transplantasi organ fix.docx

48
A. KASUS TRANSPLANTASI DAN JUAL BELI ORGAN KOMPAS.com - Saat ini, kita mengetahui bahwa transplantasi organ telah berkembang begitu pesat. Sampai sejauh ini, transplantasi organ yang bisa dilakukan yaitu transplantasi organ ginjal, hati, pankreas, jantung, paru dan usus halus. Tetapi, secara umum yang paling banyak dilakukan termasuk di Indonesia adalah transplantasi ginjal. Teknik memindahkan organ juga sudah canggih, untuk transplantasi ginjal proses pengambilan organ dari donor hanya dengan teknik laparaskopi, sehingga luka operasi sangat minimal bagi pemberiorgan tersebut (donor). Teknik pengambilan organ ginjal dengan cara laparaskopi ini sudah dikembangkan di RSCM. Di sisi lain, permasalahan muncul adalah mencari donor yang akan memberikan organ untuk penerima (resipien). Di Amerika, berdasarkan data United Network for Organ Sharing (UNOS), hampir 84.000 kasus menunggu organ donor. Di Indonesia, kasus yang akan melakukan transplantasi organ pasti banyak, antara lain penyakit gagal ginjal kronis stadium akhir atau kegagalan fungsi hati (sirosis hati lanjut atau kanker hati) yang merupakan indikasi untuk menjalani transplantasi organ. Di Amerika, permasalahan muncul pada organ donor mengingat daftar tunggu yang panjang untuk menerima transplantasi organ tersebut. 1

Upload: yunan-syahban-maskat

Post on 31-Dec-2015

160 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

TRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docx

TRANSCRIPT

A. KASUS

TRANSPLANTASI DAN JUAL BELI ORGAN

KOMPAS.com - Saat ini, kita mengetahui bahwa transplantasi organ telah

berkembang begitu pesat. Sampai sejauh ini, transplantasi organ yang bisa dilakukan yaitu

transplantasi organ ginjal, hati, pankreas, jantung, paru dan usus halus. Tetapi, secara umum

yang paling banyak dilakukan termasuk di Indonesia adalah transplantasi ginjal. 

Teknik memindahkan organ juga sudah canggih, untuk transplantasi ginjal proses

pengambilan organ dari donor hanya dengan teknik laparaskopi, sehingga luka operasi sangat

minimal bagi pemberiorgan tersebut (donor). Teknik pengambilan organ ginjal dengan cara

laparaskopi ini sudah dikembangkan di RSCM.

 

Di sisi lain, permasalahan muncul adalah mencari donor yang akan memberikan organ

untuk penerima (resipien). Di Amerika, berdasarkan data United Network for Organ

Sharing (UNOS), hampir 84.000 kasus menunggu organ donor. Di Indonesia, kasus yang

akan melakukan transplantasi organ pasti banyak, antara lain penyakit gagal ginjal kronis

stadium akhir atau kegagalan fungsi hati (sirosis hati lanjut atau kanker hati) yang merupakan

indikasi untuk menjalani transplantasi organ. Di Amerika, permasalahan muncul pada organ

donor mengingat daftar tunggu yang panjang untuk menerima transplantasi organ tersebut.

Melihat kondisi tersebut, jelas bahwa saat ini kebutuhan akan donor yang bersedia

organnya didonorkan cukup tinggi. Hal ini terjadi bukan saja di Indonesia melainkan di

seluruh dunia. Oleh karena itu, kondisi ini menjadi celah bagi proses jual beli organ. Isu jual

beli organ merupakan isu penting terutama di negara-negara dengan penduduk besar antara

lain Cina, India dan AS. Pemerintah Cina pun telah melarang semua rumah sakit memberikan

organnya bagi warga negara asing, mengingat kebutuhan organ untuk negaranya sendiri

masih cukup tinggi.

Bagi Indonesia, yang merupakan salah satu negara yang berkontribusi besar

menyumbang penduduk dunia, masalah ini pun muncul. Iklan-iklan orang yang berkeinginan

untuk menjual organ tubuhnya juga sudah mulai ada di berbagai media kita. Saya sebagai

seorang dokter penyakit dalam pun pernahbeberapa kali oleh dihubungi oleh orang yang

1

berkeinginan menjual organ tubuh karena tekanan ekonomi. Padahal, Badan Kesehatan Dunia

(WHO) menyatakan bahwa jual beli organ melanggar hak asasi manusia.

Secara umum, kelompok masyarakat yang menjadi sasaran empuk para agen pencari organ

tubuhadalah kalangan miskin dan tenaga kerja murah seperti pembantu rumah tangga atau

pekerja perkebunan.

Transaksi proses perpindahan organ dapat berlangsung dalam kondisi disadari atau

tanpa disadari. Disadari jika si donor dengan kesadaran penuh ingin menjual organnya karena

alasan ekonomi. Permasalahan muncul jika dalam proses itu terjadi pemaksaaan atau dibuat

sedemikian rupa sehingga orang yang mendonor tidak bisa menolak organnya

didonorkan. Proses yang kedua adalah proses pengambilan organ tidak diketahui. Misalnya,

dalam suatu proses operasi, organ yang sehat dari pasien diambil. Atau, korban diculik dan

dipaksa untuk melalui proses operasi di mana organnya diambil.

Skrining donor

Sebenarnya, proses pemberian organ dari donor harus melalui proses yang panjang.

Karena proses tukar menukar organ tersebut bukan suatu proses seperti kita melakukan

penggantian onderdil mobil. Dalam proses tukar menukar onderdil mobil, jelas bahwa barang

yang akan dipasang umumnya adalah barang yang baru. Tetapi dalam proses transplantasi

organ, organ yang akan didonorkan adalah organ dari seseorang yang telah menggunakan

organ tersebut sekian lama.

Oleh karena itu, jelas bahwa ada proses skrining yang ketat untuk mendapatkan

informasi bahwa organ tersebut memang sehat dari donor yang memang sehat. Berbagai

pemeriksaan darah harus dilakukan. Proses pemeriksaan juga meliputi apakah si donor tidak

mempunyai penyakit kronis atau pembawa infeksi kronis misal virus hepatitis atau HIV.

Setelah dipastikan bahwa kondisi kesehatan donor tidak bermasalah selanjutnya

apakah kondisi darah donor cocok dengan penerima (resipien) misal kecocokan gologan

darah dan kecocokan jaringan (tissue type/HLA). Jika tidak cocok jelas organ tersebut tidak

dapat diberikan pada golongan darah yang berbeda.

Proses operasi pengambilan organ juga harus dilakukan di tempat di mana organ yang

diambil tetap dalam keadaan fresh untuk segera ditransplantasi ke resipien. Semakin cepat

2

organ tersebut dipindahkan akan sebagai baik untuk kesuksesan dari proses transplantasi

tersebut. Mengingat pentingnya skrining ini, rasanya menjadi tidak gampang proses

pengambilan organ dari seseorang.

Apalagi dugaan 3 pekerja kita yang ditembak dan organnya diambil di Malaysia.

Rasanya secara logika medis hal ini tidak mungkin terjadi. Pada saat ditembak pasti akan

terjadi perdarahan dan perdarahan ini akan menyebabkan organ-organ akan mengalami

kekurangan darah dan kondisi ini juga akan membuat organ-organ akan menjadi rusak dan

menyebabkan viabilitas organ tersebut juga menjadi berkurang.

Berbeda dengan proses operasi yang juga akan terjadi perdarahan, pasien dengan

kondisi oksigen yang dipertahankan, kekurangan darah sudah diantisipasi dengan proses

transfusi darah. Olah karena itu, wajar kalau akhirnya otopsi ulangan oleh pihak Polri di

NTB tidak menemukan ada organ yang hilang, sehingga dipastikan bahwa tidak ada latar

belakang proses jual beli organ dalam pembunuhan ketiga TKI di Malaysia.

