makalah transplantasi organ manusia
TRANSCRIPT
i
MAKALAH AGAMA ISLAM
TRANSPLANTASI ORGAN MANUSIA
DIII KEBIDANAN / IA
Disusun Oleh :
1. Fadila Nastuti ( 141540134260029 )
2. Febri Amalia ( 141540134270030 )
3. Gustianingsih ( 141540134310034 )
4. Kartika Fani ( 141540134350038 )
5. Ismi Alfiyah ( 141540134340037 )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2014/2015
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik,
dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga kami bisa menjalani kehidupan ini
sesuai dengan ridhonya. Syukur Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini kami beri judul “Transplantasi
Organ Tubuh Menurut Pandangan Islam” dengan tujuan untuk
mengetahuidefinisi dan hokum tersebut.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Revolusi Akbar Nabi Muhammad SAW. Karena beliau adalah salah satu figur
umat yang mampu memberikan syafa’at kelak di hari kiamat.
Kami mohon ma’af yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya.
Kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi tercapainya
kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca umumnya.Amiiin...
Wassalamualaikum Wr. Wb.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Transplantasi organ tubuh manusia merupakan masalah baru yang belum
pernah dikaji oleh para fuqaha klasik tentang hukum-hukumnya. Karena masalah
ini adalah anak kandung dari kemajuan ilmiah dalam bidang pencangkokan
anggota tubuh, dimana para dokter modern bisa mendatangkan hasil yang
menakjubkan dalam memindahkan organ tubuh dari orang yang masih hidup/
sudah mati dan mencangkokkannnya kepada orang lain yang kehilangan organ
tubuhnya atau rusak karena sakit dan sebagainya yang dapat berfungsi persis
seperti anggota badan itu pada tempatnya sebelum di ambil.
Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak yang terkait
dengannya : pertama, donor, yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya
yang masih sehat untuk dipasangkan kepada orang lainyang organ tubuhnya
menderita sakit, atau terjadi kelainan. Kedua, resipien, yaitu orang yang menerima
organ tubuh dari donor yang karena satu dan lain hal, organ tubuhnya yang harus
diganti. Ketiga, tim ahli, yaitu para dokter yang menangani operasi transplantasi
dari pihak donor kepada resipien.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sejarah Transplantasi Organ Tubuh
Transplantasi organ adalah pemindahan suatu jaringan atau organ
manusia tertentu dari suatu tempat ketempat lain pada tubuhnya sendiri atau
tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Tujuan utama
transplantasi organ adalah mengurangi penderitaan dan meningkatkan
kualitas hidup pasien. Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima dapat
dibedakan menjadi :
1. Autotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat
lain dalam tubuh orang itu sendiri.
2. Homotransplantasi, yaitu pemindahan suatau jaringan atau organ dari
tubuh seseorang ke tubuh orang lain.
3. Heterotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari
suatu spesies ke tubuh spesies lainnya.
Ada dua komponen yang penting yang mendasari transplantasi yaitu :
Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia
yang hidup atau yang sudah meninggal.
Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh
tersebut kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain.
Disamping itu, ada dua komponen yang menunjang keberhasilan
tindakan transplantasi, yaitu :
Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri
orang hidup yang diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan
psikis, untuk hidup dengan kekurangan jaringan / organ.
Adaptasi resipien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima
jaringan / organ tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau
menolak jaringan / organ tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang
sudah tidak dapat berfungsi lagi.
3
Tahun 600 SM di India, susruta telah melakukan transplantasi kulit.
Sementara jaman Renaissance, seorang ahli bedah dari Italia bernama
Gaspare Tagliacozzi juga telah melakukan hal yang sama. Diduga John
Hunter (1728-1793) adalah pioneer bedah eksperimental, termasuk bedah
transplantasi. Dia mampu membuat kriteria teknik bedah untuk
menghasilkan suatu jaringan transpalntasi yang tumbuh di tempat baru.
