isi laporan

29
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primer tersebut adalah makanan. Dalam sejarah, hidup manusia dari tahun ke tahun mengalami perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok. Kita mengetahui bahwa nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak serta nilai energi yang terkandung di dalamnya tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap aktivitas tubuh dan kesehatan. Badan yang sehat akan lebih mampu menyelesaikan tugas dengan baik, terutama pekerjaan yang menggunakan tenaga badan. (Sudarman dan Sudarsono, 1981). Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok dari setengah penduduk dunia. Luas aeralnya sekitar seratus 100 juta hektar, dan lebih dari 90 % - nya terdapat di Asia Selatan, Timur dan Tenggara. Produksi totalnya sedikit dibawah gandum. Padi sudah lama diusahakan di Indonesia, khususnya di Jawa. Penaman 1

Upload: desy-mutiara-sari

Post on 05-Dec-2014

119 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Laporan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha

memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primer tersebut adalah

makanan. Dalam sejarah, hidup manusia dari tahun ke tahun mengalami

perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok.

Kita mengetahui bahwa nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang

mudah diolah, mudah disajikan, enak serta nilai energi yang terkandung di

dalamnya tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap aktivitas tubuh dan

kesehatan. Badan yang sehat akan lebih mampu menyelesaikan tugas dengan baik,

terutama pekerjaan yang menggunakan tenaga badan.

(Sudarman dan Sudarsono, 1981).

Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok dari setengah penduduk

dunia. Luas aeralnya sekitar seratus 100 juta hektar, dan lebih dari 90 % - nya

terdapat di Asia Selatan, Timur dan Tenggara. Produksi totalnya sedikit dibawah

gandum. Padi sudah lama diusahakan di Indonesia, khususnya di Jawa. Penaman

padi disini telah dimulai sebelum datangya orang Hindu. Oleh karena itu nama –

nama dan istilah – istilah yang dipakai dalam budidaya padi tidak ada yang

berasal dari bahasa Sansekerta. (Semangun, 1996)

Organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas

produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun

perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dapat dibagi

menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan

tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga tungau, vertebrata, moluska.

1

Page 2: Isi Laporan

Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebakan

oleh cendawan, bakteri fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat

tinggi. Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor

iklim. Sehingga tidak heran jika pada musim hujan dunia pertanian banyak

disibukkan oleh masalah penyakit tanaman seperti penyakit kresek dan blas pada

padi, antraknosa cabai dan sebagainya. Sementara pada musim kemarau banyak

masalah hama penggerek batang padi, hama belalang kembara, serta hama

lainnya. (Wiyono,2007).

Penyakit kresek atau BLB (bacterial leaf blight) pada padi yang

disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae menjadi penyakit terpenting

dalam tiga tahun terakhir. Sepuluh tahun yang lalu penyakit ini tidak pernah

dianggap sebagai penyakit penting sehingga penelitian terhadap penyakit ini

menjadi kurang. Suhu optimum untuk perkembangan penyakit adalah 30 OC.

Karena penularan utamanya melalui percikan air, hujan angin akan memperberat

penyakit karena apabila terjadi peningkatan suhu rata – rata akan mendorong

perkembangan penyakit ini. Webb dalam Garred et al, (2006) menyatakan bahwa

gen ketahanan padi terhadap Xanthomonas campestris pv oryzae terekspresi lebih

baik pada suhu yang meningkat. (Syam dan Diah, 2003).

Serangan penyakit pada tanaman pangan seperti hawar daun bakteri

(HDB) pada padi sawah dapat menyebabkan penurunan hasil sangat bervariasi

berkisar antara 20 – 30 %, bergantung pada varietas yang ditanam dan pada

musim tanaman. Selama periode 1996 – 2002, hawar daun bakteri merupakan

penyakit penting padi di Indonesia. Luas penularan hawar daun bakteri dilaporkan

mencapai 28.766 hektar dengan puncak kejadian terjadi pada musim hujan. Dalam

2

Page 3: Isi Laporan

kurun waktu tersebut penyakit HDB (Hawar Daun Bakteri) menimbulkan

kerusakan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hal ini terkait dengan meluasnya areal

pertanaman varietas unggul yang rentan terhadap penyakit HDB. Sebagai contoh

varietas unggul IR64 yang dilaporkan tahan hama wereng akan tetapi rentan

terhadap hawar daun bakteri. ( Suryadi dkk, 2006).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efektifitas

bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae dengan konsentrasi yang berbeda

untuk menekan pertumbuhan penyakit kresek Xanthomonas campestris pv oryzae

di lapangan.

