bab 4 hasil dan pembahasan 4.1 ekstraksi...
Post on 02-Mar-2019
237 Views
Preview:
TRANSCRIPT
31
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Ekstraksi Karagenan
Nilai rendemen yang dihasilkan adalah 13.33% (Tabel 3), jika dibandingkan
dengan penelitian Risal nur Ahma (2012) nilainya lebih rendah yakni 28%.
Namun nilai rendemen 13,33% termasuk golongan sedang, penghitungannya
dijabarkan pada Lampiran 2. Menurut Chapman (1980), nilai rendemen
dipengaruhi oleh pesies, iklim, metode ekstraksi, waktu pemanenan, lokasi
budidaya dan nilai konsentrasi mempengaruhi nilai rendemen yang dihasilkan
(Chapman, 1980). Perebusan karagenan dilakukan dalam panci berukuran besar
selama 2 jam (Lampiran 3), karena untuk memisahkan kotoran atau bahan yang
tidak diperlukan dan membuat tekstur rumput laut menjadi semakin kenyal.
Rendemen karagenan dipengaruhi lama pemanasannya. Semakin lama proses
alkalisasi dan semakin tinggi jumlah rumput laut maka akan meningkatkan
rendemen karaginan. Hal ini disebabkan karena semakin lama rumput laut kontak
dengan panas maupun dengan larutan alkali maka semakin banyak karagean yang
terlepas dari dinding sel dan menyebabkan rendemen karagenan tinggi (Rahma,
2012).
Tabel 3. Nilai Rendemen
Sampel Berat Karagenan
(g)
Berat Awal
(g)
Rendemen (%)
I 18,075 150 12,05
II 23,7 150 15,8
III 18,21 150 12,14
Rata-Rata 20,4 150 13,33
Tinggi rendahnya nilai rendemen juga dipengaruhi oleh nilai konsentrasi
pelarut yang digunakan, pada penelitian ini menggunakan pelarut KOH 1% untuk
membantu proses perebusan. Semakin tinggi konsentrasi KOH selama ekstraksi
32
berlangsung menyebabkan pH semakin tinggi sehingga kemampuan KOH dalam
mengekstrak juga semakin besar.
Berdasarkan penelitian Yasita dan Rahmawati (2007) jenis pengendap juga
berpengaruh terhadap rendemen karaginan yang dihasilkan, rendemen yang
dihasilkan dengan pengendap jenis etanol lebih besar dibanding pengendap jenis
Isopropyl Alkohol (IPA). Hal ini disebabkan karena etanol memiliki rantai carbon
( C ) lebih pendek (2) dibandingkan Isopropyl alkohol yang memiliki rantai C
berjumlah 3, yang artinya etanol lebih baik dalam mengekstrak rumput laut
Eucheuma cottoni dan menghasilkan rendemen yang besar.
Hasil pembuatan karagenan ini didapatkan bahwa tepung berwarna coklat
terang, strukturnya sangat halus dan tidak berbau (Lampiran 3). Strukturnya
yang halus ini memudahkan dalam formulasi pemberian pakan pada mencit.
Jenis karagenan dalam penelitian ini termasuk tipe kappa karagenan. Kappa-
karagenan dan iota-karagenan merupakan fraksi yang mampu membentuk gel
dalam air. Karagenan memiliki kemampuan membentuk gel pada saat larutan
panas menjadi dingin. Proses pembentukan gel bersifat thermoreversible, artinya
gel dapat mencair pada saat pemanasan dan membentuk gel kembali pada saat
pendinginan (Gliksman, 1983; Imeson, 2000).
Kemampuan pembentukan gel pada kappa karagenan akan terbentuk hanya
dengan adanya kation-kation tertentu seperti K+, Rb+ dan Cs+. Penggunaan KOH
dalam proses ekstraksi mampu meningkatkan kekuatan gel kappa karagenan.
Hal ini disebabkan karena kappa karagenan sensitif terhadao ion K+ yang mampu
meningkatkan kekuatan ionik dalam rantai polimer karagenan sehingga gaya
antar molekul terlarut semakin besar yang menyebabkan keseimbangan antara
ion-ion yang larut dengan ion-ion yang terikat didalam struktur karagenan dapat
membentuk gel (Hakim et al., 2011).
