bab iii metodologi penelitian -...
Post on 25-Mar-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif, dimana
dalam bab ini akan diuraikan menjadi dua bagian. Pada bagian
pertama berisi tentang uraian dan jumlah variabel yang diteliti,
definisi operasional yang akan memberikan gambaran mengenai
bagaimana mengukur tiap variabel, teknik pengumpulan data,
validitas dan reliabilitas alat ukur, penentuan populasi dan
sampel. Sedangkan dalam bagian yang kedua, penulis akan
menguraikan mengenai teknik analisis data, dan pengujian
hipotesis.
3.1 Variabel Penelitian
3.1.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan juga hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini
terdapat tiga variabel bebas (independent variable) dan
satu variabel terikat (dependent variable). Ketiga variabel
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Peubah bebas (independent variable): FLL Self-
efficacy (X1), Motivasi Berprestasi (X2), dan Jenis
kelamin (X3).
2. Peubah terikat (dependent variable): Communication
Apprehension (Y)
62
3.2. Definisi Operasional
3.2.1 Communication Apprehension
Communication Apprehension didefinisikan sebagai
tingkat kecemasan dan ketakutan yang dimiliki oleh individu
dalam kaitannya dengan komunikasi antar individu, dalam
konteks berbicara di depan umum dan dalam melakukan
presentasi di depan kelas terutama dengan menggunakan Bahasa
Inggris.
Skala Communication Apprehension yang diadaptasi dari
McCroskey (1984) yang disebut Skala Personal Report of
Communication Apprehension (PRCA), digunakan untuk
mengukur tingkat CA dalam Public Speaking yang terdiri dari 24
pernyataan dengan reliabilitas antara 0,93 – 0,97, masing-masing
aspek terdiri dari 6 aitem pernyataan. Skala ini diadaptasi dan
dimodifikasi oleh penulis sesuai dengan kebutuhan.
Berikut kisi-kisi aitem skala Communication
Apprehension disajikan dalam Tabel 3.1
Tabel 3.1
Kisi-kisi Skala Communication Apprehension
Aspek Indikator Nomor aitem
Jumlah F U
Generalized
Context
Group 1, 3,5 2, 4,6 6
Meeting (learning
Process)
7, 10, 11 8, 9, 12 6
Dyadic 13, 15, 18 14, 16, 17 6
Public (classroom
context)
20, 22, 24 19, 21, 23 6
63
3.2.2. Foreign Language Learner Self efficacy
Foreign Language Learner Self Efficacy adalah perasaan
yakin dalam diri individu atas kemampuan yang mereka miliki,
khususnya dalam kemampuan berbicara didepan umum dalam
Bahasa Inggris (Azar, 2013).
Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur Self
Efficacy, adalah General Self Efficacy Scale yang meliputi tiga
dimensi sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bandura
(1989) yaitu Strenght, Level, dan Generality, yang kemudian
dimodifikasi dan diuji oleh Indi (2009) dengan reliabilitas 0,907.
Skala ini diadaptasi dan dimodifikasi kembali oleh penulis
menjadi 30 item pernyataan, sesuai dengan tujuan penelitian.
64
Berikut kisi-kisi skala aitem FLL Self Efficacy disajikan
dalam Tabel 3.2
Tabel 3.2
Kisi-kisi Skala FLLSelf Efficacy Dimensi Indikator F UN Total
Tingkat
(Level)
a. Memiliki pandangan yang
positif terhadap tugas
5, 9 17 3
b. Merasa yakin dapat
melakukan dan menyelesaikan
tugas
4 11,
18
3
c. Membuat rencana dalam
menyelesaikan tugas
3, 10,
25
19 4
Kekuatan
(Strength)
a. Mampu menyelesaikan semua
tugas yang diberikan
12, 20 6,
27
4
b. Berusaha mencari cara untuk
menyelesaikan tugas yang
diberikan
13, 26 2,
21
4
c. Merasa yakin terhadap
kemampuan yang dimiliki
1, 15 22 3
Keluasan
(Generality)
a. Memiliki kemampuan untuk
belajar dari pengalaman
14,
23,
28, 30
7 5
b. Mampu menyikapi situasi dan
kondisi yang beragam dengan
sikap positif
29 8,
16,
24
4
17 13 30
65
3.2.2. Motivasi Berprestasi
Motivasi Berprestasi adalah dorongan yang berasal dari
dalam diri individu untuk mendapatkan prestasi atau pencapaian
yang bagus dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam
kurun waktu tertentu. Hal ini ditunjukkan dengan aspek-aspek:
Pengambilan resiko sedang, menginginkan umpan balik, puas
dengan prestasi, dan totalitas terhadap tugas. Untuk mengukur
variabel ini, digunakan angket Motivasi Berprestasi dari Skala
Motivasi Berprestasi yang disusun oleh Noya (2011) berdasarkan
teori yang dikemukakan oleh McClelland (1985), dengan
reliabilitas sebesar 0,924 dan validitas bergerak dari 0,304 sampai
dengan 0,718, dan dimodifikasi oleh penulis sesuai dengan tujuan
penelitian.
