gagal ginjal kronik
Post on 23-Jan-2016
217 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
GAGAL GINJAL KRONIK
( GGK )
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersfat persisten
dan irreversible, gangguan funsi ginjal adalah penurunan laju filterasi glomerolus
yang dapat di goongkan ringan, sedang, berat.
2. Anatomi Fisiologi
ginjal terletak pada dinding posterior abdomen terutama di daerah lumbal,
disebelah kanan dan kiri tulang belakang dibungkus lapisan lemak yang tebal di
belakang peritoneum dan diluar rongga peritoneum.
Kedudukan ginjal diperkirakan dari belakan mulai dari ketinggian vertebra
torakalis sam pai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rend ah dari
kiri karena hati menduduki ruang banyak disebelah kanan.
Setiap ginjal panjangnya 6 – 7 ½ cm, dan tebal 1 ½ - 2 ½ cm. Pada orang
dewasa beratnya kira – kira 140 gr.
Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi dalamnya menghadap ketulang
punggung. Sisi luarnya cembung. Pembuluh – pembuluh ginjal semuanya masuk
dan keluar pada hilum. Diatas setiap ginjal menjulang sebuah kelenjar. Suprarenal
ginjal kanan lebih pendek dan lebih tebal dari yang kiri.
Struktur ginjal dilingkupi kapsul tipis dari jaringan sibrus yang rapat
membungkusnya dan membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat
struktur – struktur ginjal yang warnanya ungu tua dan terdiri atas bagian kortek
disebelah luar dan bagian medulla di sebelah dalam. Bagian medulla ini
tersusun atas 15 – 16 massa yang berbentuk pyramid nyang disebut pyramid
ginjal. Puncak – puncaknya langsung mengarah ke hilum dan berakhir di kalises –
kalises yang menghubungkannya dengan kalises ginjal.
Fungsi ginjal adalah pengaturan keseimbangan air, pengaturan konsentrasi
garam dalam darah, keseimbangan asam basa darah, ekskresi bahan buangan dan
kelebihan garam. (Evelyn Pearce, 1997).
3. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik merupakan kelanjutan dari beberapa jenis penyakit
seperti :
1) Penyakit jaringan jaringan ginjal kronis seperti glomerulonefritis
2) Infeksi kronis, misalnya pyelonefritis dan tuberculosis.
3) Kelainan bawaan seperti kista ginjal.
4) Obstruksi ginjal misalnya batu ginjal.
5) Penyakit vaskuler, seperti nefro sclerosis dan penyaki hypertensi.
6) Obat – obatan yang dapt merusak ginjal, misalnya pemberian terapi
aminoglikosida dalam jangka panjang.
7) Penyakit endrokrin misalnya komplikasi diabetes.
4. Patofisiologi
Pre Renal
Renal
Aliran darah keginjal terganggu
Cairan tubuler menurun (melalui tubuler lambat )
Peningkatan tonus meduler
Memperbesar reabsorbsi ditubulus distal
Peningkatan reabsorbsi Na dan air
Terlarut dalam tobuler > lambat dibuat
Volume urine menurun, Na menurun, Creatinin meningkat
Renal
Aliran urine menurun BUN + creat meningkatOsmolaritas dan Bj menurun(serupa konsentrasi plasma) Creatinin menurun
Osmolaritas dan Bj menurun
Post Renal
5. Manifestasi Klinis
a) Gastrointestinal : anoreksia nouse, muntah, hematomesis melena.
b) SPP/neurologik : lelah malas, insomnia, sakit kepala, kejang, koma,
fasikulasi otot, mioklonus, neuropati perifer,
perubahan –perilaku.
c) Kardiovaskuler : hipertensi, payah jantung kongesty, perikarditis,
myokarditis uremik.
d) Hematologi : anemia, diatesis, hemorargik.
e) Endokrin metablik : Hiper/hipoglikemia, hiperlipedemia tipe IV
hiperparatiroidisme, disfungsi sex menstruasi,
retardaasi pertumbuhan badan.
f) Dermatologi : kult kering, gatal – gatal.
