bab iv hasil dan pembahasan 4.1 parameter oseanografi...

28
20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir Kalimantan Barat Parameter oseanografi sangat berperan penting dalam kajian distribusi kontaminan yang masuk ke laut karena komponen fisik ekosistem pesisir dan laut berperan sebagai media transportasi materi dan energi sekaligus media transportasi dan penyebaran kontaminan yang masuk ke lingkungan laut. 4.1.1 Arus laut (a) (b) Gambar 2. Arus Permukaan Rata-rata di Selat Karimata bulan Juni (a) dan November (b) (Fathya 2012)

Upload: vannga

Post on 08-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Parameter Oseanografi Pesisir Kalimantan Barat

Parameter oseanografi sangat berperan penting dalam kajian distribusi

kontaminan yang masuk ke laut karena komponen fisik ekosistem pesisir dan laut

berperan sebagai media transportasi materi dan energi sekaligus media

transportasi dan penyebaran kontaminan yang masuk ke lingkungan laut.

4.1.1 Arus laut

(a)

(b)

Gambar 2. Arus Permukaan Rata-rata di Selat Karimata bulan Juni (a) dan November (b)

(Fathya 2012)

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

21

Gambar 2 menunjukan arus permukaan rata-rata di Selat Karimata pada

bulan Juni dan November. Pola arus pada bulan Juni (musim timur) menunjukan

pergerakan arus dari arah selatan (Laut Jawa) menuju ke utara (Laut China

Selatan) (Gambar a). Sebaliknya pada bulan November (memasuki musim barat)

pergerakan arus terlihat dominan dari utara (Laut China Selatan) ke selatan (Laut

Jawa) (Gambar b).

Hasil simulasi pembangkit arus permukaan di selat Karimata menunjukkan

pola arus di pesisir Kalimantan Barat pada bulan Juni atau musim timur bergerak

dari arah Laut Jawa menuju Laut China Selatan dengan rata-rata besar arus 0,3-

0.8 m det-1 (Fathya 2012) dan pada bulan November lebih kecil 0,1 m det-1. pada

bulan Juni, kecepatan arus rata-rata yang berasal dari Sungai Kapuas mencapai 0,3

m det-1, sedangkan dari Sungai Kapuas Kecil dapat mencapai 0,5 m det-1. Hal ini

menunjukkan bahwa debit dari sungai-sungai memberikan kontribusi bagi

kontaminan yang dapat terbawa dari sungai menuju pesisir Kalimantan Barat.

4.1.2 Suhu Air Laut

(a)

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

22

(b)

Gambar 3. Sebaran mendatar suhu permukaan pada bulan Juni 2010 (a) dan November

2010 (b) di perairan Pantai Pontianak.

Pada gambar 3 terlihat bahwa suhu air pada bulan Juni berkisar antara 27,2

oC – 32,3 oC sedangkan suhu air pada bulan November berkisar antara 27,2 oC –

32,62 oC dengan rata-rata sebesar 33,3 oC. Variasi sebaran suhu ini terjadi

dikarenakan morfologi estuaria dengan kedalaman yang relatif dangkal pada

kisaran 1 – 3 m, adanya pertemuan massa air bersuhu rendah dari sungai Kapuas

Kecil dengan massa air bersuhu hangat dari laut.

(a)

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

23

(b)

Gambar 4. Sebaran mendatar suhu permukaan pada bulan April 2011 (a) dan September

2011 (b) di perairan Pantai Pontianak.

Pada gambar 4 terlihat suhu air pada bulan April berkisar antara 27,26 oC

– 32,14 oC dengan rata-rata sebesar 30,06 oC sedangkan suhu air pada bulan

September berkisar antara 28,66 oC – 32,62 oC dengan rata-rata sebesar 29,55

oC. Kisaran suhu air pada bulan April lebih rendah jika dibandingkan dengan

suhu air pada bulan September. Sebaran horisontal suhu air permukaan di daerah

estuari yang dekat daratan cenderung rendah karena adanya aliran sungai bersuhu

rendah dilapisan permukaan dari Sungai Kapuas. Hujan juga sangat berpengaruh

pada karakteristik suhu dan salinitas di perairan daerah studi. Pada saat hujan

tanggal 29 dan 30 April 2011, suhu air dan salinitas mengalami penurunan

dikarenakan adanya suplai air tawar bersuhu rendah dari hulu sungai Kapuas.

4.1.3 Pasang Surut

Pasang surut memiliki pengaruh besar terhadap suhu air dan salinitas.

