bab v
Post on 04-Jul-2015
642 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB V
PEMBAHASAN
A. Aktivitas siswa selama pembelajaran yang menggunakan model TTW
Data hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran TTW selama tiga kali pertemuan secara
ringkas disajikan dalam tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1 Aktivitas siswa selama pembelajaran yang menggunakan model TTW
No Kategori Pengamatan
Persentase aktivitas siswa dalam
pembelajaran (%)Persentase rata-rata (%)
Waktu Ideal (%)
Toleransi 5%RPP
IRPP
IIRPP III
1Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/teman
14,58 10,42 11,46 12,15 13 7%≤ P ≤18%
2Membaca/memahami masalah di LKS
13,54 12,50 10,42 12,15 10 5%≤ P ≤15%
3Menyelesaikan masalah atau menemukan cara penyelesaian masalah
20,83 27,08 27,08 25,00 27 22%≤ P ≤32%
4Mengoreksi kembali hasil jawaban yang belum benar
21,88 29,17 28.13 26,39 30 25%≤ P≤35%
5Mengkomunikasikan dengan guru kekeliruan hasil jawaban yang diperoleh
11,46 10,42 12,50 11,46 10 5%≤ P ≤15%
6Menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur
11,46 7,29 9,38 9,38 10 5%≤ P ≤15%
7
Perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran (seperti: melamun, berjalan-jalan di luar kelompok belajarnya, membaca buku/mengerjakan tugas mata pelajaran lain, bermain-main dengan teman, dan lain-lain).
6,25 3,13 1,04 3,47 0 0%≤ P ≤5%
Sumber: Hasil olah data
86
87
Berdasarkan tabel hasil pengamatan terhadap siswa yang dilakukan oleh
pengamat, ada beberapa aktivitas siswa yang belum efektif selama pembelajaran
berlangsung pada RPP I yaitu kategori menyelesaikan masalah atau menemukan
cara penyelesaian masalah. Pada RPP I persentase untuk kategori ini 20,83%, hal
ini disebabkan karena siswa belum terbiasa menemukan sendiri cara
menyelesaikan masalah. Sedangkan pada RPP II dan RPP III kategori ini sudah
memenuhi waktu ideal dengan persentase 27,08%, Begitu juga dengan persentase
rata-rata aktivitas siswa dalam menyelesaikan masalah atau menemukan cara
penyelesaian masalah selama tiga kali pertemuan juga sudah memenuhi waktu
ideal yaitu 25,00%.
Kategori mengoreksi kembali hasil jawaban yang belum benar untuk RPP
I juga belum efektif dengan persentase 19,79%. Hal ini disebabkan karena siswa
belum terbiasa mengoreksi sendiri hasil jawaban yang mereka peroleh karena
biasanya siswa cenderung belajar secara individu dan siswa yang lain hanya
menunggu jawaban dari satu siswa yang memiliki kemampuan lebih. Namun pada
RPP II persentase untuk aktivitas ini sudah memenuhi waktu ideal dengan
persentase 29,17%. Pada RPP III terjadi penurunan persentase hingga mencapai
28,13% sehingga persentase rata-rata untuk kategori mengoreksi kembali hasil
jawaban yang belum benar selama tiga kali pertemuan sudah memenuhi waktu
ideal dengan persentase 26,39%.
Sedangkan untuk kategori aktivitas siswa yang lainnya seperti:
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/teman dengan persentase rata-rata
selama tiga kali pertemuan adalah 12,15% termasuk dalam kategori efektif,
88
dimana pada setiap RPP kategori ini sesuai dengan waktu ideal pembelajaran.
