k3 dalam hiperkes
Post on 30-Dec-2015
185 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami telah dapat menyelesaikan makalah “Penyakit Akibat Kerja”.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kesalahan pada makalah ini. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Padang, januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Bab I PendahuluanA. Latar BelakangB. Tujuan K3C. Manfaat K3
a. Melindungi Pekerjab. Patuh Terhadap Peraturan dan Undang-Undangc. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan
Bab II Pembahasana. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
b. Kecelakaan Kerja
c. Tindakan Pada Kecelakaan Kerja
Bab III PenutupA. KesimpulanB. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecelakaan kerja tersebut terjadi di daerah Tuban. Kejadian itu terjadi pada hari
Sabtu sekitar pukul 10.00 WIB 10 Maret 2012. Kecelakaan kerja yang terjadi adalahkorban
jatuh dari cerobong dengan ketinggian sekitar 15 meter. Dalam kecelakaan ini ada satu orang
yang meninggal yaitu Sukarna berumur 47 tahun asal Sumedang Jawa Barat yang merupakan
superviser PT. Sempurna Sakti Mas. Penyebab kecelakaan itu tidak disebutkan karena respon
dari pihak pebrik baru memberikan informasi 5 hari kemudian. Informasi yang diberikan juga
tidak jelas.
B. Tujuan K3
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraanhidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja tersebut.
3. Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien.
C. Manfaat K3
1. Melindungi Pekerja
Tujuan utama penerapan SMK3 adalah untuk melindungi pekerja dari segala bentuk
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Bagaimanapun pekerja adalah asset perusahaan yang
paling penting. Dengan menerapkan K3 angka kecelakaan dapat dikurangi atau ditiadakan
sama sekali, hal ini juga akan menguntungkan bagi perusahaan, karena pekerja yang merasa
an dari ancaman kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja akan bekerja lebih bersemangat
dan produktif.
2. Patuh Terhadap Peraturan dan Undang-Undang
Perusahaan-perusahaan yang mematuhi peraturan atau perundang-undangan yang berlaku
pada umumnya terlihat lebih sehat dan exist. Karena bagaimanapun peraturan atau
perundang-undangan yang dibuat bertujuan untuk kebaikan semua pihak. Dengan mematuhi
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku maka perusahaan akan lebih tertib dan hal
ini dapat meningkatkan citra baik perusahaan itu sendiri. Berapa banyak perusahaan yang
melakukan pembangkangan terhadap peraturan yang berlaku mengalami kebangkrutan atau
kerugian karena mengalami banyak permasalahan baik dengan karyawan, pemerintah dan
lingkungan setempat.
3. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan
Penerapan SMK3 secara baik akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Betapa
banyak pelanggan yang mensyaratkan para pemasok atau supplier mereka untuk menerapkan
SMK3 atau OHSAS 18001. Karena penerapan SMK3 akan dapat menjamin proses yang
aman, tertib dan bersih sehingga bisa meningkatkan kualitas dan mengurangi produk cacat.
Para pekerja akan bekerja secara lebih baik, karena mereka terlindungi dengan baik sehingga
bisa lebih produktif. Kecelakaan dapat dihindari sehingga bisa menjamin perusahaan
beroperasi secara penuh dan normal untuk menjamin kontinuitas supplai kepada pelanggan.
Tidak jarang pelanggan melakukan audit K3 kepada para pemasok mereka untuk memastikan
bahwa pekerja terlindungi dengan baik dan proses produksi dilakukan secara aman. Tujuan
mereka tidak lain adalah untuk memastikan bahwa mereka sedang berbisnis dengan
perusahaan yang bisa menjamin kontinuitas supplai bahan baku mereka. Disamping itu
dengan memiliki sertifikat SMK3 atau OHSAS 18001 akan dapat meningkatkan citra
perusahaan sehingga pelanggan semakin percaya terhadap perusahaan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
1. TEORI K3 SECARA UMUM
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja
(zero accident).
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan
harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang
berlimpah pada masa yang akan datang.
Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja
beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental,
maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit-penyakit/gangguan –gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Keselamatan kerja sama dengan Hygiene Perusahaan.
1. Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
a. Sasarannya adalah manusia
b. Bersifat medis.
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial
seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga
menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan
bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit.
Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan
terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.
Status kesehatan seseorang, menurut Blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni :
1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik / anorganik, logam
berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi,
pendidikan, pekerjaan).
2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, rehabilitasi,
dan
4. genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya.
Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan
dengan pekerja yang terganggu kesehatannya”.
Menurut Suma’mur (1976) Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan
usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar
“kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan
untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).
Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
a. Sasarannya adalah lingkungan kerja
b. Bersifat teknik.
Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam macam ;
ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang
hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.
Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut
dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya.
Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang bebas dari resiko
kecelakaan atau kerusakan atau dengan resiko yang relatif sangat kecil dibawah nilai tertentu
(Simanjuntak, 1994). Sedangkan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai kondisi yang dapat
mempengaruhi kesehatan para pekerja (Simanjuntak, 1994).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas
dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan
lingkungan.
OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai
kondisi dan factor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja.
Dari definisi keselamatan dan kesehatan kerja di atas serta definisi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan OHSAS dapat
disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah suatu program yangmenjamin
keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerja.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (k3) agar tidak menjadikan hal-hal yang
negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang
diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (k3), seharusnya pengawasan terhadap
kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan
pekerja saat akan memulai pekerjaanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja,
karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani maupun
rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan
pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan
juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat
jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin
keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, antara
lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Keempat faktor tersebut
saling berpengaruh satu sama lainnya, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama
mempunyai kondisi yang optimal, maka status kesehatan akan tercapai secara optimal.
Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan dan pengolahanya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
melakukan cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur, 1989, hal 12).
(Budiono, 2003, hal 171) menerangkan bahwa keselamatan kerja yang mempunyai
ruang lingkup yang berhubungan dengan mesin, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja,
serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, memberi perlindungan
sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efesiensi dan produktifitas.
(Suma’mur 1989, hal 13) berpendapat bahwa kesehatan kerja merupakan spesialis
ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usahapreventif atau kuratif
terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan
lingkungan serta terhadap penyakit umum.
(Budiono, 2003, hal 14) mengemukakan indikator keselamatan dan kesehatan kerja
(k3), meliputi :
1. Faktor manusia/pribadi
Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik, mental dan
psikologi, kurangnya pengetahuan dan keterampilan, dan stress serta motivasi yang tidak
cukup
2. Faktor kerja/lingkungan
Meliputi, tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan, rekayasa, pembelian/pengadaan
barang, perawatan, standar-standar kerja dan penyalah gunaan.
Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai indikator tentang
keselamatan dan kesehatan kerja (k3) meliputi: faktor lingkungan dan faktor manusia.
(Anoraga, 2005, hal 76) mengemukakan aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
meliputi :
1. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau keryawan dalam beraktifitas
bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, suhu, penerangan, dan
situasinya
2. Alat kerja dan bahan
Alat kerja dan bahan merupakan hal yang pokok dibutuhkan oleh perusahaan untuk
memproduksi barang. Dalam memproduksi barang alat-alat kerja sangatlah vital digunakan
oleh para pekerja dalammelakukan kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan-
bahan utama yang akan dijadikan barang.
3. Cara melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara melakukan pekerjaan yang berbeda-beda yang
dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan
semua aktifitas pekerjaan.
Ruang Lingkup K3
Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990):
a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang
dikerjakan.
b. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2) ) Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4) Proses produksi
5) Karakteristik dan sifat pekerjaan
6) Teknologi dan metodologi kerja
c. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan hasil
dari kegiatan industri barang maupun jasa.
d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung jawab atas
keberhasilan usaha hyperkes.
2. K3 DI INDUSTRI ATAU PERUSAHAAN
Pada kondisi kesehatan yang baik, kondisi lingkungan kerja yang sehat, proses kerja
yang aman, dan hubungan kerja yang damai (Peaceful Industrial Relations), maka tenaga
kerja dapat mengerjakan tugas dan tanggung jawab dengan kemampuan terbaik mereka.
Kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan K3 ditempat-tempat kerja masih jauh dari
harapan, hal ini disebabkan karena masih rendahnya pengetahuan akan K3 dan umumnya
manajemen masih menganggap K3 sebagai pemborosan (ferliest post). Sementara dengan
kemajuan teknologi permesinan yang semakin canggih dan proses produksi yang semakin
kompleks akan menghasilkan berbagai faktor polutan yang semakin beragam bentuknya,
serta tingkat paparannya yang dapat berbahaya bagi tenaga kerja. Untuk penangan bahaya
industri tersebut diperlukan pengetahuan dan keterampilan personalia K3 di setiap tempat
kerja industri atau perusahaan.
Gangguan kesehatan dan kecelakaan pada tenaga kerja dapat ditimbulkan oleh faktor–
faktor yang berkaitan dengan pekerjaan dan bukan pekerjaan. Kejadian kecelakaan kerja baik
terjadi pada tenaga kerja maupun pada peralatan kerja merugikan perusahaan karena dapat
menurunkan produksi dan menjadi beban ekonomi yang mungkin tidak sedikit bagi
perusahaan. Dengan demikian perusahaan memerlukan upaya yang dapat menciptakan tenaga
kerja yang sehat dengan cara membuat program pengobatan, dan pencegahan secara dini bagi
tenaga kerja. Begitupula dengan lingkungan kerja perlu disehatkan dengan cara; memberikan
pengaman bagi peralatan yang berbahaya bagi pekerjanya, melindungi tenaga kerja dengan
APD, dan menggunakan bahan baku yang aman, dan proses kerja yang ergonomis.
Pembinaan dan perlindungan kesehatan kerja terhadap tenaga kerja dapat dilakukan melalui
penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
3. K3 DI RUMAH SAKIT
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di
semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika
memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke
dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan
dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga
terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS
menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan,
kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera
lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial
dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan
bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS.
