bab ii landasan teori 2.1 kajian pustaka 2.1.1 representasieprints.umm.ac.id/41680/3/bab ii.pdf ·...
Post on 26-Nov-2020
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Representasi
Barker (2011: 9) menyatakan bahwa bagian terbesar cultural studies
terfokus pada pertanyaan tentang representasi. Representasi dalam cultural
studies terlihat pada bunyi, objek, dan citra (Barker, 2011: 9). Permainan
bahasa adalah aktivitas yang terikat aturan yang konstitutif, yaitu aturan
dalam praktik sosial (Barker, 2011: 95). Maka dapat dijelaskan bahwa
pendapat Barker dalam buku Cultural Studies menjelaskan bahwa bagaimana
dunia ini dikonstruksi dan direpresentasikan secara sosial kepada masyarakat.
Bahkan unsur utama cultural studies dapat dipahami sebagai studi atas
kebudayaan sebagai praktik signifikasi representasi. Ini mengharuskan
peneliti mengeksplorasi pembentukan makna tekstual. Ia juga menghendaki
penyelidikan tentang cara dihasilkannya makna pada beragam konteks.
Representasi dan makna kultural memiliki materialitas tertentu,
mereka melekat pada bunyi, prasasti, obyek, citra, buku, majalah, dan
program televisi. Mereka diproduksi, ditampilkan, digunakan dan dipahami
dalam konteks sosial tertentu. Representasi adalah hubungan antara konsep-
konsep dan bahasa yang memungkinkan pembaca menunjuk pada dunia yang
sesungguhnya dari suatu obyek, realitas, atau pada dunia imajiner tentang
obyek fiktif, manusia atau peristiwa
10
Stuart Hall (1997:15) mengemukakan definisi representasi sebagai
berikut:
“Representation means using language to say something
meaningful about, or to represent, the word meaningfully, to
other people. ...Representation is an essential part of the
process by which meaning is produced and exchanged
between members of a culture. It does involve the use of
language, of signs and images which stand for or represent
things.”
Kutipan di atas menjelaskan bahwa representasi merupakan bagian
dari proses produksi dan pertukaran makna. Melalui bahasalah, proses
produksi dan pertukaran makna tersebut dilakukan. Selain bahasa,
tanda/simbol juga dapat merepresentasikan suatu makna dan melalui
tanda/simbol juga terjadi proses pertukaran makna.
Hall menunjukkan bahwa sebuah imaji akan mempunyai makna
yang berbeda dan tidak ada garansi bahwa imaji akan berfungsi atau bekerja
sebagaimana mereka dikreasi atau dicipta. Hall menyebutkan “Representasi
sebagai konstitutif”. Representasi tidak hadir sampai setelah selesai
direpresentasikan, representasi tidak terjadi setelah sebuah kejadian.
Kerbs mengemukakan bahwa representasi berasal dari kata “Represent”
yang bermakna stand for artinya “berarti” atau juga “act as delegate for” yang
bertindak sebagai perlambang atas sesuatu (Rahmadhani, 2017: 40). Representasi juga
dapat berarti sebagai suatu tindakan yang menghadirkan atau mempresentasikan
sesuatu lewat sesuatu yang di luar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol. Secara
ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa. Lewat bahasa (simbol-
simbol dan tanda tertulis, lisan, atau gambar) tersebut itulah seseorang yang dapat
mengungkapkan pikiran, konsep, dan ide-ide tentang sesuatu (Juliastuti, 2000”32).
11
Konsep representasi dapat berubah-ubah, selalu ada pemaknaan
baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada.
Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap, ia selalu berada dalam proses
negosiasi dan disesuaikan dengan situasi yang baru, intinya adalah makna
tidak inheren dalam sesuatu di dunia ini, ia selalu dikonstruksikan, diproduksi,
lewat proses representasi. Ia adalah hasil dari praktek penandaan, praktek yang
membuat sesuatu hal bermakna sesuatu (Juliastuti, 2000:1) sehingga dapat
dijelaskan bahwa representasi adalah hal yang dapat disampaikan tentang apa
yang sudah terjadi sehingga lebih mampu memaknai.
Representasi adalah produksi makna melalui bahasa” (Hall, 1997: 16)
dalam hal ini merupakan proses bagaimana kita member makna pada sesuatu
melalui bahasa. Oleh sebab itu, untuk mempresentasikan sesuatu adalah
untuk menggambarkan atau melukisnya, untuk “memanggilnya” ke dalam
pikiran kita dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan atau
membayangkan; untuk terlebih dahulu menempatkan persamaan ke dalam
pikiran kita atau perasaan kita.
Cavallaro (2004: 71) menyatakan bahwa representasi hanya
mewakili lantaran ditafsirkan dan pada akhirnya mewakili apa pun yang
sanggup memberi kesan. Representasi juga dihubungkan dengan konsep
pengulangan (sejumlah hal yang mungkin diulang) (Cavallaro, 2004: 71).
Ada dua hal berkait dengan representasi yakni, pertama: apakah seseorang,
kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya, apa
adanya ataukah diburukkan. Penggambaran yang tampil bisa jading adalah
penggambaran yang buruk dan cenderung memarjinalkan seseorang atau
12
kelompok tertentu. Hanya citra buruk saja yang ditampilkan sementara citra
atau sisi yang baik luput dari penampilan. Kedua: bagaimana representasi
tersebut ditampilkan, dengan kata, kalimat, aksentuasi dan bantuan foto
macam apa seseorang atau kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan
dalam program (Eriyanto, 2006: 113).
2.1.2 Cinta dan kasih
Carl Rogers (1987: 45) salah satu ahli psikologi humanistik, meyakini
bahwa manusia dimotivasi oleh kecenderungan atau kebutuhan untuk
mengaktualisasikan dirinya. Dalam hal ini yang termasuk dalam kecenderungan
aktualisasi yaitu kecenderungan untuk memelihara dan meningkatkan diri suatu
individu (Feist, 2010: 7-8). Oleh karena setiap manusia beroperasi sebagai satu
organisme yang utuh, aktualisasi meliputi keseluruhan bagian manusia baik secara
fisiologis & intelektual, rasional & emosional, kesadaran & ketidaksadaran.