Kategori membaca/memahami masalah di LKS juga termasuk dalam kategori
efektif dengan persentase rata-rata adalah 12,15% dan pada setiap RPP kategori
ini sudah memenuhi waktu ideal. Kategori mengkomunikasikan dengan guru
kekeliruan hasil jawaban yang diperoleh dikategorikan efektif walaupun tidak
terjadi peningkatan yang signifikan pada setiap pertemuannya, untuk setiap RPP
dengan masing-masing persentase setiap RPP adalah 11,46%, 10,42%, 12,50%
dan persentase rata-ratanya adalah 11,46%. Kategori menarik kesimpulan suatu
konsep atau prosedur termasuk dalam kategori efektif dengan persentase rata-rata
9,38% dan pada setiap RPP kategori ini juga sesuai dengan waktu ideal.
Untuk kategori perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran
pada RPP I melebihi waktu ideal dengan persentase 6,25%, hal ini dikarenakan
siswa pada saat pembagian LKS banyak yang ribut dan pada saat berlangsungnya
diskusi sebagian siswa tidak mengerti dan cenderung berjalan-jalan melihat LKS
teman yang lain. Tetapi pada RPP II hal tersebut sudah dapat diatasi dan hampir
memenuhi waktu ideal dengan persentase 3,13%, dan pada RPP III sudah
memenuhi waktu ideal dengan persentase 1,04. Sehingga persentase rata-rata
untuk kategori perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran selama
tiga kali pertemuan sudah memenuhi waktu ideal dengan persentase 3,47%.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada setiap aspek pengamatan,
dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa untuk masing-masing kategori efektif.
Aktivitas siswa efektif disebabkan karena penyajian LKS dan soal-soal yang
memudahkan siswa untuk menemukan sendiri penyelesaian terhadap masalah
89
dengan cara mereka sendiri, dan siswa dapat mengalami sendiri atau
bekerja/menemukan sendiri penyelesaian dari masalah yang dihadapi sehingga
mereka akan terbiasa aktif dalam belajar baik dalam bertanya maupun
mengemukakan ide/gagasan mereka secara bebas dan terbuka.
B. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan model TTW
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
dengan mode TTW secara ringkas dapat disajikan pada tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan model TTW
No Aspek yang diamatiRPP
IRPP
IIRPP III
Rata-rata
Pendahuluan
1Kemampuan memotivasi siswa/mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
4 4 4 4
2Kemampuan menghubungkan pelajaran saat itu dengan pelajaran sebelumnya atau membahas PR
4 5 5 4,66
3Kemampuan menginformasikan langkah-langkah pembelajaran
4 4 5 4,33
Kegiatan Inti4 Kemampuan menjelaskan soal 4 5 5 4,66
5
Kemampuan bertanya kepada siswa bagaimana menemukan jawaban dan cara menjawab soal, dengan memberikan bantuan terbatas.
3 4 4 3,66
6Kemampuan mengamati cara siswa menyelesaikan soal/masalah
4 4 4 4
7Kemampuan memimpin diskusi kelas/menguasai kelas
4 4 5 4,33
8Kemampuan menghargai berbagai pendapat siswa
4 3 5 4
9
Kemampuan mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri dan menarik kesimpulan tentang materi yang dipelajari
4 5 5 4,66
90
10Kemampuan menghargai berbagai pendapat siswa
3 4 4 3,66
11Kemampuan mengalokasikan waktu yang tepat kepada siswa untuk mengeksplorasikan masalah
4 4 4 3,66
12Kemampuan mendorong siswa untuk mengoreksi kembali jawaban yang salah
3 4 4 3,66
13Kemampuan mengajukan dan menjawab pertanyaan siswa
4 3 4 3,66
Penutup
14Kemampuan menegaskan hal-hal penting intisari
4 5 4 4,33
15Kemampuan memberikan puji kepada siswa
4 5 5 4,66
16Kemampuan menyampaikan judul sub materi berikutnya, memberikan PR kepada siswa dan menutup pelajaran
4 4 4 4
17 Kemampuan Mengelola Waktu 3 4 4 3,66Suasana Kelas
18 Antusias siswa dalam belajar dan bertanya 3 4 4 3,66
19Siswa aktif dalam mengerjakan lembar kerja Kumon masaing-masing
4 4 4 4
20Adanya interaksi aktif antara guru dan siswa
3 4 4 3,66
Rata-rata 3,6 4,15 4,35 4,03Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan tabel 5.2 terlihat bahwa kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran pada setiap pertemuan sudah termasuk dalam kategori baik. Pada
RPP I kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah tergolong baik
walaupun peneliti baru pertama kali melakukan pembelajaran menggunakan
model Kumon.