Kegunaan Penulisan

- Sebagai salah satu syarat untu dapat mengikuti Praktikal di Laboratorium

Dasar Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Medan.

- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

3

Page 4: Isi Laporan

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut reporsitory.uoi.edu (2012) klasifikasi tanaman padi adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L.

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman

pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan

subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang

(Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan

di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India,

beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos,

Vietnam.(Apriyani, 2013)

Menurut morfologinya akar padi merupakan akar serabut, akar serabut

akan tumbuh setelah 5-6 hari akar tunggang tumbuh. Pertumbuhan batanng

tanaman padi adalah merumpun, dimana terdapat satu batang tunggal/batang

utama yang mempunyai 6 mata atau sukma, yaitu sukma 1, 3, 5 sebelah kanan dan

sukma 2, 4, 6 sebelah kiri. Dari tiap-tiap sukma ini timbul tunas yang disebut

4

Page 5: Isi Laporan

tunasorde pertama. Padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan mempunyai

daun yang berbeda-beda, baik bentuk, susunan, atau bagian bagiannya. Ciri khas

daun padi adalah adanya sisik dan telinga daun. Hal inilah yang menyebabkan

daun padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Buah padi yang sehari-hari

kita sebut biji padi atau butir/gabah,sebenarnya bukan biji melainkan buah padi

yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukkan

dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian lain yang membentuk sekam atau

kulit gabah. Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas

dinamakan malai. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang

kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada

batang. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dancara

bercocok tanam. (Suparyono dan Agus, 1994)

Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua

subspesies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi

cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di

dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.

(Luh, 1980)

Varitas unggul nasional berasal dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan

Makmur (dataran tinggi), Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran

rendah). Varitas unggul introduksi dari International Rice Research Institute

(IRRI) Filipina adalah jenis IR atau PB yaitu IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54

(dataran rendah); PB32, PB 34, PB 36 dan PB 48 (dataran rendah). (Suparyono

dan Agus, 1994)

5

Page 6: Isi Laporan

Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan

negara Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika

mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia.

Selain itu jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha

tani. (Apriyani, 2013)

Syarat Tumbuh

1. Iklim

Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat

LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.

(Suparyono dan Agus, 1994)

Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000

mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim

kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan,

walaupun air melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang

intensif. (Suparyono dan Agus, 1994)

Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan

temperatur 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan

temperatur 19-23 derajat C. (Suparyono dan Agus, 1994)

Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan.

Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang

akan merobohkan tanaman. (Apriyani, 2013)

2. Tanah

Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan

cukup mengandung air dan udara. Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang

6

Page 7: Isi Laporan

cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai

tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak

berbatu, jika ada harus < 50%. Keasaman tanah bervariasi dari 4,0 sampai 8,0.

(Apriyani, 2013)

Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang

memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah. Menghendaki tanah

lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm. Keasaman tanah antara pH 4,0-

7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanam menjadi netral

(7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman

padi. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi

yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral.

Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan

tanah yang khusus. (Apriyani, 2013)

7

Page 8: Isi Laporan

Penyakit Bakteri Hawar Daun Padi (Oryza sativa L.)

