bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/bab ii.pdf · diperoleh...
Post on 19-Oct-2020
20 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Jonny (2012) Analisis Kelayakan Investasi Perluasan Pabrik Dengan
Metode Cost-Volume-Profit dan Incremental pada PT XYZ, Jakarta. Tujuan
analisis tersebut adalah untuk menganalisis kelayakan investasi atas tawaran yang
diterima oleh suatu perusahaan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode Cost-Volume-Profit dan Incremental melalui
NPV. Hasil yang diperoleh dalam analisis ini adalah diketahui harga yang
ditawarkan oleh klien sebesar Rp14.000 tidak dapat diterima karena margin yang
diberikan hanya sebesar 20.64%, jauh dibawah profit yang diinginkan oleh
perusahaan sebesar 27%. Berdasarkan CVP, harga yang perlu diajukan adalah
sebesar Rp16.000 dan nilai ini dapat diterima oleh klien setelah melalui proses
negosiasi. Dengan harga yang baru sebesar Rp16.000, tawaran ini dapat
disarankan untuk diterima perusahaan mengingat nilai weighted NPV sebesar
Rp306 juta kepada perusahaan. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian
yang dilaksanakan adalah peneliti akan membahas mengenai analisis biaya,
volume, dan laba pada suatu usaha tape singkong di Desa Banjarsari guna
membantu pengusaha tape menganalisis biaya serta perencanaan laba yang ingin
diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap
penjualannya.
9
Deviarti dan Ayu (2011) Analisis Cost Volume Profit sebagai Alat Bantu
Manajemen dalam Rangka Perencanaan Laba dengan Penerapan Teori Kendala
pada PT Skylite Surya Internusa. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Membantu
perusahaan menggolongkan biaya dilihat dari perilaku biaya. 2) Menentukan
perhitungan multiproduk break even point, perencanaan profit, dan mengatasi
permasalahan yang terjadi. Variabel dalam penelitian ini adalah titik impas atau
break event point multiproduk, perencanaan laba serta metode yang digunakan
adalah metode deskriptif analitis. Hasil dari analisis cost volume profit dengan
menggunakan break event point multi produk, perusahaan mengalami kenaikkan
BEP dalam unit untuk produk rumah-rumah lampu dan produk box panel.
Kenaikan BEP dalam rupiah untuk produk rumah-rumah lampu dan mengalami
penurunan untuk produk box panel. Laba operasi perusahaan mengalami
penurunan yang disebabkan oleh krisis ekonomi dan tingkat pengembalian barang
yang tinggi. PT. Skylite Surya Internusa belum membuat perencanaan laba
dengan membuat anggaran secara lengkap setiap tahun, dan PT. Skylite Surya
Internusa memiliki beberapa kendala yang membuat biaya produksi meningkat
yang menyebabkan penurunan profitabiltas. Perbedaan dengan penelitian yang
dilaksanakan adalah penelitian terbaru bertujuan agar para produsen tape yang
digunakan sebagai responden mengetahui tentang struktur biaya agar para
produsen lebih mudah dalam menjalankan usahanya dan mengetahui dengan pasti
berapa jumlah volume produksi yang baik untuk mencapai titik impas baik unit
maupun harga agar tidak mengalami kerugian serta dapat mengetahui besarnya
10
laba yang diperoleh dan dapat mengaplikasikan hasil penelitian untuk
meningkatkan usahanya.
Gani (2013) Analisis Biaya-Volume-Laba untuk Perencanaan Laba Operasi
di PT. SD Textile bertujuan untuk menganalisis biaya-volume-laba perusahaan.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah peningkatan dan penurunan
penjualan, harga pokok penjulan, dan beban operasi. Metode penelitian adalah
metode kualitatif dan pengamatan menggunakan laporan keuangan yang ada.
Hasil analisis biaya-volume-laba dengan perhitungan titik impas multiproduk
menunjukkan bahwa tingkat volume penjualan dan unit produk PT. SD Textile
sudah mencapai batas titik impas. Margin kontribusi dan rasio margin kontribusi
yang diperoleh dapat menutup biaya tetap dan menghasilkan laba maksimum.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilaksanakan adalah
menganalisis struktur biaya, volume produksi agar mencapai titik impas baik unit
maupun harga agar responden yang diteliti dapat mengaplikasikan hasil penelitian
untuk meningkatkan usahanya.
Kembi, Sondakh, dan Tirayoh (2014) Perencanaan Laba Berdasarkan
Analisis Biaya, Volume, Laba pada PT. Multi Food Manado. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui volume penjualan, break even point, margin of
safety, contribustion margin dan operating leverage di PT. Multi Food Manado.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif.
