bab iv analisis implementasi kurikulum pai di sd...
Post on 18-Feb-2018
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
74
BAB IV
ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM PAI DI SD ISLAM
TERPADU PERMATA BUNDA FULLDAY SCHOOL DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR SISWA
Setelah data terkumpul, maka yang penulis tempuh selanjutnya adalah
menganalisis data, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dari
pokok permasalahan yang dinyatakan. Data-data yang sudah terkumpul
kemudian dianalisis dalam BAB ini. Analisis mengenai pelaksanaan
kurikulum PAI di SD Islam Terpadu Permata Bunda dan analisis mengenai
tingkat kebiasaan belajar siswa di SD Islam Terpadu Permata Bunda.
A. Analisis Implementasi Kurikulum PAI di SD Islam Terpadu Permata
Bunda Fullday School Kabupaten Semarang
Sebagai lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Departemen
Pendidikan dan Nasional (DepDikNas) dan melaksanakan program
pengajaran, maka SD Islam Terpadu memiliki kurikulum yang disusun oleh
para guru agama di lembaga tersebut. Kurikulum yang di susun tersebut
dijabarkan dalam bentuk rencana program yang disebut dengan Rencana
Program Kegiatan Belajar Permata Bunda, yang merupakan satu program
kegiatan belajar yang utuh dan terpadu dengan program belajar lainnya, yang
disusun berdasar Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar SD.
Kurikulum tersebut dilaksanakan dengan pembagian waktu menjadi
dua semester yaitu semester I dan II.Dan dilaksanakan selama enam bulan
dengan pembagian waktu dusesuaikan dengan tema yang diajarkan dalam tiap
semesternya sesuai target yang telah ditentukan dalam tiap semesternya tanpa
terikat karena disesuaikan dengan tema yang terdekat dalam tiap harinya. Satu
tema mendapat alokasi waktu selama satu pekan atau satu minggu dalam
setiap harinya.
Dalam perencanaan atau penyusunan suatu program pengajaran, hal
pertama yang perlu mendapat perhatian adalah kurikulum atau GBPP-nya.
Dalam GBPP telah tercantum tujuan kurikuler, tujuan instruksional, pokok
75
bahasan serta jam pelajaran untuk mengajarkan pokok bahasan tersebut.
Demikian juga pda waktu menyusun rincian bahan ajaran dalam satuan
pelajaran, luasnya bahan dan banyaknya aktivitas belajar perlu disesuaikan
dengan waktu yang tersedia.
Waktu pertemuan atau penyampaian pelajaran pada setiap minggu
sama dan jumlah pertemuan dalam setiap semester dapat diketahui, maka
dalam merinci pokok bahasan perlu diperhatikan hal itu. Umpamanya pada
pokok bahasan yang banyak perlu ada pengelompokan sub pokok bahasan
dalam semester yang bersangkutan, yang masing-masing akan dikembangkan
dalam bentuk satuan pelajaran.
Pengembangan kurikulum yang ada dalam ketentuan umum KBK
maupun model sebelumnya dapat diimplementasikan di sistem pendidikan
Islam terpadu sebagai berikut.
- Keseimbangan akhlakiyah, fikriyah dan jasadiyah
Pengembangan akhlakiyah dilaksanakan dalam bentuk penanaman nilai-
nilai sosial dan moral baik secara vertikal dengan Allah. Contoh yang
dapat menjadikan anak didik mampu berhubungan secara vertikal pada
Allah adalah materi-materi dalam mentoring yang diberikan pementor
pada peserta didik yang langsung dikenalkan pada Allah lewat ciptaan-
ciptaan-Nya. Mentoring juga dapat mengeratkan hubungan antar peserta
mentor karena disana yang adalah saling menasehati antar satu dengan
yang lain.
Pengembangan fikriyah termasuk berfikir kreatif, inovatif logis dan
sistematis secara wawasan yang luas dan jauh ke depan.
Sedangkan pengembangan jasadiyah dalam bentuk berbagai keterampilan
olah fisik yang dapat menumbuhkan semangat kerja energisitas peserta
didik. Yang memacu pada pengembangan jasadiyah adalah pelajaran
ekstra kepanduan, di situ diajarkan berbagai bentuk pengolahan-
pengolahan fisik.
- Kesamaan memperoleh kesempatan
76
Adanya perbedaan status sosial orang tua siswa tidak menjadikan
perlakuan yang berbeda. Semua diperlakukan sama dalam posisi sebagai
peserta didik.
- Memperkuat identitas muslim mengikuti perkembangan zaman
Pendidikan tidak bebas nilai tetapi sarat dengan tujuan ideologis. Oleh
karenanya rasa kebanggaan atau izzah sebagai seorang muslim selalu
diperkuat hingga tumbuh semangat keislaman dengan benar dalam dirinya
serta semangat untuk mengembangkannya sehingga Islam benar-benar
rahmatan lil ‘alamin.
- Mengembangkan keterampilan hidup
Aspek keterampilan hidup yang dikembangkan meliputi kerumahtanggaan,
pemecahan masalah, berpikir kritis, komunikasi, dan lain-lain.
- Mengikuti perkembangan zaman
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan perubahan gaya
hidup dan pola berpikir masyarakat. Oleh karena itu kurikulum harus terus
dikembangkan seiring dengan kemajuan gaya hidup dan pola berpikir
masyarakat. Pendidikan berfungsi mengendalikan perkembangan gaya
hidup dan pola berpikir tersebut, agar sesuai dengan tujuan yang hakiki
dari proses pendidikan manusia.
- Mengintegrasikan unsur-unsur penting dalam kurikuler
Pembelajaran tematik sangat relevan untuk pengintegrasian nilai-nilai
akhlak mulia kedalam materi pelajaran
- Berpusat pada anak sebagai pembangun pengetahuan
Peserta didik tidak hanya sebagai obyek tapi juga sebagai subyek
pendidikan. Guru lebih bersifat sebagai fasilitator yang memfasilitasi
kebutuhan keilmuan para siswa. Potensi yang Allah karuniakan harus terus
dikembangkan dalam rangka mencetak kholifatullah dan abdullah yang
berkualitas.