Biologi Patogen

Menurut Singh (1998) adapun sistematika dari bakteri Xanthomonas

campestris pv. Oryzae adalah sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria

Divisi : Gracilicutes

Ordo : Actionomycetes

Sub Ordo : Pseudomonadales

Famili : Pseudomonadaceae

Genus : Xanthomonas

Spesies : Xanthomonas campestris pv. Oryzae

Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) menyebabkan hawar daun bakteri

(HDB) pada padi (Oryza sativa L.), yang merupakan penyakit utama dan menjadi

pembatas bagi produksi tanaman pokok di banyak negara di dunia. Isolasi Xoo

dilakukan dari daun padi yang terserang hawar daun bakteri. Identifikasi X.

oryzae pv. oryzae dilakukan berdasarkan pada gejala yang ditimbulkannya,

patogenisitas, karakter morfologi, fisiologi, dan genetik biakan bakteri yang

diisolasi dari tanaman padi yang terinfeksi Xoo. Sebanyak 50 isolat yang diduga

Xoo telah berhasil diisolasi. Bakteri tersebut bersifat aerobik, berbentuk batang,

dan tergolong Gram negatif. Isolat-isolat tersebut diuji hipersensitivitasnya pada

tanaman tembakau dan patogenisitasnya pada padi. Kelima puluh isolat bakteri

tersebut mampu menginduksi reaksi hipersensitif pada tanaman tembakau dan

menyebabkan gejala sakit pada tanaman padi dengan perkembangan gelaja yang

berbeda. (CABI, 2003)

8

Page 9: Isi Laporan

Hasil uji fisiologi, reaksi hipersensitivitas dan patogenisitas, tiga isolat

bakteri yang diduga kuat Xoo yaitu STG21, STG42, dan STG46 menunjukkan

bahwa bakteri tersebut tidak membentuk indol, tidak menghasilkan pigmen

flouresens, menghidrolisis kasein, memiliki aktivitas enzim katalase, tetapi tidak

memiliki aktivitas enzim oksidase. Hasil parsial sekuensing gen penyandi 16S

rRNA dari STG21 dan STG42 menunjukkan homologi dengan X. oryzae pv

oryzae masing-masing sebesar 80% dan 82%, sedangkan STG46 menunjukkan

homologi dengan X. campestris sebesar 84%. Mutagenesis dengan transposon

Mini-Tn5 pada STG21 menghasilkan salah mutan (M5) yang tidak dapat

menginduksi reaksi hipersensitif pada tanaman tembakau dan berkurang

patogenisitasnya pada padi. Panjang gejala HDB pada padi yang ditimbulkan

mutan M5 berkurang sebesar 80%. (Singh, 1998)

Penyakit HDB menghasilkan dua gejala khas, yaitu kresek dan hawar.

Kresek adalah gejala yang terjadi pada tanaman berumur <30 hari (pesemaian

atau yang baru dipindah) . Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat, dan

menggulung. Dalam keadaan parah, seluruh daun menggulung, layu, dan mati,

mirip tanaman yang terserang penggerek batang atau terkena air panas (lodoh).

Sementara, hawar merupakan gejala yang paling umum dijumpai pada

pertanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan.

(Untung, 2006).

Penyakit HDB secara efektif dikendalikan dengan varietas tahan;

pemupukan lengkap; dan pengaturan air. Untuk daerah-daerah yang endemis

penyakit HDB, tanam varietas tahan seperti Code dan Angke dan gunakan pupuk

NPK dalam dosis yang tepat. Bila memungkinkan, hindari penggenangan yang

9

Page 10: Isi Laporan

terus- menerus, misalnya 1 hari digenangi dan 3 hari dikeringkan.

(Hasanuddin, 2003)

Gejala Serangan

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv

oryzae (Xoo) merupakan salah satu penyakit penting yang sangat merusak

tanaman padi. Oleh karena itu, deteksi dan identifikasi secara dini keberadaan

patogen tersebut berperan penting dalam pengendalian penyakit. Penelitian ini

ber- tujuan untuk mendeteksi Xoo penyebab penyakit HDB mengguna- kan

antibodi poliklonal (PAb) dan NCM-ELISA. PAb yang diperoleh dari satu isolat

asal Sukamandi (strain 4) menunjukkan reaksi positif terhadap semua isolat yang

diuji. Titer tertinggi antibodi diperoleh pada nilai 2048, dan memiliki rata-rata

kandungan kemurnian protein (OD280/260) berkisar antara 1,23 + 0,14 sampai

1,55 + 0,25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengenceran optimum PAb

Xoo adalah 1:800. PAb Xoo mampu mendeteksi keberadaan bakteri asal contoh

ekstrak kasar (sel utuh), contoh biakan murni yang dipanas- kan maupun contoh

Ag yang difiksasi dengan glutaraldehyde atau formalin. Konsentrasi terendah

hasil deteksi terhadap antigen Xoo adalah 104 sel/ml. (Hery, 1990)