Data yang digunakan berupa data penjualan, data biaya tetap, dan biaya variabel
tahun 2010-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa break even point,
11
margin of safety, margin contribution, & operating leverage diatas rata-rata atau
bersifat positif dan cenderung mendapatkan laba yang optimal. Perbedaan dengan
penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian terbaru bertujuan agar para
produsen tape singkong yang digunakan sebagai responden mengetahui tentang
struktur biaya agar para produsen lebih mudah dalam menjalankan usahanya dan
mengetahui dengan pasti berapa jumlah volume produksi yang baik untuk
mencapai titik impas baik unit maupun harga agar tidak mengalami kerugian serta
dapat mengetahui besarnya laba.
2.2 Kajian Teori
Pembahasan dalam penelitian ini akan mencakup beberapa aspek
diantaranya yaitu analisis biaya, volume, dan laba. Beberapa aspek tersebut
berguna untuk membahas dan membantu pemilik usaha untuk mengetahui
bagaimana struktur biaya pada produksi tape, volume produksi agar berada pada
titikimpas, serta laba yang diperoleh agar dapat meningkatkan produksi.
2.2.1 Klasifikasi Singkong
Singkong (Manihot esculenta crantz) merupakan pohon tahunan tropika dan
subtropika dari keluarga Euphorbiaceae yang juga dikenal sebagai ketela pohon
atau ubi kayu. Singkong merupakan salah satu bahan baku berbagai jenis industri
seperti makanan, tekstil, dan lain-lain. Umbi singkong dikenal luas sebagai
makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran yang
mempunyai kadar protein cukup tinggi. Potensi pengembangan tanaman singkong
12
di Indonesia sangat luas mengingat lahan yang tersedia untuk budidaya singkong
atau ubi kayu cukup luas terutama dalam bentuk lahan di dataran rendah serta
lahan-lahan di dataran tinggi dekat kawasan hutan serta tidak memerlukan
perawatan khusus. Saat ini di Indonesia umbi singkong selain digunakan sebagai
bahan baku pembuatan tepung tapioka, singkong juga dapat diolah menjadi
berbagai macam makanan tradisional dan modern, serta dikembangkan sebagai
bahan baku pembuatan bioetanol (Hartati & Kurniasari, 2008).
Tanaman singkong dapat tumbuh diberbagai wilayah di Indonesia. Salah
satu wilayah penghasil singkong adalah Kabupaten Malang. Berikut data Luas
Panen, Produktivitas dan Produksi singkong menurut Kecamatan di Kabupaten
Malang tahun 2016-2017:
Tabel 2.1 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi singkong menurut Kecamatan
di Kabupaten Malang tahun 2016-2017
Kecamatan Luas panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton)
2016 2017 2016 2017 2016 2017
Donomulyo 1 770 2 910 258,68 258,31 51 527 75 168
Kalipare 1 520 2 050 258,84 258,21 44 360 52 933
Pagak 300 61 261,78 253,14 7 854 1 556
Bantur 685 412 258,67 256,95 20 254 10 586
Gedangan 504 473 258,95 258,45 14 592 12 225
Sumbermanjing 437 375 258,76 516,29 12 750 19 361
Dampit 255 45 258,87 258,51 7 423 1 163
Tirtoyudo 786 679 258,97 267,96 22 488 18 194
Ampelgading 541 450 264,95 257,97 14 317 11 609
Poncokusumo 281 420 258,95 258,39 7 261 10 849
Wajak 81 26 251,84 258,73 2 034 666
Turen 140 130 258,73 260,32 3 772 3 381
Bululawang 28 63 258,79 258,87 811 1 631
Gondanglegi 3 - 253,97 - 73 -
Pagelaran 7 6 289,96 259,02 202 155
13
Tabel 2.1 Lanjutan
Kecamatan Luas panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton)
2016 2017 2016 2016 2017 2016
Kepanjen 1 3 239,97 258,65 23 75
Sumberpucung 25 17 255,00 257,45 627 431
Kromengan 40 66 268,84 258,66 1 062 1 717
Ngajum 63 89 264,87 258,43 1 670 2 305
Wonosari 39 4 268,90 258,40 1 049 103
Wagir 154 37 259,95 258,46 3 996 949
Pakisaji 25 47 239,70 518,17 599 2 435
Tajinan 35 44 281,96 258,49 987 1 135
Tumpang 58 83 253,91 258,75 1 468 2 148
Pakis 51 87 253,97 258,65 1 290 2 263
Jabung 704 574 258,96 258,64 19 132 14 839
Lawang 690 805 258,67 258,63 18 637 20 820
Singosari 325 241 255,89 258,42 8 298 6 228
Karangploso - - 253,92 - - -
Dau 5 4 258,96 258,60 129 103
Pujon - - 258,96 - - -
Ngantang 115 85 259,97 259,02 2 987 2 202
Kasembon 15 - 235,99 - 354 -
Kabupaten
Malang 9 682 10 286 258,67 258,78 250 453 266 181
Sumber : Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten
Malang (2019)
Berdasarkan data luas panen, produktivitas dan produksi singkong menurut
Kecamatan di Kabupaten Malang diatas dapat diketahui bahwa produksi singkong
mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2016 sebanyak 250.453 ton dan pada 2017
naik menjadi 266.181 ton.