Pada waktu air pasang dari laut yang masuk ke ekosistem estuari bercampur

dengan air tawar yang berasal dari sungai, demikian juga sebaliknya pada saat air

surut, sehingga pada saat menuju pasang dan pasang maksimum suhu dan salinitas

meningkat sedangkan pada saat menuju surut dan surut terendah, suhu dan

salinitas menurun.

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

24

Gambar 5. Elevasi pasang surut di Muara Sungai Kapuas Kecil, Kalimantan Barat selama

pengamatan pada bulan Juni 2010

Pada gambar 5 prediksi pasut yang dilakukan dalam rentang waktu lima

hari pada bulan Juni bersamaan dengan pengukuran kualitas air yaitu pada tanggal

14, 15, 16, 17 dan 18 Juni 2010 di muara sungai Kapuas. Pada gambar 5 terlihat

tipe pasang surut menunjukan tipe campuran condong harian tunggal.

Gambar 6. Elevasi pasang surut di Sungai Kapuas Kecil, Kalimantan Barat selama

pengamatan pada bulan November 2010

Pada gambar 6 prediksi pasut yang dilakukan dalam rentang waktu

empathari pada bulan November 2010 bersamaan dengan pengukuran kualitas air

yaitu pada tanggal 4, 5, 6 dan 7 November 2010 di muara sungai Kapuas. Pada

gambar 6 terlihat tipe pasang surut menunjukan tipe semi diurnal atau harian

ganda.

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

25

Gambar 7. Elevasi pasang surut di Sungai Kapuas Kecil, Kalimantan Barat selama

pengamatan pada bulan April 2011.

Gambar 8. Elevasi pasang surut di Sungai Kapuas Kecil, Kalimantan Barat selama

pengamatan pada bulan September 2011.

Hasil pengukuran pasang surut (pasut) di Jungkat atau sekitar Muara

Sungai Kapuas Kecil, Kalimantan Barat didominasi oleh pasang surut diurnal

seperti pada Gambar 7 dan 8. Tipe pasang surut di badan Sungai Kapuas Kecil

hasil pengamatan bulan September 2011 menunjukkan tipe semi diurnal seperti

pada Gambar 8. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh debit Sungai Kapuas Kecil

ini mempengaruhi tipe pasang surut di sungai ini, sehingga sedikit bergeser

menjadi campuran cenderung semidiurnal dengan dua kali pasang dan dua kali

surut, dengan puncak maksimum yang berbeda besarnya.

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

26

4.1.4 Curah Hujan

Faktor curah hujan juga dapat mempengaruhi penyebaran kontaminan

logam berat ke pesisir. Tingginya curah hujan berpotensi menjadi faktor fisik

yang berpengaruh mendorong tingginya beban kontaminan di perairan laut.

(a) (b)

Gambar 9. Curah Hujan pada bulan Juni 2010 (a) dan bulan November 2010 (b)

Gambar 9 menggambarkan curah hujan pada bulan Juni 2010 berkisar

antara 8-11 mm/hari sedangkan curah hujan per bulannya adalah 240-330

mm/bulan. Sedangkan curah hujan pada bulan November 2010 lebih besar

dibandingkan bulan Juni yaitu berkisar antara 11-13 mm/hari atau sekitar 330-390

mm/bulan.

(a) (b)

Gambar 10. Curah Hujan pada Bulan April 2011 (a) dan September 2011 (b)

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

27

Pada Gambar 10 terlihat bahwa curah hujan bulan April 2011 berkisar

antara 6-9 mm/hari yang berarti curah hujan per bulannya adalah 180-270

mm/bulan. Sedangkan curah hujan pada bulan September 2011 lebih rendah yaitu

6 mm/hari atau 180 mm/bulan.

4.2 Logam Berat di Perairan Pesisir Kalimantan Barat

Logam berat Hg, Pb dan Cd yang tersebar di sepanjang pesisir Kalimantan

Barat sebagian besar bersumber dari kegiatan manusia yang terbawa oleh sungai-

sungai menuju muara hingga ke pesisir. Kegiatan tersebut diantaranya adalah

Pertambangan Emas Tanpa Izin yang marak dilakukan di sepanjang sungai yang

bermuara ke pesisir Kalimantan Barat (Gambar 9).

Gambar 11. Lokasi kegiatan penambangan emas tradisional tanpa ijin dan pembalakan

liar di Kalimantan Barat (Adijaya dan Yamashita, 2004).

