hukor.kemkes.go.idhukor.kemkes.go.id/uploads/rancangan_produk_hukum/rpp... · web viewtim...
Post on 28-Mar-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DRAF RPP TRANSPLANTASI ORGAN BAHAN RAPAT TANGGAL 7 DESEMBER 2016Rancangan
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIARancangan
PENJELASAN ATASPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
1. NOMOR ..… TAHUN …..
TENTANGTRANSPLANTASI ORGAN DAN/ATAU JARINGAN TUBUH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
NOMOR ..… TAHUN …..
TENTANGTRANSPLANTASI ORGAN DAN/ATAU JARINGAN TUBUH
2. Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 65 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Transplantasi Organ dan/atau Jaringan Tubuh;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
I. UmumTransplantasi telah diakui sebagai salah satu kemajuan yang paling memukau dalam ilmu kedokteran abad ini, yang memberikan harapan kehidupan bagi pasien dengan kegagalan terminal organ dan jaringan akibat penyakit akut maupun kronik. Dewasa ini, jaringan tubuh manusia ditransplantasikan dengan tujuan bukan saja untuk menyelamatkan nyawa, namun juga untuk meningkatkan kualitas hidup melalui intervensi yang konstruktif maupun intervensi kosmetik. Sehingga tindakan transplantasi memerlukan partisipasi masyarakat dengan cara menyumbangkan organ dari individu yang masih hidup ataupun yang telah meninggal.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2008 menunjukkan frekuensi transplantasi organ tahun 2008 berkisar sekitar 100.900 setiap tahunnya yaitu ginjal sekitar 69.300, hati sekitar 20.300, Jantung sekitar 5330, Paru sekitar 3330 dan Pankreas sekitar 2380 dan Usus Kecil sekitar 260. Di negara maju sumber organ yang utama adalah dari donor mayat sedangkan di negara berkembang organ lebih banyak berasal dari donor hidup.
Transplantasi organ di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara lain. Jumlah pasien Warga Negara Indonesia yang melakukan transplantasi, khususnya ginjal di luar negeri diperkirakan lebih banyak dibandingkan dengan di dalam negeri. Rendahnya jumlah transplantasi di dalam negeri karena sumber donor masih dari donor hidup dan belum adanya aturan yang dapat memberikan kepastian hukum untuk transplantasi dengan donor mayat, faktor biaya dan faktor budaya serta kesadaran masyarakat yang masih rendah tentang pentingnya upaya transplantasi organ.
Penyelenggaraan Transplantasi Organ dan/atau Jaringan dilakukan sesuai dengan prinsip: a. Autonomy ; seseorang mempunyai hak penuh untuk
mengizinkan/tidak mengizinkan suatu tindakan atas
dirinyab. Beneficence ; tindakan yang dilakukan untuk
kebaikan seseorang atau masyarakatc. Non Malificence; tindakan yang dilakukan tidak boleh
merugikan seseorang/masyarakatd. Justice; tindakan dilaksanakan secara adil dan
transparan serta tidak membedakan seseorang/masyarakat berdasarkan status sosial ekonomi tetapi hanya berdasarkan status kesehatan.
e. Moralitas; pengakuan atas norma agama dan budaya yang berlaku.
Peraturan terkait mengenai pelayanan transplantasi tertuang dalam Peraturan Pemerintah tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Namun, Peraturan tersebut saat ini dirasakan sudah tidak sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran yang berkembang dengan sangat pesat.Peraturan Pemerintah ini sebagai amanah Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur secara umum hal-hal yang terkait dengan penyelenggaraan transplantasi organ, jaringan dan sel untuk dapat menjamin keamanan, kemanfaatan dan keadilan dalam pelayanan transplantasi bagi donor maupun resipien; meningkatkan donasi dan ketersedian
organ, jaringan, dan sel; mencegah kegiatan komersialisasi dan penyalahgunaan organ, jaringan, dan sel; dan memberikan perlindungan atas martabat, privasi, dan kesehatan manusia.
3. MEMUTUSKAN :Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRANSPLANTASI
ORGAN DAN/ATAU JARINGAN TUBUH.
MEMUTUSKAN :Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG
TRANSPLANTASI ORGAN DAN/ATAU JARINGAN TUBUH.
4. BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :1. Transplantasi Organ dan/atau Jaringan Tubuh adalah pemindahan
Organ dan/atau Jaringan dari Pendonor ke Resipien guna penyembuhan dan pemulihan masalah kesehatan Resipien.
2. Organ adalah kelompok beberapa jaringan yang bekerjasama untuk melakukan fungsi tertentu dalam tubuh.
3. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal/fungsi yang sama dan tertentu, yang berdasarkan kemampuan regeneratifnya terdiri atas jaringan yang dapat pulih kembali (regenerative tissue) dan jaringan yang tidak dapat pulih kembali (non-regenerative tissue).