Adapun angket Motivasi Berprestasi terdiri dari empat aspek
yakni pengambilan resiko sedang, menginginkan umpan balik,
puas dengan prestasi, dan totalitas terhadap tugas. Makin tinggi
nilai (scoring) skala tersebut, menunjukan Motivasi Berprestasi
mahasiswa semakin tinggi, demikian juga sebaliknya. Skala
Motivasi Berprestasi terdiri dari pernyataan positif dan negatif
dengan menggunakan skala Likert yang dimulai dari skor 1-5,
diadaptasi dan dimodifikasi kembali oleh penulis sesuai dengan
tujuan penelitian. Berikut adalah kisi-kisi skala Motivasi
Berprestasi yang disajikan dalam Tabel 3.3
66
Tabel 3.3
Kisi-kisi Skala Motivasi Berprestasi
Ciri-ciri Indikator Jumlah Nomor F UN
Pengambilan
resiko sedang a. Tekun dalam mencapai sukses.
b. Adanya keyakinan bahwa
harapan akan kesuksesan dapat
dicapai
c. Pengambilan tugas sesuai dengan
kemampuan sehingga tujuan
dapat dicapai.
d. Mengerjakan tugas secara
inovatif
12 1, 2, 3, 4,
5, 6, 13,
14, 15, 16
17,18
1,
2,
3,
4,
5,
6,
13,
15,
16,
17,
18
14
Menginginkan
umpan balik
a. Memanfaatkan waktu secara efektif
b. Membuat batasan waktu dalam
menyelesaikan tugas
6 19, 20, 21,
22, 23, 24
19,
21,
23,
24
20,
22
Puas dengan
prestasi
a. Tetap berusaha dalam kondisi
apapun
b. Memiliki pengharapan dimasa
yang akan datang
6 7, 8, 10,
11,
12, 9
7,
8,
9,
10
11,
12
Totalitas
terhadap tugas
a. Berusaha memahami setiap
tugas yang diberikan dan
mengerjakan dengan senang
hati
b. Berupaya menyelesaikan tugas-
tugas dengan optimal
c. Mengutamakan pencapaian
prestasi daripada hubungan
sosial
12 25, 26, 27,
28, 29, 30,
31, 32,
33,34,35,
36
25,
26,
28,
29,
31,
32,
36
27,
30,
33,
34,
35
Jumlah 36 26 10
67
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi merupakan subjek penelitian secara keseluruhan
(Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) UKSW. Sedangkan sampel
merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2006).
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian sebanyak 104 mahasiswa yang sedang
mengambil matakuliah Public Speaking di Fakultas Bahasa dan
Sastra UKSW yang dipilih secara acak atau menggunakan teknik
purposive sampling.
Sugiyono (2001) menyatakan bahwa purposive sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Menurut Margono (2004), pemilihan sekelompok subjek dalam
purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri
populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan kata lain unit
sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria
tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini, tidak semua anggota populasi
dijadikan subyek penelitian, oleh sebab itu perlu dilakukan teknik
sampling. Sampling adalah salah satu cara pengumpulan data
yang bersifat tidak menyeluruh dan hanya mencakup sebagian
dari populasi saja seperti yang diungkapkan oleh Supranto
(1997). Responden dipilih berdasarkan kriteria tertentu yakni
68
mahasiswa minimal berada pada tahun kedua semestar tiga dan
sedang mengambil matakuliah public speaking.
3.4. Instrumen dan prosedur pengumpulan data
Dalam sebuah penelitian, data merupakan komponen
penting untuk menegaskan arah dan tujuan penelitian. Data
tentang variabel-variabel dalam penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan instrumen berupa skala. Alasan penggunaan
instrumen berupa skala karena tidak mengharuskan kehadiran
penulis, dapat dibagikan secara serentak kepada banyak
responden sekaligus, waktu pelaksanaan pengisian tidak
mengikat sehingga dapat disesuaikan dengan waktu yang dimiliki
responden.
