cara pemberian obat.docx
Post on 26-Dec-2015
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Cara pemberian obat serta tujuan penggunaannya adalah sebagai berikut:
OralObat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut.Keuntungannya : relatif aman, praktis, ekonomis. Kerugiannya : timbul efek lambat; tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif; untuk obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya terbatas; obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung/ usus tidak bermanfaat (penisilin G, insulin); obat absorpsi tidak teratur.Untuk tujuan terapi serta efek sistematik yang dikehendaki,penggunaan oral adalah yang paling menyenangkan dan murah, serta umumnya paling aman. Hanya beberapa obat yang mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus. Pada keadaan pasien muntah-muntah,koma, atau dikehendaki onset yang cepat, penggunaan obat melalui oraltidak dapat dipakai. SublingualCara penggunaannya, obat ditaruh dibawah lidah. Tujuannya supaya efeknya lebih cepat karena pembuluh darah bawah lidah merupakan pusatsakit. Misal pada kasus pasien jantung. Keuntungan : cara ini efek obat cepat serta kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dindingusus dan hati dapat dihindari (tidak lewat vena porta). InhalasiPenggunaannya dengan cara disemprot (ke mulut). Misal obat asma.Keuntungannya yaitu : absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obatdapat dikontrol, terhindar dari efek lintas pertama, dapat diberikanlangsung pada bronkus. Kerugiannya yaitu : diperlukan alat dan metodakhusus, sukar mengatur dosis, sering mengiritasi epitel paru – sekresisaluran nafas, toksisitas pada jantung.Dalam inhalasi, obat dalam keadaan gas atau uap yang akandiabsorpsi sangat cepat melalui alveoli paru-paru dan membran mukosapada perjalanan pernafasan.d. RektalCara penggunaannya melalui dubur atau anus. Tujuannyamempercepat kerja obat serta sifatnya lokal dan sistemik. Obat oralsulit/tidak dapat dilakukan karena iritasi lambung, terurai di lambung,terjadi efek lintas pertama. Contoh, asetosal, parasetamol, indometasin,teofilin, barbiturat.e. Pervaginam
Bentuknya hampir sama dengan obat rektal, dimasukkan ke vagina,langsung ke pusat sasar. Misal untuk keputihan atau jamur.
ParentralDigunakan tanpa melalui mulut, atau dapat dikatakan obatdimasukkan de dalam tubuh selain saluran cerna. Tujuannya tanpa melaluisaluran pencernaan dan langsung ke pembuluh darah. Misal suntikan atauinsulin. Efeknya biar langsung sampai sasaran. Keuntungannya yaitu : dapat untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah, diare, yang sulitmenelan/pasien yang tidak kooperatif; dapat untuk obat yang mengiritasilambung; dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati;bekerja cepat dan dosis ekonomis. Kelemahannya yaitu : kurang aman,tidak disukai pasien, berbahaya (suntikan – infeksi).Istilah injeksi termasuk semua bentuk obat yang digunakan secaraparentral, termasuk infus. Injeksi dapat berupa larutan, suspensi, atauemulsi. Apabila obatnya tidak stabil dalam cairan, maka dibuat dalambentuk kering. Bila mau dipakai baru ditambah aqua steril untuk memperoleh larutan atau suspensi injeksi.g. Topikal/localObat yang sifatnya lokal. Misal tetes mata, tetes telinga, salep.h. SuntikanDiberikan bila obat tidak diabsorpsi di saluran cerna sertadibutuhkan kerja cepat.