6. Pemerisaan Penunjang
Kreatinin plasma akan meningkat seiring dengan penurunan laju filterasi
glomerolus, dimulai bila laju kurang dari 60 ml/m, pada gagal gijal terminal
Terhambatnya urine keluar
Obstruksi
Aliran cairan tubuler menurun, IFG menurun
Reabsorbsi Na, air, urea meningkat
Kongesti
Tek. Retrograde mll koligentes dan nefron
Na menurin, osmolaritas dan BUN meningkat, creat meningkat
Sistem koligentes dilatasi
Merusak nefron
konsentrasi kreatinn dibawah 1 m mol/ lt, konsentrasi ureum plama kurang dapa
di percaya karma dapat menurun pada diet rendah protein dan meningkat pada
diet tinggi protein, kekurangan garam dan keadaan katabolic. Biasanya
konsenterasi ureum pada gagal ginjal terminal adalah 20 – 60 mmol/lt.
Terdapat penurunan bikarbonatplasma (15 – 25 mmol/l) penurunan pH
dan peningkatan anion gap. Konsenterasi natrium biasanya normal. Namun dapat
meningkat atau menurun akibat masukan caoiran inadekuat. Atau kelebihan.
Hiperkalemia tanda – tanda gagal ginjal yang berat, kecuali terdapat masukan
yang berlebiha. Asidosis tubular ginjal atau hiperaldosteronisme.
Terdapan peningkatan konsentrasi fosfat plasma dan peningkatan kalsium
plasma, kemudian fosfatase alkali meningkat, dapat ditemukan peningkatan
parathormon pada hiperparatiroidisme. Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan
anemia normositik normokrom dan terdapat sel Burn pada uremia berat. Leukosit
dan trombosit masih dalam batas normal. Peeriksaan mikroskopik urine
menunjukkan kelainan penykit yang mendasariya. Kreatinin meningkat melebihi
laju filterasi glomerous dan turun menjadi kurang dari 5ml/m pada gagal ginjal
terminal dapat ditemukan proteinuria 200 – 1000 mg/hr.
Pemeriksaan biokimia lasma untuk mengetahui fungsi gimjal dan
gangguan elektrolit. Mikroskopik urine, test serologi untuk mengetahui penyebab
glomerolus nefritis dan tes – tes penyaringan sebagai persiapan sebalum dialysis
(biasanya hepatitis B dan HIV).
USG ginjal sangat penting untuk mengetahui ukuran ginjal dan penyebab
gagal ginjal, misalnya adanya kista atau obstruksi pelvis ginjal. Dapat juga
dipakai foto polos abdomen jika ginjal lebih kecil disbanding usia dan besar tubuh
pasien lebih cenderung kearah gagal ginjal kronik.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan konserfatif GGK bermanfaat bila faal ginjal masih pada
tahap insufsiensiginjal dan GGK yaitu faal ginjal berkisar antara 10 – 50 % atau
nilai kriatinin serum 2mg – 10mg%. (RP. Sidabutar Suhardjono, EJ Kapojos:
1997).
Tujuan pengobataa konservatif GGK ialahmenunda dialysis atau
transplantasi dengan memperlama periode asimtomatik. Pada penyakit gagal
ginjal tahap akhir pengobatan pengganti sudah harus dilaksanakan.
Penatalaksanaan konservatif juga dapat bermanfaat untuk menjaringkan frekwansi
dialysis.
Memperbaiki faktor – faktor yang reversible, treatebel dan mencegah
menumpuknya toksik uremik dengan diet dan odbat – obatan, memperbaiki
penyakit dasar, mengatasi keluhan dan gejala dengan obat – oobataan, mencegah
atau menghindari tindakan yang menambah keruakan ginjal. ( Made Sukahatya,
1994).
Penaggulangan GGK harus berprinsip pada penaggulangan masalah
seutuhnya dan sesekli tidak boleh mengobati atau mengoreksi nilai – nilai
kimiawi saja. Penetapan waktu untuk merencanakan dan memulai pengobatan
pengganti (dialysis atau transplantasi) harus atas pertimbangan keseluruhan.