3.4.1. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari 3 skala yaitu:
1. Skala Personal Report of Communication Apprehension
(PRCA) diadaptasi dari McCroskey (1984) dan
dimodifikasi oleh penulis yang terdiri dari 22 butir
pernyataan.
2. Skala General Self Efficacy diadaptasi dari Bandura
(1997) dalam Indi (2009) dan dimodifikasi oleh penulis
yang terdiri dari 25 butir pernyataan.
3. Skala Motivasi Berprestasi diadaptasi dari McClelland
(1985) dalam Noya (2011) dan dimodifikasi oleh penulis
yang terdiri dari 30 butir pernyataan.
Melalui instrumen berupa skala (angket) data dikumpulkan
dengan menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada
69
responden, dengan harapan mereka akan memberikan respon atas
daftar pertanyaan/pernyataan tersebut, dengan memilih salah satu
jawaban dari alternatif jawaban yang telah disediakan. Respon
subyek tidak diklasifikasikan dalam benar atau salah namun
semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan jawaban jujur
dan sungguh-sungguh.
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket atau kuesioner untuk masing-masing
variabel. Kuesioner merupakan salah satu teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan data dalam sebuah penelitian. Menurut
Sugiyono (2008) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Penulis
akan mengumpulkan data melalui angket. Bentuk angket yang
akan disebar berbentuk check-list, dimana dalam angket ini
responden hanya membubuhkan tanda check-list pada kolom
yang telah disediakan. Semua skala dibuat dalam bentuk skala
Likert dengan lima alternatif jawaban, seperti yang tampak pada
tabel di bawah ini:
70
Tabel 3.4
Skala Likert Skor Jawaban aitem Favorable aitem Unfavorable
SS = Sangat Sesuai 5 1
S = Sesuai 4 2
N = Netral 3 3
TS = Tidak Sesuai 2 4
STS = Sangat Tidak Sesuai 1 5
Sebagai tahap awal dalam penelitian ini, penulis
melakukan observasi ke lapangan untuk mencari fenomena
sehubungan dengan Communication Apprehension. Untuk
mengetahui tingkat CA yang dialami mahasiswa, penulis
menggunakan sebaran angket PRCA (Personal Report of
Communication Apprehension) yang diadaptasi dari Mc Croskey
(1984) kepada mahasiswa.
Apabila didapat hasil penilaian kurang dari 51, maka
tingkat CA individu dapat dikatakan rendah, namun apabila
didapat hasil penilaian lebih dari 80, maka dapat disimpulkan
bahwa tingkat CA individu tersebut tinggi. Namun McCroskey
(1981) juga menyatakan bahwa, “the average overall score on
the PRCA-24 is 65,5.” Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
bahwa individu dengan nilai kurang dari 65,6 sudah bisa
dikatakan memiliki tingkat CA yang rendah, sedangkan individu
dengan nilai diatas 65,6 sudah bisa dikatakan memiliki CA yang
cenderung tinggi. Hasil observasi ini kemudian penulis tuangkan
dalam latar belakang penulisan di bab 1.
71
3.4.3 Prosedur Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan
kegiatan penggunaan metode dan instrumen yang telah
ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara
sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau
kegiatan yang dilakukan penulis untuk mengungkap atau
menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi
penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Pengumpulan data
diawali dengan pencarian data awal yang berkaitan dengan
Communication Apprehension mahasiswa FBS UKSW.
Selanjutnya, responden diminta untuk mengisi angket atau
kuesioner dengan jawaban yang dianggap paling tepat atau
sesuai. Data kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian diolah
dan diuji validitas maupun reliabilitasnya.