Kebutuhan ini bersifat bawaan sebagai kebutuhan dasar jiwa
manusia, yang meliputi kebutuhan fisik dan psikis. Sebenarnya manusia
memiliki kebutuhan-kebutuhan lainnya, namun semua itu tunduk kepada
kebutuhan yang satu ini. Kebutuhan lain itu adalah “positive regard of others”
dan “self regard”. Kedua kebutuhan ini bersifat dipelajari mulai usia dini, yaitu
ketika bayi mendapat curahan cinta kasih, perawatan, dan “positive regard”
(penghargaan yang positif) dari orang lain, terutama orang tua (Syamsu Yusuf
& Juntika Nurihsan, 2007: 146). Maka dari itu cinta kasih adalah kebutuhan
utama seseorang dalam menjalani kehidupannya,
13
Stenberg (1988: 48) mengatakan cinta adalah bentuk emosi manusia
yang paling dalam dan paling diharapkan. Manusia mungkin akan berbohong,
menipu, mencuri dan bahkan membunuh atas nama cinta dan lebih baik mati
daripada kehilangan cinta. Cinta dapat meliputi setiap orang dan dari berbagai
tingkatan usia. Master (1992: 35) mengatakan bahwa cinta sebagai tugas yang
sulit karena disamping mencintai pasangannya yaitu baik lelaki maupun
wanita juga harus mencintai anak maupun orang tua, saudara, hewan
kesayangan, negara atau Tuhan sama seperti mereka mencintai makanan
kesukaan, pelangi dan olahraga favoritnya.
Menurut Libowitz cinta adalah suatu perasaan positif yang kuat yang
kita rasakan terhadap seseorang dan merupakan perasaan positif terkuat yang
pernah kita alami. Dalam setiap tipe cinta, elemen perhatian terhadap orang
yang dicintai sangatlah penting. Tanpa adanya unsur perhatian yang murni,
apa yang disebut cinta mungkin hanya hasrat saja. Selain unsur perhatian,
unsur rasa hormat juga diperlukan. Rasa hormat yang akan membuat individu
menghargai identitas dan integritas orang yang dicintai sehingga
menghindarkan dari masalah eksploitasi (Wortman, 1992: 65)
Dari definisi-definisi yang disebutkan maka dapat disimpulkan cinta
adalah seperangkat keadaan emosional dan mental yang kompleks yang
mempengaruhi cara berpikir, perasaan dan tingkah laku seseorang.
Teori representasi cinta kasih dalam penelitian ini menggunakan
teori Fromm. Fromm (2005) dalam bukunya yang berjudul “The Art Loving”
memaknai hakikat cinta menyatakan bahwa yang disebut cinta adalah sikap,
suatu orientasi watak yang menentukan hubungan pribadi dengan dunia
14
keseluruhan, bukan menuju satu “objek” cinta. Fromm menyebut adanya
cinta persaudaraan, cinta keibuan, cinta erotis, cinta diri sendiri) dan cinta
kepada Allah.
Ibn Hazm Al-Andalusi (2009: 27) menyatakan bahwa cinta adalah
urusan hati, sementara hati adalah urusan Ilahi.Pernyataan Ibn Hazm Al-
Andalusi ini terkait dengan representasi cinta kepada kekasih.Representasi
cinta kepada kekasih digambarkan oleh Ibn Hazm Al-Andalusi (2009: 31) di
bawah ini.
… segenap perhatian, cinta, dan kasih sayangnya akan
tercurah kepada sang pujaan tercinta. Ia curahkan segalanya
dengan kesadaran penuh akan adanya “sesuatu” yang
menyatukan jiwanya dengan jiwa sang pujaan tercinta. Kala
terpisah, ia akan mencarinya, mendatanginya, dan
merindukan pertemuan dengannya. Kalau bisa, tak perlu
ada perpisahan.Ia ingin senantiasa berada di sisi sang
pujaan tercinta, laiknya magnet yang terus menempel pada
besi.
Lebih lanjut, terkait dengan representasi cinta kasih kepada kekasih,
Ibn Hazm Al-Andalusi (2009: 35) menyatakan bahwa orang yang terkena
panah cinta tak akan mau melepaskan panah itu. Menurut Ibn Hazm Al-
Andalusi (2009: 37), tanda-tanda (jatuh) cinta itu adalah (1) tatapan mata, (2)
mengiyakan dan mengikuti perkataan, (3) gerak tubuh, (4) berdebar-debar
dan penuh kegembiraan, (5) melakukan segala perbuatan yang biasa
dilakukan sang pujaan, (6) selalu ingin mendengar nama pujaan hatinya, dan
(7) suka dalam kesendirian.
Widyosiswoyo (1996: 50) menyatakan bahwa cinta lebih
mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam, sedangkan kasih
merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah kepada orang
15
atau yang dicintai. Oleh karena itu, menurut Widyosiswoyo (1996: 50),
bersumber dari cinta yang mendalam itu yang menyebabkan kasih dapat
diwujudkan secara nyata.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa Cinta
adalah sebuah perasaan dan sebuah kekuatan dalam diri manusia dimana
manusia dalam hidupnya tentu tak pernah jauh dari sebuah perasaan saling
mencintai dan mengasihi antar sesama manusia baik antar saudara,
keluarga, maupun pasangan kekasih.
2.1.3 Jenis Cinta dan Kasih
Cinta kasih adalah ungkapan perasaan yang diwujudkan dengan
tingkah laku, seperti dengan kata-kata, tulisan, gerak, atau media lainnya.
Orang yang mempunyai pesona cinta kasih, hidupnya penuh gairah,
semangat, banyak inisiatif, dan penuh kreatif, bagi seniman perilaku cinta
kasih dituangkan dalam bentuk karya budaya sehingga dapat dinikmati pula
oleh masyarakat/khalayak. Dengan demikian, masyarakat dapat memetik
nilai-nilai kemanusia yang terungkap melalui karya budaya itu.
Menurut Fromm (2005) dalam buku larisnya (The Art of Loving)
menyatakan bahwa ke empat gejala: care, responsibility, respect,
knowledge muncul semua secara seimbang dalam pribadi yang mencintai.
Sebuah kebohongan jika seseorang mengatakan mencintai anak tetapi tak
pernah mengasuh dan tak ada tanggung jawab pada si anak. Sementara
tanggung jawab dan pengasuhan tanpa rasa hormat sesungguhnya & tanpa
16
rasa ingin mengenal lebih dalam akan menjerumuskan para orang tua, guru,
rohaniwan, dan individu lainnya pada sikap otoriter dan semena-mena.
Cinta sebagai sesuatu yang aktif yang dapat memecahkan tembok
yang memisahkan manusia dari teman-temannya, yang dapat menyatukannya
dengan yang lain. Menurut Erich Fromm ada 4 unsur mengenai konsep cinta,
yaitu :
1) Care (perhatian); sangat diperlukan dalam prilaku yang disebut cinta agar
dapat memahami kehidupan, perkambangan maju mundur, baik burut,
dan bagaimana kesejahteraan objek yang dicintai.
2) Responsibility (tanggung jawab); tanggung jawab diperlukan dalam
menjalin hubungan. Sebab tanpa adanya tanggung jawab tidak akan ada
pembagian yang seimbang. Tanggung jawab disini bukanlah untuk
mendikte objek yang dicintai sekehendak kita, tapi bagaimana
keterlibatannya dalam kehidupan objek yang dicintai.