4.2 Penelitian Secara In vivo
4.2.1 Perubahan Bobot Mencit
Berat awal dari setiap mencit rata – rata berkisar antara 21,3 – 22 gram. Berat
awal mencit yang berjumlah 22 gram naik sebesar 0,45 gram menjadi 22,45 gram
33
pada hari pertama penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan
timbangan analitik yang telah disediakan di tempat pemeliharaan (Lampiran 4)
dari 32 mencit pada masa adaptasi diambil 3 mencit secara acak untuk ditimbang
setiap harinya. Dari hasil penimbangan selama 7 hari diambil rata – rata untuk
ditampilkan pada grafik (Gambar 8 dan Lampiran 5) Peningkatan berat badan
mulai terjadi pada hari ke-2 sebesar 22.73 gram selanjutnya bobot tubuh makin
meningkat pada hari ke tiga (22,94 gram), empat (23,08 gram), lima (23,24 gram),
enam (23,58 gram) dan pada akhir masa adaptasi didapatkan hasil rata-rata bobot
tubuh sebesar 24,13 gram.
Gambar 8. Rata-rata Pertambahan Bobot Mencit Pada Masa Adaptasi
Dalam penelitian ini mencit dikandangkan secara individu dan diberi label.
Kandang terpisah dimaksudkan agar dalam pelaksanaannya lebih mudah dan
mencit tidak tercampur antara mencit yang satu dengan yang lain baik dalam
pemberian pakan maupun pengamatan tiap perubahan dari masing-masing
termasuk pada masa perubahan berat badannya.
Hasil penimbangan bobot tubuh yang diberikan tambahan kolesterol (lemak
sapi) terlihat pada Lampiran 6. Tujuan dari tahapan masa hiperkolesterolemia
yaitu agar diperoleh kondisi kolesterol yang tinggi sebelum memasuki perlakuan
dengan penambahan tepung karagenan. Hasilnya didapatkan bahwa dengan
penambahan lemak sapi dan porsi pakan extra, bobot tubuh mencit semakin
bertambah. Pada hari pertama penimbangan hiperkolesterolemia didapatkan
22,4522,73
22,94 23,0823,24
23,58
24,13
21,5
22
22,5
23
23,5
24
24,5
1 2 3 4 5 6 7
Bo
bo
t Tu
bu
h (g
r)
Hari Ke-
34
bobot tubuh mencit sebesar 25,15 gram. Bobot tubuh makin meningkat setiap hari
selanjutnya, pada hari ke-3 bobot tubuh mencit didapatkan sebesar 26,04 gram,
naik sebesar 0,30 gram pada hari ke-4 (26,34 gram). Kenaikan bobot tubuh
terbesar terjadi pada hari ke-8 yaitu sebesar 0,34 gram dari hari ke-7 (28,20 gram).
Hasil akhir bobot tubuh pada masa hiperkolesterolemia didapatkan 29,02 gram
pada hari ke-10.
Gambar 9. Rata – Rata Bobot Mencit Pada Masa Hiperkolesterolemia
Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal berupa genetik dan hormon
serta faktor eksternal seperti keadaan lingkungan dan makanan. Pertumbuhan
sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang ada dalam makanan. Apabila seekor hewan
kekurangan nutrisi atau mengalami defisiensi suatu zat makanan maka laju
pertumbuhan hewan tersebut akan terhambat (Dawes, 1952). Pertumbuhan
berjalan normal apabila makanan yang diberikan mengandung nutrisi dalam
kualitas dan kuantitas yang baik (Rasyaf, 1990). Pertumbuhan yang baik
merupakan suatu proses pertambahan massa, sehingga hewan mengalami
pertambahan bobot badan, pertambahan tinggi, pertambahan panjang atau
pertambahan kandungan kimiawi tubuhnya.
Dari hasil pengamatan yang didapat dalam penelitian ini ternyata terjadi
petambahan bobot badan mencit. Hal ini diduga disebabkan oleh konsumsi pakan
mencit yang memenuhi syarat untuk terjadinya pertumbuhan. Menurut
25,5 25,7426,04
26,34
27,19 27,43
28,228,54
28,86 29,02
23
24
25
26
27
28
29
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bo
bo
t Tu
bu
h (g
)
Hari Ke-
35
Kusumawati (2004) konsumsi pakan mencit adalah 4 – 5 gram/ekor/hari,
pemberian pakan mencit yang diberikan pada penelitian ini adalah 5
gram/ekor/hari. Jadi konsumsi pakan mencit tersebut memenuhi syarat untuk
terjadinya peningkatan pertumbuhan. Konsumsi ransum biasanya dipengaruhi
oleh kecukupan kebutuhan energi dari mencit tersebut. Mencit akan berhenti
makan apabila kebutuhan energinya tercukupi. Karena ketersediaan zat-zat
makanan lebih rendah, terutama energi, akibat kandungan serat yang tinggi, maka
mencit berusaha memenuhi kebutuhan zat-zat makanannya dengan mengkonsumsi
ransum atau pakan lebih banyak. Terbukti pada grup mencit yang mendapat
perlakuan serat lebih rendah konsumsi ransumnya juga lebih rendah dan demikian
juga sebaliknya (Hartanta, 2009).