Banyaknya tanaman singkong yang ada di Kabupaten Malang ini
menjadikan potensi di Desa banjarsari Kecamatan Ngajum. Desa ini dikenal
dengan sentra tape sejak lama. Proses pembuatan tape singkong tidak sulit dan
tidak terlalu membutuhkan banyak waktu dan tenaga kerja. Bahan yang
14
digunakan diantaranya adalah singkong, ragi tape, dan gula putih sebagai
pemanis. Proses pembuatan tape dilakukan mulai dari mengupas, mencuci,
merebus, hingga proses fermentasi. Harga beli singkong sebelum dioalah adalah
Rp. 3.000 per kilogram. Setelah diolah menjadi tape harga jualnya menjadi Rp.
8.000 hingga Rp. 12.000 per kilogram. Pemasaran produk tape ini dilakukan di
wilayah Malang Raya dan sebagian dijual keluar kota yaitu Blitar dan Ponorogo.
2.2.2 Struktur Biaya
Biaya merupakan pengeluaran yang dilakkukan oleh suatu perusahaan atau
perorangan yang bertujuan untuk memperoleh manfaat lebih dari aktivitas yang
dilakukan tersebut. Menurut (Widiawati, 2013) biaya mempunyai beberapa unsur
pokok, diantaranya adalah biaya merupakan sumber ekonomi, biaya dapat diukur
dalam satuan uang, dan berguna untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti luas
merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang
telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu. Umumnya pola perilaku biaya diartikan sebagai hubungan antara total
biaya dengan perubahan volume kegiatan.
Begitupun juga dalam proses pembuatan tape singkong yang ada di Desa
Banjarsari. Beberapa biaya dikeluarkan untuk menunjang proses pembuatan tape
dimulai dari biaya pembelian singkong, biaya tenaga kerja, transportasi, dan lain
sebagainya. Proses pembuatan tape tidak memerlukan banyak peralatan serta tidak
memakan banyak waktu. Tape singkong akan matang dengan sempurna setelah 2
15
hari difermentasi. Adapun langkah-langkah pembuatan tape singkong adalah
sebagai berikut :
Bagan 2. 1 Cara Pembuatan Tape Singkong
Berdasarkan bagan di atas dapat diketahui bahwa proses pertama pembuatan
tape adalah proses pengupasan singkong. Proses pengupasan singkong yang ada
di Desa Banjarsari ini biasanya dilakukan sendiri pada usaha yang berskala lebih
kecil dan dikakuan oleh buruh kupas singkong dengan upah sebesar Rp. 8.000 per
kwintal. Tahap selanjutnya adalah proses pencucian singkong yang telah dikupas
serta dilakukan pemotongan dengan panjang kurang lebih 10 cm. Proses
selanjutnya adalah proses pemasakan atau pengukusan, pendinginan, dan
pemberian ragi. Proses ini biasanya dilakukan oleh ibu rumah tangga dan pada
usaha yang berskala lebih besar dilakukan oleh buruh yang bersedia merebuskan
singkong yang akan dijadikan tape hingga pada proses peragian dengan upah
sebesar Rp. 25.000 hingga Rp. 30.000 per kwintal singkong yang masih mentah.
Produsen tape yang mempunyai tenaga kerja kupas atau memasak biasanya
menerima jadi singkong yang sudah direbus dan diberi ragi sehingga produsen
tape tinggal menunggu tape singkong matang dan menjualnya sendiri. Satu
Pengupasan Pencucian Pengukusan
Pendinginan Pemberian ragi Fermentasi
16
kilogram singkong mentah nantinya akan menjadi 0,7 kg atau 700 gram tape
singkong yang sudah matang. Harga jual tape singkong adalah sebesar Rp. 8.000
pada tengkulak dan dijual seharga Rp. 10.000 hingga Rp. 12.000 kepada
pengecer.