3) Respect (hormat); hal ini menekankan bagaimana menghargai dan
menerima objek yang dicintai apa adanya dan tidak bersikap sekehandak
hati.
4) Knowledge (pengetahuan); pengetahuan diperlukan guna mengetahui
seluk beluk yang dicintai.
Adanya sebuah ungkapan teori tentang cinta sebaiknya dimulai
dengan teori tentang manusia, tentang eksistensi manusia. Maka dari itulah
eskistensi tersebut menyebabkan seorang manusia mempunyai kehidupan
yang harus sadar akan dirinya dimana manusia memiliki kesadaran akan
dirinya, akan diri sesamanya, akan masa silam, serta kemungkinan-kemungkinan
17
yang ada di masa depannya kelak. Manusia juga akan mempunyai kesadaran
untuk jangka hidupnya yang pendek serta fakta bahwa ia dilahirkan diluar
kemauannya dan akan mati diluar keinginannya. Bahkan kehidupan manusia
yang harus menyadari bahwa dia akan mati mendahului orang-orang yang
dicintai atau mereka yang dia cintailah yang akan mendahuluinya (Fromm, 2005: 36).
Setelah mengulas teori tentang cinta, Erich Fromm kemudian
menjabarkan obyek-obyek cinta yang berbeda yang ada pada manusia, yaitu:
Cinta persaudaraan, cinta keibuan, cinta erotik, cinta diri dan cinta Tuhan.
Cinta persaudaraan berbeda dengan cinta keibuan, begitu juga berbeda
dengan cinta erotik, diri atau Tuhan. Hal ini yang menarik dari pembahasan
psikologi tentang cinta oleh Erich Fromm. Ia tidak mengeneralkan
pemahaman tentang cinta, tetapi mengkalisifikasikannya berdasarkan obyek
yang mana mempunyai arti berbeda pada masing-masing obyek.
Cinta persaudaraan adalah cinta pada sesama manusia, cinta keibuan
adalah cinta ibu pada anaknya, cinta diri adalah cinta pada diri sendiri; dan
sebagainya. Sementara elemen-elemen cinta menurut Fromm adalah yakni
perhatian, tanggungjawab, penghargaan serta pemahaman, sayang, kemesraan.
Belas kasihan dan pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah
laku yang bertanggung jawab. Tanggung jawab artinya akibat yang baik,
positif, berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan,
dan kebahagiaan, berbagai bentuknya dapat diuraikan sebagai berikut:
Secara alamiah manusia mencintai dirinya sendiri. Manusia
membenci segala sesuatu yang mendatangkan penderitaan, rasa sakit dan
bahaya lainnya. Cinta diri erat hubungannya dengan menjaga diri. Manusia
18
menurut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya. Gejala
yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri ialah
kecintaanya luar biasa terhadap harta benda. Sebab manusia beranggapan
dengan harta benda ia dapat merealisasikan semua keinginannya guna
mencapai kesenangan-kesenangan kemewahan hidup. Cinta terhadap dirinya
tidak harus dihilangkan, tetapi harus berimbang dengan cinta kepada orang
lain untuk berbuat baik. Inilah yang dimaksud dengan cinta ideal.
Pertemuan antara dua orang dapat membangkitkan rasa cinta. Dalam
pertemuan terjadi saling membuka hati, terbuka dan jujur. Hubungan antar
dua orang memuncak dalam hubungan cinta sebab asal mula hubungan cinta
itu adalah anugerah Tuhan. Syarat cinta adalah kerendahan hati pada orang
yang memanggil, kesediaan pada orang yang dipanggil. Dalam cinta timbul
komunikasi, kebersamaan yang sungguh-sungguh komunikatif dan selalu
mengandung suatu imbauan kepada sesama. Adapun berikut ini jenis-jenis
cinta yang dapat dikaji dalam teori seni cinta, yaitu :
1) Cinta sesama manusia
Cinta kepada sesama manusia merupakan watak manusia itu
sendiri. Perlakuan yang baik kepada sesama manusia bukan dalam arti
karena seseorang itu membela, menyetujui, mendukung, atau berguna
bagi dirinya, melainkan datang dari hati nuraninya yang ikhlas disertai
tujuan yang mulia. Motivasi seseorang mencintai sesama manusia
disebabkan karena manusia itu sendiri tidak dapat hidup sendirian
(manusia sebagai makhluk sosial) dan merupakan suatu kewajiban (QS:
49: 10).
19
Apabila seorang sahabat berkunjung ke rumah kawannya yang
sedang sakit dan membawa obat kepadanya, menghiburnya serta
medoakannya berarti sahabat itu menaruh cinta kasih terhadap kawannya
yang sakit itu.
2) Cinta kepada Tuhan (Allah swt)
Puncak cinta manusia yang paling tinggi, mulia, jernih dan
spiritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduannya kepada-Nya.
Tidak hanya shalat, pujian dan doanya, tetapi semua tindakan dan tingkah
lakuknya ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-
Nya. Dalam firman Tuhan : “Katakanlah: jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutlah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (Q: 3: 31).
Cinta seorang mukmin kepada Allah melebihi cintanya kepada
segala sesuatu yang ada di dalam kehidupan ini, melebihi cintanya kepada
dirinya sendiri, anak-anaknya, isterinya, kedua orang tuanya, keluarganya
dan hartanya. Apabila seorang taat beribadah, menuruti perintahnya dan
menjauhi segala larangan Tuhan, orang itu mempunyai cinta kasih kepada
Tuhan pencipta-Nya
Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah merupakan
pendorong dan mengarahkannya kepada penundukkan semua bentuk
kecintaan lainnya. Cinta kepada Allah akan membuat seseorang akan
menjadi mencintai sesama manusia, hewan, semua makhluk Allah, dan
seluruh alam semesta. Hal ini terjadi karena semua yang ada dipandang
20
sebagai manifestasi Tuhannya, sebagai sumber kerinduan spiritualnya
dan harapan kalbunya.
3) Cinta kasih antara orang tua dengan anaknya
Orang tua yang memperhatikan dan memenuhi kebutuhan anaknya,
berarti mempunyai cinta kasih terhadap anak, mereka selalu
mengharapkan agar anaknya menjadi orang baik dan berguna dikemudian
hari.
4) Cinta kasih sepasang kekasih
Seorang pria menaruh perhatian terhadap seorang gadis dengan
prilaku baik, lemah lembut, sopan, apalagi memberikan sekuntum mawar
merah, berarti ia menaruh cinta kasih terhadap gadis itu.
5) Cinta kasih manusia terhadap lingkungannya.
