu menggabungkan vena dan arteri dan Double lumen yaitu
langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung).
c) Operasi : pengambilan batu, transplantasi ginjal.
f. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
- Lab darah lengkap (eritrosit, leukosit, trombosit, LED, Hb, Ht)
- Elektrolit (Natrium, kalium, clorida)
- AGD (Ph, Pco2, pO2, HCO3, BE, Sturasi O2)
- Ureum, kreatinin, GDS, albumin, dll.
b) Pemeriksaan Diagnostik
- Rontgent (gambaran paru-paru, jantung, dll)
- Echocardiografi
- Radiografi (USG, CT Scan).
23
2. Patofisiologi Gagal ginjal kronik sesuai masalah Tn. IS :
a. Riwayat DM tipe II :
Penjelasan :
DM tipe II ditandai oleh adanya resistensi insulin, gangguan sekresi insulin
serta peningkatan produksi glukosa sehingga kadar glukosa dalam darah
akan meningkat (hiperglikemia). Apabila terjadi hiperglikemia maka
glukosa akan menumpuk didalam darah yang ditandai oleh adanya
kenaikan gula darah sewaktu serta terjadinya peningkatan viskositas darah,
bila darah kental maka aliran darah ke perifer pun akan berkurang. Untuk
itu, jantung akan berkompensasi dengan meningkatkan kerja jantung,
kondisi tersebut akan menimbulkan tahanan vaskuler yang tinggi, sehingga
pasien dapat hipertensi.
b. Riwayat Hipertensi grade II :
24
Faktor usia (pembuluh darah ≠ elastic), Obesitas (kerja jantung me↑), DM (Viskositas darah me↑)
Merangsang kerja jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh
Peningkatan TD
Tekanan darah/ tahanan vaskuler me↑
Resistensi insulin dan gang. Sekresi
insulinDM Tipe II
Glukosa tidak masuk ke sel
Kreatinin, ureum me↑
Hiperglikemia
Viskositas darah me↑
Gangg. Reabsorbsi pada ginjal
GDS me↑ 182 mg/dl Kerja jantung me↑
Glukosa menumpuk dalam darah
Hipertensi
Penjelasan :
Hipertensi grade II ditandai dengan adanya tekanan systole sama dengan atau
diatas 160 dan tekanan diastolic sama dengan atau diatas 100 mmHg. Hipertensi
pada awalnya disebabkan oleh factor usia yaitu semakin tua usia seseorang maka
elastisitas pembuluh darah akan berkurang, DM yaitu viskositas darah meningkat,
obesitas yang menyebabkan peningkatan kerja jantung. Hal tersebut merangsang
kerja jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sehingga tahanan vaskuler akan
meningkat dan tekanan darah pun akan ikut meningkat. Apabila terdapat tahanan
vaskuler yang tinggi maka dapat menimbulkan gangguan pada aliran darah.
Terutama darah untuk ginjal. Apabila darah yang ke ginjal tidak mencukupi maka
nefron akan mengalami iskemik dan glomerulus akan rusak, sehingga filtrasi
glomerulus akan terganggu.
c. Riwayat CHF (Congestive Heart Failure) :
25
Gangg. Aliran darah
Jantung Ginjal
Kerja jantung me↑ GFR me↓
Hipertropi ventrikel kiri (CTR 54%), Ictus cordis (+), murmur halus, pembesaran jantung pada
perkusi jantung, Pe↓ fungsi diastolic.
Gangg. Fungsi ginjal
CRF/ CKD
Merangsang saraf simpatis untuk melepaskan epinefrin
dan norepinefrin
Jantung berkompensasi
Cardiac output me↓Hipertensi grade II, DM Tipe II
Peningkatan vosokontriksi
Penjelasan :
Hipertensi, diabetes mellitus dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif
(CHF) yang ditandai dengan turunnya cardiac output. Bila cardiac output menurun
maka jantung akan berkompensasi untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan suplai
darah yaitu dengan merangsang saraf simpatis untuk melepaskan epinefrin dan
norepinefrin sehingga vasokonstriksi akan meningkat. Untuk itu jantung akan
bekerja lebih keras dalam memompa, terutama memompa darah ke sistemik
akibatnya otot jantung kiri khususnya pada ventrikel kiri akan mengalami
hipertropi. Pada awalnya jantung akan memompa lebih keras, namun pada
akhirnya kontartilitas jantung akan menurun. Hal tersebut dapat menyebabkan
gagal jantung kiri, sehingga responnya dyspnea, konjungtiva anemis, akral dingin.