Tabel Penggunaan Bentuk SediaanCara Pemberian Bentuk Sediaan UtamaOral Tablet, kapsul, larutan (sulotio), sirup, eliksir,suspensi, magma, jel,
bubuk Sublingual Tablet, trokhisi dan tablet hisapParentral Larutan, suspenseEpikutan/transdermal Salep, krim, pasta, plester, bubuk, erosol, latio,tempelan transdermal, cakram, larutan,
dan solutionKonjungtival SalepIntroakular/intraaural Larutan, suspenseIntranasal Larutan, semprot, inhalan, salepIntrarespiratori ErosolRektal Larutan, salep, supositoriaVaginal Larutan, salep, busa-busa emulsi, tablet, sisipan,supositoria, sponUretral Larutan, supositoria
Terapi Obat Pada Pasien-pasien Khusus Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Hamil.Penggunaan obat dapat mengakibatkan kecacatan pada bayi ataumempengaruhi janin, apabila obat yang dikonsumsi oleh ibu hamil tembuske placenta.Obat hanya diresepkan pada wanita hamil bila manfaat yang diperolehibu diharapkan lebih besar dibanding resiko pada janin.Sedapat mungkin dihindari penggunaan segala jenis obat padatrimester pertama kehamilanBila menggunakan obat saat hamil, maka harus dipilih obat yangpaling aman. Obat harus diresepkan pada dosis efektif yang terendah danuntuk jangka waktu pemakaian yang sesingkat mungkin.b. Terapi/penggunaan Obat pada Pasien MenyusuiObat yang diminum ibu menyusui dapat menembus air susu sehinggadiminum/terminum oleh bayi. Misal, wanita gondok minum obat menyusui tidak dihentikananak kerdil Sedapat mungkin menghindari penggunaan obat pada wanita yang menyusui atau menghentikan pemberian air susu ibu (ASI) jika pemakaian obat harus dilanjutkan.Jika penggunaan obat diperlukan, pakailah obat dengan efek samping teraman, terutama obat-obatan yang memiliki ijin untuk digunakan pada bayiApabila menggunakan obat selama menyusui, maka bayi harus dipantau secara cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi.Mungkin dapat dianjurkan kepada ibu untuk meminum obat segera setelah menyusui. Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Anak
Obat pada anak dapat berpengaruh karena organ-organ pada anak belum sempurna pertumbuhannya, sehingga obat dapat menjadi racundalam darah (mempengaruhi organ hati dan ginjal). Pada hati, enzim-enzim belum terbentuk sempurna, sehingga obat tidak termotabolisme dengan baik, mengakibatkan konsentrasi obat yang tinggi di tubuh anak.Pada ginjal, bayi berumur 6 bulang, ginjal belum belum efisien mensekresikan obat sehingga mengakibatkan konsentrasi yang tinggi didarah anak.Dalam pengobatan, anak-anak tidak dapat diperlakukan sebagai orang dewasa berukuran kecil. Penggunaan obat pada anak merupakan hal yang bersifat khusus yang berkaitan dengan perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh maupun enzim yang bertanggung jawab terhadap metabolisme dan ekskresi obat.Farmakokinetika pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa.Dengan memahami perbedaan tersebut akan membantu farmasis klinisdalam membuat keputusan yang berkaitan dengan dosis, misalnya dalampengusulan dosis (mg/kg) maupun frekuensi pemberian obat yang berbedaantara anak-anak dengan orang dewasa.Dosis bagi anak-anak sering sulit untuk ditentukan. Pemanfaatan pengalaman klinis merupakan acuan terbaik dalam menentukan dosis yangpaling sesuai untuk bayi maupun anak-anak.Pemakaian obat yang belum mempunyai ijin untuk digunakan padaanak, walaupun sering dijumpai, harus dipantau secara ketat untuk memastikan bahwa keamanan pasien diutamakan.
dimengerti akan membantu meningkatkan kepatuhan anak terhadap pengobatan.
Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Lansia
Terdapat perubahan-perubahan fungsi, kemampuan organ menurun,dosis dalam darah meningkat sehingga menjadi racun, serta laju darahdalam ginjal menurun.Proses penuaan akan mengakibatkan terjadinya beberapa perubahanfisiologi, anatomi, psikologi, dan sosiologi. Perubahan fisiologi yangterkait usia dapat menyebabkan perubahan yang bermakna dalampenatalaksanaan obat. Farmasis sebaiknya perlu memiliki pengetahuanmenyeluruh tentang perubahan-perubahan farmakokinetik danfarmakodinamik yang muncul.Peresepan yang tidak tepat dan polifarmasi merupakan problem utama dalam terapi dengan obat pada pasien lanjut usia. Keahlian klinis farmasis,termasuk evaluasi terhadap pengobatan, dapat digunakan untuk memperbaiki pelayanan dalam bidang ini.Tujuan terapi obat pada pasien lanjut usia harus ditetapkan dalam rangka mengoptimalkan hasil terapi. Perbaikan kualitas hidup, titrasidosis, pemilihan obat, dan bentuk sediaan obat yang tepat sertapengobatan penyebab penyakit bukan sekedar gejalanya merupakan semua tindakan yang sangat diperlukan.Efek samping obat lebih sering terjadi pada populasi lanjut usia.Pasien lanjut usia tiga kali lebih beresiko masuk rumah sakit akibat efek samping obat. Hal ini berpengaruh secara bermakna terhadap segifinansial seperti halnya implikasi teraupetik.Kepatuhan penggunaan obat sering kali mengalami penurunan karenabeberapa gangguan pada lanjut usia. Kesulitan dalam hal membaca,bahasa, mendengar dan ketangkasan, semuanya dapat berperan dalammasalah ini.
Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Gangguan Ginjal dan HatiTerjadi karena karena terjadi penurunan fungsi hati dan ginjal. Uji fungsi ginjal hanya menggambarkan penyakit secara kasar/garis besar, dan lebih dari setengah bagian ginjal harus mengalami kerusakan sebelum terlihat nyata bukti kejadiannya gangguan ginjal. Bentuk gangguan ginjal yang paling sering diakibatkan oleh obat adalah interstitial nefritis dan glomerulonefritis. Penggunaan obat apa pun yang diketahui berpotensimenimbulkan nephrotoksisitas sedapat mungkin harus dihindari padasemua penderita gangguan ginjal.Pada gagal ginjal, distribusi obat dapat berubah karena terjadi fluktuasi derajat hidrasi atau oleh adanya perubahan pada ikatan protein. Obat terdistribusi ke jaringan harus dalam jumlah yang kecil.Ekskresi adalah parameter farmakokinetika yang paling terpengaruholeh gangguan ginjal. Jika filtrasi glomeruler terganggu oleh penyakitginjal , maka klirens obat yang terutama tereliminasi melalui mekanismeini akan menurun dan waktu paruh obat dalam plasma menjadi lebihpanjang.Penderita dengan ginjal yang tidak berfungsi normal dapat menjadilebih peka terhadap beberapa obat, bahkan jika eliminasinya tidak terganggu. Anjuran dosis didasarkan pada tingkat keparahan gangguanginjal, yang biasanya dinyatakan dalam istilah laju filtrasi glomeruler(LFG). Perubahan dosis yang paling sering dilakukan adalah dengan menurunkan dosis atau memperpanjang interval pemberian obat, ataukombinasi keduanya
PENDAHULUAN
Pada saat ini banyak macam antibiotik tersedia di pasaran . Begitu banyak
macamnya sehingga kadang-kadang membingungkan bagi dokter yang ingin
menggunakannya. Apalagi dengan adanya ” tekanan promosi ” yang sangat gencar,
tidak jarang merangsang pemakaian antibiotik yang menjurus ke arah
ketidakrasionalan .
Walaupun diagnosa mikrobiologik hanya dapat dilakukan pada sebagian kecil kasus
penyakit infeksi, tetapi agar kita tetap ada dalam garis pemakaian antibiotik yang
rasional kita harus tetap berfikir secara mikrobiologik. Kalau kita menghadapi suatu
penyakit infeksi dengan berbagai macam simtomnya harus kita bayangkan kira-kira
kuman apa yang menyebabkannya gram positif atau gram negatif, ataukah
anaerob/dan terhadap antibiotika yang mana kuman tersebut diperkirakan masih
sensitif .
Anggapan bahwa antibiotik yang lebih baru dan lebih mahal mujarab dari antibiotika
yang sudah lama digunakan merupakan anggapan yang salah . Justru banyak
antibiotika yang baru menpunyai spesifikasi tertentu sehingga bila tidak
dipergunakan sesuai dengan spesifikasinya maka khasiatnya tidak seperti yang
diharapkan .