Apabila seseorang menciptakan taman yang indah, memelihara
tanaman pekarangan, tidak menebang kayu di hutan seenaknya, menanam
tanah gundul dengan teratur, tidak berburu hewan secara semena-mena
bisa dikatakan orang tersebut menaruh cinta kasih atau menyayangi
lingkungan hidupnya.
2.1.4 Diksi
2.1.4.1 Pengertian Diksi
Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang
dipantulkan oleh hubungan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan
untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide
atau gagasan, tetapi juga meliputi fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan
21
(Keraf, 2008: 22-23). Seorang pengarang ketika menentukan suatu kata dalam
menulis, ternyata tidak asal dalam memilih kata, namun demikian kata yang
akan dipilih itu akan diikuti dengan berbagai hal yang melingkupinya. Hal
tersebut menyangkut dimana, kapan, dan tujuannya apa menggunakan kata
tersebut. Semua itu dimaksudkan untuk memberi corak atau warna agar
menarik perhatian pembaca, dengan syarat maksud atau pesan yang ingin
disampaikan pengarang itu bisa tersampaikan.
Gagasan atau ide yang dituangkan, baik itu dalam bentuk tulisan maupun
dalam bentuk lisan memerlukan kosa kata yang luas, akan tetapi tidak asal
memasukan kosa kata yang dimiliki itu dalam tulisan. Keraf (2008: 24)
mengemukakan tiga kesimpulan utama mengenai diksi, yaitu,
a. pemilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang
akan dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana
membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik
digunakan dalam situasi.
b. pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
c. pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu
bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
22
Berbeda dengan pendapat Keraf, Enre (2008: 102) menjelaskan
bahwa diksi ialah pilihan kata dan penggunaan kata secara tepat untuk
mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu
kalimat. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan diksi adalah pemilihan kata dan penggunaan kata secara
tepat dengan ide atau gagasan untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin
disampaikan kepada orang lain dan dinyatakan dalam suatu pola kalimat baik
secara lisan maupun secara tertulis untuk memunculkan fungsi atau efek
tersendiri bagi pembaca.
2.1.3.2 Jenis Diksi
Diksi merupakan salah satu cara yang digunakan pengarang dalam
membentuk karya sastra agar dapat dipahami pembaca atau pendengar.
Ketepatan pemilihan kata akan berpengaruh dalam pikiran pembaca tentang
isi karya sastra, jenis diksi menurut Keraf (2008: 89-108) adalah sebagai
berikut.
a) Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu
menunjuk kepada konsep, referen atau ide). Denotasi juga merupakan
batasan kamus atau definisi utama sesuatu kata, sebagai lawan daripada
konotasi atau makna yang ada kaitannya dengan itu. Denotasi mengacu
pada makna yang sebenarnya.
b) Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan,
imajinasi atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau
asosiasi-asosiasi, dan biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh
23
sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya. Konotasi
mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya.
c) Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata
abstrak sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan
panca indra manusia. Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas,
dingin, baik, buruk), pertalian (kuantitas, jumlah, tingkatan), dan
pemikiran (kecurigaan, penetapan, kepercayaan). Kata-kata abstrak sering
dipakai untuk menjelaskan pikiran yang bersifat teknis dan khusus.
d) Kata konkrit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat
atau dirasakan oleh satu atau lebih dari pancaindra. Kata-kata konkrit
menunjuk kepada barang yang aktual dan spesifik dalam pengalaman.
Kata konkrit digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam
pikiran pembaca melebihi kata-kata yang lain.
e) Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang
luas. Kata-kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan,
dan kepada keseluruhan.
f) Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-
pengarahan yang khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada
objek yang khusus.
g) Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam
tulisan-tulisan ilmiah.
h) Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan
masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan.
24
i) Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu
tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau
kelompok-kelompok khusus lainnya.
j) Kata slang adalah kata-kata non standard yang informal, yang disusun
secara khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata
slang juga merupakan kata-kata yang tinggi atau murni.
k) Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih
dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa aslinya.
l) Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan
wujud atau struktur bahasa Indonesia.
Tarigan (1985: 61) mengemukakan bahwa ragam konotasi dibagi
menjadi dua macam, yaitu konotasi baik dan konotasi tidak baik.
1. Konotasi Baik Kata-kata yang merupakan konotasi baik dan oleh sebagian
masyarakat dianggap memiliki rasa yang lebih enak, sopan, akrab, dan
tinggi. Konotasi baik dibagi menjadi dua macam, yaitu;
a) Konotasi tinggi yaitu kata-kata sastra dan kata-kata klasik yang lebih
indah dan anggun terdengar ditelinga umum. Kata-kata seperti itu
mendapat konotasi atau nilai rasa tinggi. Disamping itu, kata-kata asing
pada umumnya menimbulkan anggapan rasa segan, terutama bila orang
kurang atau sama sekali tidak memahami maknanya, lantas
memperolah nilai rasa tinggi.
b) Konotasi ramah yaitu kata-kata yang berasal dari dialek atau bahasa
daerah karena dapat memberikan kesan lebih akrab, dapat saling
25
merasakan satu sama lain tanpa ada rasa canggung dalam bergaul. Kosa
kata seperti ini merupakan kosa kata yang memiliki konotasi ramah.
2. Konotasi Tidak Baik Konotasi tidak baik berarti kata-kata yang oleh
sebagian masyarakat dianggap memiliki nilai rasa tidak sopan, tidak
pantas, kasar, dan dapat menyinggung perasaan orang lain. Kata-kata ini
biasanya mempunyai konotasi yang tidak baik. Konotasi tidak baik dibagi
menjadi lima macam, antara lain
a) Konotasi berbahaya yaitu kata-kata yang erat kaitannya dengan
kepercayaannya masyarakat kepada hal-hal yang sifatnya magis. Pada
saat tertentu dalam kehidupan masyarakat, kita harus hati-hati
mengucapkan suatu kata agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, hal-hal yang mungkin mendatangkan mara bahaya.
b) Konotasi tidak pantas yaitu kata-kata yang diucapkan tidak pada
tempatnya dan mendapat nilai rasa tidak pantas, sebab jika diucapkan
kepada orang lain si pembicara akan merasa malu, merasa diejek,
dicela oleh masyarakat atau keluarganya sebagai orang yang tidak
sopan. Pemakaian atau pengucapan kata-kata yang berkonotasi tidak
pantas ini dapat menyinggung perasaan, terlebih-lebih orang yang
mengucapkannya lebih rendah martabatnya daripada lawan bicara
atau objek pembicaraan itu.
c) Konotasi tidak enak yaitu salah satu jenis konotasi atau nilai rasa tidak
baik yang berkaitan erat dengan hubungan sosial dalam masyarakat.
Ada sejumlah kata yang hanya pantas digunakan dalam hubungan
tidak baik dan tidak pantas digunakan dalam pergaulan yang baik.
