case tht
Post on 31-Jan-2016
7 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
penyertaannya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis berjudul
“Otitis Ekterna Difusa” ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat kelulusan
dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu THT di Rumah Sakit Tarakan. Dalam pembuatan
karya tulis ini, saya mengambil referensi dari literature text books dan jaringan
internet.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing
saya, dr.Wiendyati Sp.THT-KL yang telah memberikan bimbingannya dalam proses
penyelesaian karya tulis ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moral
maupun dalam mencari referensi yang lebih baik.
Saya juga mengucapkan rasa terimakasih yang mendalam kepada kedua
orangtua saya atas bantuan, dukungan baik secara moral maupun materil, dan
kasihnya.
Penulis sadar bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis menghimbau agar para pembaca dapat memberikan
saran dan kritik yang membangun dalam perbaikan laporan kasus ini.
Penulis berharap agar referat ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan bagi pihak yang memerlukan khususnya bagi Penulis sendiri.
Jakarta, Oktober 2015
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................... 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 4
Anatomi telinga......................................................................................................... 4
Fisiologi pendengaran................................................................................................10
Otitis eksterna difus................................................................................................... 11
Epidemiologi..............................................................................................................11
Etiologi...................................................................................................................... 12
Patofisiologi............................................................................................................... 13
Gejala klinis............................................................................................................... 14
Pemeriksaan fisik.......................................................................................................15
Diagnosis Banding.....................................................................................................16
Penatalaksanaan......................................................................................................... 17
Komplikasi.................................................................................................................18
Prognosis....................................................................................................................18
BAB III
LAPORAN KASUS................................................................................................. 19
PEMBAHASAN KASUS ........................................................................................27
KESIMPULAN ....................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 29
2
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan
oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab
timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local
dan alergi. 2,3
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh
liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap
pembentukan lokal otitis eksterna. 4
Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan
jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Otitis eksterna akut difusa adalah penyakit
yang terutama timbul pada musim panas dan merupakan bentuk otitis eksterna yang
paling umum. Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi
menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi
pertumbuhan bakteri.
Adapun tujuan dari laporan kasus ini sendiri adalah untuk mempermudah
menegakkan diagnosis otitis eksterna, serta dapat memahami apa saja
penatalaksanaan, patogenesis serta pencegahan juga prognosis dari penyakit ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.ANATOMI TELINGA
Gambar 1. Anatomi telinga
1.1 Telinga luar
Telinga luar atau pinna atau yang biasa disebut dengan aurikula atau
daun telinga merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit.
Bentuk tulang rawan ini unik dan harus selalu diusahakan untuk
mempertahankan bamngunan ini pada saat terjadi trauma. Kulit pada tulang
rawan dapat terlepas dari tulang rawan dibawahnya oleh hematom atau pus
dan rawan yang nekrosis dapat menimbulkan deformitas kosmetik pada
pinna.2
Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun
bertulang di sebelah medial. Seringkali dapat terjadi penyempitan pada liang
telinga di perbatasan tulang dan tulang rawan. Sendi temporomandibularis dan
kelenjar paortis terletak di depan terhadap liang telinga sementara prosesus
mastoideus terletak di belakangnya. Saraf fasialis meninggalkan foramen
4
stilomastoideus dan berjalan ke lateral menuju prosesus stiloideus di
posteroinferior liang telinga dan kemudian berjalan di bawah liang telinga
untuk memasuki kelenjar parotis. Rawan liang telinga merupakan salah satu
patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari saraf fasialis.2
1.1.1 Kulit liang telinga
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar
serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
Meatus acusticus externus dilapisi oleh kulit yang terikat erat pada tulang
rawan dan tulang yang mendasarinya karena tidak adanya jaringan subkutan di
area tersebut. Dengan demikian daerah ini menjadi sangat peka. 3
Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama dengan
lapisan kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel skuamosa. Kulit
liang telinga merupakan lanjutan kulit daun telinga dan kedalam meluas
menjadi lapisan luar membran timpani.
Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan
dari pada bagian tulang. Liang telinga tulang rawan terdiri dari lapisan
epidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan merekat dengan
perikondrium. Epidermis dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya
terdiri dari empat lapis yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan
tanduk.
Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih tipis,
tidak mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa lapisan
subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar dari membran timpani dan menutupi
sutura antara tulang timpani.
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah otot
intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis superior
dan m. aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun telinga
dengan tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat rudimenter,
tetapi pada beberapa orang tertentu ada yang masih mempunyai kemampuan
untuk menggerakan daun telinganya keatas dan kebawah dengan menggerakan
5
otot-otot ini. Otot intrinsik terdiri dari m. helisis mayor, m. helisis minor, m.
tragikus, m.antitragus, m. obligus aurkularis, dan m.transpersus aurikularis.
Otot-otot ini berhubungan bagian-bagian daun telinga.
1.1.2 Perdarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang
temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.
Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh
cabang aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang dari
arteri auricular posterior mendarahi permukaan posterior telinga. Banyak
dijumpai anastomosis diantara cabang-cabang dari arteri ini. Pendarahan
kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan permukaan luar membrana
timpani adalah oleh cabang aurikular dalam arteri maksilaris interna.
Vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian dalam umumnya
bermuara kevena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi, beberapa
vena telinga mengalir kedalam vena temporalis superficial dan vena
aurikularis posterior.
1.1.3 Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-
saraf kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga
saraf trigeminus (N.V) mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga,
dinding anterior dan superior liang telinga dan segmen depan membrana
timpani.Permukaan posteromedial daun telinga dan lobulus dipersarafin oleh
pleksus servikal nervus aurikularis mayor. Cabang aurikularis dari nervus
fasialis (N.VII), nervus glossofaringeus (N.IX) dan nervus vagus (N.X)
menyebar ke daerah konka dan cabang-cabang saraf ini menyarafi dinding
posterior dan inferior liang telinga dan segmen posterior dan inferior
membrana timpani. 3
1.2 Membran timpani
Membran timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk
kerucut dengan puncaknya, umbo mengarah ke medial. Membran timpani umumnya
6
bulat. Membran timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar, lapisan
fibrose di bagian tengah di mana tangkai maleus dilekatkan dan lapisan mukosa
bagian membran timpani yang disebut membrana Shrapnell menjadi lemas atau
flaksid.
1.3 Telinga tengah
Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak
dengan enam sisi. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior
sehingga kotak tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas
ke laterlah kea rah umbo dari membrana timpani sehingga kotak tersebut lebih
sempit pada bagian tengah.
Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fosa kranii media.
Pada bagian atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum tulang mastoid dan di
bawahnya adalah saraf fasialis. Otot menuju ke leher stapes. Saraf korda timpani
timbul dari saraf fasialis di bawah stapedius dan berjalan ke lateral depan menuju
inkus tetapi di medial maleus, untuk keluar dari telinga tengah lewat sutura
petrotimapnika. Korda timpani kemudian bergabung dengan saraf lingualis dan
menghantarkan serabut-serabut sekretomotroik ke ganglion submandibularis dan
serbaut-serabut pengecap dari dua pertiga anterior lidah.
Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang di sebelah superolateral
menjadi sinus sigmoideus dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus.
Keduanya adalah aliran vena utama rongga tengkorak. Cabang aurikularis saraf
vagus masuk ke telinga tengah dari dasarnya. Bagian bawah dinding anterior
adalah kanalis karotikus. Di atas kanalis ini, muara tuba eustachius dan otot tensor
timpani yang menempati daerah superior tuba kemudian membalik, melingkari
prosesus kokleariformis dan berinsersi pada leher maleus.
Dinding lateral dari telinga tengah adalah dinding tulang epitimpanum di
bagian atas membrana timpani dan dinding tulang hipotimpanium di bagian bawah.
Bangunan yang paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium ini.
Fenestra rotundum terletak pada batas posterosuperior promontorium. Kanalis
falopii bertulang yang dilalu saraf fasialis terletak di atas fenestra ovalis mulai dari
prosesus kokleaformis di anterior hingga pirmadi stapedius di posterior.
7
Rongga mastoid berbentuk seperti pyramid bersisi tiga dengan puncak
mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial
adalah dinding lateral fosa kranii posterior.sinus sigmoideus terletak di bawah
duramater pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad
antrum. Tonjolan kanalis semisirukularis lateralis menonjol ke dalam ada antrum.