Sedangkan bila gagal jantung kanan bisa menyebabkan aliran balik ke pulmonal
akibatnya edema paru, fremitus berkurang, perkusi redup, sesak nafas dan lainnya.
26
Hipertrofi ventrikel kiri
Heart rate me↑
Gagal jantung kiri
Kebutuhan darah untuk sistemik tidak terpenuhi
Dyspnea, konjungtiva anemis, akral dingin
Gagal jantung kanan
Tekanan Pembuluh darah naik
Aliran balik kepulmonal dan sirkulasi
Edema paru, edema ekstremitas, ronchi +, fremitus ↓, perkusi redup, sesak napas
d. Riwayat Hipoalbumin :
Penjelasan :
Bila ginjal tidak mendapat suplai darah yang maksimal maka ginjal
akan mengalami gangguan pada fungsi ginjal itu sendiri. Laju filtrasi
glomerulus (GFR) akan terganggu sehingga protein tidak akan ikut
terfiltrasi, akibatnya protein dalam plasma akan menurun, sedangkan
protein di urine akan meningkat. Hasil akhir dari metabolisme protein
adalah albumin, yang berfungsi untuk mempertahankan tekanan osmotic
pembuluh darah. Jadi, apabila albumin menurun maka permeabilitas
dinding pembuluh darah akan renggang, akibatnya cairan akan terus ke
eksternal sehingga timbullah edema.
27
Gangg. pada fungsi ginjal
GFR (Golomerulus Filtrasi Rate) terganggu
Protein tidak akan terfiltrasi dan keluar dari plasma
Pada plasma akan terjadi hipoalbumin dan pada urine
akan terjadi proteinuria
Tekanan Onkotik me↓
Membrane semipermeable pemeriksaan darah renggang
Cairan ke eksternal Edema
Patoflow secara keseluruhan :
28
Tn. IS usia 52 tahun
Riwayat Hipoalbumin
Gaagal ginjal kronik
Riwayat CHFRiwayat Hipertensi grade II
Riwayat DM tipe II
Gangguan fungsi ginjal
GFR menurun
Ureum beredar dalam darah
Sekresi eritropoetin menurun
Retensi NaUreum kreatinin terserap kembali kedalam darah
Uremic Frosst, gatal-gatal, kulit purpura, kering,
pucat
Edema (kelebihan cairan)
Mempengaruhi beban jantung
Vol. Interstitial me↑
Total CES me↑
Suplai O2 ke jaringan menurun
Cardiac output menurun
Hipertropi ventrikel kiri
Bendungan atrium kiri me↑
Asam laktat me↑
Metabolisme anaerob
Resiko Integritas kulit
HbO2 menurun
Fatigue (lemah)
Suplai O2 kejaringan menurun
Produksi Hb me↓
Tekanan vena pulmonal me↑
Suplai nutrisi dalam darah
me↓
Perkusi paru redup, fremitus berkurang,
dyspnea, RR 228x/menit
pH me↑ (asam)
Pco2 me↑
Edema paru
Hemodialisa tidak teratur
Gangg. Keseimbangan cairan & elektrolit
Gangg. Pertukaran gas b.d hipoperfusi
Ketidaktaatan terapi
Penjelasan :
Tn. IS menderita gagal ginjal kronik. Hal tersebut dapat didukung dengan
adanya data riwayat hipertensi grade II, DM Tipe II, CHF dan hipoalbumin. Keempat
factor tersebut dapat mengurangi suplai darah ke ginjal, sehingga ginjal mengalami
kerusakan dari fungsinya. Apabila kapiler glomerulus tidak dapat memfiltrasi zat yang
terdapat dalam darah maka komponen yang tidak diperlukan untuk tubuh seperti
ureum, kreatinin dan asam urat akan menetap dalam darah. Hal tersebut bisa dilihat
dengan adanya uremic frost, kulit gatal-gatal, purpura, kering dan pucat.