Pentahaapan penurunan faal ginjal seperti disebut sebelumnya tidak mempunyai
batas – batas klinis yang jelas sehingga kewaspadaan orang yang mengobati
sangat penting untuk dapat menilai apakah suatu tindakan diagnostic atau
terapiutik perlu dailaksanakan. (R.P. Sidabutar,1997).
8. Komplikasi
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Penkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama lengkap, umur agama jenis kelamin pendidikan , pekerjaan,
penghasilan,ras, alamat.
2) Keluhan utama
Pada klien dengan GGK tanpa keluhan dan gejala hanya kebetulan
pemeriksaan BUN dan kreatinin meningkat, berlangsung berbulan – bulan
sampai beberapa tahun. Kemudian berlanjut toksin uremik makin menumpuk
sehingga timbul GGK dengan keluhan ganggan fungsi berbagai organ antra
lain : kelaina gastrointestinal, SSP, neurologik, kardiovaskuler, paru,
hematologik, endokrin atau metabolic, dermatologi, (Joyce M. Black,1997)
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Pada klien gagal ginjal kronik umumnya gejaa dan tanda – tand sesuai
dengan gangguan system yang timbul. (R.P. Sidabutar, Suharjono, EJ
Kapojos,1997)
b) Riwayat kesehatan lalu
Dalam hal ini 6ang orlu dikaji adalah aakah klien pernah mengalami GGK
atau GGA sebelumnya dan apakah klien menderrita penyakit jaringa ginjal
kronis seperti glomerulo nefritis kronis, infeksi kronis, misalnya pielonefriti
dan tuberculosis, kelainan bawaan seperti kusta, obtrukksi ginjal misalnya
batu ginjal, penyakit vaskuler seperti nefrosklerosis dan penyakit HT, serta
tanyakan apakah sebelumya pernah masuk rumah sakit. (Rasindo,1999)
c) Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu dikaji adalah apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit seperti yang diderita klien, atau riwayat penyakit menular atau
menurun, (Joyce M. Black,1997)
4) Pola – pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Dalam hal ini yang perlu di kaji adalah apakah klien mengerti tentang
penyakitnya dan dibawa kemana bila sedang sakit, serta bagaiman klien
merawat tentang dirinya.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien dengan GGK biasanya peningkatan secara cepat berat badan
karena bengkak atau penurunan berat badan karena kurang gizi, tidak nafsu
makan rasa tidak nyata di muka ( nafas ammonia)
c) Pola aktivitas
Biasanya klien mengalami gangguan dalam meakukan aktivitan karena klien
dengan GGK mengeluh kelelahan yang berlebihan.
d) Pola eliminasi
Pada klien dengan GGK biasanya frekwensi kencing sedikit. Urin tidak ada
pada ginjal, perut mengembung diare, atau justru sulit buang air besar,
perubahan warna urine, misalnya kuning,merah,cokelat,gelap, urin sedikit
dan biasa negative.
e) Pola istirahat tidur
Biasanya klien dengan GGK mengeluh sulit tidur karena keresahan atau
mengigau.
f) Pola persepsi kognitif
Perubahan sttus kesehatan dan gaya hidup data mempengaruhi pengetahuan
dan kemampuan dalam merawat dii sendiri.
g) Pola persepsi diri
Pada klien dengan GGK mempunyai perasaan tidak berdaya, tidak punya
harapan, tidak punya kekuatan dan dapat memperlihatkan penolakan, cemas,
takut, marah, sensitive perubahan keppribadian.
h) Pola hubungan dan peran
Biasanya pasien sulit untuk menyesuaikan diri misalnya : tidak mampu
bekerja juga macam – macam fungsi yang wajar dalam keluarga.
i) Pola reproduksi dan sexual
Biasanya kien mengalami penurunan gairah sexual, tidak menstruasi,
mandul.
j) Pola penanggulangan stress
Biasanya klien mengalami stress karena cemas, takut dan marah. Cara
penanggulangannya dengan cara mengungkapkannya pada orang terdekat
atau perawat, atau juga dengan cara marah, menangis atau cara lain
tergantung individunya.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien akan selalu berdo’a demi keselamatan dirinya sehingga perlu bantuan
moral dari oaring – orang yang ada disekelilingnya.