Pengambilan sampel air untuk mengukur kadar logam berat Hg, Pb dan Cd

dilakukan dalam dua tahun (2010 dan 2011) pada bulan Juni 2010 untuk mewakili

musim Timur (kemarau) dan bulan November 2010 yang mewakuli musim

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

28

peralihan II (memasuki musim penghujan). Sedangkan tahun 2011 dilakukan pada

bulan April 2011 yang mewakili musim peralihan I dan bulan September yang

mewakili musim peralihan II.

Pengukuran dilakukan di titik-titik stasiun yang mewakili ekosistem

estuary dan ekosistem sungai, mengingat kontaminan bersumber dari sungai-

sungai yang bermuara kelaut. Pada tahun 2010, terdapat 18 titik stasiun

pengukuran sedangkan pada tahun 2011 terdapat 26 stasiun pengukuran.

4.2.1 Merkuri (Hg)

(a)

(b)

Gambar 12. Sebaran Mendatar Hg pada bulan Juni 2010 (a) dan bulan November 2010

(b)

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

29

Gambar 12 menunjukkan sebaran kadar Hg terlarut pada bulan Juni dan

November 2010 yang tersebar pada beberapa titik di sungai dan estuari perairan

Kalimantan Barat. Gambar 12 menggambarkan kadar Hg di muara sungai lebih

besar dibandingkan dengan yang ada di sungai. Hal ini disebabkan karena

dinamika air di sungai lebih tinggi di bandingkan keadaan air pada muara sungai

yang cenderung lebih stabil sehingga Hg terakumulasi lebih banyak di muara

sungai.

Tabel 5. Kadar Hg Terlarut Tahun 2010

Kadar Hg terlarut (µg/l) Tahun 2010

Lokasi Stasiun Juni November

Kuala Jungkat

KB 10A 0,26 1,21

KB 10 0,13 0,80

KB 12 0,00 1,00

Peniti Luar KB 09 0,13 0,90

KB 07 0,13 1,00

S. Pinyuh KB 06 0,13 1,00

KB 04 0,13 1,00

Kuala Mempawah

KB 03 0,00 1,11

KB 01 0,13 1,11

KB 01A 0,13 1,31

S. Kakap KB 13 0,00 1,00

KB 15 0,13 1,00

Rasau Jaya KB 17 0,13 0,80

KB 18 0,13 0,70

KB 19 0,13 0,80

Ambawang KB 20 0,13 0,70

S. Landak KB 21 0,13 0,60

Kapuas KB 22 0,52 0,50

Pada Tabel 5 terlihat kadar Hg pada bulan November umumnya lebih

tinggi dibandingkan dengan pada bulan Juni. Kadar Hg tertinggi pada bulan

November adalah sebesar 1,31 µg L-1

. Kadar Hg dalam air ini sudah melebihi

ambang batas menurut Kepmen LH No. 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air

Laut untuk Biota Laut sebesar 1 µg L-1

untuk Hg.

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

30

(a)

(b)

Gambar 13. Sebaran Mendatar Hg pada bulan April (a) dan bulan September 2011 (b)

Gambar 13 menunjukkan konsentrasi Hg terlarut pada bulan April dan

September 2011 di perairan Kalimantan Barat. Kadar Hg pada bulan September

umumnya lebih tinggi dibanding bulan April dengan konsentrasi Hg pada bulan

September di sungai dan estuari sebesar 0,8 µg L-1

. Hal ini menunjukan adanya

efek pengenceran mengingat curah hujan bulan September (180 mm/bulan) lebih

rendah dibanding bulan April (270 mm/bulan) (www.esrl.noaa.gov).