Di bawah kedua patokan ini berjalan saraf fasialis dalam kanalis tulangnya untuk
keluar dari tulang temporal melalui foramen stilomastoideus diujung anterior
Krista yang dibentuk oleh insersio otot digastrikus. Dinding lateral mastoid adalah
tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi di posterior aurikula.
Tuba eustachius
Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.
Bagian lateral tuba eustachius adalah yang bertulang sementara dupertiga bagian
medial adalah bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak di sebelah
atas bagian bertulang sementara kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya.
Bagian bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke
nasofaring di atas otot konstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup tapi dapat
terbuka oleh kontraksi otot tensor palatina dan levator palatina yang masing-
masing dipersarafi pleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba eustachius
berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran
timpani.
1.4 Telinga Dalam
Gambar 2. Anatomi telinga dalam
8
Bentuk telinga sedemikian kompleknya sehingga disebut sebagai
labirin. Derivat osikel vesika membentuk suatu rongga tertutup yaitu labirin
membran yang berisi endolimfe, satu-satunya cairan ektraseluler dalam tubuh
yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran dikelilingi oleh
cairan perilimfe yang tinggi natrium dan rendah kalium yang terdapat dalam
kapsula otika bertulang. Labirin tulang dan membran memiliki bagian
vestibular dan bagian koklear. Bagian vesitbularis berhubungan dengan
keseimbangan, sementara bagian koklearis merupakan organ pendengaran
kita.
Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu setengah
putaran. Rongga koklea bertulang dibagi menjadi tiga bagian oleh duktus
koklearis yang berisi endolimfe. Bagian atas adalah skala vestibuli dan berisi
perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh membrana Reissner yang
tipis. Bagian bawah adalah skala timpani yang juga mengandung perilimfe dan
dipisahkan dari duktus koklearis oleh lamina sprialis oseus dan membrana
basilaris. Perilimfe pada kedua skala berhubungan pada apeks koklea spiralis
tepat setelah ujung buntu duktus koklearis melalui suatu celah yang dikenal
sebagai helikotrema. Membrana basilaris sempit pada basisinya dan melebar
pada apeks untuk nada rendah.
Terletak dari membran basilaris dari basis ke apeks adalah organ corti
yang mengandung organel penting untuk mekanisme saraf perifer
pendengaran. Organ corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam dan tiga baris
sel rambut luar. Sel-sel ini menggantung lubang-lubang lengan horizontal dari
suatu jungkat-jungkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf
aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan
sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung di
atasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular, dikenal sebagai
membrana tektoria. Membrana tektoria disekreksi dan diskong oleh suatu
panggung yang terletak di medial disebut sebagai limbus.
Bagian vestibulum telinga dalam macula yang diliputi oleh sel-sel
rambut. Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang
ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung
9
kalsium dan dengan berat jenis yang lebih besar daripada endolimfe. Karena
pengaruh gravitasi, maka gaya dari otolit akan membengkokan silia sel rambut
dan menimbulkan rangsan pada reseptor.
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit
yang juga merupakan saluran menuju saklus endolimfatikus. Macula utrikulus
terletak pada bidang yang tegak lurus terhadap macula sakulus. Ketiga kanalis
semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis mempunyai
suatu ujung yang melebar membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut
Krista. Sel-sel rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Gerakan
endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang
selanjutnya akan membengkokkan silia sel-sel rambut Krista dan merangsang
sel reseptor.