Pada RPP II terlihat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
mulai mengalami peningkatan meskipun masih dalam kategori baik. Hal ini
terlihat pada aspek kemampuan memotivasi siswa/mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran, kemampuan mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dan
91
cara menjawab soal dengan memberikan bantuan terbatas, kemampuan memimpin
diskusi kelas/menguasai kelas, kemampuan menegaskan hal-hal penting intisari
yang berkaitan dengan pembelajaran, kemampuan mengelola waktu, Adanya
interaksi aktif antara guru dan siswa sudah termasuk kategori baik dibandingkan
pada RPP I yang masih dalam kategori cukup baik. Hal ini disebabkan karena
pada RPP II, guru mencoba untuk lebih sering berkomunikasi dengan siswa,
memberikan motivasi dan bimbingan serta pertanyaan-pertanyaan yang mengarah
pada saat siswa mengalami kesulitan, sehingga siswa mampu mengoreksi kembali
jawabannya yang belum benar.
Pada RPP II, kemampuan memimpin diskusi kelas/menguasai kelas dan
kemampuan mengelola waktu juga meningkat. Hal ini disebabkan karena pada
RPP II, guru mencoba untuk menciptakan kondisi kelas agar tidak ribut dan
terkendali sehingga guru dapat dengan mudah memimpin diskusi kelas, dan waktu
pun tidak terbuang sia-sia. Sehingga kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran pada RPP II sudah dalam kategori baik dari setiap aspek yang
diamati. Secara keseluruhan, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
yang menggunakan model TTW dikategorikan baik dan sangat baik. Ini terlihat
dari kemampuan menghubungkan pelajaran saat itu dengan pelajaran sebelumnya
atau membahas PR, kemampuan menginformasikan langkah-langkah
pembelajaran, kemampuan mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri dan
menarik kesimpulan tentang materi yang dipelajari, serta antusias siswa dalam
belajar dan bertanya juga meningkat.
92
Pada RPP III kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah
bernilai baik dari setiap aspek yang diamati. Secara keseluruhan kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran dengan model TTW dikategorikan baik ini terlihat
dari kemampuan memotivasi siswa/mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
dengan baik yaitu dengan rata-rata 4 untuk tiga kali pertemuan, dan kemampuan
menghubungkan pelajaran saat itu dengan pelajaran sebelumnya atau membahas
PR dengan rata-rata 4,66.
Pada kegiatan inti kemampuan bertanya kepada siswa bagaimana
menemukan jawaban dan cara menjawab soal, dengan memberikan bantuan
terbatas pada RPP I masih dikategorikan cukup baik, pada RPP II dan III sudah
dikategorikan baik dengan rata-rata 3,66. Begitu juga dengan kemampuan
mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri dan menarik kesimpulan tentang
materi yang dipelajari pada RPP I masih dalam kategori cukup baik namun pada
RPP II dan III sudah mengalami peningkatan dengan kategori baik dengan rata-
rata tiga kali pertemuan 4,66.