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

31

Tabel 6. Kadar Hg Terlarut Tahun 2011

Kadar Hg terlarut (µg/l) Tahun 2011

Lokasi Stasiun April September

Ambawang KB-20 0,49 0,18

Sungai Landak KB-21 0,19 0,31

Dermaga Kapuas Kecil KB-22 0,02 0,24

Rasau Jaya

KB-17 0,36

KB-18 0,55

KB-19 0,73

Kuala Mempawah

KB-01A 0,39 0,00

KB-01 0,14 0,00

KB-03 0,19 0,00

Sungai Pinyuh KB-04 0,33 0,24

KB-06 0,06 0,18

Peniti Luar KB-07 0,02 0,18

KB-09 0,19 0,18

Jungkat

KB-10A 0,02 0,18

KB-10 0,19 0,24

KB-12 0,02 0,31

Jungkat offshore

KB-29 0,06 0,00

KB-30 0,02 0,00

KB-31 0,02

KB-32 0,02 0,00

KB-33 0,02 0,00

KB-34 0,02 0,00

KB-35 0,00

KB-36 0,00

Sungai Kakap KB-13 0,05 0,36

KB-15 0,14 0,31

Muara Tanjung Saleh KB-26 0,02 0,80

Muara Selat Bujur KB-27 0,02 0,00

Muara Sepo Laut KB-28 0,06 0,00

Dari Tabel 6 terlihat bahwa kadar Hg pada bulan September umumnya

lebih tinggi dibanding bulan April. Kadar Hg tertinggi dalam air yaitu 0,8 µg L-1

masih berada dibawah ambang batas menurut Kepmen LH No. 51 tahun 2004

tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut sebesar 1 µg L-1

untuk Hg.

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

32

Perbandingan Hg pada 2011 terlihat mengalami penurunan dibandingkan

dengan tahun 2010. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor musim maupun faktor

sumber terbesar Hg di perairan yaitu maraknya PETI mengalami penurunan di

tahun 2011.

4.2.2 Timbal (Pb)

(a)

(b)

Gambar 14. Sebaran Mendatar Pb pada bulan Juni 2010 (a) dan bulan November 2010 (b)

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

33

Gambar 14 menunjukkan sebaran konsentrasi Pb terlarut pada bulan Juni

dan November 2010 yang tersebar pada beberapa titik di sungai dan estuari

perairan Kalimantan Barat. Dari gambar 12 terlihat kadar Pb di sungai umumnya

lebih besar pada bulan November dibandingkan dengan bulan Juni begitu pula

kadar Pb di daerah estuari.

Pada Gambar 14 terlihat pula kadar Pb pada bulan Juni di daerah utara

lebih besar dibandingkan daerah selatan, hal ini bisa disebabkan oleh pergerakan

arus permukaan bulan Juni yang bergerak dari arah selatan (Laut Jawa) menuju ke

utara (Laut China Selatan). Berbeda dengan kadar Pb pada bulan November

menunjukan kadar yang lebih rendah di daerah utara karena arus permukaan pada

bulan ini bergerak sebaliknya dari arah utara (Laut China Selatan) menuju ke

selatan (Laut Jawa).

Tabel 7. Kadar Pb Terlarut Tahun 2010

Kadar Pb terlarut (µg/l) Tahun 2010

Lokasi Stasiun Juni November

Kuala Jungkat

KB 10A 2,35 2,66

KB 10 2,35 3,55

KB 12 0,00 4,44

Peniti Luar KB 09 1,17 1,78

KB 07 2,35 6,22

S. Pinyuh KB 06 2,35 3,55

KB 04 3,52 4,44

Kuala Mempawah

KB 03 2,35 2,66

KB 01 0,00 1,78

KB 01A 2,35 1,78

S. Kakap KB 13 2,35 3,55

KB 15 2,35 2,66

Rasau Jaya

KB 17 1,17 4,44

KB 18 2,35 3,55

KB 19 2,35 2,66

Ambawang KB 20 2,35 4,44

S. Landak KB 21 1,17 4,44

Kapuas KB 22 1,17 3,55

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

34

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat kadar Pb pada bulan November

umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan pada bulan Juni. kadar Pb tertinggi

adalah sebesar 6,22 µg L-1

yang terdapat di Stasiun Peniti Luar. Kadar Pb dalam

air ini masih berada dibawah ambang batas menurut Kepmen LH No. 51 tahun

2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut yang memberi batas

maksimum untuk Pb senilai 8 µg L-1

(a)

(b)

Gambar 15. Sebaran Mendatar Pb pada bulan April (a) dan bulan September 2011 (b)

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

35

Gambar 15 menunjukan bahwa konsentrasi Pb pada bulan April lebih

tinggi jika dibandingkan bulan September. Kadar Pb ekosistem sungai bulan

September berkisar antara 2 – 3 µg L-1

dengan kadar tertinggi terdeteksi di Sungai

Landak yang mencapai nilai 3,4 µg L-1

. Hal ini dapat disebabkan oleh debit air

yang relatif rendah pada bulan kemarau (September) sehingga distribusi Pb tidak

banyak terbawa ke muara. Terdapat indikasi bahwa kadar Pb di perairan bagian

selatan relatif tinggi dengan kadar tertinggi terdapat di muara Selat Bujur dengan

nilai 3,8 µg L-1

. Hal ini dapat disebabkan oleh pola pergerakan arus dan debit

sungai yang juga mempengaruhi pola pasang surut campuran cenderung

semidiurnal pada bulan September.

