case tht

43
Kata Pengantar Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan penyertaannya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis berjudul “Otitis Ekterna Difusa” ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu THT di Rumah Sakit Tarakan. Dalam pembuatan karya tulis ini, saya mengambil referensi dari literature text books dan jaringan internet. Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing saya, dr.Wiendyati Sp.THT-KL yang telah memberikan bimbingannya dalam proses penyelesaian karya tulis ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moral maupun dalam mencari referensi yang lebih baik. Saya juga mengucapkan rasa terimakasih yang mendalam kepada kedua orangtua saya atas bantuan, dukungan baik secara moral maupun materil, dan kasihnya. Penulis sadar bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun dalam perbaikan laporan kasus ini. 1

Upload: debby-mariane

Post on 31-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

otitis eksterna

TRANSCRIPT

Page 1: Case Tht

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

penyertaannya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis berjudul

“Otitis Ekterna Difusa” ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat kelulusan

dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu THT di Rumah Sakit Tarakan. Dalam pembuatan

karya tulis ini, saya mengambil referensi dari literature text books dan jaringan

internet.

Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing

saya, dr.Wiendyati Sp.THT-KL yang telah memberikan bimbingannya dalam proses

penyelesaian karya tulis ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moral

maupun dalam mencari referensi yang lebih baik.

Saya juga mengucapkan rasa terimakasih yang mendalam kepada kedua

orangtua saya atas bantuan, dukungan baik secara moral maupun materil, dan

kasihnya.

Penulis sadar bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih terdapat banyak

kekurangan, untuk itu penulis menghimbau agar para pembaca dapat memberikan

saran dan kritik yang membangun dalam perbaikan laporan kasus ini.

Penulis berharap agar referat ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan

ilmu pengetahuan bagi pihak yang memerlukan khususnya bagi Penulis sendiri.

Jakarta, Oktober 2015

Penulis

1

Page 2: Case Tht

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I

PENDAHULUAN.................................................................................................... 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 4

Anatomi telinga......................................................................................................... 4

Fisiologi pendengaran................................................................................................10

Otitis eksterna difus................................................................................................... 11

Epidemiologi..............................................................................................................11

Etiologi...................................................................................................................... 12

Patofisiologi............................................................................................................... 13

Gejala klinis............................................................................................................... 14

Pemeriksaan fisik.......................................................................................................15

Diagnosis Banding.....................................................................................................16

Penatalaksanaan......................................................................................................... 17

Komplikasi.................................................................................................................18

Prognosis....................................................................................................................18

BAB III

LAPORAN KASUS................................................................................................. 19

PEMBAHASAN KASUS ........................................................................................27

KESIMPULAN ....................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 29

2

Page 3: Case Tht

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan

oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab

timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local

dan alergi. 2,3

Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang

dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh

liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap

pembentukan lokal otitis eksterna. 4

Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan

jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Otitis eksterna akut difusa adalah penyakit

yang terutama timbul pada musim panas dan merupakan bentuk otitis eksterna yang

paling umum. Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi

menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi

pertumbuhan bakteri.

Adapun tujuan dari laporan kasus ini sendiri adalah untuk mempermudah

menegakkan diagnosis otitis eksterna, serta dapat memahami apa saja

penatalaksanaan, patogenesis serta pencegahan juga prognosis dari penyakit ini.

3

Page 4: Case Tht

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.ANATOMI TELINGA

Gambar 1. Anatomi telinga

1.1 Telinga luar

Telinga luar atau pinna atau yang biasa disebut dengan aurikula atau

daun telinga merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit.

Bentuk tulang rawan ini unik dan harus selalu diusahakan untuk

mempertahankan bamngunan ini pada saat terjadi trauma. Kulit pada tulang

rawan dapat terlepas dari tulang rawan dibawahnya oleh hematom atau pus

dan rawan yang nekrosis dapat menimbulkan deformitas kosmetik pada

pinna.2

Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun

bertulang di sebelah medial. Seringkali dapat terjadi penyempitan pada liang

telinga di perbatasan tulang dan tulang rawan. Sendi temporomandibularis dan

kelenjar paortis terletak di depan terhadap liang telinga sementara prosesus

mastoideus terletak di belakangnya. Saraf fasialis meninggalkan foramen

4

Page 5: Case Tht

stilomastoideus dan berjalan ke lateral menuju prosesus stiloideus di

posteroinferior liang telinga dan kemudian berjalan di bawah liang telinga

untuk memasuki kelenjar parotis. Rawan liang telinga merupakan salah satu

patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari saraf fasialis.2

1.1.1 Kulit liang telinga

Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar

serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.

Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.

Meatus acusticus externus dilapisi oleh kulit yang terikat erat pada tulang

rawan dan tulang yang mendasarinya karena tidak adanya jaringan subkutan di

area tersebut. Dengan demikian daerah ini menjadi sangat peka. 3

Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama dengan

lapisan kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel skuamosa. Kulit

liang telinga merupakan lanjutan kulit daun telinga dan kedalam meluas

menjadi lapisan luar membran timpani.

Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan

dari pada bagian tulang. Liang telinga tulang rawan terdiri dari lapisan

epidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan merekat dengan

perikondrium. Epidermis dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya

terdiri dari empat lapis yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan

tanduk.

Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih tipis,

tidak mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa lapisan

subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar dari membran timpani dan menutupi

sutura antara tulang timpani.

Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah otot

intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis superior

dan m. aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun telinga

dengan tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat rudimenter,

tetapi pada beberapa orang tertentu ada yang masih mempunyai kemampuan

untuk menggerakan daun telinganya keatas dan kebawah dengan menggerakan

5

Page 6: Case Tht

otot-otot ini. Otot intrinsik terdiri dari m. helisis mayor, m. helisis minor, m.

tragikus, m.antitragus, m. obligus aurkularis, dan m.transpersus aurikularis.

Otot-otot ini berhubungan bagian-bagian daun telinga.

1.1.2 Perdarahan

Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang

temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.

Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh

cabang aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang dari

arteri auricular posterior mendarahi permukaan posterior telinga. Banyak

dijumpai anastomosis diantara cabang-cabang dari arteri ini. Pendarahan

kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan permukaan luar membrana

timpani adalah oleh cabang aurikular dalam arteri maksilaris interna.

Vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian dalam umumnya

bermuara kevena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi, beberapa

vena telinga mengalir kedalam vena temporalis superficial dan vena

aurikularis posterior.

1.1.3 Persarafan

Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-

saraf kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga

saraf trigeminus (N.V) mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga,

dinding anterior dan superior liang telinga dan segmen depan membrana

timpani.Permukaan posteromedial daun telinga dan lobulus dipersarafin oleh

pleksus servikal nervus aurikularis mayor. Cabang aurikularis dari nervus

fasialis (N.VII), nervus glossofaringeus (N.IX) dan nervus vagus (N.X)

menyebar ke daerah konka dan cabang-cabang saraf ini menyarafi dinding

posterior dan inferior liang telinga dan segmen posterior dan inferior

membrana timpani. 3

1.2 Membran timpani

Membran timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk

kerucut dengan puncaknya, umbo mengarah ke medial. Membran timpani umumnya

6

Page 7: Case Tht

bulat. Membran timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar, lapisan

fibrose di bagian tengah di mana tangkai maleus dilekatkan dan lapisan mukosa

bagian membran timpani yang disebut membrana Shrapnell menjadi lemas atau

flaksid.

1.3 Telinga tengah

Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak

dengan enam sisi. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior

sehingga kotak tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas

ke laterlah kea rah umbo dari membrana timpani sehingga kotak tersebut lebih

sempit pada bagian tengah.

Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fosa kranii media.

Pada bagian atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum tulang mastoid dan di

bawahnya adalah saraf fasialis. Otot menuju ke leher stapes. Saraf korda timpani

timbul dari saraf fasialis di bawah stapedius dan berjalan ke lateral depan menuju

inkus tetapi di medial maleus, untuk keluar dari telinga tengah lewat sutura

petrotimapnika. Korda timpani kemudian bergabung dengan saraf lingualis dan

menghantarkan serabut-serabut sekretomotroik ke ganglion submandibularis dan

serbaut-serabut pengecap dari dua pertiga anterior lidah.

Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang di sebelah superolateral

menjadi sinus sigmoideus dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus.

Keduanya adalah aliran vena utama rongga tengkorak. Cabang aurikularis saraf

vagus masuk ke telinga tengah dari dasarnya. Bagian bawah dinding anterior

adalah kanalis karotikus. Di atas kanalis ini, muara tuba eustachius dan otot tensor

timpani yang menempati daerah superior tuba kemudian membalik, melingkari

prosesus kokleariformis dan berinsersi pada leher maleus.

Dinding lateral dari telinga tengah adalah dinding tulang epitimpanum di

bagian atas membrana timpani dan dinding tulang hipotimpanium di bagian bawah.