2. Fisiologi pendengaran
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
tulang koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplikasikan melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan daya tingkap lonjong. Energi getar
yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan
tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran ini
diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong edolimfa, sehingga
akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan lisrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga neurotransmitter ke
dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius,
lalu dilanjutkan ke nucleus auditoris sampai ke korteks pendengaran (area 39-
40) di lobus temporalis. 2,5
10
Gambar 3. Fisiologi pendengaran
3. Otitis eksterna difus
Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau
telinga cuaca panas ( hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga
akibat infeksi bakteri yang menyebabkan pembengkakan stratum korneum kulit
sehingga menyumbat saluran folikel. Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena
berenang atau mandi menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi
yang cocok bagi pertumbuhan bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa
gatal di liang telinga sehingga menambah kemungkinan trauma karena garukan 2
4. Epidemiologi
Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d Desember
2000 di Poliklinik THT RS H. Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru
dimana, dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna, 282 kasus (2,62%) otitis eksterna
difusa dan 585 kasus (5,44%) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering
diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim
sejuk dan kering. Penelitian yang dilakukan di RS Sumber Waras Jakarta mulai 1
Januari 1980 sampai dengan 30 Desember 1980 mendapatkan 1.370 penderita baru
dengan diagnosis otitis eksterna yang terdiri dari 633 pria dan 737 wanita. 4
11
5. Etiologi
Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis eksterna
difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocaneus) dan
staphylococci. Yang lebih jarang ditemukan adalah bakteri streptococci dan Proteus
vulgaris. Selain itu, jamur dapat terlibat dalam infeksi pada telinga luar, yaitu jamur
Candida albicans dan Aspergillus niger. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi
sekunder pada otitis media supuratif kronis. 3,6
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu : 2,4,7
Derajat keasaman (pH)
pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi
sebagai protektor terhadap kuman. Peningkatan pH menjadi basa (di atas
6.0) akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh
karena proteksi terhadap infeksi menurun.
Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur
mudah tumbuh.
Trauma
Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda
tumpul seperti cotton bud merupakan faktor predisposisi terjadinya
otitis eksterna.
Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang
menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang
sering dari bakteri
Melihat bentuk infeksi di liang telinga, penyakit dibagi atas:
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul).
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel
rambut di liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan
menimbulkan furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada
seseorang yang menderita diabetes.
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit
(biasanya dari ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri
12
makin hebat bila mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila
furunkel menutup liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ditarik atau
ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau abses pada 1/3 luar liang telinga.
Otitis eksterna difus
Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat
infeksi bakteri. Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta
Kadang-kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak bercampur
lendir. Lendir (musin) merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani
dan kita temukan pada kasus otitis media.
6. Patofisiologi
Saluran telinga dapat membersihkan dirinya sendiri dengan cara
membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga.
Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud bisa mengganggu
mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke
arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana. 3
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau
berenang. Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau
mandi menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang
cocok bagi pertumbuhan bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa
gatal di liang telinga sehingga menambah kemungkinan trauma karena
garukan. 3,4
13
Gambar 4. Patofisiologi terjadinya otitis eksterna difusa
7. Gejala klinis
Gejala klinis yang terjadi pada pasien dengan otitis eksterna difusa antara lain: 4,6
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap
awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan
nyeri tekan daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan
pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada
kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak
merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis
eksterna kronik merupakan keluhan utama.
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa
rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti
terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit
sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan
gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding
dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa
kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan
perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagipula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar
liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga
gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan
14
tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat
dirasakan oleh penderita otitis eksterna. Nyeri terutama ketika daun telinga
ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah makanan. Rasa gatal dan
nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen
tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya
akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering
menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin
yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan
ke dalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman
hantaran suara.
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien biasanya menunjukkan:
Kulit MAE edema dan hiperemis merata sampai ke membran timpani dengan
sekret pada MAE. Jika terjadi edema MAE yang hebat, membran timpani dapat
tidak tampak.
Nyeri tekan tragus (+)
Nyeri tarik auricula (+)
Adenopati regional yang nyeri tekan 7
Secara klinik otitis eksterna terbagi : 7
a. Otitis Eksterna Ringan :
Kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit
b. Otitis Eksterna Sedang :
Liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif
c. Otitis Eksterna Komplikasi :
Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
d. Otitis Eksterna Kronik :
Kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif
15
Otitis eksterna akut berlangsung kurang dari 4 minggu atau terjadi
kurang dari 4 kali dalam setahun, sedangkan otitis eksterna kronis berlangsung
selama lebih dari 4 minggu atau terjadi lebih dari 4 kali dalam satu tahun.