Akan tetapi sistem golongan darah dan sistem histokompatibilitas yang erat
hubungannya dengan reaksi terhadap transplantasi belum ditemukan. Pada
abad ke-20 wiener dan landsteiner menyokong perkembangan transplantasi
dengan menemukan golongan darah sistem ABO dan system Rhesus. Saat
ini perkembangan ilmu kekebalan tubuh makin berperan dalam keberhasilan
tindakan transplantasi. Perkembangan teknologi kedokteran terus meningkat
searah dengan perkembangan teknik transplantasi. Ilmu transplantasi
modern makin berkembang dengan ditemukannnya metode-metode
pencangkokan, seperti :
1. Pencangkokkan arteria mammaria interna didalam operasi lintas koroner
oleh Dr. George E.Green.
2. Pencangkokkan jantung, dari jantung kera kepada manusia oleh Dr.
Cristian Bernhard, walaupun resepiennya kemudian meninggal dalam
waktu 18 hari.
3. Pencangkokkan sel-sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke
penderita parkinson oleh Dr. Andreas Bjornklund.
Masalah etik dan moral dalam transplantasi beberapa pihak yang
ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah :
a. Donor hidup adalah orang yang memberiakn jaringan / organnya
kepada orang lain (resipien). Sebelum memutuskan untuk menjadi
donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti resiko yang
dihadap
b. Jenazah dan donor mati adalah orang yang semasa hidupnya telah
mengizinkan atau berniat dengan sungguh-sungguh untuk
memberikan jaringan/ organ tubuhnya kepada orang yang
4
memerlikan apabila ia telah meninggal kapan seorang donor itu
dapat dikatakan meninggal secara wajar, dan apabila sebelum
meninggal , donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan dari
dokter yang merawatnya.
c. Keluarga donor dan ahli waris.
Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan
untuk menciptakan saling pengertian dan menghindari konflik
semaksimal mungkin ataupun tekanan psikis dan emosi di
kemudian hari
d. Resipien adalah orang yang menerima jaringan atau organ orang
lain.
e. Dokter dan tenaga pelaksana lain.
Untuk melaksankan suatu transplantasi, tim pelaksana harus
mendapat persetujuan dari donor, resipien maupun keluarga kedua
belah pihak.
f. Masyarakat
Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan
perkembangan transplantasi.
Pada saat ini peraturan perundang-undangan yang ada
adalah peraturan pemerintah No. 18 tahun 1981, tentang bedah
mayat klinis dan bedah mayat anatomis serta transplantasi alat atau
jaringan tubuh manusia. Pokok-pokok peraturan tersebut adalah
pasal 10 yang berbunyi “Transplantasi alat untuk jaringan tubuh
manusia dilakukan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan
sebagai dimaksud dalam pasal 2 huruf a dan huruf b, yaitu harus
dengan persetujuan tertulis penderita dan / keluarganya yang
terdekat setelah penderita meningga l dunia”.
Bertalian dengan donor, transplantasi dapat dikategori
kepada tiga tipe, yaitu :
1) Donor dalam keadaan hidup sehat. Dalam tipe ini diperlakukan
seleksi yang cermat dan harus diadakan general check up
5
(pemeriksaan kesehatan yang lengkap dan menyeluruh) baik
terhadap donor, maupun terhadap resipien. Hal ini dilakukan
demi untuk menghindari kegagalan transplantasi
2) Donor dalam keadaan koma. Apabila donor dalam keadaan
koma,atau di duga kuat akan meninggal segera, maka dalam
pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat kontrol dan
penunjang kehidupan, misalnya bantuan alat pernafasan khusus.
3) Donor dalam keadaan meninggal. Dalam tipe ini, organ tubuh
yang akan dicangkokkan diambil ketika donor sudah meninggal
berdasarkan ketentuan medis dan yuridis.