Tabel 8. Kadar Pb Terlarut Tahun 2011

Kadar Pb terlarut (µg/l) Tahun 2011

Lokasi Stasiun April September

Ambawang KB-20 2,9 2,40

Sungai Landak KB-21 2,2 3,44

Dermaga Kapuas Kecil KB-22 2,9 2,64

Rasau Jaya

KB-17 1,36

KB-18 2,16

KB-19 3,20

Kuala Mempawah

KB-01A 2,9 2,40

KB-01 2,9 1,04

KB-03 3,2 0,56

Sungai Pinyuh KB-04 2,9 0,56

KB-06 2,5 0,56

Peniti Luar KB-07 3,2 1,60

KB-09 2,2 1,36

Jungkat

KB-10A 2,9 0,24

KB-10 2,9 1,04

KB-12 2,9 2,64

Jungkat offshore

KB-29 2,9 2,64

KB-30 2,5 1,60

KB-31 2,5

KB-32 2,9 2,16

KB-33 3,2 1,84

KB-34 3,2 2,16

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

36

KB-35 3,2

KB-36 2,9

Sungai Kakap KB-13 2,5 0,08

KB-15 2,9 0,08

Muara Tanjung Saleh KB-26 2,5 0,80

Muara Selat Bujur KB-27 3,2 3,76

Muara Sepo Laut KB-28 2,2 2,16

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa kadar Pb tertinggi terdeteksi di Sungai

Landak yang mencapai nilai 3,4 µg L-1

. Konsentrasi Pb dalam air masih berada

dibawah ambang batas menurut Kepmen LH No. 51 tahun 2004 tentang Baku

Mutu Air Laut untuk Biota Laut yang memberi batas maksimum untuk Pb senilai

8 µg L-1

.

4.2.3 Kadmium (Cd)

(a)

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

37

(b)

Gambar 16. Sebaran Mendatar Cd pada bulan Juni (a) dan bulan November 2010 (b)

Gambar 16 menunjukkan sebaran kadar Cd terlarut pada bulan Juni dan

November 2010 yang tersebar pada beberapa titik di sungai dan estuari perairan

Kalimantan Barat. Terlihat terdapat kadar Cd yang terbesar pada Muara Kuala

Jungkat sebesar 1,16 dibandingkan dengan stasiun yang berada di sungai. Hal ini

dapat disebabkan karena faktor dinamika air sungai yang relatif tinggi sehingga

Cd banyak terbawa ke muara, sedangkan kondisi perairan di muara lebih stabil

sehingga Cd banyak terakumulasi di daerah muara.

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa kadar Cd tertinggi pada bulan Juni 1,16

µg L-1

Kadar Cd dalam air ini sudah berada diatas ambang batas menurut Kemen

LH No. 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut yang

memberi batas maksimum untuk Cd senilai 1 µg L-1

. Sedangkan kadar Cd pada

bulan November hanya terdapat satu stasiun di muara sungai Kapuas Kecil

sebesar 0,15 µg L-1

sedangkan sisanya

tidak dapat terdeteksi karena

konsentrasinya dibawah limit alat (hanya sampai 3 digit angka di belakang koma).

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

38

Tabel 9. Kadar Cd Terlarut Tahun 2010

(a)

Kadar Cd terlarut (µg/l) Tahun 2010

Lokasi Stasiun Juni November

Kuala Jungkat

KB 10A 1,16 TD

KB 10 0,39 TD

KB 12 0,26 0,15

Peniti Luar KB 09 0,39 TD

KB 07 0,39 TD

S. Pinyuh KB 06 0,39 TD

KB 04 0,51 TD

Kuala Mempawah

KB 03 0,51 TD

KB 01 0,39 TD

KB 01A 0,39 TD

S. Kakap KB 13 0,39 TD

KB 15 0,39 TD

Rasau Jaya

KB 17 0,39 TD

KB 18 0,39 TD

KB 19 0,51 TD

Ambawang KB 20 0,39 TD

S. Landak KB 21 0,39 TD

Kapuas KB 22 0,39 TD

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

39

(b)

Gambar 17. Sebaran Mendatar Cd pada bulan April (a) dan bulan September 2011 (b)

Gambar 17 menunjukkan bahwa Cd pada bulan April lebih tinggi jika

dibandingkan bulan September. Kadar Cd dalam ekosistem sungai berada dalam

kisaran 0,05 – 0,16 µg L-1

dengan kadar Cd tertinggi terdapat di Sungai

Ambawang yang nilainya 0,16 µg L-1

sedangkan kadar Cd dalam ekosistem

estuari menunjukkan nilai lebih kecil 0,2 µg L-1

. Hal ini dapat disebabkan oleh

debit air yang relatif kecil pada bulan September sehingga Cd tidak banyak

terbawa ke muara.