- Pendidikan multikultural
Peserta didik berasal dari berbagai ragam budaya, dan karakter. Oleh
karenanya pendidikan tidak boleh taqlid, fanatik dengan paham-paham
77
tertentu. Tetapi sesuatu harus didasarkan pada sikap al-fahm, ilmiah dan
logis.
- Penilaian berkelanjutan dan komprehensif
Kurikulum harus menanggapi kebutuhan belajar peserta didik untuk
mengetahui hasil belajarnya. Hasil belajar sebagai umpan balik untuk
perbaikan lebih lanjut terhadap segala kekurangan dan kelebihan peserta
didik selama belajar dalam kurun waktu tertentu.
- Pendidikan sepanjang hayat
Pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia dalam rangka
mengembangkan, menambah kesadaran dan selalu belajar tentang dunia
yang berubah dalam segala bidang. Kurikulum harus menyediakan
kompensasi dan materi yang berguna bagi peserta didik bukan hanya
untuk kepentingan sekarang, tetapi juga untuk kepentingan yang akan
datang dengan memberikan pondasi yang kuat untuk menghadapi segala
konsekuensi kehidupan sepanjang hidupnya.
Kegiatan belajar mengajar di SD Islam Terpadu Permata Bunda
dilaksanakan dalam sehari penuh mulai pada jam 07.00 WIB sampai
dengan jam 15.30 WIB dengan alasan anak akan semakin banyak di
lingkungan pendidikan dan mendapat pengawasan langsung dari orang-
orang yang paham dengan pendidikan anak. Guru merupakan sosok yang
mengetahui dunia anak.
Kurikulum PAI antara pedoman dari DIKNAS, Departemen
Agama, kemudian kurikulum khas di SD Islam Terpadu Permata bunda
tentunya berbeda dalam hal jumlah jam pelajaran. Secara rinci sudah ada
pada tabel di BAB III
Pelajaran PAI di SD Islam Terpadu Permata Bunda Fullday School
lebih banyak dibanding dengan sekolah-sekolah Islam di bawah naungan
Departemen Agama. seharusnya pendidikan yang di bawah naungan
Departemen Agama mempunyai muatan PAI yang lebih banyak karena
persepsi masyarakat bahwa siswa di madrasah lebih pintar dalam hal
agama dibanding siswa yang dibawah naungan Departemen Pendidikan
78
Nasional. Namun yang terjadi adalah sebaliknya bahwa PAI di Sekolah
Islam Terpadu lebih banyak
Pendidikan Islam / Sekolah Islam tidak akan terwujud hanya karena
namanya SD Islam, jika para sarjana atau calon sarjana muslim tidak mampu
menegakkan inti ilmu pengetahuan dan menarik konsep-konsep dari
metafisika yang tercantum dalam Al-Qur’an dan As-Sunah, dan merumuskan
ancaman dasar yang Islami terhadap ilmu-ilmu sosial, kealaman dan
humaniora.
Berarti Pendidikan Islam:
a. Harus merubah epistemologi ilmu dalam seluruh jenisnya dan hanya
berdasarkan dan semangat serta missi yang diemban Islam.
b. Struktur dan materi ilmu disesuaikan dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-
Sunah.
c. Metodologi ilmu seharusnya dengan visi dan missi yang Islami, walaupun
harus memakai dan melewati kaca pandang dan pisau analisis pandang
yang berbeda dengan Islam.
d. Seluruh orang yang terlibat dalam pendidikan Islam, melakukan
aktivitasnya, terutama mengajar dan perilakunya harus berorientasi kepada
Islam.
Untuk lebih mempercepat proses Islamisasi pendidikan, maka
disamping faktor utama yang menjadi sasarannya (Islamisasi ilmu), tak kalah
pentingnya adalah harus ditopang oleh kelembagaan yang khas, dengan
karakteristik antara lain sebagai berikut:
a. Tampilan Fisik
Pekerjaan kelembagaan pertama Nabi Muhammad ketika
melakukan Hijrah adalah membangun masjid dan awal akhir Isra’ Mi’raj
Nabi adalah dari dan ke masjid. Ruh dan niatnya serta motivasi tunggal
kita dalam melakukan aktivitas adalah telah yang bentuk fisiknya adalah
masjid. Oleh karenanya sudah sewajarnya bangunan pendidikan Islam
yang paling megah dan menjadi pusat segalanya yang didahulukan adalah
masjid.
79
b. Tampilan Asesoris
Masjid sebagai lambang fisik sujud kita kepada-Nya, dengan
demikian seluruh asesories ruang dan seluruh yang ada di dalamnya juga
merupakan derivasi dari yang utama. Dari yang makro sampai yang mikro.
Dari tampilan ustadz / guru sampai tampilan kamar kecilnya, semua
mencerminkan cahaya-Nya.
c. Tampilan Pusat dan Unit Kegiatan
Pusat-pusat dan unit serta komponen yang ada dalam pendidikan
Islam juga diabdikan untuk membuka misteri alam dan jiwa manusia
untuk lebih mempercepat penemuan ketauhidan kita.
d. Jabatan
Penentu kebijakan dan pembuat perencanaan baik makro-mikro,
pendek, menengah, panjang dan problem solver seluruh permasalahan
yang muncul seharusnya adalah orang-orang yang sholeh, taqwa
berdedikasi yang tinggi, cerdas mendalam ilmunya dan mempunyai
pengalaman yang luas.
