isi laporan
Post on 05-Dec-2014
119 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha
memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primer tersebut adalah
makanan. Dalam sejarah, hidup manusia dari tahun ke tahun mengalami
perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok.
Kita mengetahui bahwa nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang
mudah diolah, mudah disajikan, enak serta nilai energi yang terkandung di
dalamnya tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap aktivitas tubuh dan
kesehatan. Badan yang sehat akan lebih mampu menyelesaikan tugas dengan baik,
terutama pekerjaan yang menggunakan tenaga badan.
(Sudarman dan Sudarsono, 1981).
Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok dari setengah penduduk
dunia. Luas aeralnya sekitar seratus 100 juta hektar, dan lebih dari 90 % - nya
terdapat di Asia Selatan, Timur dan Tenggara. Produksi totalnya sedikit dibawah
gandum. Padi sudah lama diusahakan di Indonesia, khususnya di Jawa. Penaman
padi disini telah dimulai sebelum datangya orang Hindu. Oleh karena itu nama –
nama dan istilah – istilah yang dipakai dalam budidaya padi tidak ada yang
berasal dari bahasa Sansekerta. (Semangun, 1996)
Organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas
produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun
perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan
tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga tungau, vertebrata, moluska.
1
Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebakan
oleh cendawan, bakteri fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat
tinggi. Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor
iklim. Sehingga tidak heran jika pada musim hujan dunia pertanian banyak
disibukkan oleh masalah penyakit tanaman seperti penyakit kresek dan blas pada
padi, antraknosa cabai dan sebagainya. Sementara pada musim kemarau banyak
masalah hama penggerek batang padi, hama belalang kembara, serta hama
lainnya. (Wiyono,2007).
Penyakit kresek atau BLB (bacterial leaf blight) pada padi yang
disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae menjadi penyakit terpenting
dalam tiga tahun terakhir. Sepuluh tahun yang lalu penyakit ini tidak pernah
dianggap sebagai penyakit penting sehingga penelitian terhadap penyakit ini
menjadi kurang. Suhu optimum untuk perkembangan penyakit adalah 30 OC.
Karena penularan utamanya melalui percikan air, hujan angin akan memperberat
penyakit karena apabila terjadi peningkatan suhu rata – rata akan mendorong
perkembangan penyakit ini. Webb dalam Garred et al, (2006) menyatakan bahwa
gen ketahanan padi terhadap Xanthomonas campestris pv oryzae terekspresi lebih
baik pada suhu yang meningkat. (Syam dan Diah, 2003).
Serangan penyakit pada tanaman pangan seperti hawar daun bakteri
(HDB) pada padi sawah dapat menyebabkan penurunan hasil sangat bervariasi
berkisar antara 20 – 30 %, bergantung pada varietas yang ditanam dan pada
musim tanaman. Selama periode 1996 – 2002, hawar daun bakteri merupakan
penyakit penting padi di Indonesia. Luas penularan hawar daun bakteri dilaporkan
mencapai 28.766 hektar dengan puncak kejadian terjadi pada musim hujan. Dalam
2
kurun waktu tersebut penyakit HDB (Hawar Daun Bakteri) menimbulkan
kerusakan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hal ini terkait dengan meluasnya areal
pertanaman varietas unggul yang rentan terhadap penyakit HDB. Sebagai contoh
varietas unggul IR64 yang dilaporkan tahan hama wereng akan tetapi rentan
terhadap hawar daun bakteri. ( Suryadi dkk, 2006).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efektifitas
bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae dengan konsentrasi yang berbeda
untuk menekan pertumbuhan penyakit kresek Xanthomonas campestris pv oryzae
di lapangan.