Bangunan yang paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium ini.

Fenestra rotundum terletak pada batas posterosuperior promontorium. Kanalis

falopii bertulang yang dilalu saraf fasialis terletak di atas fenestra ovalis mulai dari

prosesus kokleaformis di anterior hingga pirmadi stapedius di posterior.

7

Page 8: Case Tht

Rongga mastoid berbentuk seperti pyramid bersisi tiga dengan puncak

mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial

adalah dinding lateral fosa kranii posterior.sinus sigmoideus terletak di bawah

duramater pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad

antrum. Tonjolan kanalis semisirukularis lateralis menonjol ke dalam ada antrum.

Di bawah kedua patokan ini berjalan saraf fasialis dalam kanalis tulangnya untuk

keluar dari tulang temporal melalui foramen stilomastoideus diujung anterior

Krista yang dibentuk oleh insersio otot digastrikus. Dinding lateral mastoid adalah

tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi di posterior aurikula.

Tuba eustachius

Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.

Bagian lateral tuba eustachius adalah yang bertulang sementara dupertiga bagian

medial adalah bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak di sebelah

atas bagian bertulang sementara kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya.

Bagian bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke

nasofaring di atas otot konstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup tapi dapat

terbuka oleh kontraksi otot tensor palatina dan levator palatina yang masing-

masing dipersarafi pleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba eustachius

berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran

timpani.

1.4 Telinga Dalam

Gambar 2. Anatomi telinga dalam

8

Page 9: Case Tht

Bentuk telinga sedemikian kompleknya sehingga disebut sebagai

labirin. Derivat osikel vesika membentuk suatu rongga tertutup yaitu labirin

membran yang berisi endolimfe, satu-satunya cairan ektraseluler dalam tubuh

yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran dikelilingi oleh

cairan perilimfe yang tinggi natrium dan rendah kalium yang terdapat dalam

kapsula otika bertulang. Labirin tulang dan membran memiliki bagian

vestibular dan bagian koklear. Bagian vesitbularis berhubungan dengan

keseimbangan, sementara bagian koklearis merupakan organ pendengaran

kita.

Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu setengah

putaran. Rongga koklea bertulang dibagi menjadi tiga bagian oleh duktus

koklearis yang berisi endolimfe. Bagian atas adalah skala vestibuli dan berisi

perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh membrana Reissner yang

tipis. Bagian bawah adalah skala timpani yang juga mengandung perilimfe dan

dipisahkan dari duktus koklearis oleh lamina sprialis oseus dan membrana

basilaris. Perilimfe pada kedua skala berhubungan pada apeks koklea spiralis

tepat setelah ujung buntu duktus koklearis melalui suatu celah yang dikenal

sebagai helikotrema. Membrana basilaris sempit pada basisinya dan melebar

pada apeks untuk nada rendah.

Terletak dari membran basilaris dari basis ke apeks adalah organ corti

yang mengandung organel penting untuk mekanisme saraf perifer

pendengaran. Organ corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam dan tiga baris

sel rambut luar. Sel-sel ini menggantung lubang-lubang lengan horizontal dari

suatu jungkat-jungkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf

aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan

sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung di

atasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular, dikenal sebagai

membrana tektoria. Membrana tektoria disekreksi dan diskong oleh suatu

panggung yang terletak di medial disebut sebagai limbus.

Bagian vestibulum telinga dalam macula yang diliputi oleh sel-sel

rambut. Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang

ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung

9

Page 10: Case Tht

kalsium dan dengan berat jenis yang lebih besar daripada endolimfe. Karena

pengaruh gravitasi, maka gaya dari otolit akan membengkokan silia sel rambut

dan menimbulkan rangsan pada reseptor.

Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit

yang juga merupakan saluran menuju saklus endolimfatikus. Macula utrikulus

terletak pada bidang yang tegak lurus terhadap macula sakulus. Ketiga kanalis

semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis mempunyai

suatu ujung yang melebar membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut

Krista. Sel-sel rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Gerakan

endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang

selanjutnya akan membengkokkan silia sel-sel rambut Krista dan merangsang

sel reseptor.