Tipe Donor 1
Donor dalam keadaan sehat. Yang dimaksud disini adalah donor
anggota tubuh bagi siapa saja yang memerlukan pada saat si donor masih
hidup. Donor semacam ini hukumnya boleh. Karena Allah Swt
memperbolehkan memberikan pengampunan
terhadap qisash maupun diyat.
Allah Swt berfirman:
فنمف ع ففيفـ ل اففيشفنفلفف ففف فل دشفوفـففـمشفـنعفلإ ال فل ف ف ـ ل سفن إف ـ فإف وع ل
عشف ل لففي فيففإ ـ ل ف ش ـ ف ل ف
Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema`afan dari
saudaranya, hendaklah (yang mema`afkan) mengikuti dengan cara yang
baik, dan hendaklah (yang diberi ma`af) membayar (diat) kepada yang
memberi ma`af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah
suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat
pedih. (TQS al-Baqarah [2]: 178)
Namun, donor seperti ini dibolehkan dengan syarat. Yaitu, donor
tersebut tidak mengakibatkan kematian si pendonor. Misalnya, dia
mendonorkan jantung, limpha atau paru-parunya. Hal ini akan
mengakibatkan kematian pada diri si pendonor. Padahal manusia tidak
6
boleh membunuh dirinya, atau membiarkan orang lain membunuh dirinya;
meski dengan kerelaannya.
Allah Swt berfirman:
إيففإ فـفففـل ـفففـفلفاإاإ لفف
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. (TQS an-Nisa [4]: 29).
Selanjutnya Allah Swt berfirman:
ف ففف ـ ـفففـنل فنف فنفلففف فنهللافاول ـفففـفلفاإاإ ف
Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji,
baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar.(QS al-An’amف (151ف:[6]
Sebagaimana tidak bolehnya manusia mendonorkan anggota
tubuhnya yang dapat mengakibatkan terjadinya pencampur-adukan nasab
atau keturunan. Misalnya, donor testis bagi pria atau donor indung telur
bagi perempuan. Sungguh Islam telah melarang untuk menisbahkan
dirinya pada selain bapak maupun ibunya.
Allah Swt berfirman:
Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan
mereka. (TQS al-Mujadilah [58]: 2)
Selanjutnya Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang menasabkan dirinya pada selain bapaknya,
atau mengurus sesuatu yang bukan urusannya maka atas orang tersebut
adalah laknat Allah, Malaikat dan seluruh manusia”.
Sebagaiman sabda Nabi saw:
“Barang siapa yang dipanggil dengan (nama) selain bapaknya
maka surga haram atasnya”
Begitu pula dinyatakan oleh beliau saw:
“Wanita manapun yang telah mamasukkan nasabnya pada suatu
kaum padahal bukan bagian dari kaum tersebut maka dia terputus dari
Allah, dia tidak akan masuk surga; dan laki-laki manapun yang menolak
anaknya padahal dia mengetahui (bahwa anak tersebut anaknya) maka
7
Allah menghijab Diri-Nya dari laki-laki tersebut, dan Allah akan
menelanjangi (aibnya) dihadapan orang-orang yang terdahulu maupun
yang kemudian”.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Ra, dia
berkata:
زفنهللاففسف ـ ف فل ـفـفللففعإ ـف:فدفـيـإفا فنفـففإفهللاف إالفهللاف فنففهللافـفـيففـشفلفوفـفف نفلفف
فنم ل ـف ـفوففهللافنفــفف عسف ل ف .ـيل
“ Kami dulu pernah berperang bersama Rasulullah sementara pada
kami tidak ada isteri–isteri. Kami berkat :”Wahai Rasulullah bolehkah
kami melakukan pengebirian ?” Maka beliau melarang kami untuk
melakukannya,”
Adapun donor kedua testis maupun kedua indung telur, hal
tersebut akan mengakibatkan kemandulan; tentu hal ini bertentangan
dengan perintah Islam untuk memelihara keturunan.
