perbandingan peraturan tentang transplantasi organ dan

15
Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh Manusia di Indonesia dan di Tiongkok Ditinjau dari Perspektif Hukum Perdata Dearizka, Wahyu Andrianto Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] / [email protected] Abstrak Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia menjadi salah satu primadona dalam bidang kedokteran karena dianggap sebagai metode pengobatan yang paling efektif untuk mengobati kerusakan atau kegagalan fungsi sel, jaringan, atau organ tubuh manusia. Tidak hanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemajuan dalam kebijakan, penegakkan, dan ketatnya pengawasan hukum juga menjadi beberapa faktor penunjang peningkatan kualitas serta kuantitas praktik transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia. Pada umumnya, peraturan tentang transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia di tiap negara berbeda-beda, begitu pun dengan yang berlaku di Indonesia dan di Tiongkok. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain perbedaan ideologi, budaya, serta sistem hukum yang kemudian memengaruhi penerapan hukum di kedua negara tersebut, termasuk dalam hukum perdata dan hukum kesehatan serta lebih khusus mengenai peraturan tentang transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia. Skripsi ini memaparkan tentang perbandingan peraturan tentang transplantasi organ dan jaringan tubuh yang berlaku di Indonesia dan Tiongkok ditinjau hukum perdata untuk menemukan persamaan, perbedaan, serta implikasi dari penerapannya. Kata kunci: Hukum kesehatan; hukum perdata; perbandingan peraturan; transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia. The Comparison of Human Organ and Tissue Transplantation Regulation in Indonesia and China from Private Law Perspective Abstract Organ and body tissue transplantation became one of the crucial method in the medical field since it is considered as the most effective treatment method to cure the damage or malfunction of human body’s cell, tissue, or organ. Not only the advancement of knowledge and technology, the improvement of policy, enforcement, and the establishment of law supervision are also becoming several supporting factors that incrases the quality and quantity of organ and body tissue transplantation practice. Generally, the regulation about organ and body tissue transplantation in each country is different, thus also applied between Indonesia and China. This difference determined by several factors such as differences in ideology, culture, and legal system that influences the law implementation in both countries, including in private law and health law, specifically in the human organ and body tissue transplantation regulation. This thesis explains about the comparison of organ and body tissue transplantation regulation in Indonesia and China from private law perspective in order to uncover the similarities, differences, and also the implications from its implementation. Key words: Health law; private law; the comparison of regulation; organ and body tissue transplantation. Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan

Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh Manusia di Indonesia dan di Tiongkok Ditinjau dari Perspektif

Hukum Perdata

Dearizka, Wahyu Andrianto

Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: [email protected] / [email protected]

Abstrak

Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia menjadi salah satu primadona dalam bidang kedokteran karena dianggap sebagai metode pengobatan yang paling efektif untuk mengobati kerusakan atau kegagalan fungsi sel, jaringan, atau organ tubuh manusia. Tidak hanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemajuan dalam kebijakan, penegakkan, dan ketatnya pengawasan hukum juga menjadi beberapa faktor penunjang peningkatan kualitas serta kuantitas praktik transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia. Pada umumnya, peraturan tentang transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia di tiap negara berbeda-beda, begitu pun dengan yang berlaku di Indonesia dan di Tiongkok. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain perbedaan ideologi, budaya, serta sistem hukum yang kemudian memengaruhi penerapan hukum di kedua negara tersebut, termasuk dalam hukum perdata dan hukum kesehatan serta lebih khusus mengenai peraturan tentang transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia. Skripsi ini memaparkan tentang perbandingan peraturan tentang transplantasi organ dan jaringan tubuh yang berlaku di Indonesia dan Tiongkok ditinjau hukum perdata untuk menemukan persamaan, perbedaan, serta implikasi dari penerapannya. Kata kunci: Hukum kesehatan; hukum perdata; perbandingan peraturan; transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia. The Comparison of Human Organ and Tissue Transplantation Regulation in Indonesia

and China from Private Law Perspective

Abstract

Organ and body tissue transplantation became one of the crucial method in the medical field since it is considered as the most effective treatment method to cure the damage or malfunction of human body’s cell, tissue, or organ. Not only the advancement of knowledge and technology, the improvement of policy, enforcement, and the establishment of law supervision are also becoming several supporting factors that incrases the quality and quantity of organ and body tissue transplantation practice. Generally, the regulation about organ and body tissue transplantation in each country is different, thus also applied between Indonesia and China. This difference determined by several factors such as differences in ideology, culture, and legal system that influences the law implementation in both countries, including in private law and health law, specifically in the human organ and body tissue transplantation regulation. This thesis explains about the comparison of organ and body tissue transplantation regulation in Indonesia and China from private law perspective in order to uncover the similarities, differences, and also the implications from its implementation. Key words: Health law; private law; the comparison of regulation; organ and body tissue transplantation.

Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016

Page 2: Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan

Pendahuluan

Dewasa ini, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam bidang kesehatan mengalami

perkembangan yang begitu pesat yang salah satunya adalah dalam bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi dalam bidang transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia. Transplantasi

organ dan jaringan tubuh manusia menjadi salah satu pilihan alternatif yang dianggap sebagai

teknik pengobatan yang paling efektif untuk mengobati kerusakan atau kegagalan fungsi sel,

jaringan, atau organ tubuh manusia.

Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran yang dilakukan untuk memindahkan alat

dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang lain dalam

rangka pengobatan untuk menggantikan alat dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi

dengan baik.1 Transplantasi dapat pula didefinisikan sebagai pemindahan suatu jaringan atau

organ tertentu dari suatu tempat ke tempat lain dengan kondisi tertentu.2

Peningkatan IPTEK dalam bidang transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia sebagai

salah satu perkembangan dari IPTEK dalam bidang kesehatan, tidak hanya kualitas dan mutu

dari transplantasi organ dan jaringan tubuh itu sendiri, namun juga meningkatkan

kelangsungan, kesempatan, serta memberikan harapan hidup yang besar bagi orang-orang

yang mengalami gangguan fungsi sel, jaringan, dan organ tubuh akibat terserang penyakit,

kecelakaan, maupun karena penyakit bawaan sejak lahir untuk melanjutkan hidupnya. Hal ini

dikarenakan media transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia dapat dijadikan sebagai

salah satu upaya terbaik untuk mengobati dan menyembuhkan gangguan, kerusakan, atau

kegagalan fungsi sel dan organ tubuh.

Kesadaran masyarakat akan hal ini, menjadikan metode transplantasi organ sebagai jalan

keluar yang semakin banyak diminati oleh masyarakat. Didukung dengan berbagai riset serta

pengembangan mutu kualitas alat-alat kedokteran, obat-obatan, serta organ yang akan

ditransplantasikan, semakin menunjang dan meningkatkan keberhasilan dari metode

transplantasi organ ini. Berbanding lurus dengan hal tersebut, kelangsungan hidup dari

                                                                                                                         1 Indonesia (1), Peraturan Pemerintah Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis Serta

Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia, PP No.18 Tahun 1981, LN No 23 Tahun 1981, TLN No. 3195, psl. 1 huruf e.

2 Nyoman Suwasti, “Aspek Yuridis Transplantasi Organ dalam Hubungannya dengan UU Kesehatan”, Majalah Ilmiah Fakultas Hukum UNUD, (Bali: Kertha Patrika, 1994), hlm. 259.

Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016

Page 3: Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan

penerima donor pun meningkat, akibatnya permintaan akan donor organ dan jaringan tubuh

pun meningkat.

Namun demikian, peningkatan permintaan akan donor organ dan jaringan tubuh ini tidak

diikuti dengan ketersediaan organ dan jaringan tubuh yang memadai. Data dari 112 negara di

Dunia yang melakukan transplantasi organ, pada tahun 2013, terhitung 117.733 organ

ditransplantasikan, jumlah ini hanya memenuhi kurang lebih 10% dari jumlah keseluruhan

masyarakat dunia yang membutuhkan transplantasi organ. Jumlah ini meningkat 2,6% dari

tahun 2012 dan jumlah tersebut 41,6% diantaranya adalah transplantasi ginjal dan 18,2%

adalah transplantasi hati.3 Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 100.000 orang lebih penderita

gagal ginjal, dan sejak tahun 1977 hingga tahun 2006 pencangkokan ginjal telah dilakukan

kepada 479 pasien.4 Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa jumlah kebutuhan akan

transplantasi organ yang tinggi di Indonesia yang tidak diimbangi dengan jumlah ketersedian

donor organ. Selain karena minimnya kemauan dari pendonor hidup untuk mendonorkan

organ, kesulitan untuk memperoleh donor organ di Indonesia dapat dipengaruhi oleh

peraturan terkait dengan transplantasi organ dan jaringan tubuh yang hanya membolehkan

pendonor adalah orang hidup. Penggunaan sel-sel hewan untuk ditransplantasikan pun dapat

diperbolehkan selama memenuhi persyaratan keamanan dan manfaatnya.5 Hal ini kemudian

menjadikan transplantasi organ di Indonesia masih jauh dari memuaskan.6

Secara global, kemajuan dalam bidang Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh Manusia

tidak hanya dalam hal peralatan, pengobatan, maupun kualitas dari organ yang akan

didonorkan melainkan juga dari segi peraturan yang mengatur tentang praktik transplantasi

organ, salah satu contoh adalah Tiongkok. Tiongkok merupakan negara yang kontroversial

dalam praktik transplantasi organ sebagai akibat ketersediaan organ yang banyak, namun

tidak didukung dengan adanya program pendonasian yang efektif dan sah secara hukum di

Tiongkok.

                                                                                                                         3 Global Observatory on Donation & Transplantation, “Organ Donation and Transplantation Activities

2013”, transplant-observatory.org/Pages/Facts.aspx, diunduh pada 23 Desember 2015. 4 Usul Majadi Sinaga, “Peran dan Tanggung Jawab Masyarakat dalam Masalah Pengadaan Donor

Organ Manusia”, (makalah disampaikan pada Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara sebagai Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Bedah pada Fakultas Kedokteran, Medan, 28 Juli 2007), hlm. 2-3.

5 Indonesia (2), Undang-Undang Kesehatan, UU No. 36 Tahun 2009, (LN Tahun 2009 No. 144, TLN 5063), psl. 66.

6 Usul Majadi Sinaga, Loc. Cit.

Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016

Page 4: Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan

Dalam perkembangannya, peraturan tentang transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia

di Indonesia dan di Tiongkok terdapat perbedaan yang dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain berbedanya sistem hukum yang dianut oleh Indonesia dan Tiongkok yang

kemudian memengaruhi bagaimana hukum di kedua negara tersebut diterapkan, termasuk

dalam hal hukum perdata seperti hukum kontrak di yang merupakan hukum yang melandasi

hubungan antara pasien dan dokter, hukum kesehatan, dan lebih khusus dalam peraturan yang

mengatur tentang transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia.