Pada kegiatan penutup terlihat antusias siswa dan guru pada RPP I dan II
mencapai kategori baik dan pada RPP III mencapai kategori sangat baik,
sedangkan untuk kategori kemampuan guru dalam mengelola waktu bukanlah hal
yang mudah untuk dilakukan, ini terlihat dari kemampuan mengelola waktu pada
RPP I masih dalam kategori cukup baik namun pada RPP II dan III guru sudah
dapat memperbaiki kemampuannya dalam mengelola waktu dengan kategori baik.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yaitu setiap aspek yang diamati harus
bernilai baik dan sangat baik, maka kemampuan guru dalam mengelola
93
pembelajaran dengan model TTW adalah efektif dengan nilai rata-rata 4,03 untuk
keseluruhan aspek yang diamati dalam tiga kali pertemuan.
C. Hasil belajar siswa
Untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran
melalui model pembelajaran TTW maka peneliti mengadakan tes pada setiap
akhir pertemuan. Dari hasil tes pada setiap akhir pertemuan akan diketahui berapa
persen siswa yang mencapai ketuntasan belajar dan berapa persen yang tidak
mencapai ketuntasan belajar. Tes yang diadakan setiap setelah pembelajaran
bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan kemampuan siswa dalam menyerap
materi pelajaran. Setelah hasil tes terkumpul maka data tersebut diolah dengan
melihat kriteria ketuntasan minimal yang diberlakukan dismp negeri 1 beutong
atueh
Pada RPP I berdasarkan hasil tes belajar siswa yang terlihat dalam tabel
4.6 didapat bahwa rata-rata nilai hasil tes belajar siswa adalah 63,14 dari 65 pada
skala 100 yang ditetapkan, maka tindakan I berdasarkan hasil tes tindakan I belum
berhasill. Terdapat 20 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar secara
individu dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikal baru mencapai 42,86%
dari 65% sehingga keutuntasan belajar siswa secara klasikal pada RPP I belum
tercapai. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa menemukan sendiri
jawaban dari permasalahan yang ada. Selama ini dalam mengerjakan
permasalahan, siswa terbiasa menunggu atau mengharapkan guru menyelesaikan
permasalahan tersebut di depan secara klasikal. Selain itu, siswa juga belum
terbiasa berdiskusi dalam kelompok dan membandingkan jawaban dengan
94
temannya karena biasanya siswa cenderung belajar secara individu dan siswa
yang lain hanya menunggu jawaban dari satu siswa yang memiliki kemampuan
yang lebih.
Pada RPP II guru mencoba menyediakan waktu khusus untuk memberikan
pengarahan kepada siswa dan memberikan bimbingan pribadi pada siswa yang
belum mencapai ketuntasan hasil belajar pada tindakan I, sehingga ketuntasan
belajar siswa pada RPP II meningkat menjadi 77,14%. Ini berarti ketuntasan
belajar siswa secara klasikal pada RPP II juga belum mencapai ketuntasan. Jadi
untuk mengatasi siswa yang belum tuntas tersebut, maka perlu diberikan motivasi
dan dorongan yang lebih baik lagi agar mereka bisa lebih berhasil pada
pertemuan selanjutnya. Hal ini berdasarkan pendapat M. Sobry Sutikno bahwa
terdapat beberapa stategi yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi
belajar siswa, diantaranya menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik,
saingan/kompetisi, pujian, membentuk kebiasaan belajar yang baik, menggunakan
metode yang bervariasi, dan menggunakan media yang baik dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Pada RPP III guru mencoba menyediakan waktu khusus untuk
memberikan pengarahan kepada siswa dan memberikan bimbingan pribadi pada
siswa yang belum mencapai ketuntasan hasil belajar pada tindakan II. Pada RPP
III tidak diadakan tes pada akhir pertemuan, tapi diberikan tes akhir berupa semua
materi yang telah dipelajari selama tiga kali pertemuan yang dilaksanakan pada
keesokan harinya. Hasil tes akhir berdasarkan tabel 4.12 didapat bahwa rata-rata
nilai tes belajar siswa meningkat menjadi 79,71 dan ketuntasan belajar siswa pada
95
RPP III juga meningkat menjadi 91,42%. Sehingga pada RPP III ini ketuntasan
belajar siswa secara klasikal termasuk dalam kategori tuntas dan hanya 8,57%
atau 3 orang siswa tidak tuntas belajar dengan kriteria ketuntasan minimal yang