Tipe donor 2
hukum Islam pun tidak membolehkan karena salah satu hadist
mengatakan bahwa ”Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak
boleh membayakan diri orang lain.” (HR. Ibnu Majah). Yakni
penjelasannya bahwa kita tidak boleh membahayakan orang lain untuk
keuntungan diri sendiri. Perbuatan tersebut diharamkan dengan alasan
apapun sekalipun untuk tujuan yang mulia.
Tipe Donor 3
Menurut hukum Islam ada yang membolehkan dan ada yang
mengharamkan. Yangmembolehkan menggantungkan pada syarat
sebagai berikut:
1. Resipien (penerima organ) berada dalam keadaan darurat yang
mengancam dirinya setelah menmpuh berbagai upaya pengobatan yang
lama
8
2. Pencangkokan tidak akan menimbulkan akibat atau komplikasi yang
lebih gawat
3. Telah disetujui oleh wali atau keluarga korban dengan niat untuk
menolong bukan untuk memperjual-belikan
yang tidak membolehkan alasannya :
Seseorang yang sudah mati tidak dibolehkan menyumbangkan
organ tubuhnya atau mewasiatkan untuk menyumbangkannya. Karena
seorang dokter tidak berhak memanfaatkan salah satu organ tubuh
seseorang yang telah meninggal dunia untuk ditransplantasikan kepada
orang yang membutuhkan. Adapun hukum kehormatan mayat dan
penganiayaan terhadapnya, maka Allah SWT telah menetapkan bahwa
mayat mempunyai kehormatan yang wajib dipelihara sebagaimana orang
hidup. Dan Allah telah mengharamkan pelanggaran terhadap pelanggaran
kehormatan mayat sebagaimana pelanggaran kehormatan orang
hidup.Diriwayatkan dari A’isyah Ummul Mu’minin RA bahwa Rasulullah
SAW bersabda:
فف ففإفنعل مل ففتفـفيففف ـف ففيل ففف
“Memecahkan tulang mayat itu sama saja dengan memecahkan
tulang orang hidup” (HR. Ahmad, Abu dawud, dan Ibnu Hibban)
Tindakan mencongkel mata mayat atau membedah perutnya untuk
diambil jantungnya atau ginjalnya atau hatinya untuk ditransplantasikan
kepada orang lain yang membutuhkan dapat dianggap sebagai mencincang
mayat. Padahal Islam telah melarang perbuatan ini. Imam Bukhari telah
meriwayatkan dari Abdullah bin Zaid Al-Anshasi RA, dia berkata :
ف ف ـفنلفيـإففال إفنف ففافف فسففنعإ نفهللاـنل
“ Rasulullah SAW telah melarang ( mengambil ) harta hasil
rampasan dan mencincang (mayat musuh ).”(H.R. Bukhari)
9
B. Hukum Transplantasi Organ Tubuh
Adapun dalil-dalil yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan
hukum trasplantasi organ tubuh, antara lain :
1. Alqur’an
Surat Al-Baqarah ayat 195 :
Artinya : “ Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik. “
Ayat tersebut menjelaskan bahwa islam tidak membenarkan
seseorang membiarkan dirinya dalam keadaan bahaya, tanpa berusaha
mencari penyembuhan secara medis dan non medis, termasuk upaya
transplantasi , yang memberikan harapan untuk bisa bertahan hidup
dan Surat Al-Maidah ayat 32
Surat Al-Maidah ayat 2 :
Artinya : “ Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul
Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas
dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.” Ayat tersebut menunjukkan
bahwa tindakan kemanusiaan (seperti transplantasi) sangat dihargai oleh
agama islam. Al-Maidah ayat 2
Perintah untuk saling tolong menolong dalam mengerjakan
kebajikan dan taqwa ini merupakan perintah bagi seluruh manusia, yakni
hendaklah sebagian kalian menolong sebagian yang lain.
Ayat-ayat tersebut menyuruh berbuat baik kepada sesama manusia
dan saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Menyumbangkan organ
tubuh si mayit merupakan suatu perbuatan tolong menolong dalam
10
kebaikan karena memberi manfaat bagi orang lain yang sangat
memerlukannya.