Kegunaan Penulisan
- Sebagai salah satu syarat untu dapat mengikuti Praktikal di Laboratorium
Dasar Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut reporsitory.uoi.edu (2012) klasifikasi tanaman padi adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman
pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan
subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang
(Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan
di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India,
beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos,
Vietnam.(Apriyani, 2013)
Menurut morfologinya akar padi merupakan akar serabut, akar serabut
akan tumbuh setelah 5-6 hari akar tunggang tumbuh. Pertumbuhan batanng
tanaman padi adalah merumpun, dimana terdapat satu batang tunggal/batang
utama yang mempunyai 6 mata atau sukma, yaitu sukma 1, 3, 5 sebelah kanan dan
sukma 2, 4, 6 sebelah kiri. Dari tiap-tiap sukma ini timbul tunas yang disebut
4
tunasorde pertama. Padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan mempunyai
daun yang berbeda-beda, baik bentuk, susunan, atau bagian bagiannya. Ciri khas
daun padi adalah adanya sisik dan telinga daun. Hal inilah yang menyebabkan
daun padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Buah padi yang sehari-hari
kita sebut biji padi atau butir/gabah,sebenarnya bukan biji melainkan buah padi
yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukkan
dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian lain yang membentuk sekam atau
kulit gabah. Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas
dinamakan malai. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang
kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada
batang. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dancara
bercocok tanam. (Suparyono dan Agus, 1994)
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua
subspesies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi
cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di
dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.
(Luh, 1980)
Varitas unggul nasional berasal dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan
Makmur (dataran tinggi), Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran
rendah). Varitas unggul introduksi dari International Rice Research Institute
(IRRI) Filipina adalah jenis IR atau PB yaitu IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54
(dataran rendah); PB32, PB 34, PB 36 dan PB 48 (dataran rendah). (Suparyono
dan Agus, 1994)
5
Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan
negara Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika
mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia.
Selain itu jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha
tani. (Apriyani, 2013)
Syarat Tumbuh
1. Iklim
Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat
LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.
(Suparyono dan Agus, 1994)
Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000
mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim
kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan,
walaupun air melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang
intensif. (Suparyono dan Agus, 1994)
Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan
temperatur 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan
temperatur 19-23 derajat C. (Suparyono dan Agus, 1994)
Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan.
Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang
akan merobohkan tanaman. (Apriyani, 2013)
2. Tanah
Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan
cukup mengandung air dan udara. Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang
6
cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai
tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak
berbatu, jika ada harus < 50%. Keasaman tanah bervariasi dari 4,0 sampai 8,0.
(Apriyani, 2013)
Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang
memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah. Menghendaki tanah
lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm. Keasaman tanah antara pH 4,0-
7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanam menjadi netral
(7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman
padi. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi
yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral.
Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan
tanah yang khusus. (Apriyani, 2013)
7
Penyakit Bakteri Hawar Daun Padi (Oryza sativa L.)
Biologi Patogen
Menurut Singh (1998) adapun sistematika dari bakteri Xanthomonas
campestris pv. Oryzae adalah sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Divisi : Gracilicutes
Ordo : Actionomycetes
Sub Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Xanthomonas
Spesies : Xanthomonas campestris pv. Oryzae
Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) menyebabkan hawar daun bakteri
(HDB) pada padi (Oryza sativa L.), yang merupakan penyakit utama dan menjadi
pembatas bagi produksi tanaman pokok di banyak negara di dunia. Isolasi Xoo
dilakukan dari daun padi yang terserang hawar daun bakteri. Identifikasi X.