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali bertemu dengan
pasien dilanjutkan mengukur TTV, kesadaran pasien diamati sadar
sepenuhnya ( komposmentis, apatis, somnolen, delirium semi koma, koma,
keadaan sakit diamati aakah berat, sedang, ringan atau tampak tidak sakit.
b) Kulit, rambut, kuku
Pada klien GGK ditemukan dalam pemeriksaan pada kulit yaitu kulit
kuning,perubahan turgor kulit (lembab),kulit gatal-gatal karena infeksi
sesaat atau berulang,bintik – bintik perdarahan kecil dan lebih besar
dikulit.penyebaran proses pengapuran di kulit,pada kuku tipis dan rapuh
serta pada rambut tipis.
c) Kepala, leher
Pada klien GGK mengeluh sakit kepala,muka pucat memerah,tidak adanya
pembesaran kelenjar tiroid.
d) Mata
Pada klien GGK mata mengalami pandangan kabur
e) Telinga, hidung, mulut tenggorokan
Pada GGK telinga hidung dan tenggorokan tidak mengalami
gangguan.pada mulut ditemukan adanya perdarahan pada gusi dan lidah.
f) Pada thorak dan abdomen
Pada pemeriksaan abdomen dan thorak ditemukan adanya nyeri pada dada
pada abdomen ditemukan disternsi perut (asites atau penumpukan cairan,
pembesaran heper pada setadium akhir).
g) System respirasi
Pada klien GGK biasanya terjadi kesulitan untuk bernafas karena adanya
gagal jantung kongestif, paru mengalami perubahan yang sangat rentang
terhadap infeksi. Terjadi akumulasi cairan. Kesakitan, pneumoni, klien
mengeluh nafas pendek, sesak nafas yang datang hilang dimalam hari, batuk
dengan atau tanpa suara parau, dahak yang kental, pernafasan kusmaul
( nafas lebih dalam).
h) System kardiovaskuler
GGK berlanjut menjadi tekanan darah tinggi, detak jantung menjadi
irreguler ( termasuk detak jantung yang mengancam kehidupan atau terjadi
fibrilasi), pembengkakan, gagal jantung kongestif.
i) System genitourinaria
Karena ginjal kehilangan kesanggupan mengekskresi natrium, penderita
mengalami retensi natrium dan kelebihan natrium sehingga penderita
mengalami iritasi dan menjadi lemah. Pengeluaran urine mengalami
penurunan serta mempengaruhi komposisi kimianya, berkurangnya
frekwensi kencing, urin sedikit, urin tidak ada pada gagal ginjal, perut
mengembung, diare atau justru sulit BAB, perubahan warna urine misalnya :
Kuning, coklat, merah, gelap, urin sedikit dan beda negatif.
j) System gastrointestinal
Pada saluran pencernaan terjadi peradangan ulserasi pada sebagaian besar
alat pencernaan. Gejala lainnya adalah terasa metal di mulut, nafas bau
amonia, nafsu makan menurun, mual muntah, perut mengembung, diare atau
justru sulit BAB.
k) System musculoskeletal
Pada GGK adanya kelemahan otot atau kekuatan otot hilang.kurangnya
respon otot – oto dan tulang. Ketidakseimbangan mineral dan hormon,tulang
terasa sakit , kehilangan tulang, mudah patah, defisit kalsium dalam
otak,mata, gusi, persendian, jantung, bagian dalam dan pembuluh darah.
Fraktur atau otak tulang, penumpukan CaPO4 pada jaringan lunak , sendi
pembatasan gerak sendi.
l) System endokrin
Pada GGK memberikan pertumbuhan lambat pada anak – anak. Kurang
subur serta nafsu sex menurun pada kedua jenis kelamin. Menstruasi
berkurang bahkan dapat berhenti sama sekali. Impotensi dan produksi
sperma menurun serta peningkatan kadar gula darah seperti pada diabetes.
m) System persyarafan
Pada klien GGK sindroma tungkai bergerak – gerak salah satu pertanda
kerusakan saraf , rasa sakit seperti terbakar, gatal pada kaki dan tungkai.juga
dijumpai otot menjadi kram dan bergerak – gerak, daya ingat berkurang,
mengantuk, iritabilitas, bingung, koma dan kejang (Merlyn E.