Menurunnya laju filtrasi glomerulus juga menyebabkan retensi Na sehingga
volume ekstraseluler akan meningkat dan volume interstitial juga ikut meningkat. Hal
tersebut berakibat edema pada bagian tubuh, misalnya pada Tn. IS terdapat edema
pada ekstremitas bawah, asites pada perut. Dengan demikian pasien harus menjalani
HD secara rutin guna memfiltrasi zat-zat toksik yang tidak dapat tersaring oleh ginjal.
Bila pasien tidak menjalani HD secara rutin maka pasien akan kelebihan cairan
(edema), BB akan meningkat dan BB akan menurun bila sesudah HD.
Edema dapat mempengaruhi beban kerja jantung, sehingga jantung harus lebih
kuat memompa darah, sementara pasien mempunyai riwayat hipertensi, DM dan
CHF sehingga jantung pun akan mengalami payah jantung kiri yang kemudian dapat
mengakibatkan penurunan cardiac output.
Penurunan cardiac output menyebabkan kurangnya suplai oksigen ke jaringan
menurun sehingga tubuh mengalami kompensasi dengan melakukan metabolisme
anaerob lalu asam laktat meningkat dan responnya adalah lemah. Kemudian apabila
ventrikel kiri hipertropi maka kontraktilitas jantung akan berkurang sehingga darah
tidak dapat dipompakan. Dengan demikian dapat menyebabkan aliran balik darah ke
pulmonal. Maka pasien mengalami edema dan responnya sesak nafas, ronchi, fremitus
berkurang, perkusi paru redup.
Bila ginjal mengalami gangguan pada fungsinya maka sekresi eritropoetin
akan menurun, maka produksi Hb akan menurun sehingga suplai oksigen dan nutrisi
pun ikut berkurang.
29
3. Terapi pada Tn. IS :
Asam folat dan vit B12 diberikan pada pasien dimaksudkan untuk mengatasi
Hb yang rendah. Hal tersebut untuk mengatasi kekurangan B12 sehingga
kemungkinan anemia pernisiosa rendah.
Bicnat dan CaCO3 diberikan pada pasien dimaksudkan untu mengatasi mual
dan muntah akibat ketidakseimbangan asam basa dalam lambung. Apabila
diparu-paru terdapat tekanan PCO2 yang tinggi, sehingga pH menjadi turun
(asam). Keadaan asam ini bila terus-menerus terjadi pada lambung, maka
lambung akan mengeluarkan asam lambung secara berlebih, sehingga pasien
akan mengalami mual dan muntah. CaCO3 bersifat basa, dengan demikian bila
asam ditambah basa maka suasana akan menjadi netral.
Valsartan diberikan untuk mengatasi hipertensi yang terjadi pada pasien,
sehingga aliran darah ke ginjal bisa normal kembali. Obat ini juga berfungsi
untuk mengatasi gagal jantung pada pasien.
4. Diet pada Tn. IS :
Diet protein : Pada Tn. IS terjadi peningkatan protein pada urine, sehingga
tindakan yang tepat adalah dengan memberikan protein terkendali yaitu 0,8
g/kgBB x protein yang hilang/24 jam.
Diet DM :
5. Masalah keperawatan :
Gangguan pertukaran gas b.d hipoperfusi
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit (lebih) b.d hipoalbumin
Resiko perubahan integritas kulit b.d hiperuremic
Ketidaktaatan terapi b.d kurangnya pengetahuan pasien tentang perawatan
penyakitnya.
30
Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data subjekif :
- Istri pasien mengatakan BB pasien meningkat 4-5 kg diantara waktu dialysis.
- Pasien mengeluh sesak nafas, lemas, mual, tidak nafsu makan (makan habis ¼ - ½
porsi), serta gatal.
- Pasien mengatakan sudah lelah, tidak berguna lagi karena tidak bisa bekerja, sudah
seminggu meninggalkan shalat karena putus asa.
b. Data Objektif :
Pemeriksaan fisik :
- Hasil TTV : TD 160/100 mmHg, RR 28x/menit, nadi 95x/menit ireguler dan
lemah, suhu 370C.
