hiperkes part 2

Upload: nita-murtia-handayani

Post on 02-Jun-2018

269 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    1/51

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Indonesia merupakan negara dengan standar keselamatan dan

    kesehatan kerja terburuk jika bandingkan dengan negara lain di Asia

    Tenggara, berita tersebut di laporkan oleh ILO atau Humas OrganisasiBuruh Dunia dalam peringatan hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

    Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan di Indonesia

    secara umum diperkirakan termasuk rendah. Tahun 2005 Indonesia

    menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina

    dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing

    perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah.

    Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami

    ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja ( produktivitas kerja yang

    rendah ), padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu

    tenaga kerjanya, karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah

    juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

    Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah

    dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena

    sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja

    perusahaan, semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin

    sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

    Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat

    yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa

    antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    2/51

    2

    bangsa Indonesia, untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan

    perlindungan masyarakat pekerja. Indonesia telah ditetapkan Visi

    Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa

    depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat,

    memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

    serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

    Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah salah satu

    bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas

    dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebasdari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

    meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

    Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun

    kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat

    mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan

    yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Kecelakaan

    Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat

    mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun

    pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat

    adanya hubungan kerja (karena suatu pekerjaan atau melaksanakan

    pekerjaan).

    Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di

    kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia

    belum terekam dengan baik, jika kita pelajari angka kecelakaan dan

    penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)

    menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Faktor penyebabnya

    adalah kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan

    pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko

    kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah

    tersedia. Penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    3/51

    3

    kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus

    melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan

    kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan

    disekitarnya.

    Orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan

    hidupnya. Bekerja dengan berpedoman pada Keselamatan dan kesehatan

    kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan

    karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja

    akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satukomponen yang dapat meminimalisir kecelakaan dalam kerja adalah

    tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk

    menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan

    penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan

    dan kesehatan kerja.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Rumusan masalah dalam laporan ini yaitu :

    1. Apa pengertian dari Keselamatan Kerja ( Unsave Action dan Unsave

    Condition )

    2. Apa saja yang meliputi kelengkapan alat pelindung untuk keselamatan

    perelatan kerja ?

    3. Apa saja upaya yang dapat dilakukan dengan Penyimpanan Material

    Berbahaya yang berhubungan dengan keselamatan material produksi ?

    4. Apa yang disebut dengan Ergonomi?

    5. Bagaimana perkembangan Ergonomi ?

    6. Apa saja sebab sebab terjadinya Kecelakaan Kerja ?

    7. Bagaimana upaya pencegahan Kecelakaan Kerja?

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    4/51

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    5/51

    5

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan

    kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah

    institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan

    dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga

    pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi

    lingkungan kerja.

    Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan

    finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja

    dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.

    Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan, pemberian

    sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan

    menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmukesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia, fisika kesehatan,

    psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.

    Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang

    memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari

    bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang

    wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan

    menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak

    boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat

    kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus

    dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang

    berlimpah pada masa yang akan datang.

    Tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja,

    dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Keselamatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kesejahteraanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Perawatan_kesehatanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_kesehatan_kerja&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_kesehatan_kerja&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_keselamatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_industrihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kimiahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fisika_kesehatan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Psikologi_organisasi_dan_industri&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ergonomikahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Psikologi_kesehatan_kerja&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Psikologi_kesehatan_kerja&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ergonomikahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Psikologi_organisasi_dan_industri&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fisika_kesehatan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kimiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_industrihttp://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_keselamatanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_kesehatan_kerja&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_kesehatan_kerja&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_kesehatan_kerja&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Perawatan_kesehatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kesejahteraanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Keselamatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan
  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    6/51

    6

    mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh

    kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif. Konsep ini diharapkan

    mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau

    kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan tempat dan

    peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup dan

    masyarakat sekitar tempat kerja. Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi

    instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja

    setinggi-tingginya.

    K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja,

    misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran, kelembaban udara, dan lain-

    lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan

    pernapasan, kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar

    ultraviolet, kanker kulit, kemandulan, dan lain-lain. Norma kerja berkaitan dengan

    manajemen perusahaan. K3 dalam konteks ini berkaitan dengan masalah

    pengaturan jam kerja, shift, kerja wanita, tenaga kerja kaum muda, pengaturan

    jam lembur, analisis dan pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-lain. Hal-haltersebut mempunyai korelasi yang erat terhadap peristiwa kecelakaan kerja.

    Eksistensi K3 sebenarnya muncul bersamaan dengan revolusi industri di

    Eropa, terutama Inggris, Jerman dan Prancis serta revolusi industri di Amerika

    Serikat. Era ini ditandai adanya pergeseran besar-besaran dalam penggunaan

    mesin-mesin produksi menggantikan tenaga kerja manusia. Pekerja hanya

    berperan sebagai operator. Penggunaan mesin-mesin menghasilkan barang-barang

    dalam jumlah berlipat ganda dibandingkan dengan yang dikerjakan pekerja

    sebelumnya. Dampak penggunaan mesin-mesin adalah pengangguran serta risiko

    kecelakaan dalam lingkungan kerja. Ini dapat menyebabkan cacat fisik dan

    kematian bagi pekerja, juga dapat menimbulkan kerugian material yang besar bagi

    perusahaan. Revolusi industri juga ditandai oleh semakin banyak ditemukan

    senyawa-senyawa kimia yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan

    fisik dan jiwa pekerja (occupational accident) serta masyarakat dan lingkungan

    hidup.

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    7/51

    7

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. KESELAMATAN KERJA

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan

    yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi

    masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

    Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah

    setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan

    kecelakaan.

    Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :

    Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

    Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinantempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.

    Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

    Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan

    dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti

    sampi dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

    Penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, maka pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait

    penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979

    tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas

    Bumi

    Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas

    Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    8/51

    8

    Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan

    Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan

    Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul

    Akibat Hubungan Kerja

    Berdasarkan Undang-undang Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu

    diperuntukkan bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala tempat kerja, baik di

    darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang

    berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Kesimpulannya,

    setiap pekerja di Indonesia berhak atas jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.

    Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

    kewajiban dan hak tenaga kerja adalah sebagai berikut :

    Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas

    atau ahli keselamatankerja

    Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

    Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan

    yang diwajibkan

    Meminta pada Pengurus agas dilaksanakan semua syarat keselamatan dan

    kesehatan yang diwajibkan

    Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan

    kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan

    olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas

    dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan.