KASUS PENJUALAN ORGAN TUBUH ILEGAL MENINGKAT

Setiap seperempat-jam Pavle Mircov dan teman hidupnya Daniella mencek e-mail

mereka. Apakah ada yang mau membayar € 30.000,- untuk ginjal mereka.

Pavle dan Daniella yang punya dua anak remaja, menawarkan ginjal mereka lewat

internet enam bulan lalu setelah Pavle (50 tahun) dipecat sebagai karyawan pabrik daging.

Upayanya untuk mencari pekerjaan tidak pernah berhasil sekalipun sebagai pelayan restoran.

Pavle juga tidak bisa mengubur ayahnya yang baru meninggal dunia, karena tidak

bisa membayar biaya penguburan. Hubungan telepon diputus. Mereka tinggal dalam rumah

tanpa tanpa listrik, karena rekening listrik tidak dibayar. Makan, sehari sekali saja. Makan

roti dengan salami, termasuk mewah. "Kalau sampai tidak bisa beli makanan, jual ginjal

bukan pengorbanan yang berat," kata Pavle Mircov.

"Jual Organ Tubuh Ilegal Meningkat, Karena Tidak Ada Pekerjaan. Transaksi Gelap

Ginjal Lewat Internet Meningkat Di Eropa," demikian berita utama koran berbahasa

Inggris The International Herald Tribune.

3

Menyebar ke Eropa

Sementara Eropa semakin dililit krisis ekonomi, perdagangan gelap organ tubuh

manusia yang dulu 'hanya' terjadi di India, Pilipinna, Brazil atau Cina, kini menyebar ke

negara-negara Eropa yang dirongrong kebangkrutan seperti Yunani, Spanyol atau Italia dan

negara-negara Balkan yang miskin seperti Serbia.

Seorang mantan pengusaha di Yunani menawarkan ginjalnya € 100.000,- untuk

menyelamatkan keluarganya supaya tidak jadi gelandangan. Menurutnya ia sampai menyewa

seorang calo untuk mencari pembeli. Trend penjualan ilegal organ tubuh manusia bahkan

dilaporkan sudah juga merembet ke Amerika.

Di banyak negara dan juga di Serbia transaksi gelap organ tubuh manusia, dilarang.

Bisa divonis sampai 10 tahun penjara. Tapi ambruknya ekonomi ditambah lagi dengan

lamanya menunggu giliran mendapat transplantasi organ tubuh yang legal di rumah sakit,

menyuburkan perdagangan gelap. Tahun lalu dilaporkan hanya satu dari setiap tiga pasien

yang menunggu transplantasi, mendapat ginjal yang baru di Serbia.

Kebutuhan mendesak dari dua belah pihak, tidak hanya pasien tapi juga warga yang

dililit krisis ekonomi, bertemu lewat internet. € 100.000,- untuk sebuah ginjal ditambah biaya

operasi dan ongkos perjalanan, bukan hal yang luar biasa.

MALAYSIA MASUK DAFTAR PENJUALAN ORGAN ILEGAL

Tahun lalu, Bangladesh mengaku warganya menjadi korban perdagangan organ di

Malaysia.

VIVAnews - Kasus dugaan perdagangan organ tubuh tiga TKI yang tewas di Malaysia

mengemuka beberapa hari belakangan. Ternyata ini bukan kali pertama Malaysia tersandung

masalah serupa. Akibatnya, Malaysia dimasukkan ke daftar jalur sindikat internasional

perdagangan organ ilegal.

Kantor berita Bernama pada 2011 melaporkan, pemerintah Bangladesh tahun lalu

pernah meminta Malaysia untuk menyelidiki berbagai kasus perdagangan organ yang

melibatkan warganya. Menurut Bangladesh, banyak warga miskin di negara mereka

diterbangkan ke beberapa tempat di Malaysia untuk diambil organnya, terutama ginjal.

4

Kepala polisi distrik Joypurat, Mozammel Haqque, mengatakan untuk setiap ginjal,

warga miskin dibayar sekitar US$2.000-3.000. Diduga, organ tubuh yang dikeluarkan di

Malaysia akan diperdagangkan di beberapa negara Asia Tenggara. Delapan orang ditahan

terkait kasus ini.

Akibat kasus tersebut, Bangladesh juga memasukkan Malaysia ke daftar jalur sindikat

internasional perdagangan organ tubuh yang harus diawasi. Menurut laporan kepolisian

Bangladesh, terdapat beberapa rumah sakit terkenal di ibukota dan kota-kota besar Malaysia

yang terlibat perdagangan haram ini.

Aegile Fernandez, direktur program di LSM pelindung tenaga kerja wanita Malaysia,

Tenaganita, mengatakan bahwa kasus ini telah terjadi pada 2009. Tenaganita, ujarnya, telah

melaporkan ke polisi dan pemerintah, tapi dua pihak ini membantah adanya kasus tersebut.

"Pada 2009, saya menerima laporan adanya organ yang diperjualkan di Johor,

terhubung dengan jaringan di Indonesia dan Singapura, segitiga yang menjadi titik panas

aktivitas ini dijalankan," kata Fernandez, dikutip dari Free Malaysia Today, Maret 2012.

Reuters membenarkan bahwa Malaysia adalah salah satu negara penjual ginjal dari

Bangladesh. Kantor berita ini menuliskan, para penjual biasanya berlagak seperti kawan atau

kerabat untuk memancing korban, yang kebanyakan warga miskin. Mereka lalu dioperasi di

Malaysia, Singapura atau India.

"Jika memang ini terjadi di bawah pengawasan kami, maka akan sangat memalukan.

Malaysia tidak boleh menjadi tempat transit penjualan organ tubuh ilegal. Jangan sampai kita

disamakan dengan China dan India dalam kasus ini," kata Presiden Asosiasi Konsumen

Subang dan Shah Alam, Jacob George kepada Free Malaysia Today.

5

B. PENDAHULUAN

Transplantasi berasal dari bahasa latin yaitu trans dan plantare, yang kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti penanaman di tempat yang berbeda.

Transplantasi bukanlah suatu inovasi dalam dunia medis, dalam hal ini sejarah mencatat

penanganan berupa transfer organ sudah dilakukan sejak awal abad ke-2 sebelum Masehi

yang dilakukan oleh Sushruta. Sejarah berlanjut kepada Pien Ch’iao di Cina, St. Damian dan

Cosmas yang melakukan transplantasi kaki pada abad ke-3 di Roma, Gasparo Tagliacozzi

yang sukses melakukan transplantasi kulit pertama di akhir abad ke-16, dan Eduard Zim pada

tahun 1837 yang berhasil melakukan keratoplasti atau cangkok kornea.

Transplantasi yang saat ini dilakukan sudah dimulai sejak tahun 1954 dan diikuti oleh

berbagai penemuan berbagai obat penekan imun sistem (immonosupresan) dan dengan

adanya penemuan ini banyak sekali yang menyelamatkan dan meningkatkan angka harapan

hidup dari resispien organ. Dengan adanya transplantasi yang dikenal saat ini dan sudah

sangat berkembang, hal ini mampu menyelamatkan ribuan nyawa tiap individu diseluruh

dunia setiap tahun.