Perbedaan tersebut kemudian memengaruhi bagaimana praktik transplantasi organ dan

jaringan tubuh di kedua negara tersebut yang persamaan dan perbedaannya akan diuraikan

dalam penelitian ini. Adanya perbedaan dan persamaan ini kemudian menarik minat penulis

untuk mendalami aspek-aspek peraturan yang mengatur tentang kesehatan khususnya tentang

transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia. Untuk itu, beberapa pokok permasalahan

yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan peraturan yang mengatur

tentang transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia di Indonesia dan di Tiongkok serta

bagaimana implikasi dari penerapan peraturan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui persamaan dan perbedaan serta menemukan implikasi dari penerapan serta

bagaimana peraturan tentang transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia di kedua negara

tersebut jika ditinjau dari perspektif hukum perdata khususnya hukum tentang kebendaan dan

hukum perikatan yang berlaku di kedua negara tersebut.

Metode Penelitian Penelitian ini berbentuk yuridis-normatif. Sehubungan dengan bentuk penelitian tersebut,

penelitian ini merupakan penelitian descriptive comparative law atau penelitian perbandingan

hukum yang merupakan salah satu cabang dari penelitian berbentuk yuridis-normatif.7

Dalam penelitian ini, penulis akan membandingkan peraturan terkait transplantasi organ dan

jaringan tubuh manusia serta bagaimana peraturan terkait transplantasi organ ini, jika dilihat

dari perspektif hukum perdata di dua negara yang sama-sama termasuk dalam rumpun Civil

Law namun memiliki sistem hukum yang berbeda yakni Indonesia yang menganut Civil Law

System dan Tiongkok yang menganut Socialist Law System. Dalam perbandingan tersebut,

penulis akan menguraikan persamaan dan perbedaan peraturan terkait transplantasi organ dan                                                                                                                          

7 Sri Mamudji, et. al., “Metode Penelitian dan Penulisan Hukum”, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 4.

Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016

Page 5: Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan

jaringan tubuh manusia, baik peraturan tentang transplantasi organ itu sendiri, maupun

hukum perdata khususnya hukum kontrak yang mendasari lahirnya hak dan kewajiban antara

dokter dan pasien yang melakukan transplantasi organ di kedua negara tersebut.

Pada penelitian yuridis normatif yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder, yang

mencakup bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.8 Penelitian ini menggunakan bahan

hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang mengikat secara umum yang

berkaitan dengan pokok pembahasan penelitian ini seperti Kitab Undang-undang Hukum

Perdata, Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah No.

18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi

Alat dan Atau Jaringan Tubuh Manusia, Regulation of Human Organ Transplantation tahun

2007, dan Contract Law of The People’s Republic of China tahun 1999. Bahan hukum

sekunder yang menjadi bahan dan data penelitian berupa literatur baik itu buku-buku maupun

jurnal, seperti buku Segi-Segi Etis dan Yuridis Informed Consent karangan Husein Kerbala,

buku Aneka Perjanjian karangan Subekti, beberapa jurnal hukum seperti Socialist Law and

The Civil Law Tradition karangan John Quigley dan Sistem Hukum China: Sebuah Tatanan

yang Terkonstruksi dalam Lintasan Li dan Fa, serta bahan hukum tertier yang menunjang

pembahasan pokok penelitian jika kemudian ditemukan frasa-frasa atau kata yang tidak

dimengerti oleh penulis yakni berupa kamus Merriam Webster, Black’s Law Dictionary, dan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan wawancara. Studi

dokumen dipergunakan untuk mencari data sekunder dan wawancara untuk mendapatkan

data primer.9 Studi dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui

data tertulis. Dalam penelitian ini, studi kepustakaan berguna untuk memberikan pemahaman

dasar mengenai transplantasi organ dan jaringan tubuh serta bagaimana hal tersebut jika

dipandang dari perspektif hukum perdata yang berlaku di Indonesia dan Tiongkok.

Wawancara dalam penelitian ini berguna untuk memberikan deskripsi atau eksplorasi serta

untuk menunjang bahan hukum kepustakaan dan untuk mengoptimalkan penelitian ini.

                                                                                                                         8 Soerjono Soekanto (1), Pengantar Penelitian Hukum, cet. III, (Jakarta: UI Press, 2012), hlm. 52. 9 Sri Mamudji, et. a.l, Op. Cit., hlm. 6.

Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016

Page 6: Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan melalui pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif.10 Hal

ini sebagaimana topik yang diangkat pada penelitian ini adalah Perbandingan Peraturan

tentang Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh Manusia Ditinjau dari Perspektif Hukum

Perdata merupakan penelitian hukum normatif yang kemudian ditelaah dengan menggunakan

data sekunder.