    A.1 KESELAMATAN TENAGA KERJA ( UNSAVE ACTION DAN

    UNSAVE CONDITION )

    Unsafe action adalah suatu tindakan seseorang yang menyimpang dari

    aturan yang sudah ditetapkan dan dapat mengakibatkan bahaya bagi dirinya

    sendiri, orang lain, maupun peralatan yang ada di sekitarnya.

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    9/51

    9

    Unsafe action merupakan suatu tindakan yang salah dalam bekerja, tidak

    menurut SOP yang telah ditentukan (human error), misalnya dalam

    mengoperasikan mesin, peralatan, dll.

    Perbuatan berbahaya (unsafe action), yaitu perbuatan berbahaya dari

    manusia, yang dapat terjadi antara lain karena:

    Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana

    Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)

    Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.

    Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

    Beberapa tindakan-tindakan tidak salah tersebut, antara lain:

    a. Mengoperasikan alat / peralatan tanpa wewenang

    b. Memindahkan alat-alat keselamatan

    c. Menggunakan alat dengan cara yang salah

    d. Mengambil posisi yang salah

    e. Mabuk karena minuman beralkohol

    Unsafe condition adalah suatu kondisi yang tidak dapat dikatakan secara

    mutlak bahwa kondisi itu tidak aman, karena ketika kondisi dapat dikatakan

    tidak aman hanya berdasarkan pengalaman dari pelaksana proyek.

    Unsafe condition adalah keadaan lingkungan kerja yang tidak baik

    sehingga dapat menyebabkan kecelakaan.

    Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:

    Peralatan / Media Elektronik, Bahan dan lain-lain

    Lingkungan kerja

    Proses kerja

    Sifat pekerjaan

    Cara kerja

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    10/51

    10

    Beberapa keadaan yang tidak mendukung antara lain:

    a. Peralatan pengaman / pelindung / rintangan yang tidak memadai atau

    memenuhi syarat.

    b. Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai.

    c. Bahaya-bahaya ledakan dan kebakaran.

    d. Kebisingan dan penerangan yang kurang.

    Kecelakaan Kerja Karena Faktor Manusia

    Unsur atau faktor manusia yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, antara

    lain:

    a. Ketidakseimbangan fisik / kemampuan fisik tenaga kerja

    b. Ketidakseimbangan kemampuan psikologis pekerja

    c. Kurang pengetahuan

    d. Kurang terampil

    e. Stres mental

    f. Stres fisikg. Motivasi menurun

    Dampak Kecelakaan Kerja

    1. Kerugian bagi instansi:

    a. Biaya pengangkutan korban ke rumah sakit

    b. Biaya pengobatan, penguburan jika sampai korban meninggal

    duniac. Hilangnya waktu kerja korban dan rekan- rekan yang menolong

    sehingga menghambat kelancaran program

    d. Mencari pengganti atau melatih tenaga baru

    e. Kemunduran mental para pekerja

    2. Kerugian bagi korban:

    Kerugian yang paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu

    sampai mengakibatkan ia cacat atau meninggal dunia

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    11/51

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    12/51

    12

    B. KESELAMATAN PERALATAN KERJA

    Bentuk-bentuk Perawatan Perlengkapan Kerja

    1. Perawatan Preventif (Preventive Maintenance)

    Perawatan Preventif adalah pekerjaan perawatan yang bertujuan untuk

    mencegah terjadinya kerusakan, atau cara perawatan yang direncanakan untuk

    pencegahan (preventif). Ruang lingkup pekerjaan preventif adalah inspeksi,

    perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-

    mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan.

    2. Perawatan Korektif

    Perawatan Korektif adalah pekerjaan perawatan yang dilakukan untuk

    memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas / peralatan sehingga

    mencapai standar yang dapat diterima. Perbaikan dapat dilakukan peningkatan

    - peningkatan sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan atau modifikasi

    rancangan agar peralatan menjadi lebih baik.

    3. Perawatan Berjalan

    Perawatan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam keadaan bekerja.

    Perawatan berjalan diterapkan pada peralatan - peralatan yang harus

    beroperasi terus dalam melayani proses produksi.

    4. Perawatan Prediktif

    Perawatan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan

    atau kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan.

    Biasanya perawatan prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-

    alat monitor yang canggih.

    5. Perawatan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance)

    Pekerjaan perawatan dilakukan setelah terjadi kerusakan pada peralatan,

    dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, material, alat-alat

    dan tenaga kerjanya.

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    13/51

    13

    6. Perawatan Darurat (Emergency Maintenance)

    Perawatan Darurat adalah pekerjaan perbaikan yang harus segeradilakukan karena terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga, selain

    itu terdapat juga beberapa jenis pekerjaan lain yang bisa dianggap merupakan

    jenis pekerjaan perawatan seperti:

    1. Perawatan dengan cara penggantian (Replacement instead of

    maintenance)

    Perawatan dilakukan dengan cara mengganti peralatan tanpa

    dilakukan perawatan, karena harga peralatan pengganti lebih murah

    bila dibandingkan dengan biaya perawatannya. Atau alasan lainnya

    adalah apabila perkembangan teknologi sangat cepat, peralatan tidak

    dirancang untuk waktu yang lama, atau banyak komponen rusak tidak

    memungkinkan lagi diperbaiki.

    2. Penggantian yang direncanakan (Planned Replacement)

    Telah ditentukan waktu mengganti peralatan dengan peralatan yang baru, berarti industri tidak memerlukan waktu lama untuk melakukan

    perawatan, kecuali untuk melakukan perawatan dasar yang ringan

    seperti pelumasan dan penyetelan, ketika peralatan telah menurun

    kondisinya langsung diganti dengan yang baru. Cara penggantian ini

    mempunyai keuntungan antara lain, pabrik selalu memiliki peralatan

    yang baru dan siap pakai.

    Keselamatan Peralatan Kerja dapat juga disebut dengan istilah APD. Alat

    Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja

    sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan

    orang disekelilingnya .

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    14/51

    14

    Kelengkapan Alat Pelindung

    Kewajiban kelengkapan alat pelindung diri sudah disepakati oleh

    pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja dan TransmigrasiRepublik

    Indonesia. Hal ini tertulis di Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    No. Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri. Adapun bentuk dari alat tersebut

    adalah :

    Safety Helmet

    Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepalasecara langsung.