Proses evolusi yang memerlukan waktu berpuluh faktur dan
memerlukan hasil dari pengaruh timbal balik dari rekonstruksi pertama dan
kedua. Hasil rekonstruksi pertama dan kedua akan menghasilkan personal-
personal muslim yang sholeh dan taqwa. Dengan personal yang shaleh dan
taqwa akan menghasilkan lembaga / lingkungan serta ilmu yang sesuai dengan
tuntutan Islam. Personal atau guru yang shaleh, yang mencintai dan
menjunjung tinggi Islam dan nilai-nilainya. Para Ustadz ini harus berani
menafsirkan berbagai teori yang mendasari berbagai bidang studi dan ilmu
dari sudut pandang Islam yang nantinya setidaknya mampu membimbing
siswa atau masyarakat menghidupkan jiwa dan menerangi ruhani, mereka
harus berfungsi sebagai guru-guru atau personal yang dapat menyusup ke
dalam hati dan mengetuk pintu nurani orang lain. Ketaqwaan, kesalehan,
keikhlasan, kejujuran, ketinggian ilmu, dedikasi yang tinggi dan kecintaan
pada agama serta sesamanya adalah salah satu ciri yang menghiasi pribadi-
pribadi hasil didikan sekolah Islam.
80
B. Analisis tentang Kebiasaan Belajar Siswa di SD Islam Terpadu Permata
Bunda Fullday School
Kita perlu membuat lembaga pendidikan yang bisa menghasilkan
anak didik yang beraqidah baik, mempunyai akhlaqul karimah, mendalam
ilmunya, disiplin dalam kesehariannya, baik dalam pergaulan sosialnya, kuat
background teknologinya dan mempunyai jiwa mandiri. Dengan semangat
kebersamaan kita harus mulai membangun pendidikan milik sendiri yang
maju, serius kerja keras serta bisa menghasilkan luaran sebagaimana
disebutkan di atas. Kita perlu membangunya dalam realitas kekinian.
Belajar dengan pengertian lebih memungkinkan seseorang untuk
lebih berhasil dalam menerapkan dan mengembangkan segala hal yang sudah
dipelajari dan dimengertinya. Sebaliknya belajar dengan hafalan mungkin
hasilnya hanya tampak pada bentuk kemampuan mengingat pelajaran itu saja.
Walaupun umpamanya pelajaran yang dihafalkannya itu berjumlah sangat
banyak, ia akan kurang bisa menerapkan dan mengembangkannya menjadi
suatu pemikiran baru yang lebih bermanfaat.
Belajar di sekolah sebagaimana telah dikatakan dapat diumpamakan
sebagai pembuka jalan ke suatu tujuan. Siswa dapat menempuh jalan itu
dengan belajar sendiri atau belajar kelompok dengan kata lain belajar di
sekolah di bawah bimbingan guru pada hakekatnya merupakan penentu arah
bagi mereka dalam belajar sendiri atau berkelompok.
Untuk lebih mengetahui bagaimana tingkat kebiasaan belajar siswa
di SD Islam Terpadu Permata Bunda Kabupaten Semarang maka dibawah
akan dijelaskan hasil dari observasi yang telah penulis lakukan selama tiga
bulan. Yang dilakukan adalah dengan meneliti tingkat kebiasaan belajar siswa
yang meliputi; kedisiplinan, ketaatan, keaktifan, perhatian dan kebersihan.
Kebiasaan belajar itu dilakukan dengan inisiatif sendiri, atas perintah guru
atau dilakukan karena ada faktor keterpaksaan.
81
1. Analisis tentang kedisiplinan siswa di SD Islam Terpadu Permata Bunda
Bawen
Kedisiplinan memang sangat tepat ditanamkan sejak dini, akan
tetapi cara penanaman kedisiplinannya pun harus disesuaikan dengan usia,
situasi, dan kondisi yang ada. Heran, masih saja ada penerapan sanksi fisik
dalam dunia pendidikan di jaman sekarang, apalagi di sekolah-sekolah
Islam. Keberatan-keberatan akan hal tersebut ada baiknya segera dan
langsung dikomunikasikan kepada pihak sekolah, saya yakin pasti akan
ada respon dan solusi yang bijaksana atas hal tersebut.
Banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di lembaga-
lembaga pendidikan Islam dengan sistem Fullday School. Para guru di
sekolah-sekolah Islam tidak perlu diragukan lagi kemampuan
akademiknya, apalagi kualitas penguasaan, pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan ilmu-ilmu keislaman dan nilai-nilai Islamiyah-nya. Malahan,
banyak guru-guru yang pada masa remajanya aktif di masjid, kini
melanjutkan kiprahnya menjadi pendidik dan pengajar di lembaga
pendidikan Islam tersebut. Sehingga banyak optimis, sistem dan metode
penghukuman yang diterapkan pastilah telah dipertimbangkan matang,
seksama, dan bijaksana. Kalaupun ada kesalahan dan ketidaktepatan dalam
penerapan sanksi, pihak orang tua/wali siswa dapat segera
menginformasikannya pada pihak sekolah, selanjutnya dapat
dimusyawarahkan dan diadakan perubahan-perubahan guna perbaikannya.
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menciptakan kedisiplinan
kepada anak jika tidak dimulai dari orang tua. Orang tua yang sudah
Prosentase (%) No Aspek yang di observasi Inisiatif
sendiri Perintah
guru Keterpak
saan 1 Kedisiplinan 61% 23% 16% 2 Keaktifan 71% 22% 7% 3 Perhatian 73% 18% 9% 4 Ketaatan 82% 9% 9% 5 Kebersihan 70% 19% 11%
82
terbiasa menampilkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari akan
dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orang tua dapat menciptakan disiplin
dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.
Latihan kedisiplinan bisa dimulai dari menyiapkan peralatan belajar,
buku–buku pelajaran, mengingatkan tugas–tugas sekolah, menanyakan
bahan pelajaran yang telah dipelajari, ataupun menanyakan kesulitan–
kesulitan yang dihadapi dalam suatu pelajaran tertentu, terlepas dari ada
atau tidaknya tugas sekolah. Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan
bilamana anak mulai meninggalkan kesepakatan–kesepakatan yang telah
disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin
hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau
memukul).
Untuk mengalihkannya gunakanlah konsekuensi-konsekuensi
logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak. Bila dapat melakukan
aktivitas bersama di dalam satu ruangan saat anak belajar, orang tua dapat
sambil membaca koran, majalah, menyulam, atau aktivitas lain yang tidak
mengganggu anak dalam ruang tersebut. Dengan demikian menegakkan
disiplin pada anak tidak selalu dengan suruhan atau bentakan sementara
orang tua melaksanakan aktifitas lain seperti menonton televisi atau sibuk
di dapur.