PRINSIP DASAR PENGGUNAAN ANTIBIOTIK RASIONAL
- Tepat indikasi
- Tepat penderita
- Tepat pemilihan jenis antibiotika
- Tepat dosis
- Efek samping minimal
- Bila di perlukan : Kombinasi yang tepat
- Ekonomik
Ada beberapa hal penting mengenai antibiotika yang perlu di ketahui sebelum kita
memilih dan menggunakannya yaitu:
1. Sifat aktifitasnya2. Spektrum3. Mekanisme kerja4. Pola resistensi5. Efek samping
Di samping itu perlu diperhatikan pengalaman-pengalaman klinik sebelumnya.
1. Sifat aktifitasnya
Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan kuman dengan cara menghambat
metabolisme kuman
Bakteriosidik : Membunuh kuman misalnya dengan cara merusak dinding sel
Untuk infeksi yang berat apalagi kalau keadaan pertahanan tubuh penderita kurang
baik maka sebaiknya dipilih antibiotik yang bersifat bakteriosidik.
1. Pengetahuan tentang sifat aktifitas ini juga penting kalau kita ingin menggabung antibiotika. Pemakaian gabungan antibiotika yang bersifat bakteriostatik bersama antibiotika yang bakteriosidik akan mengurangi khasiat antibiotika bakteriosidik . Hal ini disebabkan karena antibiotika yang bersifat bakteriosidik umumnya khasiatnya baik bila kuman tersebut membelah dengan cepat, sedangkan antibiotik yang bersifat bakteriostatik akan menyebabkan
pembelahan kuman yang menurun sehingga akan menghambat khasiat antibiotika yang bersifat bakteriosidik.
2. Spektrum antibiotika
Spektrum sempit : Hanya menghambat atau membunuh kelompok kuman tertentu
Spektrum luas : Dapat menghambat baik kuman gram positif maupun gram negatif
Pemakaian antibiotika spektrum sempit dilakukan bila jenis kuman yang menyebabkan
infeksi sudah diperkirakan atau dipastikan. Sedangkan bila jenis kuman tidak dapat
dipastikan maka dipakai antibiotika spektrum luas.
3. Mekanisme kerja antibiotika
1. Antibiotika yang menghambat metabolisme sel kuman
Contoh : Sulfonamid
Trimetophrim
1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel kuman
Contoh : Penicillin
Sefalosporin
1. Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel kuman
Contoh : Polimiksin
1. Antibiotik yang menghambat sintesa protein sel kuman
Contoh : Aminoglikosid
Makrolid
Tetrasiklin
Kloramfenikol
1. Antibiotik yang menghambat sintesa asam nuleat kuman
Contoh : Rifampisin
Kuinolon
4. Pola Resistensi
Dalam pemakaian antibiotika perlu diperhatikan pola resistensi kuman setempat,
misalnya : Campylobacter jejuni di Indonesia masih sensitif terhadap siprofloksasin
tetapi di Thailand banyak resisten terhadap Siprofloksasin karena di sana
Siprofloksasin banyak di pakai untuk terapi STD.
5. Efek Samping
Ada 3 macam efek samping yaitu
- reaksi alergi
- reaksi idiosikratik
- dan reaksi toksik.
Contoh dari reaksi idiosinkratik adalah pemakaian Primaquin dapat merangsang
terjadinya anemia hemolitik berat pada individu-individu tertentu. (Blackwater fever)
Contoh reaksitoksik adalah gangguan pertumbuhan gigi akibat pemakaian tetrasiklin.