oryzae pv. oryzae dilakukan berdasarkan pada gejala yang ditimbulkannya,
patogenisitas, karakter morfologi, fisiologi, dan genetik biakan bakteri yang
diisolasi dari tanaman padi yang terinfeksi Xoo. Sebanyak 50 isolat yang diduga
Xoo telah berhasil diisolasi. Bakteri tersebut bersifat aerobik, berbentuk batang,
dan tergolong Gram negatif. Isolat-isolat tersebut diuji hipersensitivitasnya pada
tanaman tembakau dan patogenisitasnya pada padi. Kelima puluh isolat bakteri
tersebut mampu menginduksi reaksi hipersensitif pada tanaman tembakau dan
menyebabkan gejala sakit pada tanaman padi dengan perkembangan gelaja yang
berbeda. (CABI, 2003)
8
Hasil uji fisiologi, reaksi hipersensitivitas dan patogenisitas, tiga isolat
bakteri yang diduga kuat Xoo yaitu STG21, STG42, dan STG46 menunjukkan
bahwa bakteri tersebut tidak membentuk indol, tidak menghasilkan pigmen
flouresens, menghidrolisis kasein, memiliki aktivitas enzim katalase, tetapi tidak
memiliki aktivitas enzim oksidase. Hasil parsial sekuensing gen penyandi 16S
rRNA dari STG21 dan STG42 menunjukkan homologi dengan X. oryzae pv
oryzae masing-masing sebesar 80% dan 82%, sedangkan STG46 menunjukkan
homologi dengan X. campestris sebesar 84%. Mutagenesis dengan transposon
Mini-Tn5 pada STG21 menghasilkan salah mutan (M5) yang tidak dapat
menginduksi reaksi hipersensitif pada tanaman tembakau dan berkurang
patogenisitasnya pada padi. Panjang gejala HDB pada padi yang ditimbulkan
mutan M5 berkurang sebesar 80%. (Singh, 1998)
Penyakit HDB menghasilkan dua gejala khas, yaitu kresek dan hawar.
Kresek adalah gejala yang terjadi pada tanaman berumur <30 hari (pesemaian
atau yang baru dipindah) . Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat, dan
menggulung. Dalam keadaan parah, seluruh daun menggulung, layu, dan mati,
mirip tanaman yang terserang penggerek batang atau terkena air panas (lodoh).
Sementara, hawar merupakan gejala yang paling umum dijumpai pada
pertanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan.
(Untung, 2006).
Penyakit HDB secara efektif dikendalikan dengan varietas tahan;
pemupukan lengkap; dan pengaturan air. Untuk daerah-daerah yang endemis
penyakit HDB, tanam varietas tahan seperti Code dan Angke dan gunakan pupuk
NPK dalam dosis yang tepat. Bila memungkinkan, hindari penggenangan yang
9
terus- menerus, misalnya 1 hari digenangi dan 3 hari dikeringkan.
(Hasanuddin, 2003)
Gejala Serangan
Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv
oryzae (Xoo) merupakan salah satu penyakit penting yang sangat merusak
tanaman padi. Oleh karena itu, deteksi dan identifikasi secara dini keberadaan
patogen tersebut berperan penting dalam pengendalian penyakit. Penelitian ini
ber- tujuan untuk mendeteksi Xoo penyebab penyakit HDB mengguna- kan
antibodi poliklonal (PAb) dan NCM-ELISA. PAb yang diperoleh dari satu isolat
asal Sukamandi (strain 4) menunjukkan reaksi positif terhadap semua isolat yang
diuji. Titer tertinggi antibodi diperoleh pada nilai 2048, dan memiliki rata-rata
kandungan kemurnian protein (OD280/260) berkisar antara 1,23 + 0,14 sampai
1,55 + 0,25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengenceran optimum PAb
Xoo adalah 1:800. PAb Xoo mampu mendeteksi keberadaan bakteri asal contoh
ekstrak kasar (sel utuh), contoh biakan murni yang dipanas- kan maupun contoh
Ag yang difiksasi dengan glutaraldehyde atau formalin. Konsentrasi terendah
hasil deteksi terhadap antigen Xoo adalah 104 sel/ml. (Hery, 1990)