ditetapkan di SMP negeri 1 beutong ateuh yaitu 65 untuk setiap materi pada
bidang studi matematika. Angka tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
melalui model Kumon pada materi operasi aljabar tuntas. Terhadap 3 orang siswa
yang belum tuntas, peneliti meminta guru bidang studi matematika yang ada di
sekolah tersebut untuk memberikan remedial mata pelajaran khususnya materi
operasi aljabar. Remedial untuk siswa sangat perlu diberikan karena siswa masih
ada yang belum tuntas, sehingga dengan adanya remedial dapat membantu siswa
memperdalam lagi kemampuan mereka. Guru harus lebih memberikan perhatian
kepada semua siswa khususnya kepada 3 orang siswa yang belum tuntas tentang
konsep dasar operasi perkalian dan pembagian yang ada variabel-variabel, karena
siswa banyak mengalami kesulitan dan keliru dalam menyelesaikan soal
disebabkan mereka kurang mengerti dengan konsep tersebut.
D. Respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model TTW
Respon yang diberikan siswa terhadap pembelajaran materi operasi aljabar
yang menggunakan model TTW sangat positif. Hal ini sesuai dengan hasil angket
yang menyatakan bahwa siswa senang terhadap kegiatan pembelajaran tersebut
karena mereka bisa ikut serta dalam proses belajar dan bisa mengekspresikan ide
secara luas, bebas dan terbuka. Siswa mengharapkan pembelajaran dengan model
TTW juga diterapkan pada materi lain, walaupun pembelajaran dengan model
TTW membutuhkan waktu yang lama,lembar kerja yang banyak, tapi siswa tetap
96
berminat untuk mengikuti pembelajaran. Siswa juga sependapat bahwa mereka
merasa lebih mandiri dalam belajar dengan menggunakan model TTW karena
mereka dapat mengembangkan kreativitas, mengalami dan melakukan sendiri cara
mendapatkan penyelesaian dari permasalahan sehingga dapat membantu mereka
dalam memahami konsep-konsep yang diajarkan dan siswa juga terlihat aktif.
Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh bahwa respon siswa terhadap
komponen pembelajaran yang menggunakan model TTW. adalah positif dan
siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran berikutnya dengan menggunakan
model TTW. Minat positif dari siswa akan membuat siswa antusias untuk belajar,
sehingga siswa diharapkan dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Akan tetapi terdapat beberapa kelemahan dalam penelitian ini, yaitu waktu
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah di LKS masih kurang, siswa juga
masih ada yang malu mengkomunikasikan dengan guru kesulitan dalam
mengerjakan LKS dan mengharapkan permasalahan dapat diselesaikan oleh
teman yang lebih pintar dan ada beberapa siswa yang membuat keributan. Akan
tetapi semangat belajar mereka sangat besar sehingga peneliti dapat melakukan
penelitian di SMP negeri 1 beutong ateuh tanpa ada kendala apapun dan berhasil
melakukan penelitian ini.
E. Hasil wawancara siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model TTW
Berdasarkan data hasil wawancara yang dilakukan pada 6 orang siswa
yang terpilih pada RPP I, beberapa siswa masih banyak menghadapi kendala dan
kesulitan dalam menyelesaikan LKS yang telah disediakan, merasa kesulitan
dalam melakukan perkalian tanda dan pengurangan dalam operasi aljabar. Selain
97
itu siswa juga mengaku kurang konsentrasi dalam meyelesaikan soal karena siswa
terlalu bergembira sehingga kondisi kelas menjadi ribut dan waktu yang tidak
cukup. Hal ini berdasarkan pendapat Meier dalam DR. Nyayu Khodijah yang
menyatakan bahwa emosi sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar.. Oleh
karena itu, pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan
emosi positif pada diri pembelajar. Untuk menciptakan emosi positif pada diri
siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan dengan penciptaan
kegembiraan belajar. Menurut Meier, kegembiraan belajar seringkali merupakan
penentu utama kualitas dan kuantitas belajar yang dapat terjadi. Kegembiraan
bukan berarti menciptakan suasana kelas yang ribut dan penuh hura-hura. Akan
tetapi, kegembiraan berarti bangkitnya pemahaman dan nilai yang
membahagiakan pada diri si pembelajar.