Salah satu penyakit penyebab penurunan hasil padi adalah Hawar Daun

Bakteri (HDB). Secara ekonomis penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan

hasil yang cukup tinggi, terutama pada musim hujan, mencapai 20,6-35,6%,

sedangkan pada musim kemarau 7,5-23,8%. Salah satu upaya pengendalian

penyakit ini adalah dengan pemanfaatan agensia hayati Corynebacterium. Dari

penelitian rumah kaca (MK 1998) diketahui bahwa Cornebacterium dapat

menekan gejala HDB 28%. Corynebacterium efektif menekan laju infeksi HDB

10

Page 11: Isi Laporan

di lapang (Purwakarta MK 1999) 27%, dan infeksi sekunder (penularan antar

rumpun) dapat ditekan 84%. Penyemprotan Corynebacterium di Bojong Picung,

Cianjur, (MH 2001/2002), menekan kehilangan hasil 22,02% dan aplikasi

Corynebacterium pada padi hibrida dan Ciherang (di Brebek, Nganjuk MH–II

2007) masing-masing 58,1% dan 93,5%. Intensitas infeksi Xanthomonas

campestris py oryzae pada perlakuan B2P2 (107 sel bakteri Corynebacterium/ml)

dengan 60 kg/ha pupuk (100 kg KCl) hanya 0,39%. Hasil padi tertinggi terdapat

pada perlakuan B3P3 (108 sel bakteri/ml) dengan 90 kg/ha pupuk (150 kg KCl)

yaitu 11,09 t/ha. (Retnowati, 2007)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit

Penyakit dipengaruhi oleh umur tanaman. Penyakit ini juga lebih banyak

terdapat pada padi yang dipindahkan pada umur yang lebih muda. Ada jenis padi

tertentu yang tahan pada waktu muda dan ada yang tahan pada waktu yang

dewasa. Misalnya bakteri kelompok III jenis Krueng Aceh tahan pada waktu

muda, sedangkan Bahbutong, Semery, Citanduy, Cisanggarung menjadi tahan

setelah dewasa. Terhadap bakteri kelompok IV Bahbutong tahan pada waktu

muda dan juga setelah dewasa (Semangun, 2000)

Sumber inokulum menyebarkan infeksi pada tanaman berasal dari jerami

atau sekam padi yang telah terinfeksi dapat membantu penyebaran inokulum.

Selain itu gulma juga dapat berperan sebagai inang sementara (host) dari patogen

ini. Bentuk biji pada padi diperkirakan dapat memberikan kesukaran dalam proses

infeksi pada biji. (Agrios, 1997)

11

Page 12: Isi Laporan

Pengendalian

Daerah – daerah yang selalu mendapat gangguan dari penyakit ini

dianjurkan untuk melakukan usaha – usaha sebagai berikut :

1. Menanam jenis yang tahan

2. Bibit padi yang dipindah tidak dipotong ujungnya

3. Memindahkan bibit pada umur yang tidak kurang dari 40 hari. Untuk jenis

yang rentan umur ditambah

4. Untuk jenis – jenis yang rentan di anjurkan untuk menanam 4 – 5 bibit tiap

rumpun, dengan harapan agar nantinya tidak banyak tempat yang kosong

5. Pemupukan yang seimbang

6. Tidak mengairi persemaian terlalu dalam

7. Jika diperlukan, penyakit dapat dicegah dengan merendam bibit yang

dipotong daunnya ke dalam larutran terusi 0,05% selama 30 menit.

Tanaman dapat disemprot dengan bakterisida fenazin – 5 – oksida (Stablex

10 WP) dengan dosis 0,10 kg/ha bahan aktif.

(Semangun, 2000)

Pengendalian penyakit kresek di daerah tropik dengan menggunakan

varietas tahan menunjukkan hasil yang efektif dan ekonomis. Sedangakan

menurut Kerr (1980) penggunaan antibiotik atau senyawa kimia lain sampai saat

ini kurang ekonomis (Hery, 1990).