PENGELOMPOKAN JENIS ANTIBIOTIKA
Antibiotika dapat dibagi menjadi beberapa kelompok utama yaitu :
1. Golongan betalaktam2. Golongan Aminoglikosida3. Golongan Sulfonamid4. Golongan Tetrasiklin dan Chloramphenicol5. Golongan Makrolid6. Golongan Metronidazol7. Golongan Rifampisin8. Golongan Linkosamid9. Golongan Kuinolon
Kelompok antibiotik yang paling banyak dipakai sehari-hari adalah dari golongan
betalaktam dan Aminoglikosida. Berikut akan diuraikan sifat-sifat utama dari masing-
masing kelompok :
1. Golongan Betalaktam :
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah :
- Penicilin
- Sefalosporin
- Monobaktam
- Karbapenem
- Imipenem
Cara Kerja : Antibiotika dari golongan ini bekerja pada dinding sel kuman .
Salah satu sifat penting dari golongan betalaktam adalah adanya kemungkinan
kepekaan terhadap enzim betalaktamase yang diproduksi oleh kuman-kuman tertentu.
Enzim betalaktamase dapat merusak cincin betalaktam pada antibiotik tersebut.
Kepekaan terhadap enzim betalaktamase ini berbeda antara jenis-jenis antibiotika.
Antibiotik jenis betalaktam tertentu juga dapat menghambat kuman yang memproduksi
betalaktamase ( Imipenem, Karbepenem, Meropenem)
1. a. Penisillin
Ada berbagai jenis penisillin :
1. 1. Penisillin spektrum sempit : Penicillin G
Benzatin Penicillin
Penicillin
2. Penisillin untuk Stafilokokus : Metisilin
Kloksasilin
Flukloksasilin
Kelompok ini stabil terhadap betalaktamase.
1. 3. Penisillin Spektrum Lebar : Ampisilin
Amoksisilin
Kelompok ini peka terhadap betalaktamase, dapat di pakai untuk gram positif dan
gram negatif yang tidak memproduksi betalaktamase.
1. 4. Penisilin Antipseudomonas : Tikarsilin
Sulbenisilin
Carbenisilin
Piperasilin
1. 5. Inhibitor betalaktamase : Sul baktam
Monobaktam
Asam Klavulanat
Karbepenem
Imipenem
Meropenem
Beberapa sediaan antibiotik merupakan gabungan antara antibiotik betalaktam dengan
inhibitor betalaktamase, misalnya :
Amoksisilin – Clavulanic acid
Ampisilin – Sulbactam
Cefoperazon – Sulbactam
Ticarsilin – Tazaobactam
1. b. Sefalosporin :
1. Sefalosporin Generasi pertama : Sefalotin
Sefradin
Cefazolin
Sefalexin
Sefadroksil
Sefalosporin generasi pertama tidak dapat dipakai untuk kuman gram negatif,
Anaerob, dan tidak dapat dipakai untuk Pseudomonas.
1. 2. Sefalosforin Generasi kedua : Sefamandol
Sefositin
Sefuroksin
Sefaklor
Sefalosforin Generasi kedua lebih tahan terhadap betalaktamase, dibandingkan
dengan Generasi pertama.
1. 3. Sefalosforin Generasi ketiga : Sefotaksim
Seftriakson
Sefoperazon
Seftasidim
Sefalosporin generasi ketiga kebal terhadap betalaktamase .
1. 4. Sefalosporin generasi keempat : Sefepim injeksi
Sefpiron injeksi
Cedifnir oral
Cedifnir dibuat khusus untuk kuman stapilococcus aurius.
Sefalosporin generasi keempat lebih kebal terhadap betalaktamase dibandingkan
dengan sefalosporin generasi ketiga. Tetapi beberapa tahun belakangan ini ditemukan
bahwa sefalosporin generasi kedua, ketiga, dan keempat juga dapat dirusak oleh kuman
yang menghasilkan betalaktamase dari jenis extended spectrum betalaktamase.
II. Aminoglikosid : Golongan Aminoglikosit mempunyai sifat Nefrotoksik dan
Ototoksik.
- Streptomisin
- Gentamisin
- Tobramisin
- Netilmisin
- Amikasin
- Spektinomisin.
Streptomisin : Untuk infeksi paru dan tuberkulosa
Kanamisin : Untuk infeksi paru dan gonore
Gentamisin : Untuk infeksi gram negatif
Tobramisin : Untuk pseudomonas
Netilmisin : Ototoksisitas lebih rendah
Amikasin : Dipergunakan untuk kuman yang resisten terhadap Gentamisin,
tobramisin dll.