26
Oleh karena itu, kata atau ungkapan tersebut harus dihindari untuk
menjaga hubungan tetap harmonis dan juga untuk menghindari
hubungan yang semakin retak.
d) Konotasi kasar yaitu kata-kata yang terdengar kasar dan mendapat
nilai rasa kasar. Kata-kata ini sering digunakan oleh rakyat jelata dan
biasanya berasal dari suatu dialek. Kata-kata kasar dianggap kurang sopan
apabila digunakan dalam pembicaraan dengan orang yang disegani.
e) Konotasi keras yaitu kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang
mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-
besarkan sesuatu hal. Ditinjau dari segi arti, maka kata ini dapat
disebut hiperbola, sedangkan dari segi nilai rasa atau konotasi dapat
disebut konotasi keras. Untuk mengungkapkan hal-hal yang tidak
masuk akal, dapat digunakan kiasan atau perbandingan-perbandingan.
Pada umumnya, setiap anggota masyarakat dalam pergaulan sehari-
hari berusaha untuk mengendalikan diri. Akan tetapi, untuk menonjolkan
diri, orang sering kali tidak dapat mengendalikan diri dan cenderung
menggunakan kata-kata yang bersifat mengeraskan makna.
2.1.5 Fungsi Pilihan Kata atau diksi
Gorys Keraf (2002:54) mengemukakan beberapa point penting tentang diksi.
1. Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata–kata mana yang harus
dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata–kata yang tepat atau menggunakan ungkapan–
ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
27
2. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa–nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi
dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Fungsi Diksi
1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
2. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak
resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
3. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
4. Menciptakan suasana yang tepat.
5. Mencegah perbedaan penafsiran.
6. Mencegah salah pemahaman.
7. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
2.1.6 Puisi
Secara umum karya sastra terbagi menjadi tiga jenis, yaitu prosa,
drama dan puisi.Waluyo (2002: 1) mengungkapkan bahwa puisi merupakan
karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia.Selain itu, puisi
merupakan salah satu jenis karya sastra yang dalam penyajiannya sangat
mengutamakan keindahan bahasa dan kepadatan makna.
Puisi adalah karya sastra dan semua karya sastra bersifat imajinatif.
Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak menggunakan makna kias
dan makna lambing atau majas. Hal ini disebabkan terjadinya pemadatan
atau pengkonsentrasian segenap kekuatan bahasa di dalam puisi.
28
Secara etimologis istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poites,
yang artinya membangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa latin dari
kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, dan
menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, maka kata tersebut menyempit
menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu
dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan
(Sitomorang, 1983: 10).
Puisi adalah susunan kata-kata yang dipilih dan dirangkai untuk
menimbulkan efek dan daya sentuh, tentunya dengan maksud yang lebih
luas. Kata-kata atau lebih luas lagi bahasa, sesungguhnya memiliki
kekuatan-kekuatan, daya pukau, dan daya sentuh yang luar biasa. Kekuatan-
kekuatan inilah yang dieksplorasi penyair untuk mengungkapkan maksud dan
gagasannya agar dapat menyentuh perasaan, imajinasi, dan pikiran
pembacanya. Dengan pemilihan kata-kata, dengan penggunaan majas,
dengan eksplorasi bunyi, dengan penggambaran - penggambaran yang
seolah bisa diindera pembaca, dengan susunan struktur dan kata-kata yang
menimbulkan irama dan tempo yang dikehendaki, dan dengan berbagai
potensi-potensi atau kekuatan-kekuatan bahasa lainnya. Puisi merupakan
hasil penafsiran penyair terhadap kehidupan (Aisyah, 2007: 2).
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kosasih (2012: 97), puisi
adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya
makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima dan
irama yang terkandung dalam karya sastra itu.Adapun kekayaan makna
yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur
29
bahasa. Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan yang
digunakan sehari-hari.Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, namun
maknanya sangat kaya.Kata-kata yang digunakannya adalah kata-kata
konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.
Puisisalah satu bentuk karya sastra yang pendek dan singkat yang
berisi ungkapan isi hati, pikiran, dan perasaan pengarang yang padat yang
dituangkan dengan memanfaatkan segala daya bahasa secara pekat, kreatif,
dan imajinatif. Secara bebas dapat dikatakan bahwa puisi adalah karangan
yang singkat, padat, pekat (Suroto,1989:40).
Puisi merupakan karya sastra yang terikat ketentuan atau syarat
tertentu dan pengungkapannya tidak terperinci, tidak mendetail atau tidak
meluas. Isinya tidak sampai pada hal-hal yang kecil dan tidak sejelas karya
sastra berbentuk prosa. Karya sastra puisi merupakan bentuk karya sastra
yang mengungkapkan hal-hal yang pokok dan pengungkapannya dengan
cara pengonsentrasian, pemusatan dan pemadatan. Pengonsentrasian,
pemusatan, dan pemadatan dari segi isi maupun dari segi bahasa. Dari segi
isi, pemusatan yaitu pengungkapan berpusat pada masalah yang pokok saja.
Pemadatannya yaitu bentuk yang berupa larik-larik tetapi dapat mencakup
peristiwa yang sangat luas dan sangat mendalam. Sedangkan,
pengonsentrasiannya yaitu peristiwa tidak langsung diungkapkan tetapi
adanya pemilihan kembali pada peristiwa yang akan diungkapkan. Dari segi
bahasa terdapat pula penghematan, pemadatan, dan pengonsentrasian serta
pemusatan. Penghematan bahasa dalam arti penggunaan kata yang sangat
mendukung atau sangat tepat untuk digunakan.Pemadatan bahasa dalam arti
30
penggunaan kata tertentu dan terbatas dapat mewakili peristiwa yang luas
dan mendalam.Sedangkan, pengonsentrasian dan pemusatan bahasa adalah
adanya pertimbangan yang sangat masuk dalam menggunakan atau memilih
kata (Zainuddin, 1991:100).
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang menggunakan bahasa
imajinatif. Ciri khas puisi karena kekuatan puisi terletak pada kat-katanya.
Puisi sering juga menggunakan lambang-lambang untuk menambah
kepuitisannya dan menggunakan berbagai macam majas. Menurut Herman
J. Waluyo (2003: 1), menyatakan bahwa puisi adalah karya sastra dengan
bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi yang
padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
Puisi adalah ekspresi yang konkret dan yang bersifat artistik dan
pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. Puisi adalah
ekspresi dari pengalaman yang bersifat imajinatif, yang hanya bernilai serta
berlaku dalam ucapan atau menyatakan yang bersifat kemasyarakatan yang
diutarakan dengan bahasa yang memanfaatkan setiap wacana dengan
matang dan tepat guna (Blair&Chandka dalam Tarigan, 1991:7).