Pada masa perlakuan penimbangan dilakukan setiap seminggu sekali. Selama
masa percobaan berlangsung terjadi kenaikan berat badan yang berbeda untuk
setiap perlakuan. Kenaikan berat badan tertinggi diperoleh pada grup kontrol
positif (hiperkolesterolemia), diikuti grup kontrol negatif (mencit normal), grup
perlakuan 10%, grup perlakuan 15% dan grup perlakuan 5% (Lampiran
10). Dari hasil percobaan ini, penambahan tepung karagenan bobot tubuh mencit
naik namun kenaikannya tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan
hiperkolesterolemia (grup kontrol positif). Penambahan tepung karagenan juga
tidak mempengaruhi kondisi dan aktivitas mencit. Selama 21 hari masa perlakuan,
tidak ditemukan mencit dalam keadaan sakit maupun mati akibat penambahan
tepung karagenan. Pada grup perlakuan 5%, 10% dan 15% nilai pertambahan
bobotnya tidak mendekati nilai pertambahan bobot pada mencit normal (grup
kontrol negatif), namun tingkat kenaikan berat badannya lebih rendah.
Hal Ini menunjukkan bahwa penambahan tepung karagenan hingga 15%
ke dalam ransum memberi pengaruh terhadap pertumbuhan mencit dengan
penambahan bobot, namun kenaikannya tidak terlalu tinggi. Pemberian tepung
karagenan hingga 15% terhadap ransum juga tidak memberikan pengaruh buruk
seperti sakit, bulu rontok maupun kematian, sehingga aman untuk dikonsumsi
untuk mencit.
36
Gambar 10. Pertambahan Bobot Mencit Masa Perlakuan
Dari tiga masa tahapan (awal, tengah, akhir) , peningkatan bobot tubuh
bertambah dari hari ke hari. Hal ini menunjukkan bahwa mencit mudah beradaptasi
dengan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan penelitian dan mencit ini
memiliki pola makan dan minum yang sangat cepat. Smith dan Mangkoewidjojo
(1998) yang menyatakan bahwa mencit jantan memiliki laju pertumbuhan sangat
cepat karena mencit jantan tidak memiliki organ reproduksi yang tidak berfungsi
seperti mencit betina sehingga ransum yang dikonsumsi dipakai untuk perkembangan
organ reproduksi.
4.3 Total Kolesterol
4.3.1 Total Kolesterol Masa Adaptasi dan Hiperkolesterolemia
Pengambilan serum sangat diperlukan untuk pengamatan terhadap total
kolesterol dan trigliserida,karena serum membentuk lipoprotein yang memungkinkan
lemak dan kolesterol terkandung didalamnya (Martin, 2007 dalam Wikipedia, 2013).
Penghitungan total kolesterol pada masa adaptasi sangat diperlukan guna mengetahui
nilai total kolesterol awal mencit normal yang diberikan pakan standard dan
26,3226,56
25,24
26,56
25,76
26,8
27,15
25,44
26,94
26,05
27,2527,44
25,78
27,5
26,43
24
24,5
25
25,5
26
26,5
27
27,5
28
Negatif Positif 5% 10% 15%
Bo
bo
t Tu
bu
h (g
)
Kelompok Mencit
0
10
21
37
penghitungan total kolesterol pada masa hiperkolesterolemia diperlukan untuk
mengetahui nilai total kolesterol setelah
setelah diberikan pakan berlemak.
Rata-rata kolesterol awal adalah 39,17 mg. dl-1
, sedangkan setelah mengalami
masa peningkatan kolesterol (hiperkolesterolemia) kadarnya menjadi 157,57 mg. dl-
1 (Tabel 4) . Selama perlakuan penambahan 1% kolesterol ke dalam ransum tetap
dilakukan untuk mempertahankan kondisi hiperkolesterolemik, kecuali pada grup
kontrol negatif.