4. Pendonor adalah orang yang menyumbangkan Organ dan/atau Jaringan tubuhnya kepada Resipien untuk tujuan penyembuhan
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1Cukup Jelas
penyakit dan pemulihan kesehatan Resipien.5. Resipien adalah orang yang menerima Organ dan/atau Jaringan
tubuh Pendonor untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
6. Bank Jaringan adalah suatu badan atau lembaga yang bertujuan untuk rekruitmen Pendonor, menyaring, mengambil, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan sel dan/atau jaringan untuk keperluan pelayanan kesehatan yang bersifat nirlaba.
7. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
8. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
9. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
5. Pasal 2Pengaturan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh bertujuan:a. menjamin keamanan, keselamatan, kesukarelaan, kemanfaatan,
dan keadilan dalam pelayanan transplantasi organ, dan/atau jaringan tubuh bagi pendonor maupun resipien;
Pasal 2
Huruf aYang dimaksud dengan Keamanan adalah .....Yang dimaksud dengan Keselamatan, Yang dimaksud dengan Kesukarelaan, Yang dimaksud dengan Kemanfaatan
Lihat dari UU lain
b. meningkatkan donasi dan ketersedian organ dan/atau jaringan untuk tujuan transplantasi sebagai upaya penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, dan peningkatan kualitas hidup;
c. memberikan perlindungan atas martabat, privasi, dan kesehatan manusia, serta martabat dan kehormatan Pendonor mati.
keadilan dimaksudkan agar setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan transplantasi sesuai kebutuhannya.
Huruf bMeningkatkan donasi dimaksudkan agar kesadaran dan minat masyarakat untuk melakukan donasi organ dan/atau jaringan sebagai bagian dari pelaksanaan melakukan amal baik.
Huruf cCukup jelas
6. Pasal 2A(1) Transplantasi Organ dan/atau Jaringan tubuh dilakukan hanya
untuk tujuan kemanusiaan dalam upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
(2) Organ dan/atau Jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.
Pasal 2AAyat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)Yang dimaksud dengan Jual beli adalah transaksi antara Pendonor dengan Resipien yang bersifat finansial.Penggantian Biaya pemrosesan organ dan/atau jaringan tidak termasuk jual beli atau komersialisasi.
Catatan: konsul dengan ahli ekonomi untuk nomenklatur “financial”
7. Pasal 2B(1) Setiap orang dapat menjadi Pendonor pada Transplantasi Organ
dan/atau Jaringan tubuh. (2) Pendonor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus bersifat
sukarela tanpa meminta imbalan.
Pasal 2BCukup jelas
8. BAB IITANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
9. Pasal 3 Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota bertanggungjawab:a. meningkatkan ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan untuk
penyelenggaraan Transplantasi Organ dan/atau jaringan tubuh; b. melakukan dan mendukung promosi donasi dan Transplantasi
Organ dan/atau jaringan tubuh; c. membina dan mengawasi kepatuhan penyelenggaraan
Transplantasi Organ dan/atau jaringan tubuh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d. pendanaan penyelenggaraan Transplantasi Organ dan/atau jaringan tubuh.
Pasal 3Cukup jelas
10. Pasal 4(1) Dalam rangka meningkatkan akses, sistem informasi,
akuntabilitas, dan mutu pelayanan, dan pengkajian kelayakan pasangan Resipien-Pendonor Transplantasi Organ dan/atau jaringan tubuh, Menteri membentuk Komite Transplantasi Nasional.
(2) Komite Transplantasi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
Pasal 4Cukup jelas
(1) terdiri atas unsur tokoh agama/masyarakat, profesi kedokteran terkait, psikolog/psikiater, ahli etik kedokteran/hukum, pekerja sosial, dan Kementerian Kesehatan.
(3) Komite Transplantasi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di Ibu Kota Negara.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Komite Transplantasi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
11. BAB IIITRANSPLANTASI ORGAN
12. Bagian KesatuUmum
13. Pasal 5(1) Transplantasi Organ hanya dapat diselenggarakan di rumah sakit
yang ditetapkan oleh Menteri(2) Menteri dalam menetapkan rumah sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mempertimbangkan rekomendasi dari Komite Transplantasi Nasional.
Pasal 5Cukup jelas
14. Pasal 6(1) Untuk dapat ditetapkan sebagai Rumah Sakit penyelenggara
Transplantasi Organ, rumah sakit harus memiliki tim transplantasi dan memenuhi persyaratan dan standar.
(2) Persyaratan dan standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 6Cukup jelas
15. Bagian KeduaPendonor dan Resipien
16. Pasal 7(1) Pendonor pada Transplantasi Organ terdiri atas:
a. Pendonor hidup; dan b. Pendonor mati batang otak (MBO).
(2) Pendonor hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan orang yang Organ tubuhnya diambil pada saat yang bersangkutan masih hidup.
(3) Pendonor mati batang otak (MBO) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan orang yang Organ tubuhnya diambil pada saat yang bersangkutan telah dinyatakan mati batang otak di rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7Cukup jelas
17. Pasal 8(1) Pendonor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) berasal
dari:a. Pendonor yang memiliki hubungan darah atau suami/istri;
ataub. Pendonor yang tidak memiliki hubungan darah,dengan Resipien.
(2) Pendonor yang memiliki hubungan darah atau suami/istri dengan Resipien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat mendonorkan Organ tubuhnya hanya untuk Resipien tertentu.