Dari beberapa pendapat tersebut, penulis mengacu pada pendapat
Suroto yang menyatakan bahwa puisi adalah salah satu bentuk karya sastra
yang pendek dan singkat yang berisi ungkapan isi hati, pikiran, dan perasaan
pengarang yang padat yang dituangkan dengan memanfaatkan segala daya
bahasa secara pekat, kreatif, dan imajinatif.
Unsur-unsur puisi terbagi ke dalam dua macam, yakni struktur fisik
dan struktur batin Waluyo (1987: 106-130). Namun dalam penelitian ini
31
lebih kepada unsur fisik berupa diksi (pilihan kata ) saja. Diksi (Pemilihan
Kata) Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan
yang sangat cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik itu
makna, susunan bunyinya, maupunhubungan kata itu dengan kata-kata lain
dalam baris dan baitnya.Kata-kata memiliki kedudukan yang sangat penting
dalam puisi. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif dan ada pula kata-kata
yang berlambang. Makna dari kata-kata itu mungkin lebih dari satu. Kata-
kata yang dipilih hendaknya bersifat puitis, yang memunyai efek keindahan,
bunyinya harus indah dan memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya
(Waluyo, 1987: 106). Diksi dalam hal ini meliputi kata konotasi dan kata
berlambang.
2.1.7 Instagram
Karya sastra modern semakin berkembang drai hari ke hari. Banyak
penulis-penulis baru yang berusaha melihat peluang untuk mempopulerkan
karya sastranya. Melihat industri penerbitan dan percetakan yang semakin
mahal, penuh aturan, dan banyak tuntutan, membuat penulis baru menilik
celah yang dihadirkan oleh akun-akun media sosial yang berkembang di era
teknologi. Akun media sosial tersebut lebih murah, lebih praktis, namun
menjangkau wilayah yang sangat luas.Hal ini bisa dimanfaatkan oleh
penulis-penulis muda untuk menyebarluaskan karyakaryanya secara praktis
dan ekonomis.
Media sosial yang tengah berkembang di masyarakat sebagai
dampak perkembangan teknologi nyatanya bisa dimanfaatkan secara positif
32
oleh penggunanya. Salah satu media sosial yang sangat populer adalah
instagram. Melalui instagram seseorang bisa berbagi foto atau video tanpa
batasan ruang dan waktu.Instagram menjangkau semua kalangan dan semua
daerah di seluruh dunia.Tak terkecuali pada akun instagram.
Instagram berasal dari kata “instan” atau “insta”, seperti kamera
polaroid yang dulu lebih dikenal dengan “foto instan”. Instagram juga dapat
menampilkan foto-foto secara instan dalam tampilannya. Sedangkan untuk
kata “gram” berasal dari kata “telegram”, dimana cara kerja telegram adalah
untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat. Begitu pula
dengan Instagram yang dapat mengunggah foto dengan menggunakan
jaringan internet, sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima
dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram berasal dari kata “instan-
telegram” (Putri, 2013: 14).
Menurut Bambang, Instagram adalah sebuah aplikasi dari
Smartphone yang khusus untuk media sosial yang merupakan salah satu dari
media digital yang mempunyai fungsi hampir sama dengan twitter, namun
perbedaannya terletak pada pengambilan foto dalam bentuk atau tempat
untuk berbagi informasi terhadap penggunanya. Instagram juga dapat
memberikan inspirasi bagi penggunanya dan juga dapat meningkatkan
kreatifitas, karena Instagram mempunyai fitur yang dapat membuat foto
menjadi lebih indah, lebih artistik dan menjadi lebih bagus (Atmoko,
2012: 10).
Keadaan ini telah mengubah pola pikir masyarakat dari tradisional
menjadi modern.Selain merupakan pengaruh perkembangan zaman, era
33
digital ternyata mempermudah dan memanjakan pengguna atau
masyarakatnya. Seperti kemunculan instagram yang bisa dikatakan
pengganti penerbitan konvensional. Instagram bisa dinilai sebagai wadah
seseorang untuk menerbitkan karya-karyanya, baik berupa foto, video, atau
tulisan sekalipun. Meskipun media sosial dapat menjangkau semua
kalangan, nyatanya instagram paling banyak digunakan oleh kaum muda.
Banyak akun-akun yang memanfaatkan instagram sebagai wadah
mempopulerkan sesuatu, baik benda, jasa, ataupun diri pribadi
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto dan mengambil
gambar atau foto yang menerapkan filter digital untuk mengubah tampilan
efek foto, dan membagikannya ke berbagai layanan media sosial, termasuk
milik Instagram sendiri. Menurut Atmoko (2012:10) ada beberapa bagian
yang sebaiknya diisi agar foto yang di unggah lebih mempunyai makna
informasi, bagian-bagian tersebut yaitu :
a. Judul atau caption foto bersifat untuk memperkuat karakter atau pesan
yang ingin disampaikan pada pengguna tersebut.
b. Hashtag adalah sysmbol bertanda pagar (#), fitur pagar ini sangatlah
penting karena sangat memudahkan pengguna untuk menemukan foto-
foto di Instagram dengan hashtag tertentu.
c. Fitur lokasi adalah fitur yang menampilkan lokasi dimana pengguna
pengambilannya. Meski Instagram disebut layanan photo sharing,
tetapi Instagram juga merupakan jejaring sosial. Karena pengguna bisa
berinteraksi dengan sesama pengguna.
34
Ada beberapa aktivitas yang dapat dilakukan di Instagram, yaitu
sebagai berikut :
a. Follow adalah pengikut, dari pengguna Instagram pengguna satu
agar mengikuti atau berteman dengan pengguna lain yang
menggunakan Instagram.
b. Like adalah suatu ikon dimana pengguna dapat menyukai gambar
ataupun foto pada Instagram, dengan cara menekan tombol like
dibagian bawah caption yang bersebelahan dengan komentar. Kedua,
dengan double tap (mengetuk dua kali) pada foto yang disukai.
c. Komentar adalah aktivitas dalam memberikan pikirannya melalui
katakata, pengguna bebas memberikan komentar apapun terhadap
foto, baik itu saran, pujian atau kritikan.
d. Mentions adalah untuk menambah pengguna lain, caranya dengan
menambah tanda arroba (@) dan memasukan akun instagram dari pengguna
Seiring dengan perkembangan zaman tersebut, dunia sastra bisa
masuk melalui instagram supaya menjangkau lebih dekat penggunanya.
