cedera otak ringan lp1

Post on 05-Dec-2014

65 Views

Category:

Documents

7 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

thdrthdertgdrtgdrgdfgsderfgds

TRANSCRIPT

Cedera Otak Ringan (COR)

I. Definisi

Cedera otak adalah merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada

kelompok usia produktif dan sebagin besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.

Cedera Otak dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

● Cedera Otak Ringan (COR)

Adalah cidera otak yang ditandai dengan tidak adanya kehilangan kesadaran,

pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing, dan pasien dapat menderita laserasi

dan hematoma kulit kepala.

● Cedera Otak Sedang (COS)

Adalah cedera otak yang ditandai dengan pasien sempat kehilangan kesadarannya,

muntah,

● Cedera Otak Berat (COB)

Adalah cedera otak yang ditandai dengan pasien kehilangan kesadaran dalam

waktu yang lama,mengalami penurunan tingkat kesadaran secara progresif,

(Masjoer Arif :2000)

II. Etiologi

1. Spasme pembuluh darah intrakranial.

2. Kecelakaan otomotif/tabrakan, terjatuh, olah raga, kecelakaan industri.

3. Gejala depresi

4. Gangguan pada jaringan saraf yang sudah terganggu

5. Tertimpa benda keras

(Masjoer Arif:2000)

III. Patofisiologi

Cidera otak dapat disebabkan karena benturan kepala seperti tertimpa benda keras,

kecelakaan atau tabrakan sehingga tengkorak mengalami pergeseran dan otak mengalami

benturan atau guncangan yang menyebabkan terjadi perubahan intrasel maupun ekstrasel.

Perubahan pada intrasel akan menyebabkan terjadinya kelemahan otak kemudian disertai

dengan iskemik pada jaringan yang bisa ditandai dengan nyeri dan kejang. Sedangkan

perubahan pada ekstrasel akan menimbulkan peningkatan intrakranial sehingga kesadaran

seseorang mengalami penurunan ditandai dengan pusing yang akan mengakibatkan

terjadinya gangguan pada aktifitas seseorang. Selain itu juga dapat ditandai dengan mual dan

muntah sehingga akan menimbulkan resiko gangguan keseimbangan cairan.

(Lynda Juall Carpenito :2000)

IV. Manifestasi klinis

1. Nyeri kepala

2. Tidak ada kehilangan kesadaran

3. Pusing

4. Tengkuk kaku dalam sikap kepala mengadah/hiperekstensi

5. Keletihan

6. Ketidak Mampuan Berkonsentrasi

7.Terdapat laserasi dan hematoma pada kulit kepala.

(Masjoer Arif :2002)

V. Penatalaksanaan

Pada pasien dengan cedera otak ringan umumnya dapat dipulangkan kerumah tanpa perlu

dilakukan pemeriksaan CT scan bila:

- Hasil pemeriksaan neurologis (terutama setatus mini mental dan gaya berjalan) dalam

batas normal.

- Foto servikal jelas normal

- Adanya orng yang bertanggung jawab untuk mengamati pasien

Kriteria perawatan :

- adanya darah intra kranial atau praktur yang tampak pada CT scen

- konfusi, agitasi, atau kesadaran menuru

- adanya tanda atau gejala neurologis fokal

- intoksikasi obat atau alkohol

Penilaian awal :

1. Menilai jalan nafas : bersihkan jalan nafas dari sekret dan muntahan

2. Menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas spontan atau tidak

3. Menilai sirkulasi tubuh : otak yang rusak tidak mentolelir hipotensi

4. Menilai tingkat keparahan

(Masjoer Arif :2002)

VI. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya laserasi pada kepala

2. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri

3. Gangguan pemenuhan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebih

(Lynda Juall Carpenito:1998)

VII. Intervensi

● Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya laserasi pada

kepala

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri

menghilang

Kriteri Hasil : - Pasien merasa nyaman

- Pasien bisa tidur dengan normal

Intervensi :

1. Lakukan pendekatan pada pasien

R/: Dengan pendekatan dengan pasien akan terjalin kerjasama yang baik dengan

pasien

2. Jelaskan pada pasien tentang setiap tindakan yang akan dilakukan

R/: Pasien mau bekerjasama dengan pasien pada setiap tindakan yang dilakukan

3. Kaji tingkat nyeri pasien

R/: Mengetahui tingkat nyeri pasien sehingga mempermudah melakukan tindakan

dan pemberian terapi

4. Bantu pasien mendapatkan posisi yang paling nyaman

R/: Menjaga agar pasien tetap merasa nyaman

5. Observasi TTV

R/: Mengetahui kondisi pasien

6. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi (analgesik)

R/: Mempercepat penyembuhan pasien

● Diagnosa 2 : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri

Tujuan : Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pola

tidur pasien kempali normal

Kriteri hasil : - Pola tidur pasien normal

- malam ± 8 jam

- Siang ± 1 jam

Intervensi :

1. Jelaskan pada pasien tentang setiap tindakan yang akan dilakukan

R/: Pasien mau bekerjasama dengan pasien pada setiap tindakan yang dilakukan

2. Kaji tingkat nyeri pasien

R/: Mengetahui tingkat nyeri pasien sehingga mempermudah melakukan tindakan

dan pemberian terapi

3. Ciptakan lingkungan yang nyaman

R/: Dengan menciptaka lingkungan yang nyamamn pasien dapat tidur dengan

tenang

4. Bantu pasien mengambil posisi yang senyaman mungkin untuk tidur

R/: Dengan posisi tidur yang nyaman membantu pasien untuk tidur sesuai

kebutuhan

5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi

R/: Mempercepat penyembuhan pasien

● Diagnosa 3 : Ganguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put

yang berlebih

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kebutuhan

cairan terpenuhi

Kriteria hasil : kebutuhan cairan pasien tepenuhi dan asupan cairan pasien terpenuhi

Intervensi :

1. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan

R/: Agar pasien mengerti semua tindakan yang akan dilakukan

2. kaji out put dan in put

R/: unuk mengetahui keseimbangan cairan pasien

3. Anjurkan pada pasien untuk minum setiap setelah muntah

R/: Untuk mengganti cairan yang hilang

4. Observasi TTV

R/: Untuk mengetahui keadaan pasien

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi

R/: Membantu mempercepat penyembuhan pasien

top related