Pengkategorian transplantasi organ dibedakan menjadi 4 : Pertama, autograft, yaitu

transplantasi organ yang berasal dari dirinya sendiri ; Kedua, isograft, yang berasal dari

manusia yang memiliki kesamaan genetik, seperti kembar identik; Ketiga, allograft, yang

berasal dari manusia yang memiliki perbedaan genetik, contohnya orangtua, anak, atau orang

lain; dan terakhir xenograft, yang berasal spesies lain atau benda buatan manusia. Kemudian,

transplantasi juga dapat dibagi 2 berdasarkan keadaan donator organ, yaitu donor hidup

(living donor) dan donor mati (deceased donor). Diantara pembagian diatas mayoritas donor

organ saat ini berasal dari allograft deceased donor dari sistem pendonasian organ. 

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tindakan ini melibatkan lebih banyak peran

seperti psikiater, dokter penanggung jawab kondisi donatur dan resipien, pekerja

laboratorium, spesialis keilmuan organ terkait, dan sistem infrastruktur sebagai mediator,

kontroler, dan evaluator. Karena bagaimana pun juga, transplantasi organ tidak hanya berupa

tindakan pemindahan satu organ dari satu orang ke orang lain, tetapi juga merupakan sebuah

tindakan yang sangat invasif dan memiliki resiko dan efek samping.

6

Dalam melakukan operasi, pendonor dan resipien diharuskan melakukan berbagai

macam tes psikologis. Selain itu, ada juga pemeriksaan yang dilakukan saat awal pasien

datang. Pemeriksaan sejarah kesehatan secara singkat, seperti umur dan tinggi/berat badan,

riwayat diabetes, kanker, hipertensi, dan gangguan ginjal, dan terakhir kebiasaan merokok.

Kemudian evaluasi laboratorium terhadap tekanan darah, protein urin, golongan darah dan

human leukocyte antigen (HLA). Sayangnya, tidak semua orang dapat menjadi donator

organ, karena beberapa kondisi yang dapat berbahaya terhadap donor maupun resipien organ.

Kontra indikasi tersebut adalah perbedaan golongan darah ABO, usia yang terlampau lanjut

ataupun muda, obesitas, dan pasien dengan diabetes dan atau hipertensi.

Beberapa organ dapat didonasikan, kecuali jantung dan paru tidak mungkin dilakukan

pendonor yang masih hidup kecuali jika yang memutuskan untuk mendonorkan organnya

setelah mengalami kematian. Dalam bidang medis, kematian dari seorang didefinisikan

dengan mati batang otak (MBO).

Setelah operasi, pemeriksaan secara intensif dilakukan kepada resipien untuk

mendeteksi adanya reaksi penolakan (rejection), organ yang non-fungsional, dan infeksi

pasca operasi. Dalah hal ini dokter bersama dengan laboratorium melakukan observasi secara

ketat selama 2 minggu di rumah sakit sampai 1 tahun sejak pasien pulang, kemudian pasien

diwajibkan melakukan kontrol secara berkala dan diharapkan terus berkonsultasi tentang

kondisinya. Perlahan, kondisi resipien akan membaik daripada saat sebelum transplantasi,

akan tetapi hal ini bukan berarti kondisi tubuh pasien kembali ke kondisi semula.

Resipien akan menjadi lebih rentan terhadap infeksi sebagai efek samping dari obat

imunosupresan yang digunakan untuk menekan penolakan tubuh terhadap organ baru. Selain

itu masih ada lagi resiko lain sebagai akibat dari kegagalan organ sebelum proses

transplantasi seperti penyakit kardiovaskuler dan efek samping dari transplantasi dan obat-

obatnya, seperti hipertensi dan diabetes. Oleh karena itu, sebelum pasien pulang akan

disarankan oleh dokter untuk memulai gaya hidup dan diet sehat untuk menjaga kondisi

tubuhnya.

7

Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak yang terkait dengannya :

1. Pendonor, yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang masih sehat untuk

dipasangkan pada orang lain yang organ tubuhnya menderita sakit atau terjadi

kelainan.

2. Resipien, yaitu orang yang menerima organ tubuh dari donor yang karena satu dan

lain hal, organ tubuhnya harus diganti.

3. Tim Ahli, yaitu para dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak pendonor

kepada resipien.

Berkenaan dengan donor, transplantasi dapat  dikategorikan ke dalam tiga tipe, yaitu :

1. Pendonor Dalam Keadaan Hidup Sehat

2. Pendonor Dalam Keadaan Koma

3. Pendonor Dalam Keadaan Meninggal

C. TINJAUAN MEDIS

Indikasi utama transplantasi organ adalah kegagalan organ yang irreversible, dimana

fungsi organ tersebut tidak dapat dikembalikan seperti semula. Ini adalah terapi pengganti

(alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan kegagalan

organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dan hingga dewasa ini terus

berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu

saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi agama, hukum,

budaya, etika dan moral. Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam menetapkan

terapi transplatasi, adalah terbatasnya jumlah pendonor keluarga (Living Related Donor,

LRD) dan donasi organ jenazah. karena itu diperlukan kerjasama yang saling mendukung

antara para pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka

masyarakat), pemerintah dan swata.

JENIS-JENIS TRANSPLANTASI

Kini telah dikenal beberapa jenis transplantasi atau pencangkokan ,baik berupa cel, jaringan

maupun organ tubuh yaitu sebagai berikut :

8

a. TRANSPLANTASI AUTOLOGUS

Perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh itu sendiri, yang

dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi.

b. TRANSPLANTASI ALOGENIK

Perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama spesiesnya, baik dengan

hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga.

c. TRANSPLANTASI SINGENIK

Perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang identik,misalnya pada kembar identik.

d. TRANSPLANTASI XENOGRAFT

Perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang tidak sama spesiesnya. 

Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang

hidup atau dari jenazah orang yang baru meninggal dimana meninggal sendiri

didefinisikan kematian batang otak.

Organ-organ yang diambil dari pendonor hidup adalah kulit, ginjal, sumsum tulang dan

darah (transfusi darah).

Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah jantung, hati, ginjal, kornea, pancreas,

paru-paru dan sel otak.

Saat ini telah dikembangkan tehnik transplantasi seperti transplantasi arteria mamaria

interna dalam operasi lintas koroner oleh George E. Green dan Parkinson.

SEL INDUK

Sel induk atau stem cell merupakan sel yang belum berdeferensiasi dan mempunyai

potensi untuk dapat berdeferensiasi. kemampuan tersebut memungkinkan sel induk menjadi

sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan sel-sel baru selama organisne bersangkutan

hidup.

Penelitian sel induk dapat dikatakan dimulai pada tahun 1960-an setelah dilakukannya

penelitian oleh ilmuan kanada, Ernest A. McCulloch dan James E.Till.

9

MACAM-MACAM SEL INDUK

Berdasarkan potensi :

Sel induk ber-totipotensi (toti=total) 

Sel induk ber-multipotensi

Sel induk ber-unipotensi (uni-tunggal)

Berdasarkan asalnya :

Sel induk embrio (embrio stem cell)

Sel induk dewasa (adult stem cell)

Menurut sumbernya transplantasi sel induk dapat dibagi menjadi :

Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation)

Sumsun tulang adalah jaringan spond yang terdapat dalam tulang-tulang besar seperti

tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung dan tulang rusuk. Sumsum tulang

merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoetik.

Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)

Peredaran tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel induk yang

terkandung tidak sebanyak pada sumsum tulang.untuk jumlah sel induk mencukupi

suatu transplantasi. biasanya pada donor diberikan granulocyte-colony stimulating

factor (G-CSF). Transplantasi dilakukan dengan proses yang disebut Aferesis.