Spektinomisin : Khusus untuk Gonore.
III. Sulfonamid :
Pemakainan Sulfonamid sendirian praktis sudah ditinggalkan karena makin banyak
kuman yang resisten. Gabungan Sulfamethoxazole dengan trimetoprim
( Cotrimoxazole ) masih banyak dipakai walaupun sudah makin banyak ditinggalkan
karena alasan yang sama. Gabungan ini dipakai untuk :
- Infeksi saluran kencing bagian bawah yang ringan .
- Eksaserbasi bronchitis kronik
- Deman tifoid ( bukan pilihan pertama karena angka resistensi makin meningkat
)
- Terapi pnemocystis carini ( Pada penderita AIDS ).
IV. Tetrasiklin dan Klorampenikol
Tetrasiklin dan Doksisiklin ( Long acting )
Karena banyak kuman yang kebal terhadap tetrasiklin maka antibiotik ini relatif
jarang dipakai kecuali untuk infeksi-infeksi tertentu.
Infeksi kuman berikut obat pilihannya adalah tetrasiklin :
- Vibrio Cholera (sekarang banyak strain vibrio cholera yang resisten terhadap
tetrasiklin)
- Ricketsiosis
- Chlamidia
- Mycoplasma pnemoniae.
-
Kloramfenikol dan Thiamphenikol
Indikasi pemakaian Kloramfenikol semakin sempit dan kini hanya dianjurkan untuk
demam tifoid dan Salmonellosis lainya serta infeksi H. Influenzae misalnya pada
Meningitis Purulenta.
V. Makrolid :
- Eritromisin
- Spiramisin
- Roksittromisin
- Klaritromisin
- Azitromisin ( Long Acting ).
Makrolid adalah antibiotika Bakteriostatik untuk kuman Gram Positif. Golongan
Makrolid merangsang lambung terutama eritromisin. Makrolid yang baru tidak
merangsang lambung dan lebih poten. Salah satu khasiat penting yang dipunyai
klaritomisin adalah kemampuan untuk menghambat pertumbuhan kumanHelicobacter
pylori bila digabung dengan antibiotik lain, misalnya Amoksisilin atau Metronidazol.
VI. Metronidazol
Metronidazol hanya berkhasiat terhadap kuman-kuman anaerob dan tidak untuk
kuman lain. Penyerapannya sangat baik sehingga kadar dalam darah sama tingginya
walaupun diberikan dalam berbagai macam cara misalnya parenteral, oral maupun
dengan Suppositoria.
VII. Rifampisin
Sebenarnya banyak kuman yang peka terhadap Rifampisin yaitu :
- S. Aureus
- S. Epidermidis
- N. Meningitides
- N. Gonorrhea
- H. Influenzae
- Legionella
- Mycobacterium
Namun karena kekebalan kuman cepat sekali timbul terhadap Rifampsisin maka
antibiotika ini hanya dianjurkan untuk M. Leprae dan M. Tuberculosis.
Antibiotika ini dapat menimbulkan Hepatitis pada individu -individu yang peka dan
dapat menimbulkan kematian.
VIII. Linkosamid :
- Linkomisin
- Klindamisin.