Ketegasan sikap dilakukan dengan cara orang tua tidak lagi
memberikan toleransi kepada anak atas pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukannya secara berulang ulang. Ketegasan sikap ini dikenakan saat
anak mulai benar-benar menolak dan membantah dengan alasan yang
dibuat-buat. Bahkan dengan sengaja anak berlaku “tidak jujur” melakukan
aktivitas-aktivitas lain secara sengaja sampai melewati jam belajar.
Ketegasan sikap yang diperlukan adalah dengan memberikan sanksi yang
telah disepakati dan siap menerima konsekuensi atas pelanggaran yang
dilakukannya.
Untuk menegakkan kedisiplinan siswa ada beberapa yang
dilakukan di antaranya pemberian hukuman. Pemberian hukuman di SD
83
Islam Terpadu bermacam-macam caranya, semuanya di gantungkan pada
usia si anak dan tingkat kesalahan/pelanggarannya. Yang dilakukan
biasanya dengan menghafalkan ayat al-Qur'an, hadist, atau doa-doa
(panjang pendeknya ditentukan menurut usia); membaca al-Qur'an dengan
jumlah baris atau ayat tertentu; membantu guru menyiapkan peralatan
makan dan membagi-bagikan buah pada saat makan siang bersama (di
samping telah ada petugas dan anak-anak yang piket, atau jika self-service,
membantu menyiapkan tray dan piring-sendok-garpu-gelasnya);
membersihkan mushola bagi anak laki-laki (biasanya pada hari Senin
jumlah siswa yang terlambat datang untuk upacara lebih banyak);
menghapus papan tulis seharian pada hari ia terlambat sekolah; dll.
Banyak lagi cara menghukum anak yang sifatnya mendidik,
bukan menyakiti secara fisik, melukai secara psikologis, atau
mempermalukan anak di depan siapa saja. Hukuman memang perlu dalam
proses pendidikan, akan tetapi itu harus diterapkan dengan sesuai,
proporsional, dan tepat guna. Hemat saya, lebih baik dikomunikasikan saja
pada pihak sekolah, pihak sekolah akan sangat terbuka menerima segala
saran dan keluhan dari orang tua/wali siswa. Toh kesemuanya nanti akan
kembali pada kebaikan bersama.
Sekolah Islam yang mulai jam 7 pagi tersebut, beberapa saat
sebelum jam 7 lonceng berbunyi dan tepat jam 7 pintu pagar ditutup.
Anak-anak yang terlambat namanya dicatat dan di bariskan terpisah.
Setelah anak yang lain masuk kelas anak yang terlambat mulai berbaris
untuk mendapatkan hukuman, dan hukuman tersebut sangat tidak
manusiawi.
Ada yang menerapkan anak perempuan disuruh jongkok berdiri
dan lain lain gerakan, sedangkan anak laki-laki disuruh merangkak,
merangkak keliling lapangan sekolah yang kotor dan berdebu. Hal itu
kurang baik karena anak-anak yang suci dan tak berdosa tersebut yang
merupakan tumpuan dan harapan bangsa dan agama dan orang tua
merangkak seperti binatang, apa yang diharapkan, apakah itu yang disebut
84
menegakkan disiplin, apakah itu satu-satunya cara, apakah itu cara yang
terbaik, Di al-Qur’an dikatakan sampaikanlah kebenaran itu dengan
hikmah, pesan apa yang di sampaikan pada anak dengan menyuruhnya
merangkak seperti binatang kalau dia terlambat?
Perlu keseriusan tenaga pengajar dan disiplin guru untuk
menegakkan kedisiplinan siswa di sekolah. Anak murid melakukan sholat
dzuhur dan asyar berjamaah di sekolah, berbaju muslimah dan belajar al-
Qur’an setiap hari, inilah yang menjadi pendorong orang tua untuk
menyekolahkannya di situ. Guru-gurunya 75 % sarjana, masih muda,
energetik, cuma banyak yang belum punya anak, jadi mungkin belum bisa
merasakan apa yang dirasakan orang tua murid.
Kedisiplinan memang sangat tepat ditanamkan sejak dini, akan
tetapi cara penanaman kedisiplinannya pun harus disesuaikan dengan usia,
situasi, dan kondisi yang ada. Heran, masih saja ada penerapan sanksi fisik
dalam dunia pendidikan di jaman sekarang, apalagi di sekolah-sekolah
Islam. Keberatan-keberatan akan hal tersebut ada baiknya segera dan
langsung dikomunikasikan kepada pihak sekolah, pasti akan ada respon
dan solusi yang bijaksana atas hal tersebut.
Di kelas diperlukan siswa yang mempunyai disiplin yang tinggi
untuk menunjang proses belajar mengajar. Karena dengan disiplin siswa
maka guru tidak harus repot-repot memarahi siswa setiap hari. Guru cukup
memberikan penjelasan secara global dengan peraturan-peraturan di kelas,
sekolah dan lain-lain. SD Permata Bunda untuk tingkat kedisiplinan siswa
hanya 61% yang dilakukan dengan inisiatif sendiri dan 23% yang
dilakukan menunggu perintah guru, sedangkan siswa yang melakukan
peraturan karena keterpaksaan mencapai 16%.
2. Analisis tentang keaktifan siswa di kelas
Guru dalam menyajikan bahan pelajaran (terutama berupa
konsep-konsep atau pengertian-pengertian yang esensial) harus
mengikutsertakan para siswanya secara aktif baik individual maupun
kelompok.
85
Keaktifan siswa ini antara lain tampak dalam kegiatan:
1. berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan
penuh keyakinan.
2. mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana
memperoleh situasi pengetahuan.
3. merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh
guru kepadanya.
4. belajar dalam kelompok.
5. mencobakan sendiri konsep-konsep tertentu.
6. mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan dan
penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan.
Dalam Proses Belajar Mengajar, Guru perlu menimbulkan
aktifitas siswa berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika
aktifitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu berlalu begitu saja,
tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang
berbeda. Atau siswa akan bertanya mengajukan pendapat, menimbulkan
diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah,
melaksanakan tugas, grafik, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh
guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu
atau pengetahuan itu dengan baik.
Pembelajaran di SD hendaknya memperhatikan empat prinsip:
1) Prinsip latar belakang, adalah keadaan di mana siswa telah mengetahui
hal lain secara langsung atau tidak langsung dengan bahan yang akan
dipelajari.
2) Prinsip belajar sambil bekerja sangat penting karena pengalaman yang
diperoleh melalui bekerja tidak mudah dilupakan.
3) Prinsip belajar dan bermain, penting karena bermain merupakan
keaktifan siswa yang dapat menimbulkan suasana yang
menyenangkan. Suasana seperti ini akan mendorong siswa untuk
belajar lebih giat.
86
4) Prinsip belajar keterpaduan, mengharapkan agar guru dalam
menyampaikan materi hendaknya mengaitkan antara materi yang satu
dengan materi yang lain, baik dalam satu bidang studi maupun dengan
bidang studi lainnya. Pemaduan konsep dapat membuat materi
pelajaran lebih bermakna.
Ditinjau dari ruang lingkup bahan pengajaran Kurikulum 1994
menggunakan pendekatan spiral yaitu pengajaran yang dimulai dari
lingkungan terdekat dan sederhana sampai kepada lingkungan yang
kompleks. Dengan demikian sangat tepat jika dengan pendekatan ini guru
mengajarkan menggunakan pendekatan terpadu dengan mengaitkan hal-
hal yang aktual yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Tujuan pembelajaran adalah menguasai konsep ilmu dalam
berbagai segi, persepsi, visi, dan misinya. Di samping itu proses
pembelajaran dituntut dapat mewujudkan dwifungsi yaitu sebagai ilmu
dan juga sebagai alat pendidikan atau edukatif pragmatik yang harus
mampu mengatasi permasalahan kehidupan manusia.
Dalam pembelajaran, manajemen sumber belajar sangat penting
sehingga alternatif pemilihan materi ajar lebih bersifat strategis dan
menghindari text book thinking. Sesuai dengan metodologi pengajaran,
pendidikan dapat ditampilkan dalam kombinasi pembelajaran berbasis
inkuiri, problematika, kontribusi, dan etos kerja aktual. Hal tersebut dapat
di realisasi dengan menggunakan Model Pembelajaran Terpadu.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pembelajaran yang
melibatkan beberapa pokok bahasan, sub pokok bahasan, atau beberapa
bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada
siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa akan memahami konsep yang
dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang sudah dipahami sebelumnya
Pembelajaran akan berjalan secara efektif apabila digunakan
sistem pembelajaran terpadu karena siswa secara aktif terlibat dalam
proses belajar dan pembuatan keputusan, bahwa pembelajaran akan lebih
87
bermakna bila menggunakan pembelajaran terpadu karena manusia tidak
bisa melepaskan diri dari masalah sosial dan perlu memiliki kemampuan
terpadu tentang cara pemecahannya.
Pembelajaran terpadu lebih menekankan keterlibatan siswa dan
kegiatannya bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering
ditemui siswa dalam lingkungannya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran terpadu akan
menumbuh kembangkan keterampilan sosial.
Kemampuan untuk bergaul dengan hal yang bersifat lebih abstrak
yang diperlukan untuk mencerna gagasan dalam berbagai mata pelajaran
akademik umumnya baru terbentuk pada usia kelas akhir SD dan
berkembang lebih lanjut dengan meningkatnya usia. Oleh karena itu
pengemasan pengalaman belajar yang dirancang untuk murid akan sangat
berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman tersebut. Pengemasan
pengalaman belajar yang memenuhi tuntutan tersebut adalah dalam bentuk
pembelajaran terpadu.
Dalam pembelajaran terpadu terjadi kaitan pengalaman yang
bermakna sedangkan pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan
unsur konseptual akan meningkatkan peluang bagi terjadinya
pembelajaran yang lebih efektif. Dengan kata lain, pembelajaran terpadu
bertujuan agar pembelajaran terutama di SD menjadi lebih efektif.
Ada tiga model pembelajaran terpadu, yaitu :
a. Pembelajaran Terpadu Model Terkait
Model terkait adalah model pembelajaran terpadu yang paling
sederhana. Konsep, keterampilan, atau kemampuan yang
ditumbuhkembangkan di dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok
bahasan dikaitkan dengan konsep, keterampilan, atau kemampuan pada
pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi.
b. Pembelajaran Terpadu Model Terjala
Berbeda dengan pembelajaran terpadu model terkait terjala ini
pelajaran dimulai dari suatu tema. Tema diramu dari pokok-pokok
88
bahasan atau sub pokok bahasan dari beberapa bidang studi yang
dijabarkan dalam konsep keterampilan, atau kemampuan yang ingin
dikembangkan. Pembelajaran melalui tema ini dapat disoroti melalui
beberapa bidang studi.
c. Pembelajaran Terpadu Model Terpadu
Berbeda dengan model-model pembelajaran terpadu sebelumnya,
dalam model terpadu ini pelajaran dimulai dengan pembahasan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan yang diprioritaskan dan tumpang
tindih. Pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang tumpang tindih ini
berasal dari tiga atau lebih bidang studi yang dirancang untuk
diajarkan secara terpadu. Pokok bahasan ini harus dikaji terlebih
dahulu dalam GBPP kemudian diperkirakan untuk memperoleh
prioritas
Pada penelitian ini model pembelajaran yang akan digunakan
adalah pembelajaran terpadu model terjala atau model antar bidang studi
karena subyek penelitiannya siswa SD yang ditinjau dari perkembangan
kognitifnya masih belum mampu menggunakan taraf berfikir tinggi.