Biaya perlu diklasifikasikan untuk menentukan metode yang tepat dalam
menghimpun dan mengalokasian biaya. Struktur biaya yang akan diteliti dalam
penelitian ini diantaranya adalah biaya tetap, biaya variabel, total biaya, dan
penerimaan. Adaun pengertian dari biaya-biaya tersebut menurut (Machfoedz,
1994) adalah :
1. Biaya tetap atau fixed cost (FC) adalah biaya yang jumlah totalnya tidak
berubah walaupun kapasitas atau volume produksi berubah. Besar kecilnya
biaya tetap tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi. Biaya tetap yang
dihitung berupa biaya penyusutan peralatan produksi, biaya sewa gedung
dan lahan, dan sebagainya.
2. Biaya variabel atau variable cost (VC) merupakan biaya yang nilai besar
kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan dan dihitung
dalam satuan rupiah tiap kali produksi. Apabila kuantitas yang diproduksi
naik maka biaya ini akan naik atau bertambah sebesar kuantitas dikalikan
biaya variabel per satuan dan sebaliknya apabila turun. Contoh dari biaya
variabel diantaranya adalah biaya pembelian bahan baku, biaya bahan bakar,
biaya kemasan atau pembungkus hasil produksi, serta biaya-biaya tambahan
lainnya.
17
3. Total biaya atau yang sering disebut dengan total cost (TC) adalah
keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan dihitung
dalam satuan rupiah tiap kali produksi. Total biaya merupakan hasil
penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Total biaya dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
TC = FC + VC
Keterangan : TC = Total Cost atau total biaya
FC = Fixed Cost atau biaya tetap
VC = Variable Cost atau biaya variabel
2.2.3 Penerimaan
Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima oleh suatu perusahaan dari
suatu aktivitas yang dilakukannya, yaitu penjualan produk atau penjualan jasa
kepada konsumen. Volume produksi mempengaruhi jumlah pendapatan yang
akan diperoleh. Semakin banyak produk yang dapat dijual maka semakin banyak
pendapatan yang akan diterima. Begitupun sebaliknya, jika penjualan mengalami
penurunan maka pendapatan juga akan mengalami penurunan.
Penerimaan atau total revenue (TR) merupakan nilai keseluruhan dari hasil
penjualan produksi. Penerimaan atau TR dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
TR = P x Q
Dimana: P = harga/unit
18
Q = jumlah produksi
2.2.4 Volume Produksi
Volume produksi merupakan banyaknya kuantitas atau jumlah barang yang
diproduksi dalam satu kali produksi. Volume produksi mempengaruhi jumlah
pendapatan dan juga besarnya laba yang akan diperoleh. Semakin besar volume
produksi maka semakin besar penerimaan yang diperoleh begitupun sebaliknya.
Sebelum menentukan harga jual produk seorang produsen harus mengetahui
berapa jumlah produksi minimal yang harus diproduksi agar produsen berada
pada keadaan dimana tidak akan memperoleh keuntungan serta tidak akan
mengalami kerugian. Selain penentuan jumlah produksi minimal produsen juga
perlu menenetapkan harga minimal pada produk yang akan dijual. Kondisi ini
disebut dengan BEP unit dan BEP harga.
Break even point adalah suatu cara atau alat atau teknik yang digunakan
untuk mengetahui volume kegiatan produksi (usaha) dimana dari volume produksi
tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi.
Manajer suatu perusahaan dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang
disyaratkan agar terhindar dari kerugian dengan mengetahui titik impasnya (Break
Even Point). Beberapa hal penting agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat,
yaitu tingkat keuntungan (laba) yang ingin dicapai dalam suatu periode, besarnya
kapasitas produksi yang tersedia atau yang mungkin dapat ditingkatkan, dan
jumlah biaya yang harus dikeluarkan, baik biaya tetap, maupun biaya variabel.
19
Menurut (Widiawati, 2013) analisis titik impas atau Break Even Point
mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah mendesain spesifikasi produk,
menentukan harga jual per unit agar para pengusaha tidak mengalami kerugian
serta dapat menjual produknya dengan harga yang pas, menentukan jumlah
produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian, memaksimalkan
jumlah produksi, serta dapat digunakan untuk merencanakan laba yang diiginkan.