Pada Tabel 10 terlihat kadar Cd tertinggi terdapat di Sungai Ambawang

yang nilainya 0,16 µg L-1

. Kadar Cd dalam air ini masih berada dibawah ambang

batas menurut Kepmen LH No. 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk

Biota Laut yang memberi batas maksimum untuk Cd senilai 1 µg L-1

.

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

40

Tabel 10. Kadar Cd Terlarut Tahun 2011

Kadar Cd terlarut (µg/l) Tahun 2011

Lokasi Stasiun April September

Ambawang KB-20 0,6 0,16

Sungai Landak KB-21 0,5 0,11

Dermaga Kapuas Kecil KB-22 0,6 0,05

Rasau Jaya

KB-17 0,02

KB-18 0,11

KB-19 0,21

Kuala Mempawah

KB-01A 0,6 0,16

KB-01 0,5 0,05

KB-03 0,6 0,02

Sungai Pinyuh KB-04 0,6 0,02

KB-06 0,6 0,11

Peniti Luar KB-07 0,6 0,11

KB-09 0,5 0,16

Jungkat

KB-10A 0,5 0,02

KB-10 0,6 0,02

KB-12 0,6 0,02

Jungkat offshore

KB-29 0,7 0,21

KB-30 0,6 0,16

KB-31 0,6

KB-32 0,7 0,16

KB-33 0,6 0,27

KB-34 0,6 0,05

KB-35 0,6

KB-36 0,6

Sungai Kakap KB-13 0,5 0,02

KB-15 0,6 0,02

Muara Tanjung Saleh KB-26 0,6 0,16

Muara Selat Bujur KB-27 0,6 0,00

Muara Sepo Laut KB-28 0,6 0,05

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

41

4.3 Kualitas Perairan Pesisir Kalimantan Barat

4.3.1 Salinitas

Gambar 16. Sebaran salinitas di perairan Pantai Pontianak.

Fluktuasi perubahan salinitas di daerah studi berhubungan erat dengan

gerakan air pasang dan surut. Pada waktu air pasang dari laut yang masuk ke

ekosistem estuari bercampur dengan air tawar yang berasal dari sungai, demikian

juga sebaliknya pada saat air surut. Proses percampuran air tawar dan air laut

merupakan pencampuran yang kompleks, air tawar yang mempunyai densitas

lebih kecil dari air laut cenderung berada di permukaan. Sifat fisik estuarin yang

mempunyai variasi yang besar dalam banyak parameter (suhu air, padatan

tersuspensi, salinitas, kandungan oksigen terlarut) akan sangat mempengaruhi

nasib kontaminan logam berat. Salinitas merupakan faktor dominan.

Secara definitif, terdapat gradien salinitas yang relatif besar tampak pada

suatu saat tertentu seperti yang terlihat pada Gambar 15. Besarnya gradien

salinitas bervariasi bergantung pada musim, topografi estuaria, pasang surut dan

jumlah air tawar. Perubahan salinitas di wilayah ini terutama disebabkan oleh

pasang surut. Perbedaan pasang surut yang cukup besar akan mendorong air laut

lebih jauh ke hulu estuaria. Selain itu musim juga berpengaruh terhadap variasi

salinitas. Perubahan salinitas musiman diakibatkan karena perubahan penguapan

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

42

atau perubahan aliran air tawar musiman. Di daerah dimana debit air tawar turun

pada musim kemarau, salinitas tinggi akan bergeser ke hulu sebaliknya di musim

penghujan gradien salinitas bergeser ke hilir. Berdasarkan data yang diperoleh

pada penelitian bulan April dan September 2011, kisaran salinitas permukaan

secara horisontal antara 0,04 psu sampai 26,0 psu sedangkan kisaran salinitas

dasar berada antara 0,62 psu sampai 31,69 psu.

4.3.2 Derajat Keasaman (pH)

Gambar 17. Perbandingan pH pada bulan Juni dan November 2010.