Tabel 4. Nilai Rata – Rata Kolesterol Pada Masa Adaptasi dan Hiperkolesterolemia
Masa Adaptasi Mencit Ke Rata –
rata 1 2 3
Δ Sampel (λ) 0,100 0,074 0,091
Δ Standar (λ) 0,451 0,451 0,451
Total Kolesterol
(mg. dl-1
)
44,34 32,81 40,35 39,17
Masa Hiperkolesterolemia Mencit Ke Rata -
rata 1 2 3
Δ Sampel (λ) 0,356 0,368 0,342
Δ Standar (λ) 0,451 0,451 0,451
Total Kolesterol (mg. dl-1
) 157,87 163,19 151,66 157,57
4.3.1 Total Kolesterol Serum Pada Masa Perlakuan
Pengambilan dan penghitungan total kolesterol serum dibagi dalam 3 tahapan
yaitu pada masa awal (hari ke- 0), tengah (hari ke- 10) dan akhir (hari ke-21). Pada
masa perlakuan mencit sudah dimasukkan ke dalam kelompok perlakuan sesuai
kandang masing-masing dan sudah diberi label. Hasil rata –rata kolesterol selama
masa perlakuan disajikan pada Tabel 5. Hasil total kolesterol serum disajikan pada
Lampiran 8 dan penghitungannya disajikan pada lampiran 9.
38
Tabel 5 . Rata-Rata Kolesterol Mencit Masa Perlakuan
Kelompok
Mencit
0 10 21
Total Kolesterol
(mg. dl-1
)
Total Kolesterol
(mg. dl-1
)
Total
Kolesterol
(mg. dl-1
)
Kontrol Negatif 30,33 20,10 14,34
Kontrol Positif 272,73 253,36 238,73
1% 5% 24,69 14,78 10,34
1% 10% 34,59 24,53 16,70
1% 15% 35,77 22,04 18,52
Rata –rata kolesteol serum darah menunjukkan terjadinya penurunan kolesterol
serum dari masa hiperkolesterolemia ke masa perlakuan (Gambar 11). Pada masa
hiperkolesterolemia rata-rata total kolesterol adalah 157,57 mg. dl-1
, rata-rata total
kolesterol akhir perlakuan pada masing – masing kelompok mencit selama 21 hari
perlakuan yaitu 14,34 mg. dl-1
(kelompok negatif); 238,73 mg. dl-1
(kelompok
positif); 10,34 mg. dl-1
(1%, 5%); 16,70 mg. dl-1
(1%,10%): 18,52 mg. dl-1
(1%,15%).
0
50
100
150
200
250
300
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
1% 5% 1% 10% 1% 15%
30,33
272,73
24,69 34,59 35,7720,1
253,36
14,78 24,53 22,0414,34
238,73
10,34 16,7 18,52
Kad
ar K
ole
ste
rol (
mg.
dl-1
)
Kelompok
0
10
21
39
Gambar 11. Rata- Rata Kolesterol Mencit Masa Perlakuan
Hasil rata-rata total kolesterol serum didapatkan bahwa kelompok perlakuan 5%
memiliki nilai total kolesterol serum terendah yaitu 10,34 mg. dl-1
, kemudian diikuti
kelompok 10% (16,70 mg. dl-1
) dan 15% (18,52 mg. dl-1
). Penambahan tepung
karagenan ke dalam ransum mampu menurunkan kadar kolesterol pada serum
mencit, Hal tersebut dibuktikan pada penambahan tepung karagenan dengan dosis
10% yang nilainya mendekati kadar kolesterol serum mencit normal (grup kontrol
negatif) (Tabel 5), tetapi nilainya menjauhi total kolesterol serum
hiperkolesterolemik (grup kontrol positif). Hasil nilai total kolesterol dari kelompok
5% dan 15% tidak terlalu mendekati kadar kolesterol normal (grup kontrol negatif).
Faktor bobot tubuh juga mempengruhi total kolesterol, kelompok perlakuan 5% dan
15% memiliki rata-rata bobot tubuh 25,78 gram dan 26,43 gram, bobot tersebut tidak
mendekati bobot mencit normal (kontrol negatif). Sedangkan kelompok perlakuan
10% memiliki nilai rata-rata yang hampir sama dengan bobot mencit normal (grup
kontrol negatif) (Tabel 3).
Rata-rata kolesterol menunjukkan terjadinya penurunan kolesterol selama 21
hari dari masing-masing grup perlakuan, yaitu sebesar 58,12% (1%, 5%), 51,72%
(1%, 10%), 48,22% (1%, 15%). Dari penghitungan ini kelompok perlakuan 5 %
mengalami penurunan kolesterol terbanyak, namun nilai rata –rata akhirnya tidak
mendekati kelompok kontrol negatif. Dari penelitian ini didapatkan bahwa, mencit
mengalami pertambahan bobot namun kolesterolnya menurun. Kenaikan bobot
mencit dari kelompok perlakuan tidak sebesar kelompok kontrol positif dan nilai rata
– rata kolesterolnya menjauhi kelompok kontrol positif.