    Sabuk Keselamatan (safety belt)

    Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi

    ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain).

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Departement_Tenaga_Kerja_dan_Transmigrasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_belt&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Transportasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mobilhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pesawathttp://id.wikipedia.org/wiki/Pesawathttp://id.wikipedia.org/wiki/Mobilhttp://id.wikipedia.org/wiki/Transportasihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_belt&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Departement_Tenaga_Kerja_dan_Transmigrasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Departement_Tenaga_Kerja_dan_Transmigrasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Departement_Tenaga_Kerja_dan_Transmigrasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Departement_Tenaga_Kerja_dan_Transmigrasi&action=edit&redlink=1
  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    15/51

    15

    Sepatu Karet (sepatu boot)

    Sepatu ini berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek

    ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki

    dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

    Sepatu pelindung (safety shoes)

    Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet

    tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki

    karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

    Sarung Tangan

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sepatu_boot&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_shoes&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sarung_Tangan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sarung_Tangan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sarung_Tangan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_shoes&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sepatu_boot&action=edit&redlink=1
  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    16/51

    16

    Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau

    situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan

    di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.

    Tali Pengaman (Safety Harness)

    Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan

    menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.

    Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)

    Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.

    Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_Harness&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ear_Muff&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_Glasses&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_Glasses&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ear_Muff&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_Harness&action=edit&redlink=1
  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    17/51

    17

    Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).

    Masker( Respirator)

    Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat

    dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).

    Pelindung wajah (Face Shield)

    Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja

    (misal pekerjaan menggerinda)

    Jas Hujan (Rain Coat)

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Masker&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Face_Shield&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jas_Hujan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jas_Hujan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Face_Shield&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Masker&action=edit&redlink=1
  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    18/51

    18

    Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja ( misal bekerja pada

    waktu hujan atau sedang mencuci alat ).

    Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman

    yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L : Kesehatan,

    Keselamatan Kerja dan Lingkungan)

    C. KESELAMATAN MATERIAL PRODUKSI

    Keselamatan material produksi adalah upaya untuk mengkondisikan diri dari

    bahan atau material yang terlibat dalam kegiatan produksi untuk menghindari,

    mencegah, dan menanggulangi dan sesuatu yang menyebabkan kecelakaan kerja.

    Upaya tersebut dapat dilakukan dengan Penyimpanan Material Berbahaya:

    1. Barang berbahaya adalah barang-barang yang mudah terbakar, mudah

    meledak, mengandung bahan radio aktif (radiasi) dan beracun, baik

    yang berbentuk padat, bubuk, cair maupun gas.

    2. Melakukan identifikasi terhadap sumua material dan unsur yang

    berbahaya seperti asbes, cat, semen, bahan pelarut dan material

    berbahaya lainnya.

    3. Memberikan pelatihan kepada pekerja antara lain meliputi : prosedur

    penyimpanan bahan berbahaya dengan benar dan potensi bahaya yang

    ada.

    4. Barang-barang berbahaya harus disimpan ditempat terpisah dari

    barang-barang lain, diberi label dan tanda peringatan.

    5. Barang yang mudah terbakar :

    a. Disimpan pada tempat dengan alas yang kering, rata dan kuat agar

    tidak mudah terguling dan karatan sehingga dapat menyebabkan

    kebocoran.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hujanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hujanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Air
  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    19/51

    19

    b. Barang diberi label Barang mudah terbakar da n dipasang tanda

    peringatan Dilarang Merokok

    c. Penyimpanan barang yang mudah terbakar harus dijauhkan dari

    tempat kerja yang menimbulkan percikan api.

    Barang yang mudah meledak ( tabung oksigen, LPG, acetylin, bahan peledak

    dll ) :

    a. Diberi alas yang kering, rata dan kuat agar tidak mudah terguling

    b. Tabung gas disimpan dengan posisi tegak, ditutup, diikat untuk

    menjaga stabilitasnya & diberi label Barang mudah meledak .

    c. Penyimpanan barang yang mudah terbakar harus dijauhkan dari

    tempat kerja yang menimbulkan percikan api.

    d. Penempatan tabung minimal 1,5 m dari pagar dan 3 m dari batas

    lokasi serta dijauhkan dari galian dan saluran.

    Barang yang mengandung bahan radio aktif (radiasi)

    a. Disimpan di tempat terpisah, diberi alas yang kering, tidak mudah

    dijangkau, jauh dari fasilitas / tempat yang banyak aktivitas.

    b. Diberi label Barang Mengandung Radio Aktif .

    Barang beracun ( addetive beton, zat anti rayap, racun dll )

    a. Disimpan pada tempat dengan alas yang kering, tidak mudah

    dijangkau, jauh dari fasilitas / tempat makanan dan aktivitas. b. Diberi label Barang beracun

    c. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain :

    sarung tangan, masker, kaca mata pelindung, helm, sepatu bot.

    d. Menyediakan alat pemadam api yang sesuai, pasir atau serbuk

    gergaji.

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    20/51

    20

    e. Memasang rambu / tanda peringatan, misalnya : Dilarang

    merokok , Awas Bahan Mudah Terbakar, Awas Bahan

    Mudah Meledak, Awas Bahan Mengandung Radio Aktif dsb.

    f. Tata cara penyimpanan mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat

    seperti : brosur, katalog dan material safety data sheet ( MSDS ).

    D. ERGONOMI

    Ergonomi berasal dari kata-kata dalam bahasa Yunani yaitu Ergos yang

    berarti kerja dan Nomos yang berarti ilmu, sehingga secara harfiah dapatdiartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia

    dengan pekerjaannya. Cara lain untuk meningkatkan keselamatan kerja

    adalah dengan membuat pekerjaan itu sendiri menjadi lebih nyaman dan tidak

    terlalu melelahkan.

    Definisi ergonomi dapat dilakukan dengan cara menjabarkannya dalam

    fokus, tujuan dan pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick 1993) dimana

    dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut:

    1. Secara fokus

    Ergonomi menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan

    produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana

    sehari-hari manusia hidup dan bekerja.