Secara teoritik Klindamisin lebih baik dibandingkan dengan Linkomisin karena efek sampingnya lebih rendah, dan khasiatnya lebih baik. Antibiotik ini dipakai untuk kuman anaerobik misalnya B. fragilis. Antibiotik ini bagus khasiatnya untuk abses paru karena kuman anaerob. Salah satu ciri khas dari antibiotik ini adalah daya tembusnya yang baik ke dalam tulang .Pemakaian Klindamicin harus berhati-hati karena dapat menekan kuman anaerob dalam saluran makanan sehingga dapat menimbulkan enterokolitis Pseudomembran .IX. Kinolon :- Asam Nalidiksat- Asam PipemidatKedua obat di atas merupakan Kinolon generasi pertama. Kedua obat tersebut hanya dapat dipakai sebagai antiseptik untuk infeksi saluran kemih. Kinolon yang lebih baru tersebut dengan Fluorokinolon dan mempunyai khasiat yang lebih kuat dibandingkan Kinolon lama .Contoh :- Siprofloksasin- Norfloksasin- Ofloksasin- Pefloksasin
- Levofloksasin
- Gatifloksasin
Kinolon terutama aktif untuk kuman gram negatif dan kurang baik khasiatnya untuk kuman gram positif. Daya tembus kedalaman tulang baik oleh karena itu baik untuk Osteomyelitis dengan kuman penyebab yang belum diketahui.Pemakaian Kinolon dalam klinik :- Infeksi saluran kemih termasuk Prostat- Infeksi saluran nafas bagian bawah- STD- Infeksi jaringan lunak dan tulang- Meningitis pada orang dewasa.
PERAN PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGIK
DALAM PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
Peranan pemeriksaan mikrobiologik sangat besar artinya dalam penggunaan
antibiotika secara rasional. Sebab dengan adanya pemeriksaan mikrobiologik maka
baik jenis kuman maupun pola kerentanan terhadap antibiotika akan diketahui
sehingga memudahkan pemilihan antibiotika. Memang hal ini sangat sulit dilakukan di
Indonesia karena masih sangat terbatasnya fasilitas laboratorium. Saat ini di Indonesia
pemeriksaan mikrobiologik hanya tersedia di Rumah Sakit tipe A dan B, dan harus
diakui bahwa motivasi para klinisi untuk menggunakan pemeriksaan mikrobiologik
masih sangat rendah .
Pada petunjuk pemakain obat rasional yang diterbitkan oleh Departemen
Kesehatan , untuk Infeksi tersebut di bawah bila memungkinkan perlu di lakukan
pemeriksaan mikrobiologik
- Sepsis
- Meningitis
- Peritonitis
- Salmonelosis
- Keracunan makanan karena bakteri
- Mionekrosis
- ISPA
- Tuberkulosis
- STD
- Kandidiasis
PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA BERDASARKAN ” EDUCATED GUESS “
Dalam keadaan ideal kuman penyebab infeksi dapat diketahui dengan pasti misalnya
dari hasil pembiakan, demikian pula pilihan antibiotika dapat dilakukan dengan
mudah karena sudah ada hasil tes sensitifitas. Terapi yang didasarkan atas
pemeriksaan mikrobiologik disebut terapi definitif. Tetapi dalam keadaan sehari-hari
pemeriksaan mikrobiologik tersebut tidak dapat dilaksanakan karena terbatasnya
fasilitas, atau tidak mungkin ditunggu hasilnya sehingga kita harus segera
memberikan antibiotika. Dalam keadaan ini kita menggunakan prinsip ”EDUCATED
GUESS ” dengan mempertimbangkan organ atau sistem yang kena infeksi, kuman
penyebab dan kemudian menentukan antibiotika mana yang paling sesuai .
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganiswara S.G. ( Ed) : Farmakologi dan terapi . Edisi IV, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI, 1955, Jakarta.
2. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Pedoman Penggunaan Antibiotik Nasional. Edisi 1, 1992, Jakarta.
3. Mandel G. L., Douglas R. G., Bennet J. E., Dolin R. : Principles and Practice Of Infectious Disease : Antimicrobial Therapy 1995 / 1996. Churchill Livingstone, 1995.
4. Tierney L. M., Mc Phee S. J.,Papadakis M. A. : Current Medical Diagnosis and Treatment 35 th Ed. Appleton and Lange, 1996, Stamfod.
5. Chandury A. In vitro activity of Cefpirome A new fourth generation cephalosporin. Indian J. of Medical Microbiology 2003; 21:50-51
6. Tumah H. Fourth-Generation Cephalosporins : In vitro Activity against Nosocomial Gram-Negative Bacili Compared with β-Lactam Antibiotics and Ciprofloxacin. Chemoteraphy 2005;51:80-85
top related