- Edema pada ekstremitas bawah, akral dingin, capillary refill time 3 detik, pucat
pada konjungtiva, mukosa dan ujung jari tidak ada cianosis.
- Balance cairan +600 cc, urine output 0.
- Mulut kotor, bau aseton dan urokrom (-).
- Terpasang O2 nasal kanul 3 liter/menit, JVP 5 + 2 cmH2O, gerakan dada simetris,
retraksi interkosta (-), perkusi paru redup, fremitus berkurang, ronchi +/+,
wheezing -/-, ictus cordis (+) pada ICS 5, murmur halus, gallop (-), pembesaran
jantung pada perkusi jantung.
- Abdomen tampak tegang mengkilat, BU 8-9x/ menit, lingkar perut 123 cm. kulit
purpura, kering, pucat, uremic Frosst (+), terpasang cimino pada tangan kiri,
pulsasi (+), BB saat ini 81,5 kg, BB post HD minggu lalu 75 kg.
Pemeriksaan laboratorium :
- DPL : Hb 7,5 gr%, Ht 24,8%, Eritrosit 3,27 juta, trombosit 330 ribu, leukosit 9,37
ribu, LED 50 mm/jam.
31
- Elektrolit : Na 134; K 5,5; Cl 95,3.
- Albumin 3,0; Protein total 7 g/dl; globulin 4g/dl; HbA1C 7%; GDS 182 mg/dl;
ureum 165 mg/dl; kreatinin 7,5 mg/dl; serum iron 21; TIBC 160, saturasi tranferin
13%, feritin 165 mg/ml.
- AGD : pH 7,32; pCO2 43,1; PO2 81,9; HCO3 26; BE 2,9; 02 saturasi 95,2
Pemeriksaan diagnostic :
- Hasil Rontgen terdapat gambaran edema paru dan cardiomegali, CTR 54%.
- Hasil Echo : LV hipertropi, penurunan fungsi diastolic, EF 50%.
c. Riwayat keperawatan dahulu :
- Hipertensi grade II
- DM tipe II sejak 15 tahun yang lalu
- Hipoalbumin
- CHF
d. Riwayat keperawatan sekarang :
- Pasien dirawat 2 hari yang lalu karena sesak nafas, mual muntah, dan edema.
- Saat pasien masuk IGD 2 hari yang lalu telah dilakukan hemodialisa (HD) cito
selama 5 jam dengan UFG 4000 cc.
- Pasien dianjurkan minum dibatasi paling banyak 600 cc/hari, namun sering minum
lebih dari 1000 cc/hari.
- Seminggu yang lalu pasien pergi keluar kota menjalani pengobatan alternative
sehingga selama seminggu tidak menjalani HD dan tidak minum obat.
- Terapi saat ini asam folat 1x3; bicnat 3x1; B12 3x1; CaCO3 3x1; valsartan 1x10
mg.
- Diet : DM 1700 kalori, 50 gr protein.
32
2. Rencana Asuhan Keperawatan
No
.Masalah Keperawatan Tujuan
Rencana Tindakan
KeperawatanRasional
1. Gangguan pertukaran gas
b.d hipoperfusi.
Ditandai dengan :
RR 28x/menit
Terpasang 02 nasal
kanul 3 liter/menit
Retraksi intercosta (-)
Perkusi paru redup
Fremitus berkurang
Ronchi +/+
AGD : Ph 7,32, HCO3
26
Sesak nafas
Dengan dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan,
gangguan
perubahan pola
nafas dapat
diatasi dengan
criteria hasil :
RR dalam
batas normal
(16-20x/menit
)
Retraksi
intercosta (+)
Perkusi paru
normal
Fremitus
normal
Ronchi
berkurang
atau tidak ada
Edema paru
berkurang
Mandiri :
Monitoring TTV,
terutama
pernafasan
(kecepatan,
kedalaman,
penggunaan otot-
otot pernafasan)
setiap 3 jam sekali.
Kaji adanya
ronchi/
peningkatan
jumlah secret.
Monitoring bunyi
nafas, taktil
fermitus.
Pantau AGD
secara berkala.
Tinggikan kepala
tempat tidur dan
bantu pasien dalam
megatur posisi
untuk
memudahkan
bernafas.