    2. Secara tujuan

    Tujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan

    efisiensi kerja serta peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti

    peningkatan keselamatan kerja, pengurangan rasa lelah dan

    sebagainya

    3. Secara pendekatan

    Pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai

    keterbatasan-keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik

    tingkah laku dan motivasi untuk merancang prosedur dan

    lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut sehari-hari.

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    21/51

    21

    Berdasarkan ketiga pendekatan tersebut diatas, definisi ergonomi dapat

    terangkumkan dalam definisi yang dikemukakan Chapanis (1985), yaitu ergonomi

    adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai

    perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya

    untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk

    meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas pekerjaan

    manusia.

    Definisi mengenai ergonomi juga datang dari Iftikar Z. Sutalaksana (1979)

    yang mendefinisikan ergonomi sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis untukmemanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan

    manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan

    bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan

    melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana dkk, 1979).

    Perkembangan Ergonomi

    Ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai judul bukuyang dikarang oleh Prof. Murrel, sedangkan kata ergonomi itu sendiri berasal dari

    bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan/prinsip/kaidah). Istilah

    ergonomi digunakan secara luas di Eropa. Amerika Serikat dikenal istilah human

    factor atau human engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomic dan human

    factor) hanya berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata tersebut sama-sama

    menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut Hawkins (1987),

    untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai referensi

    untuk teknologi yang sama.

    Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak

    4000 tahun yang lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu ergonomi

    dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana, seperti batu untuk

    membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya

    perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    22/51

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    23/51

    23

    2. Tujuan

    Ergonomi mempunyai dua tujuan utama yaitu meningkatkan efektifitas dan

    efisiensi pekerjaan dan aktifitas-aktifitas lainnya serta meningkatkan nilai-nilai

    tertentu yang diinginkan dari pekerjaan tersebut, termasuk memperbaiki

    keamanan, mengurangi kelelahan dan stres, meningkatkan kenyamanan,

    penerimaan pengguna yang besar dan memperbaiki kualitas hidup.

    3. Pendekatan Utama

    Pendekatan utama mencakup aplikasi sistematik dari informasi yang

    relevan tentang kemampuan, keterbatasan, karakteristik, perilaku dan motivasi

    manusia terhadap desain produk dan prosedur yang digunakan serta

    lingkungan tempat menggunakannya.

    Inti dari ergonomi adalah suatu prinsip fitting the task/the job to the man,

    yang artinya pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan dan

    keterbatasan yang dimiliki oleh manusia. Hal ini menegaskan bahwa dalam

    merancang suatu jenis pekerjaan perlu memperhitungkan keterbatasan

    manusia sebagai pelaku kerja. Keadaan ini akan memberikan keuntungan

    dalam proses pemilihan pekerja untuk suatu pekerjaan tertentu. Mencari

    pekerja yang mampu menahan beban kerja yang berat bukanlah suatu

    pekerjaan yang mudah, namun mengupayakan cara kerja lainnya yang

    mengurangi beban kerja sampai berada dalam batas kemampuan rata-rata,

    akan mempermudah kita dalam mencari pekerja yang sanggup melaksanakan

    pekerjaan tersebut.

    Bidang kajian Ergonomi

    Sesuai dengan definisi ergonomi yang telah disebutkan, dapat

    dikatakan bahwa kajian utama dari ergonomi adalah perilaku manusia sebagai

    objek utama sesuai dengan prinsip fitting the task/the job to the man. Berbagai

    literatur terdapat perbedaan dalam menentukan bidang-bidang kajian

    ergonomi. Prinsipnya perbedaan tersebut hanya pada pengelompokkan

    perilaku-perilaku manusianya.

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    24/51

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    25/51

    25

    1. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia

    yang dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dari bidang kajian ini

    adalah untuk perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi

    energi yang dikeluarkan saat bekerja.

    2. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan

    pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan

    peralatan dan fasilitas sehingga sesuai dengan pemakainya.

    3. Biomekanika yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan

    mekanisme tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan

    otot manusia dalam bekerja dan sebagainya.

    4. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan

    masalah penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman,

    perasa dan sebagainya.

    5. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek

    psikologis dan suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya

    stres dan lain sebagainya.

    Prakteknya dalam mengevaluasi suatu sistem kerja secara ergonomi, kelima

    bidang kajian tersebut digunakan secara sinergis sehingga didapatkan suatu solusi

    yang optimal, sehingga seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu sistem

    terintegrasi yang semata-mata ditujukan untuk perbaikan kondisi manusia

    pekerjanya.

    Perancangan atau pengevaluasian sistem kerja dengan hanya memakai

    pendekatan salah satu bidang ergonomi tidak akan menghasilkan solusi yangoptimal bagi manusia, bidang kajian ergonomi pada akhirnya terfokus pada

    perbaikan sistem kerja dimana pengertian sistem menurut pendekatan ergonomi

    yaitu suatu entitas yang keluar dengan membawa suatu tujuan. Bailey (1992)

    mengatakan bahwa konsep suatu sistem adalah:

    1. Memiliki tujuan

    2. Mengetahui apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    26/51

    26

    3. Mampu mendesain komponen untuk mencapai tujuan

    4. Mengkoordinasikan sebaik mungkin untuk mencapai tujuan, sehingga

    secara menyeluruh, pendekatan ergonomi terhadap karakteristik suatu

    sistem adalah bahwa sistem memiliki karakter-karakter sebagai berikut:

    Memiliki tujuan Memiliki hirarki, dalam arti bahwa jarang ditemukan suatu sistem

    bersifat independen, namun suatu sistem pada umumnya adalah

    bagian dan sistem lain yang lebih besar

    Beroperasi dalam suatu lingkungan yang justru dapat

    mempengaruhi performansi sistem itu sendiri.

    Ergonomi Anthropometri

    Istilah antopometri berasal dari kata Anthropos yang berarti manusia dan

    Metrikos yang berarti ukuran. Secara definisi anthropometri dapat dinyatakan

    sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.

    Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, berat dan lain yang

    berbeda satu dengan lainnya.

    Menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991), anthropometri adalah

    satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh

    manusia, yaitu: ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut

    untuk penanganan masalah desain.