Doenges,1990)
6) Pemeriksaan penunjang
a) Urine
Volume : biasanya berkurang dari 400 ml/jam (oliguria) atau urin
tidak ada
Warna : gelap urin yang tidak normal dapat disebabkan nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid, pospat atau asam urat. Kotor sedimen
coklat mengidentifikasikan adanya darah , myoglobin prefirin.
Bj : kurang dari 1.01 s ( tetap pada 1.010 mengindikasikan
adanya gagal ginjal yang parah dan berat.
Osmolitas : kurang dari 350 mosn/kg menunjukkan gangguan tubulus
dan rasio urin. Serum sering 1:1.
Clerens creatinin : mungkin menurun secara berhenti.
Na+ : lebih dari 40mcg/i untuk ginjal tidak mampu menyerap
kembali Na.
b) Darah
BUN/kreatinin : meningkat biasanya secara proporsional kadar
kreatinin 10mg/dl memberi kesan stadiunm akhir ( mungkin serendah 5)
CBC ( hitung darh lengkap ), HCT ( hematokrit) menurun pada anemia.
Hb : biasanya berkurang dari 7 – 8 g/dl.
SDM :
c) Gas darah (AS/BS)
PH : menurut asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi
karena kehilangan kemampuan ekskresi ginjal yaitu hidrogen dan
amonia dan produksi akhir dari katabolisme protein Hco3 dan Pco2
menurun.
Serum Na+ : mungkin rendah jika gagal ginjal hanya membuang Na.
Atau normal menunjukkan status delusi hipernatrium.
K+ : meningkat berhubungan dengan penumpukan sel
( asidosis atau pelepasan kejaringan ( hemolisis SDM)
Mq/p : meningkat
Ca : menurun
d) Protein
Albumin : menurun di serum menunjukkan protein keluar lewat urin,
pertukaran cairan, penurunan pemasukan atau penurun sintesa atau
kekurangan asam amino esensial.
Serum osmolalitas : lebih besar cdari 285n ons/kg sering sama dengan
urine.
KUB/X-Ray : memperlihatkan ukuran ginjal atau ureter atau vesika
urinaria dan menunjukkan pembuntuan ( batu)
Rehograde/yelogran : tampak pelvis ginjal dan ureter yang tidak normal
b. Analisa Data
a) - Data mayor : biasanya klien mengatakan perutnya kembung, sulit kencing.
- Data minor : perut mengembung , kencing sedikit, perubahan warna urine,
urine tidak ada pada gagal ginjal, odema,
- Masalah : kelebihan volume cairan
- Kp : penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan
menahan natrium.
b) – Data mayor : biasanya klien mengatakan nafsu makan menurun atauy
berkurang
- Data minor : penurunan berat badan karena kurang gizi atau peningkatan
berat badan secara cepat karena bengkak, anorexia, mual muntah
- Masalah : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
- Kp : anorexia, mual muntah kehilangan selera makan.
c. Diagnosa
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan kemampuan
ginjal untuk mengeluarkan urine dan menahan natrium ditandai dengan perit
kembung, sulit kencing, kencing sedikit, perubahan warna urine, urin tidak
ada pada gagal ginjal, edema (+).
2. perubahan nutrisi kurang berhubungan dengan anorexia mual muntah,
kehilangan selera makan kehilangan bau, stomatitis dan diet tak enak.
3. ketidak berdayaan berhubungan dengan kehilangan perasaan terhadap
kontrol dan pembatasan gaya hidup.
4. resiko tinggi terhadap infeksi penatalaksanaan regimen terapiutik
berhubungan dengan insufisiensi pengetahuan tentang kondisi, pembatasan
diet, pencatatan setiap hari, terapo farmakologi tanda / gejal komplikasi,
kunjungan evaluasi dan sumber komunitas ( lynda Juall Carpenitto, 1999).
2. Perencanaan
Diagnosa perttama : kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
kemampuan ginjal mengeluarkan air dan menahan natrium.