2. Fisiologi pendengaran

Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh

daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau

tulang koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke

telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan

mengamplikasikan melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian

perbandingan luas membran timpani dan daya tingkap lonjong. Energi getar

yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan

tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran ini

diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong edolimfa, sehingga

akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran

tektoria. Proses ini proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan

menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion

terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan lisrik dari badan sel. Keadaan ini

menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga neurotransmitter ke

dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius,

lalu dilanjutkan ke nucleus auditoris sampai ke korteks pendengaran (area 39-

40) di lobus temporalis. 2,5

10

Page 11: Case Tht

Gambar 3. Fisiologi pendengaran

3. Otitis eksterna difus

Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau

telinga cuaca panas ( hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga

akibat infeksi bakteri yang menyebabkan pembengkakan stratum korneum kulit

sehingga menyumbat saluran folikel. Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena

berenang atau mandi menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi

yang cocok bagi pertumbuhan bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa

gatal di liang telinga sehingga menambah kemungkinan trauma karena garukan 2

4. Epidemiologi

Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d Desember

2000 di Poliklinik THT RS H. Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru

dimana, dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna, 282 kasus (2,62%) otitis eksterna

difusa dan 585 kasus (5,44%) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering

diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim

sejuk dan kering. Penelitian yang dilakukan di RS Sumber Waras Jakarta mulai 1

Januari 1980 sampai dengan 30 Desember 1980 mendapatkan 1.370 penderita baru

dengan diagnosis otitis eksterna yang terdiri dari 633 pria dan 737 wanita. 4

11

Page 12: Case Tht

5. Etiologi

Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis eksterna

difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocaneus) dan

staphylococci. Yang lebih jarang ditemukan adalah bakteri streptococci dan Proteus

vulgaris. Selain itu, jamur dapat terlibat dalam infeksi pada telinga luar, yaitu jamur

Candida albicans dan Aspergillus niger. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi

sekunder pada otitis media supuratif kronis. 3,6

Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu : 2,4,7

Derajat keasaman (pH)

pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi

sebagai protektor terhadap kuman. Peningkatan pH menjadi basa (di atas

6.0) akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh

karena proteksi terhadap infeksi menurun.

Udara

Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur

mudah tumbuh.

Trauma

Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda

tumpul seperti cotton bud merupakan faktor predisposisi terjadinya

otitis eksterna.

Berenang

Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang

menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang

sering dari bakteri

Melihat bentuk infeksi di liang telinga, penyakit dibagi atas:

Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul).

Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel

rambut di liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan

menimbulkan furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada

seseorang yang menderita diabetes.

Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit

(biasanya dari ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri

12

Page 13: Case Tht

makin hebat bila mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila

furunkel menutup liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ditarik atau

ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau abses pada 1/3 luar liang telinga.

Otitis eksterna difus

Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat

infeksi bakteri. Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta

Kadang-kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak bercampur

lendir. Lendir (musin) merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani

dan kita temukan pada kasus otitis media.

6. Patofisiologi

Saluran telinga dapat membersihkan dirinya sendiri dengan cara

membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga.

Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud bisa mengganggu

mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke

arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana. 3

Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan

penimbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau

berenang. Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau

mandi menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang

cocok bagi pertumbuhan bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa

gatal di liang telinga sehingga menambah kemungkinan trauma karena

garukan. 3,4

13

Page 14: Case Tht

Gambar 4. Patofisiologi terjadinya otitis eksterna difusa

7. Gejala klinis

Gejala klinis yang terjadi pada pasien dengan otitis eksterna difusa antara lain: 4,6

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap

awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan

nyeri tekan daun telinga.

Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan

pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada

kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak

merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis

eksterna kronik merupakan keluhan utama.

Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa

rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti

terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit

sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan

gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding

dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa

kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan

perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang

mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagipula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar

liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga

gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan

14

Page 15: Case Tht

tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat

dirasakan oleh penderita otitis eksterna. Nyeri terutama ketika daun telinga

ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah makanan. Rasa gatal dan

nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen

tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya

akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis

eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen,

penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering

menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin

yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan

ke dalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman

hantaran suara.

8. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien biasanya menunjukkan: 

Kulit MAE edema dan hiperemis merata sampai ke membran timpani dengan

sekret pada MAE. Jika terjadi edema MAE yang hebat, membran timpani dapat

tidak tampak.

Nyeri tekan tragus (+)

Nyeri tarik auricula (+)

Adenopati regional yang nyeri tekan 7

Secara klinik otitis eksterna terbagi : 7

a. Otitis Eksterna Ringan :

Kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit

b. Otitis Eksterna Sedang :

Liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif

c. Otitis Eksterna Komplikasi :

Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak

d. Otitis Eksterna Kronik :

Kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif

15

Page 16: Case Tht

Otitis eksterna akut berlangsung kurang dari 4 minggu atau terjadi

kurang dari 4 kali dalam setahun, sedangkan otitis eksterna kronis berlangsung

selama lebih dari 4 minggu atau terjadi lebih dari 4 kali dalam satu tahun.