(3) Hubungan darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa ayah kandung, ibu kandung, anak kandung, dan saudara kandung Pendonor.
(4) Pendonor yang tidak memiliki hubungan darah dengan Resipien
Pasal 8Cukup jelas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mendonorkan Organ tubuhnya kepada Resipien hasil seleksi yang dilakukan oleh Komite Transplantasi Nasional.
18. Pasal 9(1) Setiap pasien yang membutuhkan Transplantasi Organ dapat
menjadi calon Resipien setelah memperoleh persetujuan dari tim transplantasi rumah sakit.
(2) Calon Resipien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pasien dengan:a. indikasi medis; danb. tidak memiliki kontra indikasi medis,untuk dilakukan Transplantasi Organ.
Pasal 9Cukup jelas
19. Bagian KetigaPelaksanaan
20. Pasal 10 Transplantasi Organ dilaksanakan melalui tahapan kegiatan:a. pendaftaran;b. pemeriksaan kecocokan Resipien-Pendonor; danc. tindakan Transplantasi Organ dan pascatransplantasi Organ.
Pasal 10Cukup jelas
21. Pasal 11(1) Setiap calon Pendonor dan calon Resipien harus melakukan
pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a di Komite Transplantasi Nasional, setelah memenuhi persyaratan.
(2) Persyaratan untuk terdaftar sebagai calon Pendonor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
Pasal 11Cukup jelas
a. persyaratan administratif; danb. persyaratan medis.
(3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a paling sedikit terdiri atas:a. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP; b. telah berusia 18 (delapan belas) tahun dibuktikan dengan
KTP, kartu keluarga, dan/atau akta kelahiran; c. membuat pernyataan tertulis tentang kesediaan Pendonor
menyumbangkan Organ tubuhnya secara sukarela tanpa meminta imbalan;
d. memiliki alasan menyumbangkan Organ tubuhnya kepada Resipien secara sukarela;
e. mendapat persetujuan suami/istri, anak yang sudah dewasa, orang tua kandung, atau saudara kandung Pendonor;
f. membuat pernyataan memahami indikasi, kontra indikasi, risiko, prosedur Transplantasi Organ, panduan hidup pascatransplantasi Organ, serta pernyataan persetujuannya; dan
g. membuat pernyataan tidak melakukan penjualan Organ ataupun perjanjian khusus lain dengan pihak Resipien.
(4) Dalam hal Pendonor hanya akan mendonorkan Organ tubuhnya kepada Resipien tertentu, Pendonor harus memiliki keterangan hubungan darah atau suami/isteri dengan Resipien dari pejabat Pemerintah Daerah yang berwenang.
(5) Pemeriksaan medis sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b ditujukan untuk memastikan
kelayakan sebagai Pendonor dilihat dari segi kesehatan Pendonor.(6) Persyaratan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
merupakan pemeriksaan medis awal dan skrining oleh rumah sakit penyelenggara Transplantasi Organ atas permintaan dari Komite Transplantasi Nasional atau Perwakilan Komite Transplantasi Nasional di Provinsi terhadap calon Pendonor yang telah melakukan pendaftaran.
(7) Persyaratan untuk terdaftar sebagai calon Resipien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:a. memiliki keterangan dan persetujuan tertulis dari tim
transplantasi rumah sakit;b. memiliki persetujuan tertulis kesediaan membayar biaya
Transplantasi Organ atau memberikan surat penjaminan biaya Transplantasi Organ, untuk calon Resipien yang dijamin asuransi;
c. menyerahkan pernyataan tertulis telah memahami indikasi, kontra-indikasi, risiko, dan tata cara Transplantasi Organ, serta pernyataan persetujuannya; dan
c. menyerahkan pernyataan tertulis tidak membeli Organ tubuh dari calon Pendonor atau melakukan perjanjian khusus dengan calon Pendonor, yang dituangkan dalam bentuk akte notaris atau pernyataan tertulis yang disahkan oleh notaris.
(8) Pendaftaran pada Komite Transplantasi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui perwakilan Komite Transplantasi Nasional di Provinsi setempat.
22. Pasal 11A
(1) Transplantasi Organ dapat dilakukan pada calon Resipien warga negara asing.
(2) Calon Resipien warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki calon Pendonor yang berasal dari negara yang sama dan memiliki hubungan darah atau suami/istri.
(3) Calon Resipien dan calon Pendonor warga negara asing yang akan mendapatkan pelayanan Transplantasi Organ harus terdaftar di Komite Transplantasi Nasional.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan calon Resipien dan calon Pendonor warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
23. Pasal 12(1) Dalam rangka memastikan pemenuhan persyaratan calon
Pendonor dan calon Resipien, Komite Transplantasi Nasional melakukan verifikasi dokumen.
(2) Calon Pendonor yang telah dilakukan verifikasi dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan memenuhi persyaratan sebagai Pendonor berhak mendapatkan kartu calon Pendonor dari Komite Transplantasi Nasional.
Pasal 12Cukup jelas
24. Pasal 13(1) Berdasarkan hasil verifikasi dokumen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12, Komite Transplantasi Nasional melakukan pengelolaan data calon Resipien dan calon Pendonor.