Pada penderita DM atau pasien dengan immunocompromised, otitis eksterna
dapat berkembang menjadi tipe maligna.8
9. Diagnosis banding
9.1 Otitis ekstrena sirkumskrpta
Otitis ekterna sirkumsrikpta adalah peradangan pada folkel rambut pada sepetiga
bagian luar MAE yang memiliki tipe furunkel. Penyakit ini dapat terjadi akibat
adanya pertumbuhan dari Staphylococcus aureus maupun S. albus yang ada pada
liang telinga. Gejala klinis yang terjadi pada otitis jenis ini mirip dengan otitis media
difusa yaitu adanya rasa gatal, nyeri yang hebat pada telinga bila tersentuh, nyeri pada
saat membuka mulut, nyeri yang tidak sesuai dengan besarnya furunkel, terdapat
gangguan pengdearan berupa tuli konduktif. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya edema pada MAE yang disertai dengan adanya furnukel. Penatalaksanaan
yang dilakukan adalah dengan melakukan aspriasi steril pada abses untuk
mengeluarkan nanah, pemberian antibiotik topical, analgetik dan obat penenang.
9.2 Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga. Jamur yang menginfeksi adalah
jamur Pityosporum dan Aspergillus. Hal yang memicu tumbuhnya jamur adalah
keadaan dengan kelembaban yang tinggi. Gejala klinis yang terjadi ada otomikosis
adalah rasa gatal dan rasa penuh pada liang telinga, kadang tidak terdapat keluhan.
Pada hasil pemeriksaan fisik dengan menggunakan otoskop sering ditemukan adanya
debris jamur berwarna putih, hitam atau keabu-abuan. Penyakit ini sering diderita
pada orang-orang dengan imunitas yang rendah dan pada pengobatan dengan
antibiotik yang tidak berhasil. Penatalaksanaan yang diberikan adalah dengan
membersihkan liang telinga dengan larutan asam asetat 2-5% di dalam alcohol yang
diteteskan ke dalam liang telinga ditambahkan dengan penggunaan obat anti jamur
topikal.
9.3 Otitis eksterna maligna
16
Otitis eksterna maligna merupakan bentuk flegmon yang didapat pada orang tua
dengan diabetes melitus. Infeksinya disebarkan oleh Pseudomonas Aeruginosa yang
dapat menimbulkan komolikasi terjainya nekrosis tulang dan jaringan sampai dengan
tulang petrosa. Gejala klinis yang terjadi adalah rasa gatal di liang telinga, nyeri yang
hebat dan keluar cairan dari telinga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan MAE edema,
terdapat sekret yang banyak dan tertutupnya MAE oleh jaringan granulasi yang
tumbuh dengan subur. Jika penyakit ini mengenai saraf maka akan timbul paresis.
Tatalaksan yang digunakan untuk penyakit ini adalah antibiotik dosis tinggi untuk
pseudomonas ditambah dengan gentamisisn, eksisi jaringan nekrosis, debridement
secara radikal.
10. Penatalaksanaan
Otitis ekseterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Untuk tujuan ini biasanya perlu
disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga mengandung obat agar
mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa disisipkan perlahan-
lahan dengan menggunakan forsep hartmann yang kecil. Penderita harus meneteskan
obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari. Dalam 48 jam
tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen sudah bertambah besar.
Polimiksin B dan colistemethate merupakan antibiotic yang paling efektif
terhadap pseudomonas dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik seperti glikol
propilen yang telah diasamkanbahan kimia lain, seperti gentian violet 2% dan perak
nitrat 5% bersifat bakterisid dan bisa diberikan langsung ke kulit liang telinga.
Setelah reaksi peradangan berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat
liang telinga bersih dan kering.
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin
terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya pasien harus
menjaga agar telinganya selalu kering, menggunakan alcohol encer secara rutin tiga
kali seminggu. Juga harus diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga
dengan cotton bud terlalu sering 2.
11. Komplikasi
17
- Perikondritis
- Selulitis
- Dermatitis aurikularis 4
12. Prognosis
Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh
dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna dapat
dengan mudah diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis yang
mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak
memiliki komplikasi jangka panjang atau serius. 8
BAB III
18
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Bidara II
2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 13 Oktober 2015
pukul 10.00 WIB
Keluhan Utama :
Nyeri pada telinga kanan
Keluhan Tambahan :
Telinga kanan terasa tidak enak dan penuh
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli THT RSUD Tarakan dengan keluhan nyeri pada telinga
kanan sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh rasa
tidak enak dan penuh di telinga yang sama. Selain itu pasien merasakan nyeri
jika bagian depan telinga kanan ditekan yang disertai dengan nyeri pada saat
mengunyah. Pada telinga kiri tidak ada keluhan.