3.5 Uji Kelayakan Alat Ukur
3.5.1 Seleksi Aitem
Analisis aitem merupakan cara analisis aitem dengan
mengikuti secara cermat indikator keperilakuan yang dimuat
dalam blueprint skala dan spesifikasinya. Ada beberapa
langkah atau hal yang perlu diperhatikan dalam analisis
aitem, antara lain pra ujicoba, evaluasi kualitatif, evaluasi
empirik, ukuran sampel, daya diskriminasi aitem, dan lain
sebagainya. Berikut merupakan formula Pearson untuk
komputasi koefisien korelasi aitem:
푟푖푋 = ∑푖Χ − (∑푖)(∑Χ)/푛
√[Σ푖 − (Σ푖) /푛][ΣΧ − (ΣΧ) /푛]
72
i: Skor Aitem
X: Skor Skala
n: Banyaknya Aitem
Dasar untuk mengambil keputusan sebuah aitem layak atau tidak
adalah dengan melihat nilai corrected item-total correlation
untuk setiap aitem, dalam hal ini nilai corrected item-total
correlations dan uji seleksi harus ≥0,30 (Azwar, 2012).
3.5.2 Reliabilitas Skala
Pada hakikatnya setiap pengukuran selalu diharapkan
untuk mendapat hasil ukur yang akurat dan objektif. Salah satu
upaya untuk mencapainya adalah alat ukur yang digunakan harus
valid atau sahih dan reliabel atau andal (Hadi, 2000). Di bawah
ini penulis menjabarkan cara untuk menguji validitas dan
reliabilitas dalam penelitian ini.
Uji reliabilitas bertujuan untuk menunjukan sejauh mana
hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang
sama (Azwar, 2012). Penentuan reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan metode Alpha Cronbach, dengan alasan karena
sesuai untuk tes-tes yang memiliki aitem yang dapat diskor dalam
suatu rentang nilai tertentu, dan dengan menggunakan program
SPSS for windows versi 16.0. Azwar (2012) menjelaskan bahwa
reliabilitas dinyatakan dalam angka koefisien reliabilitas yang
berada dalam rentang 0 -1,00. Semakin tinggi koefisien
73
reliabilitas mendekati angka 1 maka semakin tinggi reliabilitas
alat tes tersebut.
Menurut Kaplan dan Saccuzzo (2001) kriteria reliabilitas
yang digunakan adalah bila:
1. r ≥ 0,7 berarti alat ukur tersebut dapat diandalkan dalam
melakukan penelitian.
2. r < 0,7 berarti alat ukur tersebut tidak dapat diandalkan
dalam melakukan penelitian.
Berikutnya, validitas adalah ketepatan dan kecermatan
instrumen dalam menjalankan fungsi ukurnya. Artinya, validitas
menunjuk pada sejauh mana skala itu mampu mengungkap
dengan akurat dan teliti data mengenai atribut yang di rancang
untuk mengukurnya. Validitas sangat erat kaitannya dengan
tujuan ukur, maka setiap skala hanya dapat menghasilkan data
yang valid untuk satu tujuan ukur yang spesifik.
3.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum dilakukan penelitian atau pengambilan data, alat
ukur perlu di uji coba (try out) terlebih dahulu untuk mengetahui
ketetapan, dan kecermatan, serta untuk mengetahui tingkat
reliabilitas alat ukur tersebut.
Sebaran aitem hasil uji coba alat ukur untuk skala
Communication Apprehension, FLL Self Efficacy, dan Motivasi
Berprestasi disajikan pada Tabel 3.5, 3.6 dan 3.7.
74
Tabel 3.5
Sebaran Aitem Uji coba Communication Apprehension
Aspek Indikator Nomor aitem
Jumlah Valid Gugur
Generalized
Context
Group 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 7
Meeting (learning
Process)
8, 9, 10, 12, 13,
14
11 7
Dyadic 15, 16, 17, 18, 19 20, 21 7
Public (classroom
context)
22, 23, 24, 25, 27,
28
23, 26 7
Jumlah 22 6 28
Untuk proses uji coba skala Communication
Apprehension, jumlah aitem ditambah menjadi 28 aitem. Aitem
gugur dengan nilai koefisien daya deskriminasi ≤ 0,30
(Azwar,2012).
Tabel 3.6.