(2) Pengelolaan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui penyusunan prioritas dan urutan daftar tunggu calon Resipien untuk memasangkan calon Resipien dan calon Pendonor.
Pasal 13Cukup jelas
25. Pasal 14(1) Pemeriksaan kecocokan Resipien-Pendonor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf b dilakukan terhadap pasangan calon Resipien dan calon Pendonor yang telah disusun berdasarkan prioritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2).
(2) Pemeriksaan kecocokan Resipien-Pendonor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh tim transplantasi pada rumah sakit penyelenggara Transplantasi Organ.
Pasal 14Cukup jelas
26. Pasal 15(1) Komite Transplantasi Nasional dapat melakukan verifikasi
lapangan dalam rangka melakukan pemeriksaan kecocokan Resipien-Pendonor.
(2) Verifikasi lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memastikan hubungan calon Resipien dan calon Pendonor, latar belakang penyumbangan Organ, serta tidak adanya unsur jual beli Organ.
(3) Komite Transplantasi Nasional dalam melakukan verifikasi lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah dan/atau instansi lain terkait.
Pasal 15Cukup jelas
27. Pasal 16Berdasarkan tahapan kegiatan pendaftaran dan pemeriksaan kecocokan Resipien-Pendonor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 15, Komite Transplantasi Nasional mengeluarkan surat keterangan kelayakan pasangan Resipien-Pendonor dan tidak
Pasal 16Cukup jelas
ditemukan indikasi jual beli dan/atau komersial.28. Pasal 17
(1) Tindakan Transplantasi Organ dan pascatransplantasi Organ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c dilakukan oleh tim transplantasi rumah sakit.
(2) Tindakan Transplantasi Organ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah dilakukan Pemeriksaan kesiapan tindakan Transplantasi Organ termasuk tindakan pengambilan organ dari calon Pendonor, setelah surat keterangan kelayakan pasangan Resipien-Pendonor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dikeluarkan oleh Komite Transplantasi Nasional.
(3) Dalam hal Organ berasal dari calon Pendonor mati batang otak (MBO), tindakan pengambilan Organ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didahului dengan penandatangan surat konfirmasi persetujuan tindakan oleh keluarga.
(4) Tindakan Pascatransplantasi Organ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan terhadap Pendonor dan Resipien melalui monitoring dan evaluasi.
(5) Monitoring dan evaluasi pascatransplantasi Organ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh:a. tim Transplantasi rumah sakit; danb. Komite Transplantasi Nasional.
(6) Monitoring dan evaluasi oleh Komite Transplantasi nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b bertujuan untuk memastikan Pendonor mendapatkan perlindungan kesehatan dan haknya.
Pasal 17Cukup jelas
29. Pasal 17AOrang yang belum pernah mendaftar sebagai pendonor, dapat dijadikan pendonor mati/MBO di rumah sakit penyelenggara Transplantasi Organ, apabila:a. Yang bersangkutan menyetujui sebagai pendonor sebelum MBOb. Yang bersangkutan tidak cakap memberikan persetujuan, tetapi
keluarga terdekat memberikan persetujuanc. Yang bersangkutan tidak dikenal dan tidak ditemukan keluarganya
dalam 2 (dua) hari.30. Pasal 18
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Transplantasi Organ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 17 diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 18Cukup jelas
31. Bagian KeempatHak Dan Kewajiban Pendonor dan Resipien
32. Pasal 19(1) Setiap Pendonor pada Transplantasi Organ berhak:
a. mengetahui identitas Resipien atas persetujuan Resipien;b. menolak menyumbangkan Organ tubuhnya kepada Resipien
tertentu dengan alasan yang dapat diterima;c. memperoleh asuransi kesehatan dan asuransi kematian;d. dibebaskan dari seluruh biaya pelayanan kesehatan selama
perawatan Transplantasi Organ;e. memperoleh asuransi kematian dan penghargaan atas
kehilangan penghasilan dari pekerjaan/pencaharian selama dalam perawatan dan pemulihan kesehatan
Pasal 19Cukup jelas
pascatransplantasi Organ yang ditetapkan oleh Menteri; f. memperoleh prioritas sebagai Resipien apabila memerlukan
Transplantasi Organ; dang. mencabut pendaftaran dirinya dalam data calon Pendonor
sampai sebelum tindakan persiapan operasi Transplantasi Organ dimulai.