Pada penderita DM atau pasien dengan immunocompromised, otitis eksterna

dapat berkembang menjadi tipe maligna.8

9. Diagnosis banding

9.1 Otitis ekstrena sirkumskrpta

Otitis ekterna sirkumsrikpta adalah peradangan pada folkel rambut pada sepetiga

bagian luar MAE yang memiliki tipe furunkel. Penyakit ini dapat terjadi akibat

adanya pertumbuhan dari Staphylococcus aureus maupun S. albus yang ada pada

liang telinga. Gejala klinis yang terjadi pada otitis jenis ini mirip dengan otitis media

difusa yaitu adanya rasa gatal, nyeri yang hebat pada telinga bila tersentuh, nyeri pada

saat membuka mulut, nyeri yang tidak sesuai dengan besarnya furunkel, terdapat

gangguan pengdearan berupa tuli konduktif. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

adanya edema pada MAE yang disertai dengan adanya furnukel. Penatalaksanaan

yang dilakukan adalah dengan melakukan aspriasi steril pada abses untuk

mengeluarkan nanah, pemberian antibiotik topical, analgetik dan obat penenang.

9.2 Otomikosis

Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga. Jamur yang menginfeksi adalah

jamur Pityosporum dan Aspergillus. Hal yang memicu tumbuhnya jamur adalah

keadaan dengan kelembaban yang tinggi. Gejala klinis yang terjadi ada otomikosis

adalah rasa gatal dan rasa penuh pada liang telinga, kadang tidak terdapat keluhan.

Pada hasil pemeriksaan fisik dengan menggunakan otoskop sering ditemukan adanya

debris jamur berwarna putih, hitam atau keabu-abuan. Penyakit ini sering diderita

pada orang-orang dengan imunitas yang rendah dan pada pengobatan dengan

antibiotik yang tidak berhasil. Penatalaksanaan yang diberikan adalah dengan

membersihkan liang telinga dengan larutan asam asetat 2-5% di dalam alcohol yang

diteteskan ke dalam liang telinga ditambahkan dengan penggunaan obat anti jamur

topikal.

9.3 Otitis eksterna maligna

16

Page 17: Case Tht

Otitis eksterna maligna merupakan bentuk flegmon yang didapat pada orang tua

dengan diabetes melitus. Infeksinya disebarkan oleh Pseudomonas Aeruginosa yang

dapat menimbulkan komolikasi terjainya nekrosis tulang dan jaringan sampai dengan

tulang petrosa. Gejala klinis yang terjadi adalah rasa gatal di liang telinga, nyeri yang

hebat dan keluar cairan dari telinga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan MAE edema,

terdapat sekret yang banyak dan tertutupnya MAE oleh jaringan granulasi yang

tumbuh dengan subur. Jika penyakit ini mengenai saraf maka akan timbul paresis.

Tatalaksan yang digunakan untuk penyakit ini adalah antibiotik dosis tinggi untuk

pseudomonas ditambah dengan gentamisisn, eksisi jaringan nekrosis, debridement

secara radikal.

10. Penatalaksanaan

Otitis ekseterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat

menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Untuk tujuan ini biasanya perlu

disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga mengandung obat agar

mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa disisipkan perlahan-

lahan dengan menggunakan forsep hartmann yang kecil. Penderita harus meneteskan

obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari. Dalam 48 jam

tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen sudah bertambah besar.

Polimiksin B dan colistemethate merupakan antibiotic yang paling efektif

terhadap pseudomonas dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik seperti glikol

propilen yang telah diasamkanbahan kimia lain, seperti gentian violet 2% dan perak

nitrat 5% bersifat bakterisid dan bisa diberikan langsung ke kulit liang telinga.

Setelah reaksi peradangan berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat

liang telinga bersih dan kering.

Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin

terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya pasien harus

menjaga agar telinganya selalu kering, menggunakan alcohol encer secara rutin tiga

kali seminggu. Juga harus diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga

dengan cotton bud terlalu sering 2.