Salah satu penyakit penyebab penurunan hasil padi adalah Hawar Daun
Bakteri (HDB). Secara ekonomis penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan
hasil yang cukup tinggi, terutama pada musim hujan, mencapai 20,6-35,6%,
sedangkan pada musim kemarau 7,5-23,8%. Salah satu upaya pengendalian
penyakit ini adalah dengan pemanfaatan agensia hayati Corynebacterium. Dari
penelitian rumah kaca (MK 1998) diketahui bahwa Cornebacterium dapat
menekan gejala HDB 28%. Corynebacterium efektif menekan laju infeksi HDB
10
di lapang (Purwakarta MK 1999) 27%, dan infeksi sekunder (penularan antar
rumpun) dapat ditekan 84%. Penyemprotan Corynebacterium di Bojong Picung,
Cianjur, (MH 2001/2002), menekan kehilangan hasil 22,02% dan aplikasi
Corynebacterium pada padi hibrida dan Ciherang (di Brebek, Nganjuk MH–II
2007) masing-masing 58,1% dan 93,5%. Intensitas infeksi Xanthomonas
campestris py oryzae pada perlakuan B2P2 (107 sel bakteri Corynebacterium/ml)
dengan 60 kg/ha pupuk (100 kg KCl) hanya 0,39%. Hasil padi tertinggi terdapat
pada perlakuan B3P3 (108 sel bakteri/ml) dengan 90 kg/ha pupuk (150 kg KCl)
yaitu 11,09 t/ha. (Retnowati, 2007)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit
Penyakit dipengaruhi oleh umur tanaman. Penyakit ini juga lebih banyak
terdapat pada padi yang dipindahkan pada umur yang lebih muda. Ada jenis padi
tertentu yang tahan pada waktu muda dan ada yang tahan pada waktu yang
dewasa. Misalnya bakteri kelompok III jenis Krueng Aceh tahan pada waktu
muda, sedangkan Bahbutong, Semery, Citanduy, Cisanggarung menjadi tahan
setelah dewasa. Terhadap bakteri kelompok IV Bahbutong tahan pada waktu
muda dan juga setelah dewasa (Semangun, 2000)
Sumber inokulum menyebarkan infeksi pada tanaman berasal dari jerami
atau sekam padi yang telah terinfeksi dapat membantu penyebaran inokulum.
Selain itu gulma juga dapat berperan sebagai inang sementara (host) dari patogen
ini. Bentuk biji pada padi diperkirakan dapat memberikan kesukaran dalam proses
infeksi pada biji. (Agrios, 1997)
11
Pengendalian
Daerah – daerah yang selalu mendapat gangguan dari penyakit ini
dianjurkan untuk melakukan usaha – usaha sebagai berikut :
1. Menanam jenis yang tahan
2. Bibit padi yang dipindah tidak dipotong ujungnya
3. Memindahkan bibit pada umur yang tidak kurang dari 40 hari. Untuk jenis
yang rentan umur ditambah
4. Untuk jenis – jenis yang rentan di anjurkan untuk menanam 4 – 5 bibit tiap
rumpun, dengan harapan agar nantinya tidak banyak tempat yang kosong
5. Pemupukan yang seimbang
6. Tidak mengairi persemaian terlalu dalam
7. Jika diperlukan, penyakit dapat dicegah dengan merendam bibit yang
dipotong daunnya ke dalam larutran terusi 0,05% selama 30 menit.
Tanaman dapat disemprot dengan bakterisida fenazin – 5 – oksida (Stablex
10 WP) dengan dosis 0,10 kg/ha bahan aktif.
(Semangun, 2000)
Pengendalian penyakit kresek di daerah tropik dengan menggunakan
varietas tahan menunjukkan hasil yang efektif dan ekonomis. Sedangakan
menurut Kerr (1980) penggunaan antibiotik atau senyawa kimia lain sampai saat
ini kurang ekonomis (Hery, 1990).
12
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan dilakukan di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman sub-
penyakit Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian
tempat 25 meter di atas permukaan laut yang dimulai dari tanggal 28 februari
2013 sampai dengan tanggal 21 maret 2013.