2. Hadist
Hadis Nabi SAW :”Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah,
karena sesungguhya Allah tidak meletakkan suatu pentakit, kecuali dia
juga meletakkan obat penyembuhnya,selain penyakit yang satu, yaitu
penyakit tua.”(H.R. Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim dari Usamah Ibnu
Syuraih)
Hadist tersebut menunjukkan, bahwa wajib hukumnya berobat bila
sakit, apapun jenis dan macam penyakitnya, kecuali penyakit tua. Oleh
sebab itu, melakukan transplantasi sebagai upaya untuk menghilangkan
penyakit hukumnya mubah, asalkan tidak melanggar norma ajaran islam.
Dari dalil-dalil diatas maka dapat diambil hukum mengenai
transplantasi organ yaitu: Mengambil organ tubuh donor (jantung, mata,
ginjal) yang sudah meninggal secara yuridis dan medis hukumnya mubah,
yaitu dibolehkan menurut pandangan islam, dengan syarat bahwa resipien
dalam keadaan darurat yang mengancam jiwanya bila tidak dilakukan
transplantasi itu, sedangkan ia sudah berobat secara optimal, tetapi tidak
berhasil.
Pendapat yang mendukung transplantasi organ adalah: Hingga kini,
tidak ada ulama yang mengajukan argumen tertulis yang secara terang-
terangan mendukung transplantasi organ. Namun demikian, ulama di
berbagai belahan dunia telah menulis argumen-argumen yang mendukung
maupun mengeluarkan fatwa-fatwa keagamaan tengtang transplantasi
organ.
Para ulama yang mendukung pembolehan transplantasi organ
berpendapat bahwa transplantasi organ harus dipahami sebagai satu bentuk
layanan altruistik bagi sesama muslim. Pendirian mereka tentang
transplantasi organ dapat diringkas sebagai berikut:
11
a. Kesejahteraan publik (al-Mashlahah)
Kebolehan transplantasi organ harus dibatasi dengan ketentuan-
ketentuan berikut :
1) Transplantasi organ tersebut adalah satu-satunya bentuk (cara)
penyembuhan yang bisa ditempuh.
2) Derajat keberhasilan dari prosedur ini diperkirakan tinggi.
3) Ada persetujuan dari pemilik organ yang akan ditransplantasikan
atau dari ahli warisnya.
4) Kematian orang yang organnya akan diambil itu telah benar-benar
diakui oleh dokter yang reputasinya terjamin, sebelum diadakan
operasi pengambilan organ.
5) Resipien organ tersebut sudah diberitahu tentang operasi
transplantasi berikut implikasnya.
b. Altruisme (al-Itsar)
Dalam surat Al-maidah ayat 2 telah menganjurkan bahwa umat
islam untuk bekerja sama satu sama lain dan memperkuat ikatan
persaudaraan mereka. Dengan demikian, berdasarkan ajaran diatas,
tindakan seseorang yang masih hidup untuk mendonorka salah satu
organ tubuhnya kepada saudara kandungnya atau orang lain yang
sangat membutuhkan harus dipandang sebagai tindakan altruisme dari
orang-orang yang menyadari bahwa mereka memiliki sesuatu yang
bermanfaat bagi orang lain.
c. Organ Tubuh Non muslim
Kebolehan bagi seorang muslim untuk menerima organ tubuh
nonmuslim didasarkan pada dua syarat berikut ;
1) Organ yang dibutuhkan tidak bisa diperoleh dari tubuh seorang
muslim.
2) Nyawa muslim itu bisa melayang jika transplantasi tidak segera
dilakukan.
12
Akan tetapi Mendonorkan Organ tubuh dapat menjadi haram
hukumya apabila :
a. Transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam
keadaan hidup sehat, dengan alasan : Firman Allah dalam Alqur’an S.