(2) Setiap Pendonor pada Transplantasi Organ berkewajiban:a. menjaga kerahasiaan Resipien;b. tidak melakukan perjanjian khusus dengan Resipien terkait
dengan Transplantasi Organ;c. menjaga kesehatannya sesuai petunjuk dokter;d. melakukan uji kesehatan sekurang-kurangnya satu kali
dalam setahun; dane. menjaga hubungan dengan Komite Transplantasi Nasional
atau perwakilan Komite Transplantasi Nasional di Provinsi.33. Pasal 20
(1) Setiap Resipien pada Transplantasi Organ berhak:a. mengetahui identitas Pendonor dan informasi medis yang
terkait dengan Transplantasi Organ;b. mengetahui urutan daftar tunggu calon Resipien untuk
memperoleh Pendonor; danc. menolak memperoleh Organ dari Pendonor tertentu dengan
alasan yang dapat diterima.(2) Setiap Resipien pada Transplantasi Organ berkewajiban:
a. menjaga kerahasiaan informasi medis Pendonor;b. membayar seluruh biaya penyelenggaraan Transplantasi
Pasal 20Cukup jelas
Organ, baik secara mandiri atau melalui asuransi penjaminnya;
c. menjaga kesehatan sesuai petunjuk dokter pascatransplantasi Organ;
d. melakukan uji kesehatan sesuai petunjuk dokter; dane. tidak melakukan perjanjian khusus dengan Pendonor terkait
dengan Transplantasi Organ.(3) Resipien yang tidak patuh terhadap petunjuk dokter
pascatransplantasi Organ sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c kehilangan haknya untuk menjalani pelayanan Transplantasi Organ yang sama.
34. Bagian KelimaPendanaan
35. Pasal 21(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggungjawab
terhadap pendanaan penyelenggaraan Transplantasi Organ melalui:a. anggaran pendapatan dan belanja negara;b. anggaran pendapatan dan belanja daerah; c. hibah dari Resipien; dan/ataud. sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.(2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk:
a. pelaksanaan tugas Komite Transplantasi Nasional dan perwakilan Komite Transplantasi Nasional di Provinsi;
b. pemeriksaan awal dan skrining calon Pendonor; dan
Pasal 21Cukup jelas
c. asuransi kematian dan penghargaan bagi Pendonor atas kehilangan penghasilan dari pekerjaan/pencaharian selama dalam perawatan dan pemulihan kesehatan bagi Resipien tidak mampu.
(3) Besar penghargaan bagi Pendonor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan oleh Menteri.
36. Pasal 22(1) Pendanaan pada rumah sakit penyelenggara Transplantasi Organ
dibebankan kepada Resipien dan/atau asuransi penjaminnya.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendanaan pada rumah sakit
penyelenggara Transplantasi Organ diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 22Cukup jelas
37. BAB IVTRANSPLANTASI JARINGAN
38. Bagian KesatuUmum
39. Pasal 23Transplantasi jaringan meliputi Transplantasi Jaringan mata dan Transplantasi Jaringan tubuh lain.
Pasal 23Cukup jelas
40. Pasal 24(1) Penyelenggaraan Transplantasi Jaringan terdiri atas pelayanan
yang dilakukan pada:a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan penyelenggara; dan b. Bank Jaringan.
(2) Bank jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b termasuk Bank mata.
Pasal 24Cukup jelas
41. Pasal 25(1) Fasilitas Pelayanaan Kesehatan penyelenggara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 huruf a harus memenuhi persyaratan dan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan sesuai standar.
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. rumah sakit atau klinik utama, untuk transplantasi jaringan
mata; danb. rumah sakit, untuk transplantasi jaringan tubuh lain.
(3) Persyaratan dan Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 25Cukup jelas
42. Pasal 26(1) Bank jaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b
menyediakan Jaringan yang bermutu untuk pelayanan Transplantasi Jaringan.
(2) Bank Jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat.
(3) Bank Jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mendapatkan izin dari Menteri dan terdaftar di Komite Transplantasi Nasional.
Pasal 26Ayat (1)
Untuk tansplantasi conjunctiva mata, kulit, rambut tidak dibutuhkan Bank Jaringan.
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
43. Bagian KeduaTransplantasi Jaringan Mata
44. Paragraf 1Umum
45. Pasal 27Transplantasi Jaringan mata meliputi transplantasi kornea, sklera, dan jaringan dari organ mata lainnya.
Pasal 27Cukup jelas
46. Paragraf 2Bank Mata
47. Pasal 28(1) Bank Mata bertugas menyediakan Jaringan kornea, sklera, dan
Jaringan lain dari Organ mata yang bermutu untuk pelayanan Transplantasi Jaringan.
(2) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank mata paling sedikit menyelenggarakan fungsi:a. pengerahan Pendonor; b. pendaftaran calon Pendonor dan calon Resipien;c. seleksi Pendonor melalui pemeriksaan kesehatan yang
meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium; d. pengambilan Jaringan kornea dan/atau slera dan
penyimpanan sementara, serta pemulihan estetik Pendonor; e. pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pelabelan dan
sterilisasi Jaringan, serta pemeliharaan; f. pengendalian mutu Jaringan dari Organ mata; g. pendistribusian Jaringan; h. pencatatan dan pendokumentasian; i. pendidikan dan pelatihan; danj. penelitian dan pengembangan.
(3) Dalam rangka melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, huruf b, dan huruf c, Bank Mata dapat
Pasal 28Cukup jelas
membentuk jejaring pelayanan bank mata.48. Pasal 29
(1) Bank Mata dapat dibentuk di Provinsi maupun di Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan dan/atau kemampuan daerah.
(2) Untuk memenuhi penyediaan jaringan Jaringan kornea, sklera, dan Jaringan lain dari Organ mata secara nasional, Menteri membentuk Bank mata Pusat sebagai Bank mata rujukan nasional.