11. Komplikasi

17

Page 18: Case Tht

- Perikondritis

- Selulitis

- Dermatitis aurikularis 4

12. Prognosis

Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh

dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna dapat

dengan mudah diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis yang

mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak

memiliki komplikasi jangka panjang atau serius. 8

BAB III

18

Page 19: Case Tht

LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. T

Umur : 50 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jalan Bidara II

2. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 13 Oktober 2015

pukul 10.00 WIB

Keluhan Utama :

Nyeri pada telinga kanan

Keluhan Tambahan :

Telinga kanan terasa tidak enak dan penuh

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poli THT RSUD Tarakan dengan keluhan nyeri pada telinga

kanan sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh rasa

tidak enak dan penuh di telinga yang sama. Selain itu pasien merasakan nyeri

jika bagian depan telinga kanan ditekan yang disertai dengan nyeri pada saat

mengunyah. Pada telinga kiri tidak ada keluhan.

Pada awalnya pasien merasa gatal di telinga kanan namun saat

pemeriksaan sudah tidak lagi. Pasien mengaku keluhan timbul setelah

mengorek-ngorek telinganya dengan cotton bud bila terasa gatal.

Keluhan lain seperti demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan nyeri

kepala, pendengaran berkurang, mendengar dengung disangkal. Pasien

19

Page 20: Case Tht

mengaku belum berobat ke klinik manapun dan belum minum obat apapun

untuk menghilangkan keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak mempunyai riwayat trauma pada kepala atau telinga, alergi debu,

alergi makanan,alergi obat dan riwayat kencing manis, riwayat hipertensi,

asma.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang pernah memiliki keluhan yang sama.

3. Pemeriksaan Fisik

TELINGA

Dextra Sinistra

Bentuk daun telinga Normotia Normotia

Kelainan kongenital mikrotia (-), makrotia (-), atresia

(-), fistula (-), kelainan bentuk (-),

bat’s ear (-), stenosis canalis (-),

loop’s ear (-), mozart ear (-),

cyptotia (-), question mark ear (-),

satyr ear (-)

mikrotia (-), makrotia (-), atresia

(-), fistula (-), kelainan bentuk (-),

bat’s ear (-), stenosis canalis (-),

loop’s ear (-), mozart ear (-),

cyptotia (-), question mark ear (-),

satyr ear (-)

Radang, tumor Nyeri (-), massa (-), hiperemis (-),

sekret (-), edema (-)

Nyeri (-), massa (-), hiperemis (-),

sekret (-), edema (-)

Nyeri tekan tragus Nyeri (+) Nyeri (-)

Penarikan daun telinga Nyeri (+) Nyeri (-)

Kelainan pre-, infra,

retroaurikulermassa (-), hiperemis (-), oedem(-)

nyeri (-), fistula (-),ulkus (-),

ekimosis (-), hematoma (-),

sikatrik (-)

massa (-), hiperemis (-), oedem(-)

nyeri (-), fistula (-),ulkus (-),

ekimosis (-), hematoma (-),

sikatrik (-)

20

Page 21: Case Tht

Region mastoid Massa (-), hiperemis (-),oedem (-)

nyeri (-)

Massa (-), hiperemis (-),oedem (-)

nyeri (-)

Liang telinga Sempit , furunkel (-), serumen

(-), oedem (+), sekret (+) cair

kekuningan, darah (-),

hiperemis (+)

Lapang, furunkel (-), jar.

Granulasi (-), serumen (-), oedem

(-), sekret (-), darah (-), hiperemis

(-)

Membrane timpani MT intak, hiperemis (-), edema (-), refleks cahaya (+) jam 5

MT intak, hiperemis (-), edema (-), refleks cahaya (+) jam 7

Tes Penala

Dextra Sinistra

Rinne + +

Weber Tidak ada lateralisasi

Swabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

Kesan :

- Telinga kanan nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+), meatus

acusticus eksternus sempit, edema (+), hiperemis (+), sekret cair

kekuningan.

- Telinga kiri dalam batas normal.

HIDUNG

Rhinoskopi Anterior

Dextra Sinistra

21

Page 22: Case Tht

Bentuk Normal, tidak ada

deformitas

Normal, tidak ada

deformitas

Daerah sinus frontalis dan

maxillaries

Nyeri tekan (-),nyeri ketuk

(-), deformitas (-)

Nyeri tekan (-), nyeri

ketuk(-), deformitas (-)

Vestibulum Tampak bulu hidung,

laserasi (-), sekret (-),

furunkel (-), krusta (-)

Tampak bulu hidung,

laserasi (-), sekret (-),

furunkel (-), krusta (-)

Cavum nasi Lapang, sekret (-) Lapang, sekret (-)

Konka inferior Hiperemis (-), hipertrofi

(-), livide (-)