1. Tujuan : cairan seimbang dalam waktu 2x24 jam
2. KH :
3. Rencana tindakan
- masukan dan pengeluaran seimbang
- berat badan stabil
- bunyi nafas jantung normal
- elektrolit dalam bats normal
4. Rencana tindakan
Pantau dan dokumentasikan masukan dan keluaran tiap jam secara akurat
Timbang berat badan mklien tiap hari
Pantau peningkatan tekanan darah
Kaji edema perifer distensi vena leher dan peningkatan sesak nafas
Batasi cairan sesuai program pemberian obat – obatan dengan mmakanan
jika mungkin bagi cairan selama sehari.
5. Rasional
Klien ryang menunjukkan bukti kelebihan cairan memerlukan pembatasan
berdasarkan pengeluaran urin
Klien dengan gagal ginjal kronis cenderung mengalami fluktuasi berat
badan membutuhkasn evaluasi ulang yang bsering terhadan keseimbangan
cairan optimal. Perubahan berat badan interdialik yang diterima adalah 1
– 2 atau lebih/24jam
Volume sirkulasi harus dipantau pada gagal ginjal kronis untuk mencegah
hipervolemia berat.
Dengan mengkaji edema perifer distensi vena leher dan peningkatan
sessak nafas dapoat mengetahui terjadinya gagal jantung kongestif.
Pembatasan natrium harus disesuaikan berdasarkan pada ekskresi Na urine
dan serangkaian berat badan.
Diagnosa ke dua : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anorexia mual muntah, kehilangan selera makan atau nafsu
makan kehilangan bau stomatitis dan diet tidak enak.
1. Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam 2x24jam
2. KH :
Klien akan menghubungkan pentingnya masukan nutrisi adekuat dan mentaati
program diet yang di programkan
3. Rencana tindakan
Terapkan tujuan nutrisional dengan klien atau keluarganya dan
rencanakan peratan untuk mencapainya dengan :
- konsul ahli diet untuk bentuaN pengkajian nutrisi mengidentifikasi
tujuan nutrisi, meresepkan modifikasi diet den memberikan instuksi
nutrisi pada klien.
- Pertegas instruksi diet dan berikan materi tertulis untuk instruksi verbal
Siapkan dan berikan dorongan higine oral yang baik sebelum dan
sesudah makan
Berikan lingkungan yang menyenangkan selam waktu makan dan bantu
sesuai kebutuhan
Periksa baki makan untuk mengetahui isinya dan dorong klien untuk
makan
Dokumentasikan semua masukan cairan dan makanann
Evaluasi status nutrisi klien dan keefektifan diet dengan klien dan ahli diet
Jelaskan perlunya kebutuhan klien untum makan protein maksimum dari
diet yang diizinkan.
4. rasional
- Peresapan diet yang tepat penting dalam penatalaksanaan GGK untuk
mencegah toksisitas, uremik, ketidakseimbangann cairan dan elektrolit
dan katabolisme
- Empati dan penguatan terhadap instruksi diet dapat meningkatkan
kepatuhan terhjadap pembatasan diet
Higiens oral yang tepat mengurangi mikroorganisme dan membantu
stomatitis
Nafsu makan dirangsang pada waktu yang rilek dan menyenangkan
Umpan balik positif untuk ketaatan diet dalam meningkatkan kepatuhan
Dokumentasi akurat penting untuk pengkajian status nutrisi
Evaluasi kontinyu memungkinkan perubahan diet sesuai dengan
kebutuhan spesifik nutrisi klien
Protein adekuat diperlukan untuk mencegah katabolisme protein dan
penggunaan otot.
3. Penatalaksanaan.
Merupakan realisasi dari rencana tindakan keperawatan. Dalam fase
pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan validasi (penyerahan) rencana
keperawatan, menulis dan mendokumentasikan rencana keperawatan, memberi
asuhan keperawatan dan pengumpulan data (H. Lismidar : 1990)
4. Evaluasi.
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan klien,
perawat dengan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk
menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak untuk
melakukan pengkajian ulang (H. Lismidar, 1990).
top related