Pembahasan

Pada dasarnya, Socialist Law System merupakan sistem hukum yang berakar serta mendapat

pengaruh yang besar dari Civil Law System meskipun dalam perkembangannya kedua sistem

hukum ini dibedakan. Selain memiliki persamaan, seperti sumber hukum berasal dari hukum

positif yang dikodifikasi, adanya pemisahan kaedah hukum publik dan privat, terdapat

pembagian hukum dalam bidang yang sama sifatnya, serta keberadaan hukum diakui dan

memegang peranan penting dalam tatanan hukum nasional, Civil Law System yang dianut

Indonesia dan Socialist Law System yang dianut di Tiongkok juga memiliki perbedaan

diantaranya sebagai berikut: Tabel 1. Perbedaan Civil Law System yang Dianut Indonesia dengan Socialist Law System yang Dianut Tiongkok

                                                                                                                         10 Soerjono Soekanto (1), Op. Cit., hlm. 32.

Indonesia Tiongkok Civil Law System yang berlaku di Indonesia mendapat pengaruh dari Civil Law Romawi

Socialist Law System yang berlaku di Tiongkok pada awalnya berasal dari Civil Law Germania

Adanya unifikasi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) dengan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Tidak mengenal adanya Hukum Dagang

Paham dan ideologi komunisme dilarang di Indonesia. (TAP MPR No. I/MPR/2003 juncto TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966)

Mendapat pengaruh yang besar dari paham Komunisme oleh Marxis-Lenenisme.

Hak kebendaan setiap individu bersifat absolut, dapat dipertahankan dari gugatan pihak lain.

Mengutamakan hak kepemilikan negara atau kepemilikan kolektif. Hak kepemilikan pribadi dapat dikesampingkan oleh negara selama pengenyampingan tersebut bertujuan untuk memenuhi kepentingan umum.

Setiap individu memiliki hak serta hak tersebut diakui bahkan saat individu tersebut masih dalam perut Ibu hingga ia meninggal dan tidak ada seorang pun dapat mencabut hak seseorang secara sepihak atau sewenang-wenang.

Hak setiap individu ditentukan dan diberikan oleh negara. Karena hak diberikan oleh negara maka negara juga berhak untuk mencabut hak seseorang yang melekat padanya. Setiap individu memiliki hak setelah ia dilahirkan hidup hingga ia meninggal.

Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016

Page 7: Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan

Dalam penelitian ini, sebelum peneliti membandingkan bagaimana Indonesia dan Tiongkok

mengatur tentang praktik transplantasi organ dan jaringan tubuh dalam Undang-Undang,

peneliti terlebih dahulu membandingkan aspek keperdataan dalam praktik transplantasi organ

dan jaringan tubuh manusia di Indonesia. Selain tunduk pada Undang-Undang yang mengatur

secara khusus terkait ptaktik transplantasi yakni sebagaimana yang diatur dalam Undang-

Undang Kesehatan UU No. 36 Tahun 2009 dengan aturan pelaksananya yang diatur dalam

PP No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis dan di

Tiongkok yang diatur dalam Regulations on Human Organ Transplantation 2007, praktik

transplantasi di kedua negara tersebut juga tunduk pada ketentuan yang mengatur terkait

keperdataan khususnya ketentuan yang mengatur terkait perjanjian serta kebendaan. Hal ini

disebabkan aspek keperdataan yang terdapat dalam praktik transplantasi tidak hanya terbatas

pada aspek perjanjian yang melandasi hubungan antara dokter dan pasien melainkan terdapat

juga aspek kebendaan. Aspek kebendaan dalam praktik transplantasi organ dan jaringan

tubuh manusia di Indonesia dan di Tiongkok ini berkaitan dengan penggolongan bentuk

kebendaan organ dan jaringan tubuh serta hak-hak kebendaan pendonor yang melekat pada

organ dan/atau jaringan tubuh yang akan didonasikan dan hak-hak resipien atas organ

dan/atau jaringan tubuh yang dicangkokkan dalam tubuhnya.

Di Indonesia ketentuan keperdataan terkait aspek perjanjian serta kebendaan tersebut tunduk

pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut KUHPer). Di

Tiongkok, ketentuan tentang ketentuan keperdataan terkait aspek perjanjian tunduk pada

General Principles of Civil Law tahun 1986 (yang selanjutnya disebut GPCL) dan terkait

kebendaan, selain tunduk pada GPCL juga tunduk pada ketentuan Property Rights Law of the

People’s Republic of China tahun 2007 (selanjutnya disebut PRC).

Setelah penulis membandingkan aspek keperdataan khususnya terkait aspek kebendaan

dalam KUHPer yang berlaku di Indonesia serta dalam GPCL dan PRC yang berlaku di

Tiongkok, berikut persamaan dalam aspek kebendaan yang diatur menurut Undang-Undang

yang berlaku di kedua negara tersebut beberapa diantaranya yakni organ tubuh manusia di

Indonesia dan di Tiongkok digolongkan sebagai benda bergerak, penyerahan organ dan

jaringan tubuh harus melalui prosedur penyerahan secara nyata dan secara hukum yang

berlaku di kedua negara tersebut, serta terdapat pembatasan pemanfaatan hak kebendaan

setiap individu terhadap organ dan jaringan tubuh manusia dalam hal ekonomi. Selain

memiliki persamaan, ketentuan yang mengatur tentang keperdataan khususnya yang

Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016

Page 8: Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan

mengatur tentang kebendaan di Indonesia dan di Tiongkok memiliki perbedaan sebagaimana

berikut: Tabel 2. Perbedaan Aspek Hukum Kebendaan dalam Peraturan tentang Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh Manusia di Indonesia dan di Tiongkok

Indonesia Tiongkok

Hak asasi seseorang termasuk hak keperdataan diakui bahkan sebelum orang tersebut dilahirkan atau masih dalam janin ibu hingga orang tersebut meninggal.

Hak asasi seseorang diakui setelah orang tersebut dilahirkan hingga ia meninggal.

Hak milik pribadi atas organ dan jaringan tubuhnya diakui bahkan hingga orang tersebut meninggal.