Perencanaan pembelajaran terpadu merupakan rangkaian isi dan
kegiatan pembelajaran yang menyeluruh, sistematis yang merupakan
pedoman dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran yang dikembangkan harus disesuaikan dengan
model pembelajaran yang dipilih. Pembelajaran terpadu yang diharapkan
adalah terpadu dalam materi, terpadu dalam proses, dan terpadu antar
kurikulum dengan kebutuhan siswa, yang untuk menerapkannya
diperlukan perencanaan spesifik.
Langkah dalam perencanaan pembelajaran terpadu meliputi:
memilih tema yang dapat menjadi awal topik untuk memadukan beberapa
bidang studi, melakukan peta konsep untuk menemukan konsep yang
terkait di antara mata pelajaran yang ada, memilih aktifitas belajar yang
memungkinkan adanya keterpaduan.
89
Alternatif topik dapat ditentukan berdasarkan minat siswa, minat
guru, kejadian yang penting dalam waktu tertentu, mengambil topik utama
dalam kurikulum, atau mengacu pada kegiatan dan kehidupan masyarakat
tertentu. Langkah yang perlu dilakukan dalam merancang pembelajaran
terpadu adalah: mengidentifikasi konsep yang sama, menentukan konsep
yang akan dibahas, memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan anak, menyusun jadwal kegiatan secara sistematis. Konsep
yang dipilih dalam pembelajaran terpadu khusus untuk siswa SD
sebaiknya berorientasi pada kondisi fisik lingkungan siswa, dan masalah
yang dihadapi di dalam lingkungan tersebut.
Evaluasi terhadap pembelajaran terpadu bertujuan untuk
mengetahui: apa keuntungan yang dapat diperoleh dengan pembelajaran
terpadu, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu,
kualitas program yang disusun. Untuk menilai kualitas program
pembelajaran terpadu dapat dilakukan dengan melihat dua aspek yaitu
keterpaduan konsep dan pengorganisasian atau pengelolaannya. Tingkat
keterpaduan konsep dapat ditinjau dari segi signifikansi, koherensi dan
relevansi. Evaluasi pembelajaran terpadu dapat diartikan sebagai evaluasi
yang berupa informasi tentang pencapaian pengetahuan dan pemahaman
anak, pengembangan keterampilan anak, pengembangan sosial dan efektif
anak dengan memanfaatkan asesmen alternatif dan cara informal.
Pada dasarnya evaluasi pembelajaran terpadu tidak berbeda
dengan evaluasi pada pembelajaran konvensional. Oleh karena itu semua
asas-asas yang perlu diindahkan dalam evaluasi konvensional berlaku pula
bagi evaluasi pembelajaran terpadu. Bedanya dalam pembelajaran terpadu
kita harus memberikan perhatian yang cukup banyak pada usaha
pembentukan dampak pengiring seperti kemampuan bekerja sama,
tenggang rasa, dan toleransi. Evaluasi pembelajaran terpadu mencakup
proses dan produk dengan sasaran peserta didik terhadap program.
Hasil evaluasi proses dan produk didokumentasikan dalam
portofolio. Portofolio ini dapat dijadikan salah satu masukan bagi guru
90
untuk memutuskan nilai peserta didik. Dalam evaluasi terhadap proses
pelaksanaan kegiatan, guru mengamati aktivitas siswa, secara individu dan
kelompok, pada setiap tahap kegiatan dengan memperhatikan aspek
seperti: rasionalitas alasan, peranan siswa dalam semua kegiatan, kerja
sama kelompok dan produktivitasnya, penggunaan bahasa dengan benar.
Sedangkan evaluasi dalam produk meliputi laporan verbal yang tertulis
baik berupa gambar atau metrik. Untuk mengetahui keefektifan
pembelajaran terpadu dalam pengajaran maka dilakukan penelitian ini.
Dari latar belakang tersebut maka permasalahan penelitian ini
adalah bahwa pengembangan program dan materi pada tingkat dasar lebih
banyak memuat aspek pengetahuan, belum secara terintegrasi
mengembangkan bahan-bahan yang aktual. Sedangkan proses
pembelajarannya cenderung diwarnai oleh orientasi pada pencapaian target
kurikulum. Di samping itu adanya kesenjangan dalam pembelajaran,
dimana proses hafalan lebih kuat dari pada pengembangan berfikir dan
pengembangan nilai, ditambahkan lagi evaluasi yang lebih menekankan
aspek kognitif. Pembelajaran terpola pada interaksi yang monoton satu
arah atau guru sentries. Sedangkan sarana pendidikan belum difungsikan
untuk memberikan kemudahan dan pemantapan pengalaman belajar anak.
Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan
perolehan hasil belajar antara pembelajaran terpadu dengan pembelajaran
konvensional dan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran terpadu di
SD. Sedangkan manfaat penelitian ini untuk melatih dan mengembangkan
cara berpikir kritis dengan mengaitkan hal yang ada di lingkungan anak,
bagi guru hasil penelitian ini dapat meningkatkan teknik penyampaian
proses belajar mengajar sehingga dapat mengembangkan proses berfikir
siswa, dan bagi para praktisi pendidikan memberi masukan bahwa
pembelajaran lebih efektif diberikan pada anak dengan pembelajaran
terpadu. Aktif di kelas sangat diperlukan karena seorang guru akan dapat
dengan mudah menyampaikan materi sesuai yang menjadi keinginan guru.
91
Di SD Islam Terpadu Permata Bunda untuk tingkat keaktifan
agak kecil walaupun mencapai 71% aktif karena inisiatif sendiri, 22% aktif
karena perintah guru dan 7% adalah dilakukan dengan keterpaksaan.
Banyak siswa yang aktif dalam kelas karena harus diperintah oleh guru.
Dengan demikian perlu adanya pelatihan-pelatihan untuk memberikan
stimulus pada siswa untuk dapat aktif di kelas.