Pada awalnya pasien merasa gatal di telinga kanan namun saat
pemeriksaan sudah tidak lagi. Pasien mengaku keluhan timbul setelah
mengorek-ngorek telinganya dengan cotton bud bila terasa gatal.
Keluhan lain seperti demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan nyeri
kepala, pendengaran berkurang, mendengar dengung disangkal. Pasien
19
mengaku belum berobat ke klinik manapun dan belum minum obat apapun
untuk menghilangkan keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak mempunyai riwayat trauma pada kepala atau telinga, alergi debu,
alergi makanan,alergi obat dan riwayat kencing manis, riwayat hipertensi,
asma.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang pernah memiliki keluhan yang sama.
3. Pemeriksaan Fisik
TELINGA
Dextra Sinistra
Bentuk daun telinga Normotia Normotia
Kelainan kongenital mikrotia (-), makrotia (-), atresia
(-), fistula (-), kelainan bentuk (-),
bat’s ear (-), stenosis canalis (-),
loop’s ear (-), mozart ear (-),
cyptotia (-), question mark ear (-),
satyr ear (-)
mikrotia (-), makrotia (-), atresia
(-), fistula (-), kelainan bentuk (-),
bat’s ear (-), stenosis canalis (-),
loop’s ear (-), mozart ear (-),
cyptotia (-), question mark ear (-),
satyr ear (-)
Radang, tumor Nyeri (-), massa (-), hiperemis (-),
sekret (-), edema (-)
Nyeri (-), massa (-), hiperemis (-),
sekret (-), edema (-)
Nyeri tekan tragus Nyeri (+) Nyeri (-)
Penarikan daun telinga Nyeri (+) Nyeri (-)
Kelainan pre-, infra,
retroaurikulermassa (-), hiperemis (-), oedem(-)
nyeri (-), fistula (-),ulkus (-),
ekimosis (-), hematoma (-),
sikatrik (-)
massa (-), hiperemis (-), oedem(-)
nyeri (-), fistula (-),ulkus (-),
ekimosis (-), hematoma (-),
sikatrik (-)
20
Region mastoid Massa (-), hiperemis (-),oedem (-)
nyeri (-)
Massa (-), hiperemis (-),oedem (-)
nyeri (-)
Liang telinga Sempit , furunkel (-), serumen
(-), oedem (+), sekret (+) cair
kekuningan, darah (-),
hiperemis (+)
Lapang, furunkel (-), jar.
Granulasi (-), serumen (-), oedem
(-), sekret (-), darah (-), hiperemis
(-)
Membrane timpani MT intak, hiperemis (-), edema (-), refleks cahaya (+) jam 5
MT intak, hiperemis (-), edema (-), refleks cahaya (+) jam 7
Tes Penala
Dextra Sinistra
Rinne + +
Weber Tidak ada lateralisasi
Swabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Kesan :
- Telinga kanan nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+), meatus
acusticus eksternus sempit, edema (+), hiperemis (+), sekret cair
kekuningan.
- Telinga kiri dalam batas normal.