Al-Baqarah ayat 195, bahwa ayat tersebut mengingatkan , agar jangan
gegabah dan ceroboh dalam melakukan sesuatu, tetapi harus
memperhatikan akibatnya, yang kemungkinan bisa berakibat fatal bagi
diri donor, meskipun perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan
yang baik dan luhur.
b. Melakukan transplantasi dalam keadaan dalam keadaan koma.
Walaupun menurut dokter bahwa si donor itu akan segera
meninggal maka transplantasi tetap haram hukumnya karena hal itu
dapat mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak Allah.
Dalam hadis nabi dikatakan : “ Tidak boleh membuat madharat pada
diri sendiri dan tidak boleh pula membuat madharat pada orang
lain.”(HR. Ibnu Majah, No.2331)
c. Penjualan Organ Tubuh
Sejauh mengenai praktik penjualan organ tubuh manusia,
ulama sepakat bahwa praktik seperti itu hukumnya haram berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan berikut :
1) Seseorang tidak boleh menjual benda-benda yang bukan miliknya.
2) Sebuah hadis menyatakan, “ Diantara orang-orang yang akan
dimintai pertanggungjawaban di akhirat adalah mereka yang
menjual manusia merdeka dan memakan hasilnya.”
Dengan demikian , jika seseorang menjual manusia
merdeka, maka selamanya si pembeli tidak memiliki hak apapun
atas diri manusia itu, karena sejak awal hukum transaksi itu sendiri
adalah haram.
3) Penjualan organ manusia bisa mendatangkan penyimpangan,
dalam arti bahwa hal tersebut dapat mengakibatkan
13
diperdagangkannya organ-organ tubuh orang miskin dipasaran
layaknya komoditi lain.
C. Aspek hukum transplantasi
Dari segi hukum, transplantasi organ dan jaringan sel tubuh
dipandang sebagai suatu usaha mulia dalam upaya menyehatkan dan
mensejahterakan manusia, walaupun ini adalah suatu perbuatan yang
melawan hokum pidana yaitu tindak pidana penganiayaan. Tetapi karena
adanya pengecualian maka perbuatan tersebut tidak lagi diancam pidana dan
dapat dibenarkan. Transplantasi dengan donor hidup menimbulkan dilema
etik, dimana transplantasi pada satu sisi dapat membahayakan donor namun
di satu sisi dapat menyelamatkan hidup pasien (resipien). Di beberapa negara
yang telah memiliki Undang-Undang Transplantasi, terdapat pembalasan
dalam pelaksanaan transplantasi, misalnya adanya larangan untuk
transplantasi embrio, testis, dan ovarium baik untuk tujuan pengobatan
maupun tujuan eksperimental. Namun ada pula negara yang mengizinkan
dilakukannya transplantasi organ-organ tersebut di atas untuk kepentingan
penelitian saja.
Diindonesia sudah ada undang undang yang membahasnya yaitu UU
No.36 Tahun 2009 mengenai transplantasi :
Pasal 64
1. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui
transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat
kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
2. Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk
dikomersialkan.
3. Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih
apapun.
14
Pasal 65
1. Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu
dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
2. Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat
persetujuan pendonor dan/atau ahli waris atau keluarganya.
3. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi
organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 66
Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan,
hanya dapat dilakukan apabila telah terbukti keamanan dan kemanfaatannya.
Pasal 67
(1) Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan dan pengiriman
spesimen atau bagian organ tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 68
(1) Pemasangan implan obat dan/atau alat kesehatan ke dalam tubuh manusia
hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan pemasangan
implan obat dan/atau alat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 69
(1) Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
15
(2) Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan dengan norma
yang berlaku dalam masyarakat dan tidak ditujukan untuk mengubah
identitas.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastik dan rekonstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 70
(1) Penggunaan sel punca hanya dapat dilakukan untuktujuan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan, serta dilarang digunakan untuk tujuan
reproduksi.