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada bahaya-bahaya
tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik, peralatan listrik maupun peralatan
kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit atau instansi
kesehatan dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat–
obatan).
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik.
3. Bahaya radiasi.
4. Luka bakar.
5. Syok akibat aliran listrik.
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam.
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit. Pada umumnya bahaya tersebut dapat
dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta
penerapan disiplin kerja. Pada kesempatan ini akan dikemukakan manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja di rumah sakit / instansi kesehatan.
B. Kecelakaan Kerja
Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang
tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian
terhadap proses.
Dewasa ini pembangunan nasional tergantung banyak kepada kualitas, kompetensi
dan profesionalisme sumber daya manusia termasuk praktisi keselamatan dan kesehatan kerja
(K3).
Dari segi dunia usaha diperlukan produktivitas dan daya saing yang baik agar dapat
berkiprah dalam bisnis internasional maupun domestik. Salah satu faktor yang harus dibina
sebaik-baiknya adalah implementasi K3 dalam berbagai aktivitas masyarakat khususnya
dalam dunia kerja.
Pengertian Hampir Celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan insiden
(incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah “near-miss” atau “near-accident”,
adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan keadaan yang
sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses kerja.
Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja
nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan
kerja yang tidak kondusif.
Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah
terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan
tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup dan
masyarakat sekitar tempat kerja.Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang
mampu menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya.
C. Tindakan Pada Kecelakaan Kerja
1. TINDAKAN PREVENTIF (PENCEGAHAN)
Tindakan preventif yaitu tindakan yang dilakukan oleh pihak
berwajib sebelum penyimpangan sosial terjadi agar suatu
tindak pelanggaran dapat diredam atau dicegah. Pengendalian
yang bersifat preventif umumnya dilakukan dengan cara
melalui bimbingan, pengarahan dan ajakan.
Kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak
menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak
hanya menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke
masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan
tindakan.
Pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan
yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi
individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan
demikian pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau
holistik.
2. TINDAKAN KURATIF (PENGOBATAN)
Tindakan kuratif adalah tindakan ini diambil setelah terjadinya tindak penyimpangan
sosial. Tindakan ini ditujukan untuk memberikan penyadaran kepada para pelaku
penyimpangan agar dapat menyadari kesalahannya dan mau serta mampu
memperbaiki kehidupannya, sehingga di kemudian
hari tidak lagi mengulangi kesalahannya.
Pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual,
kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas
kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.
Pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya
hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di
Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah,
maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit.
Pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada
sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri dari
kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.
3. TINDAKAN REHABILITATIF (PEMULIHAN)
Rehabilitatif artinya tindakan atau program untuk meniadakan atau meminimalisasi
dampak suatu penyakit dan penyulit nya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat saya simpulkan bahwa perusahaan tersebut sudah
menerapkan kewajiban kepada karyawannya untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Buktinya korban masih menggunakan sabuk pengaman saat dievakuasi. Tetapi dikarenakan
kelalaian atau kondisi sabuk pengaman yang buruk korban mengakibatkan korban meninggal
dunia terjatuh dari cerobong.
B. Saran
Pengecekan bagian pabrik yang tinggi seharusnya tidak dilakukan sembarangan.
Pengecek harus menggunakan Alat Pelindung Diri dengan lengkap, seperti helm, sabuk
pengaman, sepatu, rompi baju, masker dan tali yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
http://masteropik.blogspot.com/2010/12/pengertian-dan-ruang-lingkup-kesehatan.html
http://id.shvoong.com/business-management/human-resources/2185869-definisi-
keselamatan-dan-kesehatan-kerja/#ixzz2EaiMU4Tp
http://ilhamgooloriented.blog.unissula.ac.id/2012/01/24/penerapan-kesehatan-dan-
keselamatan-kerja-k3-pada-karyawan-dilihat-dari-sisi-psikologis/
http://www.scribd.com/doc/52672087/Pengertian-K3
http://healthsafetyprotection.com/manfaat-penerapan-smk3/
http://habibiezone.wordpress.com/2010/10/06/969/
http://dunia-atas.blogspot.com/2012/10/tujuan-dan-hekekat-usaha-keselamatan.html
http://hqsa.blogspot.com/2012/04/pengertian-dan-definisi-kecelakaan.html
http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/pengertian-kecelakaan-kerja.html
http://wacanabhayangkara.wordpress.com/2012/04/08/kecelakaan-kerja-meninggal-di-area-
pabrik-4-pt-semen-gresik/
http://globespotes.blogspot.com/2012/08/pengertian-tindakan-preventif-represif.html
http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/159-ilmu-kesehatan-masyarakat
http://globespotes.blogspot.com/2012/08/pengertian-tindakan-preventif-represif.html
http://mskosim.com/2010/03/tindakan-kuratif-dan-rehabilitatif-selalu-lebih-mahal/
http://abrarenvirolink.blogspot.com/2010/03/peranan-k3-di-rumah-sakit-instansi.html
http://studilingkungan.blogspot.com/2011/01/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3.html
top related