Instagram dijadikan wadah untuk berkesenian dengan menggunakan medium
bahasa. Pada akun instagram @puisi_cinta contohnya, akun tersebut
merupakan akun yang memuat puisi-puisi berkualitas yang bisa dinikmati
semua orang. Sistem yang digunakan yakni akun @puisi_cinta menerima
kiriman tulisan puisi dari penulis, jika memenuhi syarat dan berkualitas maka
akun @puisi-cinta akan mengunggah puisi tersebut. Akun instagram ini
memiliki ribuan pengikut sehingga sangat mudah memunculkan penulis-
penulis baru untuk berpartisipasi aktif menulis dan mengirimkan karyanya.
35
2.1.8 Makna kehidupan
Frankl mengungkapkan bahwa kebermaknaan hidup adalah keadaan
yang menunjukkan sejauh mana seseorang telah mengalami dan menghayati
kepentingan keberadaan hidupnya menurut sudut pandang dirinya sendiri
(Frankl, 2003: 67).Kemudian Hanik (2004: 89) menambahkan bahwa dalam
kebermaknaan hidup terdapat dua arti dasar yaitu, kebermaknaan lebih
merujuk pada interpretasi terhadap pengalaman atau hidup pada umumnya,
dan kebermaknaan lebih merujuk pada tujuan-tujuan dan motivasi-motivasi
yang membuat individu memiliki respek terhadap pengalamannya atau
hidupnya. Makna hidup mempunyai arti yang berbeda pada setiap individu
tergantung dari sudut pandang mana ia melihatnya dan mengartikannya.
Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Frankl (1996:55),
dimana teori ini dituangkan ke dalam suatu terapi yang dikenal dengan nama
logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar yakni:
a. Kebebasan berkehendak (the freedom to will), Manusia dalam batas-
batas tertentu memiliki kemampuan dan kebebasan untuk mengubah
kondisi hidupnya guna meraih kehidupan yang lebih berkualitas.Dan
yang sangat penting kebebasan ini harus disertai rasa tanggung jawab
(responsibility) agar tidak berkembang menjadi kesewenang-wenangan.
b. Hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning), Setiap orang
menginginkan dirinya menjadi orang yang bermartabat dan berguna bagi
dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar dan berharga di
mata Tuhan. Keinginan untuk hidup bermakna memang benar-benar
merupakan motivasi utama pada manusia. Hasrat inilah yang mendorong
36
setiap orang untuk melakukan berbagai kegiatan seperti kegiatan bekerja
dan berkarya agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga.
c. Makna hidup (the meaning of life), Makna hidup adalah hal-hal yang
dianggap penting, dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi
seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (the
purpose in life). Makna hidup apabila berhasil ditemukan dan dipenuhi
akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan
berharga. Dan makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri,
dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak
menyenangkan, keadaan bahagia dan penderitaan. Pengertian mengenai
makna hidup menunjukkan bahwa dalam makna hidup terkandung juga
tujuan hidup, yakni halhal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Mengingat
antara makna hidup dan tujuan hidup tidak dapat dipisahkan.
Banyak ahli yang telah meneliti tentang keberadaan hidup dan
memberikan pengertian mengenai makna hidup. Setiap individu
mempunyai keinginan untuk meraih hidup bermakna, seperti yang
dikemukakan Frankl dalam Bastaman (1996:66), bahwa dalam setiap
keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun kehidupan ini selalu
mempunyai makna, di mana hidup secara bermakna merupakan motivasi
utama setiap orang. Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan
dan tanggung jawab pribadi untuk memilih dan menemukan makna dan
tujuan hidupnya. Makna dan tujuan hidup merupakan sesuatu yang tidak
dapat dipisahkan.
37
Ketika seseorang menemukan makna hidup maka ia akan
menentukan tujuan hidup yang pada akhirnya akan membuat segala
kegiatan menjadi lebih terarah. Kebermaknaan hidup merupakan perasaan
subjektif bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri subjek mempunyai
dasar kokoh dan penuh arti atau dengan kata lain subjek merasa bahwa
dirinya benar, dan tepat (Erikson dalam Cremers, 1989:59).
Rasa penuh makna tersebut tercapai ketika subjek merasa telah
menyesuaikan diri secara memadai dengan tata nilai yang menjadi kerangka
orientasi hidupnya (Koeswara, 1992: 88). Makna hidup merupakan sesuatu
yang dianggap penting dan berharga, serta memberikan nilai khusus bagi
seseorang. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan
menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga.
(Bastaman, 1996:43)
Pengertian mengenai makna hidup menunjukan bahwa didalamnya
terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan
dipenuhi. Makna hidup ini benar-benar terdapat dalam kehidupan itu
sendiri, walaupun dalam kenyataannya tidak mudah ditemukan, karena
sering tersirat dan tersembunyi di dalamnya. Bila makna hidup ini berhasil
ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan bermakna
dan berharga yang pada giliranya akan menimbulkan perasaan bahagia.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebahagiaan adalah ganjaran atau
akibat samping dari keberhasilan seseorang memenuhi makna hidup.
Menurut pandangan Frankl (1970:55) makna hidup harus dilihat
sebagai suatu yang sangat objektif karena berkaitan dengan hubungan
38
individu dengan pengalamannya dalam dunia ini, meskipun makna hidup
itu sendiri sebenarnya suatu yang objektif, artinya benar-benar ada dan
dialami dalam kehidupan. Frankl (1985: 77) menyebutkan bahwa makna
hidup sebagai sesuatu hal yang bersifat personal, dan bisa berubah seiring
berjalanya waktu maupun perubahan situasi dalam kehidupannya. Individu
seolah-olah ditanya apa makna hidupnya pada setiap waktu maupun situasi
dan kemudian harus mempertanggungjawabkan.
Makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat
ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak
menyenangkan, keadaan bahagia dan penderitaan.Pengertian mengenai
makna hidup menunjukkan bahwa dalam makna hidup terkandung juga
tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi, mengingat
antara makna hidup dan tujuan hidup tidak dapat dipisahkan.
Menurut Yalom dalam Bastaman (1996: 90) pengertian makna hidup
sama artinya dengan tujuan hidup yaitu segala sesuatu yang ingin dicapai dan
dipenuhi. Berdasarkan uraian dia atas maka dapat disimpulkan bahwa makna
hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta
memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan hidup.
2.2 Kajian Penelitian Relevan
Adapun dalam penelitian ini dijelaskan kajian penelitian relevan untuk
menjadi bahan kajian saat penelitian ini sudah menunjukkan hasil temuan
penelitiannya, yaitu sebagai berikut :
1. Jurnal oleh M Rafieck (2015) dengan judul Representasi Cinta Dan Kasih
Dalam Kumpulan PuisiDoa Untuk Anak Cucu Karya W. S. Rendra.’