Sebaran Aitem Uji Coba Skala Self Efficacy
Dimensi Indikator Aitem valid
Aitem gugur
Total
Tingkat (Level)
a. Memiliki pandangan yang positif terhadap tugas
5, 9 17 3
b. Merasa yakin dapat melakukan dan menyelesaikan tugas
4, 18 11 3
c. Membuat rencana dalam menyelesaikan tugas
3, 10, 25, 19
- 4
75
Tabel 3.6 (Lanjutan)
Dimensi Indikator Aitem
Valid
Aitem
Gugur
Total
Kekuatan
(Strength)
a..Mampu menyelesaikan
semua tugas yang
diberikan
12, 20, 6 27 4
b.Berusaha mencari cara
untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan
2, 13, 21,
26
- 4
c.Merasa yakin terhadap
kemampuan yang dimiliki
1, 15 22 3
Keluasan
(Generality)
a.Memiliki kemampuan
untuk belajar dari
pengalaman
7, 14, 23,
30
28 5
b. Mampu menyikapi
situasi dan kondisi yang
beragam dengan sikap
positif
8, 16, 29,
24
- 4
25 5 30
Untuk proses uji coba skala FLL Self Efficacy, jumlah
aitem ditambah menjadi 30 aitem. Aitem gugur dengan nilai
koefisien daya deskriminasi ≤ 0,30 (Azwar,2012).
76
Tabel 3.7
Sebaran Aitem SkalaMotivasi Berprestasi
Ciri-ciri Indikator Jumlah
Aitem
Aitem
valid
Aitem
gugur
Pengambilan
resiko sedang
a. Tekun dalam
mencapai sukses.
b. Adanya keyakinan
bahwa harapan akan
kesuksesan dapat
dicapai
c. Pengambilan tugas
sesuai dengan
kemampuan sehingga
tujuan dapat dicapai.
d. Mengerjakan tugas
secara inovatif
12 1, 2, 3,
4,5, 6,
13,14,15
16, 17,
18
-
Menginginkan
umpan balik
e. Memanfaatkan waktu
secara efektif
f. Membuat batasan
waktu dalam
menyelesaikan tugas
6 19, 20,
21, 22
23,
24
Puas dengan
prestasi
g. Tetap berusaha
dalam kondisi
apapun
h. Memiliki
pengharapan dimasa
yang akan dating
6 8,9, 10,
12
7, 11
77
Tabel 3.7 (Lanjutan)
Ciri-ciri Indikator Jumlah
Aitem
Aitem
valid
Aitem
gugur
Totalitas
terhadap tugas
i. Berusaha memahami
setiap tugas yang
diberikan dan
mengerjakan dengan
senang hati
j. Berupaya menyelesaikan
tugas-tugas dengan
optimal
k. Mengutamakan
pencapaian prestasi
daripada hubungan
sosial
12 25, 26,
27, 28,
30,31,
32, 34,
35 36
29, 33
36 30 6
Untuk proses uji coba Motivasi Berprestasi, jumlah aitem
diperbanyak menjadi 36 aitem. Aitem gugur dengan nilai
corrected item-total correlation ≤ 0,30 (Azwar,2012)
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisa yang digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh FLL Self Efficacy dan motivasi berprestasi
terhadap Communication Apprehension adalah analisa korelasi
dan Analysis of Variance (Anova) dengan menggunakan program
statistik SPSS 16.0.
78
Teknik korelasi ini dimaksudkan untuk menguji hubungan
antara variabel X1 dengan Y, hubungan X2 dengan Y dan
hubungan simultan X1 dan X2 dengan Y. Koefisien korelasi dapat
digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antar
peubah atau untuk menyatakan besar-kecilnya hubungan antara
kedua peubah.
3.8 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka perlu
dilakukan pengujian data terlebih dahulu supaya memenuhi
Criteria Best Linear Unbiased Estimator, sehingga dapat
menghasilkan parameter penduga yang sahih (Supramono &
Haryanto, 2005)
3.8.1 Uji Normalitas Korelasi Multivariat
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data
itu berdistribusi normal, Selain itu dari hasil pengujian normalitas
juga dapat menunjukkan bahwa sampel yang diambil
berdistribusi normal atau hampir berdistribusi normal (Arikunto,
2006). Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilihat
melalui uji one sample Kolmogorov Smirnov dengan bantuan
program SPSS 16.0, dengan ketentuan bila angka signifikansi >
0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal demikan
sebaliknya jika angka signifikansi < 0,05 maka data dikatakan
tidak terdistribusi dengan normal (Priyatno, 2013).
79
3.8.2 Uji Homogeneity of variance (Ragam Galad Acak
untuk Analisis Sidik Ragam)
Uji homogeneity of variance merupakan salah satu uji
asumsi klasik yang harus dilakukan sebelum melakukan uji
statistik ANOVA. Dalam pengujian homogeneity of variance,
variabel dependen harus memiliki varian yang sama dalam setiap
kategori variabel independen. Jika terdapat dua atau lebih dari
satu variabel independen, maka homogeneity of variance di
dalam sel yang dibentuk oleh variabel independen kategorikal.
