bab ii
Post on 08-Apr-2016
32 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis – jenis Korosi
Korosi dapat dibedakan ke dalam banyak kategori. Menurut lokasi
korosinya :
1. Uniform/General Corrosion (Korosi Menyeluruh)
2. Localized Corrosion (Korosi Lokal/Setempat)
Pada korosi jenis korosi menyeluruh, seluruh permukaan logam yang
terekspose dengan lingkungan, terkorosi secara merata. Jenis korosi ini
mengakibatkan rusaknya konstruksi secara total. Pada jenis korosi lokal, yang
terkorosi hanya bagian tertentu saja dari logam yang terekspose lingkungan.
Korosi jenis ini tidak sampai “menghabiskan” seluruh konstruksi logam,
tetapi efeknya tetap merugikan. Kerugian bisa mulai dari kebocoran sampai
pecahnya peralatan.
Berdasarkan lingkungannya, korosi dapat dibedakan ke dalam 2 (dua)
kategori :
1. Korosi Lingkungan Gas (Dry Corrosion)
2. Korosi Lingkungan Cairan (Wet Corrosion)
Korosi lingkungan gas dapat terjadi pada lingkungan atmosfir maupun
lingkungan gas yang lain. Korosi lingkungan cairan dapat terjadi pada
lingkungan air maupun cairan yang lain.
Korosi dapat dibedakan berdasarkan suhu korosif yang melingkungi
konstruksi logam. Berdasarkan suhu korosif ini, korosi dibedakan menjadi 2
(dua) kategori, yaitu :
1. Korosi Suhu Tinggi (High Temperature Corrosion)
2. Korosi Biasa/ Suhu Kamar
High Temperature Corrosion terjadi pada burner, boiler, reformer,
reaktor, dsb. Korosi jenis ini banyak terjadi dalam suasana lingkungan gas.
Di antara macam-macam penamaan / jenis-jenis korosi, dalam makalah ini
akan membahas 5 jenis korosi yaitu:
3
a. Korosi Intergranular
b. Korosi Erosi
c. Korosi Serangan Selektif
d. Korosi Retak Tegangan
e. Korosi Perapuhan Hidrogen
B. Penjelasan Korosi Intergranular, Korosi Erosi, Korosi Serangan Selektif,
Korosi Retak Tegangan, dan Korosi Perapuhan Hidrogen
1. Korosi Intergranular
Gambar 2.1. Korosi Batas Butir pada Pipa
Korosi Intergranular kadang-kadang juga disebut "intercrystalline
korosi" atau "korosi interdendritik". Dengan adanya tegangan tarik, retak
dapat terjadi sepanjang batas butir dan jenis korosi ini sering disebut
"intergranular retak korosi tegangan (IGSCC)" atau hanya "intergranular
stress corrosion cracking".
Mekanisme intergranular corrosion : jenis serangan ini diawali dari
beda potensial dalam komposisi, seperti sampel inti “coring” biasa
ditemui dalam paduan casting. Pengendapan pada batas butir, terutama
kromium karbida dalam baja tahan karat, merupakan mekanisme yang
diakui dan diterima dalam korosi intergranular.
Korosi intergranular terjadi pada daerah tertentu dengan
penyebab grain boundary. Hal ini disebabkan oleh adanya kekosongan
unsur/elemen pada kristal ataupun impurities dari proses casting. Korosi
ini terjadi pada casting and welding.
4
Gambar 2.2. Mekanisme Korosi Batas Butir
Cara pengendalian korosi batas butir adalah:
a) Turunkan kadar karbon dibawah 0,03%.
b) Tambahkan paduan yang dapat mengikat karbon.
c) Pendinginan cepat dari temperatur tinggi.
d) Pelarutan karbida melalui pemanasan.
e) Hindari pengelasan.
2. Korosi Erosi
Gambar 2.3. Sebuah Blade Akibat Korosi Erosi
Erosi Korosi mengacu pada tindakan gabungan yang melibatkan
erosi dan korosi di hadapan cairan korosif yang bergerak atau komponen
logam yang bergerak melalui cairan korosif, yang menyebabkan
percepatan terdegradasinya suatu logam.
5
Akibat gesekan antara fluida dengan logam sehingga logam
tergerus dengan percepatan atau penambahan keburukan sifat material
karena gerakan relatif antara fluida korosif dan permukaan metal. Korosi
erosi dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
a) Korosi Kavitasi: Akibat adanya benturan gelembung fluida dengan
permukaan logam sehingga berakibat luka terhadap permukaan
logam tersebut
b) Fretting Corrosion: Akibat gesekan antara logam dengan logam dan
berakibat suhu logam naik dan tergerus sesama logam.