(2) Sel punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh berasal dari
sel punca embrionik.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan sel punca sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
D. Aspek Etik Transplantasi
Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang
pasien dengan kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya.dari segi etik
kedokteran tindakan ini wajib dilakukan jika ada indikasi,berlandaskan
dalam KODEKI,yaitu:
Pasal 2.
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut
ukuran tertinggi.
Pasal 10.
Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya
melindungi hidup insani.
Pasal 11.
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala
ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita.
Pasal-pasal tentang transplantasi dalam PP No. 18 tahun 1981,pada
hakekatnya telah mencakup aspek etik,mengenai larangan memperjual
16
belikan alat atu jaringan tubuh untuk tujuan transplantasi atau meminta
kompensasi material.Yang perl u diperhatikan dalam tindakan transplantasi
adalah penentuan saat mati seseorang akan diambil organnya,yang dilakukan
oleh (2) orang dokter yang tidak ada sangkut paut medik dengan dokter yang
melakukan transplantasi,ini erat kaitannya dengan keberhasilan
transplantasi,karena bertambah segar organ tersebut bertambah baik
hasilnya.tetapi jangan sampai terjadi penyimpangan karena pasien yang akan
diambil organnya harus benar-benar meninggal dan penentuan saat
meninggal dilakukan dengan pemeriksaan elektroensefalografi dan
dinyatakan meninggal jika terdapat kematian batang otak dan sudah pasti
tidak terjadi pernafasan dan denyut jantung secara spontan.pemeriksaan
dilakukan oleh para dokter lain bukan dokter transplantasi agar hasilnya lebih
objektif
17
BAB III
PENUTUP
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Transplantasi
organ hukumnya mubah dan dapat berubah hukumnya sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi. Transplantasi ini dapat di qiyaskan dengan donor darah
dengan illat bahwa donor darah dan organ tubuh dapat dipindahkan tempatnya,
keduannya suci dan tidak dapat diperjual belikan. Tentu saja setelah perpindahan
itu terjadi maka tanggungjawab atas organ itu menjadi tanggungan orang yang
menyandangnya. Kaidah-kaidah hukum wajib dijunjung dalam melakukan
trasnplantasi ini antaranya :
Tidak boleh menghilangkan bahaya dengan menimbulkan bahaya lainnya artinya :
1. organ tidak boleh diambil dari orang yang masih memerlukannnya
2. Sumber organ harus memiliki kepemilikan yang penuh atas organ yang
diberikannnya, berakal, baligh, ridho dan ikhlas dan tidak mudharat bagi
dirinya.
3. Tindakan transplantasi mengandung kemungkinan sukses yang lebih besar
dari kemungkinan gagal.
4. Organ manusia tidak boleh diperjualbelikan sebab manusia hanya memperoleh
hak memanfaatkan dan tidak sampai memiliki secara mutlak.
18
DAFTAR PUSTAKA
Yasin, M. Nua’aim . 2001 . Fiqih Kedokteran . Jakarta : Pustaka Al-Kautsar
Mohsin Ebrahim, Abdul Fadl . 2004 . Tela’ah Fiqih dan Bioetika Islam . Jakarta :
PT Serambi Ilmu Semesta Nata, Abuddin . 2006 . Masail Al-Fiqhiyah . Jakarta : Kencana Prenada Media
Group Khotib, Akhmad . 2008 . Tafsir Al-Qurthubi . Jakarta : Pustaka Azam
http ://Konsultasi . WordPress . Com/2007/01/13/ Transplantasi –Organ- 2/ Ebrahim, Abul Fadl Mohsin. Fikih kesehatan. Penerbit Serambi. Jakarta. 2007 Hanafiah,Jusuf.1999.Etika Kedokteran dan Hukum
Kesehatan.Jakarta:EGC
http://meetabied.wordpress.com/2009/11/02/hukum-kloning-tranplantasi-organ-abortus-dan-bayi-tabung-menurut- islam/
http://fosmik-unhas.tripod.com/buletin.html