Transplantasi Sel Induk Darah Tali Pusat

Darah tali pusat mengandung sejulah sel induk yang bermakna dan memiliki

keunggulan diatas transplantasi sel induk dari sumsum tulangatau dari darah tepi bagi

pasien-pasien tertentu.Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah

bahan sisa dari proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang dapat menyelamatkan

jiwa.

Dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan manusia terutama penanganan terhadap

penyakit menurun yang hampir bisa disebut permanen seperti diabetes melitus, telah banyak

dilakukan penelitian. Salah satu kemajuan dari penelitian yang cukup membantu adalah

10

dikembangkannya teknik dengan memanfaatkan  Embryonic Stem Cell. Teknik ini cukup

membantu penanganan masalah tersebut selain dengan cara lama yaitu transplantasi.

Teknik transplantasi telah banyak dilakukan dan tidaklah terlalu rumit, seperti halnya

transfusi darah, dan trasnplantasi ginjal. Namun demikian penggunaan Embryonic Stem Cell

masih sedikit dilakukan. Prinsip dasar dari penggunaan Embryonic Stem Cell adalah dengan

cara melakukan pembuahan ovum dengan sel sperma secra in vitro untuk kemudian pada hari

ke lima atau pada fase blastula dilakukan isolasi terhadap inner cell dan ditumbuhkan pada

medium dengan faktor tumbuh tertentu.  Diharapkan dari sel sel yang telah diisolasi tersebut

dapat dihasilkan jaringan atau organ seperti yang dikehendaki.

Baik teknik transplantasi maupun dengan Embryonic Stem Cell sama-sama

mempunyai konsekuensi yang juga harus dipertimbangkan, mengingat objek yang digunakan

adalah organ hidup dan untuk diberikan pada manusia. Pertimbangan tersebut meliputi :

kecocokan organ, biaya, jarak, serta status moral. Disamping itu juga harus dihadapkan

kendala teknis di laboratorium seperti pada waktu isolasi inner cell pada blastosis.

Permintaan akan organ ataupun jaringan tertentu terus meningkat, dan mau tidak

mau penggunaan  Embryonic Stem Cell ataupun transplantasi terus dilakukan, hanya saja

yang perlu diperhatikan adalah perlunya adanya pengaturan ataupun pembatasan terhadap

penggunaan jaringan ataupun organ hidup dari manusia serta perlunya dilihat kembali tujuan

dari penggunaan tersebut. Selain dari pada itu motif pelayanan terhadap masyarakat lebih

dapat diterima daripada motif komersialisasi jaringan ataupun organ tubuh manusia.

Dalam perkembangannya semenjak tahun 1959 tentang keberhasilan pembuahan in

vitro pada kelinci sampai saat ini telah mengalami banyak perkembangan yaitu keberhasilan

dalam membiakkan jaringan manusia seperti sel islet pankreas, neuron, sel otot cardiac yang

kesemuanya itu berasal dari Embryonic Stem Cell (ESC). Jaringan yang telah berhasil

ditumbuhkan tersebut kemudian dapat ditransplantasikan pada manusia sebagai suatu solusi

atas berbagai permasalahan kesehatan, terutama penyakit turunan secara genetis. Terapi ESC

cukup memberikan harapan bagi para penderita penyakit turunan secara genetis yang relatif

permanen seperti alzheimer, diabetes melitus, kerusakan permanen pada jaringan atau organ

vital.

11

Keberhasilan dari teknologi tersebut tidak lepas dari pengembangan prinsip kultur sel.

Terutama sel induk embrionik (ESC). Stem cell atau sel induk adalah sel yang mempunyai

kemampuan untuk membelah diri  menjadi organisme utuh, dalam kondisi in vivo

dikarenakan sel tersebut masih memiliki kemampuan totipotensi. Dalam medium

pertumbuhan secara in vitro memerlukan kondisi yang tepat, atau diberikan perlakuan yang

benar, yang kemudian dapat berdiferensiasi menjadi berbagai bentuk tipe sel yang menyusun

suatu organisme. Stem cell mampu tumbuh menjadi sel yang matang dengan bentuk dan

fungsi yang khas seperti sel hati, sel kulit, atau sel syaraf dan menjadi organisme normal (in

vivo) atau dengan kata lain sel tersebut berkembang secrara pluripotensi. Berdasarkan asalnya

stem cell dapat berasal dari embrio yaitu dengan membuahkan sel sperma dan sel telur

secara in vitro yang kemudian ditumbuhkan dalam medium. Pada hari yang ke lima atau pada

fase blastosis dilakukan isolasi bagian inner cell dan ditumbuhkan pada medium  yang

diperkaya dengan faktor tumbuh. Stem Cel yang diperoleh dengan cara demikian disebu

sebagai embryonic stem cell. Stem sel juga dapat diperoleh dari sel tubuh pada organisme

dewasa atau disebut sebgai adult stem cell.

Teknik transplantasi tersebut sebenarnya tidaklah terlalu rumit, hanya saja dibutuhkan

prosedur yang cukup panjang agar dapat dilakukan transplantasi. Mulai dari membuat surat

perjanjian sampai dilakukan pemeriksaan medis untuk menentukan tingkat kesehatan dan

kecocokan jaringan atau organ dari pendonor. Setelah dilakukan proses transplantasipun

masih harus dilakukan pemeriksaan secara berkala untuk mengetahui perkembangan lebih

lanjut.

Permasalahan teknis yang paling mendasar adalah berkenaan dengan pengadaan

jaringan atau organ tersebut, mengingat bahwa jaringan atau organ yang dibutuhkan

terlampau banyak dibandingkan dengan jaringan atau organ yang tersedia. Untuk

mendapatkan organ yang diinginkan masyarakat cenderung mengalami kesulitan. Hal ini

disebabkan oleh keterbatasan jumlah organ yang diinginkan dan kurangnya peran masyarakat

yang berperan sebagai pendonor. Berdasarkan pada permasalahan di atas tercetus suatu

gagasan untuk mendirikan “pabrik organ atau toko organ”. Pabrik organ atau toko organ

merupakan suatu tempat/instansi yang membuat dan menyediakan organ, baik yang

digunakan untuk penelitian maupun proses pengobatan yang memerlukan bagian anggota

tubuh.

12

Dalam hal ini berbagai upaya untuk mengadakan jaringan atau organ secara in

vitro banyak dilakukan. Pengadaan organ secara in vitro tersebut menggunakan embryonic

stem cell. Embryonic stem cell dihasilkan dari pembuahan secara in vitro sel sperma dan sel

telur yang kemudian pada hari ke lima atau pada fase blastosis yang kemudian dilakukan

isolasi pada sel-sel bagian dalam. Sel-sel bagian dalam tersebut ditumbuhkan dalam suatu

medium yang diperkaya dengan faktor tumbuh tertentu sehingga dapat menghasilkan jaringan

ataupun organ seperti yang diharapkan. Sel-sel yang dihasilkan tersebut

secara pluripoten dapat membentuk jaringan embrionik. Jaringan-jaringan embrionik yang

diproduksi dapat digunakan untuk membuat organ. Organ-organ tersebut dapat digunakan

untuk mengganti salah satu bagian tubuh kita yang tidak berfungsi dengan semestinya atau

bahkan tidak berfungsi sama sekali. Untuk mendapatkan organ tersebut, kita tidak harus

menunggu kematian seseorang atau sumbangan dari beberapa orang yang merelakan

beberapa anggota tubuh untuk kepentingan suatu pihak.

Secara umum teknik transplantasi memberikan harapan yang besar bagi para

penderita penyakit kronis yang berkenaan dengan kelainan fungsi jaringan atau organ. Akan

tetapi sebagian penderita yang melakukan transplantasi hanya bertahan beberapa bulan atau

beberapa tahun saja, terutama transplantasi organ yang sangat vital seperti jantung, hati dan

ginjal. Sementara itu biaya yang diperlukan sangat banyak.