12

Page 13: Isi Laporan

BAHAN DAN METODE PERCOBAAN

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan dilakukan di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman sub-

penyakit Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian

tempat 25 meter di atas permukaan laut yang dimulai dari tanggal 28 februari

2013 sampai dengan tanggal 21 maret 2013.

Bahan dan Alat

- Tanaman padi sebagai bahan pengamatan,

- Pisau silet sebagai alat untuk mengambil daun padi,

- Plastik untuk tempat menyimpan bahan, dan

- Alat tulis sebagai alat untuk menulis hasil pengamatan.

Prosedur Percobaan

- Diambil tanaman yang terkena hawar daun bakteri pada padi dari lahan.

- Diambil tanaman yang sehat dari lahan.

- Dibawa tanaman yang terkena bakteri ke lab untuk di amati

- Dibawa tanaman yang sehat ke lab untk di amati.

13

Page 14: Isi Laporan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambar di atas merupakan gambar tanaman padi yang sehat (tidak

terserang bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae)

Gambar di atas merupakan gambar tanaman padi yang tidak sehat

(terserang bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae)

14

Page 15: Isi Laporan

Gambar di atas merupakan gambar bateri

Xanthomonas campestris pv. Oryzae

Pembahasan

Padi merupakan tanaman pangan yang memiliki 25 spesies Oryza, yang

dikenal adalah O. sativa dengan dua subspesies yaitu indica (padi bulu) yang

ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Hal ini sesuai dengan literatur

Apriyani (2013) yang menyatakan bahwa padi merupakan tanaman pangan yang

berupa rumput berumpun. Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo)

yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang

memerlukan penggenangan.

Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) menyebabkan hawar daun bakteri

(HDB) pada padi (Oryza sativa L.), yang merupakan penyakit utama dan menjadi

pembatas bagi produksi tanaman pokok di banyak negara di dunia. Isolasi Xoo

dilakukan dari daun padi yang terserang hawar daun bakteri. Identifikasi X.

oryzae pv. oryzae dilakukan berdasarkan pada gejala yang ditimbulkannya,

patogenisitas, karakter morfologi, fisiologi, dan genetik biakan bakteri yang

diisolasi dari tanaman padi yang terinfeksi Xoo. Hal ini sesuai dengan literatur

15

Page 16: Isi Laporan

Hery (1990) yang menyatakan bahwa gejalan penyakitb Xanthomonas ini

menyebabkan gejala layu (kresek), gejala hawar dan gejala daun kuning pucat.

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv

oryzae (Xoo) merupakan salah satu penyakit penting yang sangat merusak

tanaman padi. Hal ini sesuai dengan literatur Hery (1990) yang menyatakan

bahwa hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv

oryzae (Xoo) merupakan salah satu penyakit penting yang sangat merusak

tanaman padi. Oleh karena itu, deteksi dan identifikasi secara dini keberadaan

patogen tersebut berperan penting dalam pengendalian penyakit. Penelitian ini

ber- tujuan untuk mendeteksi Xoo penyebab penyakit HDB mengguna- kan

antibodi poliklonal (PAb) dan NCM-ELISA. PAb yang diperoleh dari satu isolat

asal Sukamandi (strain 4) menunjukkan reaksi positif terhadap semua isolat yang

diuji.

Dari percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa Bakteri

tersebut bersifat aerobik, berbentuk batang, dan tergolong Gram negatif. Isolat-

isolat tersebut diuji hipersensitivitasnya pada tanaman tembakau dan

patogenisitasnya pada padi. Hal ini sesuai dengan literature Agrios ( 1997 ) yang

menyatakan bahwa Bakteri Xanthomonas campestris pv Oryzae merupakan

bakteri yang tegolong gram negative.

Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa penyakit ini

timbul akibat tingkat kelembapan karena hujan yang sangat tinggi. Dengan

adanya penyakit ini, menyebabkan padi tersebut menjadi layu, timbulnya penyakit

hawar, daun hingga dapat menguning sampai kering. Hal ini sesuai dengan

16

Page 17: Isi Laporan

literatur Semangun (1991) yang menyatakan bahwa penyakit Xanthomonas

campestris pv Oryzae menyebabkan padi menguning dan layu hingga mati.