    Anthropometri dibagi atas dua bagian, yaitu :

    A. Anthropometri Statis

    Pengukuran manusia pada posisi diam dan linear pada permukaan

    tubuh.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia

    diantaranya adalah :

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    27/51

    27

    a. Umur

    Ukuran tubuh manusia akan berkembang. Ada saat lahir sampai sekitar 20

    tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderung setelah 60

    tahun.

    b. Jenis kelamin

    Pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan

    pinggul.

    c. Suku bangsa (etnis)

    d. Sosio ekonomi

    e. Konsumsi gizi yang diperoleh

    f. Pekerjaan

    g. Aktifitas sehari-hari juga berpengaruh.

    B. Anthropometri Dinamis

    Antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik

    manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang

    mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksakan kegiatannya.

    Terdapat tiga kelas pengukuran antropometri dinamis, yaitu :

    1. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk

    mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas, contohnya dalam

    pengukuran performansi atlet.

    2. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja,

    contohnya jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada

    saat bekerja, yang dilakukan dengan berdiri atu duduk.

    3. Pengukuran variabilitas kerja, contohnya analisis kinematika dan

    kemampuan jari-jari tangan dari seseorang juru ketik atau operator

    komputer.

    Antropometri dan aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas Kerja

    secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis

    dalam memerlukan interaksi manusia. Data anthropometri yang berhasil

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    28/51

    28

    diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal perancangan

    areal kerja (work station, interior, mobil, dll). Perancangan peralatan kerja

    seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya. Perancangan

    produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja komputer, dll.

    Perancangan lingkungan kerja fisik.

    Disimpulkan bahwa data anthropometry akan menentukan bentuk, ukuran dan

    dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusiayang akan mengoperasikan/menggunakan produk tersebut. Kaitan ini maka

    perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi

    terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut.

    Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan Produk atau Fasilitas Kerja

    Data anthropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota

    tubuh manusia dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat

    suatu rancangan produk atupun fasilitas kerja akan dibuat. Penerapan data

    anthropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD

    (standar deviasi) dari suatu distribusi normal.

    Mengingat bahwa keadaan dan ciri fisik dipengaruhi oleh banyak faktor

    sehingga berbeda satu sama lainnya maka terdapat tiga prinsip dalam pemakai

    data tersebut, yaitu perancangan fasilitas berdasarkan individu yang ekstrim,

    perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan,dan perancangan fasilitas berdasarkan

    harga rata-rata pemakainya.

    Prinsip perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim.

    Perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim ini terbagi atas dua yaitu

    perancangan berdasarkan individu terbesar ( pada penelitian ini berdasarkan data

    anthropometri terbesar ). Kedua adalah perancangan fasilitas berdasarkan individu

    terkecil (data anthropometry terkecil). Perancangan fasilitas yang bisa

    disesuaikan. Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    29/51

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    30/51

    30

    Herbert W Heinrich memprakarsai teori dasar penyebab dan pencegahan

    kecelakaan atau yang dikenal dengan teori Domino Kecelakaan. Dia

    mengatakan bahwa sebagian besar kecelakaan ( 80% ) disebabkan

    karena faktor manusia atau dengan perkataan lain tindakan tidak aman dari

    manusia.

    SEBAB SEBAB KECELAKAAN KERJA

    Berdasarkan konsepsi sebab kecelakaan tersebut diatas, maka ditinjau dari

    sudut keselamatan kerja unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja mencakup 5 M

    yaitu :

    1. Manusia.

    2. Manajemen ( unsur pengatur ).

    3. Material ( bahan-bahan ).

    4. Mesin ( peralatan ).

    5. Medan ( tempat kerja / lingkungan kerja ).

    Semua unsur tersebut saling berhubungan dan membentuk suatu sistem

    tersendiri. Ketimpangan pada salah satu atau lebih unsur tersebut akan

    menimbulkan kecelakaan / kerugian. Berikut contoh bentuk-bentuk ketimpangan

    unsur 5M tersebut.:

    1. Unsur Manusia, antara lain :

    Tidak adanya unsur keharmonisan antar tenaga kerja maupun

    dengan pimpinan.

    Kurangya pengetahuan / keterampilan. Ketidakmampuan fisik / mental. Kurangnya motivasi.

    2. Unsur Manajemen, antara lain :

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    31/51

    31

    Kurang pengawasan. Struktur organisasi yang tidak jelas dan kurang tepat. Kesalahan prosedur operasi. Kesalahan pembinaan pekerja.

    3. Unsur Material, antara lain :

    Adanya bahan beracun / mudah terbakar. Adanya bahan yang mengandung korosif.

    4. Unsur Mesin, antara lain :

    Cacat pada waktu proses pembuatan. Kerusakan karena pengolahan. Kesalahan perencanaan.

    5. Unsur Medan, antara lain :

    Penerangan tidak tepat ( silau atau gelap ). Ventilasi buruk dan housekeeping yang jelek.

    Indikator keberhasilan dunia industri sangat bergantung pada kualitas

    tenaga kerja yang produktif, sehat dan berkualitas, contoh industri bidang

    konstruksi yang merupakan kegiatan di lapangan, memiliki fenomena kompleks

    yang menyangkut perilaku dan manajemen keselamatan. Dalam industri,

    konstruksi terjadinya kecelakaan berat lima kali lipat dibandingkan industri berbasis manufaktur.

    Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara

    alamiah, oleh sebab itu masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama

    program keselamatan dan kesehatan. Sebagian besar negara , keselamatan di

    tempat kerja masih memprihatinkan, seperti di Indonesia, rata-rata pekerja usia

    produktif (15 45 tahun) meninggal akibat kecelakaan kerja. Kenyataanya

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    32/51

    32

    standard keselamatan kerja di Indonesia paling buruk dibandingkan dengan

    negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.

    Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, dan

    interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan

    kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Sebab

    kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan ( zat kimia yang tidak

    aman, kondisi fisik dan mekanik ) dan faktor manusia ( lebih dari 80% ).

    Kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan,kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi,

    yang kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi.

    Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk

    merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan

    beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan

    yang tidak dapat dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis.

    Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban

    kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (organisasi). Upaya pencegahan

    kecelakaan kerja diperlukan untuk menghindari kerugian-kerugian juga untuk

    meningkatkan kinerja keselamatan kerja di tempat kerja.