Berikut kami sajikan beberapa masalah teknis dan etis mengenai transplantasi jaringan atau

organ :

A. Ketidakcocokan Organ Antara Pendonor Dan Resipien.

Baik organ yang berasal dari pendonor ataupun disintesis secara in vitro mempunyai

peluang yang cukup besar terjadi ketidakcocokan. Hal ini disebabkan karena masing-masing

tubuh pasien mempunyai karakteristik yang berlainan. Dalam penelitian ilmiah diupayakan

terus-menerus materi yang tidak merusak darah atau substansi organis lain yang terkena alat

atau organ artifisial (buatan) itu. Misalnya, material/substansi yang terdapat dalam organ

artifisial itu harus dapat mencegah terjadinya penggumpalan darah dan tidak boleh merusak

sel-sel darah merah. Organ–organ yang akan ditransplantasikan harus bebas dari

kemungkinan yang merugikan resipien seperti adanya interferensi dalam organ transplantasi

terhadap fungsi-fungsi organ normal yang lain. Kemudian, ketidakcocokan pasien dengan

13

organ baru yang ada yang mengakibatkan tubuh kehilangan kemampuan dalam perlindungan

terhadap infeksi. Penolakan terhadap organ yang baru ditanamkan tersebut umumnya

disebabkan oleh adanya kepekaan sistem kekebalan. Untuk mengatasi masalah ini telah

ditemukan obat penurun kepekaan yang disebut cyclosporin. Penolakan tersebut juga akan

relatif kecil jika organ transplan tersebut berasal dari sel tubuhnya sendiri (in vitro).

B. Isolasi Inner Cell Dan Penumbuhan Pasca Blastosis (secara in vitro)

Pada tahap ini para pakar mengalami banyak kesulitan untuk dapatmengisolasi inner

cell secara lengkap tanpa merusak kemampuan sel tersebut untuk tumbuh. Selanjutnya adalah

sulitnya pengaturan untuk menghasilkan kultur jaringan atau organ seperti yang diharapkan

meskipun telah ditambahkan faktor tumbuh tertentu. Hal ini tentunya akan banyak

dibutuhkan stem cellembryonic untuk menjadi satu organ saja yang diharapkan. Pada tahap

ini juga mendatangkan satu permasalahan etis yaitu dihilangkannya kemampuan embrio

untuk tumbuh menjadi individu baru yang utuh. Dengan kata lain sel tersebut telah

dieuthanasia, karena sel tersebut kehilangan kemampunanya untuk tumbuh menjadi

organisme utuh, sehingga cukup beralasan untuk dilakukan berbagai peerlakuan laboratorium

termasuk dibinasakan.

C. Terjadinya Pemborosan  Sel Sperma Dan Sel Telur (secara in vitro)

Untuk memperoleh jaringan atau organ yang ditumbuhkan secara in vitro dibutuhkan

banyak sel sperma dan sel telur, mengingat tidak semua stem cell embryonic tersebut dapat

menghasilkan jaringan atau organ seperti yang diharapkan. Bisa dibayangkan untuk

menghasilkan sebuah jaringan atau organ saja harus rela mengorbankan puluhan embrio mati

secara sia-sia. Selama proses ini, sel sperma dan sel telur wanita yang digunakan seakan akan

tidak memiliki arti selain hanya sebagai materi yang digunakan untuk penelitian. Selain

masalah yang timbul akibat eksploitasi sel sperma dan sel telur tersebut, terdapat beberapa

masalah lain yang masih berkaitan dengan penggunaan sel telur tersebut. Sel telur wanita

yang telah dibuahi maupun yang belum dibuahi merupakan calon individu baru. Dapat

dikatakan demikian karena individu baru didapatkan dari sel telur yang telah dibuahi.

Berdasarkan hal tersebut, sel telur dipandang sebagai cikal bakal adanya kehidupan baru atau

individu baru. Sedangkan pada riset mengenai sel induk (ESC), sel telur hanya dipandang

14

sebagai barang atau sarana yang dieksploitasi untuk tujuan mendapatkan sel induk sebagai

media riset atau penelitian.

D. Status Moral Embrio (secara in vitro)

Sel induk didapatkan dari proses fertilisasi in vitro yang membutuhkan pengambilan

dan pembiakan sejumlah sel telur. Selama proses ini berlangsung, maka akan tampak sel-sel

telur yang telah dibuahi. Sel-sel telur atau embrio tersebut baik yang akan digunakan untuk

penelitian maupun yang terbuang sia-sia sebenarnya mempunyai hak/peluang yang sama

untuk dapat berkembang menjadi individu baru. Bagaimanapun juga embrio ini, meskipun

tidak menjadi suatu individu, memiliki hak hidup yang sama seperti yang kita miliki. Namun

demikian dalam prosedur laboratorium kita seolah membatasi hak dan kita menjadi hakim

atas embrio tersebut.

E. Awal Mula Kehidupan (secara in vitro)

Terdapat perbedaan pendapat yang sangat pelik mengenai awal mula sebuah

kehidupan. Kalangan pertama menganggap bahwa kehidupan itu sudah ada semenjak terjadi

pembuahan. Sementara itu pihak lain mengatakan bahwa pada stem sel embrionik belum

merupakan suatu kehidupan mengingat bahwa pada stem sel embrionik tidak dapat tumbuh

menjadi individu yang utuh, tetapi hanya merupakan jaringan atau organ tertentu.  Sehingga

berbagai perlakuan tertentu terhadap stem cell embryonic masih sangat manusiawi.

Perdebatan inipun masih terus dilakukan tetapi nyatanya praktek menggunakan embrio justru

malah bertambah.

F. Ironisme Alasan Transplantasi Secara In Vitro

Terdapat suatu pertimbangan yang mendasar mengenai alasan dilakukannya kultur

jaringan atu organ secarin vitro yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan manusia

dan sebagai solusi atas berbagai permasalahan berkenaan dengan kelainan fungsi organ

tertentu. Namun demikian untuk dapat menghasilkan suatu organ harus rela mengorbankan

puluhan embrio untuk mati sia-sia.

15

G. Organ Tak Berpasangan

Transplantasi akan cenderung tak bermasalah (secara etis) jika transplan yang

digunakan merupakan jaringan sederhana ataupun organ yang berpasangan. Namun demikian

pada organ yang tidak berpasangan seperti hati, jantung dan pankreas akan menimbulkan

permasalahan baru yaitu si pendonor harus dalam keadaan meninggal dunia. Mengingat

bahwa organ tersebut sangan vital keberadaanya.

D. TINJAUAN ETIKA

Tinjauan etika yang bisa ditemukan dari pihak-pihak yang terkait dengan

transplantasi organ akan dibahas dibawah ini. Dengan adanya tinjauan ini diharapkan tidak

ada yang merasa dirugikan ataupun merasa tidak dihargai.

Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah (a) donor hidup,

(b) jenazah dan donor mati, (c) keluarga dan ahli waris, (d) resepien, (e) dokter dan pelaksana

lain, dan (f) masyarakat. Hubungan pihak – pihak itu dengan masalah etik dan moral dalam

transplantasi akan dibicarakan dalam uraian dibawah ini.

a. Donor Hidup : Orang yang memberikan jaringan/organnya kepada orang lain

( resepien ). Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui

dan mengerti resiko yang dihadapi, baik resiko di bidang medis, pembedahan,

maupun resiko untuk kehidupannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan / organ

yang telah dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, sesorang tidak boleh

mengalami tekanan psikologis.Hubungan psikis dan omosi harus sudah dipikirkan

oleh donor hidup tersebut untuk mencegah timbulnya masalah.

b. Jenazah Dan Donor Mati : orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau

berniat dengan sungguh – sungguh untuk memberikan jaringan / organ tubuhnya

kepada yang memerlukan apabila ia telah meninggal kapan seorang donor itu dapat

dikatakan meninggal secara wajar, dan apabila sebelum meninggal, donor itu sakit,

sudah sejauh mana pertolongan dari dokter yang merawatnya. Semua itu untuk

mencegah adanya tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain bahwa tim pelaksana

16

transplantasi telah melakukan upaya mempercepat kematian seseorang hanya untuk

mengejar organ yang akan ditransplantasikan

c. Keluarga Donor Dan Ahli Waris : Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat

diperlukan untuk menciptakan saling pengertian dan menghindari konflik semaksimal

mungkin atau pun tekanan psikis dan emosi di kemudian hari. Dari keluarga resepien

sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan kepada donor dan keluarganya dengan

tulus. Alangkah baiknya apabila dibuat suatu ketentuan untuk mencegah timbulnya

rasa tidak puas kedua belah pihak.

d. Resipien : orang yang menerima jaringan / organ orang lain. Pada dasarnya, seorang

penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang

hidup atau meringankan penderitaannya. Seorang resepien harus benar – benar

mengerti semua hal yang dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi. Melalui

tindakan transplantasi diharapkan dapat memberikan nilai yang besar bagi kehidupan

resepien. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada

kemungkinan gagal. Juga perlu didasari bahwa jika ia menerima untuk transplantasi

berarti ia dalam percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan orang banyak di

masa yang akan datang.

e. Dokter Dan Tenaga Pelaksana Lain : Tim pelaksana yang mendapat parsetujuan dari

donor, resepien, maupun keluarga kedua belah pihak. Dalam hal ini wajib

menerangkan hal – hal yang mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi

sehingga gangguan psikologis dan emosi di kemudian hari dapat dihindarkan.

Tanggung jawab tim pelaksana adalah menolong pasien dan mengembangkan ilmu

pengetahuan untuk umat manusia. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, tim

pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan – pertimbangan

kepentingan pribadi.

f. Masyarakat : yang turut menentukan perkembangan transplantasi. Kerjasama tim

pelaksana dengan cara cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama

diperlukan unutk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan

luhur usaha transplantasi.

17

Selain pembahasan diatas dapat juga dilihat dari bioetika kedokteran yang pada saat

ini perkembangan yang begitu pesat baik di bidang biologi dan ilmu kedokteran membuat

etika kedokteran tidak mampu lagi menampung keseluruhan permasalahan yang berkaitan

dengan kehidupan. Etika kedokteran berbicara tentang bidang medis dan profesi kedokteran

saja, terutama hubungan dokter dengan pasien, keluarga, masyarakat, dan teman sejawat.

Oleh karena itu, sejak tiga dekade terakhir ini telah dikembangkan bioetika atau  yang disebut

juga dengan etika biomedis.

Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-

norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang

ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro

maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama,

ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti

abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi buatan, dan rekayasa genetik,

membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan

masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi,

dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan

pada manusia dan hewan percobaan.

Prinsip-prinsip Dasar Bioetika

Prinsip-prinsip dasar etika adalah suatu aksioma yang mempermudah penalaran etik.

Dalam hal tranplantasi organ harus bersamakan dengan prinsip-prinsip dasar bioetik. Konsil

Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan

bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar moral yang

sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, antara lain:

Beneficence

Non-malficence

Justice

Autonomy

1. Beneficence

Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat

manusia, dokter tersebut juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam keadaan

kesehatan. Dalam suatu prinsip ini dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik bagi

pasien. Beneficence membawa arti menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien

18

mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk. Ciri-

ciri prinsip ini, yaitu;

Mengutamakan Alturisme

Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan

seorang dokter

Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu

keburukannya

Menjamin kehidupan baik-minimal manusia

Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan

Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain

inginkan

Memberi suatu resep

2. Non-malficence

Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan

perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya

bagi pasien sendiri. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non-

malficence mempunyai ciri-ciri:

Menolong pasien emergensi

Mengobati pasien yang luka

Tidak membunuh pasien

Tidak memandang pasien sebagai objek

Melindungi pasien dari serangan

Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter

Tidak membahayakan pasien karena kelalaian

Tidak melakukan White Collar Crime

3. Justice

Keadilan (Justice) adalah suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama

rata dan adil terhadap untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat

ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan,

dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Justice

mempunyai ciri-ciri :

19

Memberlakukan segala sesuatu secara universal

Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

Menghargai hak sehat pasien

Menghargai hak hukum pasien

4. Autonomy

Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia. Setiap individu

harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri.

Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri.

Autonomy bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan

pasien demi dirinya sendiri. Autonomy mempunyai ciri-ciri:

Menghargai hak menentukan nasib sendiri

Berterus terang menghargai privasi

Menjaga rahasia pasien

Melaksanakan Informed Consent

E. TINJAUAN HUKUM

Pada saat ini peraturan perundang – undangan yang ada adalah Peraturan Pemerintah

No. 18 tahun 1981, tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta

Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Pokok – poko peraturan tersebut, adalah

Pasal 10

Transplantasi alat untuk jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan ketentuan

– ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 2 Huruf a dan Huruf b, yaitu harus dengan

persetujuan tertulis penderita dan / keluarganya yang terdekat setelah penderita meninggal

dunia.

Pasal 14

Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata

dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan pernyataan tertulis keluarga

terdekat.

Pasal 15

Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh

calon donor hidup, calon donor yang bersngkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang

20

merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat – akibat dan

kemungkinan – kemungkinan yang dapat terjadi. Dokter yang merawatnya harus yakin benar

bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan

tersebut.

Pasal 16

Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu kompensasi

material apapun sebagai imbalan transaplantasi.

Pasal 17

Dilarang memperjual – belikan alat atau jaringan tubuh manusia.

Pasal 18

Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk ke

dan dari luar negri.

F. TINJAUAN ISLAM

1. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Sehat

Apabila transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan

hidup sehat, maka hukumnya ‘Haram’, dengan alasan :

a. Firman Allah dalam Al Quran surah Al Baqarah ayat 195 :

�ة� �ك ه�ل الت �لى� إ �م� �ك �د�ي ي� �أ ب �ق�و�ا �ل ت � و�ال

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan”.

Ayat tersebut mengingatkan manusia, agar jangan gegabah dan ceroboh dalam

melakukan sesuatu, namun tetap menimbang akibatnya yang kemungkinan bisa berakibat

fatal bagi diri donor, walaupun perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan yang baik dan

luhur. Umpamanya seseorang menyumbangkan sebuah ginjalnya atau matanya pada orang

lain yang memerlukannya karena hubungan keluarga, teman atau karena berharap adanya

imbalan dari orang yang memerlukan dengan alasan krisis ekonomi. Dalam masalah yang

terakhir ini, yaitu donor organ tubuh yang mengharap imbalan atau menjualnya, haram

hukumnya, disebabkan karena organ tubuh manusia itu adalah milik Allah (milk ikhtishash),

maka tidak boleh memperjualbelikannya. Manusia hanya berhak mempergunakannya,

walaupun organ tubuh itu dari orang lain.

21

Orang yang mendonorkan organ tubuhnya pada waktu masih hidup sehat kepada

orang lain, ia akan menghadapi resiko ketidakwajaran, karena mustahil Allah menciptakan

mata atau ginjal secara berpasangan kalau tidak ada hikmah dan manfaatnya bagi seorang

manusia. Maka bila ginjal si donor tidak berfungsi lagi, maka ia sulit untuk ditolong kembali.