39
Representasi cinta dan kasih dalam kumpulan puisi yang berjudul
Doa untuk Anak Cucu terdapat dalam delapan buah puisi. Kedelapan buah
puisi itu adalah (1) Gumamku, ya Allah, (2) Doa, (3) Syair Mata Bayi, (4)
Tentang Mata, (5) Inilah Saatnya, (6) Rakyat adalah Sumber Ilmu, (7)
Jangan Takut, Ibu!, dan (8) Tuhan, Aku Cinta pada-Mu. Representasi cinta
dan kasih itu diwujudkan dalam (1) cinta kepada Tuhan, (2) cinta dan kasih
kepada bayi atau anak, (3) cinta kepada kekasih, (4) cinta dan kasih kepada
sesama manusia, (5) cinta dan kasih kepada rakyat, dan (6) cinta dan kasih
kepada ibu. Secara umum, cinta kepada Tuhan termuat dalam 3 buah puisi,
yaitu (1) Gumamku, ya Allah, (2) Doa, dan (3) Tuhan, Aku Cinta pada-Mu.
Selebihnya representasi cinta dan kasih hanya terdapat dalam sebuah puisi.
Hal ini menunjukkan kuatnya hubungan vertikal si aku lirik dengan
Tuhannya dalam kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu ini.
2. Penelitian oleh Azizah (2011) dengan judul “Representasi Cinta Di Film “
3 Hati 2 Dunia 1 Cinta”(Studi Semiotik Tentang Representasi Cinta di Film
“3 Hati 2 Dunia 1Cinta”).
Penelitian ini bertujuan untukmengetahui bagaimana cinta
direpresentasikan dalam film. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan menggunakan metode semiotic. Pendekatan semiotic yang
dikemukakan oleh John Fiske melalui level realitas dan level representasi.
Data dibagi menjadi dua level yaitu level realitas dan level representasi.
Pada level realitas, dianalisis penandaan yang terdapat pada kostum, make-
up, setting, dan dialog. Pada level representasi dianalisis penandaan yang
terdapat pada cara kerja kamera. Kemudian data dianalisis dengan
40
menggunakan konsep yang melibatkan hubungan tanda, obyek interpran
serta menggunakan ikon, indeks dan simbol yang menjadi penandaan
terhadap representasi cinta oleh tokoh Rosyid.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah fenomena cinta Elektra
kompleks yang dialami oleh seseorang yang berbagi cintanya antara
keluarga dan orang yang ia cintainya. Diwujudkan dalam sebuah perbedaan
perilaku dan sikap yang mengalami perubahan, lebih aktif dan melawan
orang tua. Pada dasarnya, cinta harus tetap memakai logika, meskipun cinta
mendorong seorang untuk melakukan perilaku yang irasional dan penuh
emosi. Karena bagimanapun cinta terhadap orang tua itu lebih penting
daripada cinta antara lawan jenis
3. Penelitian oleh Negara (2009) dengan Judul “Representasi nilai cinta dalam
film “ayat-ayat cinta”(analisa semiologi terhadap film ”ayat-ayat cinta”)
Penelitian ini mengambil obyek studi film ”Ayat-Ayat Cinta” karya
Hanung Bramantyo. Film ini menonjolkan nilai cinta tetapi bukan cuma
sekedar kisah cinta yang biasa ini tentang bagaimana menghadapi turun-
naiknya persoalan hidup. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif dengan teknik analisa semiologi Roland Barthes. Proses
analisa dilakukan dengan dua tahap, yaitu signifikasi tahap pertama;
hubungan antara signifier dan signified dalam sebuah tanda terhadap realitas
eksternal (denotasi). Tataran tahap pertama akan menjadi penanda-penanda
yang berhubungan pula dengan petanda-petanda pada tahap kedua yang
menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan
41
perasaan atau emosi dari komunikasi serta nilai-nilai kebudayaan
(konotasi).
Konotasi memiliki makna subyektif. Setelah melalui kedua tahapan
tersebut, peneliti mengambil beberapa kesimpulan bahwa keseluruhan
adegan dalam film ini adalah benar bertutur tentang segala bentuk
(representasi) praktek nilai cinta terhadap sesama, Tuhan dan orang tua yang
meliputi bentuk praktik memberi, perhatian, tanggung jawab, penghargaan,
pemahaman, rendah hati, berani, percaya dan disiplin. Selain itu juga film
ini merupakan film dakwah. karena film ini sangat sesuai dengan tujuan
komunikasi Islam yaitu mengajak semua manusia untuk kembali dan hidup
sepanjang ajaran Tuhan, yang benar serta dilakukan dengan penuh
kebijaksanaan dan nasihat yang baik. Aspek-aspek naratif dan sinematik
dalam film ini juga digunakan karena dapat membantu peneliti memberikan
makna tertentu tentang representasi nilai cinta dalam film ayat-ayat cinta.
4. Penelitian oleh Hapsari dan Nurhidayati (2017) dengan judul “Gaya Bahasa
Puisi “Tanpa Syarat” Pada Akun Instagram @PuisiLangit Sebagai Media
Ajar Pemaknaan Puisi Di Sekolah Menengah Atas”
Generasi milenial terbentuk atas dampak dari perkembangan
teknologi yang demikian pesatnya. Disadari atau tidak teknologi yang
semakin maju membentuk era digital yang begitu memudahkan masyarakat
penggunanya dalam berbagai sisi kehidupan. Pengaruh era digital dan
generasi milenial terlihat dalam pertumbuhan media sosial yang banyak
digunakan sebagai alat aktualisasi diri. Salah satu media sosial yang
digandrungi generasi milenial adalah instagram. Dalam mempopulerkan jati
42
dirinya, sebagian besar generasi milenial lebih memilih menggunakan
media gambar dan tulisan, maka dari itu instagram dipilih sebagai sarana
yang paling tepat.
Gambar dan tulisan yang bisa digolongkan sebagai karya sastra
(puisi) tersebut memiliki nilai estetis yang tinggi hingga menyiratkan makna
tertentu yang ingin disampaikan. Remaja masa kini berlomba-lomba
menuliskan puisi menggunakan media instagram yang murah dan mudah
untuk menyebarluaskan karyanya. Puisi yang tertulis dalam instagram
termasuk kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai
media untuk menemukan nilai estetisnya. Maka tujuan analisis puisi ini
adalah mendeskripsikan bahasa dan pembentukan kata dengan aplikasi
kajian stilistika pada puisi “Tanpa Syarat” yang diunggah akun instagram
@PuisiLangit.
Penelitian ini fokus pada jenis, wujud, dan makna gaya bahasa puisi
“Tanpa Syarat”. Melalui teori stilistika puisi akan dibedah dengan
menganalisa struktur fisik puisi, kata-kata konkret, dan struktur batin puisi.
Hasil dari temuan tersebut akan direlevansikan dengan pengajaran sastra di
sekolah menengah atas. Bahwa media sosial instagram bisa digunakan
sebagai media ajar pada materi mengenai pemaknaan puisi.
top related