3 Analisis tentang Perhatian Siswa dalam Belajar
Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian
siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian akan lebih
besar bila pada siswa ada minat dan bakat. Bakat telah dibawa siswa sejak
lahir, namun dapat berkembang karena pengaruh pendidikan dan
lingkungan. Perhatian dapat timbul secara langsung, karena pada siswa
sudah ada kesadaran akan tujuan dan kegunaan mata pelajaran yang
diperolehnya. Perhatian tidak langsung baru timbul bila dirangsang oleh
guru dengan penyajian pelajaran yang menarik, juga dengan
menggunakan media yang merangsang siswa berpikir, maupun
menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Bila perhatian kepada pelajaran itu ada pada siswa, maka
pelajaran yang diterimanya akan dihayati, diolah dalam pikirannya
sehingga timbul pengertian. Usaha ini mengakibatkan siswa dapat
membanding-bandingkan, membedakan, menyimpulkan pengetahuan
yang diterimanya. Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman
merupakan tanggung jawab orang tua. Setidaknya orang tua memenuhi
kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian dengan cara
mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar.
Sebagai selingan orang tua dapat pula memberikan permainan-
permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap
menarik perhatian. Ternyata malas belajar yang dialami oleh anak banyak
disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh karena itu sebelum anak terlanjur
mendapat nilai yang tidak memuaskan dan membuat malu orang tua,
hendaknya orang tua segera menyelidiki dan memperhatikan minat
92
belajar anak. Selain itu, menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada
anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada
anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang. Jika enam
langkah ini dapat diterapkan pada anak, maka sudah seharusnya ibu Rita
tidak lagi marah-marah si Andi putranya sebagaimana digambarkan pada
ilustrasi tadi.
Perhatian siswa pada saat belajar di kelas sangat diperlukan
untuk terciptanya suasana kelas yang kondusif. Di SD Islam Terpadu
Permata Bunda untuk tingkat perhatian siswa pada saat belajar juga cukup
baik yaitu mencapai 73% yang dilakukan atas inisiatif sendiri. Karena atas
perintah dari guru mencapai 18% dan karena dilakukan dengan
keterpaksaan mencapai 9%. Itu artinya bahwa perhatian siswa pada saat
belajar sudah cukup tinggi dalam rangka tercapainya suasana kelas yang
baik. Karena ada banyak di sekolah-sekolah yang kondisi kelasnya
semrawut, sehingga untuk belajar kurang bagus.
2. Analisis tentang ketaatan siswa
Salah satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam adalah
penghargaan yang amat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya
penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di
bawah kedudukan nabi dan rasul. Mengapa demikian? Karena guru selalu
terkait dengan ilmu pengetahuan, sedang Islam sangat menghargai ilmu
pengetahuan.
Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan
realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan,
pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar; yang belajar adalah
calon guru, dan yang mengajar adalah guru. Maka tidak boleh tidak, Islam
pasti memuliakan guru. Tak terbayangkan adanya belajar dan mengajar
tanpa adanya guru. Karena Islam adalah agama, maka pandangan tentang
guru, kedudukan guru, tidak terlepas dari nilai-nilai kelangitan.
Lengkaplah sudah syarat-syarat untuk menempatkan kedudukan tinggi
93
bagi guru dalam Islam: alasan duniawi dan alasan ukhrawi, atau alasan
bumi dan alasan langit.
Tingginya kedudukan guru dalam Islam masih dapat disaksikan
secara nyata pada zaman sekarang. Itu dapat kita lihat terutama di
pesantren-pesantren di Indonesia. Santri bahkan tidak berani menentang
sinar mata kyainya, sebagian lagi membungkukkan badan tatkala
menghadap kyainya. Bahkan konon ada santri yang tidak berani kencing
menghadap rumah kiai sekalipun ia berada dalam kamar yang tertutup.
Betapa tidak, mereka silau oleh tingkah laku kiai yang begitu mulia, sinar
matanya yang “menembus’ ilmunya yang dalam, doanya yang diyakini
mujarab.
Pandangan ini selanjutnya akan menghasilkan bentuk hubungan
yang khas antara guru dan murid. Hubungan guru dan murid dalam Islam
tidak berdasarkan hubungan untung rugi, apalagi untung rugi dalam arti
ekonomi. Inilah nanti yang menyebabkan pernah muncul pendapat di
kalangan ulama Islam bahwa guru haram mengambil upah (gaji) dari
pekerjaan mengajar. Hubungan guru-murid dalam Islam pada hakekatnya
adalah hubungan keagamaan, suatu hubungan yang mempunyai nilai
kelangitan.
Kedudukan guru yang demikian tinggi dalam Islam kelihatannya
memang berbeda dari kedudukan guru di dunia barat. Perbedaan itu jelas
barat kedudukan itu tidak memiliki warna kelangitan. Hubungan guru dan
murid juga tidak lebih dari sekedar dari hubungan pemberi dan penerima.
Karenanya maka wajarlah bila di barat hubungan guru-murid adalah
hubungan kepentingan antara pemberi dan penerima jasa (dalam hal ini
adalah pengetahuan); karena itu, hubungan juga diikat oleh pembayaran
yang dilakukan berdasarkan penghitungan ekonomi.
Di Indonesia hubungan antara siswa kepada guru masih ada
penghormatan, para siswa akan selalu taat apa yang menjadi perintah guru.
Sebagaimana yang terjadi di SD Islam Terpadu Permata Bunda adalah
masih terlihat adanya ketaatan siswa kepada guru. Sehingga dalam
94
prosentase ketaatan siswa kepada guru mencapai 82% dengan dilakukan
inisiatif siswa, kemudian karena perintah guru mencapai 9 %, sedangkan
dilakukan karena keterpaksaan juga 9%. Itu menunjukkan bahwa tingkat
ketaatan siswa pada guru merupakan prosentase yang sangat tinggi.
Dengan ketaatan itu menjadi proses belajar mengajar akan dapat berjalan
dengan baik.