Hiperemis (-), hipertrofi

(-), livide (-)

Meatus nasi inferior Terbuka, sekret (-) Terbuka, sekret (-)

Konka medius Hiperemis (-), hipertrofi

(-)

Hiperemis (-), hipertrofi

(-)

Meatus nasi medius Terbuka, sekret (-) Terbuka, sekret (-)

Septum nasi Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi

Rhinoskopi Posterior

Tidak dilakukan karena pasien tidak kooperatif

Koana : -

Septum nasi : -

Muara tuba eustachius : -

Torus tubarius : -

Konka inferior dan media : -

Dinding posterior : -

PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI

Sinus frontalis kanan, kiri : tidak dilakukan

22

Page 23: Case Tht

Sinus maxilaris kanan, kiri : tidak dilakukan

TENGGOROK

Faring

Dinding pharynx : merah muda, hiperemis (-), granular (-)

Arkus pharynx : simetris, hiperemis (-), edema (-)

Tonsil :

- Ukuran T1/T1 tenang

- Hiperemis -/-

- Kripta melebar -/-

- Detritus -/-

- Perlengketan -/-

Uvula : letak di tengah, hiperemis (-)

Gigi : gigi geligi lengkap, caries (-)

Lain-lain : post nasal drip (-)

Laring

Tidak dilakukan karena pasien tidak kooperatif

Epiglotis : -

Plika aryepiglotis : -

Arytenoid : -

Ventrikular band : -

Pita suara asli : -

Rima glotis : -

Cincin trakea : -

Sinus piriformis : -

Kelenjar limfe submandibula dan servical

Pada inspeksi dan palpasi tidak ada pembesaran

Resume

Dari anamnesa didapatkan Ny, T datang dengan keluhan nyeri pada telinga

kanan sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit yang disertai dengan perasaan tidak

23

Page 24: Case Tht

enak dan penuh di telinga yang sama. Selain itu pasien merasakan nyeri jika bagian

depan telinga kanan ditekan yang disertai dengan nyeri pada saat mengunyah. Pada

telinga kiri tidak ada keluhan.Pada awalnya pasien merasa gatal di telinga kanan

namun saat pemeriksaan sudah tidak lagi. Pasien mengaku keluhan timbul setelah

mengorek-ngorek telinganya dengan cotton bud bila terasa gatal. Keluhan lain seperti

demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan nyeri kepala, pendengaran berkurang,

mendengar dengung disangkal. Pasien mengaku belum berobat ke klinik manapun

dan belum minum obat apapun untuk menghilangkan keluhan. Pasien tidak

mempunyai riwayat trauma pada kepala atau telinga, alergi debu, alergi

makanan,alergi obat dan riwayat kencing manis.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan telinga kanan nyeri tekan tragus (+), nyeri

tarik auricula (+), meatus acusticus eksternus sempit, edema (+), hiperemis (+), sekret

yang cair dan berwarna kekuningan, sedangkan telinga kiri tidak ditemukan kelainan.

Pemeriksaan hidung dan tenggorok (faring dan laring) juga tidak ditemukan adanya

kelainan.

Working diagnosis

Otitis eksterna difusa aurikula dextra

Dasar yang mendukung :

Anamnesis :

Rasa nyeri, penuh, tidak enak di telinga kanan

Nyeri pada waktu mengunyah

Rasa gatal yang terjadi mendahului nyeri telinga

Pasien sering membersihkan telinga dengan cotton bud bila dirasa gatal

Pemeriksaan fisik :

- Telinga kanan nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+), MAE sempit,

hiperemis (+), edema (+)

- Pendengaran normal

Differential diagnosis

1. Otitis eksterna sirkumskripta

24

Page 25: Case Tht

Dasar yang mendukung :

Nyeri yang hebat pada telinga

Nyeri apabila telinga tersentuh

Nyeri pada saat mengunyah

Edema pada MAE

Dasar yang tidak mendukung :

Terdapat furunkel

Tidak adanya sekret

2. Otomikosis

Dasar yang mendukung :

Gatal pada telinga

Rasa penuh pada telinga

Nyeri pada telinga

Terdapat sekret pada telinga

Dasar yang tidak mendukung :

Ditemukan adanya debris jamur berwana putih, hitam atau abu-abu

Pada orang dengan immuno compromise

3.Otitits eksterna maligna

Dasar yang mendukung :

Rasa gatal di liang telinga

Nyeri hebat pada telinga

Keliar cairan dari telinga

MAE edema

Dasar yang tidak mendukung :

Biasanya di derita oleh orang dengan penderita diabtese melitus

Sekret yang keluar banyak

MAE tertutup oleh jaringan granulasi yang tumbuh subur

25

Page 26: Case Tht

Penatalaksanaan

Medika mentosa

1. Bersihkan liang telingan dengan H2O2 3%

2. Antibiotik topikal

3. Analgetik

4. Antibiotik sistemik

Non medika mentosa

Pasien diberitahu bahwa pasien mengalami infeksi pada liang telinga.

Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang

mungkin terjadi pada pasien.

pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering.

Pasien diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga dengan

cotton bud terlalu sering.

Prognosis

Ad Vitam : ad bonam

Ad Fungsionam : ad bonam

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus ini diagnosis otitis eksterna diffusa dekstra ditegakkan berdasarkan

anamnesis gejala klinis dan pemeriksaan fisik pasien. Dari anamnesis di dapatkan

bahwa pasien mengeluh telinga kanan terasa nyeri dan penuh yang dirasakan sejak 2

hari yang lalu, dimana sebelumnya pasien memiliki kebiasaan mengkorek-korek

telinga karena telinga terasa gatal dan berair. Hal ini yang kemungkinan dapat

menyebabkan trauma ringan sehingga terjadi perubahan pada kulit liang telinga yang

26

Page 27: Case Tht

memudahkan terjadinya infeksi kuman. Pasien juga mengeluhkan sensasi gatal pada

liang telinga. Hal ini sesuai dengan gejala otitis ekterna diffusa yaitu nyeri tekan

tragus, nyeri pada penarikan daun telinga, nyeri pada saat mengunyah,liang telinga

terasa penuh, terdapat secret yang berbau dan gatal.

Pada pemeriksaan fisik telinga kanan pasien didapatkan adanya gejala klinis

otitis eksterna diffusa berupa nyeri tekan tragus selain itu terdapat peradangan pada

meatus akustikus telinga kanan yaitu terdapat edema, hiperemi, secret yang berwarna

cair kekuningan, dan liang telinga sangat sempit.

Pada otitis eksterna, pengobatannya amat sederhana tetapi membutuhkan

kepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. Pembersihan

liang telinga dengan mengorek-ngorek telinga dengan benda asing seperti cotton bud

tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan trauma atau iritasi. Penatalaksanaannya

dapat diberikan obat tetes telinga yang mengandung neomisin, polimiksin B dan

korikosteroid juga dapat menjadi pilihan. Kadang- kadang diperlukan obat antibiotik

sistematik.

KESIMPULAN

Otitis eksterna merupakan peradangan liang telinga akut maupun kronis yang

disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah radang

telinga luar ialah perubahan pH di liang telinga menjadi basa, keadaan udara yang

lembab dan hangat, serta faktor predisposisi yaitu trauma ringan ketika mengorek

telinga.

27

Page 28: Case Tht

Otitis ekterna difusa mengenai kulit liang telinga bagian dua pertiga dalam.

Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasannya. Bakteri

penyebabnya yang tersering adalah Pseudomonas.

Gejala otitis eksterna difusa adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit,

kadang kelenjar getah bening regional dapat membesar, dan tedapat nyeri tekan.

Pengobatannya degan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang

mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik dengan

kulit yang meradang. Kadang diperlukan pula obat antibiotika sistemik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adnan. Perkembangan Telinga. 2008. Available at:

http://www.scribd.com/doc/33877494/ perkembangan - telinga . Diunduh pada

tanggal 13 Oktober 2015.

28

Page 29: Case Tht

2. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: FK UI. 2008.

3. Enriquez A, et al. Basic Otolaryngology. Manila: Department of

Otorhinolaryngology UP - PGH. 1993.

4. Abdullah F. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring Dengan

Salep Ichtyol (Ichtammol) Pada Otitis Eksterna Akut. Available at:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6423/1/tht-farhan.pdf.

Diunduh pada tanggal 13 Oktober 2015.

5. Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:

EGC.1997.

6. Lee K.J, Essential otolaryngology: head and neck surgery. Stamford: Appleton

& Lange. 1995.

7. Becker W, Naumann H, Pfaltz C. Ear, Nose, and Throat, A Pocket Reference.

Second, revised edition. New York: Thieme. 1994.

8. Stöppler M. Swimmer’s Ear Infection. Available at:

http://www.medicinenet.com/otitis_externa/article.htm. Diunduh pada tanggal

13 Oktober 2015.

29