Analisis break even point dapat digunakan sebagai analisis perencanaan laba
dan menentukan titik dimana penjualan dapat menutup biaya-biaya yang
dikeluarkan supaya perusahaan tidak menderita kerugian dan dasar pengambilan
keputusan jumlah penjualan minimal yang harus dicapai agar perusahaan tidak
mengalami kerugian serta mengetahui efek perubahan harga jual, biaya, dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh. Tujuan analisis impas
adalah untuk menentukan volume penjualan dan bauran produk untuk mencapai
tingkat laba yang ditargetkan atau laba sebesar nol. Titik impas (break even
point), membuat manajer suatu perusahaan dapat mengindikasikan tingkat
penjualan yang disyaratkan agar terhindar dari kerugian, dan diharapkan dapat
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk masa yang akan datang. Terdapat
dua macam biaya dalam analisa BEP yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak dapat berubah secara
aktivitas meningkat atau menurun. Biaya Variabel adalah sebagai biaya yang
secara total meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas
dan menurun secara proposional terhadap penurunan dalam aktivitas (Ponomban,
20
2013). Penentuan jumlah dan harga minimal tersebut dapat diketahui dengan
rumus sebagai berikut:
1. BEP Unit =
2. BEP Harga =
Dimana : TC = Total Cost (Total biaya)
P = Price (Harga)
Q = Quantity (Jumlah penjualan)
Apabila jumlah produksi dan harga > jumlah produksi dan harga minimal, maka
suatu usaha dikatakan untung.
Apabila jumlah produksi dan harga = jumlah produksi dan harga minimal, maka
suatu usaha dikatakan impas atau tidak memperoleh keuntungan dan tidak
mengalami kerugian.
Apabila jumlah produksi dan harga < jumlah produksi dan harga minimal, maka
suatu usaha dikatakan rugi.
2.2.5 Laba
Produksi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan
barang atau jasa. Suatu produksi dilakukan untuk memperoleh laba atau
keuntungan. Laba merupakan pendapatan bersih dari hasil suatu usaha setelah
dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan. Besarnya laba dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
= TR – TC
Dimana: = laba
21
TR (totol revenue) = total penerimaan
TC (totol cost) = total biaya
Margin Of Safety merupakan suatu informasi tentang sampai tingkat berapa
perusahaan boleh mengalami penurunan penjulan namun perusahaan tidak akan
mengalami kerugian. Semakin besar nilai Margin Of Safety maka akan semakin
baik untuk perusahaan karena perusahaan dapat memperoleh laba, sebaliknya
semakin kecil nilai Margin Of Safety maka semakin kecil perusahaan memperoleh
laba yang maksimal (Razak, Suhadak, & Dwiatmanto, 2015). Menurut (Fariz,
2013) perusahaan yang mempunyai margin of safety yang besar dikatakan lebih
baik karena rentang penurunan penjualan yang dapat ditolerir adalah lebih besar
sehingga kemungkinan menderita kerugian rendah. Namun sebaliknya jika
margin of safety rendah, kemungkinan perusahaan untuk menderita kerugian
besar. Margin of safety dapat dicari menggunkan rumus sebagai berikut :
Margin Of Safety = total penjualan – titik impas
2.3 Kerangka Pemikiran
Perencanaan dalam suatu usaha sangat diperlukan agar perusahaan dapat
merencanakan perolehan laba serta dapat menentukan jumlah barang yang
diproduksi serta harga minimal yang harus ditetapkan agar perusahaan tidak
mengalami perusahaan. Analisis biaya sangat diperlukan sebelum melakukan
proes produksi agar produsen mengetahui dengan pasti berapa jumlah biaya yang
dikeluarkan saat berproduksi. Adanya analisis biaya yang tepat dapat digunakan
22
untuk menetukan berapa volume produksi minimal dan harga jual minimal yang
seharusnya ditetapkan agar berada pada titik impas sehingga produsen tidak
memperoleh keuntungan dan tidak akan mengalami kerugian. Kondisi seperti ini
menunjukkan bahwa produsen telah mengalami balik modal sehingga produsen
dapat mengetahui besarnya laba yang diperoleh. Berdasarkan uraian diatas maka
bentuk kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
23
Bagan 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian
BEP Harga =
BEP Unit =
Peningkatan Keuntungan
Penjualan Tape Singkong
Laba
𝜋 = TR – TC
BEP
Biaya
TC = FC + VC
Penerimaan
TR = P x Q
Singkong
1. Pengupasan
2. Pencucian
3. Pengukusan
4. Pendinginan
5. Peragian
6. Fermentasi
Proses produksi
Produsen tape
top related