Gambar 18. Perbandingan pH pada bulan April dan September 2011.

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

43

Derajat keasaman air bervariasi dan semakin membesar ke arah muara.

pH pada bulan April dan September mengindikasikan kenaikan di ekosistem

estuari dengan pH yang terdapat di perairan Jungkat merupakan yang terendah

dari ekosistem estuari. Derajat keasaman (pH) air pada pengambilan sampel bulan

April dan September tidak memiliki perbedaan secara signifikan (p<0,05)

(Gambar 18). pH air pada ekosistem estuari cenderung menurun ketika mendekati

perairan pantai. Sungai Ambawang menunjukkan nilai pH lebih rendah dari 5

untuk bulan April dan September. Hal ini dipengaruhi oleh jenis tanah di sekitar

perairan tersebut, yaitu tanah gambut dengan pH antara 3 – 5 dan mengandung

asam humat. Sungai Kapuas Besar yang melintasi Rasau Jaya menunjukkan nilai

pH yang paling tinggi sebesar 6,19.

Standar pH menurut Kemen LH No. 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu

Air Laut untuk Biota Laut yaitu sebesar 7 - 8,5. Sehingga dapat dikatakan pH di

ekosistem estuari Kalimantan Barat pada bulan Juni dan November umumnya

masih dibawah baku mutu untuk biota laut.

4.3.3 Oksigen Terlarut

Gambar 19. Perbandingan DO pada bulan Juni dan November 2010

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

44

Gambar 20. Perbandingan DO pada bulan April dan September 2011.

Oksigen terlarut akan menurun apabila banyak limbah, terutama limbah

organik, yang masuk ke sistem perairan. Hal ini dikarenakan oksigen tersebut

digunakan oleh bakteri-bakteri aerobik dalam proses pemecahan bahan-bahan

organik yang berasal dari limbah yang mencemari perairan tersebut. Keadaan ini

jelas akan sangat mengganggu kehidupan organisme laut yang lebih lanjut dapat

mengganggu kestabilan ekosistem secara keseluruhan (Mukhtasor 2007).

Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya

suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan,

kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan

udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman

akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin

berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan

oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik (Odum 1971).

Kemen LH No. 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota

Laut menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut minimum adalah 5 ppm

untuk biota laut. Sehingga dapat dikatakan, kadar DO di pesisir Kalimantan Barat

pada tahun 2010 dan 2011 masih diatas standar baku mutu kualitas perairan.

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

45

4.4 Analisis Korelasi Antara Logam Berat (Hg, Pb, Cd) dengan Kualitas

Perairan

Pencemaran logam berat (Hg, Pb, Cd) di perairan dapat memberikan

pengaruh terhadap kualitas perairan (salinitas, pH dan DO). Dari analisis korelasi

statistik yang dilakukan didapat data bahwa Hg pada bulan Juni 2010 memiliki

angka koefisien determinasi 0,201 yang berarti Hg di perairan memberikan

pengaruh sebesar 20,1% terhadap kualitas perairan Kalimantan Barat, sedangkan

80% sisanya kualitas air dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya seperti

faktor fisika perairan. Hg pada bulan November 2010 menunjukan penurunan

angka koefisien determinasi menjadi sebesar 0,196 yang berarti Hg di perairan

memberikan pengaruh sebesar 19,6% terhadap kualitas perairan Kalimantan barat.

Sedangkan pada bulan April 2011 angka koefisien determinasi Hg mengalami

kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 0,424 yang berarti Hg pada bulan

ini memberikan pengaruh sebesar 42,4% terhadap kualitas perairan. Namun pada

bulan September 2011 angka koefisien determinasi Hg kembali menunjukan

penurunan menjadi sebesar 0,261 yang berarti Hg pada bulan ini memberikan

pengaruh sebesar 26,1% terhadap kualitas perairan Kalimantan Barat. Perubahan

pengaruh Hg terhadap kualitas perairan ini dapat disebabkan oleh kadar dan

distribusi Hg yang berubah-ubah setiap musimnya selain itu juga kualitas perairan

dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti faktor oseanografi perairan

Kalimantan Barat.