Hak milik pribadi atas organ dan jaringan tubuh setelah seseorang meninggal dapat dikesampingkan dan beralih menjadi kepemilikan publik selama negara menghendaki untuk mengalihkannya.

Kewenangan pemerintah dalam praktik transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia terbatas pada pembentukan regulasi yang berhubungan dengan transplantasi organ dan jaringan tubuh serta berwenang untuk menentukan rumah sakit yang berwenang melakukan tranplantasi organ.

Negara memiliki kewenangan dan berperan besar dalam menentukan sistem donasi dan pemanfaatan organ tubuh.

Selain aspek kebendaan, praktik transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia di Indonesia

yang tunduk pada ketentuan Undang-Undang Kesehatan UU No. 36 Tahun 2009 dengan

aturan pelaksananya yang diatur dalam PP No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis

dan Bedah Mayat Anatomis dan di Tiongkok yang diatur dalam Regulations on Human

Organ Transplantation 2007 juga terdapat aspek perjanjian yang di Indonesia tunduk pada

ketentuan KUHPer sedangkan di Tiongkok tunduk pada ketentuan GPCL. Aspek-aspek

perjanjian yang diatur dalam ketentuan tersebut diatas terdapat persamaan yakni persetujuan

pendonor untuk mendonasikan organnya yang diberikan setelah pendonor memperoleh

informasi medis yang wajib disampaikan dengan sebenar-benarnya oleh tenaga medis

merupakan syarat formil sahnya suatu praktik pendonasian organ dan jika terdapat unsur-

unsur pemaksaan dan/atau penipuan dalam pemberian persetujuan tersebut, mengakibatkan

perjanjian donasi organ dapat dimintakan pembatalan. Selain terdapat persamaan, ketentuan

tersebut juga terdapat perbedaan yakni: Tabel 3. Perbedaan Aspek Hukum Perjanjian dalam Peraturan tentang Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh Manusia di Indonesia dan di Tiongkok

Indonesia Tiongkok

Perjanjian transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia batal menurut hukum apabila perjanjian tersebut tidak memenuhi salah satu dari syarat objektif seperti syarat suatu hal tertentu dan/atau suatu sebab

Perjanjian transplantasi organ batal menurut hukum apabila perjanjian tersebut dapat merugikan negara, kepentingan kolektif, kepentingan pihak ketiga, terdapat suatu tujuan ilegal yang dirahasiakan dan

Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016

Page 9: Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan

yang halal. dimanipulasi dengan suatu tindakan yang pada dasarnya sah menurut hukum, merusak kepentingan publik, atau melanggar ketentuan hukum maupun administrasi.

Selain unsur pemaksaan dan penipuan, unsur kekhilafan juga mengakibatkan perjanjian transplantasi organ dapat dimintakan pembatalan

Selain unsur pemaksaan dan penipuan, unsur eksploitasi juga mengakibatkan perjanjian transplantasi organ dapat dimintakan pembatalan

Penyelesaian sengketa yang timbul akibat terdapat syarat yang dapat membatalkan perjanjian transplantasi organ diselesaikan di pengadilan

Penyelesaian sengketa yang timbul akibat terdapat syarat yang dapat membatalkan perjanjian transplantasi organ diselesaikan di pengadilan atau lembaga arbitrase

Selain memperbandingkan aspek keperdataan khususnya dalam aspek perjanjian dan

kebendaan, berikut perbandingan peraturan yang secara khusus mengatur tentang praktik

transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia yang berlaku di Indonesia dan di Tiongkok: Tabel 4. Perbandingan Peraturan Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh Manusia di Indonesia sebagaimana yang Diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 dan di Tiongkok sebagaimana yang Diatur dalam Regulation on Human Organ Transplantation China

Aspek Regulation on Human Organ Transplantation China Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981

Definisi transplantasi

organ

Transplantasi organ adalah segala proses yang melibatkan pemindahan sebagian atau seluruh organ yang memiliki fungsi yang spesifik seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal, pankreas dari seorang donor dan dicangkokkan ke dalam tubuh resipien untuk menggantikan organ yang terserang penyakit atau rusak. (Pasal 2)

Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk memindahkan alat dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. (Pasal 1 huruf e)

Tujuan Menjadi dasar praktik transplantasi organ, menjamin kualitas dari pelayanan kesehatan, melindungi kesehatan dan hak serta kepentingan masyarakat. (Pasal 1)

Pengembangan usaha kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. (konsiderans huruf a)

Objek Organ tubuh yang memiliki fungsi-fungsi tertentu seperti jantung, hati, ginjal, paru-paru, atau pankreas. (Pasal 2)

Alat dan jaringan tubuh manusia. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta fungsi tertentu untuk tubuh (Pasal 1 huruf c). Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama dan tertentu (Pasal 1 huruf d).

Penentuan Kematian

Tidak diatur mengenai kapan seseorang dinyatakan telah meninggal atau tidak diatur mengenai penentuan kematian.

Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan, dan/atau denyut jantung seseorang telah berhenti (Pasal 1 huruf g). Penentuan saat mati dalam rangka transplantasi, dilakukan oleh dua orang dokter yang tidak ada sangkut paut medik dengan dokter yang

Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016

Page 10: Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan

melakukan transplantasi (Pasal 12).

Batasan Menjadi Donor

Orang yang berumur 18 tahun keatas (Pasal 9).

Tidak diatur mengenai batasan usia menjadi donor dalam PP ini.