Mandiri :
Untuk
mengetahui status
tanda vital pasien
agar bisa
diketahui
perkembangan
pasien.
Untuk
mengetahui
penyebab sesak
nafas yang
dialami pasien.
Mengetahui
sejauh mana
edema paru yang
terjadi pada
pasien.
Untuk
mengetahui status
keseimbangan
asam dan basa
dalam tubuh
pasien.
Untuk
mempermudah
33
atau tidak
ada.
Keluhan
sesak nafas
tidak ada
AGD dalam
batas normal :
Ph 7,35-7,45,
PCO2 35-45,
PO2 80-100,
BE -2 s/d +2,
HCO3 20-22,
02 saturasi
>85%.
Batasi aktivitas
pasien, serta
anjurkan istirahat/
berbaring.
Kolaborasi :
Berikan O2 nasal
kanul 3 liter/menit.
Kolaborasikan agar
pasien dilakukan
suctioning untuk
mengeluarkan
secret pada jalan
nafas pasien.
pasien bernafas.
Untuk
mengurangi
kebutuhan energy
dan oksigen.
Kolaborasi :
Membantu
oksigenasi
pasien.
Untuk
mengurangi
edema paru pada
pasien.
2. Gangguan keseimbangan
cairan & elektrolit (lebih)
b.d hipoalbumin.
Ditandai dengan :
Edema pada
ekstremitas bawah
Hasil rongent
gambaran edema paru
Balance cairan +600 cc
Abdomen tegang
mengkilat
Pasien menjalani HD
BB pasien meningkat
4-5 kg setelah HD
Dengan dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan,
gangguan
keseimbangan
cairan & elektrolit
(lebih) dapat
diatasi dengan
criteria hasil :
Edema
ekstremitas
bawah
berkurang atau
tidak ada
Edema paru
Mandiri :
Monitoring status
cairan pasien
dengan
menimbang BB
setiap hari,
keseimbangan
intake dan output
pasien, serta TTV.
Batasi intake
cairan +600
cc/hari.
Jelaskan pada
pasien dan
keluarga tentang
pembatasan asupan
cairan.
Mandiri :
Pembatasan
cairan akan
menentukan BB
ideal, haluaran
urine dan respon
terhadap terapi.
Untuk
mengurangi
terjadinya edema
pada pasien.
Pemahaman
pasien dan
keluarga dapat
membantu
pembatasan
34
BB saat ini 81,5 dan
BB post HD minggu
lalu 75 kg
Albumin 3.
berkurang atau
tidak ada
Tidak ada
asites
BB pasien
normal
Kadar
Albumin
dalam batas
normal 3,5-5.
Kaji kadar albumin
pasien.
Kolaborasi :
Lakukan HD
secara rutin
(seminggu sekali)
Berikan diet
protein 50gr.
cairan.
Kolaborasi :
HD dapat
mengurangi
edema pada
pasien, karena
HD berfungsi
sama seperti
ginjal untuk
memfiltrasi
cairan.
Diet protein
diberikan agar
protein tetap
stabil, sehingga
albumin normal
kembali.
3. Resiko perubahan
integritas kulit b.d
hiperuremic.
Ditandai dengan :
Gatal pada kulit
Kulit purpura, kering,
pucat dan uremic frost
(+)
Edema pada kulit
Kadar ureum 165
mg/dl.
Dengan dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan,
resiko perubahan
integritas kulit
dapat diatasi
dengan criteria
hasil :
Gatal
berkurang atau
hilang
Kulit tidak ada
Mandiri :
Inspeksi adanya
tanda kemerahan/
purpura, kering
dan pucat pada
kulit
Ubah posisi pasien
setiap 2 jam,
pindahkan pasien
dengan hati-hati,
beri bantalan pada
bagian penonjolan
tulang atau
pelindung siku/
Mandiri :
Untuk
mengetahui
sejauh mana
kerusakan kulit
pada pasien
Agar tidak terjadi
iritasi pada kulit/
decubitus
Untuk
mempertahankan
agar kulit tidak
kering, bisa
35
purpura,
lembab tidak
kering dan
tidak ada
uremic frost
Tidak ada
edema
Kadar ureum
dalam batas
normal 5-25
mg/dl.
lutut
Lakukan
perawatan kulit
Anjurkan pasien
untuk
menggunakan
kompres dingin
dan lembab
Jaga kuku pasien
agar tetap pendek
Anjurkan pasien
untuk
menggunakan
pakaian yang
longgar dari bahan
katun.
dengan lotion
Kompres dingin
dan lembab
dappat
mengurangi rasa
gatal, agar pasien
tidak menggaruk
Pakaian yang
longgar bisa
menjaga
keutuhan kulit.