Pb menunjukan pengaruh yang berbeda terhadap kualitas perairan

dibandingkan dengan Hg. Pada bulan Juni 2010 diperoleh angka koefisien

determinasi sebesar 0,060 yang berarti Pb pada bulan ini memberikan pengarus

sebesar 6% terhadap kualitas perairan. Namun pada bulan November 2010

koefisien determinasi Pb meningkat menjadi 0,128 yang berarti pengaruh Pb

terhadap kualitas air juga meningkat menjadi sebesar 12,8%. Sedangkan Pb pada

tahun 2011 kembali mengalami penurunan, ditunjukan oleh koefisien determinasi

Pb pada bulan April 2011 hanya sebesar 0,005 yang berarti pengaruh Pb terhadap

kualitas perairan hanya sebesar 0,5% dan pada bulan September 2011 Pb

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

46

memberikan pengaruh sebesar 9,9% dengan koefisien determinasi 0,099.

Perubahan pengaruh Pb terhadap kualitas air ini dapat disebabkan pula oleh kadar

Pb yang berubah-ubah tiap musimnya. Selain itu kualitas perairan juga dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor lain diantaranya faktor oseanografi perairan.

Cd juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kualitas perairan

dibandingkan dengan Hg dan Pb. Koefisien determinasi Cd pada bulan Juni 2010

menunjukan angka sebesar 0,174 yang berarti Cd memberikan pengaruh sebesar

17,4% terhadap kualitas perairan, sedangkan pada bulan November 2010 kadar

Cd berada dibawah limit alat sehingga dapat dikatakan Cd pada bulan ini tidak

memberikan pengaruh terhadap kualitas perairan. Pada bulan April 2011 angka

koefisien determinasi Cd menurun menjadi sebesar 0,082 yang berarti pengaruh

Cd terhadap kualitas perairan sebesar 8,2% dan pada bulan September pengaruh

Cd kembali menurun menjadi 3,8% dengan angka koefisien determinasi sebesar

0,038. Perubahan pengaruh Cd terhadap kualitas perairan ini dapat disebabkan

oleh kadar dan distribusi Cd yang berubah-ubah setiap musimnya selain itu juga

kualitas perairan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti faktor

oseanografi perairan Kalimantan Barat.

Logam Berat Persentase Pengaruh

Hg Juni 2010 20,1%

Hg November 2010 19,6%

Hg April 2011 42,4%

Hg September 2011 26,1%

Pb Juni 2010 6%

Pb November 2010 12,8%.

Pb April 2011 0,5%

Pb September 2011 9,9%

Cd Juni 2010 17,4%

Cd April 2011 8,2%

Cd September 2011 3,8%

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090086_4_6188.pdf · 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir

47

4.5 Hubungan Kontaminan Logam Berat dengan Kualitas Perairan

Parameter

Kadar Hg Kadar Pb Kadar Cd

2010 2011 2010 2011 2010 2011

Juni Nov April Sept Juni Nov April Sept Juni Nov April Sept

Salinitas

20,1% 19,6% 42,4%

26,1% 6% 12,8%. 0,5%

9,9% 17,4% 8,2%

3,8% pH

DO

Baku

Mutu

Perairan

Untuk

Biota

Laut

Dibawah

baku

mutu

Melebihi

baku

mutu

Dibawah

baku

mutu

Dibawah

baku

mutu

Dibawah

baku

mutu

Dibawah

baku

mutu

Dibawah

baku

mutu

Dibawah

baku

mutu

Melebihi

baku

mutu

Dibawah

baku

mutu

Dibawah

baku

mutu

Dibawah

baku

mutu

Nilai salinitas perairan laut dapat mempengaruhi faktor konsentrasi logam

berat yang mencemari lingkungan laut (Hutagalung 1991 dalam Mukhtasor 2007).

Faktor konsentrasi didefinisikan sebagai perbandingan antara kadar logam berat

dalam tubuh organisme dan dalam perairan. Lebih lanjut dikatakan bahwa

penurunan salinitas pada perairan dapat menyebabkan tingkat bioakumulasi logam

berat pada organisme menjadi semakin besar (Mukhtasor 2007).

Toksisitas logam memperlihatkan peningkatan pada pH rendah (Novotny dan

Olem 1994 dalam Effendi 2003).

Oksigen terlarut akan menurun apabila banyak limbah, terutama limbah

organik, yang masuk ke sistem perairan. Hal ini dikarenakan oksigen tersebut

digunakan oleh bakteri-bakteri aerobik dalam proses pemecahan bahan-bahan

organik yang berasal dari limbah yang mencemari perairan tersebut. Keadaan ini

jelas akan sangat mengganggu kehidupan organisme laut yang lebih lanjut dapat

mengganggu kestabilan ekosistem secara keseluruhan (Mukhtasor 2007).