Batasan Menjadi Resipien

Resipien organ yang berasal dari donor hidup terbatas pada suami/istri donor, kerabat lineal, kerabat agunan sampai derajat ketiga, dan orang yang dapat membuktikan bahwa dia telah mengembangkan kekerabatan dengan donor dengan alasan yang mendukung (Pasal 10).

Tidak diatur mengenai batasan menjadi resipien dalam PP ini.

Prinsip Donasi Kesukarelaan dan Cuma-Cuma (Pasal 7). Tidak diatur mengenai prinsip peraturan ini.

Sistem Persetujuan

Opt In System

Setiap orang yang ingin menyumbangkan organnya harus memberikan persetujuan tertulis terlebih dahulu dan persetujuan ini dapat pula ditarik sewaktu-waktu orang tersebut menghendaki. Jika seseorang meninggal dan semasa hidupnya belum pernah menyatakan keberatan jika organnya didonasikan, maka istri, anak-anak usia penuh, dan orang tua secara bersama-sama memberikan persetujuan dalam bentuk tertulis. (Pasal 8)

Meskipun Undang-undang Tiongkok mengatur demikian, dalam praktiknya transplantasi organ di Tiongkok menganut Conscription System.

Opt In System

Setiap orang yang ingin mendonorkan organnya wajib membuat persetujuan tertulis menandatangani persetujuan tersebut di atas materai dan disaksikan oleh dua orang saksi (Pasal 13).

Syarat Dokter atau Institusi yang Boleh Melakukan

Transplantasi

Rumah Sakit yang dapat melakukan praktik transplantasi organ terlebih dahulu harus mengajukan diri kepada Departemen Kesehatan Pemerintah yang berkompeten dengan memenuhi segala syarat dan ketentuan yang diatur dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 14.

Dokter yang telah memiliki izin dan memenuhi segala persyaratan dan ketentuan yang diatur dalam Pasal 17 dan 18.

Dokter yang melakukan transplantasi bukan dokter yang menentukan dari kematian donor kadaver. (Pasal 20)

Dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan (Pasal 11 ayat 1). Dokter yang melakukan transplantasi bukan dokter yang merawat atau mengobati donor (Pasal 11 ayat 2).

Dokter yang dapat melakukan transplantasi adalah dokter yang tidak memiliki kaitan dengan dokter yang menentukan saat mati pendonor jika pendonor adalah donor kadaver (Pasal 11 ayat 1).

Perbuatan yang dilarang

Perdagangan organ (Pasal 3), pengambilan organ tanpa persetujuan (Pasal 8), pengambilan organ pada seseorang yang belum berumur 18 tahun (Pasal 9), mengambil organ dari orang yang selama hidupnya menyatakan keberatan untuk mendonasikan organnya (Pasal 25), membocorkan informasi pribadi pendonor dan/atau resipien (Pasal 27), menghapus organ dari tubuh pendonor tanpa persetujuan dari Komisi Penerapan Etika Klinik

Perdagangan organ (Pasal 17), mengirim dan menerima organ, alat, atau jaringan tubuh ke dalam dan ke luar negeri (Pasal 18), terkecuali untuk keperluan ilmiah (Pasal 19).

Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016

Page 11: Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan

Transplantasi Organ Tubuh Manusia, tidak memberikan informasi sebagaimana yang diatur dalam Pasal 19 dan memastikan keabsahan informed consent yang diberikan oleh donor, dan/atau tidak menguji apakah tubuh donor akan berfungsi dengan normal setelah salah satu organ tubuhnya dikeluarkan kecuali akibat yang sepatutnya timbul dengan dikeluarkannya salah satu organ dalam tubuhnya, serta memperlakukan donor kadaver tidak sesuai etik serta tidak mengembalikan bentukan tubuh mayat seperti semula terkecuali bagi organ yang akan ditransplantasikan kepada resipien (Pasal 28), melakukan praktik transplantasi organ namun belum memenuhi ketentuan dan syarat sebagaimana yang diatur dalam Pasal 11 (Pasal 29)

Sanksi Pidana seperti penyitaan terhadap pendapatan ilegal hasil penjualan organ dan denda dengan minimal delapan kali dan maksimal sepuluh kali dari jumlah pendapatan ilegal tersebut sebagaimana yang diatur dalam Pasal 26, perdata, dan administratif salah satunya seperti menangguhkan selama paling kurang enam bulan dan paling lama satu tahun hingga pencabutan izin berpraktik secara permanen sebagaimana yang diatur dalam Pasal 30.

Pidana seperti kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 7.500,- sebagaimana yang diatur dalam Pasal 20 ayat 1 serta sanksi admistratif sebagaimana yang diatur dalam Pasal 20 ayat 2.

Kewajiban Institusi/ Tenaga

Kesehatan/ Rumah Sakit

terhadap Donor dan/atau Resipien

Melaksanakan praktik transplantasi organ dengan berdasar pada prinsip etik dan peraturan teknis untuk administrasi transplantasi organ (Pasal 15).

Memberikan informasi kepada pasien terkait penilaian atas efek samping atau resiko penularan penyakit kepada resipien akibat transplantasi dan mengambil langkah-langkah untuk meminimalisir resiko tersebut (Pasal 16).