    Kecelakaan kerja dapat dihindari dengan melakukan :

    1. DISIPLIN KERJA

    Disiplin kerja merupakan tata tertib diri serta keteraturan diri dalam

    melakukan suatu pekerjaan agar terlatih baik fikiran, tindakan maupun

    perbuatan yang dilakukan secara kontinyuitas untuk mencapai tujuan dalam

    jangka waktu panjang serta dengan tujuan agar hasilnya memuaskan.

    Disiplin keselamatan kerja lebih banyak ditujukan kepada masalah

    terjadinya kecelakaan dan kehilangan harta benda, karena itu bidang

    http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengertian-kecelakaan-kerja-dan-insiden.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/kerugian-kecelakaan-kerja-teori-gunung.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pengertian-definisi-tempat-kerja-dalam.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pengertian-definisi-tempat-kerja-dalam.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/kerugian-kecelakaan-kerja-teori-gunung.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengertian-kecelakaan-kerja-dan-insiden.html
  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    33/51

    33

    garapannya meliputi ancaman bahaya kebakaran, kecelakaan, tumpahan,

    nyaris celaka dan lingkungan. Keselamatan kerja banyak dikuasai oleh

    insinyur baik insinyur keselamatan, insinyur teknik industri (bidang teknik

    yang sangat concern dengan ergonomi industri kaitannya dengan keselamatan

    kerja secara keseluruhan), insinyur teknik elektro (keselamatan listrik),

    insinyur teknik kimia (keselamatan kimia), dll.

    Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik

    bagi kepentingan organisasi maupun bagi para pegawainya. Bagi organisasi

    adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran

    pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil yang optimal, sedangkan bagi

    pegawai akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan dan menghindari

    terjadinya kecelakaan kerja, sehingga akan menambah semangat kerja dalam

    melaksanakan pekerjaannya. Pegawai dapat melaksanakan tugasnya dengan

    penuh kesadaran serta dapat mengembangkan tenaga dan pikirannya

    semaksimal mungkin demi terwujudnya tujuan organisasi.

    Pengaruh Disiplin Kerja tehadap Hasil Kerja

    Disiplin KerjaTinggi

    Disiplin KerjaRendah

    Hasil KerjaMemuaskan

    Hasil KerjaTidak

    Memuaskan

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    34/51

    34

    Tipe-tipe Kedisiplinan

    a. Disiplin prefentif

    Disiplin prefentif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong

    para karyawan agar mengikuti berbagai standar standar dan aturan,

    sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah. Disiplin ini pihak perusahaan akan

    dapat mengantisipasi tindakan-tindakan yang mungkin akan terjadi yang

    dapat menghambat jalannya kegiatan organisasi, jadi dapat dikatakan bahwa

    disiplin dapat ditekankan pada awal-awal kegiatan sebagai tindakan pencegahan sebelum terjadinya kecelakaan kerja.

    b. Disiplin Korektif

    Disiplin Korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani

    pelanggaran terhadap peraturan-peraturan dan mencoba menghindari

    pelanggaran pelanggaran lebih lanjut dan menghindari terjadinya

    kecelakaan kerja .

    Faktor-Faktor Disiplin Kerja

    1. Faktor Lingkungan Kerja/Organisasi Budaya

    2. Faktor Peraturan Organisasi

    3. Faktor Kebutuhan

    4. Faktor Perintah Atasan

    5. Faktor-Faktor Disiplin Kerja

    2. PELATIHAN KERJA

    Pelatihan keselamatan kerja bagi karyawan biasa dilakukan oleh perusahaan.

    Fokus pelatihan umumnya pada segi-segi bahaya atau resiko dari pekerjaan,

    aturan dan peraturan keselamatan kerja, dan perilaku kerja yang aman dan

    berbahaya . Menurut PP No.31 tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    35/51

    35

    Nasional. Pelatihan kerja atau yang sekarang biasa kita kenal dengan istilah

    training adalah seluruh kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan,

    serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos

    kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan

    kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Singkatnya, pelatihan kerja merupakan proses

    mengajarkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan bekerja (vocational)

    serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung

    jawabnya dengan semakin baik sesuai dengan standar.

    Pentingnya Pelatihan Kerja

    Tujuan pelatihan keselamatan kerja antara lain :

    1. Menjadikan tenaga kerja memiliki pengetahuan dan kemampuan

    mencegah kecelakaan kerja.

    2. Mengembangkan konsep dan kebiasaan pentingnya keselamatan dan

    kesehatan kerja.

    3. Memahami ancaman bahaya yang ada di tempat kerja danmenggunakan langkah pencegahan kecelakaan kerja.

    4. Mengoptimalkan pendayagunaan dan pemberdayaan seluruh sumber

    daya pelatihan kerja.

    5. Menyesuaikan diri terhadap tuntutan bisnis dan operasional-

    operasional industri sejak hari pertama masuk kerja.

    6. Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru agar menjadi

    kompeten.

    Sumber Daya Manusia dalam suatu perusahaan merupakan aset penting

    bagi perkembangan perusahaan, untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan

    kerja para karyawan. Banyak perusahaan mengadakan pelatihan kerja/training,

    biasanya training dilakukan sebelum memulai kerja atau pada saat awal masuk

    kerja. Mengingat pentingnya pelatihan kerja / training untuk menghindari

    terjadinya kecelakaan kerja yang membahayakan pekerja.

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    36/51

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    37/51

    37

    Teknik pelatihan kerja

    Teknik pelatihan kerja secara umum dibagi menjadi dua yaitu :

    1. On the job training

    On the Job Training adalah suatu proses yang terorganisasi untuk

    meningkatkan keterampilan, pengetahuan, kebiasaan kerja dan sikap karyawan,

    dengan kata lain On the Job Training adalah pelatihan dengan cara pekerja atau

    calon pekerja ditempatkan dalam kondisi pekerjaan yang sebenarnya, dibawah

    bimbingan dan pengawasan dari pegawai yang telah berpengalaman atau seorang

    supervisor .

    Tuj uan on the job train ing :

    1. Memperoleh pengalaman langsung (bagi karyawan baru) mengenal

    jenis pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.

    2. Mengamati secara langsung apa yan menjadi tanggung jawabnya,

    melihat apa yang harus dikerjakan, mampu menunjukkan apa yang

    dikerjakan (salah dan benar) kemudian mempu menjelasakan

    tentang apa yang dikerjakan.