(3) Selain memiliki tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2), Bank mata Pusat bertugas: a. mendatangkan dan mengirimkan jaringan mata dari dan ke
luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. koordinator pengumpulan jaringan mata tingkat nasional; dan
c. penyediaan jaringan mata pendonor secara nasional.(4) Tugas mendatangkan jaringan mata dari luar negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan melalui jejaring Bank Mata internasional.
(5) Tugas mengirimkan jaringan mata ke luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan dalam hal kebutuhan jaringan mata dalam negeri terpenuhi.
Pasal 29Cukup jelas
49. Pasal 30Ketentuan lebih lanjut mengenai Bank Mata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal 29 diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 30Cukup jelas
50. Paragraf 2
Pendonor dan Resipien51. Pasal 31
(1) Pendonor pada Transplantasi jaringan mata berupa Pendonor mati klinis/konvensional.
(2) Pendonor mati klinis/konvensional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan orang yang jaringan tubuhnya diambil pada saat yang bersangkutan telah dinyatakan mati klinis/konvensional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Selain Pendonor mati klinis/konvensional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pendonor hidup dapat memberikan jaringan mata yang merupakan sisa jaringan hasil operasi, dan jaringan lain yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh pendonor pada Transplantasi Jaringan.
Pasal 31Cukup jelas
52. Pasal 32(1) Setiap pasien yang membutuhkan Transplantasi mata dapat
menjadi calon Resipien setelah memperoleh persetujuan dari dokter penanggungjawab pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) Calon Resipien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pasien dengan:a. indikasi medis; danb. tidak memiliki kontra indikasi medis,untuk dilakukan Transplantasi mata.
Pasal 32Cukup jelas
53. Paragraf 3Pelaksanaan
54. Pasal 33 Pasal 33
Transplantasi Jaringan mata dilaksanakan melalui tahapan kegiatan:a. pendaftaran;b. penyiapan jaringan mata dari Pendonor; danc. tindakan Transplantasi jaringan mata dan pascatransplantasi
jaringan mata.
Cukup jelas
55. Pasal 34(1) Setiap calon Pendonor dan calon Resipien harus melakukan
pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a di Bank Mata, setelah memenuhi persyaratan.
(2) Bank Mata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menjaga kerahasiaan Pendonor.
(3) Persyaratan untuk terdaftar sebagai calon Pendonor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. persyaratan administratif; danb. persyaratan medis.
(9) Persyaratan untuk terdaftar sebagai calon Resipien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:a. memiliki keterangan dari dokter penanggung jawab
pelayanan di rumah sakit;b. memiliki persetujuan tertulis kesediaan membayar biaya
penggantian pengambilan dan pemrosesan Jaringan mata, atau memberikan surat penjaminan biaya penggantian pengambilan dan pemrosesan Jaringan, untuk calon Resipien yang dijamin asuransi atau lembaga penjamin lain; dan
c. menyerahkan pernyataan tertulis telah memahami indikasi, kontra indikasi, risiko, dan tata cara Transplantasi Jaringan,
Pasal 34Cukup jelas
serta pernyataan persetujuannya.56. Pasal 35
(1) Bank Mata membuat daftar tunggu Resipien, dan melaporkan ke Bank Mata Pusat secara berkala setiap bulan.
(2) Daftar tunggu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan urutan resipien untuk memperoleh jaringan mata.
Pasal 35Cukup jelas
57. Pasal 36(1) Penyiapan jaringan mata dari Pendonor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33 huruf b dilakukan oleh Bank mata sesuai standar.(2) Dalam hal terdapat kekurangan jaringan mata, bank mata Madya
dan Bank Mata Utama dapat meminta jaringan mata kepada Bank Mata Pusat atau Bank Mata Madya dan Bank Mata Utama lain.
(3) Permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan melalui bank mata pusat.
Pasal 36Cukup jelas
58. Pasal 37(1) Tindakan Transplantasi Jaringan mata dan pascatransplantasi
Jaringan mata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf c dilakukan oleh dokter penanggungjawab pelayanan.
(2) Tindakan Pascatransplantasi Jaringan mata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan terhadap Resipien melalui monitoring dan evaluasi.
Pasal 37Cukup jelas
59. Bagian KeduaTransplantasi Jaringan Tubuh Lain
60. Paragraf 1Umum
61. Pasal 38Jaringan pada Transplantasi Jaringan Tubuh lain dapat berasal dari berbagai macam jenis Jaringan, sesuai dengan wasiat dan/atau persetujuan Pendonor, sisa jaringan hasil operasi, dan jaringan lain yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh pendonor.
Pasal 38Cukup jelas
62. Paragraf 2Bank Jaringan
63. Pasal 39(1) Bank Jaringan dapat terintegrasi dengan rumah sakit
penyelenggara Transplantasi Jaringan atau mandiri di luar rumah sakit penyelenggara Transplantasi Jaringan.
(2) Bank Jaringan yang mandiri di luar rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki perjanjian kerjasama dengan rumah sakit penyelenggara Transplantasi Jaringan.