HIDUNG
Rhinoskopi Anterior
Dextra Sinistra
21
Bentuk Normal, tidak ada
deformitas
Normal, tidak ada
deformitas
Daerah sinus frontalis dan
maxillaries
Nyeri tekan (-),nyeri ketuk
(-), deformitas (-)
Nyeri tekan (-), nyeri
ketuk(-), deformitas (-)
Vestibulum Tampak bulu hidung,
laserasi (-), sekret (-),
furunkel (-), krusta (-)
Tampak bulu hidung,
laserasi (-), sekret (-),
furunkel (-), krusta (-)
Cavum nasi Lapang, sekret (-) Lapang, sekret (-)
Konka inferior Hiperemis (-), hipertrofi
(-), livide (-)
Hiperemis (-), hipertrofi
(-), livide (-)
Meatus nasi inferior Terbuka, sekret (-) Terbuka, sekret (-)
Konka medius Hiperemis (-), hipertrofi
(-)
Hiperemis (-), hipertrofi
(-)
Meatus nasi medius Terbuka, sekret (-) Terbuka, sekret (-)
Septum nasi Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi
Rhinoskopi Posterior
Tidak dilakukan karena pasien tidak kooperatif
Koana : -
Septum nasi : -
Muara tuba eustachius : -
Torus tubarius : -
Konka inferior dan media : -
Dinding posterior : -
PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI
Sinus frontalis kanan, kiri : tidak dilakukan
22
Sinus maxilaris kanan, kiri : tidak dilakukan
TENGGOROK
Faring
Dinding pharynx : merah muda, hiperemis (-), granular (-)
Arkus pharynx : simetris, hiperemis (-), edema (-)
Tonsil :
- Ukuran T1/T1 tenang
- Hiperemis -/-
- Kripta melebar -/-
- Detritus -/-
- Perlengketan -/-
Uvula : letak di tengah, hiperemis (-)
Gigi : gigi geligi lengkap, caries (-)
Lain-lain : post nasal drip (-)
Laring
Tidak dilakukan karena pasien tidak kooperatif
Epiglotis : -
Plika aryepiglotis : -
Arytenoid : -
Ventrikular band : -
Pita suara asli : -
Rima glotis : -
Cincin trakea : -
Sinus piriformis : -
Kelenjar limfe submandibula dan servical
Pada inspeksi dan palpasi tidak ada pembesaran
Resume
Dari anamnesa didapatkan Ny, T datang dengan keluhan nyeri pada telinga
kanan sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit yang disertai dengan perasaan tidak
23
enak dan penuh di telinga yang sama. Selain itu pasien merasakan nyeri jika bagian
depan telinga kanan ditekan yang disertai dengan nyeri pada saat mengunyah. Pada
telinga kiri tidak ada keluhan.Pada awalnya pasien merasa gatal di telinga kanan
namun saat pemeriksaan sudah tidak lagi. Pasien mengaku keluhan timbul setelah
mengorek-ngorek telinganya dengan cotton bud bila terasa gatal. Keluhan lain seperti
demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan nyeri kepala, pendengaran berkurang,
mendengar dengung disangkal. Pasien mengaku belum berobat ke klinik manapun
dan belum minum obat apapun untuk menghilangkan keluhan. Pasien tidak
mempunyai riwayat trauma pada kepala atau telinga, alergi debu, alergi
makanan,alergi obat dan riwayat kencing manis.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan telinga kanan nyeri tekan tragus (+), nyeri
tarik auricula (+), meatus acusticus eksternus sempit, edema (+), hiperemis (+), sekret
yang cair dan berwarna kekuningan, sedangkan telinga kiri tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan hidung dan tenggorok (faring dan laring) juga tidak ditemukan adanya
kelainan.
Working diagnosis
Otitis eksterna difusa aurikula dextra
Dasar yang mendukung :
Anamnesis :
Rasa nyeri, penuh, tidak enak di telinga kanan
Nyeri pada waktu mengunyah
Rasa gatal yang terjadi mendahului nyeri telinga
Pasien sering membersihkan telinga dengan cotton bud bila dirasa gatal
Pemeriksaan fisik :
- Telinga kanan nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+), MAE sempit,
hiperemis (+), edema (+)
- Pendengaran normal
Differential diagnosis
1. Otitis eksterna sirkumskripta
24
Dasar yang mendukung :
Nyeri yang hebat pada telinga
Nyeri apabila telinga tersentuh
Nyeri pada saat mengunyah
Edema pada MAE
Dasar yang tidak mendukung :
Terdapat furunkel
Tidak adanya sekret
2. Otomikosis
Dasar yang mendukung :
Gatal pada telinga
Rasa penuh pada telinga
Nyeri pada telinga
Terdapat sekret pada telinga
Dasar yang tidak mendukung :
Ditemukan adanya debris jamur berwana putih, hitam atau abu-abu
Pada orang dengan immuno compromise
3.Otitits eksterna maligna
Dasar yang mendukung :
Rasa gatal di liang telinga
Nyeri hebat pada telinga
Keliar cairan dari telinga
MAE edema
Dasar yang tidak mendukung :
Biasanya di derita oleh orang dengan penderita diabtese melitus
Sekret yang keluar banyak
MAE tertutup oleh jaringan granulasi yang tumbuh subur
25
Penatalaksanaan
Medika mentosa
1. Bersihkan liang telingan dengan H2O2 3%
2. Antibiotik topikal
3. Analgetik
4. Antibiotik sistemik
Non medika mentosa
Pasien diberitahu bahwa pasien mengalami infeksi pada liang telinga.