    3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dengan jelas,

    mengamati, melihat dan mengerjakan sendiri di bawah bimbingan

    supervisor.

    4. Meningkatkan kecepatan menyelesaikan suatu pekerjaan denganmengulang-ulang jenis pekerjaan yang sama disertai kepercayaan

    diri.

    5. Meningkatkan diri mulai dari tingkat dasar, terampil dan akhirnya

    menjadi mahir.

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    38/51

    38

    Ciri On the Job Tr aining :

    1. Dilaksanakan di tempat kerja.

    2. Dilaksanakan pada setiap karyawan baru, pindah ke bagian lain

    (mutasi), yang berganti tugas dan tanggung jawabnya, karyawan

    yang menunjukkan prestasi kurang baik dalam pekerjaannya.

    3. Dilaksanakan untuk memberikan kecakapan yang diperlukan

    dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan tuntutan kemampuan bagi

    pekerjaan tersebut sebagai alat untuk kenaikan jabatan.

    4. Pengetahuan/keterampilan berupa pengalaman (praktik langsung).

    5. Dilaksanakan secara individual.

    6. Biaya relatif kecil.

    2. Off the job training

    Off the Job Training atau pelatihan di luar kerja adalah pelatihan yang

    berlangsung pada waktu karyawan yang dilatih tidak melaksanakan pekerjaan

    rutin/biasa.

    Tuju an off the job training :

    1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan.

    2. Lebih memfokuskan pada pengalaman belajar.

    3. Mempunyai kesempatan untuk bertukar pengalaman dengan karyawan

    lainnya dari luar lingkungan unit kerjanya.

    4. Mendapatkan ide-ide baru yang dapat dibawa kembali ke tempat

    kerjanya.

    5. Memperoleh wawasan yang lebih luas.

    Ciri Off the Job Tr aining :

    1. Dilaksanakan dalam suatu ruangan/kelas (di luar tempat kerja)/

    dilaksanakan pada lokasi terpisah dengan tempat kerja.

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    39/51

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    40/51

    40

    produktivitas secara cepat, sedangkan metode off the job training lebih cenderung

    berfokus pada perkembangan dan pendidikan jangka panjang.

    3. AWARD

    Setiap orang yang bekerja pada seseorang ataupun instansi berhak

    mendapatkan upah, hal ini tertuang dalam perlindungan undang-undang

    perburuhan tentang pengupahan PP No. 8 tahun 1981 dan UU ketenagakerjaan

    No.13 Tahun 2003. Setiap orang yang mengeluarkan keringatnya berhak atas

    upah dan setiap orang yang memperkejakan seseorang berkewajibanmembayarkan upahnya.

    Perusahaan dapat memberikan award / penghargaan kepada para tenaga

    kerjanya, baik dalam bentuk bonus gaji ataupun dalam bentuk sertifikat

    penghargaan, sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Nomor PER.01/MEN/I/2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pemberian award tersebut bertujuan agar

    para tenaga kerja dapat mengembangkan soft skill atau kemampuan lain yang

    dimilikinya dengan semaksimal mungkin.

    Komponen Sistem Penghargaan

    A. Kenaikan Gaji

    Gaji adalah balas jasa yang diberikan kepada setiap karyawan yang

    dibayarkan secara tetap setiap bulannya, sedangkan upah adalah

    pembayaran jasa yang diberikan kepada karyawan yang dibayarkan

    berdasarkan hari, jam atau jumlah satuan produk yang dihasilkan, dengan

    demikian pencapaian tujuan perusahaan dapat terkendali tanpa adanya

    hambatan terhadap penggunaan tenaga kerja, begitupun juga para pekerja

    sendiri merasa tentram untuk bekerja dan berusaha untuk mendukung

    kemajuan perusahaan.

    http://vinspirations.blogspot.com/2009/11/komponen-sistem-penghargaan.htmlhttp://vinspirations.blogspot.com/2009/11/komponen-sistem-penghargaan.htmlhttp://vinspirations.blogspot.com/2009/11/komponen-sistem-penghargaan.html
  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    41/51

    41

    Sistem penggajian/pengupahan yang umum diterapkan antara lain:

    a. Sistem Waktu

    Besarnya gaji/upah dalam sistem ini ditetapkan berdasarkan standart

    waktu seperti jam, mingguan ataupun bulanan. Administrasi pengupahan

    sistem waktu relatif mudah serta dapat diterapkan kepada karyawan tetap

    ataupun harian. Sistem ini biasanya ditetapkan jika prestasi kerja sullit

    diukur perunitnya dan bagi karyawan tetap upahnya atas sistem waktu

    secara periodik setiap bulannya.

    b. Sistem Hasil (Out Put)Besarnya upah dalam sistem ini ditetapkan atas kesatuan unit yang

    dihasilkan pekerjaan seperti potong, meter, liter dan kilogram. Besarnya

    upah yang dibayar selalu didasarkan kepada banyaknya hasil yang

    dikerjakan bukan pada lamanya waktu pengerjaannya. Sistem ini tidak

    bisa diterapkan pada karyawan tetap (sistem waktu) dan jenis pekerjaan

    yang tidak mempunyai standar fisik, seperti bagi karyawan administrasi.

    Kebaikan sistem ini memberikan kesempatan kepada yang bekerjasungguh-sungguh serta berprestasi baik akan memperoleh balas jasa yang

    lebih besar. Namun kelemahannya adalah kualitas barang yang dihasilkan

    kurang baik dan karyawan yang kurang mampu balas jasanya kecil

    sehingga kurang manusiawi.

    c. Sistem Borongan

    Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang menetapkan besarnya

    jasa yang didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya.Penetapan besarnya balas jasa didasarkan pada sistem borngan cukup

    rumit, lama mengerjakannya serta banyaknya alat yang diperlikan untuk

    menyelesaikannya.

    B. Bonus

    Bonus adalah pemberian pendapatan tambahan bagi karyawan/pekerja

    yang hanya diberikan setahun sekali bila syarat-syarat tertentu dipenuhi.

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    42/51

    42

    Pertama, bonus hanya dapat diberikan bila perusahaan memperoleh laba

    selama tahun fiscal yang telah berlalu, karena bonus biasanya diambil dari

    keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Kedua, bonus tidak diberikan

    secara merata kepada semua karyawan. Artinya, besarnya bonus harus

    dikaitkan dengan prestasi kerja individu.