(3) Bank Jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas menyediakan Jaringan yang bermutu untuk pelayanan Transplantasi Jaringan.
(4) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank Jaringan menyelenggarakan fungsia. pengerahan Pendonor;b. pendaftaran calon Pendonor dan calon Resipien; c. seleksi lanjutan Pendonor melalui pemeriksaan kesehatan
yang meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium; d. pengambilan Jaringan dan/atau Sel (retrieval), serta
pemulihan fisik kondisi Pendonor (recovery) dan penyimpanan sementara;
Pasal 39Cukup jelas
e. pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pelabelan dan sterilisasi Jaringan dan/atau Sel;
f. pengendalian mutu Jaringan dan/atau Sel; g. pendistribusian Jaringan dan/atau Sel; h. pencatatan dan pendokumentasian; i. melaporkan data Pendonor dan Resipien ke Komite Nasional
Transplantasi;j. pendidikan dan pelatihan; k. penelitian dan pengembangan; dan l. pengkajian sosial, budaya, dan keagamaan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Bank Jaringan diatur dalam Peraturan Menteri.
64. Paragraf 3Pendonor dan Resipien
65. Pasal 40(1) Pendonor pada Transplantasi Jaringan terdiri atas:
a. Pendonor hidup; b. Pendonor mati batang otak (MBO);danc. Pendonor mati klinis/konvensional.
(2) Pendonor hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan orang yang jaringan tubuhnya diambil pada saat yang bersangkutan masih hidup.
(3) Pendonor mati batang otak (MBO) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan orang yang jaringan tubuhnya diambil pada saat yang bersangkutan telah dinyatakan mati batang otak di rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
Pasal 40Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)Cukup jelas
Ayat (3)jaringan lain yang tidak dibutuhkan meliputi placenta, kulit, tendon
undangan.(4) Pendonor mati klinis/konvensional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c merupakan orang yang jaringan tubuhnya diambil pada saat yang bersangkutan telah dinyatakan mati klinis/konvensional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (4)Cukup jelas
66. Pasal 41(1) Setiap pasien yang membutuhkan Transplantasi Jaringan dapat
menjadi calon Resipien setelah ditentukan oleh dokter penanggungjawab pasien di rumah sakit.
(2) Calon Resipien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pasien dengan:a. indikasi medis; danb. tidak memiliki kontra indikasi medis,untuk dilakukan Transplantasi Jaringan.
Pasal 41Cukup jelas
67. Paragraf 4Pelaksanaan
68. Pasal 42Transplantasi Jaringan tubuh lain dilaksanakan melalui tahapan kegiatan:a. pendaftaran;b. penyiapan jaringan tubuh lain dari Pendonor; danc. tindakan Transplantasi jaringan tubuh lain dan pascatransplantasi
jaringan.
Pasal 42Cukup jelas
69. Pasal 43(1) Setiap calon Pendonor dan calon Resipien MBO dan mati
Pasal 43Cukup jelas
klinis/konvensional harus melakukan pendaftaran di Komite Nasional Transplantasi melalui Bank Jaringan, setelah memenuhi persyaratan.
(2) Setiap calon Pendonor hidup harus didaftarkan ke Bank Jaringan, melalui rumah sakit penyelenggara.
(3) Daftar Pendonor Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilaporkan kepada Komite Nasional Transplantasi setelah dilakukan pengambilan jaringan tubuh.
(4) Persyaratan untuk terdaftar sebagai calon Pendonor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. persyaratan administratif; danb. persyaratan medis.
(5) Persyaratan untuk terdaftar sebagai calon Resipien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:a. memiliki keterangan dan persetujuan tertulis dari dokter
penanggung jawab pelayanan di rumah sakit;b. memiliki persetujuan tertulis kesediaan membayar biaya
penggantian pengambilan dan pemrosesan Jaringan, atau memberikan surat penjaminan biaya penggantian pengambilan dan pemrosesan Jaringan, untuk calon Resipien yang dijamin asuransi;
c. menyerahkan pernyataan tertulis telah memahami indikasi, kontra indikasi, risiko, dan tata cara Transplantasi Jaringan, serta pernyataan persetujuannya; dan
d. menyerahkan pernyataan tertulis tidak membeli Jaringan mata dari calon Pendonor atau melakukan perjanjian khusus
dengan calon Pendonor.70. Pasal 44
(1) Bank Jaringan membuat daftar tunggu Resipien, dan melaporkan ke Komite Nasional Transplantasi secara berkala setiap bulan.
(2) Daftar tunggu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan urutan resipien untuk memperoleh jaringan.
Pasal 44Cukup jelas
71. Pasal 45(1) Penyiapan Jaringan tubuh lain dari Pendonor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 huruf b dilakukan oleh Bank Jaringan sesuai standar.
(2) Pengambilan Jaringan tubuh lain dari Pendonor hidup hanya dapat dilakukan oleh rumah sakit yang menyelenggarakan Bank Jaringan atau rumah sakit yang bekerjasama dengan Bank Jaringan.