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang
mungkin terjadi pada pasien.
pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering.
Pasien diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga dengan
cotton bud terlalu sering.
Prognosis
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam
PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus ini diagnosis otitis eksterna diffusa dekstra ditegakkan berdasarkan
anamnesis gejala klinis dan pemeriksaan fisik pasien. Dari anamnesis di dapatkan
bahwa pasien mengeluh telinga kanan terasa nyeri dan penuh yang dirasakan sejak 2
hari yang lalu, dimana sebelumnya pasien memiliki kebiasaan mengkorek-korek
telinga karena telinga terasa gatal dan berair. Hal ini yang kemungkinan dapat
menyebabkan trauma ringan sehingga terjadi perubahan pada kulit liang telinga yang
26
memudahkan terjadinya infeksi kuman. Pasien juga mengeluhkan sensasi gatal pada
liang telinga. Hal ini sesuai dengan gejala otitis ekterna diffusa yaitu nyeri tekan
tragus, nyeri pada penarikan daun telinga, nyeri pada saat mengunyah,liang telinga
terasa penuh, terdapat secret yang berbau dan gatal.
Pada pemeriksaan fisik telinga kanan pasien didapatkan adanya gejala klinis
otitis eksterna diffusa berupa nyeri tekan tragus selain itu terdapat peradangan pada
meatus akustikus telinga kanan yaitu terdapat edema, hiperemi, secret yang berwarna
cair kekuningan, dan liang telinga sangat sempit.
Pada otitis eksterna, pengobatannya amat sederhana tetapi membutuhkan
kepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. Pembersihan
liang telinga dengan mengorek-ngorek telinga dengan benda asing seperti cotton bud
tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan trauma atau iritasi. Penatalaksanaannya
dapat diberikan obat tetes telinga yang mengandung neomisin, polimiksin B dan
korikosteroid juga dapat menjadi pilihan. Kadang- kadang diperlukan obat antibiotik
sistematik.
KESIMPULAN
Otitis eksterna merupakan peradangan liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah radang
telinga luar ialah perubahan pH di liang telinga menjadi basa, keadaan udara yang
lembab dan hangat, serta faktor predisposisi yaitu trauma ringan ketika mengorek
telinga.
27
Otitis ekterna difusa mengenai kulit liang telinga bagian dua pertiga dalam.
Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasannya. Bakteri
penyebabnya yang tersering adalah Pseudomonas.
Gejala otitis eksterna difusa adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit,
kadang kelenjar getah bening regional dapat membesar, dan tedapat nyeri tekan.
Pengobatannya degan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang
mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik dengan
kulit yang meradang. Kadang diperlukan pula obat antibiotika sistemik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adnan. Perkembangan Telinga. 2008. Available at:
http://www.scribd.com/doc/33877494/ perkembangan - telinga . Diunduh pada
tanggal 13 Oktober 2015.
28
2. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: FK UI. 2008.
3. Enriquez A, et al. Basic Otolaryngology. Manila: Department of
Otorhinolaryngology UP - PGH. 1993.
4. Abdullah F. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring Dengan
Salep Ichtyol (Ichtammol) Pada Otitis Eksterna Akut. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6423/1/tht-farhan.pdf.
Diunduh pada tanggal 13 Oktober 2015.
5. Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:
EGC.1997.
6. Lee K.J, Essential otolaryngology: head and neck surgery. Stamford: Appleton
& Lange. 1995.
7. Becker W, Naumann H, Pfaltz C. Ear, Nose, and Throat, A Pocket Reference.
Second, revised edition. New York: Thieme. 1994.
8. Stöppler M. Swimmer’s Ear Infection. Available at:
http://www.medicinenet.com/otitis_externa/article.htm. Diunduh pada tanggal
13 Oktober 2015.
29
top related