Pada RPP II, mereka masih banyak terdapat kesilapan dalam menentukan
nilai dari suatu perkalian dan pembagian dua tanda yang berlaianan. Pada RPP II
siswa mulai mendapatkan kesulitan yang lain, yaitu siswa kurang mengerti dalam
menjumlahkan atau mengurangkan bilangan positif dengan bilangan negatif.
Pada RPP III, siswa sudah mulai bisa mengatasi kesulitan-kesulitan yang
ditemui pada RPP I dan RPP II. Siswa mengaku sudah terbiasa dengan situasi
pembelajaran yang mereka temui di RPP III karena banyak sekali pengalaman
yang mereka dapatkan dari RPP I dan RPP II, sehingga disaat pembelajaran pada
RPP III, siswa sudah punya banyak konsep yang didapatkan pada pertemuan
sebelumnya dan mereka tidak menemukan lagi kesulitan seperti yang mereka
98
alami pada pertemuan sebelumnya. Hal ini berarti penguasaan materi prasyarat
sangat membantu siswa dalam memahami konsep materi lanjutan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hudoyo yang menyatakan bahwa belajar matematika yang
terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses belajar. Ini berarti bahwa
belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri dilakukan
secara kontinu. Sehubungan dengan itu, maka dalam mengajar guru hendaknya
dapat memberikan pengetahuan prasyarat sebagai dasar untuk mempelajari topik
matematika yang diajarkan agar dalam menyelesaikan soal-soal matematika tidak
terlalu banyak mengalami kesulitan
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan-keterbatasan,
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti tidak meninjau tingkat validitas soal
yang diberikan kepada siswa, sehingga bisa menjadi indikator ketidaktuntasan
belajar siswa.
2. Peneliti belum pernah mengajar di sekolah tersebut. Akibatnya ada beberapa
siswa yang kurang terbuka/berani bertanya terhadap materi yang belum
dipahaminya.
3. Keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti dalam merangkul
ataupun membimbing semua siswa dalam proses pembelajaran.
4. Keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti dalam merancang LKS
sesuai kemampuan siswa
99
5. Waktu penelitian yang singkat (tiga kali pertemuan) dengan materi yang
meliputi satu Kompetensi Dasar (KD) yaitu: KD melakukan operasi aljabar.
Akibatnya pada saat penelitian, peneliti merasa sulit dalam menerapkan model
pembelajaran Kumon dengan alokasi waktu yang telah ditentukan.
6. Penentuan rentang waktu pada lembar aktifitas siswa yang lama (5 menit).
Akibatnya observer (pengamat) kesulitan menentukan aktifitas siswa yang
sebenarnya, karena dalam 5 menit ada siswa yang melakukan kegiatan lebih
dari dua aktifitas.
7. Kemampuan siswa dalam menguasai operasi hitung masih sangat kurang,
menyebabkan siswa lamban dalam menyelesaikan permasalahan di LKS. Hal
ini berdampak pada waktu yang tidak dapat disesuaikan seperti dalam RPP.
8. Berdasarkan keterangan guru yang mengajar dikelas yang diteliti diketahui
bahwa siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menggunakan metode
pembelajaran baru. Sehingga siswa memerlukan waktu yang lama untuk
terbiasa dan beradaptasi dengan pembelajaran yang menggunakan metode
TTW.
top related