Tipe Media Korosif antara lain gas, larutan encer, sistem organik,
metal cair dan semua tipe peralatan yang diekspos fluida (piping system,
katup, pompa dan propeller). Dan cara pencegahannya secara global
antara lain menggunakan material dengan ketahanan korosi yang baik,
perancangan (design) yang baik, coating dan cathodic protection.
Mekanisme erosion corrosion : efek mekanik aliran atau kecepatan
fluida dikombinasikan dengan aksi cairan korosif menyebabkan
percepatan hilangnya dari logam. Tahap awal melibatkan penghapusan
mekanik film pelindung logam dan kemudian korosi logam telanjang
oleh cairan korosif yang mengalir. Proses siklus ini sampai pelubangan
komponen terjadi.
Gambar 2.4. Mekanisme Korosi Erosi
Cara pengendalian korosi erosi adalah:
a) Menghindari partikel abrasive pada fluida.
b) Mengurangi kecepatan aliran fluida.
3. Korosi Serangan Selektif
6
Gambar 2.5. Korosi Serangan Selektif pada Pipa
Selective leaching adalah korosi selektif dari satu atau lebih
komponen dari paduan larutan padat. Hal ini juga disebut pemisahan,
pelarutan selektif atau serangan selektif. Contoh dealloying umum adalah
dekarburisasi, decobaltification, denickelification, dezincification, dan
korosi graphitic.
Mekanisme selective leaching : logam yang berbeda dan paduan
memiliki potensial yang berbeda (atau potensial korosi) pada elektrolit
yang sama. Paduan modern mengandung sejumlah unsur paduan berbeda
yang menunjukkan potensial korosi yang berbeda. Beda potensial antara
elemen paduan menjadi kekuatan pendorong untuk serangan preferensial
yang lebih "aktif" pada elemen dalam paduan tersebut.
Dalam kasus dezincification dari kuningan, seng istimewa terlarut
dari paduan tembaga-seng, meninggalkan lapisan permukaan tembaga
yang keropos dan rapuh.
Gambar 2.6. Mekanisme Selective Leaching Corrosion
7
Cara pengendalian atau mencegah selective leaching adalah
menghindari komposisi yang berbeda dari material penyusun
4. Korosi Retak Tegangan
Gambar 2.7. Korosi Retak Tegangan pada Sebuah Logam
Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang memerlukan
aksi secara bersamaan dari bahan perusak (karat) dan berkelanjutan
dengan tegangan tarik. Ini tidak termasuk pengurangan bagian yang
terkorosi akibat gagal oleh patahan cepat. Hal ini juga termasuk
intercrystalline atau transkristalin korosi, yang dapat menghancurkan
paduan tanpa tegangan yang diberkan atau tegangan sisa. Retak korosi
tegangan dapat terjadi dalam kombinasi dengan penggetasan hidrogen.
Mekanisme SCC : terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor
komponen, yaitu (1) Bahan rentan terhadap korosi, (2) adanya larutan
elektrolit (lingkungan) dan (3) adanya tegangan. Sebagai contoh,
tembaga dan paduan rentan terhadap senyawa amonia, baja ringan rentan
terhadap larutan alkali dan baja tahan karat rentan terhadap klorida.
Gambar 2.8. Mekanisme Korosi Retak Tegangan
8
Cara pengendalian korosi tegangan adalah:
a) Turunkan besarnya tegangan
b) Turunkan tegangan sisa termal
c) Kurangi beban luar atau perbesar area potongan
d) Penggunaan inhibitor.
5. Korosi Perapuhan Hidrogen
Hydrogen attack mengakibatkan logam menjadi rapuh akibat penetrasi hidrogen ke kedalaman logam. Peristiwa perapuhan ini biasa disebut dengan “Hydrogen Embrittlement”. Logam juga bisa retak oleh invasi hidrogen.
Belum diketahui bagaimana hidrogen bisa merusak logam secara kimiawi ataupun secara elektrokimia, tetapi efek pengrusakannya terhadap logam sebagai bahan konstruksi sudah jelas. Boleh jadi hidrogen hanya mendifusio secara fisika saja ke dalam logam akibat kecilnya ukuran atom hidrogen.
Gambar 2.9. Korosi Perapuhan Hidrogen
9
top related