    Penghargaan dapat juga diberikan karena keberhasilan tenaga kerja dalam

    melakukan pekerjaannya, contohnya pekerja tersebut dalam melakukan suatu

    pekerjaan tidak terjadi kecelakaan kerja, maka perusahaan dapat memberikan

    penghargaan kepada pekerja tersebut atas pekerjaannya., contoh

    penghargaannya sebagai berikut

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    43/51

    43

    Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja H.W. Heinrich,

    maka terdapat berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja,

    antara lain :

    1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya di

    Tempat Kerja :

    Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman

    Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman

    2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan

    Pengawasan : Pelatihan dan Pendidikan

    Konseling dan Konsultasi

    Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi

    3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen : Prosedur dan Aturan

    Penyediaan Sarana dan Prasarana

    Penghargaan dan Sanksi

    Upaya pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan sederhana yaitu

    dengan menghilangkan faktor penyebab terjadinya kecelakaan, tetapi kenyataan

    yang dihadapi di lapangan tidak semudah seperti yang dibayangkan, karena ini

    berkaitan dengan perubahan budaya dan perilaku. Banyak faktor yang

    menghambat, seperti kurangnya pengetahuan dan kesadaran pekerja, kurangnya

    sarana dan prasarana, belum adanya budaya tentang K3, komitmen dari pihak

    manajemen yang kurang dan lain-lain, oleh karena itulah banyak berkembang

    pendekatan-pendekatan yang membahas tentang pencegahan kecelakaan.

    Beberapa pendekatan yang disampaikan oleh para ahli antara lain:

    A. Pendekatan Energi

    Sesuai denga konsep energy, bahwa kecelakaan bermula dari

    sumber energy, maka pendekatan pencegahan kecelakaan dapat

    http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/penyebab-kecelakaan-kerja-domino-effect.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/penyebab-kecelakaan-kerja-domino-effect.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengertian-bahaya-dan-faktor-faktor.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-elemen-sistem-manajemen.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-elemen-sistem-manajemen.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-elemen-sistem-manajemen.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengertian-bahaya-dan-faktor-faktor.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/penyebab-kecelakaan-kerja-domino-effect.html
  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    44/51

    44

    dilakukan pada 3 titik sumber terjadinya kecelakaan yaitu pada

    sumbernya, sepanjang aliran energy dan pada penerima.

    3. Pendekatan pada sumber bahaya

    Salah satu contoh pengendalian pada sumber bahaya misalnya

    memakai peredam suara pada mesin, mengganti mesin dengan

    mesin yang lebih rendah tingkat kebisingannya.

    4. Pendekatan di sepanjang aliran energy

    Pendekatan berikutnya adalah di sepanjang aliran energy,

    contohnya untuk mengurangi kebisingan dengan jalan memasang

    dinding kedap suara atau memindahkan area kerja.

    5. Pendekatan pada penerima

    Pendekatan pada penerima misalnya, untuk mengurangi kebisingan

    dengan menggunakan alat penutup telinga.

    B. Pendekatan Manusia

    Data menyebutkan bahwa sebanyak 85% kecelakaan kerja pada

    manusia disebabkan oleh unsafe action, oleh karena itu pendekatan

    pencegahan kecelakaan dari sisi manusia adalah dengan menghilangkan atau

    unsafe action dengan jalan:

    Pembinaan dan pelatihan Promosi K3 dan kampanye K3 Pembinaan perilaku aman

    Pengawasan dan inspeksi K3 Audit K3 Komunikasi K3 Pengembangan prosedur kerja aman

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    45/51

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    46/51

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    47/51

    47

    c. Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi

    sistem/prosedur kerja yang benar.

    d. Pembuatan sistem pengendalian bahaya.

    e. Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan

    pekerja yang terpadu.

    f. Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.

    g. Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan yang

    ada.

    Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan alternative diantaranya :

    1. Kaji resiko dari setiap pekerjaan yang akan dilakukan. Hal ini bisa

    dilakukan dengan membuat JSA (Job Safety Analisys) atau analisa

    keselamatan kerja. Yang membuat JSA tentu saja adalah orang yang

    terlibat langsung pada pekerjaan tersebut (misal supervisor ). Setelah JSA

    dibuat, dan disetujui oleh orang yang berwenang, tentu saja harus

    disosialisasikan kepada semua orang yeng terlibat pada pekerjaan tersebut,agar mereka benar-benar paham akan resiko dari pekerjaan tadi dan juga

    tahu cara untuk menghilangkan/mengurangi resiko pekerjaan tersebut.

    2. Stop pekerjaan yang berbahaya. Maksud stop disini bukan berarti berhenti

    total bekerja, akan tetapi jika JSA sudah dilakukan dengan baik, masih ada

    bahaya yang timbul karena perkembangan kerja, dan tidak terdeteksi pada

    JSA, maka sebaiknya stop sejenak pekerjaan, diskusikan hal tersebut

    hingga didapat solusi agar pekerjaan dapat tetap berjalan dengan aman.

    3. Laporkan setiap kecelakaan yang terjadi, kejadian hampir celaka (near

    miss) sekecil apapun kepada orang yang berwenang( misal safety officer,

    supervisor), dengan melaporkan setiap kejadian walaupun itu kecil, maka

    kita bisa mengurangi/menghilangkan potensi bahaya yang timbul sebelum

    itu menjadi kecelakaan yang fatal.

    4. Harus ada management system. Management system adalah pendekatan

    standar untuk secara sistematik mengidentifikasi dan menutup

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    48/51

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    49/51

    49

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    50/51

    50

    BAB IV

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Segala pekerjaan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari harus

    mengutamakan keselamatan kerja, sehingga kita perlu mengetahui dan

    memahami hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan kerja, ergonomi,

    serta upaya pencegahan kecelakaan kerja agar hasil kerja yang kita perolehoptimal dan terhindar dari kecelakaan kerja.

    B. SARAN

    1. Patuhilah aturan tentang keselamatan kerja untuk menghindari kecelakaan

    kerja.

    2. Perhatikanlah cara mengkondisikan material produksi untuk menghindari

    kecelakaan kerja.

    3. Selalu menggunakan APD ( Alat Pelindung Diri ) untuk menghindari

    kecelakaan kerja.

  • 8/10/2019 Hiperkes Part 2

    51/51