(3) Pengambilan Jaringan tubuh lain dari Pendonor mati batang otak (MBO) dan Pendonor mati klinis/konvensional hanya dapat dilakukan di rumah sakit Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah.
Pasal 45Cukup jelas
72. Pasal 46(1) Tindakan Transplantasi jaringan tubuh lain dan pascatransplantasi
jaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf c dilakukan oleh dokter penanggungjawab pasien di rumah sakit penyelenggara sesuai standar.
(2) Tindakan Pascatransplantasi jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan terhadap Resipien melalui monitoring dan evaluasi.
Pasal 46Cukup jelas
73. Bagian KeempatHak dan Kewajiban
74. Pasal 47(1) Setiap Resipien pada Transplantasi Jaringan berhak:
a. mengetahui informasi medis yang terkait dengan Transplantasi Jaringan;
b. mengetahui urutan daftar tunggu calon Resipien untuk memperoleh Jaringan; dan
c. menolak memperoleh Jaringan dengan alasan yang dapat diterima.
(2) Setiap Resipien pada Transplantasi Jaringan berkewajiban:a. mengikuti prosedur pelaksanaan Transplantasi Jaringan;b. membayar seluruh biaya penyelenggaraan Transplantasi
Jaringan, baik secara mandiri atau melalui asuransi penjaminnya; dan
c. mengganti biaya pemrosesan dan biaya pengembangan Jaringan.
Pasal 47Cukup jelas
75. Bagian KelimaPendanaan
76. Pasal 48(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat memberikan
bantuan pendanaan pengembangan Bank Jaringan dan Bank Mata.
(2) Bank Jaringan dan Bank Mata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menetapkan biaya pemrosesan dan biaya pengembangan Jaringan dari Resipien sesuai dengan nilai keekonomian.
(3) Pola biaya pemrosesan dan biaya pengembangan Jaringan
Pasal 48Ayat (1)
Cukup jelasAyat (2)
Nilai keekonomian merupakan .... (P2JK)
Ayat (3)Cukup jelas
ditetapkan oleh Menteri.
77. Pasal 49(1) Biaya penggantian pemrosesan jaringan di Bank Mata atau Bank
Jaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 meliputi komponen biaya penyelenggaraan pelayanan transplantasi jaringan dan komponen biaya operasional.
(2) Penetapan besaran biaya penyelenggaraan pengolahan jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhitungkan subsidi dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan kemampuan masyarakat setempat.
Pasal 49Cukup jelas
78. BAB VISISTEM INFORMASI TRANSPLANTASI
79. Pasal 50(1) Dalam rangka mendukung penyelenggaraan Transplantasi Organ
dan/atau Jaringan tubuh, dibentuk sistem informasi Transplantasi.(2) Sistem informasi Transplantasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menyediakan data dan informasi terkait penyelenggaraan Transplantasi Organ dan/atau jaringan tubuh, wadah dan sarana komunikasi bagi masyarakat, Bank Jaringan, fasilitas pelayanan Kesehatan penyelenggara Transplantasi Organ dan/atau jaringan tubuh, dan Komite Transplantasi Nasional.
Pasal 50Cukup jelas
80. Pasal 51Setiap fasilitas pelayanan kesehatan penyelenggara Transplantasi Organ dan/atau Jaringan tubuh harus melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Transplantasi Organ dan/atau jaringan
Pasal 51Cukup jelas
tubuh melalui sistem informasi Transplantasi.81. BAB VII
PERAN SERTA MASYARAKAT82. Pasal 52
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan Transplantasi Organ dan/atau jaringan tubuh melalui kegiatan:a. promosi dan sosialisasi bahwa menyumbangkan Organ
dan/atau jaringan tubuh secara sukarela merupakan amal ibadah dan tolong menolong;
b. melakukan KIE mengenai Transplantasi Organ dan/atau jaringan tubuh; dan
c. mencegah terjadinya jual beli Organ dan/atau jaringan tubuh manusia.
(2) mencegah terjadinya jual beli Organ dan/atau jaringan tubuh melalui pengaduan dan pelaporan
(3) Kegiatan promosi dan sosialisasi sebagaimana dimakud pada ayat (1) huruf a, dilakukan bersama dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, pendidik, pekerja sosial, penggiat pembela konsumen, dan penggiat promosi kesehatan.
Pasal 52Cukup jelas
83. BAB VIIIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN
84. Pasal 53(1) Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini sesuai dengan fungsi, tugas, dan wewenang masing-masing.
(2) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana
Pasal 53Cukup jelas
dimaksud pada ayat (1), Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota dapat bekerjasama dengan profesi terkait.
85. BAB IXKETENTUAN PERALIHAN
86. Pasal 54Rumah sakit yang telah menyelenggarakan Transplantasi Organ dan belum ditetapkan sebagai rumah sakit penyelenggara Transplantasi Organ tetap dapat melaksanakan pelayanan Transplantasi Organ sampai Komite Transplantasi Nasional telah melaksanakan tugas secara operasional.
Pasal 54Cukup jelas
87. BAB XKETENTUAN PENUTUP
88. Pasal 55Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Pasal 55Cukup jelas
89. Ditetapkan di Jakartapada tanggal
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR
top related