4. Ketidaktaatan terapi b.d
kurangnya pengetahuan
pasien tentang perawatan
penyakitnya.
Ditandai dengan :
Seminggu yang lalu
pasien pergi keluar kota
menjalani pengobatan
alternative sehingga
selama seminggu tidak
menjalani HD dan tidak
minum obat.
Dengan dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2x24 jam
diharapkan,
Ketidaktaatan
terapi dapat
diatasi dengan
criteria hasil :
Pasien dapat
menjelaskkan
pentingnya
perawatan
yang
dilakukan
Mandiri :
Kaji tingkat
pemahaman pasien
dan keluarga
tentang situasi dan
konsekuensi dari
perilaku yang
ditunjukkan
Berikan
pendidikan
kesehatan kepada
pasien dan
keluarga tentang
pentingnya
Mandiri :
Mengetahui
sejauh mana
pengetahuan
yang dimiliki
pasien dan
keluarga tentang
dampak bila tidak
menjalankan
terapi dengan
rutin.
Untuk menambah
pemahaman
pasien dan
36
selama ini
guna
kesembuhan
pasien
Pasien
menyatakan
untuk taat
terhadap terapi
HD dan
minum obat
Keluarga
dapat
memberikan
motivasi
kepada pasien.
perawatan yang
dilakukan terhadap
pasien
Yakinkan pasien
dan keluarga untuk
taat terhadap terapi
HD dan minum
obat secara rutin
Anjurkan kepada
keluarga agar
senantiasa
memberikan
motivasi terhadap
pasien.
keluarga tentang
pentingnya
perawatan
penyakit tersebut.
Untuk
memotivasi
pasien dan
keluarga agar
rutin
menjalankan
terapi.
Agar keluarga
bisa memotivasi
pasien dan
memberi
ketenangan pada
pasien.
37
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dengan demikian daoat disimpulkan bahwa Tn. IS menderita gagal ginjal
kronik. Hal tersebut dipicu oleh adanya riwayat DM tipe II, hipertensi grade II, CHF
da hipoalbumin. Untuk itu, tindakan yang tepat utuk mengatasi masalah ini adalah
dengan dilakukannya Hemodialisa secara rutin. Selain itu, tindakan transplantasi
ginjal juga bisa dilakukan agar fungsi ginjal sebagai filtrasi dapat berfungsi kembali.
Dan yang paling terpenting adalah untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan
gejala/ keluhan yang ada di pasien.
38
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8, Vol. 2).
Jakarta : EGC.
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan(Edisi
3).Jakarta : EGC.
Harnowo, Sapto. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Widya Medika.
Jennifer P, Kowalak. 2010. Buku Pegangan Uji Diagnostik (Edisi 3). Jakarta : EGC.
LeFever Kee, Joyce. 1997. Buku Saku : Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik
dengan Implikasi Keperawatan (Edisi 2).Jakarta : EGC.
Lemone & Burke. 2000. Medical Surgical Nursing (Critical Thinking in Client Care)
Second Edition. USA : Multi Media Edition.
M. Nurs, Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
Morton, Patricia Gonce. 2005. Panduan Pemeriksaan Kesehatan (Edisi 2). Jakarta :
EGC.
Nettina, Sandra M. 2002. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Porth, Carol Matson. 2009. Pathophysiology (Concepts of Altered Health States, Eighth
Edition). China.
Purnomo, Basuki B. 2009. Dasar-dasar Urologi (Edisi kedua). Jakarta : Sagung Seto.
Reeves, Charlene J, dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : Salemba Medika.
Swearingen RN, Pamela L. 2007. Manual of Medical Surgical Nursing Care. USA :
Mosby.
39
top related