Bahan dan Alat
- Tanaman padi sebagai bahan pengamatan,
- Pisau silet sebagai alat untuk mengambil daun padi,
- Plastik untuk tempat menyimpan bahan, dan
- Alat tulis sebagai alat untuk menulis hasil pengamatan.
Prosedur Percobaan
- Diambil tanaman yang terkena hawar daun bakteri pada padi dari lahan.
- Diambil tanaman yang sehat dari lahan.
- Dibawa tanaman yang terkena bakteri ke lab untuk di amati
- Dibawa tanaman yang sehat ke lab untk di amati.
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambar di atas merupakan gambar tanaman padi yang sehat (tidak
terserang bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae)
Gambar di atas merupakan gambar tanaman padi yang tidak sehat
(terserang bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae)
14
Gambar di atas merupakan gambar bateri
Xanthomonas campestris pv. Oryzae
Pembahasan
Padi merupakan tanaman pangan yang memiliki 25 spesies Oryza, yang
dikenal adalah O. sativa dengan dua subspesies yaitu indica (padi bulu) yang
ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Hal ini sesuai dengan literatur
Apriyani (2013) yang menyatakan bahwa padi merupakan tanaman pangan yang
berupa rumput berumpun. Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo)
yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang
memerlukan penggenangan.
Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) menyebabkan hawar daun bakteri
(HDB) pada padi (Oryza sativa L.), yang merupakan penyakit utama dan menjadi
pembatas bagi produksi tanaman pokok di banyak negara di dunia. Isolasi Xoo
dilakukan dari daun padi yang terserang hawar daun bakteri. Identifikasi X.
oryzae pv. oryzae dilakukan berdasarkan pada gejala yang ditimbulkannya,
patogenisitas, karakter morfologi, fisiologi, dan genetik biakan bakteri yang
diisolasi dari tanaman padi yang terinfeksi Xoo. Hal ini sesuai dengan literatur
15
Hery (1990) yang menyatakan bahwa gejalan penyakitb Xanthomonas ini
menyebabkan gejala layu (kresek), gejala hawar dan gejala daun kuning pucat.
Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv
oryzae (Xoo) merupakan salah satu penyakit penting yang sangat merusak
tanaman padi. Hal ini sesuai dengan literatur Hery (1990) yang menyatakan
bahwa hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv
oryzae (Xoo) merupakan salah satu penyakit penting yang sangat merusak
tanaman padi. Oleh karena itu, deteksi dan identifikasi secara dini keberadaan
patogen tersebut berperan penting dalam pengendalian penyakit. Penelitian ini
ber- tujuan untuk mendeteksi Xoo penyebab penyakit HDB mengguna- kan
antibodi poliklonal (PAb) dan NCM-ELISA. PAb yang diperoleh dari satu isolat
asal Sukamandi (strain 4) menunjukkan reaksi positif terhadap semua isolat yang
diuji.
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa Bakteri
tersebut bersifat aerobik, berbentuk batang, dan tergolong Gram negatif. Isolat-
isolat tersebut diuji hipersensitivitasnya pada tanaman tembakau dan
patogenisitasnya pada padi. Hal ini sesuai dengan literature Agrios ( 1997 ) yang
menyatakan bahwa Bakteri Xanthomonas campestris pv Oryzae merupakan
bakteri yang tegolong gram negative.
Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa penyakit ini
timbul akibat tingkat kelembapan karena hujan yang sangat tinggi. Dengan
adanya penyakit ini, menyebabkan padi tersebut menjadi layu, timbulnya penyakit
hawar, daun hingga dapat menguning sampai kering. Hal ini sesuai dengan
16
literatur Semangun (1991) yang menyatakan bahwa penyakit Xanthomonas
campestris pv Oryzae menyebabkan padi menguning dan layu hingga mati.
17
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Padi merupakan tanaman pangan yang berupa rumput berumpun. Padi
dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di
dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan
penggenangan.