3. Analisis Tentang Kebersihan di Lingkungan Kelas dan Sekolah
Dunia pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai masalah
yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian kita semua. Salah
satu masalah tersebut adalah menurunnya tata-krama kehidupan sosial dan
etika moral dalam praktik kehidupan sekolah yang mengakibatkan
sejumlah ekses negatif yang amat merisaukan masyarakat. Ekses tersebut
antara lain semakin maraknya penyimpangan berbagai norma kehidupan
agama dan sosial kemasyarakatan yang terwujud dalam bentuk: kurang
hormat kepada guru dan pegawai sekolah, kurang disiplin terhadap waktu
dan tidak mengindahkan peraturan, kurang memelihara keindahan dan
kebersihan lingkungan, perkelahian antar pelajar, penggunaan obat
terlarang dan lain-lainnya.
Masalah ini bilamana tidak segera diatasi akan semakin
mengancam kehidupan generasi bangsa kita khususnya dan tata kehidupan
sosial masyarakat pada umumnya. GBHN Tahun 1999 mengamanatkan
kepada masyarakat pendidikan untuk memberlakukan lagi pendidikan budi
pekerti sebagai pelajaran yang wajib diberikan dalam kehidupan siswa dan
warga sekolah. Hal ini dapat difahami, karena salah satu misi pendidikan
adalah bagaimana melindungi, melestarikan dan mengembangkan budaya
bangsa dan budi pekerti yang luhur dalam tata kehidupan sekolah.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa pendidikan budi pekerti secara
konsepsional dapat dibagi dalam dua aspek, yaitu yang di persepsi
(perceived behaviour) dan yang diwujudkan (manifested behaviour). Kita
telah sepakat bahwa pendidikan budi pekerti yang di persepsi dan
diajarkan dimasukkan dan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang
95
relevan (Pendidikan Agama, PPKN, Bahasa Indonesia, dsb). Namun
demikian, tujuan akhir (ultimate goal) kita adalah bagaimana pendidikan
budi pekerti menjadi bagian yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-
hari di sekolah (manifested behaviour).
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan merupakan small
community, suatu masyarakat dalam skala kecil, sehingga gagasan untuk
mewujudkan masyarakat madani perlu diwujudkan dalam tata kehidupan
sekolah. Salah satu di antaranya melalui pendidikan budi pekerti yang
nyata dilakukan (in-action), bukan semata-mata yang di persepsi. Oleh
karena itu, setiap sekolah mulai saat ini perlu mulai memikirkan
bagaimana mewujudkan pendidikan budi pekerti in action ini, agar anak
didik betul-betul dapat mempraktekkan norma dan tata nilai yang sesuai
dengan agama dan budaya bangsa kita.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan saat ini adalah, perlu
menyusun perangkat tata-krama dan tata kehidupan sosial sekolah yang
merupakan acuan norma yang harus dibuat dan dilaksanakan oleh setiap
sekolah. Acuan ini bukan hanya mencakup tata tertib sekolah
sebagaimana yang berlaku sekarang ini, tetapi meliputi semua aspek tata
kehidupan sosial sekolah yang mengatur tata hubungan antara siswa-
siswa, siswa-guru, guru-guru, kepala sekolah-siswa/guru.
Beberapa aspek nilai dasar yang perlu dikembangkan dalam
perumusan tata-krama dan tata tertib kehidupan sosial sekolah, antara lain:
ketaqwaan, sopan santun pergaulan, kedisiplinan, ketertiban, kebersihan
/kesehatan/kerapian, dan keamanan. Disamping itu, setiap tata tertib perlu
diikuti dengan berbagai larangan, sanksi dan penghargaan. Hal itu
dimaksudkan untuk menjamin agar peraturan sekolah dapat berjalan dan
tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
Kebersihan/kesehatan/kerapian ketika dalam kelas ataupun diluar
kelas sangat menjadi keharusan di lembaga-lembaga pendidikan karena
siswa akan terbiasa dengan bersih dan rapi karena dengan demikian
kesehatan pun terjamin. Untuk dapat melatih siswa agar tetap bersih
96
adalah diantaranya dengan Membiasakan siswa menjaga kebersihan dan
kesehatan badan, kerapian pakaian (bersih dan sopan), rambut, kuku, dan
semacamnya.
Selain kebersihan nilai keamanan pun harus menjadi landasan
bagi siswa dan warga sekolah dalam berbagai kegiatan baik di dalam
maupun di luar sekolah. Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan, antara
lain: Menjaga keamanan diri, teman, warga sekolah, barang-barang
perlengkapan sekolah, dan hak milik dalam belajar di ruang kelas,
laboratorium, kegiatan olahraga, dan kegiatan belajar dan bermain lainnya.
Menjaga keamanan dan keutuhan hak milik pribadi dan sekolah dari
pihak-pihak yang mengganggu baik dari dalam maupun luar sekolah.
Menjaga keamanan sekolah dari pengaruh negatif baik dari luar maupun
dari dalam sekolah, seperti pengedaran obat-obatan terlarang (narkoba),
adu domba dengan warga sekolah maupun warga sekolah lain, dan upaya
provokasi lainnya.
Tanggung jawab juga harus ditanamkan kepada siswa sejak dini
karena dengan tanggung jawab, kebersihan juga akan dapat dihasilkan.
Bertanggung jawab mengandung arti berkewajiban menanggung atau
memikul tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan nilai dasar yang
tidak kalah penting dengan nilai dasar yang lain. Beberapa kegiatan yang
perlu diperhatikan, antara lain:
- Melaksanakan tugas piket di sekolah dengan baik.
- Melaksanakan secara sungguh-sungguh seluruh tugas yang diberikan
oleh sekolah
- Taat memakai pakaian seragam sekolah yang telah ditetapkan.
Tingkat kebersihan di SD Islam Terpadu Permata Bunda yang
melakukan kebersihan pribadi dan lingkungan mencapai 70 %. Kebersihan
pribadi dan lingkungan karena harus menunggu perintah dari guru
mencapai 19% dan 11% adalah siswa yang melakukan kebersihan, baik
kebersihan pribadi ataupun lingkungan. Itu artinya bahwa tingkat
top related