Memberikan informasi kepada calon donor mengenai resiko operasi, hal-hal yang dibutuhkan setelah operasi, kemungkinan komplikasi serta cara mencegah, serta menandatangani informed consent dengan calon pendonor, memastikan bahwa pendonor dan resipien memiliki kekerabatan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 10, memastikan bahwa tubuh pendonor berfungsi normal kecuali akibat langsung yang ditimbulkan dari adanya pemindahan organ. Institusi kesehatan wajib menyimpan catatan medis pendonor hidup guna untuk mengikuti perkembangan medis donor. (Pasal 19)

Pemindahan organ dari donor mati dapat dilakukan setelah donor dinyatakan

Memberitahu sifat operasi, akibat-akibat dari operasi, serta kemungkinan yang dapat terjadi (Pasal 15 ayat 1).

Memastikan bahwa calon donor telah mengetahui dan memahami arti dari informasi yang diberikan oleh dokter yang merawatnya termasuk dokter konsultan (Pasal 15 ayat 2).

Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016

Page 12: Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan

meninggal menurut hukum. (Pasal 20)

Memperlakukan donor kadaver sesuai etik setelah mengeluarkan organ yang akan didonorkan serta mengembalikan bentukan tubuh mayat ke bentuk awal kecuali terhadap organ yang akan didonorkan. (Pasal 20)

Hak Institusi/ Tenaga

Kesehatan/ Rumah Sakit

terhadap Donor dan/atau Resipien

Berhak atas sejumlah biaya yang ditimbulkan dari (Pasal 21):

a. proses operasi pemindahan dan penanaman organ;

b. biaya pemesanan dan akomodasi organ; c. biaya obat-obatan, tes dan bahan medis

yang dikonsumsi untuk memindahkan dan mengimplantasi organ manusia.

Tidak diatur mengenai hak dari institusi atau tenaga kesehatan atau rumah sakit terhadap donor atau resipien.

Kewajiban Donor dan/atau

Resipien terhadap Institusi/ Tenaga

Kesehatan/ Rumah Sakit

Berhak untuk membayar sejumlah biaya yang ditimbulkan dari (Pasal 21):

a. proses operasi pemindahan dan penanaman organ;

b. biaya pemesanan dan akomodasi organ; c. biaya obat-obatan, tes dan bahan medis

yang dikonsumsi untuk memindahkan dan mengimplantasi organ manusia.

Tidak meminta kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi (Pasal 16).

Hak Donor dan/atau Resipien terhadap Institusi/ Tenaga

Kesehatan/ Rumah Sakit

Berhak untuk memberikan serta menarik kembali persetujuan untuk menjadi donor organ. (Pasal 8)

Berhak atas informasi terkait penilaian atas efek samping atau resiko penularan penyakit akibat transplantasi dan langkah-langkah untuk meminimalisir resiko tersebut (Pasal 16).

Berhak atas informasi mengenai resiko operasi, hal-hal yang dibutuhkan setelah operasi, kemungkinan komplikasi serta cara mencegah, serta menandatangani informed consent dengan dokter, berhak atas kepastian bahwa tubuh pendonor berfungsi normal kecuali akibat langsung yang ditimbulkan dari adanya pemindahan organ. (Pasal 19)

Berhak atas informasi sifat operasi, akibat-akibat dari operasi, serta kemungkinan yang dapat terjadi (Pasal 15 ayat 1).

Berhak untuk memilih apakah bersedia untuk menjadi donor atau tidak.

Hal-Hal Lain yang Diatur

Diatur mengenai sistem pendistribusian dan pemanfaatan organ.

Tidak diatur mengenai sistem pendistribusian organ dan pemanfaatan organ donor. Pemanfaatan organ donor diatur dalam Peraturan terpisah yakni dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) No. 37 Tahun 2014 tentang Penentuan Kematian dan Pemanfaatan Organ Donor.

Diatur mengenai pengawasan terhadap praktik transplantasi organ tubuh manusia.

Tidak diatur mengenai pengawasan praktik transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia.

Tidak diatur mengenai pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia korban

Diatur mengenai pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia korban kecelakaan.

Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016

Page 13: Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan

kecelakaan.

Peraturan terkait praktik transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia yang berlaku baik di

Indonesia maupun di Tiongkok memiliki implikasi yang sangat penting dalam praktik

transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia di kedua negara tersebut karena peraturan

tersebut menjadi landasan hukum dari pelayanan kesehatan serta peningkatan kualitas dan

mutu pelayanan kesehatan khususnya dalam praktik transplantasi organ baik di Indonesia

maupun di Tiongkok. Adanya peraturan tersebut juga menjadi pengingat serta penentu arah

dan orientasi pembangunan kesehatan masyarakat.

Kesimpulan Setelah penulis menganalisis sistem hukum yang berlaku di Indonesia dan di Tiongkok,

aspek-aspek kebendaan dan perjanjian dalam praktik transplantasi organ dan jaringan tubuh

manusia, serta implikasi dari penerapan peraturan transplantasi organ dan jaringan tubuh

manusia di Indonesia dan di Tiongkok, berikut persamaan dan perbedaan serta implikasi dari

penerapan peraturan transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia di Indonesia dan di

Tiongkok:

a. Peraturan tentang transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia di Indonesia

secara khusus diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah

Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan

Tubuh Manusia sedangkan di Tiongkok diatur dalam Regulation on Human Organ

Transplantation China tahun 2007;

b. Indonesia dan Tiongkok dalam praktik transplantasi organ menganut sistem opt in,

mengenal donor kadaver dan donor hidup, serta terdapat larangan menjual organ dan

jaringan tubuh;

c. Ruang lingkup praktik transplantasi organ dan jaringan tubuh di Tiongkok yag diatur

dalam RHOT lebih sempit jika dibandingkan dengan PP 18 tahun 1981;

d. Di Indonesia diatur tentang penentuan kematian, pemanfaatan organ korban

kecelakaan, serta tidak terdapat pembatasan untuk menjadi donor dan resipien,

sedangkan Tiongkok tidak memiliki peraturan yang mengatur tentang pemanfaatan

organ korban kecelakaan dan penentuan kematian, serta terdapat batasan untuk

menjadi donor dan resipien;

Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016

Page 14: Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan

e. Baik di Indonesia maupun di Tiongkok pendonasian organ dan jaringan tubuh

semata-mata untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan;

Implikasi penerapan peraturan transplantasi organ dan jaringan tubuh di Indonesia:

a. Selain tunduk pada ketentuan pasal 1320 KUHPer, informasi medis, dua orang saksi,

pembubuhan materai, serta persetujuan dalam bentuk tertulis akan dilaksanakannya

praktik trasplantasi, menjadi syarat sahnya suatu perjanjian praktik transplantasi;

b. Peraturan tentang transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia juga berimplikasi

pada pelarangan pemanfaatan organ dan jaringan tubuh manusia dalam hal ekonomi.

Implikasi penerapan peraturan transplantasi organ dan jaringan tubuh di Tiongkok:

a. Meskipun dalam RHOT diatur mengenai pemanfaatan organ dari donor kadaver

baru dapat dilakukan ketika donor tersebut dinyatakan meninggal menurut hukum,

namun pada kenyataannya di Tiongkok tidak ada satu peraturan pun yang mengatur

tentang penentuan kematian. Hal ini berimplikasi bahwa penetapan kematian orang-

orang di Tiongkok termasuk donor kadaver dilakukan secara ilegal;

b. Adanya batasan menjadi donor dan resipien;

c. Sanksi tidak hanya dijatuhkan kepada tenaga medis dan/atau institusi

kesehatan/rumah sakit yang melakukan hal-hal yang jelas-jelas dilarang dalam

RHOT seperti mengambil organ dari orang tanpa alas hak yang sah, mengambil

organ dari orang yang belum berumur 18 tahun, serta jual beli organ melainkan juga

dapat dijatuhkan kepada pelanggaran etika seperti tidak mengembalikan perwujudan

donor kadaver seperti semula misalnya tidak menutup luka bekas operasi

pengangkatan organ dari donor kadaver, pembocoran informasi pribadi donor

dan/atau resipien, serta pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan administratif.

Saran

Pemerintah mengkaji kembali dan melakukan evaluasi terkait efektivitas dari UU Kesehatan

dan peraturan pelaksananya terutama yang mengatur tentang transplantasi organ dan jaringan

tubuh manusia di Indonesia, membantu, mengawasi, memperkokoh, dan/atau bertanggung

jawab terhadap eksistensi dan keberlangsungan lembaga yang bergerak dalam pendonasian

atau menjaga ketersediaan organ dan jaringan tubuh manusia di Indonesia, agar

keberadaannya diakui dan mendapatkan kepastian hukum, hal ini bertujuan untuk

Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016

Page 15: Perbandingan Peraturan tentang Transplantasi Organ dan

meningkatkan sumber daya manusia serta sumber daya organ dan jaringan tubuh manusia

agar kebutuhan organ dan jaringan tubuh di Indonesia dapat terpenuhi sehingga masyarakat

Indonesia yang membutuhkan donor organ dan jaringan tubuh dapat lebih mudah mengakses

dan mendapatkan organ serta jaringan tubuh secara legal.

Pemerintah juga harus memperketat pengawasan dan pengendalian terhadap praktik

pemanfaatan organ dan/atau jaringan tubuh dalam bidang ekonomi seperti jual beli organ dan

jaringan tubuh manusia, serta melakukan inovasi dan/atau upaya yang dapat meningkatkan

ilmu pengetahuan dan teknologi dalam praktik transplantasi organ dan jaringan tubuh

manusia di Indonesia. Selain untuk pemerintah, penulis juga menyarankan kepada pembentuk

kebijakan atau regulator untuk lebih teliti dan tegas dalam merumuskan akibat hukum

terhadap pelanggaran peraturan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan khususnya dalam

peraturan yang mengatur tentang praktik transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia.

Daftar Referensi Buku: Mamudji, Sri. et. al. (2005). Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Soekanto,Soerjono. (2012). Pengantar Penelitian Hukum. cet. III. Jakarta: UI Press. Suwasti, Nyoman. (1994). Aspek Yuridis Transplantasi Organ dalam Hubungannya dengan UU Kesehatan. Majalah Ilmiah Fakultas Hukum UNUD. Bali: Kertha Patrika.

Makalah

Usul Majadi Sinaga, “Peran dan Tanggung Jawab Masyarakat dalam Masalah Pengadaan Donor Organ Manusia”, (makalah disampaikan pada Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara sebagai Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Bedah pada Fakultas Kedokteran, Medan, 28 Juli 2007), hlm. 2-3.

Artikel Online

Global Observatory on Donation & Transplantation. (2013). Organ Donation and Transplantation Activities 2013. transplant-observatory.org/Pages/Facts.aspx. diunduh pada 22 Desember 2015. Peraturan Indonesia (1). Peraturan Pemerintah Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. PP No.18 Tahun 1981. LN No 23 Tahun 1981. TLN No. 3195. Indonesia (2). Undang-Undang Kesehatan. UU No. 36 Tahun 2009. LN Tahun 2009 No. 144. TLN 5063.

Perbandingan Peraturan ..., Dearizka, FH UI, 2016