Laporan Anderseon (1994) yang menyatakan bahwa hal utama yang
menyebabkan penurunan penyerapan kolesterol pada ransum berserat tinggi adalah
akibat meningkatnya eksresi lemak, asam empedu dan kolesterol. Dilihat dari hasil
40
penghitungan total kolesterol serum nilai penambahan dosis 10% dinilai paling baik
dalam menurunkan kadar kolesterol walaupun sebenarnya dosis 15% juga
menurunkan kolesterol tetapi nilainya belum mendekati kadar kolesterol mencit
normal.
Penurunan kadar kolesterol pada grup yang mengandung tepung rumput laut
disebabkan oleh beberapa faktor. Penyerapan kolesterol dari usus halus menurun
akibat gerak laju pencernaan semakin cepat (Hartanta, 2009).Serat selain mengikat
kolesterol secara langsung juga mengikat asam empedu intraluminak dan
menghambat sirkulasi enterohepatik asam empedu. Mekanisme ini akan memacu
kehilangan kolesterol dengan cara meningkatkan pengeluaran kolesterol asam
empedu melalui feses.
4.3.2 Total Trigliserida
Trigliserida (TG) adalah ester dari trihydric alcohol glycerol dengan 3 asam
lemak rantai panjang. Trigliserida disintesis di hati dan juga terdapat dalam makanan.
Penentuan TG digunakan dalam diagnosis dan penanganan pasien dengan nefrosis,
obstruksi hati, gangguan metabolisme lipid dan penyakit endokrin lainnya.
Pemeriksaan TG mempunyai tujuan untuk menentukan status trigliseridemik, untuk
memperkirakan risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK). TG juga diduga merupakan
penentu utama dari esterifikasi kolesterol atau transfer kolesterol dan remodeling
HDL dalam plasma manusia (Rifai et al. , 1997 dalam Susanti, 2008).
Kandungan trigliserida serum mencit terendah sampai tertinggi berturut-turut
diperoleh pada kontrol negatif (63.93 mg. dl-1
), grup perlakuan 15% (64.48 mg. dl-
1), grup perlakuan 5% (69.4 mg. dl
-1), grup 10% (84.15 mg. dl
-1), dan grup kontrol
positif (180.33 mg. dl-1
) (Gambar 12). Grup perlakuan 15%, 10% dan 5% memiliki
kadar trigliserida lebih rendah dari grup kontrol positif. Sedangkan pada grup kontrol
negatif, perlakuan 15% memiliki nilai trigliserida lebih rendah dan mendekati nilai
kadar trigliserida mencit normal (kontrol negatif).
41
Penurunan kadar trigliserida pada mencit yang mendapat penambahan rumput
laut dalam ransumnya mengikuti pola total kolesterol. Hal Itu terjadi karena
penyerapan ketiga senyawa itu berada dalam satu kesatuan yaitu dalam bentuk misel
dan kilomikron. Bila kadar VLDL dan LDL tinggi biasanya trigliserida pun tinggi.
Serat dalam saluran pencernaan merusak misel-misel yang terbentuk sehingga
penyerapan lemak berkurang (Hartanta, 2009).
Gambar 12. Rata – Rata Total Trigliserida Mencit Masa Perlakuan
Berdasarkan grafik diatas rata – rata nilai trigliserida mencit pada kelompok
kontrol negatif, 5%, 10% dan 15% memiliki nilai yang masih berada dalam kisaran
trigliserida mencit normal yaitu 26-145 mg.dl (Malole dan Pramono, 1989).
Trigliserida dalam batas normal sebenarnya sangat diperlukan bagi tubuh, karena
asam lemak yang dimilikinya sangat bermanfaat bagi metabolisme tubuh dan
memberikan energi bagi tubuh. Asupan makana yang mengandung kadar lemak jenuh
tinggi dapat meningkatkan efek trigliserida, jika kadar trigliserida meningkat, maka
kadar kolesterol meningkat. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian ini, nilai
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
1% 5% 1% 10% 1% 15%
75,41
181,97
140,71 141,87 134,98
72,67
193,77
91,15
127,67
105,47
63,93
180,33
69,484,15
64,48
KA
dar
Tri
glis
erid
a (m
g. d
l-1)
Kelompok
0
10
21
42
kadar trigliserida mengalami penurunan dan nilai kadar kolesterolnya juga mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan asupan makan yang diberikan pada mencit
mengandung serat berupa tepung karagenan yang mampu mengikat kolesterol.
top related