Maka sama halnya, menghilangkan penyakit dari resipien dengan cara membuat penyakit

baru bagi si donor. Hal ini tidak diperbolehkan karena dalam qaidah fiqh disebutkan:

ر� �الضر� ب ال� �ز� ي � ال ر� الضر�“Bahaya (kemudharatan) tidak boleh dihilangkan dengan bahaya (kemudharatan) lainnya”.

b. Qaidah Fiqhiyyah

�ح� �لم�ص�ال ا ج�ل�ب� ع�لى� م�ق�دم% د� �س� �لم�فا ا ء� د�ر�“Menghindari kerusakan/resiko, didahulukan dari/atas menarik kemaslahatan”.

Berkaitan transplantasi, seseorang harus lebih mengutamakan menjaga dirinya dari

kebinasaan, daripada menolong orang lain dengan cara mengorbankan diri sendiri dan

berakibat fatal, akhirnya ia tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya, terutama

tugas kewajibannya dalam melaksanakan ibadah.

2. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Koma

Melakukan transplantasi organ tubuh donor dalam keadaan koma, hukumnya tetap

haram, walaupun menurut dokter, bahwa si donor itu akan segera meninggal, karena hal itu

dapat mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak Allah, hal tersebut dapat

dikatakan ‘euthanasia’  atau mempercepat kematian. Tidaklah berperasaan/bermoral

melakukan transplantasi atau mengambil organ tubuh dalam keadaan sekarat. Orang yang

sehat seharusnya berusaha untuk menyembuhkan orang yang sedang koma tersebut,

meskipun menurut dokter, bahwa orang yang sudah koma tersebut sudah tidak ada harapan

lagi untuk sembuh. Sebab ada juga orang yang dapat sembuh kembali walau itu hanya

sebagian kecil, padahal menurut medis, pasien tersebut sudah tidak ada harapan untuk hidup.

Maka dari itu, mengambil organ tubuh donor dalam keadaan koma, tidak boleh menurut

Islam dengan alasan sebagai berikut :

22

a. Hadits Nabi, riwayat Malik dari ‘Amar bin Yahya, riwayat al-Hakim, al-Baihaqi dan

al-Daruquthni dari Abu Sa’id al-Khudri dan riwayat Ibnu Majah dari Ibnu ‘Abbas dan

‘Ubadah bin al-Shamit :

ار� �ض�ر� و�ال ر� �ض�ر� ال“Tidak boleh membuat madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat madharat

pada orang lain”.

Berdasarkan hadits tersebut, mengambil organ tubuh orang dalam keadaan

koma/sekarat haram hukumnya, karena dapat membuat madharat kepada donor tersebut yang

berakibat mempercepat kematiannya, yang disebut euthanasia. 

b. Manusia wajib berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya demi mempertahankan

hidupnya, karena hidup dan mati berada di tangan Allah. Oleh karena itu, manusia

tidak boleh mencabut nyawanya sendiri atau mempercepat kematian orang lain,

meskipun hal itu dilakukan oleh dokter dengan maksud mengurangi atau

menghilangkan penderitaan pasien.

3. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Meninggal

Mengambil organ tubuh donor (jantung, mata atau ginjal) yang sudah meninggal

secara yuridis dan medis, hukumnya mubah, yaitu dibolehkan menurut pandangan Islam

dengan syarat bahwa :

a. Resipien (penerima sumbangan organ tubuh) dalam keadaan darurat yang mengancam

jiwanya bila tidak dilakukan transplantasi itu, sedangkan ia sudah berobat secara

optimal baik medis maupun non medis, tetapi tidak berhasil. Hal ini berdasarkan

qaidah fiqhiyyah :

ات� �لم�ح�ظ�و�ر� ا �ح� �ي �ب ت ات� و�ر� الضر�“Darurat akan membolehkan yang diharamkan”.

Juga berdasarkan qaidah fiqhiyyah :

ال� �ز� ي ر� الضر�

23

“Bahaya itu harus dihilangkan”.

b. Juga pencangkokan cocok dengan organ resipien dan tidak akan menimbulkan

komplikasi penyakit yang lebih gawat baginya dibandingkan dengan keadaan

sebelumnya. Disamping itu harus ada wasiat dari donor kepada ahli warisnya, untuk

menyumbangkan organ tubuhnya bila ia meninggal, atau ada izin dari ahli warisnya.

Demikian ini sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 29 Juni 1987,

bahwa dalam kondisi tidak ada pilihan lain yang lebih baik, maka pengambilan katup jantung

orang yang telah meninggal untuk kepentingan orang yang masih hidup, dapat dibenarkan

oleh hukum Islam dengan syarat ada izin dari yang bersangkutan (lewat wasiat sewaktu

masih hidup) dan izin keluarga/ahli waris.

Adapun fatwa MUI tersebut dikeluarkan setelah mendengar penjelasan langsung Dr.

Tarmizi Hakim kepada UPF bedah jantung RS Jantung “Harapan Kita” tentang teknis

pengambilan katup jantung serta hal-hal yang berhubungan dengannya di ruang sidang MUI

pada tanggal 16 Mei 1987. Komisi Fatwa sendiri mengadakan diskusi dan pembahasan

tentang masalah tersebut beberapa kali dan terakhir pada tanggal 27 Juni 1987.

Adapun dalil-dalil yang dapat menjadi dasar dibolehkannya transplantasi organ tubuh, antara

lain:

a. Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 195 yang telah kami sebut dalam pembahasan didepan,

yaitu bahwa Islam tidak membenarkan seseorang membiarkan dirinya dalam bahaya,

tanpa berusaha mencari penyembuhan secara medis dan non medis, termasuk upaya

transplantasi, yang memberi harapan untuk bisa bertahan hidup dan menjadi sehat

kembali.

b. Al-Quran surah Al-Maidah ayat 32 :

2 �عا ج�م�ي اس� الن �ا ي ح�� أ � نما� �أ ف�ك �ه�ا يا �ح� أ و�م�ن�

“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia

memelihara kehidupan manusia semuanya”.

24

Ayat tersebut menunjukkan bahwa tindakan kemanusiaan (seperti transplantasi) sangat

dihargai oleh agama Islam, tentunya sesuai dengan syarat-syarat yang telah disebutkan diatas.

c. Al-Quran surah Al-Maidah ayat 2: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan

jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa”. Selain itu juga ayat 195, menganjurkan

agar kita berbuat baik. Artinya: “Dan berbuat baiklah karena Allah menyukai orang-

orang yang berbuat baik”.

Menyumbangkan organ tubuh si mayit merupakan suatu perbuatan tolong-menolong

dalam kebaikan, karena memberi manfaat bagi orang lain yang sangat memerlukannya. Pada

dasarnya, pekerjaan transplantasi dilarang oleh agama Islam, karena agama Islam

memuliakan manusia berdasarkan surah al-Isra ayat 70, juga menghormati jasad manusia

walaupun sudah menjadi mayat, berdasarkan hadits Rasulullah saw : “Sesungguhnya

memecahkan tulang mayat muslim, sama seperti memecahkan tulangnya sewaktu masih

hidup”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Said Ibn Mansur dan Abd. Razzaq dari

‘Aisyah).