2. Padi merupakan tanaman pangan yang memiliki 25 spesies Oryza, yang
dikenal adalah O. sativa dengan dua subspesies yaitu indica (padi bulu)
yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere).
3. Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv
oryzae (Xoo) merupakan salah satu penyakit penting yang sangat merusak
tanaman padi.
4. Penyakit HDB menghasilkan dua gejala khas, yaitu kresek dan hawar.
Kresek adalah gejala yang terjadi pada tanaman berumur <30 hari
(pesemaian atau yang baru dipindah) . Daun-daun berwarna hijau kelabu,
melipat, dan menggulung.
5. Dalam keadaan parah, seluruh daun menggulung, layu, dan mati, mirip
tanaman yang terserang penggerek batang atau terkena air panas (lodoh).
Sementara, hawar merupakan gejala yang paling umum dijumpai pada
pertanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan sampai fase
pemasakan.
18
SARAN
Sebelum melakukan pengamatan sebaiknya pengamat mempersiapkan
semua kebutuhan untuk melakukan pengamatan dengan matang agar
mendapatkan hasil yang terbaik dari pengamatan yang dilakukan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G. N., 1997. Plant Pathology Fift Edition. Department of Plant Pathology. University of Florida. Hlm 440 – 444.
Apriyani, D. 2013. Xanthomonas campestris Sebagai Penghasil Polisakarida (Xanthan Gum). Universitas Negri Jakarta. Jakarta
CABI, 2003. Data Sheets on Quarantine Pest, Xanthomonas Oryzae. Diakses dari www.eppo.org/QUARANTINE/bacteria/Xanthomonas_citri/XANTCI pada tanggal 16 Januari 2009. Hlm 2 – 4.
Hasanuddin., 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme Dalam Sistem Pengendalian Penyakit Secara Terpadu. library.usu.ac.id/download/fp/fp-hasanuddin.pdf USU Digital Library. Medan Diakses pada tanggal 16 Januari 2009. Hlm 7.
Hery, Gede Purwa Jelantik., 1990. Daya Penghambatan Tiga Jenis Ekstrak Tumbuhan terhadap Pertumbuhan (Jumlah Koloni) Bakteri Xanthomonas oryzae (Uyeda & Ishiyama) Dowson dan Pseudomonas Solanacearum E.F Smith In Vitro. Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan. IPB. Bogor. Hlm 1 – 4
Luh, B. S., 1980. Rice Production and Utilization. AVI Publishing Company Inc. California. Hlm 63-68
Retnowati, Lilik., Cahyadi Irwan, Baskoro SW dan Harsono L., 2007. Perbanyakan dan Cara Aplikasi Corynebacterium. BBOPT. Jatisari. Hlm 1 – 2
Semangun, H., 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Hlm 267 – 272.
., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM-press, Yogyakarta. Hlm 90 – 95.
Singh, R. S., 1998.,. Plant Disease. Oxford Publishin, New Delhi. Hlm 183 – 221.
Suparyono, Dr & Agus Setyono, Dr. 1994. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarman dan Sudarsono,1981. Pedoman Managemen UsahaTani, Jakarta. Hlm 63.
Suryadi, Y, T. S. Kadir dan Machmud., 2006. Deteksi Xanthomonas oryzae pv oryzae Penyebab Hawar Daun Bakteri Pada Tanaman Padi.
Syam dan Diah Wurjandari., 2003. Masalah Lapang Hama Penyakit dan Hara Pada Padi. library.diptero.or.id/index.php?p=show_detail&id=4878 - 10k
20
Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Jakarta. Diakses pada tanggal 16 Januari 2009. Hlm 38 – 39.
Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hlm 139 – 141
Wiyono, Suryo., 2007. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama Penyakit Tanaman. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Makalah Keanekaragaman Hayati di Tengah Perubahan Iklim. Diakses pada tanggl 16 Januari 2009. Hlm 1 – 10.
21
top related