SPSS memberikan test ini dengan nama Levene’s test of
homogeneity of variance. Jika nilai uji Levene signifikan
(probabilitas >0.05) maka hipotesis nol akan ditolak bahwa group
memiliki variansi yang berbeda dan hal ini menyalahi asumsi.
Jadi yang dikehendaki adalah tidak dapat menolak hipotesis nol
atau hasil uji Levene tidak signifikan (probabilitas >0.05
(Ghozali, 2009).
3.9 Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, maka
teknik analisis data yang dipakai adalah analisis korelasi Pearson.
Analisis korelasi Pearson atau yang biasa disebut dengan
Korelasi Product Moment merupakan alat uji statistik yang biasa
digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif dua variabel apabila
datanya berskala interval atau rasio (Martono, 2010)
Studi korelasi yang bertujuan menguji hipotesis,
dilakukan dengan cara mengukur sejumlah variabel dan
80
menghitung koefisien korelasi antara variabel-variabel tersebut,
agar dapat ditentukan variabel-variabel mana yang berkorelasi.
Kekuatan hubungan antar variabel penelitian ditunjukkan oleh
koefisien korelasi yang angkanya bervariasi antara -1 sampai +1.
Koefisien korelasi adalah besaran yang diperoleh melalui
perhitungan statistik berdasarkan kumpulan data hasil
pengukuran dari setiap variabel. Koefisien korelasi positif
menunjukkan hubungan yang berbanding lurus atau kesejajaran,
koefisien korelasi negatif menunjukkan hubungan yang berbading
terbalik atau ketidak-sejajaran. Angka 0 untuk koefisien korelasi
menunjukkan tidak ada hubungan antar variabel. Makin besar
koefisien korelasi baik itu pada arah positif ataupun negatif,
makin besar kekuatan hubungan antar variabel. (Arikunto, 2006 :
170) menyatakan bahwa koefisien korelasi adalah suatu alat
statistik yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil
pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan
tingkat hubungan antara variabel-variabel yang ada. Berdasarkan
teknik analisis korelasi, maka penelitian ini menggunakan teknik
analisis korelasi Pearson Product Moment (PPM).
Untuk menguji hipotesis penelitian selanjutnya, maka
teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisis
Korelasi multivariat, teknik analisis Anova Dua Arah (Two Way
Anova, dan teknik analisis Uji beda (t-test).
3.9.1 Analisis Korelasi Multivariat
Analisis korelasi dilihat dari nilai koefisien korelasi.
Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua
81
variabel atau lebih dilakukan dengan melihat angka koefisien
korelasi hasil perhitungan. Hasil analisis korelasi meliputi:
kekuatan hubungan antar variabel, signifikansi hubungan, dan
arah hubungan. Kekuatan hubungan dapat dilihat pada tabel
berikut ini (Sugiyono dalam Priyatno, 2013). Korelasi lebih dari
dua variabel independen disebut multivariate correlation
(Hartono, 2004).
Tabel 3.8
Makna Koefisien Korelasi Antar Variabel
Makna Koefisien Korelasi Besar Angka
Sangat rendah 0,00 – 0,199
Rendah 0,20 – 0,399
Sedang 0,40 – 0,599
Kuat 0,60 – 0,799
Sangat kuat 0,80 – 1,000
3.9.2 Analisis Two-Way Anova (Uji Pengaruh Antar Subyek)
Analysis of Variance merupakan metode untuk menguji
hubungan satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel
independen. Anova digunakan untuk mengetahui pengaruh utama
(main effect) dan pengaruh interaksi (interaction effect) dari
variabel independen kategorikal (sering disebut faktor) terhadap
variabel dependen. Pengaruh utama atau main effect adalah
pengaruh langsung variabel independen terhadap variabel
dependen. Sedangkan pengaruh interaksi adalah pengaruh
bersama atau join effect dua atau lebih variabel independen
82
terhadap variabel dependen pengaruh interaksi nilai signifikan
<0,05 (Ghozali, 2009).
Pada kasus satu variabel dependen dan dua atau tiga variabel
independent disebut two way anova (Ghozali, 2011).
3.9.3 Uji beda (t-test)
Uji beda t-test digunakan untuk membandingkan rata-rata
dari dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lainnya,
apakah kedua grup tersebut mempunyai rata-rata yang sama
ataukah tidak secara signifikan (Santoso, 2000).
top related