Tetapi menurut Abdul Wahab al-Muhaimin; meskipun pekerjaan transplantasi itu

diharamkan walau pada orang yang sudah meninggal, demi kemaslahatan karena membantu

orang lain yang sangat membutuhkannya, maka hukumnya mubah/dibolehkan selama dalam

pekerjaan transplantasi itu tidak ada unsur merusak tubuh mayat sebagai penghinaan

kepadanya. Hal ini didasarkan pada qaidah fiqhiyyah :

�اب� �ك ت �ار� ب ا ر2 ض�ر� ع�ظ�م�ه�م�ا� أ و�ع�ي� ر� �ن� د�تا م�ف�س� ض�ت� �ع�ار� ت �إذ�ا

خ�فCه�م�ا� أ

“Apabila bertemu dua hal yang mendatangkan mafsadah (kebinasaan), maka dipertahankan

yang mendatangkan madharat yang paling besar, dengan melakukan perbuatan yang paling

ringan madharatnya dari dua madharat”.

d. Hadits Nabi saw.

25

�ر� غ�ي د�و�اء2 �ه� ل و�ض�ع� �ال إ د�اء2 �ض�ع� ي �م� الله ل �ن ف�إ الله� �اد� ب ع� �د�او�و�ا ت

م� �له�ر� ا Jو�اح�د Jد�اء“Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak meletakkan

suatu penyakit kecuali dia juga telah meletakkan obat penyembuhnya, selain penyakit yang

satu, yaitu penyakit tua”.

(HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim dari Usamah ibnu Syuraih)

Oleh sebab itu, transplantasi sebagai upaya menghilangkan penyakit, hukumnya

mubah, asalkan tidak melanggar norma ajaran Islam.

Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda pula : “Setiap penyakit ada obatnya, apabila

obat itu tepat, maka penyakit itu akan sembuh atas izin Allah”. (HR. Ahmad dan Muslim dari

Jabir).

Selanjutnya berkenaan dengan hukum antara donor dan resipien yang seagama atau

tidak seagama, serta hukum organ tubuh yang diharamkan seperti babi, juga dapat

menimbulkan masalah, tetapi hal tersebut dapat dikaji berdasar ayat-ayat Al-Quran surah al-

Najm 38-41 :

1. “Bahwa seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwa

manusia itu tidak memperoleh selain apa yang ia usahakan. Dan bahwa usahanya itu

kelak akan diperlihatkan. Kemudian akan diberi balasannya dengan balasan yang

paling sempurna”.

2. Al-Quran surah al-Baqarah ayat 286 : “Ia mendapat pahala dari kebajikan yang

diusahakannya itu dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya”.

Berdasar ayat-ayat diatas, berkenaan dengan hubungan antara donor dengan resipien

yang menyangkut pahala atau dosa maka dalam hal ini mereka masing-masing akan

mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan mereka sendiri-sendiri. Yang perlu diingat,

bahwa yang salah bukan organ tubuh, tetapi pusat pengendali, yaitu pusat urat syaraf. Oleh

sebab itu, tidak perlu khawatir dengan organ tubuh yang disumbangkan, karena tujuannya

adalah untuk kemanusiaan dan dilakukan dalam keadaan darurat. Hal ini sama dengan

26

hukum tranfusi darah. Namun alangkah baiknya dan sangat diharapkan demi kemaslahatan,

jika organ tubuh itu kita dapatkan dari seorang muslim juga, demi ketenangan kita dalam

menjalankan kehidupan untuk ibadah, dengan dasar :

� �م ح�ر�ي الت ع�لى� �ل� �ي الدل �د�ل ي ح�تى �ح�ة� �با �إل ا �ء� يا ش�� �أل ا في� ص�ل�

� �أل ا

Selanjutnya, bertalian dengan transplantasi dengan organ tubuh hewan diharamkan

yang dicangkokkan kepada manusia, seperti katup jantung babi atau ginjalnya, dalam hal

ini haram hukumnya, dengan dasar qaidah fiqh :

�م� ح�ر�ي الت �ء� يا ش�� �أل ا في� ص�ل�

� �أل ا“Pada dasarnya segala sesuatu itu adalah haram”.

27

G. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa transplantasi organ adalah

suatu cara yang terbaik dalam menangani permasalahan yang ada saat ini. Saat ini, penyakit-

penyakit yang mengangkibatkan kerusakan organ total meningkat pesat. Sebagai manusia

yang berakal budi dan juga sebagai makhluk sosial sudah menjadi kewajiban untuk saling

membantu satu dengan yang lainya mengingat bahwa hakikat dari makna kehidupan tersebut

menjadi berarti jika ada orang lain. Wujud nyata dari kewajiban tersebut adalah kepedulian

untuk memberikan sumbangan jaringan ataupun organ tubuh kita.   Yang paling sederhana

adalah dengan mendonorkan darah kita.

Ada baiknya bagi para pendonor telah sepakat dengan suatu perjanjian untuk

memberikan organ tubuhnya kepada orang lain meskipun penentuan kematiannya

berdasarkan kematian otak. Hal ini dimaknai bukannya sebagai suatu tindakkan melangkahi

wewenang Allah SWT tetapi pemberian organ tersebut dilakukkan sebagai upaya untuk

mensejahterakan kehidupan manusia. Kalaupun kita meninggal dengan tubuh yang utuhpun

akan membusuk dan tidak berguna, bukankah lebih baik itu dapat digunakan orang lain.

Dalam hal ini berbagai upaya untuk mengadakan organ secara in vitro hendaklah

dimaknai sebagai suatu upaya untuk membantu penderitaan orang lain, bukannya sebagai

suatu motif bisnis belaka. Lebih jauh diharapkan penggunaan organ buatan tersebut bersifat

pemberian ataupun jika memang harus membayar tentunya dengan harga yang sekecil

mungkin. Di sisi lain penggunaan sel sperma dan sel telur juga harus dibatasi untuk keperluan

medis yang bersifat unuk menolong penderitaan orang lain.

28

H. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Transplantasi dan Jual Beli Organ. Diakses dari

http://health.kompas.com/read/2012/ 05/03/16042930/Transplantasi.dan.Jual.Beli.Organ.

Diakses pada 25-12-2012

Anonim, 2012. Kasus Penjualan Organ Tubuh Ilegal. Diakses dari http://www.rnw.nl/bahasa-

indonesia/article/kasus-penjualan-organ-tubuh-ilegal-meningkat. Diakses pada 25-12-2012

Anonim, 2011. Malaysia Masuk Daftar Penjualan Organ Ilegal. Diakses dari

http://dunia.news. viva.co.id/news/read/308288-malaysia-masuk-daftar-penjualan-organ-

ilegal. Diakses Pada 25-12-2012

Anonim, 2009. Transplantasi Organ Dan Jaringan Tubuh. Diakses dari

http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/05/transplantasi-organ-dan

jaringantubuh.html. Diakses Pada 25-12-2012

Anonim, 2009. KH Ma’ruf Amin: Jual Beli Organ Haram Hukumnya. Diakses dari

http://forum35.wordpress.com/2007/10/08/kh-maruf-amin-ketua-fatwa-mui-jual-beli-organ-

haram-hukumnya/. Diakses Pada 25-12-2012

Anonim, 2012. Transplantasi Organ Tubuh Dalam Pandangan Hukum Islam. Diakses dari

http://link24share.blogspot.com/2012/11/transplantasi-organ-tubuh-dalam.html . Diakses pada

25-12-2012.

Anonim, 2012. Pandangan Hukum Islam Terhadap Transplantasi Organ Tubuh Dan Tranfusi Darah. Diakses dari http://musyariaulia.blogspot.com/2012/03/pandangan-hukum-islam-terhadap.html. Diakses pada 25-12-2012

Gage, F.H. dan I.M.Verma, 2003. Stem cells at the dawn of the 21st century. Proc Nath Acd

Sci USA : Vol 100: 11817-11818.

29