17

Page 18: Isi Laporan

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Padi merupakan tanaman pangan yang berupa rumput berumpun. Padi

dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di

dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan

penggenangan.

2. Padi merupakan tanaman pangan yang memiliki 25 spesies Oryza, yang

dikenal adalah O. sativa dengan dua subspesies yaitu indica (padi bulu)

yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere).

3. Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv

oryzae (Xoo) merupakan salah satu penyakit penting yang sangat merusak

tanaman padi.

4. Penyakit HDB menghasilkan dua gejala khas, yaitu kresek dan hawar.

Kresek adalah gejala yang terjadi pada tanaman berumur <30 hari

(pesemaian atau yang baru dipindah) . Daun-daun berwarna hijau kelabu,

melipat, dan menggulung.

5. Dalam keadaan parah, seluruh daun menggulung, layu, dan mati, mirip

tanaman yang terserang penggerek batang atau terkena air panas (lodoh).

Sementara, hawar merupakan gejala yang paling umum dijumpai pada

pertanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan sampai fase

pemasakan.

18

Page 19: Isi Laporan

SARAN

Sebelum melakukan pengamatan sebaiknya pengamat mempersiapkan

semua kebutuhan untuk melakukan pengamatan dengan matang agar

mendapatkan hasil yang terbaik dari pengamatan yang dilakukan.

19

Page 20: Isi Laporan

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. N., 1997. Plant Pathology Fift Edition. Department of Plant Pathology. University of Florida. Hlm 440 – 444.

Apriyani, D. 2013. Xanthomonas campestris Sebagai Penghasil Polisakarida (Xanthan Gum). Universitas Negri Jakarta. Jakarta

CABI, 2003. Data Sheets on Quarantine Pest, Xanthomonas Oryzae. Diakses dari www.eppo.org/QUARANTINE/bacteria/Xanthomonas_citri/XANTCI pada tanggal 16 Januari 2009. Hlm 2 – 4.

Hasanuddin., 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme Dalam Sistem Pengendalian Penyakit Secara Terpadu. library.usu.ac.id/download/fp/fp-hasanuddin.pdf USU Digital Library. Medan Diakses pada tanggal 16 Januari 2009. Hlm 7.

Hery, Gede Purwa Jelantik., 1990. Daya Penghambatan Tiga Jenis Ekstrak Tumbuhan terhadap Pertumbuhan (Jumlah Koloni) Bakteri Xanthomonas oryzae (Uyeda & Ishiyama) Dowson dan Pseudomonas Solanacearum E.F Smith In Vitro. Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan. IPB. Bogor. Hlm 1 – 4

Luh, B. S., 1980. Rice Production and Utilization. AVI Publishing Company Inc. California. Hlm 63-68

Retnowati, Lilik., Cahyadi Irwan, Baskoro SW dan Harsono L., 2007. Perbanyakan dan Cara Aplikasi Corynebacterium. BBOPT. Jatisari. Hlm 1 – 2

Semangun, H., 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Hlm 267 – 272.

., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM-press, Yogyakarta. Hlm 90 – 95.

Singh, R. S., 1998.,. Plant Disease. Oxford Publishin, New Delhi. Hlm 183 – 221.

Suparyono, Dr & Agus Setyono, Dr. 1994. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudarman dan Sudarsono,1981. Pedoman Managemen UsahaTani, Jakarta. Hlm 63.

Suryadi, Y, T. S. Kadir dan Machmud., 2006. Deteksi Xanthomonas oryzae pv oryzae Penyebab Hawar Daun Bakteri Pada Tanaman Padi.

Syam dan Diah Wurjandari., 2003. Masalah Lapang Hama Penyakit dan Hara Pada Padi. library.diptero.or.id/index.php?p=show_detail&id=4878 - 10k

20

Page 21: Isi Laporan

Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Jakarta. Diakses pada tanggal 16 Januari 2009. Hlm 38 – 39.

Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hlm 139 – 141

Wiyono, Suryo., 2007. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama Penyakit Tanaman. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Makalah Keanekaragaman Hayati di Tengah Perubahan Iklim. Diakses pada tanggl 16 Januari 2009. Hlm 1 – 10.

21